vi. evaluasi kesesuaian lahan untuk … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan...

35
79 VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA DI HULU DAS JENEBERANG 6.1. Pendahuluan Tanaman hortikultura buah-buahan dan sayuran merupakan tanaman komoditas unggulan di Kabupaten Gowa yang bisa mendatangkan devisa bagi pendapatan asli daerah (PAD). Tanaman hortikultura merupakan salah satu penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) terbanyak di Kabupaten Gowa. Sekitar 40 persen PAD pada tahun 2010 berasal tanaman tersebut (BPS Kab. Gowa, 2010). Tanaman hortikultura memiliki prospek yang baik, karena banyak dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Bagian hulu DAS Jeneberang yang terletak di Kabupaten Gowa memiliki potensi untuk pengembangan pertanian khususnya tanaman hortikultura. Luas lahan kering di Kabupaten Gowa mencapai 143.047 ha dan hanya sekitar 32.173 ha yang merupakan tanah sawah. Ada 25,7 % dari luas lahan kering dimanfaatkan untuk tegalan dan ladang yang merupakan lahan berpotensi untuk pengembangan pertanian hortikultura (BPS Kab. Gowa, 2008). Tipologi lahan dimanfaatkan secara optimal. Mengacu pada potensi lahan dan pengembangan wilayah, maka perlu dikembangkan prioritas komoditas pertanian khususnya tanaman hortikultura yang berbasis agroekologi. Peningkatan produksi tanaman hortikultura memerlukan penerapan teknologi budidaya yang tepat, perbaikan mutu produksi, dan peluang pasar dengan tetap mengacu pada kesesuaian lahan dan iklim berdasarkan agroekologinya. Produktivitas tanaman hortikultura tergantung pada kualitas lahan yang ditanami. Jika ada pemilihan lahan pada awal penanaman tanaman yang tidak produktif tidak disisihkan, maka akan terjadi kerugian (finansial) yang cukup besar. Penentuan jenis budidaya tanaman hortikultura yang sesuai untuk ditanami pada suatu lahan tertentu dapat dilakukan dengan membandingkan data-data yang ada di lapangan (biofisik lahan) dengan kriteria persyaratan tumbuh untuk tanaman hortikultura tertentu. Keberhasilan penanaman suatu jenis tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi biofisik lokasi yang akan ditanami. Seberapa jauh tingkat kesesuaiannya tergantung dari kecocokan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan kondisi biofisik lokasi penanaman (Bydekerke et al., 1998). Kondisi biofisik yang tidak 6 k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p S S S S S S G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d t te t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 % % % % % % % la l l l l l 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 d p p te k d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a t t t ta t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k te t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t t b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b b

Upload: dangdiep

Post on 13-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

79

VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA DI HULU DAS JENEBERANG

6.1. Pendahuluan

Tanaman hortikultura buah-buahan dan sayuran merupakan tanaman

komoditas unggulan di Kabupaten Gowa yang bisa mendatangkan devisa bagi

pendapatan asli daerah (PAD). Tanaman hortikultura merupakan salah satu

penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) terbanyak di Kabupaten Gowa.

Sekitar 40 persen PAD pada tahun 2010 berasal tanaman tersebut (BPS Kab.

Gowa, 2010). Tanaman hortikultura memiliki prospek yang baik, karena banyak

dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Bagian hulu DAS Jeneberang yang

terletak di Kabupaten Gowa memiliki potensi untuk pengembangan pertanian

khususnya tanaman hortikultura. Luas lahan kering di Kabupaten Gowa mencapai

143.047 ha dan hanya sekitar 32.173 ha yang merupakan tanah sawah. Ada 25,7

% dari luas lahan kering dimanfaatkan untuk tegalan dan ladang yang merupakan

lahan berpotensi untuk pengembangan pertanian hortikultura (BPS Kab. Gowa,

2008). Tipologi lahan dimanfaatkan secara optimal. Mengacu pada potensi lahan

dan pengembangan wilayah, maka perlu dikembangkan prioritas komoditas

pertanian khususnya tanaman hortikultura yang berbasis agroekologi. Peningkatan

produksi tanaman hortikultura memerlukan penerapan teknologi budidaya yang

tepat, perbaikan mutu produksi, dan peluang pasar dengan tetap mengacu pada

kesesuaian lahan dan iklim berdasarkan agroekologinya.

Produktivitas tanaman hortikultura tergantung pada kualitas lahan yang

ditanami. Jika ada pemilihan lahan pada awal penanaman tanaman yang tidak

produktif tidak disisihkan, maka akan terjadi kerugian (finansial) yang cukup

besar. Penentuan jenis budidaya tanaman hortikultura yang sesuai untuk ditanami

pada suatu lahan tertentu dapat dilakukan dengan membandingkan data-data yang

ada di lapangan (biofisik lahan) dengan kriteria persyaratan tumbuh untuk

tanaman hortikultura tertentu.

Keberhasilan penanaman suatu jenis tanaman sangat dipengaruhi oleh

kondisi biofisik lokasi yang akan ditanami. Seberapa jauh tingkat kesesuaiannya

tergantung dari kecocokan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan kondisi

biofisik lokasi penanaman (Bydekerke et al., 1998). Kondisi biofisik yang tidak

6

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

SSSSSS

GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

ttettttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

11111111111

%%%%%%%

lalllll

2222222222222222222222

d

p

p

te

k

ddddddddddddddddddddddddddddd

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

ttttatttttttttttttttttttttttttttttttttt

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

tetttttttttttttttttttttttttttt

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb

Page 2: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

80

sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman

akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut tidak menguntungkan

(FAO, 1993 dalam Sicat, Carranza, dan Nidumolu, 2005).

Karakteristik lahan dan iklim di kawasan lahan kering hulu DAS

Jeneberang sesuai untuk pengembangan tanaman hortikultura. Keberhasilan

penanaman suatu jenis tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi biofisik lokasi

yang akan ditanami. Seberapa jauh tingkat kesesuaiannya tergantung dari

kecocokan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan kondisi biofisik lokasi

penanaman. Kondisi biofisik yang tidak sesuai dengan persyaratan yang

dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga

secara ekonomis tanaman tersebut tidak menguntungkan. Selain itu daerah

tersebut sebagian besar merupakan daerah perbukitan yang mempunyai lereng

yang cukup curam dan curah hujan yang tinggi. Berdasar hal tersebut maka perlu

dikaji kembali tingkat kesesuaian lahannya untuk jenis tanaman hortikultura.

Meskipun secara sosial ekonomi tanaman hortikultura ini dapat diterima

masyarakat dan menguntungkan, serta lokasi ini telah menjadi tempat studi

banding bagi daerah lain, namun informasi tentang kesesuaian lahan penting

untuk dilakukan dan untuk diketahui. Dengan diketahuinya tingkat kesesuaian

lahan, maka informasi ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan secara

teknis bagi pengembangan tanaman hortikultura di Kabupaten Gowa khususnya di

hulu DAS Jeneberang. Suatu jenis tanaman dapat hidup meskipun

produktivitasnya rendah, dan dapat masuk pada kelas tidak sesuai, tergantung dari

faktor-faktor dalam menentukan kelas kesesuaian lahan. Meskipun secara fisik

tidak sesuai tetapi kenyataannya secara sosial dapat dianggap sesuai oleh

masyarakat setempat.

6.2. Metode Penelitian 6.2.1. Tahap Pertama : Penentuan Komoditas Unggulan Hortikultura

6.2.1.1. Sumber dan Teknik Pengambilan Data

Jenis data yang digunakan dalam penentuan komoditas unggulan yaitu

data sekunder. Data sekunder meliputi jenis komoditas hortikultura, produktivitas,

luas tanam dan luas panen di tingkat kabupaten dan tingkat kecamatan.

se

ak

(F

JJJJJJJJJeJeJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJeJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy

kkkkkkkk

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

sesssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss

tttettttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt

yyyyyyyyyyyyyyyyyyy

ddddddd

MMMMMM

m

b

u

la

te

h

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

faffffffffffffffffffffffffffff

ttitttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666

66666666666666666666666666666666666

ddddddddddddddddddddddddddd

lulllllllllllllllllllllllllllll

Page 3: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

81

6.2.1.2. Metode Analisis Data

Komoditas unggulan merupakan komoditas basis atau penggerak utama

pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian. Komoditas unggulan adalah

komoditas yang dominan diusahakan masyarakat, merupakan komoditas spesifik

lokasi, dibudidayakan berdasarkan agroekologi, besaran ekonominya

menguntungkan, memiliki prospek pasar, meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan keluarga petani, potensi dan sumberdaya lahan yang luas, digemari

oleh masyarakat, diusahakan sepanjang tahun, dan merupakan komoditas

dominan. Komoditas unggulan di hulu DAS Jeneberang dibagi dalam dua wilayah

kecamatan (sesuai dengan elevasinya). Kecamatan Parangloe (zona agroekologi

pada elevasi < 700 m dpl) sebagai daerah pengembangan komoditas hortikultura

buah-buahan dan Kecamatan Tinggi Moncong (zona agroekologi padab elevasi ≥

700 m dpl) sebagai daerah pengembangan komoditas hortikultura sayuran.

Analisis komoditas unggulan menggunakan beberapa kriteria yang dapat

dijadikan sebagai dasar penilaian, yaitu :

a. Pengusahaan komoditas dominan, dengan indikator luas tanam.

b. Tingkat produktivitas wilayah dengan indikator penilaian nilai relatif

produktivitas komoditas.

c. Memiliki keunggulan komparatif, dengan indikator penilaian nilai location

quotient (LQ) luas tanam. Rumus LQ adalah sebagai berikut :

Xkec / XskecLQij =

Xkab / XSkab

imana : Xkec = luas tanam komoditas tertentu di kecamatan tertentu Xskec = luas tanam seluruh komoditas di kecamatan tertentu Xkab = luas tanam komoditas tertentu di kabupaten XSkab= luas total komoditas di kabupaten

Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga kriteria yaitu :

Jika LQ > 1, artinya komoditas tersebut menjadi basis atau menjadi

sumber pertumbuhan. Komoditas menjadi keunggulan komparatif,

hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wailayah

bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.

6

p

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

lolllllllllllllllllllllllllllllllllllllll

mmmmmm

kkkkkkk

oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo

dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

kkkkkkkk

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb

7777777777777777777777777777777777777

ddddddddddddddddddddddddddd

Page 4: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

82

Jika LQ = 1, artinya komoditas tersebut tergolong non basis, tidak

memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk

memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk

diekspor.

Jika LQ < 1, artinya komoditas ini juga termasuk non basis.

Produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi

kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.

d. Komoditas diperdagangkan antar wilayah, dengan indikator penilaian

adalah nilai LQ produksi komoditas.

6.2.2. Tahap Kedua: Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura

6.2.2.1. Sumber dan Teknik Pengambilan Data

Data untuk evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman hortikultura diambil

dari survey tanah di hulu DAS Jeneberang yang ditanami tanaman hortikultura.

Lokasi pengambilan sampel didasarkan pada peta satuan lahan (unit lahan) yang

dihasilkan dari overlay peta dasar berdasarkan agroekologi lokasi penelitian.Titik

koordinat pengambilan sampel tanah disajikan pada Tabel Lampiran 2.

Pengambilan contoh tanah menggunakan Stratified Random Sampling untuk

masing-masing unit lahan. Jumlah contoh tanah untuk keperluan analisis sifat

kimia dan fisik tanah sangat tergantung pada banyaknya satuan lahan. Contoh

tanah untuk analisis sifat fisik menggunakan ring sampel. Untuk analisis sifat

kimia, setiap satuan unit lahan dipilih secara acak sebanyak lima contoh tanah,

kemudian dikompositkan. Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat kimia

tanah menggunakan bor tanah sedalam lapisan olah (0 – 30 cm) dari permukaan

tanah. Contoh tanah tersebut kemudian dianalisis di Laboratorium. Analisis sifat

kimia tanah meliputi kapasitas tukar kation (KTK), pH, N-total, P-tersedia, K

dapat ditukar, C-organik, salinitas dan kejenuhan basa. Analisis sifat fisik tanah

meliputi tekstur dan permeabilitas.

Pengamatan di lapang untuk sifat fisik-kimia tanah dilakukan dengan

mengukur beberapa variabel meliputi drainase, kedalaman efektif, kemiringan

lereng, panjang lereng, jenis komoditas, dan tutupan vegetasi. Pengukuran

66666666666666666666666666

6666666666666666666666666666

dddddddd

LLLLLL

d

k

P

m

k

tatattattttatatattattatattattattaattttaattttaatttaaattttattttttttttttttttttttttttt

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

tattttttttttttttttttttttttttt

tttatattttattattttttatatttttttattttttttttttttttttttt

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

mmmm

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

lllelellllllllllllllllllllllllllllllllll

Page 5: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

83

kedalaman efektif, kedalaman solum, menggunakan metode minipit, yaitu dengan

cara menggali tanah berukuran : panjang, lebar dan kedalaman masing-masing 60

cm, kemudian diukur setiap lapisan/kedalamannya menggunakan meteran.

Pengukuran panjang lereng dan kemiringan lereng menggunakan alat abney level.

Satuan panjang lereng adalah meter dan kemiringan lereng adalah persen (%).

Data sekunder yang diperlukan untuk analisis kesesuaian lahan yaitu curah hujan,

luas panen komoditas hortikultura buah-buahan dan sayuran tingkat kabupaten

dan kecamatan.

Pengamatan komoditas dominan yang ditemukan di lapangan pada setiap

satuan lahan dilakukan untuk data dasar dalam melaksanakan analisis kesesuaian

lahan dan prediksi erosi yang terjadi. Setiap satuan lahan dari komoditas dominan

di plotkan dalam areal di hulu DAS Jeneberang, kemudian dibuatkan peta

dominansi relatif tutupan lahan untuk komoditas hortikultura (buah-buahan dan

sayuran).

6.2.2.2. Metode Analisis Data

Analisis evaluasi kesesuaian lahan dilakukan terhadap hasil dari analisis

komoditas unggulan tanaman hortikultura. Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan

akan dilakukan dengan menggunakan sistem evaluasi yang diadopsi dari FAO

dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan

tumbuh komoditas tanaman berbasis lahan. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan

melalui dua tahap (Sitorus, 2004). Tahap pertama adalah menilai persyaratan

tumbuh tanaman yang akan diusahakan atau mengetahui sifat-sifat tanah dan

lokasi yang pengaruhnya bersifat negatif terhadap tanaman. Tahap kedua

mengidentifikasi dan membatasi lahan yang mempunyai sifat-sifat yang

diinginkan tetapi tanpa sifat-sifat lain yang tidak diinginkan.

Klasifikasi kesesuaian penggunaan lahan yang akan digunakan ada dua

kategori, yaitu kelas dan subkelas. Kesesuaian lahan pada tingkat kelas terdiri

dari : (1) Kelas S1 ; sangat sesuai (Highly Suitable), (2) Kelas S2 ; cukup sesuai

(Moderately Suitable), (3) Kelas S3 ; sesuai marginal (Marginally Suitable), (4)

Kelas N1 ; tidak sesuai pada saat ini (Currently not Suitable), dan (5) Kelas N2 ;

tidak sesuai permanen (Permanently not Suitable). Subkelas ditentukan

k

c

cm

P

SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS

DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

llulllllllllllllllllllllllllllllllllll

dddddddd

ssassssssssssssssssssssssssssssssssss

lalllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll

dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

dddddddddddddddddddddddd

sassss

6666666666666666666666666666666

k

ak

d

tu

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

tttutttttttttttttttttttt

lllolllllllllllllllllllllll

mmmmmmmmmmmmmmmmm

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

(((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((MMMMMMMMMMMM

KKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK

tttittttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt

Page 6: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

84

berdasarkan kualitas dan sifat-sifat lahan yang menjadi faktor pembatas terberat

(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Kriteria kesesuaian lahan yang digunakan berpedoman pada kriteria yang

dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Djaenudin et al.,

2000) sebanyak 13 faktor, yaitu temperatur, curah hujan, drainase, tekstur, bahan

kasar, kedalaman tanah, KTK, kejenuhan basa, pH, C-organik, lereng, bahaya

erosi, dan batuan dipermukaan.

6.3. Hasil dan Pembahasan

6.3.1. Analisis Komoditas Unggulan Hortikultura di Hulu DAS Jeneberang

Penentuan komoditas unggulan suatu daerah merupakan langkah awal

menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisien untuk meraih

keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi perdagangan. Langkah

menuju efisiensi dapat ditempuh dengan mengembangkan komoditas yang

mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun

permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas

dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial

ekonomi petani di suatu wilayah. Sedangkan dari sisi permintaan, komoditas

unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar (Syafaat dan Supena, 2000).

Kondisi sosial ekonomi mencakup penguasaan teknologi, kemampuan

sumberdaya manusia, infrastruktur, dan kebiasaan petani setempat.

Menurut Hood (1998) dalam Hendayana (2003), LQ adalah suatu alat

pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan

keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum

digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami

sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi

relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan

perbandingan. Metode LQ merupakan salah satu metode pendekatan yang dapat

digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan. Berdasarkan pemahaman

terhadap teori ekonomi basis, teknik LQ relevan digunakan sebagai metoda dalam

menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi penawaran (produksi atau

populasi). Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman hortikultura,

b

(H

d

22222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

eeeeeeree

66666666666666666666666666666666666666666666666666666666

66666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

mmmmmmm

mmmmmm

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

d

ek

u

K

su

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

sessesessssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss

rerrrerrrrrrrrrrrrrrrrrrrerrrrrrrr

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

tetetetttttttttttetttettetetteteetttteetttttttttttt

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

Page 7: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

85

perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian (areal tanam atau areal panen),

produksi atau produktivitas.

Hasil perhitungan nilai LQ (Location Quotient) dalam penentuan

komoditas unggulan hortikultura buah-buahan (Tabel 12) dan sayuran (Tabel 13)

pada daerah hulu DAS Jeneberang.

Tabel 12. Nilai LQ komoditas hortikultura buah-buahan pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang, Kecamatan Parangloe

No. Jenis Komoditas Jumlah Tanaman Kabupaten (pohon)

Jumlah Tanaman Kecamatan (pohon)

Nilai LQ

1. Rambutan 169.049 126.197 1,77

2. Mangga 116.310 95.067 1,72

3. Pisang 406.828 282.145 1,46

4. Durian 36.605 18.754 1,08

5. Jeruk 20.706 5.087 0,52

6. Nangka 91.307 30.051 0,69Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Gowa, diolah.

Data pada Tabel 12 menunjukkan bahwa untuk komoditas hortikultura

buah-buahan, komoditas rambutan (1,77), mangga (1,72), pisang (1,46), dan

durian (1,08) mempunyai nilai LQ lebih dari 1, sedangkan jeruk (0,52) dan

nangka (0,69) nilainya kurang dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas

rambutan, mangga, pisang dan durian merupakan komoditas unggulan yang

menjadi basis sumber pertumbuhan dan memiliki keunggulan komparatif.

Komoditas rambutan mempunyai nilai LQ paling tinggi artinya komoditas ini

yang paling unggul dibanding komoditas lainnya. Sedangkan komoditas jeruk dan

nangka merupakan komoditas non basis.

Komoditas unggulan hortikultura sayuran (Tabel 13) menunjukkan bahwa

kentang (2,75), kubis (2,41), bawang daun (1,80), wortel (2,70), dan sawi (1,92)

mempunyai nilai LQ lebih besar dari 1, sedangkan tomat (0,23) mempunyai nilai

LQ lebih kecil dari 1. Komoditas kentang, kubis, bawang daun, wortel, dan sawi

merupakan komoditas basis yang merupakan sumber pertumbuhan dan memiliki

keunggulan komparatif. Komoditas kentang memiliki nilai LQ paling tinggi yaitu

2,75 dibandingkan komoditas lainnya, artinya komoditas kentang merupakan

p

p

k

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT

N

SSSSSSS

b

d

n

ra

mm

KKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL

mmmm

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

222222222222222222222222222222222222222222

Page 8: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

86

komoditas hortikultura sayuran yang paling unggul di daerah hulu DAS

Jeneberang. Sedangkan komoditas tomat merupakan komoditas non basis di

daerah ini. Menurut Rusastra et al., (2002 dalam Hendayana, 2003), menjelaskan

bahwa yang dimaksud komoditas basis adalah komoditas yang hasilnya dari suatu

masyarakat baik berupa barang maupun jasa ditujukan untuk ekspor ke luar dari

lingkungan masyarakat atau yang berorientasi keluar, regional, nasional, dan

internasional. Konsep efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis sangat menentukan

dalam pertumbuhan basis suatu wilayah.

Tabel 13. Nilai LQ komoditas hortikultura sayuran pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang, Kecamatan Tinggi Moncong

No. Jenis Komoditas Luas Tanam Kabupaten (ha)

Luas Tanam Kecamatan (ha) Nilai LQ

1. Kentang 970 902 2,75

2. Kubis 337 298 2,41

3. Bawang Daun 756 500 1,80

4. Wortel 109 108 2,70

5. Sawi 307 216 1,92

6. Tomat 310 26 0,23Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Gowa, diolah.

Selain komoditas unggulan di atas, di daerah hulu DAS Jeneberang

terdapat komoditas khas daerah ini yaitu markisah dan avokad. Tanaman markisah

dikembangkan petani di Kecamatan Tinggi Moncong sampai tahun 1990 an,

setelah itu harga komoditas markisah turun sehingga petani beralih menanam

tanaman sayuran.

6.3.2. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah dan Status Kesuburan Tanah

Pengambilan sampel tanah didasarkan pada peta satuan lahan. Sampel

tanah diambil pada 28 titik pengamatan, sampel tanah yang diambil yaitu sampel

tanah utuh dan sampel tanah tidak utuh. Analisis tanah yang dilakukan yaitu sifat

kimia dan sifat fisika tanah. Sifat kimia tanah meliputi pH, KTK, C-organik, N-

total, P-tersedia, basa-basa dapat tukar, Al-dd, dan salinitas. Sedangkan sifat fisik

tanah meliputi tekstur dan permeabilitas. Hasil analisis tanah disajikan dalam

k

Je

d

b

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

llllllllilllllllllllllllllll

iiniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

dddddddd

TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT

N

S

te

d

ssssssesesssssssssssssssssssssssss

tttttattttttttttttttttttttttttttttttttttt

66666666666666666666666666666666666

tatatatatatttttattatttttttttattatttattttttttttttttttttttttttttttt

tttttatttttttttttttttttttttttttttttttttttt

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

totototottttttttttttttttttttttttttttttt

tatttttttttttttttttttttttttttttttttt

Page 9: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

87

Tabel 14 berikut ini. Penilaian status kesuburan tanah didasarkan pada kriteria

Pusat Penelitian Tanah (1983).

Sifat kimia dan kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh jenis bahan

induk, tingkat pelapukan tanah serta topografi suatu wilayah. Reaksi tanah (pH)

sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara dan kejenuhan basa di dalam tanah.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tanah di daerah hulu DAS Jeneberang

mempunyai pH tanah sangat masam sampai agak masam (4,23 – 6,13). Reaksi

tanah di daerah ini menjadi masam disebabkan oleh curah hujan yang tinggi

sehingga terjadi pencucian basa-basa, disisi lain juga disebabkan karena topografi

yang berlereng dengan curah hujan yang tinggi maka erosi yang terjadi cukup

tinggi. Akibatnya tanah lapisan atas (top soil) hilang tererosi dan muncul ke

permukaan lapisan subsoil.

Bahan organik berpengaruh penting terhadap sifat fisik dan kimia tanah.

Pengaruhnya terhadap sifat fisik tanah adalah merangsang granulasi, menurunkan

daya kohesi, menurunkan berat jenis tanah, memperbaiki permeabilitas tanah dan

meningkatkan kemampuan tanah mengikat air. Pengaruhnya terhadap sifat kimia

tanah yaitu meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, K, S dan unsur mikro

serta meningkatkan kapasitas tukar kation tanah. Indikator kandungan bahan

organik tanah dapat dilihat dari kadar C-organik tanah. Hasil analisis tanah

menunjukkan bahwa kandungan C-organik tanah daerah hulu DAS Jeneberang

tergolong rendah sampai tinggi ( 1,32 – 4,55 % ). Kadar C-organik yang rendah

disebabkan karena lapisan permukaan mengalami erosi sehingga bahan organik

hilang tererosi bersama dengan tanah. Kehilangan bahan organik juga disebabkan

oleh adanya pengolahan tanah intensif yang menyebabkan laju degradasi bahan

organik berjalan lebih cepat. Khusus untuk tanah pada dataran tinggi (zona

agroekologi pada elevasi ≥ 700 m dpl), kadar C-organik cukup tinggi karena

pemberian pupuk organik (pupuk kandang) dilakukan pada setiap penanaman.

Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi tanaman. Nitrogen dalam

tanah terdapat dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Tanaman menyerap

nitrogen dalam bentuk NO3- dan NH4

+. Kadar nitrogen tanah dinyatakan dalam

bentuk N-total tanah. Hasil analisis N-total tanah di daerah hulu DAS Jeneberang

tergolong sangat rendah sampai rendah ( 0,09 – 0,14 %). Nitrogen dalam tanah-

T

P

in

ssssasassssasasssssssasassassasssassssassssasssasssasssasssssssssssssssssssssssssssssssssss

HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH

mmmmmmmmmm

ttatttt

sessssssssssssssssssssssssssssss

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy

ttittttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

PPPPPP

dddddddd

m

ta

se

o

m

te

dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

oooooooooooooooooooooooooooooooo

oooooooooooooooooooo

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

tatattttattttatttttt

nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb

ttttttetttttttttttttttttttttttttttttttttt

Page 10: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

88

Tabe

l 14.

Has

il an

alis

is si

fat k

imia

tana

h da

n st

atus

kes

ubur

an ta

nah

dari

loka

si p

enel

itian

Satu

an

Laha

n

Sifa

t Kim

iaSt

atus

Kes

ubur

anpH

C-o

rg

(%)

N-to

t(%

)P-

trsd

(ppm

)K

-dd

cmol

/kg

Na-

ddcm

ol/k

gC

a-dd

cmol

/kg

Mg-

ddcm

ol/k

gK

TKcm

ol/k

gK

B(%

)A

l-dd

cmol

/kg

Salin

ms/

cm1

23

45

67

89

1011

1213

14Zo

na A

groe

kolo

gi p

ada

Elev

asi<

700

m d

plPL

15,

092,

150,

0812

,05

0,24

0,15

2,85

1,57

16,7

028

,80

0,35

0,10

rend

ahPL

24,

552,

030,

0911

,85

0,21

0,12

2,74

1,46

35,7

012

,69

0,42

0,10

rend

ahPL

34,

772,

330,

1011

,64

0,22

0,13

2,94

1,66

25,9

019

,11

0,52

0,01

rend

ahPL

44,

312,

270,

1211

,84

0,14

0,15

2,66

1,38

17,1

025

,32

0,36

0,10

rend

ahPL

54,

491,

920,

0111

,32

0,19

0,10

3,16

1,88

21,1

025

,26

0,39

0,08

rend

ahPL

64,

881,

860,

1311

,48

0,15

0,12

2,85

1,57

18,4

025

,49

0,42

0,08

rend

ahPL

74,

751,

680,

1411

,52

0,18

0,11

3,09

1,81

16,6

031

,26

0,48

0,05

rend

ahPL

85,

232,

810,

1211

,48

0,21

0,12

2,47

1,19

17,6

022

,67

0,41

0,18

rend

ahZo

na A

groe

kolo

gi p

ada

Elev

asi≥

700

m d

plSP

15,

053,

170,

0911

,25

0,29

0,14

2,95

1,77

13,7

037

,59

0,62

0,16

rend

ahSP

24,

943,

110,

1110

,59

0,39

0,14

2,98

1,89

14,7

036

,73

0,53

0,13

rend

ahSP

35,

542,

390,

1212

,21

0,28

0,12

2,54

1,26

9,10

46,1

50,

660,

85re

ndah

SP4

4,30

1,74

0,11

11,5

90,

390,

132,

651,

3712

,80

35,4

70,

520,

32re

ndah

SP5

5,43

1,38

0,09

11,8

50,

250,

142,

751,

479,

0051

,22

0,54

0,14

rend

ahSP

66,

133,

410,

1412

,45

0,21

0,12

3,01

1,73

11,1

045

,68

0,59

0,49

rend

ahSP

75,

704,

550,

1211

,85

0,29

0,12

2,55

1,27

15,0

028

,20

0,62

0,11

rend

ahSP

85,

441,

320,

1211

,95

0,20

0,11

2,46

1,18

13,7

028

,83

0,45

0,14

rend

ahSP

95,

932,

990,

1112

,54

0,28

0,12

2,54

1,26

15,8

026

,58

0,55

0,15

rend

ahSP

105,

943,

710,

0911

,87

0,26

0,17

2,62

1,34

10,4

042

,21

0,81

0,79

rend

ahSP

115,

313,

650,

1112

,54

0,24

0,15

2,84

1,56

16,8

028

,51

0,52

0,11

rend

ahSP

125,

792,

810,

1111

,95

0,17

0,15

2,97

1,69

12,3

040

,49

0,62

0,16

rend

ahSP

134,

963,

470,

1213

,25

0,15

0,11

2,08

1,06

13,8

024

,64

0,58

10,0

0re

ndah

SP14

4,77

3,77

0,09

11,4

50,

290,

122,

051,

0711

,60

30,4

30,

550,

17re

ndah

SP15

5,48

1,92

0,12

10,2

50,

210,

122,

471,

1915

,10

26,4

20,

610,

02re

ndah

Tabbbe

l 1

Satuuu

an

Lahhha

n 1

PL11111111111111111111111

PL2222

PL333

PL444

PL555

PL666

PL777

PL888

SP111

SP222

SP333

SP444

SP555

SP666

SP777

SP888

SP999

SP1110

SP1111

SP1112

SP1113

SP1114

SP1115

Page 11: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

89

12

34

56

78

910

1112

1314

SP16

4,23

3,77

0,13

11,9

80,

250,

142,

011,

0311

,10

31,2

60,

680,

06re

ndah

SP17

5,91

2,03

0,11

12,0

80,

390,

132,

651,

379,

0050

,44

0,55

0,19

rend

ahSP

185,

632,

390,

1211

,45

0,32

0,12

2,58

1,30

9,00

48,0

00,

420,

19re

ndah

SP19

5,82

3,41

0,14

11,9

50,

390,

132,

651,

377,

4061

,35

0,62

0,11

rend

ahSP

204,

942,

930,

1112

,08

0,28

0,12

2,54

1,26

11,1

037

,84

0,57

0,43

rend

ah

1SP

1116SP

1117SP

1118SP

1119SP

2220

Page 12: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

90

bersumber dari penambahan bahan organik dan pemberian pupuk anorganik.

Rendahnya kandungan nitrogen dalam tanah disebabkan karena pencucian ion

nitrat dan amonium serta terikut bersama tanah yang tererosi.

Fosfor merupakan unsur hara makro kedua setelah nitrogen. Fosfor di

dalam tanah terdapat dalam bentuk organik dan anorganik, dengan ketersediaan

yang sangat ditentukan oleh pH tanah. Pada pH tanah 6,0 – 7,0 merupakan pH

dimana ketersediaan fosfor yang optimum. Tanaman umumnya menyerap fosfor

dalam bentuk H2PO4- dan HPO4

=. Hasil analisis tanah di daerah hulu DAS

Jeneberang menunjukkan bahwa kandungan P-tersedia rendah, berkisar antara

10,25 – 13,25 ppm. Rendahnya ketersediaan fosfor disebabkan karena rendahnya

pH tanah (4,23 – 6,13) dan adanya kandungan Al-dd ( 0,42 – 0,81 cmol/kg )

sehingga memungkinkan terbentuknya fiksasi fosfor oleh aluminium membentuk

senyawa Al-P yang sukar larut dan menjadi tidak tersedia bagi tanaman.

Kalium merupakan unsur hara makro esensil ketiga setelah N dan P.

Sumber utama kalium di dalam tanah adalah bahan mineral, bahan organik dan

pupuk anorganik. Hasil analisis sampel tanah di daerah hulu DAS Jeneberang

menunjukkan bahwa kandungan kalium berkisar antara rendah sampai sedang

(0,17 – 0,39 cmol/kg). Kalium sangat labil di dalam tanah karena muatannya +1,

sehingga mudah tercuci oleh air perkolasi dan mudah tererosi bersama tanah.

Pemberian pupuk yang mengandung kalium sangat diperlukan mengingat

kandungan kalium tanah yang rendah dan sifat kalium sangat labil (Nursyamsi et

al., 2007).

Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan kemampuan tanah untuk

menjerap dan mempertukarkan kation-kation dalam larutan tanah. KTK yang

tinggi merupakan petunjuk untuk menjerap unsur hara yang besar sehingga

menghindari terjadinya pencucian. Hasil analisis tanah di daerah hulu DAS

Jeneberang menunjukkan nilai KTK berkisar antara sangat rendah sampai rendah

( 5,10 – 16,80 cmol/kg). KTK tanah sangat ditentukan oleh tekstur tanah,

kandungan bahan organik, kandungan liat tanah, tipe liat, reaksi tanah,

pemupukan, dan pengapuran.

Kejenuhan basa (KB) menunjukkan jumlah kation basa yang terjerap pada

kompleks jerapan tanah, dinyatakan sebagai perbandingan antara jumlah kation

b

R

n

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy

dddddddddddddddddddddddddddddddd

dddddddd

JJeJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ

1111111111111111111111111

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

ssessssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss

sssesss

SSSSSS

p

m

(0

se

P

k

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

tttitittttttttttttttttt

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

JeJJJeJJJJJJJJJJJJJJJJeJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ

((( (((((((((((((((((((((

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

Page 13: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

91

basa yang dapat dipertukarkan terhadap nilai KTK efektif tanah. Pada umumnya

semakin tinggi kejenuhan basa suatu tanah, nilai pH semakin tinggi dan kesuburan

tanahnya cenderung lebih baik. Kejenuhan basa tanah-tanah di daerah hulu DAS

Jeneberang menunjukkan kisaran antara sedang sampai sangat tinggi ( 26,58 -

78,24 % ).

6.3.3. Dominansi Relatif Tutupan Lahan Eksisting pada Satuan LahanTitik-Titik Pengamatan

Tanaman tertentu akan mendominasi tutupan lahan karena terciptanya

habitat yang sesuai untuk jenis tanaman tersebut yang diakibatkan oleh

penanaman atau budidaya oleh petani. Dominansi relatif tutupan lahan diamati

untuk mengetahui jenis komoditas hortikultura yang dominan ditanam oleh petani.

Pengamatan dominansi relatif tutupan lahan eksisting dilakukan pada 28 satuan

lahan, 8 satuan lahan pada zona agroekologi elevasi < 700 m dpl dan 20 satuan

lahan pada zona agroekologi elevasi ≥ 700 m dpl. Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa pada zona agroekologi elevasi < 700 m dpl, dominansi relatif tutupan lahan

eksisitingnya yaitu tanaman hortikultura buah-buahan. Sedangkan pada zona

agroekologi elevasi ≥ 700 m dpl, hasil pengamatan menunjukkan bahwa

dominansi relatif tutupan lahannya adalah hortikultura sayuran, kecuali satuan

lahan SP 16 yang dominansi relatif tutupan lahannya adalah markisah. Data hasil

pengamatan dominansi relatif tutupan lahan eksisting pada masing-masing satuan

lahan disajikan pada Tabel 15 dan penyebaran masing-masing satuan lahan di

hulu DAS Jeneberang disajikan pada Gambar 8 dan titik koordinatnya disajikan

pada Tabel Lampiran 2.

Hasil pengamatan dominansi relatif tutupan lahan pada Tabel 15 menunjukkan bahwa zona agroekologi pada elevasi < 700 m dpl, komoditas rambutan yang paling dominan (PL1, PL2, PL4, dan PL6), disusul komoditas durian (PL4, PL5, dan PL7), komoditas mangga (PL1 dan PL8), dan komoditas pisang (PL3 dan PL5). Dominansi relatif tutupan komoditas rambutan yang terluas, hal ini sesuai dengan hasil analisis komoditas unggulan buah-buahan yaitu rambutan yang tertinggi dengan nilai LQ sebesar 1,77. Pada zona agroekologi pada elevasi ≥ 700 m dpl, komoditas kentang yang paling dominan (SP2, SP4, SP6, SP7, SP18, dan SP19), diikuti komoditas kubis (SP1, SP3, SP9, SP10, SP11,

b

se

ta

Je

7777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777

6666666666666666666666666666666666666

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu

PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP

lllalll

llalllllllllllllllllllllll

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb

ek

a

d

la

p

la

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmrarararrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppptetetetetetetttettteettteettteettteeteettteetterarararrrrrrrrrrrrrrrrrrrrarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrpppppppppppppppppppppppppppppppppppppppSSSSSSSSSSSSSSSSSS

Page 14: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

92

Gam

bar 8

. Pe

ta lo

kasi

con

toh

peng

amat

an d

omin

ansi

rela

tif tu

tupa

n la

han

tana

man

hor

tikul

tura

di h

ulu

DA

S Je

nebe

rang

.GGG

am

Page 15: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

93

Tabel 15. Dominansi relatif tutupan lahan (tanaman hortikultura) di hulu DAS Jeneberang pada masing-masing satuan lahan yang diamati

No. Satuan Lahan Luas Dominansi Relatif Tutupan Lahan Eksisting

Zona Agroekologi pada Elevasi < 700 m dpl

1. PL1 279,04 Rambutan dan Mangga

2. PL2 87,38 Rambutan

3. PL3 15,78 Pisang

4. PL4 252,67 Durian dan Rambutan

5. PL5 218,68 Durian, Jeruk dan Pisang

6. PL6 1.066,17 Rambutan

7. PL7 22,64 Durian

8. PL8 21,39 ManggaZona Agroekologi pada Elevasi ≥ 700 m dpl

9. SP1 338,92 Bawang Daun dan Kubis

10 SP2 192,91 Kentang

11. SP3 52,38 Kubis

12. SP4 18,05 Kentang

13. SP5 24,93 Wortel

14. SP6 126,80 Kentang

15. SP7 171,07 Kentang

16. SP8 158,06 Sawi

17. SP9 6,56 Kubis dan Tomat

18. SP10 10,62 Kubis

19. SP11 95,56 Kubis

20. SP12 22,40 Wortel

21. SP13 99,77 Bawang Daun

22. SP14 489,02 Bawang Daun

23. SP15 16,44 Bawang Daun

24. SP16 111,82 Markisah

25. SP17 179,36 Kubis

26. SP18 91,56 Kentang

27. SP19 71,34 Kentang

28. SP20 23,07 Wortel

Total 4.264,37

Tabbbel

No.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

Page 16: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

94

dan SP17), komoditas bawang daun (SP1, SP13, SP14, dan SP15), komoditas wortel

(SP5, SP12, dan SP20), komoditas sawi (SP8), komoditas markisah (SP16), dan

komoditas tomat (SP9). Komoditas kentang sebagai dominansi relatif tutupan terluas,

hal ini sesuai dengan hasil analisis komoditas unggulan hortikultura sayuran, dimana

nilai LQ dari komoditas kentang tertinggi yaitu 2,75 dibandingkan dengan komoditas

lainnya.

6.3.4. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Hortikultura

Klasifikasi kesesuaian lahan menggunakan kriteria CSR/FAO Staff (1983) dan

disesuaiakan dengan kriteria kesesuaian untuk masing-masing komoditas. Penilaian

kesesuaian lahan dilakukan dengan mencocokkan (matching) antara kualitas lahan dari

masing-masing satuan lahan (hasil analisis tanah dan data-data sekunder seperti curah

hujan, temperatur, dan kelembaban) dengan persyaratan tumbuh untuk tanaman

hortikultura buah-buahan dan sayuran. Komoditas hortikultura yang dipilih yaitu

komoditas yang masuk kategori komoditas unggulan di daerah hulu DAS Jeneberang

(Tabel 12 dan Tabel 13). Komoditas unggulan hortikultura buah-buahan meliputi

komoditas rambutan, mangga, pisang, dan durian. Sedangkan komoditas unggulan

hortikultura sayuran meliputi komoditas kentang, kubis, bawang daun, sawi, dan wortel.

Kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas hortikultura buah-buahan dan sayuran tertera

pada Tabel Lampiran 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14.

6.3.4.1. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Hortikultura Buah- Buahan, Zona Agroekologi pada Elevasi < 700 m dpl

Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan saat ini (current suitability) atau

kelas kesesuaian lahan alami merupakan kesesuaian lahan yang dianalisis pada kondisi

penggunaan lahan sekarang, tanpa masukan atau usaha-usaha perbaikan atau belum

mempertimbangkan usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan

untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada disetiap satuan lahan.

Sedangkan kesesuaian lahan potensial merupakan kesesuaian lahan yang dilakukan

pada kondisi setelah diberikan masukan atau usaha-usaha perbaikan atau kesesuaian

lahan yang akan dicapai setelah dilakukan usaha-usaha perbaikan lahan. Kesesuaian

lahan potensial merupakan kondisi yang diharapkan sesudah diberikan masukan sesuai

dengan tingkat pengelolaan yang akan diterapkan, sehingga dapat diduga tingkat

produktivitas dari suatu lahan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

dannn SP

(SPPP5, S

kommmodi

hal ini

nilaaai LQ

lainnnnynynynynynynynnynynynynynynyynynynynynynynynynynynynynynynynynynynynnynynynynyynynynynynynynnynynynyynynynnynnynynynnynynynynnynyynnyynnnnynynnynyynyynynnnnnynynnnynyynyyyynnyynynyyyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

6.3...4.4.4.4.4...4...44..4...4....44.4.4.4.4...4..4.4.4.44..4..........4.4.4....4.....

diseeesusususuuuuusussusuuuuuuuuuuuuusuuuuuusususuuuuuuuuusuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuusuuuuuuuuusuuuuuuuusuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuaaaa

kesesususususususususussususussusssususussssusuuuuuuusussssssuuuuusssssusssssuuusssssssuusssusussususussusussuuuuuusuuuuua

masssiiiiiiiiiiiiiiiiiiiingngngngnngngngngngngngngnngnngngngnnnnnnngnnnnnnngnnnnngnngnnnngnnngnnnngnnnnnnnngnnnngngnnngngngnnnnngnnnnnnnnnngggnnnngnnggggggggggggggggg

hujaaan,n,n,n,nn,n,nnnnn,n,nnnnn,n,nn,n,n,,n,n,nnnnnnn,nnnnn,n,n,n,n,n,n,n,nnnnnn,n,nn,n,nnn,nnnnn,nnnn,nnnn,nn,nn,nnnn,n,nnnn,,nn,,,,,nn,,,,,,,,,,,,,

horrttikikkkkkkkkkkkkkkkkkkikkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu

kommomooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooddddidddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

(Taaabbbbbbeleleeeleeeleeeeeeeleleleeleeeleeeleleeeeeeeeeeeeeeeeeleeeeleeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeleeeeeeleeeleeeleeeeeeeeeeeeleeleeeeeeeeeeee

kommomooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooddddddidddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

horrttikikikikkkikkkkkkkkkkikkkkkikikiiikiikkiikikikkikkiikkkkkkkkkiiikkkkkkkkkikkkkkiikkkkkkkkkkkkkkkkikkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkuuuuu

Kritteria

paddda Ta

6.3...4.1.

kelaaaaaaaas ss s sss s ss s sssssssss ss sssss ssssssssssssss sssssssssssss ssssss ssssssssssssssssss kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

pennngngngngngngggngnggggngnngngggnggngnngngggggnggngngnggggggnggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggugugugggguguggggugugggguggggggggggggugggggggggggggggggggggggggggggguggguguggggggguggggugguggggggggggggggggggggggggggggg

memmpmpmpppmpmpmpmpmpmpmpmppmppmppmpmpmpmppmpppmppmmmpmmmpmpmmmmmpmpmpmmmpmpmmmppppppppppppppppppppppppppeee

untuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuutuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuukkkkkkk kkkkkkkkkkkkkkk k kkkkkkkkkkkk kkkkkkkkkkk kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk m

Seddadaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnngngngnnnnnnnnnnnnnnnnnnngnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

padddaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa kkk kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

lahaaaaaaaaaaaan nnn n nnnnnnnnnnn nnnnnnn nnnn nnnnnnnnn nnnnnnnn nnnnnnnnnnnnnnnnnnnn nnnnnnnnnn y

lahaaaaaan n nnn nnnnnnnnnn nnnnnn n nnnnnnnnnnnn nnn nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

dennngggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggganananaaananaannannanaannaaanaaaaaaanannnanaaaannaaaaaaaaaaannnaannanaanaaaanaaaaaaaaa

proddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddukukukuukukukukukukukkukkukkkkkukkkkkukukuukukukuuukukukukuukukuuuuuuukukuukukukukuuuuukukkukuuuuukuuuuukuukuuukukukkuuukkuukkukukukuukuu

Page 17: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

95

Hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman buah-buahan

yang tergolong komoditas unggulan tersaji dalam Tabel 16. Berdasarkan data pada

Tabel 16 terlihat bahwa tingkat kesesuaian lahan aktual untuk komoditas buah-buahan

(tanaman rambutan, mangga, pisang, dan durian) termasuk kelas kesesuaian S2 dan S3.

Faktor pembatas yang dominan adalah bahaya erosi (e), daerah perakaran (r), dan

retensi hara (f). Berdasarkan kriteria CSR FAO Staff (1983), tingkat kesesuaian S2

dikategorikan sebagai lahan yang cukup sesuai dimana produktivitas tanaman dibatasi

oleh beberapa faktor pembatas yang tergolong sedang. Tingkat kesesuaian S3

dikategorikan sebagai lahan yang memiliki kesesuaian marginal. Pada tingkat S3 ini

faktor pembatas tergolong sangat berat untuk penggunaan lahan yang lestari. Pembatas-

pembatas tersebut akan mengurangi produktivitas atau keuntungan karena akan

menaikkan masukan yang diperlukan.

Pada zona agroekologi elevasi < 700 m dpl di hulu DAS Jeneberang, kelas

kesesuaian lahan aktual untuk tanaman rambutan pada satuan lahan PL4 adalah kelas S2

dengan faktor pembatas retensi hara (f). Apabila retensi hara diperbaiki maka kelas

kesesuaiannya (kelas kesesuaian lahan potensial) akan meningkat menjadi sangat sesuai

(S1). Pada satuan lahan PL1, PL2, dan PL5, kelas kesesuaian lahan aktual adalah S2

dengan faktor pembatas retensi hara, bahaya erosi dan media perakaran. Apabila faktor

pembatas tersebut dikelola dan diperbaiki maka kelas kesesuaiannya tetap S2 tapi faktor

pembatasnya berkurang menjadi bahaya erosi dan media perakaran. Satuan lahan PL3,

PL7, dan PL8, mempunyai kelas kesesuaian lahan aktual marginal (S3) dengan

faktor pembatas retensi hara, bahaya erosi dan media perakaran. Apabila faktor

pembatas tersebut dikelola dan diperbaiki maka kelas kesesuaian lahan potensial tetap

S3 tapi faktor pembatasnya berkurang menjadi bahaya erosi dan media perakaran. Peta

kesesuaian lahan aktual pada areal penggunaan lain di hulu DAS Jeneberang untuk

komoditas rambutan tersaji pada Gambar 9.

yannng te

Tabbbel 1

(tannnama

Fakkktor

reteeensnsnsnsnnsnsnnsnsnsnsnsnsnsnsnnsnsnsnsnsnsnsnsnsnsnsnnsnnsnsnsssssnsnsnnnnnsnssnsnnnnsnsnnnsnnnsnnsnnsnsnnsnnsnnnnsnsnnnnssnssnnnnnnsnnnnnsnsnssssnnssn i i ii iiii iiii i iiiiiii iiiii iiiiiiiiii iiiii iiiiiiiii iiii iiiiiiii ii

dikaaatetetetetteteeeeeeettetteeteteeeteteeeeteteeeeteetettteeeeeteteteeeeeeeeteeeeeeetteeeeeeettteeteeeettttteeeetteeegggggggggggggggggggggggggggggggggggggg

olehhh

dikaaateteteteteeeeeetteteteeettetteteeetettetetetetteteetetteetteeeeteeeeeeteeeetteeeeteeeeeteeeeeetteteteeeteeteeeeettteeeetetegggg

faktttorororororororoororororrrroorororrrorrorororroorroooorrrooorrorrrooororroorroororroorrooororrrrrrrrrrrrrrrrrrrrororrrrroorrrrrr p

pemmbmbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbaaaaaaaaataaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

mennnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiiiikikikiiiiiiiiikiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

kesesusususususususuususususussssusssususuuuusssussusususususususuususssusuususuususuuussssssssuuuuuuuusuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuusuuusssssuuusuuuusuuusssusuusssuuusssssssuuuuuuuua

denngngggggggananaaaaananananananaanaannnanananaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

kesesusususususususususususssussusususuusususususuususuusususususssuusususuuuuusuuuuusuusuuuuususussusuuuuuusssuususuusussssuususssususuusuussuususususussuussussussuussussuuuuusuusuuuuss a

(S1). .... .... ........... ..... . P

dennngan

pemmmbat

pemmmbat

PL777, d

faktttor

pemmmbmbmmbmbmbbmbmbbbbmbmbmbbmbmbmbbbbbbbatatattatatataaataaattaatatttaaat

S3 ttttapapapapapapapapapapapapapaapapapapaaapppaapapapaapppappapapapapapapapapappapapapaapaapapapapapaapapapapapapapaaapapaapappapapaaaappapaapaaapappppapaaapapaaaappaapppppppppppppppi

keseeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeesusususususuusususuusussususuuusususuususuuuuususususuuuusuusuuusuuusususuussuuuuusuusususussusuussssssususssussuuuusuususssussssssssua

kommmomomoooooomomooooooooooooooooooooooomooooooooooooooooooooooooooooooomoooodididdidddidddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

Page 18: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

96

Tabe

l 16.

Has

il kl

asifi

kasi

kes

esua

ian

laha

n un

tuk

kom

odita

s ho

rtiku

ltura

bua

h-bu

ahan

(ram

buta

n, m

angg

a, p

isan

g, d

an d

uria

n) p

ada

setia

p sa

tuan

laha

ndi

hul

u D

AS

Jene

bera

ng

Satu

an

Laha

n

Ting

kat K

eses

uaia

n La

han

Ram

buta

nM

angg

aPi

sang

Dur

ian

AI

PA

IP

AI

PA

IP

PL1

S2rf

Mi

S2r

S2rf

Mi

S2r

S3f

Mi

S2r

S2rf

Mi

S2r

PL2

S2re

fM

i-Hi

S2re

S3f

Mi

S2re

S3f

Mi

S2e

S3f

Mi

S2re

PL3

S3re

fM

i-Hi

S3re

S3re

fM

i-Hi

S3re

S3ef

Mi-H

iS3

eS3

ref

Mi-H

iS3

re

PL4

S2f

Mi

S1S3

fM

iS2

rS3

fM

iS2

fS3

fM

iS2

r

PL5

S2er

Hi

S2r

S3f

Mi-H

iS2

reS3

fM

iS2

eS3

fM

iS2

re

PL6

S3ef

Hi

S3e

S3ef

Mi-H

iS3

eS3

efM

i-Hi

S3e

S3ef

Mi-H

iS3

e

PL7

S3er

Hi

S3r

S3re

fM

i-Hi

S3re

S3re

fM

i-Hi

S3re

S3re

fM

i-Hi

S3re

PL8

S3er

Hi

S3r

S3re

Mi-H

iS3

rS3

ref

Mi-H

iS3

reS3

ref

Mi-H

iS3

re

Ket

eran

gan

: A

= k

eses

uaia

n la

han

aktu

al; I

= ti

ngka

t inp

ut; P

= k

eses

uaia

n la

han

pote

nsia

l; f

= re

tens

i har

a; e

= b

ahay

a er

osi;

r =

med

ia

pera

kara

n; M

i = m

ediu

m in

put;

Hi =

hig

h in

put (

inpu

t tin

ggi).

Tabbbe

l 1

Saaatu

anLaaa

han

PLLLL11111111111111111111111111111111111111111111111

PLLL222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222

PLLL3333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333

PLLL444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444

PLLL5555555555555555555555555555555555555555555555

PLLL66666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666

PLLL777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777

PLLL88888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888

Kettt

eeeeerararararaaararararararaaaraararaaaraarararrrraraaaraaarrraarraraarrraraaarrraaarararrrrrraaaaarrarrarraaaaaaaarraaaaarraaarararaaararraararaarrrrrran

Page 19: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

97

Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman mangga pada satuan lahan

PL1 adalah kelas S2 dengan faktor pembatas retensi hara (f) dan media perakaran

(r). Apabila retensi hara diperbaiki maka kelas kesesuaian kesesuaian potensial

menjadi S2 dengan faktor pembatas media perakaran. Pada satuan lahan PL2,

PL3, PL4, PL5, PL6, PL7, dan PL8, kelas kesesuaian lahan aktual adalah S3

dengan faktor pembatas retensi hara, bahaya erosi dan media perakaran. Apabila

ketiga faktor pembatas ini dikelola dan diperbaiki maka kelas kesesuaian potensial

meningkat menjadi S2 untuk PL2, PL4, dan PL5, sedangkan satuan lahan PL3,

PL6, PL7, dan PL8 tetap S3 dengan faktor pembatasnya berkurang menjadi

bahaya erosi dan media perakaran. Peta kesesuaian lahan aktual pada areal

penggunaan lain (APL) untuk komoditas mangga disajikan pada Gambar 10.

Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman pisang menunjukkan bahwa

semua satuan lahan berada pada kelas S3 dengan faktor pembatas retensi hara (f)

dan media perakaran (r). Apabila retensi hara diperbaiki maka kelas kesesuaian

potensial menjadi S2 dengan faktor pembatas media perakaran dan bahaya erosi

untuk satuan lahan PL1, PL2, PL4, dan PL5. Sedangkan satuan lahan PL3, PL6,

PL7, dan PL8, kelas kesesuaian lahan potensial tetap di S3 dengan faktor

pembatas bahaya erosi dan media perakaran. Peta kesesuaian lahan aktual pada

areal penggunaan lain (APL) untuk komoditas pisang tersaji pada Gambar 11.

Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman durian pada satuan lahan

PL1 adalah kelas S2 dengan faktor pembatas retensi hara (f) dan media perakaran

(r). Apabila retensi hara diperbaiki maka kelas kesesuaian potensial menjadi S2

dengan faktor pembatas media perakaran. Pada satuan lahan PL2, PL3, PL4, PL5,

PL6, PL7, dan PL8, kelas kesesuaian lahan aktual adalah S3 dengan faktor

pembatas retensi hara, bahaya erosi dan media perakaran. Apabila ketiga faktor

pembatas ini dikelolah dan diperbaiki maka kelas kesesuaian potensial meningkat

menjadi S2 untuk PL2, PL4, dan PL5, sedangkan satuan lahan PL3, PL6, PL7,

dan PL8 tetap S3 dengan faktor pembatasnya berkurang menjadi bahaya erosi dan

media perakaran. Peta kesesuaian lahan aktual untuk komoditas durian tersaji

pada Gambar 12.

P

(r

m

P

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

mmmmmmm

PPPPPPP

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

sesssssssssssssssssssssssss

dddddddddddddddddddddddddddd

pppppppppppppppppppp

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu

PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP

p

ar

P

(r

ddddddddddddddddddddddd

PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

dddddddddddddddd

mmmmmmmmmmmmmmmmm

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

Page 20: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

98

Gam

bar 9

. Pe

ta k

eses

uaia

n la

han

aktu

al k

omod

itas r

ambu

tan

pada

are

al p

engg

unaa

n la

in d

i hul

u D

AS

Jene

bera

ng.

GGGam

Page 21: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

99

Gam

bar 1

0. P

eta

kese

suai

an la

han

aktu

al k

omod

itas m

angg

a di

are

a hu

lu D

AS

Jene

bera

ng.

Gam

Page 22: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

100

Gam

bar 1

1.

Peta

kes

esua

ian

laha

n ak

tual

kom

odita

s pis

ang

di a

rea

hulu

DA

S J

eneb

eran

g.G

am

Page 23: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

101

Gam

bar 1

2.

Peta

kes

esua

ian

laha

n ak

tual

kom

odita

s dur

ian

di a

rea

hulu

DA

S Je

nebe

rang

.GGG

am

Page 24: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

102

Tabe

l 17.

Luas

are

al (h

a) b

erda

sark

an k

elas

kes

esua

ian

laha

n ak

tual

dan

pot

ensi

al u

ntuk

kom

odita

s hor

tikul

tura

bua

h-bu

ahan

Kom

odita

s

Ung

gula

n

Luas

Are

al B

erda

sark

an K

elas

Kes

esua

ian

Laha

n (h

a)

Akt

ual

Pote

nsia

l

S1S2

S3N

S1S2

S3N

Ram

buta

n-

5.06

1,00

174,

38-

1.48

4,55

3.57

6,45

174,

38-

Man

gga

-48

5,81

4.74

9,58

--

2.90

1,93

2.33

3,46

-

Pisa

ng-

-5.

235,

39-

-2.

929,

202.

306,

18-

Dur

ian

-48

5,81

4.74

9,58

--

2.90

1,93

2.33

3,45

-

Tabbbe

l 1

Kooom

o

Unnng

gu

Raaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaam

bm

bm

bm

bm

bm

bmm

bm

bmm

bm

bm

bmm

bm

bm

bm

bm

bmm

bm

bm

bm

bm

bm

bm

bm

bm

bm

bm

bm

bmm

bm

bm

bm

bm

bm

bmm

bm

bm

bm

bm

bm

bm

bm

bm

bm

bm

bbm

bm

bm

bm

bm

bbm

bm

bm

bm

bbm

bm

bm

bm

bbm

bm

bm

bmm

bm

bbbmm

bm

bm

bbm

bm

bm

bbmm

bbm

bm

bmmm

bbbm

bm

bmmmm

bbmm

bm

bbmmm

bmm

bbbbm

bbm

bbm

bbbm

b

Maaan

gngngngngngngnnngngnngnnngnngnngnnnnnnnnnnngngnngngnngngnnggngnnnnnnnnggnnngnnngnnngnnnnnnngngnngnnnnngnnnngngnnngnnnnnggnggnnnnnnngnnnnnnnnnnngnnnnnnngnggngnnngngnnnngggnnnngnnnnnnnnnnnnnnngnggggggggggggggggggg

Pissaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

nnnnnnnnngnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

Duuur

iririririiiiirrirriririiriririiirirrriiriiririrrririiiiiirriririiiiiiiriririirrriiirririrriririirrrriiiiiiiiiiiiriiiiiiririiaaaanaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Page 25: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

103

Luas areal masing-masing kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial

untuk komoditas hortikultura buah-buahan pada areal penggunaan lain (APL)

disajikan dalam Tabel 17. Data dalam Tabel 17 menunjukkan bahwa luas lahan

yang sesuai moderat (S2) aktual untuk komoditas rambutan yaitu 5.061,00 ha,

dan kelas sesuai marginal (S3) yaitu 174,38 ha. Apabila dilakukan perbaikan

pada faktor pembatas retensi unsur hara (f) maka kelas kesesuaian lahan aktual S2

akan meningkat menjadi kelas kesesuaian potensial S1 dengan luas 1.484,55 ha.

Dengan demikian luas kelas S2 potensial menurun menjadi 3.576,45 ha, dan luas

lahan yang masuk kategori kelas S3 adalah 174,38 ha, dengan faktor pembatas

yang semakin sedikit yaitu media perakaran dan bahaya erosi.

Komoditas mangga dan durian penyebarannya sama, yaitu untuk kelas cukup sesuai (S2) aktual luasannya 485,81 ha, dan sesuai marginal (S3) yaitu 4.749,58 ha. Apabila dilakukan perbaikan pada faktor pembatas retensi unsur hara (f) maka kelas kesesuaian lahan potensial S2 luasannya meningkat menjadi 2.901,93 ha, dan luas lahan yang masuk kategori kelas S3 menurun menjadi 2.333,46 ha.

Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas pisang yaitu semua unit

lahan masuk kategori kelas S3 yaitu 5.235,39 ha. Jika dilakukan perbaikan pada

faktor pembatas retensi unsur hara (f) maka ada perubahan dari kelas aktual S3

menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S2 dengan luasan 2.929,20 ha, dengan

demikian luas lahan yang masuk kategori kelas S3 menurun menjadi 2.306,18 ha.

6.3.4.2. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Hortikultura Sayuran, Zona Agroekologi pada Elevasi ≥ 700 m dpl

Data hasil klasifikasi lahan untuk komoditas hortikultura sayuran disajikan

pada Tabel 18. Data pada Tabel 18 menunjukkan bahwa komoditas kentang,

wortel, kubis, sawi, dan bawang daun yang ditanam petani di hulu DAS

Jeneberang memiliki tingkat kesesuaian lahan antara kelas S2, S3, dan N. Faktor

pembatas adalah retensi hara (f) dan bahaya erosi (e).

Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas kentang, wortel dan kubis

yang masuk kategori kelas S2 yaitu SP6 dan SP7 dengan faktor pembatas retensi

hara, erosi dan lereng. Luas areal dari kedua satuan lahan ini yaitu 3.152,29 ha

atau 19,49%. Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas kentang, wortel,

u

d

y

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

akaaaaaaa

DDDDDDD

llallllllllllllllllllllllllllllllllll

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy

ccucccccccccccccccccccccccccccccccccc444444444444444444444444444444444444((f((((222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222

la

fa

m

d

6666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww

JJJeJeJJJJeJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

atataaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Page 26: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

104

Tabe

l 18.

H

asil

klas

ifika

si k

eses

uaia

n la

han

untu

k ko

mod

itas

horti

kultu

ra s

ayur

an (

kent

ang,

wor

tel,

kubi

s, sa

wi,

dan

baw

ang

daun

) pa

da se

tiap

satu

an la

han

di z

ona

agro

ekol

ogi e

leva

si ≥

700

m d

pl d

i hul

u D

AS

Jene

bera

ng

Satu

an

Laha

n

Ting

kat K

eses

uaia

n La

han

Ken

tang

Wor

tel

Kub

isSa

wi

Baw

ang

Dau

nA

IP

AI

PA

IP

AI

PA

IP

SP1

S3f

Mi

S2e

S3f

Mi

S2e

S3f

Mi

S2e

S3f

Mi

S2f

S3f

Mi

S2f

SP2

S3f

Mi-H

iS2

eS3

fM

iS2

eS3

fM

iS2

eS3

fM

iS2

eS3

fM

iS2

eSP

3S3

feM

i-Hi

S3e

S3fe

Mi-H

iS3

eS3

feM

i-Hi

S3e

S3fe

Mi-H

iS3

eS3

feM

i-Hi

S3e

SP4

Ne

Hi

S3e

Ne

Hi

S3e

Ne

Hi

S3e

Ne

Hi

S3e

Ne

Hi

S3e

SP5

S3f

Mi-H

iS2

eS3

fM

i-Hi

S2e

S3f

Mi-H

iS2

eS3

fM

i-Hi

S2f

S3f

Mi-H

iS2

fSP

6S2

feM

i-Hi

S2e

S2fe

Mi-H

iS2

eS2

feM

i-Hi

S2e

S3f

Mi-H

iS2

eS2

feM

i-Hi

S2e

SP7

S3fe

Mi-H

iS3

eS3

feM

i-Hi

S3e

S3fe

Mi-H

iS3

eS3

eM

i-Hi

S3e

S3fe

Mi-H

iS3

eSP

8N

eH

iS3

eN

eH

iS3

eN

eH

iS3

eN

eH

iS3

eN

eH

iS3

eSP

10S2

feM

iS2

eS3

fM

iS2

eS3

fM

iS2

eS2

feM

iS2

eS2

feM

iS2

eSP

11S3

eH

iS3

eS3

eH

iS3

eS3

eH

iS3

eS3

feH

iS3

eS3

feH

iS3

eSP

12N

eH

iS3

eN

eH

iS3

eN

eH

iS3

eN

eH

iS3

eN

eH

iS3

eSP

13S3

fM

iS2

fS3

fM

iS2

fS3

fM

iS2

fS3

fM

iS2

fS3

fM

iS2

fSP

14S3

fM

iS2

eS3

fM

iS2

eS3

fM

iS2

eS3

fM

iS2

eS3

fM

iS2

eSP

15S3

feM

i-Hi

S3e

S3fe

Mi-H

iS3

eS3

feM

i-Hi

S3e

S3fe

Mi-H

iS3

eS3

feM

i-Hi

S3e

SP16

Ne

Hi

S3e

Ne

Hi

S3e

Ne

Hi

S3e

Ne

Hi

S3e

Ne

Hi

S3e

SP17

S3f

Mi

S2e

S3f

Mi

S2e

S3f

Mi

S2e

S2f

Mi

S1S2

fM

iS1

SP18

S3f

Mi

S2e

S3f

Mi

S2e

S3f

Mi

S2e

S3f

Mi

S2e

S3f

Mi

S2e

SP19

S3fe

Mi-H

iS3

eS3

feM

i-Hi

S3e

S3fe

Mi-H

iS3

eS3

feM

i-Hi

S3e

S3fe

Mi-H

iS3

eSP

20N

eH

iS3

eN

eH

iS3

eN

eH

iS3

eN

eH

iS3

eN

eH

iS3

eK

eter

anga

n : A

= k

eses

uaia

n la

han

aktu

al; I

= ti

ngka

t inp

ut; P

= k

eses

uaia

n la

han

pote

nsia

l; f =

rete

nsi h

ara;

e =

bah

aya

eros

i; r =

med

ia p

erak

aran

; Mi =

med

ium

inpu

t; H

i = h

igh

inpu

t (in

put t

ingg

i).

T S L S SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS K

Page 27: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

105

kubis, sawi, dan bawang daun yang masuk kategori kelas S2 yaitu SP6, dan

komoditas kentang, sawi, dan bawang daun pada SP10 dan SP17, dengan faktor

pembatas retensi hara, dan bahaya erosi. Kelas kesesuaian lahan aktual S3 untuk

komoditas kentang, wortel, kubis, sawi, dan bawang daun meliputi SP1, SP2, SP3,

SP5, SP7, SP10, SP11, SP13, SP14, SP15, SP17, SP18, dan SP19 dengan faktor

pembatas retensi hara dan bahaya erosi. Sedangkan lahan yang masuk kategori

tidak sesuai aktual untuk komoditas kentang, wortel, kubis, sawi, dan bawang

daun yaitu SP4, SP8, SP9, SP12, SP16 dan SP20. Lahan ini dapat dimanfaatkan

untuk pertanaman komoditas hortikultura sayuran tapi memerlukan input yang

sangat besar, sehingga perlu dilakukan kajian mendalam untuk

mempertahankannya. Hal ini disebabkan karena faktor pembatasnya adalah

kemiringan lereng dan bahaya erosi. Peta kesesuaian lahan aktual komoditas

kentang tersaji pada Gambar 13, komoditas wortel (Gambar 14), komoditas sawi

(Gambar 15), komoditas bawang daun (Gambar 16) dan komoditas kubis (Gambar

17).

Dengan pemberian input atau usaha-usaha perbaikan pada lahan, maka

kelas kesesuaian lahan aktual akan berubah menjadi kelas kesesuaian lahan

potensial. Kelas kesesuaian lahan potensial komoditas hortikultura sawi dan

bawang daun meningkat dari S2 menjadi S1 pada satuan lahan SP 17. Kelas

kesesuaian lahan potensial S2 komoditas hortikultura sayuran (kentang, wortel,

kubis, sawi, dan bawang daun) pada satuan lahan SP1, SP2, SP5, SP6, SP10,

SP13, SP14, SP17, dan SP18. Satuan lahan yang masuk kategori kelas kesesuaian

lahan potensial S3 untuk komoditas sayuran yaitu SP3, SP4, SP7, SP8, SP11,

SP12, SP15, SP16, SP19, dan SP20.

Luas areal masing-masing kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial

untuk komoditas hortikultura sayuran pada areal penggunaan lain (APL) disajikan

pada Tabel 19. Data pada Tabel 19 menunjukkan luas lahan yang sesuai moderat

(S2) aktual untuk komoditas kentang yaitu 613,39 ha, kelas sesuai marginal (S3)

yaitu 4.054,21 ha, dan tidak sesuai (N) yaitu 613,39 ha. Apabila dilakukan

perbaikan pada faktor pembatas retensi unsur hara (f) maka kelas kesesuaian lahan

potensial S2 luasannya meningkat menjadi 1.622,86 ha, luas lahan yang masuk-

k

k

p

k

SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

ttittttttttttttttttttttttttttttttttttttt

dddddddd

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu

ssasssssssssssssssssssssssssssssssssssss

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

((G((((

1111

k

p

b

k

k

SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS

lalllllllllllllllllllllll

SSSSSSSSSSSSSSS

uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

(((S(((((((((((((((((((((

yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy

pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

Page 28: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

106

Tabe

l 19.

Luas

are

al (h

a) b

erda

sark

an k

elas

kes

esua

ian

laha

n ak

tual

dan

pot

ensi

al u

ntuk

kom

odita

s hor

tikul

tura

sayu

ran

Kom

odita

sLu

as A

real

Ber

dasa

rkan

Kel

as K

eses

uaia

n La

han

(ha)

Akt

ual

Pote

nsia

l

S1S2

S3N

S1S2

S3N

Ken

tang

-61

3,39

4.05

4,21

613,

39-

1.62

2,86

3.39

2,39

-

Kub

is-

347,

654.

054,

2061

3,39

-1.

622,

863.

392,

39-

Baw

ang

Dau

n-

1.49

7,49

2.90

4,37

613,

3944

6,00

2.28

0,39

2.28

8,85

-

Wor

tel

-34

7,65

4.05

4,20

613,

39-

1.62

2,86

3.39

2,39

-

Saw

i-

1.36

3,38

1.57

6,55

613,

3944

6,00

2.49

3,93

2.07

5,32

-

T

Page 29: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

107

Gam

bar 1

3.

Peta

kes

esua

ian

laha

n ak

tual

kom

odita

s ken

tang

di a

rea

hulu

DA

S Je

nebe

rang

.

Page 30: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

108

Gam

bar 1

4. P

eta

kese

suai

an la

han

aktu

al k

omod

itas w

orte

l di h

ulu

DA

S Je

nebe

rang

.

Page 31: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

109

Gam

bar 1

5. P

eta

kese

suai

an la

han

aktu

al k

omod

itas s

awi d

i are

a hu

lu D

AS

Jene

bera

ng.

Page 32: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

110

Gam

bar 1

6. P

eta

kese

suai

an la

han

aktu

al k

omod

itas b

awan

g da

un d

i are

a hu

lu D

AS

Jene

bera

ng.

Page 33: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

111

Gam

bar 1

7. P

eta

kese

suai

an la

han

aktu

al k

omod

itas k

ubis

di a

rea

hulu

DA

S Je

nebe

rang

.

Page 34: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

112

kategori kelas S3 menurun menjadi 3.392,39 ha, dan tidak ada lagi lahan yang

tidak sesuai untuk tanaman kentang.

Komoditas wortel dan kubis penyebarannya sama, yaitu untuk kelas cukup

sesuai (S2) aktual luasannya 347,65 ha, sesuai marginal (S3) yaitu 4.054,20 ha,

dan tidak sesuai (N) yaitu 613,39 ha. Apabila dilakukan perbaikan pada faktor

pembatas retensi unsur hara (f) maka kelas kesesuaian lahan potensial S2

luasannya meningkat menjadi 1.622,86 ha, luas lahan yang masuk kategori kelas

S3 menurun menjadi 3.392,39 ha, dan tidak ada lahan yang tidak sesuai untuk

tanaman wortel dan kubis.

Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas sawi, kelas S2 luasnya

1.363,38 ha, kelas S3 luasnya 1.576,55 ha, dan tidak sesuai (N) luasnya 613,39

ha. Jika dilakukan perbaikan pada faktor pembatas retensi unsur hara (f) maka

perubahan dari kelas S2 menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 luasnya yaitu

446,00 ha. Sedangkan kelas S2 potensial yaitu 2.493,93 ha, dan luas lahan yang

masuk kategori kelas S3 menurun menjadi 2.075,32 ha, dan tidak ada lahan yang

tidak sesuai.

Kelas kesesuaian lahan aktual S2 untuk komoditas bawang daun luasnya

1.479,49 ha, kelas S3 luasnya 2.904,20 ha, dan tidak sesuai (N) luasnya 613,39

ha. Jika dilakukan perbaikan pada faktor pembatas retensi unsur hara (f) maka

perubahan dari kelas S2 menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 luasnya yaitu

446,00 ha. Sedangkan kelas S2 potensial yaitu 2.280,39 ha, dan luas lahan yang

masuk kategori kelas S3 menurun menjadi 2.288,85 ha, dan tidak ada lahan yang

tidak sesuai untuk tanaman bawang daun.

6.4. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :

Hasil analisis komoditas unggulan melalui pendekatan LQ di daerah hulu DAS

Jeneberang menunjukkan bahwa komoditas buah-buahan meliputi rambutan,

mangga, pisang, dan durian, sedangkan komoditas sayuran yaitu kentang,

wortel, kubis, sawi, dan bawang daun merupakan komoditas unggulan.

k

ti

se

ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd

ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp

llulllllllllllllllllllllllllllllllllll

SSSSSS

ttattttttttttttttttttttttttttttttttt

1111111111111111111111

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

ppppppppppppppppppp

444444

mmmmmm

tttittt

1

h

p

4

mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

titttttttttttttttttttttttttttttttttttt

6666666666666666666666666666666666666666666666666666666

Page 35: VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut

113

Tingkat kesuburan tanah di daerah hulu DAS Jeneberang termasuk kategori

rendah, baik pada tanah di zona agroekologi pada elevasi < 700 m dpl, maupun

pada tanah di zona agroekologi pada elevasi ≥ 700 m dpl.

Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas unggulan hortikultura buah-

buahan adalah S2 dan S3, dengan faktor pembatas retensi hara, media

perakaran, dan bahaya erosi. Kelas kesesuaian lahan potensial untuk komoditas

buah-buahan yaitu S1, S2, dan S3, dengan faktor pembatas media perakaran

dan bahaya erosi.

Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas unggulan hortikultura sayuran

adalah S2, S3, dan N dengan faktor pembatas retensi hara dan bahaya erosi.

Kelas kesesuaian lahan potensial untuk komoditas hortikultura sayuran yaitu

S1, S2, dan S3 dengan faktor pembatas bahaya erosi.