vi. evaluasi kesesuaian lahan untuk … · 80 sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan...
TRANSCRIPT
79
VI. EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA DI HULU DAS JENEBERANG
6.1. Pendahuluan
Tanaman hortikultura buah-buahan dan sayuran merupakan tanaman
komoditas unggulan di Kabupaten Gowa yang bisa mendatangkan devisa bagi
pendapatan asli daerah (PAD). Tanaman hortikultura merupakan salah satu
penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) terbanyak di Kabupaten Gowa.
Sekitar 40 persen PAD pada tahun 2010 berasal tanaman tersebut (BPS Kab.
Gowa, 2010). Tanaman hortikultura memiliki prospek yang baik, karena banyak
dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Bagian hulu DAS Jeneberang yang
terletak di Kabupaten Gowa memiliki potensi untuk pengembangan pertanian
khususnya tanaman hortikultura. Luas lahan kering di Kabupaten Gowa mencapai
143.047 ha dan hanya sekitar 32.173 ha yang merupakan tanah sawah. Ada 25,7
% dari luas lahan kering dimanfaatkan untuk tegalan dan ladang yang merupakan
lahan berpotensi untuk pengembangan pertanian hortikultura (BPS Kab. Gowa,
2008). Tipologi lahan dimanfaatkan secara optimal. Mengacu pada potensi lahan
dan pengembangan wilayah, maka perlu dikembangkan prioritas komoditas
pertanian khususnya tanaman hortikultura yang berbasis agroekologi. Peningkatan
produksi tanaman hortikultura memerlukan penerapan teknologi budidaya yang
tepat, perbaikan mutu produksi, dan peluang pasar dengan tetap mengacu pada
kesesuaian lahan dan iklim berdasarkan agroekologinya.
Produktivitas tanaman hortikultura tergantung pada kualitas lahan yang
ditanami. Jika ada pemilihan lahan pada awal penanaman tanaman yang tidak
produktif tidak disisihkan, maka akan terjadi kerugian (finansial) yang cukup
besar. Penentuan jenis budidaya tanaman hortikultura yang sesuai untuk ditanami
pada suatu lahan tertentu dapat dilakukan dengan membandingkan data-data yang
ada di lapangan (biofisik lahan) dengan kriteria persyaratan tumbuh untuk
tanaman hortikultura tertentu.
Keberhasilan penanaman suatu jenis tanaman sangat dipengaruhi oleh
kondisi biofisik lokasi yang akan ditanami. Seberapa jauh tingkat kesesuaiannya
tergantung dari kecocokan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan kondisi
biofisik lokasi penanaman (Bydekerke et al., 1998). Kondisi biofisik yang tidak
6
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
SSSSSS
GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
ttettttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
11111111111
%%%%%%%
lalllll
2222222222222222222222
d
p
p
te
k
ddddddddddddddddddddddddddddd
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
ttttatttttttttttttttttttttttttttttttttt
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
tetttttttttttttttttttttttttttt
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
80
sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman
akan terganggu, sehingga secara ekonomis tanaman tersebut tidak menguntungkan
(FAO, 1993 dalam Sicat, Carranza, dan Nidumolu, 2005).
Karakteristik lahan dan iklim di kawasan lahan kering hulu DAS
Jeneberang sesuai untuk pengembangan tanaman hortikultura. Keberhasilan
penanaman suatu jenis tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi biofisik lokasi
yang akan ditanami. Seberapa jauh tingkat kesesuaiannya tergantung dari
kecocokan antara persyaratan tumbuh tanaman dengan kondisi biofisik lokasi
penanaman. Kondisi biofisik yang tidak sesuai dengan persyaratan yang
dibutuhkan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terganggu, sehingga
secara ekonomis tanaman tersebut tidak menguntungkan. Selain itu daerah
tersebut sebagian besar merupakan daerah perbukitan yang mempunyai lereng
yang cukup curam dan curah hujan yang tinggi. Berdasar hal tersebut maka perlu
dikaji kembali tingkat kesesuaian lahannya untuk jenis tanaman hortikultura.
Meskipun secara sosial ekonomi tanaman hortikultura ini dapat diterima
masyarakat dan menguntungkan, serta lokasi ini telah menjadi tempat studi
banding bagi daerah lain, namun informasi tentang kesesuaian lahan penting
untuk dilakukan dan untuk diketahui. Dengan diketahuinya tingkat kesesuaian
lahan, maka informasi ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan secara
teknis bagi pengembangan tanaman hortikultura di Kabupaten Gowa khususnya di
hulu DAS Jeneberang. Suatu jenis tanaman dapat hidup meskipun
produktivitasnya rendah, dan dapat masuk pada kelas tidak sesuai, tergantung dari
faktor-faktor dalam menentukan kelas kesesuaian lahan. Meskipun secara fisik
tidak sesuai tetapi kenyataannya secara sosial dapat dianggap sesuai oleh
masyarakat setempat.
6.2. Metode Penelitian 6.2.1. Tahap Pertama : Penentuan Komoditas Unggulan Hortikultura
6.2.1.1. Sumber dan Teknik Pengambilan Data
Jenis data yang digunakan dalam penentuan komoditas unggulan yaitu
data sekunder. Data sekunder meliputi jenis komoditas hortikultura, produktivitas,
luas tanam dan luas panen di tingkat kabupaten dan tingkat kecamatan.
se
ak
(F
JJJJJJJJJeJeJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJeJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy
kkkkkkkk
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
sesssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
tttettttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt
yyyyyyyyyyyyyyyyyyy
ddddddd
MMMMMM
m
b
u
la
te
h
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
faffffffffffffffffffffffffffff
ttitttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666
66666666666666666666666666666666666
ddddddddddddddddddddddddddd
lulllllllllllllllllllllllllllll
81
6.2.1.2. Metode Analisis Data
Komoditas unggulan merupakan komoditas basis atau penggerak utama
pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian. Komoditas unggulan adalah
komoditas yang dominan diusahakan masyarakat, merupakan komoditas spesifik
lokasi, dibudidayakan berdasarkan agroekologi, besaran ekonominya
menguntungkan, memiliki prospek pasar, meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan keluarga petani, potensi dan sumberdaya lahan yang luas, digemari
oleh masyarakat, diusahakan sepanjang tahun, dan merupakan komoditas
dominan. Komoditas unggulan di hulu DAS Jeneberang dibagi dalam dua wilayah
kecamatan (sesuai dengan elevasinya). Kecamatan Parangloe (zona agroekologi
pada elevasi < 700 m dpl) sebagai daerah pengembangan komoditas hortikultura
buah-buahan dan Kecamatan Tinggi Moncong (zona agroekologi padab elevasi ≥
700 m dpl) sebagai daerah pengembangan komoditas hortikultura sayuran.
Analisis komoditas unggulan menggunakan beberapa kriteria yang dapat
dijadikan sebagai dasar penilaian, yaitu :
a. Pengusahaan komoditas dominan, dengan indikator luas tanam.
b. Tingkat produktivitas wilayah dengan indikator penilaian nilai relatif
produktivitas komoditas.
c. Memiliki keunggulan komparatif, dengan indikator penilaian nilai location
quotient (LQ) luas tanam. Rumus LQ adalah sebagai berikut :
Xkec / XskecLQij =
Xkab / XSkab
imana : Xkec = luas tanam komoditas tertentu di kecamatan tertentu Xskec = luas tanam seluruh komoditas di kecamatan tertentu Xkab = luas tanam komoditas tertentu di kabupaten XSkab= luas total komoditas di kabupaten
Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga kriteria yaitu :
Jika LQ > 1, artinya komoditas tersebut menjadi basis atau menjadi
sumber pertumbuhan. Komoditas menjadi keunggulan komparatif,
hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wailayah
bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.
6
p
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
lolllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
mmmmmm
kkkkkkk
oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
kkkkkkkk
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
7777777777777777777777777777777777777
ddddddddddddddddddddddddddd
82
Jika LQ = 1, artinya komoditas tersebut tergolong non basis, tidak
memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk
diekspor.
Jika LQ < 1, artinya komoditas ini juga termasuk non basis.
Produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi
kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.
d. Komoditas diperdagangkan antar wilayah, dengan indikator penilaian
adalah nilai LQ produksi komoditas.
6.2.2. Tahap Kedua: Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura
6.2.2.1. Sumber dan Teknik Pengambilan Data
Data untuk evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman hortikultura diambil
dari survey tanah di hulu DAS Jeneberang yang ditanami tanaman hortikultura.
Lokasi pengambilan sampel didasarkan pada peta satuan lahan (unit lahan) yang
dihasilkan dari overlay peta dasar berdasarkan agroekologi lokasi penelitian.Titik
koordinat pengambilan sampel tanah disajikan pada Tabel Lampiran 2.
Pengambilan contoh tanah menggunakan Stratified Random Sampling untuk
masing-masing unit lahan. Jumlah contoh tanah untuk keperluan analisis sifat
kimia dan fisik tanah sangat tergantung pada banyaknya satuan lahan. Contoh
tanah untuk analisis sifat fisik menggunakan ring sampel. Untuk analisis sifat
kimia, setiap satuan unit lahan dipilih secara acak sebanyak lima contoh tanah,
kemudian dikompositkan. Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat kimia
tanah menggunakan bor tanah sedalam lapisan olah (0 – 30 cm) dari permukaan
tanah. Contoh tanah tersebut kemudian dianalisis di Laboratorium. Analisis sifat
kimia tanah meliputi kapasitas tukar kation (KTK), pH, N-total, P-tersedia, K
dapat ditukar, C-organik, salinitas dan kejenuhan basa. Analisis sifat fisik tanah
meliputi tekstur dan permeabilitas.
Pengamatan di lapang untuk sifat fisik-kimia tanah dilakukan dengan
mengukur beberapa variabel meliputi drainase, kedalaman efektif, kemiringan
lereng, panjang lereng, jenis komoditas, dan tutupan vegetasi. Pengukuran
66666666666666666666666666
6666666666666666666666666666
dddddddd
LLLLLL
d
k
P
m
k
tatattattttatatattattatattattattaattttaattttaatttaaattttattttttttttttttttttttttttt
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
tattttttttttttttttttttttttttt
tttatattttattattttttatatttttttattttttttttttttttttttt
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
mmmm
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
lllelellllllllllllllllllllllllllllllllll
83
kedalaman efektif, kedalaman solum, menggunakan metode minipit, yaitu dengan
cara menggali tanah berukuran : panjang, lebar dan kedalaman masing-masing 60
cm, kemudian diukur setiap lapisan/kedalamannya menggunakan meteran.
Pengukuran panjang lereng dan kemiringan lereng menggunakan alat abney level.
Satuan panjang lereng adalah meter dan kemiringan lereng adalah persen (%).
Data sekunder yang diperlukan untuk analisis kesesuaian lahan yaitu curah hujan,
luas panen komoditas hortikultura buah-buahan dan sayuran tingkat kabupaten
dan kecamatan.
Pengamatan komoditas dominan yang ditemukan di lapangan pada setiap
satuan lahan dilakukan untuk data dasar dalam melaksanakan analisis kesesuaian
lahan dan prediksi erosi yang terjadi. Setiap satuan lahan dari komoditas dominan
di plotkan dalam areal di hulu DAS Jeneberang, kemudian dibuatkan peta
dominansi relatif tutupan lahan untuk komoditas hortikultura (buah-buahan dan
sayuran).
6.2.2.2. Metode Analisis Data
Analisis evaluasi kesesuaian lahan dilakukan terhadap hasil dari analisis
komoditas unggulan tanaman hortikultura. Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan
akan dilakukan dengan menggunakan sistem evaluasi yang diadopsi dari FAO
dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan
tumbuh komoditas tanaman berbasis lahan. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan
melalui dua tahap (Sitorus, 2004). Tahap pertama adalah menilai persyaratan
tumbuh tanaman yang akan diusahakan atau mengetahui sifat-sifat tanah dan
lokasi yang pengaruhnya bersifat negatif terhadap tanaman. Tahap kedua
mengidentifikasi dan membatasi lahan yang mempunyai sifat-sifat yang
diinginkan tetapi tanpa sifat-sifat lain yang tidak diinginkan.
Klasifikasi kesesuaian penggunaan lahan yang akan digunakan ada dua
kategori, yaitu kelas dan subkelas. Kesesuaian lahan pada tingkat kelas terdiri
dari : (1) Kelas S1 ; sangat sesuai (Highly Suitable), (2) Kelas S2 ; cukup sesuai
(Moderately Suitable), (3) Kelas S3 ; sesuai marginal (Marginally Suitable), (4)
Kelas N1 ; tidak sesuai pada saat ini (Currently not Suitable), dan (5) Kelas N2 ;
tidak sesuai permanen (Permanently not Suitable). Subkelas ditentukan
k
c
cm
P
SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD
llulllllllllllllllllllllllllllllllllll
dddddddd
ssassssssssssssssssssssssssssssssssss
lalllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
dddddddddddddddddddddddd
sassss
6666666666666666666666666666666
k
ak
d
tu
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
tttutttttttttttttttttttt
lllolllllllllllllllllllllll
mmmmmmmmmmmmmmmmm
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
(((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((MMMMMMMMMMMM
KKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK
tttittttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt
84
berdasarkan kualitas dan sifat-sifat lahan yang menjadi faktor pembatas terberat
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Kriteria kesesuaian lahan yang digunakan berpedoman pada kriteria yang
dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Djaenudin et al.,
2000) sebanyak 13 faktor, yaitu temperatur, curah hujan, drainase, tekstur, bahan
kasar, kedalaman tanah, KTK, kejenuhan basa, pH, C-organik, lereng, bahaya
erosi, dan batuan dipermukaan.
6.3. Hasil dan Pembahasan
6.3.1. Analisis Komoditas Unggulan Hortikultura di Hulu DAS Jeneberang
Penentuan komoditas unggulan suatu daerah merupakan langkah awal
menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisien untuk meraih
keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi perdagangan. Langkah
menuju efisiensi dapat ditempuh dengan mengembangkan komoditas yang
mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun
permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas
dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial
ekonomi petani di suatu wilayah. Sedangkan dari sisi permintaan, komoditas
unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar (Syafaat dan Supena, 2000).
Kondisi sosial ekonomi mencakup penguasaan teknologi, kemampuan
sumberdaya manusia, infrastruktur, dan kebiasaan petani setempat.
Menurut Hood (1998) dalam Hendayana (2003), LQ adalah suatu alat
pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan
keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum
digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami
sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi
relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan
perbandingan. Metode LQ merupakan salah satu metode pendekatan yang dapat
digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan. Berdasarkan pemahaman
terhadap teori ekonomi basis, teknik LQ relevan digunakan sebagai metoda dalam
menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi penawaran (produksi atau
populasi). Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman hortikultura,
b
(H
d
22222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
eeeeeeree
66666666666666666666666666666666666666666666666666666666
66666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
mmmmmmm
mmmmmm
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
d
ek
u
K
su
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
sessesessssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
rerrrerrrrrrrrrrrrrrrrrrrerrrrrrrr
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
tetetetttttttttttetttettetetteteetttteetttttttttttt
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
85
perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian (areal tanam atau areal panen),
produksi atau produktivitas.
Hasil perhitungan nilai LQ (Location Quotient) dalam penentuan
komoditas unggulan hortikultura buah-buahan (Tabel 12) dan sayuran (Tabel 13)
pada daerah hulu DAS Jeneberang.
Tabel 12. Nilai LQ komoditas hortikultura buah-buahan pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang, Kecamatan Parangloe
No. Jenis Komoditas Jumlah Tanaman Kabupaten (pohon)
Jumlah Tanaman Kecamatan (pohon)
Nilai LQ
1. Rambutan 169.049 126.197 1,77
2. Mangga 116.310 95.067 1,72
3. Pisang 406.828 282.145 1,46
4. Durian 36.605 18.754 1,08
5. Jeruk 20.706 5.087 0,52
6. Nangka 91.307 30.051 0,69Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Gowa, diolah.
Data pada Tabel 12 menunjukkan bahwa untuk komoditas hortikultura
buah-buahan, komoditas rambutan (1,77), mangga (1,72), pisang (1,46), dan
durian (1,08) mempunyai nilai LQ lebih dari 1, sedangkan jeruk (0,52) dan
nangka (0,69) nilainya kurang dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas
rambutan, mangga, pisang dan durian merupakan komoditas unggulan yang
menjadi basis sumber pertumbuhan dan memiliki keunggulan komparatif.
Komoditas rambutan mempunyai nilai LQ paling tinggi artinya komoditas ini
yang paling unggul dibanding komoditas lainnya. Sedangkan komoditas jeruk dan
nangka merupakan komoditas non basis.
Komoditas unggulan hortikultura sayuran (Tabel 13) menunjukkan bahwa
kentang (2,75), kubis (2,41), bawang daun (1,80), wortel (2,70), dan sawi (1,92)
mempunyai nilai LQ lebih besar dari 1, sedangkan tomat (0,23) mempunyai nilai
LQ lebih kecil dari 1. Komoditas kentang, kubis, bawang daun, wortel, dan sawi
merupakan komoditas basis yang merupakan sumber pertumbuhan dan memiliki
keunggulan komparatif. Komoditas kentang memiliki nilai LQ paling tinggi yaitu
2,75 dibandingkan komoditas lainnya, artinya komoditas kentang merupakan
p
p
k
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT
N
SSSSSSS
b
d
n
ra
mm
KKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL
mmmm
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
222222222222222222222222222222222222222222
86
komoditas hortikultura sayuran yang paling unggul di daerah hulu DAS
Jeneberang. Sedangkan komoditas tomat merupakan komoditas non basis di
daerah ini. Menurut Rusastra et al., (2002 dalam Hendayana, 2003), menjelaskan
bahwa yang dimaksud komoditas basis adalah komoditas yang hasilnya dari suatu
masyarakat baik berupa barang maupun jasa ditujukan untuk ekspor ke luar dari
lingkungan masyarakat atau yang berorientasi keluar, regional, nasional, dan
internasional. Konsep efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis sangat menentukan
dalam pertumbuhan basis suatu wilayah.
Tabel 13. Nilai LQ komoditas hortikultura sayuran pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang, Kecamatan Tinggi Moncong
No. Jenis Komoditas Luas Tanam Kabupaten (ha)
Luas Tanam Kecamatan (ha) Nilai LQ
1. Kentang 970 902 2,75
2. Kubis 337 298 2,41
3. Bawang Daun 756 500 1,80
4. Wortel 109 108 2,70
5. Sawi 307 216 1,92
6. Tomat 310 26 0,23Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Gowa, diolah.
Selain komoditas unggulan di atas, di daerah hulu DAS Jeneberang
terdapat komoditas khas daerah ini yaitu markisah dan avokad. Tanaman markisah
dikembangkan petani di Kecamatan Tinggi Moncong sampai tahun 1990 an,
setelah itu harga komoditas markisah turun sehingga petani beralih menanam
tanaman sayuran.
6.3.2. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah dan Status Kesuburan Tanah
Pengambilan sampel tanah didasarkan pada peta satuan lahan. Sampel
tanah diambil pada 28 titik pengamatan, sampel tanah yang diambil yaitu sampel
tanah utuh dan sampel tanah tidak utuh. Analisis tanah yang dilakukan yaitu sifat
kimia dan sifat fisika tanah. Sifat kimia tanah meliputi pH, KTK, C-organik, N-
total, P-tersedia, basa-basa dapat tukar, Al-dd, dan salinitas. Sedangkan sifat fisik
tanah meliputi tekstur dan permeabilitas. Hasil analisis tanah disajikan dalam
k
Je
d
b
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
llllllllilllllllllllllllllll
iiniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
dddddddd
TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT
N
S
te
d
ssssssesesssssssssssssssssssssssss
tttttattttttttttttttttttttttttttttttttttt
66666666666666666666666666666666666
tatatatatatttttattatttttttttattatttattttttttttttttttttttttttttttt
tttttatttttttttttttttttttttttttttttttttttt
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
totototottttttttttttttttttttttttttttttt
tatttttttttttttttttttttttttttttttttt
87
Tabel 14 berikut ini. Penilaian status kesuburan tanah didasarkan pada kriteria
Pusat Penelitian Tanah (1983).
Sifat kimia dan kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh jenis bahan
induk, tingkat pelapukan tanah serta topografi suatu wilayah. Reaksi tanah (pH)
sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara dan kejenuhan basa di dalam tanah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tanah di daerah hulu DAS Jeneberang
mempunyai pH tanah sangat masam sampai agak masam (4,23 – 6,13). Reaksi
tanah di daerah ini menjadi masam disebabkan oleh curah hujan yang tinggi
sehingga terjadi pencucian basa-basa, disisi lain juga disebabkan karena topografi
yang berlereng dengan curah hujan yang tinggi maka erosi yang terjadi cukup
tinggi. Akibatnya tanah lapisan atas (top soil) hilang tererosi dan muncul ke
permukaan lapisan subsoil.
Bahan organik berpengaruh penting terhadap sifat fisik dan kimia tanah.
Pengaruhnya terhadap sifat fisik tanah adalah merangsang granulasi, menurunkan
daya kohesi, menurunkan berat jenis tanah, memperbaiki permeabilitas tanah dan
meningkatkan kemampuan tanah mengikat air. Pengaruhnya terhadap sifat kimia
tanah yaitu meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, K, S dan unsur mikro
serta meningkatkan kapasitas tukar kation tanah. Indikator kandungan bahan
organik tanah dapat dilihat dari kadar C-organik tanah. Hasil analisis tanah
menunjukkan bahwa kandungan C-organik tanah daerah hulu DAS Jeneberang
tergolong rendah sampai tinggi ( 1,32 – 4,55 % ). Kadar C-organik yang rendah
disebabkan karena lapisan permukaan mengalami erosi sehingga bahan organik
hilang tererosi bersama dengan tanah. Kehilangan bahan organik juga disebabkan
oleh adanya pengolahan tanah intensif yang menyebabkan laju degradasi bahan
organik berjalan lebih cepat. Khusus untuk tanah pada dataran tinggi (zona
agroekologi pada elevasi ≥ 700 m dpl), kadar C-organik cukup tinggi karena
pemberian pupuk organik (pupuk kandang) dilakukan pada setiap penanaman.
Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi tanaman. Nitrogen dalam
tanah terdapat dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Tanaman menyerap
nitrogen dalam bentuk NO3- dan NH4
+. Kadar nitrogen tanah dinyatakan dalam
bentuk N-total tanah. Hasil analisis N-total tanah di daerah hulu DAS Jeneberang
tergolong sangat rendah sampai rendah ( 0,09 – 0,14 %). Nitrogen dalam tanah-
T
P
in
ssssasassssasasssssssasassassasssassssassssasssasssasssasssssssssssssssssssssssssssssssssss
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH
mmmmmmmmmm
ttatttt
sessssssssssssssssssssssssssssss
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy
ttittttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
PPPPPP
dddddddd
m
ta
se
o
m
te
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
oooooooooooooooooooooooooooooooo
oooooooooooooooooooo
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
tatattttattttatttttt
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
ttttttetttttttttttttttttttttttttttttttttt
88
Tabe
l 14.
Has
il an
alis
is si
fat k
imia
tana
h da
n st
atus
kes
ubur
an ta
nah
dari
loka
si p
enel
itian
Satu
an
Laha
n
Sifa
t Kim
iaSt
atus
Kes
ubur
anpH
C-o
rg
(%)
N-to
t(%
)P-
trsd
(ppm
)K
-dd
cmol
/kg
Na-
ddcm
ol/k
gC
a-dd
cmol
/kg
Mg-
ddcm
ol/k
gK
TKcm
ol/k
gK
B(%
)A
l-dd
cmol
/kg
Salin
ms/
cm1
23
45
67
89
1011
1213
14Zo
na A
groe
kolo
gi p
ada
Elev
asi<
700
m d
plPL
15,
092,
150,
0812
,05
0,24
0,15
2,85
1,57
16,7
028
,80
0,35
0,10
rend
ahPL
24,
552,
030,
0911
,85
0,21
0,12
2,74
1,46
35,7
012
,69
0,42
0,10
rend
ahPL
34,
772,
330,
1011
,64
0,22
0,13
2,94
1,66
25,9
019
,11
0,52
0,01
rend
ahPL
44,
312,
270,
1211
,84
0,14
0,15
2,66
1,38
17,1
025
,32
0,36
0,10
rend
ahPL
54,
491,
920,
0111
,32
0,19
0,10
3,16
1,88
21,1
025
,26
0,39
0,08
rend
ahPL
64,
881,
860,
1311
,48
0,15
0,12
2,85
1,57
18,4
025
,49
0,42
0,08
rend
ahPL
74,
751,
680,
1411
,52
0,18
0,11
3,09
1,81
16,6
031
,26
0,48
0,05
rend
ahPL
85,
232,
810,
1211
,48
0,21
0,12
2,47
1,19
17,6
022
,67
0,41
0,18
rend
ahZo
na A
groe
kolo
gi p
ada
Elev
asi≥
700
m d
plSP
15,
053,
170,
0911
,25
0,29
0,14
2,95
1,77
13,7
037
,59
0,62
0,16
rend
ahSP
24,
943,
110,
1110
,59
0,39
0,14
2,98
1,89
14,7
036
,73
0,53
0,13
rend
ahSP
35,
542,
390,
1212
,21
0,28
0,12
2,54
1,26
9,10
46,1
50,
660,
85re
ndah
SP4
4,30
1,74
0,11
11,5
90,
390,
132,
651,
3712
,80
35,4
70,
520,
32re
ndah
SP5
5,43
1,38
0,09
11,8
50,
250,
142,
751,
479,
0051
,22
0,54
0,14
rend
ahSP
66,
133,
410,
1412
,45
0,21
0,12
3,01
1,73
11,1
045
,68
0,59
0,49
rend
ahSP
75,
704,
550,
1211
,85
0,29
0,12
2,55
1,27
15,0
028
,20
0,62
0,11
rend
ahSP
85,
441,
320,
1211
,95
0,20
0,11
2,46
1,18
13,7
028
,83
0,45
0,14
rend
ahSP
95,
932,
990,
1112
,54
0,28
0,12
2,54
1,26
15,8
026
,58
0,55
0,15
rend
ahSP
105,
943,
710,
0911
,87
0,26
0,17
2,62
1,34
10,4
042
,21
0,81
0,79
rend
ahSP
115,
313,
650,
1112
,54
0,24
0,15
2,84
1,56
16,8
028
,51
0,52
0,11
rend
ahSP
125,
792,
810,
1111
,95
0,17
0,15
2,97
1,69
12,3
040
,49
0,62
0,16
rend
ahSP
134,
963,
470,
1213
,25
0,15
0,11
2,08
1,06
13,8
024
,64
0,58
10,0
0re
ndah
SP14
4,77
3,77
0,09
11,4
50,
290,
122,
051,
0711
,60
30,4
30,
550,
17re
ndah
SP15
5,48
1,92
0,12
10,2
50,
210,
122,
471,
1915
,10
26,4
20,
610,
02re
ndah
Tabbbe
l 1
Satuuu
an
Lahhha
n 1
PL11111111111111111111111
PL2222
PL333
PL444
PL555
PL666
PL777
PL888
SP111
SP222
SP333
SP444
SP555
SP666
SP777
SP888
SP999
SP1110
SP1111
SP1112
SP1113
SP1114
SP1115
89
12
34
56
78
910
1112
1314
SP16
4,23
3,77
0,13
11,9
80,
250,
142,
011,
0311
,10
31,2
60,
680,
06re
ndah
SP17
5,91
2,03
0,11
12,0
80,
390,
132,
651,
379,
0050
,44
0,55
0,19
rend
ahSP
185,
632,
390,
1211
,45
0,32
0,12
2,58
1,30
9,00
48,0
00,
420,
19re
ndah
SP19
5,82
3,41
0,14
11,9
50,
390,
132,
651,
377,
4061
,35
0,62
0,11
rend
ahSP
204,
942,
930,
1112
,08
0,28
0,12
2,54
1,26
11,1
037
,84
0,57
0,43
rend
ah
1SP
1116SP
1117SP
1118SP
1119SP
2220
90
bersumber dari penambahan bahan organik dan pemberian pupuk anorganik.
Rendahnya kandungan nitrogen dalam tanah disebabkan karena pencucian ion
nitrat dan amonium serta terikut bersama tanah yang tererosi.
Fosfor merupakan unsur hara makro kedua setelah nitrogen. Fosfor di
dalam tanah terdapat dalam bentuk organik dan anorganik, dengan ketersediaan
yang sangat ditentukan oleh pH tanah. Pada pH tanah 6,0 – 7,0 merupakan pH
dimana ketersediaan fosfor yang optimum. Tanaman umumnya menyerap fosfor
dalam bentuk H2PO4- dan HPO4
=. Hasil analisis tanah di daerah hulu DAS
Jeneberang menunjukkan bahwa kandungan P-tersedia rendah, berkisar antara
10,25 – 13,25 ppm. Rendahnya ketersediaan fosfor disebabkan karena rendahnya
pH tanah (4,23 – 6,13) dan adanya kandungan Al-dd ( 0,42 – 0,81 cmol/kg )
sehingga memungkinkan terbentuknya fiksasi fosfor oleh aluminium membentuk
senyawa Al-P yang sukar larut dan menjadi tidak tersedia bagi tanaman.
Kalium merupakan unsur hara makro esensil ketiga setelah N dan P.
Sumber utama kalium di dalam tanah adalah bahan mineral, bahan organik dan
pupuk anorganik. Hasil analisis sampel tanah di daerah hulu DAS Jeneberang
menunjukkan bahwa kandungan kalium berkisar antara rendah sampai sedang
(0,17 – 0,39 cmol/kg). Kalium sangat labil di dalam tanah karena muatannya +1,
sehingga mudah tercuci oleh air perkolasi dan mudah tererosi bersama tanah.
Pemberian pupuk yang mengandung kalium sangat diperlukan mengingat
kandungan kalium tanah yang rendah dan sifat kalium sangat labil (Nursyamsi et
al., 2007).
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan kemampuan tanah untuk
menjerap dan mempertukarkan kation-kation dalam larutan tanah. KTK yang
tinggi merupakan petunjuk untuk menjerap unsur hara yang besar sehingga
menghindari terjadinya pencucian. Hasil analisis tanah di daerah hulu DAS
Jeneberang menunjukkan nilai KTK berkisar antara sangat rendah sampai rendah
( 5,10 – 16,80 cmol/kg). KTK tanah sangat ditentukan oleh tekstur tanah,
kandungan bahan organik, kandungan liat tanah, tipe liat, reaksi tanah,
pemupukan, dan pengapuran.
Kejenuhan basa (KB) menunjukkan jumlah kation basa yang terjerap pada
kompleks jerapan tanah, dinyatakan sebagai perbandingan antara jumlah kation
b
R
n
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy
dddddddddddddddddddddddddddddddd
dddddddd
JJeJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ
1111111111111111111111111
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
ssessssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
sssesss
SSSSSS
p
m
(0
se
P
k
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
tttitittttttttttttttttt
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
JeJJJeJJJJJJJJJJJJJJJJeJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ
((( (((((((((((((((((((((
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
91
basa yang dapat dipertukarkan terhadap nilai KTK efektif tanah. Pada umumnya
semakin tinggi kejenuhan basa suatu tanah, nilai pH semakin tinggi dan kesuburan
tanahnya cenderung lebih baik. Kejenuhan basa tanah-tanah di daerah hulu DAS
Jeneberang menunjukkan kisaran antara sedang sampai sangat tinggi ( 26,58 -
78,24 % ).
6.3.3. Dominansi Relatif Tutupan Lahan Eksisting pada Satuan LahanTitik-Titik Pengamatan
Tanaman tertentu akan mendominasi tutupan lahan karena terciptanya
habitat yang sesuai untuk jenis tanaman tersebut yang diakibatkan oleh
penanaman atau budidaya oleh petani. Dominansi relatif tutupan lahan diamati
untuk mengetahui jenis komoditas hortikultura yang dominan ditanam oleh petani.
Pengamatan dominansi relatif tutupan lahan eksisting dilakukan pada 28 satuan
lahan, 8 satuan lahan pada zona agroekologi elevasi < 700 m dpl dan 20 satuan
lahan pada zona agroekologi elevasi ≥ 700 m dpl. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa pada zona agroekologi elevasi < 700 m dpl, dominansi relatif tutupan lahan
eksisitingnya yaitu tanaman hortikultura buah-buahan. Sedangkan pada zona
agroekologi elevasi ≥ 700 m dpl, hasil pengamatan menunjukkan bahwa
dominansi relatif tutupan lahannya adalah hortikultura sayuran, kecuali satuan
lahan SP 16 yang dominansi relatif tutupan lahannya adalah markisah. Data hasil
pengamatan dominansi relatif tutupan lahan eksisting pada masing-masing satuan
lahan disajikan pada Tabel 15 dan penyebaran masing-masing satuan lahan di
hulu DAS Jeneberang disajikan pada Gambar 8 dan titik koordinatnya disajikan
pada Tabel Lampiran 2.
Hasil pengamatan dominansi relatif tutupan lahan pada Tabel 15 menunjukkan bahwa zona agroekologi pada elevasi < 700 m dpl, komoditas rambutan yang paling dominan (PL1, PL2, PL4, dan PL6), disusul komoditas durian (PL4, PL5, dan PL7), komoditas mangga (PL1 dan PL8), dan komoditas pisang (PL3 dan PL5). Dominansi relatif tutupan komoditas rambutan yang terluas, hal ini sesuai dengan hasil analisis komoditas unggulan buah-buahan yaitu rambutan yang tertinggi dengan nilai LQ sebesar 1,77. Pada zona agroekologi pada elevasi ≥ 700 m dpl, komoditas kentang yang paling dominan (SP2, SP4, SP6, SP7, SP18, dan SP19), diikuti komoditas kubis (SP1, SP3, SP9, SP10, SP11,
b
se
ta
Je
7777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777
6666666666666666666666666666666666666
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP
lllalll
llalllllllllllllllllllllll
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
ek
a
d
la
p
la
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmrarararrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppptetetetetetetttettteettteettteettteeteettteetterarararrrrrrrrrrrrrrrrrrrrarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrpppppppppppppppppppppppppppppppppppppppSSSSSSSSSSSSSSSSSS
92
Gam
bar 8
. Pe
ta lo
kasi
con
toh
peng
amat
an d
omin
ansi
rela
tif tu
tupa
n la
han
tana
man
hor
tikul
tura
di h
ulu
DA
S Je
nebe
rang
.GGG
am
93
Tabel 15. Dominansi relatif tutupan lahan (tanaman hortikultura) di hulu DAS Jeneberang pada masing-masing satuan lahan yang diamati
No. Satuan Lahan Luas Dominansi Relatif Tutupan Lahan Eksisting
Zona Agroekologi pada Elevasi < 700 m dpl
1. PL1 279,04 Rambutan dan Mangga
2. PL2 87,38 Rambutan
3. PL3 15,78 Pisang
4. PL4 252,67 Durian dan Rambutan
5. PL5 218,68 Durian, Jeruk dan Pisang
6. PL6 1.066,17 Rambutan
7. PL7 22,64 Durian
8. PL8 21,39 ManggaZona Agroekologi pada Elevasi ≥ 700 m dpl
9. SP1 338,92 Bawang Daun dan Kubis
10 SP2 192,91 Kentang
11. SP3 52,38 Kubis
12. SP4 18,05 Kentang
13. SP5 24,93 Wortel
14. SP6 126,80 Kentang
15. SP7 171,07 Kentang
16. SP8 158,06 Sawi
17. SP9 6,56 Kubis dan Tomat
18. SP10 10,62 Kubis
19. SP11 95,56 Kubis
20. SP12 22,40 Wortel
21. SP13 99,77 Bawang Daun
22. SP14 489,02 Bawang Daun
23. SP15 16,44 Bawang Daun
24. SP16 111,82 Markisah
25. SP17 179,36 Kubis
26. SP18 91,56 Kentang
27. SP19 71,34 Kentang
28. SP20 23,07 Wortel
Total 4.264,37
Tabbbel
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
94
dan SP17), komoditas bawang daun (SP1, SP13, SP14, dan SP15), komoditas wortel
(SP5, SP12, dan SP20), komoditas sawi (SP8), komoditas markisah (SP16), dan
komoditas tomat (SP9). Komoditas kentang sebagai dominansi relatif tutupan terluas,
hal ini sesuai dengan hasil analisis komoditas unggulan hortikultura sayuran, dimana
nilai LQ dari komoditas kentang tertinggi yaitu 2,75 dibandingkan dengan komoditas
lainnya.
6.3.4. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Hortikultura
Klasifikasi kesesuaian lahan menggunakan kriteria CSR/FAO Staff (1983) dan
disesuaiakan dengan kriteria kesesuaian untuk masing-masing komoditas. Penilaian
kesesuaian lahan dilakukan dengan mencocokkan (matching) antara kualitas lahan dari
masing-masing satuan lahan (hasil analisis tanah dan data-data sekunder seperti curah
hujan, temperatur, dan kelembaban) dengan persyaratan tumbuh untuk tanaman
hortikultura buah-buahan dan sayuran. Komoditas hortikultura yang dipilih yaitu
komoditas yang masuk kategori komoditas unggulan di daerah hulu DAS Jeneberang
(Tabel 12 dan Tabel 13). Komoditas unggulan hortikultura buah-buahan meliputi
komoditas rambutan, mangga, pisang, dan durian. Sedangkan komoditas unggulan
hortikultura sayuran meliputi komoditas kentang, kubis, bawang daun, sawi, dan wortel.
Kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas hortikultura buah-buahan dan sayuran tertera
pada Tabel Lampiran 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14.
6.3.4.1. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Hortikultura Buah- Buahan, Zona Agroekologi pada Elevasi < 700 m dpl
Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan saat ini (current suitability) atau
kelas kesesuaian lahan alami merupakan kesesuaian lahan yang dianalisis pada kondisi
penggunaan lahan sekarang, tanpa masukan atau usaha-usaha perbaikan atau belum
mempertimbangkan usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada disetiap satuan lahan.
Sedangkan kesesuaian lahan potensial merupakan kesesuaian lahan yang dilakukan
pada kondisi setelah diberikan masukan atau usaha-usaha perbaikan atau kesesuaian
lahan yang akan dicapai setelah dilakukan usaha-usaha perbaikan lahan. Kesesuaian
lahan potensial merupakan kondisi yang diharapkan sesudah diberikan masukan sesuai
dengan tingkat pengelolaan yang akan diterapkan, sehingga dapat diduga tingkat
produktivitas dari suatu lahan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
dannn SP
(SPPP5, S
kommmodi
hal ini
nilaaai LQ
lainnnnynynynynynynynnynynynynynynyynynynynynynynynynynynynynynynynynynynynnynynynynyynynynynynynynnynynynyynynynnynnynynynnynynynynnynyynnyynnnnynynnynyynyynynnnnnynynnnynyynyyyynnyynynyyyyyyyyyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
6.3...4.4.4.4.4...4...44..4...4....44.4.4.4.4...4..4.4.4.44..4..........4.4.4....4.....
diseeesusususuuuuusussusuuuuuuuuuuuuusuuuuuusususuuuuuuuuusuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuusuuuuuuuuusuuuuuuuusuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuaaaa
kesesususususususususussususussusssususussssusuuuuuuusussssssuuuuusssssusssssuuusssssssuusssusussususussusussuuuuuusuuuuua
masssiiiiiiiiiiiiiiiiiiiingngngngnngngngngngngngngnngnngngngnnnnnnngnnnnnnngnnnnngnngnnnngnnngnnnngnnnnnnnngnnnngngnnngngngnnnnngnnnnnnnnnngggnnnngnnggggggggggggggggg
hujaaan,n,n,n,nn,n,nnnnn,n,nnnnn,n,nn,n,n,,n,n,nnnnnnn,nnnnn,n,n,n,n,n,n,n,nnnnnn,n,nn,n,nnn,nnnnn,nnnn,nnnn,nn,nn,nnnn,n,nnnn,,nn,,,,,nn,,,,,,,,,,,,,
horrttikikkkkkkkkkkkkkkkkkkikkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
kommomooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooddddidddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
(Taaabbbbbbeleleeeleeeleeeeeeeleleleeleeeleeeleleeeeeeeeeeeeeeeeeleeeeleeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeleeeeeeleeeleeeleeeeeeeeeeeeleeleeeeeeeeeeee
kommomooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooddddddidddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
horrttikikikikkkikkkkkkkkkkikkkkkikikiiikiikkiikikikkikkiikkkkkkkkkiiikkkkkkkkkikkkkkiikkkkkkkkkkkkkkkkikkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkuuuuu
Kritteria
paddda Ta
6.3...4.1.
kelaaaaaaaas ss s sss s ss s sssssssss ss sssss ssssssssssssss sssssssssssss ssssss ssssssssssssssssss kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
pennngngngngngngggngnggggngnngngggnggngnngngggggnggngngnggggggnggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggugugugggguguggggugugggguggggggggggggugggggggggggggggggggggggggggggguggguguggggggguggggugguggggggggggggggggggggggggggggg
memmpmpmpppmpmpmpmpmpmpmpmppmppmppmpmpmpmppmpppmppmmmpmmmpmpmmmmmpmpmpmmmpmpmmmppppppppppppppppppppppppppeee
untuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuutuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuukkkkkkk kkkkkkkkkkkkkkk k kkkkkkkkkkkk kkkkkkkkkkk kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk m
Seddadaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnngngngnnnnnnnnnnnnnnnnnnngnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
padddaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa kkk kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
lahaaaaaaaaaaaan nnn n nnnnnnnnnnn nnnnnnn nnnn nnnnnnnnn nnnnnnnn nnnnnnnnnnnnnnnnnnnn nnnnnnnnnn y
lahaaaaaan n nnn nnnnnnnnnn nnnnnn n nnnnnnnnnnnn nnn nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
dennngggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggganananaaananaannannanaannaaanaaaaaaanannnanaaaannaaaaaaaaaaannnaannanaanaaaanaaaaaaaaa
proddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddukukukuukukukukukukukkukkukkkkkukkkkkukukuukukukuuukukukukuukukuuuuuuukukuukukukukuuuuukukkukuuuuukuuuuukuukuuukukukkuuukkuukkukukukuukuu
95
Hasil analisis kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman buah-buahan
yang tergolong komoditas unggulan tersaji dalam Tabel 16. Berdasarkan data pada
Tabel 16 terlihat bahwa tingkat kesesuaian lahan aktual untuk komoditas buah-buahan
(tanaman rambutan, mangga, pisang, dan durian) termasuk kelas kesesuaian S2 dan S3.
Faktor pembatas yang dominan adalah bahaya erosi (e), daerah perakaran (r), dan
retensi hara (f). Berdasarkan kriteria CSR FAO Staff (1983), tingkat kesesuaian S2
dikategorikan sebagai lahan yang cukup sesuai dimana produktivitas tanaman dibatasi
oleh beberapa faktor pembatas yang tergolong sedang. Tingkat kesesuaian S3
dikategorikan sebagai lahan yang memiliki kesesuaian marginal. Pada tingkat S3 ini
faktor pembatas tergolong sangat berat untuk penggunaan lahan yang lestari. Pembatas-
pembatas tersebut akan mengurangi produktivitas atau keuntungan karena akan
menaikkan masukan yang diperlukan.
Pada zona agroekologi elevasi < 700 m dpl di hulu DAS Jeneberang, kelas
kesesuaian lahan aktual untuk tanaman rambutan pada satuan lahan PL4 adalah kelas S2
dengan faktor pembatas retensi hara (f). Apabila retensi hara diperbaiki maka kelas
kesesuaiannya (kelas kesesuaian lahan potensial) akan meningkat menjadi sangat sesuai
(S1). Pada satuan lahan PL1, PL2, dan PL5, kelas kesesuaian lahan aktual adalah S2
dengan faktor pembatas retensi hara, bahaya erosi dan media perakaran. Apabila faktor
pembatas tersebut dikelola dan diperbaiki maka kelas kesesuaiannya tetap S2 tapi faktor
pembatasnya berkurang menjadi bahaya erosi dan media perakaran. Satuan lahan PL3,
PL7, dan PL8, mempunyai kelas kesesuaian lahan aktual marginal (S3) dengan
faktor pembatas retensi hara, bahaya erosi dan media perakaran. Apabila faktor
pembatas tersebut dikelola dan diperbaiki maka kelas kesesuaian lahan potensial tetap
S3 tapi faktor pembatasnya berkurang menjadi bahaya erosi dan media perakaran. Peta
kesesuaian lahan aktual pada areal penggunaan lain di hulu DAS Jeneberang untuk
komoditas rambutan tersaji pada Gambar 9.
yannng te
Tabbbel 1
(tannnama
Fakkktor
reteeensnsnsnsnnsnsnnsnsnsnsnsnsnsnsnnsnsnsnsnsnsnsnsnsnsnsnnsnnsnsnsssssnsnsnnnnnsnssnsnnnnsnsnnnsnnnsnnsnnsnsnnsnnsnnnnsnsnnnnssnssnnnnnnsnnnnnsnsnssssnnssn i i ii iiii iiii i iiiiiii iiiii iiiiiiiiii iiiii iiiiiiiii iiii iiiiiiii ii
dikaaatetetetetteteeeeeeettetteeteteeeteteeeeteteeeeteetettteeeeeteteteeeeeeeeteeeeeeetteeeeeeettteeteeeettttteeeetteeegggggggggggggggggggggggggggggggggggggg
olehhh
dikaaateteteteteeeeeetteteteeettetteteeetettetetetetteteetetteetteeeeteeeeeeteeeetteeeeteeeeeteeeeeetteteteeeteeteeeeettteeeetetegggg
faktttorororororororoororororrrroorororrrorrorororroorroooorrrooorrorrrooororroorroororroorrooororrrrrrrrrrrrrrrrrrrrororrrrroorrrrrr p
pemmbmbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbaaaaaaaaataaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
mennnaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaiiiikikikiiiiiiiiikiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
kesesusususususususuususususussssusssususuuuusssussusususususususuususssusuususuususuuussssssssuuuuuuuusuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuusuuusssssuuusuuuusuuusssusuusssuuusssssssuuuuuuuua
denngngggggggananaaaaananananananaanaannnanananaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
kesesusususususususususususssussusususuusususususuususuusususususssuusususuuuuusuuuuusuusuuuuususussusuuuuuusssuususuusussssuususssususuusuussuususususussuussussussuussussuuuuusuusuuuuss a
(S1). .... .... ........... ..... . P
dennngan
pemmmbat
pemmmbat
PL777, d
faktttor
pemmmbmbmmbmbmbbmbmbbbbmbmbmbbmbmbmbbbbbbbatatattatatataaataaattaatatttaaat
S3 ttttapapapapapapapapapapapapapaapapapapaaapppaapapapaapppappapapapapapapapapappapapapaapaapapapapapaapapapapapapapaaapapaapappapapaaaappapaapaaapappppapaaapapaaaappaapppppppppppppppi
keseeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeesusususususuusususuusussususuuusususuususuuuuususususuuuusuusuuusuuusususuussuuuuusuusususussusuussssssususssussuuuusuususssussssssssua
kommmomomoooooomomooooooooooooooooooooooomooooooooooooooooooooooooooooooomoooodididdidddidddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
96
Tabe
l 16.
Has
il kl
asifi
kasi
kes
esua
ian
laha
n un
tuk
kom
odita
s ho
rtiku
ltura
bua
h-bu
ahan
(ram
buta
n, m
angg
a, p
isan
g, d
an d
uria
n) p
ada
setia
p sa
tuan
laha
ndi
hul
u D
AS
Jene
bera
ng
Satu
an
Laha
n
Ting
kat K
eses
uaia
n La
han
Ram
buta
nM
angg
aPi
sang
Dur
ian
AI
PA
IP
AI
PA
IP
PL1
S2rf
Mi
S2r
S2rf
Mi
S2r
S3f
Mi
S2r
S2rf
Mi
S2r
PL2
S2re
fM
i-Hi
S2re
S3f
Mi
S2re
S3f
Mi
S2e
S3f
Mi
S2re
PL3
S3re
fM
i-Hi
S3re
S3re
fM
i-Hi
S3re
S3ef
Mi-H
iS3
eS3
ref
Mi-H
iS3
re
PL4
S2f
Mi
S1S3
fM
iS2
rS3
fM
iS2
fS3
fM
iS2
r
PL5
S2er
Hi
S2r
S3f
Mi-H
iS2
reS3
fM
iS2
eS3
fM
iS2
re
PL6
S3ef
Hi
S3e
S3ef
Mi-H
iS3
eS3
efM
i-Hi
S3e
S3ef
Mi-H
iS3
e
PL7
S3er
Hi
S3r
S3re
fM
i-Hi
S3re
S3re
fM
i-Hi
S3re
S3re
fM
i-Hi
S3re
PL8
S3er
Hi
S3r
S3re
Mi-H
iS3
rS3
ref
Mi-H
iS3
reS3
ref
Mi-H
iS3
re
Ket
eran
gan
: A
= k
eses
uaia
n la
han
aktu
al; I
= ti
ngka
t inp
ut; P
= k
eses
uaia
n la
han
pote
nsia
l; f
= re
tens
i har
a; e
= b
ahay
a er
osi;
r =
med
ia
pera
kara
n; M
i = m
ediu
m in
put;
Hi =
hig
h in
put (
inpu
t tin
ggi).
Tabbbe
l 1
Saaatu
anLaaa
han
PLLLL11111111111111111111111111111111111111111111111
PLLL222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222
PLLL3333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333333
PLLL444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444444
PLLL5555555555555555555555555555555555555555555555
PLLL66666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666
PLLL777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777777
PLLL88888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888888
Kettt
eeeeerararararaaararararararaaaraararaaaraarararrrraraaaraaarrraarraraarrraraaarrraaarararrrrrraaaaarrarrarraaaaaaaarraaaaarraaarararaaararraararaarrrrrran
97
Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman mangga pada satuan lahan
PL1 adalah kelas S2 dengan faktor pembatas retensi hara (f) dan media perakaran
(r). Apabila retensi hara diperbaiki maka kelas kesesuaian kesesuaian potensial
menjadi S2 dengan faktor pembatas media perakaran. Pada satuan lahan PL2,
PL3, PL4, PL5, PL6, PL7, dan PL8, kelas kesesuaian lahan aktual adalah S3
dengan faktor pembatas retensi hara, bahaya erosi dan media perakaran. Apabila
ketiga faktor pembatas ini dikelola dan diperbaiki maka kelas kesesuaian potensial
meningkat menjadi S2 untuk PL2, PL4, dan PL5, sedangkan satuan lahan PL3,
PL6, PL7, dan PL8 tetap S3 dengan faktor pembatasnya berkurang menjadi
bahaya erosi dan media perakaran. Peta kesesuaian lahan aktual pada areal
penggunaan lain (APL) untuk komoditas mangga disajikan pada Gambar 10.
Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman pisang menunjukkan bahwa
semua satuan lahan berada pada kelas S3 dengan faktor pembatas retensi hara (f)
dan media perakaran (r). Apabila retensi hara diperbaiki maka kelas kesesuaian
potensial menjadi S2 dengan faktor pembatas media perakaran dan bahaya erosi
untuk satuan lahan PL1, PL2, PL4, dan PL5. Sedangkan satuan lahan PL3, PL6,
PL7, dan PL8, kelas kesesuaian lahan potensial tetap di S3 dengan faktor
pembatas bahaya erosi dan media perakaran. Peta kesesuaian lahan aktual pada
areal penggunaan lain (APL) untuk komoditas pisang tersaji pada Gambar 11.
Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman durian pada satuan lahan
PL1 adalah kelas S2 dengan faktor pembatas retensi hara (f) dan media perakaran
(r). Apabila retensi hara diperbaiki maka kelas kesesuaian potensial menjadi S2
dengan faktor pembatas media perakaran. Pada satuan lahan PL2, PL3, PL4, PL5,
PL6, PL7, dan PL8, kelas kesesuaian lahan aktual adalah S3 dengan faktor
pembatas retensi hara, bahaya erosi dan media perakaran. Apabila ketiga faktor
pembatas ini dikelolah dan diperbaiki maka kelas kesesuaian potensial meningkat
menjadi S2 untuk PL2, PL4, dan PL5, sedangkan satuan lahan PL3, PL6, PL7,
dan PL8 tetap S3 dengan faktor pembatasnya berkurang menjadi bahaya erosi dan
media perakaran. Peta kesesuaian lahan aktual untuk komoditas durian tersaji
pada Gambar 12.
P
(r
m
P
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
mmmmmmm
PPPPPPP
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
sesssssssssssssssssssssssss
dddddddddddddddddddddddddddd
pppppppppppppppppppp
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP
p
ar
P
(r
ddddddddddddddddddddddd
PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
dddddddddddddddd
mmmmmmmmmmmmmmmmm
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
98
Gam
bar 9
. Pe
ta k
eses
uaia
n la
han
aktu
al k
omod
itas r
ambu
tan
pada
are
al p
engg
unaa
n la
in d
i hul
u D
AS
Jene
bera
ng.
GGGam
99
Gam
bar 1
0. P
eta
kese
suai
an la
han
aktu
al k
omod
itas m
angg
a di
are
a hu
lu D
AS
Jene
bera
ng.
Gam
100
Gam
bar 1
1.
Peta
kes
esua
ian
laha
n ak
tual
kom
odita
s pis
ang
di a
rea
hulu
DA
S J
eneb
eran
g.G
am
101
Gam
bar 1
2.
Peta
kes
esua
ian
laha
n ak
tual
kom
odita
s dur
ian
di a
rea
hulu
DA
S Je
nebe
rang
.GGG
am
102
Tabe
l 17.
Luas
are
al (h
a) b
erda
sark
an k
elas
kes
esua
ian
laha
n ak
tual
dan
pot
ensi
al u
ntuk
kom
odita
s hor
tikul
tura
bua
h-bu
ahan
Kom
odita
s
Ung
gula
n
Luas
Are
al B
erda
sark
an K
elas
Kes
esua
ian
Laha
n (h
a)
Akt
ual
Pote
nsia
l
S1S2
S3N
S1S2
S3N
Ram
buta
n-
5.06
1,00
174,
38-
1.48
4,55
3.57
6,45
174,
38-
Man
gga
-48
5,81
4.74
9,58
--
2.90
1,93
2.33
3,46
-
Pisa
ng-
-5.
235,
39-
-2.
929,
202.
306,
18-
Dur
ian
-48
5,81
4.74
9,58
--
2.90
1,93
2.33
3,45
-
Tabbbe
l 1
Kooom
o
Unnng
gu
Raaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaam
bm
bm
bm
bm
bm
bmm
bm
bmm
bm
bm
bmm
bm
bm
bm
bm
bmm
bm
bm
bm
bm
bm
bm
bm
bm
bm
bm
bm
bmm
bm
bm
bm
bm
bm
bmm
bm
bm
bm
bm
bm
bm
bm
bm
bm
bm
bbm
bm
bm
bm
bm
bbm
bm
bm
bm
bbm
bm
bm
bm
bbm
bm
bm
bmm
bm
bbbmm
bm
bm
bbm
bm
bm
bbmm
bbm
bm
bmmm
bbbm
bm
bmmmm
bbmm
bm
bbmmm
bmm
bbbbm
bbm
bbm
bbbm
b
Maaan
gngngngngngngnnngngnngnnngnngnngnnnnnnnnnnngngnngngnngngnnggngnnnnnnnnggnnngnnngnnngnnnnnnngngnngnnnnngnnnngngnnngnnnnnggnggnnnnnnngnnnnnnnnnnngnnnnnnngnggngnnngngnnnngggnnnngnnnnnnnnnnnnnnngnggggggggggggggggggg
Pissaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
nnnnnnnnngnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
Duuur
iririririiiiirrirriririiriririiirirrriiriiririrrririiiiiirriririiiiiiiriririirrriiirririrriririirrrriiiiiiiiiiiiriiiiiiririiaaaanaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
103
Luas areal masing-masing kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial
untuk komoditas hortikultura buah-buahan pada areal penggunaan lain (APL)
disajikan dalam Tabel 17. Data dalam Tabel 17 menunjukkan bahwa luas lahan
yang sesuai moderat (S2) aktual untuk komoditas rambutan yaitu 5.061,00 ha,
dan kelas sesuai marginal (S3) yaitu 174,38 ha. Apabila dilakukan perbaikan
pada faktor pembatas retensi unsur hara (f) maka kelas kesesuaian lahan aktual S2
akan meningkat menjadi kelas kesesuaian potensial S1 dengan luas 1.484,55 ha.
Dengan demikian luas kelas S2 potensial menurun menjadi 3.576,45 ha, dan luas
lahan yang masuk kategori kelas S3 adalah 174,38 ha, dengan faktor pembatas
yang semakin sedikit yaitu media perakaran dan bahaya erosi.
Komoditas mangga dan durian penyebarannya sama, yaitu untuk kelas cukup sesuai (S2) aktual luasannya 485,81 ha, dan sesuai marginal (S3) yaitu 4.749,58 ha. Apabila dilakukan perbaikan pada faktor pembatas retensi unsur hara (f) maka kelas kesesuaian lahan potensial S2 luasannya meningkat menjadi 2.901,93 ha, dan luas lahan yang masuk kategori kelas S3 menurun menjadi 2.333,46 ha.
Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas pisang yaitu semua unit
lahan masuk kategori kelas S3 yaitu 5.235,39 ha. Jika dilakukan perbaikan pada
faktor pembatas retensi unsur hara (f) maka ada perubahan dari kelas aktual S3
menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S2 dengan luasan 2.929,20 ha, dengan
demikian luas lahan yang masuk kategori kelas S3 menurun menjadi 2.306,18 ha.
6.3.4.2. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Hortikultura Sayuran, Zona Agroekologi pada Elevasi ≥ 700 m dpl
Data hasil klasifikasi lahan untuk komoditas hortikultura sayuran disajikan
pada Tabel 18. Data pada Tabel 18 menunjukkan bahwa komoditas kentang,
wortel, kubis, sawi, dan bawang daun yang ditanam petani di hulu DAS
Jeneberang memiliki tingkat kesesuaian lahan antara kelas S2, S3, dan N. Faktor
pembatas adalah retensi hara (f) dan bahaya erosi (e).
Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas kentang, wortel dan kubis
yang masuk kategori kelas S2 yaitu SP6 dan SP7 dengan faktor pembatas retensi
hara, erosi dan lereng. Luas areal dari kedua satuan lahan ini yaitu 3.152,29 ha
atau 19,49%. Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas kentang, wortel,
u
d
y
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
akaaaaaaa
DDDDDDD
llallllllllllllllllllllllllllllllllll
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy
ccucccccccccccccccccccccccccccccccccc444444444444444444444444444444444444((f((((222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222222
la
fa
m
d
6666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
JJJeJeJJJJeJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
atataaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
104
Tabe
l 18.
H
asil
klas
ifika
si k
eses
uaia
n la
han
untu
k ko
mod
itas
horti
kultu
ra s
ayur
an (
kent
ang,
wor
tel,
kubi
s, sa
wi,
dan
baw
ang
daun
) pa
da se
tiap
satu
an la
han
di z
ona
agro
ekol
ogi e
leva
si ≥
700
m d
pl d
i hul
u D
AS
Jene
bera
ng
Satu
an
Laha
n
Ting
kat K
eses
uaia
n La
han
Ken
tang
Wor
tel
Kub
isSa
wi
Baw
ang
Dau
nA
IP
AI
PA
IP
AI
PA
IP
SP1
S3f
Mi
S2e
S3f
Mi
S2e
S3f
Mi
S2e
S3f
Mi
S2f
S3f
Mi
S2f
SP2
S3f
Mi-H
iS2
eS3
fM
iS2
eS3
fM
iS2
eS3
fM
iS2
eS3
fM
iS2
eSP
3S3
feM
i-Hi
S3e
S3fe
Mi-H
iS3
eS3
feM
i-Hi
S3e
S3fe
Mi-H
iS3
eS3
feM
i-Hi
S3e
SP4
Ne
Hi
S3e
Ne
Hi
S3e
Ne
Hi
S3e
Ne
Hi
S3e
Ne
Hi
S3e
SP5
S3f
Mi-H
iS2
eS3
fM
i-Hi
S2e
S3f
Mi-H
iS2
eS3
fM
i-Hi
S2f
S3f
Mi-H
iS2
fSP
6S2
feM
i-Hi
S2e
S2fe
Mi-H
iS2
eS2
feM
i-Hi
S2e
S3f
Mi-H
iS2
eS2
feM
i-Hi
S2e
SP7
S3fe
Mi-H
iS3
eS3
feM
i-Hi
S3e
S3fe
Mi-H
iS3
eS3
eM
i-Hi
S3e
S3fe
Mi-H
iS3
eSP
8N
eH
iS3
eN
eH
iS3
eN
eH
iS3
eN
eH
iS3
eN
eH
iS3
eSP
10S2
feM
iS2
eS3
fM
iS2
eS3
fM
iS2
eS2
feM
iS2
eS2
feM
iS2
eSP
11S3
eH
iS3
eS3
eH
iS3
eS3
eH
iS3
eS3
feH
iS3
eS3
feH
iS3
eSP
12N
eH
iS3
eN
eH
iS3
eN
eH
iS3
eN
eH
iS3
eN
eH
iS3
eSP
13S3
fM
iS2
fS3
fM
iS2
fS3
fM
iS2
fS3
fM
iS2
fS3
fM
iS2
fSP
14S3
fM
iS2
eS3
fM
iS2
eS3
fM
iS2
eS3
fM
iS2
eS3
fM
iS2
eSP
15S3
feM
i-Hi
S3e
S3fe
Mi-H
iS3
eS3
feM
i-Hi
S3e
S3fe
Mi-H
iS3
eS3
feM
i-Hi
S3e
SP16
Ne
Hi
S3e
Ne
Hi
S3e
Ne
Hi
S3e
Ne
Hi
S3e
Ne
Hi
S3e
SP17
S3f
Mi
S2e
S3f
Mi
S2e
S3f
Mi
S2e
S2f
Mi
S1S2
fM
iS1
SP18
S3f
Mi
S2e
S3f
Mi
S2e
S3f
Mi
S2e
S3f
Mi
S2e
S3f
Mi
S2e
SP19
S3fe
Mi-H
iS3
eS3
feM
i-Hi
S3e
S3fe
Mi-H
iS3
eS3
feM
i-Hi
S3e
S3fe
Mi-H
iS3
eSP
20N
eH
iS3
eN
eH
iS3
eN
eH
iS3
eN
eH
iS3
eN
eH
iS3
eK
eter
anga
n : A
= k
eses
uaia
n la
han
aktu
al; I
= ti
ngka
t inp
ut; P
= k
eses
uaia
n la
han
pote
nsia
l; f =
rete
nsi h
ara;
e =
bah
aya
eros
i; r =
med
ia p
erak
aran
; Mi =
med
ium
inpu
t; H
i = h
igh
inpu
t (in
put t
ingg
i).
T S L S SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS SSSSSS SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS K
105
kubis, sawi, dan bawang daun yang masuk kategori kelas S2 yaitu SP6, dan
komoditas kentang, sawi, dan bawang daun pada SP10 dan SP17, dengan faktor
pembatas retensi hara, dan bahaya erosi. Kelas kesesuaian lahan aktual S3 untuk
komoditas kentang, wortel, kubis, sawi, dan bawang daun meliputi SP1, SP2, SP3,
SP5, SP7, SP10, SP11, SP13, SP14, SP15, SP17, SP18, dan SP19 dengan faktor
pembatas retensi hara dan bahaya erosi. Sedangkan lahan yang masuk kategori
tidak sesuai aktual untuk komoditas kentang, wortel, kubis, sawi, dan bawang
daun yaitu SP4, SP8, SP9, SP12, SP16 dan SP20. Lahan ini dapat dimanfaatkan
untuk pertanaman komoditas hortikultura sayuran tapi memerlukan input yang
sangat besar, sehingga perlu dilakukan kajian mendalam untuk
mempertahankannya. Hal ini disebabkan karena faktor pembatasnya adalah
kemiringan lereng dan bahaya erosi. Peta kesesuaian lahan aktual komoditas
kentang tersaji pada Gambar 13, komoditas wortel (Gambar 14), komoditas sawi
(Gambar 15), komoditas bawang daun (Gambar 16) dan komoditas kubis (Gambar
17).
Dengan pemberian input atau usaha-usaha perbaikan pada lahan, maka
kelas kesesuaian lahan aktual akan berubah menjadi kelas kesesuaian lahan
potensial. Kelas kesesuaian lahan potensial komoditas hortikultura sawi dan
bawang daun meningkat dari S2 menjadi S1 pada satuan lahan SP 17. Kelas
kesesuaian lahan potensial S2 komoditas hortikultura sayuran (kentang, wortel,
kubis, sawi, dan bawang daun) pada satuan lahan SP1, SP2, SP5, SP6, SP10,
SP13, SP14, SP17, dan SP18. Satuan lahan yang masuk kategori kelas kesesuaian
lahan potensial S3 untuk komoditas sayuran yaitu SP3, SP4, SP7, SP8, SP11,
SP12, SP15, SP16, SP19, dan SP20.
Luas areal masing-masing kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial
untuk komoditas hortikultura sayuran pada areal penggunaan lain (APL) disajikan
pada Tabel 19. Data pada Tabel 19 menunjukkan luas lahan yang sesuai moderat
(S2) aktual untuk komoditas kentang yaitu 613,39 ha, kelas sesuai marginal (S3)
yaitu 4.054,21 ha, dan tidak sesuai (N) yaitu 613,39 ha. Apabila dilakukan
perbaikan pada faktor pembatas retensi unsur hara (f) maka kelas kesesuaian lahan
potensial S2 luasannya meningkat menjadi 1.622,86 ha, luas lahan yang masuk-
k
k
p
k
SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
ttittttttttttttttttttttttttttttttttttttt
dddddddd
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
ssasssssssssssssssssssssssssssssssssssss
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
((G((((
1111
k
p
b
k
k
SSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS
lalllllllllllllllllllllll
SSSSSSSSSSSSSSS
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
(((S(((((((((((((((((((((
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
106
Tabe
l 19.
Luas
are
al (h
a) b
erda
sark
an k
elas
kes
esua
ian
laha
n ak
tual
dan
pot
ensi
al u
ntuk
kom
odita
s hor
tikul
tura
sayu
ran
Kom
odita
sLu
as A
real
Ber
dasa
rkan
Kel
as K
eses
uaia
n La
han
(ha)
Akt
ual
Pote
nsia
l
S1S2
S3N
S1S2
S3N
Ken
tang
-61
3,39
4.05
4,21
613,
39-
1.62
2,86
3.39
2,39
-
Kub
is-
347,
654.
054,
2061
3,39
-1.
622,
863.
392,
39-
Baw
ang
Dau
n-
1.49
7,49
2.90
4,37
613,
3944
6,00
2.28
0,39
2.28
8,85
-
Wor
tel
-34
7,65
4.05
4,20
613,
39-
1.62
2,86
3.39
2,39
-
Saw
i-
1.36
3,38
1.57
6,55
613,
3944
6,00
2.49
3,93
2.07
5,32
-
T
107
Gam
bar 1
3.
Peta
kes
esua
ian
laha
n ak
tual
kom
odita
s ken
tang
di a
rea
hulu
DA
S Je
nebe
rang
.
108
Gam
bar 1
4. P
eta
kese
suai
an la
han
aktu
al k
omod
itas w
orte
l di h
ulu
DA
S Je
nebe
rang
.
109
Gam
bar 1
5. P
eta
kese
suai
an la
han
aktu
al k
omod
itas s
awi d
i are
a hu
lu D
AS
Jene
bera
ng.
110
Gam
bar 1
6. P
eta
kese
suai
an la
han
aktu
al k
omod
itas b
awan
g da
un d
i are
a hu
lu D
AS
Jene
bera
ng.
111
Gam
bar 1
7. P
eta
kese
suai
an la
han
aktu
al k
omod
itas k
ubis
di a
rea
hulu
DA
S Je
nebe
rang
.
112
kategori kelas S3 menurun menjadi 3.392,39 ha, dan tidak ada lagi lahan yang
tidak sesuai untuk tanaman kentang.
Komoditas wortel dan kubis penyebarannya sama, yaitu untuk kelas cukup
sesuai (S2) aktual luasannya 347,65 ha, sesuai marginal (S3) yaitu 4.054,20 ha,
dan tidak sesuai (N) yaitu 613,39 ha. Apabila dilakukan perbaikan pada faktor
pembatas retensi unsur hara (f) maka kelas kesesuaian lahan potensial S2
luasannya meningkat menjadi 1.622,86 ha, luas lahan yang masuk kategori kelas
S3 menurun menjadi 3.392,39 ha, dan tidak ada lahan yang tidak sesuai untuk
tanaman wortel dan kubis.
Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas sawi, kelas S2 luasnya
1.363,38 ha, kelas S3 luasnya 1.576,55 ha, dan tidak sesuai (N) luasnya 613,39
ha. Jika dilakukan perbaikan pada faktor pembatas retensi unsur hara (f) maka
perubahan dari kelas S2 menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 luasnya yaitu
446,00 ha. Sedangkan kelas S2 potensial yaitu 2.493,93 ha, dan luas lahan yang
masuk kategori kelas S3 menurun menjadi 2.075,32 ha, dan tidak ada lahan yang
tidak sesuai.
Kelas kesesuaian lahan aktual S2 untuk komoditas bawang daun luasnya
1.479,49 ha, kelas S3 luasnya 2.904,20 ha, dan tidak sesuai (N) luasnya 613,39
ha. Jika dilakukan perbaikan pada faktor pembatas retensi unsur hara (f) maka
perubahan dari kelas S2 menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 luasnya yaitu
446,00 ha. Sedangkan kelas S2 potensial yaitu 2.280,39 ha, dan luas lahan yang
masuk kategori kelas S3 menurun menjadi 2.288,85 ha, dan tidak ada lahan yang
tidak sesuai untuk tanaman bawang daun.
6.4. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
Hasil analisis komoditas unggulan melalui pendekatan LQ di daerah hulu DAS
Jeneberang menunjukkan bahwa komoditas buah-buahan meliputi rambutan,
mangga, pisang, dan durian, sedangkan komoditas sayuran yaitu kentang,
wortel, kubis, sawi, dan bawang daun merupakan komoditas unggulan.
k
ti
se
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
llulllllllllllllllllllllllllllllllllll
SSSSSS
ttattttttttttttttttttttttttttttttttt
1111111111111111111111
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
ppppppppppppppppppp
444444
mmmmmm
tttittt
1
h
p
4
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
titttttttttttttttttttttttttttttttttttt
6666666666666666666666666666666666666666666666666666666
113
Tingkat kesuburan tanah di daerah hulu DAS Jeneberang termasuk kategori
rendah, baik pada tanah di zona agroekologi pada elevasi < 700 m dpl, maupun
pada tanah di zona agroekologi pada elevasi ≥ 700 m dpl.
Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas unggulan hortikultura buah-
buahan adalah S2 dan S3, dengan faktor pembatas retensi hara, media
perakaran, dan bahaya erosi. Kelas kesesuaian lahan potensial untuk komoditas
buah-buahan yaitu S1, S2, dan S3, dengan faktor pembatas media perakaran
dan bahaya erosi.
Kelas kesesuaian lahan aktual untuk komoditas unggulan hortikultura sayuran
adalah S2, S3, dan N dengan faktor pembatas retensi hara dan bahaya erosi.
Kelas kesesuaian lahan potensial untuk komoditas hortikultura sayuran yaitu
S1, S2, dan S3 dengan faktor pembatas bahaya erosi.