vaksin h. pylori
TRANSCRIPT
VAKSIN DNA REKOMBINAN ORAL TERHADAP H. Pylori
Infeksi H. pylori merupakan salah satu infeksi yang paling sering terjadi pada manusia
di seluruh dunia. Infeksi ini menyebabkan gastritis kronis, ulkus duodenum dan ulkus
lambung, serta merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya kanker lambung. Selain
itu, H. pylori juga merupakan kunci untuk terjadinya mucosa-associated lymphoid tissue
lymphoma (MALToma) pada lambung. Para ahli menghubungkan H. pylori dengan
beberapa penyakit di luar lambung yang melibatkan kepala dan leher serta sistem
kardiovaskuler, hepatobilier, pulmoner, dermatologi, imunologi, dan hematologi.
Prevalensi infeksi H. pylori sekitar 52% di Amerika Serikat. Di negara
berkembang, sekitar 80% anak berusia kurang dari 10 tahun dan lebih dari 90% orang
dewasa terinfeksi H. pylori. Infeksi hampir selalu didapat saat usia anak-anak dan dapat
berlangsung seumur hidup kecuali jika diberi terapi.
Terapi H. pylori membutuhkan rejimen yang terdiri dari beberapa obat karena
organisme tersebut hidup di lapisan mukosa yang bekerja sebagai barrier terhadap
penetrasi antibiotik. Resistensi juga menjadi masalah pada sejumlah antibiotik yang
sering digunakan: metronidazol, amoksisilin, eritromisin, dan klaritromisin. Masalah
lain adalah mengenai efek samping, tingkat kepatuhan minum obat yang rendah, serta
biaya tinggi. Hampir 90% pasien tidak menunjukkan gejala. Diagnosis infeksi H. pylori
secara klinis dapat menjadi hal yang sulit, terutama pada anak-anak karena dispepsia
yang dialami memiliki beberapa penyebab lain yang lebih sering. Biaya uji diagnostik
serta eradikasi farmakologis yang adekuat dapat sangat mahal. Vaksinasi terhadap H.
pylori—untuk mencegah dan mengobati infeksi—tampak menjadi pendekatan yang
lebih baik untuk masalah ini.
Imunisasi terhadap H. pylori—meskipun dulu diduga tidak mungkin—saat ini
dipertimbangkan sebagai satu-satunya pendekatan praktis untuk eliminasi skala besar
terhadap bakteri dari populasi yang rentan. Meskipun demikian, mengembangkan vaksin
yang sukses terbukti lebih sulit daripada yang sebelumnya diduga, mungkin karena H.
pylori berkoloni di mukosa lambung tanpa melewati epitel sehingga bakteri tidak dapat
1
diakses oleh banyak mekanisme efektor imun. Dalam banyak studi, imunisasi tidak
hanya mencegah infeksi baru H. pylori namun juga menyembuhkan hewan yang
infeksinya sedang berlangsung. Hal tersebut merintis jalan untuk pembuatan vaksin
profilaksis dan vaksin terapeutik.
Penelitian mengenai vaksin H. pylori terutama terfokus pada pengembangan
vaksin protein dalam beberapa dekade terakhir, namun pembuatan preparat dan
pemurnian antigen protein membutuhkan banyak waktu serta sulit. Karena respon imun
yang efektif tergantung kepada adanya adjuvan, sebagian besar bersifat toksik bagi
organisme, maka penting untuk mengembangkan vaksin baru H. pylori.
Kemajuan terbaru dalam imunologi dan biologi molekuler memungkinkan
pengembangan vaksin DNA yang memiliki range aplikasi yang luas. Vaksin untuk
penyakit-penyakit seperti infeksi HIV, malaria, serta tuberkulosis saat ini dikembangkan
dengan menggunakan plasmid DNA atau vektor virus ataupun bakteri untuk
menghantarkan gen yang mengkode antigen dari patogen ke host. Dengan keberadaan
live attenuated virus vaccine selama beberapa dekade, protein antigenik dapat dihasilkan
in situ oleh host, menimbulkan respon imun seluler dan humoral. Namun tidak seperti
live attenuated vaccine, vaksin berbasis gen dirancang untuk menghantarkan hanya gen
yang mengkode antigen untuk vaksin tersebut. Kemampuan vaksin berbasis gen untuk
menimbulkan respon seluler dan humoral penting untuk mengembangkan vaksin yang
efektif terhadap penyakit yang diinduksi oleh H. pylori. Serupa dengan itu, kemampuan
vaksin berbasis gen untuk menimbulkan bentuk-bentuk imunogen tertentu seperti
protein dengan struktur khusus yang dapat dibuat hanya oleh sel mamalia in situ, dapat
menjadi sifat penting vaksin DNA. Diduga bahwa vaksin DNA dapat diproduksi dan
didistribusikan dalam skala global untuk mencegah penyakit seperti infeksi HIV,
malaria, dan tuberkulosis.
S. typhimurium dapat difagosit oleh makrofag dan sel M pada plak Peyer, serta
mencapai hati dan limpa melalui limfonodi mesenterium yang kemudian akan
menstimulasi organ dan jaringan untuk membentuk respon imun pada membran mukosa,
sel, serta cairan tubuh. Pada beberapa tahun terakhir, attenuated S. typhimurium sebagai
2
sistem penghantar menjadi tren baru untuk meneliti jenis baru vaksin hidup rekombinan
oral. Dibandingkan dengan vaksin tradisional, live attenuated S. typhimurium digunakan
sebagai jenis baru sistem pelepas vektor untuk antigen heterolog yang tidak
membutuhkan pemurnian antigen, dan tidak hanya melindungi antigen dari degradasi
dan denaturasi di lambung namun juga mengekspresikan aktivitas adjuvan dan
mencegah toleransi oral.
Vaksin DNA telah menunjukkan potensi besar dalam proteksi serta terapi untuk
banyak penyakit sejak awal pengembangannya. Vaksin tersebut dapat menginduksi
respon imun komplit, memberi proteksi silang heterolog, dan dapat dengan mudah
dibuat preparatnya sebagai vaksin polivalen. Selain itu, live attenuated S. typhimurium
strain yang mengekspresikan antigen asing dapat menjadi generasi baru yang sangat
menjanjikan dalam pengembangan vaksin H. pylori. Salah satu vaksin H. pylori yang
dibuat adalah live attenuated Salmonella typhimurium strain harboring H. pylori
neutrophil activating protein gene (HP-NAP) sebagai vaksin DNA rekombinan oral.
Vaksin DNA HP-NAP dapat mengekspresikan protein target dengan
imunogenisitas yang baik pada host eukariotik, dan S. typhimurium strain SL7207
(pIRES-NAP) dapat menjadi kandidat yang baik sebagai vaksin untuk mencegah dan
menyembuhkan infeksi H. pylori.
Cara pembuatannya adalah melalui metode genetic engineering dimana DNA
genomik H. pylori diekstrak sebagai template. Gen HP-NAP kemudian diamplifikasi
dengan polymerase chain reaction (PCR) dan diklon ke dalam vektor pBT untuk
sequencing dan analisis BLAST, kemudian disubklon ke dalam vektor ekspresi
eukariotik pIRES yang dilanjutkan dengan identifikasi PCR serta restriction enzyme
digestion. Plasmid rekombinan pIRES-NAP yang telah diidentifikasi kemudian
ditransfeksikan ke dalam sel COS-7 untuk ekspresi protein fusi target, dan
antigenisitasnya dideteksi dengan Western blotting. Kemudian plasmid rekombinan
ditransformasi ke dalam live attenuated Salmonella typhimurium strain SL7207 sebagai
strain vaksin oral.
3
DAFTAR PUSTAKA
1. Sun, B., Li, Z.S., Tu, Z.X., dkk. 2006. Construction of an Oral Recombinant
DNA Vaccine from H. pylori Neutrophil Activating Protein and Its
Immunogenicity. November [cited 2010, April 4]. Available from: URL:
http://www/wjgnet.com/1007-9327/12/7042.asp
2. Agarwal, K., Agarwal, S. 2008. Helycobacter pylori Vaccine: From Past to
Future. February [cited 2010, April 4]. Available from:
http://www.mayoclinicproceedings.com/content/83/2/169.full
3. Xu, C., Li, Z.S., Du, Y.Q., dkk. 2007. Construction of Recombinant Attenuated
Salmonella typhimurium DNA Vaccine Expressing H pylori ureB and IL-2. June
[cited 2010, April 4]. Available from:
http://d.wanfangdata.com.cn/Periodical_wjg200706021.aspx
4