v. estimasi nilai resiko lingkungan kegiatan … · pertambangan emas yang dilakukan. kegiatan...
TRANSCRIPT
46
V. ESTIMASI NILAI RESIKO LINGKUNGAN KEGIATAN PERTAMBANGAN EMAS
5.1. Pendahuluan
Kegiatan pertambangan secara ekonomi memberikan pendapatan
bagi negara dan pemerintah daerah. Namun kegiatan pertambangan juga
memberikan dampak lingkungan yang sangat besar dan bersifat penting
(Bapedal, 2001). Semakin besar skala suatu kegiatan pertambangan
maka potensi terjadinya kerusakan ekosistem menjadi makin besar dan
sulit dipulihkan. Pencemaran air permukaan dan air tanah merupakan
dampak lingkungan yang sering terjadi akibat kegiatan pertambangan
(EPA, 1995). Pencemaran air dapat berdampak pada kesehatan,
keselamatan dan akhirnya berakibat pada pembangunan ekonomi.
Potensi kerusakan lingkungan akibat pertambangan juga berdampak
terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat terkena dampak,
terutama masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pertambangan.
Komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak akibat
penambangan tergantung pada lokasi dilakukannya penambangan.
Kerusakan lahan terjadi akibat dari tergerus/hilangnya lahan yang semula
produktif menjadi tidak produktif. Penurunan kualitas tanah dapat terjadi
karena tanah subur di permukaan hilang atau tertutup oleh sedimen yang
tidak subur. Sedangkan penurunan kualitas air diakibatkan tingginya
kandungan sedimen tersuspensi sebagai akibat pembuangan tailing
langsung ke badan air yang juga akan mempengaruhi kehidupan biota air
(Bapedal. 2001).
Masuknya bahan pencemar ke dalam badan air akan menurunkan
kualitas air, sehingga tidak layak dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan air minum, rumah tangga, dan jika tercemar berat akan
merusak kegiatan pertanian. Resiko lingkungan tersebut secara ekonomi
akan berpengaruh terhadap rusak atau hilangnya nilai manfaat lingkungan
seperti air yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat. Akibat
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
47
kerusakan lingkungan hidup tersebut pada akhirnya akan menimbulkan
gangguan kesehatan yang menjadi biaya sosial (social costs) yang harus
ditanggung oleh masyarakat. Oleh karena itu penerapan instrumen
ekonomi lingkungan berupa asuransi lingkungan untuk mengendalikan
resiko lingkungan perlu dikaji, termasuk perhitungan estimasi kerugian
harapan dan premi yang harus dibayarkannya. Apabila nilai premi lebih
kecil daripada keuntungan ekonomi yang diperoleh perusahaan, maka
penerapan asuransi lingkungan dianggap layak untuk diterapkan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai resiko lingkungan
akibat kegiatan pertambangan emas di Kabupaten Tanggamus Provinsi
Lampung.
5.2. Metode Analisis Resiko Lingkungan Pertambangan Emas
a. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder.
Data primer yang diperlukan adalah data kualitas air sungai yang berasal
dari lokasi penambangan, data nilai manfaat lingkungan yang terganggu,
serta data nilai gangguan kesehatan masyarakat sekitar lokasi
penambangan. Data primer diperoleh dari hasil wawancara terstruktur
yang disertai dengan pengisian kuesioner oleh responden. Responden
dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di sekitar lokasi
pertambangan dan langsung terkena dampak dari kegiatan penambangan
yang dilakukan. Jumlah responden adalah 30 (tiga puluh) orang. Data
sekunder yang diperlukan berupa data kependudukan sekitar lokasi
penambangan dan peta wilayah pertambangan. Sumber data sekunder
berasal dari perusahaan pertambangan serta data potensi desa tahun
2008 Badan Pusat Statistik (BPS).
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
48
b. Analisis Data
1) Pengambilan Sampel Kualitas Air Sungai Titik pengambilan sampel air sungai ditetapkan menurut ketentuan-
ketentuan sebagai berikut.
Pada sungai dengan debit kurang dari 5m3/detik, sampel air
diambil pada satu titik ditengah sungai pada 0,5 x kedalaman
sungai.
Pada sungai dengan debit antara 5 – 150 m3/detik, sampel air
diambil pada dua titik, masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3
lebar sungai pada 1,5 x kedalaman sungai.
Pada sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, sampel air
diambil minimum pada enam titik, masing-masing pada jarak ¼,
1/2, dan ¾ lebar sungai, pada 0,2 x kedalaman sungai 0,8 x
kedalaman sungai.
Sampel air sungai yang telah diambil selanjutnya dianalisis di
Laboratorium Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan
Lingkungan Depkes Tanjung Karang Departemen Kesehatan.
Parameter kualitas air yang dianalisis terdiri dari parameter fisik dan
kimia air. Parameter fisik air meliputi residu terlarut, residu
tersuspensi, dan suhu. Parameter kimia yang dianalisis yaitu pH,
Seng, Sianida, Florida, Kadmium, Kromium, Nitrat-N, Nitrit-N, NH3-N,
Clor bebas, BOD, COD, Sulfida, serta minyak/lemak. Baku mutu
lingkungan kualitas air merujuk kepada Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
2) Estimasi Nilai Gangguan Ekosistem dan Kesehatan Kegiatan pertambangan emas memberikan dampak terhadap
lingkungan hidup. EPA (1995) dalam risetnya menemukan fakta
bahwa jenis dampak lingkungan akibat pertambangan meliputi
pencemaran air permukaan, pencemaran air tanah, pencemaran
tanah, kesehatan manusia, kerusakan flora dan fauna, serta
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
49
pencemaran udara. Lebih lanjut EPA (1995) menyebutkan bahwa
frekuensi terjadinya dampak lingkungan akibat pertambangan berupa
pencemaran air permukaan mencapai 70%, pencemaran air tanah
mencapai 65%, pencemaran tanah 50%, kesehatan manusia
mencapai 35%, kerusakan flora dan fauna mencapai 25%, serta
pencemaran udara mencapai 20%. Dalam penelitian ini estimasi nilai
gangguan ekosistem difokuskan terhadap resiko lingkungan berupa
pencemaran air permukaan dan kesehatan masyarakat.
Wilayah pertambangan emas yang diteliti berdampak langsung
terhadap aliran Sungai Napal yang selama ini digunakan oleh
masyarakat sekitar pertambangan untuk memenuhi kebutuhan air
rumah tangga sehari-hari. Kegiatan pertambangan berada di hulu
Sungai Napal yang alirannya melintasi Pekon Sidohardjo.
Pendekatan penilaian manfaat sungai yang terganggu didekati
dengan pendekatan kesediaan membayar (willingness to pay, WTP)
dari pengguna air dalam menyediakan kebutuhan airnya. Nilai WTP
total merupakan penjumlahan dari WTP untuk pencairan sumber air
baru, WTP pembuatan sumur baru, dan WTP pembelian air. Nilai
total WTP tersebut menggambarkan besarnya nilai resiko lingkungan
yang harus ditanggung oleh masyarakat akibat akses sumber airnya
terganggu.
Adanya gangguan terhadap lingkungan berdampak terhadap
kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar pertambangan dan
bagian hilirnya. Air menjadi media penting terjadinya gangguan
kesehatan Metode VHE (Value Health Effects) digunakan untuk
mengestimasi besarnya biaya akibat pencemaran lingkungan
terhadap kesehatan. Pada prinsipnya metode VHE didasarkan
kepada WTP (willingness to pay) yang dikeluarkan oleh penduduk
untuk menghindari sakit akibat dampak degradasi lingkungan yang
terjadi, sehingga banyak alasan bagi mereka untuk menghindari
sakit. Hal tersebut berkaitan dengan keinginan untuk menghindari :
(a) kehilangan waktu yang berkaitan dengan sakit; (b) biaya
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
50
pengobatan; (c) pengeluaran untuk menghindari sakit akibat
pencemaran; dan (d) ketidaknyamanan akibat sakit (Bolt et.al.,
2005). Estimasi nilai gangguan terhadap kesehatan masyarakat
akibat pertambangan merupakan total biaya pengobatan apabila
sakit dan hilangnya produktivitas kerja selama sakit.
Nilai gangguan terhadap sumber air masyarakat dan gangguan
terhadap kesehatan masyarakat merupakan resiko lingkungan yang
terjadi. Total resiko lingkungan dihitung sebagai perkalian dari nilai
resiko lingkungan dengan lamanya kegiatan eksploitasi
pertambangan.
3) Perhitungan Premi Asuransi Lingkungan
Darmawi (2004) menyebutkan bahwa nilai premi murni dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
P = K U
dimana K adalah kerugian harapan dan U adalah jumlah unit.
Dalam penelitian ini nilai K adalah total resiko lingkungan selama
jangka waktu pertambangan. Jangka waktu pertambangan di lokasi
penelitian adalah 13 (tiga belas) tahun. Jumlah unit disetarakan
dengan jumlah penduduk yang terkena dampak kegiatan
pertambangan.
5.3. Hasil dan Pembahasan Resiko Lingkungan Pertambangan Emas
5.3.1. Analisis Kualitas Air Permukaan
Potensi pencemaran di sekitar pertambangan dinilai dengan
melakukan uji kualitas air sungai yang digunakan oleh penduduk yang
berdomisili di sekitar pertambangan, yaitu aliran air Sungai Napal. Aliran
air sungai ini merupakan aliran sungai yang langsung terkena dampak dari
kegiatan pertambangan emas PT NUP (PT. Napal Umbar Picung) yang
berada di Pekon/Desa Sidoharjo Kabupaten Tanggamus Provinsi
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
51
Lampung. Aliran air Sungai Napal dimanfaatkan penduduk untuk
kebutuhan air rumah tangga dan pertanian.
Pada Tabel 5 terlihat bahwa semua paramater kualitas air yang
dianalisis menunjukkan nilai yang berada di bawah ambang batas. Kondisi
ini terjadi karena saat dilakukan pengambilan sampel air, kegiatan
pertambangan emas sedang tidak beroperasi. Di lain pihak sungai
merupakan aliran air yang dinamis, yang melakukan pergantian air setiap
saat, sehingga pada saat tidak ada kegiatan parameter kualitas air baik.
Keadaan ini didukung oelh letak Sungai Napal yang berada di hulu sungai
dan langsung berbatasan dengan daerah tangkapan air, sehingga airnya
selalu berganti dengan air yang kualitasnya baik. Berdasarkan kondisi
tersebut, maka parameter fisika dan kimia dari sampel air yang diuji
berada di bawah ambang batas yang ditentukan atau termasuk kualitas air
kategori baik (belum tercemar).
Kondisi kualitas air Sungai Napal walaupun masuk kategori baik
(tidak tercemar), tetapi hasil analisis biotanya menunjukkan nilai
keanekaragaman bentos dan plankton yang cukup rendah (Tabel 6 dan
Tabel 7). Kondisi ini memperlihatkan bahwa kondisi air Sungai Napal
mulai terganggu dan masuk kategori tercemar sedang (Odum, 1971). Nilai
keanekaragaman plankton dan bentos bertentangan dengan nilai kualitas
airnya yang masih baik. Hal ini terjadi karena aliran air sungai bersifat
dinamis yang selalu berganti setiap saat, sehingga air kurang tepat untuk
menunjukkan tercemar tidaknya ekosistem sungai. Berbeda dengan air,
pencemaran ekosistem sungai dapat ditunjukkan dari kondisi biota yang
berada di dalamnya, Bahan-bahan pencemar yang sulit urai akan
terakumulasi dalam tubuh biota, sehingga pada akhirnya dapat
mempengaruhi populasi setiap jenis biota tersebut dan selanjutnya
menurunkan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Tercemarnya
Sungai Napal ini disebabkan karena dampak kegiatan pertambangan PT
NUP yang membuang limbah tambangnya (tailing) ke dalam aliran Sungai
Napal. Bahan-bahan pencemar yang sudah masuk ke dalam Sungai
Napal tersebut mempengaruhi biota air, baik ditinjau dari kualitas biota
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
52
airnya dan keanekaragaman biota yang hidup dalam ekosistem Sungai
Napal tersebut. Tabel 5. Kualitas Air Sungai Napal
Hasil Analisis No Parameter Satuan B ML I II
Metode
A FISIKA 1. Residu terlarut mg/L 1000 75 80 Gravimetri
2. Residu tersuspensi NTU 50 30 35 Gravimetri
3. Suhu 0C - 26,70 26,70 Elektroda
B KIMIA
4. PH - 6,5-9,0 7,17 7,24 Elektroda
5. Seng mg/L 0,05 0,008 0,006 Spektrofotometri
6. Sianida mg/L 0,02 <0,005 <0,005 Spektrofotometri
7. Florida mg/L 1,5 <0,010 0,010 Spektrofotometri
8. Kadmim mg/L 0,01 <0,002 0,002 Spektrofotometri
9. Kromium mg/L 0,05 0,003 <0,002 Spektrofotometri
10 Nitrat – N mg/L 10 2,10 2,30 Spektrofotometri
11 Nitrit – N mg/L 0,06 0,010 <0,010 Spektrofotometri
12 NH3 – N mg/L 0,5 <0,010 <0,010 Spektrofotometri
13 Chlor Bebas mg/L 0,03 <0,01 <0,01 Spektrofotometri
14 BOD mg/L 6 3,05 3,26 Volumetri
15 COD mg/L 50 9,50 10,40 Volumetri
16 Sulpida mg/L 0,002 <0,001 <0,001 Spektrofotometri
17 Minyak/Lemak mg/L 1 0,28 0,30 Gravimetri
Keterangan : < : Lebih kecil, Baku Mutu Lingkungan (BML) menggunakan : PP.82 Tahun 2001 (Air Golongan II)
Pencemaran yang terjadi merupakan dampak dari kegiatan
pertambangan emas yang dilakukan. Kegiatan ekploitasi tambang yang
menggunakan bahan kimia berpengaruh terhadap penurunan kualitas air
sungai yang ada di sekitar pertambangan. Sebagian penduduk yang
tinggal di sekitar Sungai Napal tidak lagi menggunakan air sungai dan
menggantinya dengan membuat sumur untuk kebutuhan air minum dan
rumah tangga lainnya. Penurunan kualitas air tersebut menjadi biaya
sosial yang harus ditanggung oleh masyarakat. Manfaat ekosistem berupa
jasa lingkungan air yang sebelum pertambangan dibuka masih cukup
memenuhi kebutuhan air masyarakat, tetapi dengan terjadinya
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
53
pencemaran maka sebagian dari manfaat tersebut hilang dan menjadi
biaya sosial yang harus ditanggung oleh masyarakat. Selain itu, dengan
penurunan kualitas air beresiko terhadap terjadinya gangguan kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu kegiatan pertambangan yang memberikan
resiko lingkungan berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup
perlu dikendalikan, sehingga memberikan rasa aman bagi masyarakat
yang berdomisili di sekitar pertambangan dan sepanjang aliran Sungai
Napal.
5.3.2. Nilai Resiko Kerusakan Lingkungan
Resiko kerusakan lingkungan akibat pertambangan emas yang
menonjol adalah pencemaran aliran air sungai dan gangguan kesehatan
masyarakat yang berada di sekitar pertambangan emas. Walaupun
dampak akibat pertambangan emas memiliki bermacam resiko
lingkungan, tetapi dalam penelitian ini estimasi nilai resiko kerusakan
lingkungan dibatasi terhadap terganggunya nilai manfaat air akibat
pencemaran dan nilai biaya gangguan kesehatan masyarakat. Nilai
gangguan terhadap sumber air masyarakat dan gangguan terhadap
kesehatan masyarakat merupakan resiko lingkungan yang terjadi. Total
resiko lingkungan dihitung sebagai perkalian dari nilai resiko lingkungan
dengan lamanya kegiatan eksploitasi pertambangan.
Wilayah lokasi pertambangan dan sekitarnya merupakan daerah
tangkapan air Sungai Napal yang digunakan masyarakat Pekon/Desa
Sidoharjo. Daerah tangkapan air tersebut yang umumnya merupakan
ekosistem hutan memberikan manfaat hidrologis berupa aliran sungai
untuk digunakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan airnya untuk
kebutuhan air minum, rumah tangga, dan pertanian. Dengan adanya
pertambangan yang mengakibatkan kualitas air sungainya berada dalam
kondisi tercemar sedang, maka nilai manfaatnya berkurang. Nilai manfaat
air tersebut dapat tiba-tiba hilang apabila terjadi kecelakaan, kelalaian,
atau kesalahan dalam operasi pertambangan. Peluang terjadinya
pencemaran air permukaan akibat pertambangan yang mencapai 70%
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
54
merupakan resiko lingkungan yang harus dihadapi oleh masyarakat (EPA,
1995). Besaran nilai resiko lingkungan tersebut dianalisis dengan
pendekatan biaya pengadaan air.
Sungai Napal merupakan sungai yang langsung bermuara ke laut,
dengan jarak dari pertambangan hingga muara (laut) relatif dekat, yakni
hanya kurang lebih berjarak 20km, maka bahan-bahan pencemar tersebut
relatif akan langsung masuk ke dalam ekosistem pesisir. Padahal bahan-
bahan kimia yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan seperti logam
berat, sianida, dsb pada umumnya merupakan bahan yang sulit terurai,
bahkan cenderung akan terakumulasi dalam tubuh mahluk hidup dan
menimbulkan berbagai kerusakan dalam tubuh mahluk hidup tersebut
(Klaassen, Amdur and Doull, 1986). Berdasarkan hal tersebut maka biota
air yang terdapat pada ekosistem Sungai Napal dan yang hidup di pesisir
laut tempat bermuaranya Sungai Napal diduga akan dapat
membahayakan kehidupan yang ada di dalamnya, namun demikian hal ini
masih perlu dibuktikan secara ilmiah.
Penurunan kualitas air tersebut menjadi biaya sosial yang harus
ditanggung oleh masyarakat. Manfaat ekosistem berupa jasa lingkungan
air yang sebelum pertambangan dibuka masih cukup memenuhi
kebutuhan air masyarakat, tetapi dengan terjadinya pencemaran maka
sebagian dari manfaat tersebut hilang dan menjadi biaya sosial yang juga
harus ditanggung oleh masyarakat.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
55
Tabel 6. Hasil Analisis Keberadaan Plankton di Sekitar Lokasi Pertambangan Emas PT NUP No Familla No Spesies WA X1 X2 N NL1 X1 X2 H PC1 X1 X2 H PC2 X1 X2
1 Fragillriaceae 1 Synedra sp 1 0.01 -4.61 -0.05 1 0.02 -3.93 -0.08 0 0.1 -2.3 -0.23 1 0.02 -3.93 2 Fragillaria sp 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0.05 -3 -0.15 0 0 0
2 Zygnemataceae 3 Spirogyra sp 4 0.04 -3.22 -0.13 5 0.1 -2.32 -0.23 0 0 0 0 5 0.1 -2.32 4 Mougeotia sp 1 0.01 -4.61 -0.05 4 0.08 -2.55 -0.2 0 0 0 0 5 0.1 -2.32 3 Spathialidae 5 Homalozoon sp 8 0.08 -2.53 -0.2 7 0.14 -1.99 -0.27 4 0.07 -2.71 -0.18 17 0.33 -1.1 4 Naviculaceae 6 Amphora sp 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0.07 -2.71 -0.18 0 0 0 5 Tribonemaceae 7 Tribonema sp 4 0.04 -3.22 -0.13 3 0.06 -2.83 -0.17 0 0 0 0 1 0.02 -3.93 6 Scytonemataceae 8 Plectonema sp 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0.05 -3 -0.15 0 0 0
7 Melosiraceae 9 melosira sp 1 0.01 -4.61 -0.05 5 0.1 -2.32 -0.23 5 0.08 -2.48 -0.21 0 0 0 8 Kyirodicyaceae 10 pediastrum sp 1 0.01 -4.61 -0.05 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.02 -3.93 9 Tabellariaceae 11 tabellaria sp 0 0 0 0 1 0.02 -3.93 -0.08 3 0.05 -3 -0.15 0 0 0
10 Oocystaceae 12 pachyclodon sp 4 0.04 -3.22 -0.13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 Closteriopsis 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0.07 -2.71 -0.1 2 0.04 -3.24
11 Chroorococcaceae 14 Arthrospira sp 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.02 -4.09 -0.07 0 0 0
12 Codonellidae 15 Bronchionus sp 0 0 0 0 1 0.02 -3.93 -0.08 0 0 0 0 0 0 0 13 Slrrellaceae 16 surirella sp 63 0.63 -0.46 -0.29 13 0.25 -1.37 -0.35 12 0.2 -1.61 -0.32 6 0.12 -2.14 14 Desmidaaceae 17 Desmidium sp 1 0.01 -4.61 -0.05 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 Coscinodiscaceae 18 Cyclotella sp 3 0.03 -3.51 -0.11 4 0.08 -2.55 -0.02 0 0 0 0 0 0 0 16 Osciihaforiaceae 19 Oscililaria sp 0 0 0 0 1 0.02 -3.93 -0.08 0 0 0 0 0 0 0
20 techodesmium sp 1 0.01 -4.61 -0.05 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.02 -3.93
17 Trachelidae 21 Diplois sp 0 0 0 0 1 0.02 -3.93 -0.08 3 0.05 -3 -0.15 0 0 0 18 Egugieneceae 22 trechelomonas sp 0 0 0 0 1 0.02 -3.93 -0.08 0 0 0 0 0 0 0
23 Lepcoinelis sp 0 0 0 0 4 0.08 -2.66 -0.02 0 0 0 0 0 0 0 19 Cladophoraceae 24 Basicladia sp 1 0.01 -4.61 -0.05 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 Protococeaceae 25 protococcus sp 1 0.01 -4.61 -0.05 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21 Epithemiaceae 26 Rhopalodia sp 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0.05 3 -0.15 0 0 0 27 Epithemia sp 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.02 -4.09 -0.07 4 0.08 -2.55
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
56
Tabel 6. (Lanjutan) No Familla No Spesies WA X1 X2 N NL1 X1 X2 H PC1 X1 X2 H PC2 X1 X2
22 Shacodina 28 Amoeba sp 6 0.06 -2.81 -0.17 0 0 0 0 8 0.13 -2.01 -0.27 7 0.14 -1.99 Palmellaceae 29 Sphaeracystis sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.02 -3.93 Jumlah Faksa 100 51 60 51 Fi 1 1 1 1 Ln pl -42.1 -89.7 -35.3 H -55.8 -1.52 -2.3 -2.45 H' 1.52 2.3 2.45
Keterangan : Berdasarkan hasil perhitungan indek diversitas Shannon Wlener (1) menunjukan bahwa perairan tersebut di bawah ini adalah sebagai berikut WA Way Asahan (H=1.62) tercemar sedang NL1 Napal 1 (H=2.3)tercemar sedang PC1 Picung1 (H=2.45) tercemar sedang PC2 Picung 2 (H=2.1) tercemar sedang
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
57
Tabel 7. Hasil Analisis Keberadaan Benthos di Sekitar Lokasi Pertambangan Emas PT NUP No Phylum No Spesies Wa X1 X2 H Nl1 X1 X2 H Pc1 X1 X2 H Pc2 X1 X2 H
1 Protozoa 1 Homalozoon sp 4 0.093 -2.27 -0.2 1 0.02 -4.06 -0.07 3 0.058 -2.85 -0.16 2 0.06 -2.8 -0.17 2 Rhizophrysis sp 2 0.047 -3.07 -0.1 3 0.05 -2.96 -0.15 2 0.038 -3.26 -0.13 5 0.15 -1.89 -0.286 3 Spirulina sp 0 0 0 0 2 0.02 -3.37 -0.12 1 0.019 -3.95 -0.08 1 0.03 -3.5 -0.106 4 Chernydophys sp 1 0.023 -376 -0.1 1 0.02 -4.06 -0.07 1 0.019 -3.95 -0.08 1 0.03 -3.5 -0.106 5 Chrysococcus sp 1 0.023 -3.76 -0.1 5 0.09 -2.45 -0.21 2 0.038 -3.26 -0.13 1 0.03 -3.5 -0.106 6 Syncrypta sp 1 0.023 -3.76 -0.1 2 0.03 -3.37 -0.12 1 0.019 -3.95 -0.08 1 0.03 -3.5 -0.106 7 Ulotrichia sp 0 0 0 0 1 0.02 -4.06 -0.07 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Annelida 8 Miciodrile sp 1 0.023 -3.76 -0.1 3 0.05 -296 -0.15 2 0.038 -3.26 -0.13 1 0.03 -3.5 -0.106 9 Tubpex sp 3 0.07 -2.66 -0.2 2 0.03 -3.37 -0.12 3 0.058 -2.85 -0.16 1 0.03 -3.5 -0.106 10 Naiscommunis sp 3 0.07 -2.66 -0.2 2 0.01 -3.37 -0.12 3 0.058 -2.85 -0.16 1 0.03 3.5 -0.106 3 Nematoda 11 Rhabdithis sp 24 0.581 -0.54 -0.3 35 0.6 -0.51 -9.3 32 0.015 -0.49 -0.3 16 0.48 -0.72 -0.351 4 Ashcelmirithes 12 Segita sp 2 0.047 -3.07 -0.1 1 0.02 -4.06 -0.07 2 0.038 -3.26 -0.13 3 0.09 -2.4 -0.218 Jumlah taksa 43 58 52 33 Pi 1 1 1 1 Ln pi -29.4 -4.57 -33.9 -32.3 H -1.5 -1.57 -1.52 -1.766 H' -1.5 1.6 1.5 1.77
Keterangan : Berdasarkan hasil perhitungan indek diversitas Shannon Wlener (1) menunjukan bahwa perairan tersebut di bawah ini adalah sebagai berikut : WA Way Asahan (H=1.5) tercemar sedang NL1 Napal 1 (H=1.6)tercemar sedang PC1 Picung1 (H=1.5) tercemar sedang PC2 Picung 2 (H=1.77) tercemar sedang
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
58
Hasil wawancara dengan masyarakat yang menjadi responden
terdapat tiga upaya yang dilakukan untuk memperoleh sumber air apabila
terjadi resiko lingkungan yang menyebabkan air sama sekali tidak dapat
dimanfaatkan. Ketiga upaya tersebut adalah membuat sumur, mencari
sumber air baru terdekat, dan membeli air. Persentase kesediaan
membayar (willingness to pay, WTP) untuk membuat sumur baru disajikan
pada Gambar 7.
Gambar 7. Kesediaan Membayar Masyarakat Untuk Membuat Sumur
Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya pembuatan
sumur, maka semakin rendah persentase jumlah masyarakat yang
bersedia membayar. Biaya pembuatan sumur antara Rp.250.000,- sampai
dengan Rp.750.000,- mencapai hampir 60%. Dengan jumlah penduduk
yang terkena dampak mencapai 1921 jiwa pada tahun 2008, maka nilai
pengadaan air melalui pembuatan sumur mencapai Rp. 1.104.575.000,-
/tahun.
Persentase kesediaan membayar masyarakat untuk mencari
sumber air baru disajikan pada Gambar 8. Gambar 8 menunjukkan
semakin tinggi biaya untuk mencari sumber air baru, maka semakin kecil
persentase jumlah masyarakat yang bersedia membayar. Kesediaan
membayar masyarakat untuk mengambil air dari sumber air baru sebesar
Rp7.500,-/bulan mencapai 57%. Pengambilan air dari sumber air baru
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
59
terdekat dapat dilakukan dengan menyambungkan pipa air ke sumber air
yang dikelola secara bersama. Kesediaan membayar untuk mendapatkan
sumber air baru ini merupakan biaya kompensasi bulanan yang
dibayarkan kepada pengelola. Dengan jumlah penduduk yang terkena
dampak mencapai 1921 jiwa pada tahun 2008, maka nilai pengadaan air
melalui sumber air baru mencapai Rp. 20.170.500/bulan atau
Rp242.046.000,-/tahun.
Gambar 8. Kesediaan Membayar Masyarakat Untuk Mencari
Sumber Air Baru
Upaya untuk pengadaan air dilakukan dengan cara membeli air.
Persentase kesediaan membayar masyarakat untuk membeli air disajikan
pada Gambar 9. Gambar 9 menunjukkan semakin tinggi biaya untuk
membeli air, maka semakin kecil persentase jumlah masyarakat yang
bersedia membayar. Kesediaan membayar masyarakat untuk membeli air
antara Rp. 2.500,- sampai dengan Rp. 7.500,- mencapai 57%. Adapun
rata-rata nilai kesediaan membayarnya adalah Rp.17.500,-/bulan. Dengan
jumlah penduduk yang terkena dampak mencapai 1921 jiwa pada tahun
2008, maka nilai pengadaan air dengan cara membeli mencapai Rp
Rp20.170.500/bulan atau Rp242.046.000,-/tahun. Nilai ini sama dengan
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
60
nilai kesediaan membayar untuk mendapatkan air dengan mencari
sumber baru.
Gambar 9. Kesediaan Membayar Masyarakat Untuk Membeli Air
Nilai pengadaan air yang diestimasi tersebut belum memasukkan
dampak kesehatan akibat pencemaran air, padahal berdasarkan hasil
wawancara terhadap masyarakat yang berada di sekitar pertambangan
dan masyarakat yang ada di sepanjang Sungai Napal memperlihatkan
bahwa sejak beroperasinya pertambangan, masyarakat telah merasakan
bahwa terjadi pencemaran air yang menyebabkan munculnya berbagai
penyakit yang sering muncul di sekitar areal pertambangan emas
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 10.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang
dibutuhkan untuk pengobatan apabila terjadi sakit adalah Rp. 30.000,-
/orang/tahun, sehingga estimasi total untuk biaya pengobatan sebesar Rp.
59.310.875,-/tahun. Proses penyembuhan memerlukan waktu selama 7
hari. Apabila rata-rata pendapatan per hari penduduk mencapai
Rp.30.000,- dan proses penyembuhan memerlukan waktu selama 7 hari,
maka maka kerugian ketika tidak bekerja mencapai Rp. 470.645.000,-
/tahun.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
61
Gambar 10. Penyakit yang timbul di sekitar pertambangan emas
Estimasi nilai resiko lingkungan akibat pertambangan emas di Desa
Sidoharjo selama jangka waktu pertambangan disajikan pada Tabel 8.
Total resiko lingkungan akibat pertambangan emas selama jangka waktu
kegiatan pertambangan adalah Rp. 12.562.859.750,-. Nilai ini tentunya
belum memasukkan nilai kerusakan bentang lahan, biodiversitas, dan jasa
lingkungan lainnya, sehingga apabila dihitung maka nilai resiko lingkungan
akan lebih besar.
Tabel 8. Estimasi Nilai Resiko Lingkungan Akibat Pertambangan Emas
No Dampak/Resiko Lingkungan Akibat Pertambangan Emas
Nilai Estimasi /tahun (Rp)
Nilai Estimasi Resiko
Lingkungan (Rp)
1 Degradasi Sumber Air Pengadaan sumur 276.143.750 Pencarian sumber air baru 242.046.000 3.146.598.000
Membeli air 242.046.000 3.146.598.000 2 Gangguan Kesehatan Biaya pengobatan 57.630.000 749.190.000 Kehilangan pendapatan karena sakit 403.410.000 5.244.330.000
Total Resiko Lingkungan 12.562.859.750 Catatan: Nilai Estimasi Resiko Lingkungan dihitung selama jangka waktu
kegiatan pertambangan (13 tahun)
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
62
Adanya pencemaran air dan gangguan kesehatan masyarakat
menunjukkan bahwa kegiatan pertambangan emas yang dilakukan belum
menunjukkan kegiatan pertambangan berkelanjutan, yang menghendaki
keseimbangan antara dimensi ekonomi, dimensi ekologis, dan dimensi
sosial budaya dalam pertambangan.
5.3.3. Estimasi Premi Asuransi Lingkungan
Estimasi nilai total resiko lingkungan akibat kegiatan pertambangan
emas di kawasan PT NUP sebesar Rp 12.562.859.750,- diasumsikan
merupakan nilai kerugian harapan total. Apabila peluang terjadinya
kerusakan terhadap sumber air yang sekaligus berdampak terhadap
gangguan kesehatan masyarakat sebesar 70% sesuai hasil riset EPA
(1995), maka nilai kerugian harapan yang mungkin terjadi sebesar
Rp8.794.001.825,- selama 13 tahun jangka waktu kegiatan
pertambangan. Dengan jumlah masyarakat tertanggung yang potensial
terkena dampak 1921 jiwa orang, maka nilai premi murni adalah Rp.
676.461.679 /tahun. Apabila biaya manajemen asuransi oleh perusahaan
asuransi mencapai 30% dari nilai premi murni, maka premi yang harus
dibayarkan per tahun adalah Rp. 966.373.827,- per tahun. Perhitungan
estimasi nilai produksi dan premi asuransi disajikan pada Tabel 9.
Persentase kerugian harapan terhadap nilai penjualan kotor serta
premi murni terhadap nilai produksi masing-masing hanya mencapai
1,91%. Adapun persentase premi yang dibayarkan terhadap nilai produksi
emas dan perak hanya mencapai 2,72%. Apabila nilai laba bersih
mencapai 50% dari nilai produksi per tahun, persentase premi yang
dibayarkan terhadap estimasi nilai laba bersih mencapai 5,44%. Kecilnya
persentase premi yang harus dibayarkan dibandingkan dengan
keuntungan ekonomi yang diperoleh menunjukkan bahwa asuransi
lingkungan layak diterapkan dalam pengendalian resiko lingkungan akibat
pertambangan emas. Bagi pengusaha pertambangan dengan
membayarkan sejumlah premi, maka kegiatan usahanya dapat berjalan
lebih aman karena jika sewaktu-waktu terjadi resiko lingkungan yang tidak
diharapkan, maka ada pihak ketiga (perusahaan asuransi) yang menjamin
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
63
biaya kerugian yang terjadi. Apabila resiko lingkungan dapat dikendalikan
dan tidak terjadi kerugian, maka premi yang dibayarkan menjadi investasi
yang dapat menjadi tambahan pendapatan di akhir kegiatan
penambangan. Perusahaan asuransi pun dalam mengeluarkan polis
asuransi mengeluarkan syarat-syarat yang harus ditaati oleh perusahaan
tertanggung, misalnya adanya syarat untuk menerapkan teknologi
pertambangan yang aman bagi lingkungan dan memonitor
pelaksanaannya dalam periode waktu tertentu. Dalam hal ini perusahaan
asuransi dapat membatalkan klaim asuransi apabila perusahaan
tertanggungnya melanggar syarat dan ketentuan yang diatur dalam polis
asuransi lingkungan.
Tabel 9. Estimasi Nilai Produksi dan Premi Asurani Lingkungan No Estimasi Nilai Produksi dan Premi Asuransi Nilai Satuan A 1 Total Resiko Lingkungan 12,562,859,750 rupiah 2 Jumlah tertanggung 1,921 orang 3 Peluang terjadinya resiko lingkungan 70% 4 Kerugian Harapan 8,794,001,825 5 Nilai Premi Murni 676,461,679 Rp/tahun 6 Biaya Manajemen Asuransi 30% 7 Premi yang harus dibayarkan 966,373,827 rupiah/tahun
B Penjualan Emas dan Perak 1 Cadangan emas 1537.92 kg 2 Cadangan Perak 2.5426 kg 3 Estimasi Harga Emas 300,000 rupiah/gram 4 Estimasi Harga Perak 30,000 rupiah/gram 5 Nilai Produksi Emas dan Perak 461,452,278,000 rupiah 6 Estimasi Nilai Produksi Emas & Perak per tahun 35,496,329,077 7 Laba Bersih (50% nilai produksi per tahun) 17,748,164,538
C Perbandingan Kerugian Harapan/Nilai Produksi Emas-Perak 1.91% Premi Murni/Nilai Produksi Emas-Perak 1.91% Premi yang Dibayarkan/Nilai Produksi Emas 2.72% Premi yang Dibayarkan/Laba Bersih 5%
Adanya pemantauan dalam pengendalian resiko lingkungan akibat
pertambangan melalui instrumen asuransi lingkungan pada akhirnya akan
meningkatkan kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungannya
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
64
(green company). Perkembangan sikap masyarakat di dunia terhadap
pentingnya mengintegrasikan aspek lingkungan dalam pengelolaan
pertambangan emas secara tidak langsung memberikan nilai positif
terhadap citra kinerja perusahaan. Citra terhadap kinerja yang makin baik
dan positif berpengaruh terhadap keberlanjutan perusahaan. Adanya
upaya pengendalian resiko lingkungan secara sosial akan menjamin rasa
aman bagi masyarakat sehingga potensi konflik dapat dihindari.
Konsumen pengguna hasil tambang yang kedepan cenderung bersifat
sebagai greener costumers akan lebih memilih hasil tambang yang
berasal dari usaha tambang yang dikelola secara berkelanjutan daripada
usaha tambang yang dianggap merusak lingkungan hidup.
5.3.3. Kesimpulan
Kegiatan pertambangan emas memiliki resiko terhadap lingkungan,
terutama pencemaran terhadap air permukaan dan gangguan kesehatan
masyarakat. Resiko lingkungan yang merupakan kerugian harapan akibat
dampak negatif pertambangan dapat dikendalikan dengan asuransi
lingkungan. Dengan premi asuransi lingkungan yang relatif kecil terhadap
nilai produksi yang diperoleh, maka asuransi lingkungan layak untuk
diterapkan dalam kegiatan pertambangan emas. Dengan membayarkan
premi yang lebih kecil dari nilai produksi yang diperoleh, perusahaan akan
mendapatkan manfaat yang lebih besar terutama adanya jaminan
pertanggungan biaya oleh pihak ketiga (asuransi) apabila sewaktu-waktu
terjadi resiko lingkungan yang tidak diduga (uncertainty). Selain
memberikan rasa aman bagi kegiatan usaha, asuransi lingkungan juga
mendorong perusahaan untuk menjalankan usahanya menggunakan
sistem manajemen dan teknologi yang aman bagi kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)