uveitis

31
Case Report Sesion UVEITIS ANTERIOR Oleh : Wiwi Ermisa (07120003) Tharshini Anbalakan (0810314279) Rizka Nadia (0810312142) Pembimbing : Dr. Hendriati, Sp.M Dr. Weni Helvinda, Sp.M BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA RS Dr. M. DJAMIL PADANG

Upload: melianifitri

Post on 05-Aug-2015

56 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: uveitis

Case Report Sesion

UVEITIS ANTERIOR

Oleh :

Wiwi Ermisa (07120003)

Tharshini Anbalakan (0810314279)

Rizka Nadia (0810312142)

Pembimbing :

Dr. Hendriati, Sp.M

Dr. Weni Helvinda, Sp.M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

RS Dr. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2012

Page 2: uveitis

BAB I

PENDAHULUAN

Bola Mata terdiri atas dinding bola mata dan isi bola mata,dimana dinding bola

mata terdiri atas sclera dan kornea sedangkan isi bola mata terdiri atas lensa,uvea,badan

kaca dan retina.Uvea merupakan lapisan dinding kedua dari bola mata setelah sclera dan

tenon.Uvea merupakan jaringan lunak,terdiri dari iris,badan siliar dan koroid.7

Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) dengan

berbagai penyebabnya.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami

inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi.Peradangan pada uvea dapat hanya

mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan

tengah disebut siklitis.Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan

uveitis anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid

disebut uveitis posterior atau koroiditis.1,2

Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia

pertengahan. Ditanda iadanya riwayat sakit mata, fotofobia, dan penglihatan yang kabur,

mata merah (merahsirkumneal) tanpa tahi mata purulen dan pupil kecil atau ireguler.

Berdasarkan reaksi radang, uveitis anterior dibedakan tipe granulomatosa dan non

granulomatosa. Penyebab uveitis anterior dapat bersifat eksogen dan endogen. Penyebab

uveitis anterior meliputi: infeksi, proses autoimun, yang berhubungan dengan penyakit

sistemik, neoplastik dan idiopatik.1

Pola penyebab uveitis anterior terus berkembang sesuai dengan perkembangan

teknik pemeriksaan laboratorium sebagai sarana penunjang diagnostik. Lebih dari 75%

uveítis endogen tidak diketahui penyebabnya, namun 37% kasus di antaranya ternyata

merupakan reaksi imunologik yang berkaitan dengan penyakit sistemik. Penyakit sistemik

yang berhubungan dengan uveitis anterior meliputi: spondilitisankilosa, sindroma Reiter,

artritis psoriatika, penyakit Crohn, kolitisulserativa, dan penyakitWhipple. Keterkaitan

antara uveitis anterior denganspondilitisankilosa pada pasien dengan predisposisi genetik

HLA-B27 positif pertama kali dilaporkan oleh Brewerton et al.1,2

Page 3: uveitis

Insidensi uveítis sekitar 15 per 100.000 orang. Sekitar 75% merupakan uveitis

anterior. Sekitar 50% pasien dengan uveítis menderita penyakit sistemik terkait. Di

Amerika Serikat, uveítis merupakan penyebab kebutaan nomor tiga setelah Retinopati

Diabetik dan Degenerasi Macular. Umur penderita biasanya bervariasi antara usia

prepubertas sampai 50 tahun. 1,3

Variasi gejala sering dijumpai, hal ini berhubungan dengan faktor penyebabnya dan

dimana kelainan itu terjadi, biasanya pasien datang mengeluh nyeri ocular, fotofobia,

penglihatankabur, dan mata merah. Pada pemeriksaan didapatkan tajam penglihatan

menurun, terdapat injeksi siliar, flare, hipopion, sinekia posterior, tekanan intraokuler bisa

meningkat hingga sampai edema macular.1,2,3

Page 4: uveitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris, dan koroid) dengan berbaga

ipenyebabnya. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi

biasanya juga ikut mengalami inflamasi.

2.2. Etiologi

Uveitis anterior merupakan

Page 5: uveitis
Page 6: uveitis
Page 7: uveitis

peradangan iris dan badan siliar yang dapat berjalan akut maupun kronis. Penyebab dari

iritis tidak dapat diketahui dengan melihat gambaran klinisnya saja. Iritis dan iridisiklitis

dapat merupakan suatu manifestasi klinik reaksi imunologik terlambat,

diniatauselmediatedterhadapjaringanuvea anterior. Uveitis anterior dapat disebabkan oleh

gangguan sistemik di tempat lain, yang secara hematogen dapat menjalar ke mata atau

timbul reaksi alergi mata.5

Penyebabuveitis anterior diantaranyayaitu: idiopatik; penyakitsistemik yang

berhubungandengan HLA-B27 seperti; ankylosingspondilitis, sindromReiter,

penyakitcrohn’s, Psoriasis, herpes zoster/ herpes simpleks, sifilis, penyakitlyme,

inflammatoryboweldisease; Juvenileidiopathicarthritis; Sarcoidosis, trauma dan infeksi. 1,3,

4,5,6

2.3. Patofisiologi

Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh defek langsung suatu infeksi

atau merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya mengikuti suatu trauma

tembus okuli; walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi terhadap zat

toksik yang diproduksi mikroba yang menginfeksi jaringan tubuh di luar mata. Uveitis

yang berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan reaksi hipersensitifitas terhadap

antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari dalam badan (antigen

endogen).Dalam banyak hal antigen luar berasal dari mikroba yang infeksius.Sehubungan

dengan hal ini peradangan uvea terjadi lama setelah proses infeksinya yaitu setelah

munculnya mekanisme hipersensitivitas. 2,8

Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrrier

sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel-sel radang dalam humor akuos yang

tampak pada slitlamp sebagai berkas sinar yang disebuit fler (aqueous flare). Fibrin

dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman, akan tetapi justru mengakibatkan

perlekatan-perlekatan, misalnya perlekatan iris pada permukaan lensa (sinekia posterior).2,8

Page 8: uveitis

Sel-sel radang yang terdiri dari limfosit, makrofag, sel plasma dapat membentuk

presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan endotel kornea.

Akumulasi sel-sel radang dapat pula terjadi pada tepi pupil disebut koeppe nodules, bila

dipermukaan iris disebut busacca nodules, yang bisa ditemukan juga pada permukaan

lensa dan sudut bilik mata depan. Pada iridosiklitis yang berat sel radang dapat sedemikian

banyak sehingga menimbulkan hipopion. 2,8

Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang, dan pupil akan miosis dan

dengan adanya timbunan fibrin serta sel-sel radang dapat terjadi seklusio maupun oklusio

pupil, sehingga cairan di dalam kamera okuli posterior tidak dapat mengalir sama sekali

mengakibatkan tekanan dalam dalam camera okuli posterior lebih besar dari tekanan

dalam camera okuli anterior sehingga iris tampak menggelembung kedepan yang disebut

iris bombe (Bombans). 2,8

Gangguan pada humor akuos terjadi akibat hipofungsi badan siliar menyebabkan

tekanan bola mata turun. Adanya eksudat protein, fibrin dan sel-sel radang dapat

berkumpul di sudut camera okuli anterior sehingga terjadi penutupan kanal schlemm

sehingga terjadi glukoma sekunder.Pada fase akut terjadi glaucoma sekunder karena

gumpalan – gumpalan pada sudut bilik depan,sedang pada fase lanjut glaucoma sekunder

terjadi karena adanya seklusio pupil.Naik turunnya bola mata disebutkan pula sebagai

peran asetilkolin dan prostaglandin. 2,8

2.4. Klasifikasi Uveitis Anterior

Berdasarkanpatologidapatdibedakan 2 jenisuveitis anterior, yaitu granulomatosa dan non

granulomatosa. Pada jenis non granulomatosa umumnya tidak dapat ditemukan organisme

patogen dan karena berespon baik terhadap terapi kortokosteroid diduga peradangan ini

semacam fenomena hipersensitivitas. Uveitis ini timbul terutama dibagian anterior traktus

yakni iris dan korpus siliaris. Terdapat reaksi radang dengan terlihatnya infiltrasi sel-sel

limfosit dan sel plasma dalam jumlah cukup banyak dan sedikit sel mononuclear. Pada

kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion didalam kamera okuli

anterior.

Sedangkan pada uveitis granulomatosa umumnya mengikuti invasi mikroba aktif

ke jaringan oleh organisme penyebab (misal Mycobacterium tuberculosis atau Toxoplasma

Page 9: uveitis

gondii). Meskipun begitu patogen ini jarang ditemukan dan diagnosis etiologi pasti jarang

ditegakkan. Uveitis granulomatosa dapat mengenai sembarang traktus uvealis namun lebih

sering pada uvea posterior. Terdapat kelompok nodular sel-sel epithelial dan sel-sel

raksasa yang dikelilingi limfosit di daerah yang terkena. Deposit radang pada permukaan

posterior kornea terutama terdiri atas makrofag dan sel epiteloid. Diagnosis etiologi

spesifik dapat ditegakkan secara histologik pada mata yang dikeluarkan dengan

menemukan kista toxoplasma, basil tahan asam tuberculosis, spirocheta pada sifilis,

tampilan granuloma khas pada sarcoidosis atau oftalmia simpatika dan beberapa penyebab

spesifik lainnya.

Perbedaan uveitis granulomatosa dan non granulomatosaNon granulomatosa Granulomatosa

Onset Akut Tersembunyi

Sakit Nyata Tidak ada atau ringan

Fotofobia Nyata Ringan

Penglihatan kabur Sedang Nyata

Merah sirkumkorneal Nyata Ringan

Perisipitat keratik Putih halus Kelabu besar

Pupil Kecil dan tak teratur Kecil dan tak teratur (bervariasi)

Synechia posterior Kadang-kadang Kadang-kadang

Nodul iris Kadang-kadang Kadang-kadang

Tempat Uvea anterior Uvea posterior dan posterior

Perjalanan Akut Menahun

Rekurens Sering Kadang-kadang

Sedangkan berdasarkan waktu uveitis anterior dikatakan akut jika terjadi kurang

dari 6 minggu,jika inflamasi kambuh diikuti dengan serangan inisial disebut rekuren akut

dan dikatakan sebagai kronik jika lebih dari 6 minggu.

Beberapa keadaan yang menyebabkan tanda dan gejala yang berhubungan dengan

uveitis anterior akut, yaitu:

1. Traumatic Anterior Uveitis

Page 10: uveitis

Trauma merupakan salah satu penyebab Uveitis Anterior, biasanya terdapat riwayat

trauma tumpul mata atau adneksa mata. Luka lain seperti luka bakar pada mata, benda

asing, atau abrasi kornea dapat menyebabkan terjadinya Uveitis Anterior. Visual aquity

dan tekanan intraocular mungkinterpengnaruh, dan mungkin juga terdapatdarah pada

anterior chamber. 9

2.Idiopathic Anterior Uveitis

Istilahidiopatikdipergunakan pada Uveitis Anterior denganetiologi yang

tidakdiketahuiapakahmerupakankelainansistemikatautraumatic. Diagnosis

iniditegakansesudahmenyingkirkanpenyebablaindengan anamnesis dan pemeriksaan.9

3.HLA-B27 AssociatedUveitis

HLA-B27 mengacu pada spesifikgenotypeatauchromosome.

MekanismepencetusuntukUveitis Anterior pada

pasiendengangenotypesepertiinitidakdiketahui. Ada hubungan yang

kuatdenganankylosingspondylitis, sindromReiter, Inflamatoryboweldisease, psoariasis,

arthritis, dan Uveitis Anterior yang berulang. 9

4.Behcet’sDiseases/syndrome

Sebagian besar menyeranglaki-lakidewasa muda daribangsamediteraniaataujepang.

TerdapattriaspenyakitBehcets, yaituakutUveitis Anterior dan ulkus pada mulut dan genital.

Penyakitbehcet yang menyebabkanUveitis Anterior akutadalahsangatlangka. 9

5.LensAssociated Anterior Uveitis

Ada beberapakeadaan yang ditemukan pada peradangananterior chamber dan

penyebab yang disebabkanolehkeadaanlensa, yaitu :phaco-anaphylacticandhopthalmitis

dan phacogenic (phacotoksik) uveitis; phacoliticglaukoma; dan UGH syndrome ( Uveitis,

Glaukoma dan Hifema).9

6.Masqueradesyndrome

Page 11: uveitis

Merupakankeadaan yang mengancam, sepertilymphoma, leukemia, retinoblastoma,

dan malignant melanomadarichoroid, dapatmenimbulkanUveitis Anterior.9

Beberapakeadaan yang dapatmenghasilkan tanda dan gejala yang terdapat pada diagnosis

Uveitis Anterior kronikadalah :

1. Juvenile Rheumatoid Arthritis

Anterior Uveitis terjadi pada penderita JRA yang mengenai beberapa persendian.

Karena kebanyakan dari pasien JRA adalah positif dengan test ANA ( Anti Nuklear

Antibody ), yang merupakan pemeriksaan adjuvant. JRA lebih banyak mengenai anak

perempuan dibanding anak lelaki. Merupakan suatu anjuran pada semua anak yang

menderita JRA untuk diperiksa kemungkinan terdapatnya Uveitis Anterior. 9

2. Anterior Uveitis Associated with Primary Posterior Uveitis

Penyakit sistemik, seperti sarcoidosis, toksoplamosis, sipilis, tuberculosis, herpes

zoster, cytomegalovirus, dan AIDS mungkin saja terlibat dalam Uveitis Anterior baik

primer ataupun sekunder dari uveitis posterior.9

3. Fuch’s Heterochromatic Iridocyclitis

Merupakan suatu penyakit kronik, biasanya asimptomatik, terdapat 2% pasien Uveitis

Anterior.9

2.5. Gejala Klinis

Keluhan subyektif yang menyertai uveitis anterior adalah nyeri , terutama di bulbus

okuli, sakitnya spontan atau pada penekanan di daerah badan siliar, sakit kepala di kening

yang menjalar ke temporal, fotofobia, bervariasi dan dapat demikian hebat pada uveitis

anterior akut, lakrimasi yang terjadi biasanya sebanding dengan derajat fotofobia,

gangguan visus dan bersifat unilateral. 2

Page 12: uveitis

Riwayat yang berhubungandenganuveitisadalahusia, kelamin,

sukubangsapentinguntuk di catatkarenadapatmemberikanpetunjukkearah diagnosis

uveitistertentu. Riwayatpribaditentangpenderita, yang

utamaadalahadanyahewanpeliharaansepertianjing dan kucing,

sertakebiasaanmemakandagingatausayuran yang tidakdimasaktermasukhamburgermentah.

Hubunganseksdiluarnikahuntukmendugakemungkinanterinfeksioleh AIDS.

Penggunaanobat-obatanuntukpenyakittertentuataunarkoba (intravenousdruginduced),

sertakemungkinantertularpenyakitinfeksimenular (sepertiTbc) dan

terdapatnyapenyakitsistemik yang pernahdiderita. Riwayattentang mata

didapatkanapakahpernahterseranguveitissebelumnyaataupernahmengalami trauma tembus

mata atau pembedahan.2

Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus umumnya normal atau berkurang sedikit.,

konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva dan injeksi siliar, serta kornea keruh karena udem

dan keratik presipitat. Keratik presipitat merupakan kumpulan sel-sel yang menempel pada

endotel kornea, biasanya di bagian bawah. Pada uveitis non granulomatosa, keratik

presipitat berukuran kecil dan sedang berwarna putih. Pada uveitis granulomatosa, keratik

presipitat besar-besar dan lonjong dan dapat menyatu membentuk bangunan yang lebih

besar, sehingga dapat mencapai diameter 1mm. Adanya keratik presipitat dijumpai pada

keratouveitis karena herpes simpleks dan sangat spesifik pada Heterokromik Fuch.2,8

Gambar. Uveitis anterior dengan pricipitat

Page 13: uveitis

Gambar. Uveitis anterior dengn nodul di iris

2.6.Pemeriksan Penunjang

2.6.1. Pemeriksaan laboratorium

Penderita uveitis anterior akut dengan respon yang baik terhadap pengobatan non spesifik,

umumnya tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut. Sementara bagi

penderita yang tidak responsif, diusahakan untuk menemukan diagnosis etiologinya

melalui pemeriksaan laboratorium. Pada penderita ini sebaiknya dilakukan skin test untuk

pemeriksaan tuberkulosis dan toksoplasmosis. Untuk kasus-kasus yang rekurens

(berulang), berat, bilateral, atau granulomatosa, perlu dilakukan tes untuk sifilis, foto

Rontgen untuk mencari kemungkinan tuberkulosis atau sarkoidosis. Penderita muda

dengan arthritis sebaiknya dilakukan tes ANA. Pada kasus psoriasis, uretritis, radang yang

konsisten, dan gangguan pencernaan, dilakukan pemeriksaan HLA-B27 untuk mencari

penyebab autoimun. Pada dugaan kasus toksoplasmosis, dilakukan pemeriksaan IgG dan

IgM.

2.7. Diagnosis Banding

Diagnosis banding uveitis anterior adalah konjungtivitis, keratitis atau keratokonjungtivitis

dan Glukoma akut. Pada konjunctivitis penglihatan tidak kabur, respon pupil normal, dan

umumnya tidak ada rasa sakit, fotofobia, atau injeksi ciliar.

Pada keratitis atau keratokonjunctivitis, penglihatan dapat kabur dan ada rasa sakit

dan fotofobia. Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simplek dan zoster dapat

mengenai uveitis anterior. Pada glaucoma akut, pupil melebar, tidak ada synekia posterior,

dan korneanya “beruap”. 7

2.8. Terapi

Page 14: uveitis

Tujuan utama dari pengobatan uveitis anterior adalah untuk mengembalikan atau

memperbaiki fungsi penglihatan mata. Apabila sudah terlambat dan fungsi penglihatan

tidak dapat lagi dipulihkan seperti semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk

mencegah memburuknya penyakit dan terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan.

Adapun terapi uveitis anterior dapat dikelompokkan menjadi:

Terapi non spesifik

1. Penggunaan kacamata hitam. Kacamata hitam bertujuan untuk mengurangi fotofobi,

terutama akibat pemberian midriatikum.

2. Kompres hangat. Dengan kompres hangat, diharapkan rasa nyeri akan berkurang,

sekaligus untuk meningkatkan aliran darah sehingga resorbsi sel-sel radang dapat lebih

cepat.

3. Midritikum/sikloplegik. Tujuan pemberian midriatikum adalah agar otot-otot iris dan

badan silier relaks, sehingga dapat mengurangi nyeri dan mempercepat panyembuhan.

Selain itu, midriatikum sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya sinekia, ataupun

melepaskan sinekia yang telah ada.

Midriatikum yang biasanya digunakan adalah:

- Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes

- Homatropin 2% sehari 3 kali tetes

- Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes

4. Anti inflamasi. Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan

dosis sebagai berikut:

Dewasa : Topikal dengan dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %.

Bila radang sangat hebat dapat diberikan subkonjungtiva atau periokuler: dexamethasone

phosphate 4 mg (1 ml), prednisolone succinate 25 mg (1 ml), triamcinolone acetonide 4

mg (1 ml), methylprednisolone acetate 20 mg.

Bila belum berhasil dapat diberikan sistemik prednisone oral mulai 80 mg per hari sampai

tanda radang berkurang, lalu diturunkan 5 mg tiap hari.

Anak : Prednison 0,5 mg/kgbb sehari 3 kali.

Pada pemberian kortikosteroid, perlu diwaspadai komplikasi-komplikasi yang mungkin

terjadi, yaitu glaukoma sekunder pada penggunaan lokal selama lebih dari dua minggu,

dan komplikasi lain pada penggunaan sistemik.

Page 15: uveitis

Terapi spesifik

Terapi yang spesifik dapat diberikan apabila penyebab pasti dari uveitis anterior telah

diketahui. Karena penyebab yang tersering adalah bakteri, maka obat yang sering

diberikan berupa antibiotik:

Dewasa : Lokal berupa tetes mata kadang dikombinasi dengan steroid Subkonjungtiva

kadang juga dikombinasi dengan steroid per oral dengan Chloramphenicol 3 kali sehari 2

kapsul.

Anak : Chloramphenicol 25 mg/kgbb sehari 3-4 kali.

Walaupun diberikan terapi spesifik, tetapi terapi non spesifik seperti disebutkan

diatas harus tetap diberikan, sebab proses radang yang terjadi adalah sama tanpa

memandang penyebabnya.

Terapi terhadap komplikasi

1.Sinekia posterior dan anterior. Untuk mencegah maupun mengobati sinekia posterior dan

sinekia anterior, perlu diberikan midriatikum, seperti yang telah diterangkan sebelumnya.

2. Glaukoma sekunder. Glaukoma sekunder adalah komplikasi yang paling sering terjadi

pada uveitis anterior. Terapi yang harus diberikan antara lain:

Terapi konservatif : Timolol 0,25 % - 0,5 % 1 tetes tiap 12 jam, acetazolamide 250 mg tiap

6 jam.

Terapi bedah : Dilakukan bila tanda-tanda radang telah hilang, tetapi TIO masih tetap

tinggi. Sudut tertutup: iridektomi perifer atau laser iridektomi, bila telah terjadi perlekatan

iris dengan trabekula (Peripheral Anterior Synechia atau PAS) dilakukan bedah filtrasi.

Sudut terbuka: bedah filtrasi.

3. Katarak komplikata. Komplikasi ini sering dijumpai pada uveitis anterior kronis. Terapi

yang diperlukan adalah pembedahan, yang disesuaikan dengan keadaan dan jenis katarak

serta kemampuan ahli bedah.

2.9. Prognosis

Dengan pengobatan, serangan uveitis non granulomatosa umumnya berlangsung beberapa

hari sampai minggu dan sering kambuh. Uveitis granulomatosa berlangsung berbulan-

bulan sampai tahunan, kadang-kadang dengan remisi dan eksaserbasi, dan dapat

menimbulkan kerusakan permanen dengan penurunan penglihatan nyata walau dengan

pengobatan yang terbaik.

Page 16: uveitis

LAPORAN KASUS

Seorang wanita berusia 32 tahun dirawat di Bangsal Mata RS. Dr. M. Djamil

Padang tanggal 20 Maret 2012 dengan:

Keluhan Utama:

Pandangan kabur pada kedua mata.

Riwayat Penyakit Sekarang:

- Pandangan kabur pada kedua mata sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya penglihatan pasien

terhalang oleh bercak-bercak bayangan hitam seperti awan dan makin bertambah pada 2

bulan terakhir.

Page 17: uveitis

- Awalnya mata merah hilang timbul sejak lebih kurang 1 tahun yang lalu. Pasien dibawa

berobat ke RSUD M.Bungo dan diberi bat tetes botol warna putih tutup merah, 3 kali

sehari, dan obat tetes warna putih tutup putih 3 kali sehari selama 2 bulan.

- Kedua mata tidak terasa sakit.

- Riwayat trauma di area orbita disangkal

- Keluhan pusing ada.

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

- Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kebutaan.

Status Generalis :

- Keadaan Umum : Sakit Sedang

- Kesadaran : Compos Mentis Coperatif

- Tekanan darah : 120/80

- Frekuensi nafas : 20x/menit

- Frekuensi nadi : 80x/menit

Status Ophtalmikus

Status Ophtalmikus OD OS

Visus tanpa koreksi

Visus dengan koreksi

1/300 1/300

Refleks fundus (-) (-)

Silia/supersilia Trikiasis (-),madarosis (-) Trikiasis (-),madarosis (-)

Palpebra superior

Palpebra inferior

Margo palpebra

Udem (-)

Hordeolum(-),Khalazion(-)

Udem (-)

Hordeolum(-),Khalazion(-)

Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N

Konjungtiva tarsalis

Konjungtiva fornik

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Page 18: uveitis

Konjungtiva bulbi Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Sclera Putih Putih

Kornea Bening Bening

Kamera okuli anterior Cukup dalam, Flare (-) Cukup dalam, Flare (-)

Iris Coklat, Sinekia posterior (+) Coklat, Sinekia posterior (+)

Pupil Irregular Irregular

Lensa Keruh Keruh

Fundus:

Papil N. optik

aa/vv retina

retina

makula

Tidak Tembus Tidak Tembus

Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

Gambar

Diagnosis Kerja : Uveitis Anterior ODS

: Katarak komplikata ODS

: Glaukoma Sekunder

Diagnosa Banding :Konjungtivitis

: Keratitis

: Keratokonjungtivitis

: Glukoma akut

Page 19: uveitis

Terapi :

- Prednison 2x30mg

- Sulfas Atropin ED 3x ODS

- Glaucon 4x ½ Tab

- Aspar K 2x 1

- Timolol ED 0,5% 2xOD

Follow up hari rawatan ke2

Status Ophtalmikus OD OS

Visus tanpa koreksi

Visus dengan koreksi

1/300 1/300

Refleks fundus (-) (-)

Silia/supersilia Trikiasis (-),madarosis (-) Trikiasis (-),madarosis (-)

Palpebra superior

Palpebra inferior

Margo palpebra

Udem (+)

Hordeolum(-),Khalazion(-)

Udem (+)

Hordeolum(-),Khalazion(-)

Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N

Konjungtiva tarsalis

Konjungtiva fornik

Konjungtiva bulbi

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)

Sclera Putih Putih

Kornea Bening Bening

Kamera okuli anterior Cukup dalam, Flare (-) Cukup dalam, Flare (-)

Iris Coklat, Sinekia posterior (+) Coklat, Sinekia posterior (+)

Pupil Irregular Irregular

Lensa Keruh Keruh

Fundus:

Papil N. optik

aa/vv retina

Tidak Tembus Tidak Tembus

Page 20: uveitis

retina

makula

Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

Gambar

Diagnosis Kerja : Uveitis Anterior ODS

: Katarak komplikata ODS

: Glaukoma Sekunder

Diagnosa Banding :Konjungtivitis

: Keratitis

: Keratokonjungtivitis

: Glukoma akut

Terapi :

- Prednison 2x30mg

- Sulfas Atropin ED 3x ODS

- Glaucon 4x ½ Tab

- Aspar K 2x 1

- Timolol ED 0,5% 2xOD

Page 21: uveitis

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien wanita berumur 32 tahun dirawat di bangsal mata RSUP Dr.M.Djamil, Padang dengan diagnosis Uveitis Anterior ODS, Katarak komplikata ODS dan Glaukoma Sekunder.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien. Dari anamnesis didapatkan pandangan kabur, yang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien menderita mata merah yang hilang timbul selama 1 tahun. Keluhan sakit mata pada pasien di sangkal tetapi pasien mengeluhkan sakt kepala. Dan pasien tidak pernah mengalami trauma pada mata.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan penurunan visus pada kedua mata. Terlihat pupil irregular, iris cokelat dan terdapat sinekia posterior positive pada kedua mata. Lensa kedua mata tampak keruh. Pada hari kedua rawatan tampak edema pada palpera superior.

Page 22: uveitis

Manisfestasi klinis untuk Uveitis Anterior adalah nyeri terutama di bulbus okuli, sakitnya spontan atau pada penekanan di daerah badan siliar, sakit kepala di kening yang menjalar ke temporal, fotofobia, gangguan visus, pupil yang terlihat irreguler, dan sering terjadi sinekia posterior.

Untuk pengobatan, telah diberikan Prednison, Sulfas Atropin, Glaucon dan Aspar K. Prednison diperlukan sebagai antiinflamasi dan mengurangi rasa sakit. Sulfas atropin sebagai midriatikum, glaukon untuk pengobatan glaukoma, dan aspas K sebagai suplemen kalium.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, Oftalmologi Umum, Edisi 14, Widya Medika, Jakarta,

2000, hal 211-214.

2. Nema HV, Text book of Opthalmology, Edition 4, Medical publishers, New Delhi, 2002,

page 249-251.

3. Freeman WR, Practical Atlas of Retinal Disease and Therapy, Edition 2, Lippincott-

Raven, Hongkong, 1998, page 199-213.

Page 23: uveitis

4. Basic and Clinical Science Course, Retina and Vitreous, Section 12, American-Academy

of Opthalmology, United State, page 71-86.

5. Langston D, Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, Edition 4, Deborah Pavan-

Langston, United State, 1996, page 162-165.

6. Elkington AR, Khaw PT, Petunjuk Penting Kelainan Mata, Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, 1995, hal 162-165.

7. Ilyas S, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, FKUI, Jakarta, 2003, hal 224-227.

8. Diabetic Retinopathy,

http://www.kellogg.umich.edu/patientcare/conditions/diabetic.retinopathy.html.

9. Diabetic Retinopathy, http://www.apagrafix.com/patiented/DiabeticRetinopathy.

10. Diabetic Retinopathy, http://www.eyemdlink.com/condition.asp?conditionID.