uveitis
TRANSCRIPT
Case Report Sesion
UVEITIS ANTERIOR
Oleh :
Wiwi Ermisa (07120003)
Tharshini Anbalakan (0810314279)
Rizka Nadia (0810312142)
Pembimbing :
Dr. Hendriati, Sp.M
Dr. Weni Helvinda, Sp.M
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
RS Dr. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Bola Mata terdiri atas dinding bola mata dan isi bola mata,dimana dinding bola
mata terdiri atas sclera dan kornea sedangkan isi bola mata terdiri atas lensa,uvea,badan
kaca dan retina.Uvea merupakan lapisan dinding kedua dari bola mata setelah sclera dan
tenon.Uvea merupakan jaringan lunak,terdiri dari iris,badan siliar dan koroid.7
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) dengan
berbagai penyebabnya.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami
inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi.Peradangan pada uvea dapat hanya
mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan
tengah disebut siklitis.Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan
uveitis anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid
disebut uveitis posterior atau koroiditis.1,2
Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia
pertengahan. Ditanda iadanya riwayat sakit mata, fotofobia, dan penglihatan yang kabur,
mata merah (merahsirkumneal) tanpa tahi mata purulen dan pupil kecil atau ireguler.
Berdasarkan reaksi radang, uveitis anterior dibedakan tipe granulomatosa dan non
granulomatosa. Penyebab uveitis anterior dapat bersifat eksogen dan endogen. Penyebab
uveitis anterior meliputi: infeksi, proses autoimun, yang berhubungan dengan penyakit
sistemik, neoplastik dan idiopatik.1
Pola penyebab uveitis anterior terus berkembang sesuai dengan perkembangan
teknik pemeriksaan laboratorium sebagai sarana penunjang diagnostik. Lebih dari 75%
uveítis endogen tidak diketahui penyebabnya, namun 37% kasus di antaranya ternyata
merupakan reaksi imunologik yang berkaitan dengan penyakit sistemik. Penyakit sistemik
yang berhubungan dengan uveitis anterior meliputi: spondilitisankilosa, sindroma Reiter,
artritis psoriatika, penyakit Crohn, kolitisulserativa, dan penyakitWhipple. Keterkaitan
antara uveitis anterior denganspondilitisankilosa pada pasien dengan predisposisi genetik
HLA-B27 positif pertama kali dilaporkan oleh Brewerton et al.1,2
Insidensi uveítis sekitar 15 per 100.000 orang. Sekitar 75% merupakan uveitis
anterior. Sekitar 50% pasien dengan uveítis menderita penyakit sistemik terkait. Di
Amerika Serikat, uveítis merupakan penyebab kebutaan nomor tiga setelah Retinopati
Diabetik dan Degenerasi Macular. Umur penderita biasanya bervariasi antara usia
prepubertas sampai 50 tahun. 1,3
Variasi gejala sering dijumpai, hal ini berhubungan dengan faktor penyebabnya dan
dimana kelainan itu terjadi, biasanya pasien datang mengeluh nyeri ocular, fotofobia,
penglihatankabur, dan mata merah. Pada pemeriksaan didapatkan tajam penglihatan
menurun, terdapat injeksi siliar, flare, hipopion, sinekia posterior, tekanan intraokuler bisa
meningkat hingga sampai edema macular.1,2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris, dan koroid) dengan berbaga
ipenyebabnya. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi
biasanya juga ikut mengalami inflamasi.
2.2. Etiologi
Uveitis anterior merupakan
peradangan iris dan badan siliar yang dapat berjalan akut maupun kronis. Penyebab dari
iritis tidak dapat diketahui dengan melihat gambaran klinisnya saja. Iritis dan iridisiklitis
dapat merupakan suatu manifestasi klinik reaksi imunologik terlambat,
diniatauselmediatedterhadapjaringanuvea anterior. Uveitis anterior dapat disebabkan oleh
gangguan sistemik di tempat lain, yang secara hematogen dapat menjalar ke mata atau
timbul reaksi alergi mata.5
Penyebabuveitis anterior diantaranyayaitu: idiopatik; penyakitsistemik yang
berhubungandengan HLA-B27 seperti; ankylosingspondilitis, sindromReiter,
penyakitcrohn’s, Psoriasis, herpes zoster/ herpes simpleks, sifilis, penyakitlyme,
inflammatoryboweldisease; Juvenileidiopathicarthritis; Sarcoidosis, trauma dan infeksi. 1,3,
4,5,6
2.3. Patofisiologi
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh defek langsung suatu infeksi
atau merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya mengikuti suatu trauma
tembus okuli; walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi terhadap zat
toksik yang diproduksi mikroba yang menginfeksi jaringan tubuh di luar mata. Uveitis
yang berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan reaksi hipersensitifitas terhadap
antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari dalam badan (antigen
endogen).Dalam banyak hal antigen luar berasal dari mikroba yang infeksius.Sehubungan
dengan hal ini peradangan uvea terjadi lama setelah proses infeksinya yaitu setelah
munculnya mekanisme hipersensitivitas. 2,8
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrrier
sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel-sel radang dalam humor akuos yang
tampak pada slitlamp sebagai berkas sinar yang disebuit fler (aqueous flare). Fibrin
dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman, akan tetapi justru mengakibatkan
perlekatan-perlekatan, misalnya perlekatan iris pada permukaan lensa (sinekia posterior).2,8
Sel-sel radang yang terdiri dari limfosit, makrofag, sel plasma dapat membentuk
presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan endotel kornea.
Akumulasi sel-sel radang dapat pula terjadi pada tepi pupil disebut koeppe nodules, bila
dipermukaan iris disebut busacca nodules, yang bisa ditemukan juga pada permukaan
lensa dan sudut bilik mata depan. Pada iridosiklitis yang berat sel radang dapat sedemikian
banyak sehingga menimbulkan hipopion. 2,8
Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang, dan pupil akan miosis dan
dengan adanya timbunan fibrin serta sel-sel radang dapat terjadi seklusio maupun oklusio
pupil, sehingga cairan di dalam kamera okuli posterior tidak dapat mengalir sama sekali
mengakibatkan tekanan dalam dalam camera okuli posterior lebih besar dari tekanan
dalam camera okuli anterior sehingga iris tampak menggelembung kedepan yang disebut
iris bombe (Bombans). 2,8
Gangguan pada humor akuos terjadi akibat hipofungsi badan siliar menyebabkan
tekanan bola mata turun. Adanya eksudat protein, fibrin dan sel-sel radang dapat
berkumpul di sudut camera okuli anterior sehingga terjadi penutupan kanal schlemm
sehingga terjadi glukoma sekunder.Pada fase akut terjadi glaucoma sekunder karena
gumpalan – gumpalan pada sudut bilik depan,sedang pada fase lanjut glaucoma sekunder
terjadi karena adanya seklusio pupil.Naik turunnya bola mata disebutkan pula sebagai
peran asetilkolin dan prostaglandin. 2,8
2.4. Klasifikasi Uveitis Anterior
Berdasarkanpatologidapatdibedakan 2 jenisuveitis anterior, yaitu granulomatosa dan non
granulomatosa. Pada jenis non granulomatosa umumnya tidak dapat ditemukan organisme
patogen dan karena berespon baik terhadap terapi kortokosteroid diduga peradangan ini
semacam fenomena hipersensitivitas. Uveitis ini timbul terutama dibagian anterior traktus
yakni iris dan korpus siliaris. Terdapat reaksi radang dengan terlihatnya infiltrasi sel-sel
limfosit dan sel plasma dalam jumlah cukup banyak dan sedikit sel mononuclear. Pada
kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion didalam kamera okuli
anterior.
Sedangkan pada uveitis granulomatosa umumnya mengikuti invasi mikroba aktif
ke jaringan oleh organisme penyebab (misal Mycobacterium tuberculosis atau Toxoplasma
gondii). Meskipun begitu patogen ini jarang ditemukan dan diagnosis etiologi pasti jarang
ditegakkan. Uveitis granulomatosa dapat mengenai sembarang traktus uvealis namun lebih
sering pada uvea posterior. Terdapat kelompok nodular sel-sel epithelial dan sel-sel
raksasa yang dikelilingi limfosit di daerah yang terkena. Deposit radang pada permukaan
posterior kornea terutama terdiri atas makrofag dan sel epiteloid. Diagnosis etiologi
spesifik dapat ditegakkan secara histologik pada mata yang dikeluarkan dengan
menemukan kista toxoplasma, basil tahan asam tuberculosis, spirocheta pada sifilis,
tampilan granuloma khas pada sarcoidosis atau oftalmia simpatika dan beberapa penyebab
spesifik lainnya.
Perbedaan uveitis granulomatosa dan non granulomatosaNon granulomatosa Granulomatosa
Onset Akut Tersembunyi
Sakit Nyata Tidak ada atau ringan
Fotofobia Nyata Ringan
Penglihatan kabur Sedang Nyata
Merah sirkumkorneal Nyata Ringan
Perisipitat keratik Putih halus Kelabu besar
Pupil Kecil dan tak teratur Kecil dan tak teratur (bervariasi)
Synechia posterior Kadang-kadang Kadang-kadang
Nodul iris Kadang-kadang Kadang-kadang
Tempat Uvea anterior Uvea posterior dan posterior
Perjalanan Akut Menahun
Rekurens Sering Kadang-kadang
Sedangkan berdasarkan waktu uveitis anterior dikatakan akut jika terjadi kurang
dari 6 minggu,jika inflamasi kambuh diikuti dengan serangan inisial disebut rekuren akut
dan dikatakan sebagai kronik jika lebih dari 6 minggu.
Beberapa keadaan yang menyebabkan tanda dan gejala yang berhubungan dengan
uveitis anterior akut, yaitu:
1. Traumatic Anterior Uveitis
Trauma merupakan salah satu penyebab Uveitis Anterior, biasanya terdapat riwayat
trauma tumpul mata atau adneksa mata. Luka lain seperti luka bakar pada mata, benda
asing, atau abrasi kornea dapat menyebabkan terjadinya Uveitis Anterior. Visual aquity
dan tekanan intraocular mungkinterpengnaruh, dan mungkin juga terdapatdarah pada
anterior chamber. 9
2.Idiopathic Anterior Uveitis
Istilahidiopatikdipergunakan pada Uveitis Anterior denganetiologi yang
tidakdiketahuiapakahmerupakankelainansistemikatautraumatic. Diagnosis
iniditegakansesudahmenyingkirkanpenyebablaindengan anamnesis dan pemeriksaan.9
3.HLA-B27 AssociatedUveitis
HLA-B27 mengacu pada spesifikgenotypeatauchromosome.
MekanismepencetusuntukUveitis Anterior pada
pasiendengangenotypesepertiinitidakdiketahui. Ada hubungan yang
kuatdenganankylosingspondylitis, sindromReiter, Inflamatoryboweldisease, psoariasis,
arthritis, dan Uveitis Anterior yang berulang. 9
4.Behcet’sDiseases/syndrome
Sebagian besar menyeranglaki-lakidewasa muda daribangsamediteraniaataujepang.
TerdapattriaspenyakitBehcets, yaituakutUveitis Anterior dan ulkus pada mulut dan genital.
Penyakitbehcet yang menyebabkanUveitis Anterior akutadalahsangatlangka. 9
5.LensAssociated Anterior Uveitis
Ada beberapakeadaan yang ditemukan pada peradangananterior chamber dan
penyebab yang disebabkanolehkeadaanlensa, yaitu :phaco-anaphylacticandhopthalmitis
dan phacogenic (phacotoksik) uveitis; phacoliticglaukoma; dan UGH syndrome ( Uveitis,
Glaukoma dan Hifema).9
6.Masqueradesyndrome
Merupakankeadaan yang mengancam, sepertilymphoma, leukemia, retinoblastoma,
dan malignant melanomadarichoroid, dapatmenimbulkanUveitis Anterior.9
Beberapakeadaan yang dapatmenghasilkan tanda dan gejala yang terdapat pada diagnosis
Uveitis Anterior kronikadalah :
1. Juvenile Rheumatoid Arthritis
Anterior Uveitis terjadi pada penderita JRA yang mengenai beberapa persendian.
Karena kebanyakan dari pasien JRA adalah positif dengan test ANA ( Anti Nuklear
Antibody ), yang merupakan pemeriksaan adjuvant. JRA lebih banyak mengenai anak
perempuan dibanding anak lelaki. Merupakan suatu anjuran pada semua anak yang
menderita JRA untuk diperiksa kemungkinan terdapatnya Uveitis Anterior. 9
2. Anterior Uveitis Associated with Primary Posterior Uveitis
Penyakit sistemik, seperti sarcoidosis, toksoplamosis, sipilis, tuberculosis, herpes
zoster, cytomegalovirus, dan AIDS mungkin saja terlibat dalam Uveitis Anterior baik
primer ataupun sekunder dari uveitis posterior.9
3. Fuch’s Heterochromatic Iridocyclitis
Merupakan suatu penyakit kronik, biasanya asimptomatik, terdapat 2% pasien Uveitis
Anterior.9
2.5. Gejala Klinis
Keluhan subyektif yang menyertai uveitis anterior adalah nyeri , terutama di bulbus
okuli, sakitnya spontan atau pada penekanan di daerah badan siliar, sakit kepala di kening
yang menjalar ke temporal, fotofobia, bervariasi dan dapat demikian hebat pada uveitis
anterior akut, lakrimasi yang terjadi biasanya sebanding dengan derajat fotofobia,
gangguan visus dan bersifat unilateral. 2
Riwayat yang berhubungandenganuveitisadalahusia, kelamin,
sukubangsapentinguntuk di catatkarenadapatmemberikanpetunjukkearah diagnosis
uveitistertentu. Riwayatpribaditentangpenderita, yang
utamaadalahadanyahewanpeliharaansepertianjing dan kucing,
sertakebiasaanmemakandagingatausayuran yang tidakdimasaktermasukhamburgermentah.
Hubunganseksdiluarnikahuntukmendugakemungkinanterinfeksioleh AIDS.
Penggunaanobat-obatanuntukpenyakittertentuataunarkoba (intravenousdruginduced),
sertakemungkinantertularpenyakitinfeksimenular (sepertiTbc) dan
terdapatnyapenyakitsistemik yang pernahdiderita. Riwayattentang mata
didapatkanapakahpernahterseranguveitissebelumnyaataupernahmengalami trauma tembus
mata atau pembedahan.2
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus umumnya normal atau berkurang sedikit.,
konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva dan injeksi siliar, serta kornea keruh karena udem
dan keratik presipitat. Keratik presipitat merupakan kumpulan sel-sel yang menempel pada
endotel kornea, biasanya di bagian bawah. Pada uveitis non granulomatosa, keratik
presipitat berukuran kecil dan sedang berwarna putih. Pada uveitis granulomatosa, keratik
presipitat besar-besar dan lonjong dan dapat menyatu membentuk bangunan yang lebih
besar, sehingga dapat mencapai diameter 1mm. Adanya keratik presipitat dijumpai pada
keratouveitis karena herpes simpleks dan sangat spesifik pada Heterokromik Fuch.2,8
Gambar. Uveitis anterior dengan pricipitat
Gambar. Uveitis anterior dengn nodul di iris
2.6.Pemeriksan Penunjang
2.6.1. Pemeriksaan laboratorium
Penderita uveitis anterior akut dengan respon yang baik terhadap pengobatan non spesifik,
umumnya tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut. Sementara bagi
penderita yang tidak responsif, diusahakan untuk menemukan diagnosis etiologinya
melalui pemeriksaan laboratorium. Pada penderita ini sebaiknya dilakukan skin test untuk
pemeriksaan tuberkulosis dan toksoplasmosis. Untuk kasus-kasus yang rekurens
(berulang), berat, bilateral, atau granulomatosa, perlu dilakukan tes untuk sifilis, foto
Rontgen untuk mencari kemungkinan tuberkulosis atau sarkoidosis. Penderita muda
dengan arthritis sebaiknya dilakukan tes ANA. Pada kasus psoriasis, uretritis, radang yang
konsisten, dan gangguan pencernaan, dilakukan pemeriksaan HLA-B27 untuk mencari
penyebab autoimun. Pada dugaan kasus toksoplasmosis, dilakukan pemeriksaan IgG dan
IgM.
2.7. Diagnosis Banding
Diagnosis banding uveitis anterior adalah konjungtivitis, keratitis atau keratokonjungtivitis
dan Glukoma akut. Pada konjunctivitis penglihatan tidak kabur, respon pupil normal, dan
umumnya tidak ada rasa sakit, fotofobia, atau injeksi ciliar.
Pada keratitis atau keratokonjunctivitis, penglihatan dapat kabur dan ada rasa sakit
dan fotofobia. Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simplek dan zoster dapat
mengenai uveitis anterior. Pada glaucoma akut, pupil melebar, tidak ada synekia posterior,
dan korneanya “beruap”. 7
2.8. Terapi
Tujuan utama dari pengobatan uveitis anterior adalah untuk mengembalikan atau
memperbaiki fungsi penglihatan mata. Apabila sudah terlambat dan fungsi penglihatan
tidak dapat lagi dipulihkan seperti semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk
mencegah memburuknya penyakit dan terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan.
Adapun terapi uveitis anterior dapat dikelompokkan menjadi:
Terapi non spesifik
1. Penggunaan kacamata hitam. Kacamata hitam bertujuan untuk mengurangi fotofobi,
terutama akibat pemberian midriatikum.
2. Kompres hangat. Dengan kompres hangat, diharapkan rasa nyeri akan berkurang,
sekaligus untuk meningkatkan aliran darah sehingga resorbsi sel-sel radang dapat lebih
cepat.
3. Midritikum/sikloplegik. Tujuan pemberian midriatikum adalah agar otot-otot iris dan
badan silier relaks, sehingga dapat mengurangi nyeri dan mempercepat panyembuhan.
Selain itu, midriatikum sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya sinekia, ataupun
melepaskan sinekia yang telah ada.
Midriatikum yang biasanya digunakan adalah:
- Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes
- Homatropin 2% sehari 3 kali tetes
- Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes
4. Anti inflamasi. Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan
dosis sebagai berikut:
Dewasa : Topikal dengan dexamethasone 0,1 % atau prednisolone 1 %.
Bila radang sangat hebat dapat diberikan subkonjungtiva atau periokuler: dexamethasone
phosphate 4 mg (1 ml), prednisolone succinate 25 mg (1 ml), triamcinolone acetonide 4
mg (1 ml), methylprednisolone acetate 20 mg.
Bila belum berhasil dapat diberikan sistemik prednisone oral mulai 80 mg per hari sampai
tanda radang berkurang, lalu diturunkan 5 mg tiap hari.
Anak : Prednison 0,5 mg/kgbb sehari 3 kali.
Pada pemberian kortikosteroid, perlu diwaspadai komplikasi-komplikasi yang mungkin
terjadi, yaitu glaukoma sekunder pada penggunaan lokal selama lebih dari dua minggu,
dan komplikasi lain pada penggunaan sistemik.
Terapi spesifik
Terapi yang spesifik dapat diberikan apabila penyebab pasti dari uveitis anterior telah
diketahui. Karena penyebab yang tersering adalah bakteri, maka obat yang sering
diberikan berupa antibiotik:
Dewasa : Lokal berupa tetes mata kadang dikombinasi dengan steroid Subkonjungtiva
kadang juga dikombinasi dengan steroid per oral dengan Chloramphenicol 3 kali sehari 2
kapsul.
Anak : Chloramphenicol 25 mg/kgbb sehari 3-4 kali.
Walaupun diberikan terapi spesifik, tetapi terapi non spesifik seperti disebutkan
diatas harus tetap diberikan, sebab proses radang yang terjadi adalah sama tanpa
memandang penyebabnya.
Terapi terhadap komplikasi
1.Sinekia posterior dan anterior. Untuk mencegah maupun mengobati sinekia posterior dan
sinekia anterior, perlu diberikan midriatikum, seperti yang telah diterangkan sebelumnya.
2. Glaukoma sekunder. Glaukoma sekunder adalah komplikasi yang paling sering terjadi
pada uveitis anterior. Terapi yang harus diberikan antara lain:
Terapi konservatif : Timolol 0,25 % - 0,5 % 1 tetes tiap 12 jam, acetazolamide 250 mg tiap
6 jam.
Terapi bedah : Dilakukan bila tanda-tanda radang telah hilang, tetapi TIO masih tetap
tinggi. Sudut tertutup: iridektomi perifer atau laser iridektomi, bila telah terjadi perlekatan
iris dengan trabekula (Peripheral Anterior Synechia atau PAS) dilakukan bedah filtrasi.
Sudut terbuka: bedah filtrasi.
3. Katarak komplikata. Komplikasi ini sering dijumpai pada uveitis anterior kronis. Terapi
yang diperlukan adalah pembedahan, yang disesuaikan dengan keadaan dan jenis katarak
serta kemampuan ahli bedah.
2.9. Prognosis
Dengan pengobatan, serangan uveitis non granulomatosa umumnya berlangsung beberapa
hari sampai minggu dan sering kambuh. Uveitis granulomatosa berlangsung berbulan-
bulan sampai tahunan, kadang-kadang dengan remisi dan eksaserbasi, dan dapat
menimbulkan kerusakan permanen dengan penurunan penglihatan nyata walau dengan
pengobatan yang terbaik.
LAPORAN KASUS
Seorang wanita berusia 32 tahun dirawat di Bangsal Mata RS. Dr. M. Djamil
Padang tanggal 20 Maret 2012 dengan:
Keluhan Utama:
Pandangan kabur pada kedua mata.
Riwayat Penyakit Sekarang:
- Pandangan kabur pada kedua mata sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya penglihatan pasien
terhalang oleh bercak-bercak bayangan hitam seperti awan dan makin bertambah pada 2
bulan terakhir.
- Awalnya mata merah hilang timbul sejak lebih kurang 1 tahun yang lalu. Pasien dibawa
berobat ke RSUD M.Bungo dan diberi bat tetes botol warna putih tutup merah, 3 kali
sehari, dan obat tetes warna putih tutup putih 3 kali sehari selama 2 bulan.
- Kedua mata tidak terasa sakit.
- Riwayat trauma di area orbita disangkal
- Keluhan pusing ada.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kebutaan.
Status Generalis :
- Keadaan Umum : Sakit Sedang
- Kesadaran : Compos Mentis Coperatif
- Tekanan darah : 120/80
- Frekuensi nafas : 20x/menit
- Frekuensi nadi : 80x/menit
Status Ophtalmikus
Status Ophtalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi
Visus dengan koreksi
1/300 1/300
Refleks fundus (-) (-)
Silia/supersilia Trikiasis (-),madarosis (-) Trikiasis (-),madarosis (-)
Palpebra superior
Palpebra inferior
Margo palpebra
Udem (-)
Hordeolum(-),Khalazion(-)
Udem (-)
Hordeolum(-),Khalazion(-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N
Konjungtiva tarsalis
Konjungtiva fornik
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Konjungtiva bulbi Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Sclera Putih Putih
Kornea Bening Bening
Kamera okuli anterior Cukup dalam, Flare (-) Cukup dalam, Flare (-)
Iris Coklat, Sinekia posterior (+) Coklat, Sinekia posterior (+)
Pupil Irregular Irregular
Lensa Keruh Keruh
Fundus:
Papil N. optik
aa/vv retina
retina
makula
Tidak Tembus Tidak Tembus
Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Gambar
Diagnosis Kerja : Uveitis Anterior ODS
: Katarak komplikata ODS
: Glaukoma Sekunder
Diagnosa Banding :Konjungtivitis
: Keratitis
: Keratokonjungtivitis
: Glukoma akut
Terapi :
- Prednison 2x30mg
- Sulfas Atropin ED 3x ODS
- Glaucon 4x ½ Tab
- Aspar K 2x 1
- Timolol ED 0,5% 2xOD
Follow up hari rawatan ke2
Status Ophtalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi
Visus dengan koreksi
1/300 1/300
Refleks fundus (-) (-)
Silia/supersilia Trikiasis (-),madarosis (-) Trikiasis (-),madarosis (-)
Palpebra superior
Palpebra inferior
Margo palpebra
Udem (+)
Hordeolum(-),Khalazion(-)
Udem (+)
Hordeolum(-),Khalazion(-)
Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N
Konjungtiva tarsalis
Konjungtiva fornik
Konjungtiva bulbi
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Sclera Putih Putih
Kornea Bening Bening
Kamera okuli anterior Cukup dalam, Flare (-) Cukup dalam, Flare (-)
Iris Coklat, Sinekia posterior (+) Coklat, Sinekia posterior (+)
Pupil Irregular Irregular
Lensa Keruh Keruh
Fundus:
Papil N. optik
aa/vv retina
Tidak Tembus Tidak Tembus
retina
makula
Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
Gambar
Diagnosis Kerja : Uveitis Anterior ODS
: Katarak komplikata ODS
: Glaukoma Sekunder
Diagnosa Banding :Konjungtivitis
: Keratitis
: Keratokonjungtivitis
: Glukoma akut
Terapi :
- Prednison 2x30mg
- Sulfas Atropin ED 3x ODS
- Glaucon 4x ½ Tab
- Aspar K 2x 1
- Timolol ED 0,5% 2xOD
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien wanita berumur 32 tahun dirawat di bangsal mata RSUP Dr.M.Djamil, Padang dengan diagnosis Uveitis Anterior ODS, Katarak komplikata ODS dan Glaukoma Sekunder.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien. Dari anamnesis didapatkan pandangan kabur, yang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien menderita mata merah yang hilang timbul selama 1 tahun. Keluhan sakit mata pada pasien di sangkal tetapi pasien mengeluhkan sakt kepala. Dan pasien tidak pernah mengalami trauma pada mata.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan penurunan visus pada kedua mata. Terlihat pupil irregular, iris cokelat dan terdapat sinekia posterior positive pada kedua mata. Lensa kedua mata tampak keruh. Pada hari kedua rawatan tampak edema pada palpera superior.
Manisfestasi klinis untuk Uveitis Anterior adalah nyeri terutama di bulbus okuli, sakitnya spontan atau pada penekanan di daerah badan siliar, sakit kepala di kening yang menjalar ke temporal, fotofobia, gangguan visus, pupil yang terlihat irreguler, dan sering terjadi sinekia posterior.
Untuk pengobatan, telah diberikan Prednison, Sulfas Atropin, Glaucon dan Aspar K. Prednison diperlukan sebagai antiinflamasi dan mengurangi rasa sakit. Sulfas atropin sebagai midriatikum, glaukon untuk pengobatan glaukoma, dan aspas K sebagai suplemen kalium.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, Oftalmologi Umum, Edisi 14, Widya Medika, Jakarta,
2000, hal 211-214.
2. Nema HV, Text book of Opthalmology, Edition 4, Medical publishers, New Delhi, 2002,
page 249-251.
3. Freeman WR, Practical Atlas of Retinal Disease and Therapy, Edition 2, Lippincott-
Raven, Hongkong, 1998, page 199-213.
4. Basic and Clinical Science Course, Retina and Vitreous, Section 12, American-Academy
of Opthalmology, United State, page 71-86.
5. Langston D, Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, Edition 4, Deborah Pavan-
Langston, United State, 1996, page 162-165.
6. Elkington AR, Khaw PT, Petunjuk Penting Kelainan Mata, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 1995, hal 162-165.
7. Ilyas S, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 2, FKUI, Jakarta, 2003, hal 224-227.
8. Diabetic Retinopathy,
http://www.kellogg.umich.edu/patientcare/conditions/diabetic.retinopathy.html.
9. Diabetic Retinopathy, http://www.apagrafix.com/patiented/DiabeticRetinopathy.
10. Diabetic Retinopathy, http://www.eyemdlink.com/condition.asp?conditionID.