uts akuakultur

Upload: rui-silver

Post on 18-Jul-2015

145 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Nama : Rully Indra Taruna Npm : 230110060005

UTS AKUAKULTUR Soal A Jawab1. A. Pengertian akuakultur

Pengertian Akuakultur adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme ) akuatik dilingkungan terkontrol dalam rangka mendapat keuntungan (profit), Akuakultur dapatdidefinisikan menjadi campur tangan (upaya-upaya) manusia untuk meningkatkan produktivitas perairan melalui kegiatan budidaya. Maksud Akuakultur adalah kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak, menumbuhkan, serta meningkatkan mutu biota akuatik sehingga diperoleh keuntungan. Tujuan akuakultur : 1. Produksi pangan protein 2. Pengembangan stok alami 3. Produksi ikan untuk amenites 4. Produksi ikan umpan 5. Produksi ikan untuk riset, hama, dsb. 6. Recycling bahan organic 7. Produksi komuditas industri 8. keuntungan dalam pengoptimalan kegiatan budidaya berbasis akuakultur, sehingga akuakultur merupakan kegiatan bisnis (akuabisnis).

Karakteristik Akuakultur Dalam usaha akuakultur mencakup : a. Pembenihan ikan

Pemmilihan induk Pemijahan induk Penetasan telur Pemeliharaan larva Pendederan

b. Pembesaran

Efesiensi pakan Konversi pakan

c. Nutrisi pakan

Formula pakan Nilai gizi

d. Kualitas air e. Sistem pengadaan sarana dan prasarana produksi akuakultur a. Prasarana produksi Pemilihan lokasi Pengadaan bahan dan Pembangunan fasilitas produksi b. Sarana produksi Pengadaan induk Benih Pakan Pupuk Obat-obatan

Pestisida Peralatan akuakultur dan Tenaga kerja c. Subsistem proses produksi

Persiapan akuakultur Penebaran (stocking) Pemberian pakan Pengelolaan lingkungan Kesehatan ikan Pemantauan ikan Pemanenan

f. Subsistem penanganan pasca panen dan pemasaran

Meningkatkan mutu produk Distribusi produk dan Pelayanan (servis) terhadap konsumen

g. Subsistem pendukung

Aspek hukum (UU dan kebijakan ) Aspek keuangan (pembiayaan/kredit,pembayaran) Aspek kelembagaan (organisasi perusahaan, asosiasi, koperasi, perebankan, lembaga birokrasi, lembaga riset, dan pengembngan

h. Ruang lingkup akuakultur sebagai suatu sistem usaha (bisnis) Penadaan sarana dan prasarana

Penanganan pscapenen dan pemasaran Produksi-produksi

b. contoh Sistem atau bentuk akuakultur Ikan dan hewan air lainnya merupakan sumber protein dan gizi lainnya, serta sumber pendapatan - Sistem akuakultur dapat memberikan lebih banyak daging untuk areal lahan yang sama daripada yang bisa disediakan oleh sistem ternak lain.

Tanaman air yang produktif dan tanaman tepian dapat ditanam dan dipanen Pengendalian hama kebun dan lahan dapat terbantu karena dapat menarik predator hama. Sistem akuakultur bisa mengubah sampah ternak dan tanaman menjadi pakan ikan dan pupuk tanaman air. Setelah ikan dipanen, kolam dapat dibersihkan untuk menyediakan pupuk berkualitas tinggi bagi tanaman di kebun.

Sistem akuakultur dapat dibuat pada lahan yang memiliki produktivitas rendah atau lahan yang tidak bisa dipakai untuk tanaman dan ternak lainnya, khususnya daerah rawa.

Produksi padi, ayam, babi dan bebek, semuanya dapat dikombinasikan dengan akuakultur untuk meningkatkan produksi dalam kedua system yang bergabung tersebut Sistem akuakultur membantu aliran air dan drainase di musim hujan. Di musim kemarau, sistem ini menyediakan suatu penyimpanan air yang dapat digunakn untuk kebutuhan tanaman dan hewan.

c.

Sistem akuakultur mengubah dan memodifikasi iklim. Sistem ini membuat suhu di sekitarnya sejuk sehingga iklim menjadi lebih nyaman. Ini sangat menguntungkan bagi tanaman, serta lingkungan sekitar rumah. Perbedaan akuakultur dengan hidrofonik adalah hidrofonik merupakan budidaya tanaman

yang mamanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilless.

Perbedaan akuakultur dengan aquafonik adalah dimana aquaafonik penjernihan air dengan mengunakan suatu zat mineral

2. Akuakultur secara ekonomis, relative efesien untuk memproduksi bahan pangan protein dibandingkan dengan perternakan, jika jenis dan teknik budidaya diterapkan dengan tepat. Indikhatornya ialah: Kebutuhan energy hewan poikiloterm(ikan) lebih rendah Kehilangan energy minimal (massa air) Kebutuhan energy hewan berdarah dingin untuk Thermo-regulasi, rendah Laju prtumbuhsn lebih cepat Produksi per unit area lebih tinggi Energy untuk mendapatkan makanan lebih kecil Food conviersion ratio untuk ikan lebih baik (1:1-1:1,25) Ikan lebih baik dalam memanfaatkan protein terkandung dalam pakan

Soal B 1. Pakan alami adalah bahan pakan yang diambil dari organisme hidup dalam bentuk dan kondisinya seperti sifat-sifat keadaan dialam. Pakan sangatlah penting untuk kelangsungan hidup ikan indikasinya adalah supaya ikan bias mendapatkan asupan protein dan vitamin untuk kelangsungan hidupnya, Pakan alami memiliki komposisi gizi yang baik diantaranya protein, lemak, karbohidrat dan mineral. Protein berguna saat proses pertumbuhan dan pengganti sel yang rusak sebagai zat pembangun. Lemak dan karbohidrat berfungsi sebagai pembentuk energy yang akan digunakan tubuh. Vitamin dan mineral akan membantu proses metabolism, mengatur proses fisiologis, membentuk enzim dan hormon serta menjaga kesehahatan tubuh ikan. Selain itu ikan mengandung berbagai pigmen yang akan memperindah warna ikan hias seperti melanin yang membentuk warna coklat sampai hitam, guanin yang menghasilkan rona cerah pada ikan dankaroten yang membentuk warna merah,

kuning, jingga dan mencerahkan warna ikan. Pakan alami sangat dibutuhkan dunia pembenihan karena pakan alami dapat bergerak aktif dan sehingga mengundang larva ikan untuk memakannya. Pada larva, setelah kuning telur habis perlu diberikan tambahan pakan supaya larva tetap mendapat asupan nutrisi. Masalah yang dihadapi adalah larva belum biasa mendapatkan pakan dan bukaan mulut larva masih sangat kecil. Gerakan yang dibuat pakan alami (contohnya : inforia, Dapnia, Artemia) akan merangsang larva memakannya dan ukurannya yang kecil cocok dengan bukaan mulut larva. Pada dunia pembesaran pakan alami sering digunakan untuk memacu pertumbuhan ( misalnya cacing sutra ) atau untuk memperbanyak dan memperbaiki kualitas telur (misalnya Bloodworm)

Untuk lebih lanjut silakan search di blog ini

2. Protein Kebutuhan akan protein dalam pakan dipengaruhi oleh nilai nutrisi protein pada pakan dan juga tingkat energi non-protein di dalamnya. Ketika sumber energi lain yang cukup memadai, sepeti lemak dan karbohidrat, sudah terdapat pada pakan, maka kebanyakan protein yang diperoleh ikan dari pakannya akan dimanfaatkan untuk sintesis protein

Lipid dan asam lemak. Lipid, atau lemak, diperlukan sebagai sumber energi dan sumber pembentukan asam lemak. Tambahan lagi, lipid juga berguna sebagai pembawa vitamin-vitamin yang larut-lemak. Asam lemak dan pospolipid membantu menjaga keutuhan struktural membran sel. Angka kebutuhan kasar untuk lipid pada ikan adalah 7%-8% dari pakan. Ikan yang lebih muda membutuhkan relatif lebih banyak lemak dan protein ketimbang ikan dewasa. Telah diketahui bahwa ketiga jenis ikan akan bertumbuh dengan baik jika pakan mengandung 1% asam lemak n-3 dan 1% asam lemak n-6. Daging dari ketiga karper besar India ini memiliki proporsi yang tinggi untuk asam lemak n-3 sebagai mana juga asam lemak n-6. Karbohidrat.

Karbohidrat merupakan nutrien paling murah sekaligus juga sumber energi yang lebih murah untuk ikan. Sebagai herbivora/omnivora, ikan dapat dengan mudah memperoleh jumlah kuantitatif karbohidratnya. Tingkat 22-30% diet karbohidrat dari pakannya telah diteliti sebagai tingkat kebutuhan yang optimal bagi ikan. Lewat penelitan juga diketahui akan terjadi keterlambatan pertumbuhan dan berkurangnya efisiensi pakan jika kadar karbohidrat melebihi 35% dari pakan. Tepung-tepungan dan dekstrin biasanya mudah dikonsumsi oleh ikan. Namun demikian dalam pemberian pakan umumnya digunakan tepung terigu, tepung tapioka dan tepung beras sebagai sumber karbohidrat yang paling murah. Bahan tadi juga berfungsi sebagai bahan pengikat alami dalam pakan. Karbohidrat juga akan menghemat protein jika kandungan protein dalam pakan tidak mencukupi. Sebab jika dalam pakan karper tidak cukup kadar karbohidratnya, maka protein akan dimanfaatkan sebagai sumber energi. Vitamin dan Mineral Telah diketahui bahwa thiamin merupakan vitamin esensial untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan beberapa spesies ikan air tawar. Namun demikian, diperkirakan bahwa kadar 8-12 mg/kg, tergantung pada tahapan usia ikan, boleh dikatakan memenuhi angka kebutuhan pakan. Untuk bahan pakan komersial, kadar yang lebih tinggi digunakan, mengingat akan adanya pelarutaan dan mengantisipasi kehilangan yang ditimbulkan selama proses pembuatan dan penyimpanan pakan. Riboflavin juga merupakan vitamin yang esensial untuk ikan. Kekurangan riboflavin akan menyebabkan penurunan berat, anoreksia, kehilangan warna dan katarak pada ikan. Angka kebutuhan riboflavin pada ikan diperkirakan sekitar 6-8 mg/kg pakan. Akan tetapi untuk pakan komersial, jumlah sekitar 10 mg/kg pakan atau lebih masih diijinkan, mengingat sifatnya yang larut-air dan mungkin saja ada yang hilang selama proses pelarutan. Juga telah diperkirakan bahwa untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang normal, ketiga ikan itu membutuhkan 10-12 mg niacin per kilogram pakan. Sementara angka kebutuhan ikan asam pantotenik diperkirakan sekitar 9-11 mg/kg pakan. Untuk pakan karper, direkomendasikan agar menggunakan bentuk yang stabil untuk vitamin C seperti askorbat 2-monofosfat atau askorbat 2-sulfat. Hal ini mengingat kondisi alami yang tidak stabil dan masalah pelarutan. Masih sedikit penelitian yang ditujukan untuk mengetahui angka kebutuhan asam askorbat dalam pakan karper besar India, meski demikian kadar 300 mg asam askorbat per kilogram diet nampaknya mencukupi untuk kelangsungan hidup

dan pertumbuhan yang normal dari benih serta anak ikan rohu dan mrigal. Kemudian kadar kebutuhan vitamin C-nya bertambah sesuai dengan asupan pakan, hingga mencapai 1000 mg/kg pakan baik untuk rohu maupun mrigal. Vitamin C menaikkan kekebalan akan penyakit yang disebabkan oleh Acromonas hydrophila. Bahkan tingkat kematian terendah dijumpai pada ikan rohu yang diberi kadar 600 mg vitamin C per kilogram pakan dan pada mrigal yang diberi kadar 1000 mg per kilogram pakan (Sobana, 1997). Ada pula laporan yang menunjukkan tidak perbedaan yang signifikan dalam hal tanda-tanda kekurangan, kematian, maupun pertumbuhan pada rohu yang diberi pakan bebas asam askorbik, jika dibandingkan dengan rohu yang pakannya ditambahkan asam askorbik (Hasan, et al., 1998). Secara umum kadar pakan sekitar 100-150 mg asam askorbik per kilogram pakan diketahui sebagai kadar yang cukup memuaskan untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang normal pada karper besar India dewasa. Pada mrigal, kekurangan asam askorbik menyebabkan anoreksia, pertumbuhan yang kerdil, tingkat kematian yang tinggi, finekrosis, pigmen yang abnormal dan pembengkokan tulang (Agarwal dan Mahajan, 1980: Mahajan dan Agarwal, 1980 a,b). Sedangkan pada karper besar India umumnya, kekurangan asam askorbik dapat menyebakan pendarahan kulit, anemia mkrositik dan anemia hikroponik (Sobana, 1997). Kekurangan piriodoksin dapat merusak selera makan, menyebabkan oedema, gejala nervous, anoreksia, hiperiritabilitas, dan gangguan pernafasan pada ikan. Kadar 6-8 mg piriodoksin per kilogram pakan adalah jumlah yang direkomendasikan untuk karper besar India, tapi ada juga saran tingkat kebutuhan sebesar 0.01-0.02 mg/kg pakan. Angka kebutuhan kuantitatif karper besar India untuk inositol ada pada rentang 300-350 mg/kg pakan. Angka kebutuhan biotin sebesar 5-8mg/kg pakan dinilai cukup memuaskan pada karper besar India. Angka kebutuhan pakan karper besar India akan asam folik kelihatannya sekitar 0.5-1 mg/kg pakan. Sementara itu karper besar India agaknya cukup diberikan kholin sebesar 500-600 mg/kg pakan. Kekurangan vitamin A (asam rethoik) dapat menyebabkan pergeseran lensa mata dan pengapuran kornea, pertumbuhan yang minim, eksopthalmia dan depigmentasi pada karper. Angka kebutuhan pakan vitamin A yang diperlukan oleh karper besar India adalah sekitar 1500 IU. Sementar itu kekurangan vitamin D dapat mengakibatkan tertekannya pertumbuhan dan tetanus otot pada sirip ikan, termasuk juga pada karper. Pemenuhan kebutuhan mineral, kalsium

dan fosfor juga diperlukan. Belum ada studi kuantitatif yang telah dibuat untuk mengetahui tingkat kebutuhan karper besar India akan vitamin D, namun demikian kadar 400-500 mg/kg pakan merupakan angka yang disarankan. Angka kebutuhan karper besar India akan vitamin K ada pada rentang 5-10 mg/kg pakan. Angka kebutuhan karper besar India akan kalsium juga belum diteliti, namun disarankan kadar sekitar 4000-5000 mg/kg pakan. Gejala kekurangan kalsium tidak terdeteksi pada kebanyakan ikan jenis karper (Ogino dan Takeda, 19c76; Lall, et al., 1985). Kekurangan fosfor mengakibatkan kurangnya penyerapan makan, anoreksia, kecilnya mineralisasi tulang, kerusakan rangka, kerusakan pada tengkorak kepala ikan dan beberapa kelainan lain pada ikan. Rentang angka kebutuhan sebesar 5000-6000 mg fosfor per kilogram pakan telah cukup memuaskan untuk karper besar India. Angka kebutuhan magnesium sekitar 500 mg/kg pakan cukup optimal untuk karper besar India, sedangkan 3-4 mg tembaga per kilogram pakan juga telah memenuhi kebutuhan. Kobalt jika diberikan pada kadar 0.1 mg/kg pakan, nampaknya sudah mencukupi untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih karper besar India yang dibiakkan dalam kolam pembiakan (Alikun, 1987). Sementara itu angka kebutuhan karper besar India akan mineral lain belum pernah dilaporkan. Pemberian pakan suplemen juga penting untuk meningkatkan hasil benih karper di kolam. Rata-rata junlah karper besar India yang bertahan hidup selama tahapan awal terbilang rendah (sekitar 30 % dari fase telur ke benih ) dan 50 % dari benih ke individu muda. Tingkat kematian yang tinggi ini terutama disebabkan oleh kurangnya pakan yang memadai dan bernutrisi, juga praktek penanganan yang buruk. Pada karper besar India, pemberian pakan secara tradisional atau konvensional yang umumnya digunakan oleh para petambak kecil pedesaan adalah dengan menggunakan campuran dedak dan bungkil dengan perbandingan berat yang sama. Pakan yang mengandung 1:1 dedak dan bungkil biasanya mengandung 25-28% protein mentah. Meski demikian pakan ini masih terbilang kurang seimbang nutrisinya. Sering kali bungkil terndam dalam air untuk beberapa jam dan dicampur dengan dedak untuk membuat adonan, lalu diberikan dalam bentuk mentah, dua kali sehari dengan tingkat 10-20% dari bio massa kolam pembiakan.

Pakan yang bernutrisi seimbang disediakan untuk karper muda dan dewasa dengan menggabungkan lebih banyak lagi bahan-bahan, mulai digunakan sejak tahun 1970 (Table 19.4). Varghese et al., (1976) memformulasikan pakan berupa pelet ikan yang mengandung 30% protein, digabungkan dengan tepung ikan, dan mencapai kenaikan produksi hingga lebih dari 50% jika dibandingkan dengan campuran tradisional dedak dan bungkil. Pertumbuhan yang baik dari kebanyakan karper juga dilaporkan saat diberikan pelet ikan yang mengandung pupa ulat sutra, ampas udang atau tepung ikan (Jeychandran dan Paulraj, 1977). Jayatdam dan Shetty (1980) mencapai hasil pertumbuhan yang lebih untuk catla dan karper pada umumnya saat diberikan pakan yang mengandung pupa ulat sutra. Bubuk yang berasal dari enyeng-enyeng (duckweed) kering dan daun kubis digabungkan dalam pakan, namun bukan sebagai pakan utama untuk karper (Devaraj et al., 1981). Bubuk daun Colocasia dan silase ikan juga digunakan, sebagian guna menggantikan tepung ikan, dalam percobaan pakan untuk karper besar India (Venugopal dan Keshavanath, 1984). Kotoran ulat sutra, sisa daging dari rumah pemotongan, tepung kedelai, tepung squila digunakan untuk menggantikan tepung ikan, dan telah dilaporkan terjadi tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi 25% dari penggunaan pakan berbasis tepung ikan (Bhat, et al., 1986; Nandeesha et al., 1989). Penggabungan tepung dari cacing tanah, margarin, minyak sarden, bubuk dan daun Cassia tora dalam pakan yang telah diformulasi cukup memenuhi untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan karper besar India (Manissery et al., 1988). Murthy dan Devaraj (1990, 1991 a, b) mengevaluasi bubuk daun dari tiga tanaman air mengambang yaitu Eichhoria, Pistia, dan Salvinia- yang dikenal sebagai bahan dengan biaya murah, dapat menggantikan sebagian pemakaian tepung ikan dalam pakan untuk karper dan dilaporkan bahwa pakan berbasis Pistia lebih unggul jika dibandingan dua pakan lainnya. Benih catla, rohu dan mrigal dengan ukuran 5-10 mm, umumnya diberi pakan gangang bersel satu, sementara benih dengan ukurang 10-20 mm diberi pakan protozoa dan zooplankton lain yang lebih kecil. Benih awal karper besar India yang baru menetas diberi pakan buatan 2 hari setelah ketertarikannya pada makanan dari luar dan akan bertumbuh dengan baik dengan bungkil, tepung beras dan gram hitam. Pakan murah untuk karper dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia secara lokal seperti pupa ulat sutra, kedelai (Chakraborthy et al., 1973), tepung ikan dan ampas udang (Mahajan dan Yadav, 1974), protein latung, dan ampas beras (Chakraborthy dan Kar, 1975), bubuk ganggang dicampur dengan tepung ikan (Singh dan Bhanot, 1988) dan bubuk kering dari gulma Nymphoides dan Spirodella (Patnaik dan Das, 1979).

Pakan dalam bentuk suspensi dibuat dengan menggunakan dedak, kacang tanah, squilla atau udang kecil. Bahan-bahan tadi dicampur, dimasak dan diayak pada ayakan berukuran 300400 m dan hasil saringannya diberikan pada telur ikan (yang baru menetas) beberapa waktu kali sehari (Alikunhi). Dalam pnelitian terakhir, bubuk dari daun kertau dan Leucena leucocephala serta pupa ulat sutra kering dinyatakan sebagai bahan yang efektif untuk benih karper (Vijayakumasawamy dan Devaraj, 1994). Pakan dengan kadar protein bertingkat untuk benih karper dibuat dengan menggunakan adonan kacang tanah, dedak dan tepung ikan sebagai sumber protein dan diecaluasi di laboratorium (Swamy et al., 1988; Mohanty et al., 1990). Mondal et al., (2000) telah memformulasikan pakan dengan variasi kadar protein lewat penggabungan tepung kedelai, tepung ikan dan dedak sebagai sumber protein dan mengevaluasinya pada benih catla. Mereka memperoleh tingkat kelangsungan hidup dan tingkat penyerapan makan yang lebih tinggi saat ikan diberi pakan yang mengandung kadar protein 39%. Satu tipe pemberian pakan pada perindukan ikan dapat dilihat di Tabel 19.5. Pakan ini mengandung 25-30% protein mentah dari bahan lokal yang tersedia, bahan-bahan yang tidak mahal dan diberikan dengan kadar 2% dari bobot tubuh per hari. Pakan ini membantu proses pendewasaan dan masa bertelur karper besar India selama 1-2 bulan. Kedepannya, pakan ini berhasil dalam meningkatkan kesuburan dan menghasilkan benih ikan yang bagus. Hormon tertentu dan beberapa produk lain digunakan sebagai penambah pakan atau perangsang pertumbuhan dalam pakan karper. Hormon biasanya dipakai dalam manipulasi seksual karper, sementara hormon yang sama juga digabungkan dalam kadar yang sangat kecil pada pakan guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan karper. Hormon seperti 17-metiltestosteron, ketika digabungkan dengan kadar 2.5-5 ppm pada pakan karper lain (Basavaraja et al., 1989) dan 1 ppm pada catla dan rohu (Deb dan Varghese, 1988), mencukupi untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Hormon lain seperti 19-noretisteron pada kadar 0.75 ppm untuk rohu (Gangadhara et al., 1998), dietilstilboesterol untuk kebanyakan karper (Nanjundappa dan Varghese, 1989), serta hormon khorinik gonadotropik manusia dengan kadar 5 ppm untuk kebanyakan karper (Keshavanath dan Matty, 1994) dan dengan kadar 15 g/g pakan untuk Labeo fimbriatus (Jayaprakas dan Sherly, 1996) meningkatkan pertumbuhan jika dibandingkan dengan ikan yang tidak mendapat perlakuan ini.

Kebanyakan metode pemberian pakan yang dilakukan dalam budi daya karper di India dilakukan secara manual, umumnya dilakukan oleh petambak kecil yang ahli. Pakan diberikan sekali sehari dengan kadar 2% hingga 4% dari bio massa. Penyebaran pakan dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi dilakukan secara manual diatas permukaan kolam. Metode lain yang juga populer adalah dengan pemakaian kantong pakan. Pakan dimasukkan ke dalam kantong plastik kosong, beberapa lubang (dengan diameter 1-2 cm) dibuat dibawah kantong. Kantong yang berisi pakan tadi digantungkan dengan tonggak bambu yang akan ditaruh ke dasar kolam, sehingga bagian bawah dari kantong berada di bawah permukaan air. Keseluruhan pakan akan habis dalam 2-3 jam. Kantong yang kosong tadi kemudian dipindahkan, dicuci dan dikeringkn sebelum digunakan kembali pada hari berikutnya.

3.

Karena pakan alami sangat penting dimana aspek pakan untuk memenuhi kebutuhan gizi

dari sumber protein hewani ikan diperlukan pakan alami dengan kuantitas maupun kualitas produk ikan, maka diperlukan ketersediaan pakan alami. Serta pakan alami ialah makanan yang tersedia oleh alam dan sumber protein yang lebih alami sehingga sangat penting untuk pertumbuhan ikan dan rantai makanan dalam ekosistem perairan. Sedangkan pakan buatan adalah pakan yang di buat oleh manusia untuk menambah pakan terhadap ikan setelah pakan alami, pakan buatan komposisi protein dan vitamin serta lai-lainya bisa di atur sesuai dengan kemauan pembuat pakan dengan mempertimbangkan sesuaikan dengan ikan yang ingin dikasih pakan buatan.