usulan proposal ptk revisi
TRANSCRIPT
USULAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI AKTIF SISWA KELAS VIII F SMP KRISTEN PAULUS BANDUNG MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE
LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS
Oleh :
MARTINUS SUBROTO.........................................................
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KRISTEN PAULUS
KOTA BANDUNGJAWA BARAT
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Merujuk pada Undang –Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3 yang
menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
mermbentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa serta bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan peranan berbagai unsur
pendidikan yang saling berkaitan antara lain guru, siswa , kepala sekolah, sarana dan
fasilitas pendidikan serta masyarakat.
Tujuan pendidikan nasional dapat dicapai melalui berbagai upaya yang
dilakukan oleh unsur-unsur pendidikan diantaranya ialah upaya peningkatan kualitas
pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan antara lain dengan : (1)
memperbaiki proses belajar mengajar, (2) menyempurnakan kurikulum, (3) pengelolaan
sekolah (4) meningkatkan sarana dan fasilitas pendidikan. Memperbaiki proses belajar
mengajar dipandang sebagai pusat tumpuan peningkatan kualitas belajar siswa dan
efisiensi pendidikan. Bila kita bermaksud akan mengubah atau meningkatkan peranan
pendidikan, maka yang harus dipahami adalah menganalisis apa yang terjadi di dalam
kelas ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
Proses Belajar Mengajar jelas memiliki kedudukan yang penting dan strategis
dalam mencapai hasil belajar. Salah satu indikator keberhasilan belajar siswa yang
optimal adalah berupa nilai yang dicapai oleh siswa, untuk mendapatkan hasil
pembelajaran yang memuaskan sesuai harapan tidak terlepas dari faktor bagaimana guru
mengelola proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran akan dapat berjalan optimal bila
guru menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, yang dapat melibatkan siswa
secara aktif, selain itu faktor kemampuan guru dalam menggunakan metode serta
kelengkapan fasilitas dan sarana pembelajaran juga sangat mempengaruhi tercapainya
tujuan pembelajaran secara khusus dan tujuan pendidikan nasional secara umum.
Dalam proses pembelajaran bukan hanya guru yang aktif, tetapi yang sangat
penting adalah partisipasi aktif siswa serta penggunaan strategi pembelajaran yang
menarik dari guru. Penggunaan strategi dan pendekatan yang tepat akan menciptakan
suasana pembelajaran yang interaktif-komunikatif, sehingga materi pembelajaran dapat
mudah diserap oleh siswa.
Dalam (Sanjaya, 2007:145) Diuraikan bahwa “ keberhasilan implementasi
strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode
pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat
diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.” Pada kenyataannya yang
banyak terjadi dalam proses pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
monoton, membosankan dan masih bersifat teacher centris. Umumnya guru masih
mengandalkan ceramah sebagai metode dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa
tidak mampu berpartisipasi aktif dalam mengikuti kegiatan, hal ini menyebabkan potensi
siswa tidak dapat digali secara optimal. Partisipasi aktif siswa yang dimaksud adalah
keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam kegiatan pembelajaran pada
waktu kegiatan kognitif ketika memperoleh pengetahuan, mengadakan latihan dalam
pembentukan ketrampilan dan pada saat siswa menyerap nilai-nilai dalam pembentukan
sikap.
Selama inipun yang terjadi penulis masih banyak menggunakan pendekatan
konvensional pada pembelajaran IPS yaitu dengan metode ceramah, tanya jawab dan
latihan soal, Aktivitas siswa hanya terbatas pada duduk, membaca dan menulis,
pembelajaran menjadi bersifat teacher sentries, potensi siswa tidak dapat tergali dengan
optimal, hal ini terjadi pada siswa kelas VIII G di SMP Negeri 3 Bandung, hasil prestasi
akademik khususnya dalam mata pelajaran IPS Terpadu belum cukup maksimal,
sebanyak 50 % nilai rata – rata siswa masih dibawah KKM yaitu 6,5, salah satu faktor
penyebabnya adalah ketidakmampuan guru dalam mengembangkan metode
pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada siswa (student centris), proses
pembelajaran masih bersifat monoton dan membosankan oleh sebab itu penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengambil Judul ” Upaya
meningkatkan partisipasi aktif siswa kelas VIII G pada pembelajaran IPS Terpadu di
SMP Negeri 3 Bandung melalui pendekatan Cooperative Learning”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan oleh penulis di atas,
maka dapat diidentikasikan masalah penelitian sebagai berikut :
a. Peranan guru masih sangat dominan dalam Kegiatan Pembelajaran
b.Tingkat partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran masih rendah
c. Rendahnya motivasi belajar siswa
d..Penggunaan metode dan pendekatan pembelajaran yang masih kurang tepat
e. Kurangnya fasilitas dan sarana penunjang Kegiatan Belajar Mengajar
Dari identifikasi masalah diatas penulis mencoba membatasi masalah dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini pada :
a. Rendahnya partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran IPS dan
b. Penggunaan pendekatan Cooperative Learning dalam kegiatan pembelajaran
Dari identifikasi dan pembatasan masalah tersebut diatas, maka penulis
merumuskan masalah Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut : “ Apakah
penggunaan pendekatan Cooperative Learning dapat meningkatkan partisipasi aktif
siswa dalam proses pembelajaran IPS? “.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitian dapat
diperinci sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembalajaran IPS dapat dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan cooperative learning?
2. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan pendekatan cooperative
learning pada pembelajaran IPS?
C.Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan antara lain untuk :
1. Mengetahui pendekatan pembelajaran yang efktif dalam proses kegiatan belajar
mengajar
2. Mengetahui efetifitas penggunaan pendekatan pembelajaran Cooperative Learning
dalam pencapaian hasil belajar siswa yang optimal
3. Mengantisipasi partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran dengan
mengimplementsi kan pendekatan Cooperative Learning
4. Mengetahui peningkatan hasil prestasi belajar siswa melalui penggunaan pendekatan
Cooperative Learning
D. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan akan dapat bermanfaat natara lain
sebagai :
a. Bahan masukan bagi guru dan solusi dalam memilih pendekatan pembelajaran
yang interaktif komunikatif dan dapat mengoptimalkan partisipasi siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran
b. Motivasi bagi guru dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar yang dapat merangsang siswa belajar secara
optimal
c. Bahan kajian lebih lanjut bagi para peneliti dan pemerhati bidang pendidikan
lainnya guna pengembangan metode dan pendekatan pembelajaran yang dapat
mengoptimalkan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran IPS Terpadu
E. Hipotesis Tindakan
Mengacu kepada masalah dan tujuan penelitian maka yang menjadi hipotesis tindakan
dalam penelitian ini adalah “ Penggunaan pendekatan Cooperative Learning dapat
meningkatkan partisipasi aktif siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Bandung dalam
proses pembelajaran IPS Terpadu “.
Kajian Teori
A. Kajian Teori
1. Makna Belajar
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu bagian penting dari proses pendidikan yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri individu dimana perubahan itu dapat
ditunjukan melalui berbagai bentuk seperti perubahan pemahaman pengetahuan,
sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek
lain yang ada pada setiap individu.
Menurut Gage dan Berliner (dalam Dimyati dan Mudjiono 1999:116)
“belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang membuat seseorang
mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang
diperolehnya.” Sedangkan menurut Hilgart dan Bower (dalam Ngalim, 1994:84) “
belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap satu
situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan kematangan, atau keadaan sesaat seseorang
( misalnya, kelelahan, pengaruh obat, dan lain-lain).” Jadi belajar adalah proses
aktif dalam mereaksi terhadap situasi yang ada disekitar individu yang diarahkan
kepada suatu tujuan dan proses berbuat melalui berbagai macam pengalaman
belajar.
Hasil dari proses belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
individu sedangkan tingkah laku individu itu dipengaruhi oleh berbagai faktor
baik dari dalam maupun dari luar individu. Faktor dari dalam individu yang dapat
mempengaruhi tingkah laku diantaranya ialah kemampuan, minat, perhatian,
kebiasaan, usaha dan motivasi sedangkan faktor dari luar individu berupa
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, diantara ketiga lingkungan tersebut
maka lingkungan sekolah memberikan pengaruh terbesar dalam proses dan hasil
belajar individu.
Adapun yang termasuk dalam lingkungan sekolah itu adalah antara
lain berupa guru, sarana, kurikulum, tata tertib, hubungan siswa dengan siswa
lain, unsur-unsur tersebut pada dasarnya berfungsi sebagai lingkungan tempat
siswa berinteraksi dalam menumbuhkan kegiatan belajar.
Selanjutnya menurut Gagne (dalam Ngalim, 1990:84) “belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu
sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”
Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa setelah individu mengalami proses
belajar maka akan ada perubahan tingkah laku baik dari aspek pengetahuan ,
ketrampilan maupun aspek lainnya.
B. Konsep Mengajar dalam Standar Proses Pendidikan
Dalam buku Strategi Pembelajaran, Sanjaya (2007:100) disebutkan
bahwa mengajar jangan diartikan sebagai proses menyampaikan materi
pembelajaran , atau memberikan stimulus sebanyak-banyaknya kepada siswa,
akan tetapi dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa belajar
sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya
Dari pernyataan diatas dapat diketahui adanya suatu perubahan
paradigma bahwa peran guru dalam proses pembelajaran tidak lagi menjadi pusat
informasi akan tetapi lebih sebagai pembimbing dan fasilitator yang mampu
mengorganisir lingkungan sebagai tempat berinteraksi siswa untuk belajar.
Adapun ciri-ciri belajar mengajar dalam (Djamarah dan Zein,
1995:46) adalah sebagai berikut :
1. Belajar mengajar memiliki tujuan
2. Adanya suatu prosedur interaksi
3. Ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik
5. Guru berperan sebagai pembimbing
6. Membutuhkan adanya disiplin
7. Ada batas waktu tertentu
8. Adanya evaluasi
Jadi kegiatan belajar mengajar meliputi suatu prosedur interaksi yang melibatkan
aktivitas siswa dalam mempelajari materi pembelajaran dengan bimbingan guru
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Selanjutnya masih dalam (Djamarah dan
Zein 1995:5) terdapat empat strategi dalam belajar mengajar yaitu :
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku dan kepribadian siswa
2. Memilih system pendekatan belajar mengajar
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang
tepat dan efektif
4. Menetapkan norma dan batas kriteria keberhasilan sebagai pedoman dalam
melakukan evaluasi
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa ada empat masalah pokok
yang cukup penting untuk dijadikan pedoman pelaksanaan kegiatan
pembelajaran agar dapat mencapai keberhasilan yang diharapkan.
Peran guru dalam kegiatan pembelajaran sangat penting seperti yang
terdapat dalam buku Belajar dan Pembelajaran, Dimyati dan Mudjiono
(1999:37), antara lain sebagai berikut :
1. Membuat disain pembelajaran dengan lengkap
2. Meningkatkan diri dan berkepribadian yang utuh
3. Bertindak sebagai guru yang mendidik
4. Menggunakan berbagai model pembelajaran sesuai dengan kondisi
siswa, bahan ajar dan lingkungan sekolah.
5. Guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan pemberi
umpan balik bagi siswa.
Dari uraian diatas jelas dapat diketahui bahwa konsep pembelajaran modern
mengarah kepada pembelajaran yang berorientasi pada siswa ( student
oriented ).
C. Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi Pada Aktivitas Siswa
Seperti telah kita ketahui sebelumnya bahwa kegiatan pembelajaran
ditujukan agar terciptanya kondisi belajar yang dapat memungkinkan
terjadinya aktivitas belajar pada siswa, dimana dalam aktivitas tersebut siswa
dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar sehingga akan terjadi
perubahan perilaku yang diharapkan. Ada dua aspek penting yang
terkandung dalam kegiatan belajar diatas yaitu hasil belajar yang berupa
perubahan perilaku dan proses belajar memperoleh berbagai pengalaman
intelektual, emosional dan fisik pada diri setiap siswa.
Sebagai guru tentu harus memiliki strategi yang sesuai agar kedua
aspek diatas dapat terlaksana secara efektif dan efisien, sebab tujuan yang
harus dicapai akan turut menentukan strategi pembelajaran yang digunakan.
Oleh sebab itu pemilihan strategi pembelajaran menjadi kegiatan penting bagi
guru sebelum memulai aktivitas pembelajaran.
Ada beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan oleh guru dalam
memilih strategi pembelajaran yang akan digunakan seperti yang terdapat
dalam (Sanjaya, 2007:129) yaitu :
1. Berorientasi pada tujuan
2. Strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa
3. Mengembangkan perubahan perilaku setiap siswa
4. Mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi
Guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing dituntut memiliki
kemampuan melakukan inovasi dalam mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat terlibat secara intelektual,
emosional baik psikis maupun mental dalam suasana pembelajaran yang
menyenangkan sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, Bab IV Pasal 19
dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
daiselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat
dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
Bila proses pembelajaran diarahkan pada aktivitas siswa seperti yang
diuraikan diatas maka akan terhindar kegiatan pembelajaran yang monoton
dan membosankan, siswa akan lebih termotivasi, bersemangat dan dapat
terjalin situasi pembelajaran yang interaktif melibatkan seluruh potensi yang
dimiliki siswa.
D. Pendekatan Cooperative learning ( Pembelajaran Cooperative )
Dalam melaksanakan proses pembelajaran yang berorientasi pada
aktivitas siswa agar dapat menyerap bahan ajar dengan efektif dan efisien serta
mampu melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran maka perlu
adanya suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Peranan guru bukan hanya sekedar mengajar tetapi lebih ditekankan pada
kegiatan membelajarkan dan juga mendidik siswa, sehingga pembelajaran
yang diperoleh siswa dikelas dapat digunakan sebagai bekal untuk bertahan
hidup, oleh sebab itu proses pembelajaran tidak hanya menekankan pada
keilmuan saja.
Cooperative Learning merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang dapat memberikan alternatif dalam mengatasi problema
kegiatan pembelajaran yang kurang mampu mendorong keterlibatan siswa
secara aktif. Seperti diuraikan dalam Model – Model Pembelajaran, Hilda
Karli dan Margaretha Sri Yulianngsih, (2002:70) bahwa Cooperative Learning
adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku
bersama dalam bekerja atau membantu sesama dalam struktur kerjasama dalam
kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih.
Diuraikan dalam Pembelajaran Kooperatif, Ibrahim dan Ekowati,
(2000:6) unsur-unsur Cooperative learning adalah sebagai berikut :
1. Siswa bersama kelompok harus menganggap bahwa mereka “
sepenanggungan bersama “.
2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu alam kelompoknya seperti
miliknya sendiri.
3. Siswa harus melihat bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan
yang sama.
4. Siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya.
5. Siswa akan diberikan evaluasi dan penghargaan juga bagi seluruh
anggota kelompok.
6. Siswa akan mempertanggungjawabkan secara individual mengenai
materi yang dibahas dalam kelompok kooperatif.
Dalam strategi pembelajaran ini pelaksanaan proses pembelajaran memiliki
ciri aspek pemberian tugas, tujuan dan penghargaan kerja sama dalam kelompok, sebab siswa
yang terlibat dalam pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerja sama dan melakukan
koordinasi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dan mereka akan berbagi penghargaan
bila mereka mereka berhasil sebagai kelompok.
secara umum ciri-ciri pembelajaran kooperatif itu diantaranya adalah :
1. Adanya kerjasama dalam kelompok
Keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan dicapai melalui usaha bersama
semua dengan kelompok ahli dimana setiap kelompok ahli memiliki peranan
tertentu dan jelas .
2. Menekankan pada interaksi siswa
Setiap ahli dalam kelompok akan berinteraksi secara langsung pada saat yang
sama melalui diskusi yang tercipta dalam membahas tugas yang diberikan oleh
guru.
3. Timbulnya saling ketergantungan positif untuk mencapai tujuan
Dalam Karli dan Yuliarrtiningsih, (2002:73) juga diuraikan bahwa pada umumnya
pembelajaran kooperatif akan membawa dampak positif bagi siswa antara lain sebagai
berikut :
1. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan sikap, pengetahuan
dan ketrampilan dalam suasana pembelajaran yang demokratis
2. Mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang dimiliki siswa
3. Melatih siswa untuk bekerja sama dan mengembangkan potensi dirinya secara
optimal bagi kesuksesan kelompoknya
4. Melatih berbagai sikap, nilai dan ketrampilan social untuk diterapkan dalam
masyarakat
Pendekatan pembelajaran kooperatif memiliki beberapa model diskusi kelompok
diantaranya adalah model Jigsaw, model ini merupakan tehnik diskusi yang banyak
digunakan dalam upaya menciptakan kondisi belajar yang aktif dan partisipatif. Dalam
JurnalJpi.files.wordpress.com/2009 disebutkan bahwa Jigsaw memiliki keunggulan
diantaranya adalah lebih mengedepankan aktivitas siswa dalam mencari, mengolah dan
melaporkan berbagai informasi dari berbagai sumber belajar untuk dipresentasikan didepan
kelas. Dan melalui Jigsaw setiap siswa akan berusaha berpartisipasi dalam kelompoknya,
karena tiap siswa mendapat tugas dan tanggung jawab untuk memecahkan masalah dalam
kelompoknya.
Adapun tujuan tehnik Jigsaw adalah sebagai berikut :
1. Memberi kesempatan siswa untuk berlatih berbicara dan menyampaikan informasi.
2. Sebagai metode alternatif disamping metode ceramah dan tanya jawab
3. Mendorong kemampuan berfikir siswa diantara anggota kelompok
Kelompok Jigsaw merupakan kelompok yang bersifat heterogen karena terdiri dari
berbagai macam tingkat kemampuan akademik yang berbeda, kelebihan dari jigsaw adalah
memungkinkan siswa untuk untuk mempelajari bahan pelajaran dengan lebih efisien. Dan
yang paling penting dalam model Jigsaw ada proses yang mampu mendorong siswa untuk
mendengar, berbicara, berinteraksi dan saling memahami sesama anggota kelompok, tiap
anggota kelompok harus bekerjasama bersama kelompoknya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bersanma-sama.
Secara lebih lengkap maka langkah -langkah pelaksanaan tehnik Jigsaw dapat di
uraikan sebagai berikut :
Membentuk kelompok kecil dengan anggota 5 atau 6 siswa yang berbeda
jenis kelamin, suku, dan kemampuannya.
Memilih satu orang siswa dari tiap kelompok untuk dijadikan pemimpin.
Memberikan tugas yang berbeda-beda kepada tiap anggota kelompok
Memberikan waktu beberapa saat kepada tiap anggota kelompok untuk
membaca tugas yang telah diberikan.
Memberikan kesempatan kepada anggota kelompok Jigsaw untuk membentuk
kelompok ahli, dalam kelompok ahli ini tiap anggota akan mendiskusikan
tugas yang sama.
Memberikan kesempatan kepada anggota kelompok ahli untuk kembali
kepada kelompok Jigsaw untuk menyusun laporan hasil diskusi masing-
masing.
Mempresentasikan hasil diskusi dari tiap kelompok
Mengadakan Tanya jawab
Bersama-sama menarik kesimpulan tentang materi yang telah didiskusikan.
Bila dibandingkan dengan metode mengajar konvensional maka tehnik Jigsaw ini
memiliki beberapa keunggulan, antara lain :
1. Sangat mudah untuk dipelajari dan dilakukan
2. Mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang partisipatif dan menyenangkan
3. Dapat dipadukan dengan strategi mengajar yang lain
4. Dapat dilaksanakan walaupun hanya dalam satu jam pelajaran
B. Kerangka pemikiran
Pada umumnya para siswa beranggapan bahwa pembelajaran IPS
merupakan suatu proses pembelajaran yang membosankan, hal ini bisa dipahami
karena memang dari segi kandungan materi maka IPS memiliki bahan ajar yang
begitu banyak dan sarat dengan hafalan yang menuntut siswa untuk banyak
membaca dan memahami isi materi. Sementara itu kemampuan guru dalam
menciptakan kegiatan pembelajaran dikelas yang bersifat kreatif dan inovatif sangat
terbatas sehingga proses penyampaian materi IPS terkesan selalu verbal, monoton
dan kurang memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif, akibatnya banyak siswa
mudah merasa bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kebosanan siswa
tampak pada sikap mereka selama dalam proses antara lain menunjukkan sikap yang
gelisah dan tidak senang, tidak mau mengemukakan pendapat , ngobrol dengan
teman sebangku atau bahkan saling mengganggu. Bila hal tersebut terjadi terus
menerus maka dikhawatirkan tujuan belajar yang diharapkan tidak akan tercapai.
Dari gambaran diatas maka sangat beralasan apabila setiap guru mau
dan mampu mengembangkan berbagai strategi dan model pembelajaran yang dapat
memotivasi siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran IPS
dan diantaranya adalah dengan menggunakan pendekatan Cooperative Learning,
Dengan demikian guru harus dapat menyusun program pembelajarannya dengan
mengakomodir berbagai aspek keberagaman potensi yang dimiliki oleh siswa dan
merancang kegiatan pembelajaran dalam suasana yang kondusif, interaktif dan
menyenangkan sehingga dapat tercipta suasana belajar yang dapat merangsang siswa
untuk berapartisipasi secara aktif.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas maka dapat disusun sebuah
hipotesis tindakan sebagai berikut : “ Penggunaan pendekatan Cooperative Learning
dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Bandung
dalam mata pelajaran IPS Terpadu “.
D. Prosedur Penelitian
A. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di sekolah tempat penulis bertugas
yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bandung jl. Rd. Dewi Sartika no 96
Bandung.
2. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 3
bandung dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang dengan tingkat kemampuan
akademis yang berbeda.
3. Waktu Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan pada minggu I bulan
Agustus sampai dengan minggu ke IV bulan Oktober 2009.
B. Alat Pengumpul Data dan Analisa Data
Untuk memperoleh data yang tepat maka dalam penelitian Tindakan Kelas
ini guru menggunakan beberapa instrumen pengumpul data antara lain :
1. Lembar evaluasi pree test dan post test
2. Lembar observasi
3. Lembar angket
Data hasil belajar siswa dianalisa dengan menggunakan analisa kuantitatif
deskriptif sedangkan data yang berhubungan dengan proses pembelajaran
dianalisa secara kualitatif.
C. Proses Triangulasi data
Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi, yaitu meliputi: triangulasi
dengan sumber data, dilakukan dengan membandingkan dan mengecek ulang data
hasil pengamatan dengan hasil angket, triangulasi dengan metode dilakukan
dengan membandingkan dan mengecek ulang informasi dari pengamatan, hasil
angket, dan tes akhir tindakan dengan metode yang digunakan dalam tindakan,
dan triangulasi dengan teori, dilakukan untuk membandingkan data hasil
tindakan, pengamatan, dan angket dengan teori yang terkait.
D. Indikator Keberhasilan
Dalam penelitian Tindakan ini guru menetapkan indikator keberhasilan proses
belajar mengajar sebagai berikut :
1. Proses belajar mengajar dikatakan berlangsung aktif partisipatif bila dari
hasil angket dan observasi guru tercapai minimal 85 % dari seluruh jumlah
siswa terlibat dalam proses pembelajaran secara aktif.
2. Dilihat dari hasil evaluasi siswa tercapai minimal 85 % siswa yang
memperoleh nilai 65 keatas.
E. Prosedur Penelitian Tiap Siklus
Penelitian Tindakan kelas ini menggunakan 2 siklus yaitu :
Siklus pertama meliputi
1. Rencana Tindakan
a. Menyusun Rencana Program Pembelajaran dari materi yang akan
dibahas
b. Menyusun media pembelajaran dengan menggunakan power point
c. Menyusun soal sebagai bahan untuk pelaksanaan pree test dan post
test
d. Menyusun angket siswa yang berisi beberapa pertanyaan yang dapat
digunakan sebagai alat monitoring partsipasi aktif siswa dalam proses
pembelajaran.
e. Pelaksanaan proses pembelajaran dengan mengimplementasikan
pendekatan Cooperative learning melalui tehnik diskusi kelompok
JIGSAW selama 2 kali pertemuan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang dilaksanakan pada siklus pembelajaran pertama adalah
sebagai berikut :
a. Guru melaksanakan apersepsi, motivasi dan pree test secara tertulis
untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang akan
dibahas
b. Guru menyajikan pokok-pokok materi dengan menggunakan program
Power Point didalam ruang MultiMedia sebagai tempat proses
pembelajaran siswa
c. Guru membagi siswa dalam kelompok jigsaw dimana tiap kelompok
berjumlah 6 orang, tiap kelompok dibagikan lembar diskusi yang
memuat wacana dan 6 butir pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa.
d. Tiap kelompok diberikan waktu untuk membaca materi kemudian
ketua kelompok membagi tugas pada masing-masing anggota.
e. Setelah mendapat tugas maka masing – masing anggota keluar dari
kelompok jigsaw untuk membentuk kelompok ahli untuk menbahas
tugas yang sama selama beberapa menit.
f. Setelah selesai kelompok ahli mengerjakan tugas masing-masing,
maka guru memberikan intruksi untuk kembali kepada kelompok
jigsaw mereka.
g. Pada kelompok jigsaw tiap anggota mengkonfirmasikan hasil tugas
masing-masing, kemudian meraka menyusun laporan hasil diskusi
untuk dipresentasikan.
h. Tiap kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompok mereka.
i. Setelah presentasi maka guru memberikan kesempatan mengadakan
tanya jawab kepada siswa tentang materi yang belum dipahami
j. Guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan oleh siswa sebagai
penugasan
k. Tahap akhir dari tindakan siklus 1 adalah guru mengadakan post test
secara tertulis.
l. Observasi dalam siklus ini dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan secara langsung yang. Hasil pengamatan dari 2 pertemuan
kemudian dianalisis dan dipelajari sebagai bahan refleksi untuk
rencana tindakan pada siklus kedua.
3. Analisa data dan Refleksi
Data yang dianalisa sebagai bahan refleksi adalah data yang bersumber
dari :
a. Data hasil lembar obervasi dari pengamat untuk mengetahui keaktifan
dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran yang dianalisa
dengan mengunakan prosentase.
b. Data hasil pemahaman materi pembelajaran yang bersumber dari hasil
pree test dan post test tertulis.
c. Data hasil angket respon siswa tentang kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan
Dari data-data tersebut guru melakukan analisis tentang tindakan.serta
menjelaskan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.kemudian
melakukan pemaknaan, dan penyimpulan data yang telah diperoleh
sebagai bahan refleksi untuk pelaksanaan siklus berikutnya
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arikunto Suharsimi, Dr, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara
Al Muhtar, Suwarna, Pengembangan Berpikir dan Nilai Dalam Ilmu
Pengetahuan Sosial, bandung, Gelar Pustaka Mandiri, 2004
Dimyati, Dr dan Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran , Jakarta, Rineka
Cipta, 1999
Dahar Ratna Wilis, Teori – Teori Belajar, Erlangga, 1996
Djamarah Syaiful Bahri, Drs. dan Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta, Rineka Ciota, 2002
Henerson E Marlene, Lynn Lyons Morris dan Carol Taylor Fitz gibbon, How to
measure attitude, Beverlly Hills london, Sage publications
Joyce Bruce dan Marsha Weil, Models of Teaching , Third edition, New
Jersey, Prentice Hall Inc, 1986
JurnalJpi.files.wordpress.com/2009
Karli Hilda, Dra, M.Pd. dan Dra, Margaretha Sri Yuliariatingsih, M.Pd,
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bina Media
Informasi, 2002
Model Pembelajaran Cooperative learning, Hasil Diklat Instruktur Mata
pelajaran IPS tingkat SLTP di PPPG IPS dan PMP Malang, 2001
Nasution S. M..A, Prof, Dr, Teknologi Pendidikan, Jemmars, 1988
Penelitian Tindakan Kelas, Hasil Diklat Instruktur Mata Pelajaran IPS Tingkat
SLTP PPPG IPS dan PMP Malang, 2001
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005
Purwanto Ngalim MP. Drs, Prinsip-Prinsip dan Evaluasi Pengajaran, PT
Remaja Rosda Karya, 1984
Sanjaya Wina, Dr, M.Pd, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Kencana Prenada Media Group, 2007
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wiriaatmaja Rochiati, Prof, Dr, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung,
Rosda, 2005