usu dss

29
1.1. Definisi Demam Berdarah Dengue Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat terjadi pada semua kelompok umur terutama pada anak-anak.25 1.2 Proses Timbulnya Penyakit DBD 1.2.1. Demam Dengue Demam dengue adalah penyakit demam akut selama 2-7 hari dengan dua atau lebih manifestasi gejala, seperti : nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, ruam pada kulit, manifestasi perdarahan, dan leukopenia serta di tunjang dengan pemeriksaan laboratorium serologis IgM dan IgG. 1.2.2. Demam Berdarah Dengue Gejala yang di timbulkan antara lain demam yang tinggi (380C – 40oC), manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan ( sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian. Trombositopenia dengan hemokonsetrasi secara bersamaan adalah temuan laboratorium klinis khusus dari DBD.27 1.2.3. Dengue Shock Syndrome Dengue shock syndrom merupakan suatu keadaan yang sangat buruk, penderita DBD dalam keadaan apapun perlu

Upload: willy-wijaya

Post on 21-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

trtrk

TRANSCRIPT

Page 1: USU dss

1.1. Definisi Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan

oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat

terjadi pada semua kelompok umur terutama pada anak-anak.25

1.2 Proses Timbulnya Penyakit DBD

1.2.1. Demam Dengue

Demam dengue adalah penyakit demam akut selama 2-7 hari dengan dua atau

lebih manifestasi gejala, seperti : nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, ruam pada

kulit, manifestasi perdarahan, dan leukopenia serta di tunjang dengan pemeriksaan

laboratorium serologis IgM dan IgG.

1.2.2. Demam Berdarah Dengue

Gejala yang di timbulkan antara lain demam yang tinggi (380C – 40oC),

manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai

timbulnya renjatan ( sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma

yang dapat menyebabkan kematian. Trombositopenia dengan hemokonsetrasi secara

bersamaan adalah temuan laboratorium klinis khusus dari DBD.27

1.2.3. Dengue Shock Syndrome

Dengue shock syndrom merupakan suatu keadaan yang sangat buruk, penderita

DBD dalam keadaan apapun perlu mendapatkan perawatan dan pemantauan yang

serius, terutama jika demam mendadak turun. Selain menjadi indikasi kesembuhan,

penurunan suhu tubuh sering menjadi gejala awal penderita memasuki tahap dengue

shock syndrome.

Tanda khas dari dengue shock syndrome antara lain kulit menjadi dingin,

kongesti, sianosis, nadi cepat, letargi kemudian menjadi gelisah dan dengan cepat

memasuki tahap kritis dari shock. Gejala yang sering sebelum shock adalah nyeri perut

akut. Pasien yang shock dalam bahaya kematian bila pengobatan yang tepat tidak

segera diberikan. Penderita akan sembuh dengan cepat setelah terapi penggantian

volume yang tepat.

Page 2: USU dss

1.3. Agent Infeksius dan Vektor Penularan DBD

1.3.1. Agent Infeksius DBD

Agent Infeksius DBD adalah virus Dengue yang merupakan bagian dari famili

flaviviridae. Keempat serotipe virus Dengue (DEN-1, DEN-2,DEN-3, DEN-4) dapat

dibedakan dengan metode serologi. Infeksi pada manusia oleh salah satu serotipe

menghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang

sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara terhadap serotipe yang lain.3

Seseorang akan kebal seumur hidup terhadap serotip yang menyerang pertama kali,

namun hanya akan kebal dalam waktu 6 bulan - 5 tahun terhadap serotipe virus Dengue

lain.26 Virus Dengue tipe 3 merupakan serotipe yang terbanyak berhasil diisolasi,

disusul berturut-turut virus dengue tipe 1, virus dengue tipe 2 dan virus dengue tipe 4.

Virus dengue tipe 2 dan tipe 3 secara bergantian merupakan serotipe yang

dominan, namun virus dengue tipe 3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat (DBD

derajat IV, DBD disertai ensefalopati, DBD disertai hematemesis dan melena,dan DBD

yang meninggal).

1.3.2. Vektor Penularan DBD

Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor penularan virus

Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Aedes aegypti

merupakan vektor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan di pedesaan

(daerah rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam penularan.

Namun Aedes Aegypti berkembang biak di tempat lembab dan genangan air bersih.

Sedangkan Aedes albopictus berkembang biak di lubang-lubang pohon, dalam

potongan bambu dan genangan air lainnya.

Page 3: USU dss

Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti.

Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti

Telur→ Jentik→ Kepompong→Nyamuk dewasa

Gambar 2.1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti41

Pertumbuhan dan perkembangan telur sampai nyamuk dewasa memerlukan waktu kurang

lebih 7-14 hari.

Page 4: USU dss

1.4. Cara penularan DBD

Gambar 2.2. Cara Penularan DBD

Virus Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, nyamuk

Aedes aegypti tersebut dapat mengandung virus Dengue pada saat menggigit manusia yang

sedang mengalami Viremi. Kemudian virus yang berada di kelenjer liur akan berkembang biak

dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada

manusia pada gigitan berikutnya. Di tubuh manusia, virus membutuhkan waktu masa tunas 4-6

hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia

kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami

viremi.

Page 5: USU dss

1.5. Gejala Klinis DBD

Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari.31

Gejala DBD sangat bervariasi, WHO 1997 membagi 4 derajat:

Derajat I : Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi

perdarahan spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif.

Derajat II : Gejala –gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau

manifestasi perdarahan yang lebih berat.

Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, hipotensi,

sianosis disekitar mulut, kulitdingin dan lembab, gelisah,

Derajat IV: Shock berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

2.6. Tata Laksana DBD32

Tata laksana DBD sebaiknya berdasarkan berat ringanya penyakit yang ditemukan antara lain:

2.6.1. Kasus DBD yang diperbolehkan berobat jalan.

Penderita diperbolehkan berobat jalan jika hanya mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan

minum masih baik. untuk mengatasi panas diperbolehkan memberikan obat panas paracetamol.

Sebagian besar kasus DBD yang berobat jalan ini adalah kasus DBD yang menunjukkan

manifestasi panas hari pertama dan hari kedua.

2.6.2. Kasus DBD derajat I dan II

Pada hari ke-3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini mempunyai resiko

terjadinya shock.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: USU dss

2.6.3. Kasus DBD derajat III dan IV

Dengue shock syndrome termasuk kasus kegawatan yang membutuhkan penanganan secara

cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara cepat. Biasanya di jumpai kelainan asam

basa dan elektrolit.

2.7. Epidemiologi DBD

Epidemi dengue dilaporkan sepanjang abad kesembilan belas dan awal abad keduapuluh di

Amerika, Eropa selatan, Afrika utara, Mediterania timur, Asia, Australia, dan pada beberapa

pulau di Samudra India, Pasifik selatan dan tengah serta Karibia.27

Kejadian luar biasa penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dicatat pertama kali terjadi

di Australia pada tahun 1897. Penyakit perdarahan serupa juga berhasil dicatat pada tahun 1928

saat terjadi epidemik di Yunani.33

Kejadian luar biasa pertama penyakit Demam Berdarah Dengue di Asia ditemukan di Manila

pada tahun 1954. Pada tahun 1958 terjadi Kejadian Luar Biasa penyakit Demam Berdarah

Dengue “Thai” yang ditemukan di Bangkok-Thonburi dan sekitarnya. Tahun 1960 di Singapura

ditemukan kasus Demam Berdarah Dengue dalam jumlah yang lebih banyak lagi dengan hasil

isolasi virus dengue menunjukkan tipe 1dan 2.29

Kejadian Luar Biasa penyakit Demam Berdarah Dengue terjadi juga di wilayah Asia lainnya.

Virus dengue tipe 1 dan 4 telah diisolasi dari penderita di kamboja pada tahun1961. Di Penang,

Malaysia Barat, penyakit Demam Berdarah Dengue ini pertama kali ditemukan pada tahun

1962.31

Universitas Sumatera Utara

Page 7: USU dss

Tahun 1968, empat belas tahun sesudah kejadian Luar Biasa pertama di Manila, Demam

Berdarah Dengue dilaporkan untuk pertama kalinya di Indonesia yaitu berupa Kejadian Luar

Biasa penyakit Demam Berdarah Dengue di Jakarta dan Surabaya mencatat 58 kasus DBD

dengan 24 kematian (CFR=41,5%). Pada tahun beriktnya kasus DBD menyebar ke lain kota

yang ada di Indonesia dan di laporkan meningkat setiap tahunnya.29

Sejak tahun 1994, seluruh propinsi di Indonesia telah melaporkan terjadinya kasus DBD dan

daerah tingkat II yang melaporkan terjadinya kasus DBD juga meningkat. Namun angka

kematian menurun tajam dari 41,3% tahun 1968 menjadi 3% tahun 1984 dan sejak tahun 1991

CFR stabil dibawah 3% .25

Selama tahun 2003 di Indonesia tercatat 51.516 kasus (IR= 23,87; CFR= 1,5%); tahun 2004

tercatat 79.462 kasus (IR= 37,11; CFR= 1,2%); tahun 2005 tercatat 95.279 kasus (IR= 43,42;

CFR= 1,36%); tahun 2006 tercatat 114.656 kasus (IR= 52,48; CFR= 1,04%); dan tahun 2007

tercatat 158.115 kasus (IR= 71,78; CFR= 1,01%);tahun 2008 tercatat 137.469 kasus (CFR

0,86%);tahun 2009 tercatat 158.912 kasus (IR=35,7;CFR=0,89%).34

Tahun 2008 propinsi Jambi melaporkan CFR Demam Berdrah Dengue sebesar 3,67% dengan

isiden rate 8,64 per 100.000 penduduk, mengalami penurunan pada tahun 2009 dengan CFR

2,12%, Insiden Rate 7,96 per 100.000 penduduk. Propinsi lampung tahun 2008 melaporkan CFR

Demam Berdarah Dengue sebesar 0,83% dengan Insiden Rate 68,83 per 100.000 penduduk,

mengalami penurunan pada tahun 2009 ( IR= 24,85; CFR= 1,07%). Propinsi DKI Jakarta tahun

2008 (IR=

Universitas Sumatera Utara

Page 8: USU dss

317,09; CFR= 0,09%) mengalami penurunan pada tahun 2009 (IR= 312,65; CFR= 0,11%).35

Di Propinsi Sumatera Utara Kasus DBD selalu terjadi setiap tahun. Pada tahun 2005 tercatat

sebanyak 3.723 kasus dengan CFR 1,80%. Pada tahun 2006 sebanyak 2.165 kasus dengan CFR

1,60%, dan pada tahun 2007 sebanyak 4.231 kasus dengan CFR 0,86%.22

Tahun 2007 Kabupaten Langkat melaporkan kasus Demam Berdarah Dengue dengan CFR

0,10%; Insiden Rate 98,00 per 1000 penduduk, mengalami peningkatan jika dibandingkan

dengan tahun 2008 (CFR= 0,19%; IR= 197,00).24

2.7.1. Distribusi Frekuensi

a. Orang

Selama awal tahun epidemi pada setiap negara penyakit DBD ini kebanyakan menyerang anak-

anak dan 95 % kasus yang di laporkan berumur <15 tahun. Walaupun demikian, berbagai negara

melaporkan bahwa kasus-kasus dewasa meningkat selama terjadi kejadian luar biasa. Kelompok

risiko tinggi meliputi anak berumur 5-9 tahun, Filipina danMalaysia melaporkan banyak kasus

berumur <15 tahun walaupun Thailand, Myanmar, Indonesia dan Vietnam tetap melaporkan

banyak kasus di bawah 14 Tahun. Kasus DBD >15 tahun banyak di jumpai di Amerika dari pada

Asia, dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 proporsi kasus DBD terbanyak pada kelompok

umur 4-5 tahun tetapi pada tahun 1998 dan tahun 2000 proporsi kasus pada kelompok umur 15-

44 tahun meningkat.31 Hasil penelitian Jonson (2004)proporsi penderita DBD rawat inap di RS

St. Elisabeth Medan, umur ≥ 15 tahun(67,5%) dan <15 tahun (32,5%).Laki-laki (53,3%) dan

perempuan (46,7%).36

Universitas Sumatera Utara

Page 9: USU dss

Hasil penelitian Essy (2009) proporsi penderita DBD rawat inap di RSU. DR. Pirngadi Medan,

umur penderita tertinggi pada kelompok umur 10-14 tahun (26%) dan proporsi umur penderita

terendah pada kelompok umur 30-34 tahun (0,9%). Laki-laki (48,1%) dan perempuan

(51,9%).23

b. Tempat

DBD dapat terjadi di daerah perkotaan maupun pedesaan. Di Daerah perkotaan bertindak sebagai

vektor utama adalah Aedes aegypti sedang di daerah pedesaan nyamuk Aedes albopictus. Namun

tidak jarang kedua spesies nyamuk tersebut di jumpai baik daerah pedesaan maupun

perkotaan.37

Sejak pertama kali dilaporkan di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968, penyakit DBD makin

menyebar, jika pada mulannya hanya dilaporkan dari kota-kota besar di Jawa, sekarang hampir

seluruh kota besar di Indonesia pernah melaporkan adanya penyakit DBD, bahkan kota-kota

kecil dan tempat terpencilpun pernah terserang.37

Sampai akhir tahun 2005, DBD telah ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia dan 35

Kab/Kota telah melaporkan adanya kejadian Luar Biasa ( KLB). IR meningkat dari per 100.000

penduduk adanya tahun 1968 menjadi 43,42 per 100.000 penduduk akhir tahun 2005.38

c. Waktu

Di daerah yang sangat endemik di Negara Filipina, Thailand, Myanmar, Malaysia, Singapura,

Indonesia, dan Vietnam musim epidemik terjadi di saat musim

Universitas Sumatera Utara

Page 10: USU dss

hujan yang hampir setiap tahun terjadi. Banyaknya penderita sesuai dengan keadaan curah hujan

yang hampir setiap tahun terjadi.31

Pola berjangkitnya infeksi virus Dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada

suhu yang panas (28-32°C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan tetap

bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak

sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di pulau

Jawa pada umumnya infeksi virus Dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga

kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.39

Hasil penelitian Essy (2009) penderita DBD rawat inap di RSU. DR. Pirngadi Medan, paling

banyak pada bulan Januari (22,1%) dan terendah pada bulan Februari dan Mei (2,9%).23

2.7.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian DBD28

Menurut Jhon Gordon terjadinya suatu penyakit disebabkan oleh lebih dari satu faktor (Multiple

Causal). Faktor-faktor tersebut adalah agent, pejamu (host), dan lingkungan ( environment).

a. Faktor Agent

Faktor agent adalah penyebab terjadinya suatu penyakit, dalam hal ini yang menjadi agent adalah

virus Dengue. Virus Dengue termasuk kelompok Arbovirus tergolong dalam genus Flaviviridae

dan dikenal 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia

ke II., sedangkan Dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus

Dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitive terhadap inaktivasi oleh dietil eter

Universitas Sumatera Utara

Page 11: USU dss

dan natrium dioksisiklat, stabil pada suhu 700C. Keempat serotipe telah ditemukan pada pasien

di Indonesia dengan Dengue 3 merupakan serotipe yang paling banyak beredar.

b. Faktor Pejamu (host)

Pejamu yang dimaksud adalah manusia yang kemungkinan menderita DBD. Faktor manusia erat

kaitannya dengan perilaku serta peran dalam kegiatan pemberantasan vektor dimasyarakat.

Mobilitas penduduk yang tinggi akan memudahkan penularan virus dengue dari satu tempat ke

tempat lain. Faktor lainnya adalah umur dan kondisi individu masing-masing dalam

mempertahankan daya tahan tubuh dari serangan penyakit. Selain itu faktor pendidikan juga

mempengarguhi cara berfikir dalam penerimaan penyuluhan yang diberikan dan cara mengatasi

DBD.

c. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan adalah termasuk segala sesuatu yang berada diluar agent dan pejamu, antara

lain :

1. Kualitas pemukiman dan sanitasi lingkungan yang kurang baik merupaka kondisi ideal untuk

perkembangbiakan nyamuk vektor penyakit dan penularan penyakit.

2. Ketinggian tempat berpengaruh terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Pada

daerah ketinggian di atas 1000 meter dari permukaan laut tidak ditemukan vektor penular

penyakit.

3. Curah hujan akan menambah genangan air sebagai tempat perindukan dan menambah

kelembapan udara. Temperatur dan kelembapan selama musim hujan sangat kondusif untuk

kelangsungan hidup nyamuk.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: USU dss

4. Iklim dan temperatur, virus dengue hanya endemis diwilayah tropis dimana iklim dan

temperatur memungkinkan untuk perkembangbiakan nyamuk.

5. Kepadatan penduduk akan memudahkan penularan DBD karena berkaitan dengan jarak

terbang nyamuk aedes aegypti.

2.8. Pencegahan DBD

Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara utama yang dilakukan

untuk memberantas DBD, karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya

belum ada.40

2.8.1. Pencegahan Primer

Uapaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pada periode pre-

patogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit.

a. Host (Manusia)

Dapat dilakukan dengan cara membangun tubuh agar memiliki daya tahan yang kuat, sekalipun

terajangkit virus Dengue penyakitnya tidak terlalu berat. Tidak ada diet atau makanan khusus

yang bisa mencegah tubuh terhadap ancaman virus Dengue, makanan bergizi khususnya yang

berpotensi tinggi baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh , istirahat, olahraga dan mencegah

gigitan nyamuk juga penting untuk dilakukan.41

b. Agent (Virus Dengue)

Belum ada obat yang dapat membunuh virus Dengue, virus Dengue belum dapat dibasmi. Maka

satu-satunya cara dengan memotong rantai penularan penyakit DBD, dengan membasmi

vektornya. Virus Dengue berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidup nyamuk, jika nyamuk

mati dengan sendirinya virus Dengue akan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: USU dss

ikut mati. Sekalipun mungkin virusnya masih bisa hidup, diluar tubuh nyamuk bukanlah habitat

virus Dengue sehingga virus dapat bertahan hidup.41

c. Environment (Lingkungan)38

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan

nyamuk dewasa dan jentik nyamuk.

1. Pemberantasan Nyamuk Dewasa

Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan ( pengasapan)

dengan insektisida. Penyemprotan tidak di lakukan di dinding seperti pada pemberantasan

nyamuk penular malaria, tetapi pada benda-benda yang bergantungan karna nyamuk mempunyai

kebiasaan hinggap pada benda-benda bergantungan.

2. Pemberantasan Jentik

Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah pemberantasan sarang

nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dilakukan dengan cara:

a. Fisik

Cara ini dikenal dengan kegitan 3M yaitu: Menguras bak mandi, bak WC, dan lain-lain;

Menutup tempat penampungan air rumah tangga; serta Mengubur barang-barang bekas yang

menampung air.

b. Kimia

Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik ini

antara lain dikenal dengan istilah larvasidasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: USU dss

c. Biologi

Misalnya memelihara ikan pemakan jentik, seprti ikan kepala timah, ikan gupi, ikan

cupang/tempalo dan lain-lain.

2.8.2. Pencegahan Sekunder42

Upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belangsung (awal periode potogenesis)

dengan tujuan proses penyakit yang tidak berlanjut, pencegahan sekunder meliputi :

Diagnosis dini dan pengobatan segera

a. Diagnosis Dini

Diagnosa demam berdarah dengue ditegakkan dari gejala klinis dan hasil pemeriksaan darah

(laboratorium).

Gejala Klinis :

1. Demam tinggi mendadak bersifat akut 2-7 hari

2. Manifestasi hemoragi (sedikitnya tes tourniket positif)

3. Hepatomegali

4. Shock

Temuan laboratorium :

a. Trombositopenia (100.000/μl atau kurang), nilai trombosit normal 150.000/μl – 450.000/μl.

b. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit sedikitnya 20% diatas rata-rata), persentase

hematokrit normal 37% - 47%.

Dua dari observasi klinis, ditambah satu temuan laboratorium atau sedikitnya peningkatan

hematokrit, cukup untuk menentukan diagnosa DBD.

Page 15: USU dss

Universitas Sumatera Utara

Page 16: USU dss

Bila patokan hemokonsentrasi dan trombositopeni menurut kriteria WHO dipakai secara murni

maka banyak penderita DBD yang tidak terjaring dan luput dari pengawasan. Dalam kenyataan

di klinik tidak mungkin mengukur kenaikan hemokosentrasi pada saat penderita pertama kali

datang sehingga nilai hematokritlah yang dapat dipakai sebagai pegangan. Penelitian pada

penderita DBD berkesimpulan nilai hematokrit ≥ 40% dapat dipakai sebagai petunjuk adanya

hemokosentrasi dan selanjutnya diperhatikan kenaikannya selama pengawasan.

b. Pengobatan Segera

Terhadap virus Dengue tidak ada obat yang spesifik untuk memberantasnya pengobatan

ditujukan untuk mengatasi akibat perdarahan atau shock dan untuk meningkatkan daya tahan

tubuh penderita serta terapi simtomatik untuk mengurangi gejala dan keluhan penderita.

Keberhasilan tatalaksana DBD terletak pada bagian mendeteksi secara dini fase kritis yaitu saat

suhu turun yang merupakan fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan melakukan

observasi klinis disertai pemantauan perembesan plasma dan gangguan hemostasis. Fase kritis

umumnya terjadi pada hari ketiga sakit.

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simtomatik dan suportif. Tujuan pengobatan itu sendiri

adalah untuk mengganti cairan intravaskuler (volume plasma) yang hilang dalam memperbaiki

keadaan umum penderita, jenis tindakan pengobatan yang harus segera dilakukan adalah

penggatian cairan tubuh, dengan cara :

Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter sampai 2 liter air dalam 24 jam. Air yang dapat

diberikan antara lain teh manis, sirup, air gula, air buah dan oralit.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: USU dss

2.8.3. Pencegahan Tersier42

Upaya yang dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir periode patogenesisi) dengan

tujuan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi. Pencegahan tersier

dapat dilakuka dengan cara :

Pemberian cairan intravena diberikan pada kondisi penderita tidak memungkinkan untuk

diberikan cairan melalui oral, antipiretik seperti parasetamol diberikan jika diperlukan. Oksigen

tambahan dapat diberikan pada penderita dengan renjatan disertai sianosis, dan pemberian

antibiotik jika diduga ada infeksi sekunder. Transfusi darah diberikan pada keadaan manifestasi

perdarahan yang nyata.

Universitas Sumatera Utara