usu dss
DESCRIPTION
trtrkTRANSCRIPT
![Page 1: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/1.jpg)
1.1. Definisi Demam Berdarah Dengue
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat
terjadi pada semua kelompok umur terutama pada anak-anak.25
1.2 Proses Timbulnya Penyakit DBD
1.2.1. Demam Dengue
Demam dengue adalah penyakit demam akut selama 2-7 hari dengan dua atau
lebih manifestasi gejala, seperti : nyeri kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, ruam pada
kulit, manifestasi perdarahan, dan leukopenia serta di tunjang dengan pemeriksaan
laboratorium serologis IgM dan IgG.
1.2.2. Demam Berdarah Dengue
Gejala yang di timbulkan antara lain demam yang tinggi (380C – 40oC),
manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai
timbulnya renjatan ( sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma
yang dapat menyebabkan kematian. Trombositopenia dengan hemokonsetrasi secara
bersamaan adalah temuan laboratorium klinis khusus dari DBD.27
1.2.3. Dengue Shock Syndrome
Dengue shock syndrom merupakan suatu keadaan yang sangat buruk, penderita
DBD dalam keadaan apapun perlu mendapatkan perawatan dan pemantauan yang
serius, terutama jika demam mendadak turun. Selain menjadi indikasi kesembuhan,
penurunan suhu tubuh sering menjadi gejala awal penderita memasuki tahap dengue
shock syndrome.
Tanda khas dari dengue shock syndrome antara lain kulit menjadi dingin,
kongesti, sianosis, nadi cepat, letargi kemudian menjadi gelisah dan dengan cepat
memasuki tahap kritis dari shock. Gejala yang sering sebelum shock adalah nyeri perut
akut. Pasien yang shock dalam bahaya kematian bila pengobatan yang tepat tidak
segera diberikan. Penderita akan sembuh dengan cepat setelah terapi penggantian
volume yang tepat.
![Page 2: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/2.jpg)
1.3. Agent Infeksius dan Vektor Penularan DBD
1.3.1. Agent Infeksius DBD
Agent Infeksius DBD adalah virus Dengue yang merupakan bagian dari famili
flaviviridae. Keempat serotipe virus Dengue (DEN-1, DEN-2,DEN-3, DEN-4) dapat
dibedakan dengan metode serologi. Infeksi pada manusia oleh salah satu serotipe
menghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang
sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara terhadap serotipe yang lain.3
Seseorang akan kebal seumur hidup terhadap serotip yang menyerang pertama kali,
namun hanya akan kebal dalam waktu 6 bulan - 5 tahun terhadap serotipe virus Dengue
lain.26 Virus Dengue tipe 3 merupakan serotipe yang terbanyak berhasil diisolasi,
disusul berturut-turut virus dengue tipe 1, virus dengue tipe 2 dan virus dengue tipe 4.
Virus dengue tipe 2 dan tipe 3 secara bergantian merupakan serotipe yang
dominan, namun virus dengue tipe 3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat (DBD
derajat IV, DBD disertai ensefalopati, DBD disertai hematemesis dan melena,dan DBD
yang meninggal).
1.3.2. Vektor Penularan DBD
Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor penularan virus
Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Aedes aegypti
merupakan vektor penting di daerah perkotaan (daerah urban) sedangkan di pedesaan
(daerah rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam penularan.
Namun Aedes Aegypti berkembang biak di tempat lembab dan genangan air bersih.
Sedangkan Aedes albopictus berkembang biak di lubang-lubang pohon, dalam
potongan bambu dan genangan air lainnya.
![Page 3: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/3.jpg)
Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti.
Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti
Telur→ Jentik→ Kepompong→Nyamuk dewasa
Gambar 2.1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti41
Pertumbuhan dan perkembangan telur sampai nyamuk dewasa memerlukan waktu kurang
lebih 7-14 hari.
![Page 4: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/4.jpg)
1.4. Cara penularan DBD
Gambar 2.2. Cara Penularan DBD
Virus Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, nyamuk
Aedes aegypti tersebut dapat mengandung virus Dengue pada saat menggigit manusia yang
sedang mengalami Viremi. Kemudian virus yang berada di kelenjer liur akan berkembang biak
dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada
manusia pada gigitan berikutnya. Di tubuh manusia, virus membutuhkan waktu masa tunas 4-6
hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia
kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami
viremi.
![Page 5: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/5.jpg)
1.5. Gejala Klinis DBD
Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari.31
Gejala DBD sangat bervariasi, WHO 1997 membagi 4 derajat:
Derajat I : Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi
perdarahan spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif.
Derajat II : Gejala –gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau
manifestasi perdarahan yang lebih berat.
Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, hipotensi,
sianosis disekitar mulut, kulitdingin dan lembab, gelisah,
Derajat IV: Shock berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
2.6. Tata Laksana DBD32
Tata laksana DBD sebaiknya berdasarkan berat ringanya penyakit yang ditemukan antara lain:
2.6.1. Kasus DBD yang diperbolehkan berobat jalan.
Penderita diperbolehkan berobat jalan jika hanya mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan
minum masih baik. untuk mengatasi panas diperbolehkan memberikan obat panas paracetamol.
Sebagian besar kasus DBD yang berobat jalan ini adalah kasus DBD yang menunjukkan
manifestasi panas hari pertama dan hari kedua.
2.6.2. Kasus DBD derajat I dan II
Pada hari ke-3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini mempunyai resiko
terjadinya shock.
Universitas Sumatera Utara
![Page 6: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/6.jpg)
2.6.3. Kasus DBD derajat III dan IV
Dengue shock syndrome termasuk kasus kegawatan yang membutuhkan penanganan secara
cepat dan perlu memperoleh cairan pengganti secara cepat. Biasanya di jumpai kelainan asam
basa dan elektrolit.
2.7. Epidemiologi DBD
Epidemi dengue dilaporkan sepanjang abad kesembilan belas dan awal abad keduapuluh di
Amerika, Eropa selatan, Afrika utara, Mediterania timur, Asia, Australia, dan pada beberapa
pulau di Samudra India, Pasifik selatan dan tengah serta Karibia.27
Kejadian luar biasa penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dicatat pertama kali terjadi
di Australia pada tahun 1897. Penyakit perdarahan serupa juga berhasil dicatat pada tahun 1928
saat terjadi epidemik di Yunani.33
Kejadian luar biasa pertama penyakit Demam Berdarah Dengue di Asia ditemukan di Manila
pada tahun 1954. Pada tahun 1958 terjadi Kejadian Luar Biasa penyakit Demam Berdarah
Dengue “Thai” yang ditemukan di Bangkok-Thonburi dan sekitarnya. Tahun 1960 di Singapura
ditemukan kasus Demam Berdarah Dengue dalam jumlah yang lebih banyak lagi dengan hasil
isolasi virus dengue menunjukkan tipe 1dan 2.29
Kejadian Luar Biasa penyakit Demam Berdarah Dengue terjadi juga di wilayah Asia lainnya.
Virus dengue tipe 1 dan 4 telah diisolasi dari penderita di kamboja pada tahun1961. Di Penang,
Malaysia Barat, penyakit Demam Berdarah Dengue ini pertama kali ditemukan pada tahun
1962.31
Universitas Sumatera Utara
![Page 7: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/7.jpg)
Tahun 1968, empat belas tahun sesudah kejadian Luar Biasa pertama di Manila, Demam
Berdarah Dengue dilaporkan untuk pertama kalinya di Indonesia yaitu berupa Kejadian Luar
Biasa penyakit Demam Berdarah Dengue di Jakarta dan Surabaya mencatat 58 kasus DBD
dengan 24 kematian (CFR=41,5%). Pada tahun beriktnya kasus DBD menyebar ke lain kota
yang ada di Indonesia dan di laporkan meningkat setiap tahunnya.29
Sejak tahun 1994, seluruh propinsi di Indonesia telah melaporkan terjadinya kasus DBD dan
daerah tingkat II yang melaporkan terjadinya kasus DBD juga meningkat. Namun angka
kematian menurun tajam dari 41,3% tahun 1968 menjadi 3% tahun 1984 dan sejak tahun 1991
CFR stabil dibawah 3% .25
Selama tahun 2003 di Indonesia tercatat 51.516 kasus (IR= 23,87; CFR= 1,5%); tahun 2004
tercatat 79.462 kasus (IR= 37,11; CFR= 1,2%); tahun 2005 tercatat 95.279 kasus (IR= 43,42;
CFR= 1,36%); tahun 2006 tercatat 114.656 kasus (IR= 52,48; CFR= 1,04%); dan tahun 2007
tercatat 158.115 kasus (IR= 71,78; CFR= 1,01%);tahun 2008 tercatat 137.469 kasus (CFR
0,86%);tahun 2009 tercatat 158.912 kasus (IR=35,7;CFR=0,89%).34
Tahun 2008 propinsi Jambi melaporkan CFR Demam Berdrah Dengue sebesar 3,67% dengan
isiden rate 8,64 per 100.000 penduduk, mengalami penurunan pada tahun 2009 dengan CFR
2,12%, Insiden Rate 7,96 per 100.000 penduduk. Propinsi lampung tahun 2008 melaporkan CFR
Demam Berdarah Dengue sebesar 0,83% dengan Insiden Rate 68,83 per 100.000 penduduk,
mengalami penurunan pada tahun 2009 ( IR= 24,85; CFR= 1,07%). Propinsi DKI Jakarta tahun
2008 (IR=
Universitas Sumatera Utara
![Page 8: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/8.jpg)
317,09; CFR= 0,09%) mengalami penurunan pada tahun 2009 (IR= 312,65; CFR= 0,11%).35
Di Propinsi Sumatera Utara Kasus DBD selalu terjadi setiap tahun. Pada tahun 2005 tercatat
sebanyak 3.723 kasus dengan CFR 1,80%. Pada tahun 2006 sebanyak 2.165 kasus dengan CFR
1,60%, dan pada tahun 2007 sebanyak 4.231 kasus dengan CFR 0,86%.22
Tahun 2007 Kabupaten Langkat melaporkan kasus Demam Berdarah Dengue dengan CFR
0,10%; Insiden Rate 98,00 per 1000 penduduk, mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan tahun 2008 (CFR= 0,19%; IR= 197,00).24
2.7.1. Distribusi Frekuensi
a. Orang
Selama awal tahun epidemi pada setiap negara penyakit DBD ini kebanyakan menyerang anak-
anak dan 95 % kasus yang di laporkan berumur <15 tahun. Walaupun demikian, berbagai negara
melaporkan bahwa kasus-kasus dewasa meningkat selama terjadi kejadian luar biasa. Kelompok
risiko tinggi meliputi anak berumur 5-9 tahun, Filipina danMalaysia melaporkan banyak kasus
berumur <15 tahun walaupun Thailand, Myanmar, Indonesia dan Vietnam tetap melaporkan
banyak kasus di bawah 14 Tahun. Kasus DBD >15 tahun banyak di jumpai di Amerika dari pada
Asia, dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 proporsi kasus DBD terbanyak pada kelompok
umur 4-5 tahun tetapi pada tahun 1998 dan tahun 2000 proporsi kasus pada kelompok umur 15-
44 tahun meningkat.31 Hasil penelitian Jonson (2004)proporsi penderita DBD rawat inap di RS
St. Elisabeth Medan, umur ≥ 15 tahun(67,5%) dan <15 tahun (32,5%).Laki-laki (53,3%) dan
perempuan (46,7%).36
Universitas Sumatera Utara
![Page 9: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/9.jpg)
Hasil penelitian Essy (2009) proporsi penderita DBD rawat inap di RSU. DR. Pirngadi Medan,
umur penderita tertinggi pada kelompok umur 10-14 tahun (26%) dan proporsi umur penderita
terendah pada kelompok umur 30-34 tahun (0,9%). Laki-laki (48,1%) dan perempuan
(51,9%).23
b. Tempat
DBD dapat terjadi di daerah perkotaan maupun pedesaan. Di Daerah perkotaan bertindak sebagai
vektor utama adalah Aedes aegypti sedang di daerah pedesaan nyamuk Aedes albopictus. Namun
tidak jarang kedua spesies nyamuk tersebut di jumpai baik daerah pedesaan maupun
perkotaan.37
Sejak pertama kali dilaporkan di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968, penyakit DBD makin
menyebar, jika pada mulannya hanya dilaporkan dari kota-kota besar di Jawa, sekarang hampir
seluruh kota besar di Indonesia pernah melaporkan adanya penyakit DBD, bahkan kota-kota
kecil dan tempat terpencilpun pernah terserang.37
Sampai akhir tahun 2005, DBD telah ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia dan 35
Kab/Kota telah melaporkan adanya kejadian Luar Biasa ( KLB). IR meningkat dari per 100.000
penduduk adanya tahun 1968 menjadi 43,42 per 100.000 penduduk akhir tahun 2005.38
c. Waktu
Di daerah yang sangat endemik di Negara Filipina, Thailand, Myanmar, Malaysia, Singapura,
Indonesia, dan Vietnam musim epidemik terjadi di saat musim
Universitas Sumatera Utara
![Page 10: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/10.jpg)
hujan yang hampir setiap tahun terjadi. Banyaknya penderita sesuai dengan keadaan curah hujan
yang hampir setiap tahun terjadi.31
Pola berjangkitnya infeksi virus Dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada
suhu yang panas (28-32°C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan tetap
bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak
sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di pulau
Jawa pada umumnya infeksi virus Dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga
kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun.39
Hasil penelitian Essy (2009) penderita DBD rawat inap di RSU. DR. Pirngadi Medan, paling
banyak pada bulan Januari (22,1%) dan terendah pada bulan Februari dan Mei (2,9%).23
2.7.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian DBD28
Menurut Jhon Gordon terjadinya suatu penyakit disebabkan oleh lebih dari satu faktor (Multiple
Causal). Faktor-faktor tersebut adalah agent, pejamu (host), dan lingkungan ( environment).
a. Faktor Agent
Faktor agent adalah penyebab terjadinya suatu penyakit, dalam hal ini yang menjadi agent adalah
virus Dengue. Virus Dengue termasuk kelompok Arbovirus tergolong dalam genus Flaviviridae
dan dikenal 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia
ke II., sedangkan Dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus
Dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitive terhadap inaktivasi oleh dietil eter
Universitas Sumatera Utara
![Page 11: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/11.jpg)
dan natrium dioksisiklat, stabil pada suhu 700C. Keempat serotipe telah ditemukan pada pasien
di Indonesia dengan Dengue 3 merupakan serotipe yang paling banyak beredar.
b. Faktor Pejamu (host)
Pejamu yang dimaksud adalah manusia yang kemungkinan menderita DBD. Faktor manusia erat
kaitannya dengan perilaku serta peran dalam kegiatan pemberantasan vektor dimasyarakat.
Mobilitas penduduk yang tinggi akan memudahkan penularan virus dengue dari satu tempat ke
tempat lain. Faktor lainnya adalah umur dan kondisi individu masing-masing dalam
mempertahankan daya tahan tubuh dari serangan penyakit. Selain itu faktor pendidikan juga
mempengarguhi cara berfikir dalam penerimaan penyuluhan yang diberikan dan cara mengatasi
DBD.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah termasuk segala sesuatu yang berada diluar agent dan pejamu, antara
lain :
1. Kualitas pemukiman dan sanitasi lingkungan yang kurang baik merupaka kondisi ideal untuk
perkembangbiakan nyamuk vektor penyakit dan penularan penyakit.
2. Ketinggian tempat berpengaruh terhadap perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Pada
daerah ketinggian di atas 1000 meter dari permukaan laut tidak ditemukan vektor penular
penyakit.
3. Curah hujan akan menambah genangan air sebagai tempat perindukan dan menambah
kelembapan udara. Temperatur dan kelembapan selama musim hujan sangat kondusif untuk
kelangsungan hidup nyamuk.
Universitas Sumatera Utara
![Page 12: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/12.jpg)
4. Iklim dan temperatur, virus dengue hanya endemis diwilayah tropis dimana iklim dan
temperatur memungkinkan untuk perkembangbiakan nyamuk.
5. Kepadatan penduduk akan memudahkan penularan DBD karena berkaitan dengan jarak
terbang nyamuk aedes aegypti.
2.8. Pencegahan DBD
Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara utama yang dilakukan
untuk memberantas DBD, karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya
belum ada.40
2.8.1. Pencegahan Primer
Uapaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pada periode pre-
patogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit.
a. Host (Manusia)
Dapat dilakukan dengan cara membangun tubuh agar memiliki daya tahan yang kuat, sekalipun
terajangkit virus Dengue penyakitnya tidak terlalu berat. Tidak ada diet atau makanan khusus
yang bisa mencegah tubuh terhadap ancaman virus Dengue, makanan bergizi khususnya yang
berpotensi tinggi baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh , istirahat, olahraga dan mencegah
gigitan nyamuk juga penting untuk dilakukan.41
b. Agent (Virus Dengue)
Belum ada obat yang dapat membunuh virus Dengue, virus Dengue belum dapat dibasmi. Maka
satu-satunya cara dengan memotong rantai penularan penyakit DBD, dengan membasmi
vektornya. Virus Dengue berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidup nyamuk, jika nyamuk
mati dengan sendirinya virus Dengue akan
Universitas Sumatera Utara
![Page 13: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/13.jpg)
ikut mati. Sekalipun mungkin virusnya masih bisa hidup, diluar tubuh nyamuk bukanlah habitat
virus Dengue sehingga virus dapat bertahan hidup.41
c. Environment (Lingkungan)38
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan
nyamuk dewasa dan jentik nyamuk.
1. Pemberantasan Nyamuk Dewasa
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan ( pengasapan)
dengan insektisida. Penyemprotan tidak di lakukan di dinding seperti pada pemberantasan
nyamuk penular malaria, tetapi pada benda-benda yang bergantungan karna nyamuk mempunyai
kebiasaan hinggap pada benda-benda bergantungan.
2. Pemberantasan Jentik
Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah pemberantasan sarang
nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dilakukan dengan cara:
a. Fisik
Cara ini dikenal dengan kegitan 3M yaitu: Menguras bak mandi, bak WC, dan lain-lain;
Menutup tempat penampungan air rumah tangga; serta Mengubur barang-barang bekas yang
menampung air.
b. Kimia
Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik ini
antara lain dikenal dengan istilah larvasidasi.
Universitas Sumatera Utara
![Page 14: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/14.jpg)
c. Biologi
Misalnya memelihara ikan pemakan jentik, seprti ikan kepala timah, ikan gupi, ikan
cupang/tempalo dan lain-lain.
2.8.2. Pencegahan Sekunder42
Upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belangsung (awal periode potogenesis)
dengan tujuan proses penyakit yang tidak berlanjut, pencegahan sekunder meliputi :
Diagnosis dini dan pengobatan segera
a. Diagnosis Dini
Diagnosa demam berdarah dengue ditegakkan dari gejala klinis dan hasil pemeriksaan darah
(laboratorium).
Gejala Klinis :
1. Demam tinggi mendadak bersifat akut 2-7 hari
2. Manifestasi hemoragi (sedikitnya tes tourniket positif)
3. Hepatomegali
4. Shock
Temuan laboratorium :
a. Trombositopenia (100.000/μl atau kurang), nilai trombosit normal 150.000/μl – 450.000/μl.
b. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit sedikitnya 20% diatas rata-rata), persentase
hematokrit normal 37% - 47%.
Dua dari observasi klinis, ditambah satu temuan laboratorium atau sedikitnya peningkatan
hematokrit, cukup untuk menentukan diagnosa DBD.
![Page 15: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/15.jpg)
Universitas Sumatera Utara
![Page 16: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/16.jpg)
Bila patokan hemokonsentrasi dan trombositopeni menurut kriteria WHO dipakai secara murni
maka banyak penderita DBD yang tidak terjaring dan luput dari pengawasan. Dalam kenyataan
di klinik tidak mungkin mengukur kenaikan hemokosentrasi pada saat penderita pertama kali
datang sehingga nilai hematokritlah yang dapat dipakai sebagai pegangan. Penelitian pada
penderita DBD berkesimpulan nilai hematokrit ≥ 40% dapat dipakai sebagai petunjuk adanya
hemokosentrasi dan selanjutnya diperhatikan kenaikannya selama pengawasan.
b. Pengobatan Segera
Terhadap virus Dengue tidak ada obat yang spesifik untuk memberantasnya pengobatan
ditujukan untuk mengatasi akibat perdarahan atau shock dan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh penderita serta terapi simtomatik untuk mengurangi gejala dan keluhan penderita.
Keberhasilan tatalaksana DBD terletak pada bagian mendeteksi secara dini fase kritis yaitu saat
suhu turun yang merupakan fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan melakukan
observasi klinis disertai pemantauan perembesan plasma dan gangguan hemostasis. Fase kritis
umumnya terjadi pada hari ketiga sakit.
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat simtomatik dan suportif. Tujuan pengobatan itu sendiri
adalah untuk mengganti cairan intravaskuler (volume plasma) yang hilang dalam memperbaiki
keadaan umum penderita, jenis tindakan pengobatan yang harus segera dilakukan adalah
penggatian cairan tubuh, dengan cara :
Penderita diberi minum sebanyak 1,5 liter sampai 2 liter air dalam 24 jam. Air yang dapat
diberikan antara lain teh manis, sirup, air gula, air buah dan oralit.
Universitas Sumatera Utara
![Page 17: USU dss](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022051622/55cf9a59550346d033a152bf/html5/thumbnails/17.jpg)
2.8.3. Pencegahan Tersier42
Upaya yang dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir periode patogenesisi) dengan
tujuan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi. Pencegahan tersier
dapat dilakuka dengan cara :
Pemberian cairan intravena diberikan pada kondisi penderita tidak memungkinkan untuk
diberikan cairan melalui oral, antipiretik seperti parasetamol diberikan jika diperlukan. Oksigen
tambahan dapat diberikan pada penderita dengan renjatan disertai sianosis, dan pemberian
antibiotik jika diduga ada infeksi sekunder. Transfusi darah diberikan pada keadaan manifestasi
perdarahan yang nyata.
Universitas Sumatera Utara