upi's amphitheatre building · pdf filemasyarakat+ dari+ berbagai+ aspek,+ baik+ itu+...
TRANSCRIPT
TF4041-‐TOPIK KHUSUS A
UPI’s Amphitheatre Building
OLEH:
Laksmana Hanif Nugroho -‐ 13310097
PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Kebutuhan untuk belajar telah menjadi kebutuhan yang umum dewasa ini, pendidikan bukan lagi sekedar hak bagi golongan tertentu saja, seperti orang-‐orang kaya ataupun golongan muda dari bangsa penjajah. Dan pendidikan bagi generasi muda Indonesia merupakan hal yang penting, mengingat bangsa ini memerlukan sumber daya manusia yang cakap dan handal dalam membangun masyarakat dari berbagai aspek, baik itu aspek ekonomi, teknologi, sosial, budaya, keamanan ataupun aspek-‐aspek lainnya. Maka, sebuah ruang yang dapat digunakan banyak orang untuk belajar adalah keharusan, khususnya mengingat jumlah generasi muda Indonesia yang membutuhkan pendidikan tidak sedikit. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang akustik ruang kelas, khususnya kelas dengan kapasitas murid atau pendengar dalam jumlah banyak. Jika akustik ruangan yang digunakan sebagai ruang kelas buruk, hal ini dapat berpengaruh terhadap aspek-‐aspek berikut yang kurang dari pendengar atau mahasiswa:
1. Pemahaman terhadap informasi dalam suara 2. Kemampuan membaca dan mengeja 3. Perilaku di dalam ruang kelas 4. Perhatian yang diberikan pada sang pemberi materi (atau dosen) 5. Konsentrasi 6. Pencapaian akademik[1]
Dan hal ini bahkan dapat memperburuk pemahaman yang dimiliki murid dengan beberapa masalah atau disabilitas seperti:
1. Kemampuan mendengar yang kurang atau tidak baik 2. Pendengaran yang terganggu sementara 3. Disabilitas dalam belajar 4. Kekurangan dalam memproses informasi auditori 5. Murid dengan bahasa induk yang berbeda dengan bahasa yang digunakan
pembicara 6. Penundaan suara atau bahasa 7. Kesulitan memberikan perhatian[1]
Salah satu ruangan, atau tepatnya bangunan, yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah Gedung Amphitheatre Universitas Pendidikan Indonesia. Ruangan utama gedung ini dikatakan dapat memfasilitasi hingga 500 orang peserta seminar atau mahasiswa yang akan mendengarkan pelajaran, terkait interaksi yang berlangsung apakah hanya interaksi searah yang kualitasnya baik ataukah interaksi dua arah sama baiknya juga saya sempat periksa dengan percobaan sederhana bersama teman saya dari UPI. Selain ruangan ini, gedung ini hanya memiliki toilet dan koridor. Sehingga dapat dikatakan bahwa gedung tersebut merupakan gedung yang khusus dibuat untuk memenuhi kebutuhan seminar atau ruang kelas tersebut.
Tampak Ruang Gedung Amphitheater dari Belakang Ruangan
Ruangan yang luas ini memiliki 4 buah speaker yang diatur agar suara dari microphone dapat didengar dengan jelas, dimana dua buah speaker terletak di sebelah kiri kursi pendengar, dan dua buah speaker terletak di sebelah kanan kursi pendengar.
Lokasi Speaker dalam Ruang Amphitheatre UPI
Speaker yang Digunakan pada Ruang Amphitheatre UPI
Selain itu, langit-‐langit di dalam ruangan ini juga diatur agar berundak-‐undak sedemikian rupa, sebagaimana yang umum kita lihat pada Ruang Kelas Topik Khusus A, yaitu Ruang Seminar TF 2. Hal ini akan membantu sang pembicara dalam mengarahkan suaranya ke para pendengar, karena suara yang mengarah ke atas akan dipantulkan ke arah telinga pendengar.
Langit-‐langit Ruangan Amphitheatre UPI
Selain itu, saya juga melakukan percobaan dengan teman saya dari UPI tersebut, dimana saya berdiri di panggung dan teman saya berdiri di dekat pintu di belakang ruangan, seperti yang terlihat pada gambar diatas. Kemudian kami saling bersahut-‐sahutan, kemudian bertukar posisi dan mengulang perilaku yang sama. Hasilnya, mengeluarkan sahutan dari atas panggung yang terdengar sampai ke belakang ruangan lebih mudah daripada mengeluarkan sahutan dari belakang ruangan dan terdengar sampai atas panggung.
Hal ini menunjukkan bahwa di atas panggung merupakan posisi yang tepat untuk menjadi sumber suara, dan sebagai pendengar yang ingin bertanya, diperlukan usaha sedikit lebih keras atau bantuan dari microphone dan sound system agar dapat menyampaikan pertanyaan pada pembicara. Hal berikutnya yang akan dibahas adalah gangguan dalam akustik ruang. Dalam ruang kelas, ada tiga hal yang perlu diperhatikan agar pendengar dapat menerima informasi dengan baik[2], yaitu:
1. Ambient Noise Ambient Noise adalah noise atau suara gangguan yang terdengar sebagai suara latar, dapat berasal dari dalam ruangan ataupun luar ruangan. Dalam hal ini, saat saya berada di ruangan itu kondisi di luar ruangan sedang sepi. Saya memang tidak melakukan pengukuran terhadap berapa dB suara di ruangan tersebut saat sepi, namun bunyi hujan yang agak deras tidak terlalu terdengar dari dalam ruangan. Selain itu, perlengkapan elektronik yang menyala waktu itu seperti lampu yang berada di ruangan tersebut juga tidak memberikan suara yang mengganggu. Hal yang tidak dapat dipastikan adalah interaksi antar pendengar di dalam ruangan dan perlengkapan elektronik yang saat itu tidak dinyalakan, seperti laptop dan proyektor. 2. Reverberation Reverberation adalah dengung yang dihasilkan saat ada suara yang dibunyikan di dalam ruangan tersebut. Dalam ruang tersebut, saya memang tidak melakukan pengukuran pasti terhadap berapa waktu dengungnya, karena saat itu saya juga tidak membawa perlengkapan yang dibutuhkan untuk merekam ataupun software seperti Yoshimasa yang diperlukan untuk mengolah data. Namun dari pendengaran saya dan teman saya saat ruangan tersebut kosong, suara yang sampai ke telinga kami jelas. 3. Signal to Noise (SNR) Ratio Signal to Noise (SNR) Ratio pada dasarnya adalah seberapa keras suara sang pembicara, jika dibandingkan dengan berbagai noise yang ada di dalam ruangan tersebut. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pemahaman dari apa yang ditangkap pendengar. Khususnya jika pendengarnya merupakan anak-‐anak yang belum mengerti suara mana yang perlu difokuskan untuk didengarkan, dan mudah terdistraksi oleh suara-‐suara yang ada di sekitarnya. Dalam hal ini, posisi duduk pendengar juga berpengaruh, sebagaimana hukum inverse square law yang berlaku.
Skema Inverse Square Law[2]
Tebal berikut mencakup berbagai standar yang diterapkan oleh beberapa standar yang ada dalam dunia akustik di ruang kelas
Tabel Standar Komponen Akustik di Ruang Kelas[2] Namun, untuk meningkatkan kejelasan suara atau akustik di ruang kelas demi ketersampaian materi yang lebih baik, ada beberapa hal yang dapat dimodifikasi[3], yaitu:
1. Modifikasi Eksternal Dalam hal ini, modifikasi eksternal berfungsi sebagai penyerap atau pengendali noise yang berasal dari luar ruangan, khususnya jika kita mengetahui arah bangunan atau lokasi yang potensial untuk menjadi sumber noise yang dapat mengganggu keberlangsungan proses belajar. Modifikasi tersebut tidak hanya berasal dari bentuk bangunan saja, bisa juga dengan meletakkan gundukan tanah atau menanam pepohonan untuk mengurangi pengaruh noise. Karena saat itu tidak ada noise dari luar selain hujan, maka saya tidak bisa berkomentar banyak dalam hal ini, karena saya tidak tahu dari bagian mana noise eksternal yang signifikan timbul. 2. Langit-‐langit Langit-‐langit merupakan cara paling efektif untuk menyerap noise berfrekuensi sedang atau tinggi. Selain itu langit-‐langit yang diatur dengan baik juga dapat mengarahkan atau memfokuskan suara ke tempat yang diinginkan sang perancang. Dalam hal ini, langit-‐langit berundak yang digunakan telah baik dalam memastikan ketersampaian suara hingga ke belakang ruangan, dan hal ini juga belum mempertimbangkan speaker yang digunakan.
3. Lantai Selain langit-‐langit, lantai juga bisa dimodifikasi. Misalnya dengan meletakkan karpet untuk meredam noise berfrekuensi tinggi dari suara atau pergerakan pendengar atau furniture dan perlengkapan yang ada di dalam ruangan. Ruangan ini menggunakan ubin yang umum ditemukan, dan jika noise internal dari interaksi antar pendengar dan perlengkapan elektronik masih berada pada level dibawah kerasnya suara yang dikeluarkan pembicara, maka tidak masalah menggunakan lantai ini. 4. Jendela Jenis jendela yang digunakan juga akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berapa banyak suara yang masuk, serta berapa banyak cahaya matahari dan panas yang ditransmisikan sehingga dapat menentukan apakah perlengkapan seperti Air Conditioner yang mengeluarkan noise akustik perlu digunakan atau tidak. Dan saya juga tidak bisa berkomentar banyak karena saya tidak mengetahui sumber noise yang umum dari luar sehingga saya tidak tahu apakah lokasi jendela di tempat seperti itu sudah tepat atau belum. Namun jika dinilai dari noise hujan yang tersebar merata di sekeliling ruangan, saya tidak melihat adanya masalah. 5. Pintu dan Dinding Pintu dan dinding dengan permukaan yang reflektif atau memantulkan suara dapat diatur dengan beberapa cara, seperti dengan membuat permukaannya tidak rata dan menjadikannya diffuser yang menyebarkan suara ke segala arah, memberi tambahan gorden untuk meningkatkan kemampuan menyerap suara noise dan mengurangi waktu dengung, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, saya juga tidak melihat ada masalah dari material kayu yang umum digunakan sebagai fondasi ruangan tersebut. 6. Penataan Tempat Duduk dan Furnitur Tubuh manusia memiliki permukaan yang menyerap suara. Merancang tempat duduk dengan mempertimbangkan atau mensimulasikan kondisi ruang dalam keadaan penuh akan sangat membantu dalam kejelasan akustik yang diterima seluruh ruang. Selain itu, beberapa furniture seperti jam dinding juga dapat memberikan noise tambahan sendiri bagi ruangan. Karena saat saya datang ruangan dalam keadaan kosong, suara terdengar jelas dari depan ke belakang, tapi saya juga belum mengetahui apakah semudah itu berkomunikasi saat ruangan sedang penuh. 7. Ventilasi Sistem HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning) merupakan sumber noise yang lumayan signifikan, karena itu harus diletakkan sejauh mungkin dari pendengar atau perlengkapan elektronik yang dapat terkena pengaruh. Namun dalam ruangan ini, kelihatannya Ventilating yang digunakan telah baik, sebab saya tidak melihat adanya Air Conditioner di dalam ruangan. Hal ini sangat membantu dalam menjaga level ambient noise di dalam ruangan tetap rendah.
8. Pencahayaan Beberapa luminer mengeluarkan noise yang konstan, baik dari segi ballast ataupun komponen lainnya. Noise dapat dikurangi dengan meletakkan lampu di dalam rumah (seperti celah khusus untuk lampu) di dalam langit-‐langit, yang dalam gedung ini telah dilakukan dengan memanfaatkan undakan yang ada di langit-‐langit. 9. Area dengan Tujuan Tertentu Daerah seperti lokasi papan mading atau rak buku juga dapat diposisikan sedemikian rupa untuk mengurangi waktu dengung ruangan serta menghalangi noise dari beberapa sumber di dalam ruang kelas seperti AC. Namun, di dalam ruangan ini hanya ada area pembicara di atas panggung dan area pendengar di bawah panggung, tidak ada area tertentu ataupun furniture yang dapat dirancang untuk menghambat noise. Meskipun memang saat kami datang pun tidak ada sumber noise yang terlihat signifikan, mungkin karena belum ada proyektor atau interaksi antar pendengar.
Yang jelas, ada baiknya jika kita dapat merancang sebuah ruangan dengan akustik yang efektif dalam menyampaikan materi, khususnya bagi pendengar dalam jumlah banyak dengan mengetahui semua hal ini. Masih banyak hal yang perlu dikerjakan dan dilakukan, dan pekerjaan seperti tugas membangun bangsa akan lebih mudah dibereskan jika orang-‐orang yang terlibat memiliki kapasitas dan ilmu yang memadai dalam melakukannya, bukan?
Daftar Pustaka [1] http://www.asha.org/public/hearing/Classroom-‐Acoustics/ [2] http://www.classroomhearing.org/acoustics.html [3] http://web.mnstate.edu/slhs/clinics/apd/modificationsthatimproveclassroomacoustics.dot