upaya strategis dalam meningkatkan layanan...
TRANSCRIPT
UPAYA STRATEGIS DALAM MENINGKATKAN LAYANAN BIMBINGAN
KONSELING
DI MTS NU NURUL HUDA SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata (SI)
Jurusan Kependidikan Islam
Disusun Oleh:
Lilif Muallifatul Khorida FilasofaNIM.063311032
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
MOTTO
žcÎ)…©!$#ŸwçŽÉi•tóãƒ$tBBQ öq s)Î/4Ó®Lym(#rçŽÉi•tóãƒ$tBöN ÍkŦàÿRr' Î/3
”.....Sesungguhnya allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri .... ”
(QS. Al-Ra’d:11)1
1 Syamsuddin bin Mahrus Ali, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Darus Sunnah, 2007),hlm 251.
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, karya ini peneliti persembahkan kepada:
1. Abah Drs. H. Bisri Sofwan tersayang dan Umi Hj. Jannati tercinta atas kasih
sayangnya, pengorbanan, motivasi dan untaian do’a yang tiada hentinya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
2. Adik tersayang (M. Sabiq Kamalul Haq), adik yang selalu memberi motivasi
dan doa untuk kakaknya
3. Kakak tersayang yang selalu menemani hari-hariku
4. Bapak Fahrurrozi M.Ag dan Bapak Drs. H. Abdul Wahid, M.Ag yang telah
membimbing dan memberi motivasi yang luar biasa dalam proses pembuatan
karya ini
5. Keluarga Besar Racana Walisongo Semarang Gugus Depan Kota Semarang
07.119-07.120 yang selalu memberi warna keceriaan serta pengalaman hidup
yang penuh arti bagi penulis
6. Para pembaca dan pecinta ilmu yang budiman
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini
tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga
skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain kecuali informasi yang terdapat dalam
referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 13 Desember 2010
Deklarator,
Lilif Muallifatul Khorida Filasofa NIM: 063311032
ABSTRAK
Lilif Muallifatul (NIM: 063311032) Upaya Strategis Dalam Meningkatkan LayananBimbingan Konseling Di MTs NU Nurul Huda Semarang. Skripsi Program Strata I JurusanKependidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2010.
Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mengetahui kondisi awal pelaksanaan layananbimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang. 2) Untuk mengetahui programpeningkatan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang. 3) Untukmengetahui hasil program peningkatan layanan bimbingan konseling di MTs NU NurulHuda Semarang
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangan dengan teknik pengumpulandata yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian iniberupa teknik analisis deskriptif, yaitu metode analisis data yang berupa kata-kata.
Temuan penelitian ini yaitu meliputi: 1) Kondisi awal layanan bimbingan konselingdi MTs NU Nurul Huda dapat diketahui, bahwa pelaksanaan bimbingan dan konselingsebelum diadakan suatu peningkatan oleh guru pembimbing masih terdapat penataan yangbelum sistematis dan optimal hal itu terlihat dari fasilitas pendukung pelaksanaan jasalayanan bimbingan konseling yang belum memadai yaitu ruang BK, keberadaan gurupembimbing periode sebelum diadakan peningkatan belum sesuai dengan kualifikasiakademik dan kompetensi seorang konselor, pelaksanaan pembelajaran di dalam kelasselama 2 jam belum diadakan, serta masih adanya penyimpangan-penyimpangan yangdilakukan oleh peserta didik. 2) Program peningkatan yang dilakukan oleh koordinator gurupembimbing adalah dengan membuat ruang bimbingan dan konseling beserta perlengkapanyang dibutuhkan, melaksanakan bimbingan secara klasikal di ruang kelas dengan terjadwal.Sedangkan strategi yang diterapkan guru pembimbing dalam meningkatkan layananbimbingan konseling adalah strategi model sosial, model tersebut diterapkan pada prosesbimbingan maupun dalam proses pemecahan masalah serta pembelajaran didalam kelasdengan mengadakan penyuluhan kesehatan dengan memanfaatkan jasa layanan bimbingankonseling. 3) Hasil program peningkatan secara keseluruhan telah dilaksanakan sertaadannya peningkatan pengunjung pada proses pelaksanaan layanan bimbingan konseling diruang bimbingan konseling, sebelum diadakannya suatu peningkatan masih terdapatbeberapa pelanggaran sedangkan setelah diadakan peningkatan turun. Adapun hasil prestasipeserta didik juga naik dari tahun 2005/2006 nilai rata-rata ujian nasional 23,23 sedangkanpada tahun 2009/2010 naik sebesar 33,34. Sehingga upaya peningkatan tersebut telahdilaksanakan secara keseluruhan.
Selanjutnya, semoga penelitian ini diharapkan menjadi khazanah dan masukan bagiguru dan pengelola MTs NU Nurul Huda Semarang, bahan informasi bagi civitasakademika dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAINWalisongo Semarang.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, serta ridha-Nya kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
Strategi Peningkatan Layanan Bimbingan Konseling Terhadap Peserta Didik di MTs
NU Nurul Huda Semarang, yang penulis susun dalam karya ilmiah skripsi. Shalawat
dan salam senantiasa tersanjung kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW, beserta
keluarga, sahabat, dan umatnya.
Pada kesempatan ini, perkenankan penulis sampaikan rasa terima kasih yang
tiada terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dan mendukung dalam proses
penyusunan skripsi penulis, terutama kepada:
1. Dr. H. Suja’I M. Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
2. Ismail SM, M. Ag selaku Ketua Jurusan dan Dr. Musthofa M. Ag selaku
Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam atas masukan dan semangatnya.
3. Fahrurrozi, M. Ag selaku Pembimbing I dan Drs. Abdul Wahid M. Ag selaku
Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
membimbing serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Para dosen staf pengajar dan pegawai di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang yang telah membekali penulis berbagai pengetahuan.
5. Kepala Madrasah MTs NU Nurul Huda Semarang Bapak Drs H Ajma’in Yahya
dan Koordinator guru BK, beserta semua staf pengajar dan pegawai MTs NU
Nurul Huda Semarang, terima kasih atas bantuan dan dukungan datanya selama
penelitian.
6. Abah Drs. H. Bisri Sofwan tersayang dan Umi Hj. Jannati tercinta atas kasih
sayangnya, pengorbanan, motivasi dan untaian do’a yang tiada hentinya, sehingga
penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat Jurusan KI angkatan 2006, Keluarga Besar Racana Walisongo
Semarang Gugus Depan Kota Semarang 07.119-07.120 yang selalu memberi
warna keceriaan serta pengalaman hidup yang penuh arti bagi penulis semoga
persahabatan kita akan terus terjaga selamanya.
8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kepada mereka semua peneliti tidak dapat memberi apa-apa yang berarti, hanya
do’a semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik balasan serta
selalu dalam lindungan-Nya.
Penulis sadar bahwa dalam penelitian skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kekeliruan, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan
untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Ucapan terima kasih yang dapat penulis haturkan, semoga amal dan jasa yang
telah diberikan menjadi amal yang baik dalam kehidupan ini serta diterima oleh Allah
SWT. Dan pada akhirnya, semoga skripsi bermanfaat. Amin
Semarang, 13 Desember 2010
Peneliti,
Lilif Muallifatul Khorida Filasofa NIM: 063311032
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... vi
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................ vii
HALAMAN KATA PENGANTAR............................................................ viii
HALAMAN DAFTAR ISI .......................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................. 7
D. Penegasan Istilah.................................................................. 8
E. Tinjauan Pustaka ................................................................. 9
F. Metodologi Penelitian ......................................................... 10
BAB II STRATEGI PENINGKATAN LAYANAN BIMBINGAN
KONSELING
A. Konsep Bimbingan Konseling ............................................... 16
B. Manajemen Strategi .............................................................. 35
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Umum MTs NU Nurul Huda Semarang ................ 44
B. Kondisi Awal Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling di MTs
NU Nurul Huda Semarang .................................................... 49
C. Program Peningkatan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU
Nurul Huda Semarang........................................................... 55
D. Hasil Program Peningkatan Layanan Bimbingan Konseling di
MTs NU Nurul Huda Semarang ............................................ 61
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Analisis Kondisi Awal Pelaksanaan Layanan Bimbingan
Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang ...................... 74
B. Analisis Program Peningkatan Layanan Bimbingan Konseling di
MTs NU Nurul Huda Semarang ............................................ 81
C. Analisis Hasil Program Peningkatan Layanan Bimbingan
Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang ....................... 84
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................. 85
B. Saran-saran .......................................................................... 87
C. Penutup ................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan masyarakat Indonesia bertujuan membangun manusia
Indonesia seutuhnya dan membangun seluruh masyarakat Indonesia. Manusia
merupakan kekuatan utama pembangunan dan sekaligus tujuan dari pembangunan.
Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kualitas manusia sebagai sumber daya
manusia (SDM). Dalam usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
Indonesia, pendidikan merupakan kunci pokok untuk menjawab tantangan zaman.
Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia,
sekaligus mengangkat manusia dari berbagai ketinggalan. Melalui pendidikan,
selain diperoleh kepandaian berolah pikir, juga akan diperoleh wawasan baru yang
kesemuanya akan membantu upaya manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya,
baik sebagai pribadi yang dewasa maupun sebagai anak bangsa.
Pada masyarakat yang semakin maju, masalah identitas pada individu
menjadi semakin rumit, hal ini disebabkan oleh tuntutan masyarakat maju kepada
anggota-anggotanya menjadi lebih berat, persyaratan untuk dapat diterima menjadi
anggota masyarakat bukan hanya kematangan fisik, melainkan juga kematangan
mental psikologis, kultural, vokasional, intelektual dan religius, kerumitan ini akan
terus meningkat pada masyarakat yang sedang membangun, akan merupakan
tantangan pula bagi individu.2
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa negara. 3 Selain itu lembaga pendidikan pada umumnya dan sekolah-sekolah
khususnya merupakan tumpuan harapan para orang tua, peserta didik, dan warga
masyarakat guna memperoleh pengetahuan, keterampilan sikap dan sifat-sifat
2 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:Rineka Cipta, 2000), hlm 2.
3 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), hlm 5.
kepribadian utama sebagai sarana pengembangan karir, peningkatan status sosial
dan bekal hidup.
Namun demikian proses belajar mengajar di sekolah juga tidak terlepas dari
berbagai hambatan atau permasalahan yang harus dihadapi dalam pendidikan, Untuk
itu suatu kegiatan pendidikan yang baik dan ideal hendaknya mencakup tiga bidang
dalam pendidikan sekolah, ketiga bidang tersebut adalah bidang pengajaran, bidang
pendidikan, dan bidang pimpinan sekolah, ketiga bidang ini harus bekerjasama
mencapai tujuan pendidikan sekolah.4
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengharuskan sekolah untuk
mengalokasikan 2 (dua) jam pelajaran per minggu bagi pelajaran pengembangan
diri.5 Hal ini berati di setiap sekolah paling tidak harus dialokasikan 2 jam pelajaran
bagi guru bimbingan konseling untuk mengadakan bimbingan secara klasikal.
Namun dalam praktiknya, beberapa sekolah bahkan meniadakan jam khusus untuk
layanan bimbingan klasikal kepada siswa. Layanan bimbingan klasikal biasanya
dilakukan apabila ada guru yang berhalangan hadir dan jam pelajaran ini
dimanfaatkan bagi guru Bimbingan Konseling untuk mengadakan layanan
bimbingan kelompok/klasikal.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa manajemen sekolah belum memberikan
tempat yang memadai bagi layanan bimbingan di sekolah. Beberapa hal yang diduga
menjadi penyebab atau melatarbelakangi kebijakan sekolah tersebut antara lain:
1. Sekolah masih memfokuskan pada pengembangan kompetensi akademis atau
kognitif saja. Apalagi dengan adanya Ujian Nasional, maka siswa-siswa di
tingkat akhir lebih difokuskan untuk mata pelajaran yang di-Ujian Nasional-kan.
2. Penentu kebijakan (manajemen sekolah) memahami Bimbingan Konseling
hanya sebagai pertemuan individual saja (konseling) terutama untuk mengatasi
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh siswa (fungsi kuratif).
3. Tidak adanya program bimbingan konseling yang berkualitas yang sesuai
dengan kebutuhan membuat siswa, pengelola sekolah dan stakeholder sulit
memberikan kepercayaan pada bimbingan konseling. Pengelola atau guru
4 W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: PT.Gramedia, 1991),hlm 22.
5 Khairuddin, Mahfud Junaidi dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jogjakarta:Nuansa Aksara, 2007), hlm 97.
bimbingan konseling selama ini masih menganggap bahwa program bimbingan
konseling merupakan daftar aktifitas yang mengacu pada pola 17 tetapi tidak
menonjolkan isi yang akan digarap untuk mengembangkan aspek afektif, nilai,
sikap dan prilaku positif siswa.6
Kebijakan meniadakan jam bimbingan kelompok/klasikal ini mengakibatkan
fungsi pengembangan kemampuan siswa, fungsi pencegahan dan fungsi
pemeliharaan bimbingan dan konseling dalam aspek perkembangan personal
edukasional dan karir tidak dapat dijalankan secara utuh. Ketidakmengertian dan
prasangka manajemen sekolah bahwa bimbingan dan konseling hanya membuang-
buang waktu dan tidak memberikan sumbangan yang berarti pada perkembangan
siswa menyebabkan sulitnya mendapatkan dukungan sekolah terhadap program
bimbingan dan konseling.
Kenyataan menunjukkan bahwa manusia dalam kehidupan sering
menghadapi persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi,
persoalan yang lain timbul, demikian seterusnya. Berdasarkan atas kenyataan bahwa
manusia tidak sama antara satu dengan yang lainnya, baik dalam sifatnya maupun
kemampuannya, maka ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa
bantuan dari pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak sanggup mengatasi
persoalannya tanpa bantuan atau pertolongan dari orang lain. Permasalahan yang
dialami para siswa di sekolah seringkali tidak dapat dihindari meski dengan
pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi disebabkan karena sumber-
sumber permasalahan siswa banyak yang terletak di luar sekolah. Apabila misi
sekolah menyediakan pelajaran yang luas untuk secara efektif membantu siswa
mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan dan kemudahan yang
diselenggarakan sekolah perlu diarahkan kesana. Disinilah alasan mengapa
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat diperlukan, yaitu untuk
membantu siswa agar berkembang optimal.
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah berperan penting bagi
perkembangan pribadi siswa, baik sosial, emosional maupun intelektualnya. Pada
diri siswa akan tumbuh motivasi, kesadaran dirinya dan kemampuan-
6 Machfud Herman, ”Manajemen Bimbingan dan Konseling”http://machfudherman.wordpress.com/2010/02/04/manajemen-bimbingan-dan-konseling/, diunduh padatanggal 15 Agustus 2010.
kemampuannya sehingga memberi peluang untuk sukses belajarnya. Untuk itu agar
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa perlu adanya kerjasama antara siswa dan
layanan bimbingan konseling di sekolah dengan baik, Jenis dan isi layanan
bimbingan dan konseling yang dapat memberikan hasil yang nyata bermanfaat
merupakan bahan atau materi yang perlu dipilih dan dipersiapkan sebaik-baiknya,
sedangkan proses dan hasil-hasil yang nyata bermanfaat merupakan tujuan dari
pelaksanaan layanan. Dengan hasil yang nyata bermanfaat, bimbingan dan
konseling dapat tumbuh dan berkembang, dapat menggunakan kemampuannya yang
lebih besar, dan dapat memberikan kesejahteraan yang lebih besar pada warga
sekolah.7
Pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peranan yang penting pada
setiap tingkat satuan pendidikan. Pada saat ini pelayanan bimbingan dan konseling
dirasakan semakin penting, sejalan dengan adanya perubahan global dan
diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan, untuk itu layanan bimbingan
konseling di sekolah diharapkan menjalankan program sesuai yang direncanakan,
serta perlunya perubahan-perubahan teknik yang digunakan. Sehingga layanan bisa
dilakukan melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan siswa yang
berkenaan dengan permasalahan ataupun kebutuhan tertentu yang dirasakannya.
Sedangkan kegiatan pendukung dilaksanakan tanpa harus kontak langsung, dengan
tujuan untuk mempermudah dan meningkatkan kelancaran serta keberhasilan
kegiatan pelayanan. Layanan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan oleh
siswa, dari semenjak mereka memasuki sekolah di hari pertama, yaitu membantu
berorientasi terhadap situasi, kondisi dan segala hal baru bahkan dirasakan asing
bagi mereka.
Berawal dari permasalahan tersebut diperlukannya strategi yang tepat untuk
meningkatkan layanan agar sekolah dalam melaksanakan layanan bimbingan dapat
terlaksana secara terorganisir dengan mempertimbangkan semua aspek atau faktor
yang ikut mempengaruhi penyelenggaraan bimbingan di sekolah seperti
administrasi, organisasi, personalia, program, fasilitas, serta aspek lain seperti
masalah-masalah yang mungkin timbul, sehingga pencapaian pribadi optimal pada
7 Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: PustakaPelajar,2008), hlm 14.
peserta didik terwujud sebagai bukti tercapainya tujuan pendidikan yang
diselenggarakan.
Keberadaan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang
merupakan salah satu upaya pendukung sekolah dalam upaya membantu siswa
mengatasi segala permasalahan agar dapat berprestasi dan berkembang secara
optimal, sehingga visi dan misi sekolah merupakan tujuan universal sebuah institusi
atau lembaga untuk mengarahkan dan menjadi barometer keberhasilan tujuan yang
ingin dicapai. Tugas MTs NU Nurul Huda Semarang ini sesuai dengan fungsi
adanya Bimbingan dan Konseling di sekolah yaitu membantu tenaga pendidik
lainnya dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar berjalan lancar sesuai
dengan tujuan pendidikan.
Peserta didik di MTs NU Nurul Huda Semarang selain sebagai siswa juga
sebagian ada yang menjadi santri di lingkungan sekolah tersebut, hal ini
dimungkinkan akan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh peserta
didik terutama dengan jumlah pelajaran yang banyak (pelajaran umum di sekolah
dan pelajaran agama di lingkungan pesantren) memunculkan permasalahan-
permasalahan baru yang akan menghambat proses belajar mengajar di sekolah.
Sehubungan dengan pemikiran diatas, penulis tertarik untuk mengkaji secara
lebih mendalam tentang strategi peningkatan layanan yang dilakukan oleh MTs NU
Nurul Huda Semarang, disini peneliti akan memaparkan usaha-usaha yang
dilakukan MTs NU Nurul Huda Semarang dalam meningkatkan layanan terhadap
peserta didik, karena sebelumnya upaya peningkatan tersebut belum terlaksana
dengan baik, kemudian upaya meningkatkan profesionalnya dalam hal ini tenaga
konselor merencanakan program-program yang berfokus pada suatu peningkatan
layanan terhadap peserta didik serta bagaimana cara dalam melaksanakannya yang
disesuaikan dengan keadaan peserta didik. Untuk itu diperlukan strategi-strategi
yang tepat dalam usaha meningkatkan layanan guna memberikan sesuatu yang
terbaik kepada peserta didik, sehingga dalam mengadakan peningkatan diperlukan
kerja sama antar seluruh komponen di sekolah agar usaha meningkatkan layanan
dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
Usaha untuk membantu serta mengatasi hal tersebut sekolah perlu
menyediakan guru bimbingan konseling yang profesional sehingga membantu
mengatasi hambatan-hambatan yang muncul pada peserta didik serta upaya
mensinergikan program-program bimbingan dan konseling dalam sebuah layanan
agar dalam pelaksanaannya berjalan lancar, terarah dan sistematis.
Berangkat dari permasalahan diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang “
Upaya Strategis Dalam Meningkatkan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU
Nurul Huda Semarang”.
B. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini dapat terarah dan mencapai tujuan sebagaimana yang
diharapkan, maka penelitian ini merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi awal pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs NU
Nurul Huda Semarang?
2. Bagaimana program peningkatan layanan bimbingan konseling di MTs NU
Nurul Huda Semarang?
3. Bagaimana hasil program peningkatan layanan bimbingan konseling di MTs NU
Nurul Huda Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Dengan berbagai permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai penulis
adalah:
1. Untuk mengetahui kondisi awal pelaksanaan layanan bimbingan konseling di
MTs NU Nurul Huda Semarang
2. Untuk mengetahui program peningkatan layanan bimbingan konseling di MTs
NU Nurul Huda Semarang
3. Untuk mengetahui hasil program peningkatan layanan bimbingan konseling di
MTs NU Nurul Huda Semarang
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan
masukan yang bermanfaat, dalam rangka meningkatan prestasi belajar dan
peningkatan kedisiplinan peserta didik.
b. Bagi Guru
Memberikan informasi dan membantu mengidentifikasi kebutuhan
dalam pelaksanaan bimbingan konseling, sehingga layanan terhadap peserta
didik menjadi lebih professional dan sistematis, sehingga hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk dapat membimbing
dan memberikan dukungan kepada peserta didik yang mengalami
problematika.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan judul skripsi ini,
maka penulis perlu menjelaskan istilah sebagai berikut:
1. Strategi Peningkatan
Strategi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berhubungan dengan siasat
perang atau ilmu siasat perang. Tetapi juga berarti rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.8
Peningkatan adalah suatu usaha meningkatkan kemampuan sesuai yang
diinginkan dengan mengadakan hal-hal yang baru pada proses pencapaian
tersebut.
2. Layanan
Layanan adalah memberikan bantuan khusus kepada peserta didik untuk
memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri, dan integrasi sosial yang lebih
baik sehingga dapat menyesuaikan dengan dirinya maupun lingkungannya.
3. Bimbingan
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada
seseorang atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh
pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang
8 Suharso, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV Widya Karya, 2009), hlm 500.
mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.9
4. Konseling
Konseling adalah suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata
atau suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan tatap muka, antara konselor
dan konseli yang berisi usaha yang laras unik dan manusiawi yang dilakukan
dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku.10
Jadi yang dimaksud dengan strategi peningkatan layanan bimbingan
konseling adalah suatu proses penentuan rencana atau cara untuk meningkatkan
layanan bimbingan konseling dengan disertai upaya bagaimana peningkatan
layanan dilakukan dengan program-program tertentu yang disesuaikan dengan
keadaan sekolah dan peserta didik, sehingga diharapkan hasil dari program-
program peningkatan dapat membantu peserta didik dalam memanfaatkan
potensi yang dimiliki secara optimal serta dapat meningkatkan prestasi belajar,
sehingga kualitas layanan fokusnya diarahkan ke pelanggan dalam hal ini
peserta didik, orang tua peserta didik, madrasah dan masyarakat.
F. Tinjauan Pustaka
Sebelum penulis mengadakan penelitian tentang Upaya Strategis Dalam
Meningkatkan Layanan Bimbingan Konseling Di MTs NU Nurul Huda Semarang
penulis dengan segala kemampuan yang ada berusaha menelusuri berbagai hasil
kajian antara lain:
1. Dwi Sulistyowati (Mahasiswa IAIN Walisongo), NIM: 3102131, lulus tahun
2006, dengan skripsinya studi tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan
implikasinya terhadap pemecahan masalah peserta didik di MAN Kendal.
Skripsi ini mengulas tentang pelaksanaan bimbingan konseling yang berkaitan
dengan pemecahan masalah peserta didik.11 Adapun temuan dalam skripsi ini
bahwasanya pelaksanaan manajemen bimbingan konseling di MAN Kendal
dapat membantu memecahkan masalah peserta didik di sekolah tersebut.
9 Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling diSekolah,(Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008), hlm 2
10 Ibid., hlm 311 Dwi Sulistyowati, Studi tentang Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dan Implikasinya
terhadap Pemecahan Masalah Peserta Didik di MAN Kendal.
2. Sudargono (Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang), NIM: 3103261, lulus tahun
2008, dengan skripsinya manajemen layanan bimbingan konseling di Sekolah
Dasar Islam Al-Azhar 25 Semarang . Skripsi ini mengulas tentang konsep
manajemen yakni unsur inti yang sering dikenal dengan POAC (Planning,
Organizing, Controlling, Evaluating) dan beberapa kasus yang dijumpai di
lapangan.12
Dua penelitian yang telah dilakukan oleh kedua peneliti di atas, tidak terjadi
persamaan secara substantif antar keduanya dengan kajian yang akan penulis teliti,
di sini penulis membahas bagaimana strategi yang dilakukan MTs NU Nurul Huda
dalam meningkatkan layanan, serta peneliti menyoroti kinerja guru pembimbing
yang baru dalam melaksanaan usaha peningkatan tersebut dengan beberapa program
yang dijalankan.
Dari beberapa penelitian diatas dapat dipahami bahwa kajian tentang
bimbingan konseling banyak dilakukan, tetapi yang mengaitkan dengan usaha
peningkatan layanan serta objek penelitian yang dilakukan penulis di MTs NU
Nurul Huda Semarang belum pernah dilakukan, sehingga penelitian tentang “Upaya
Strategis Dalam Meningkatkan Layanan Bimbingan Konseling Di MTs NU Nurul
Huda Semarang” layak untuk ditindak lanjuti.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini, termasuk jenis penelitian kualitatif, penelitian kualitatif
didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati dengan memaparkan keadaan objek yang diteliti.13
Penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan keseluruhan strategi peningkatan layanan bimbingan
konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang.
12 Sudargono, Manajemen Layanan Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 25Semarang
13 Nurul Zuriah, "Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan", Jakarta : PT. Bumi Aksara,2007, hlm. 92.
2. Fokus Penelitian
Sesuai dengan objek kajian skripsi ini, maka penelitiannya menggunakan
penelitian lapangan atau Field Research, Yakni penelitian yang langsung
dilakukan atau pada responden.14 Adapun fokus penelitian yang akan peneliti
teliti diantaranya tentang bagaimana kondisi awal pelaksanaan layanan
bimbingan konseling, bagaimana program peningkatan layanan bimbingan
konseling serta bagaimana hasil program peningkatan layanan bimbingan
konseling yang dilakukan MTs NU Nurul Huda Semarang.
3. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah “ subyek
dari mana data dapat diperoleh”.15 Adapun dalam penelitian ini, penulis
mengelompokkan penentuan sumber data menjadi dua buah data yaitu:
a. Data primer, yaitu data yang secara langsung didapatkan di lokasi atau objek
penelitian, adapun data diperoleh dari kepala sekolah, koordinator guru
pembimbing, siswa, untuk mengambil data tentang pelaksanaan bimbingan
konseling serta program-program peningkatan layanan yang dilaksanakan
MTs NU Nurul Huda Semarang.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada 16, data diperoleh
dari Ka. Tata Usaha (TU), diantaranya yaitu mengenai sejarah berdiri dan
perkembangan, visi dan misi MTs NU Nurul Huda Semarang, letak
geografis, struktur organisasi, serta keadaan guru dan siswa MTs NU Nurul
Huda Semarang.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup
tiga model pengumpulan yaitu:
14 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: GhaliaIndonesia, 2002), hlm 11.
15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: RinekaCipta,2006), hlm 129.
16 M. Iqbal Hasan,op.cit, hlm 82.
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
pengindraan.17
Menurut Sukardi, observasi adalah cara pengambilan data dengan
menggunakan salah satu panca indra yaitu indra penglihatan sebagai alat
bantu utamanya untuk melakukan pengamatan langsung, selain panca indra
biasanya penulis menggunakan alat bantu lain sesuai dengan kondisi
lapangan antara lain buku catatan, kamera, film, proyektor, checklist yang
berisi obyek yang diteliti dan lain sebagainya.18 Namun dalam penelitian ini
penulis hanya menggunakan alat bantu buku catatan, kamera.
Metode ini digunakan untuk melihat langsung bagaimana usaha
bimbingan konseling dalam meningkatkan layanan di MTs NU Nurul Huda
Semarang, serta kegiatan dalam bimbingan konseling.
b. Wawancara
Wawancara adalah menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak,
berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Dalam wawancara penulis dapat menggunakan dua jenis yaitu: wawancara
terpimpin dan wawancara tidak terpimpin.19
Metode ini digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan
strategi peningkatan layanan bimbingan konseling terhadap peserta didik di
MTs NU Nurul Huda Semarang.
Sedangkan obyek yang diwawancarai adalah kepala madrasah,
koordinator pembimbing, dan pihak yang terkait dalam pencarian data
peneliti.
17 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hlm 115.18 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), hlm 78-7919 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
hlm 82.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu metode dengan mencari data mengenai hal-
hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, agenda, dan sebagainya.20
Metode ini digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan topik
kajian yang berasal dari dokumen-dokumen MTs NU Nurul Huda
Semarang, diantaranya yaitu buku profil MTs NU Nurul Huda Semarang
serta kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan bimbingan konseling.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.21
Selain itu teknik analisis data juga berarti proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh.
Aktifitas dalam menganalisis data yaitu: data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification. 22
Langkah-langkah analisis di tunjukkan pada gambar berikut ini:
20 Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm 231.21 Lexy J. Moleong, Metodologi PenelitianKualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2009), hlm 28022 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2008),
hlm 246.
Data Display
Conclusion :Drawing/verifying
DataCollection
Data Reduction
Kemudian agar data yang diperoleh nanti sesuai dengan kerangka kerja
maupun fokus masalah akan ditempuh tiga langkah utama dalam analisis data
yaitu:
a. Reduksi data adalah yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
menfokuskan pada hal-hal yang penting 23. Data hasil penelitian ini
direduksi meliputi data hasil observasi, wawancara, dokumentasi dan berisi
tentang pelaksanaan strategi proses memilih, menyederhanakan,
memfokuskan, mengabstraksikan dan mengubah data kasar yang muncul
dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data dimaksudkan untuk menentukan
data ulang sesuai dengan permasalahan yang akan penulis teliti.
Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi yaitu usaha
membuat rangkuman inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu.
b. Penyajian data atau mendisplaykan data adalah penyajian data ke dalam
bentuk yang lebih mudah difahami, biasanya penyajian ini berbentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, table, grafik, atau dengan teks yang
bersifat naratif. Sajian data dimaksudkan untuk memilih data yang sesuai
dengan kebutuhan penelitan tentang strategi peningkatan layanan bimbingan
konseling terhadap peserta didik di MTs NU Nurul Huda Semarang, artinya
data yang telah dirangkum tadi kemudian dipilih, sekiranya data mana yang
diperlukan untuk penulisan laporan penelitian.
c. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification) yaitu kesimpulan
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Simpulan awal
yang berupa analisis interaktif masih bersifat sementara dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila simpulan yang dikemukakan pada tahap
awal, didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.
Metode ini bertujuan untuk menyajikan deskripsi (gambaran) secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungan
fenomena yang diselidiki. Dengan demikian analisis ini dilakukan saat
23 Ibid, hlm 247.
peneliti berada di lapangan dengan cara mendeskripsikan segala data yang
telah didapat, lalu dianalisis sedemikian rupa secara sistematis, cermat dan
akurat. Dalam hal ini data yang digunakan berasal dari wawancara dan
dokumen-dokumen yang ada serta hasil observasi yang dilakukan.
BAB II
STRATEGI PENINGKATAN LAYANAN BIMBINGAN
KONSELING
A. Konsep Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian dan Tujuan Bimbingan Konseling
Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
“Guidance” berasal dari kata kerja “To Guide” yang mempunyai arti
“menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu”.24 Sesuai dengan
istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan
atau tuntunan.
Definisi bimbingan berarti pemberian bantuan kepada seseorang atau
kepada sekelompok orang di dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana
dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntunan-tuntunan hidup.
Bantuan itu bersifat ”psikis (kejiwaan), bukan ”pertolongan” finansial, medis
dan sebagainya. Dengan adanya bantuan ini seseorang akhirnya dapat mengatasi
sendiri masalah yang dihadapinya sekarang dan menjadi lebih mampu untuk
menghadapi masalah yang akan dihadapinya kelak kemudian. Bimbingan
merupakan pertolongan yang diberikan seseorang kepada orang lain dalam
membuat pilihan, mengadakan penyesuaian, dan dalam memecahkan masalah.25
Dari beberapa definisi diatas maka bimbingan dapat diartikan dengan suatu
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang
atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar
orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan
mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan
dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Istilah konseling dapat dipahami sebagai bagian dari bimbingan baik
sebagai pelayanan maupun sebagai teknik. Konseling merupakan inti kegiatan
24 Hallen, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm 3.25 Slameto, Perspektif Bimbingan Konseling dan penerapannya, (Semarang: Satya Wacana,
1991), hlm 362.
bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu
secara pribadi yang dilakukan secara individual antara klien dan konselor.26
Dalam kamus konseling dan terapi , konseling diartikan sebagai suatu
hubungan profesional yang dilakukan oleh konselor untuk memperjelas
pandangannya untuk dipakai sepanjang hidup sehingga klien pada tiap
kesempatan dapat menentukan pilihan yang berguna, konseling merupakan suatu
proses belajar membelajarkan pada kedua pihak klien dan konselor.27
Konseling juga diartikan sebagai upaya bantuan yang diberikan seorang
pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang
membutuhkannya, agar individu tersebut mampu mengatasi masalahnya dan
mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah. 28
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan bentuk
bantuan secara individu/personal yang memfokuskan pada perkembangan dan
penyesuaian individu, pemecahan masalah dan kebutuhan untuk membuat
keputusan, hal ini berpusat pada permintaan peserta didik, proses ini
dimaksudkan untuk menciptakan sebuah konteks atau hubungan psikologis
antara konselor dan klien dengan berlanjut pada kondisi – kondisi tertentu yang
berpijak pada kesuksesan proses konseling, bimbingan dan konseling juga
merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada orang yang membutuhkan,
sehingga dalam dunia pendidikan berarti pemberian bantuan serta bimbingan
menyangkut pengambilan keputusan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh
peserta didik.
Sedangkan tujuan adanya bimbingan dan konseling secara rinci dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal
mungkin.
b. Mampu memilih memutuskan, dan merencanakan hidupnya secara bijaksana
baik dalam bidang pendidikan pekerjaan dan sosial pribadi.
26 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2005), hlm 6.27 Andi Mappiare, Kamus Istilah Konseling dan Terapi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), hlm 69.28 Sofyan. S. Willis, Konseling Individu Teori dan Praktek, (Bandung : Alfabeta, 2004), hlm 18
c. Mampu mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, ataupun lingkungan
kerja
d. Memahami dan mengarahkan diri dalam bersikap dan bertindak sesuai
keadaan lingkungannya.
e. Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif, menyelesaikan
segala sesuatu dengan bijaksana.29
Dapat dikatakan secara umum bahwa tujuan bimbingan konseling seutuhnya
mengarahkan diri pada setiap tindakan yang akan dijalankan sesuai dengan
lingkungannya, sehingga peserta didik dapat mengenal dan menerima diri
sendiri serta mewujudkan apa yang diinginkannya, dengan demikian akan
tercipta kemudahan bagi terselenggaranya proses pembelajaran dengan lancar
dan berhasil seperti yang diharapkan.
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Pada dasarnya bimbingan konseling dilakukan dalam bentuk upaya
pemahaman, pencegahan, pemeliharaan dan penyembuhan. Setiap bentuk upaya
tersebut mengacu kepada empat fungsi bimbingan, yaitu :
a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan konseling yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai
dengan kepentingan pengembangan peserta didik.
b. Fungsi Penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam memilih jurusan
sekolah, jenis sekolah dan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan minat,
bakat dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Kegiatan fungsi penyaluran ini
meliputi ketentuan untuk memantapkan kegiatan belajar.
c. Fungsi Adaptasi, yaitu membantu petugas sekolah khususnya guru untuk
mengadaptasikan program pendidikan terhadap minat, kemampuan dan
kebutuhan para peserta didik.
d. Fungsi Penyesuaian, yaitu membantu peserta didik untuk memperoleh
penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam perkembangannya
29 Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan,(Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), hlm 12.
secara optimal. Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi,
memahami dan memecahkan masalah.
e. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan yaitu akan menghasilkan
terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif
peserta didik dalam perkembangan secara berkelanjutan30.
Sesuai dengan fungsinya, bimbingan konseling diarahkan kepada
terselenggaranya dan terpenuhinya keperluan akan bantuan dalam hal pendataan,
informasi, konsultasi, dan komunikasi kepada peserta didik serta pihak-pihak
lain yang berkepentingan, fungsi – fungsi tersebut merupakan acuan dalam
pelaksanaan layanan bimbingan konseling, sehingga dalam setiap pelaksanaan
layanan bimbingan konseling mengacu pada satu fungsi atau lebih agar hasil
yang hendak dicapai jelas dan dapat diidentifikasi serta dievaluasi.
3. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan konseling merupakan pekerjaan profesional, oleh
sebab itu harus dilaksanakan dengan mengikuti kaidah – kaidah atau asas – asas
sehingga dapat diharapkan proses bimbingan tersebut dapat tercapai dengan
baik. Asas-asas dalam bimbingan konseling terdapat beberapa macam
diantaranya adalah:
a. Asas Kerahasiaan
Asas kerahasiaan yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan
keterangan tentang klien (peserta didik) yang menjadi sasaran layanan.31
Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan
konseling karena dengan adanya asas kerahasiaan ini dapat menimbulkan
rasa aman dalam diri klien.
b. Asas Alih Tangan Kasus
Asas ini menghendaki agar pihak yang tidak mampu
menyelenggarakan layanan bimbingan konseling secara tepat dan tuntas
karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki serta keterampilan yang ada
atas suatu permasalahan peserta didik (klien), maka konselor mengalih
30 Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : PT Gramedia PustakaUtama, 1992), hlm 42-46.
31 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nur Ihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung :Remaja Rosdakarya, 2005), hlm 22
tangankan permasalahan itu kepada pihak yang telah ahli dan sebelumnya
sudah diberitahukan alur masalahnya.32. Hal ini sebagaimana Firman Allah
SWT dalam Surat Al-An’am Ayat 135 yang berbunyi:
ö@ è%ÉQöqs)» tƒ(#qè=yJ ôã $#4’n? tãöNà6 ÏG tR% s3tB’ ÎoTÎ)×@ÏB$ tã(t$öq|¡sùšcqßJ n=÷è s?t̀BÜcqä3s?
çms9èpt7 É)» tãÍ‘#¤$!$#3çm̄R Î)ŸwßxÎ=øÿペcqßJ Î=» ©à9 $#ÇÊÌÎÈ
”Katakanlah (Muhammad), ”Wahai kaumku!, berbuatlah menurutkedudukanmu, aku pun berbuat demikian. Kelak kamu akanmengetahui, siapa yang akan memperoleh tempat terbaik diakhiratnanti, sesungguhnya orang-orang yang dzalim itu tidak akan mendapatkeberuntungan”. (Q.S:Al-An’am:135).33
c. Asas Kesukarelaan
Dalam memahami pengertian bimbingan konseling telah
dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu individu,
perkataan membantu disini mengandung arti bahwa bimbingan bukan suatu
paksaan, oleh karena itu dalam kegiatan bimbingan konseling diperlukan
adanya kerjasama yang demokratis antara konselor atau guru pembimbing
dengan kliennya.34
d. Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan yaitu menghendaki agar peserta didik (klien) yang
menjadi sasaran layanan kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura,
baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya maupun menerima
berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan
dirinya. Agar peserta didik dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu
harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.35
e. Asas Keterpaduan
Asas bimbingan konseling ini menghendaki agar berbagai layanan
dan kegiatan bimbingan konseling, baik yang dilakukan oleh guru
pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu.
32 Syamsu Yusuf, ibid hlm. 2333 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Jumanatul Ali, 2005),
hlm 146.34 Hallen, op.cit., hlm. 65.35 Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm 40.
Untuk ini kerjasama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan
dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan konseling perlu terus
dikembangkan.
f. Asas Keahlian Khusus
Asas ini menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan
konseling di selenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional. Dalam hal
ini, para pelaksanaan bimbingan konseling hendaklah tenaga yang ahli dalam
bidang bimbingan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus
terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan kegiatan
bimbingan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan
konseling.36
Penjelasan dari beberapa asas – asas diatas merupakan dasar atau
kaidah yang melandasi pelaksanaan dari suatu kegiatan yang ada, dengan
kata lain salah satu dari asas tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan
ketika merencanakan suatu kegiatan yang akan dijalankan agar tidak terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaan pemberian layanan.
4. Metode dan Teknik Bimbingan Konseling
a. Metode Bimbingan Konseling
Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan bahwa sasaran Bimbingan
dan Konseling yang paling utama adalah peserta didik yang mengalami
kesulitan hidup baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam proses
perkembangan hidupnya. Tujuan dari Bimbingan dan Konseling adalah
memberi bantuan kepada peserta didik agar mampu memecahkan kesulitan
yang dialami dengan kemampuan yang dimiliki.
Dalam kaitan ini, secara umum ada dua metode dalam pelayanan
bimbingan dan konseling yaitu: metode bimbingan kelompok (Group
Guidance), metode bimbingan individual (Individual Konseling).37
1) Metode Bimbingan Kelompok (Group Guidance)
Cara ini dilakukan untuk membantu siswa (Klien) memecahkanmasalah melalui kegiatan kelompok. Masalah yang dipecahkan bisa
36 Ibid., hlm 42.37 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi,(Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2007), hlm 289.
bersifat kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok(beberapa orang siswa), penyelenggaraan bimbingan kelompok antaralain dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama ataumembantu seorang individu yang menghadapi masalah denganmenempatkannya dalam suatu kehidupan kelompok.
Beberapa jenis metode bimbingan kelompok yang biasaditerapkan dalam pelayanan bimbingan kelompok adalah denganmengadakan program Home Room, ini dilakukan dengan menciptakansuatu kondisi sekolah atau kelas seperti di rumah sehingga terciptasuatu kondisi yang bebas dan menyenangkan, dengan kondisi tersebutdiharapkan para siswa dapat mengutarakan perasaannya seperti dirumah. Selanjutnya dengan mengadakan Karya wisata bersama anak-anak, mengadakan diskusi kelompok sehingga memudahkan para siswaterbuka akan permasalahan yang dihadapi, Organisasi siswa denganorganisasi ini siswa dapat mengembangkan jiwa kepemimpinan sertadapat berinteraksi dengan teman-temannya, serta mengadakan sosiodrama di kelas dengan mencontohkan tokoh-tokoh yang diidolakan,untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan denganpengajaran remedial sehingga dari situ siswa dapat menyelesaikankesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.38
2) Metode Bimbingan Individual (Individual Konseling)
Seperti telah disebutkan dalam bab terdahulu, bahwa konseling
merupakan salah satu teknik bimbingan, melalui metode ini upaya
pemberian bantuan diberikan secara individual dan langsung bertatap
muka (berkomunikasi) antara pembimbing dengan klien. Dengan
perkataan lain pemberian bantuan diberikan dilakukan melalui
hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat
mata), Dalam metode ini terdapat dua macam konseling yaitu:
a) Konseling Direktif (metode mengarahkan)
Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada klien untuk
berusaha menghadapi kesulitan yang dihadapi, pengarahan yang
di berikan kepada klien ialah dengan memberikan bimbingan
secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang
menjadi permasalahan yang dihadapi oleh klien.
b) Konseling Nondirektif (metode yang tidak mengarahkan )
Cara pengungkapan tekanan batin yang dirasakan menjadi
penghambat klien dalam belajar dengan sistem pancingan yang
berupa satu dua pertanyaan yang terarah, selanjutnya klien diberi
38 Ibid hlm 290-295
kesempatan seluas-luasnya untuk menceritakan hal-hal yang
menghambat jiwanya, yang kemudian dicatat oleh point-point
penting yang dianggap rawan untuk diberi bantuan.
Pada kesimpulan akhir, pembimbing tidak memberikan
pengarahan atau komentar apa-apa, melainkan bersikap
menunjukkan kelemahan atau hambatan apa yang sebenarnya
dialami oleh klien yang bersangkutan lewat test atau cara lain39.
Metode yang perlu kita ketahui disini adalah cara-
cara tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan dan
konseling, implementasi dari cara-cara tertentu biasanya
terkait dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan
oleh pengguna metode sehingga disesuaikan dalam
pelaksanaannya apakah menggunakan metode bimbingan
kelompok atau metode bimbingan individual yang
disesuaikan dengan kondisi pelaksanaan bimbingan
konseling yang akan dijalankannya.
b. Teknik Bimbingan dan Konseling
Agar pelaksanaan konseling maksimal, teknik atau langkah praktisnya
sesuai dengan hadits nabi yang berbunyi:
)(
“Dari Annas R.A Rasulluah SAW Bersabda: Permudahlah dan janganmempersulit dan gembirakanlah (besarkan jiwa) mereka, dan janganlahmelakukan tindakan yang menyebabkan mereka lari darimu”.(H.R.Bukhari).40
Lebih lanjut Tohirin41 memberikan 12 teknik-teknik tertentu agar
proses konseling berjalan secara efektif dan efisien atau berdaya guna dan
berhasil guna, berikut diuraikan beberapa teknik dalam konseling:
1) Teknik Rapport
39 Ibid., hlm 29940 Abi Abdullah Muhammad Ibn Isma’il Al-Bukhori, Matan Shahih Bukhori, (Beirut Libanon:
Maktabah Daaru Ihyail Kutubil Arabiyyah ), Juz 1, hlm 28.41 Tohirin, op.cit, hlm 326-345.
Teknik Rapport dalam konseling merupakan suatu kondisisaling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuan utamateknik ini adalah untuk menjembatani hubungan antara konselordengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalamterhadap klien dan masalahnya.
2) Teknik StructuringStructuring adalah proses penetapan batasan oleh konselor
tentang hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling padaumumnya dan hubungan tertentu pada khususnya. Structuringmemberikan kerangka kerja atau orientasi terapi kepada klien.
3) Teknik EksplorasiEksplorasi merupakan keterampilan konselor untuk menggali
perasaan, pengalaman, dan pikiran klien, teknik ini dalamkonseling sangat penting karena umumnya klien tidak mau terusterang terhadap permasalahan yang dihadapi. Adapun bentukeksplorasi yang memungkinkan klien untuk berbicara yaitueksplorasi perasaan, pikiran, pengalaman.
4) Teknik Mengarahkan (Directing)Seperti telah disebutkan, bahwa proses konseling
memerlukan partisipasi secara penuh dari klien, untuk mengajakklien berpartisipasi secara penuh di dalam proses konseling, perluada ajakan dan arahan dari konselor, Upaya konselormengarahkan klien dapat dilakukan dengan menyuruh klienmemerankan sesuatu (bermain peran) atau mengkhayalkansesuatu, penerapan teknik ini dalam konseling bisa dibantu olehkonselor ketika klien memerlukan bantuan untuk merefleksikankemauannya.
5) Teknik MengakhiriMengakhiri sesi konseling merupakan suatu teknik dalam
proses konseling, untuk mengakhiri sesi konseling dapatdilakukan konselor dengan cara mengatakan bahwa waktu sudahhabis, merangkum isi pembicaraan, menunjukkan kepadapertemuan yang akan datang, mengajak klien berdiri denganisyarat gerak tangan, menunjukkan catatan-catatan singkat hasilpembicaraan konseling, memberikan tugas-tugas tertentu kepadaklien yang relevan dengan pokok pembicaraan apabiladiperlukan.
Teknik merupakan langkah dalam setiap pelaksanaan metode atau
pendekatan yang akan dijalankan, dalam teknik-teknik yang dijabarkan
diatas dapat digunakan dalam pelaksanaan bimbingan konseling, karena
teknik tersebut mengarah pada pencapaian proses bimbingan konseling,
sehingga diharapkan dengan menggunakan teknik tersebut proses
bimbingan konseling dapat berjalan dengan lancar karena teknik tersebut
disesuaikan dengan pelaksanaan metode yang akan dijalankan secara
berurutan.
5. Bidang Bimbingan dan Jenis Layanan Bimbingan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan yang
sistematis, terarah dan berkelanjutan, oleh karena itu pelayanan bimbingan dan
konseling selalu memperhatikan karakteristik tujuan pendidikan, kurikulum, dan
peserta didik. Lebih khusus, untuk mencapai tujuan tersebut, bidang bimbingan
mencakup seluruh upaya bantuan yang meliputi bidang bimbingan pribadi,
bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir.42
a. Bidang Bimbingan Pribadi
Dalam bidang bimbingan pribadi memberikan bantuan kepada siswa
untuk mengembangkan hidup pribadinya, seperti motivasi, persepsi tentang
diri, gaya hidup, perkembangan nilai-nilai moral dan agama serta sosial
dalam diri.43
Adapun bidang bimbingan pribadi dapat dirinci menjadi pokok-
pokok sebagai berikut:
1) Penanaman dan pemantapan sikap dan kebiasaan pengembangan
wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Penanaman dan pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan
pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan sehari-hari maupun untuk
peranan di masa depan.
3) Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang bakat minat pribadi
serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang
kreatif dan produktif.
4) Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan
usaha –usaha penanggulangannya.
b. Bidang Bimbingan Sosial
Dalam bidang pelayanan bimbingan konseling di sekolah berusaha
membantu peserta didik mengenal dan berhubungan dengan lingkungan
42 Hallen, op.cit., hlm. 78-8043 Yusuf Gunawan, op.cit., hlm 49.
sosial yang dilandasi budi pekerti, mengembangkan hubungan antar pribadi,
menghormati orang lain, dan rasa tanggung jawab sosial kemasyarakatan.
Adapun bidang bimbingan sosial dapat dirinci menjadi pokok-pokok
sebagai berikut:
1) Pengembangan dan pemantapan kemampuan berkomunikasi baik melalui
ragam lisan maupun tulisan secara efektif.
2) Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial,
baik di rumah, di sekolah maupun dimasyarakat dengan menjunjung
tinggi tata krama, sopan santun serta nilai-nilai agama, peraturan dan
kebiasaan yang berlaku.
3) Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta
berargumentasi secara dinamis kreatif dan produktif. 44
c. Bidang Bimbingan Belajar
Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan konseling
membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap
dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan
keterampilan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian serta mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan
ke tingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun ke lapangan pekerjaan tertentu,
serta bimbingan konseling ditujukan untuk membantu siswa agar
menemukan cara belajar yang efektif dan dapat mencapai prestasi belajar
sesuai dengan kemampuan dasarnya.
Adapun bidang bimbingan belajar dapat dirinci menjadipokok-pokok sebagai berikut:1) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari
informasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadapguru dan nara sumber lainnya, mengembangkan keterampilanbelajar, mengerjakan tugas-tugas pelajaran dan menjalaniprogram penilaian hasil belajar.
2) Pengembangan dan pemantapan disiplin belajar dan berlatih,baik secara mandiri maupun kelompok.
3) Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolahsesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian.
4) Orientasi dan informasi tentang pendidikan yang lebih tinggi,dan pendidikan tambahan. 45
44 Hallen, op.cit., hlm. 79.
d. Bidang Bimbingan Karier
Dalam bidang bimbingan karier ini, pelayanan bimbingan konseling
ditujukan untuk membantu siswa mengenal ciri-ciri berbagai pekerjaan dan
profesi yang ada, serta merencanakan karier berdasarkan minat dan
kemampuannya, dengan mengembangkan dan memantapkan pilihan karier.
Adapun bidang bimbingan karier dapat dirinci menjadi pokok-pokok
sebagai berikut:
1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait
dengan pekerjaan
2) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja, dalam arti mau bekerja
dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asalkan
sesuai dengan norma agama.
3) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara
mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang
dituntut, lingkungan sosio psikologis pekerjaan, prospek kerja dan
kesejahteraan kerja.
4) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan yaitu merancang
kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang
sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial
ekonomi.46
Setelah memahami bidang bimbingan dalam proses bimbingan
konseling, yang disesuaikan dengan bidang masing–masing, bidang bimbingan
tersebut merupakan tujuan penyelenggaraan bantuan pelayanan bimbingan dan
konseling yang berupaya membantu siswa menemukan pribadinya, dalam hal
mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya, serta menerima dirinya secara
dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.
Kerangka kerja selanjutnya dikembangkan dalam berbagai jenis layanan
dan kegiatan dilakukan sebagai wujud nyata penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik.
45 Ibid., hlm 80.46 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nur Ihsan, op.cit., hlm 14-15
Jenis layanan dan kegiatan tersebut perlu diselenggarakan sesuai dengan
keempat bidang bimbingan yang telah diuraikan terdahulu. Layanan dalam
bimbingan konseling terdapat tujuh segi layanan diantaranya adalah:
1. Layanan orientasi, adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk
memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang
baru dimasukinya. Layanan ini ditujukan kepada siswa baru atau siswa
pindahan untuk memahami situasi sekolah dan lingkungan sekolah baru.
Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi ialah dipermudahnya
penyesuaian diri siswa terhadap kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan
kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa.
2. Layanan informasi, dimaksudkan untuk membantu siswa mendapatkan
informasi yang diperlukan yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik.
Tujuan adanya layanan informasi untuk membekali individu dengan
berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna
untuk mengenal diri, merencanakan, dan mengembangkan pola kehidupan
sebagai pelajar, anggota dan masyarakat. Pemberian informasi dapat
dilakukan dengan pendekatan kelompok dan pendekatan individual melalui
ceramah, selebaran, wawancara, majalah dinding.47
3. Layanan pembelajaran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap
dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan
kecepatan dan kesulitan belajarnya serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan
belajar lainnya. Layanan ini dapat diberikan secara individu. Tujuan dari
layanan pembelajaran dimaksudkan untuk memungkinkan siswa memahami
dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, keterampilan
dan materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya.
4. Layanan penempatan dan penyaluran, ditujukan untuk membantu siswa
dalam memperoleh kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai, serta
47 Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta: Rajawali, 1985),hlm 149.
merencanakan pilihan jurusan di perguruan tinggi atau, lapangan kerja yang
sesuai dengan minat dan bakat serta kepribadian siswa.
5. Layanan konseling perorangan, ditujukan untuk membantu siswa secara
individu, khususnya mereka yang mengalami masalah, misalnya problem
dengan orang tua atau teman. Layanan diarahkan untuk memecahkan
masalah dan tidak untuk menyalahkan siswa.
6. Layanan konseling kelompok, layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui
dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu
terutama dari guru pembimbing serta bersama-sama membahas topik
tertentu.
7. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan
dan pengentasan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah
yang dibahas adalah masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing
anggota kelompok.48
Masing-masing layanan yang dijabarkan diatas merupakan gambaran dari
beberapa rangkaian pelaksanaan bimbingan konseling yang akan dijalankan
disesuaikan dengan kondisi peserta didik yang dapat saling terkait dan menunjang
layanan satu terhadap layanan yang lainnya.
6. Strategi Peningkatan Layanan Bimbingan dan Konseling.
Strategi-strategi dalam proses peningkatan bimbingan konseling yaitu:
a. Strategi model sosial
Sebagaimana suatu strategi bantuan, model sosial digunakan untuk
membantu seorang klien yang memerlukan respons-respons yang diinginkan
atau untuk menghilangkan ketakutan-ketakutan, melalui pengamatan perilaku
dari orang lain. Pengamatan ini dapat ditunjukkan
dalam pertunjukan model-model media, atau melalui imajinasi klien sendiri.49
48 Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah,(Jakarta: PtRineka Cipta, 2001), hlm 82-89.
49 Ahmad Juntika Nurihsan, op.cit., hlm 94.
1) Demonstrasi Model
Prosedur ini digunakan untuk membantu mengatasi ketakutan atau
perilaku baru. Ada tiga hal utama yang akan dilakukan yaitu pertama,
melihat beberapa orang mendemonstrasikan. Kedua, mempraktekkan
kemampuan tersebut dengan bimbingan selama wawancara konseling
berlangsung. Ketiga mengatur untuk melakukan kemampuan tersebut di
luar wawancara konseling yang memungkinkan memperoleh keberhasilan.
Jenis praktek ini akan membantu menampilkan apa yang sulit dilakukan.
Dalam modeling partisipan, seorang model mendemonstrasikan satu
bagian kemampuan sekaligus. Sering kali diperlukan demonstrasi yang
diulang atas tanggapan yang sama. Demonstrasi ganda dapat diatur dengan
memiliki model single yang mengulang-ulang demonstrasi atau beberapa
model yang mendemonstrasikan aktivitas atau tanggapan yang sama.
Model-model ganda memberikan keanekaragaman cara aktivitas yang
ditampilkan dan mampu dipercaya pada gagasan bahwa akibat-akibat yang
merugikan tidak akan terjadi.
Komponen modeling dari modeling partisipan terdiri dari 5 bagian:
a) Perilaku sasaran, jika kompleks, terbagi dalam serangkaian bagian tugas
b) Para model diseleksi.
c) Intruksi diberikan kepada peserta didik sebelum demonstrasi model.
d) Model mendemonstrasikan masing-masing, secara berturut-turut
dengan pengulangan yang perlu.
e) Alat-alat yang dibutuhkan dalam proses bimbingan melalui media
2) Partisipasi Terbimbing
Setelah demonstrasi perilaku atau aktivitas, klien diberi kesempatan
dan bimbingan yang perlu untuk menampilkan perilaku yang dimodelkan.
Partisipasi terbimbing atau penampilan adalah salah satu komponen
pembelajaran yang paling penting untuk mengatasi situasi yang
menakutkan, dan untuk memperoleh perilaku yang baru. Partisipasi klien
disusun dalam suatu sistem yang tidak mengancam. Partisipasi terbimbing
terdiri atas 5 langkah berikut:
a) Praktek klien atas tanggapan atau aktivitas dengan bantuan konselorb) Umpan balik konselor
c) Pengunaan berbagai bantuan induksi bagi usaha-usaha praktek awald) Praktek klien yang diarahkan pada diri
e) Pengalaman sukses atau penguatan
3) Eliminasi Respon
Hal ini diterapkan sesuai dengan kehendak konselor atau guru
pembimbing ketika berjalannya praktek model sosial melalui media secara
langsung, sehingga peserta didik dapat mengetahui secara langsung
kehendak dari guru pembimbing.
4) Pengalaman-Pengalaman Keberhasilan (penguatan).
Klien mengalami keberhasilan dalam menggunakan apa yang mereka
pelajari. menyatakan bahwa perubahan-perubahan psikologis tak mungkin
berjalan efektif jika klien tidak mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Pengalaman berhasil ditata dengan menyesuaikan dari masing-
masing klien, serta umpan balik dari konselor dengan memberikan
motivasi dan penghargaan kepada peserta didik. 50
b. Strategi Bermain Peran dan Latihan
Strategi bermain peran dan latihan dapat meningkatkan perubahan
perilaku melalui simulasi atau dalam pembentukan respons-respons yang
diinginkan. Unsur-unsur umum dalam aplikasi strategi bermain peran dan
latihan yaitu:
a) Pembentukan kembali diri seseorang, orang lain, suatu peristiwa, atau
sejumlah respons oleh klien.
b) Menggunakan saat sekarang atau disini dan sekarang untuk mengadakan
pembentukan kembali.
c) Proses pembentukan berangsur-angsur dimana adegan-adegan yang tidak
sulit dibentuk lebih dahulu dan adegan-adegan yang lebih sulit dipesan
untuk berikutnya.
d) Umpan balik untuk klien dari konselor atau seorang asisten.
c. Strategi Perubahan Kognitif
50 Mochamad Nursalim, “Pendidikan dan Pelatihan guru”http://www.slideshare.net/guest626d709/presentasi-mojokerto. diunduh pada tanggal 1Nopember 2010.
Ada dua strategi perubahan kognitif, yaitu pemberhentian berpikir dan
penyusunan kembali kognitif. Kedua strategi itu mempunyai tujuan
membantu manusia mencegah berpikir irasional atau mencegah sistem
keyakinan yang tidak logis dari gangguan-gangguan, yaitu dengan cara
memfungsikan otak secara efektif. Strategi pemberhentian berpikir,
prosedurnya adalah sebagai berikut:
a) Klien diinstruksikan untuk membayangkan diri mereka terlibat dalam
situasi yang menghasilkan berpikir irasional
b) Kemudian, pada saat pikiran yang tidak logis itu muncul, konselor
melakukan intervensi dengan kata “berhenti”
c) Selanjutnya, klien diinstruksikan cara-cara mengubah pola pikir.
d. Strategi Pengelolaan Diri
Pengelolaan diri melibatkan pengalaman klien memperhitungkan dan
mengatur kebiasaan, pikiran, dan perasaan yang ada. Tampaknya pantau diri
dipengaruhi oleh kebiasaan yang dipelajari dengan memisahkan hubungan
stimulus-respons dengan mendorong penampilan respons yang diinginkan.
Adapun pengelolaan diri adalah komitmen klien terhadap diri sendiri
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya yang disetujui oleh konselor dan
ditandatangani oleh klien. Kontrak diri berisi gambaran tentang kondisi-
kondisi yang terjadi pada beberapa tahapan kegiatan yaitu: 1). di mana klien
akan melakukan kegiatan. 2). Bagaimana klien akan melaksanakan kegiatan.
3). Kapan tugas-tugas terselesaikan.51
Strategi diatas merupakan rangkaian tambahan dari perencana yang
dilakukan dalam pelaksanaan suatu program, selanjutnya peserta didik disini
sebagai target dari adanya suatu peningkatan program yang dilakukan
madrasah. Sehingga diharapkan hasil dari program-program peningkatan
dapat membantu peserta didik memanfaatkan potensi yang dimiliki secara
optimal serta dapat meningkatkan prestasi belajar dengan baik.
51 Ahmad Juntika Nurihsan, op.cit., hlm 94-96.
B. Manajemen Strategi
1. Pengertian Manajemen Strategi
Menurut bahasa (etimologi) manajemen berasal dari bahasa inggris
Management dengan kata kerja to manage, yang artinya mengurus, mengatur,
melaksanakan dan mengelola.52 Menurut istilah (terminologi) manajemen
merupakan suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses
pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam
organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
sebelumnya agar efektif dan efisien.53
Sedangkan strategi berasal dari bahasa Yunani strategos atau strategus
dengan kata jamak strategi yang berarti cara.54 menurut istilah, strategi
merupakan rencana yang mengandung cara komprehensif dan integratif yang
dapat dijadikan pegangan untuk bekerja, berjuang, dan berbuat guna
memenangkan kompetisi.55
Dalam buku lain dijelaskan bahwa Strategy is unified comprehensive and
integrated plan that relates the strategy advantages of the firm to the challenges
of the enterprise and achieve through proper execution by the organization
Artinya strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu
yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan
yang dirancang untuk memastikan tujuan utama perusahaan dapat dicapai
melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.56 Hal yang sama juga
diungkapkan oleh Syahu Sugian57 dalam Kamus Manajemen (Mutu), bahwa
strategi adalah hipotesis yang mengemukakan ke mana suatu perusahaan harus
menuju untuk memenuhi visinya dan memaksimalkan kemungkinan
keberhasilannya di masa depan.
52 Faustino Cordoso, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), hlm1.
53 Suharsimi Arikunto, Lia Yuliana, Op.cit., hlm 3.54 Alex MA, Kamus, Ilmiah Populer Kontemporer, (Surabaya: Karya Harapan, 2005), Hlm 457.55 Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan ,(Bandung:
Alfabeta, 2007), hlm 137.56 Iwan Purwanto, Manajemen Strategi,(Bandung: CV.Yrama Widya, 2007), hlm 74.57 Selengkapnya lihat Syahu Sugian, Kamus Manajemen (Mutu), (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2006), hlm 218.
Manajemen strategi merupakan suatu pendekatan yang sistematis bagi suatu
tanggung jawab manajemen, mengkondisikan organisasi ke posisi yang
dipastikan mencapai tujuan dengan cara yang akan meyakinkan keberhasilan
yang berkelanjutan dan membuat perusahaan (sekolah) menjamin atau
mengamankan format yang mengejutkan untuk mencapai keberhasilan.58
Setelah mengetahui pengertian dari masing-masing kata dapat disimpulkan,
bahwa manajemen strategi adalah perencanaan berskala besar (perencanaan
strategis) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (Visi), dan
ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat
mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara
efektif (Misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional yang
menghasilkan barang dan jasa serta pelayanan) yang berkualitas, serta dengan
diarahkan pada sasaran (tujuan operasional) organisasi, dan merupakan proses
pengambilan sebuah keputusan.
2. Ruang Lingkup Manajemen Strategi.
a. Perencanaan Strategi
Perencanaan strategi disini menempati kedudukan yang sangat
penting, karena dapat mengantarkan instansi pada pencapaian visi dan
misinya, melalui pengembangan kebijakan lembaga pendidikan. Dalam
perencanaan dibutuhkan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang berorientasi pada visi, misi dan
tujuan yang akan dicapai.
1) Visi, Misi dan Tujuan
Sebagian besar lembaga pendidikan membedakan visi, misi dan
tujuan, mereka membedakan hal-hal tersebut dengan maksud untuk
memperjelas jenis institusi apa yang mereka harapkan nantinya, serta dari
arah mana yang hendak dituju.
58 Syaiful Sagala, Op.cit., hlm 129.
Visi adalah masa depan yang dipilih, sebuah keadaan yang
diinginkan, visi merupakan sebuah ekspresi optimisme dalam lingkungan
birokrasi maupun non birokrasi.59
Sedangkan misi sangat berkaitan dengan visi serta memberikan
arahan yang jelas baik masa sekarang maupun untuk masa yang akan
datang, tujuan juga merupakan sasaran yang diambil guna meningkatkan
visi dan misi yang akan dijalankan oleh sebuah lembaga.
2) Analisis SWOT Sebagai Perumusan Manajemen Strategi
Analisis SWOT merupakan suatu cara atau alat yang adalah
singkatan dari Strengths, Weakness, Opportunity, Threats (Kekuatan,
Kelemahan, Peluang dan Ancaman). Analisis SWOT sudah menjadi alat
yang umum digunakan dalam perencanaan strategis pendidikan, namun
tetap merupakan alat efektif dalam menempatkan potensi institusi.60
Analisis SWOT strengths (kekuatan), weakness (kelemahan),
opportunity (peluang), threats (tantangan) merupakan suatu metode
analisis untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal
organisasi.61 Faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan, sedangkan
faktor eksternal berupa peluang dan ancaman. Penjelasan singkat
mengenai SWOT sebagai berikut:
a) Strengths (Kekuatan) faktor internal menunjukkan kemampuan
lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan Islam,
mendatangkan keuntungan kompetitif dalam menghadapi persaingan.
Di samping itu, ia juga merupakan keunggulan lembaga pendidikan
(baik dari segi sumber daya maupun upaya yang telah dilakukan), yang
lebih baik dari pada pesaing. Kekuatan dalam lembaga dapat berupa
kemampuan-kemampuan khusus/ spesifik, SDM yang memadai, image
organisasi, kepemimpinan yang cakap dan lain-lain. Kekuatan ini
59 Tony Bush, Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan,(terjemahan: Fahrurrozi), (Yogyakarta: IRCisod, 2006), hlm 37.
60 Edward Sallis, Total Quality Manajemen In Education, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2007), hlm.221-222.
61 Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Educa,2010), hlm. 180.
kemudian akan menjadi kunci perbedaan antara lembaga pendidikan
dengan pesaingnya.
b) Weakness (kelemahan) juga merupakan faktor internal lembaga
pendidikan meliputi keterbatasan sumber daya dan situasi tidak
menguntungkan di lingkungan internal lembaga dan tidak dimiliki oleh
pesaing-pesaingnya. Kelemahan dapat berupa rendahnya SDM yang
dimiliki, produk yang tidak berkualitas, image yang tidak kuat,
kepemimpinan yang buruk dan lain-lain.
c) Opportunity (peluang) merupakan situasi atau faktor eksternal dapat
mempengaruhi masa depan posisi lembaga dalam persaingan, seperti
adanya perubahan hukum, menurunnya pesaing, dan meningkatnya
jumlah siswa baru. Jika keuntungan dari peluang tersebut berhasil
diraih.
d) Threats (tantangan/ancaman) merupakan faktor eksternal (saat ini
maupun di masa mendatang) yang secara serius dapat mempengaruhi
masa depan lembaga. Tantangan ini dapat berupa munculnya pesaing-
pesaing baru, menurunnya jumlah siswa dan lain-lain. Tantangan dan
ancaman merupakan faktor eksternal yang harus diwaspadai dan
apabila memungkinkan ditaklukkan. 62
Analisis SWOT perlu dirumuskan dan diprioritaskan untuk tiap
kategori. Namun perlu diingat bawa apa yang menjadi kekuatan lembaga
saat ini dapat berbalik menjadi kelemahan pada masa-masa akan datang
dan demikian juga sebaliknya. Sehingga lembaga perlu melakukan
analisis ini secara berkala untuk meyakinkan bahwa perubahan-
perubahan dalam S-W-O-T tetap terpantau dengan baik, dan tetap
relevan dengan strategi yang dijalankan.
Setelah dilakukan analisis SWOT tersebut, hasil analisis kemudian
digunakan sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya
dalam upaya memaksimalkan kekuatan dan memanfaatkan, serta secara
bersamaan berusaha untuk meminimalkan kelemahan dan mengatasi
62 Riza Abdul Qodir (3104024), Efektivitas Manajemen Strategik di Lembaga Pendidikan Islam(Studi Kasus di SMP Nasima Semarang), Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, (Semarang:Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2009).
ancaman. Analisis SWOT dapat menghasilkan matriks yang merupakan
matching tool penting untuk membantu leader lembaga dalam
mengembangkan strategi pendidikannya. Strategi dihasilkan dari matriks
ini yaitu:
Internal
EksternalStrengths (kekuatan) Weakness (kelemahan)
Opportunity(peluang)
S-OMemanfaatkankekuatan untukpeluang
W-OMenanggulangikelemahan denganmemanfaatkan peluang
Threats(tantangan)
S-TMenggunakankekuatan untukmenghadapitantangan
W-TMemperkecil kelemahandan menghindaritantangan
Sumber: Tabel Analisis SWOT.
a) Strategi Strength-Opportunity (SO) merupakan strategi yang
menggunakan kekuatan lembaga untuk meraih peluang-peluang yang
ada di luar lembaga. Ketiga strategi yang lain dapat dilaksanakan
untuk menerapkan strategi SO ini. Sehingga jika pada hasil analisis
ternyata diketahui bahwa lembaga memiliki banyak kelemahan, mau
tidak mau lembaga harus mengatasi kelemahan tersebut agar menjadi
kuat. Sedangkan jika lembaga menghadapi banyak ancaman, maka ia
harus berusaha menghindarinya dan berusaha konsentrasi pada
berbagai peluang yang ada.
b) Strategi Weakness-Opportunity (WO) merupakan strategi yang
bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan lembaga dengan
memanfaatkan peluang-peluang. Bisa terjadi lembaga kesulitan
memanfaatkan peluang-peluang yang ada karena banyaknya
kelemahan internal pada lembaga tersebut.
c) Strategi Strength-Threat (ST) merupakan strategi di lembaga untuk
menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman.
d) Strategi Weakness-Threat (WT) merupakan strategi untuk bertahan
dengan cara mengurangi kelemahan serta mengurangi ancaman.63
Analisis SWOT merupakan alat untuk menetapkan strategi yang
didasarkan pada strengths (kekuatan), weakness (kelemahan),
opportunity (peluang), threats (tantangan) yang akan dikembangkan
menjadi program jangka panjang dan menengah pada lembaga
pendidikan. Analisis ini pada akhirnya berfungsi untuk mengarahkan
sekolah untuk menentukan strategi yang akan dilaksanakan.
3) Penetapan Sasaran
Sasaran ditetapkan dengan barometer yang bisa diukur. Sasaran
sebaiknya dapat dihitung, perencanaan harus mengecek kembali seluruh
rancangan kebutuhan termasuk kegiatan dan sasaran yang layak
dilaksanakan, proses perumusan sasaran dilakukan dengan mereview visi
misi dan tujuan, menetapkan hasil yang diinginkan, membangun
akuntabilitas.64
4) Penyusunan Alternatif Strategi yang Layak
Kegiatan ini penting dilakukan dalam pemilihan dan penetapan
tujuan, sasaran, dan cara yang efisien untuk mencapai tujuan kedalam
rencana pendidikan.
5) Perumusan Rencana
Perumusan rencana adalah usaha merumuskan tujuan, kegiatan, dan
sasaran yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu. Perkiraan biaya
yang diperlukan untuk mencapai sasaran, unsur pelaksanaan serta jadwal
kegiatan. Perumusan rencana mengandung pengertian atas jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan.
6) Penganggaran
Perancangan yang akan dilaksanakan berorientasi kepada Output
bukan kepada anggaran (budget). Pada tahap ini perencana
memperhitungkan biaya yang dibutuhkan dalam pembiayaan rencana.
Oleh karena itu harus diketahui sumber–sumber pembiayaan yang
63 Ibid., hlm. 18.64 Akdon, Strategic Management For Educational Management, (Bandung: Alfabeta, 2007),
hlm 149.
diperkirakan dapat menjadi penyangga dananya, baik yang berasal dari
pemerintah, masyarakat, maupun luar negeri.
7) Evaluasi Rencana
Evaluasi perencanaan strategi dalam lembaga melaksanakan program
dapat dimulai dari langkah evaluasi visi misi, analisis SWOT, penetapan
sasaran penyusunan alternatif strategi yang baik, perumusan rencana,
penganggaran perincian rencana dan evaluasi rencana.
Perencanaan yang masing-masing dijabarkan diatas merupakan
rangkaian upaya manajemen strategis melaksanakan hasil yang optimal
dalam setiap kegiatan yang akan dijalankannya.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan strategi bertalian dengan struktur organisasi serta
sumber daya manusia dan pengembangannya, Implementasi strategi
merupakan tugas merubah kondisi sekarang, motivasi SDM,
mengembangkan kompetensi inti, memperbaiki kemampuan dan proses,
menciptakan budaya organisasi, mencapai target berdasarkan potensi yang
ada, serta berupaya untuk menghadapi perlawanan atas perubahan.65
Tujuan manajemen dapat dicapai hanya jika dipihak orang-orang staf
atau bawahannya ada kesediaan untuk kerjasama. Demikian pula dalam
sebuah pendidikan membutuhkan kepala sekolah yang berfungsi sebagai
manajer yang dapat menyusun sumber tenaga manusia dengan sumber –
sumber benda dan bahan, yang mencapai tujuan dengan rencana seperti
spesialisasi, delegasi, latihan di dalam pekerjaan dan sebagainya serta
mengadakan suatu perubahan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Juga
diperlukan pedoman dan instruksi yang tegas, jelas tugasnya, apa
kekuasaannya, kepada siapa ia bertanggung jawab pada bawahan supaya
pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan.66
Pelaksanaan strategi yang akan dijalankan diperlukan pemikiran yang
matang agar tidak terjadi penyimpangan dalam setiap keputusan yang
diambil serta program dan kegiatan yang akan dilaksanakannya, dengan
65 P. Siagian, Filsafat Administrasi,(Jakarta: Haji Masagung, 1989), hlm 128.66 J. Pangkyim, Manajemen Suatu Pengantar, (Jakarta: Gladia Indonesia, 1982), hlm166.
arahan yang jelas akan memudahkan pelaksanaan kegiatan yang akan
dilaksanakannya.
c. Evaluasi Manajemen Strategi.
Evaluasi dan pengendalian dalam manajemen strategi bertalian erat
dengan penilaian tindakan apa yang harus dicapai yang disesuaikan dengan
ketentuan-ketentuan rencana dan melakukan tindakan perbaikan jika terdapat
penyimpangan-penyimpangan agar tujuan yang dihasilkan sesuai dengan
yang direncanakan.
Proses yang ditempuh dalam evaluasi adalah:
1) Menentukan standar-standar atau dasar untuk kontrol.
2) Mengukur pelaksanaan.
3) Membandingkan pelaksanaan dengan standar dan menentukan divisi-
divisi bila ada.
4) Melakukan tindakan perbaikan jika terdapat penyimpangan agar
pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan yang direncanakan 67.
Selain adanya evaluasi juga diperlukan prinsip dalam menyukseskan
strategi sehingga dapat terlaksana dengan baik diantaranya adalah: a)
Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya. b) Setiap strategi tidak
hanya membuat satu strategi. c) Strategi yang efektif hendaknya
memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya dan tidak
menceraiberaikan satu dengan yang lainnya. d) Strategi hendaknya
memperhatikan resiko yang tidak terlalu besar.
Evaluasi dilaksanakan guna mengetahui seberapa jauh pelaksanaan
kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan target dan ketercapaian program
yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga dapat memberikan informasi
pada pengembangan dan peningkatan program yang akan dijalankan
selanjutnya.
67 Iwan Purwanto, op.cit., hlm 67-68.
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Umum MTs NU Nurul Huda Semarang
1. Sejarah Berdirinya
Madrasah Tsanawiyah NU Nurul Huda Mangkang Semarang adalah
lembaga pendidikan yang didirikan pada tanggal 2 Pebruari 1968 oleh pengurus
MWC NU Semarang Tugu dan Pengurus Ranting NU Mangkang Kulon yang
sadar dan menaruh perhatian terhadap keadaan serta perkembangan pendidikan
putra putri Islam Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya pengelolaan
penyelenggaraan lembaga dilakukan oleh Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama
Mangkang Kulon. Adapun tokoh pendiri serta kepemimpinan kepala MTs NU
Nurul Huda Semarang sejak berdirinya sampai sekarang terlampir.
Ide pendirian MTs NU Nurul Huda ini bermula dari para ulama dan para
tokoh masyarakat Mangkang Kulon yang menginginkan agar masyarakat
setempat dapat menyekolahkan anak-anaknya pada sebuah lembaga pendidikan
yang terdapat materi ilmu pengetahuan umum serta ilmu agama sekaligus dan
juga para santri tidak hanya sekedar memiliki ilmu pengetahuan dibidang Agama
saja melainkan perlu juga pendidikan dibidang ilmu pengetahuan umum
mengingat banyaknya pondok pesantren yang ada di Mangkang Kulon yang
kebanyakan santrinya adalah usia sekolah.68
Berdasarkan hal tersebut dengan didorong keinginan yang luhur serta
tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa, maka dengan tekad yang bulat
dan motivasi dari berbagai pihak dalam situasi yang semakin dinamis, MTs NU
Nurul Huda senantiasa membangun sebuah paradigma budaya toleransi serta
budaya perdamaian dengan tetap mengedepankan dan menjunjung tinggi ajaran
Islam Ahlussunnah Wal Jama ah.
2. Letak Geografis
MTs NU Nurul Huda Semarang terletak di Kelurahan Mangkang Kulon
Kecamatan Tugu Kota Semarang yang berdekatan dengan pusat kota berjarak 16
kilometer dan hanya seratus meter dari jalan raya Semarang – Jakarta sehingga
68 Hasil dokumentasi profil MTs NU Nurul Huda Semarang Tahun 2009 / 2010.
dapat dijangkau dari semua jurusan karena dapat diakses oleh berbagai
kendaraan dan angkutan umum memudahkan transportasi peserta didik, guru
dan karyawan.
MTs NU Nurul Huda Semarang lokasinya berada di lingkungan Masjid
dan Pondok Pesantren. Adapun tata letak lahan seluas 6.350 m² berbatasan
dengan:
a. Sebelah selatan berdekatan dengan pondok pesantren Al Ishlah
b. Sebelah utara berbatasan dengan rumah penduduk
c. Sebelah barat berbatasan dengan Masjid Attaqwiem
d. Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Raya Kyai Gilang serta pondok
pesantren Roudhotul Qur’an.69
3. Struktur Organisasi
Sebagai lembaga pendidikan formal, MTs NU Nurul Huda Semarang
mempunyai struktur organisasi agar dalam pelaksanaan kegiatan dapat
terorganisir dengan baik. Untuk memudahkan pencapaian tersebut dibentuklah
struktur organisasi sekolah yang terdiri dari pengurus madrasah, kepala sekolah,
komite sekolah, kepala tata usaha, waka. kurikulum, waka. kesiswaan, dewan
guru serta peserta didik.
Kepala sekolah bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan madrasah
dengan melakukan koordinasi dengan pengurus madrasah serta komite untuk
membina, menghimpun potensi warga madrasah dalam rangka mendukung
penyelenggaraan kegiatan di madrasah sehingga dapat berkualitas dan
berkembang dengan baik. Kepala Tata Usaha bertugas melaksanakan
pengawasan terhadap madrasah yang berkaitan dengan keadministrasian,
melaksanakan tata usaha madrasah dan rumah tangga termasuk perpustakaan dan
laborat yang bersifat pelayanan dalam pelaksanaan pendidikan, membuat laporan
pelaksanaan dan hasil yang dilakukan kepada kepala madrasah, mendistribusikan
dan mengkoordinasikan tugas dan kegiatan pada pelaksanaan khusus dalam
keadministrasian di lingkungan madrasah, menyusun dan penyajian data /
statistik sekolah. Waka. Kurikulum menyusun rencana dan program kerja bidang
pengajaran, menyusun daftar pembagian tugas mengajar, menyusun jadwal
69 Hasil Observasi, pada hari Selasa tanggal 5 Oktober 2010 di MTs NU Nurul Huda Semarang.
pelajaran, melaksanakan tes tengah semester dan ulangan umum semester
berdasarkan dengan ketentuan yang berlaku, menyusun satuan pelajaran. Waka.
Kesiswaan bertugas membantu pelaksanaan program kerja OSIS,
menyelenggarakan kegiatan PHBI PHBN serta upacara kenegaraan,
mengkoordinir pelaksanaan Class Meeting OSIS, melaksanakan tugas lain yang
diberikan kepala madrasah.70
Dengan adanya pembagian tugas yang jelas diharapkan perkembangan
madrasah akan lebih cepat serta tujuan madrasah dapat diwujudkan. Adapun
struktur organisasi MTs NU Nurul Huda Semarang dapat dilihat dalam lampiran.
4. Keadaan Guru, Karyawan dan Peserta Didik
MTs NU Nurul Huda Semarang pada tahun ajaran 2010/ 2011 memiliki
tenaga pendidik sebanyak 34 orang, dibantu oleh beberapa karyawan diantaranya
petugas kebersihan 2 orang, pembantu umum yang bertugas mempersiapkan
konsumsi bagi para guru dan karyawan 2 orang. Tenaga pendidik di MTs NU
Nurul Huda Semarang berlatarbelakang pendidikan dari program sarjana
pendidikan yang lulusan sarjana/ SI dan sarjana/ S2 dari beberapa perguruan
tinggi, yang masing–masing guru mempunyai latar belakang pendidikan yang
bervariasi, ada sebagian berasal dari pendidikan umum dan sebagian dari
kejuruan agama yang sesuai dengan bidangnya.71 Adapun daftar nama guru, visi
dan misi serta tujuan MTs NU Nurul Huda Semarang dapat dilihat dalam bagan
yang ada pada lampiran.
Adapun jumlah peserta didik di MTs NU Nurul Huda Semarang pada
tahun ajaran 2010 / 2011 berjumlah 573 peserta didik. Selama 3 tahun terakhir
telah menghasilkan beberapa prestasi dalam perlombaan yang bisa dikatakan
adanya peningkatan dalam hal prestasi bakat dan minat dari peserta didik.
Perolehan prestasi yang pernah diraih dapat dilihat dalam lampiran.
70 Hasil dokumentasi MTs NU Nurul Huda Semarang, yang diperoleh melalui BapakMuhibbudin S.PdI selaku Kepala Tata Usaha MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari Senin tanggal 4Oktober 2010 di ruang tata usaha.
71 Hasil dokumentasi MTs NU Nurul Huda Semarang, yang diperoleh melalui BapakMuhibbudin S.PdI selaku Kepala Tata Usaha MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari Senin tanggal 4Oktober 2010 di ruang tata usaha.
5. Sarana Prasarana
Pada tahun ajaran 2010 / 2011 MTs NU Nurul Huda Semarang mengenai
sarana dan prasarana dapat dikatakan mengalami peningkatan, yang sebelumnya
ruang guru masih bersamaan dengan ruang BK, mulai tahun 2008 / 2009 sudah
dibuatkan ruang khusus BK sendiri diharapkan peserta didik dapat
memanfaatkan ruang tersebut dengan baik.
Sedangkan pada observasi yang sudah dilakukan pada hari Senin dan
Selasa, tanggal 5 dan 6 Oktober 2010 terdapat ruang kepala madrasah, ruang tata
usaha, ruang guru, ruang bendahara, ruang laboratorium komputer, ruang
laboratorium IPA, dan ruang kelas yang berjumlah 14 ruang yang terdiri dari 5
ruang (Kelas VII A- E), 5 ruang (Kelas VIII A – E) dan 4 ruang (Kelas IX A -
D).
Berdasarkan upaya peningkatan yang dilakukan MTs NU Nurul Huda
Semarang dapat dikatakan pemenuhan sarana dan prasarana dapat dikatakan baik
serta memadai dalam membantu proses kegiatan madrasah dalam mewujudkan
visi misi dan tujuan MTs NU Nurul Huda Semarang.
B. Kondisi Awal Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul
Huda Semarang
Sebelum koordinator pembimbing merumuskan program peningkatan
layanan bimbingan konseling terlebih dahulu guru pembimbing mengetahui kondisi
pelaksanaan bimbingan konseling sebelumnya. Koordinator guru bimbingan
konseling Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd mengadakan diskusi dan pertemuan-
pertemuan dengan guru pembimbing sebelumnya Bapak Sugeng Mustofa S.E dan
kepala madrasah Bapak Drs H Ajma'in untuk mengetahui keadaan pelaksanaan
bimbingan konseling agar dapat meningkatkan pelaksanaan layanan bimbingan
konseling dari tahun ke tahun dengan memperbaiki kekurangan yang ada.
Dari hasil pertemuan dan diskusi yang dilakukan oleh koordinator guru
pembimbing, menghasilkan beberapa masukan tentang kondisi layanan bimbingan
konseling sebelumnya, adapun hasil kondisi pelaksanaan bimbingan konseling
dilihat dari beberapa aspek yaitu:
1. Sarana dan Prasarana
Keberadaan sarana dan prasarana pada pelaksanaan layanan bimbingan
konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang belum menunjang, hal itu terlihat
belum adannya fasilitas pendukung layanan bimbingan konseling yaitu ruang
bimbingan konseling secara khusus, keberadaan ruang bimbingan konseling
sebelumnya bertempat bersamaan dengan ruang guru yang didalamnya belum
ada penataan administrasi yang diperlukan dalam pelaksanaan layanan
bimbingan konseling, karena guru pembimbing sebelumnya menjadi pengajar
pada sebuah bidang study, sehingga ruangannya bersamaan.72
Mengetahui hal tersebut pada pelaksanaannya peserta didik belum
sepenuhnya memanfaatkan layanan bimbingan konseling, karena keberadaan
ruang bimbingan dan konseling yang bersamaan dengan ruang guru
menyebabkan peserta didik malu dan takut apabila permasalahan yang
disampaikan, diketahui dan didengar oleh guru yang lain, sehingga pelaksanaan
layanan konseling secara individu dan kelompok belum maksimal, kerahasiaan
tentang suatu hal yang disampaikan belum sesuai dengan azas-azas pada
pelaksanaan layanan bimbingan konseling, sehingga diperlukan ruang
bimbingan konseling secara khusus agar pelaksanaan layanan bimbingan
konseling dapat berjalan efektif dan efisien.
2. Kondisi Guru Pembimbing.
Guru pembimbing di MTs Nu Nurul Huda pada periode sebelum
diadakannya suatu peningkatan belum memenuhi standar kualifikasi akademik
dan kompetensi seorang konselor, hal itu terlihat guru pembimbing pada waktu
itu ditangani oleh seorang guru dari lulusan ekonomi sehingga belum sesuai
dengan standar kualifikasi akademik dan kompetensi yang dimiliki oleh seorang
konselor, guru pembimbing sebelumnya yaitu Bapak Sugeng Mustofa S.E, pada
pelaksanaannya guru pembimbing merangkap sebagai guru pada mata pelajaran
matematika dan ekonomi sehingga disibukkan dengan proses pembelajaran
menjadikan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
72 Hasil wawancara dengan Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku koordinator guru bimbingan dankonseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingandan Konseling.
Kompetensi yang belum sesuai dengan standar kualifikasi akademik
menjadikan penerapan pada proses bimbingan konseling belum terencana dan
terorganisir dengan baik, sehingga perlu wawasan yang baru dan pembagian
yang jelas pada pelaksanaan bimbingan dan konseling.
3. Pelaksanaan Pembelajaran Bimbingan Konseling
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengharuskan madrasah
untuk mengalokasikan 2 (dua) jam pelajaran per minggu bagi pelajaran
pengembangan diri. Hal ini berati di setiap madrasah paling tidak harus
mengalokasikan 2 jam pelajaran bagi guru bimbingan dan konseling untuk
mengadakan bimbingan secara klasikal.
Dalam praktiknya MTs NU Nurul Huda belum mengalokasikan 2 (dua)
jam pelajaran per minggu bagi pelajaran pengembangan diri, layanan bimbingan
klasikal belum maksimal dilaksanakan,73 karena guru pembimbing sebelumnya
merangkap sebagai guru pada mapel lain sehingga jadwalnya masih belum
tertata sehingga dilakukan apabila ada guru yang berhalangan hadir kemudian
jam pelajaran dimanfaatkan bagi guru pembimbing untuk mengadakan layanan
bimbingan secara klasikal di dalam kelas, pertemuan secara klasikal di dalam
kelas selama dua jam perminggu belum diadakan.
4. Kondisi Peserta Didik
Secara umum kondisi peserta didik sebelum adanya suatu peningkatan
yang dilakukan oleh guru pembimbing, peraturan-peraturan yang telah
ditentukan oleh madrasah banyak yang dilanggar oleh peserta didik tingkat
kedisiplinan masih kurang, serta permasalahan dari peserta didik belum
terangkum dengan baik karena belum adanya keterbukaan, peserta didik masih
pasif dalam berkonsultasi dengan guru pembimbing.
Permasalahan yang banyak dilanggar oleh peserta didik diantarannya:
tidak masuk tanpa keterangan, membolos pada jam pelajaran, berkelahi dengan
sesama teman, tidak melaksanakan jamaah sholat dzuhur, tidak melaksanakan
jamaah sholat dhuha, tidak berpakaian sesuai dengan ketentuan.
73 Hasil wawancara dengan Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku koordinator guru bimbingan dankonseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingandan Konseling.
Untuk mempermudah mengetahui tingkat kedisiplinan peserta didik
dapat dilihat dari jenis pelanggaran yang dilakukan peserta didik selama kurun
waktu 3 tahun terakhir sebelum adanya suatu peningkatan layanan bimbingan
konseling, jenis pelanggaran diambil dari yang terbanyak, dapat dilihat pada
tabel dan grafik dibawah ini:
Tabel 1
Jenis Pelanggaran Peserta Didik
Tahun AjaranNO Jenis Pelanggaran
2006/2007 2007/2008 2008/2009
1 Tidak masuk tanpa
keterangan
20 25 20
2 Membolos 20 25 30
3 Berkelahi 10 30 25
4 Tidak melaksanakan
jamaah sholat dzuhur
30 40 30
5 Tidak melaksanakan
jamaah sholat dzuha
20 40 30
6 Tidak berpakaian sesuai
dengan ketentuan
15 10 10
Sumber:
Hasil Olahan Peneliti Berdasarkan Hasil Wawancara Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd
selaku Koordinator Guru Pembimbing.
Adapun grafik pelanggarannya sebagai berikut 74 :
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
2006/2007 2007/2008 2008/2009
Tahun Ajaran
Tidak masuk tanpaketeranganMembolos
Berkelahi
Tidak melaksanakanjamaah sholat dzuhurTidak melaksanakanjamaah sholat dzuhaTidak berpakaian sesuaidengan ketentuan
Sedangkan prestasi peserta didik juga dapat dilihat dari nilai ujian
nasional, dalam nilai rata-rata hasil ujian tersebut terdapat kemajuan dari tahun
ketahun dari hasil lulusan selama 3 tahun terakhir.
Tabel 2Data Keberhasilan/Kelulusan Siswa MTs NU Nurul Huda Semarang 75
No TahunJumlahPesertaUjian
Lulus Prosentase Keterangan
1 2005/2006 119 119 100%2 2006/2007 149 149 100%3 2007/2008 135 135 100%
74 Grafik hasil olahan peneliti pada tanggal 20 Oktober 2010.75 Hasil dokumentasi MTs NU Nurul Huda Semarang, yang diperoleh melalui Bapak
Muhibbudin S.PdI selaku Kepala Tata Usaha MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari Senin tanggal 4Oktober 2010 di ruang tata usaha.
Grafik Keberhasilan/ Kelulusan Siswa MTs NU Nurul Huda 76
0
20
40
6080
100
120
140
160
2005
/2006
2006
/2007
2007
/2008
Jumlah Peserta UjianLulus
Tabel 3Nilai Rata-Rata Ujian Akhir
MTs NU Nurul Huda Semarang 77
Tahun AjaranNO Mapel UAN2005/2006 2006/2007 2007/2008
1BahasaIndonesia
7.63 7.20 5.88
2BahasaInggris
7.55 7.43 6.43
3 Matematika 8.05 7.26 7.764 IPA - - 6.43
Jumlah 23.23 21.89 26.5
Dari hasil mengetahui kondisi yang dilakukan oleh koordinator guru BK
MTs NU Nurul Huda Semarang guna meningkatkan layanan bimbingan konseling
terhadap peserta didik, dapat dilihat bahwa pelaksanaan bimbingan konseling di
MTs NU Nurul Huda Semarang belum terlaksana secara optimal hal itu terlihat
dengan belum adanya fasilitas pendukung pelaksanaan jasa layanan bimbingan
konseling belum memadai, guru pembimbing bimbingan konseling yang merangkap
sebagai guru mapel menjadikan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas, serta
76 Grafik hasil olahan peneliti pada tanggal 20 Oktober 2010.77 Hasil dokumentasi MTs NU Nurul Huda Semarang, yang diperoleh melalui Bapak
Muhibbudin S.PdI selaku Kepala Tata Usaha MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari Senin tanggal 4Oktober 2010 di ruang tata usaha.
masih adannya permasalahan dari peserta didik yang belum terkoordinir dengan
baik.
Mengetahui keberadaan pelaksanaan bimbingan konseling yang belum
terorganisir dengan baik, koordinator guru bimbingan dan konseling dan pihak
madrasah mengharapkan adanya peningkatan dalam proses bimbingan dan
konseling yang sudah berjalan, karena bimbingan dan konseling sangat diperlukan
oleh peserta didik dalam membantu menyelesaikan segala sesuatu yang dihadapi
serta meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar, rencana peningkatan tersebut
sangat didukung oleh Madrasah.78
C. Program Peningkatan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul Huda
Semarang
Dari hasil penulusuran masing-masing aspek secara keseluruhan kondisi
layanan bimbingan konseling sebelumnya masih terdapat beberapa kekurangan, hal
itu terlihat dari belum adanya fasilitas pendukung pelaksanaan jasa layanan
bimbingan konseling yaitu ruang bimbingan konseling secara khusus, kompetensi
guru konselor belum sesuai dengan kualifikasi akademik, serta guru bimbingan
konseling yang merangkap sebagai guru mapel menjadikan tumpang tindih dalam
pelaksanaan tugas, proses pembelajaran secara klasikal untuk mapel bimbingan
konseling selama 2 jam per minggu belum diadakan, serta masih adanya
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik.
Adapun strategi yang dilakukan oleh koordinator guru pembimbing dalam
meningkatkan layanan bimbingan konseling adalah:
1. Strategi Model Sosial
Strategi model sosial adalah strategi pengubahan perilaku yang digunakan
untuk membantu seorang peserta didik yang memerlukan respons-respons yang
diinginkan melalui pengamatan perilaku dari orang lain, pengamatan ini dapat
ditunjukkan dalam pertunjukkan model sosial hidup oleh konselor, dalam bentuk
simbolis melalui tulisan dan model-model atau melalui imajinasi klien sendiri.
78 Hasil wawancara dengan Bapak Drs H Ajma’in Yahya selaku Kepala Madrasah MTs NUNurul Huda Semarang, pada hari Sabtu 2 Oktober 2010, di ruang Kepala Madrasah.
Sedangkan untuk melaksanakan strategi model sosial tersebut guru
pembimbing melakukan langkah-langkah yang berupa:
a. Menciptakan pelayanan bimbingan konseling yang baik dan mampu memenuhi
apa yang diharapkan oleh pemakai (klien/konseli/peserta didik) serta merujuk
pada proses pelaksanaan layanan bimbingan konseling yang mampu memenuhi
harapan peserta didik, masyarakat serta lembaga dengan meningkatkan
wawasan peserta didik agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.
b. Mengadakan pembaharuan dari segi program kegiatan dengan mewujudkan
kekurangan yang dihadapi pada pelaksanaan bimbingan konseling.79
Guru pembimbing yang baru memberikan usaha-usaha dalam peningkatan
pelaksanaan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda, hal itu terlihat dengan
merencanakan program-program yang akan dijalankannya sesuai dengan
kebutuhan dan kekurangan dalam pelaksanaan bimbingan konseling sebelumnya.
1. Perencanaan
Sebelum melaksanakan program, guru bimbingan konseling mengadakan
perencanaan dengan guru serta wali kelas guna mendapatkan tambahan materi
dalam merencanakan program. Perencanaan itu dilakukan dalam rapat karena
perencanaan merupakan landasan untuk melaksanakan program. Proses
perencanaan dilakukan oleh guru pembimbing berdasarkan apa yang
dibutuhkan peserta didik dengan segala keanekaragaman dan keunikan
permasalahan yang sering muncul di hadapi oleh peserta didik MTs NU Nurul
Huda Semarang serta kekurangan pada pelaksanaan bimbingan konseling
sebelumnya.
Tahapan program peningkatan yang direncanakan disesuaikan dengan
kondisi pelaksanaan bimbingan konseling sebelumnya, program peningkatan
layanan bimbingan konseling diantarannya adalah:
a. Menyusun program bimbingan yang disesuaikan dengan kebutuhan
madrasah dan peserta didik, dalam menyusun rencana program
mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan peserta didik, kejelasan
bidang–bidang serta lingkup layanan bimbingan konseling yang disesuaikan
79 Hasil wawancara dengan Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku koordinator guru bimbingan dankonseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingandan Konseling.
dengan peserta didik, adannya keseimbangan yang wajar antara pelayanan
bimbingan secara kelompok dan secara individual, pelayanan rutin dan
pelayanan insidental.
b. Membuat ruang bimbingan konseling secara khusus tidak berbarengan
dengan ruang guru, sehingga pelaksanaan bimbingan konseling dapat
dirasakan oleh peserta didik dengan penuh kenyamanan dan kerahasiaan
dalam pelaksanaannya.80
c. Pengadaan perlengkapan yang dibutuhkan di dalam ruang bimbingan
konseling yaitu: meja-kursi, lemari, rak, papan tulis, papan pengumuman,
papan bimbingan yang didalamnya dikemukakan peraturan-peraturan
madrasah, media bantu yaitu LCD dan TV diterapkan pada pemberian materi
dan penyuluhan di dalam kelas serta buku-buku administrasi yang
dibutuhkan.
d. Menambah wawasan guru pembimbing tentang pentingnya peran BK, Guru
Bimbingan Konseling diikutkan seminar atau workshop, pelatihan, forum
ilmiah, pada setiap event yang diadakan oleh suatu lembaga serta mengikuti
pelaksanaan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) memusyawarahkan
mengenai mata pelajaran yang disesuaikan dengan mata pelajaran yang
diampu agar mengetahui perkembangan materi pembelajaran yang akan
diberikan.
e. Merevisi program kerja tahunan, program semester, program bulanan,
mingguan dan harian yang disesuaikan kondisi peserta didik serta kondisi
madrasah.
f. Pembagian jam pembelajaran di dalam kelas untuk kelas VII, VIII, IX, dan
pembagian personil dalam struktur layanan bimbingan konseling.
g. Membuat mekanisme penanganan murid bermasalah serta mekanisme kerja
bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang.
h. Proses pembelajaran pada mapel bimbingan konseling di dalam kelas
diadakan selama 2 jam per minggu.
80 Hasil wawancara dengan Bp Sugeng Mustofa S.E selaku guru pembimbing BK, pada hariSabtu 2 Oktober 2010, di ruang BK.
i. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja yang berkaitan
dengan permasalahan seputar perkembangan peserta didik dilaksanakan
ketika proses pertemuan secara klasikal di dalam kelas untuk kelas VIII dan
IX,
j. Penambahan data mengetahui permasalahan peserta didik dengan
mengadakan angket Problem Check List dengan harapan guru atau
pembimbing dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh peserta
didik.
k. Menyelenggarakan kartu pribadi untuk peserta didik sehingga pembimbing
ataupun staf pengajar yang lain dapat mengetahui data dari anak.
l. Menyelenggarakan kotak masalah atau kotak tanya seputar masalah–
masalah yang dihadapi peserta didik dengan menuliskan surat seputar
permasalahan yang dihadapi.
m. Mengadakan tes intelegensi bakat dan minat, bentuk kegiatan ini
mendatangkan seorang psikolog kemudian peserta didik baru kelas VII
mengikuti tes dengan kontribusi ditanggung oleh peserta didik
n. Pelatihan ISQ untuk pengembangan potensi peserta didik 81.
Dengan beberapa rangkaian program yang telah direncanakan diharapkan
memberikan kontribusi yang baik terhadap perkembangan peserta didik,
dengan harapan program yang direncanakan dapat berjalan dengan lancar
ungkap guru pembimbing bimbingan dan konseling Ibu Dra Hj Sri Mulyati
M.Pd.
2. Pelaksanaan
Dalam penerapan strategi model sosial tersebut guru pembimbing
menerapkan pada waktu pembelajaran secara klasikal didalam kelas serta
untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi guru pembimbing
menerapkan model sosial tersebut dalam sebuah pengamatan. Adapun tahapan
dalam pelaksanaan strategi model sosial yang diterapkan guru pembimbing
dikelas adalah:
81 Hasil wawancara dengan Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku koordinator guru bimbingan dankonseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingandan Konseling.
a. Demonstrasi Model
Demonstrasi model ini diterapkan oleh guru pembimbing dengan
mengambil contoh model yang akan diperankan dengan menggunakan
metode pengamatan, simbolis, atau tulisan.
Pada saat tertentu penerapan model sosial ini digunakan lewat
pemutaran film di kelas dengan harapan peserta didik dapat memiliki
semangat baru sesuai dengan film yang diputar. Adapun kegiatan pemutaran
film yang dilakukan oleh koordinator guru pembimbing adalah film
keanegaramaan hayati ciptaan Allah dan jenis film muhasabah, hal ini
diterapkan pada waktu kegiatan pembelajaran didalam kelas secara klasikal.
Guru pembimbing memutarkan film ini untuk dengan tujuan
memberikan pemahaman yang baru kepada peserta didik guna mengetahui
kebesaran ciptaan Allah, serta melatih peserta didik untuk bersyukur
terhadap apa yang dimiliki, dengan membangkitkan semangat dalam belajar
dan berkarya dengan renungan-renungan dalam prosesnya.
Nilai yang dapat diambil dari film tersebut berupaya menjelaskan
kepada peserta didik tentang kekuasaan yang dimiliki oleh Allah SWT, serta
dalam pembahasan-pembahasan yang lain guru pembimbing juga
mencontohkan figur-figur orang sukses dalam proses belajar dan berkarya
sehingga diharapkan peserta didik dapat mengambil hal-hal yang baik.
b. Partisipasi Terbimbing
Dalam pemutaran film yang telah dilaksanakan, guru pembimbing
mendampingi pemutaran film tersebut, disela-sela pemutaran guru
pembimbing memberikan komentar-komentar yang diperlukan peserta didik
agar dalam memahami sebuah nilai-nilai yang ada dalam film tersebut
sesuai dengan yang diharapkan oleh guru pembimbing sehingga dapat
bermanfaat dalam menjalani aktifitas sehari-hari.
c. Eliminasi Respon.
Apabila ada hal – hal yang kurang berkenan pada saat pemutaran
film guru pembimbing mengarahkan sesuai dengan harapan dari guru
pembimbing, dan ini dilakukan secara langsung, sesuai dengan target yang
diharapkan sehingga pola pikir dalam memahami sebuh teks sama, dalam
percontohan melalui figur-figur orang sukses atau orang yang diidolakannya
dengan melihat sisi positif terhadap figur yang dicontohkan yang nantinnya
dapat membuka semangat baru peserta didik dalam berkarya.
d. Penguatan – penguatan dari Pembimbing.
Setelah menerapkan model tersebut guru pembimbing berharap
adannya perubahan dari peserta didik dengan memberikan motivasi dan
penghargaan kepada peserta didik agar dapat menjalani proses berkarya
dengan baik, upaya yang dilakukan guru pembimbing ini semata-mata
mengaharapkan adannya semangat yang baru dari peserta didik.
Dalam penerapan strategi model sosial tersebut guru pembimbing
menerapkan pada waktu pembelajaran secara klasikal serta upaya dalam
penyelesaian masalah yang dihadapi oleh peserta didik.
3. Evaluasi.
Evaluasi terhadap adannya perkembangan dari strategi yang diterapkan
serta program kegiatan yang lain dievaluasi oleh guru pembimbing seteah
dilaksanakannya kegiatan yang dijalankan dengan mengetahui kesesuaian
antara rencana dengan pelaksanaan yang dijalankannya, hambatan-hambatan
dalam pelaksanaan, sedangkan untuk penerapan strategi model sosial yang
diterapkan didalam kelas guru pembimbing mengetahui dari adannya
perubahan terhadap kemajuan peserta didik dalam meningkatkan prestasi
belajar serta tingkat kemajuan kedisiplinan yang dijalankan peserta didik.
D. Hasil Program Peningkatan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul
Huda Semarang
Pelaksanaan hasil program peningkatan yang dilakukan oleh koordinator dan
guru pembimbing di MTs NU Nurul Huda Semarang secara keseluruhan berhasil
dilaksanakan, program peningkatan yang dibuat secara keseluruhan telah
disesuaikan dengan kebutuhan madrasah serta pelaksanaan bimbingan konseling,
adapun hasil program peningkatan yang telah dilaksanakan oleh koordinator guru
pembimbing dilihat dari aspek fisik dan non fisik sebagai berikut:
1. Aspek Fisik
a. Membuat ruang bimbingan konseling secara khusus adapun pelaksanaannya
koordinator guru pembimbing mengajukan kepada kepala madrasah untuk
membuat ruangan khusus bimbingan konseling, usaha tersebut diwujudkan
oleh kepala madrasah dengan adanya ruang bimbingan konseling yang tidak
dibarengkan dengan ruang guru pada tahun ajaran 2008/2009. Peserta didik
telah memanfaatkan jasa layanan bimbingan konseling di ruang konseling
dengan melakukan konsultasi secara berkelompok atau individu. Adapun
lokasi ruang bimbingan konseling sebagaimana terlampir.
b. Pengadaan perlengkapan di dalam ruang bimbingan konseling, adapun hasil
dari program tersebut di dalam ruang bimbingan konseling terdapat
perlengkapan yang menunjang diantaranya yaitu: meja-kursi, lemari, rak,
tempat tamu, papan tulis, papan pengumuman penjabaran program, papan
bimbingan yang didalamnya dikemukakan peraturan–peraturan madrasah,
layanan pola 17, media bantu TV serta buku-buku administrasi yaitu: buku
pelanggaran peserta didik, buku absensi peserta didik kelas VII, VIII, IX,
perlengkapan tersebut telah dimanfaatkan oleh peserta didik.
2. Aspek Non Fisik
Pada aspek non fisik ini dapat dilihat dari bentuk keterlaksanaan program
kegiatan yang telah berjalan serta tingkat kedisiplinan peserta didik dan prestasi
belajar adalah sebagai berikut:
a. Bentuk Keterlaksanaan Program
1) Menambah wawasan guru pembimbing dengan mengikuti pelatihan atau
seminar dari luar lembaga. Adapun kegiatan yang pernah diikuti oleh guru
pembimbing adalah:
a) Guru Bimbingan Konseling mengikuti seminar atau workshop,
pelatihan, forum ilmiah, pada event yang diadakan oleh suatu lembaga,
adapun seminar yang telah diikuti oleh guru BK diantaranya:Seminar
“Sertifikasi Profesi Guru” pada tanggal 30 April 2008, Seminar “Mutu
Pendidikan Sebagai Modal Utama Pembangunan Masyarakat” pada
tanggal 26 Januari 2008.
b) Mengikuti Musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) yang diadakan
oleh lembaga Ma’arif setiap setahun 2 kali, adapun bentuk kegiatannya
memusyawarahkan mengenai mata pelajaran yang disesuaikan dengan
mata pelajaran yang diampu dengan menganalisis materi-materi atau
program yang sudah dijalankan, untuk pelaksanaan MGMP tahun ini
diadakan di MTs Nu Nurul Huda pada tanggal 30 Januari 2010, diikuti
oleh seluruh guru Ma’arif Kota Semarang. Kegiatan-kegiatan yang
telah diikuti oleh guru pembimbing menambah wawasan guru
pembimbing tentang pentingnya peran bimbingan konseling.
2) Merevisi program kerja tahunan, program semester, program bulanan,
mingguan yang disesuaikan kondisi peserta didik serta kondisi madrasah.
Adapun hasil program tersebut sebagaimana terlampir.
3) Pembagian jam pembelajaran di dalam kelas untuk kelas VII, VIII, IX,
dan pembagian personil dalam struktur layanan bimbingan konseling,
Adapun rinciannya sebagai berikut:
a) Pembagian jam pembelajaran untuk kelas VII A, B, C, D, E dan kelas
IX A, B, C, D, E menjadi tugas guru pembimbing Ibu Dra Hj Sri
Mulyati M.Pd sedangkan kelas VIII A, B, C,D oleh Bapak Sugeng
Mustofa S.E.82
b) Pembagian personil dalam struktur layanan bimbingan konseling yaitu:
Koordinator Guru Pembimbing (Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd). Guru
Pembimbing (Bapak Sugeng Mustofa S.E). Serta dalam penanganan
peserta didik dibantu oleh Wa.Ka Kesiswaan (Bapak Muchoyyir S.Ag).
Dengan pembagian personil memudahkan dalam melaksankaan proses
pembelajaran dan penanganan.
4) Membuat mekanisme penanganan peserta didik yang bermasalah serta
mekanisme kerja bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang.
Hasil mekanisme tersebut sebagaimana terlampir.
5) Mengadakan diskusi dengan koordinator guru BK dan wali kelas tentang
penyamaan persepsi pelaksanaan kegiatan BK yang akan dijalankan,
bentuk kegiatan ini adalah sharing tentang permasalahan yang dihadapi
oleh peserta didik serta perkembangannya, apabila ada permasalahan yang
82 Hasil wawancara dengan Bp Sugeng Mustofa S.E selaku guru pembimbing BK, pada hariSabtu 2 Oktober 2010, di ruang BK.
urgen dapat segera terselesaikan. Kegiatan ini dilaksanakan pada waktu
menyelesaikan permasalahan peserta didik. Hasil dari kegiatan diskusi
membantu menyamakan persepsi terhadap penanganan peserta didik.
6) Proses pembelajaran pada mapel bimbingan konseling di dalam kelas
diadakan selama 2 jam per minggu. Adapun hasil program tersebut pada
pelaksanaannya mapel bimbingan konseling diadakan selama 2 jam per
minggu, adapun pembagiannya untuk kelas VII A, B, C, D, E dan kelas IX
A, B, C, D, E menjadi tugas guru pembimbing Ibu Dra Hj Sri Mulyati
M.Pd sedangkan kelas VIII A, B, C,D oleh Bapak Sugeng Mustofa S.E.
Proses pembelajaran secara klasikal ini sangat membantu didik dalam
pengembangan diri.
7) Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja yang
berkaitan dengan permasalahan seputar perkembangan peserta didik
dilaksanakan ketika proses pertemuan secara klasikal di dalam kelas untuk
kelas VIII dan IX. Kegiatan penyuluhan ini telah dimulai pada tahun
ajaran 2009,83 bentuk kegiatannya guru pembimbing memberikan materi
tentang pentingnya reproduksi serta bahaya narkoba bagi peserta didik
pada waktu pembelajaran secara klasikal, selanjutnya dilakukan tanya
jawab oleh peserta didik.
8) Menyelenggarakan kotak masalah atau kotak tanya seputar masalah–
masalah yang dihadapi peserta didik. Adapun hasil pelaksanaannya:
a) Peserta didik menuliskan pertanyaan ataupun seputar permasalahan
yang dihadapi dengan identitas masing–masing dengan harapan dapat
memberikan bantuan cara menyelesaikannya, penyelenggaraan kotak
masalah ini dilaksanakan setiap seminggu 2 kali ketika pelajaran BK
peserta didik dipersilahkan mengajukan pertanyaan atau berupa
permasalahan lewat surat, selanjutnya guru BK mengidentifikasi
masing-masing pertanyaan ataupun permasalahan yang diajukan,
sehingga jawabannya dapat disampaikan secara umum oleh guru BK
pada pertemuan selanjutnya, kegiatan telah dilaksanakan mulai tahun
83 Hasil wawancara dengan Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku koordinator guru bimbingan dankonseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingandan Konseling.
2009. Kegiatan ini mengantisipasi apabila peserta didik malu bercerita
secara langsung di depan guru pembimbing.84
b) Kegiatan ini sangat membantu Maulida yang telah mencurahkan
perasaannya lewat surat, problem yang dialami karena malas belajar
sehingga dia berharap mendapatkan arahan dari guru pembimbing dan
hal itu terwujud dengan adanya semangat baru dalam belajar, ungkap
Ida Murniati peserta didik kelas IX B.
Dari hasil secara keseluruhan program yang ditingkatkan dapat berjalan,
adapun hasil program peningkatan yang dijalankan MTs NU Nurul Huda
Semarang telah memberikan kontribusi yang baik pada peserta didik dengan
telah memanfaatkan jasa layanan perseorangan maupun kelompok di ruang
bimbingan konseling serta penambahan wawasan pengetahuan tentang kegiatan
dalam bentuk penyuluhan maupun materi–materi yang diberikan guru bimbingan
konseling pada proses pembelajaran di dalam kelas secara klasikal,85 sejak
adanya guru pembimbing baru Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd.
Hal senada juga disampaikan oleh kepala madrasah Bapak Drs H Ajma’in
Yahya bahwa peningkatan pelaksanaan bimbingan konseling, dapat mengurangi
pelanggaran-pelanggaran serta bertambahnya kedisiplinan hal ini terlihat dengan
peserta didik datang tepat waktu ketika berangkat ke madrasah serta peningkatan
prestasi peserta didik baik dalam hal akademik maupun melalui kegiatan ekstra
kurikuler serta dapat dilihat dari hasil nilai ujian nasional. Terlihat dengan
adanya kepedulian dalam melaksanakan kegiatan shalat berjamaah untuk shalat
dzuha dan shalat berjamaah pada waktu shalat dzuhur, tanpa harus diperintah
peserta didik melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan kepedulian mereka.
Diantara permasalahan yang diutarakan oleh peserta didik pada tahun ajaran
2010 / 2011 permasalahan yang muncul terangkum dengan baik, hal itu terlihat
sebagai berikut 86:
84 Hasil wawancara dengan Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku koordinator guru bimbingan dankonseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingandan Konseling.
85 Hasil wawancara dengan Hasil wawancara dengan Maulida, peserta didik kelas IX B, padahari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di dalam kelas IX B.
86 Hasil wawancara dengan Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku koordinator guru bimbingan dankonseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingandan Konseling.
1. Masalah Pribadi :
Masalah yang diutarakan oleh peserta didik beraneka ragam menyangkut
pribadi peserta didik diantaranya hubungan yang kurang harmonis dengan
keluarga, masalah dengan orang yang dicintainya, serta masalah keuangan
tentang pembayaran yang belum dilaksanakan.
Peran guru pembimbing dalam membantu mengentaskan permasalahan
pribadi dengan mengidentifikasi permasalahan yang sedang dihadapi oleh
peserta didik dengan mengadakan tatap muka langsung dengan peserta didik
yang bermasalah sehingga peserta didik dapat mengutarakan segala
perasaannya, usaha yang dilakukan guru pembimbing juga dengan
mengadakan home visit untuk memperoleh keterangan tentang situasi
lingkungan dan bertindak sebagai motivator.
2. Masalah Sosial
Permasalahan sosial yang dialami oleh peserta didik ini menyangkut cara
bergaul dengan teman yang lain, beradaptasi dengan lingkungan, menghadapi
guru yang angkuh, menghadapi perseteruan dengan teman di MTs NU Nurul
Huda.
Untuk membantu memecahkan permasalahan sosial ini guru bimbingan
dan konseling mengadakan penelitian terhadap siswa yang bersangkutan
untuk mendapatkan data yang valid, kemudian mempertemukan kedua belah
pihak untuk mengklarifikasi tentang masalah yang sedang dihadapi,
kemudian guru bimbingan dan konseling memberikan masukan-masukan
kepada peserta didik yang sedang bermasalah, agar bisa memahami dirinya
dan mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
3. Masalah Belajar
Masalah yang dihadapi peserta didik yaitu mengalami masalah belajar
dikarenakan mengalami kesulitan dalam menerima dan memahami pelajaran
(materi) yang disampaikan oleh guru, kesulitan belajar peserta didik dapat
diidentifikasi dengan melakukan tes hasil belajar, tes kemampuan dasar,
pengamatan kebiasaan belajar langkah yang dilakukan oleh guru bimbingan
dan konseling mengetahui peserta didik yang sedang mengalami kesulitan
mata pelajaran dalam bidang apa serta alasan dari peserta didik, kemudian
setelah diketahui penyebabnya guru bimbingan dan konseling memberikan
motivasi dan beberapa saran yang konstruktif dengan memberikan jalan
pemecahan masalah melalui pengubahan orientasi peserta didik.
Ada beberapa faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar bisa
digolongkan ke dalam faktor eksternal dan internal, teknik membantu peserta
didik yang kesulitan belajar yaitu: pengajaran perbaikan, pengayaan materi,
peningkatan motivasi belajar, peningkatan keterampilan belajar,
pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.
4. Masalah Karir
Permasalahan peserta didik yang berusaha meningkatkan potensi dan
mandiri di sekolah, guna meringankan biaya pendidikan dengan bekerja
membantu orang tua yang dikhawatirkan mengganggu aktifitas peserta didik,
misalnya prestasi menurun karena memikirkan usaha yang dilakukannya,
banyaknya tugas diorganisasi yang diikuti, dengan mengetahui
permasalahannya peran guru bimbingan dan konseling memberikan solusi
kongkrit mengatasi permasalahan itu yakni dengan mengatur waktu seefektif
mungkin serta dengan memberikan motivasi agar semangat dalam
melaksanakan proses belajar di madrasah.87
Peserta didik yang membutuhkan informasi terkait dengan pribadi, sosial,
belajar, karir mereka datang sendiri maupun berkelompok ke ruang bimbingan
dan konseling untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan,
pemanfaatan ruang bimbingan dan konseling sangat dirasakan oleh peserta didik
karena keterjaminan rahasia jelas Daviq salah seorang yang memanfaatkan
layanan tersebut,88 misalnya peserta didik ingin mengetahui cara bersosialisasi
yang baik dimasyarakat, dapat masuk di sekolah-sekolah favorit, ingin bercerita
dengan guru bimbingan dan konseling tentang permasalahan yang dihadapinya.
Dalam melaksanakan keempat bimbingan tersebut MTs NU Nurul Huda
memaksimalkan 9 layanan yaitu layanan orientasi, layanan
penyaluran/penempatan, layanan informasi, layanan pembelajaran, layanan
87 Hasil wawancara dengan Ibu Sri Mulyati M.Kons selaku koordinator guru bimbingan dankonseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 di ruang Bimbingandan Konseling.
88 Hasil wawancara dengan Daviq, peserta didik kelas IX C, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober2010 di dalam kelas IX C.
bimbingan kelompok, layanan konsultasi, dan layanan mediasi. Sedangkan jenis
kegiatan yang mendukung kesembilan layanan tersebut adalah aplikasi
instrumentasi bimbingan dan konseling, himpunan data, konferensi kasus,
kunjungan rumah, tampilan kepustakaan dan alih tangan kasus. secara
menyeluruh kegiatan bimbingan dan konseling di MTs NU Nurul Huda meliputi
bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir.
Peningkatan yang dilakukan oleh Madrasah Tsanawiyah pada tahun
2008/2009 telah memberikan kontribusi yang baik pada peserta didik hal itu
dipaparkan oleh peserta didik yang telah memanfaatkan jasa layanan bimbingan
konseling di ruang konseling dengan bersama-sama teman melaksanakan
layanan secara berkelompok, serta pertemuan secara klasikal di ruang kelas yaitu
pertemuan dua jam pelajaran selama seminggu memudahkan peserta didik
menambah wawasan yang baru dalam perkembangannya.
Adapun kegiatan yang telah direncanakan akan tetapi belum terlaksana yaitu
penambahan data mengetahui permasalahan peserta didik dengan mengadakan
angket Problem Check List akan dilaksanakan secara insidental, serta kartu
pribadi peserta didik akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2011. Program lain
yaitu mengadakan tes intelegensi bakat dan minat, bentuk kegiatan ini
mendatangkan seorang psikolog kemudian peserta didik baru kelas VII
mengikuti tes dengan kontribusi ditanggung oleh peserta didik untuk mengetahui
bakat minat yang dimiliki, kegiatan ini direncanakan mulai tahun 2010, akan
tetapi dalam perjalanannya belum terlaksana karena pada tahun 2010 ini
kegiatan di MTs NU Nurul Huda sangat padat serta adanya beberapa hambatan
yang menjadikan kegiatan tersebut tidak terlaksana.89
Tes intelegensi bakat dan minat akan dilaksanakan pada tahun ajaran baru
2011 untuk kelas VII pada pertemuan awal proses pembelajaran sedangkan
pelatihan ISQ akan dilaksanakan pada tahun 2011, kegiatan ini diikuti oleh
peserta didik kelas IX karena akan melaksanakan ujian nasional agar dapat
termotivasi dalam melaksanakan ujian tersebut.
89 Hasil wawancara dengan Bp Sugeng Mustofa S.E selaku guru pembimbing BK, pada hariSabtu 2 Oktober 2010, di ruang BK.
Untuk lebih mudah mengetahui hasil program peningkatan yang telah
dijalankan, berikut tabel hasil pelaksanaan program peningkatan layanan
bimbingan konseling terhadap peserta didik MTs NU Nurul Huda Semarang:
Tabel 4
Hasil pelaksanaan Program
Ketercapaian
No JENIS PROGRAM TerlaksanaBelum
Terlaksana
1. Membuat ruang bimbingan
konseling√
2. Pengadaan perlengkapan di dalam
ruang bimbingan konseling √3. Menambah wawasan guru
pembimbing dengan mengikuti
seminar, workshop, pelatihan, forum
ilmiah, MGMP.
√
4. Merevisi program kerja tahunan,
program semester, program bulanan,
mingguan dan harian.√
5. Pembagian jam pembelajaran di
dalam kelas dan pembagian personil. √6. Membuat mekanisme penanganan
murid bermasalah serta mekanisme
kerja bimbingan konseling.√
7. Mengadakan diskusi dengan
koordinator guru BK, beserta wali
kelas.√
8. Penambahan jam pembelajaran di
dalam kelas secara klasikal. √9. Menyelenggarakan penyuluhan
kesehatan reproduksi remaja. √
10. Penambahan data mengetahui
permasalahan peserta didik dengan
mengadakan angket Problem Check
List.
√
11. Menyelenggarakan kartu pribadi
peserta didik.√
12. Menyelenggarakan kotak masalah
atau kotak Tanya √13. Mengadakan tes intelegensi bakat
dan minat, dengan mendatangkan
seorang psikolog√
14. Pelatihan ISQ untuk pengembangan
potensi peserta didik. √
Dengan adanya tabel diatas dapat diketahui bahwa perencanaan program
yang telah dibuat, dari masing-masing terlaksana adapun program yang belum
terlaksana yaitu pembuatan kartu pribadi peserta didik, pengadaan Problem Check
List, tes intelegensi bakat minat dan pelatihan ISQ untuk pengembangan peserta
didik yang akan dilaksanakan pada tahun ajaran baru 2011.
b. Tingkat Kedisiplinan Peserta Didik dan Tingkat Prestasi Belajar
Adapun tingkat kedisiplinan peserta didik setelah adanya suatu
peningkatan dapat berkurang dalam 2 tahun terakhir, hasil peningkatan
kedisiplinan peserta didik dapat dilihat dari berkurangnya pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan di antaranya adalah:
Tabel 5
Tingkat Kedisipilinan Peserta Didik 90
Tahun AjaranNO Jenis Pelanggaran
2009/2010 2010/2011
1 Tidak masuk tanpa keterangan 15 10
2 Membolos 15 5
3 Berkelahi 10 5
4 Tidak melaksanakan jamaah
sholat dzuhur
15 7
5 Tidak melaksanakan jamaah
sholat dzuha
10 8
6 Tidak berpakaian sesuai dengan
ketentuan
10 8
Secara keseluruhan dari tahun ketahun mengalami penurunan pada
pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik, tingkat penurunan tersebut
dapat dilihat pada grafik 91 dari keseluruhan selama 5 tahun terakhir sebelum
dan sesudah diadakan peningkatan pada tahun 2008/2009, adannya kesadaran
dari peserta didik tentang peraturan yang ada dengan pemahaman yang
diberikan oleh koordinator guru pembimbing, serta terlihat upaya
penyelesaian permasalahan-permasalahan yang muncul pada peserta didik
diantarannya masalah pribadi, sosial, karir, belajar.
90 Hasil dokumentasi yang diperoleh dari Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd selaku koordinator gurubimbingan dan konseling MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari kamis Tanggal 7 Oktober 2010 diruang Bimbingan dan Konseling.
91 Grafik hasil olahan peneliti pada tanggal 20 Oktober 2010.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
2006
/2007
2007
/2008
2008
/2009
2009
/2010
2010
/2011
Tidak masuk tanpaketerangan
Membolos
Berkelahi
Tidak melaksanakanjamaah sholat dzuhur
Tidak melaksanakanjamaah sholat dzuha
Tidak berpakaiansesuai denganketentuan
Sedangkan prestasi peserta didik juga mengalami peningkatan dari nilai
rata-rata hasil ujian nasional selama 2 tahun terakhir, adapun hasil nilai ujian
akhir nasional adalah:
Tabel 6Nilai Rata-Rata Ujian Akhir Nasional
MTs NU Nurul Huda Semarang 92
Tahun AjaranNO Mapel UAN2008/2009 2009/2010
1 Bahasa Indonesia 8.05 8.252 Bahasa Inggris 7.21 8.453 Matematika 8.39 9.254 IPA 8.19 7.39
Jumlah 31.84 33.34
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa nilai peserta didik dalam
melaksanakan ujian nasional dapat meningkat dari tahun ke tahun.
Sebelumnya pada tahun 2005/2006 jumlah nilai rata-rata ujian nasional
berjumlah 23.23 akan tetapi pada tahun 2009/2010 naik sebesar 33.34.
92 Hasil dokumentasi MTs NU Nurul Huda Semarang, yang diperoleh melalui BapakMuhibbudin S.PdI selaku Kepala Tata Usaha MTs NU Nurul Huda Semarang, pada hari Senin tanggal 4Oktober 2010 di ruang tata usaha.
Tabel 7
Tingkat Kelulusan Peserta Didik
No Tahun JumlahPeserta Ujian Lulus Prosentase
1 2008/2009 166 166 100%2 2009/2010 177 175 98,9%
Adapun grafik tingkat prestasi belajar peserta didik dari ujian nasional,
secara keseluruhan dari tahun ketahun mengalami peningkatan, tingkat
peningkatan prestasi tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini dari
keseluruhan selama 5 tahun terakhir.93
020406080
100120140160180200
2005
/2006
2006
/2007
2007
/2008
2008
/2009
2009
/2010
Jumlah Peserta UjianLulus
93 Grafik hasil olahan peneliti pada tanggal 20 Oktober 2010.
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Sebagaimana yang tertera dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini untuk
mengetahui kondisi awal pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul
Huda Semarang, kemudian bagaimana program peningkatan layanan bimbingan
konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang, serta bagaimana hasil program
peningkatan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang. Dalam
Bab IV ini penulis menganalisis hal tersebut sesuai dengan metode yang digunakan
yaitu menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
Penulis menganalisis ketiga aspek pokok tersebut yaitu Pertama, mengenai
analisis kondisi awal pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda
Semarang. Kedua, program apa saja yang ditingkatkan dalam pelaksanaan layanan
bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang. Ketiga, hasil program
peningkatan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang apakah
program yang berusaha ditingkatkan telah terlaksana atau belum terlaksana sesuai
dengan rencana yang telah dibuat oleh koordinator guru pembimbing serta dampak
terhadap perkembangan prestasi dan tingkat kedisipilinan peserta didik di MTs NU
Nurul Huda Semarang.
A. Analisis Kondisi Awal Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU
Nurul Huda Semarang
Pelaksanaan layanan bimbingan konseling sebelum diadakan suatu
peningkatan koordinator guru pembimbing bahwa pelaksanaan bimbingan konseling
di MTs NU Nurul Huda Semarang belum terlaksana secara optimal hal itu terlihat
dari belum adanya fasilitas pendukung pelaksanaan jasa layanan bimbingan
konseling serta dari guru pembimbing BK sebelumnya yang merangkap sebagai
guru mapel menjadikan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas serta belum sesuai
dengan kualifikasi akademik dan kompetensi seorang konselor yang berpengaruh
pada pelaksanaan tugas.
Fasilitas pendukung pelaksanaan jasa layanan bimbingan konseling serta
pelaksanaan tugas masih tumpang tindih sehingga perlu diadakan pembenahan, agar
pelaksanaan layanan bimbingan konseling dapat berjalan secara optimal, untuk itu
diperlukan pengkajian ulang akan pentingnya layanan bimbingan konseling di MTs
NU Nurul Huda, sehingga penanganan terhadap peserta didik yang dapat membantu
dalam menerima, memahami, mengaktualisasikan diri, mengembangkan potensi
serta mengambil keputusan dalam mengatasi permasalahan dapat secara optimal
terlaksana.
Dalam mengetahui kondisi layanan bimbingan konseling guru pembimbing
tidak menggunakan metode yang jelas, guru pembimbing menggunakan perkiraan
kondisi yang kiranya masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaan layanan
bimbingan konseling sebelum diadakan suatu peningkatan dilihat dari kondisi
peserta didik, guru pembimbing, sarana dan prasarana yang ada serta pelaksanaan
pembelajarannya, seharusnya dalam mengetahui kondisi dilihat dari beberapa faktor
yang menjadi dasar dalam upaya mengadakan suatu peningkatan.
Untuk lebih memperjelas mengetahui kondisi pelaksanaan layanan
bimbingan konseling yang belum terkoordinasi dengan baik, hendaknya guru
pembimbing dapat menggunakan SWOT guna mengidentifikasi hal tersebut akan
diketahui kekuatan, kelemahan, ancaman, serta peluang yang dimiliki sehingga
dapat memanfaatkan kekuatan dengan meminimalisir ancaman dari proses
bimbingan konseling tersebut.
Faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor eksternal
berupa peluang dan ancaman. 94 Adapun untuk memperjelas kondisi pelaksanaan
layanan bimbingan konseling dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Analisis Internal
Secara garis besar ada dua hal dalam menganalisis situasi lingkungan
internal pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda
Semarang yaitu:
a. Kekuatan ( Strengths )
Kekuatan (Strengths) pada proses layanan bimbingan konseling di MTs
NU Nurul Huda adalah:
94 Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Educa,2010), hlm 180.
1) Respon positif dan dukungan dari kepala madrasah tentang adanya suatu
peningkatan yang dilakukan guru pembimbing, sangat membantu guru
pembimbing dalam melaksanakan program yang akan dijalankan.
2) Keinginan dan semangat yang tinggi dari seluruh civitas madrasah,
menjadikan madrasah sebagai sekolah berstandar nasional menjadikan
pihak madrasah meningkatkan segala komponen yang ada.
3) Kejelasan struktur organisasi madrasah dan pengurus yang lengkap,
memudahkan dalam pencapaian pembagian kerja dari masing–masing
tugas yang akan dijalankannya.
4) Proses pembelajaran di madrasah yang mencakup wawasan pengetahuan
umum dan agama menjadikan nilai tersendiri bagi madrasah.
b. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan pada proses layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul
Huda adalah:
1) Fasilitas pendukung pelaksanaan jasa layanan bimbingan konseling belum
memadai sehingga pemanfaatan jasa layanan bimbingan dan konseling di
ruang BK kurang mendapat respon positif dari peserta didik.
2) Guru pembimbing BK merangkap sebagai guru mapel menjadikan
tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
3) Proses pembelajaran didalam kelas yang belum terlaksana selama 2 jam
pembelajaran.
4) Masih banyaknya pelanggran yang dilakukan oleh peserta didik.
2. Analisis eksternal
Analisis eksternal ini meliputi peluang dan ancaman dalam
melaksanakan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang
sehingga dapat diketahui kesempatan dan hambatan dalam pelaksanaan program
dalam tujuan panjang, sedang atau pendek. Bentuk analisis ini meliputi
lingkungan secara global yang mencakup studi kelayakan terhadap program
yang akan dijalankan, dengan mengetahui kondisi sosial budaya masyarakat,
sehingga dapat diidentifikasi hal-hal yang kiranya perlu dilaksanakan dan tidak
dilaksanakan. Sehingga dapat diketahui peluang dan ancaman yang dimiliki oleh
MTs NU Nurul Huda Semarang adalah sebagai berikut:
a. Peluang (Opportunity)
Peluang (Opportunity) pada proses layanan bimbingan konseling di MTs
NU Nurul Huda adalah:
1) Kepercayaan masyarakat terhadap Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda
cukup tinggi hal itu terlihat mayoritas warga sekitar menyekolahkan
anaknya di madrasah Tsanawiyah Nurul Huda.
2) Lulusan Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda banyak diterima di sekolah-
sekolah favorit yang ada di semarang seperti SMA 8, SMA 3 data dari
diskusi kepala madrasah dengan koordinator guru pembimbing.
3) Prestasi yang cukup membanggakan banyak diraih oleh peserta didik,
dalam berbagai kompetisi yang diikuti oleh Madrasah Tsanawiyah Nurul
Huda Semarang
b. Ancaman (Threats)
Ancaman yang perlu diperhatikan oleh guru pembimbing adalah:
1) Madrasah berdekatan dengan pemukiman warga terkadang mengganggu
proses pembelajaran berlangsung, hal ini terlihat ketika membunyikan
musik terdengar dari ruangan kelas.
2) Keberadaan gedung pembelajaran yang berjauhan di depan masjid dan
dibelakang masjid, membuat kesulitan dalam pemantauan peserta didik,
karena luasnya ruang pembelajaran dan banyaknya peserta didik.
3) Keadaan peserta didik yang sebagian hidup di pesantren membuat
kompleksnya permasalahan yang dihadapi peserta didik terutama dengan
jumlah pelajaran yang banyak.
4) Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda berdekatan dengan sekolah formal
yang sama sederajat.
Dari beberapa uraian penjabaran analisis diatas secara lebih rinci hasil
analisisnya terdapat pada tabel dibawah ini:
Potensi Kekuatan (Potential InternalStrengths)
Potensi Kelemahan (Potential InternalWeakness)
- Respon positif dan dukungan darikepala madrasah tentang adannyasuatu peningkatan yang dilakukanguru pembimbing
- Struktur organisasi yang lengkap dimadrasah dan pengurus madrasahserta memiliki badan hukum yangjelas.
- Keinginan Madrasah Tsanawiyah dansemangat yang tinggi dari seluruhcivitas madrasah menjadi sekolahberstandart nasional menjadikanmadrasah sebagai sekolah berstandartnasional.
- Proses pembelajaran di madrasahyang mencakup wawasanpengetahuan umum dan agama.
- Fasilitas pendukungpelaksanaan jasa layanan bimbingankonseling belum memadai.
- Guru pembimbing BK merangkapsebagai guru mapel menjadikantumpang tindih dalam pelaksanaantugas.
- Proses pembelajaran belumdilaksanakan selama 2 jam.
- Masih banyaknya pelanggaran yangdilakukan oleh peserta didik.
Potensi Peluang (Potential ExternalOpportunities )
Potensi Ancaman (Potential ExternalThreats)
- Respon masyarakat terhadapMadrasah Tsanawiyah Nurul Hudatinggi
- Lulusan madrasah dapat diterima diSMA / MA favorit.
- Banyaknya prestasi yang pernahdiraih oleh Madrasah TsanawiyahNurul Huda
- Madrasah berdekatan denganpemukiman warga terkadangmenggangu proses pembelajaranberlangsung.
- Keberadaan gedung pembelajaran yangberjauhan membuat kesulitan dalampemantauan peserta didik.
- Madrasah berdekatan dengan sekolahformal sederajat.
- Keadaan peserta didik yang sebagianhidup di pesantren membuatkompleksnya permasalahan yangdihadapi.
Dapat dilihat bahwa kelemahan yang ada di MTs NU Nurul Huda Semarang
yaitu fasilitas pendukung pelaksanaan jasa layanan bimbingan konseling belum
memadai serta guru pembimbing BK yang merangkap sebagai guru mapel
menjadikan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas sehingga diperlukan
pengkajian ulang dalam setiap kegiatan yang akan dijalankannya, pembelajaran 2
jam selama seminggu belum diadakan, serta masih banyaknya pelanggaran yang
dilakukan oleh peserta didik.
B. Program Peningkatan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul Huda
Semarang
Mengenai program peningkatan yang dilakukan oleh koordinator guru
pembimbing serta pihak madrasah dapat dikatakan cukup baik karena dalam
program yang dijalankan tersebut telah sesuai dengan kekurangan yang ada
diantaranya tidak adanya ruang bimbingan konseling secara khusus, ruang
bimbingan yang masih berbarengan dengan ruang guru menjadikan pelaksanaan
layanan bimbingan konseling tidak efektif, upaya pengadaan ruang bimbingan
konseling telah diwujudkan sehingga menjadi nilai positif tersendiri pada
pelaksanaan bimbingan konseling ke depannya.
Dalam membuat program-program yang akan ditingkatkan pihak
koordinator guru pembimbing dan madrasah merencanakan dan menganalisis
kondisi sebelumnya, akan tetapi dalam rencana tersebut koordinator tidak membagi
masing-masing penanggung jawab dari setiap program yang hendak dijalankan, agar
memudahkan dalam pelaksanaan program tersebut, pembagian tugas atau
pengorganisasian akan memperjelas tugas yang akan dijalankan dalam penyusunan
rencana program bimbingan konseling yang disesuaikan dengan jabatan yang
dipegang dengan upaya melibatkan orang-orang ke dalam organisasi bimbingan di
madrasah, serta upaya melakukan pembagian kerja di antara anggota organisasi
bimbingan di madrasah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan program yang akan dijalankan
hendaknya guru pembimbing membagi rencana program yang akan dijlankan
kedalam rencana jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek, masing-
masing jangka tersebut sebelumnya telah diidentifikasi serta sesuai dengan
kebutuhan madrasah dan kondisi dari peserta didik.
Guru pembimbing dalam menerapkan strategi model sosial diharapkan
secara kontinyu diterapkan pada proses pembelajaran bimbingan konseling di
dalam kelas, karena dengan percontohan model ini peserta didik akan melihat
secara langsung wujud nyata melalui pengamatan-pengamatan dalam percontohan
model tersebut, serta guru pembimbing mempersiapkan hal tersebut dengan matang,
pencontohan model sosial ini akan membawa pengaruh besar terhadap pembentukan
karakter dari peserta didik.
Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam pelaksanaan program bimbingan
dan konseling di madrasah, maka diperlukan pengaturan cara kerja, prosedur kerja
dan pola kerja serta mekanisme kerja kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling tidak dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil
guna kalau tidak diimbangi dengan organisasi yang baik. Tanpa organisasi tidak
adanya suatu koordinasi, sasaran yang jelas dalam pelaksanaan tugas serta kontrol
yang tidak jelas.
Kepala sekolah sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pendidikan
memegang peranan strategis dalam meningkatkan layanan bimbingan konseling di
sekolah yang meliputi kegiatan pelajaran, pelatihan dan bimbingan di sekolah yaitu
dengan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi kegiatan
pengajaran, pelatihan dan bimbingan konseling sehingga menjadi kesatuan yang
terpadu harmonis dan dinamis, melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
perencanaan pelaksanaan bimbingan dan konseling, mempertanggungjawabkan
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, memfasilitasi guru pembimbing atau
konselor untuk dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan
profesionalnya melalui peningkatan program dan kegiatan lainnya.
Penyediaan anggaran biaya untuk kelancaran program bimbingan dan
konseling perlu disediakan dalam masing-masing program yang akan dijalankan 95
diantaranya pembiayaan personel, pengadaan dan pengembangan alat-alat teknis,
biaya operasional, biaya photocopy materi-materi, penelitian atau riset, mengikuti
pelatihan-pelatihan, serta buku-buku untuk menunjang pelaksanaan bimbingan
konseling sehingga diharapkan dalam kelanjutannya di dalam ruang bimbingan
konseling juga terdapat perpustakaan mini untuk menarik simpati dari anak pada
proses layanan bimbingan konseling sehingga dapat berkualitas.
Adapun program peningkatan yang dilakukan oleh MTs NU Nurul Huda
telah sesuai dengan kebutuhan yang sebelumnya tidak ada, program tersebut
diantaranya:
1. Membuat ruang bimbingan konseling
2. Pengadaan perlengkapan di dalam ruang bimbingan konseling
95 Dewa Ketut Sukardi, Desak P.E Nila Kusumawati, Proses Bimbingan dan Konseling diSekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2008), hlm 40.
3. Menambah wawasan guru pembimbing dengan mengikuti seminar, workshop,
pelatihan, forum ilmiah, MGMP.
4. Merevisi program kerja tahunan, program semester, program bulanan, mingguan
dan harian.
5. Pembagian jam pembelajaran di dalam kelas dan pembagian personil.
6. Membuat mekanisme penanganan murid bermasalah serta mekanisme kerja
bimbingan konseling.
7. Mengadakan diskusi dengan koordinator guru BK, beserta wali kelas.
8. Penambahan jam pembelajaran di dalam kelas secara klasikal.
9. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan reproduksi remaja.
10. Penambahan data mengetahui permasalahan peserta didik dengan mengadakan
angket Problem Check List.
11. Menyelenggarakan kartu pribadi peserta didik.
12. Menyelenggarakan kotak masalah atau kotak tanya
13. Mengadakan tes intelegensi bakat dan minat, dengan mendatangkan seorang
psikolog
14. Pelatihan ISQ untuk pengembangan potensi peserta didik.
Seperti yang peneliti paparkan tadi hendaknya dari masing-masing kegiatan
yang akan dijalankan ada penanggung jawab dalam pelaksanaanmya, sehingga dapat
diketahui hasil dari pelaksanaanmya dan menjadi bahan rujukan untuk kegiatan
selanjutnya, serta diperlukan pengawasan dari kepala madrasah, karena pada
pelaksanaanmya monitoring sangat penting untuk mengetahui sejauh mana
pelaksanaan kegiatan yang dijalankan.
C. Hasil Program Peningkatan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul
Huda Semarang
Beberapa hasil program telah dilaksanakan, telah membawa pengaruh besar
terhadap pelaksanaan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang, hal
itu terlihat dengan jumlah peningkatan pengunjung pada proses pelaksanaan layanan
bimbingan konseling, peserta didik telah memanfaatkan layanan kelompok dan
individual di ruang bimbingan konseling guna memperoleh informasi dan
berkonsultasi serta mencoba mengungkapkan segala perasaan yang dirasakan oleh
peserta didik dengan kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, peserta didik
datang ke ruang bimbingan konseling untuk memanfaatkan jasa layanan bimbingan
konseling, walaupun ada peserta didik yang dipanggil oleh guru pembimbing karena
sesuatu hal yang perlu diklarifikasikan.
Dengan adanya upaya peningkatan tersebut sangat membantu peserta didik
dalam memanfaatkan jasa layanan baik di dalam kelas secara klasikal maupun
berkonsultasi secara langsung dengan guru pembimbing di ruang bimbingan dan
konseling untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.
Program yang direncanakan sepenuhnya telah dirasakan oleh peserta didik
mulai dari adanya kotak masalah, penyuluhan-penyuluhan serta kegiatan yang lain,
hal serupa juga telah dirasakan oleh kepala madrasah bahwa dengan adanya upaya
pembaharuan yang dilakukan oleh koordinator guru pembimbing pada tahun 2009
ini menambah kualitas pelaksanaan layanan bimbingan konseling, sehingga menurut
peneliti upaya peningkatan tersebut berjalan dengan baik dan perlu dikembangkan,
meskipun ada beberapa program kegiatan yang belum dijalankan diantaranya tes
intelegensi bakat dan minat, kartu peserta didik, program Problem Check List, serta
pelatihan ISQ, kedua kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada tahun 2011, untuk
kegiatan ter intelegensi bakat minat secara khusus dimulai untuk kelas VII
sedangkan kegiatan pelatihan ISQ akan diikuti oleh peserta didik kelas IX karena
akan melaksanakan ujian nasional agar dapat termotivasi dalam melaksanakan ujian
tersebut.
Program kegiatan yang belum terlaksana tersebut dikarenakan adannya
beberapa hambatan diantarannya padatnya kegiatan di MTs NU Nurul Huda
sehingga kegiatan yang direncanakan bergantian dengan kegiatan yang lain, untuk
kegiatan tes intelegensi bakat dan minat masih menungu persetujuan dari pihak
madrasah.
Hal lain juga terlihat dengan keberadaan guru pembimbing konseling sangat
membantu pengembangan peserta didik dengan adanya program dan perhatian dari
seluruh guru pembimbing, hal ini terlihat dengan adanya kepedulian dalam
melaksanakan kegiatan seperti shalat berjamaah untuk shalat dhuha dan shalat
berjamaah pada waktu shalat dzuhur, tanpa harus diperintah dan disuruh peserta
didik melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan kepedulian mereka, serta sangat
membantu peserta didik dalam mengatasi kesulitan pembelajaran dengan diberi
motivasi dan upaya penyelesaiannya.
Serta hasil program bimbingan dan konseling yang diselenggarakan oleh
koordinator dan guru pembimbing di madrasah dengan adanya penyuluhan serta
arahan-arahan berdampak pada berkurangnya pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan oleh peserta didik dan bertambahnya kedisiplinan hal ini terlihat dengan
peserta didik datang tepat waktu ketika berangkat ke madrasah serta peningkatan
prestasi peserta didik baik dalam hal akademik maupun melalui kegiatan ekstra
kurikuler, serta terselesaikannya permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik baik
tentang sosial, pribadi, akademik maupun karir.
Dengan melihat beberapa program yang telah dilaksanakan oleh guru
pembimbing, hendaknya dalam setiap program yang dijalankan guru pembimbing
menunjuk penangung jawab dalam setiap kegiatan yang akan dijalankan, agar guru
pembimbing dapat terbantu dalam menjalanakan program-program yang akan
dijalankannya.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan tentang Upaya Strategis
Dalam Meningkatkan Layanan Bimbingan Konseling di MTs NU Nurul Huda
Semarang, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Kondisi awal Pelaksanaan layanan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda
dapat diketahui, bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling sebelum diadakan
suatu peningkatan oleh guru pembimbing masih terdapat penataan yang belum
sistematis dan optimal hal itu terlihat dari fasilitas pendukung pelaksanaan jasa
layanan bimbingan konseling yang belum memadai yaitu ruang BK, keberadaan
guru pembimbing periode sebelum diadakan peningkatan belum sesuai dengan
kualifikasi akademik dan kompetensi seorang konselor dan pelaksanaan
pembelajaran di dalam kelas selama 2 jam belum diadakan serta masih adannya
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan peserta didik karena
permasalahan yang muncul belum terangkum dengan baik.
2. Program peningkatan yang dilakukan oleh koordinator guru pembimbing dan
pihak madrasah adalah dengan membuat ruang bimbingan dan konseling beserta
perlengkapan yang dibutuhkan dan penataan administrasi, melaksanakan
bimbingan secara klasikal di ruang kelas dengan terjadwal. Sedangkan strategi
yang diterapkan guru pembimbing dalam meningkatkan layanan bimbingan
konseling adalah strategi model sosial, model tersebut diterapkan pada proses
bimbingan maupun dalam proses pemecahan masalah serta pembelajaran
didalam kelas. Program peningkatan yang menunjang peningkatan sesuai
dengan kebutuhan diantarannya: pembuatan program kerja tahunan, semester,
bulanan, mingguan, menambah wawasan guru pembimbing dengan mengikuti
seminar, workshop, pelatihan, forum ilmiah, MGMP, membuat struktur layanan
bimbingan konseling, mekanisme penanganan murid bermasalah serta
mekanisme kerja bimbingan konseling, menyelenggarakan kartu pribadi,
penyelenggaraan kotak masalah atau kotak tanya, mengadakan diskusi dengan
koordinator guru BK, beserta wali kelas, menyelenggarakan penyuluhan
kesehatan, penyelenggaraan papan bimbingan, mengadakan angket Problem
Check List, mengadakan tes intelegensi bakat dan minat, pelatihan ISQ untuk
pengembangan potensi peserta didik.
3. Hasil program yang telah dilaksanakan, telah membawa pengaruh terhadap
pelaksanaan bimbingan konseling di MTs NU Nurul Huda Semarang, hal itu
terlihat dengan jumlah peningkatan pengunjung pada proses pelaksanaan
layanan bimbingan konseling, peserta didik telah memanfaatkan layanan
kelompok dan individual di ruang bimbingan konseling guna memperoleh
informasi dan berkonsultasi serta mencoba mengungkapkan segala perasaan
yang dirasakan oleh peserta didik dengan kesadaran dan tanpa paksaan dari
pihak manapun, walaupun ada peserta didik yang dipanggil oleh guru
pembimbing karena sesuatu hal yang perlu diklarifikasikan, tingkat kedisplinan
peserta didik dalam menjalankan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan
berangsur membaik dengan sedikitnya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
oleh peserta didik selama 2 tahun terakhir, sebelum diadakannya suatu
peningkatan masih terdapat beberapa pelanggaran sedangkan setelah diadakan
peningkatan turun, adapun hasil prestasi peserta didik naik dari tahun
2005/2006 nilai rata-rata ujian nasional 23,23 sedangkan pada tahun 2009/2010
naik sebesar 33,34. Sedangkan hasil program peningkatan yang telah
dilaksanakan adalah: pembuatan program kerja tahunan, semester, bulanan,
mingguan yang telah direvisi, menambah wawasan guru pembimbing dengan
mengikuti seminar, workshop, pelatihan, forum ilmiah, MGMP, membuat
struktur layanan bimbingan konseling, mekanisme penanganan murid
bermasalah serta mekanisme kerja bimbingan konseling, penyelenggaraan kotak
masalah atau kotak tanya, mengadakan diskusi dengan koordinator guru BK,
beserta wali kelas, menyelenggarakan penyuluhan kesehatan, penyelenggaraan
papan bimbingan. Sedangkan kegiatan yang belum terlaksana yaitu
menyelenggarakan kartu pribadi peserta didik, penggunaan program Check List,
tes intelegensi bakat dan minat serta pelatihan ISQ untuk pengembangan potensi
peserta didik sedangkan hasil yang lain dapat dilihat dari perubahan kemajuan
peserta didik terhadap kepedulian dalam melaksanakan kegiatan seperti shalat
berjamaah untuk shalat dzuha dan shalat berjamaah pada waktu shalat dzuhur,
serta berkurangnya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik
dan bertambahnya kedisiplinan juga tingkat prestasi yang dilihat dari nilai ujian
nasional.
B. Saran-saran
Demi meningkatkan mutu MTs NU Nurul Huda Semarang serta kemajuan
pelaksanaan bimbingan konseling yang ada di MTs NU Nurul Huda Semarang,
peneliti berusaha memberikan masukan dan pertimbangan terhadap pelaksanaan
layanan bimbingan konseling, diantaranya:
1. Kepala madrasah MTs NU Nurul Huda hendaknya menambah guru konselor
baru yang sesuai dengan kualifikasi akademik dan kompetensi konselor, karena
melihat jumlah peserta didik yang banyak yaitu 573 tidak seimbang apabila
ditangani oleh dua guru bimbingan dan konseling, untuk itu perlu diadakan
penambahan.
2. Guru pembimbing hendaknya menganalisis kondisi layanan bimbingan
konseling dengan menggunakan analisis SWOT, sehingga akan memperjelas
guru pembimbing dalam membuat program yang akan dijalankannya.
3. Guru pembimbing dalam menerapkan strategi model sosial diharapkan secara
kontinyu diterapkan pada proses pembelajaran bimbingan konseling di dalam
kelas, karena dengan percontohan model ini peserta didik akan melihat secara
langsung wujud nyata melalui pengamatan-pengamatan dalam percontohan
model tersebut, serta guru pembimbing mempersiapkan hal tersebut dengan
matang, pencontohan model sosial ini akan membawa pengaruh besar terhadap
pembentukan karakter dari peserta didik.
4. Setelah melaksanakan kegiatan, diperlukan adannya monitoring atau
pengawasan dari kepala madrasah, agar dapat diketahui hasil pelaksanaan
program serta dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
5. Setiap program kegiatan yang dibuat oleh koordinator guru pembimbing serta
guru bimbingan dan konseling hendaknya diperjelas dengan arahan jangka
panjang, pendek, menengah dan tahunan agar pencapaian perubahan dari tahun
ke tahun dapat selalu berubah, menghasilkan hal yang positif.
6. Diharapkan dari seluruh peserta didik MTs NU Nurul Huda Semarang
memanfaatkan jasa pelayanan bimbingan konseling di ruang bimbingan
konseling serta pertemuan secara klasikal di dalam kelas dimanfaatkan dalam
membantu peserta didik dalam mengembangkan diri dalam meningkatkan
potensi yang dimiliki.
7. Koordinator guru pembimbing dan staf guru bimbingan dan konseling, lebih
meningkatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di MTs
NU Nurul Huda Semarang, baik peserta didik yang bermasalah ataupun peserta
didik yang berpotensi sehingga dapat diketahui perkembangannya dalam
menempuh proses pembelajaran di madrasah.
C. Penutup
Dengan mengucap puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan nikmat, petunjuk yang tak terhingga kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pelaksanaan
penyusunan skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan kebaikan-kebaikan dan
sebagai amal sholeh yang akan diterima oleh Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sebuah kesempurnaan, kekurangan yang tidak terlepas dari keterbatasan yang ada
pada penulis, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari berbagai
pihak penulis harapkan guna kelengkapan dalam skripsi ini, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis khususnya serta pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Abi Muhammad Ibn Isma’il Al-Bukhori, Matan Shahih Bukhori, BeirutLibanon: Maktabah Daaru Ihyail Kutubil Arabiyyah.
Akdon, Strategic Management For Educational Management, Bandung: Alfabeta,2007.
Ali Mahrus Syamsuddin bin, Al-Qur an dan Terjemahnya, Jakarta: CV.Darus Sunnah,2007
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2006
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: RinekaCipta,2006.
Bungin Burhan, Penelitian Kualitatif , Jakarta: Prenada Media Group, 2007.
Bush Tony, Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan,(terjemahan: Fahrurrozi), Jogjakarta: IRCisod, 2006.
Cordoso Faustino, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi Offset, 2003
Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Jumanatul Ali,2005), hlm 146.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 1996.
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-Undang dan Peraturan PemerintahRepublik Indonesia, Jakarta: Departemen Agama RI, 2006.
Gunawan Yusuf, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : PT Gramedia PustakaUtama, 1992.
Hallen, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Ciputat Press,2002.
Hasan, Iqbal, Pokok-pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta: GhaliaIndonesia, 2002.
Hidayat Ara, Imam Machali, , Pengelolaan Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Educa,2010.
Juntika Nurihsan Ahmad, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan,Bandung:PT. Refika Aditama, 2007.
Kartono Kartini, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya, Jakarta: Rajawali, 1985..
MA Alex, Kamus, Ilmiah Populer Kontemporer, Surabaya: Karya Harapan, 2005.
Mahfud Junaidi Khairuddin, dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),Jogjakarta:Nuansa Aksara, 2007
Mappiare Andi, Kamus Istilah Konseling dan Terapi, Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2006.
Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,2004.
Pangkyim J, Manajemen Suatu Pengantar, Jakarta: Gladia Indonesia, 1982.
Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan dan Konseling di Sekolah, Jakarta:PT. RinekaCipta, 2001.
Purwanto Iwan, Manajemen Strategi,Bandung: CV.Yrama Widya, 2007.
Qodir Abdul Riza (3104024), Efektivitas Manajemen Strategik di Lembaga PendidikanIslam (Studi Kasus di SMP Nasima Semarang), Skripsi Fakultas Tarbiyah IAINWalisongo, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah.
Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yogyakarta:PustakaPelajar,2008.
Sagala Syaiful, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan ,Bandung:Alfabeta, 2007.
Salahudin Anas, Bimbingan dan Konseling, Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Sallis Edward, Total Quality Manajemen In Education, Yogjakarta: IRCiSoD, 2007.
Siagian P., Filsafat Administrasi, Jakarta: Haji masagung, 1989.
Slameto, Perspektif Bimbingan Konseling dan penerapannya, Semarang: SatyaWacana, 1991
Sugian Syahu, Kamus Manajemen (Mutu), Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta,2008
Suharso, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang: CV Widya Karya, 2009
Sukardi Dewa Ketut dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konselingdi Sekolah, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008.
Sukardi Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling,Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: BumiAksara, 2003
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Walgito Bimo, Bimbingan dan Konseling, Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2005
Willis, S Sofyan., Konseling Individu Teori dan Praktek, Bandung : Alfabeta, 2004.
Winkel SJ W.S., Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah, Jakarta:PT.Gramedia, 1982.
Yusuf Syamsu, Nur Ihsan A. Juntika, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung :Remaja Rosdakarya, 2005.
Zuriah Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta : PT. BumiAksara, 2007
REFERENSI INTERNET
Herman Machfud, ”Manajemen Bimbingan dan Konseling”http://machfudherman.wordpress.com/2010/02/04/manajemen-bimbingan-dan-konseling/, diunduh pada tanggal 15 Agustus 2010
Mochamad Nursalim, “Pendidikan dan Pelatihan guru”http://www.slideshare.net/guest626d709/presentasi-mojokerto. diunduh padatanggal 1Nopember 2010.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Lilif Muallifatul Khorida Filasofa
Tempat, tanggal lahir : Semarang, 15 Desember 1988
Alamat : Jl Tapak Rt. 04 Rw. 03 Tugurejo Tugu Semarang
Phone/ HP : 085 290 621 774/ 085 726 205 974
E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal : SD Negeri Tugurejo 2 (Lulus 2000)
MTs NU Nurul Huda Semarang (Lulus 2003)
MA NU Nurul Huda Semarang (Lulus 2006)
S1 IAIN Walisongo Semarang tahun 2006
Non formal : Pondok Pesantren Al-Ishlah Mangkang Semarang
Pengalaman Organisasi :
Pengurus HMJ Jurusan KI Fakultas Tarbiyah Tahun 2007
Pengurus Dewan Racana Walisongo Semarang Tahun 2008
Ketua UKMI Racana Walisongo Semarang Tahun 2009
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 13 Desember 2010
Lilif Muallifatul Khorida F.SNIM 063311032
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Struktur Organisasi Mts NU Nurul Huda Semarang
2. Lampiran Visi dan Misi MTs NU Nurul Huda Semarang
3. Lampiran Tabel Jumlah Peserta Didik MTs NU Nurul Huda Semarang TahunAjaran 2010/1011.
4. Lampiran Daftar Prestasi MTs NU Nurul Huda Semarang
5. Lampiran Periode Kepemimpinan MTs NU Nurul Huda Semarang
6. Lampiran Pedoman Observasi dan Hasil Observasi
7. Lampiran Pedoman Wawancara.
8. Lampiran Hasil Wawancara.
9. Lampiran Hasil Dokumentasi.
10. Lampiran Struktur Organisasi Pelayanan Bimbingan Konseling
11. Lampiran Mekanisme Penanganan Peserta Didik Bermasalah
12. Lampiran Mekanisme Kerja Bimbingan Konseling
13. Lampiran Draft Program Kerja Bimbingan Konseling
14. Lampiran Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi
15. Lampiran Surat Mohon Izin Riset
16. Lampiran Surat Keterangan dari MTs NU Nurul Huda Semarang
17. Lampiran Sertifikat Passka Fakultas
18. Lampiran Sertifikat Passka Institut
19. Lampiran Piagam KKN
20. Lampiran Piagam Perkemahan Wirakarya
21. Biodata Peneliti
VISI MISI DAN TUJUAN
MTs NU NURUL HUDA SEMARANG
A. VISI
BERAKHLAK, BERPRESTASI, HARAPAN INDONESIA.
B. MISI
1. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban
generasi Islam yang bermartabat
2. Menciptakan kondisi yang mengarah pada peningkatan keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah SWT
3. Memprioritaskan kegiatan amal sholeh dan estetika berbusana
4. Meningkatkan kwalitas out put siswa dengan pelajaran Agama dan pelajaran
umum (sains) secara bersama-sama disertai dengan prakteknya
5. Memacu motivasi belajar siswa dengan menyediakan buku buku yang di
butuhkan
6. Pengembangan sarana pendidikan
7. Pengembangan potensi, intelektual, bakat dan minat para siswa dalam kegiatan
ekstra kurikuler
8. Mengembangkan budaya toleransi, perdamaian, kritis dan demokratis
9. Mempersiapkan tenaga yang lebih professional dalam rangka meningkatkan
mutu keluaran
C. TUJUAN
Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran Serta
pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran islam, Untuk
membina Peserta Didik agar menjadi manusia Yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT, berakhlakul karimah, Cerdas, berpengetahuan luas,
kreatif, mandiri, Bertanggungjawab serta bermanfaat bagi agama bangsa dan
negara.
TABEL JUMLAH PESERTA DIDIK MTs NU NURUL HUDA SEMARANGPADA TAHUN AJARAN 2010/2011
NO KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
VII A 20 22 42
VII B 25 17 42
VII C 10 32 42
VII D 15 27 42
1.
VII E 18 20 38
VIII A 20 29 49
VIII B 17 30 47
VIII C 25 26 51
2.
VIII D 20 28 48
IX A 15 19 34
IX B 18 15 34
IX C 17 19 36
IX D 13 21 34
3.
IX E 15 19 34
JUMLAH 573
DAFTAR PRESTASI MTs NU NURUL HUDA SEMARANGSELAMA 3 TAHUN TERAKHIR
No Jenis Lomba Nama Peserta Tanggal /Tahun
Keterangan
1 Pidato Bahasa ArabPutra
M.SabiqKamalul Haq
24 Mei 2008 Juara I
2 Maulid Nabi Rifqi dkk (TimHadroh MTs)
27 Mei 2008 Juara III
3 Pidato BahasaInggris Putra
Ikhwanuddin 24 Mei 2008 Juara I
4 Kaligrafi Latifah 24 Mei 2008 Juara I5 Pidato Bahasa Arab
PutriAna Elliyana 25 Agustus
2008Juara I
6 Marching Band Ayu Ma’aliyadkk (Tim
Marching Band)
26 April 2008 Juara II
7 Cerdas CermatAgama
Umi Latifah,Ikhwan,
AnwariyatulHusna
26 Mei 2008 Juara I
8 MTQ Nahna 25 Juli 2009 Juara I9 Fashion Show
PutraIrfan Muzakki 28 Mei 2008 Juara I
10 Volly Club Budi dkk 27 Mei 2009 Juara II11 Pidato Bahasa
Inggris PutriUmi Latifah 24 Mei 2008 Juara I
12 Catur Putri Laila NurJannah
26 Mei 2009 Juara I
13 Pidato BahasaInggris Putri
Umi 26 Mei 2008 Juara II
14 Marching Band Riyadus dkk(Tim Marching
Band)
10 Februari2010
Juara II
15 Bulu Tangkis Ahmad FarisNoviyanto
27 Mei 2009 Juara I
PERIODE KEPEMIMPINAN MTs NU NURUL HUDA SEMARANGNO Nama Kepala Madrasah Tahun Menjabat
1. Drs. KH.M. Choironi 1968-1982
2. Drs. Syaifullah 1982-1983
3. Drs. KH. Ahmad Hadlor Ihsan 1983-1987
4. Mujito Sanusi 1987-1991
5. KH. M. Tohir Abdullah, AH 1991-1994
6. Drs. Shobirin, M.SI 1994-1995
7. KH. Ali Hasan 1995-1998
8. Drs. Shobirin, M.SI 1998-2003
9. Drs. H. Ajma’in Yahya 2003-2007
10. Drs. H. Ajma’in Yahya 2007-2011
PEDOMAN OBSERVASI DAN HASIL OBSERVASIDI MTS NU NURUL HUDA SEMARANG
NO KEGIATAN OBSERVASI HASIL OBSERVASI1 Pengamatan Data-Data dan
Profil Madrasah• Keberadaan MTs NU Nurul Huda
Semarang sangat strategis diMangkangkulon Kecamatan TuguKota Semarang
• Pada tahun 2010 pergantian pemimpinselama 10 kali
• Peserta didik berjumlah 5472 Pengamatan Kegiatan Guru
BK• Adannya guru pembimbing yang baru
sesuai dengan kualifikasi akademikdan kompetensi seorang konselor.
• Mengadakan adannya perubahaan padaproses pelaksanaan BK
• Melaksanakan pembelajaran selama 2jam seminggu
• Adannya peningkatan yangdisesuaikan dengan kebutuhan
3 Pengamatan ProgramPeningkatan Yang Dijalankan
1. Membuat Ruang BK2. Pengadaan perlengkapan di dalam
Ruang BK3. Menambah wawasan guru pembimbing4. Merevisi program kerja5. Pembagian jam pembelajaran6. Membuat mekanisme penanganan
murid bermasalah serta mekanismekerja bimbingan konseling.
7. Mengadakan diskusi8. Penambahan jam pembelajaran di
dalam kelas secara klasikal.9. Menyelenggarakan penyuluhan
kesehatan reproduksi remaja.10.Penambahan data mengetahui
permasalahan peserta didik denganmengadakan angket Problem CheckList.
11.Menyelenggarakan kartu pribadipeserta didik.
12.Menyelenggarakan kotak masalah13.Mengadakan tes intelegensi bakat dan
minat14.Pelatihan ISQ
4 Pengamatan Kegiatan EkstraPeserta Didik
• Paskibra• Hadrah• Englis Conversation• Marcing Band
• Volly Ball• Musik• Silat• Pramuka
5 Pengamatan BanyaknyaPelanggaran Yang DilakukanDan Hasil Prestasi PesertaDidik
Ø Jenis Pelanggaran yang seringdilakukan:1. Tidak masuk tanpa keterangan2. Membolos pada jam pelajaran3. Berkelahi dengan sesama teman4. Tidak melaksanakan jamaah sholat
dzuhur5. Tidak melaksanakan jamaah sholat
dhuha6. Tidak berpakaian sesuai dengan
ketentuan.Ø Tingkat prestasi peserta didik:
Pada tahun 2005/2006 jumlah nilairata-rata ujian nasional berjumlah23.23 akan tetapi pada tahun2009/2010 naik sebesar 33.34.
PEDOMAN WAWANCARA
Ø Kepala Sekolah:
1. Bagaimana pendapat kepala madrasah tentang pelaksanaan layananbimbingan konseling di MTs Nu Nurul Huda Semarang?
2. Dengan melihat kemajuan yang ada, apakah diperlukan peningkatan padaproses bimbingan konseling selanjutnya?
3. Program kegiatan apa saja yang akan ditingkatkan oleh lembaga?4. Apakah pihak madrasah mendukung dengan rencana peningkatan yang
dilaksanakan oleh guru BK?5. Bagaimana tindakan kepala sekolah untuk meningkatkan layanan
Bimbingan Konseling tersebut?6. Apakah pihak madrasah mendukung dengan rencana peningkatan layanan
tersebut?Ø Guru Bimbingan dan Konseling:
1. Bagaimana pelaksanaan BK di MTs NU Nurul Huda Semarang?
2. Mengapa pada pelaksanaan bimbingan konseling diadakan suatupeningkatan, apa yang menjadi alasan diadakan peningkatan?
3. Dengan melihat kondisi yang demikian, langkah apa yang ditempuh dalammewujudkan adannya perubahan pada proses bimbingan konselingtersebut?
4. Bagaimana hasil program peningkatan layanan bimbingan konseling yangtelah dijalankan?
5. Kendala apa yang dihadapi pada pelaksanaan bimbingan konseling?6. Setelah diadakan upaya peningkatan oleh guru pembimbing apakah ada
perubahan dari perkembangan peserta didik?Ø Peserta Didik:
1. Bagaimana pelayanan bimbingan dan konseling di MTs NU Nurul HudaSemarang?
2. Apakah kamu sering memanfaatkan layanan konseling maupun layanankelompok dalam ruang BK?
3. Apakah dengan program yang ada kamu dapat mengembangkan potensiyang kamu miliki?
4. Apakah kamu termotivasi dengan adanya guru BK yang baru?5. Pengetahuan apa yang kamu peroleh setelah mengikuti rangkaian program
yang dijalankan?
HASIL WAWANCARA DENGAN Drs H Ajma’in Yahya (KEPALAMADRASAH MTs NU NURUL HUDA SEMARANG)
Hari : Sabtu
Tanggal : 2 Oktober 2010
Waktu : 10.00-11.00
Tempat : Ruang Kepala Madrasah
1. Bagaimana pendapat kepala madrasah tentang pelaksanaan layanan
bimbingan konseling di MTs Nu Nurul Huda Semarang?
Pelaksanaan layanan bimbingan konseling pada tahun 2010 ini dapat
dikatakan berjalan dengan baik, terlihat pada proses pelaksanaanya peserta didik
banyak yang memanfaatkan jasa layanan bimbingan konseling baik secara
individu ataupun berkelompok di ruang BK, serta proses pengajaran secara
klasikal atau layanan klasikal didalam kelas juga terlaksana dengan baik, guru
bimbingan konseling yang sesuai dengan kompetensinya menjadi nilai tersendiri
pada proses bimbingan yang dijalankan, sejak kedatangan Ibu Dra Hj Sri Mulyati
M.Pd pada tahun 2009 hal itu menjadi kemajuan tersendiri pada proses bimbingan
konseling di MTs NU Nurul Huda untuk kedepannya.
2. Dengan melihat kemajuan yang ada, apakah diperlukan peningkatan pada
proses bimbingan konseling selanjutnya?
Sangat diperlukan upaya peningkatan tersebut, meskipun saat ini ada
perubahan, namun saya harapkan pada proses selanjutnya bimbingan konseling
tetap menmberikan perubahan-perubahan pada proses layanan bimbingan
konseling, karena hal itu sangat diperlukan untuk peserta didik, meskipun pada
pelaksananaya sebelumnya masih terdapat banyaknya permasalahan yang belum
terkoordinir dengan baik dan adannya tumpang tindih akan tetapi pada
pelaksanaan kedepan sudah tidak terjadi lagi dan perlu dievaluasi oleh guru
pembimbing.
3. Program kegiatan apa saja yang akan ditingkatkan oleh lembaga?
Program yang akan ditingkatkan dari berbagai aspek dan dilihat dari segi
kebutuhan terutama upaya penataan yang sistematis terhadap pelaksanaan BK,
baik dari administrasi maupun dalam bentuk kegiatan pengembangan peserta
didik, sepenuhnya kegiatan bimbingan konseling saya percayakan kepada guru
pembimbing, karena dengan kedatangan guru pembimbing tersebut akan
membantu guru pembimbing sebelumnya dalam melaksanakan tugas, pemantauan
kegiatan tetap dilaksanakan guna mengetahui hasil dari program yang akan
dijalankan.
4. Apakah pihak madrasah mendukung dengan rencana peningkatan yang
dilaksanakan oleh guru BK?
Sangat mendukung sekali usaha yang akan dilaksanakan oleh koordinator
guru pembimbing, dengan adannya peningkatan kegiatan yang dilakukan oleh
guru BK baik dalam meningkatkan mutu pembimbing sendiri dengan mengikuti
kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh lembaga luar serta meningkatkan
perkembanagan peserta didik dengan mengadakan kegiatan di dalam lembaga
maupun di luar lembaga saya sangat mendukung upaya tersebut, dengan harapan
segera terlaksana tugas-tugas yang akan dijalankan, karena dengan bimbingan
konseling sangat membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi peserta didik.
HASIL WAWANCARA DENGAN Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd (Koordinator
Guru BK MTs NU NURUL HUDA SEMARANG)
Hari : Kamis
Tanggal : 7 Oktober 2010
Waktu : 09.00-10.30
Tempat : Ruang Bimbingan dan Konseling
1. Bagaimana pelaksanaan BK di MTs NU Nurul Huda Semarang?
Pelaksanaan bimingan dan konseling untuk tahun 2010 ini dapat
dikatakan sudah berjalan dengan baik, kegiatan telah berjalan seperti biasannya
tanpa harus menunggu instruksi dari atasan kegiatan telah berjalan dengan
sendirinya, karena untuk tahun 2010 ini kegiatan-kegiatan yang telah
direncanakan sebelunnya tinggal menunngu pelaksanaan kegiatan tersebut,
karena pada tahun sebelumnya diadakan upaya peningkatan dari kekurangan
yang ada.
2. Mengapa pada pelaksanaan bimbingan konseling diadakan suatu
peningkatan, apa yang menjadi alasan diadakan peningkatan?
Sebelum saya merencanakan adannya pemabharuan dalam proses
bimbingan konseling, saya melihat pelaksanaan bimbingan konseling memang
perlu diadakan upaya peningkatan sehingga usaha dalam melayani peserta didik
dapat 100% berjalan maksimal sepenuhnya untuk peserta didik.
Pelaksanaan bimbingan koneseling sebelumnya memang perlu diadakan
pembenahan, ruang bimbingan konseling yang biasannya digunakan peserta
didik dalam berdiskusi maupun menyampaikan segala keluh kesah masih
bersamaan dengan ruang guru sehingga rasa kerahasiaan dalam kurang terjaga,
serta pada pelaksanaan pembelajaran selam 2 minggu perjam dilaksanakaan
secara penuh agar pantauan dalam mengetahui perkembangan peserta didik
secara kontinyu dapat terlihat, serta diperlukannya kejelasan arahan kepada
peserta didik tentang kedisiplinan pada proses pembelajaran berlangsung.
3. Dengan melihat kondisi yang demikian, langkah apa yang ditempuh dalam
mewujudkan adannya perubahan pada proses bimbingan konseling
tersebut?
Langkah yang saya lakukan adalah dengan mewujudkan kekurangan-
kekurangan yang ada pada pelaksanaan bimbingan konseling seperti
mengusahakan ruang bimbingan konseling beserta kelengkapannya, Merevisi
program kerja tahunan, program semester, program bulanan, mingguan dan
harian. mengikuti seminar atau MGMP, pembagian job dalam pemanatauan
peserta didik, diskusi dengan sesama guru, menyelenggarakan kotak masalah
atau kotak tanya.
Adapun strategi yang diterapkan dalam meningkatkan layanan dalam
proses bimbingan adalah dengan model sosial berupa menggunakan media-
media pada pelaksanaannya, yang pernah saya contohkan dalam kelas adalah
dengan memutarkan film muhasabah ataupun keanekaragaman haayati sebagai
wujud rasa syukur, langkah-langkah yang yang akan ditempuh berupa:
c. Menciptakan pelayanan bimbingan konseling yang baik dan mampu memenuhi
apa yang diharapkan oleh pemakai (klien/konseli/peserta didik) serta merujuk
pada proses pelaksanaan layanan bimbingan konseling yang mampu memenuhi
harapan peserta didik, masyarakat serta lembaga dengan meningkatkan
wawasan peserta didik agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.
d. Mengadakan pembaharuan dari segi program kegiatan dengan mewujudkan
kekurangan yang dihadapi pada pelaksanaan bimbingan konseling.
4. Bagaimana hasil program peningkatan layanan bimbingan konseling yang
telah dijalankan?
Secara keseluruhan rencana peningkatan layanan bimbingan konseling
dapat terlaksana meskipun ada beberapa kegiatan yang belum terlaksana karena
adannya hambatan dalam mengadakan kegiatan tersebut seperti padatnya
kegiatan yang dilaksanakan di MTs NU Nurul Huda sehingga penyelenggarakan
kartu pribadi peserta didik, pengadakan tes intelegensi bakat dan minat dan
pelatihan ISQ belum terlaksana.
5. Kendala apa yang dihadapi pada pelaksanaan bimbingan konseling?
Ada beberapa kendala yang dihadapi misalnya:
- Komunikasi antara orang tua peserta didik, karena jarak yang cukup jauh
- Apa yang dikatakan peserta didik terkadang tidak sesuai dengan kenyataan.
- Masih ada asumsi dari minoritas peserta didik yang mengganngap bahwa BK
adalah polisi sekolah, ruang BK hanya untuk peserta didik yang bermasalah
padahal kan tidak.
Untuk itu usaha yang dilakukan dengan perlahan menghilangkan
pemikiran tersebut dengan lebih memfokuskan layanan kepada peserta didik..
6. Setelah diadakan upaya peningkatan oleh guru pembimbing apakah ada
perubahan dari perkembangan peserta didik?
Mengenai perubahan dari peserta didik dapat dilihat dari banyaknya
peserta didik yang telah memanfaatkan jasa layanan diruang bimbingan
konseling, peserta diidk banyak yang memaparkan permasalahan yang
dihadapinya mulai dari permasalahan pribadi karena masalah keuangan, masalah
sosial dengan teman, masalah dalam pembelajaran sulit menerima materi serta
masalah karir yang ingin mandiri membantu orang tuannya sehingga
permasalahan dapat terangkum dengan baik.
Sedangkan dalam tingkat kedisiplinan untuk tahun ini dikatakan ada
penurunan dari jumlah pelanggaran yang dilakukan peserta didik, jenis
penyimpangan yang biasanya dilakukan adalah membolos dapat dilihat mulai
tahun 2006/2007 rata-rata anak yang membolos sejumlah 20 orang, sedangkan
tidak masuk tanpa keterangan juga sama, adapun yang berkelahi rata-rata
berjumlah 10 orang, tidak melaksanakan jamaah sholat dzuhur 30 jamaah sholat
dzuha 20, sedangkan pada tahun ajaran tahun baru ini jenis penyimpangan yang
dilakukan pserta didik menurun mulai tidak masuk tanpa keterangan sejumlah 10
orang, membolos 5 orang, berkelahi 5 orang tidak melaksanakan jamaah sholat
dzuhur 7 orang jamaah sholat dzuha 8 orang, tidak berpakaiaan sesuai dengan
ketentuan 8 orang.
HASIL WAWANCARA DENGAN Bapak Sugeng Mustofa S.E
( Guru BK MTs NU NURUL HUDA SEMARANG)
Hari : Sabtu
Tanggal : 2 Oktober 2010
Waktu : 11.00-12.00
Tempat : Ruang Bimbingan dan Konseling
1. Bagaimana pendapat bapak tentang pelaksanaan bimbingan konseling?
Pelaksanaan bimbingan konseling untuk tahun ini mengalami
peningkatan dan perubahan yang baik, keberadaan ruang BK yang telah
sepenuhnya dimanfaatkan peserta didik menjadi nilai tersendiri dalam
pelaksanaan BK sehingga pada pelaksanaan jasa layanan terpenuhi adannya
kerahasiaan dan kenyamanan dalam pelaksanaan BK.
2. Usaha apa yang dilakukan dengan kedatangan guru pembimbing yang
baru?
Dengan kedatangan guru pembimbing yang sesuai dengan standar
kualifikasi dan kompetensi seorang konselor sangat membantu dalam
pelaksanaan bimbingan konseling, langkah yang dilakukan dengan pembagian
jam pengajaran untuk kelas VII A, B, C, D, E dan kelas IX A, B, C, D, E
menjadi tugas guru pembimbing Ibu Dra Hj Sri Mulyati M.Pd sedangkan kelas
VIII A, B, C,D oleh Bapak Sugeng Mustofa S.E, sehingga pemantauannya akan
lebih mudah, pembelajaran dikelas belum diadakan selama 2 jam perminggu
akan tetapi pada tahun ini sudah dilaksanakan selama 2 jam per minggu.
3. Dalam usaha mengadakan perubahan, program apa saja yang belum
dilaksanakan?
Program yang belum terlaksana diantarannya menyelenggarakan kartu
pribadi peserta didik, mengadakan tes intelegensi bakat dan minat, dengan
mendatangkan seorang psikolog, rmengadakan penyuluhan kesehatan, pelatihan
ISQ untuk pengembangan potensi peserta didik. Program tersebut belum
terlaksana karena padatnya kegiatan yang dilaksanakan di sekolah, kemugkinan
akan dilaksanakan pada tahun 2011.
HASIL WAWANCARA DENGAN Maulida dan Daviq (Peserta Didik)
Hari : Kamis
Tanggal : 7 Oktober 2010
Waktu : 10.30-11.30
Tempat : Ruang Kelas IX B
1. Bagaimana pelayanan bimbingan dan konseling di MTs NU Nurul Huda
Semarang?
Pelaksanaan pelayanan baik, guru BK selalu membantu menyelesaikan
permasalahan yang dialamai peserta didik, selalu memotivasi untuk belajar,
apalagi setelah kedatangan guru pembimbing baru memberikan tambahan
wawasan ketika ada penyuluhan kesehatan dalam proses pembelajaran di dalam
kelas.
2. Apakah kamu sering memanfaatkan layanan konseling maupun layanan
kelompok dalam ruang BK?
Layanan konseling biasannya saya lakukan ketika ingin bercerita dengan
guru Bk, baik menyangkut masalah pribadi saya ataupun maslah pembelajaran
yang saya hadapi. Terkadang juga memanfaaatkan layanan dengan bu yati secara
kelompok. Dalam ruang BK yang disendirikan saya sangat leluasa apabila
bercerita dengan guru pembimbing kerahasiaan sangat dijaga.
`
RUANG BIMBINGAN & KONSELING( TAMPAK DARI DEPAN )
PRASARANA DI DALAM RUANG BK
RUANG TUNGGU TAMU TATA TERTIB DI MADRASAH
LAMPIRAN DOKUMENTASI
POLA UMUM BIMBINGAN & KONSELINGMTS NU NURUL HUDA SEMARANG
PROSES LAYANAN SECARA KLASIKAL
PROSES LAYANAN KONSELING SALAH SATU LAYANAN BIMBINGANKELOMPOK
KEGIATAN MGMP DI MTS NURUL HUDASEMARANG
KEGIATAN FESTIVAL MAULID NABI
KEGIATAN PERKEMAHAN PESERTADIDIK
PRESTASI YANG PERNAH DIRAIH