upaya peningkatan kapasitas produksi dan …lppm.unmas.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/16... ·...

11
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016 113 Unmas Denpasar UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI dan KUALITAS BUDIDAYA SERTA OLAHAN JAMUR TIRAM PUTIH di KABUPATEN BELU NTT MM.Endah Mulat Satmalawati, 1 . Nikolas Nik 2 Sirilus Nafanu 3 1, 2 Agroteknologi,Fakultas Pertanian, 3 Manajemen, Fakultas Ekonomi, [email protected] ABSTRAK Usaha budidaya jamur tiram putih di Mutabuik dengan nama UD “Jamur Tiram Atambua”merupakan satu-satunya usaha budidaya jamur di wilayah Kabupaten Belu (Atambua) Nusa Tenggara Timur, dan masih jarang ditemui di daratan Timor (Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten/Kota Kupang). UD “Jamur Tiram Atambua” mampu membudidayakan 4.000 media dalam setiap periode tanam, dengan kondisi proses budidaya yang masih terbatas seperti alat sterilisasi, ruang inokulasi dan inkubasi yang berkapasitas terbatas dan belum memenuhi kondisi yang diharapkan untuk menunjang keberhasilan budidaya jamur tiram ini. Dengan makin besarnya permintaan pasar maka kapasitas budidaya jamur tiram ini maka diperlukan peningkatan kapasitas produksi dengan memperbaiki kondisi proses budidaya jamur. Kegiatan pengabdian masyarakat penerapan Ipteks yang telah dilakukan dapat meningkatkan kapasitas produksi dengan menambah kemampuan kapasitas alat dan prasarana yang dibutuhkan, seperti alat sterilisasi, ruang inokulasi dan inkubasi yang semula berkapasitas 200 media dapat ditingkatkan menjadi 600 media. Dengan perbaikan teknik budidaya jamur tiram juga dapat meningkatkan kualitas hasil jamur tiram seperti massa tudung jamur tiram per media yang meningkat dan tudung jamur yang makin tebal dan putih. Meningkatnya kapasitas jamur tiram hasil budidaya berdampak pada peningkatan kapasitas kripik jamur tiram sebagai bentuk olahannya. Kapasitas produksi kripik jamur yang semula memiliki kapasitas per hari menghasilkan 5 kg kripik atau 30 kg per minggu, setelah dilakukannya kegiatan pengabdian kapasitas dapat ditingkatkan menjadi 2 x semula yaitu 10 kg per hari atau 60 kg per minggu. Selain itu kualitas kripik dapat ditingkatkan dengan adanya alat spinner (peniris minyak) yang membuat kripik jamur lebih kering dan lebih tahan pada saat disimpan pada kemasan. Metode yang diterapkan pada kegiatan pengabdian ini adalah berupa transfer Ipteks perbaikan proses budidaya jamur tiram yaitu desain alat sterilisasi, ruang inokulasi dan ruang inkubasi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi jamur tiram dan juga perbaikan proses pembuatan kripik jamur untuk meningkatkan kualitas produk. Selain itu juga membantu memperbesar pangsa pasar dengan membuat sarana promosi seperti leaflet usaha sehingga dapat dikenal lebih luas masyarakat. Kata kunci: Jamur Tiram, UD “Jamur Tiram Atambua”, Peningkatan kapasitas produksi ABSTRACT Pleurotus ostreatus cultivation in Motabuik Atambua is the only mushroom cultivation in the district of Belu Nusa Tenggara Timur, and still rare in mainland East (North Central Timor, South Central Timor and District City Kupang). Currently UD "Jamur Tiram Atambua" is able to cultivated 4,000 baglog in each planting period, the conditions of

Upload: vukien

Post on 09-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

113 Unmas

Denpasar

UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI dan KUALITAS

BUDIDAYA SERTA OLAHAN JAMUR TIRAM PUTIH

di KABUPATEN BELU NTT

MM.Endah Mulat Satmalawati,1. Nikolas Nik2 Sirilus Nafanu3 1, 2 Agroteknologi,Fakultas Pertanian, 3Manajemen, Fakultas Ekonomi,

[email protected]

ABSTRAK

Usaha budidaya jamur tiram putih di Mutabuik dengan nama UD “Jamur Tiram

Atambua”merupakan satu-satunya usaha budidaya jamur di wilayah Kabupaten Belu

(Atambua) Nusa Tenggara Timur, dan masih jarang ditemui di daratan Timor (Kabupaten

Timor Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten/Kota Kupang). UD

“Jamur Tiram Atambua” mampu membudidayakan 4.000 media dalam setiap periode tanam,

dengan kondisi proses budidaya yang masih terbatas seperti alat sterilisasi, ruang inokulasi

dan inkubasi yang berkapasitas terbatas dan belum memenuhi kondisi yang diharapkan untuk

menunjang keberhasilan budidaya jamur tiram ini. Dengan makin besarnya permintaan pasar

maka kapasitas budidaya jamur tiram ini maka diperlukan peningkatan kapasitas produksi

dengan memperbaiki kondisi proses budidaya jamur. Kegiatan pengabdian masyarakat

penerapan Ipteks yang telah dilakukan dapat meningkatkan kapasitas produksi dengan

menambah kemampuan kapasitas alat dan prasarana yang dibutuhkan, seperti alat sterilisasi,

ruang inokulasi dan inkubasi yang semula berkapasitas 200 media dapat ditingkatkan menjadi

600 media. Dengan perbaikan teknik budidaya jamur tiram juga dapat meningkatkan kualitas

hasil jamur tiram seperti massa tudung jamur tiram per media yang meningkat dan tudung

jamur yang makin tebal dan putih. Meningkatnya kapasitas jamur tiram hasil budidaya

berdampak pada peningkatan kapasitas kripik jamur tiram sebagai bentuk olahannya.

Kapasitas produksi kripik jamur yang semula memiliki kapasitas per hari menghasilkan 5 kg

kripik atau 30 kg per minggu, setelah dilakukannya kegiatan pengabdian kapasitas dapat

ditingkatkan menjadi 2 x semula yaitu 10 kg per hari atau 60 kg per minggu. Selain itu

kualitas kripik dapat ditingkatkan dengan adanya alat spinner (peniris minyak) yang membuat

kripik jamur lebih kering dan lebih tahan pada saat disimpan pada kemasan. Metode yang

diterapkan pada kegiatan pengabdian ini adalah berupa transfer Ipteks perbaikan proses

budidaya jamur tiram yaitu desain alat sterilisasi, ruang inokulasi dan ruang inkubasi yang

dapat meningkatkan kapasitas produksi jamur tiram dan juga perbaikan proses pembuatan

kripik jamur untuk meningkatkan kualitas produk. Selain itu juga membantu memperbesar

pangsa pasar dengan membuat sarana promosi seperti leaflet usaha sehingga dapat dikenal

lebih luas masyarakat.

Kata kunci: Jamur Tiram, UD “Jamur Tiram Atambua”, Peningkatan kapasitas produksi

ABSTRACT

Pleurotus ostreatus cultivation in Motabuik Atambua is the only mushroom cultivation

in the district of Belu Nusa Tenggara Timur, and still rare in mainland East (North Central

Timor, South Central Timor and District City Kupang). Currently UD "Jamur Tiram

Atambua" is able to cultivated 4,000 baglog in each planting period, the conditions of

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

114 Unmas

Denpasar

cultivation process is still limited as sterilizer, space of inoculation and incubation capacity

limited and does not meet the conditions that are expected to support the success of the

Pleurotus ostreatus cultivation. With the growing market demand, the capacity of oyster

mushroom cultivation is then necessary to increase production capacity by improving the

condition of the mushroom cultivation process. The application of science and technology

community service activities that have been carried out could increase production capacity

by increasing the capacity of the tools and infrastructure required, such as instrument

sterilization, inoculation and incubation space which was originally a capacity of 200 media

can be increased to 600 media. With the improvement of Pleurotus ostreatus cultivation

techniques can also improve the quality of Pleurotus ostreatus such as the rise and hood

mushroom growing thick and white. Increased capacity of Pleurotus ostreatus cultivation

results have an impact on increasing the capacity of Pleurotus ostreatus chips as a form of

processed products. Besides the quality of the chips can be enhanced by the presence spinner

tool which makes chips mushroom drier and more resistant when stored on the packaging.

The method applied in service activities, and transfer of science and technology are the

Pleurotus ostreatus cultivation process improvement is the design tool sterilization,

inoculation and incubation room space which can increase the production capacity of

Pleurotus ostreatus and chips manufacturing process improvements to improve product

quality. It also helps to increase the market share by making a promotional tool such as

leaflets effort so that the public can be more widely known.

Keyword: Pleurotus ostreatus , UD “Jamur Tiram Atambua”, increasing capacity of product

PENDAHULUAN

Usaha budidaya jamur tiram di Mutabuik merupakan satu-satunya usaha budidaya

jamur di wilayah Kabupaten Belu (Atambua), dan masih jarang ditemui di daratan Timor

(Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten/Kota

Kupang).

Budidaya jamur tiram putih ini telah dilakukan sejak tahun 2007 (9 tahun yang lalu)

oleh keluarga muda bernama Bapak Johanes Santosa, seorang perantau dari Kediri Jawa

Timur yang sudah tinggal di Atambua sejak tahun 1999. Dengan bermodalkan ketekunan dan

keseriusan akhirnya ditemukan formulasi yang tepat untuk media jamur tiram putih berbahan

dasar serbuk kayu jati, dengan hasil jamur tiram putih yang lebih tebal, warna lebih bersih

dan lebih awet saat disimpan. UD “Jamur Tiram Atambua” dikerjakan sendiri oleh

pemiliknya (Pak Santosa) yang dibantu oleh tiga (3) orang tenaga pria semuanya dengan rata-

rata pendidikan tamatan SMP yang menangani pencampuran media, pengisian media pada

baglog, sterilisasi media, inokulasi hingga pemanenan jamur. Semua tahapan proses selalu

dipantau sendiri oleh pemilik untuk dapat menjamin kualitas jamur tiram putih yang

dihasilkan. Saat ini UD “Jamur Tiram Atambua” telah mampu membuat bibit awal (F-0)

sendiri, yang sebelumnya selalu didatangkan dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Namun

dengan ketekunan yang dimiliki UD “Jamur Tiram Atambua” telah berhasil membuat bibit

awal yang telah diujikan di IPB sehingga menjamin kualitas bibit yang akan ditanam.

UD “Jamur Tiram Atambua” mampu membudidayakan 4.000 media dalam setiap

periode tanam. Selama 1 tahun dapat dilakukan budidaya sebanyak dua kali, dengan siklus

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

115 Unmas

Denpasar

budidaya selama 3 bulan dan panen selama 4-5 minggu (1,5 bulan), dan dilakukan terus

menerus setiap hari tergantung dari jamur tiram yang dihasilkan.

Mengingat begitu banyak manfaat dan khasiat dari jamur tiram ini, maka

pengembangan jamur tiram putih perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil. Prospek

budidaya jamur tiram ini sangat bagus, terbukti permintaan terus meningkat dari waktu-ke

waktu. Peningkatan kesadaran masyarakat akan nilai gizi dari produk bahan pangan membuat

permintaan pasar pada jamur tiram ini semakin meningkat.

Selain dipasarkan dalam bentuk segar jamur tiram putih ini dapat dibuat olahan

makanan ringan yang menarik seperti kripik jamur yang crispi dan renyah. Pengerjaan

dilakukan oleh UD “Berdikari” yang sudah bermitra lama dengan UD “Jamur Tiram

Atambua” Usaha pembuatan kripik jamur ini bermula hanya sekedar coba-coba dan untuk

konsumsi sendiri, namun setelah dicoba dipasarkan dan dikenal sebagian orang akhirnya

dikembangkan menjadi olahan yang dijual dipasaran. Bahan dasar kripik jamur ini adalah

tudung jamur tiram yang bentuk dan penampakannya kurang bagus, jika dipasarkan dalam

bentuk segar konsumen kurang menyukainya, sehingga dibuat terobosan diolah menjadi

kripik jamur.

Pengolahan jamur tiram menjadi kripik dikerjakan oleh 3 orang tenaga wanita. Formula

untuk menjadikan kripik jamur ini renyah (crispy) sesuai dengan kesukaan konsumen telah

dimiliki oleh UD “Berdikari” sehingga keberadaan produk kripik jamur ini selalu dinantikan

oleh konsumen. Stok dipasaran selalu cepat habis dan UD “Berdikari” belum memiliki

kapasitas produksi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Terdapat tiga permasalahan yang dihadapi oleh UD “Jamur Tiram Atambua” yaitu 1)

sterilisasi media, 2) tahapan inokulasi dan 3) tahapan inkubasi.

METODE PELAKSANAAN

Metode yang digunakan pada kegiatan pengabdian ini adalah dengan pendekatan

partisipatif dengan melibatkan peran aktif mitra dalam menentukan desain alat-alat terutama

yang dibutuhkan dalam perbaikan proses budidaya jamur tiram putih. Selain itu dilakukan

juga pelatihan terkait dengan penggunaan alat yang baru.

Metode juga dilakukan berupa perbaikan teknis budidaya jamur utamanya pada proses

sterilisasi dengan metode baru yaitu sterilisasi uap dan juga perbaikan waktu sterilisasi dari

Gambar 10. Diskusi dengan mitra untuk menyamakan persepsi desain

alat yang akan dibuat untuk perbaikan proses budidaya jamur tiram

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

116 Unmas

Denpasar

10 jam menjadi 8 jam. Perbaikan juga dilakukan pada proses inokulasi jamur yang

membutuhkan ketelitian agar tidak terjadi kontaminasi. Demikian juga dengan ruang inkubasi

yang membutuhkan suhu ideal 30-350C diperlukan ruang yang kondusif agar suhu dapat

terjaga dengan baik.

Pada pelatihan melibatkan juga mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Timor. Keterlibatan mahasiswa diharapkan membuka wawasan dan

dapat memupuk jiwa wirausaha bagi mahasiswa setelah lulus nanti.

HASIL dan PEMBAHASAN

Peningkatan Kapasitas Produksi

Kegiatan pengabdian masyarakat IbM yang dilakukan salah satunya tujuannya adalah

untuk meningkatkan kapasitas produksi dengan memperbaiki peralatan ataupun sarana yang

digunakan sebelumnya untuk budidaya jamur tiram putih.

Perbaikan teknik budidaya jamur tiram putih yang meliputi proses sterilisasi, proses

inokulasi dan inkubasi pada kegiatan IbM ini secara signifikan meningkatkan kapasitas

produksi jamur tiram putih yang dikelola oleh UD “Jamur Tiram Atambua”.

Alat Sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan untuk menonaktifkan mikroba, baik

bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat menganggu pertumbuhan jamur yang ditanam.

Tujuannya mendapatkan serbuk kayu yang steril bebas dari mikroba dan jamur lain yang

tidak dikendaki. Sterilisasi pada suhu 121°C dengan cara direbus membutuhkan waktu

selama 4 jam (Susilawati dan Budiraharjo, 2010).

Gambar 11. Pelatihan inokulasi jamur pada ruang yang baru

dan alat sterilisasi uap yang melibatkan mahasiswa program

studi Agroteknologi Unimor

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

117 Unmas

Denpasar

Proses sterilisasi yang dilakukan di UD “Jamur Tiram Atambua“ menggunakan drum

dengan model pengukusan langsung dengan kapasitas 200 baglog untuk sekali proses

sterilisasi, dengan lama waktu 10 jam. Proses sterilisasi selain digunakan untuk

menghilangkan mikroba patogen, juga berfungsi untuk mempercepat pelapukan serbuk kayu

jati yang memiliki karakteristik cenderung lama terurainya (lama proses sterilisasi ini

merupakan hasil trial and error Pak Santosa sehingga diperoleh media berbahan dasar

serbuk kayu jati yang baik bagi pertumbuhan jamur tiram). Sehingga untuk mensterilkan

jumlah baglog yang akan ditanam bibitsejumlah 4.000 memerlukan periode waktu yang

sangat lama yaitu 20 hari, karena dalam sehari hanya dapat dilakukan sterilisasi sekali proses

saja (kapasitas 200 baglog) dimulai dari jam 8 pagi sampai dengan jam 18.00 (selama 10

jam) dan dilanjutkan dengan pendinginan dengan cara membuka penutup drum dan

dibiarkan 3-4 jam, proses sterilisasi sampai pendinginan berakhir pada jam 21.00, oleh karena

itu untuk proses selanjutnya dilakukan pada keesokan harinya.

Kegiatan pengabdian masyarakat berupa penerapan Ipteks ini menyempurnakan

desain alat sterilisasi yang berkapasitas lebih besar sehingga dapat lebih menghemat waktu.

Kapasitas baru alat sterilisasi adalah 600 baglog ( 3 x lebih besar dari kapasitas alat sterilisasi

yang lama) dapat memperpendek waktu penyelesaian proses sterilisasi yang semula untuk

4.000 baglog per proses produksi diperlukan waktu 20 hari, maka dengan kapasitas alat yang

baru dan model sterilisasi uap ini proses sterilisasi 4.000 baglog dapat diselesaikan dalam

waktu maksimal 7 hari.

Waktu sterilisisasi juga diperbaiki sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Desna, dkk (2010), tentang Kajian Proses Sterilisasi edia Jamur Tiram Putih Terhadap

Mutu Bibit Yang Dihasilkan, ternyata waktu sterilisasi selama 8 jam jauh lebih efektif

dibandingkan dengan lama sterilisasi selama 10 jam. Sterilisasi media selama 8 jam

menghasilkan massa jamur tiram lebih berat dibandingan dengan lama waktu sterilisasi 10

jam. Sehingga pada tahapan sterilisasi ini telah ada transfer Ipteks dari hasil penelitian yang

menunjang peningkatan kualitas proses yang dilakukan.

Gambar 1. Sterilisasi sederhana secara langsung

(model pengkusan) kapasitas 200 media

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

118 Unmas

Denpasar

Kapasitas produksi jamur tiram dapat ditingkatkan dengan peralatan sterilisasi yang

baru, dari 4.000 baglog per siklus produksi menjadi 6.000 baglog per produksi dengan

penyelesaian waktu 10 hari, sehingga masih menghemat waktu 50% dari penggunaan

peralatan sterilisasi yang lama.

Alat /ruang inokulasi

Inokulasi adalah proses pemindahan sejumlah kecil miselia jamur dari biakan induk

kedalam media tanaman yang telah disediakan. Tujuannya adalah menumbuhkan miselia

jamur pada media tanam hingga menghasilkan jamur yang siap panen (Suriawiria, 2002).

Prosedur pelaksanaan inokulasi bibit yang dilakukan di UD”Jamur Tiram Atambua

adalah sebagai berikut: tenaga kerja yang akan menginokulasi bibit harus bersih, mencuci

tangan dengan alkohol, dan menggunakan pakaian bersih. Selanjutnya spatula disterilkan

dengan menggunakan alkohol 70% dan dibakar dan diteruskan dengan membuka

sumbatan kapas baglog, diambil bibit jamur tiram (miselia) ± 1 (satu) sendok teh dan

diletakkan ke dalam baglog. Selanjutnya media yang telah diisi bibit ditutup dengan kapas

kembali. Media baglog yang telah dinokulasi dikondisikan bersuhu 22 - 28º C untk

mempercepat pertumbuhan miselium.

Gambar 2. Penyempurnaan alat Sterilisasi :

sterilisasi uap berkapasitas 600 media

Gambar 3. Ruang inokulasi yang kurang higienis

berkapasitas 200 media

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

119 Unmas

Denpasar

Kondisi ruang inokulasi yang baru setelah kegiatan pengabdian masyarakat IbM

dengan luasan ruang yang memadai untuk 600 baglog dan bersih akan mendukung budidaya

jamur tiram dengan lebih higienis. Ruangan inokulasi yang baru juga sangat mudah

dibersihkan karena berlantaikan porselin. Dengan kapasitas yang baru yaitu untuk 600

baglog per proses inokulasi dapat meningkatkan kapasitas produksi jamur tiram.

Proses inokulasi yang semula berkapasitas 200 media sekarang dengan ruang inokulasi

yang baru yaitu 2, 5 m x 3 m x 2,5 m yang mampu menampung 600 media secara signifikan

mempersingkat waktu proses. Dengan perbaikan-perbaikan yang dilakukan UD “Jamur

Tiram Atambua” sebagai mitra-1 dapat meningkatkan kapasitas produksinya ke depan.

Proses yang semula memerlukan waktu 90 hari (3 bulan) dari sterilisasi, inokulasi, inkubasi

hingga pertumbuhan, pemeliharaan dan panen, maka dengan perbaikan proses waktu yang

diperlukan untuk sekali siklus produksi (4.000 baglog) dari sterilisasi hingga pemanenan

diperlukan waktu 75 hari, sehingga menghemat waktu 15 hari. Hal tersebut dapat menjadi

pertimbangan bagi UD “Jamur Tiram Atambua” untuk dapat meningkatkan kapasitas

produksi dengan melihat makin luasnya permintaan pasar akan jamur tiram putih.

Ruang inkubasi

Inkubasi adalah menyimpan atau menempatkan media tanam yang telah diinokulasi

pada kondisi ruang tertentu agar miselia jamur tumbuh. Tujuanya adalah untuk mendapatkan

pertumbuhan miselia. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap inkubasi ini adalah: suhu

ruang pertumbuhan miselia jamur antara 28–35ºC untuk mempercepat pertumbuhan

miselium, media baglog yang telah dinokulasi dipindahkan dalam ruang inkubasi.

Proses inkubasi dilakukan hingga seluruh permukaan media tumbuh dalam baglog

berwarna putih merata setelah 20-30 hari, perlu pengendalian suhu ruang mencapai 25 – 33oC

(Susilawati dan Budi Raharjo, 2010)

Keadaan ruang inkubasi yang kurang ideal menyebabkan suhu ruang sesuai dengan

persyaratan pertumbuhan jamur tiram kurang konsisten terpenuhi. Hal ini dapat

mempengaruhi hasil jamur tiram yang dibudidayakan. Inkubasi merupakan tahapan sebelum

jamur tiram dipindahkan di ruang budidaya. Keberhasilan pembentukan miselium pada tahap

inkubasi akan sangat menunjang hasil dari jamur tiram yang dibudidayakan.

Gambar 4. Ruang inokulasi yang bersih dan higienis Setelah

Kegiatan IbM berkapasitas 600 media

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

120 Unmas

Denpasar

Ruang inkubasi lama terkesan kurang ideal karena berbahan plastik yang mudah rusak.

Sedangkan pada ruang inkubasi yang baru dengan ukuran ruangan lebih besar yaitu 8 m

x 2,5 m x 2,5 m juga terdapat perbaikan bahan seperti rak yang terbuat dari rangka besi dan

dibuatkan kubung (penutup ruang inkubasi) dengan bahan lebih tebal sehingga dapat

memenuhi suhu ideal ruang inkubasi yang memerlukan suhu lebih tinggi dari suhu ruang

untuk dapat memacu pertumbuhan miselium jamur. Tahap inkubasi dilakukan selama 30-35

hari sebelum dipindahkan ke ruang pertumbuhan sampai dengan panen.

Peningkatan kualitas Produksi

Peningkatan kualitas produksi jamur tiram ditunjukkan dengan hasil penen yang

diperoleh. Dengan peralatan dan sarana yang lama masa jamur tiram per baglog yang dipanen

adalah 50 g sedangkan dengan peralatan dan sarana yang baru hasil panen meningkat menjadi

100 g per baglog dengan tudung jamur tiram lebih tebal dan kenampakan lebih putih bersih.

Gambar 6. Ruang inkubasi UD”Jamur Tiram

Atambua SETELAH kegiatan IbM

Gambar 5. Ruang inkubasi UD”Jamur Tiram Atambua

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

121 Unmas

Denpasar

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Desna, dkk (2010), tentang Kajian

Proses Sterilisasi edia Jamur Tiram Putih Terhadap Mutu Bibit Yang Dihasilkan, ternyata

waktu sterilisasi selama 8 jam jauh lebih efektif dibandingkan dengan lama sterilisasi selama

10 jam yang menghasilkan jamur tiram putih dengan masa lebih besar per baglog.

Item

pengamatan

Peralatan /sarana SEBELUM

kegiatan IbM

Peralatan/sarana SETELAH

kegiatan IbM

Proses sterilisasi Kapasitas 200 media lama proses 10

jam memerlukan waktu 20 hari

untuk penyelesaian proses sterilisasi

dalam satu kali siklus produksi

Kapasitas 600 media lama

proses 8 jam memerlukan waktu

6-7 hari untuk penyelesaian

proses sterilisasi dalam satu kali

siklus produksi (proses 3x lebih

cepat dari proses yang lama)

Proses Inokulasi

jamur

Ruang inokulasi berkapasitas 200

media

Ruang inokulasi berkapasitas

600 media (kapasitas 3 x ruang

inokulasi lama)

Proses Inkubasi

Jamur

Suhu ruang kurang ideal Suhu ruang ideal untuk inkubasi

jamur dapat terjaga dengan baik

(30-350C)

Proses panen Masa jamur tiram per baglog 50 g Masa jamur tiram per baglog

100 g dengan kenampakan

tudung jamur tiram lebih tebal

dan warnanya lebih putih

Proses penirisan

minyak untuk

kripik jamur

Ditiriskan secara manual masih ada

minyak yang tersisa

Ditiriskan dengan alat spinner

sehingga kripik jamur yang

dihasilkan lebih garing

Peningkatan kepercayaan konsumen

Peningkatan kapasitas produksi harus diimbangi dengan perluasan pangsa pasar. Pada

kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan juga peningkatan promosi produk pembuatan

leaflet usaha, sehingga masyarakat makin mengetahui keberadaan jamur tiram putih ini.

Gambar 12. Hasil panen jamur tiram dengan tudung yang lebih putih

dan massa tudung per baglog meningkat

Tabel 1. Perbandingan waktu proses dalam skala satukali produksi (4000 media)

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

122 Unmas

Denpasar

Sarana promosi ini diharapkan akan semakin mengenalkan manfaat jamur tiram yang dapat

dimanfaatkan untuk berbagai olahan.

Leaflet usaha tentang budidaya jamur tiram yang diproduksi oleh UD Jamur tiram

Atambua dibuat dengan tujuan makin mengenalkan jamur tiram ini pada masyarakat luas

dengan aneka manfaatnya. Karena ada beberapa kalangan masyarakat yang masih takut

mengkonsumsi jamur dengan alasan beracun.

Dengan adanya leflet usaha yang menggambarkan proses budidaya jamur tiram putih

yang dilakukan dengan bersih, steril dan higienis akan memberikan pencerahan bagi

masyarakat bahwa mengkonsumsi jamur tiram putih hasil budidaya dari UD “Jamur Tiram

Atambua” adalah aman.

Meskipun di wilayah Atambua keberadaan jamur tiram sudah cukup dikenal, namun

perluasan pangsa pasar (selain di Atambua seperti TTU sebagai Kabupaten terdekat dengan

Belu) harus dilakukan karena adanya peningkatan kapasitas produksi yang dilakukan dengan

perbaikan-perbaikan peralatan penunjang peningkatan produksi jamur tiram ini.

Perbaikan Proses Pembuatan Kripik Jamur

Pengolahan kripik jamur tiram yang dilakukan oleh UD “Berdikari” memiliki

permasalahan yaitu pemenuhan kapasitas produksi. Hasil olahan kripik jamur tergantung

pada bahan dasar yang tersedia. Hal ini bergantung dari mitra pertama yaitu UD “Jamur

Tiram Atambua” sebagai pemasok bahan dasarnya.

Selain memiliki permasalahan kuantitas produksi, pengolahan jamur kripik jamur juga

terkendala masalah kualitas. Hasil kripik yang dibuat cenderung masih berminyak dan kurang

awet dalam kemasan. Keberadaan minyak pada kripik jamur tiram akan membuat produk

cepat rusak (kecenderungan cepat tengik karena proses oksidasi minyak) sehingga akan

berdampak pada daya tarik konsumen. Sampai dengan saat ini kripik jamur dibuat dengan

peralatan yang sederhana, penirisan minyak setelah digoreng tidak begitu maksimal. Untuk

itu pada kegiatan pengabdian masyarakat IbM diadakan alat peniris minyak (spinner)

berkapasitas 3 kg. Alat

spinner dapat meminimalkan minyak dalam produk yang digoreng, sehingga produk

menjadi kering dan lebih awet.

Gambar 8. Leaflet usaha untuk sarana promosi jamur tiram

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

123 Unmas

Denpasar

KESIMPULAN

1. Perbaikan proses budidaya jamur tiram dapat meningkatkan kapasitas produksi

2. Perbaikan proses budidaya jamur tiram dapat memperbaiki kualitas jamur tiram hasil

panen

3. Perbaikan proses pembuatan kripik jamur tiram dapat meningkatkan keawetan produk

selama disimpan dalam kemasan

4. Kepercayaan konsumen dapat ditingkatkan melalui sarana promosi

DAFTAR PUSTAKA Desna. 2010. Kajian Proses Sterilisasi Media Jamur Tiram Putih Terhadap Mutu Bibit Yang

Dihasilkan. IPB. Suriawiria U. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Susilawati dan Budi Raharjo, 2010. Budidaya Jamur Tiram (Pleourotus ostreatus var florida)

yang Ramah Lingkungan. Materi Pelatihan Agribisnis. BPTP Sumatera Selatan

Gambar 7. Alat spinner (peniris minyak) pasca

penggorengan kripik jamur