upaya meningkatkan minat belajar melalui …eprints.uny.ac.id/41022/1/anita permata...

197
i UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP HAMONG PUTERA NGAGLIK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Anita Permata Sari NIM 11104244031 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA AGUSTUS 2016

Upload: truongtuong

Post on 28-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

i

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP HAMONG

PUTERA NGAGLIK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Anita Permata Sari NIM 11104244031

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

AGUSTUS 2016

ii

iii

iv

v

MOTTO

Pendidikan bukan lah suatu proses untuk mengisi wadah yang kosong akan

tetapi pendidikan adalah suatru proses menyalakan api pikiran,

-W.B. Yeats-

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk :

1. Kedua orang tua saya Bapak Aris Wijanarko dan Ibu Ratna Budi Yanti yang

tidak pernah putus memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan segala

pengorbanan yang tidak terkira

2. Almamater BK FIP UNY

3. Agama, Bangsa dan Negara

vii

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI

DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP

HAMONG PUTERA NGAGLIK

Oleh :

Anita Permata Sari

11104244031

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar melalui

metode diskusi kelompok pada siswa kelas VIII SMP Hamong Putera

Ngaglik.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan alur

putar spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Penelitian

tindakan kelas ini dilaksanakan dengan 2 siklus dan setiap siklus 4 kali

pertemuan. S ubyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B sebanyak

28 siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Hamong Putera Ngaglik.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah ska la minat

be la jar . Teknik analisis data pada penelitian ini adalah statistik

deskriptif yaitu dengan mencari jumlah nilai skala dan analisis

deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode diskusi kelompok

dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII SMP Hamong

Putera Ngaglik. Peningkatan minat belajar pada siklus I adalah 5 siswa

masuk dalam kategori sedang, 19 siswa masuk dalam kategori sedang,

dan 4 siswa yang masuk dalam kategori tinggi. Pada siklus II adalah 22

siswa masuk dalam kategori sedang dan 16 siswa yang masuk dalam

kategori tinggi.

Kata kunci : minat belajar, diskusi kelompok

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah

dan rizki-Nya, sehingga Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan dengan

lancar. Tugas Akhir Skripsi ini berjudul “Upaya Peningkatan Minat Belajar

Melalui Diskusi Kelompok pada Kelas VIII SMP HAMONG PUTERA

NGAGLIK”.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyusunan

skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu penulis dengan kerendahan hati

mengucap terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan

untuk menempuh pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah

berkenan memberikan ijin penelitian.

3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

yang menyutujui judul dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak Dr. Muh. Farozin, M,Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

dan teliti dalam memberikan arahan, saran dan memotivasi penulis dalam

penulisan skripsi ini.

5. Semua dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah

memberikan wawasan, ilmu dan pengalaman kepada penulis selama perkulihan.

6. Kedua orang tuaku bapak Aris Wijanarko dan ibu Ratna Budi Yanti serta seluruh

keluarga besarku yang tidak lelah untuk memberikan motivasi dan doanya yang

ix

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL .................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ...................................... iii

PENGESAHAN .......................................................................... iv

MOTTO ...................................................................................... v

PERSEMBAHAN ....................................................................... vi

ABTRAK ................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................ viii

DAFTAR ISI .............................................................................. xi

DAFTAR TABEL....................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. xi

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................... 9

C. Batas Masalah ........................................................................ 9

D. Rumusan Masalah .................................................................. 10

E. Tujuan Penelitian .................................................................... 10

F. Manfaat Penelitian .................................................................. 11

BAB II Kajian Teori

A. MINAT BELAJAR

1. Pengertian Minat Belajar ................................................. 13

2. Ciri-ciri Minat Belajar ..................................................... 14

3. Faktor yang mempengaruhi Minat Belajar ....................... 15

4. Cara Meningkatkan Minat Belajar ................................... 20

5. Hambatan Minat belajar ................................................... 21

xi

B. Diskusi Kelompok

1. Pengertian Diskusi Kelompok ............................................ 22

2. Tujuan Penggunaan Diskusi Kelompok .............................. 24

3. Manfaat Diskusi Kelompok ................................................ 27

4. Kelebihan Diskusi Kelompok ............................................. 28

5. Kelemahan Diskusi Kelompok. .......................................... 30

6. Hal yang diperhatikan pemimpin dalam diskusi kelompok . 31

7. Langkah-langkah diskusi kelompok ................................... 34

C. Kerangka fikir ............................................................................. 37

D. Penelitian yang Relevan .............................................................. 38

E. Hipotesis Tindakan ..................................................................... 39

BAB III Metodologi Penelitian

A. Pendekatan Penelitian ................................................................. 40

B. Subjek penelitian ......................................................................... 42

C. Tempat penelitian........................................................................ 42

D. Desain penelitian ......................................................................... 43

E. Rancangan Tindakan ................................................................... 45

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan data ................................... 48

G. Uji Validitas dan Relabilitas ........................................................ 53

H. Teknik analisa data ..................................................................... 56

I. Kreteria Keberhasilan Tindakan .................................................. 58

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Deskripsi Waktu dan Waktu Penelitian ....................................... 59

B. Pelaksanaan Tindakan Penelitian................................................. 62

C. Hasil Penelitian ........................................................................... 80

D. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 88

BAB V Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan ................................................................................. 89

B. Saran ........................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 91

LAMPIRAN ..................................................................................... 94

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar. ........................................ 51

Tabel 2. Skor Skala Minat Belajar ...................................................... 52

Table 3. Hasil Uji Coba Instrumen ..................................................... 55

Tabel 4. Kategori Skor Minat Belajar ................................................. 58

Tabel 5. Hasil Minat Belajar Pra Tindakan ........................................ 61

Tabel 6. Hasil Skala Minat Belajar pada Siklus I ................................ 70

Tabel 7. Peningkatan Minat Belajar dari Pra Tindakan hingga Siklus I 71

Tabel 8. Hasil Skala Minat Belajar pada Siklus II ............................... 78

Tabel 9. Peningkatan Minat Belajar dari Pra Tindakan hingga Siklus II 79

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Kemmis dan Taggart...................................................... 44

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji Validitas ............................................................. 95

Lampiran 2. Rencara Pelaksanaan Layanan .................................. 97

Lampiran 3. Angket Minat Belajar ............................................... 115

Lampiran 4. Hasil Angket Minat Belajar ............................................. 121

Lampiran 5. Topik Diskusi Kelompok .......................................... 125

Lampiran 6. Hasil Diskusi Kelompok........................................... 127

Lampiran 7. Absen Siswa ............................................................. 177

Lampiran 8. Perijinan ................................................................... 179

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan

potensi diriya melalui proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan

pengertian UU SISDIKNAS NO 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang

memyebutkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara akif mengembangkan potensi dirinya auntuk memiliki kekuatan

spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Salah satu cara yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan

tersebut adalah belajar. Diharapkan dengan belajar yang giat dapat

memperoleh prestasi yang baik. Menurut Suratinah Titonegoro (2001:13)

pengertian prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilian

usaha belajar. Prestasi belajar yang dicapai setiap siswa tidak sama, ada

yang mencapai prestasi yang tinggi dan ada yang rendah. Tinggi

rendahnya prestasi belajar siswa dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain: bakat, minat, kecedasan, sarana belajar, motivasi, dan

sebagainya.

Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila seorang siswa melakukan

tidakan yang seharusnya tidak dilakukan maka perlu diketahui

penyebabnya. Faktor penyebab siswa melakukan pelanggaran, antara lain

2

siswa tidak senang terhadap materi pembelajaran, metode yang digunakan,

kondisi badan, masalah pribadi dll.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus memperhatikan

karakteristik siswa. Salah satu karakteristik remaja menurut Harlock

(1991:208) yaitu masa remaja sebagai periode perubahan yang artinya

masa remaja terjadi perubahan diantaranya meninggikan emosi, perubahan

yang artinya masa terjadi perubahan diantaranya meningginya emosi,

perubahan yang artinya masa perahlian atau perubahan dari anak-anak

menuju proses kedewasaan yang ditandai dengan emosi yang masih belum

stabil dan masih berusaha untuk menunjukkan identitas diri. Masa

perahlian ini berhubungan remaja dengan teman sebaya lebih akrab,

mereka bahkan lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah

bersama teman sebayanya dibandingkan dengan bersama keluarganya.

Remaja juga meninggalkan rumah dan bergaul secara lebih luas dalam

lingkungan sosialnya. Pergaulan meluas mulai dari terbentuknya

kelompok kelompok teman sebaya (peer group) sebagai suatu wadah

penyesuaian diri. Didalamnya timbul persahabatan yang merupakan ciri

khas pertama dan sifat interaksinya dalam pergaulan. Di dalam peer group

tidak dipentingkan adanya struktur organisasi, namun diantaranya anggota

kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan

kegagalan kelompoknya.

Hurlock (1991:208) juga menjelaskan minat remaja terhadap pe

juga menjelaskan minat remaja terhadap pendidikan bahwa masa remaja

3

merupakan masa dimana remaja bersiap kritis terhadap guru dann cara

guru mengajarkan. Oleh karena itu, metode layanan yang diberikan

disesuaikan dengan karakteristik siswa agar siswa tertarik untuk belajar

dikelas. Metodologi pembelajaran memiliki dua aspek yang menonjol

yaitu metode dan media pembelajaran sebagai alat bantu untuk mengajar

(Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2010:1). Metode layanan yang efektif

sangat membantu siswa untuk dapat berprestasi dlam kelas dan

menumbuhkan rasa semnagat pada siswa itu sendiri.

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah pada saat

ini masih berpusat pada guru bimbingan dan koseling, hal tersebut

memberikan dampak kurang adanya interaksi antara siswa dan guru

pembimbing, sehingga siswa kurang terlatih untuk aktif dalam proses

bimbingan. Siswa juga jarang bekerja secara berkelompok, sebenarnya

dalam program dianjurkan untuk belajar kelompok, hanya dalam

pelaksanannya kurang adanya pengawasan dalam pelaksanaan program.

Bimbingan berpusat pada guru BK kurang bisa memupuk kemampuan

siswa untuk bersosialisasi dan bekerjasama dengan orang lain padahal

seseorang belajar bersosialisasi dari lingkungan sekolah. Sehingga siswa

kurang terampil dengan masyarakat luar. Bimbingan konseling membantu

memandirikan siswa dalam menyelesaikan masalah.

Model ceramah masih dominan dilakukan dalam layanan

bimbingan. Siswa diam dan mendengarkan tanpa mengerti apa yang baru

disampaikan. Terkadang saat bimbingan klasikal dilakukan guru BK

4

berbicara didepan kelas sedangkan siswa asik mengerjakan tugas mata

pelajaran, bahkan siswa keluar kelas dan tidak mengikuti bimbingan

dikelas. Siswa menganggap bimbingan tidak penting dalam mempengaruhi

nilai akhir.

Metode yang sering digunakan hanya metode ceramah, maka

peneliti memberikan metode yang baru yaitu metode diskusi kelompok.

Metode diskusi kelompok bisa menjadi alternatif untuk menjadi metode

yang baru untuk meningkatkan minat belajar.

Menurut Suryosubroto (2002:179) metode diskusi kelompok dalam

proses pembelajaran merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan

memberikan kesempatan pada siswa (kelompok siswa) untuk mengadakan

perbincangan guna mengumpulkan pendapat, menyimpulkan atau

penyusun alternatif pemecahan masalah. Materi pelajaran yang diberikan

oleh guru dibicarakan bersama, siswa satu sama lain saling memberikan

pengertian mengenai materi tersebut. Dibentuknya kelompok membuat

materi pelajaran akan lebih mudah dicermati oleh siswa.

Menurut Tatiek Romlah (2006:89) diskusi kelompok merupakan

percakapan yang terencana antara tiga orang atau lebih dengan tujuan

untuk memcahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persolaan yang

terpimpin. Diskusi kelompok dilakukan dengan tujuan yang jelas dan

terencana. Pelaksanaan diskusi kelompok terdapat seorang pemimpin yang

bertuguas mengatur jalannya diskusi agar tujuan dari diskusi kelompok

dpat tercapai.

5

Menurut Roestiyah (2012:5) diskusi kelompok adalah suatu tekhik

belajar mengajar yang melibatkan proses interaksi aktif antara dua atau

lebih individu untuk saling tukar pengalaman, informasi, dan memecahkan

masalah, yang dilakukan oleh guru disekolah. Diskusi kelompok akan

memaksa siswa terlibat aktif, siswa lebih leluasa ketika menyampaikan

pengalaman, pendapat, dan bertanya. Hal tersebut dikarenakan siswa

berinteraksi dengan teman mereka sendiri sehingga tidak ada perasaan

canggung, malu, dan takut.

Jacobsen Eggen, Kauchak, dan Dulaney (dalam Tatiek Romlah,

2006:89), menyatakan bahwa metode diskusi kelompok dapat digunakan

dengan berbagai tujuan , yaitu (a) mengembangkan keterampilan

kepemimpinan; (b) merangkum pendapat kelompok; (c) guna mencapai

suatu persetujuan kelompok; (d) belajar menjadi pendengar aktif; (e)

mengatasi perbedaan-perbedaan dengan tepat; (f) mengembangkan

kemampuan untuk memparaprase; (g) belajar mandiri; dan (h)

mengembangkan kemampuan menganalisis, mensintesis, dan menilai.

Tujuan diskusi kelompok disini berarti mampu untuk mengembangkan

berbagai keterampilan, mulai dari keterampilan memimpin, mendengar,

mengatasi perbedaan, menyampaikan pendapatan, menarik kesimpulan,

mandiri, menganalis dan menilai.

Semiwan (dalam Tukiran, 2013:24) yang menyebutkan bahwa

diskusi kelompok dapat mempertinggi peran serta secara perseorangan,

mempertinggi peran serta kelas secara keseluruhan, dan memupuk sikap

6

saling menghargai pendapat orang lain. Kelemahan dari diskusi kelompok

yaitu diskusi kelompok memerlukan keterampilan-keterampilan khusus

yang belem tentu semua siswa memiliki, diskusi kelompok juga

memerlukan waktu yang cukup lama, tidak semua siswa juga mampu

mengemukan pendapatnya didepan umum secara langsung, adakalanya

juga ada beberapa siswa yang mendominasi jalanya diskusi kelompok.

Menurut M. Alisuf Sabri (1995) Minat belajar adalah

kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara

terus menerus, minat belajar berkaitan erat dengan perasaan senang,

karena itu dapat dikatakan minat belajar itu terjadi karena sikap senang

kepada sesuatu, orang yang berminat belajar kepada sesuatu berarti ia

sikapnya senang kepada sesuatu. Minat belajar juga dapat diartikan

sebagai berikut minat belajar akan timbul apabila mendapatkan

rangsangan dari luar. Dan kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu

bidang bersifat menetap dan merasakan perasaan yang senang apabila ia

terlibat aktif didalamnya. Perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau

berasal dari objek yang menarik.

Minat belajar ini juga diharapkan mampu menggugah semangat

belajar. Minat belajar juga bisa membentuk kebiasaan siswa senang belajar

sehingga minat belajar dapat meningkat. Minat belajar yang dimiliki siswa

bervariasi. Motivasi, kecerdasan dan minat tidak selalu seiring sejlan

dalam mencapai prestasi belajar. Oleh karena itu minat belajar yang tinggi

7

perlu ditumbuhkan menyeluruh didalam diri siswa khususnya dalam

peningkatan prestasi belajar.

Setiap orang tua pasti menginginkan agar setiap anaknya

mempunyai prestasi yang membanggakan bagi mereka. Oleh karena itu

mereka harus mengetahui bagaimana proses belajar yang baik dan faktor-

faktor yang mempengruhi. Menurut Suharsimi Arikunto (1990:21) faktor-

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar :

Faktor yang berasal dalam diri manusia, dapat diklarifikasi menjadi

dua, yaitu faktor biologis dan faktor psikologis. Yang dapat

dikategorikan sebagai faktor biologis antara lain : usai,

kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dikategorikan sebagai

faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat

dan kebiasaan belajar.

Faktor-faktor diatas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar, salah satu yaitu minat belajar. Minat belajar sangat

mempengaruhi prestasi belajar. Jika siswa tidak memiliki minat belajar,

maka siswa juga akan mempunyai prestasi belajar yang rendah.

Menurut Muhibbin Syah (2001 : 136), minat belajar adalah

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar

terhadap sesuatu. Siswa membutuhkan gairah atau kecenderungan yang

tinggi untuk belajar. Belajar harus dilakukan kalau siswa memiliki gairah

untuk melakukan belajar tersebut. Jika siswa tidak memiliki gairah untuk

melakukan maka siswa tidak akan mendapatkan yang siswa inginkan.

Pada kenyataannya banyak siswa kelas VIII, yang minat belajarnya

turun dikarenakan terlalu menikmati suasana sekolah dan mendapatkan

teman teman karib yang sering bermain bersama. Beberapa hal tersebut

8

yang membuat minat belajar siswa kelas VIII menurun. Jika, dikelas VII

siswa masih mempunyai minat belajar yang tinggi karena siswa tersebut

masih penyesuaian diri pada sekolah dan masih bersemangat pada belajar.

Pada kelas VIII siswa juga sudah mengalami sedikit jenuh pada pelajaran.

Jadi siswa kelas VIII mengalami minat belajat siswa rendah.

Demikian halnya dengan apa yang terjadi pada siswa kelas VIII

SMP Hamong Putera Ngaglik yang memiliki sifat sifat berbeda-beda.

Masing-masing siswa memliki pergaulan tersendiri sehingga terbentuk

suatu kelompok yang nilai-nilai sendiri. Masing – masing siswa juga

memiliki metode pembelajaran sendiri. Yang terpenting menumbuhkan

minat belajar agar mau belajar secara optimal sehingga memperoleh

prestasi belajar yang baik.

Dari observasi yang dilakukan peneliti juga didapatkan bahwa

minat belajar siswa sekolah tersebut juga sangat menurun dikarenakan

siswa terlalu nyaman dengan teman-temannya dan siswa menjadi tidak

mempunyai minat untuk belajar. Dilihat dari nilai raport siswa juga

menunjukan bahwa nilai raport mereka menurun dari semester kemarin.

Peneliti juga mewawancarai beberapa siswa, siswa tersebut mengatakan

bahwa siswa tahu kalau nilainya turun tapi siswa tidak tahu kalau minat

belajarnya juga turun, siswa tahunya hanya malas untuk belajar dan ingin

main bersama teman-teman.

Dari uraian di atas, peneliti menanggap bahwa permasalahan

tersebut perlu untuk diteliti untuk melakukan penelitian dengan judul

9

“Upaya Meningkatkan Minat Belajar Melalui Metode Diskusi Kelompok

Siswa Kelas VIII di SMP Hamong Putera Ngaglik”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan

permasalahan sebagai berikut:

1. Kurangnya minat belajar siswa dalam mengikuti dalam kegiatan

belajar mengajar.

2. Banyak siswa yang mengeluhkan metode yang digunakan oleh

guru bimbingan koseling yang kurang variatif.

3. Metode diskusi kelompok tidak pernah dilakukan oleh guru

bimbingan dan konseling dalam kegiatan bimbingan.

4. Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Hamong Putra belum

melakukan kegiatan untuk meningkatkan Minat Belajar.

5. Banyak siswa yang tidak mengetahui bahwa minat belajarnya

sedang menurun.

6. Metode diskusi kelompok tidak digunakan dalam meningkatkan

minat belajar.

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah ini bertujuan untuk memfokuskan perhatian

pada penelitian mengenai aspek akan diteliti. Cakupan masalah dalam

penelitian ini dibatasi pada penggunaan “Metode Diskusi Kelompok”

10

untuk meningkatkan minat belajar kelas VIII SMP Hamong Putera

Ngaglik.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Ada perubahan yang terjadi setelah melakukan metode diskusi

kelompok ?

2. Bagaimana peningkatan minat belajar terjadi dalam metode diskusi

kelompok?

3. Apakah terjadi perubahan dari praktik yang diterapkan dengan

metode diskusi kelompok?

4. Apakah terjadi perubahan kearah yang lebih baik dari praktik

sebelumnya?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah

1. Terdapat perubahan setelah melakukan metode diskusi kelompok

2. Adanya peningkatan minat belajar setelah melakukan mtode diskusi

kelompok.

3. Adanya perubahan dari praktik metode diskusi kelompok.

4. Adanya perubahan yang lebih baik dari pratik yang sebelumnya.

11

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan terhadap

pengembangan ilmu teknik bimbingan dan konseling.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru Bimbingan dan Konseling

1) Sebagai tambahan metode dalam memberikan

layanan Bimbingan dan Konseling.

2) Sebagai salah satu metode meningkatkan minat

belajar siswa melalui metode diskusi kelompok.

3) Memperoleh pengalaman menerapkan metode

diskusi dalam pembelajaran

4) Meningkatkan guru dalam mengajar secara

bervariasi dengan memanfaatkan media

pembelajaran

b. Bagi Peserta Didik

1) Menerima layanan bimbingan dan konseling dengan

media yang lebih menyenangkan.

12

2) Diharapkan bisa membantu siswa untuk

meningkatkan minat belajar.

3) Siswa dapat belajar secara aktif melalui diskusi

kelompok sehingga minat belajar terhadap mata

pelajaran bimbingan konseling dapat meningkat

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai pengetahuan atau ide kepada rekan

seperjuangan dan meningkatkan layanan maupun dalam

penulisan penilitian berikutnya.

13

BAB II

KAJIAN TEORI

A. MINAT BELAJAR

B. Pengertian Minat Belajar

Menurut Sukardi (1988:61), minat dapat diartikan sebagai suatu

kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Adapun menurut

Sardiman (2007:77), minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila

seorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan

dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Oleh

karena itu, apa saja yang dilihat sesorang barang tentu akan

membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat it mempunyai hubungan

dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukan bahwa minat

merupakan kecenderungan jiwa sesorang terhadap sesuatu objek, biasanya

disertai dengan perasaan senang, karena itu merasa ada kepentingan

dengan sesuatu itu.

Menurut Bernard dalam Sardiman (2007:76) menyatakan bahwa

minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat

dari partisiapsi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja.

Jadi, jelas bahwa, minat akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan

dan keinginan. Dalam kaitnya dengan belajar Hansen (1995:1)

menyebutkan bahwa minat belajar siswa erat hubungannya dengan

kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identifikasi, faktor

keturunan dan pengaruh ektrnal atau lingkungan. Dalam praktiknya, minat

14

atau dorongan dalam diri siswa terkait dengan apa dan bagaimana siswa

dapat mengaktualisasikan dirinya dalam belajar. Dimana identifikasi diri

memiliki kaitan dengan peluang atau hambatan siswa dalam

mengeskspresikan potensi atau kreativitas dirinya sebagai perwujudan dari

minat spesifik yang dia miliki. Adapun faktor keturunan dan pengaruh

eksternal atau lingkungan lebih berkaitan dengan perubahan-perubahan

yang terjadi dari minat siswa akibat dari pengaruh yang terjadi dari minat

siswa akibat dari pengaruh situasi kelas, sistem, dan dorongan keluarga.

Dari beberapa gambaran definisi minat belajar diatas, kiranya dapat

ditegaskan disini bahwa minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam

melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk

memenuhi kesediaanya dalam belajar. Minat belajar adalah kemauan siswa

untuk mendapatkan ilmu yang diciri-ciri sebagai berikut : (1) kesukaan,

(2) ketertarikan, (3) perhatian, dan (4) keterlibatan

C. Ciri-ciri Minat Belajar

Ciri-ciri minat menurut Hurlock (2007:115) adalah

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.

Minat disemua bidang beubah selam terjadi perubahan fisik dan

metal. Perubahan minat akan berubah dengan bertambahnya

usai.pada waktu perumbuhan terlambat dan kematangan dicapai,

minat menjadi lebih stabil.

15

b. Minat bergantung pada kesiapan belajar. Anak-anak tidak dapat

mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik dan mental.

c. Minta bergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan untuk

belajar bergantung pada lingkungan dan minat. Minat yang tumbuh

dari rumah, tetap dengan bertambah luasnya lingkup sosial akan

menjadi tertarik pada minat orang diluar rumah yang mulai dikenal.

d. Perkembangan minat terbatas. Ketidakmampuan fisik dan mental

pengalaman sosial yang terbtas membatasi minat seseorang.

e. Minat dipengaruhi oleh budaya. Anak-anak mendapat kesempatan

dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai

apa saja yang boleh kelompok budaya mereka dianggap minat sesuai

dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang

dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya mereka.

f. Minat berbobot emosional. Bobot emosional apek sfektif dari minat

menentukan kekuatannya. Bobot emosional yang tidak

menyenangkan melemahkan minat dan bobot emosional yang

menyenangkan mempekuatnya.

g. Minat itu egosentris. Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu

egosentris. Misalnya, minat anak laki-laki pada matematika sering

berlandaskan keyakinan bahwa kepandaian dibidang matematika

disekolah merupakan langkah penting menuju kedudukan yang

mengutungkan dan bergensi dunia usaha.

16

Menurut Slamet (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu yang dipelajari secar terus menerus.

b. Ada rasa suka dan senag pada sesuatu yang diminati,

c. Memperoleh suatu kebanggan dan kepuasan pada sesuatu yang

diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang

diminat.

d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang

lainnya.

e. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan

Menurut Safari (2005:111), terdapat ciri-ciri minat belajar yaitu :

a. kesukaan,

b. ketertarikan,

c. perhatian,

d. keterlibatan

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat

belajar adalah memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang sesuatu secara terus menerus, memperoleh kebanggaan

dan kepuasan terhadap hal yang diminati, berpartisipasi pada

pembelajaran, dan minat belajar dipengaruhi oleh budaya. Ketika siswa

ada minat dalam belajar maka siswa akan senantiasa aktif berpartisipasi

17

dalam pembelajaran dan akan memberikan prestasi yang baik dalam

pencapaian prestasi belajar.

D. Faktor yang mempengaruhi minat belajar

Minat belajar yang ada pada siswa pada dasarnya dipenagruhi oleh

banyaknya faktor. Menurut Gorrison (1936:153) menyatakan bahwa :

Some factors that are of spesial importance in the develompt and

guidance of the pupils are :

a) The personal of teacher

b) The attitude of the teacher toward the child and the school

c) The home influence

d) Various enviromental influnce other that the home and the

school

e) The maturity of the chlid

Pendapat diatas menerangkan bahwa faktor yang sangat penting

dalam pertumbuhan dan bimbingan siswa, sikap guru, pengaruh

lingkungan rumahdan di sekolah serta kematangan siswa.

Menurut Siti Rahayu Haditono (1983:3) ada dua faktor yang

mempengaruhi minat belajar yaitu :

a. Faktor dari dalam : diantaraya keluarga, sekolah, dan faktor

masyarakat.

b. Faktor dari luar : diantaranya keluarga, sekolah, dan faktor

masyarakat atau lingkungan.

Shaleh dan Wahab (2004:263), menyatakan bahwa, secara garis

besar faktor yang dapat mempenagruhi timbulnya minat terhadap sesuatu

dapat dikelompok menjadi dua yaitu; (1) bersumber dari individu yang

18

bersangkutan (misal: bobot, umur, jenis kelamin); (2) berasal dari luar

individu mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan

lingkungan masyarakat.

Seseorang akan berminat dalam belajar manakala ia dapat

merasakan manfaat terhadap apa yang dipelajari,baik untuk masa kini

maupun masa yang akan datang dan dirasakan ada kesesuaian dengan

kebutuhan yang sedang dihadapi, sehingga dapat disimpulkan bahwa

factor-faktor yang mempengaruhi tumbuh berkembangnya minat maupun

sebaliknya mematikan minat belajar adalah sebagai berikut :

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah factor yang berada dalam diri siswa antara lain :

a) Kematangan

Kematangan dalam diri siswa dipengaruhi oleh

pertumbuhan mentalnya. Mengajarkan sesuatu pada siswa dapat

dikatakan berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah

memungkinkan dan potensipotensi jasmani serta rohaninya telah

matang untuk menerima hal yang baru.

b) Latihan dan Ulangan

Oleh karena telah terlatih dan sering mengulangi sesuatu,

maka kecakapan dan pengetahuanyang dimiliki siswa dapat

menjadi semakin dikuasai. Sebaliknya tanpa latihan pengalaman-

pengalaman yang telah dimiliki dapat hilang atau berkurang. Oleh

19

karena latihan dan seringkali mengalami sesuatu, maka seseorang

dapat timbul minatnya pada sesuatu.

c) Motivasi

Motivasi merupakan pendorong bagi siswa untuk

melakukan sesuatu. Motivasi dapat mendorong seseorang,

sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu

pengetahuan tertentu. Tidak mungkin seseorang mau berusaha

mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya jika ia tidak

mengetahui betapa penting dan faedahnya hasil yang akan dicapai

dari belajarnya bagi dirinya

(Purwanto, 2006 : 103-104).

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah factor yang berasal dari luar diri siswa, antara

lain :

a) Faktor Guru

Seorang guru mestinya mampu menumbuhkan dan

mengembangkan minat diri siswa. Segala penampilan

seseorang guru yang tersurat dalam kompetensi guru sangat

mempengaruhi sikap guru sendiri dan siswa. Kompetensi itu

terdiri dari kompetensi personal yaitu kompetensi yang

berhubungan dengan kepribadian guru dan kompetensi

professional yaitu kemampuan dalam penguasaan segala seluk

beluk materi yang menyangkut materi pelajaran, materi

20

pengajaran maupun yang berkaitan dengan metode pengajaran.

Hal demikian ini dapat menarik minat siswa untuk belajar,

sehingga mengembangkan minat belajar siswa.

b) Faktor Metode

Minat belajar siswa sangat dipengaruhi metode pengajaran

yang digunakan oleh guru. Menarik tidaknya suatu materi

pelajaran tergantung pada kelihaian guru dalam menggunakan

metode yang tepat sehingga siswa akan timbul minat untuk

memperhatikan dan tertarik untuk belajar

c) Faktor Materi Pelajaran

Materi pelajaran yang diberikan atau dipelajari bila bermakna

bagi diri siswa, baik untuk kehidupan masa kini maupun masa

yang akan dating menumbuhkan minat yang besar dalam

belajar. (Oemar Hamalik , 2006 : 30-32). Berbagai faktor

tersebut saling berhubungan erat dan dapat pula bersama-sama

mempengaruhi minat belajar siswa.

E. Cara Meningkatkan Minat Belajar Siswa

Dalam Sardiman ( 2008 : 95 ) cara membangkitkan minat

adalah sebagai berikut :

a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.

c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

21

d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar

Menurut Winkel ( 1983 : 30 ) perasaan merupakan faktor psikis

yang nonintelektual, yang khusus berpengaruh terhadap

semangat/gairah belajar. Dengan melalui perasaannya siswa

mengadakan penilaian yang agak spontan terhadap pengalaman-

pengalaman belajar di sekolah. Penilaian yang positif akan terungkap

dala “perasaan senang” (rasa puas, rasa gembira, rasa simpati, dan lain

sebagainya). Perasaan senang akan menimbulkan minat pula, yang

diperkuat lagi oleh sikap yang positif. Dalam Winkel ( 1983 : 30 )

guru di SMP dan SMA harus membuat siswa senang dalam belajar,

dengan cara antara lain :

a. Membina hubungan akrab dengan siswa, namun tidak bertingkah

seperti anak remaja.

b. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit, namun tidak

terlalu mudah.

c. Menggunakan alat-alat pelajaran yang menunjang proses belajar.

d. Bervariasi dalam cara pengajarannya, namun tidak berganti-ganti

metode sehingga siswa menjadi bingung.

22

B. Diskusi Kelompok

1. Pengertian Diskusi Kelompok

Menurut Tatiek Romlah (2006:89) diskusi kelompok merupakan

percakapan yang terencana antara tiga orang atau lebih dengan tujuan

untuk memcahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persolaan yang

terpimpin. Diskusi kelompok dilakukan dengan tujuan yang jelas dan

terencana. Pelaksanaan diskusi kelompok terdapat seorang pemimpin yang

bertuguas mengatur jalannya diskusi agar tujuan dari diskusi kelompok

dpat tercapai.

Menurut Roestiyah (2012:5) diskusi kelompok adalah suatu tekhik

belajar mengajar yang melibatkan proses interaksi aktif antara dua atau

lebih individu untuk saling tukar pengalaman, informasi, dan memecahkan

masalah, yang dilakukan oleh guru disekolah. Diskusi kelompok akan

memaksa siswa terlibat aktif, siswa lebih leluasa ketika menyampaikan

pengalaman, pendapat, dan bertanya. Hal tersebut dikarenakan siswa

berinteraksi dengan teman mereka sendiri sehingga tidak ada perasaan

canggung, malu, dan takut.

Diskusi Menurut Tukiran, dkk (2013: 23-25) ialah proses

penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan

saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah

ditentukan dengan tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat,

atau memcahkan masalah. Diskusi kelompk dilakukan dengan posisi

duduk saling berhadapan (bisa dengan posisi duduk melingkar) agar

23

proses penyampaian pendapat dan interaksi tiap anggota kelompok dapat

terjadi dengan lebih mudah.

Menurut Suryosubroto (2002:179) metode diskusi kelompok dalam

proses pembelajaran merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan

memberikan kesempatan pada siswa (kelompok siswa) untuk mengadakan

perbincangan guna mengumpulkan pendapat, menyimpulkan atau

penyusun alternatif pemecahan masalah. Materi pelajaran yang diberikan

oleh guru dibicarakan bersama, siswa satu sama lain saling memberikan

pengertian mengenai materi tersebut. Dibentuknya kelompok membuat

materi pelajaran akan lebih mudah dicermati oleh siswa.

Menurut Tohirin (2007: 291-292), Diskusi Kelompok merupakan

suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan

masalah secara bersama-sama.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode

diskusi kelompok adalah proses interaktif antara dua individu atau lebih

yang saling tukar pengalaman, informasi, dan memecahkan masalah.

2. Tujuan Diskusi Kelompok

Menurut Roestiyah (2012:6) ada tiga tujuan penggunaan diskusi

kelompok, yakni :

a. Siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalaman

yang dimiliki sebagai sarana untuk memecahkan masalah. Saat

proses diskusi kelompok akan banyak ditemukan perbedaan

24

pendapatantar siswa, dari situlah siswa akan belajar berfikir

logis untuk menentukan pendapat mana yang mendekati

kebenaran.

b. Melatih siswa untuk lebih demokratis dengan menyampikan

pendapatnya sendiri secara lisan.

c. Membantu siswa belajar berpartisipasi dalam berpartisipasi

dalam pembicaraan untuk memecahkan masalah.

Tujuan diskusi kelompok juga diungkap oeh Dinkmeyer dan Muro

(dalam Tatiek Romlah, 2006:89), diantaranya: (a) merangsang individu

untuk mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri; (b) merangkum

pendapat kelompok; (c) didapatnya pandagan baru mengenai hubungan

antara manusia.

Jacobsen Eggen, Kauchak, dan Dulaney (dalam Tatiek Romlah,

2006:89), juga menyatakan bahwa metode diskusi kelompok dapat

digunakan dengan berbagai tujuan , yaitu (a) mengembangkan

keterampilan kepemimpinan; (b) merangkum pendapat kelompok; (c)

guna mencapai suatu persetujuan kelompok; (d) belajar menjadi pendengar

aktif; (e) mengatasi perbedaan-perbedaan dengan tepat; (f)

mengembangkan kemampuan untuk memparaprase; (g) belajar mandiri;

dan (h) mengembangkan kemampuan menganalisis, mensintesis, dan

menilai. Tujuan diskusi kelompok disini berarti mampu untuk

mengembangkan berbagai keterampilan, mulai dari keterampilan

25

memimpin, mendengar, mengatasi perbedaan, menyampaikan pendapatan,

menarik kesimpulan, mandiri, menganalis dan menilai.

Tujuan diskusi yang dilakukan guru memiliki tiga tujuan

insruksional penting seperti diungkapkan oleh Arends(2008:75). Pertama,

diskusi dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan membantunya

untuk mengonstruksikan pemahamannya sendiri mengenai isi akademik.

Diskusi membantu siswa meningkatan kemampuan untuk memahami

materi tertentu. Kedua, diskusi bertujuan untuk meningkatkan

keterlibatkan dan hubungan siswa. Diskusi memberikan kesempatan pada

siswa untuk berbicara dan mengemukakan ide-idenya sendiri di depan

umum serta memberikan motivasi pada siswa untuk terlibat dalam wacana

di luar kelas. Ketiga, dengan diskusi guru dapat membantu siswa

mempelajari bermacam-macam keterampilan komunikasi penting, seperti

menyatukan ide-ide dengan jelas, mendengarkan dan merespon orang lain,

serta mengajukan pertanyaan kepada orang lain dengan cara yang baik.

Tujuan diskusi menurut Arends adalah meningkatkan pemahaman dalam

berpikir, berhubungan dengan orang lain, meningkatkan keterampilan

komunikasi pada siswa.

Menurut J.J Hasibun dan Moedjiono (2006:23) diskusi kelompok

bertujuan agar siswa dapat berbagi informasi atau pengalaman, mengambil

keputusan atau untuk memecahkan masalah. Tujuan diskusi kelompok

dapat dijabarkan sebagai berikut :

26

a. Memberikan kesempatan siswa agar dapat menyalurkan

kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang lain.

b. Merangsang siswa agar lebih dapat bersikap terbuka.

c. Melatih siswa agar berpikir kritis dalam menyampaikan pendapat.

d. Mengasah siswa untuk menilai kemampuan dan peranan diri

maupun teman-teman.

e. Membantu anak menyadari dan merumuskan berbagai masalah,

baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran disekolah.

f. Melatih anak untuk dapat menerima pendapat atau masukan dari

orang lain.

g. Memberikan motivasi pada anak untuk dapat menerima masukan

orang lain.

Tujuan dari diskusi kelompok adalah bisa untuk mendiskusikan

dalam konteks pemecahan masalah siswa misalnya menyangkut masalah

belajar, penggunaan waktu luang, masalah-masalah karier. (Tohirin,292 :

2007)

Dari beberapa pendapat tentang tujuan diskusi kelompok dapat

disimpulkan bahwa dalam dunia pendidikan yang semakin demokratis ini,

metode diskusi mendapat perhatian besar karena memliki arti penting

dalam merangsang para siswa untuk berpikir dan mengekspresikan

pendapatnya secara bebas dan mandiri. Dengan demikian, diskusi

kelompok dapat meningkatkan kreativitias siswa, serta membina

27

kemampuan berkomunikasi, termasuk di dalamnya keterampilan

berbahasa.

3. Manfaat Diskusi Kelompok

Diskusi sebagai metode mengajarkan lebih cocok dan diperlukan

apabila guru hendak :

a. Memnafaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa.

b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan

kemampuannya.

c. Mendpatkan balikan dari siswa, apak tujuan telah tercapai.

d. Membantu siswa belajar berpikir kritis.

e. Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri

sendiri maupun teman-temannya.

f. Membatu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai

masalah yang “dlihat”, baik dari ppengalaman sendiri maupun

dari pelajran sekolah.

g. Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih giat.

(Hasibuan dkk, 2006:23)

Sedangkan menurut Engkoswara&Entang(1982:71-72)

mengemukakan bahwa secara lebih khusus kegiatan belajar mengajar

dalam kelompok-kelompok mempunyai manfaat dalam :

a. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi

b. Meningkatkan disiplin.

28

c. Mengecek hasil pencapaian siswa

d. Mengembangkan semnagat gotong royong dan saling

membantu.

e. Meningkatkan motivasi belajar yang sehat.

Dari beberapa pendapat tentang manfaat diskusi kelompok, penulis

lebih setuju dengan pendapat Hasibuan dkk, dikarena lebih relevan dan

cocok terhadap penelitian ini.

4. Kelebihan Diskusi Kelompok

Sebagai salah satu bentuk dari bimbingan kelompok, diskusi

kelompok memiliki kelebihan yang membedakan dengan bentuk

bimbingan lain. Siti Hartinah (2009:9) menyatakan keuntungan

menggunakan metode pendekatan kelompok adalah dapat

dikembangkannya sikap-sikap positif anak, seperti toleransi, saling

menghargai, kerjasama, tanggungjawab, dan displin. Selain itu, melalui

kegiatan kelompok dapat menghilangkan ketegangan emosi, konflik,

kekecewaan, curiga, dan iri hati.

Pendapat lain juga diungkapan oleh Semiwan (dalam Tukiran,

2013:24) yang menyebutkan bahwa diskusi kelompok dapat mempertinggi

peran serta secara perseorangan, mempertinggi peran serta kelas secara

keseluruhan, dan memupuk sikap saling menghargai pendapat orang lain.

Sedangkan menurut Suryosubroto (2002:185) penggunaan diskusi

kelompok memiliki cukup banyak keuntungan, yaitu:

29

a. Pelaksanaan diskusi kelompok melibatkan semua siswa secara

langsung dalam proses pembelajaran.

b. Tingkat pengetahuan dan penguasaan materi siswa akan diuji.

c. Siswa dilatih untuk berpikir dan bersikap ilmiah.

d. Siswa yang mengajukan dan mempertahankan pendapatnya

diharapkan dapat lebih percaya pada kemampuan dirinya.

e. Diskusi dapat digunakan sebagai sarana untuk menunjang

usaha pengembangan sikap sosial dan demokratis.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan

bahwa kelebihan dari diskusi kelompok adalah

a. Mampu menghidupkan susasana kelas

b. Siswa menjadi lebih aktif

c. Siswa menjadi bisa menilai diri sendiri dan orang lain.

d. Mengembangkan sikap demokratis

e. Mengembangkan sikap saling menghargai pendapat orang lain.

5. Kelemahan diskusi kelompok

Menurut Suryobroto (2002:185-186) kelemahan dari diskusi

kelompok adalah

a. Memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum

pernah dipelajari sebelumnya.

b. Diskusi kelompok yang mendalam perlu waktu yang banyak

c. Siswa kurang berani mengemukakan pendapat.

30

d. Jalannya diskusi dapat dikuasi atau didominasi oleh beberapa

siswa yang menonjol.

Selain dari pendapat diatas, ada juga pendapat lain dari Wardani

(1983:8-9), mengemukakan pendapat bahwa kelemahan diskusi kelompok

adalah

a. Diskusi kelompok memerlukan waktu yang lebih banyak

daripada cara belajar yang lain.

b. Dapat memboroskan waktu, terutama bila terjadi hal-hal

negative seperti : pengarahan yang kurang tepat, pembicaraan

yang berlarut-larut, penyimpanan yang tidak ditegur dll.

c. Anggota-anggota yang kurang agresif (pendiam, pemalu dsb)

sering tidak mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan

ide-idenya, hingga menyebabkan terjadinya frustasi dan

penariakn diri.

d. Ada kalanya diskusi hanya didominasi oleh orang-orang

tertentu saja.

Dari beberapa pendatan tentang kelemahan diskusi kelompok dapat

disimpulkan yaitu diskusi kelompok memerlukan keterampilan-

keterampilan khusus yang belem tentu semua siswa memiliki, diskusi

kelompok juga memerlukan waktu yang cukup lama, tidak semua siswa

juga mampu mengemukan pendapatnya didepan umum secara langsung,

adakalanya juga ada beberapa siswa yang mendominasi jalanya diskusi

kelompok.

31

6. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pemimpin dalam diskusi

kelompok.

Hal-hal yang perlu diperhatiakan dalam diskusi kelompok tidak

hanya ditujukan kepada anggota kelompok, tetapi juga pemimpi

kelompok. Untuk dapat menjalankan peranan pemimpin interaksi melalui

diskusi, maka pada umunya guru sebagai pemimpin diskusi perlu

memperhatikan tiga hal tersebut, maka menurut Winarno Surakhamd

(1980) pemimpin diskusi harus memainkan tiga peranan yaitu :

a. Pemimpin sebagai pngatur lalu lintas berati guru berperan

sebagai penengah untuk mengatur jalan, arus, dan arah penfapat

dari tiap orang agar tidak terjadi kesimpang siuran, ataupun

pembicaraan yang tidak tertuju pada pokok diskusi.

b. Pemimpin sebagai dinding penangkis yaitu setiap kali

menerima pertanyaan-pertanyaan dari peserta, ia harus segera

menilai mana yang perlu dipantulkan kembali kepada

kelompok, sehingga tidak terjadi tnya jawab antara pemimpin

diskusi dengan sejumlah kecil anggota diskusi saja.

c. Pemimpin sebagai penunjuk jalannya yaitu bahwa sebagai

pemimpin interaksi, salah satu lagi tugas pemimpin tersebut

ialah memberi petunjuk-petunjuk umum mengenai kemanjuaan-

kemajuan diskusi.

32

Menurut pendapat Roestiyah, bila mengunakan metode diskusi

kelompok, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar

pelaksanaannya bisa lancar, yaitu :

a. Instruktur harus memahami dan menguasi sungguh-sungguh

masalah yang dilontarkan pada siswa masalah apa yang harus

dipecahkan dan dapat memberikan serta mengarahkan jalannya

diskusi, bila mugkin terjadi penyelewengan pembicaraan atau

menemui jalan buntu.

b. Instruktur harus mampu memberikan garis-garis besar pokok

persoalan yang penting, agar siswa terpimpin dapat mengetahui

dan memilih pokok-pokok soal yang mana harus diselesaikan

lebih dahulu agar tidak membicarakan hal-hal yang tidak perlu.

c. Instruktur harus mampu menetapkan jawaban terhadap garis-

garis besar persoalan, agar siswa mendapatkan bimbingan

dalam merumuskan jawaban itu.

d. Instruktur harus mampu mengetahui dan mengkap jawaban

yang telah disetujui bersama. Hal yang telah disetujui bersama.

Hal yang telah disetujui dirumuskan sebagai tumpuan

pemecahan soal yang berikut, sehingga semua masalah dapat

terpecahkan.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa keberadaan pemimpin kelompok atau instruktur merupakan aspek

yang penting dan tidak dapat diabaikan. Pemimpin kelompok atau

33

instruksur harus dapat mengarahkan jalannya kegiatan kelompok dengan

mengatur jalannya diskusi. Pemimpin kelompok mengatur jalannya

diskusi dengan memberikan rangsangan untuk berdidkusi dan berusaha

merefleksikan pertanyaan dari anggota yang lain. Pemimpin diskusi atau

instruktur dalam mengambil kesimpulan harus menetapkan jawaban

terhadap garis-garis besar persoalan, selain hal tersebut yang telah

disetujui bersama melalui diskusi kelompok dapat dirumuskan sebagai

kesimpulan dalam kelompok. Terkait dengan proses diskusi kelompok,

unsur kerahasian merupakan tanggung jawab bersama anggota kelompok

diskusi.

7. Langkah-langkah dalam diskusi kelompok

Berikut ini beberapa pendapat mengenai langkah-langkah dalam

melakasanakan diskusi kelompok. Menurut J.J Hasibuan dan Moedjiono

(2006:24) langkah diskusi kelompok adalah sebagai berikut:

a. Guru memberi pengarahan pada siswa terkait dengan masalah

yang akan didiskusikan beserta cara pemecahannya dengan

jelas agar dapat dipahami siswa. Masalah tersebut juga dapat

ditentukan bersama antara guru dan siswa.

b. Guru memimpin siswa membentuk kelompok-kelompok

diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, penulis, dan pelapor),

mengatur posisi duduk, ruangan dan sarana prasarana.

34

c. Ketika tiap-tiap kelompok berdiskusi, guru berkeliling dari satu

kelompok ke kelompok lain (jika kelompok lebih dari satu),

menjaga kebersihan, memberi dorongan dan bantuan agar

anggota kelompok dapat aktif dalam diskusi.

d. Setelah selesai diskusi, tiap berkelompok melaporkan hasil

diskusinya dalam berkelompok yang lebih besar (kelompok

kelas) dan dari siswa dari kelompok lain dapat memberikan

penjelasan terkait laporan tersebut. Siswa mencatat hasil dari

diskusi dan hasil laporan dikumpulkan paga guru.

Langkah-langkah pelaksanaan diskusi kelompok juga disampaikan

oleh Suprihadi Saputro, Zainal Abidin, dan I Wayah Sutarna (2000:184-

185), langkah tersebut secara berurutan yakni:

a. Merumuskan masalah secara jelas

b. Dengan pemimpin guru para siswa membentuk kelompok

diskusi.

c. Melaksanankan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu

persis apa yang akan didikusikan dan bagaimana cara

berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap

anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama.

d. Melaporkan hasil diskusi.

e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru

mengumpulkan laporan hasil diskusi kelompok.

35

Langkah-langkah dalam melaksanakan diskusi seperti yang

dikemukakan oleh Soryotobroto (2002:181-182) adalah sebagai berikut:

a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan

memberikan pengarahanan seperlunya mengenani cara-cara

pemecahannya.

b. Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompok-

kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris,

pelapor, mengtur tempat duduk, ruangan, saranan, dan

sebaginya)

c. Para siswa berdiskusi didalam kelompoknya masing-masing,

sedangkan guru hanya berkeliling dari kelompok satu ke

kelompok yang lain untuk menjaga ketertiban serta

memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap

anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan

dengan lancar.

d. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-

hasilnya yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua

siswa(terutama dari kelomok lain). Guru memberikan ulasan

atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut.

e. Akhirnya para siswa mencatat hasil diskusi, dan guru

mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok

sesudah para siswa mencatatnya.

36

Agar diskusi tersebut dapat berjalan secra efektif, maka perlu juga

didahului oleh perencanaan dan persiapan yang matang, yang mencakupi :

a. Pemilihan topik atau masalah yang akan didiskusikan.

b. Perencanaan dan penyiapan informasi pendahuluan yang

berhubungan dengan topik tersebut, hingga para siswa memiliki

latar belakang yang sama.

c. Guru perlu mempersiapkan diri sebaik mungkin sebagi

pemimpin diskusi.

d. Penetapan besar kelompok.

e. Pengaturan tempat duduk.

(wardani,1983:7)

Selain itu, wardani (1983:6) juga mengungkapkan bahwa dalam

diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim yang terbuka” yaitu dalam

suasana persahabatanyang ditandai oleh kehangatan hubungan pribadi,

ketersedian menerima dan mengenalkan lebih jauh topik diskusi,

keantusiasan berpartisipasi, serta kesediaan menghargai pendapat orang

lain, sehingga kelompok mengangap diskusi sebagai suatu kegiatan yang

menyenangkan.

Berdasarkan pendapatkan diatas, langkah-langkah dalam diskusi

kelompok dapat diawali dengan melakukan perumusan masalah yang akan

dibahas. Langkah kedua yang dilaksanakan adalah melakukan

pembentukan kelompok diskusi. Langkah selanjutnya adalah

pelaksanankan diskusi yang dilanjutkan dengan pelaporan hasil diskusi

37

yang dilanjutkan dengan pelaporan hasil yang telah dilaksanankan.

Langkah terakhir yang dilakukan dalam diskusi kelompok adalah

melakukan pencatatan hasil kegiatan diskusi kelompok yang telah

dilakukan.

C. Kerangka Berpikir

Penerapan metode diskusi dalam proses pembelajaran merupakan

salah satu metode yang tidak terlalu mahal dan tidak terlalu sulit diterapkan

serta cukup efektif untuk mencapai tujuan belajar.Penerapan metode diskusi

merupakan sebuah metode yang dapat menggali potensi siswa untuk dapat

berpikir kritis, bebas mengembangkan gagasan-gagasannya serta memberi

pengalaman langsung sehingga perolehan belajar tidak bersifat verbal semata,

melainkan mampu memberi pengalaman yang bersifat konkret. Dengan

demikian metode tersebut akan dapat menguatkan ingatan siswa terhadap

materi yang dipelajarinya. Bertitik tolak dari kerangka berpikir demikian,

maka dapat dinyatakan bahwa dengan penerapan metode diskusi secara

efektif, cenderung dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam mata

pelajaran bimbingan konseling. Penerapan metode diskusi menyebabkan siswa

memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dan lebih kuat melekat

dalam memori (pikiran) mereka, sehingga secara tidak langsung berdampak

pula terhadap perolehan atau hasil belajar siswa. Di samping itu dengan

diterapkannya metode ini akan membuat perhatian siswa tertarik dalam proses

belajar, karena siswa mengalami sendiri, dan terlibat aktif dalam proses

38

belajar sehingga akan mempermudah siswa tersebut memahami materi

pelajaran bimbingan konseling yang dipelajarinya. Diterapkannya metode ini

secara efektif dan efesien akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

mata pelajaran bimbingan konseling.

D. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan Jufri Lanasir (2013) Meningkatkan Minat

Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Metode Diskusi di Kelas

III SDN Pembina Salakan Kecamatan Tinangkung Kabupaten Banggai

Kepulaua. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II tentang tingkat

keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran dengan perolehan nilai 46

atau prosentase 76,66 % dan masuk dalam kategori baik. Sedangkan hasil

pengamatan kegiatan guru dengan 15 indikator penilaian mendapat nilai 56

atau prosentase 74,66 % dan masuk dalam kategori baik. Berdasarkan uraian

di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode diskusi dapat

meningkatkan minat belajar siswa kelas III B SDN Pembina Salakan

Kecamatan Tinangkung Kabupaten Banggai Kepulauan. Adapun saran yang

diajukan dari hasil penelitian yaitu metode diskusi kiranya dapat menjadi

bahan pertimbangan bagi guru yang mengajar dengan menyesuaikan materi

yang diajarkan sebagai alternatif meningkatkan minat belajar.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Laras Ayni Widyastuti (2012) yang

berjudul pengaruh media permaianan sains terhadap minat belajar sains

siswa kelas II SDN Pujokusuman 2 dan SDN Pujokusuman 3 Yogyakarta.

Penelitian menunjukkan adanya pengaruh permainan sains terhadap minat

39

belajar sains. Peningkatan skor minat belajar sains pada kelas ekperimen

setelah perlakuan(permainan sains) sebanyak 16,61. Sementara itu,

peningkatan rerata skor minat belajar sains pada kelas kontrol setelah

perlakuan (permainan sains) sebanyak 5,67. Dengan demikian,

peningkatan rerata skor pada kela eksperimen lebih tinggi dibandingkan

dengan rerata skor pada kelas kontrol.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas maka dapat

diajukan hipotesis tindakan dari penelitian tindakan ini adalah Metode Diskusi

Kelompok dapat meningkatkan minat belajar pada siswa kelas VIII SMP

Hamong Putera Ngaglik.

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan. Tim

Pelatihan Penelitian Tindakan UNY yang dikutip oleh Sujati (2002:2)

mengartikan penelitian tindakan sebagai salah satu strategi pemecahan

masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan

kemampunan dalam mendeteksi dan memcahkan masalah. Penelitian

tindakan merupakan metode penelitian yang menarik perhatian orang-

orang yang bergerak dibidang ilmu sosial dan humaniora.

Menurut elliot dalam Suwarsih madya (2006:9-10) penelitian

tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud meningkatkan

kualitas tindakan didalamnya. Seluruh proses diagnosis, perancanaan,

pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh telah menciptakan hubungan

yang diperlukan antara evaluasi diri dan perkembangan profesional.

Secara ringkas tujuan utama penelitian tindakan adalah untuk

meningkatkan kualitas pelaksanaan praktik atau layanan pembelajaran.

Grindy dan Kemmis yang dikutip Suwarsih Madya (1994: 12)

menyebutkan bahwa tujuan penelitian tindakan adalah peningkatan

praktik, peningkatan atau pengembangan profesional, pemahamanpraktek

oleh praktisinya dan peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktek.

Fokus penelitian ini terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang

dibuat oleh penelitian, kemudian diuji cobakan dan dievaluasi apakah

41

tindakan itu dapat memcahkan masalah yang dihadapi siswa. Selain itu,

pelaksanaan penelitian tindakan kelas diharapkan dapat menghasilkan

beberapa peningkatan dan perbaikan, diantaranya adalah :

1. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas pengunaan

media, alat bantu mengajar, dan sumber belajar lainnya.

2. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan

alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan

hasil belajar siswa

3. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan

anak disekolah

4. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penerapan

kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa disekolah.

5. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa

di sekolah

6. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu pembelajaran

dikelas.

(Suhardjono, 2007:61)

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengupayakan peningkatan

minat belajar di SMP Hamong Putera Ngaglik melalui diskusi kelompok,

maka berdasarkan pendapat diatas, peneliti memilih untuk melakukan

penelitian tindakan. Jenis penelitian ini dianggap cocok untuk mengatasi

permasalahan mengenai meningkatkan minat belajar siswa. Oleh karena

itu, melalui pendekatan penelitian kelas ini peneliti ingin mengupayakan

42

peningkatan minat belajar siswa melalui diskusi kelompok. Hal ini

tersebut dilakukan tentunya untuk meningkatkan mutu pembelajaran

dikelas, seperti yang telah diungkapkan diatas bahwa salah satu hasil yang

diharapkan dari penelitian tindakan kelas adalah peningkatan perbaikan

terhadap mutu pembelajaran dikelas.

B. Subjek Penelitian

Suharsimi Arikunto (1993:116) menyebutkan bahwa yang

dimaksud subjek penelitian adalah suatu benda, hal, atau orang, tempat

data variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan. Jadi subjek

merupakan sesuatu yang posisinya sangat penting, karena pada subjek

itulah terdapat data tentang variabel yang diteliti dan diamati oleh penliti.

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel

adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131).

Tehnik pengambilan sampel menggunakan teknik Total Sampling.

Dikatakan Purposive Sampling karena peneliti langsung tentukan

sampelnya yaitu semua siswa kelas VIII B SMP Hamong Putera Ngaglik

yang berjumlah 28 siswa, terdiri dari 23 laki-laki dan 5 perempuan.

43

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Hamong Putera Ngaglik yang

terletak di Desa Gentan, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2016

D. Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini, menggunakan desain penelitian

Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart yang menggunakan siklus

sistem spiral terdiri dari rencana, tindakan, observasi, dan refleksi

(Dede Rahmat Hidayat & Aip Badrujaman,2012:12). Ada empat

komponen penelitian yang terdapat pada model ini, yaitu:

1. Merencanakan tindakan.

2. Melaksanakan tindakan

3. Melakukan pengamatan/observasi

4. Refleksi hasil pengamatan

Adapun visualisasi bagan model penelitian yang disusun oleh

Kemmis dan McTaggart tersaji pada gambar berikut ini:

44

Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan

Gambar 1 di atas terdiri dari siklus I dan II, setiap siklusnya

terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi

untuk mengetahui dampak atau hasil tindakan yang telah

dilakukan.Penelitian ini dikatakan berhasil apabila terdapat hasil

yang signifikan yang tercermin melalui perubahan kemampuan

komunikasi lisan siswa.

Pada penelitan tindakan kelas, jika siklus I belum

berhasil, maka peneliti akan melalakukan tindakan siklus II.

Tahap pada siklus II sama dengan yang dilakuakan pada siklus I,

hanya dalam silkus II peneliti terlebih dahulu mencari solusi untuk

memperbaiki kekurangan yang dilakukan pada siklus I.

Pada penelitian dengan desain Kemmis & McTaggart ini

dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti dengan guru.

Bentuk kerjasama dalam penelitian ini guru secara bersama-sama

45

dengan peneliti adalah sebagai pemberi tindakan.

E. Rancangan Tindakan

1. Pra Tindakan

Sebelum melakukan rencana tindakan, terlebih dahulu

peneliti perlu melakukan beberapa langkah pra tindakan, agar

peneliti dapat mengetahui kondisi awal peserta sebelum diberi

tindakan. Langkah- langkah yang dilakukan peneliti pada pra

tindakan adalah sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan observasi pada siswa kelas VIII SMP

Hamong Putera Ngaglik dan melakukan wawancara pada

guru Bimbingan dan Konseling untuk mengetahui kondisi

subyek yang akan diberi tindakan.

b. Guru Bimbingan dan Konseling dan peneliti berdiskusi

untuk menyamakan persepsi terkait tindakan yang akan

diberikan kepada siswa.

c. Peneliti bersama guru B imb inga d a n Ko ns e l in g

memberi materi untuk memancing siswa agar berpendapat

dan mengeluarkan kemampuan komunikasi lisannya, lalu

peneliti mengobservasi untuk mengetahui kemampuan awal

siswa.

d. Guru Bimbingan dan Konseling dan peneliti berdiskusi

tentang pelaksanaan tindakan.

46

2. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan guru Bimbingan dan

Konseling mendiskusikan materi yang akan berikan kepada siswa.

Materi yang sudah ada diberiakan oleh guru untuk dikoreksi.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini melakukan penerapan metode diskusi

kelompok sebagai upaya untuk meningkatkan minat belajar.

Berikut ini pokok - pokok kegiatan yang akan dilaksanakan

dalam diskusi kelompok :

1) Tahap Persiapan

a) Menjelaskan aturan diskusi kelompok

b) Membagi siswa menjadi kelomopok-kelompok kecil

c) Menentukan pemimpin kelompok dan anggota kelompok

d) Membagi materi yang akan didiskusikan

e) Menghentikan diskusi kelompok

f) Mempresentasikan hasil diskusi

2) Tahap Observasi

Peneliti dengan bantuan guru Bimbingan dan Konseling

mengamati jalannya kegiatan peningkatan minat belajar

dengan menggunakan metode diskusi kelompok.

47

3) Tahap Refleksi

Setelah melakukan seluruh tindakan menggunakan

metode diskusi kelompok dan siswa sudah diberikan angket

untuk mengukur peningkatan angket. Semua data

terkumpul segera dilakukan analisis data. Kegiatan refleksi

adalah suatu kegiatan untuk melihat dampak dari tindakan

yang diberikan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana keberhasilan dari rencana tindakan yang telah

ditetapkan.

3. Siklus II

Pada sikluskedua ini, tindakan yang diberikan dimaksudkan

untuk memperbaiki kekurangan - kekurangan yang terdapat pada

siklus I. Kekurangan - kekurangan tersebut akan diperbaiki pada

siklus II dengan menggunakan materi yang berbeda dari siklus

sebelumnya. Namun, lembar observasi yang digunakan masih sama

seperti siklus I.

1) Tahap Perencanaan

Membahas tindakan sebelumnya dan membahas kekurangan -

kekurangan pada siklus I, kemudian merancang kegiatan siklus II.

Memastikan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.

Kegiatan selanjutnya hampir sama dengan siklus pertama, hanya

materinya yang akan diganti.

48

2) Tahap Observasi

Peneliti dengan bantuan guru Bimbingan dan Konseling

mengamati jalannya kegiatan peningkatan minat belajar dengan

menggunakan metode diskusi kelompok.

3) Tahap Refleksi

Setelah melakukan seluruh tindakan menggunakan metode

diskusi kelompok dan siswa sudah diberikan angket untuk

mengukur peningkatan angket. Semua data terkumpul segera

dilakukan analisis data. Kegiatan refleksi adalah suatu kegiatan

untuk melihat dampak dari tindakan yang diberikan. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari

rencana tindakan yang telah ditetapkan.

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data menurut Sugiyono (2008: 193) dapat dilakukan

dengan berbagai setting, sumber, dan berbagai cara dalam upaya

menumpulkan data. Suharsimi Arikunto (2005: 100) menyatakan teknik

pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data. Metode pengumpulan data meliputi skala minat belajar,

observasi, dan wawancara.

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 137) instrumen penelitian yaitu

alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih

49

cermat, lengkap, serta sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah skala minat belajar,

pedoman observasi dan pedoman wawancara.

Menurut Sugiyono (2012: 149), titik tolak dari penyusunan instrumen

adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari

variable-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya

ditentukan indicator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian

dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti melakukan penyusunan

instrumen untuk meningkatkan meningkatkan minat belajar melalui tehnik

diskusi kelompok pada siswa kelas VIII B SMP Hamong Putera sebagai

berikut:

1. Skala Minat Belajar

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Pada

skala, responden diminta untuk menjawab suatu pertanyaan atas

pernyataan dengan alternatif pilihan jawaban yang sudah disediakan.

Moh. Nazir (2003: 328) menjelaskan prosedur pembuatan skala

adalah sebagai berikut:

a. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, yang

relevan dengan masalah yang sedang diteliti,yang terdiri dari

item yang cukup terang disukai dan cukup terang tidak disukai.

b. Kemudian item-item tersebut dicoba kepada sekelompok

responden yang cukup representatif dari populasi yang akan

diteliti.

c. Responden di atas diminta untuk mengecek tiap item apabila ia

menyenangi (+) atau tidak menyukai (-). Responsi tersebut

dikumpulkan dan jawaban yang memberi indikasi menyenangi

diberi skor tertinggi tidak ada masalah misalnya untuk

50

memberikan angka empat untuk yang tinggi dan skor untuk

yang terendah dan sebaliknya. Yang penting adalah konsistensi

dari arah sikap yang diperhatikan. Demikian juga apakah

jawaban “setuju” atau “tidak setuju” yang disebut disenangi

tergantung dari isi pertanyaan dan isi dari item-item yang

disusun.

d. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan

dari skor masing-masing item dari individu tersebut.

e. Responsi dianalisa untuk mengetahui item-item mana yang

sangat nyata batasan skor tinggi dan skor rendah dalam skor

total.

Dalam skala responden diminta untuk menjawab suatu pernyataan

dengan alternatif pilihan jawaban yang tergantung dari data penelitian

yang diperlukan oleh peneliti. Masing-masing jawaban dikaitkan dengan

nilai berupa angka. Langkah-langkah untuk membuat angket perilaku

minat belajar adalah sebagai berikut:

a. Membuat definisi operasional

Menurut kajian teori yang terdapat di bab II maka dapat

didefinisi konsep minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam

melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang

untuk memenuhi kesediaanya dalam belajar. Definisi operasional :

minat belajar adalah kemauan siswa untuk mendapatkan ilmu yang

di ciri-ciri sebagai berikut : (1) kesukaan, (2) ketertarikan, (3)

perhatian, dan (4) keterlibatan

b. Membuat kisi-kisi instrumen

Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukan kaitan antara

variabel yang diteliti dengan sumber data dari mana data akan

diambil (Suharsimi Arikunto, 2010: 205).

51

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar

c. Penyusunan item

Skala yang dimodifikasi dari skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok

Sub Variabel Indikator Jumlah Nomor Item

Kesukaan Gairah siswa untuk mengikuti

kegiatan belajar mengajar

disekolah.

4 1,2,3,4

Respon siswa saat mengikuti

kegiatan belajar mengajar

disekolah

4 5,6,7,8

Ketertarikan Perhatian saat mengikuti kegiatan

belajar mengajar disekolah

4 9,10,11,12

Konsentrasi siswa saat mengikuti

kegiatan belajar mengajar

disekolah.

4 13,14,15,16,

Perhatian Keterlibatan siswa disaat

mengikuti kegiatan belajar

mengajar

4 17,18,19,20

Kemauan siswa untuk

mengerjakan tugas.

4 21,22,23,24

Kemauan siswa untuk mencari

buku penunjang yang lain saat

menemui kesulitan.

3 25,26,27

Keterlibatan Kesadaran tentang belajar di rumah 4 28,29,30,31

Langkah siswa setelah ia tidak

masuk sekolah

3 32,33,34

Kesadaran siswa untuk mengisi

waktu luang

3 35,36,37

Kesadaran siswa untuk bertanya 3 38,39,40

40 40

52

orang tentang fenomena sosial. Setiap pernyataan skala prsosial

dilengkapi empat pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai

(S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor untuk

skala minat belajar adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Skor Skala Minat Belajar

2. Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 156) observasi atau

pengamatan adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek

dengan menggunakan alat indera. Observasi terdiri dari dua jenis yaitu :

a. Observas non sistematis, yang dilakukan oeh pengamat dengan tidak

menggunakan instrumen pengamatan

b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan

menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Peneliti menggunakan jenis observasi non sistematis untuk dapat

memudahkan penliti mengobservasi siswa saat peneliti melakukan

tindakan.

Pilihan Jawaban Skor

Favourable (+)

Sangat Sesuai (SS) 4

Sesuai (S) 3

Tidak Sesuai (TS) 2

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1

53

G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan

untuk memperoleh data atau mengukur data tersebut valid

(Sugiyono, 2013: 173). Suharsimi Arikunto (2010: 211)

menyatakan bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan

tingkat kevalidan suatu instrumen. Instrumen yang valid

mempunyai validitas tinggi, instrumen yang kurang valid berarti

memiliki validitas rendah. Dalam penelitian ini, uji validitas yang

digunakan adalah uji validitas isi/konten dan uji validitas item.

Menurut Saifuddin Azwar (2007: 45), validitas isi merupakan

validitas yang diukur melalui pengujian terhadap isi tes dengan

analisis rasional atau pendapat dari ahli (expert judgement). Hal ini

dilakukan setelah instrumen disusun sesuai dengan kisi-kisi

instrumen berdasarkan teori tertentu, selanjutnya dikonsultasikan

kepada ahli. Pada penelitian ini expert judgment yang dimaksud

yaitu dosen pembimbing dengan keahlian di bidang bimbingan dan

konseling.

Untuk validitas item, pada penelitian ini menggunakan

teknik koefisien korelasi item total (rᵢₓ) yang biasa juga disebut

indeks daya beda item (Saifuddin Azwar, 2007: 162). Bila

koefisien korelasinya rendah mendekati angka 0, berarti fungsi

item tidak cocok dengan fungsi ukur tes dan daya bedanya tidak

54

baik. Batasan minimal koefisien korelasi item total sebesar 0.30,

namun apabila dengan batas tersebut item yang lolos tidak

mencukupi jumlah yang diinginkan, batas kriteria dapat diturunkan

menjadi 0.25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai.

Adapun hasil uji validitas item adalah sebagai berikut, skala

minat belajar terdiri dari 40 pernyataan. Skala di uji cobakan

terhadap 28 responden. Hasil uji coba menggunakan koefisien item

total di sajikan dalam tabel berikut:

Table 3. Hasil Uji Coba Instrumen

NO. PERNYATAAN

Koefisien

Korelasi Item

Total

KETERANGAN

1 Butir 1 .550 Valid

2 Butir 2 .731 Valid

3 Butir 3 .528 Valid

4 Butir 4 .551 Valid

5 Butir 5 .436 Valid

6 Butir 6 .561 Valid

7 Butir 7 .623 Valid

8 Butir 8 .669 Valid

9 Butir 9 .731 Valid

10 Butir 10 .510 Valid

11 Butir 11 .521 Valid

12 Butir 12 .466 Valid

13 Butir 13 .527 Valid

14 Butir 14 .583 Valid

15 Butir 15 .461 Valid

16 Butir 16 .711 Valid

17 Butir 17 .687 Valid

18 Butir 18 .704 Valid

55

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus reliabel.

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan suatu alat pengukuran

dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Nurul Zuriah, 2006: 192).

Pada penelitian ini, akan dilakukan uji reliabilitas instrument dan uji

reliabilitas item. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui reliabilitas instrument dengan menggunakan rumus

koefisien alpha (α). Rumus alpha digunakan untuk mencari

reliabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0, seperti angket

19 Butir 19 .561 Valid

20 Butir 20 .545 Valid

21 Butir 21 .725 Valid

22 Butir 22 .691 Valid

23 Butir 23 .472 Valid

24 Butir 24 .647 Valid

25 Butir 25 .545 Valid

26 Butir 26 .539 Valid

27 Butir 27 .692 Valid

28 Butir 28 .490 Valid

29 Butir 29 .552 Valid

30 Butir 30 .624 Valid

31 Butir 31 .829 Valid

32 Butir 32 .648 Valid

33 Butir 33 .448 Valid

34 Butir 34 .568 Valid

35 Butir 35 -.161 Gugur

36 Butir 36 .700 Valid

37 Butir 37 .472 Valid

38 Butir 38 .457 Valid

39. Butir 39 .211 Gugur

40. Butir 40 .471 Valid

56

atau soal berbentuk uraian (Suharsimi Arikunto. 2010: 239). Suatu

instrument dindikasi memiliki reliabilitas apabila koefisien alpha

cronbach lebih besar atau sama dengan 0.70 dengan bantuan

program SPSS For Windows Seri 16.0.

Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus

alpha cronbach, diperoleh hasil bahwa skala minat belajar memiliki

koefisien reliabilitas sebesar 0,948 dari total 40 item. Nilai koefisien

tersebut menunjukkan bahwa skala minat belajar memiliki

reliabilitas yang tinggi .

H. Teknik Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik tabulasi data

secara kuantitatif berdasarkan hasil tindakan yang dilaksanakan pada setiap

siklus. Hasil tindakan dideskripsikan dalam data konkrit, berdasarkan skor

minimal, skor maksimal sehingga diperoleh nilai rata-rata. Disamping itu,

untuk menentukan validitas instrumen maka dikonsultasikan dengan ahli

(pembimbing). Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh benar-benar valid

berdasarkan bukti empiris.

Untuk mengetahui tingkat minat belajar siswa digunakan skala.

Penentuan kategori kecenderungan dan tiap-tiap variabel didasarkan pada

norma atau ketentuan kategori. Merujuk pada penjelasan Saifuddin Azwar

(2010: 107-119) berikut ini adalah langkah-langkah pengkategorisasian minat

belajar dalam penelitian ini :

57

a. Menentukan skor tertinggi dan terendah

Skor Tertinggi = 4 x 38 = 152

Skor Terendah = 1 x 38 = 38

b. Menghitung mean ideal (M) yaitu (skor tertinggi+skor terendah)

M = ½ (152+ 38)

= ½ (190)

= 95

c. Menghitung standar deviasi (SD)

SD = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah)

SD = 1/6 (152-38)

= 1/6 (114)

= 19

Batas antara kategori tersebut adalah

(M+1SD) = 114 dan (M-1SD) = 76

Kategori untuk Minat Belajar diamati pada table 5 berikut ini:

Tabel 4. Kategori Skor Minat Belajar

Batas (Interval) Rumus Kategori

Skor < 76 < (M-1SD) minat belajar Rendah

76≤ Skor ≤ 114 (M-1SD) s/d (M+1SD) minat beajar Sedang

Skor ≥ 114 ≥ (M+1SD) minat belajar Tinggi

58

I. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Pada penelitian ini, peneliti mengambil jenis penelitian tindakan kelas.

Dua siklus yang peneliti gunakan terdiri dari empat tindakan. Peneliti akan

menghentikan penelitian apabila terdapat peningkatan skor minat belajar dan

siswa memiliki skor diatas 77

59

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah

dilaksanakan disertai dengan analisis data dan pembahasan tentang

upaya meningkatkan minat belajar melalui diskusi kelompok pada siswa

kelas VIII SMP Hamong Putera Ngaglik. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Mei - Juni 2016 di SMP Hamong Putera Ngaglik.

A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Hamong Putera Ngaglik terletak

di Gentan, Sinduharjo, ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Letak sekolah

berada di satu lingkungan dengan SD N Gentan. Sekolah ini terletak

dipinggir jalan yang statergis. Sekolah ini mempunyai 6 kelas terdiri

dari kelas VII A, VII B, VIII A, VIII B, IX A dan IX B. Kondisi

fisik sekolah dapat dikatakan baik, keadaan sekolah nampak bersih

dan terawat. Fasilitas sekolah juga menunjang seperti perpustakaan,

koperasi sekolah, lapangan olah raga, kantin dan mushola.Peneliti

mengambil setting di kelas VIII B karena menurut hasil observasi

dan wawancara guru kelas menunjukkan bahwa minat belajar

kelas tersebut rendah.

2. Waktu Penelitian

60

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 20 Mei 2016 sampai

tanggal 13 Juni 2016. Berikut penjabaran dan tanggal pelaksanaan

kegiatan pada penelitian ini:

a. Pemberian pra tindakan : 20 Mei 2016

b. Pelaksanakan tindakan siklus I : 21,23, 25 dan 27 Mei 2016

c. Pemberian refleksi I : 27 Mei 2016

d. Pelaksanaan tindakan siklus II : 3, 8,10, dan 13 Juni 2016

e. Pemberian refleksi II : 13 Juni 2016

3. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP HAMONG

PUTERA. Subyek penelitian ini terdiri dari 28 siswa yaitu 23 orang

siswa laki- laki dan 5 siswa perempuan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan

wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling sebelum

penelitian dilaksanakan didapat data bahwa minat belajar siswa

rendah. Minta belajar siswa adalah kemauan siswa untuk

mendapatkan ilmu yang diciri-ciri sebagai berikut : (1) kesukaan, (2)

ketertarikan, (3) perhatian, dan (4) keterlibatan.

4. Deskripsi Data Studi Awal Sebelum Penelitian

61

Sebelum melaksanakan pemberian tindakan, terlebih dahulu

dilakukan observasi dan pemberian angkat pra tindakan sebagai data

awal terhadap minat belajar siswa-siswi kelas VIII B SMP Hamong

Putera Ngaglik. Data yang diperoleh oleh peneliti dari sekolah

menyatakan bahwa siswa-siswi di kelas VIII B masih mempunyai

minat belajar yang rendah. Hal ini dilihat juga dapat dilihat dari

hasil pra tindakan skala minat belajar sebagaimana terangkum dalam

tabel berikut ini:

Tabel 5. Hasil Minat Belajar Pra Tindakan

NO NAMA SKOR KRITERIA NO NAMA SKOR KRITERIA

1 RAP 68 Rendah 15 WMSD 105 Sedang

2 YA 69 Rendah 16 DAS 101 Sedang

3 AK 71 Rendah 17 IDR 105 sedang

4 SN 75 Rendah 18 MN 70 Rendah

5 ADTP 74 Rendah 19 DS 74 Rendah

6 PCD 75 Rendah 20 FQAAS 101 Sedang

7 AY 72 Rendah 21 AHA 75 Rendah

8 MRPD 70 Rendah 22 ICN 72 Rendah

9 MSI 83 Sedang 23 SKR 75 Rendah

10 NDS 80 Sedang 24 REW 71 Rendah

11 AO 91 Sedang 25 YAK 76 Rendah

12 DTP 98 Sedang 26 AMTS 74 Rendah

13 NWR 93 Sedang 27 SF 69 Rendah

14 ADG 101 Sedang 28 FR 73 Rendah

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa minat belajar

setiap siswa berbeda-beda. Dapat dilihat dari 28 siswa, 18 siswa

memiliki minat belajar kategori Rendah dan 10 siswa memiliki

minat belajar kategori Sedang.

62

B. Pelaksanaan Tindakan Penelitian

1. Siklus I

a. Tahap Persiapan

1) Peneliti dan guru Bimbingan dan Konseling mendiskusi

tindakan yang akan dilakasanakan. Tindakan ini adalah

diskusi kelompok. Guru Bimbingan dan konseling dan

peneliti mendiskusikan materi apa yang akan kepada

siswa yang bisa untuk meningkat minat belajar dengan

dasar teori yang ada di BAB II.

2) Peneliti dan guru Bimbingan dan Konselingmenentukan

jadwal pelaksanaan penelitian. Waktu pertemuan

tindakan siklus I adalah tanggal 21,23, 25 dan 27 Mei

2016 dengan alokasi waktu 40 menit. Pelaksaan berada

di ruang kelas VIII B.

3) Peneliti menyiapkan Rencana Pemberian

Layanan (RPL) bimbingan klasikal dan

materi yang akan diberikan. Materi akan yang akan

diberikan adalah Cara menyukai pembelajaran,

Membuat kelas menjadi nyaman, Mengatur waktu

belajar di rumah, dan Menumbuhkan motivasi sekolah.

4) Peneliti menyiapkan alat yang akan dipakai untuk

melakukan kegiatan diskusi kelompok.

5) Peneliti mempersiapkan kamera untuk

63

mendokumentasikan aktivitas pada saat proses

penelitian berlangsung.

b. Tahap Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan

sebanyak empat pertemuan. Setiap pertemuan membahas

materi dengan durasi 40 menit. Materi diberikan oleh

siswa-siswi untuk didiskusikan. Pada pertemuan pertama

siswa dibagi menjadi 7 kelompok dan masing-masing

kelompok mendapat tema yang sama.

1) Pertemuan Pertama

Pelaksanan penelitian tindakan untuk

meningkatkan minat belajar kelas VIII B SMP Hamong

Putera Ngaglik dilaksanakan mulai tanggal 21 Mei

2016. Pertemuan pertama dilaksanakan pada jam

pertama dengan durasi 40 menit. Waktu pelaksanakan

telah disepakati oleh peneliti, guru Bimbingan dan

Konseling dan pihak sekolah.

Kegiatan inti pada pertemuan pertama ini

adalah sebagai berikut:

a) Peneliti membagi siswa menjadi kelompok -

kelompok kecil. Satu kelas menjadi 7

kelompok. Satu kelompok berisi 3-4 siswa.

64

b) Peneliti menjelaskan tema yang akan di

diskusikan. Tema untuk pertemuan pertama

adalah cara menyukai pembelajaran.

c) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika

ada yang tidak jelas.

d) Peneliti membagi kertas HVS untuk

menuliskan hasil diskusi tersebut.

e) Peneliti menyuruh siswa untuk membentuk

struktur kelompok, yaitu menunjuk ketua

kelompok dan sekretaris.

f) Peneliti memberi waktu untuk berdiskusi

kelompok.

g) Setelah selesai diskusi kelompok, peneliti

meminta perwakilan kelompok untuk maju

kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil

diskusinya.

h) Hasil dari semua kelompok yang sudah

mempresentasikan hasil diskusi kelompok

adalah siswa datang tepat waktu,

memperhatikan pelajaran dengan baik,

dislipin dalam kelas, belajar pelajaran yang

tidak disukai, dan tidak tidur dikelas.

65

2) Pertemuan Kedua

Pelaksanan penelitian tindakan untuk

meningkatkan minat belajar kelas VIII B SMP Hamong

Putera Ngaglik dilaksanakan mulai tanggal 23 Mei

2016. Pertemuan kedua dilaksanakan pada jam keenam

dengan durasi 40 menit. Waktu pelaksanakan telah

disepakati oleh peneliti, guru BK dan pihak sekolah.

Kegiatan inti pada pertemuan kedua ini adalah

sebagai berikut:

a) Peneliti membagi siswa menjadi kelompok -

kelompok kecil. Kelompok sama seperti

pertemuan pertama.

b) Peneliti ulas kembali hasil diskusi

pertemuan pertama.

c) Peneliti menjelaskan tema yang akan di

diskusikan. Tema untuk pertemuan kedua

adalah membuat kelas menjadi nyaman.

d) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika

ada yang tidak jelas.

e) Peneliti membagi kertas HVS untuk

menuliskan hasil diskusi tersebut.

f) Peneliti memberi waktu untuk berdiskusi

kelompok.

66

g) Setelah selesai diskusi kelompok, peneliti

meminta perwakilan kelompok untuk maju

kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil

diskusinya.

h) Hasil presentasi siswa dapat disimpulkan

adalah tidak ramai dikelas, membersihkan

ruang kelas, menghargai guru dikelas, tidak

berkata jorok dikelas, saling menghargai

antar teman dan mengerjakan tugas dengan

tenang.

3) Pertemuan Ketiga

Pelaksanan penelitian tindakan untuk

meningkatkan minat belajar kelas VIII B SMP Hamong

Putera Ngaglik dilaksanakan mulai tanggal 25 Mei

2016. Pertemuan kedua dilaksanakan pada jam ketiga

dengan durasi 40 menit. Waktu pelaksanakan telah

disepakati oleh peneliti, guru Bimbingan dan Konseling

dan pihak sekolah.

Kegiatan inti pada pertemuan ketiga ini adalah

sebagai berikut:

a) Peneliti membagi siswa menjadi kelompok -

kelompok kecil. Kelompok sama seperti

67

pertemuan pertama.

b) Peneliti ulas kembali hasil diskusi

pertemuan kedua.

c) Peneliti menjelaskan tema yang akan di

diskusikan. Tema untuk pertemuan ketiga

adalah mengatur waktu belajar di rumah.

d) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika

ada yang tidak jelas.

e) Peneliti membagi kertas HVS untuk

menuliskan hasil diskusi tersebut.

f) Peneliti memberi waktu untuk berdiskusi

kelompok.

g) Setelah selesai diskusi kelompok, peneliti

meminta perwakilan kelompok untuk maju

kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil

diskusinya.

h) Hasil presentasi siswa dapat disimpulkan

adalah hampir semua siwa belajar pada

waktu jam 19.00 sampai 21.00

4) Pertemuan keempat

Pelaksanan penelitian tindakan untuk

meningkatkan minat belajar kelas VIII B SMP Hamong

68

Putera Ngaglik dilaksanakan mulai tanggal 27 Mei

2016. Pertemuan keempat dilaksanakan pada jam

pertama dengan durasi 40 menit. Waktu pelaksanakan

telah disepakati oleh peneliti, guru Bimbingan dan

Konseling dan pihak sekolah.

Kegiatan inti pada pertemuan keempat ini

adalah sebagai berikut:

a) Peneliti membagi siswa menjadi kelompok -

kelompok kecil. Kelompok sama seperti

pertemuan pertama.

b) Peneliti ulas kembali hasil diskusi pertemuan

ketiga.

c) Peneliti menjelaskan tema yang akan di

diskusikan. Tema untuk pertemuan keempat

adalah menumbuhkan motivasi sekolah.

d) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika

ada yang tidak jelas.

e) Peneliti membagi kertas HVS untuk

menuliskan hasil diskusi tersebut.

f) Peneliti memberi waktu untuk berdiskusi

kelompok.

g) Setelah selesai diskusi kelompok, peneliti

meminta perwakilan kelompok untuk maju

69

kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil

diskusinya.

h) Hasil dari presentasi siswa dapat disimpulkan

adalah belajar dengan sungguh-sungguh,

mempunyai cita-cita yang tinggi, dan

bersemangat untuk berangkat kesekolah.

c. Hasil Tindakan Siklus I

Hasil tindakan dari keempat pertemuan dalam siklus I ini

dapat dilihat dari hasil angket minat belajar. Pemberian angket

minat belajar dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 27 Me i

2016 . Setelah kegiatan pada pertemuan keempat. Data skala

minat belajar setelah dilakukan tindakan pada siklus I dapat

dilihat pada hasil dari skala angket minat belajar dari 28 siswa.

Berikut hasil penilaian selama tindakan berlangsung.

Tabel. 6. Hasil Skala Minat Belajar pada Siklus I

NO NAMA SKOR KRITERIA NO NAMA SKOR KRITERIA

1 RAP 100 Sedang 15 WMSD 123 Tinggi

2 YA 83 Sedang 16 DAS 109 Sedang

3 AK 86 Sedang 17 IDR 127 Tinggi

4 SN 93 Sedang 18 MN 73 Rendah

5 ADTP 88 Sedang 19 DS 96 Sedang

6 PCD 97 Sedang 20 FQAAS 129 Tinggi

7 AY 90 Sedang 21 AHA 102 Sedang

8 MRPD 74 Rendah 22 ICN 101 Sedang

70

9 MSI 94 Sedang 23 SKR 90 Sedang

10 NDS 90 Sedang 24 REW 74 Rendah

11 AO 99 Sedang 25 YAK 89 Sedang

12 DTP 111 Sedang 26 AMTS 90 Sedang

13 NWR 93 Sedang 27 SF 73 Rendah

14 ADG 126 Tinggi 28 FR 74 Rendah

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa minat belajar setiap

siswa berbeda-beda. Dapat dilihat dari 28 siswa, 5 siswa memiliki minat

belajar dalam kategori Rendah, 19 siswa memiliki minat belajar dalam

kategori Sedang dan 4 siswa memiliki minat belajar dalam kategori

tinggi.

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil pra tindakan dan

penilaian siklus I, seperti pada table berikut:

Tabel 7. Peningkatan Minat Belajar Siswa dari Pra Tindakan hingga

Siklus I

PRA TINDAKAN SIKLUS I

No Kategori Rentang

Skor

Banyak

Siswa

Persentase Banyak

Siswa

Persentase

1 Rendah

Skor <76 18 64% 5 18%

2 Sedang

76≤ Skor<

114

10 36% 19 68%

3 Tinggi Skor ≥

114

0 0% 4 14%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa telah terjadi

peningkatan dengan peningkatan jumlah siswa yang dalam kategori

71

sedang dan tinggi.

d. Refleksi Siklus I

Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang

ada pada pelaksanaan tindakan. Refleksi dilakukan dengan

melakukan diskusi antara peneliti dan guru BK dan melakukan

pengamatan. Pada intinya meningkatkan minat belajar dapat

dilakukan dengan diskusi kelompok.

Kekurangan-kekurangan yang terjadi di siklus I

diantaranya:

a) Siswa masih sering ramai sendiri.

b) Siswa masih suka iri kalau kelompoknya dibagi oleh

peneliti.

c) Siswa masih kurang jelas dengan materi yang akan

didiskusikan.

Peneliti mengatasi kekurangan pada siklus I dengan

memberikan tindakan lanjutan dan melakukan perbaikan.

Perbaikan dilakukan antara lain dengan memberikan penjelasan

lebih tentang materi yang dijelasakan.

Berdasarkan hasil observasi yang masih belum

optimal, maka peneliti bersama dengan guru kelas VI I I

memutuskan untuk melakukan tindakan lanjutan yaitu siklus II

72

sebagai upaya mengoptimalkan tindakan sehingga memperoleh

hasil yang optimal.

2. Siklus II

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan

sebanyak empat pertemuan. Setiap pertemuan membahas

materi dengan durasi 40 menit. Materi diberikan oleh

siswa-siswi untuk didiskusikan. Pada pertemuan pertama

siswa dibagi menjadi 7 kelompok dan masing-masing

kelompok mendapat tema yang sama.

1) Pertemuan Pertama

Pelaksanan penelitian tindakan untuk

meningkatkan minat belajar kelas VIII B dilaksanakan

mulai tanggal 3 Juni 2016. Pertemuan pertama

dilaksanakan pada jam pertama dengan durasi 40 menit.

Waktu pelaksanakan telah disepakati oleh peneliti, guru

Bimbingan dan Konseling dan pihak sekolah.

Kegiatan inti pada pertemuan pertama ini

adalah sebagai berikut:

a) Peneliti membagi siswa menjadi kelompok -

kelompok kecil. Satu kelas menjadi 7

kelompok. Satu kelompok berisi 3-4 siswa.

b) Peneliti menjelaskan tema yang akan di

73

diskusikan. Tema untuk pertemuan pertama

adalah membiasakan belajar yang baik

c) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika

ada yang tidak jelas.

d) Peneliti membagi kertas HVS untuk

menuliskan hasil diskusi tersebut.

e) Peneliti menyuruh siswa untuk membentuk

struktur kelompok, yaitu menunjuk ketua

kelompok dan sekretaris.

f) Peneliti memberi waktu untuk berdiskusi

kelompok.

g) Setelah selesai diskusi kelompok, peneliti

meminta perwakilan kelompok untuk maju

kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil

diskusinya.

h) Hasil presentasi siswa dapat disimpulkan

bahwa belajar tepat waktu, belajar dengan

sungguh-sunggu, tidak belajar sambil nonton

televisi.

2) Pertemuan Kedua

Pelaksanan penelitian tindakan untuk

meningkatkan minat belajar kelas VIII B dilaksanakan

mulai tanggal 8 Juni 2016. Pertemuan kedua

74

dilaksanakan pada jam keempat dengan durasi 40

menit. Waktu pelaksanakan telah disepakati oleh

peneliti, guru BK dan pihak sekolah.

Kegiatan inti pada pertemuan kedua ini adalah

sebagai berikut:

a) Peneliti membagi siswa menjadi kelompok -

kelompok kecil. Kelompok sama seperti

pertemuan pertama.

b) Peneliti ulas kembali hasil diskusi pertemuan

pertama.

c) Peneliti menjelaskan tema yang akan di

diskusikan. Tema untuk pertemuan kedua adalah

mengikuti pembelajar yang baik.

d) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika ada

yang tidak jelas.

e) Peneliti membagi kertas HVS untuk menuliskan

hasil diskusi tersebut.

f) Peneliti memberi waktu untuk berdiskusi

kelompok.

g) Setelah selesai diskusi kelompok, peneliti

meminta perwakilan kelompok untuk maju

kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil

diskusinya.

75

h) Hasil presentasi siswa dapat disimpulkan bahwa

siswa harus berkonsentrasi, tidak ramai, tidak

membolos, tidak mainan handphone saat

pemeblajaran, dan tidak tidur saat guru

menjelaskan.

3) Pertemuan Ketiga

Pelaksanan penelitian tindakan untuk

meningkatkan minat belajar kelas VIII B dilaksanakan

mulai tanggal 10 Juni 2016. Pertemuan ketiga

dilaksanakan pada jam ketiga dengan durasi 40 menit.

Waktu pelaksanakan telah disepakati oleh peneliti, guru

Bimbingan dan Konseling dan pihak sekolah.

Kegiatan inti pada pertemuan ketiga ini adalah

sebagai berikut:

a) Peneliti membagi siswa menjadi kelompok -

kelompok kecil. Kelompok sama seperti

pertemuan pertama.

b) Peneliti ulas kembali hasil diskusi pertemuan

kedua.

c) Peneliti menjelaskan tema yang akan di

diskusikan. Tema untuk pertemuan ketiga adalah

meningakatkan konsentrasi belajar.

76

d) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika ada

yang tidak jelas.

e) Peneliti membagi kertas HVS untuk menuliskan

hasil diskusi tersebut.

f) Peneliti memberi waktu untuk berdiskusi

kelompok.

g) Setelah selesai diskusi kelompok, peneliti

meminta perwakilan kelompok untuk maju

kedepan kelas untuk mempresentasikan hasil

diskusinya.

h) Hasil persentasi siswa dapat disimpulkan bahwa

belajar dengan tekun dan displin, belajar harus

fokus, memperhatikan saat guru menjelaskan dan

bertanya kepada guru jika ada yang tidak tahu.

4) Pertemuan keempat

Pelaksanan penelitian tindakan untuk

meningkatkan minat belajar kelas VIII B dilaksanakan

mulai tanggal 13 Juni 2016. Pertemuan keempat

dilaksanakan pada jam terakhir dengan durasi 40 menit.

Waktu pelaksanakan telah disepakati oleh peneliti, guru

Bimbingan dan Konseling dan pihak sekolah.

Kegiatan inti pada pertemuan keempat ini

77

adalah sebagai berikut:.

a) Peneliti membagi siswa menjadi kelompok -

kelompok kecil. Kelompok sama seperti pertemuan

pertama.

b) Peneliti ulas kembali hasil diskusi pertemuan

ketiga.

c) Peneliti menjelaskan tema yang akan di diskusikan.

Tema untuk pertemuan keempat adalah

berkomunikasi yang baik dengan guru.

d) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jika ada

yang tidak jelas.

e) Peneliti membagi kertas HVS untuk menuliskan

hasil diskusi tersebut.

f) Peneliti memberi waktu untuk berdiskusi

kelompok.

g) Setelah selesai diskusi kelompok, peneliti meminta

perwakilan kelompok untuk maju kedepan kelas

untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

h) Hasil presentasi siswa dapat disimpulkan menjadi

bicara yang baik pada guru, tidak memotong

pembicaraan guru, tidak berkata jorok saat bicara

dengan guru.

78

c. Hasil Tindakan Siklus II

Hasil tindakan dari delpan pertemuan dalam siklus I dan siklus II ini

dapat dilihat dari hasil angket minat belajar. Pemberian angket

minat belajar dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 13 Ju n i

2016 . Setelah kegiatan pada pertemuan keempat. Data skala

minat belajar setelah dilakukan tindakan pada siklus I dapat dilihat

pada hasil dari skala angket minat belajar dari 28 siswa. Berikut

hasil penilaian selama tindakan berlangsung.

Tabel. 8. Hasil Skala Minat Belajar pada Siklus II

NO NAMA SKOR KRITERIA NO NAMA SKOR KRITERIA

1 RAP 125 Tinggi 15 WMSD 131 Tinggi

2 YA 103 Sedang 16 DAS 120 Tinggi

3 AK 104 Sedang 17 IDR 134 Tinggi

4 SN 100 Sedang 18 MN 91 Sedang

5 ADTP 104 Sedang 19 DS 141 Tinggi

6 PCD 122 Tinggi 20 FQAAS 141 Tinggi

7 AY 136 Tinggi 21 AHA 129 Tinggi

8 MRPD 90 Sedang 22 ICN 121 Tinggi

9 MSI 121 Tinggi 23 SKR 100 Sedang

10 NDS 122 Tinggi 24 REW 89 Sedang

11 AO 117 Tinggi 25 YAK 102 Sedang

12 DTP 129 Tinggi 26 AMTS 126 Tinggi

13 NWR 127 Tinggi 27 SF 88 Sedang

14 ADG 140 Tinggi 28 FR 89 Sedang

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa minat belajar setiap

siswa berbeda-beda. Dapat dilihat dari 28 siswa, 22 siswa memiliki minat

belajar dalam kategori Sedang dan 16 siswa memiliki minat belajar

dalam kategori tinggi.

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil pra tindakan dan

79

penilaian siklus II, seperti pada table berikut:

Tabel 9. Peningkatan Minat Belajar Siswa dari Pra Tindakan

hingga Siklus II

PRA TINDAKAN SIKLUS I SIKLUS II

No Kategori Rentang

Skor

Banyak

Siswa

Persenta

se

Banyak

Siswa

Persenta

se

Banyak

Siswa

Persenta

se

1 Rendah

Skor

<76

18 64% 5 18% 0 0%

2 Sedang

76≤

Skor<

114

10 36% 19 68% 22 79 %

3 Tinggi

Skor ≥ 114

0 0% 4 14% 16 21%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa telah terjadi

peningkatan dengan peningkatan jumlah siswa yang dalam kategori

sedang dan tinggi.

d. Refleksi Siklus II

Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang

ada pada pelaksanaan tindakan. Refleksi dilakukan dengan

melakukan diskusi antara peneliti dan guru Bimbingan dan

Konseling. Pada dasarnya penerapan metode Diskusi

Kelompok pada tindakan ini sudah baik dan berjalan lancar dan

sudah menunjukkan adanya peningkatan pada siswa.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sudah sesuai

dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan oleh peneliti

yaitu sudah ada peningkatan skor skala minat belajar. Selain

itu dalam pelaksanaan tindakan, peneliti tidak mengalami

80

hambatan dan kendala yang dapat mempengaruhi hasil

sehingga peneliti bersama dengan guru Bimbingan dan

Konseling bersepakat untuk tidak melanjutkan ke siklus

selanjutnya. Maka dapat disimpulkan bahwa minat

belajar siswa VIII B SMP Hamong Putera telah mengalami

peningkatan setelah diberikan dua siklus menggunakan

metode Diskusi Kelompok.

C. Hasil Penelitian

Minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seorang melihat

ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan

keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Oleh karena

itu, apa saja yang dilihat sesorang barang tentu akan membangkitkan

minatnya sejauh apa yang dilihat it mempunyai hubungan dengan

kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukan bahwa minat

merupakan kecenderungan jiwa sesorang terhadap sesuatu objek,

biasanya disertai dengan perasaan senang, karena itu merasa ada

kepentingan dengan sesuatu itu.

Menurut Bernard dalam Sardiman (2007:76) menyatakan bahwa

minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul

akibat dari partisiapsi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar

atau bekerja. Jadi, jelas bahwa, minat akan selalu terkait dengan

persoalan kebutuhan dan keinginan. Dalam kaitnya dengan belajar

81

Hansen (1995:1) menyebutkan bahwa minat belajar siswa erat

hubungannya dengan kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri

atau identifikasi, faktor keturunan dan pengaruh ektrnal atau

lingkungan. Dalam praktiknya, minat atau dorongan dalam diri siswa

terkait dengan apa dan bagaimana siswa dapat mengaktualisasikan

dirinya dalam belajar. Dimana identifikasi diri memiliki kaitan

dengan peluang atau hambatan siswa dalam mengeskspresikan

potensi atau kreativitas dirinya sebagai perwujudan dari minat

spesifik yang dia miliki. Adapun faktor keturunan dan pengaruh

eksternal atau lingkungan lebih berkaitan dengan perubahan-

perubahan yang terjadi dari minat siswa akibat dari pengaruh yang

terjadi dari minat siswa akibat dari pengaruh situasi kelas, sistem,

dan dorongan keluarga.

Minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan

kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk

memenuhi kesediaanya dalam belajar. Minat belajar adalah kemauan

siswa untuk mendapatkan ilmu yang diciri-ciri sebagai berikut : (1)

kesukaan, (2) ketertarikan, (3) perhatian, dan (4) keterlibatan.

Rendahnya minat belajar siswa kelas VIII B SMP Hamong

Putera Ngaglik. Siswa masih sering tidak fokus untuk kegiatan

pembelajaran. Selain itu siswa juga malas untuk mengerjakan

pekerjaan rumah ataupun kegiatan yang mendukung pembelajran di

sekolah. Siswa juga masih sering gaduh dalam kegiatan belajar

82

mengajar.

Untuk meningkatkan minat belajar peneliti memilih metode

diskusi kelompok. Metode diskusi kelompok dalam proses

pembelajaran merupakan cara penyajian bahan pelajaran dengan

memberikan kesempatan pada siswa (kelompok siswa) untuk

mengadakan perbincangan guna mengumpulkan pendapat,

menyimpulkan atau penyusun alternatif pemecahan masalah. Materi

pelajaran yang diberikan oleh guru dibicarakan bersama, siswa satu

sama lain saling memberikan pengertian mengenai materi tersebut.

Dibentuknya kelompok membuat materi pelajaran akan lebih mudah

dicermati oleh siswa.

Menurut Suryosubroto (2002:179) metode diskusi kelompok

dalam proses pembelajaran merupakan cara penyajian bahan

pelajaran dengan memberikan kesempatan pada siswa (kelompok

siswa) untuk mengadakan perbincangan guna mengumpulkan

pendapat, menyimpulkan atau penyusun alternatif pemecahan

masalah. Materi pelajaran yang diberikan oleh guru dibicarakan

bersama, siswa satu sama lain saling memberikan pengertian

mengenai materi tersebut. Dibentuknya kelompok membuat materi

pelajaran akan lebih mudah dicermati oleh siswa.

Metode diskusi kelompok adalah proses interaktif antara dua

individu atau lebih yang saling tukar pengalaman, informasi, dan

memecahkan masalah. Tujuan diskusi yang dilakukan guru memiliki

83

tiga tujuan insruksional penting seperti diungkapkan kemampuan

oleh Arends(2008:75). Pertama, diskusi dapat meningkatkan

kemampuan berpikir siswa dan membantunya untuk

mengonstruksikan pemahamannya sendiri mengenai isi akademik.

Diskusi membantu siswa meningkatan kemampuan untuk memahami

materi tertentu. Kedua, diskusi bertujuan untuk meningkatkan

keterlibatkan dan hubungan siswa. Diskusi memberikan kesempatan

pada siswa untuk berbicara dan mengemukan ide-idenya sendiri

didepan umum serta memberikan motivasi pada siswa untuk terlibat

dalam wacana diluar kelas. Ketiga, dengan diskusi guru dapat

membantu siswa mempelajari bermacam-macam keterampilan

komunikasi penting, seperti menyatkan ide-ide dengan jelas,

mendengarkan dan merespon oranglain, serta mengajukan

pertanyaan kepada orang lain dengan cara yang baik.

Metode diskusi kelompok dapat meningkatkan minat belajar.

Pada siklus I, pertemuan pertama, siswa dibagi menjadi 7 kelompok

kemudian diberi materi tentang cara menyukai pelajaran untuk

didskusikan. Pada siklus I pertemuan kedua siswa dibagi 7 kelompok

kemudian diberi materi tentang membuat keadaan kelas menjadi

nyaman. Kemudian pertemuan ketiga dan keempat sama hanya

berbeda materi, untuk pertemuan ketiga materinya adalah mengatur

waktu belajar dirumah dan untuk pertemuan keempat adalah

menumbuhkan morivasi sekolah.

84

Hasil dari diskusi kelompok pada siklus I tersebut dapat

simpulkan sebagai berikut untuk pertemuan pertama dengan topik

cara menyukai pelajaran adalah siswa datang tepat waktu,

memperhatikan pelajaran dengan baik, dislipin dalam kelas, belajar

pelajaran yang tidak disukai, dan tidak tidur dikelas. Pertemuan

kedua dengan topik membuat kelas menjadi nyaman adalah tidak

ramai dikelas, membersihkan ruang kelas, menghargai guru dikelas,

tidak berkata jorok dikelas, saling menghargai antar teman dan

mengerjakan tugas dengan tenang. Pertemuan ketiga dengan topik

mengatur waktu belajar dirumah adalah hampir semua siwa belajar

pada waktu jam 19.00 sampai 21.00. Pertemuan keempat dengan

topik menumbuhkan motivasi sekolah adalah belajar dengan

sungguh-sungguh, mempunyai cita-cita yang tinggi, dan

bersemangat untuk berangkat kesekolah.

Pelaksanaan tindakan pada siklus I sudah berjalan sebagaimana

mestinya, akan tetapi pada siklus ini masih ada beberapa kendala

yang membuat siswa masih kurang mendapatkan tindakan yang baik.

Seperti siswa masih asing dengan metode diskusi kelompok, siswa

masih sering membahas yang bukan materi yang harus dibahas.

Selain itu kerjasama antar anggota lain juga masih kurang dan siswa

kurang paham dengan materi yang akan dijelaskan.

Dengan adanya kendala pada siklus I, peneliti mengadakan

perbaikan dan melanjutkan siklus II. Perbaikan tindakan pada siklus

85

II adalah menjelaskan dahulu tentang metode diskusi kelompok,

peneliti menjelaskan materi yang akan disikusikan, dan peneliti sring

ikut berdiskusi dalam tiap-tiap kelompok agar diskusi tetap berjalan

lancar.

Pelaksanakan siklus II sangant berjalan lacar dibadingkan

dengan siklus I. Pada tindakan siklus II ini dilaksanakan diskusi

kelompok. Pada pertemuan pertama, sama dengan siklus I, siswa

dibagi menjai 7 kelompok, kemudian diberi materi tentang

membiasakan belajar yang baik. Selanjutnya pada pertemuan kedua,

ketiga dan keempat sama dengan pertemuan ynag bertama hanya

berbeda-beda materi. Pada pertemuan kedua materinya adalah

mengikuti pembelajran yang baik. Pada pertemuan ketiga materinya

adalah meningkatkan konsentrasi belajar. Pada pertemuan keempat

materinya adalah berkomunikasi yang baik dengan guru.

Hasil dari diskusi kelompok pada siklus II dapat dismpulkan

bahwa pada pertemuan pertama dengan topik membiasakan belajar

yang baik adalah belajar tepat waktu, belajar dengan sungguh-

sunggu, tidak belajar sambil nonton televisi. Pada pertemuan kedua

denagn topik mengikuti pembelajaran yang baik adalah siswa harus

berkonsentrasi, tidak ramai, tidak membolos, tidak mainan

handphone saat pemeblajaran, dan tidak tidur saat guru menjelaskan.

Pertemuan ketiga dengan topik meningkatkan konsentrasi belajar

adalah belajar dengan tekun dan displin, belajar harus fokus,

86

memperhatikan saat guru menjelaskan dan bertanya kepada guru jika

ada yang tidak tahu. Pertemuan keempat dengan topik

berkomunikasi yang baik dengan guru adalah bicara yang baik pada

guru, tidak memotong pembicaraan guru, tidak berkata jorok saat

bicara dengan guru.

Pelaksanaan tindakan siklus II lancar tidak ada kendala ynag

berarti. Hal ini ditunjukan dengan siswa sudah lancar untuk

berdiskusi kelompok, siswa tidak membahas yang bukan maetri yang

sedang dibahas.

Metode diskusi kempok dapat meningkatkan minat berlajar

siswa kelas VIII B SMP Hamong Putera Ngaglik dapat dilihat dari

hasil skala minat belajar yang dibagikan pada pra tindakan,

pemberian refleksi I dan pemberian refleksi II. Hasil pada pra

tindakan ada 18 siswa dalam kategori rendah, 10 siswa dalam

kategori sedang dan tidak ada siswa yang masuk dalam kategori

tinggi. Setelah pemberian siklus I, ada penurunan jumlah siswa

dalam kategori rendah, dan ada peningkatan jumlah siswa dalam

kategori sedang dan tinggi. Adapun jumlah siswa yang masuk dalam

kategori rendah adalah 5 siswa, 19 siswa masuk dalam kategori

sedang, dan 4 siswa yang masuk dalam kategori tinggi. Setelah

pemberian siklus II, sudah tidak ada siswa yang masuk dalam

kategori rendah dan ada peningkatan yang signifikan dalam kategori

sedang dan tinggi. Adapun jumlah siswa yang masuk dalam kategori

87

sedang adalah 22 siswa dan 16 siswa yang masuk dalam kategori

tinggi.

Pada kelas VIII B mengalami perubahan dari praktik metode

diskusi kelompok yang belum sesuai dengan aturan yang ada.

Setelah melakukan treatmen ini siswa sudah dapat mengetahui

bagaimana metode diskusi yang baik sesuai aturan yang ada.

Siswa menjadi senang melakukan kegiatan diskusi diakrenakan

siswa sudah tau dan paham bagaimana melakukan diskusi kelompok

yang baik dan benar. Sebelum siswa tahun bagaimana diskusi

kelompok itu, peneliti juga sedikit kerepotan untuk menjalan diskusi

kelompok ini, akan tetapi setelah siswa diberi pemahaman tentang

diskusi kelompok, siswa menjadi senang untuk melakukan diskusi

kelompok.

Siswa sudah memahami metode diskusi kelompok. Siswa juga

sangat senang dengan metode diskusi keompok. Jadi minat belajar

siswa juga akan meningkat. Siswa menjadi senang berada dikelas

untuk mengikuti pembelajaran yang ada dikelas.

Hasil penelitian ini telah sesuai dengan tujuan penelitian yaitu

terdapat perubahan setelah melakukan metode diskusi kelompok,

adanya peningkatan minat belajar setelah melakukan mtode diskusi

kelompok, adanya perubahan dari praktik metode diskusi kelompok,

adanya perubahan yang lebih baik dari pratik yang sebelumnya.

88

F. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan di kelas VII B SMP Hamong Putera

Ngaglik dalam pelaksanaanya masih terdapat keterbatasan, yaitu:

1. Siswa masih susah untuk dikendalikan pada saat diskusi

kelompok.

2. Peneliti kesulitan untuk memfokuskan siswa apabila

mendapat jam mata pelajaran terakhir

89

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan

bahwa metode diskusi kelompok dapat meningkatkan minat belajar pada

siswa kelas VII B SMP Hamong Putera Ngaglik. Tindakan pada penelitian ini

dilaksanakan melalui dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat kali

pertemuan. Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok. Setiap pertemuan berbeda

materi yang didiskusikan.

Hasil pada pra tindakan ada 18 siswa dalam kategori rendah, 10 siswa

dalam kategori sedang dan tidak ada siswa yang masuk dalam kategori tinggi.

Setelah pemberian siklus I, ada penurunan jumlah siswa dalam kategori

rendah, dan ada peningkatan jumlah siswa dalam kategori sedang dan tinggi.

Adapun jumlah siswa yang masuk dalam kategori rendah adalah 5 siswa, 19

siswa masuk dalam kategori sedang, dan 4 siswa yang masuk dalam kategori

tinggi. Setelah pemberian siklus II, sudah tidak ada siswa yang masuk dalam

kategori rendah dan ada peningkatan yang signifikan dalam kategori sedang

dan tinggi. Adapun jumlah siswa yang masuk dalam kategori sedang adalah

22 siswa dan 16 siswa yang masuk dalam kategori tinggi. Dengan demikian,

metode diskusi kelompok dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII

B SMP Hamong Putera Ngaglik.

90

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, dapat dikemukakan

saran- saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Diharapakan guru Bimbingan dan Konseling dapat memahami konsep

diskusi kelompok dan diharapkan dapat menerapkan untuk meningkatkan

minat belajar siswanya.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya sebaiknya merancang diskusi kelompok

dengan lebih kreatif dan inovatif

b. Peneliti selanjutnya diharapkan mengunakan layanan bimbingan

ataupun tekhik atau metode bimbingan yang lain, yang lebih

menarik untuk meningkatkan minat belajar.

c. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan diskusi

kelompok untuk meningaktakn aspek-aspek belajar yang lain

selain minat belajar

91

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahaman Shaleh. (2004). Psikologi Suatu Pengantar dalam Prespektif

Islam. Jakarta :Kencana.

Alisuf sabri.(1999) Ilmu pendidikan,Jakarta :pedoman ilmu Jaya.

Arends, Richard I. (2008), Learning to Taech, Edisi ke-tujuh. (ahli bahasa : Helly

Prajitno S, dan Sri Mulyantini S). Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Crow Dan Crow.(1990). Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Rake Sarasin.

Dede Rahmat Hidayat dan Aip Badrujaman, 2001. Penelitian Tindakan Dalam

Bimbingan Konseling. Jakarta: PT. Indeks.

Dewa Ketut Sukardi. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan

Konseling Disekolah . Jakarta : Rineka Cipta.

Endang Mulyatingsih. (2011). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.

Bandung : Penerbit Alfabeta.

Gie.(1995)Cara Belajar Yang Efisien. Yogyakarta: Liberti. 1995.

Oemar Hamalik. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Hasnawiyah. Minat Dan Motivasi Siswa Terhadap Jurusan Biologi Pada SMA Di

Ujungpandang. Skripsi FPMIPA IKIP Ujungpandang.

Hetherington, Mavis And Parke, Rose D. (1979). Child Psychology A

Contemporary Viewpoint Second Edition. London: Mcgraw-Hill

Internasional Book Companssy

Hurlock, B. Elizabet.(2007). Psikologi Perkembangan. Terjemahan Isti Widayati

Dan Soejarwo. Jakarta: PT.Erlangga

Hurlock, E.B. (1991). Psikologi Perkembangan suatu Pendekatan sepanajang

Rentang Kehidupan. (Alih bahasa: iswiayanti & Soejarwo). Rev. Ed.

Jakarta : Erlangga.

J.J Hasibun dan Moedjiono. (2006), Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Kartono, K. (1995) Bimbingan Belajar Di SMU Dan Perguruan Tinggi. Jakarta:

Raja Grafindo Persada

92

Loekmono.(1994) Belajar Bagaimana Belajar. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

M. Alisuf Sabri. (1995). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya

Moh Nazir. (2005). Metodologi Penelitian . Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia

Muhibbin Syah.(2006). Psikologi Suatu Pendekatan Baru . Bandung: Remaja

Rosda Karya

Nana Sujana & Ahmad Rifai. (2010). Media Pengajaran. Bnadung : Sinar Baru.

Nana Sujana.(2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Al Gesindo

Ngalim Purwanto.(2006). Psikologi Pendidikan. Bandung:PT. Remaja Rosda

Karya.

Oktantri Rujiantika Pratami. (2013). Hubungan Antara Konformitas Teman

Sebaya Dan Asertivitas Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa Di SMP N

5 PURBALINGGA . Skripsi . Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Roestiyah N. K. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Safari.(2005).Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis

Kompetensi.Jakarta:APSI Pusat

Saifuddin Azwar. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Santrock, J W. (2007). Remaja Edisi 11 Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Siti Hartinah. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Refika

Aditama.

Slamet Santosa . (2004). Dinamika Kelompok. Jakarta : Bumi Aksara

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta :

Rineka Cipta

Slameto.(1995) Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Cet. II;

Jakarta: Rineka Cipta.

Suardiman.(2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:Raja

Grafindi Persada

Sudarmono.(1994) Tuntunan Metodologi Belajar. Jakarta: Grasindo.

93

Sugiono.(2008). Metode Penelitian Kuatitatif, Kualitatif dan RnD.

Bandung;Alfabeta

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Suharsimi Arikounto, Suharjono & Suprdi. (2012). Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: PT. Bumi Aksara

Suharsimi Arikunto.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakrta : Bumi Aksara.

Sukardi.(1987).Bimbingan dan Penyuluhan. Surabaya : Usaha Nasional

Suprihadi S, Zainal A, dan I Wayah S. (2000). Strategi Pembelajaran Depdiknas

Malang: FIP Universitas Negeri Malang.

Suratinah Tirtonegoro (2001). Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Surabaya:

Usaha Nasional

Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakrta : PT Rineka

Cipta.

Sutratinah Tirtonegoro.(2001). Anak Supernormal dan Program Pendidikannya.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Suwarsih Madya. (2006). Teori dan Praktek Penelitian Tindakan Kelas

(Action.Research). Bnadung: Alfabeta.

Tatiek Romlah. (2006). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang:

Universitas Malang.

Tohirin, (2007). Bimbingan dan Konseling Di Sekolah : PT Grafindo Persada.

Jakarta.

Tukiran T., Efi M.F., dan Sri H. (2013), Model-Model Pembelajaran Inovatif Dan

Efektif. Bandung : Alfabeta

Umar Tirtarahardja.(1995). Pengantar Pendidikan. Jakarta : Depdiknas

UU SISDIKNAS No 20 Tahun 2003 Depak Cat 1. September 2003

Winkel, W.S, (1991). Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah: PT.

Grasindo. Jakarta.

94

LAMPIRAN

95

LAMPIRAN 1. UJI VALIDITAS

96

Validitas dan Reliabilitas Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 28 100.0

Excludeda 0 .0

Total 28 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.948 40

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total

Correlation

r table (N-2)

28-2 = 26

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Keterangan

Butir 1 114.3571 257.201 .550 .388 .946 Valid

Butir 2 114.6071 250.692 .731 .388 .945 Valid

Butir 3 114.3929 254.025 .528 .388 .946 Valid

Butir 4 114.5357 254.406 .551 .388 .946 Valid

Butir 5 114.2857 257.693 .436 .388 .947 Valid

Butir 6 114.0357 258.184 .561 .388 .946 Valid

Butir 7 114.5714 254.624 .623 .388 .946 Valid

Butir 8 114.6429 251.646 .669 .388 .945 Valid

Butir 9 114.6071 250.692 .731 .388 .945 Valid

Butir 10 114.4643 256.184 .510 .388 .947 Valid

Butir 11 114.1429 259.312 .521 .388 .947 Valid

Butir 12 114.3929 256.321 .466 .388 .947 Valid

Butir 13 114.4286 257.439 .527 .388 .946 Valid

Butir 14 114.6786 253.263 .583 .388 .946 Valid

Butir 15 114.2857 255.545 .461 .388 .947 Valid

Butir 16 114.7143 250.063 .711 .388 .945 Valid

Butir 17 114.6786 254.745 .687 .388 .946 Valid

Butir 18 114.5714 250.550 .704 .388 .945 Valid

97

Butir 19 114.6429 257.349 .561 .388 .946 Valid

Butir 20 114.4286 254.032 .545 .388 .946 Valid

Butir 21 114.7500 249.454 .725 .388 .945 Valid

Butir 22 114.5714 253.291 .691 .388 .945 Valid

Butir 23 114.2500 255.824 .472 .388 .947 Valid

Butir 24 114.4643 251.147 .647 .388 .946 Valid

Butir 25 114.4286 253.143 .545 .388 .946 Valid

Butir 26 114.5000 257.222 .539 .388 .946 Valid

Butir 27 114.6429 250.016 .692 .388 .945 Valid

Butir 28 114.8214 253.930 .490 .388 .947 Valid

Butir 29 114.6429 253.349 .552 .388 .946 Valid

Butir 30 114.4286 251.217 .624 .388 .946 Valid

Butir 31 114.7857 251.063 .829 .388 .945 Valid

Butir 32 114.6786 251.782 .648 .388 .946 Valid

Butir 33 114.3929 255.951 .448 .388 .947 Valid

Butir 34 114.3929 254.025 .568 .388 .946 Valid

Butir 35 115.2857 271.767 -.161 .388 .953 Gugur

Butir 36 114.5714 249.513 .700 .388 .945 Valid

Butir 37 114.3929 256.173 .472 .388 .947 Valid

Butir 38 114.3929 254.988 .457 .388 .947 Valid

Butir 39 114.8929 262.321 .211 .388 .949 Gugur

Butir 40 114.3571 255.868 .471 .388 .947 Valid

Keterangan

Valid : jika Corrected Item-Total Correlation > r table (N-2) Gugur : jika Corrected Item-Total Correlation < r table (N-2)

98

LAMPIRAN 2. RENCANA

PELAKSANAAN

LAYANAN (RPL)

99

100

101

102

103

104

105

106

107

108

109

110

111

112

113

114

115

LAMPIRAN 3. ANGKET MINAT

BELAJAR

116

INSTRUMEN PENELITIAN

Disusun oleh:

Anita Permata Sari

11104244031

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

117

2016

A. KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb...

Dalam rangka penelitian yang saya laksanakan sebagai tugas akhir maka

perkenankanlah saya meminta waktu luang siswa-siswi untuk mengisi identitas

dan menjawab pernyataan dalam skala penelitian ini dengan sejujur-jujurnya.

Skala penelitian ini dimaksudkan sebagai salah satu sarana untuk memperoleh

sumber data dalam penelitian saya. Skala penelitian ini dimaksudkan untuk

mengukur minat belajar siswa-siswi. Identitas dan jawaban dalam skala penelitian

ini akan dijamin kerahasiaannya, dengan demikian isilah seluruh pernyataan yang

ada dalam skala penelitian ini dengan cermat dan teliti. Pilihan jawaban yang

siswa-siswi berikan sangat berarti bagi saya dalam memperoleh informasi untuk

kepentingan penelitian.

Atas kesediaan dalam mengerjakan skala penelitian ini dan kerjasama siswa-siswi

sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

Anita Permata Sari

118

B. PENTUNJUK PENGISIAN

Bacalah setiap pernyataan di bawah ini secara teliti.

Jawablah semua pernyataan sesuai dengan keadaan diri sendiri dengan

memberikan tanda cek (√) pada jawaban yang anda pilih.

Setiap pernyataan dalam angket ini ada empat pilihan jawaban:

SS = Sangat Sesuai

S = Sesuai

TS = Tidak Sesuai

STS = Sangat Tidak Sesuai

Contoh:

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Teman memberi bantuan ketika saya

menghadapi masalah.

Berdasarkan contoh tersebut, anda memberikan tanda ceklist (√) pada kolom S

(Sesuai) yang berarti anda merasa sesuai dengan pernyataan “Teman member

bantuan ketika saya menghadapi masalah”.

C. IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Kelas :

No. Absen :

119

D. PERNYATAAN

NO PERTANYAAN SS S TS STS

1. Saya menerima saran guru agar bisa belajar

dengan teliti dan tekun.

2.

Saya mempersiapkan pelajaran untuk besok

pagi agar dapat belajar disekolah dengan

mudah.

3. Kegiatan diluar sekolah yang banyak dapat

mendukung kegiatan belajar.

4.

Guru yang menjelasakan materi

pembelajaran dengan metode diskusi mudah

diterima.

5. Saya mendiskusikan pelajaran yang dianggap

perlu untuk didiskusikan.

6. Saya mengikuti pelajaran yang disampaikan

dengan sungguh-sungguh.

7. Saya belajar dengan banyak buku agar dapat

menguasai pelajaran secara luas

8. Saya mengunakan buku catatan maupun

panduan yang telah disediakan untuk belajar.

9.

Penggunaan alat-alat yang inovatif dan

kreatif membuat perhatian saya fokus saat

mengikuti pembelajaran.

10

Saya tertarik mengikuti pelajaran yang

menggunakan alat peraga yang kreatif dalam

pembelajaran.

11 Saya memperhatikan penjelasan guru saat

120

proses pembelajaran

12 Saya memperhatikan materi pembelajaran

yang disampaikan

13

Saya berkonsentrasi dalam mengerjakan

tugas pelajaran yang telah diberikan oleh

guru pengajar.

14 Saya berkonsentrasi pada pelajaran yang sulit

15 Saya berkonsentrasi terhadap pelajaran yang

disampaikan.

16

Saya lebih fokus memperhatikan

pembelajaran variatif yang disajikan oleh

guru.

17. Saya memperhatikan materi pelajaran yang

telah disampaikan

18. Saya mengerti materi yang telah disampaikan

oleh guru saya

19. Saya berpartisipasi dalam kegiatan belajar

mengajar

20. Saya aktif mengikuti kegiatan belajar

mengajar

21. Saya mengejar ketertinggalan baik mengenai

catatan ataupun penguasaan materi pelajaran.

22. Saya mengerjakan tugas walaupun tidak ada

yang mengawasi.

23.

Saya bertambah perhatian dengan adanya

alat peraga dikelas untuk mendukung

kemudahan dalam belajar.

121

24. Saya menganggu teman lain yang sedang

mengerjakan tugas.

25. Saya memperhatikan buku-buku yang sering

dipakai guru dalam menyampaikan pelajaran

26.

Saya memperhatikan buku lain yang

mendukung mempermudah belajar selain

buku paket yang sudah disediakan.

27.

Saya mengembangkan kemampuan dan

mencari hal-hal baru berkaitan dengan

pembelajaran yang sedang diberikan

28. Saya belajar walaupun acara ditelevisi yang

disukai sedang tayang

29. Saya mempunyai jadwal teratur untuk belajar

dirumah

30. Saya belajar dirumah, untuk meningkatkan

mata pelajaran yang sulit.

31. Saya memperhatikan waktu belajar dirumah

32. Saya bertanya tentang pelajaran atau tugas,

saat tidak masuk sekolah

33. Saya izin, saat tidak masuk sekolah

34. Saya benci belajar, sehingga bolos sekolah

35. Saya mengikuti pelajaraan tambahan (les)

dirumah.

36.

Saya menggunakan waktu luang untuk

mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh

guru

122

37. Saya bertanya untuk pemahaman materi

kurang dipahami

38.

Saya bertanya pada orang lain atau orang

yang lebih mengerti, daripada dengan guru

mata pelajaran

123

LAMPIRAN 4. HASIL ANGKET MINAT BELAJAR

122

123

124

125

LAMPIRAN 5. TOPIK DISKUSI KELOMPOK

126

Topik yang didiskusi kelompok untuk meningkatkan minat belajar adalah :

SIKLUS I SIKLUS II

CARA MENYUKAI PELAJARAN MEMBIASAKAN BELAJAR YANG

BAIK

MEMBUAT KEADAAN KELAS

MENJADI NYAMAN

MENGIKUTI PEMBELAJARAN YANG

BAIK

MENGATUR WAKTU BELAJAR

DIRUMAH

MENINGKATKAN KONSENTRASI

BELAJAR

MENUMBUHKAN MOTIVASI

SEKOLAH

BERKOMUNIKASI YANG BAIK

DENGAN GURU

127

LAMPIRAN 6. HASIL DISKUSI KELOMPOK

128

PERTEMUAN PERTAMA

Kelompok 1

Afrida yuliani

Yusuf adi kurniawan

Doni Tri Pamungkas

Nur wahid Romaji

Cara Menyukai Pelajaran

1. Datang ke sekolah lebih awal

2. Mengikuti pembelajaran dengan baik

3. Tidak bermain HP dikelas

4. Displin masuk sekolah

5. Berdoa sebelum belajar

129

Kelompok 2

Aditya Gustama Putra

Danar Surono

Muhamad Nasrulloh

Septi Karwita Riyanti

Cara Menyukai Pelajaran

1. Datang ke sekolah lebih awal

2. Tidak tidur dikelas

3. Displin masuk sekolah

4. Berdoa sebelum belajar

130

Kelompok 3

Ahmad Hariel Abdillah

Dicky Agung Setiawan

Muhammad Saiful Ivan

Septiawan Nanang Nur Cahyo

Cara Menyukai Pelajaran

1. Datang ke sekolah lebih awal

2. Mengikuti pembelajaran dengan baik

3. Tidak bermain HP dikelas

4. Tidak membuat kegaduhan dikelas

5. Berdoa sebelum belajar

131

Kelompok 4

Angga Kristianto

Firqiawan Qushni A.A.S

Prida Citra Dewi

Yogi Arvian

Cara Menyukai Pelajaran

1. Tidak membuat kegaduhan dikelas

2. Tidak tidur dikelas

3. Displin masuk sekolah

4. Berdoa sebelum belajar

132

Kelompok 5

Andika Dwitama

Fachrul Rozi

Nur Danang Setiawan

Werlin Mei Santika

Cara Menyukai Pelajaran

1. Datang ke sekolah lebih awal

2. Mengikuti pembelajaran dengan baik

3. Tidak bermain HP dikelas

4. Tidak tidur dikelas

5. Berdoa sebelum belajar

133

Kelompok 6

Andrew Mahar Tri Sandya

Idfa Cahya Nengrum

R, Aji Panuwun

Satria Febriansyah

Cara Menyukai Pelajaran

1. Mengikuti pembelajaran dengan baik

2. Tidak bermain HP dikelas

3. Tidak membuat kegaduhan dikelas

4. Berdoa sebelum belajar

134

Kelompok 7

Ardiyanto

Indah Dwi Rahmawati

Muh Rizal Putra

Riphki Eko Nugroho

Cara Menyukai Pelajaran

1. Mengikuti pembelajaran dengan baik

2. Tidak bermain HP dikelas

3. Tidak membuat kegaduhan dikelas

4. Tidak tidur dikelas

135

PERTEMUAN KETIGA

Kelompok 1

Afrida yuliani

Yusuf adi kurniawan

Doni Tri Pamungkas

Nur wahid Romaji

Mengatur Waktu di Rumah

Belajar mulai habis magrib sampe jam 21.00

136

Kelompok 2

Aditya Gustama Putra

Danar Surono

Muhamad Nasrulloh

Septi Karwita Riyanti

Mengatur Waktu di Rumah

Belajar habis pulang sekolah sampe sore.

137

Kelompok 3

Ahmad Hariel Abdillah

Dicky Agung Setiawan

Muhammad Saiful Ivan

Septiawan Nanang Nur Cahyo

Mengatur Waktu di Rumah

Belajar mulai pulang sekolah sampai jam 16.00 dan dilanjut

belajar lagi mulai habis isya’ sampe jam 21.00

138

Kelompok 4

Angga Kristianto

Firqiawan Qushni A.A.S

Prida Citra Dewi

Yogi Arvian

Mengatur Waktu di Rumah

Belajar mulai jam `18.00 sampai jam 21.00

139

Kelompok 5

Andika Dwitama

Fachrul Rozi

Nur Danang Setiawan

Werlin Mei Santika

Mengatur Waktu di Rumah

Belajar mulai habis magrib sampe habis isya’

140

Kelompok 6

Andrew Mahar Tri Sandya

Idfa Cahya Nengrum

R, Aji Panuwun

Satria Febriansyah

Mengatur Waktu di Rumah

Belajar mulai 20.00 sampe jam 22.00

141

Kelompok 7

Ardiyanto

Indah Dwi Rahmawati

Muh Rizal Putra

Riphki Eko Nugroho

Mengatur Waktu di Rumah

Belajar mulai habis isya’ sampe jam 22.00

142

PERTEMUAN KEEMPAT

Kelompok 1

Afrida yuliani

Yusuf adi kurniawan

Doni Tri Pamungkas

Nur wahid Romaji

Menumbuhkan motivasi sekolah

Membangun motivasi sekolah adalah belajar dengan

sungguh-sungguh dan mematuhi peraturan disekolah dan

memperhatiakan guru saat mengajar.

143

Kelompok 2

Aditya Gustama Putra

Danar Surono

Muhamad Nasrulloh

Septi Karwita Riyanti

Menumbuhkan motivasi sekolah

1. Belajar sungguh -sungguh

2. Dikasih uang jajan oleh orang tua

3. Belajar yang baik

144

Kelompok 3

Ahmad Hariel Abdillah

Dicky Agung Setiawan

Muhammad Saiful Ivan

Septiawan Nanang Nur Cahyo

Menumbuhkan motivasi sekolah

1. Tidak berisik dikelas

2. Sering keperpustakaan

3. Lebih sering belajar

145

Kelompok 4

Angga Kristianto

Firqiawan Qushni A.A.S

Prida Citra Dewi

Yogi Arvian

Menumbuhkan motivasi sekolah

1. Mengikuti pelajaran dengan baik

2. Mengikuti bimbel

3. Minta hadiah jika kenaikan kelas

146

Kelompok 5

Andika Dwitama

Fachrul Rozi

Nur Danang Setiawan

Werlin Mei Santika

Menumbuhkan motivasi sekolah

1. Tidak tidur dikelas

2. Memamatuhi aturan dikelas

3. Selalu mengerjakan PR

147

Kelompok 6

Andrew Mahar Tri Sandya

Idfa Cahya Nengrum

R, Aji Panuwun

Satria Febriansyah

Menumbuhkan motivasi sekolah

1. Tidak berisik’

2. Mengikuti pelajaran dengan baik

3. Minta uang jajan lebih dari orang tua

148

Kelompok 7

Ardiyanto

Indah Dwi Rahmawati

Muh Rizal Putra

Riphki Eko Nugroho

Membuat Kelas menjadi nyaman

1. Tidak berisik’

2. Tidak tidur dikelas

3. Meminta imbalan jika hasil ulangannya baik

149

PERTEMUAN KELIMA

Kelompok 1

Afrida yuliani

Yusuf adi kurniawan

Doni Tri Pamungkas

Nur wahid Romaji

Membiasakan belajar yang baik

Belajar dengan sungguh-sungguh

Belajar tidak dengan menonton tv

Tdak ramai saat belajaran berlangsung

Tidak bermain hp saat belajar

150

Kelompok 2

Aditya Gustama Putra

Danar Surono

Muhamad Nasrulloh

Septi Karwita Riyanti

Membiasakan belajar yang baik

Belajar dengan baik

tidak dengan menonton tv

Tidak ramai

Tidak bermain hp saat belajar

151

Kelompok 3

Ahmad Hariel Abdillah

Dicky Agung Setiawan

Muhammad Saiful Ivan

Septiawan Nanang Nur Cahyo

Membiasakan belajar yang baik

Belajar dengan sungguh-sungguh

Tidak ramai saat belajaran berlangsung

Tidak bermain hp saat belajar

Tidak mengangu teman belajar

152

Kelompok 4

Angga Kristianto

Firqiawan Qushni A.A.S

Prida Citra Dewi

Yogi Arvian

Membiasakan belajar yang baik

Belajar tidak dengan menonton tv

Tdak ramai saat belajaran berlangsung

Tidak bermain hp saat belajar

153

Kelompok 5

Andika Dwitama

Fachrul Rozi

Nur Danang Setiawan

Werlin Mei Santika

Membiasakan belajar yang baik

Belajar dengan sungguh-sungguh

Tdak ramai saat belajaran berlangsung

Tidak bermain hp saat belajar

154

Kelompok 6

Andrew Mahar Tri Sandya

Idfa Cahya Nengrum

R, Aji Panuwun

Satria Febriansyah

Membiasakan belajar yang baik

Belajar dengan sungguh-sungguh

Belajar tidak dengan menonton tv

Tidak bermain hp saat belajar

155

Kelompok 7

Ardiyanto

Indah Dwi Rahmawati

Muh Rizal Putra

Riphki Eko Nugroho

Membiasakan belajar yang baik

Belajar dengan sungguh-sungguh

Belajar tidak dengan menonton tv

Tdak ramai saat belajaran berlangsung

156

PERTEMUAN KEENAM

Kelompok 1

Afrida yuliani

Yusuf adi kurniawan

Doni Tri Pamungkas

Nur wahid Romaji

Mengikuti pembelajran yang baik

Mengerjakan PR dirumah

Tidak ramai dikelas

Selalu menyimak apa yang disampaikan guru

Tidak membolos

157

Kelompok 2

Aditya Gustama Putra

Danar Surono

Muhamad Nasrulloh

Septi Karwita Riyanti

Mengikuti pembelajran yang baik

Tidak ramai dikelas

Selalu menyimak apa yang disampaikan guru

Tidak membolos

Datang tepat waktu

158

Kelompok 3

Ahmad Hariel Abdillah

Dicky Agung Setiawan

Muhammad Saiful Ivan

Septiawan Nanang Nur Cahyo

Mengikuti pembelajran yang baik

Mengerjakan PR dirumah

Selalu menyimak apa yang disampaikan guru

Tidak membolos

159

Kelompok 4

Angga Kristianto

Firqiawan Qushni A.A.S

Prida Citra Dewi

Yogi Arvian

Mengikuti pembelajran yang baik

Selalu menyimak apa yang disampaikan guru

Tidak membolos

Datang tepat waktu

160

Kelompok 5

Andika Dwitama

Fachrul Rozi

Nur Danang Setiawan

Werlin Mei Santika

Mengikuti pembelajran yang baik

Mengerjakan PR dirumah

Tidak ramai dikelas

Tidak membolos

Datng tepat waktu

161

Kelompok 6

Andrew Mahar Tri Sandya

Idfa Cahya Nengrum

R, Aji Panuwun

Satria Febriansyah

Mengikuti pembelajran yang baik

Mengerjakan PR dirumah

Tidak ramai dikelas

Datang tepat waktu

162

Kelompok 7

Ardiyanto

Indah Dwi Rahmawati

Muh Rizal Putra

Riphki Eko Nugroho

Mengikuti pembelajran yang baik

Mengerjakan PR dirumah

Tidak ramai dikelas

Tidak membolos

Datang tepat waktu

163

PERTEMUAN KETUJUH

Kelompok 1

Afrida yuliani

Yusuf adi kurniawan

Doni Tri Pamungkas

Nur wahid Romaji

Meningkatkan konsemtrasi belajar

Sarapan pagi

Tidak membawa hp

Tidak jogek di kleas

Selalu memperhatikan pelajaran

164

Kelompok 2

Aditya Gustama Putra

Danar Surono

Muhamad Nasrulloh

Septi Karwita Riyanti

Meningkatkan konsemtrasi belajar

Tidak jogek di kleas

Selalu memperhatikan pelajaran

Selalu sungguh dalam belajr

Berdoa sebelum belajar

165

Kelompok 3

Ahmad Hariel Abdillah

Dicky Agung Setiawan

Muhammad Saiful Ivan

Septiawan Nanang Nur Cahyo

Meningkatkan konsemtrasi belajar

Sarapan pagi’

Tidak membawa hp

Selalu sungguh dalam belajar

Berdoa sebelum belajar

166

Kelompok 4

Angga Kristianto

Firqiawan Qushni A.A.S

Prida Citra Dewi

Yogi Arvian

Meningkatkan konsemtrasi belajar

Sarapan pagi’

Tidak jogek di kleas

Selalu sungguh dalam belajar

Berdoa sebelum belajar

167

Kelompok 5

Andika Dwitama

Fachrul Rozi

Nur Danang Setiawan

Werlin Mei Santika

Meningkatkan konsemtrasi belajar

Sarapan pagi’

Tidak membawa hp

Tidak jogek di kleas

Selalu memperhatikan pelajaran

Berdoa sebelum belajar

168

Kelompok 6

Andrew Mahar Tri Sandya

Idfa Cahya Nengrum

R, Aji Panuwun

Satria Febriansyah

Meningkatkan konsemtrasi belajar

Tidak membawa hp

Tidak jogek di kleas

Selalu memperhatikan pelajaran

Selalu sungguh dalam belajr

169

Kelompok 7

Ardiyanto

Indah Dwi Rahmawati

Muh Rizal Putra

Riphki Eko Nugroho

Mengikuti pembelajran yang baik

Meningkatkan konsemtrasi belajar

Sarapan pagi’

Tidak membawa hp

Berdoa sebelum belajar

170

PERTEMUAN KEDELAPAN

Kelompok 1

Afrida yuliani

Yusuf adi kurniawan

Doni Tri Pamungkas

Nur wahid Romaji

Berkomunikasi yang baik dengan guru

Menyakan tugas dengan baik

Tidak berkata jorok

Tidak misuh

Tidak memotong membicaraan

171

Kelompok 2

Aditya Gustama Putra

Danar Surono

Muhamad Nasrulloh

Septi Karwita Riyanti

Berkomunikasi yang baik dengan guru

Tidak berkata jorok

Tidak misuh

Tidak memotong membicaraan

Selalu bicara yang sopan

172

Kelompok 3

Ahmad Hariel Abdillah

Dicky Agung Setiawan

Muhammad Saiful Ivan

Septiawan Nanang Nur Cahyo

Berkomunikasi yang baik dengan guru

Menyakan tugas dengan baik

Tidak berkata jorok

Tidak memotong membicaraan

Selalu bicara yang sopan

173

Kelompok 4

Angga Kristianto

Firqiawan Qushni A.A.S

Prida Citra Dewi

Yogi Arvian

Berkomunikasi yang baik dengan guru

Menyakan tugas dengan baik

Tidak berkata jorok

Tidak misuh

Selalu bicara yang sopan

174

Kelompok 5

Andika Dwitama

Fachrul Rozi

Nur Danang Setiawan

Werlin Mei Santika

Berkomunikasi yang baik dengan guru

Menyakan tugas dengan baik

Tidak berkata jorok

Tidak misuh

Tidak memotong membicaraan

Selalu bicara yang sopan

175

Kelompok 6

Andrew Mahar Tri Sandya

Idfa Cahya Nengrum

R, Aji Panuwun

Satria Febriansyah

Berkomunikasi yang baik dengan guru

Menyakan tugas dengan baik

Tidak berkata jorok

Tidak misuh

176

Kelompok 7

Ardiyanto

Indah Dwi Rahmawati

Muh Rizal Putra

Riphki Eko Nugroho

Berkomunikasi yang baik dengan guru

Menyakan tugas dengan baik

Tidak memotong membicaraan

Selalu bicara yang sopan

177

LAMPIRAN 7.

ABSEN SISWA

178

179

LAMPIRAN 8.

PERIJINAN

180

181