upaya meningkatkan kemampuan berbahasa melalui permainan
TRANSCRIPT
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PERMAINAN
ULAR TANGGA PADA ANAK KELOMPOK B (KELOMPOK SALMAN) RA
TAQIYYA KARTASURA SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
NINDA OKTARIA
A 520 080 130
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2011/2012
ii
PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI
iii
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PERMAINAN
ULAR TANGGA PADA ANAK KELOMPOK B (KELOMPOK SALMAN) RA
TAQIYYA KARTASURA SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012
Ninda Oktaria, A 520 080 130, Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012, 131 halaman.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa melalui permainan ular
tangga pada anak kelompok B (Kelompok Salman) RA Taqiyya Kartasura Sukoharjo tahun
ajaran 2011/2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang merupakan
kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data
dan menganalisis data atau informasi untuk memutuskan sejauh mana kelebihan dan
kelemahan tindakan tersebut. Metode pengumpulan data digunakan melalui metode
observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi
data, paparan data dan penyimpulan. Berdasarkan perhitungan tiap siklus tentang peningkatan
kemampuan berbahasa pada anak diperoleh hasil pada prasiklus 41,5%, siklus I 63,5 %,
siklus II 82,5 %. Kesimpulan pada penelitian ini adalah bahwa melalui permainan ular tangga
dapat meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B (Kelompok Salman) RA
Taqiyya Kartasura Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012.
Kata kunci: Kemampuan Berbahasa, Permainan Ular Tangga.
1
Pendahuluan
Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan
berbagai keinginan maupun kebutuhan. Anak-anak yang memiliki kemampuan berbahasa
yang baik umumnya memiliki kemampuan dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan, serta
tindakan interaktif dengan lingkungan.
Dalam Kurikulum Taman Kanak-Kanak (Kurikulum 2010), lingkup perkembangan
bahasa meliputi menerima bahasa, mengungkapkan bahasa dan keaksaraan. Menerima bahasa
mempunyai beberapa indikator diantaranya yaitu melakukan 3-5 perintah secara berurutan
dengan benar, menunjukkan beberapa gambar yang diminta serta memahami aturan dan
melakukan bermacam-macam permainan. Permainan ular tangga merupakan permainan yang
dapat digunakan untuk membantu anak dalam pembelajaran bahasa khususnya dalam
menerima bahasa. Permainan ular tangga terdiri dari papan permainan ular tangga yang
terdapat gambar, dadu, mobil pemain (pion). Dengan bermain ular tangga diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa anak, kemampuan tersebut dapat diketahui dari
beberapa indikator. Indikator pertama, mampu melakukan 3-5 perintah secara berurutan
dengan benar, anak mampu melakukan urutan bermain yaitu hompimpa, melempar dadu dan
menjalankan pion dalam permainan ular tangga dan anak memahami dan mengetahui giliran
urutan bermain ular tangga. Indikator kedua, menunjukkan beberapa gambar yang diminta,
anak mampu mencari gambar yang sesuai dengan dadu kata pada permainan ular tangga.
Indikator ketiga, memahami aturan dan melakukan bermacam-macam permainan, anak
mampu bermain ular tangga dengan teman dan anak memahami aturan permainan ular tangga
yaitu mengetahui apabila berhenti pada gambar tangga maka naik ke atas dan apabila
berhenti pada gambar ular maka turun ke bawah.
2
Dengan bermain ular tangga anak dapat memperoleh pengalaman melalui bermain.
Lerner (1982) dalam Anggani Sudono (2006:54-55) menyatakan bahwa dasar utama
perkembangan bahasa adalah melalui pengalaman berkomunikasi yang kaya. Pengalaman
tersebut dapat menunjang faktor-faktor bahasa yang lain yaitu (a) mendengarkan (b)
berbicara (c) membaca (d) menulis. Mendengarkan dan membaca termasuk ketrampilan
berbahasa yang menerima atau reseptif sedangkan berbicara dan menulis merupakan
ketrampilan yang ekspresif.
Permainan ular tangga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa
anak, yaitu anak diberikan kegiatan untuk bermain ular tangga bahasa dengan mencari
gambar yang berada pada kertas mainan ular tangga. Yunanto (2004:53)
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan berbahasa
pada anak melalui permainan ular tangga, sedangkan tujuan penelitian secara khusus adalah
untuk mengetahui peningkatan kemampuan menerima bahasa melalui permainan ular tangga
pada anak kelompok B (Kelompok Salman) RA Taqiyya Kartasura Sukoharjo tahun ajaran
2011/2012. Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan kepada pembelajaran di kelas, terutama pada peningkatan
kemampuan berbahasa melalui permainan ular tangga dan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi terhadap pemakaian permainan sebagai upaya mengoptimalkan
kemampuan berbahasa anak, sedangkan manfaat penelitian secara praktis adalah hasil
penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk menggunakan permainan yang kreatif dan
inovatif dalam peningkatan kemampuan berbahasa anak, hasil penelitian ini memberikan
pengaruh untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak melalui permainan ular tangga.
3
Landasan teori
Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi lisan, tertulis atau isyarat yang berdasarkan
pada suatu sistem dari simbol-simbol. Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh
masyarakat beserta aturan-aturan untuk menyusun berbagai variasi dan
mengkombinasikannya. Santrock (2007: 353) Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi
dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain.
Termasuk didalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas seperti: tulisan, bicara, bahasa
symbol, ekspresi muka, isyarat pantomim dan seni. Hurlock (2001: 176)
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa merupakan tanda
atau simbol-simbol dari benda-benda, serta menunjuk pada maksud-maksud tertentu. Kata-
kata, kalimat dan bahasa selalu menampilkan arti-arti tertentu. Sehubungan dengan arti
simbolik tadi, bahasa dipakai juga sebagai sebagai alat untuk menghayati pengertian-
pengertian dan peristiwa-peristiwa di masa lampau, masa kini dan masa mendatang. Oleh
karena itu bahasa sangat besar artinya bagi anak sebagai alat bantu mengembangkan fungsi-
fungsi rokhaniahnya. Kartini Kartono (1995: 126) Kemampuan adalah kesanggupan;
kecakapan; kekuatan; berusaha dengan diri sendiri (Depdiknas: 369). Indikator dalam
meningkatkan kemampuan berbahasa yaitu:
1) Melakukan 3-5 perintah secara berurutan dengan benar. (kurikulum 2010)
a) Mampu melakukan hompimpa, melempar dadu dan menjalankan pion atau orang
dalam permainan ular tangga.
b) Mampu memahami dan mengetahui urutan giliran bermain.
2) Menunjukkan beberapa gambar yang diminta. (kurikulum 2010)
a) Mampu mencari gambar yang sesuai dengan dadu kata pada permainan ular tangga.
3) Memahami aturan dan melakukan bermacam-macam permainan. (kurikulum 2010)
a) Mampu bermain ular tangga dengan teman.
4
b) Mampu memahami aturan permainan ular tangga yaitu mengetahui urutan bermain,
mengetahui apabila berhenti pada gambar tangga maka naik ke gambar yang di atas,
dan apabila berhenti pada gambar ekor ular maka turun ke gambar yang di bawah.
Strategi-strategi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Yulianti
Siantayani (2011:82-92) strategi untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak yaitu:
1) Belajar sambil bermain.
2) Menempelkan tulisan-tulisan bermakna pada benda-benda yang ada di ruangan.
3) Menggunakan banyak tulisan dalam permainan anak. Memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengutarakan idenya.
4) Menjelaskan sesuatu hal kepada anak langkah demi langkah.
5) Memberikan kesempatan pada anak untuk berpatisipasi dalam kegiatan di kelas dan
peraturan bersama.
6) Membacakan cerita.
7) Mendengarkan saat anak berbicara.
8) Mengajak anak untuk bertatakrama dalam berbicara.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut:
1) Faktor internal
a) Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar bahasa dibandingkan dengan anak yang sakit.
b) Intelegensi
Anak yang memiliki kecerdasan tinggi lebih mudah dalam menerima bahasa.
c) Kognisi
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi anak akan mempengaruhi cepat atau lambat
perkembangan bahasa anak. Ali ( 2004: 128)
5
2) Faktor Eksternal
a) Lingkungan
Anak yang berada di lingkungan yang kaya kemampuan bahasa cenderung
memiliki kesempatan lebih banyak untuk mengembangkan kemampuan bahasa.
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan di sekitar anak. Ali ( 2004:128)
b) Status sosial ekonomi keluarga
Betty Hart dan Todd Risley (1995) dalam Santrock (2007:373) meneliti
lingkungan bahasa anak-anak yang memiliki orang tua dari golongan pekerja dan anak-
anak yang memiliki orang tua kaya. Dibandingkan dengan orang tua dari golongan
pekerja, orang tua yang kaya cenderung lebih sedikit berbicara kepada anak-anak,
jarang membicarakan peristiwa-peristiwa yang lalu dan menyediakan sedikit elaborasi.
Tetapi hal tersebut relative bisa berubah tergantung pada peran orang tua di rumah.
Berdasarkan uraian diatas diambil kesimpulan bahwa lingkungan keluarga sangat
berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa anak.
a) Posisi urutan kelahiran
Perkembangan bahasa anak yang posisi urutan kelahiran di tengah akan lebih cepat
dibandingkan dengan anak pertama atau anak terakhir. Hal ini di sebabkan karena anak
urutan tengah memiliki arah komunikasi ke atas atau ke bawah. Adapun anak pertama hanya
memiliki arah komunikasi ke bawah dan anak terakhir hanya memiliki arah komunikasi ke
atas. Ali ( 2004:129).
Permainan adalah salah satu bentuk aktifitas sosial yang dominan pada awal masa
kanak-kanak. anak-anak menghabiskan lebih banyak waktunya di luar rumah bermain dengan
teman-temannya dibanding terlibat dalam aktifitas lain. Karena itu kebanyakan hubungan
6
sosial dengan teman sebaya dalam masa ini terjadi dalam bentuk permainan. Samsunuwiyati
Mar’at (2011: 141).
Hetherington dalam Samsunuwiyati Mar’at (2011: 141) mendefinisikan permainan
sebagai “A non serious and self-contained actifity engaged in for the sheer satisfaction it
brings. “Permainan bagi anak-anak adalah suatu bentuk aktifitas yang menyenangkan yang
dilakukan semata-mata untuk aktifitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu
yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. Karena anak-anak lebih tertarik pada proses saat
melakukan permainan daripada hasil yang diperoleh. Schwartzman dalam Samsunuwiyati
Mar’at (2011: 141). Dalam tatanan pendidikan Taman Kanak-Kanak, bermain dapat
digambarkan sebagai suatu rangkaian kesatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain
dengan bimbingan dan berakhir pada bermain dengan diarahkan. Bermain bebas dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan bermain dimana anak mendapat kesempatan melakukan
berbagai pilihan alat dan mereka dapat memilih bagaimana menggunakan alat tersebut.
Bermain dengan bimbingan, model bermain dimana guru memilih alat permainan dan
diharapkan anak-anak dapat memilih guna menemukan konsep (pengertian tertentu). Bermain
diarahkan, guru mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan suatu tugas yang khusus.
Soemiarti Patmonodewo (2000: 103).
Bermain merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak TK. Melalui
bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi
motorik, kognitif, kreatifitas, bahasa, emosi, sosial, nilai, dan sikap hidup. Alat permainan
adalah alat yang digunakan oleh anak untuk memenuhi naluri permainannya dan memiliki
berbagai macam sifat, seperti bongkar pasang, mengelompokkan, memadukan, mencari
padanannya, merangkai, membentuk, mengetok, meyempurnakan desain, atau menyusun
sesuai bentuk utuhnya. Anggani Sudono (2000:7)
7
Permainan ular tangga adalah permainan yang tergolong sudah tua. Permainan ini
diciptakan pada tahun 1870. Bentuknya sangat sederhana, yakni berupa permainan papan
yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan
di beberapa kotak digambari sejumlah “tangga“ dan “ular“ yang menghubungkan dengan
kotak lain. Tidak ada papan permainan standar dalam ular tangga. Setiap orang dapat
menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak,ular dan tangga yang berlainan
sesuai keinginan mereka. Cahyo (2011: 51). Permainan ular tangga adalah suatu alat
permainan yang digunakan oleh guru dengan menggunakan papan ular tangga yang terdapat
gambar yang akan dipasangkan sesuai dengan tulisan yang ada pada dadu kata.
Melalui kegiatan bermain dapat melatih kemampuan berbahasa anak yaitu dengan
cara mendengarkan dan melakukan perintah secara urut, memahami simbol benda-benda di
sekitar dan memahami aturan permainan yang sudah disepakati bersama teman. Menurut
moeslichatoen (2011:34-36) fungsi bermain antara lain sebagai berikut:
a) Mempertahankan keseimbangan
Kegiatan bermain dapat membantu penyaluran kelebihan tenaga. Setelah melakukan
kegiatan bermain anak memperoleh keseimbangan dengan antara kegiatan dengan
menggunakan kekuatan tenaga dan kegiatan yang memerlukan ketenangan.
b) Menghayati berbagai pengalaman yang di peroleh dari kehidupan sehari-hari.
Fungsi bermain sebagai sarana untuk menghayati kehidupan sehari-hari ini berguna
untuk menumbuhkan kebiasaan pada anak. Anak akan mengenal berbagai profesi
yaitu dengan memahami peristiwa yang ada pada kehidupan sehari-hari. Dengan
pengalaman yang diperoleh saat anak sakit maka pergi ke rumah sakit akan
mendorong anak untuk bermain peran menjadi dokter kecil.
c) Mengantisipasi peran yang akan dijalani di masa yang akan datang.
8
Pada kegiatan bermain, anak berpura-pura memerankan seorang ayah. Kegiatan
tersebut merupakan upaya untuk mempersiapkan anak melaksanakan peran tersebut di
masa yang akan datang.
d) Menyempurnakan ketrampilan-ketrampilan yang di pelajari.
Dengan bermain dapat meningkatkan anak dalam ketrampilan kognitif, ketrampilan
bahasa, berhitung, mengenal lingkungan sosial dan fisik, membandingkan,
mengumpulkan dan membuat generalisasi.
e) Menyempurnakan ketrampilan memecahkan masalah.
Anak dapat menggunakan kegiatan bermain sebagai sarana untuk memecahkan
masalah intelektualnya. Dengan bermain anak dapat menyalurkam rasa ingin tahu,
sebagai contoh anak akan memahami bagai mana cara merawat tanaman agar tidak
layu maka tanaman harus diberi air.
f) Meningkatkan ketrampilan berhubungan dengan anak lain.
Melalui kegiatan bermain anak dapat memperoleh kesempatan untuk meningkatkan
ketrampilan berbahasa seperti bagaimana menghindari pertentangan dengan teman,
tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, berbagi kesempatan menuntut hak
dengan cara yang dapat diterima, mengkomunikasikan keinginan dan mengetahui cara
mengungkapkan perasaan dan kebutuhan anak.
Rubin dalam Tedjasaputra (2001:28) mengemukakan tahapan perkembangan bermain pada
anak-anak adalah sebagai berikut:
a) Bermain fungsional
Kegiatan bermain ini dapat dilakukan dengan alat permainan atau dengan ide-ide
permainan. Contoh: permainan tebak nama.
b) Bangun membangun
Dalam kegiatan bermain ini anak membentuk sesuatu dengan balok kayu dan plastisin.
9
c) Bermain pura-pura
Anak bermain memerankan tokoh kartun dan menirukan kegiatan orang di sekitarnya.
d) Permainan dengan peraturan
Dalam kegiatan bermain ini anak sudah memahami dan bersedia memahami aturan
permainan . Aturan permainan pada awalnya diikuti anak berdasarkan yang diajarkan
orang lain, contoh permainan yaitu permainan kasti, permainan ular tangga dan monopoli.
Dalam pelaksanaan permainan ular tangga ini ada beberapa hal yang harus dipersiapkan
yaitu:
a) Permainan Ular Tangga
1) Bahan
Print gambar ular tangga di Kertas karton berukuran A3 yang digunakan sebagai papan
permainan ular tangga, gambar bulan gambar bintang, gambar matahari, pion dan dadu kata.
2) Prosedur Permainan
a) Guru menjelaskan tentang aturan permainan ular tangga.
b) Anak dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2-3 anak.
c) Dalam menentukan urutan bermain bisa menggunakan cara suit atau hompimpa.
d) Anak yang mendapatkan urutan pertama melempar dadu dan menjalankan pion
menuju kotak gambar yang sesuai dengan kata pada dadu yang diperoleh saat
melempar dadu.
e) Setelah selesai, dilanjutkan dengan pemain kedua dan selanjutnya sesuai dengan
urutan.
f) Ketika pion berhenti pada kotak yang terdapat gambar tangga, maka anak
menjalankan pion keatas sesuai dengan gambar tangga tersebut.
g) Apabila pion berhenti pada kotak yang terdapat gambar ular, maka anak menjalankan
pion kebawah sesuai dengan gambar ular tersebut.
10
h) Anak yang memenangkan permainan adalah anak yang menjalankan pion sampai ke
kotak finish.
b) Permainan Ular Tangga Besar
1) Bahan
Evamat berukuran 30x30 yang dirangkai menjadi sebuah papan ular tangga besar, dadu kata
berukuran besar, gambar ( gambar bulan,gambar bulan gambar matahari, angka, ular dan
tangga) yang ditempel pada evamat.
2) Prosedur Permainan.
a) Guru menjelaskan dan memberi contoh cara bermain ular tangga besar.
b) Anak dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2-3 anak.
c) Urutan bermain ditentukan dengan hompimpa atau suit.
d) Anak yang mendapat urutan pertama, melempar dadu dan berjalan menuju gambar
pada permainan ular tangga besar sesuai dengan kata yang ada pada dadu kata.
e) Setelah pemain pertama selesai dilanjut dengan pemain kedua dan seterusnya sesuai
urutan.
f) Jika anak berhenti pada kotak yang terdapat gambar tangga, maka anak naik ke kotak
yang diatas.
g) Jika anak berhenti pada kotak yang terdapat gambar ular, maka anak turun ke kotak
yang di bawah.
h) Anak yang memenangkan permainan adalah anak yang pertama sampai di kotak
finish.
Kerangka pemikiran
a) kondisi awal : kemampuan berbahasa anak belum optimal, dalam pembelajaran di
kelas anak mengerjakan LKA (Lembar Kerja Anak). b) langkah tindakan : pemecahan
masalah dengan menggunakan permainan ular tangga untuk meningkatkan
11
kemampuan berbahasa anak. c) kondisi akhir : dengan menggunakan permainan ular
tangga, dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak.
Hipotesis
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran tersebut maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut : “Ada peningkatan kemampuan berbahasa malalui permainan ular
tangga pada anak kelompok B (Kelompok Salman) RA Taqiyya Kartasura Sukoharjo tahun
ajaran 2011/2012“.
Metode penelitian
Tempat yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian adalah RA Taqiyya Kartasura,
Surakarta. Sekolah ini beralamat di Mangkubumen, Rt 02/Rw 01 Ngadirejo Kartasura
Sukoharjo. Subyek penelitian ini adalah anak kelompok B (Kelompok Salman) di RA
Taqiyya Kartasura Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012 dengan jumlah 11 anak. Jenis
penelitian ini merupakan PTK atau Classroom Action Researh (CAR). Penelitian ini
dilakukan melalui proses kerja kolaborasi antara guru kelas dan peneliti. Penelitian tindakan
kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari: perencanaan, pelaksanaan,
pengumpulan data, menganalisis data atau informasi untuk memutuskan sejauh mana
kelebihan dan kelemahan tindakan tersebut. PTK bercirikan perbaikan terus menerus
sehingga kepuasan peneliti menjadi tolak ukur berhasilnya (berhentinya) siklus-siklus
tersebut. Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan suatu tindakan yang secara
khusus diamati terus-menerus kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya
maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat. Penelitian ini menggunakan data primer
dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama melalui
prosedur dan tehnik pengambilan data yang berupa wawancara, observasi dan penggunaan
12
instrument pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan tujuan penelitian. Data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari data dokumentasi dan arsip resmi. Azwar (2010:36).
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan cara deskriptif kualitatif. Data
kualitatif adalah data yang bersifat deskripsi, keterangan, informasi, kata-kata bukan bersifat
angka-angka. Rubiyanto (2009:77). Dalam penelitian tindakan kelas ini, analisis data
kualitatif dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, paparan data dan penyimpulan.
Instrument penelitian
Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan untuk mencatat atau mendapatkan data yang
diperlukan. Dalam Penelitian ini instrument yang digunakan yaitu: observasi dan
dokumentasi.
Indikator pencapaian
Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian yaitu terjadi Peningkatan Kemampuan
Berbahasa Melalui Permainan Ular Tangga pada Anak Kelompok B ( kelompok Salman) di
RA Taqiyya Kartasura Sukoharjo sebesar 75% pada Tahun Ajaran 2011/2012.
Hasil penelitian
Sebelum melakukan tindakan peneliti melakukan observasi prasiklus yaitu dengan
melakukan pengamatan untuk mengetahui kemampuan berbahasa anak sebelum tindakan.
Penelitian tindakan ini dilaksanakan pada kelompok B dengan jumlah murid 11 anak. Pada
observasi prasiklus diperoleh hasil dengan prosentase 41,5%. Kemampuan berbahasa anak
pada pelaksanaan siklus I sudah meningkat dibandingkan dengan sebelum ada tindakan,
dengan prosentase 63,5%. Prosentase tersebut belum mencapai target dan dilanjutkan pada
siklus II. Kesimpulan yang dapat diambil dari keseluruhan tindakan yang telah dilakukan
13
pada siklus I ini adalah masih perlu diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya karena semua
indikator belum mencapai prosentase yang sudah ditetapkan. Rencana tindakan I perlu
diperbaiki, dan hasilnya akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan siklus II.
Beberapa perbaikan yang akan dilakukan adalah 1) dalam pertemuan selanjutnya akan
diberikan variasi berupa permainan ular tangga besar dari evamat untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa anak 2) guru perlu memberikan motivasi kepada anak 3) guru perlu
memberikan yel-yel yang menarik 4) guru akan memberikan reward berupa dadu kata.
Tindakan siklus II diperoleh prosentase 82,5 %. Kesimpulan pada tindakan siklus II yaitu
kemampuan berbahasa anak meningkat dibandingkan sebelum ada tindakan dan
dibandingkan pada pelaksanaan siklus I. Hasil penelitian sudah mencapai prosentase yang
ditetapkan. Hasil penelitian menjelaskan adanya peningkatan dengan hipotesis “Ada
peningkatan kemampuan berbahasa malalui permainan ular tangga pada anak kelompok B
(Kelompok Salman) RA Taqiyya Kartasura Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012“.
Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak.
Peningkatan kemampuan berbahasa dapat dilihat dari hasil pengamatan, dimulai dari hasil
pengamatan pra siklus di RA Taqiyya Kartasura Sukoharjo pada kelompok B (kelompok
Salman) kemampuan berbahasa anak mencapai 41,5%. Tindakan siklus I peningkatan
kemampuan berbahasa pada anak mencapai 63,5%, hasil tersebut masih belum memenuhi
prosentase yang sudah ditetapkan sehingga dilaksanakan siklus II dengan perkembangan
kemampuan berbahasa mencapai 82,5%.
14
Kesimpulan
Berdasarkan seluruh pembahasan pada skripsi ini dapat diambil kesimpulan bahwa untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa anak kelompok B (kelompok salman) di RA Taqiyya
Kartasura Sukoharjo dapat dilakukan dengan menggunakan permainan ular tangga.
Prosentase kemampuan berbahasa anak sebelum tindakan 41,5%, Siklus I 63,5%, Siklus II
82,5%.
Saran
1) Terhadap guru kelas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk menggunakan
permainan yang kreatif dan inovatif dalam peningkatan kemampuan berbahasa anak.
2) Terhadap Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa anak melalui permainan ular tangga.
3) Terhadap Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk meningkatkan
kualitas dari proses dan hasil pembelajaran.
4) Terhadap peneliti berikutnya
Dalam penelitian selanjutnya dapat melakukan tindakan yang serupa dengan
penelitian ini terutama penggunaan media permainan ular tangga pada anak untuk
meningkatkan kemampuan lain yang ada pada anak. Dalam penelitian ini masih
banyak kekurangan yang harus diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. 2004. perkembangan peserta didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2010. Metode penelitian.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
15
Cahyo, Agus N. 2011. Gudang Permainan Kreatif Khusus Asah Otak Kiri Anak. Yogyakarta:
FlashBooks.
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Depdiknas. 2004. Kurikulum Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Depdiknas. 2010. Kurikulum Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Depdiknas.
Hurlock. 2001. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju.
Mar’at, Samsunuwiyati. 2011. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Marwanti, Siti. 2011. “Upaya meningkatkan kemampuan berbahasa anak melalui permainan
kaleng bersuara di taman-kanak islam bakti VI kelompok A“. Skripsi. Surakarta:
UMS(Tidak Dipublikasikan)
Moeslichatoen. 2011. Metode pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Patmonodewo, Soemiarti. 2000. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Rubiyanto, Rubino. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta Perss.
Santrock. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Setyaningsih, Nurjanah Dwi. 2010. “ Pengembangan Kemampuan Berbahasa Melalui
Permainan Tebak Nama di TK Aisyiyah Cabang Blimbing
Polokarto,Sukoharjo“Skripsi.Surakarta: UMS (TidakDipublikasikan)
Siantayani, Yulianti. 2011. Persiapan Membaca Bagi Balita. Yogyakarta: Krizter Publisher.
Sudono, Anggani 1995. Alat Permainan dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Depdikbud.
Sutama. 2010. Penelitian Tindakan. Semarang: Surya offset.
Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: PT Gramedia.
Yunanto, Sri Joko. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta: Grasindo.
Zulkifli. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.