upaya meningkatkan keaktifan siswa kelas iv...
TRANSCRIPT
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA
KELAS IV MI DARUL MUTTAQIN PADA
PELAJARAN IPS MATERI KOPERASI MELALUI
METODE DISKUSI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Hafizoh
NIM. 03000038000081
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M /1436 H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWAKELAS IV MI DARUL MUTTAQIN PADA
PELAJARAN IPS MATERI KOPERASI MELALUIMETODE DISKUSI
SkripsiDiajukan kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat MemperolehGelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OlehHAFIZOH
NrM. 18090183000037
Di bawah bimbingan :
$Q.-Q-!.I.L -DR. FAUZAI\I, MA
NIP. 197 61107200701 1013
PROGRAM STUDIPENDIDIKAN GT]RU MADRASAH IBTIDAIYAII (PGMT)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAh[ KEGURUANUIN SYARIF HIDAYATULLAII
JAKARTA2015 M 11436'IJ
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
skripsi berjudul upaya meningkatkan keaktifan siswa kelas IV MI Darul Muttaqinpada pelajaran IPS.materi koperasi melalui metode ilkG disusun oleh Hafizoh,NIM. 180901830000_3j. diajukan kepada Fakultas ri-" iu.uiyah dan Keguruan(FITK) universitas. Islam Negeri syarir Hidayatulrah-Jakarta pada tangg ar 23Maret 2015 dinyatakan rulus aatam ria*g munaqasah dihadapan dewan penguji.Karena itu penulis bghak memperoreh q"ru, sarj;; sfi; l (s.pd) pada jurusanKependidikan Islam Program Studi Pendidkan Guru vraaiasari Ibtidaiyah (PGMI)
Panitia Ujian Munaqasah,
Ketua Panitia (Ketua Jurusav?rodi) Tanggal
Jakarta, 30 Maret 2015
Tanda tangan
Qg..u.l-Li_ _DR. FAUZAN, ]VfANrP. 1 9761 t072007 0tt0t3
Sekretaris (Ketua prodi PGMI)
ASEF EDIANA LATIP, M.PdNIP. i 98 10 6232009t21003
Penguji I
DR. IWAN PURWANTO, M.PdNIP. 1 9730 424200801t012
Penguji II
ASEP EDIANA LATIP, M.PdNrP. 1 98 10623200912 I 003
:11l 3 ts
Tanggal Tanda tangan
tlu/eeE
Tanggal
?/t /s tz
Tanggal Tanda
?/t /aor a
ib Raya, M.A1982031007
Saya yang bertanda tangan di bawah
Nama
Tempat/Tanggal lahir
NIM
Jurusan / hodi
Judul Skripsi
Dosen Pembimbing
NIP.
PERTTYATAAIY KARYA SEIIDIRI
rnl :
TIAFIZOH
Jakarta,3l Mei 1966
18090183000037
PGMI / DMS
Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas
IV MI Darul Muttaqin Pada Pelajaran IPS
Materi Koperasi Melalui Metode Diskusi
DR. FAUZAN, MA
r9761107200701 1013
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah benar-benar
hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab socara akademis atas apa yang
saya tulis didalamnya.
f'
ABSTRAK
Hafizoh, NIM : 18090183000037, Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa
Kelas IV MI Darul Muttaqin Pada Pelajaran IPS Materi Koperasi Melalui
Metode Diskusi. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata Kunci: Keaktifan belajar, Materi koperasi, Metode diskusi
Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran IPS prasiklus pada siswa kelas IV
MI Darul Muttaqin, Jakarta Selatan, ditemukan beberapa permasalahan, yaitu [1]
Guru merupakan figur sentral dan pengendali seluruh kegiatan belajar, [2] Cara
mengajar guru sangat monoton dengan metode ceramah, [3] Materi yang
disampaikan kepada siswa bersifat informatif dan hapalan, [4] Proses
pembelajaran mengharuskan siswa duduk, dengar dan catat, dan [5] Pembelajaran
meminimalkan peran dan keterlibatan siswa secara aktif. Untuk itu, perlu
diadakannya tindakan perbaikan pembelajaran untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang ada. Perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian
ini melalui penerapan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas yang dalam
pelaksanaannya dilakukan selama 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, analisis dan refleksi. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan subjek
yang diteliti yaitu siswa kelas IV MI Darul Muttaqin yang berjumlah 40 orang.
Sedangkan, teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunkan teknik non tes berupa lembar observasi yang kemudian dianalisis
secara deskriptif kuantitatif berupa angka yang diperoleh dari hasil observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sebesar 45,75% siswa yang
menunjukan keaktifan belajar pada kegiatan pembelajaan pra siklus. Kemudian
pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I, keaktifan belajar siswa meningkat
sebesar 25,25%, sehingga persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada
kegiatan pembelajaran siklus I mencapai 71,00%. Selanjutnya pada kegiatan
penyempurnaan pembelajaran siklus II, keaktifan siswa kembali meningkat
sebesar 12,85%, sehingga persentase rata-rata keaktifan siswa pada kegiatan
pembelajaran siklus II sebesar 83,85%.
Dengan demikian, berdasarkan analisis data yang dilakukan menunjukkan
bahwa adanya peningkatan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan
diterapkannya metode dalam kegiatan pembelajaran siswa kelas IV MI Darul
Muttaqin, Jakarta Selatan.
ABSTRACT
Hafizoh, NIM: 18090183000037, Efforts to Improve Students activeness Class
IV MI Darul Muttaqin At IPS Lesson Materials Cooperative Through
discussion method. Thesis Teacher Education Program Government
Elementary School (primary education) Department of Islamic Education
Faculty Tarbiyah and teacher, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Keywords: Activeness learning, cooperative Materials, Methods discussion
Based on the results of learning activities IPS prasiklus in grade IV MI
Darul Muttaqin, South Jakarta, found several problems, namely [1] The teacher is
the central figure and controlling all activities of learning, [2] The way teachers
teach very monotonous with the lecture method, [3] The material is delivered to
students is informative and memorizing, [4] The learning process requires
students to sit, listen and record, and [5] Learning minimize the role and
involvement of students actively. To that end, it should be holding learning
corrective action to improve learning conditions that exist. Improvement of
learning undertaken in this study through the application of methods of
discussion.
This research is a classroom action research which in practice is done for 2
cycles, each cycle consisting of planning, implementation, analysis and reflection.
This study aims to increase students' activity in learning activities with the
subjects studied were fourth grade students of Darul Muttaqin MI totaling 40
people. Meanwhile, data collection techniques in this research using the non-test
techniques such as observation sheet which is then analyzed by descriptive
quantitative numerical results obtained from observation.
The results showed that only amounted to 45.75% of students who show
learning activeness in pembelajaan pre-cycle activity. Then on the first cycle of
learning improvement activities, students' learning activeness increased by
25.25%, so that the average percentage of the activity of students in the first cycle
of learning activities reached 71.00%. Later in the second cycle of learning
improvement activities, student activity again increased by 12.85%, so that the
average percentage of active students in learning activities by 83.85% second
cycle.
Thus, based on the data analysis showed that the increased activity of
students in learning activities with the implementation methods in learning
activities grade IV MI Darul Muttaqin, South Jakarta.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas
IV MI Darul Muttaqin Pada Pelajaran IPS Materi Koperasi Melalui Metode
Diskusi” dengan baik.
Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1)
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Program Studi Dual Mode System
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terwujud selain dari usaha serta
kemampuan yang ada pada diri penulis sendiri, namun tak lepas dari dukungan
dan bimbingan pihak-pihak terkait. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini
penulis ingin berterima kasih kepada :
1. Prof. DR. Ahmad Thib Raya, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. DR. Fauzan, MA. selaku ketua jurusan Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, sekaligus pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya
dengan penuh ketelitian dan kesabaran..
3. Seluruh dosen dan staff Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Staff dan karyawan perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah (UIN) Jakarta yang telah membantu peneliti dalam pencarian
referensi skripsi.
5. H. Ahmad Dahlan, selaku Kepala MI. Darul Muttaqin Pasar Minggu yang
telah mengizinkan melakukan penelitian di lembaga yang dipimpinnya.
6. Dewan Guru MI. Darul Muttaqin yang telah membantu dan memotivasi
penulis dalam penyusunan skripsi.
7. Teman-teman mahasiswa Dual Mode System Program studi Pendidikan Guru
Madrasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Suamiku tercinta Nain Evendi Alamsyah yang selalu memberikan motivasi
dan doa serta kasih sayangnya.
9. Buah hatiku Qatrunnada Agneza Mahardika dan Qarin Rayhana Mareta atas
pengertiannya ketika peneliti memfokuskan waktu penyusunan skripsi.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu penulis dalam penyusunan skripsi hingga akhir.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan.
Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi lembaga pendidkan dan para
pembaca serta dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 3 Maret 2015
Penulis,
Hafizoh
NIM. 18090183000037
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN iii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR DIAGRAM xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah 1
B. Identifikasi area dan fokus penelitian 5
C. Pembatasan fokus peneliltian 6
D. Perumusan masalah penelitian 6
E. Tujuan dan kegunaan hasil penelitian 6
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan teori area dan fokus yang diteliti
1. Keaktifan siswa 8
a. Kadar keaktifan siswa dari proses perencanaan 10
b. Kadar keaktifan siswa dari proses pembelajaran 10
c. Kadar keaktifan siswa dari kegiatan evaluasi pembelajaran 10
2. Metode diskusi 11
a. Pengertian diskusi 11
b. Jenis-jenis diskusi 12
c. Tujuan metode diskusi 14
d. Manfaat metode diskusi 15
e. Prosedur metode diskusi 15
f. Kelebihan dan kelemahan metode diskusi 17
3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 19
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 19
b. Tujuan ilmu pengetahuan sosial 20
c. Kompetensi pendidikan IPS sekolah dasar 21
4. Materi koperasi 21
a. Pengertian koperasi 21
b. Landasan dan asas koperasi 22
c. Prinsip koperasi 24
d. Tujuan koperasi 24
e. Fungsi dan peran koperasi 25
f. Aliran-aliran koperasi 25
g. Jenis-jenis koperasi 26
B. Hasil penelitian yang relevan 27
C. Kerangka berpikir 28
D. Hipotesis tindakan 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian 30
B. Metode penelitian dan rancangan siklus penelitian 30
C. Subjek dan objek penelitian 31
D. Peran dan posisi peneliti dalam penelitian 32
E. Tahapan intervensi tindakan
1. Pelaksanaan pembelajaran prasiklus 32
2. Pelaksanaan pembelajaran siklus I 34
3. Pelaksanaan pembelajaran siklus II 36
F. Hasil intervensi tindakan yang diharapkan 38
G. Data dan sumber data 38
H. Instrumen pengumpul data 38
I. Teknik pengumpulan data 40
J. Indikator kinerja 41
K. Analisis data dan interpretasi data 41
BAB IV DESKRIPSI, ANALISA DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi 43
1. Deskripsi kegiatan pra siklus 43
2. Deskripsi kegiatan siklus I 45
3. Deskripsi kegiatan siklus II 48
B. Analisa data 51
C. Pembahasan 55
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN
A. Kesimpulan 60
B. Implikasi 60
C. Saran-saran 61
Lampiran-lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahapan metde diskusi 16
Tabel 2.2 Kelebihan dan kelemahan metde diskusi 18
Tabel 2.3 Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS kelas IV 21
Tabel 3.1 Instrumen observasi kinerja guru 39
Tabel 3.2 Instrumen observasi kinerja siswa 39
Tabel 3.3 Indikator Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran 40
Tabel 3.4 Indikator Keaktifan siswa Dalam Proses Pembelajaran 40
Tabel 3.5 Kriteria Kinerja Guru 41
Tabel 3.6 Kriteria Keaktifan Siswa 42
Tabel 4.1 Persentase rata-rata keaktifan siswa prasiklus 51
Tabel 4.2 Persentase rata-rata keaktifan siswa siklus I 52
Tabel 4.3 Persentase rata-rata keaktifan siswa siklus II 54
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran 55
pra siklus
Diagram 4.2 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran 56
siklus I
Diagram 4.3 Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran 57
siklus II
Diagram 44 Persentase peningkatan keaktifan siswa pada kegiatan 58
pembelajaran prasiklus, siklus I dan siklus II
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa serta negara.1
Dengan demikian, pendidikan bukanlah kegiatan yang dilaksanakan secara
asal-asalan tetapi kegiatan yang bertujuan karena dilakukan secara terencana
sehingga segala sesuatu yang dilakukan dalam kegiatan tersebut diarahkan
pada tujuan pencapaian siswa untuk dapat mengembangkan seluruh potensi
yang dimilikinya secara optimal. Oleh karena itu, pendidikan harus dilakukan
secara terarah, terpadu dan berkesinambungan.
Namun, pendidikan merupakan suatu sistem. Sistem adalah satu kesatuan
yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai
suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai tujuan yang telah
ditetapkan.2 Suatu sistem selalu melibatkan berbagai komponen untuk
mencapai tujuan tersebut. Oleh sebab itu, suatu sistem tidak mungkin hanya
memiliki satu komponen saja melainkan memerlukan berbagai komponen
yang saling berkaitan. Begitu banyak komponen yang dapat mempengaruhi
kualitas pendidikan, namun tidak mungkin upaya tersebut dilakukan secara
serempak. Komponen yang selama ini sering di tuding sebagai orang yang
paling bertanggung jawab terhadap kualitas pendidikan adalah guru, karena
guru merupakan komponen yang paling strategis dalam proses pendidikan.
Sehingga, tidak mengherankan apabila banyak pihak yang menaruh harapan
besar terhadap guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan mengingat
bahwa kualitas pendidikan sangat menentukan mutu kehidupan bangsa.
1Yahya Ismail, Ilmu Pendidikan Teoritis, (Ganeca Exact, 2008) h. 1
2Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed. 1,
(Jakarta:Kencana, 2010), Cet. 7, h. 49
2
Bagaimanapun idealnya kurikulum pendidikan, serta lengkapnya sarana
dan prasarana pendidikan tanpa diimbangi kemampuan guru dalam
mengimplemantasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna. Untuk itu,
dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana belajar yang
kondusif sehingga siswa mampu memaham materi pembelajaran dengan baik.
Hal tersebut mengingat bahwa, pada hahekatnya pembelajaran merupakan
upaya untuk mengarahkan siswa ke dalam proses belajar sehingga mereka
dapat memperoleh tujuan belajar sesuai yang diharapkan, dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang
berperilaku kurang baik menjadi baik.
Dengan demikian, dalam proses pembelajaran guru dituntut untuk
melakukan usaha yang kreatif. Salah satu upaya kreatif guru dalam proses
pembelajaran adalah mencari gagasan-gagasan baru dengan mencoba
bermacam-macam metode pembelajaran dan mengupayakan pembuatan serta
penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran. Modal kreatif merupakan
sebuah keharusan bagi guru agar dapat membuat siswa aktif dalam kegiatan
belajarnya. Siswa aktif dapat terlihat dari cara siswa mengikuti proses
pmbelajaran, seperti siswa aktif bertanya dan aktif menjawab pertanyaan, serta
dapat mengikuti jalannya proses pembelajaran dengan baik. Dengan kreatifitas
guru dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran diharapkan terciptanya
kondisi belajar yang efektif dan efisien. Belajar yang efektif dapat membantu
siswa meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan
intruksional yang ingin dicapai.3 Sedangkan belajar yang efisien tercapai
apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat.4
Meskipun telah disadari bahwa dalam proses pembelajaran memerlukan
kreatifitas guru serta keterlibatan siswa secara aktif, namun kenyataan tidaklah
demikian. Seperti hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada siswa kelas IV
MI Darul Muttaqin yang menggambarkan bahwa selama ini peran guru dalam
proses pembelajaran merupakan figur sentral dan pengendali seluruh kegiatan
3Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2003),
h.74 4Ibid., h.76
3
belajar, sehingga kedudukan dan fungsi guru dalam proses pembelajaran
masih sangat dominan. Dengan demikian, proses pembelajaran yang selama
ini dilakukan oleh guru cenderung meminimalkan peran dan keterlibatan
siswa secara aktif, siswa lebih banyak menunggu sajian guru daripada
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang mereka
butuhkan sehingga siswa kurang mendapatkan pengalaman belajarnya.
Terlebih lagi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), materi
pembahasan yang ada dalam pelajaran tersebut sangat menarik untuk dibahas
karena berhubungan erat dengan masyarakat. Tetapi cara mengajar yang
diterapkan guru sangat monoton dengan metode andalannya yaitu ceramah.
Jamal Ma’mur Asmani menjelaskan bahwa “metode ceramah adalah sebuah
metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara
lisan kepada sejumlah siswa yang umumnya diikuti secara pasif”.5 Dengan
demikian, materi yang disampaikan kepada siswa hanya bersifat informatif
serta hapalan. Keadaan tersebut membuat siswa beranggapan bahwa pelajaran
IPS sangat membosankan dikarenakan materi yang dipelajari adalah sesuatu
yang sudah lama dan permasalahan yang selalu berkembang, ditambah lagi
proses pembelajaran yang dilakukan mengharapkan mereka untuk duduk,
dengar dan catat. Hal tersebut mengakibatkan proses pembelajaran IPS yang
seharusnya terdapat proses, sikap dan aplikasi menjadi terabaikan.
Dengan demikian, proses pembelajaran yang selama ini dilakukan
menjadikan kondisi pembelajaran tidak proporsional yaitu guru aktif
mengajar sedangkan siswa pasif belajar. Hal tersebut terlihat bahwa, siswa
akan menjawab pertanyaan guru jika ditunjuk oleh guru untuk menjawab,
sedangkan sebagian siswa lainnya berbicara dengan temannya. Sebagian
siswa mengajukan pertanyaan apabila diberi kesempatan untuk bertanya,
sedangkan sebagian siswa lainnya hanya diam. Sebagian siswa mencatat
materi yang disampaikan guru apabila guru mengintruksikan untuk mencatat,
sedangkan sebagian siswa lainnya sibuk sendiri.
5Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif (Jogyakarta: DIVA
press, 2011), cet.IX, h. 139
4
Dengan memperhatikan kenyataan tersebut, maka dibutuhkan kreatifitas
guru agar dapat menarik simpati siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran IPS sehingga tidak lagi beranggapan bahwa pembelajaran IPS
sangat membosankan. Untuk itu, upaya memperbaiki proses pembelajaran
tersebut diperlukan pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi pembelajaran. Maksud kondisi pembelajaran tersebut adalah tujuan
bidang studi, kendala bidang studi dan karakteristik siswa. Pemilihan metode
pembelajaran harus dibangun berdasarkan asumsi bahwa tidak ada satupun
metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk semua bahan kajian,
karena semua metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan.
Metote tertentu hanya baik digunakan untuk mencapai tujuan tertentu,
sedangkan metode lain baik digunakan untuk tujuan lain.
Metode pembelajaran yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah
diskusi. Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan
siswa pada suatu permasalahan. Namun, metode diskusi bukanlah debat yang
bersifat argumentasi tetapi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk
menentukan keputusan tertuntu secara bersama-sama.6 Sedangkan Muhibbin
Syah (2000) dalam Jamal Ma’mur Asmani mendefinisikan metode diskusi
sebagai metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan
masalah (problem solving).7 Pendapat tersebut senada dengan Suryosubroto
(1997:179) yang menyatakan bahwa diskusi adalah suatu percakapan ilmiah
oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok, untuk saling
bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari
pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.8
Dengan demikian, metode diskusi adalah metode pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyumbangkan pikiran serta
berbagi informasi guna pemecahan masalah atau pengambilan keputusan.
6Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1,
(Jakarta:Kencana, 2010), Cet. 7, h. 154-155 7Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif, (Jogyakarta:DIVA
Press, 2011), Cet. IX, h.140 8Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010),
Cet.4, h.122
5
Dengan metode diskusi, diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran sehingga dapat membantu siswa untuk semakin
lebih memahami materi pelajaran. Keaktifan siswa yang diharapkan adalah
siswa aktif mencatat materi pelajaran tanpa instruksi guru, aktif bertanya dan
menjawab pertanyaan, aktif mengeluarkan ide atau gagasan yang dimilikinya,
aktif mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain. Untuk itu, peneliti
mencarikan solusi untuk mengatasi permasalahan yang telah dipaparkan
diatas dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Upaya
Meningkatkan Keaktifan Beajar Siswa Kelas IV MI Darul Muttaqin Pada
Pembelajaran IPS Semester II Tahun Ajaran 2013/2014”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
a. Fokus siswa
1. Siswa lebih banyak menunggu sajian guru daripada mencari dan
menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.
2. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga mereka tidak
mendapatkan pengalaman belajar.
3. Siswa akan menjawab pertanyaan guru jika ditunjuk oleh guru untuk
menjawab, sedangkan siswa lainnya berbicara dengan temannya.
4. Sebagian siswa mengajukan pertanyaan apabila diberi kesempatan
untuk bertanya, sedangkan siswa lainnya hanya diam.
5. Sebagian siswa mencatat materi yang disampaikan guru apabila guru
mengintruksikannya, sedangkan siswa lainnya sibuk sendiri.
b. Fokus guru
1. Guru merupakan figur sentral dan pengendali seluruh kegiatan belajar.
2. Peran dan fungsi guru dalam kegiatan belajar masih sangat dominan.
3. Cara mengajar guru sangat monoton dengan metode ceramah.
c. Fokus pembelajaran
1. Materi yang disampaikan kepada siswa bersifat informatif dan hapalan.
2. Proses pembelajaran mengharuskan siswa duduk, dengar dan catat.
3. Pembelajaran meminimalkan peran dan keterlibatan siswa secara aktif.
6
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi penelitian berupa keaktifan siswa
dalam mengikuti jalannya proses pembelajaran berupa keaktifan mencatat
materi pelajaran tanpa instruksi guru, keaktifan bertanya dan menjawab
pertanyaan, aktif mengeluarkan ide atau gagasan yang dimilikinya, dan aktif
mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain.
D. Perumusan Masalah Peelitian
1. “Bagaimana mengggunakan metode diskusi agar dapat meningkatkan
keaktifan siswa kelas IV MI Darul Muttaqin dalam pembelajaran IPS?”
2. “Apakah melalui metode diskusi dapat meningkatkan keaktifan siswa siswa
kelas IV MI Darul Muttaqin pada pelajaran IPS?”
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
1. Tujuan pelitian
a. Untuk menghidupkan suasana pembelajaran IPS yang selama ini
dianggap membosankan dengan diterapkannya metode diskusi,
b. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada
pelajaran IPS dengan diterapkannya metode diskusi.
2. Kegunaan penelitian
a. Bagi guru
1.1 Menjadikan pertimbangan untuk meningkatkan keaktifan siswa
melalui pemilihan dan penggunaan model pembelajaran untuk
digunakan pada saat proses belajar mengajar.
1.2 Memberikan masukan dalam menentukan strategi belajar yang
tepat, yang bisa menjadi alternatif lain dalam mata pelajaran IPS.
b. Bagi siswa
1.1 Meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan diterapkannya
pembelajaran melalui metode diskusi.
1.2 Meningkatkan pemahaman materi pelajaran dengan
diterapkannya pembelajaran melalui metode diskusi.
7
c. Bagi sekolah
1.1 Sebagai masukan dalam rangka mewujudkan pembelajaran aktif
yang bermuara pada peningkataan hasil belajar siswa.
1.2 Meningkatkan proses pembelajaran yang berdampak pada
peningkatan mutu pendidikan di MI Darul Muttaqin
8
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI
TINDAKAN
A. AcuanTeori Area danFokus yang Diteliti
1. Keaktifan siswa
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan keaktifan
siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Aktif dimaksudkan
bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan pertanyaan,
mengemukakan gagasan dan mencari data dan informasi yang mereka
perlukan untuk memecahkan masalah.1 Sehingga,keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran merupakan keterlibatan siswa dalam bentuk sikap,
pikiran, perhatian dan aktifitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang
keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan
tersebut.Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa lainnya.
Sehingga, dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi kondusif, dimana masing-masing siswa
dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.
Keaktifan siswa dalam belajar merupakan unsur dasar yang sangat
penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Sebab, keaktifan siswa dalam
kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka
sendiri melalui pengalaman belajarnya serta keaktifan siswa tersebut sangat
penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif yaitu mampu
menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.Sehingga
dengan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, siswa akan terlibat secara
langsung dan mereka akan terus berusaha untuk mampu mengembangkan
potensi yang dimilikinya secara optimal.
1Dasim Budimansyah, PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, (PT.
Ganesindo, 2009), Cet.3, h.70
9
Dasim Budimansyah menegaskan bahwa, “jika pembelajaran tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka
pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar”.2 Karena, dalam
pandangan psikologi modern, “belajar bukan hanya sekedar menghapal
sejumlah fakta atau informasi akan tetapi peristiwa mental dan proses
berpengalaman”.3 Namun, “keaktifan siswa dalam pembelajaran bukan
berarti siswa dibuat aktif menggantikan peran guru sehingga guru tidak perlu
memainkan perannya dalam pembelajaran. Tetapi, aktifitas belajar siswa
diciptakan dan dikondisikan oleh guru sebagai mediator dan fasilitator belajar
siswa”.4 Hal ini berarti pengajaran yang didesain guru harus berorient asi
pada keaktifan siswa.Sehingga, baik guru maupun siswa sama-sama berperan
secara penuh karena peran mereka sama-sama sebagai subjek belajar.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran diharapkan bertujuan untuk
memperoleh hasil belajarberupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik secara seimbang. Dengan demikian, keaktifan siswa dalam
pembelajaran tidak menghendaki pembentukan siswa yang secara intelektual
cerdas tanpa diimbangi sikap dan keterampilan, akan tetapi membentuk siswa
yang cerdas serta memiliki sikap positif dan keterampilan. Dalam hal ini,
senada dengan ungkapan Wina Sanjaya bahwa “keaktifan siswa tidak hanya
ditentukan oleh aktifitas fisik semata akan tetapi juga ditentukan oleh aktifitas
nonfisik seperti mental, intelektual dan emosional”.5 Oleh sebab itu, aktif
tidaknya siswa dalam belajar hanya siswa sendiri yang mengetahuinya secara
pasti. Namun, untuk mengetahui proses pembelajaran memiliki kadar
keaktifan yang tinggi, sedang atau lemah dapat dilihat dari keterlibatan siswa
dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajaran, proses
pembelajaran maupun dalam mengevaluasi pembelajaran. Semakin siswa
terlibat ketiga aspek tersebut, maka kadar keaktifan siswa semakin tinggi.
2Ibid.
3Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1 (Jakarta:
Kencana,2010), Cet.7, h.136 4Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru, Ed.2, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), Cet. 5, h. 394 5Op.cit.,141
10
. a.Kadar keaktifan siswa dilihat dari proses perencanaan
1.1 Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan serta pengalaman dan
motivasi yang dimiliki sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
kegiatan pembelajaran.
1.2 Adanya keterlibatan siswa dalam meyusun rancangan pembelajaran.
1.3 Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan memilih sumber
belajar yang diperlukan.
1.4 Adanya keterlibatan siswa dalam menentukan dan mengadakan media
pembelajaran yang akandigunakan.
b. Kadar keaktifan siswa dilihat dari proses pembelajaran
1.1 Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental, emosional maupun
intelektual dalam setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya perhatian serta motivasi siswa untuk menyelesaikan setiap
tugas yang diberikan sesuai denganwaktu yang telah ditentukan.
1.2 Siswa belajar secara langsung(experiental learning). Dalam proses
pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui
pengalaman nyata seperti merasakan, meraba, mengoperasikan,
melakukan sendiri dan lain sebagainya. Demikian juga pengalaman itu
bisa dilakukan dalam bentuk kerjasama dan interaksi dalam kelompok.
1.3 Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang
kondusif.
1.4 Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber
belajar yang tersedia yang dianggap relevan dengan tujuan
pembelajaran.
1.5 Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab
dan mengajukan pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang
diajukan atau yang timbul selama proses pembelajaran berlangsung.
1.6 Terjadinya interaksi yang multi arah, baik antara siswa dengan siswa
atau antara guru dan siswa. Interaksi ini juga ditandai dengan
keterlibatan semua siswa secara merata. Artinya, pembelajaran atau
proses tanya jawab tidak di dominasi oleh siswa-siswa tertentu.
c. Kadar keaktifan siswa dilihat dari kegiatan evaluasi pembelajaran
1.1 Adanya keterlibatan siswa untuk mengevaluasi sendiri hasil
pembelajaran yang telah dilakukannya.
1.2 Keterlibatan siswa secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan
semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya.
1.3 Kemauan siswa untuk menyusun laporan baik tertulis maupun secara
lisan berkenaan hasil belajar yang diperolehnya.6
Selanjutnya, Yuhdi Munadi (2011) mengemukakan ciri-ciri pokok
pembelajaran aktif, antara lain adalah:
6Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.1 (Jakarta:
Kencana,2010), Cet.7, h.141-142
11
a. Interaktif yang ditandai dengan adanya dialog antara siswa dengan siswa
dan dialog antara siswa dengan guru dan bisanya memanfaatkan sumber-
sumber belajar yang bervariasi (media pembelajaran).
b. Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dengan sikap berikut:
1.1 Mendorong setiap siswa untuk ikut aktif memberi pendapat
1.2 Mendorong setiap siswa untuk ikut berbuat
1.3 Mendorong setiap siswa utuk ikut aktif mencari sumber
c. Menantang, yakni ditandai dengan sikapsebagai berikut:
1.1 Mendorong kompetensi antar siswa
1.2 Mengundang siswa untuk terlibat penuh
1.3 Membangkitkan gairah belajar siswa.7
Selanjutnya, secara khusus Wina Sanjaya mengemukakan bahwa
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran bertujuan sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna, artinya siswa
tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi tetapi juga
bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya.
b. Mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya, artinya melalui
keaktifan siswa diharapkan tidak hanya kemampuan intelektual saja yang
berkembang tetapi juga seluruh pribadi siswa termasuk sikap dan mental.8
2. Metode Diskusi
a. Pengertian diskusi
Menurut Suryosubroto yang dikutip dalam Trianto, menjelaskan
bahwa diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang
tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang
suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan
jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.9 Senada dengan pendapat
tersebut, Nana Sudjana yang dikutip dalam Abdul Madjid menjelaskan
bahwa diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat dan
pengalaman untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih
teliti tentang sesuatu.10
Sedangkan, Abdul Madjid sediri mengemukakan
7 Yudhi Munadi, Pembelajarn Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan, (Jakarta: FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), Cet.2, h.33 8Op.cit.,h.138
9Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4,
h.122 10
AbdulMadjid, PerencanaanPembelajaran, (Bandung:PT. RemajaRosdakarya, 2011), Cet. 8, h.
142
12
bahwa “metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang
berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih
yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat
pendapatnya”.11
Namun, seperti yang diungkapkan oleh Wina Sanjaya
bahwa “metode diskusi bukanlah debat yang bersifat mengsdu argumentasi
tetapi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan
tertentu secara bersama-sama”.12
Selanjutnya, Muhibbin Syah dalam Jamal
Ma’mur Asmani mendefinisikan “metode diskusi sebagai metode
mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah
(problem solving)”.13
Lebih lanjut, Trianto yang menjelaskan bahwa
“diskusi merupakan situasi dimana guru dan para siswa, atau antara siswa
dengan siswa yang lain berbincang satu sama lain dan berbagi gagasan dan
pendapat mereka”.14
Dalam hal ini, James Popham menegaskan bahwa
“diskusi berbeda dengan ceramah, diskusi tidak diarahkan oleh guru;
siswa-siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan ide-ide mereka
sendiri”.15
Dengan demikian, berdasarkan pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa metodediskusi menyediakan tatanan sosial dimana
guru membantu siswa menganalisis proses berpikir mereka.
b. Jenis-jenis diskusi
Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam
proses pembelajaran, yaitu:
1.1 Diskusi kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses
pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas
sebagai peserta diskusi.
1.2 Diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam
kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang.
11
Ibid., h. 141 12
WinaSanjaya, StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan, Ed.1,
(Jakarta:Kencana,2010), Cet.7, h.154-155 13
Jamal Ma’murAsmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, KreatifdanInovatif, (Jogyakarta:DIVA Press,
2011), Cet. IX, h.140 14
Ibid. 15
James Popham, Teknik Mengajar Secara Sistematis, (Jakarta:Rineka Cipta, 2008) Cet.4, h.84
13
1.3 Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu
persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan
keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang
luas kepada siswa.
1.4 Diskusi panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh
beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan
audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam
diskusi panel, audiens tidak terlibat secara langsung tetapi berperan
sebagai peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi.16
Jenis apapun diskusi yang digunakan menurut Bridges (1979), dalam
proses pelaksanaannya guru harus mengatur kondisi agar:
1.1 Setiap siswa dapat bicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya.
1.2 Setiap siswa harus saling mendengarkan pendapat orang lain.
1.3 Setiap siswa harus saling memberikan respons.
1.4 Setiap siswa harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang
dianggap penting.
1.5 Melalui diskusi setiap siswa harus dapat mengembangkan
pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam
diskusi.17
Dengan demikian, metode diskusi dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran apabila guru hendak:
1.1 Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh siswa.
1.2 Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan
kemampuannya masing-masing.
1.3 Memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang
telah dirumuskan telah tercapai.
1.4 Membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktis lewat
berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah.
1.5 Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri
sendiri maupun teman-temannya (orang lain).
1.6 Membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai
masalah yang di “lihat” baik dari pengalaman sendiri maupun dari
pelajaran sekolah.
1.7 Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.18
16
Ibid.,h.157-158 17
WinaSanjaya, StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan, Ed.1,
(Jakarta:Kencana,2010), Cet.7, h.155-156 18
Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4,
h.123
14
c. Tujuan metode diskusi
Pembelajaran diskusi mempunyai arti yakni suatu kondisi dimana
guru dengan siswa atau siswa dengan siswa lain saling bertukar pendapat
secara lisan, saling berbagi gagasan dan pendapat. Sehingga, “tujuan
utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan,
menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta
untuk membuat suatu keputusan (Killen,1998)”.19
Namun, secara khusus Tjokrodihardjo dalam Trianto menjelaskan
bahwametode diskusi digunakan oleh para guru untuk setidaknya3 (tiga)
tujuan pembelajaran, yaitu: pertama, meningkatkan cara berpikir siswa
dengan jalan membantu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran.
Kedua, menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa. Ketiga,
membantu siswa mempelajari keterampilan komunikasi dan proses
berpikir.20
Lebih lanjut, Mulyani Sumantri dalam Abdul Madjid
menjelaskan bahwa metode diskusi bertujuan untuk:
(1) Melatih peserta didik mengembangkan keterampilan bertanya,
berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan;(2) Melatih dan
membentuk kestabilan sosio-emosional; (3) Mengembangkan
kemampuanberpikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh
konsep diri yang lebih positif; (4) Mengembangkan keberhasilan peserta
didik dalam menemukan pendapat; (5) Mengembangkan sikap terhadap
isu-isu kontroversial; dan (6) Melatih peserta didik untuk berani
berpendapat tentang suatu masalah.21
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa
penerapan diskusi oleh guru bertujuan untuk memahami apa yang ada
dalam pikiran siswa dan bagaimana memproses gagasan yang dimiliki
melalui komunikasi yang multi arah. Dengan demikian, metode diskusi
menyediakan tatanan sosial dimana guru membantu siswa menganalisis
proses berpikir mereka.
19
Op.cit., 154 20
Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4,
h.124 21
Abdul Madjid, PerencanaanPembelajaran, (Bandung:PT. RemajaRosdakarya, 2011), Cet. 8, h.
142
15
d. Manfaat metode diskusi
Pada metode diskusi, materi pembelajaran tidak diorganisir serta tidak
disajikan langsung kepada siswa, tetapi ditemukan dan diorganisir oleh
siswa sendiri sehingga metode diskusi dapat menciptakan lingkungan
belajar yang aktif karena membantu partisipasi siswa dalam kegiatan
belajarnya sehingga kelas menjadi hidup. Dengan demikian, terdapat
beberapa manfaat yang diperoleh jika metode diskusi ini dapat
diaplikasikan dalam proses pembelajaran, yaitu:
1.1 Mendorong siswa berpikir kritis
1.2 Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas
1.3 Mendorong siswa menyumbahkan buah pikirnya untuk memecahkan
masalah bersama.
1.4 Mengambil satu beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan
masalah berdasarkan pertimbangan yang saksama.22
e. Prosedur metode diskusi
1.1 Langkah persiapan
1.1.1 Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang
bersifat umum maupun tujuan khusus. Tujuan yang ingin
dicapai mesti dipahami oleh siswa sebagai peserta diskusi.
Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam
pelaksanaan.
1.1.2 Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
1.1.3 Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah dapat
ditentukan dari isi materi pelajaran atau masalah-masalah yang
aktual yang terjadi dilingkungan masyarakat yang dihubungkan
dengan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang
diajarkan.
1.1.4 Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis
pelaksanaan diskusi.
1.2 Langkah pelaksanaan
1.2.1 Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi
kelancaran diskusi.
1.2.2 Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi,
misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-
aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan
dilaksanakan.
22
Jamal Ma’murAsmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, KreatifdanInovatif, (Jogyakarta:DIVA
Press, 2011), Cet. IX, h.140-141
16
1.2.3 Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah
ditetapkan.
1.2.4 Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta
diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
1.2.5 Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang
sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa
pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan
tidak fokus.
1.3 Langkah penutup
1.3.1 Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai
dengan hasil diskusi.
1.3.2 Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari
seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan
selanjutnya.23
Lebih lanjut, Tjokrodihardjo merumuskan tahapan-tahapan kegiatan
guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tahapan metode diskusi
Tahapan Kegiatan guru
Tahap 1
Menyampaikan tujuan
dan mengatur setting
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran khusus dan
menyiapkan siswa untuk
berpartisipasi.
Tahap 2
Mengarahkan diskusi
Guru mengarahkan fokus diskusi
dengan menguraikan aturan-aturan
dasar, mengajukan pertanyaan
awal, menyajikan situasi yang tidak
dapat segera dijelaskan, atau
menyampaikan isu diskus.
Tahap 3
Menyelenggarakan
Guru memonitor antar aksi ,
mengajukan pertanyaan,
mendengarkan gagasan siswa,
menanggapi gagasan,
melaksanakan aturan dasar,
membuat catatan diskusi,
menyampaikan gagasan sendiri.
Tahap 4
Mengakhiri diskusi
Guru menutup diskusi dengan
merangkum atau mengungkapkan
23
WinaSanjaya, StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan, Ed.1,
(Jakarta:Kencana, 2010), Cet.7, h.158-159
17
makna diskusi yang telah
diselengarakan kepada siswa.
Tahap 5
Melakukan tanya jawab singkat
tentang proses diskusi itu
Guru menyuruh para siwa untuk
memeriksa proses diskusi dan
berpikir siswa.
Tjokrodihardjo, (2003)24
f. Kelebihan dan kelemahan metode diskusi
Semua metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan
tersendiri. yang membedakannya dengan yang lain. Untuk itu, Jamal
Ma’mur Asmani mengemukakan beberapa kelebihan dari metode diskusi
manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu:
1.1 Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan
berbagai jalan.
1.2 Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi, mereka bisa
saling mengemukakan pendapat secara konstrukif sehingga dapat
diperoleh keputusan yang lebih baik.
1.3 Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap
toleransi. (Syaiful Bahri Jamarah, 2000).25
Wina Sanjaya juga merumuskan beberapa kelebihan dari metode
diskusi manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu:
1.1 Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif
khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
1.2 Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam
mengatasi setiap permasalahan.
1.3 Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau
gagasan secara verbal. Disamping itu, diskusi juga bisa melatih siswa
untuk menghargai pendapat orang lain.26
Selain kelebihan, Jamal Ma’mur Asmani juga mengemukakan bahwa
terdapat beberapa kelemahan apabila metode diskusi diterapkan dalam
proses pembejaran, yaitu tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar,
24
Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4,
h.131-132 25
Jamal Ma’murAsmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, KreatifdanInovatif, (Jogyakarta:DIVA Press,
2011), Cet. IX, h.141 26
WinaSanjaya, StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan, Ed.1,
(Jakarta:Kencana,2010), Cet.7, h.156
18
peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas dan apat dikuasai oleh
orang-orang yang suka berbicara.27
Wina Sanjaya juga merumuskan beberapa kelemahan dari metode
diskusi manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu:
1.1 Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang
siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
1.2 Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas sehingga
kesimpulan menjadi kabur.
1.3 Memerlukan waktu yang cukup panjang yang kadang-kadang tidak
sesuai dengan yang dibicarakan.
1.4 Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat
emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada
pihak yang merasa tersinggung sehingga dapat mengganggu iklim
pembelajaran.28
Dengan demikian, secara umum dapat digambarkan kelebihan dan
kelemahan metode diskusi seperti yang terangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.2
Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
Kelebihan Kelemahan
a. Diskusi melibatkan semua
siswa secara langsung dalam
KBM.
b. Setiap siswa dapat menguji
tingkat pengetahuan bahan
pelajarannya masing-masing.
c. Diskusi dapat menumbuhkan
dan mengembangkan cara
berpikir dan sikap ilmiah.
d. Dengan mengajukan dan
mempertahankan pendapatnya
dalam diskusi diharapkan para
siswa akan dapat memperoleh
kepercayaan akan kemampuan
diri sendiri.
a. Suatu diskusi dapat diramalkan
sebelumnya mengenai
bagaimana hasilnya sebab
tergantung kepada
kepemimpinan dan partisipasi
anggota-anggotanya.
b. Suatu diskusi memerlukan
keterampilan tertentu yang
belum dipelajari sebelumnya.
c. Jalannya diskusi dapat dikuasai
(didominasi) oleh beberapa
orang siswa yang menonjol.
d. Tidak semua topik dapat
dijadikan pokok diskusi, tetapi
hanya hal-hal yang bersifat
27
Loc.cit 28
WinaSanjaya, StrategiPembelajaranBerorientasiStandar Proses Pendidikan, Ed.1,
(Jakarta:Kencana,2010), Cet.7, h.156
19
e. Diskusi dapat menunjang
usaha-usaha pengembangan
sikap sosial dan sikap
demokratis siswa.
problematis saja yang dapat di
diskusikan.
e. Diskusi yang mendalam
memerlukan waktu yang
banyak.
f. Apabila suasana diskusi hangat
dan siswa sudah berani
mengemukakan buah pikiran
mereka, maka biasanya sulit
untuk dibatasi pokok masalah.
g. Jumlah siswa yang terlalu besar
di dalam kelas akan
memengaruhi kesempatan setiap
siswa untuk mengemukakan
pendapatnya.
Trianto, (2009)29
3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
MenurutAbu Ahmadi, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang
studi yang merupakan paduan (fusi) dari sejumlah mata pelajaran sosial.30
Sedangkan, menurut A. Kosasih Djahiri, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan
dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah
berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program
pengajaran pada tingkat persekolahan.31
Dalam hal ini, Sapriya
menegaskan bahwa:
“Pengertian IPS ditingkat persekolahan itu sendiri mempunyai
perbedaan makna khususnya antara IPS untuk sekolah dasar (SD) dengan
IPS untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan IPS untuk sekolah
menengah atas (SMA). Pengertian IPS dipersekolahan tersebut ada yang
berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri
sendiri, dan ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata
pelajaran atau disiplin ilmu”.32
29
Trianto, Mendesain Model PembelajaranInovatif-Progresif, Ed.1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet.4,
h.134 30
Abu Ahmadi, IlmuSosialDasar, (Jakarta:PT. Rineka Cipta,2003), Cet. 4, h. 3 31
Sapriya, dkk, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, Ed.1 (Bandung:UPI PRESS, 2006),
Cet.1, h.7 32
Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS, Ed.1, (Bandung:UPI PRESS,2006), Cet.1 h.3
20
Lebih lanjut, Kurikulum 2006yang dikutip oleh Sapriya dalam buku
yang berbeda dari sebelumnya menjelaskanbahwa:
“IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari
SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji sperangkat isu
sosial.Pada jenjang SD/MI/SDLB, mata pelajaran IPS memuat materi
geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokrasi dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.33
Namun, pada jenjang SD/MI/SDLB,materi pembelajaran IPS
disajikan secara terpadu sehingga tidak menunjukan label dari disiplin
ilmu sosial, serta disusun secara tematik dengan mengambil tema-tema
sosial yang terjadi di lingkungan siswa. Demikian juga tema-tema sosial
yang dikaji berangkat dari fenomena serta aktifitas sosial yang terjadi
disekitar siswa.Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ilmu-ilmu
sosial merupakan dasar dari IPS tetapi tidak semua ilmu-ilmu sosial dapat
menjadi pokok bahasan dalam IPS. tingkat usia, jenjang pendidikan dan
perkembangan pengetahuan anak didik sangat menentukan materi-materi
ilmusosial yang tepat menjadi pokok bahasan dalam IPS.Melalui substansi
materi dalam pembelajaran IPS, siswa diharapkan tidak hanya mampu
menguasai teori-teori kehidupan di dalam masyarakat tetapi mampu
menjalani kehidupan nyata secara dewasa dan bijak di dalam masyarakat
sebagai makhluk sosial.
b. Tujuan IlmuPengetahuanSosial (IPS)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No. 22 Tahun 2006 yang dikutip oleh Sapriya, pembelajaran IPS
dalam sistem pendidikan Indonesia diarahkan dengan tujuan:
1.1 Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
1.2 Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
33
Ibid.
21
1.3 Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
1.4 Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.34
c. Kompetensi Pendidikan IPS SekolahDasar
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS sebagaimana diatas, maka
standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajran IPS untuk tingkat
SD/MI kelas IV dikembangkan sebagai berikut:
Tabel 2.3
Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarIPS
Kelas IV Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mengenal sumber daya alam,
kegiatan ekonomi, dan
kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/kota dan
provinsi
2.1 Mengenal aktivitas ekonomi
yang berkaitan dengan
sumber daya alam dan
potensi lain di daerahnya
2.2 Mengenal pentingnya
koperasi dalam
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
2.3 Mengenal perkembangan
teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi
serta pengalaman
menggunakannya
2.4 Mengenal permasalahan sosial di
daerahnya
Sapriya, (2008)35
4. Materi Koperasi
a. Pengertian koperasi
Pada Bab I, Pasal I dalam UUPerkoperasian nomor 25 tahun 1992
tanggal 21 Oktober 1992, yang dikutip oleh Pandji Anoraga dijelaskan
bahwa “koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang
34
Sapriya, Pendidikan IPS, (Bandung:UPI Press,2008), h.161 35
Ibid., h.163
22
atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan”.36
Menurut Pandji Anoraga sendiri, “koperasi
adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-
badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota
dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk
mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya”.37
Sedangkan, Kartasapoetra mendefinisikan “koperasi sebagai suatu
badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian,
beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung
secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan
suatu usaha yang bertujuan untuk memebuhi kebutuhan-kebutuhan para
anggotanya”.38
Lebih lanjut, Hendroyogi mendefinisikan “koperasi sebagai
perkumpulan otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela
untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya
mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara
demokratis”.39
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan untuk mencapai kebutuhan
ekonomi seluruh anggotanya yang mempunyai kemampuan ekonomi
terbatas untuk mempertahankan diri dan membebaskan diri dari kesulitan.
b. Landasan dan Asas Koperasi
Untuk mendirikan koperasi, diperlukan adanya dasar atau landasan
tempat koperasi tersebut berpijak yang memungkinkan koperasi untuk
tumbuh dan berdiri serta berkembang dalam mencapai tujuan dan cita-
citanya. Landasan-landasan koperasi tersebut dapat dibagi atas 2 (dua)
macam yaitu landasan idiil dan landasan struktural. Mengenai landasan
idiil koperasi, Pandji Anoraga menjelaskan bahwa:
36
Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h.252 37
Ibid.h.1 38
Kartasapoetra, Koperasi Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), Cet.7, h.1 39
Hendrojogi, Koperasi Azaz-Azaz, Teori dan Praktek, Ed.4, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,
2002), Cet.5 h.46
23
Landasan idiilkoperasi adalah dasar atau landasan yang digunakan
dalam usaha untuk mencapai cita-cita koperasi. Koperasi sebagai
kumpulan sekelompok orang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggotanya. Gerakan koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang hak
hidupnya dijamin oleh UUD 1945 akan bertujuan untuk mencapai
masyarakat yang adil dan makmur. Jadi, tujuannya sama dengan apa yang
dicita-citakan oleh seluruh bangsa Indonesia, karena itu landasan idiil
Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila.40
Lebil lanjut, Mochtar Effendy menambahkan bahwa:
Kelima sila yang terjalin menjadi satu kesatuan dalam pancasila
merupakan jiwa dan karakter koperasi Indonesia. Jadi, setiap langkah dan
geraknya mendasarkan dari pada ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan serta
keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.41
Selanjutnya, Pandji Anoraga juga menjelaskan bahwa:
Landasan strukturil koperasi adalah tempat berpijak koperasi dalam
susunan hidup bermasyarakat. Tata kehidupan di dalam suatu negara diatur
dalam Undang-Undang Dasar. Di Indonesia berlaku Undang-Undang
Dasar 1945 yang merupakan ketentuan atau tata tertib dasar yang
mengatur terselenggaranya falsafah hidup dan moral cita-cita suatu bangsa
dan karena koperasi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945.42
Lebil lanjut, Mochtar Effendy menambahkan bahwa:
Landasan struktural koperasi dalam pengoperasiannya didasarkan
atas Undang-Undang Dasar 1945, sebab cita-cita ekonominya dirumuskan
di dalam pasal 33 UUD 1945. Penjelasan pasal 33 UUD 1945 menyatakan
bahwa koperasilah yang dimaksud dengan cita-cita ekonomi bangsa
Indonesia yang bunyinya sebagai berikut, Susunan ekonomi atas asas
kekeluargaan dan kegotongroyongan.43
Dari penjelasan tersebut dapat diketahui pula bahwa koperasi
Indonesia berasaskan kekeluargaan dan gotong royong.Asas kekeluargaan
yang mencerminkan adanya kesadaran dari budi hati nurani manusia untuk
bekerjasama dalam koperasi oleh semua untuk semua, dibawah pimpinan
pengurus serta pemilikan dari para anggota atas dasar keadilan dan
40
Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h.8 41
Ek. Mochtar Effendy, Membangun Koperasi Di Madrasah dan Pondok Pesantren (Jakarta:PT.
Bhratara Karya Aksara, 1986), Cet.1 h.10 42
Op.cit.,h.9 43
Loc.cit
24
kebenaran serta keberanian berkorban bagi kepentingan
bersama.44
Sedangkan asas gotong royong yang berarti bahwa pada
koperasi terdapat keinsyafan dan semangat bekerjasama, rasa bertanggung
jawab bersama tanpa memikirkan diri sendiri melainkan selalu untuk
kesejahteraan bersama.45
Landasan-landasan serta asas-asas koperasi
tersebut sesuai dengan yang tercantum padapasal 2 Bab II, dalam undang-
undang perkoperasian nomor 25 tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992 yang
menjelaskan bahwa “koperasi berlandaskan pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan”.46
c. Prinsip koperasi
Pandji Anoraga menjelaskan bahwa prinsip-prinsip koperasi adalah
pedoman-pedoman utama yang menjiwai dan mendasari setiap gerak
langkah usaha dan bekerjanya koperasi sebagai organisasi ekonomi dari
orang-orang yang terbatas kemampuan ekonominya.47
Selanjutnya,
padapasal 5 Bab III undang-undang perkoperasian nomor 25 tahun 1992
tanggal 21 Oktober 1992 yang dikutip oleh Pandji Anoraga sendiri,
menjelaskan bahwa koperasi melaksanakan prinsip sebagai berikut: [1]
Keanggotan bersifat sukarela dan terbuka;[2] Pengelolaan dilakukan secara
demokrasi;[3] Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding
dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota;[4] Pemberian balas
jasa yang terbatas terhadap modal; [5] Kemandirian.48
d. Tujuan Koperasi
Padapasal 3 Bab II undang-undang perkoperasian nomor 25 tahun
1992 tanggal 21 Oktober 1992 yang dikutip Pandji Anoraga,menjelaskan
bahwa koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
44
Op.cit., h.18 45
Ibid. 46
Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h. 252 47
Ibid.,h. 10 48
Ibid., h. 253
25
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,
adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar.49
e. Fungsi dan Peran Koperasi
Pada pasal 4 Bab III, dalam undang-undang perkoperasian nomor 25
tahun 1992 tanggal 21 Oktober 1992 yang dikutip oleh Pandji Anoraga
menjelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi adalah sebagai berikut:
1.1 Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
1.2 Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat.
` 1.3 Memperkukuh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai
sokogurunya.
1.4 Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.50
f. Aliran-aliran koperasi
1.1 Aliran sosialis
Aliran ini yang menjadikan koperasi sebagai batu loncatan untuk
mencapai sosialisme.
1.2 Aliran persemakmuran koperasi
Aliran ini mengingatkan agar koperasi menguasai kehidupan
ekonomi. Walaupun usaha swasta masih dapat diterima namun
swasta hanya menduduki tempat ke dua.
1.3 Koperasi sebagai koreksi
Aliran ini dimaksudkan untuk menghilangkan kejahatan-kejahatan
yang ditimbulkan oleh sistem kapitalis apabila dirasakan sistem
kapitalis ini merugikan konsumen dan merupakan bagian dari apa
yang disebut “institusional economic balance theory”.
1.4 Aliran antigonish
Aliran ini menyatakan bahwa koperasi pertama-tama dimaksudkan
untuk tujuan pendidikan, baru kemudian tujuan ekonomi.
1.5 Aliran nimes
Aliran ini didasarkan pada religi dan filsafat. Dalam aliran ini tidak
terlalu menekankan pembagian sisa hasil menurut jasa dan
mencakup semua golongan.
49
Ibid., h.252 50
Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h. 252-253
26
Bila dilihat dari tujuan dan tempat Koperasi Indonesia dalam
struktur perekonomian negara, maka Koperasi Indonesia dapat
digolongkan dalam aliran Persemakmuran Koperasi.51
g. Jenis-jenis Koperasi
Secara umum, penjenisan koperasi di Indonesia telah diatur oleh
undang-undang. Namun demikian, karena berbagai keperluan dan
bermacam-macam cara untuk memperoleh kebutuhan hidup itu pulalah
yang mendorong lahirnya koperasi yang beraneka ragam. Tetapi, secara
garis besar, koperasi dapat dibagi menjadi 5 bagian, yaitu:
1.1 Koperasi konsumsi
Koperasi konsumsi adalah barang yang diperlukan setiap
hari, misalnya barang-barang pangan (seperti beras, gula, garam, dan
minyak kelapa), barang-barang sandang (seperti kain batik, tekstil)
dan barang pembantu keperluan sehari-hari (seperti sabun, minyak
tanah dan lain sebagainya). Oleh seban itu, maka koperasi yang
mengusahakan kebutuhan sehari-hari disebut koperasi konsumsi.
Tujuan koperasi konsumsi ialah agar anggota-anggotanya dapat
membeli barang-barang konsumsi dengan kualitas yang baik dan
harga yang layak.52
Koperasi konsumsi mempunyai fungsi [1] sebagai penyalur
tunggal barang-barang kebutuhan rakyat sehari-hari sehingga
memperpendek jarak antara produsen dengan konsumen; [2] Harga
barang sampai di tangan pemakai menjadi murah; dan [3] Ongkos-
ongkos penjualan maupun ongkos pembelian dapat dihemat.53
1.2 Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam
Koperasi kredit didirikan untuk memberikan kesempatan
kepada anggota-anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah
dan dengan ongkos (bunga) yang ringan. Itulah sebabnya koperasi
ini disebut dengan koperasi kredit. Akan tetapi untuk dapat
memberikan pinjaman atau kredit itu, koperasi memerlukan modal.
Modal koperasi yang utama adalah simpanan anggota sendiri. Dari
uang simpanan yang dikumpulkan bersama-sama itu, maka koperasi
kredit lebih tepat disebut korasi simpan pinjam. Fungsi pinjaman di
dalam koperasi adalah sesuai dengan tujuan-tujuan koperasi pada
umumnya, yaitu untuk memperbaiki kehidupan para anggotanya.54
51
Ibid., h.57-58 52
Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h.20 53
Ibid., h.21 54
Ibid., h.22
27
Tujuan koperasi kreditadalah [1] membantu keperluan kredit
para anggota yang sangat membutuhkan dengan syarat-syarat yang
ringan; [2] mendidik kepada para anggota supaya giat menyimpan
secara teratur sehingga membentuk modal sendiri; [3] mendidik
anggota hidup berhemat dengan menyisihkan sebagian dari
pendapatan mereka; dan [4] menambah pengetahuan tentang
perkoperasian.55
1.3 Koperasi produksi
Koperasi produksi adalah koperasi yang bergerak dalam
bidang kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang
baik yang dilakukan oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang-
orang aggota koperasi. Anggota koperasi produksi terdiri dari orang-
orang yang mampu menghasilkan suatu barang atau jasa. Orang-
orang tersebut adalah kaum buruh atau kaum pengusaha kecil. Oleh
karena itu, kita mengenal dua macam koperasi produksi, yaitu: [1]
koperasi produksi kaum buruh yang anggotanya orang-orang tidak
mempunyai perusahaan sendiri; dan [2] koperasi produk kaum
produsen yang anggotanya adalah orang-orang yang masing-masing
mempunyai perusahaan sendiri.56
1.4 Koperasi jasa
Koperasi jasa adalah koperasi yang berusaha dibidang
penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat
umum. Contohnya koperasi angkutan, koperasi perencanaan dan
konstruksi bangunan, koperasi jasa audit, koperasi asuransi
Indonesia, koperasi perumahan nasional (Kopernas), koperasi jasa
untuk mengurus dokumen-dokumen seperti SIM, STNK, paspor,
sertifikat tanah dan lain-lain.57
B. Hasil Penelitian yang Relevan
No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Luluk Penerapan metode
diskusi untuk
meningkatkan aktivitas
belajar geografi siswa
kelas VIIIA SMPN 8
Pamekasan
Dari hasil analisis data
diperoleh bahwa ada
peningkatan aktivitas
siswa dalam penerapan
metode diskusi pada siklus
I sebesar 71,43%, siklus II
sebesar 79,17%, siklus III
sebesar 82,74% dan
jumlah rata-rata aktivitas
aktif siswa sebesar
77,78%, sedangkan
55
Ibid., h.23 56
Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.3, h.24 57
Ibid., h. 25
28
jumlah rata-rata siswa
yang pasif adalah sebesar
22,22%.58
2. Rajif Hasan Ali Penerapan metode
diskusi untuk
meningkatkan keaktifan
belajar siswa kelas XI
IPS semester II pada
kompetensi menganilis
pelestarian lingkungan
hidup kaitannya dengan
pembangunan
berkelanjutan di SMA
terpadu Abdul Faidl
Wonodadi Kabupaten
Blitar
Hasil penelitian
menunjukkan adanya
peningkatan keaktifan
belajar siswa dalam
diskusi dari 41,67% pada
siklus I pertemuan ke-2
menjadi 66,67% pada
siklus II pertemuan ke-1
dan menjadi 75% pada
siklus II pertemuan ke-2.59
3. Evy Agustina
Rokhmawati
Penerapan metode
diskusi syndicate group
untuk meningkatkan
keaktifan belajar siswa
kelas VII A SMPN 24
Malang pada materi
kaitan antara kondisi
geografis dengan
keadaan penduduk
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada
peningkatan keaktifan
belajar siswa yang
ditunjukkan dengan
peningkatan peningkatan
keaktifan belajar siswa
pada siklus I sebesar
58,04% (cukup)
meningkat menjadi
81,71% (sangat baik) pada
siklus II. 60
C. KerangkaBerpikir
Berdasarkan kajian teoritis serta mengkaji laporan dari hasil penelitian
sebelumnya sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penelitian
ini dipandang perlu mengajukan kerangka pemikiran sebagai berikut:
1) Penggunaan metode diskusi akan melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran secara aktif.
2) Adanya keterkaitan antara penggunaan metode diskusidengan peningkatkan
keaktifan belajar siswa.
58http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=34889 59http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=45715 60http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=42472
29
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang masalah, landasan teori dan kerangka berfikir
diatas, maka dapat dirumuskan bahwa penggunaan metode diskusi dapat
meningkatkan keaktifan siswa kelas IV MI Darul Muttaqin pada pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) materi koperasi.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di MI Darul Muttaqin yang
terletak di Gg. H. Abdul Wahid Rt. 08 Rw. 03 No. 30, Pasar Minggu, Jakarta
Selatan. Alasan peneliti memilih MI Darul Muttaqin sebagai tempat penelitian
adalah bahwa peneliti menjalani profesi sebagai salah satu guru MI Darul
Muttaqin sehingga peneliti memiliki peluang waktu yang cukup luas dalam
mencari dan mengolah data. Sedangkan, waktu yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu pada semester II tahun ajaran 2013/2014, dengan kata lain
penelitian dilakukan selama 6 bulan, yaitu sejak bulan Januari 2014 sampai
dengan Juli 2014. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di MI Darul
Muttaqin dimulai sejak pukul 07.00 sampai dengan pukul 13.00 WIB.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode agar hasil yang
diharapkan sesuai dengan rencana yang ditentukan. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas
(PTK) atau lebih dikenal dengan Classroom Action Research. Dari istilah
penelitian tindakan kelas, terdapat tiga kata yang sangat penting untuk dibahas
yaitu penelitian, tindakan dan kelas. Lebih lanjut, Rido Kurnianto menjelaskan
pengertian dari ketiga kata tersebut, yaitu:
1. Penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati sebuah objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data
atau informasi, dengan tujuan dan bermanfaat dalam meningkatkan mutu
bagi suatu hal yang diminati.
2. Tindakan menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus
kegiatan untuk siswa-siswi.
3. Kelas dalam hal ini tidak terikat pada ruang kelas, tetapi dalam pengertian
pembelajaran yang lebih spesifik, yakni sekelompok siswa-siswi yang
dalam waktu yang sama dari guru yang sama pula.1
1 Rido Kurnianto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: LAPIS PGMI, 2009), paket 3, h. 9.
31
Selanjutnya menurut Basrowi, “penelitian tindakan kelas adalah penelitian
praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Upaya
perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban
atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari-hari di kelas”.2 Lebih
lanjut Suhadi dalam Hufad menjelaskan bahwa “PTK adalah suatu penelitian
ilmiah yang ditujukan untuk memecahkan masalah dengan menggunakan
keterampilan baru yang diaplikasikan langsung ke dalam situasi kelas”.3
Adapun rancangan penelitian merupakan rancangan langkah kerja yang
akan dilakukan dalam mengumpulkan informasi untuk menjawab permasalahan
penelitian. Basrowi juga menjelaskan bahwa “rancangan penelitian berisi
gambaran tentang kapan penelitian dilakukan, darimana data diperoleh, dalam
kondisi bagaimana subjek yang diteliti dan bagaimana mengolah data dan
melaporkannya”.4 Dengan demikian, dalam penelitian ini peneliti menggunakan
desain PTK yang menerapkan siklus yang masing-masing siklus meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Apabila pembelajaran siklus I
sudah menunjukan indikator keberhasilan tindakan, maka tindakan tidak
dilanjutkan. Tetapi, apabila pada siklus I belum menunjukkan indikator
keberhasilan tindakan yang dilakukan, maka akan dilaksanakan pembelajaran
pada siklus selanjutnya. Dengan demikian, siklus akan berhenti apabila indikator
keberhasilan tindakan telah tercapai.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa/siswi
kelas IV MI Darul Muttaqin yang terdiri dari 18 siswa dan 22 siswi. Sedangkan
yang menjadi objek penelitian adalah penerapan metode diskusi sebagai upaya
meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa
yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu keaktifan bertanya dan menjawab
pertanyaan, aktif mengeluarkan ide atau gagasan yang dimiliki serta aktif
mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain.
2 H. M. Basrowi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor:Ghalia Indonesia, 2008), Cet. 2, h. 25
3 Ahmad Hufad, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Dirjen Pendais Kemenag, 2009), h. 4.
32
D. Peran dan posisi peneliti dalam penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai observer yang akan
mengobservasi kinerja guru dalam melaksanakan tindakan pembelajaran
melalui metode diskusi serta mengamati aktivitas siswa dalam menjalani
pembelajaran tersebut. Selanjutnya, peneliti akan berada pada posisi yang
memudahkan subjek penelitian dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang
sebenarnya terjadi pada waktu penelitian sehingga hasil penelitian tersebut
benar-benar tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap.
E. Tahapan Intervensi Tindakan
1. Pelaksanaan pembelajaran prasiklus
a. Perencanaan
Pada tahap ini guru membuat perencanaan sebelum dilaksanakannya
tindakan berupa pembuatan instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian, yaitu lembar observasi keaktifan siswa serta lembar observasi
kinerja guru dalam proses pembelajaran. Selanjutnya menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) selama 2 kali pertemuan yang masing-
masing pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran. Metode
pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran prasiklus
masih menerapkan metode yang biasa dilakukan guru yaitu metode
pembelajaran konvensional. Selanjutnya menyusun materi pelajaran yang
akan digunakan dalam penelitian yaitu, pada pertemuan pertama
mengenai pengertian dan prinsip koperasi sedangkan pada pertemuan
kedua mengenai landasan dan asas koperasi. Materi tersebut sesuai
dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Berikut ini merupakan
salinan pelaksanaan kegiatan yang tertuang dalam RPP.
4 Op.cit., h. 59
33
(pertemuan pertama)
1. Kegiatan awal
1.1 Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam
1.2 Guru mengajak siswa berdoa sebelum belajar
1.3 Guru mengisi daftar hadir siswa
2. Kegiatan inti
2.1 Guru menunjuk beberapa orang siswa untuk membaca materi
pengertian koperasi
2.2 Guru menunjuk beberapa orang siswa untuk membaca materi
prinsip koperasi.
2.2 Guru menjelaskan materi pembelajaran secara kontekstual
3. Kegiatan akhir
3.1 Guru melakukan tanya jawab dengan siswa
3.2 Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
(pertemuan kedua)
1. Kegiatan awal
1.1 Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam
1.2 Guru mengajak siswa berdoa sebelum belajar
1.3 Guru mengisi daftar hadir siswa
2. Kegiatan inti
2.1 Guru menjelaskan materi pembelajaran secara kontekstual
2.2 Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa
3. Kegiatan akhir
3.1 Guru melakukan tanya jawab dengan siswa
3.2 Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam
c. Observasi
Observasi dilakukan pada waktu pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
keaktifan selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan
34
observasi, peneliti berada pada posisi yang memudahkan subjek
penelitian dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya
terjadi pada waktu penelitian sehingga hasil yang di dapat benar-benar
tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap.
d. Refleksi
Metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
prasiklus masih dengan menggunakan metode pembelajaran
konvensional yang biasa dilakukakan oleh guru kelas guna mengetahui
keberhasilan atau kegagalan kegiatan pembelajaran dengan
diterapkannya metode diskusi pada kegiatan perbaikan pembelajaran.
2. Pelaksanaan pembelajaran siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi dalam upaya meningkatkan keaktifan
siswa. Setelah itu, menentukan indikator keaktifan siswa yang diharapkan
dari metode tersebut yaitu keaktifan bertanya dan menjawab pertanyaan,
aktif mengeluarkan ide atau gagasan yang dimiliki serta aktif
mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain. Kemudian,
menyiapkan instrumen penilaian berupa lembar observasi keaktifan siswa
dan lembar observasi kinerja guru serta menyusun pedoman
penskorannya. Terakhir, menyusun materi pelajaran yang akan digunakan
dalam penelitian yang sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Namun, perencanaan ini
bersifat fleksibel artinya dapat dikondisikan sesuai kebutuhan proses
pembelajaran yang berlangsung. Berikut ini merupakan salinan
pelaksanaan kegiatan yang tertuang dalam RPP.
35
1. Kegiatan awal
1.1 Guru mempersiapkan siswa sebelum memulai pembelajaran.
1.2 Guru melakukan apersepsi terkait dengan materi sebelumnya
1.3 Guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran.
2. Kegiatan inti
2.1 Guru memberikan materi pelajaran secara kontekstual
2.2 Guru menjelaskan metode dan prosedur diskusi
2.3 Guru membagi siswa dalam 8 kelompok secara random yang
masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa.
2.4 Guru membagi tugas kepada masing-masing kelompok untuk di
diskusikan bersama kelompoknya.
2.5 Guru memberikan waktu kepada masing-masing kelompok
untuk mendiskusikan tugasnya.
2.6 Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
2.7 Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
memberikan umpan balik terhadap hasil presentasi.
3. Kegiatan akhir
3.1 Guru melibatkan siswa bersama-sama menyimpulkan materi
pelajaran yang telah dibahas.
3.2 Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya
atau menanggapi proses pembelajaran yang berlangsung.
3.3 Guru menutup pembelajaran dengan memberikan tugas kepada
siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dibahas serta
mempelajari materi selanjutnya.
c. Observasi
Observasi dilakukan pada waktu pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
penerapan metode diskusi mampu merangsang siswa untuk berperan
aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
36
d. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan selesai. Hasil
yang diperoleh dari pengamatan kemudian dianalisis untuk mengetahui
keberhasilan atau kegagalan kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan. Apabila hasil analisis siklus I sudah menunjukan indikator
keaktifan siswa, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila belum
tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II.
3. Pelaksanaan pembelajaran siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi dalam upaya meningkatkan keaktifan
siswa. Kemudian, menyiapkan instrumen penilaian berupa lembar
observasi keaktifan siswa dan lembar observasi kinerja guru serta
menyusun pedoman penskorannya. Terakhir, menyusun materi pelajaran
yang akan digunakan dalam penelitian yang sesuai dengan Kompetensi
Dasar (KD) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Namun, perencanaan ini
bersifat fleksibel artinya dapat dikondisikan sesuai kebutuhan proses
pembelajaran yang berlangsung. Berikut ini merupakan salinan
pelaksanaan kegiatan yang tertuang dalam RPP.
1. Kegiatan awal
1.1 Guru mempersiapkan siswa sebelum memulai pembelajaran
1.2 Guru melakukan apersepsi terkait dengan materi sebelumnya
1.3 Guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran
2. Kegiatan inti
2.1 Guru memberikan materi pelajaran secara kontekstual
2.2 Guru menjelaskan metode dan prosedur diskusi
37
2.3 Guru membagi siswa dalam 8 kelompok secara random yang
masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa.
2.4 Guru membagi tugas kepada masing-masing kelompok untuk di
diskusikan bersama kelompoknya.
2.5 Guru memberikan waktu kepada masing-masing kelompok
untuk mendiskusikan tugasnya.
2.6 Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
2.7 Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
memberikan umpan balik terhadap hasil presentasi.
3. Kegiatan akhir
3.1 Guru melibatkan siswa bersama-sama menyimpulkan materi
pelajaran yang telah dibahas.
3.2 Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya
atau menanggapi proses pembelajaran yang berlangsung.
3.3 Guru menutup pembelajaran dengan memberikan tugas kepada
siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dibahas serta
mempelajari materi selanjutnya.
c. Observasi
Observasi dilakukan pada waktu pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
penurunan siswa yang tidak aktif pada proses pembelajaran setelah
tindakan siklus II dan seberapa besar peningkatan siswa yang aktif pada
proses pembelajaran setelah tindakan siklus II
d. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan selesai. Hasil
yang diperoleh dari pengamatan kemudian dianalisis untuk mengetahui
keberhasilan atau kegagalan kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan. Apabila hasil analisis siklus II sudah menunjukan indikator
38
keaktifan siswa, maka penelitian dihentikan. Adapun indikator
keaktifan siswa yang dimaksudkan dalam penelitian ini berupa
keaktifan berinteraksi dengan guru, keaktifan berinteraksi dengan
siswa lain serta keaktifan terhadap materi pembelajaran. Tetapi apabila
indikator keaktifan siswa tersebut belum tercapai, maka penelitian
dilanjutkan pada siklus III.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Dengan melakukan penelitian tindakan kelas melalui proses pembelajaran
dengan menggunakan metode diskusi diharapkan dapat meningkatkan keaktifan
siswa pada mata pelajaran IPS. Adapun indikator untuk mengetahui
keberhasilan peneliti ini ditetapkan sekurang-kurangnya 80% siswa berperan
aktif dalam proses pembelajaran seperti aktif bertanya dan menjawab
pertanyaan, aktif mengeluarkan ide atau gagasan yang dimiliki serta aktif
mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain.
G. Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, data penelitian diperoleh dari kegiatan guru dan
kegiatan siswa dalam melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan
metode diskusi serta peningkatan keaktifan siswa setelah diterapkannya metode
tersebut. Sedangkan, sumber data penelitian diperoleh dari siswa kelas IV MI
Darul Muttaqin pada semester II, tahun ajaran 2013/2014.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui teknik
observasi, karena teknik observasi dalam penelitian tindakan kelas merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari tindakan di setiap siklusnya. Dengan
observasi, peneliti dapat memusatkan perhatian untuk mengamati kinerja guru
serta mengamati keaktifan siswa dalam melaksanakan pembelajaran melalui
metode diskusi tanpa melalui perantara yang mungkin bisa melebihkan atau
mengurangi data yang sebenarnya.
39
Selanjutnya, Muhammad Idrus mengemukakan bahwa “observasi
merupakan aktifitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis”.5
Untuk itu, diperlukan instrumen observasi sebagai pedoman untuk mengamati
kinerja guru serta mengamati keaktifan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Berikut ini adalah instrumen observasi kinerja guru serta
instrumen observasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi.
Tabel 3.1
Instrumen Observasi Kinerja Guru
Langkah
pembelajaran
Indikator
Kegiatan
Awal
Mempersiapkan siswa sebelum memulai pembelajaran.
Melakukan apersepsi terkait dengan materi sebelumnya.
Menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran.
Kegiatan
Inti
Memberikan materi pelajaran secara kontekstual.
Menjelaskan metode dan prosedur diskusi.
Membentuk kelompok siswa secara random.
Memfasilitasi siswa dalam pelaksanaan diskusi.
Kegiatan
akhir
Memberikan refleksi dan kesimpulan.
Memberikan tugas dan tindak lanjut.
Tabel 3.2
Instrumen Observasi Keaktifan Siswa
Langkah
pembelajaran
Indikator
Kegiatan
pendahuluan
Mempersiapkan diri sebelum mengikuti pembelajaran.
Menyimak penjelasan yang diberikan guru.
Menanggapi apersepsi yang diberikan guru.
5 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta:2009), h. 84
40
Kegiatan
Inti
Menyimak materi pelajaran yang diberikan guru.
Membentuk kelompok dengan tertib.
Melaksanakan kegiatan diskusi sesuai prosedur.
Kegiatan
Penutup
Membuat rangkuman terhadap hasil diskusi.
Mencatat tugas yang diberikan guru.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara
pemberian skor terhadap kinerja guru dan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Pemberian skor kinerja guru diperoleh dari hasil observasi
terhadap indikator kinerja guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan,
pemberian skor keaktifan siswa diperoleh dari hasil observasi terhadap indikator
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Masing-masing indikator kinerja
guru dan indikator keaktifan siswa memiliki rentang skor 1 sampai 5.
Tabel 3.3
Indikator Kinerja Guru Dalam Proses Pembelajaran
Skor Keterangan
1 Kinerja guru dalam kriteria sangat rendah
2 Kinerja guru dalam kriteria rendah
3 Kinerja guru dalam kriteria sedang
4 Kinerja guru dalam kriteria baik
5 Kinerja guru dalam kriteria sangat baik
Tabel 3.4
Indikator Keaktifan siswa Dalam Proses Pembelajaran
Skor Keterangan
1 Keaktifan siswa dalam kriteria sangat rendah
2 Keaktifan siswa dalam kriteria rendah
3 Keaktifan siswa dalam kriteria sedang
41
4 Keaktifan siswa dalam kriteria baik
5 Keaktifan siswa dalam kriteria sangat baik
J. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan
keaktifan siswa dalam pengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS
melalui penerapan metode diskusi. Keaktifan siswa yang diharapkan dalam
penelitian ini berupa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan, aktif
mengeluarkan ide atau gagasan yang dimiliki serta aktif mendengarkan serta
menghargai pendapat orang lain. Untuk itu, penerapan metode diskusi
dinyatakan efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa apabila porsentase
keaktifan siswa dalam pembelajaran sebesar ≥80% pada setiap siklusnya.
K. Analisis Data dan Interpretasi Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dalam bentuk
prosentase, kemudian dilakukan deskripsi komparasi yaitu membandingkan
hasil penelitian sebelum tindakan dengan hasil penelitian setelah tindakan,
selanjutnya membuat kesimpulan berdasarkan hasil deskripsi tersebut.
Deskriptif prosentase terhadap kinerja guru dan keaktifan siswa selama proses
pembelajaran dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Selanjutnya, hasil prosentasi terhadap kinerja guru dan keaktifan siswa tersebut
ditafsirkan dengan rentang kualitatif sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Kinerja Guru
Prosentase Keterangan
0% sampai dengan 20% Kinerja guru sangat rendah
skor yang diperoleh
% skor = x 100
skor maksimal
42
21% sampai dengan 40% Kinerja guru rendah
41% sampai dengan 60% Kinerja guru sedang
61% sampai dengan 80% Kinerja guru baik
81% sampai dengan 100% Kinerja guru sangat baik
Tabel 3.6
Kriteria Keaktifan Siswa
Prosentase Keterangan
0% sampai dengan 20% Keaktifan siswa sangat rendah
21% sampai dengan 40% Keaktifan siswa rendah
41% sampai dengan 60% Keaktifan siswa sedang
61% sampai dengan 80% Keaktifan siswa baik
81% sampai dengan 100% Keaktifan siswa sangat baik
43
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Prasiklus
a. Perencanaan
Pada tahap ini guru membuat perencanaan sebelum
dilaksanakannya tindakan berupa pembuatan instrumen yang akan
digunakan dalam penelitian, yaitu lembar observasi keaktifan siswa
serta lembar observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) selama
2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan dilaksanakan selama
2 jam pelajaran. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran prasiklus masih menerapkan metode yang biasa dilakukan
guru yaitu metode pembelajaran konvensional. Selanjutnya menyusun
materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian yaitu, pada
pertemuan pertama mengenai pengertian dan prinsip koperasi
sedangkan pada pertemuan kedua mengenai landasan dan asas koperasi.
Materi tersebut sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi
dasar (KD) dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
b. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Senin, 26 Mei 2014. Adapun dalam pelaksanaannya, pada kegiatan
awal guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan
salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar
hadir siswa. Selanjutnya, guru menunjuk beberapa orang siswa untuk
membaca materi pengertian dan prinsip koperasi kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan guru menjelaskan materi pembelajaran secara
kontekstual. Pada kegiatan akhir pelajaran, guru melakukan tanya jawab
dengan siswa mengenai materi yang telah dipelajari dilanjutkan dengan
menutup kegiatan pembelajaran.
44
Kegiatan pembelajaran pertemuan kedua dilaksanakan pada hari
Rabu, 28 Mei 2014. Adapun dalam pelaksanaannya, pada kegiatan awal
guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam,
mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir
siswa. Selanjutnya, guru menjelaskan materi pembelajaran secara
kontekstual yang dilanjutkan dengan pemberian soal evaluasi kepada
siswa sebagai penguatan terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari.
Pada kegiatan akhir pelajaran, guru melakukan tanya jawab dengan
siswa mengenai materi yang telah dipelajari dilanjutkan dengan
menutup kegiatan pembelajaran.
c. Observasi
Observasi dilakukan pada waktu pelaksanaan pembelajaran
berlangsung. Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar penerapan metode diskusi mampu merangsang siswa untuk
berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan
observasi, peneliti berada pada posisi yang memudahkan subjek
penelitian dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya
terjadi pada waktu penelitian sehingga hasil yang di dapat benar-benar
tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap.
d. Refleksi
Metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran prasiklus masih dengan menggunakan metode
pembelajaran konvensional yang biasa dilakukakan oleh guru kelas
guna mengetahui ada atau tidak adanya perubahan kondisi
pembelajaran setelah dilakukannya perbaikan pembelajaran melalui
penggunaaan metode diskusi pada kegiatan pembelajaran siklus I.
Untuk itu, kegiatan refleksi ini dilakukan untuk mengetahui
keberhasilan atau kegagalan kegiatan pembelajaran dengan
diterapkannya metode diskusi pada kegiatan pembelajaran.
45
2. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Siklus 1
a. Perencanaan
Pada tahap ini guru membuat perencanaan sebelum
dilaksanakannya tindakan berupa pembuatan instrumen yang akan
digunakan dalam penelitian, yaitu lembar observasi keaktifan siswa
serta lembar observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) selama
2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan dilaksanakan selama
2 jam pelajaran. Kandungan yang tertuang dalam RPP sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
diskusi dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran. Selanjutnya menyusun materi pelajaran yang akan
digunakan dalam penelitian yaitu, pada pertemuan pertama mengenai
landasan dan asas koperasi sedangkan pada pertemuan kedua mengenai
tujuan dan manfaat koperasi. Materi tersebut sesuai dengan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP).
b. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran prasiklus dilaksanakan pada hari Senin, 2
Juni 2014. Adapun dalam pelaksanaannya, pada kegiatan awal guru
membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam,
mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar hadir
siswa. Kemudian, guru memberikan apersepsi yang berhubungan
dengan materi yang akan dipelajari kemudian dilanjutkan dengan
menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari materi pembelajaran.
Selanjutnya, guru memberikan stimulus pertanyaan terkait dengan
materi pelajaran. Setelah itu, guru menyampaikan materi pelajaran
secara kontekstual. Kemudian, guru mengajak siswa untuk mengamati
barang-barang yang tersedia di koperasi sekolah selanjutnya
mempersilahkan siswa untuk berinteraksi dengan pengurus koperasi
sekolah. Selanjutnya untuk memantapkan siswa mengenai materi yang
46
telah dipelajari, maka guru bersama-sama dengan siswa membahas
hasil yang didapatkan dari kegiatan berinteraksi dengan pengurus
koperasi sekolah. Pada kegiatan akhir pelajaran, untuk memantapkan
siswa mengenai materi yang telah dipelajari, maka guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung. Kemudian, guru melibatkan siswa
untuk bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajari. Selanjutnya, guru bersama-sama dengan siswa melakukan
tanya jawab mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari.
Kemudian, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin
bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dipahami. Setelah itu,
guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan tugas kepada
siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari kemudian
diakhiri dengan salam penutup.
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua dilaksanakan pada
hari Kamis, 5 Juni 2014. Adapun dalam pelaksanaannya, sebelum
memulai pembelajaran, guru membuka kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta
mengisi daftar hadir siswa. Kemudian, guru memberikan apersepsi
yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari kemudian
dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari
materi pelajaran. Selanjutnya, guru memberikan materi pelajaran secara
kontekstual. Kemudian, guru membagi siswa dalam 8 kelompok secara
random yang masing-masing kelompok 5 orang siswa. Setelah itu, guru
membagi tugas kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan
bersama kelompoknya. Selanjutnya, guru memberikan waktu kepada
masing-masing kelompok untuk mendiskusikan tugasnya. Kemudian,
guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Selanjutnya, guru memberikan
kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan umpan balik terhadap
hasil presentasi. Pada kegiatan akhir pelajaran, untuk memantapkan
47
siswa mengenai materi yang telah dipelajari, maka guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung. Kemudian, guru melibatkan siswa
untuk bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajari. Selanjutnya, guru bersama-sama dengan siswa melakukan
tanya jawab mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari.
Kemudian, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin
bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dipahami. Setelah itu,
guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan tugas kepada
siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari kemudian
diakhiri dengan salam penutup.
c. Observasi
Observasi dilakukan pada waktu pelaksanaan pembelajaran
berlangsung. Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar penerapan metode diskusi mampu merangsang siswa untuk
berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan
observasi, peneliti berada pada posisi yang memudahkan subjek
penelitian dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya
terjadi pada waktu penelitian sehingga hasil yang di dapat benar-benar
tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan untuk melihat apa yang sudah dihasilkan atau apa yang
belum dihasilkan selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus I
kemudian membandingkannya dengan kegiatan pra siklus. Refleksi
tersebut dilakukan sebagai pengamatan akan keberhasilan atau
kegagalan dalam mencapai tujuan penelitian yaitu meningkatnya
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Apabila hasil analisis
siklus I sudah menunjukan indikator keaktifan siswa, maka penelitian
dihentikan. Tetapi apabila indikator keaktifan siswa tersebut belum
tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II.
48
3. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap ini guru membuat perencanaan sebelum
dilaksanakannya tindakan berupa pembuatan instrumen yang akan
digunakan dalam penelitian, yaitu lembar observasi keaktifan siswa
serta lembar observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) selama
2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan dilaksanakan selama
2 jam pelajaran. Kandungan yang tertuang dalam RPP sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
dengan menggunakan metode diskusi dalam upaya meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selanjutnya menyusun
materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian yaitu, pada
pertemuan pertama mengenai fungsi dan peran koperasi sedangkan
pada pertemuan kedua mengenai jenis-jenis koperasi. Materi tersebut
sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama dilaksanakan pada
hari Senin, 9 Juni 2014. Adapun dalam pelaksanaannya, pada kegiatan
awal guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan
salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta mengisi daftar
hadir siswa. Kemudian, guru memberikan apersepsi yang berhubungan
dengan materi yang akan dipelajari kemudian dilanjutkan dengan
menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari materi pembelajaran.
Selanjutnya, guru memberikan stimulus pertanyaan terkait dengan
materi pelajaran. Setelah itu, guru menyampaikan materi pelajaran
secara kontekstual. Kemudian, guru mempersilahkan siswa untuk
berinteraksi dengan pengurus koperasi sekolah. Selanjutnya untuk
memantapkan siswa mengenai materi yang telah dipelajari, maka guru
bersama-sama dengan siswa membahas hasil yang didapatkan dari
49
kegiatan berinteraksi dengan pengurus koperasi sekolah. Pada kegiatan
akhir pelajaran, untuk memantapkan siswa mengenai materi yang telah
dipelajari, maka guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengajukan pendapat terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
Kemudian, guru melibatkan siswa untuk bersama-sama menyimpulkan
materi pelajaran yang telah dipelajari. Selanjutnya, guru bersama-sama
dengan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi pelajaran yang
telah dipelajari. Kemudian, guru memberikan kesempatan kepada siswa
yang ingin bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dipahami.
Setelah itu, guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan
tugas kepada siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah
dipelajari kemudian diakhiri dengan salam penutup.
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua dilaksanakan pada hari
Kamis, 12 Juni 2014. Adapun dalam pelaksanaannya, sebelum memulai
pembelajaran, guru membuka kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa sebelum belajar serta
mengisi daftar hadir siswa. Kemudian, guru memberikan apersepsi
yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari kemudian
dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari
materi pelajaran. Selanjutnya, guru memberikan materi pelajaran secara
kontekstual. Kemudian, guru membagi siswa dalam 8 kelompok secara
random yang masing-masing kelompok 5 orang siswa. Setelah itu, guru
membagi tugas kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan
bersama kelompoknya. Selanjutnya, guru memberikan waktu kepada
masing-masing kelompok untuk mendiskusikan tugasnya. Kemudian,
guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Selanjutnya, guru memberikan
kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan umpan balik terhadap
hasil presentasi. Pada kegiatan akhir pelajaran, untuk memantapkan
siswa mengenai materi yang telah dipelajari, maka guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat terhadap proses
50
pembelajaran yang berlangsung. Kemudian, guru melibatkan siswa
untuk bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran yang telah
dipelajari. Selanjutnya, guru bersama-sama dengan siswa melakukan
tanya jawab mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari.
Kemudian, guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin
bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dipahami. Setelah itu,
guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan tugas kepada
siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari kemudian
diakhiri dengan salam penutup.
c. Observasi
Observasi dilakukan pada waktu pelaksanaan pembelajaran
berlangsung. Pengamatan tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar penerapan metode diskusi mampu merangsang siswa untuk
berperan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan
observasi, peneliti berada pada posisi yang memudahkan subjek
penelitian dapat dilihat dan dicermati sesuai keadaan yang sebenarnya
terjadi pada waktu penelitian sehingga hasil yang di dapat benar-benar
tepat dan data dapat diperoleh secara lengkap.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang
sudah dilakukan untuk melihat apa yang sudah dihasilkan atau apa yang
belum dihasilkan selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II
kemudian membandingkannya dengan kegiatan siklus I. Refleksi
tersebut dilakukan sebagai pengamatan akan keberhasilan atau
kegagalan dalam mencapai tujuan penelitian yaitu meningkatnya
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Apabila hasil analisis
siklus II sudah menunjukan indikator keaktifan siswa, maka penelitian
dihentikan. Tetapi apabila indikator keaktifan siswa tersebut belum
tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Namun,
peneliti akan berusaha secara optimal sehingga dalam dua siklus dapat
menunjukkan indikator keberhasilan penelitian.
51
B. Analisis
Kondisi pembelajaran prasiklus merupakan keadaan siswa dalam kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional yang
biasa dilakukakan oleh guru sebelum dilakukannya tindakan perbaikan
pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi. Kegiatan pembelajaran
prasiklus sangat diperlukan untuk dijadikan landasan guna mengetahui ada atau
tidak adanya peningkatan keaktifan siswa setelah dilakukannya tindakan
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi. Setelah kegiatan
pembelajaran prasiklus dilakukan terdapat data yang dihasilkan yaitu proses
pembelajaran yang dilakukan masih didominasi oleh peran guru sebagai pusat
pembelajaran sehingga guru merupakan figur sentral dan pengendali kegiatan
belajar sehingga menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Terlebih lagi penyampaian materi yang dilakukan oleh guru masih bersifat
informatif dan hafalan sehingga mengharuskan siswa untuk duduk, dengar dan
catat. Maka tidak heran apabila pada saat guru menyampaikan materi, hanya
beberapa siswa saja yang memperhatikan sedangkan siswa lain melamun
bahkan tertidur terutama siswa yang duduk paling belakang. Untuk lebih
jelasnya, persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1
Persentase rata-rata keaktifan siswa prasiklus
Indikator Siswa Aktif Siswa Tidak Aktif
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1 17 42,50% 23 57,50%
2 23 57,50% 17 42,50%
3 15 37,50% 25 62,50%
4 21 52,50% 19 47,50%
5 23 57,50% 17 42,50%
6 18 45,00% 22 55,00%
52
7 16 40,00% 24 60,00%
8 24 60,00% 16 40,00%
9 21 52,50% 19 47,50%
10 21 52,50% 19 47,50%
11 17 42,50% 23 57,50%
12 16 40,00% 24 60,00%
13 16 40,00% 24 60,00%
14 23 57,50% 17 42,50%
15 16 40,00% 24 60,00%
16 16 40,00% 24 60,00%
17 22 55,00% 18 45,00%
18 16 40,00% 24 60,00%
19 14 35,00% 26 65,00%
20 11 27,50% 29 72,50%
Rata-rata 45,75% 54,25%
Selanjutya, kegiatan penelitian dilanjutkan pada pelaksanaan pembelajaran
siklus I dengan menerapkan metode diskusi. Setelah kegiatan pembelajaran
siklus I dilakukan terdapat data yang dihasilkan yaitu siswa yang cenderung
pendiam dan pemalu sudah mulai membaur dengan teman-temannya pada saat
pelaksanaan diskusi walaupun terlihat sedikit kebingungan dan suasana kelas
menjadi sedikit ramai, beberapa orang siswa yang duduk di bagian paling
belakang pun sudah terlihat antusias memperhatikan penjelasan guru, terlebih
lagi siswa sangat bersemangat untuk mempresentaskan hasil diskusinya serta
berlomba-lomba untuk memberikan tanggapan terhadap hasil presentasi
kelompok. Untuk lebih jelasnya, persentase rata-rata keaktifan siswa pada
kegiatan pembelajaran siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2
Persentase rata-rata keaktifan siswa siklus I
53
Indikator Siswa Aktif Siswa Tidak Aktif
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1 30 75,00% 10 25,00%
2 32 80,00% 8 20,00%
3 26 65,00% 14 35,00%
4 28 70,00% 12 30,00%
5 34 85,00% 6 15,00%
6 26 65,00% 14 35,00%
7 22 55,00% 18 45,00%
8 32 80,00% 8 20,00%
9 37 75,00% 13 32,50%
10 32 80,00% 8 20,00%
11 30 75,00% 10 25,00%
12 23 57,50% 17 42,50%
13 21 52,50% 19 47,50%
14 34 85,00% 6 15,00%
15 26 65,00% 14 35,00%
16 34 85,00% 6 15,00%
17 30 75,00% 10 25,00%
18 30 75,00% 10 25,00%
19 25 62,50% 15 37,50%
20 26 65,00% 14 35,00%
Rata-rata 71,00% 29,00%
Sedangkan, berdasarkan hasil observasi pada kegiatan pembelajaran siklus
II menggambarkan bahwa hampir sebagian besar siswa antusias dalam
memperhatikan penjelasan guru bahkan membuat catatan-catatan kecil
mengenai penjelasan yang disampaikan guru, selain itu pada saat kelompok
diskusi mempresentasikan hasil diskusinya pun siswa yang lain mendengarkan
dengan baik kemudian berlomba-lomba untuk memberikan tanggapan terhadap
54
hasil presentasi kelompok. Pada kegiatan akhir pun, siswa saling merebut
kesempatan dalam melakukan kegiatan tanya jawab dengan guru. Sehingga,
persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus
II mencapai 81,87%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3
Persentase rata-rata keaktifan siswa siklus II
Indikator Siswa Aktif Siswa Tidak Aktif
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1 37 92,50% 3 7,50%
2 35 87,50% 5 12,50%
3 31 77,50% 9 22,50%
4 34 85,00% 6 15,00%
5 34 85,00% 6 15,00%
6 31 77,50% 9 22,50%
7 38 95,00% 2 5,00%
8 36 90,00% 4 10,00%
9 31 77,50% 9 22,50%
10 34 85,00% 6 15,00%
11 32 80,00% 8 20,00%
12 29 72,50% 11 27,50%
13 27 67,50% 13 32,50%
14 37 92,50% 3 7,50%
15 39 97,50% 1 2,50%
16 38 95,00% 2 5,00%
17 31 77,50% 9 22,50%
18 34 85,00% 6 15,00%
19 39 97,50% 1 2,50%
20 31 77,50% 9 22,50%
Rata-rata 83,85% 16,15%
55
C. Pembahasan
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada kegiatan pembelajaran
prasiklus dapat disimpulkan bahwa siswa lebih banyak menungggu sajian guru
daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang dibutuhkan. Hal
tersebut dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan masih didominasi
oleh peran guru sebagai pusat pembelajaran sehingga guru merupakan figur
sentral dan pengendali kegiatan belajar sehingga menyebabkan siswa kurang
aktif dalam proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram persentase keaktifan siswa berikut.
Diagram 4.1
Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus
Diagram tersebut menggambarkan bahwa persentase keaktifan siswa pada
kegiatan pembelajaran prasiklus hanya sebesar 45,75% sedangkan siswa yang
belum aktif mencapai 54,25%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan siswa pada pembelajaran prasiklus termasuk kedalam kategori
rendah, sehingga diperlukan perbaikan pembelajaran siklus I. Selanjutnya,
setelah dilakukannya perbaikan pembelajaran pada siklus I terlihat bahwa
keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah mulai terlihat walaupun
belum menyeluruh. Hal tersebut karena metode pembelajaran diskusi belum
56
pernah diterapkan sehingga masih terdapat siswa yang bingung saat mengikuti
pembelajaran dengan metode diskusi, untuk itu guru banyak memberikan
pengarahan kepada siswa sehingga waktu pembelajaran menjadi lebih lama.
Guru pun terlihat sedikit bingung karena kondisi kelas pada saat itu terlihat
ramai. Namun, pada akhirnya guru dapat mengendalikan proses pembelajaran
sehingga tidak mengganggu iklim belajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada diagram berikut.
Diagram 4.2
Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I
Diagram tersebut menggambarkan bahwa persentase keaktifan siswa pada
kegiatan pembelajaran siklus I sebesar 71,00% sedangkan siswa yang belum
aktif hanya sebesar 29,00%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I termasuk ke dalam
kategori baik, sehingga perlu ditingkatkan lagi agar siswa yang aktif dalam
kegiatan pembelajaran mulai menyeluruh, dengan demikian diperlukan adanya
pelaksanaan pembelajaran siklus II sehingga keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran meningkat. Selanjutnya, berdasarkan observasi yang telah
dilakukan pada kegiatan pembelajaran siklus II menunjukkan bahwa keaktifan
siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah hampir menyeluruh. Hal tersebut
57
dikarenakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi yang
dilakukan sudah berjalan dengan baik karena guru membimbing siswa pada
kegiatan pembelajaran tersebut dengan baik pula. Siswa tidak lagi canggung
dalam melaksanakan pembentukan kelompok melainkan sangat antusias dalam
kegiatan pembelajaran. Keadaan tersebut membuat kegiatan pembelajaran pada
siklus II lebih menarik perhatian siswa dan membuat siswa senang dalam
menjalani kegiatan pembelajaran sehingga siswa penuh semangat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram berikut.
Diagram 4.3
Persentase keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II
Diagram tersebut menggambarkan bahwa persentase keaktifan siswa pada
kegiatan pembelajaran siklus II mencapai 83,85,00% sehingga siswa yang
belum aktif hanya sebesar 16,15%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II termasuk ke dalam
kategori amat baik, sehingga tidak diperlukan kegiatan pembelajaran siklus
selanjutnya karena kegiatan pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan
indikator keberhasilan penelitian yaitu meningkatnya keaktifan siswa dengan
diterapkannya metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya,
58
berikut adalah diagram keberhasilan penelitian berupa meningkatnya keaktifan
siswa dalam kegiatan pembelajaran dari pelaksanaan pembelajaran pra siklus,
siklus I dan siklus II.
Diagram 4.4
Persentase peningkatan keaktifan siswa
Pada kegiatan pembelajaran prasiklus, siklus I dan siklus II
Diagram tersebut menggambarkan bahwa adanya peningkatan keaktifan
siswa pada kegiatan pembelajaran prasiklus, siklus I dan siklus II. Pada
kegiatan pra siklus hanya sebesar 45,75% siswa yang menunjukan keaktifan
belajar sesuai dengan lembar observasi penelitian, sehingga masih terdapat
54,25% siswa yang belum aktif. Sedangkan pada kegiatan perbaikan
pembelajaran siklus I keaktifan siswa meningkat sebesar 25.25%, sehingga
persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I
mencapai 71,00%. Selanjutnya pada kegiatan penyempurnaan pembelajaran
siklus II, keaktifan siswa kembali meningkat sebesar 12.85%, sehingga
persentase rata-rata keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II
sebesar 83,85%. Meningkatnya keaktifan siswa tersebut dikarenakan siswa
merasa tidak bosan dalam kegiatan pembelajaran yang biasanya mengharuskan
59
mereka untuk duduk, diam, dengar dan catat melainkan dapat berinteraksi
dengan guru dan siswa lain. Sehingga kegiatan pembelajaran lebih menarik
perhatian siswa dan membuat siswa senang dalam menjalani kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian, diagram tersebut menandakan keberhasilan
penelitian berupa meningkatnya keaktifan siswa dengan diterapkannya metode
diskusi dalam kegiatan pembelajaran yang peneliti lakukan pada mata pelajaran
IPS materi koperasi terhadap siswa kelas IV MI Darul Muttaqin.
60
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data terhadap penelitian yang dilakukan peneliti
dalam pembelajaran IPS materi koperasi pada siswa kelas IV MI Darul
Muttaqin Tahun Pelajaran 2013/2014, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
metode diskusi dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase keaktifan siswa pada
kegiatan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II. Pada kegiatan pra siklus
hanya sebesar 45,75% siswa yang menunjukan keaktifan belajar sesuai dengan
lembar observasi penelitian, sehingga masih terdapat 54,25% siswa yang belum
aktif. Sedangkan pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I keaktifan siswa
meningkat sebesar 25.25%, sehingga persentase rata-rata keaktifan belajar
siswa pada kegiatan pembelajaran siklus I mencapai 71,00%. Selanjutnya pada
kegiatan penyempurnaan pembelajaran siklus II, keaktifan siswa kembali
meningkat sebesar 12.85%, sehingga persentase rata-rata keaktifan siswa pada
kegiatan pembelajaran siklus II sebesar 83,85%. Dengan demikian, perbaikan
pembelajaran yang dilakukakan sudah mencapai indikator penelitian yaitu
meningkatkan keaktian siswa dalam pembelajaran.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa, meningkatnya keaktifan siswa
dalam kegiatan pembelajaran melalui metode diskusi. Dengan demikian,
implikasi yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dan masukan bagi guru untuk memilih dan menerapkan
metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman dalam mengajar. Selain itu implikasi praktis bagi siswa yaitu
diharapkan siswa merasa tidak bosan dalam kegiatan pembelajaran yang
biasanya mengharuskan mereka untuk duduk, diam, dengar dan catat
melainkan dapat berinteraksi dengan guru dan siswa lain. Sehingga kegiatan
61
pembelajaran lebih menarik perhatian siswa dan membuat siswa senang dalam
menjalani kegiatan pembelajaran sehingga dapat menambah pengalaman siswa
dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Sedangkan
implikasi praktis bagi sekolah yaitu diharapkan kepala sekolah selaku pimpinan
dapat memberikan dukungan dalam pemilihan dan penerapan metode diskusi
untuk perbaikan pembelajaran. Selain itu juga, melalui metode diskusi dapat
menimbulkan variasi dalam proses belajar mengajar di sekolah.
C. Saran-saran
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari kegiatan penelitian, peneliti
memberikan saran agar kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
diskusi dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa memiliki semangat dan
antusias dalam kegiatan belajarnya.
1. Guru harus lebih memahami prosedur pelaksanaan metode diskusi
sehingga pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan lancar
dan siswa tidak lagi merasa kebingungan.
2. Guru memberi penjelasan dengan jelas kepada siswa sebelum penerapan
metode diskusi mengenai langkah-langkah pelaksanaannya agar siswa
paham apa yang harus mereka lakukan nantinya.
3. Guru harus membimbing siswa dengan baik dalam pelaksanaan metode
diskusi agar siswa tidak lagi merasa kebingungan.
4. Kepala sekolah selaku pimpinan dapat memberikan dukungan dalam
pemilihan dan penerapan metode diskusi untuk perbaikan pembelajaran
guna meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.
Anoraga, Pandji. Dinamika Koperasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999.
Asmani, Jamal Ma’mur. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif.
Jogyakarta: DIVA press, 2011.
Basrowi. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.
Budimansyah, Dasim. PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan. Jakarta: PT. Ganesindo, 2009.
Effendy, Mochtar. Membangun Koperasi Di Madrasah dan Pondok Pesantren.
Jakarta: PT. Bhratara Karya Aksara, 1986.
Hadeli. Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat: Quantum Teaching, 2006.
Hufad, Ahmad. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen Pendais Kemenag,
2009.
Hendrojogi, Koperasi Azaz-Azaz, Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002.
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: 2009.
Ismail, Yahya. Ilmu Pendidikan Teoritis. Ganeca Exact, 2008.
Kartasapoetra. Koperasi Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007.
Kurnianto, Rido. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: LAPIS PGMI, 2009.
Madjid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011.
Munadi, Yudhi. Pembelajarn Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan.
Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Popham, James. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalitas Guru.
Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, 2010.
Sapriya, dkk. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI
PRESS, 2006.
Sapriya, dkk, Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI PRESS, 2006.
Sapriya. Pendidikan IPS. Bandung: UPI Press, 2008.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2003.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana,
2010.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Hafizoh
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 31 Mei 1966
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Alamat Rumah : Jl. Kebagusan III Gg. Mawar Rt. 08.05 No.
21 A. Kelurahan Kebagusan, Kecamatan
Pasar Minggu. Telp. 085813776045
Status : Menikah
PENDIDIKAN
1. SD : SD Negeri Ragunan 02 Petang
Lulus tahun 1981
2. SMP : Mts Negeri 1 Mampang
Lulus tahun 1984
3. SMA : SPG Al-Hidayah Cilandak
Lulus tahun 1987
4. Perguruan Tinggi : D2 Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lulus tahun 2003
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 1, Pertemuan Pertama
Sekolah : MI Darul Muttaqin
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar
Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
C. Indikator
1. Mendeskripsikan pengertian koperasi
2. Menjelaskan landasan dan asas koperasi
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui penjelasan terhadap landasan dan asas koperasi.
E. Materi Pembelajaran
1. Landasan koperasi
2. Asas koperasi
F. Model Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran.
b. Guru mengisi daftar hadir siswa
c. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran.
d. Guru menjelasakan tujuan dan manfaat mempelajari materi pelajaran.
2. Kegiatan Inti
a. Guru memberikan stimulus pertanyaan terkait dengan materi pelajaran.
b. Guru menyampaikan materi pelajaran secara kontekstual.
c. Guru mengajak siswa untuk mengamati barang-barang yang tersedia di
koperasi sekolah.
d. Guru mempersilahkan siswa untuk berinteraksi dengan pengurus
koperasi sekolah.
e. Guru bersama-sama dengan siswa membahas hasil yang didapatkan dari
kegiatan berinteraksi dengan pengurus koperasi sekolah.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
b. Guru melibatkan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran
yang dipelajari.
c. Guru bersama-sama dengan siswa melakukan tanya jawab mengenai
materi pelajaran yang telah dipelajari.
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya
mengenai materi pelajaran yang belum dipahami.
e. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa
2. Buku paket Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) kelas IV
3. Koperasi sekolah MI Darul Muttaqin
I. Penelitian Pembelajaran
Lembar observasi kinerja guru dan aktifitas siswa
J. Analisis Penilaian
1. Kinerja guru dalam proses pembelajaran
Kinerja sangat baik : bila rentang kinerja antara 81-100%
Kinerja baik : bila rentang kinerja antara 61-80%
Kinerja sedang : bila rentang kinerja antara 41-60%
Kinerja rendah : bila rentang kinerja antara 21-40%
Kinerja sangat rendah : bila rentang kinerja antara 0-20%
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
Keaktifan sangat baik : bila rentang keaktifan antara 81-100%
Keaktifan baik : bila rentang keaktifan antara 61-80%
Keaktifan sedang : bila rentang keaktifan antara 41-60%
Keaktifan rendah : bila rentang keaktifan antara 21-40%
Keaktifan sangat rendah : bila rentang keaktifan antara 0-20%
Jakarta, 02 Juni 2014
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 1, Pertemuan Kedua
Sekolah : MI Darul Muttaqin
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar
Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
C. Indikator
1. Merumuskan tujuan koperasi
2. Merumuskan manfaat koperasi
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui penjelasan terhadap tujuan dan koperasi.
E. Materi Pembelajaran
1. Tujuan koperasi
2. Manfaat koperasi
F. Model Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran.
b. Guru mengisi daftar hadir siswa
c. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran.
d. Guru menjelasakan tujuan dan manfaat mempelajari materi pelajaran.
2. Kegiatan Inti
a. Guru menyampaikan materi pelajaran secara kontekstual.
b. Guru membentuk kelompok siswa secara random
c. Guru membagi tugas kepada masing-masing kelompok untuk di
diskusikan bersama kelompoknya.
d. Guru memberikan waktu kepada masing-masing kelompok untuk
mendiskusikan tugasnya
e. Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
f. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan
umpan balik terhadap hasil presentasi.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
b. Guru melibatkan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran
yang dipelajari
c. Guru bersama-sama dengan siswa melakukan tanya jawab mengenai
materi pelajaran yang telah dipelajari
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya
mengenai materi pelajaran yang belum dipahami.
e. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa
2. Buku paket Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) kelas IV
I. Penelitian Pembelajaran
Lembar observasi kinerja guru dan aktifitas siswa
J. Analisis Penilaian
1. Kinerja guru dalam proses pembelajaran
Kinerja sangat baik : bila rentang kinerja antara 81-100%
Kinerja baik : bila rentang kinerja antara 61-80%
Kinerja sedang : bila rentang kinerja antara 41-60%
Kinerja rendah : bila rentang kinerja antara 21-40%
Kinerja sangat rendah : bila rentang kinerja antara 0-20%
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
Keaktifan sangat baik : bila rentang keaktifan antara 81-100%
Keaktifan baik : bila rentang keaktifan antara 61-80%
Keaktifan sedang : bila rentang keaktifan antara 41-60%
Keaktifan rendah : bila rentang keaktifan antara 21-40%
Keaktifan sangat rendah : bila rentang keaktifan antara 0-20%
Jakarta, 05 Juni 2014
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 2, Pertemuan Pertama
Sekolah : MI Darul Muttaqin
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar
Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
C. Indikator
1. Menjelaskan fungsi koperasi
2. Mengidentifikasi peran koperasi
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui penjelasan terhadap fungsi dan peran koperasi.
E. Materi Pembelajaran
1. Fungsi koperasi
2. Peran koperasi
F. Model Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran.
b. Guru mengisi daftar hadir siswa.
c. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran.
d. Guru menjelasakan tujuan dan manfaat mempelajari materi pelajaran.
2. Kegiatan Inti
a. Guru memberikan stimulus pertanyaan terkait dengan materi pelajaran.
b. Guru menyampaikan materi pelajaran secara kontekstual.
c. Guru mempersilahkan siswa untuk berinteraksi dengan pengurus
koperasi sekolah.
d. Guru bersama-sama dengan siswa membahas hasil yang didapatkan dari
kegiatan berinteraksi dengan pengurus koperasi sekolah.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
b. Guru melibatkan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran
yang dipelajari.
c. Guru bersama-sama dengan siswa melakukan tanya jawab mengenai
materi pelajaran yang telah dipelajari.
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya
mengenai materi pelajaran yang belum dipahami.
e. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa
2. Buku paket Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) kelas IV
3. Koperasi sekolah MI Darul Muttaqin
I. Penelitian Pembelajaran
Lembar observasi kinerja guru dan aktifitas siswa
J. Analisis Penilaian
1. Kinerja guru dalam proses pembelajaran
Kinerja sangat baik : bila rentang kinerja antara 81-100%
Kinerja baik : bila rentang kinerja antara 61-80%
Kinerja sedang : bila rentang kinerja antara 41-60%
Kinerja rendah : bila rentang kinerja antara 21-40%
Kinerja sangat rendah : bila rentang kinerja antara 0-20%
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
Keaktifan sangat baik : bila rentang keaktifan antara 81-100%
Keaktifan baik : bila rentang keaktifan antara 61-80%
Keaktifan sedang : bila rentang keaktifan antara 41-60%
Keaktifan rendah : bila rentang keaktifan antara 21-40%
Keaktifan sangat rendah : bila rentang keaktifan antara 0-20%
Jakarta, 09 Juni 2014
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS 2, Pertemuan Kedua
Sekolah : MI Darul Muttaqin
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kelas I Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten kota dan provinsi.
B. Kompetensi Dasar
Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
C. Indikator
Merumuskan jenis-jenis koperasi yang ada di Indonesia
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui penjelasan terhadap jenis-jenis koperasi yang ada di
Indonesia.
E. Materi Pembelajaran
Jenis-jenis koperasi
F. Model Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Guru mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran.
b. Guru mengisi daftar hadir siswa
c. Guru menyampaikan apersepsi pembelajaran.
d. Guru menjelasakan tujuan dan manfaat mempelajari materi pelajaran.
2. Kegiatan Inti
a. Guru menyampaikan materi pelajaran secara kontekstual.
b. Guru membentuk kelompok siswa secara random
c. Guru membagi tugas kepada masing-masing kelompok untuk di
diskusikan bersama kelompoknya.
d. Guru memberikan waktu kepada masing-masing kelompok untuk
mendiskusikan tugasnya
g. Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
h. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan
umpan balik terhadap hasil presentasi.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
b. Guru melibatkan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran
yang dipelajari
c. Guru bersama-sama dengan siswa melakukan tanya jawab mengenai
materi pelajaran yang telah dipelajari
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang ingin bertanya
mengenai materi pelajaran yang belum dipahami.
e. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Lembar observasi guru dan lembar observasi siswa
2. Buku paket Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) kelas IV
I. Penelitian Pembelajaran
Lembar observasi kinerja guru dan aktifitas siswa
J. Analisis Penilaian
1. Kinerja guru dalam proses pembelajaran
Kinerja sangat baik : bila rentang kinerja antara 81-100%
Kinerja baik : bila rentang kinerja antara 61-80%
Kinerja sedang : bila rentang kinerja antara 41-60%
Kinerja rendah : bila rentang kinerja antara 21-40%
Kinerja sangat rendah : bila rentang kinerja antara 0-20%
2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
Keaktifan sangat baik : bila rentang keaktifan antara 81-100%
Keaktifan baik : bila rentang keaktifan antara 61-80%
Keaktifan sedang : bila rentang keaktifan antara 41-60%
Keaktifan rendah : bila rentang keaktifan antara 21-40%
Keaktifan sangat rendah : bila rentang keaktifan antara 0-20%
Jakarta, 12 Juni 2014
LEMBAR OBSERVASI AKTIFITAS SISWA
PRA SIKLUS
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Materi : Koperasi
Kelas I Semester : IV/II
Sekolah : MI Darul Muttaqin
Petunjuk
1. Perhatikan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung
2. Berilah skor pengamatan pada butir-butir indikator dengan cara memberi tanda
check list (√) pada kolom (1,2,3,4) skor sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1 = jika indikator tersebut dilakukan oleh 0-20% siswa
2. = jika indikator tersebut dilakukan oleh 21-40% siswa
3 = jika indikator tersebut dilakukan oleh 41-60% siswa
4 = jika indikator tersebut dilakukan oleh 61-80% siswa
5 = jika indikator tersebut dilakukan oleh 81-100% siswa
No Langkah
kegiatan Komponen yang di nilai
Skor
1 2 3 4 5
1. Kegiatan
awal
1. Mempersiapkan sarana dan
prasarana pembelajaran.
√
2. Berdoa sebelum memulai proses
pembelajaran.
√
3. Menanggapi apersepsi yang
diberikan guru.
√
4. Memperhatikan penjelasan guru
dengan seksama.
√
2. Kegiatan inti 5. Memperhatikan penjelasan guru √
dengan seksama.
6. Merespon intruksi yang
diberikan guru.
√
7. Membuat catatan kecil mengenai
materi pelajaran.
√
8. Membentuk kelompok sesuai
arahan guru dengan tertib
√
9. Menerima tugas guru dengan
semangat dan antusias
√
10. Mendiskusikan jawaban dari
tugas kelompok yang diperoleh
√
11. Menunjukkan kerjasama dalam
kelompok belajarnya
√
12. Mengemukakan pendapat dalam
kelompok belajarnya
√
13. Membuat kesimpulan diskusi
berdasarkan pertimbangan
anggota kelompok
√
14. Mempresentasikan hasil diskusi
kelompok
√
15. Mendengarkan dengan baik
ketika kelompok lain
mempresentasikan hasil diskusi
√
16. Memberikan tanggapan terhadap
hasil presentasi kelompok.
√
3. Kegiatan
akhir
17. Memberikan tanggapan terhadap
jalannya proses pembelajaran.
√
18. Menyimpulkan materi yang telah
dipelajari dengan bahasa sendiri.
√
19. Melakukan tanya jawab √
mengenai materi pelajaran
20. Mengajukan pertanyaan terhadap
materi yang kurang jelas
√
Jakarta, 28 Mei 2014
LEMBAR OBSERVASI AKTIFITAS SISWA
SIKLUS I
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Materi : Koperasi
Kelas I Semester : IV/II
Sekolah : MI Darul Muttaqin
Petunjuk
3. Perhatikan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung
4. Berilah skor pengamatan pada butir-butir indikator dengan cara memberi tanda
check list (√) pada kolom (1,2,3,4) skor sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1 = jika indikator tersebut dilakukan oleh 0-20% siswa
2. = jika indikator tersebut dilakukan oleh 21-40% siswa
3 = jika indikator tersebut dilakukan oleh 41-60% siswa
4 = jika indikator tersebut dilakukan oleh 61-80% siswa
5 = jika indikator tersebut dilakukan oleh 81-100% siswa
No Langkah
kegiatan Komponen yang di nilai
Skor
1 2 3 4 5
1. Kegiatan
awal
1. Mempersiapkan sarana dan
prasarana pembelajaran.
√
2. Berdoa sebelum memulai proses
pembelajaran.
√
3. Menanggapi apersepsi yang
diberikan guru.
√
4. Memperhatikan penjelasan guru
dengan seksama.
√
2. Kegiatan inti 5. Memperhatikan penjelasan guru √
dengan seksama.
6. Merespon intruksi yang diberikan
guru.
√
7. Membuat catatan kecil mengenai
materi pelajaran.
√
8. Membentuk kelompok sesuai
arahan guru dengan tertib
√
9. Menerima tugas guru dengan
semangat dan antusias
√
10. Mendiskusikan jawaban dari
tugas kelompok yang diperoleh
√
11. Menunjukkan kerjasama dalam
kelompok belajarnya
√
12. Mengemukakan pendapat dalam
kelompok belajarnya
√
13. Membuat kesimpulan diskusi
berdasarkan pertimbangan
anggota kelompok
√
14. Mempresentasikan hasil diskusi
kelompok
√
15. Mendengarkan dengan baik
ketika kelompok lain
mempresentasikan hasil diskusi
√
16. Memberikan tanggapan terhadap
hasil presentasi kelompok.
√
3. Kegiatan
akhir
17. Memberikan tanggapan terhadap
jalannya proses pembelajaran.
√
18. Menyimpulkan materi yang telah
dipelajari dengan bahasa sendiri.
√
19. Melakukan tanya jawab √
mengenai materi pelajaran
20. Mengajukan pertanyaan terhadap
materi yang kurang jelas
√
Jakarta, 05 Juni 2014
LEMBAR OBSERVASI AKTIFITAS SISWA
SIKLUS II
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Materi : Koperasi
Kelas I Semester : IV/II
Sekolah : MI Darul Muttaqin
Petunjuk
5. Perhatikan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung
6. Berilah skor pengamatan pada butir-butir indikator dengan cara memberi tanda
check list (√) pada kolom (1,2,3,4) skor sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1 = jika indikator tersebut dilakukan oleh 0-20% siswa
2. = jika indikator tersebut dilakukan oleh 21-40% siswa
3 = jika indikator tersebut dilakukan oleh 41-60% siswa
4 = jika indikator tersebut dilakukan oleh 61-80% siswa
5 = jika indikator tersebut dilakukan oleh 81-100% siswa
No Langkah
kegiatan Komponen yang di nilai
Skor
1 2 3 4 5
1. Kegiatan
awal
1. Mempersiapkan sarana dan
prasarana pembelajaran.
√
2. Berdoa sebelum memulai proses
pembelajaran.
√
3. Menanggapi apersepsi yang
diberikan guru.
√
4. Memperhatikan penjelasan guru
dengan seksama.
√
2. Kegiatan inti 5. Memperhatikan penjelasan guru
dengan seksama.
√
6. Merespon intruksi yang diberikan
guru.
√
7. Membuat catatan kecil mengenai
materi pelajaran.
√
8. Membentuk kelompok sesuai
arahan guru dengan tertib
√
9. Menerima tugas guru dengan
semangat dan antusias
√
10. Mendiskusikan jawaban dari
tugas kelompok yang diperoleh
√
11. Menunjukkan kerjasama dalam
kelompok belajarnya
√
12. Mengemukakan pendapat dalam
kelompok belajarnya
√
13. Membuat kesimpulan diskusi
berdasarkan pertimbangan
anggota kelompok
√
14. Mempresentasikan hasil diskusi
kelompok
√
15. Mendengarkan dengan baik
ketika kelompok lain
mempresentasikan hasil diskusi
√
16. Memberikan tanggapan terhadap
hasil presentasi kelompok.
√
3. Kegiatan
akhir
17. Memberikan tanggapan terhadap
jalannya proses pembelajaran.
√
18. Menyimpulkan materi yang telah
dipelajari dengan bahasa sendiri.
√
19. Melakukan tanya jawab
mengenai materi pelajaran
√
20. Mengajukan pertanyaan terhadap
materi yang kurang jelas
√
Jakarta, 12 Juni 2014
@u&&6 u
KEMENTERIAN /\GAMAUIN JAKARTAFITKJI l(. H. Juanda I'lo 95 CjDutal I I
FORM (F R)
SURA'T PERMOHONAN
Nomor : Un.01ff.1/I(M.01.3/304912014Lamp : OutlinelProposalHal : Permohonan Izin Penelitian
Kepada Yth.Kepala MI DarulMuttaqinPasar Minggu, Jakarta SelatanDi tempat
As s alamu' alaikum w r. w b
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Jakarta, 23 Mei 2014
Hafizoh
I 80901 83000037
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
l0
Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas IV MI Darul Muttaqin Pada
Pelajaran IPS Materi Koperasi Melalui Metode Diskusi
Nama
NIM
Jurusan
Semester
Judul skripsi
adalah benar mahasiswazT Fakultas Ilmu Tarbiyah damn Keguruan IIIN Jakarta yang sedangmenyusun skripsi dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi/sekolah/madrasah yangSaudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa.{ tersebut untuk melaksanakanpenelitian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
W'as s al amu' alai kum w r.w b.
a.n.DekanKajur/tr(aprodi PGMI
sgQ!-\\ ,DR. Fauzan, MANrP. 19761t07 200701
Tembusan:l- Dekan FITK2. Pembantu Dekan Bidang,Akademik3. Mahasiswa yang bersangkutan
l0r
No Dokumen .
.r---r gt. I erbrt
YAYASAN PENSHNTKAN AL MUTTAQIN&4.I" DARUTM{JTTAQIN
Jl. H. A. Wahid Jatipadang Pasar Minggu Jakarta Selatan Telp. : (021) 7890154
ST]RAT KNTERANGAI\I
Nomor : 041/YPA/IWIDM/VI/2014
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Madrasah Ibtidaiyah
Muttaqin" Pasar Minggu Jakarta Selatan menerangkan bahwa:
Nama
Tempal tanggal lahir
NIM
Jurusan
Judul skripsi
HAFIZOH
Jakartq 31 Mei 1966
18090183000037
PGMI Dual Mode System
Upaya Meningkatkan Keaktifan SiswaKelas IV MI Darul
Muttaqin Pada Pelajaran IPS Materi Koperasi Melalui
Metode Diskusi
Nama tersebut di atas adalah benar telah melaksanakan penelitian di MI
Darul Muttraqin, Pasar Minggu Jakarta Selatan dari tanggal 26 Mei 2014 s.d. 12
Juni 2014.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya
Jakarta, Juni 2014
MI Darul Muttaqin
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : HAFIZOH
NIM : 18090183000037
Judul Skripsi : Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas IV MI Darul
Muttaqin Pada Pelajaran IPS Materi Koperasi Melalui
Metode Diskusi
No. Judul buku Ilalaman Paraf
1 Yahya Ismail, IImu Pendidikan Teoritis,
(Ganeca Exact, 2008)
IGt
2. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Ed. 1, (Jakarta:Kencana, 2010), Cet. 7
1,4,9,l0, rl,l213,14,16, 17 *t
3. Slameto, Belajar dan Faktor-Fakfor yang
Mempengaruhinya (Jakarta:PT. Rineka
Cipta,2003)
2
*t
4. Jamal Ma'mur Asmani, Tips Menjadi Guru
Inspiratif, Kreatif dan Inovatif
(Jogyakarta: DIVA press, 2011), cet. IX
3,4,12,15,17,18
45 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif, Ed. 1, (Jakarta:Kencan4
2010), Cet.4
4, ll, 12,13,14,
16, 19-t
6. Dasim Budimansyah, PAKEM
Pembelajaran Akti{ Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan, (gT. Ganesindo, 2009),
CeL 3
8,9
d
7. Rusman, Model-model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalitas Guru,
8d.2, (Iakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet, 5
I t.
8. Yudhi Munadi, Pembelajarn Aktifi
Inovatif, Kreatil Efektif dan
menyenangkan, (Jakarta: FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 20lI), Cet.2
ll
ft9. Abdul Madjid, PerencanaanPembelajaran,
@andung:PT. RemajaRosdakarya" 20ll),
Cet. 8
rl,12, 14
410 James Popham, Teknik Mengajar Secara
Sistematis, (Jakarta:Rineka Cipta 2008)
Cet.4
l2 tll Abu Ahmadi, IlmuSosialDasaq
(Jakarta:PT. Rineka Cipta,2003), Cet. 4
l9
E12" Sapriya, dkk, Pembelajaran dan Evaluasi
Hasil Belajar PS, Ed.l (Bandung:UPl
PRESS,2006), Cet. I
19,2A0,1
13. Saprtya, dklg Konsep Dasar IPS, Ed.1,
(Bandung:UPl PRESS,2006), Cet. 1
I9 0{
14. Sapriy4 Pendidikan IPS, @andung:UPl
Press,2008),
2I01
15. Pandji Anoraga, Dinamika Koperasi,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta 1999), Cet. 3
22,23,24,25,26,
27-l
16. Kartasapoetr4 Koperasi Indonesia,
(Jakarta: PT. Rineka Ciptq 2007),Cet.7
2201
t7. Hendrojogi, Koperasi Azaz-Azaz,
dan Praktek, 8d.4, (Jakarta:PT.
Grafindo Persad4 2002), Cet. 5
Teori
Raja
22-f
18. Ek. Mochtar Effendg Membangun
Kopemsi Di Madrasah dan Pondok
Pesantren (Jakarta:PT. Bhratara Karya
Aksarq 1986),Cet. I
23
$l
19. Rido Kurnianto, dkk Penelitian Tindakan
Kelas, (Jakarta: LAPIS PGMI, 20A9)
30
d20. Basrowi, Prosedur Penelitian Tindokan
Kelaso @ogor:Ghalia Indonesi4 2008),
Cet.2
31
oj
2t. Ahmad Hufad, Penelitian Tindalmn Kelas,
(Jakarta: Diden Pendais Kemenag, 2009)
3tsl
22. Hadeli, Metode Penelitian Kependidiknn,
(Ciputat:Quantum Teachng2006), Cet. 1
32
u4
23. Muhammad ldrus, Metode Penelitian llmu
S o s ial, (Yogyakarta: 2009)
390l\
Jakartry 3 Maret 2015
Dosen Pembimbing,
DR. FAUZAN,MA
NrP. r 9761 10'12007011013