unsur penggunaan lahan 1
DESCRIPTION
Tugas KuliahTRANSCRIPT
UNSUR PENGGUNAAN LAHAN
Yulvia Dwitya Putri
I0612045
Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
I. PENDAHULUAN
Kita mengetahui hal ini, bumi bukanlah milik manusia, manusia adalah milik
bumi. Semua benda berkaitan seperti darah yang mempersatukan satu keluarga, semua
benda berkaitan. Apapun yang menimpa bumi juga akan menimpa anak bumi. Manusia
tidak lah merajut jaringan kehidupan, dia hanya suatu untaian di dalamnya. Apapun yang
dia lakukan pada jaringan itu, maka dia melakukan pada dirinya sendiri.
Baik secara ekonomis maupun hukum, semua lahan mempunyai seorang pemilik,
dan status atas lahan tersebut memberikan semacam kebebasan penggunaan untuk tempat
tinggal, usaha dan tujuan lain. Tanah ditempatkan disini oleh Yang Maha Besar, dan kita
tidak dapat menjualnya, karena kita tidak memilikinya. Dengan status-status yang telah
melekat erat pada kebanyakan lahan, maka kebutuhan akan perencanaan penggunaan
adalah sangat penting. Sudah jelas bahwa penggunaan setiap persil berkaitan dengan
penggunaan persil-persil lainnya.
Hubungan antara berbagai penggunaan yang bisa diletakkan merupakan masalah
perencanaan. Beberapa di antaranberbagai penggunaan yang bisa diletakkan merupakan
masalah perencanaan. Beberapa di antaranya saling berdekatan, sedangkan yang lain
tidak hanya saling merusak namun juga berbahaya. Oleh karena itu, rencana diawali
dengan suatu penentuan penggunaan-penggunaan lahan dan lokasi yang tepat dalam
stuktur topografi, geologi, dan geografi kota itu.
Hubungan yang konstan anatara ketiga unsur alam utama yaitu tanah, air dan
udara diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia. Kita mengklasifikasinya sebagai
baik atau buruk tergantung pada kemampuannya untuk memberikan kehidupan pada
manusia.
II. INVENTARISASI DAN KLASIFIKASI
Terlepas dari aspirasi yang tinggi dari penduduk bagi masa depan kota mereka
atau panjangnya jangka waktu perencanaan pengembangan kota, proses perencanaan
jelas harus dimulai dengan kota sebagaimana adanya. Oleh karena itu, kita perlu
memahami bgaimana lahan dimanfaatkan dan cara memelihara suatu inentarisasi sebagai
catatan saat ini. Dari inventarisasi ini dapat kita lihat karakteristik fisik kota, kita dapat
menentukan bagian-bagian yang perlu diubah atau dipertahankan dalam rencana
komperensif, dan beberapa penggunaan sekarang mungkin akan menjadi kunci
pengendalian atas pola penggunaan lahan di masa depan.
Menurut hukum Anglo-Saxon, bila lahan belum pernah dugunakan untuk suatu
tujuan tertentu, maka penolakan permohonan hak untuk menggunakan di masa depan
tidak merupakan suatu pengurangan hak. Di lain pihak, kita mengasumsi bahwa
peraturan penzonaan tidak boleh membatasi penggunaan yang dianggap kurang bebas
dari penggunaan yang sekarang.
Beberapa peraturan penzonaan menetapkan periode bahwa penggunaan yang
menyimpang harus dihentikan. Jangka waktu ini sama dengan periode amortisasi dengan
ketentuan tanggal pembongkaran banganguna, dalam kasus ini periode tersebut dikaitkan
dengan jangka waktu penggunaan bangunan yang telah lewat dan inventasai ke
dalamnya.
Sebagaian besar kota mengklasifikasikan lahan mereka kedalam 5 kategori utama
yaitu 1. Ruang terbuka, 2. Lahan pertanian, 3. Perumahan, 4. Perdagangan, 5. Industri.
Masing-masing kelompok utama ini dibagi kedalam kategori penggunaan lahan
yang paling mengganggu sampai ke yang tidak mengganggu, dari yang paling dibatasi
sampai ke yang paling tidak dibatasi, dari yang paling padat sampai ke yang paling
terbuka. Penggolongan ini dikenal sebgai klasifikasi “jenjang menurun” dalam
menerapkannya disetiap kelompok besar tadi.
Jumlah jenjang antara penggunaan dengan intensitas tertinggi sampai terendah
akan bervariasi dalam daerah yang berbeda, sesuai dengan keruwetan daerah tersebut.
Dalam sebuah kota yang sangat besar mungkin terdapat sebanyak 50 klasifikasi
penggunaan lahan, sedangkan di kota kecil mungkin hanya ada 9. Jumlah klasfikasi
seharusnya sekecil mungkin sesuai dengan lingkup berbagai penggunaan lahan dan
deskripsi yang tepat dari masing-masing penggunaan.
Suatu kota harus mempunyai catatan bagaimana penggunaan lahan didalam batas
wilayahnya, serta kuantitas ruang dan bangunan yang membentuknya. Inventarisasi
aktiva ini harus dilakukan secara periodic sebagaimana suatu kegiatan usaha yang baik
harus pula memppunyai inventarisasi persediaan dan nilai persediaanya.
Pencatatan penggunaan lahan kota tidak hanya untuk maksud memastikan kondisi
sturuktur fisik saja, tetapi juga memberikan informasi yang diperlukan untuk mengamati
laju peningkatan atau penurunan bangunan fisik dalam berbagai klasifikasi penggunaan
lahan.
Inventarisasi penggunaan lahan adalah usaha perkotaan yang baik dan harus
dijaga sebagai catatan yang mutakhir. Inventarisasi tersebut bukanlah rencana, tetapi
merupakan bagian dari data penting yang darinya rencana dapat dibuat. Suatu evaluasi
terpisah harus dibuat untuk menangani inventarisasi ini.
III. RENCANA PENGGUNAAN LAHAN
Rencana penggunaan lahan dimaksudkan sebagai suatu sarana penting untuk
mencapai tujuan-tujuan fisik, ekonomi, dan sosial suatu daerah. Rencana tadi dengan
pengaruhnya yang melekat terhadap keputusan-keputusan dan inventasi pemerintah dan
swasta, dapat merupakan suatu pengaruh yang kuat pada laju pertumbuhan, karakter, dan
pola lingkungan fisik kota.
Dewasa ini banyak kota berupaya untuk mendefinisikan suatu “program
seimbang” perluasaan dan pemanfaatan yang lebih tinggi. Secara umum, kesimbangan
yang tepat dalam setiap daerah adalah khas. Kesimbangan adalah fungsi skala prioritas
yang dilekatkan pada tujuan-tujuan suatu daerah.
a. Pertimbangan-pertimbangan
Pertimbangan penggunaan lahan dapat dibagi menjadi lima bagian. Yang pertama
mengidentifikasikan tujuan dan prinsip-prinsip penggunaan-penggunaan perumahan,
perdagangan, rekreasi, pendidikan dan industri serta mendaftar standar bagi penggunaan-
penggunaan seperti itu. Bagian kedua memfokuskan pada sifat dan pola perkembangan
didalam batas wilayah kota yang ada. Data deskriptif dalam bagian ini memberikan dasar
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti peubahan apa yang diperlukan dalam
pola penggunaan lahan dan pertumbuhan sebesar apa yang dapat diakomodasikan di
wilayah pengembangan kota saat ini. Bagian ketiga melihat secara terinci pada kawasan
yang masih belum berkembang disekitar daerah itu, “wilayah pengaruh” daerah yang
bersangkutan.
Bagian keempat mempersatukan analisis dan hasil dari bagian-bagian sebelumnya
dan mengusulkan suatu rencana penggunaan lahan komprehensif dan terpadu, baik bagi
kota itu maupun wilayah pengaruhnya, termasuk semua kebutuhan, fasilitas-fasilitas dan
kenikmatan yang diperlukan untuk melayani penduduk. Pertimbangan kelima akan
menganalisis dan mengidentifikasi sarana-sarana yang dapat digunakan untuk
melaksanakan rencana yang diusulkan.
Rencana penggunaan lahan meletakkan alokasi unit lingkungan bersama beberapa
fasilitas, sekolah, taman bermain, dan kawasan perbelanjaannya. Rencana itulah yang
menetapkan standar untuk mempedomani para pembangun kota dalam berbagai
perusahan mereka, dan sebuah rencana yang lengkap akan lebih dari satu peta daerah
saja.
Rencana ini akan mempolakan hubungan antara kota itu dengan wilayahnya dan
menunjukan integtasinya dengan satelit-satelitnya, dan akan menententukan kawasan-
kawasan dan standar untuk pertapakan lahan baru.
IV. UNIT DASAR PERKOTAAN
Dengan semakin bertumbuhnya kota, beberapa kawasan yang melekat akan
mengandung kualitas homogen yang akrab dengan kita sebagai lingkungan. Beberapa
lingkungan terbentuk, seperti zaman dulu, lebih banyak karena keterpaksaan daripada
karena pilihan sendiri, pembatasan karena prasangka, keterbatasan bahasa, atau tekanan
ekonomi.
Pada saat ruang terbuka dalam kota yang sedang bertumbuh semakin terbangun,
maka beberapa lingkungan tidak lagi mampu mempertahankan identitas aslinya karena
tingkat ekonomi penduduk yang tinggal didalamnya tidak cukup untuk mempertahankan
standar pemeliharaan fisik atau pelayanan sosial seperti sebelumnya. Kemunduran mulai
masuk dan kekumuhan mulai terbentuk.
Sudah seharusnya mengembalikan semacam identitas manusiawi pada
lingkungan perkotaan; didorong oleh masalah sosial yang menghantui kota-kota pabrik,
para pekerja sosial mulai berfungsi dan membangun “settlement-house” (pusat pelayanan
sosial untuk kawasan kumuh). Mungkin gerakan settlemen house ini, yang dimulai tahun
1885 di London, merupakan pengakuan pertama atas konsep lingkungan sebagai suatu
unsur dasar dalam struktur kota.
Seberapa besar ataupun kecil suatu kota, harus ada suatu unit berskala manusiawi
yang dapat dipakai menjalin pola perkotaan kedalam suatu kesatuan yang data diolah.
Pelarutan skala manusia telah memungkinkan metropolis industri dan perdagangan
menjadi mandek dan secar fisik using. “Umat manusia telah memberikan hutan dan
menggantikannya dengan pola yang membingungkan” (Benton, 1928).
a. Definisi Unit Lingkungan
Unit ukuran ruang dalam masyarakat perkotaan adalah bersifat individu;
penyebut yang umum bagi pengaturan ruang tersebut adalah keluarga. Untuk emenuhi
keingingan sosial mereka yang sederhana, sudah normal bagi keluarga-keluarga tadi
untuk mencari kelebihan-kelebihan yang ditawarkan oleh lingkungn yang direncanakan
dengan seksama. Fungsi lingkungan telah diuraikan sebagai : memelihara, belajar,
mengendalikan dan bermain.
Menguraikan unit lingkungan sebagai kawasan berpenduduk yang akan
membutuhkan dan mendukung sebuah sekolah dasar. Unit lingkungan menempati sekitar
16 hektar tanah dan mempuunyai bentuk sedemikian rupa sehingga seorang anak tidak
perlu berjalan sejauh lebih dari setengah mil ke sekolah. (Perry, 1929)
Telah mengajukan sebuah pola komprehensif lingkungan sebagai suatu
komponen dari segmen-segmen yang terus menerus membesar dalam struktur kota. Unit
tersebut mencakup sekolah dasar, sebuah kawasan perdagangan, dan sebuah tempat
bermain. Fasilitas-fsilitas ini dikelompokkan dekat pusatnya sehingga jarak berjalan kaki
dari fasilitas-fasilitas ini ke rumah tidak melebihi setengah mil (N.L. Engelhardt, 1943).
b. Faktor Keselamatan
Bagian terakhir abad kedua puluh membawa masa ketakutan. Kita takut berjalan
di jalan-jalan kita tidak hanya pada malam hari, kita takut meninggalkjan rumah kita
dengan memasang berlapis-lapis kunci. Kita membentuk lingkungan di dalam tembok-
tembok pelindung dan memperkerjakan petugaas keamanan untuk menjaga kita dan
milik kita.
Sebagai suatu tanggapan terhadap kondisi saat ini, sejumlah tindakan praktis
harus direncanakan untuk meningkatkan keamanan lingkungan setempat. Tindakan-
tindakan ini mencakup penerangan jalan di malam hari, penjagaan lingkungan di mana
para penghuni ikut menjaga hak milik tetangganya; jaminan bahwa patrol polisi
memadai, terutama pada jam-jam rawan jahat.
Semestinya ada suatu cara untuk menstuktur kembali lingkungan dengan semua
unsurnya untuk kembali pada perasaan aman dan nyata yang hanya dapat timbul dari
kelahiran kembali komunikasi dengan tetengga-tetangga dan teman-teman kita.
V. REKREASI UMUM
Ruang terbuka dalam kota biasanya dianggap sebagai tempat rekreasi, dan
memang demikian seharusnya. Walaupun demikian, ruang ini masuk kedalam beberapa
kategori. Ada ruang yang diperuntukan terutama bagi tempat bermain yang aktif untuk
anak-anak, pemuda, dan orang dewasa dan ada juga ruang untuk kegiatan bersantai yang
pasif bagi orang dewasa. Klasifikasi lain tidak boleh diabaikan: konservasi kawasan
alamiah. Konservasi ini bisa berbentuk jalur hijau yang berfungsi sebagai penyekat antar
berbagai penggunaan lahan – kawasan perumusan dan industri – atau bisa menjadi suatu
tempat pelestarian kepentingan sejarahatau geografis tertentu.
Standar ruang terbuka tidak dapat secara terinci menentukan spesifikasi ruang
yang dibutuhkan untuk semua klasifikasi ini; sebagian perbedaan antar kota berasal dari
cara lokasi alamiah dibentuk dan direncanakan.
Banyak orang yang telah mengatakan bahwa fasilitas rekreasi di Amerika masih
belum mencukupi kebutuhan. Alasan bagi kekurangan ini banyak, tetai salah satu sebab
utamanya adalah pemggunaan lahan yang kurang direncanakan. Praktek penzonaan kita
sekarang ini menyediakan ruang yang terlalu besar untuk perdagangan dan industri dan
hasilnya adalah suatu pola kota yang penuh dengan penggunaan campuran dan ketiadaan
stabilitas dalam pembangunan perumahan.
Penyebaran kerusakan yang tidak terkendali menyebabkan penduduk merambah
ke daerah pinggiran, proses yang biasanya disebut desentralisasi, dan hilangnya ruang
terbuka didalam kawasan-kawasan pusat kota kita merupakan faktor utama yang
menciptakan kerusakan ini.
a. Sistem Rekreasi Terpadu
Ada beberapa contoh yang baik dari penggunaan suatu aliran sungai regional atau
saluran pengendalian banjir sebagai dasar pengembangan sistem taman dan jalur
pertanaman. Beberapa unsur sirkulasi, pengendalian banjir, rekreasi, semua direncanakan
sebagai suatu unit dan dengan demikian menciptakan kesempatan luar biasa untuk
mencadangkan ruang terbuka, melindungi kehidupan dan harta manusia, dan
mengembangkan taman serta ruang terbuka yang akan memberikan bentuk kerangka
untuk mengembangkan penggunaan lahan lainnya.
b. Rekreasi Lingkungan
Ada tida kategori ruang rekrasi yang darinya distribusi serta jumlah lahan
merupakan faktor penting. Golongan-golongan tersebut disebut dengan nama yang
berbeda di berbagai lokalitas, tetapi Perkumpulan Rekreasi Nasional telah
menggolongkan sebagai: 1. Halaman bermain, 2. Tempat bermain lingkungan, dan 3.
Lapangan bermain. Ketiga jenis tadi memenuhi fungsi spesifiknya baik dalam rancangan
lingkungan maupun kelompok lingkungan.
Halaman bermain. Kategori pertama halaman bermain, diperuntukan bagi anak-
anak usia prasekolah. Dalam kawasan –kawasan yang tidak padat, fasilitas ini ekivalen
engan halaman belakang rumah dan dalam kawasan keluarga tunggal fungsi tersebut
umumnyaa dipenuhin oleh ruang terbuka sekitar rumah. Serharusnya terdapat satu
halaman bermain untuk setiap kelompok keluarga yang berjumlah antara 30 samapai 60
keluarga. Ukuran masing-masing halaman harus seluas antara 1.500 sampai 2.500 kaki
persegi, dan masing-msing harus diletakkan didalam pandangan yang jelas dari semua
rumah yang dilayaninya.
Tempat bermain lingkungan. Kategori kedua adalah tempat bermain lingkungan,
yang dirancang untuk anak-anak berumur 6 sampai 14 tahun, dan merupakan pusat
kegiatan rekerasi lingkungan. Kebanyakan ahli menganjurkan agar tempat bermain
lingkungan ini berada dalam jarak seperempat mil berjalan kaki dari kawasan perumahan
yang dilayaninya; jarak ini penting dalam kawasan padat.
Lapangan bermain. Lapangan bermain ini dimaksudkan untuk remaja dan orang
dewasan dan memberikan berbagai keiatan rekerasi. Sebuah lapangan bermain dapat
melayani 4 ataau 5 lingkungan; jarak berjalan kaki tidak boleh melebihi satu mil. Standar
ruang satu acre per 800 penduduk dengan ukuran minimum yang disukai adalah 15 arce.
Didalam lapangan bermain terdapat lapangan sepak bola, baseball, hockey, dan
mencakup kolam renang dan lain-lain.
c. Taman dan Ruang-ruang Lain
Ketiga jenis ruang rekreasi diatas memerlukan perhatian yang lebih besat dlam
kaitannya dengan distribusi di suatu daerah, kecukupan ruang yang dialokasikan
padanya, dan hubungannya dengan jalan utama lalu lintas, fasilitas umum dan
aksesibilitas dari rumah ke rumah.
Jenis lain yang serupa dengan taman besar adalah taman “kota” yang banyak kita
kenal, yang berfungsi sebagai paru-paru dalam kawasan terbangun kota. Jumlahnya
tergantung sekali kepada kepadatan penduduk, dengan jarak rata-rata sekitar 5mil di
kawasan padat dan sepuluh mil sebagai standar di kota terpencar. Sebaiknya luas taman
seperti ini tidak kurang dari 30 arce dngan standar minimum kira-kira satu arce per 2.000
penduduk.
Ada banyak ruang rekreasi yang bersifat khusus: pusat-pusat kebudayaan
temasuk museum dan pameran kesenian, pantai, taman hiburan, pusat olahraga termasuk
lapangan atletik, kolam renang, dan stadion.
Ruang kota keseluruhan minimum yang diperuntukan bagi ruang rekreasi diatas
adalah seluas antara 3 acre per 1.000 penduduk dikota sampai ke standar yang lebih
diinginkan seluas 10 acre per 1.000 penduduk. Seharusnya disarankan agar daerah
perkotaan direncanakan dengan pencadangan sekitar 10% luas kotor kota untuk
mengakomodasi pertambahan penduduk.
Ketiadaan ruang terbuka dalam kota-kota kita berfungsi sebagai pertanda bagi
arah perencanaan di masa depan. Akan sangat menyedihkan bila 20 atau 30 tahun
kemudian kawasan pinggiran kita menyajikan kesengsaraan yang dialami pusat-pusat
kota kita sekarang ini.
Ketentuan untuk menyediakan lahan terbuka tadi memberikan bantuan keuangan
bagi pengadaan ruang terbuka di daerah perkotaan. Lahan yang belum dibangun atau
kebanyakan masih kosong yang didalam rencana komprehensif diperuntukan untuk
taman dan rekreasi, konservasi sumber daya alam.
VI. SEKOLAH-SEKOLAH UMUM
Dewan sekolah dalam setiap daerah mempunyai kebijakan sendiri bagi perluasan
dan desain gedung sekolah umum, tetapi beberapa standar sederhana yang umumnya
dipakai sebagai kunci dalam alokasi ruang. Oleh karena itu, ruang terbuka untuk rekreasi
harus menjadi bagian integral dari lokasi sekolah dan dengan demikian memberikan
semacam pengawasan orang dewasa serta kepemimpinanpemuda yang diperlukan untuk
mempedomani pengembangan orang-orang muda.
Telah memperkirakan setengah anak usia sekolah dasar pada setiap keluarga yang
pada pendapatan rendah adalah 0,7 anak, sedangkan pada keluarga-keluarga
berpendapatan tinggi 0,4 anak. Karena kebanyak daerah menyukai sekolah dasar dengan
600 sampai 800 murid dalam 6 kelas pertama, maka suatu lingkungan yang dirancang
sekitar sejolah seperti itu akan berpenduduk antara 1.500 samapi 1.700 keluarga, atau
anatar 5.000 sampai 6.000 penduduk (N.L. Engelhardt , Jr. 1943)
Selama ini terlalu sering dianggap perlu untuk memilih suatu lokasi sekolah
setelah penduduk tiba dan lahan dipakai untuk penggunaan lain diluar pendidikan dan
rekreasi. Akibatnya standar luas yang memadai bagi fasilitas-fasilitas ini dibayangi oleh
keputusan mendesak yang didasarkan pada harga termurah bagi lahan semacam itu yang
masih ada.
a. Konsep-konsep Baru
Pada akhir 1960-an para pengelola pendidikan mecoba memcahkan masalah
pemisahan sekolah akibat masyarakat yang terpisah secara rasial. Salah satu pendekatan
tersebut adalah “taman pendidikaan”, taman ini merupakan suatu kompleks bangunan
sekolah yang terletak dalam suatu kawasan rekreasi yang luas.
Struktur baru ini adalah taman pendidikan. Fasilitas pendidikan sekolah lanjutan
melayani dua atau tiga desa.
Pusat Pendidikan Orang tua-Anak. Setiap desa terdiri dari tiga sampai empat
lingkungan. Idealnya sebuah Pusat Pendidikan Orang tua-Anak harus ditempatkan disetia
lingkungan. Fasilitas ini dimaksudkan sebagai pusat kegiatan sosial dan rekreasi bagi
anak-anak bayi sampai tujuh tahun dan orang tua mereka.
Taman Pendidikan. Sebuah desa dengan luas sekitar datu mil persegi,
mengandung sekitar 8.500 enduduk, taman tersebut menyediakan program pendidikan
bagi anak-anak usia sekolah dasar dan sekolah menegah pertama.
Tujuan dari Taman Pendidikan harus dicerminkan dalam bentuk dan tatanannya.
Tujuan Taman Pendidikan adalah khas, mencerminkan nilai-nilai budaya, pendidikan,
dan sosial dari suatu daerah.
Sasaran taman pendidikan adalah untuk menciptakan suatu lingkungan yang
memungkinkan para siswa belajar dengan senang dan bermanfaat. Penggunaan ruang
fisik untuk melengkapi tujuan pendidikan adalah sasaran prinsip.
VII.KESIMPULAN
Oleh karena itu, sangat penting dalam penyusunan rencana komprehensif bahwa
penggunaan-penggunaan ini tetap pada lokasi yang telah ditetapkan sebelumnya agar
para calon penghuni mengetahui bahwa penggunaan-penggunaan tersebut merupakan
bagian dari daerah itu. Pengaturan tentang penggunaan lahan dan penempatan lahan
untuk sarana dan prasarana, bagaimana per arce. Rencana penggunaan lahan sangat
penting bagi suatu sarana dan prasarana karena sudah ada peraturannya tidak boleh asal
dalam perencanaan tata guna lahan harus memikirkan dampak-dampak yang diberikan
dari perencanaan tersebut harus adanya pertimbangan. Seperti kesimbangan aktivitas di
suatu kota, serta jangkauan suatu sarana sudah ada Standar Nasional Indonesia untuk
masing-masing fasilitas. Contohnya yaitu halaman bermain, tempat bermain, dan taman
pendidikan.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Benton, Mckaye. The Exploration: A philosophy of Regional Planning (New York: Harcout,
Brace & Co., 1928).
Perry, Clarence. The Neighborhood Unit, Vol 7 : Neighborhood and Community Planning,
New York: Regional Survey of New York and Its Environs, 1929.
Gallion, Eisner. Pengantar Perancangan Kota Edisi Kelima Jilid 2 : Desain dan
Perencanaan Kota, Jakarta, Penerbit Erlangga. 1986.
N.L. Engelhardt, Jr., “The School-Neughborhood Nucleus”, dalam Architecture Forum,
Oktober 1943.
RESUME
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa, bumi bukanlah milik manusia; manusia
adalah pemilik bumi. Kehidupan antara bumi dan manusia harus sinergis, apa pun yang
menimmpa bumi juga akan menimpa anak bumi. Manusia tidaklah merajut jaringan
kehidupan; dia hanya suatu untaian di dalamnya. Apa pun yang dia lakukan pada
jaringan itu, dia melakukannya pada dirinya sendiri. Baik secara ekonomis maupun
hukum, semua lahan mempunyai seorang pemilik, dan status atas lahan tersebut
memberikan semacam kebebasan penggunaan untuk tempat tinggal, usaha dan tujuan
lain. Tanah ditempatkan disini oleh Yang Maha Besar, dan kita tidak dapat menjualnya,
karena kita tidak memilikinya
Hubungan antara berbagai penggunaan yang bisa diletakkan merupakan masalah
perencanaan. Beberapa di antaranberbagai penggunaan yang bisa diletakkan merupakan
masalah perencanaan. Beberapa di antaranya saling berdekatan, sedangkan yang lain
tidak hanya saling merusak namun juga berbahaya. Oleh karena itu, rencana diawali
dengan suatu penentuan penggunaan-penggunaan lahan dan lokasi yang tepat dalam
stuktur topografi, geologi, dan geografi kota itu.
Terlepas dari aspirasi yang tinggi dari penduduk bagi masa depan kota mereka
atau panjangnya jangka waktu perencanaan pengembangan kota, proses perencanaan
jelas harus dimulai dengan kota sebagaimana adanya. Oleh karena itu, kita perlu
memahami bgaimana lahan dimanfaatkan dan cara memelihara suatu inentarisasi sebagai
catatan saat ini. Dari inventarisasi ini dapat kita lihat karakteristik fisik kota, kita dapat
menentukan bagian-bagian yang perlu diubah atau dipertahankan dalam rencana
komperensif, dan beberapa penggunaan sekarang mungkin akan menjadi kunci
pengendalian atas pola penggunaan lahan di masa depan.
Sebagaian besar kota mengklasifikasikan lahan mereka kedalam 5 kategori utama
yaitu 1. Ruang terbuka, 2. Lahan pertanian, 3. Perumahan, 4. Perdagangan, 5. Industri.
Suatu kota harus mempunyai catatan bagaimana penggunaan lahan didalam batas
wilayahnya, serta kuantitas ruang dan bangunan yang membentuknya. Inventarisasi
aktiva ini harus dilakukan secara periodic sebagaimana suatu kegiatan usaha yang baik
harus pula memppunyai inventarisasi persediaan dan nilai persediaanya.
Rencana penggunaan lahan dimaksudkan sebagai suatu sarana penting untuk
mencapai tujuan-tujuan fisik, ekonomi, dan sosial suatu daerah. Rencana tadi dengan
pengaruhnya yang melekat terhadap keputusan-keputusan dan inventasi pemerintah dan
swasta, dapat merupakan suatu pengaruh yang kuat pada laju pertumbuhan, karakter, dan
pola lingkungan fisik kota.
Pertimbangan penggunaan lahan dapat dibagi menjadi lima bagian. Yang pertama
mengidentifikasikan tujuan dan prinsip-prinsip penggunaan-penggunaan perumahan,
perdagangan, rekreasi, pendidikan dan industri serta mendaftar standar bagi penggunaan-
penggunaan seperti itu. Bagian kedua memfokuskan pada sifat dan pola perkembangan
didalam batas wilayah kota yang ada. Bagian keempat mempersatukan analisis dan hasil
dari bagian-bagian sebelumnya dan mengusulkan suatu rencana penggunaan lahan
komprehensif dan terpadu, pertimbangan kelima akan menganalisis dan mengidentifikasi
sarana-sarana yang dapat digunakan untuk melaksanakan rencana yang diusulkan.
Seberapa besar ataupun kecil suatu kota, harus ada suatu unit berskala manusiawi
yang dapat dipakai menjalin pola perkotaan kedalam suatu kesatuan yang data diolah.
Pelarutan skala manusia telah memungkinkan metropolis industri dan perdagangan
menjadi mandek dan secar fisik using. Sebagaimana dikatakan Benton McKaye, “Umat
manusia telah memberikan hutan dan menggantikannya dengan pola yang
membingungkan”.
Menguraikan unit lingkungan sebagai kawasan berpenduduk yang akan
membutuhkan dan mendukung sebuah sekolah dasar. Unit lingkungan menempati sekitar
16 hektar tanah dan mempuunyai bentuk sedemikian rupa sehingga seorang anak tidak
perlu berjalan sejauh lebih dari setengah mil ke sekolah. (Perry, 1929).
Telah mengajukan sebuah pola komprehensif lingkungan sebagai suatu
komponen dari segmen-segmen yang terus menerus membesar dalam struktur kota. Unit
tersebut mencakup sekolah dasar, sebuah kawasan perdagangan, dan sebuah tempat
bermain. Fasilitas-fsilitas ini dikelompokkan dekat pusatnya sehingga jarak berjalan kaki
dari fasilitas-fasilitas ini ke rumah tidak melebihi setengah mil (N.L. Engelhardt, 1943).
Ruang terbuka dalam kota biasanya dianggap sebagai tempat rekreasi, dan
memang demikian seharusnya. Walaupun demikian, ruang ini masuk kedalam beberapa
kategori. Ada ruang yang diperuntukan terutama bagi tempat bermain yang aktif untuk
anak-anak, pemuda, dan orang dewasa dan ada juga ruang untuk kegiatan bersantai yang
pasif bagi orang dewasa.
Ada tida kategori ruang rekrasi yang darinya distribusi serta jumlah lahan
merupakan faktor penting. Golongan-golongan tersebut disebut dengan nama yang
berbeda di berbagai lokalitas, tetapi Perkumpulan Rekreasi Nasional telah
menggolongkan sebagai: 1. Halaman bermain, 2. Tempat bermain lingkungan, dan 3.
Lapangan bermain.
Ketiga jenis ruang rekreasi diatas memerlukan perhatian yang lebih besat dlam
kaitannya dengan distribusi di suatu daerah, kecukupan ruang yang dialokasikan
padanya, dan hubungannya dengan jalan utama lalu lintas, fasilitas umum dan
aksesibilitas dari rumah ke rumah. Jenis lain yang serupa dengan taman besar adalah
taman “kota” yang banyak kita kenal, yang berfungsi sebagai paru-paru dalam kawasan
terbangun kota.
Dewan sekolah dalam setiap daerah mempunyai kebijakan sendiri bagi perluasan
dan desain gedung sekolah umum, tetapi beberapa standar sederhana yang umumnya
dipakai sebagai kunci dalam alokasi ruang. Oleh karena itu, ruang terbuka untuk rekreasi
harus menjadi bagian integral dari lokasi sekolah dan dengan demikian memberikan
semacam pengawasan orang dewasa serta kepemimpinanpemuda yang diperlukan untuk
mempedomani pengembangan orang-orang muda.
Telah memperkirakan setengah anak usia sekolah dasar pada setiap keluarga yang
pada pendapatan rendah adalah 0,7 anak, sedangkan pada keluarga-keluarga
berpendapatan tinggi 0,4 anak. Karena kebanyak daerah menyukai sekolah dasar dengan
600 sampai 800 murid dalam 6 kelas pertama, maka suatu lingkungan yang dirancang
sekitar sejolah seperti itu akan berpenduduk antara 1.500 samapi 1.700 keluarga, atau
anatar 5.000 sampai 6.000 penduduk (N.L. Engelhardt , Jr. 1943).
Pada akhir 1960-an para pengelola pendidikan mecoba memcahkan masalah
pemisahan sekolah akibat masyarakat yang terpisah secara rasial. Salah satu pendekatan
tersebut adalah “taman pendidikaan”, taman ini merupakan suatu kompleks bangunan
sekolah yang terletak dalam suatu kawasan rekreasi yang luas.