universitas pendidikan ganesha november...

35
Laporan IbM 2014| 1 PENDIDIKAN OLAHRAGA LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM) IbM GURU-GURU PENJASORKES SD DI KECAMATAN BANJAR- KABUPATEN BULELENG Oleh: Made Agus Dharmadi, S.Pd., M.Pd/NIDN. 0027087604 Prof. Dr. I Nyoman Kanca, M.S/NIDN. 0018105906 Ni Luh Putu Tuti Ariani, S.Pd., M.Fis/NIDN.0014127801 Dibiayai oleh: Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Ditjen Dikti Berdasarkan Surat Perjanjian Kerja Pengabdian Kepada Masyarakat Nomor: 399/UN48.15/LPM/2014 UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA NOVEMBER 2014

Upload: hanguyet

Post on 30-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Laporan IbM 2014| 1

PENDIDIKAN OLAHRAGA

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM)

IbM GURU-GURU PENJASORKES SD DI KECAMATAN

BANJAR- KABUPATEN BULELENG

Oleh: Made Agus Dharmadi, S.Pd., M.Pd/NIDN. 0027087604

Prof. Dr. I Nyoman Kanca, M.S/NIDN. 0018105906 Ni Luh Putu Tuti Ariani, S.Pd., M.Fis/NIDN.0014127801

Dibiayai oleh:

Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Ditjen Dikti Berdasarkan Surat Perjanjian Kerja Pengabdian Kepada Masyarakat

Nomor: 399/UN48.15/LPM/2014

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA NOVEMBER 2014

Laporan IbM 2014| 2

Laporan IbM 2014| 3

DAFTAR ISI

Halaman COVER……………………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………. ii

DAFTAR ISI………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………… 1

1. Analisis Situasi………………………………………………. 1

2. Identifikasi Dan Perumusan Masalah.................................... …. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………. 11

1. Hakikat Pendidikan Karakter………………………………. …. 11

2. Model Pembelajaran Penjasorkes Berbasis Karakter……. …. 12

3. Profil Kecamatan Banjar………………………………….... …. 13

4. Tujuan Kegiatan……………………………………………. … 20

5. Manfaat Kegiatan…………………………………………… … 21

6. Khalayak Sasaran…………………………………………… … 21

BAB III METODE PELAKSANAAN……………………………… 22

1. Kerangka Pemecahan Masalah…………………………….. …. 22

2. Metoda Pelaksanaan Kegiatan……………………………... …. 23

3. Keterkaitan…………………………………………….......... 24

4. Rancangan Evaluasi…………………………………........... … 25

5. Rencana Dan Jadwal Kerja………………………… ………… 25

6. Organisasi Pelaksana………………………………………. … 26

7. Rencana Biaya…………………………………………… … 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………… 27

1. Tahap Persiapan Kegiatan…………………………………. … 27

2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan……………………………..... … 28

3. Tahap Penutupan Kegiatan……………………………….... … 29

BAB V PENUTUP………………………………………………….. 30

1. Simpulan…………………………………………………….. 30

2. Saran…………………………………………………………. 30

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….. 31

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Laporan IbM 2014| 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan

kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi sebuah keniscayaan. Upaya

mencerdaskan SDM saat ini merupakan kebutuhan yang sangat urgent untuk terus

dikumandangkan. Salah satu bidang kajian yang juga penting saat ini adalah

bidang olahraga, yang diterjemahkan dalam mata pelajaran pendidikan jasmani,

olahraga dan kesehatan (penjasorkes) di sekolah.

Guru merupakan salah satu unsur sumber daya manusia yang sangat

menentukan dalam pembelajaran penjasorkes. Dalam melaksanakan tugasnya

guru harus memiliki kemampuan merencanakan pembelajaran, menyajikan bahan

pembelajaran, mengajarkan konsep, keterampilan gerak, mengamati kelas dan

mengevaluasi hasil belajar, sehingga memberikan efek positif bagi siswa seperti

perubahan kecerdasan, sikap dan keterampilan (Budiningsih,A, 2005:35). Dengan

peningkatan kualitas guru maka diyakini efek positif tersebut akan dapat tercapai

dan akan berlaku sebaliknya, jika kualitas guru menurun, maka efek yang

diakibatkan akan sangat negatif (Aunnurahman,2009:58).

Untuk dapat menjadi berkualitas, seorang guru harus memiliki

kemampuan terhadap penguasaan IPTEKS dalam setiap pembelajarannya,

sehingga proses belajar dapat berjalan dengan baik (Riyanto,Y,2009:120).

Berdasarkan penelusuran dan wawancara dengan beberapa guru penjasorkes SD

di Kecamatan Banjar permasalahan terhadap penguasan IPTEKS pembelajaran

bagi guru-guru penjasorkes SD di Kecamatan Banjar sangat kuat terungkap dari

informasi-informasi yang telah diberikan.

Jumlah guru penjasorkes SD yang tersebar di 26 Sekolah Dasar

Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng-Bali adalah berjumlah 26 orang. Hal ini

menjadi ketertarikan tersendiri bagi pengabdian yang akan dilakukan melihat

dengan jumlah 26 sekolah (sebagai mitra) dengan permasalahan yang ada dan

kualifikasi yang tim pengabdian miliki menjadikan kegiatan ini memiliki

momentum yang tepat.

Laporan IbM 2014| 5

Secara lebih rinci, permasalahan mitra yang dihadapi terdiri dari: Pertama,

keterbatasan guru dalam berkreatifitas/berinovasi terhadap pemenuhan alat-alat

olahraga. Hal ini dikarenakan, ternyata berdasarkan wawancara kebutuhan alat

dengan ketersediaan alat yang ada tidak sesuai karena keterbatasan dana sekolah

untuk menyediakan alat, rasio penggunaan alat yang mestinya 1:5, namun di

beberapa sekolah hampir memiliki rasio 1:20, sehingga jika ada 40 siswa dalam

satu kelas, maka alat-alat yang dimiliki hanya 2 buah (seperti misalnya bola voli),

kondisi ini telah berlangsung cukup lama dan guru hanya menunggu untuk

mendapatkan alat tambahan dari sekolah tanpa berusaha berkreatifitas untuk

memodifikasi alat-alat dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan, sehingga

dengan terbatasnya alat yang dimiliki, maka siswa akan lebih banyak diam (pasif)

karena menunggu giliran menggunakan alat yang terlalu lama, hal ini akan

berdampak pada hasil belajar keterampilan yang rendah, karena prinsip pengasaan

keterampilan adalah dengan berlatih sebanyak-banyaknya.

Kedua, pembelajaran di era inovasi dan kreasi ini, menuntut seorang guru

untuk selalu malakukan usaha-usaha inovatif di dalam setiap pembelajarannya

(Trianto, 2007:23). Kenyataannya, ternyata dari observasi yang dilakukan dalam

pembelajaran yang dilaksanakan guru masih menggunakan metode pembelajaran

yang konvesional yaitu kombinasi antara ceramah dan demontrasi semata tanpa

ada proses kontruksi siswa melalui bakat, minat, motivasi belajar melalui

pembelajaran-pembelajaran yang inovatif seperti pembelajaran kooperatif,

kontekstual dan yang lainnya. Lebih jauh, memang ternyata pengetahuan guru

terhadap model-model pembelajaran masih tergolong rendah, sehingga dalam

mengajarnya belum bisa menerapkan model-model pembelajaran inovatif.

Kondisi ini memungkinkan siswa tidak secara maksimal dapat memahami

konsep/keterampilan belajar, sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah.

Ketiga, salah satu tugas guru penjasorkes SD adalah kemampuan untuk

menilai hasil belajar siswa (Jihad,A, dan Harris,A,2009:64). Kesalahan dalam

menilai dapat berdampak buruk pada minat dan motivasi siswa, sehingga

penilaian yang akurat menjadi sebuah keniscayaan. Apa yang dialami guru-guru

penjasorkes di Kecamatan Banjar terlihat bahwa kemampuan guru dalam

membuat assesmen kinerja untuk mata pelajaran penjaskesrek masih kurang,

Laporan IbM 2014| 6

terutama dalam membuat rubrik penilaian pada unsur menterjemahkan teori yang

ada menjadi indikator-indikator penilaian yang ada dalam rubrik penilaian.

Kebingungan juga ternyata melanda para guru dalam membuat skor dan

persentase hasil penilaian yang dibuat sehingga skor yang dihasilkan benar-benar

mencerminkan penguasaan yang dimiliki siswa. Kegagalan guru dalam

melakukan penilaian, dapat menimbulkan kegagalan pula pada siswa

(Arikunto,2007:91).

Keempat, salah satu tujun dan manfaat yang dapat dipetik dari

pembelajaran penjasorkes di sekolah adalah meningkatkan kebugaran fisik anak

yang nantinya dapat digunakan sebagai penunjang unsur kesegaran, kesehatan

anak dalam menjalani kehidupan lebih berkualitas (Husdarta,2009:149).

Pertanyaan yang sangat umum, yakni bagaimana cara melaksanakan dan

mengukur tingkat kebugaran siswa SD, ternyata dari hasil wawancara dengan

guru penjasorkes SD di Kecamatan Banjar belum mendapatkan jawaban yang

memuaskan dari guru, ternyata juga beberapa guru tidak melaksanakan tes

kebugaran fisik kepada siswa dan kurang mengerti terhadap bagaimana

melakukan tes dan mengukur kebugaran siswa secara tepat, sehingga tidak heran

sampai saat ini guru penjasorkes SD di Kecamatan Banjar tidak tahu seberapa

baik tingkat kebugaran fisik anak didiknya. Jika ini terus berlanjut, maka tujuan

dan manfaat pembelajaran penjasorkes tidak akan bisa dicapai oleh guru

penjasorkes SD di Kecamatan Banjar.

Selanjutnya yang terakhir menjadi permasalahan mitra untuk segera

dicarikan solusi pemecahannya adalah kemampuan dalam menyusun Penelitian

Tindakan Kelas (PTK), hal ini dikarenakan karena PTK merupakan salah satu

cara untuk dapat melakukan inovasi dan perbaikan proses pembelajaran serta

mampu meningkatkan profesional guru (Kanca, N,2010:111), namun ternyata

guru penjasorkes SD di Kecamatan Banjar masih belum paham dan tidak pernah

membuat proposal PTK setelah bertugas menjadi guru, hal ini terbukti disaat

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tim pengabdian tentang prinsip-

prinsip dasar PTK. Ketidaktahuan ini akan dapat mengakibatkan menurunnya

kualitas pembelajaran dan akibatnya dapat berdampak buruk bagi siswa, karena

Laporan IbM 2014| 7

saat ini pembelajaran yang berbasis research sangatlah menentukan keberhasilan

siswa.

Berdasarkan permasalahan mitra di atas, maka sangat urgent kiranya

pengabdian yang berjudul IbM Guru-Guru Penjasorkes SD di Kecamatan

Banjar ini untuk segera dilakukan, melalui solusi-solusi yang ditawarkan dalam

pengabdian ini, sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapi kelompok

guru penjasorkes di Kecamatan Banjar sekaligus memberikan ‘amunisi’ yang

positif untuk meningkatkan kreatifitas dan kualitas guru penjasorkes SD di

Kecamatan Banjar sehingga mampu menciptakan insan (siswa) cerdas dan

berdaya saing tinggi.

1.2 Permasalahan Mitra

Mitra dalam kegiatan ini adalah Kelompok Kerja Guru Penjasorkes

Sekolah Dasar yang mengajar di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng-Bali.

Masalah utama yang dialami para Guru-Guru Penjasorkes SD berdasarkan

observasi dan wawancara dengan beberapa guru adalah kurangnya penguasaan

dalam IPTEKS pembelajaran yang antara lain: 1) kurang maksimal menyiapkan

alat-alat olahraga melalui modifikasi alat, 2) kurang maksimal menerapkan model

pembelajaran penjasorkes yang inovatif, 3) belum maksimal memahami

assessmen kinerja dalam penjasorkes, 4) belum maksimal dalam penguasaan tes

dan pengukuran kebugaran jasmani siswa, 5) belum intensif melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Hal ini di tunjukkan dengan beberapa kondisi dan situasi

di bawah ini:

a. Rata-rata SD di Kecamatan Banjar memiliki keterbatasan dalam jumlah

alat-alat olahraga yang digunakan dalam pembelajaran Penjasorkes, seperti

bola basket, bola sepak bola, bola voli dan alat yang lain. Keterbatasan

jumlah alat tersebut ternyata oleh para guru masih didiamkan dan guru

masih sifatnya menunggu datangnya alat baru, tanpa berusaha untuk

memodifikasi alat tersebut, sehingga proses pembelajaran siswa menjadi

pasif dan waktu yang dibutuhkan sangat panjang untuk menunggu giliran

karena alat sangat terbatas, akibatnya siswa kurang bersemangat dan hasil

belajar keterampilannya kurang baik.

Laporan IbM 2014| 8

b. Guru-guru penjasorkes SD di Kecamatan Banjar belum maksimal dalam

menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Guru masih dominan

menggunakan model konvensional (ceramah dan demontrasi), padahal

pembelajaran penjasorkes memiliki karakteristik yang sangat kompleks

dari respon fisik (terampil) sampai dengan mental (sportif, jujur dll),

sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa cendrung masih kurang optimal.

c. Sebagian besar Guru-guru penjasorkes SD di Kecamatan Banjar telah

menggunakan assessmen kinerja, namun di dalam penyusunan rubrik

assessmennya sering tidak tepat, sehingga penilaian yang diterapkan

akhirnya belum mewakili secara utuh kemampuan siswanya.

d. Guru-guru penjasorkes SD di Kecamatan Banjar belum maksimal

menerapkan secara berkala tes dan pengukuran kebugaran fisik siswa,

padahal bagaimanapun salah satu tujuan pembelajaran penjasorkes adalah

meningkatkan dan memelihara kebugaran siswa. Oleh karena itu,

kurangnya pemahaman dan pelaksanaan tes untuk mengukur kebugaran

fisik siswa mengakibatkan tidak diketahuinya kondisi siswa secara utuh.

e. Hampir seluruh Guru-guru SD di Kecamatan Banjar belum intensif

melakukan PTK dalam Pembelajaran, hal ini perlu dilakukan dalam setiap

pembelajaran karena dengan melakukan PTK dapat meningkatkan

profesionalisme guru, perbaikan proses pembelajaran sekaligus dapat

membuat guru lebih qualified dalam membuat karya ilmiah.

Laporan IbM 2014| 9

BAB II

TARGET DAN LUARAN

Berdasarkan solusi pemecahan yang ditawarkan, maka luaran yang

ditargetkan adalah dalam bentuk metode, barang/produk dan artikel ilmiah.

Kesemuanya ini dipastikan dapat bermanfaat bagi Mitra sehingga dapat

meningkatkan kualitas dan profeionalisme guru penjasorkes SD yang ada di

Kecamatan Banjar. Adapun produk yang dihasilkan masyarakat adalah seperti

tabel berikut:

Tabel 01. Target Luaran

NO PRODUK SPESIFIKASI TARGET LUARAN

1 Pelatihan tentang pembuatan alat-alat olahraga yang dimodifikasi

Alat-alat penunjang pembelajaran penjasorkes yang dimodifikasi

Setiap Guru dapat membuat satu atau lebih alat-alat pembelajaran penjasorkes yang dimodifikasi

2 Pelatihan tentang penerapan model-model pembelajaran inovatif untuk mata pelajaran penjasorkes

Pemahaman Guru tentang model-model pembelajaran inovatif yang cocok dalam pembelajaran penjasorkes

Sebanyak 90% guru-guru yang mengikuti pelatihan mendapat nilai tes pemahaman konsep minimal 85

3 Pelatihan tentang penyusunan dan praktek penggunaan assessmen kinerja untuk mata pelajaran penjasorkes di Sekolah Dasar.

Rubrik penilaian kinerja yang sesuai dengan karakteristik penjasorkes

Minimal satu rubric penilaian kinerja pada mata pelajaran penjasorkes

4 Pelatihan tentang tes dan pengukuran kebugaran jasmani untuk siswa SD

Pemahaman guru tentang pelaksanaan tes dan pengukuran kebugaran jasmani untuk siswa SD

Sebanyak 90% guru-guru yang mengikuti pelatihan mendapat nilai tes pemahaman konsep minimal 85

5 Pelatihan tentang penyusunan dan pelaksanaan PTK untuk mata pelajaran penjasorkes di Sekolah Dasar

Proposal PTK sesuai dengan Pedoman penulisan PTK

Satu proposal PTK Guru Penjasorkes

Laporan IbM 2014| 10

BAB III

METODE PELAKSANAAN

Berdasarkan permasalahan mitra di atas, maka untuk menjawab

permasalahan tersebut perlu dilakukan usaha-usaha yang konprehensif dan

terpadu sebagai solusi dari permasalahan yang dialami oleh Guru-Guru

penjasorkes SD di Kecamatan Banjar, sehingga mampu meningkatkan kualitas

dan profesionalisme guru penjasorkes dan prestasi belajar siswa SD di Kecamatan

Banjar khususnya mata pelajaran penjasorkes. Adapun solusi yang dimaksud

adalah sebagai berikut:

Tabel 02. Solusi Pemecahan Masalah Mitra

PERMASALAHAN AKAR MASALAH SOLUSI PEMECAHAN

Guru-Guru Penjasorkes SD di Kecamatan Banjar kurang maksimal menyiapkan alat-alat olahraga melalui modifikasi alat

Guru-Guru Penjasorkes SD di Kecamatan Banjar belum memiliki pemahaman dan keterampilan dalam membuat modifikasi-modifikasi alat-alat olahraga.

Pelatihan tentang pembuatan alat-alat olahraga yang dimodifikasi

Guru-Guru Penjasorkes SD di Kecamatan Banjar kurang maksimal menerapkan model pembelajaran penjasorkes yang inovatif

Guru-Guru Penjasorkes SD di Kecamatan Banjar belum memahami secara baik tentang model-model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Penjasorkes

Pelatihan tentang penerapan model-model pembelajaran inovatif untuk mata pelajaran penjasorkes

Guru-Guru Penjasorkes SD di Kecamatan Banjar belum maksimal memahami assessmen kinerja dalam penjasorkes

Guru-Guru Penjasorkes SD di Kecamatan Banjar belum memahami secara akurat menyusun assessmen kinerja yang benar sesuai dengan mata pelajaran penjasorkes

Pelatihan tentang penyusunan dan praktek penggunaan assessmen kinerja untuk mata pelajaran penjasorkes di Sekolah Dasar.

Guru-Guru Penjasorkes SD di Kecamatan Banjar belum maksimal dalam penguasaan tes

Guru-Guru Penjasorkes SD di Kecamatan Banjar belum memahami dan terampil dalam melaksanakan/menyelenggarakan tes kebugaran jasmani untuk

Pelatihan tentang tes dan pengukuran kebugaran jasmani untuk siswa SD

Laporan IbM 2014| 11

dan pengukuran kebugaran jasmani siswa

siswa SD.

Guru-Guru Penjasorkes SD di Kecamatan Banjar belum intensif melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Guru-Guru Penjasorkes SD di Kecamatan Banjar belum menguasai konsep dasar dan metodologi serta menyusun proposal dan melaksanakan proses penelitian PTK

Pelatihan tentang penyusunan dan pelaksanaan PTK untuk mata pelajaran penjasorkes di Sekolah Dasar

Laporan IbM 2014| 12

BAB IV

KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

4.1 Kinerja Lembaga P2M dalam Kegiatan Pengabdian

Kinerja Lembaga P2M UDIKSHA Singaraja dapat dikatakan baik, hal ini

dibuktikan dengan program-program kerjanya yang langsung bersentuhan dengan

masyarakat. Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahunnya adalah

program Kuliah Kerja Nyata (KKN), berdasarkan pengamatan, kegiatan KKN

yang dilaksanakan lembaga P2M setiap tahunnya hampir selalu berjalan dengan

baik dan suskses. Sepanjang pengetahuan penulis, lembaga P2M juga memiliki

program-program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat seperti bakti

sosial, penghijauan dan lain sebagainya, pogram ini merupakan program rutin dan

sangat bermanfaat bagi masyarakat. Di sisi lain program yang tidak kalah menarik

dan rutin dilakukan adalah program pemberian hibah/dana kepada dosen-dosen

dan pegawai untuk melaksanakan pengabdian, program ini memiliki keuntungan

yang positif karena bidang kajian dan bidang pengabdian yang akan dilakukan

akan semakin beragam sehingga dapat menyasar kepada seluruh bidang

permasalahan di masyarakat, seperti ekonomi, IPTEKS, Olahraga, Kesehatan dan

lain sebagainya. Selama setahun terakhir kegiatan tersebut telah meluluskan

hampir 70 judul pengabdian yang telah didanai dari beragam bidang kajian.

4.2 Kualifikasi Tim Pelaksana

Tim pelaksana berasal dari Universitas Pendidikan Ganesha

(UNDIKSHA), yang selama ini sangat konsisten mendukung program pengabdian

yang bersifat mendidik masyarakat agar lebih baik dan maju. Selain sebagai

pencetak guru, saat ini UNDIKSHA juga kedepannya akan mampu mencetak

ilmuan, hal ini terlihat dengan sudah banyaknya program studi yang non-

kependidikan (murni). Harapan kedepan kombinasi dari program studi

kependidikan dan non-kependidikan mampu menyempurnakan lembaga ini untuk

proses pengabdian di masyarakat.

Kualifikasi tim pelaksana cukup mumpuni dalam bidang yang akan

dilakukan pada kegiatan ini, sebagai ketua yang lulus master di program studi

Laporan IbM 2014| 13

Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, sehingga untuk permasalahan mitra bidang

assessmen tidak akan menemui kendala. Di sisi lain anggota pelaksana (Prof. Dr. I

Nyoman Kanca, M.S) sangat mumpuni di bidang PTK dan Pembelajaran Inovatif

yang dibuktikan dengan sangat seringnya menjadi narasumber-narasumber yang

bertemakan tersebut baik lokal maupun regional. Sedangkan Anggota pelaksana

yang kedua (Luh Putu Tuti Ariani, S.Pd, M.Fis) sangat mumpuni dalam bidang tes

dan pengukuran di lihat dari keahlian yang ditekuni yakni bidang kepelatihan

olahraga. Di karenakan keterbatasan jumalah anggota dalam panduan P2M tahun

ini, maka untuk anggota tambahan diambil secara khusus yang menguasai bidang

modifikasi alat olahraga,yakni I Ketut Budaya Astra, S.Pd, M.Or dan I Wayan

Artanayasa, S.Pd, M.Pd, hal ini ditinjau dari kualifikasi mereka yang selama ini

mengajar/mendidik mahasiswa Jurusan Penjaskesrek di Fakultas Olahraga dan

Kesehatan UNDIKSHA tentang mata kuliah modifikasi olahraga. Selanjutnya

secara selengkapnya telah dijelaskana pada CV masing-masing anggota

(terlampir).

Laporan IbM 2014| 14

BAB V

JADWAL KEGIATAN

Jadwal kegiatan

NO KEGIATAN BULAN Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov

1 Studi situasi/observasi wilayah dan pustaka untuk persiapan pembuatan proposal

2 Pembuatan proposal P2M mengacu pada hasil studi wilayah dan pustaka

3 Menentukan dan mencari tim pelatih sesuai dengan tema P2M

4 Meyiapkan materi termasuk bahan evaluasi dan tempat serta alat pendukung lainnya untuk pelatihan

5 Pelaksanaan pelatihan

6 Melakukan evaluasi hasil pelatihan

7 Membuat draft laporan P2M

8 Menghasilkan laporan akhir dan artikel ilmiah

Laporan IbM 2014| 15

BAB VI

HASIL YANG DICAPAI

6.1 Tahap Persiapan Kegiatan

Pada tahap ini, seluruh tim pengabdian dibantu dengan mahasiswa

melakukan persiapan dalam upaya menyongsong pelaksanaan yang akan di

lakukan. Beberapa persiapan yang dilakukan yaitu:

Pertama, meelakukan kontak dengan mitra, yakni organisasi kelompok

kerja guru olahraga yang disingkat dengan KKGO di Kecamatan Banjar, secara

lisan kami mengkomunikasikan rencana kami akan menggelar pengabdian berupa

Ipteks bagi Masyarakat (IbM) yang akan dilaksanakan pada tanggal 24-25 Juli

2014. Bersamaan dengan itu kami juga melakukan kontak dengan Kepala UPP di

Kecamatan Banjar, karena KKGO yang ada bernaung pada lingkup UPP yang ada

di Kecamatan Banjar. Dari pembicaraan tersebut diperoleh kesepakatan bahwa,

pengabdian yang kami lakukan sangat disetujui dan kemudian mengarahkan agar

kita meminjam tempat di SD 9 Banjar.

Kedua, setelah komunikasi lisan tersebut, selanjutnya kami

menindaklanjuti dengan mengirimkan surat resmi tentang tujuan penyelenggaraan

IbM tersebut, dan mohon agar difasilitasi dengan mengundang guru-guru

pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di tingkat Sekolah Dasar yang ada di

Kecamatan Banjar untuk berpartisipasi. Surat-surat tersebut kemudian dikirimkan

kurang lebih 7 hari sebelum pelaksanaan. Mahasiswa kami tugaskan untuk

menyebar surat-surat tersebut, yang terdiri dari surat undangan sebagai peserta,

surat ijin peminjaman tempat, surat ijin ke kepala UPP dan yang lainnya.

Ketiga, selanjutnya kami juga menyrati para narasumber yang akan

memberikan pelatihan sebanyak 4 narasumber yang berkopeten dibidang masing

masing. Dan kami tugaskan mahasiswa untuk menyebarkannya.

Setelah seluruh penunjang pelaksanaan dihubungi, kami juga melakukan survey

tempat dan menyiapkan tempat pelaksanaan agar pada hari pelaksanaan tempat

sudah tidak menjadi masalah, kami juga menyediakan seperangkat sound system

untuk mendukung pelaksanaan.

Laporan IbM 2014| 16

6.2 Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Pada tahap pelaksanaan yang dilaksanakan pada tanggal 24-25 Juli 2014,

secara umum dapat dikatakan berjalan dengan lancar.

Pada hari pertama, materi yang diberikan adalah 1) Modifikasi Alat

Pembelajaran Penjasorkes oleh Made Agus Dharmadi, S.Pd, M.Pd, 2) Penelitian

Tindakan Kelas oleh I Ketut Budaya Astra, S.Pd, M.Or, dan 3) Asesmen dalam

Pembelajaran Penjasorkes oleh I Wayan Artanayasa, S.Pd, M.Pd. pada sesi

pertama ini dihadiri oleh 60 guru-guru SD penjasorkes yang ada di Kecamatan

Banjar, secara umum mereka sangat antusias untuk menghadiri dan mengikuti

pelatihan tersebut, terbukti dengan kehadiran mereka sangat sesuai dengan

jadawal yang kita rencanakan yakni pukul 08.30.

Pelatihan ini di awali oleh acara pembukaan yang dihadiri oleh, Kepala

LPM Undiksha, Ketua Panitia, dan Kepala UPP Kecamatan Banjar, para

narasumber dan peserta pelatihan serta tim pengabdian yang terdiri dari dosen dan

beberapa mahasiswa. Dalam sambutannya, Kepala LPM Undiksha yang sekiranya

dapat hadir, namun karena sesuatu dan lain hal menugaskan Ketua Panitia untuk

membuka dan pelatihan agar dijalankan dengan baik, dalam sambutan ketua

panitia, disebutkan bahwa program pengabdian ini merupakan salah satu tugas Tri

Dharma Perguruan Tinggi, sehingga tanggungjawab terhadap pelaksanaan

pengabdian merupakan tanggungjawab setiap dosen, bukan institusi semata. lebih

jauh program ini merupakan program yang sangat penting dalam upaya

mensosialisasikan IPTEKS kepada masyarakat (guru penjasorkes) yang selallu

berkembang setiap saat, dan sarat akan pengetahuan-pengetahun terbarukan.

Disamping itu yang tidak kalah pentingnya bahwa program ini adalah jawaban

dari masalah-masalah yang dihadapi oleh guru-guru penjasorkes di dalam proses

pembelajarannya.

Di sisi lain, dalam sambutannya, Kepala UPP Kecamatan Banjar sangat

menyambut baik kegiatan ini, dan merupakan kebutuhan kami guru-guru yang ada

di daerah, untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi di sekolah,

di pihak lain para guru akan memetik manfaat dengan meningkatkan pemahaman

dan keterampilan dalam bidang penjasorkes. Pada akhir sambutannya Kepala UPP

menginstruksikan agar para guru dapat mengikuti dengan baik sampai akhir dan

Laporan IbM 2014| 17

meminta kepada ketua panitia untuk melakukan pengabdian-pengabdian yang

sejenis dilevel-level lainnya seperti guru-guru SMP, SMA dan SMK.

Setelah acara pembukaan dilanjutkan dengan pemaparan materi pertama

yaitu Modifikasi Alat-Alat Olahraga oleh Made Agus Dharmadi, namun karena

sesuatu dan lain hal karena permasalahan waktu, maka materi di atas kami jadwal

ulang dilakukan pada saat pendampingan-pendampingan, namun makalah dan

contoh-contoh modifikasi alat tetap diberikan kepada peserta dan beberapa teknis

cara memodifikasi alat penjas, diharapkan dalam pendampingan tersebut,

modifikasi alat-alat dapat benar-benar dilakukan. disamping itu pada saat

pelaksanaan terungkap bahwa masalah prioritas yang muncul adalah bagaimana

guru mampu melakukan penelitian PTK, karena merupakan tuntutan untuk

kenaikan pangkat, sehingga pemaparan materi PTK menjadi pemaparan pertama.

Dalam materi PTK ini dibagi menjadi 2, yakni pemaparan tentang dasar-dasar

penelitian PTK, kemudian bagaimana menyusun proposal PTK hingga

pendampingan pada saat pelatihan, sehingga produk akhirnya diharapkan dapat

berupa draf proposal dari peserta.

Selanjutnya sesi ke dua diberikan asesmen kinerja untuk penjasorkes yang

diberikan oleh I Wayan Artanayasa, S.Pd, M.Pd, dalam paparan pelatihan

asesmen tersebut, diberikan konsep dasar asesmen dan pelatihan untuk menilai

kinerja siswa, yang dalam hal ini bagaimana menyusun istrumen penilaian kinerja

yang baik, membuat rubrik, dan menterjemahkan hasil penilaian ke dalam skor

sebenarnya.

Pada hari kedua dilaksanakan pelatihan untuk materi 1) pembelajaran

inovatif dalam penjasorkes dan 2) pengukuran kebugaran fisik. Untuk materi

pembelajaran inovatif diberikan oleh I Ketut Yoda, S.Pd, M.Or dan untuk materi

pengukuran kebugaran fisik diberikan oleh I Gusti Lanang Agung Parwata, S,Pd,

M.Kes. dalam pemaparannya materi 1 membahas mengenai beberapa jenis model-

model pembelajaran inovatif yang sering digunakan untuk pembelajaran dan juga

digunakan untuk PTK, seperti model kooperatif, kontekstual, discovery, problem

based learning dan yang lainnya.

Laporan IbM 2014| 18

6.3 Tahap Akhir Kegiatan

Pada akhir kegiatan, dilakukan acara penutupan oleh ketua pengabdian.

Dalam sambutan penutupannya, ketua pengabdian menyampaikan bahwa kegiatan

ini tidak selesai sampai disini saja, kami akan melakukan pendampingan kepada

peserta terhadap materi-matiri yang sudah diberikan ataupun yang belum.

Pendampingan dilakukan hingga bulan Oktober 2014. Pendampingan dapat

dilakukan di kecamatan banjar, bisa di sekolah maupun di kampus, bisa juga

melalui sms, telpon, email maupun alat komunikasi lainnya, jika peserta memiliki

permasalahan-permasalahan terkait pembelajaran penjasorkes dan yang lainnya

untuk dicarikan solusinya. Kami juga melakukan wawancara kepada sebagian

besar peserta untuk mendapatkan informasi terkait keefektifan pelaksanaan

pengabdian, kebermanfaatan dan menilai pemahaman pserta setelah diberikan

pelatihan tersebut. dari hasil wawancara singkat tersebut pada saat penutupan

acara, peserta sebagian besar meyatakan bahwa pelatihan ini efektif, sangat

bermanfaat dan mereka telah paham apa yang diberikan, baik itu mengenai materi

PTK, assesmen kinerja dalam penjasorkes, pembelajaran inovatif dan kebugaran

fisik. Dan mereka menyarankan agar kegiatan seperti ini rutin untuk dilakukan

agar kami bisa mengupdate pengetahuan kami secara berkesinambungan.

Peserta hingga akhir pertemuan masih tetap berjumlah 60 orang, sehingga

dapat kami simpulkan bahwa peserta sangat tertarik dan sangat beresemangat

dalam mengikuti pengabdian tersebut.

Laporan IbM 2014| 19

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil yang dicapai, di atas maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Modifikasi alat-alat olahraga dapat dilakukan oleh guru dengan

menggunakan alat-alat dilingkungan sekitar, dan membuat alatnya

bersama-sama dengan siswa sehingga siswa juga mengerti bagaimana

memodifikasi alat olahraga, untuk dipergunakan pada saat latihan

dirumah. Pemahaman peserta dalam materi modifikasi sangat baik,

terbukti dengan hasil wawancara yang dilakukan setelah memahami isi

materi tentang modifikasi alat.

2. Penelitian Tindakan Kelas bagi guru sangat penting, dan membuat

proposal penelitian merupakan keharusan bagi guru, sehingga hasil

pelatihan ini disamping meningkatakan pemahaman juga memberikan

stimulus dan motivasi untuk membuat proposal penelitian setelah ikut

pleatihan, hal ini terungkap pada saat istirahat makan siang, banyak

peserta yang menyampaikan ide tentang PTK kepada kami.

3. Asesmen kinerja uantuk pembelajaran penjasorkes sangat dibutuhkan

dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas, hal ini dapat

dilakukan jika penilaian pembelajaran dilakukan dengan benar, karena

karakteristik mata pelajaran penjasorkes sangat berbeda dengan mata

pelajaran lainnya. Pemahaman tentang asesmen bagi peserta dapat

dikatakan baik setelah mengikuti pelatihan, terbukti dengan hasil

wawancara singkat kami terhadap para peserta setelah mengikuti

materi assesmen.

4. Pembelajaran inovatif yang saat ini menjadi kewajiban para guru

dalam melaksanakan proses pembelajarannya telah menjadi hal

penting lainnya, pembelajaran bersifat kontekstual, pembelajaran

koperatif, discovery, inkuiri, problem based learnig dan yang lainnya.

Peserta telah memiliki pemahaman yang baik terhadap model-model

pembelajaran inovatif berdasarakan hasil wawancara singkat.

Laporan IbM 2014| 20

5. Kebugaran fisik siswa menjadi prioritas utama dalam pembelajaran

penjasorkes, bagaimana mendapatkan kebugaran, mengukurnya, dan

meningkatkan kebugaran merupakan hal yang penting untuk dipahami

guru-guru penjasorkes, sejauh ini kebugaran siswas-siswa di sekoalh

sangat rendah, sehingga dengan pemahaman ini, diharapkan guru-guru

dapat meningkatkan kebugaran siswa secara berkesinambungan untuk

menunjang kehidupan selanjutnya.

Akhirnya, dengan program pengabdian ini, disarankan kepada guru-gur

penjasorkes agar apa yang telah diberikan untuk terus diaplikasikan kepada siswa,

paradigm lama di dalam mengajar diharapkan ditinggalkan dan budaya meneliti

harus ditingkatkan serta walau masih memiliki keterbatasan sarana, namun

memodifikasi alat merupakan solusi yang efektif dengan tidak mengurangi makna

pembelajaran tersebut.

Laporan IbM 2014| 21

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S.2007. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Aunurrahman.2009. Belajar dan Pembelajaran.Bandung: C.V Alfabeta Budiningsih,A.2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT.Rineka Cipta Husdarta. 2009. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta Jihad,A and Haris,A. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Prassindo Kanca, N. 2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan

Olahraga. Buku Ajar: Undiksha Singaraja Riyanto,Y. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Medi

Group Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka

Laporan IbM 2014| 22

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Laporan IbM 2014| 23

Foto Dokumentasi Kegiatan IbM di Kecamatan Banjar

Laporan IbM 2014| 24

Laporan IbM 2014| 25

MAKALAH-MAKALAH

MODIFIKASI PEMBELAJARAN DAN SARANA DAN

PRASARANA PEMBELAJARAN PENJASORKES

OLEH:

MADE AGUS DHARMADI

Disampaikan dalam Program IbM Guru-Guru Penjasorkes di Kecamatan Banjar,

24-25 Juli 2014

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2014

Laporan IbM 2014| 26

PENDAHULUAN

Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani sangat penting untuk diketahui oleh

para guru pendidikan jasmani. Diharapkan dengan mereka dapat menjelaskan

pengertian dan konsep modifikasi, menyebutkan apa yang dimodifikasi dan

bagaimana cara memodifikasinya, menyebutkan dan menerangkan beberapa aspek

analisis modifikasi.

Dalam penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan

karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu “ Developentally

Appropriate Practice” (DAP). Artinya bahwa pembelajaran yang disampaikan

harus memerhatikan perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat

membantu mendorong ke arah perubahan tersebut. Dengan demikian

pembelajaran tersebut harus sesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat

kematangan anak didik yang diajarnya. Perkembangan atau kematangan yang

dimaksud mencakup fisik, psikis maupun keterampilannya.

KONSEP MODIFIKASI PEMBELAJARAN

Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar

proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah

menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara

meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat

memperlancar siswa dalam belajarnya.

Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa

yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih

terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas

pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran.

Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja yang

bisa dan harus dimodifikasi serta tahu bagaimana cara memodifikasinya. Oleh

karena itu, pertanyaan-pertanyaan berikut harus dipahami dengan sebaik-baiknya.

Beberapa aspek analisis modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru

tentang tujuan,karakteristik materi, kondisi lingkungan, dan evaluasinya.

Laporan IbM 2014| 27

Disamping pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan, karakteristik,

materi, kondisi lingkungan, dan evaluasi, keadaan sarana, prasarana dan media

pengajaran pendidikan jasmani yang dimiliki oleh sekolah akan mewarnai

kegiatan pembelajaran itu sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari yang

paling dirasakan oleh para guru pendidikan jasmani adalah hal-hal yang berkaitan

dengan sarana serta prasarana pendidikan jasmani yang merupakan media

pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan.

Minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-

sekolah, menuntut seorang guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam

memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada.

Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu

yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang

semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran

penjas yang diberikan. Banyak hal-hal sederhana yang dapat dilakukan oleh guru

pendidikan jasmani untuk kelancaran jalannya pendidikan jasmani.

Guru pendidikan jasmani di lapangan tahu dan sadar akan kemampuannya.

Namun apakah mereka memiliki keberanian untuk melakukan perubahan atau

pengembangan – pengembangan kea rah itu dengan melakukan modifikasi ?

Seperti halnya halaman sekolah, taman, ruangan kosong, parit, selokan dan

sebagainya yang ada dilingkungan sekolah, sebenarnya dapat direkayasa dan

dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani.

Dengan melakukan modifikasi sarana maupun prasarana, tidak akan mengurangi

aktivitas siswa dalam melaksanakan pelajaran pendidikan jasmani. Bahkan

sebaliknya, karena siswa bisa difasilitasi untuk lebih banyak bergerak, melalui

pendekatan bermain dalam suasana riang gembira. Jangan lupa bahwa kata kunci

pendidikan jasmani adalah “Bermain – bergerak – ceria”.

Lutan (1988) menyatakan : modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan

jasmani diperlukan, dengan tujuan agar :

a) Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran

Laporan IbM 2014| 28

b) Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi

c) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam

kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif,

afektif dan psikomotorik anak.

Menurut Aussie (1996), pengembangan modifikasi di Australia dilakukan

dengan pertimbangan : a) Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan

emosional seperti orang dewasa; b) Berolahraga dengan peralatan dan peraturan

yang dimodifikasi akan mengurangi cedera pada anak; c) Olahraga yang

dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih cepat

dibanding dengan peralatan standar untuk orang dewasa, dan d) Olahraga yang

dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak

dalam situasi kompetitif.

Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat

digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, oleh

karenanya pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan

karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani

dengan senang dan gembira.

MODIFIKASI SARANA DAN PRASARAN PENJASORKES

Keterbatasan tempat dan alat bukan menjadi alasan utama untuk tidak

mengajarkan suatu cabang olahraga tertentu pada peserta didik. Pengembangan

kurikulum yang semakin kompleks, menuntut guru untuk berpikir cerdas agar

materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.

Tujuan modifikasi menurut Lutan (1988), adalah: Siswa memperoleh kepuasan

dalam mengikuti pelajaran, Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam

berpartisipasi, Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar

Laporan IbM 2014| 29

Sedangkan alasan secara umum untuk modifikasi yaitu: Keterbatasan sarana dan

prasarana, Modifikasi digunakan sebagai salah satu alternatif pendekatan dalam

pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan dengan berbagai pertimbangan.

Siswa mudah sekali jenuh dengan kegiatan yang ada di sekitar

lingkungannya. Terkadang Guru Penjas masih meneruskan dengan model

pembelajaran yang sama dan anak mudah sekali bosan dengan hal yang itu-itu

saja, namun kembali lagi kepada kreatifitas Guru Penjas dalam melakukan

modifikasi pembelajaran. Modifikasi dalam pendidikan tidak hanya mencakup

dalam jenis permainan dan peraturan, tetapi juga di dalamnya jenis alat atau

sarana dan prasarana.

Lalu apa yang dimodifikasi?

1. Ukuran berat dan bentuk peralatan.

2. Lapangan permainan.

3. Waktu bermain atau lamanya permainan.

4. Peraturan permainan atau jumlah pemain.

Dari modifikasi ini ternyata juga memunculkan suatu cabang olahraga baru

dan organisasi baru, misalnya adanya permainan Tonnis, yaitu perpaduan antara

Tenis dan Bulutangkis. Cara bermain seperti halnya tenis lapangan tetapi

menggunakan lapangan bulutangkis.

Menurut Ngasmain dan Soepartono( 1997 )

“Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil,kematangan fisik dan mental

anak belum selengkap orang dewasa. Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani

selama ini kurang efektif, hanya bersifat lateral dan monoton. Sarana dan prasarana

pembelajaran pendidikan jasmaniyang ada sekarang, hampir semuanya di desain

untuk orang dewasa”. Jadi anak menjadi kurang bias menguasai. Missal dalam cabang olahraga

atletik lempar lembing, tidak mungkin anak usia dini melakukan lemparan dengan lembing

sungguhan. Tetapi sekarang ini telah dibentuk alat olahraga atletik untuk anak (Atletik KIT),

untuk lempar lembing anak dapat menggantikan lembing menggunakan turbo yang terbuat dari

karet.

Laporan IbM 2014| 30

SURAT-SURAT KEGIATAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Alamat : Jalan Udayana Singaraja-Bali Telp/Fax (0362) 26327/(0362)25735 Website: lpm.undiksha.ac.id

No : Singaraja, 14 Juli 2014

Lamp : -

Hal : Permohonan Peminjaman Ruangan

Kepada Yth.......................................

di _

Singaraja

Dengan hormat, sehubungan dengan pelaksanaan “Program Pengabdian IPTEK

Bagi Masyarakat (IbM) Guru-Guru Penjasorkes SD di Kecamatan Banjar-Kabupaten

Buleleng”, yang akan dilaksanakan pada Hari Jumat-Sabtu, 24-25 Juli 2014, Pukul 07.30

– 15.30 Wita di Kecamatan Banjar, maka kami mohon peminjaman ruangan di SDN 9

Banjar untuk mendukung dan mensukseskan kegiatan tersebut di atas.

Demikian surat permohonan ini kami buat, atas perhatian dan kerjasamanya

diucapkan terima kasih.

Mengetahui,

Ketua LPM UNDIKSHA Ketua Pengabdian

Prof. Dr. I Ketut Suma, M.S Made Agus Dharmadi, S. Pd.,M. Pd.

NIP. 195901011984031003 NIP. 197608272006041001

Laporan IbM 2014| 31

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Alamat : Jalan Udayana Singaraja-Bali Telp/Fax (0362) 26327/(0362)25735 Website: lpm.undiksha.ac.id

No : Singaraja, 14 Juli 2014

Lamp : -

Hal : Permohonan Sebagai Narasumber

Kepada Yth.......................................

di _

Singaraja

Dengan hormat, sehubungan dengan pelaksanaan “Program Pengabdian IPTEK

Bagi Masyarakat (IbM) Guru-Guru Penjasorkes SD di Kecamatan Banjar-Kabupaten

Buleleng”, yang akan dilaksanakan pada Hari Jumat, 24 Juli 2014, Pukul 09.00 – Selesai

di SDN 9 Banjar, maka kami mohon kesediaan Bapak untuk menjadi Narasumber untuk

mendukung dan mensukseskan kegiatan tersebut di atas.

Demikian surat permohonan ini kami buat, atas kesediaan dan kerjasamanya

diucapkan terima kasih.

Mengetahui,

Ketua LPM UNDIKSHA Ketua Pengabdian

Prof. Dr. I Ketut Suma, M.S Made Agus Dharmadi, S. Pd.,M. Pd.

NIP. 195901011984031003 NIP. 197608272006041001

Laporan IbM 2014| 32

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Alamat : Jalan Udayana Singaraja-Bali Telp/Fax (0362) 26327/(0362)25735 Website: lpm.undiksha.ac.id

No : Singaraja, 14 Juli 2014

Lamp : -

Hal : Permohonan Untuk Membuka Kegiatan

Kepada Yth Ketua LPM UNDIKSHA

di _

Singaraja

Dengan hormat, sehubungan dengan pelaksanaan “Program Pengabdian IPTEK

Bagi Masyarakat (IbM) Guru-Guru Penjasorkes SD di Kecamatan Banjar-Kabupaten

Buleleng”, yang akan dilaksanakan pada Hari Jumat, 24 Juli 2014, Pukul 08.30 - Selesai di

SDN 9 Banjar, maka kami mohon kepada Bapak untuk berkenan membuka kegiatan

tersebut di atas.

Demikian surat permohonan ini kami buat, atas kesediaan dan kerjasama Bapak

diucapkan terima kasih.

Mengetahui,

Ketua LPM UNDIKSHA Ketua Pengabdian

Prof. Dr. I Ketut Suma, M.S Made Agus Dharmadi, S. Pd.,M. Pd.

NIP. 195901011984031003 NIP. 197608272006041001

Laporan IbM 2014| 33

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Alamat : Jalan Udayana Singaraja-Bali Telp/Fax (0362) 26327/(0362)25735 Website: lpm.undiksha.ac.id

No : Singaraja, 14 Juli 2014

Lamp : -

Hal : Undangan

Kepada Yth:.......................................

di _

Singaraja

Dengan hormat, sehubungan dengan pelaksanaan “Program Pengabdian IPTEK

Bagi Masyarakat (IbM) Guru-Guru Penjasorkes SD di Kecamatan Banjar-Kabupaten

Buleleng”, yang akan dilaksanakan pada Hari Jumat-Sabtu, 24-25 Juli 2014, Pukul 08.00

– Selesai, di SDN 9 Banjar, maka untuk mensukseskan kegiatan, kami mengundang

Bapak/Ibu untuk menghadiri kegiatan tersebut di atas.

Demikian surat undangan ini kami buat, atas kesediaan dan kerjasamanya

diucapkan terima kasih.

*Catatan: Kegiatan ini Tidak Dipungut Biaya.

Mengetahui,

Ketua LPM UNDIKSHA Ketua Pengabdian

Prof. Dr. I Ketut Suma, M.S Made Agus Dharmadi, S. Pd.,M. Pd.

NIP. 195901011984031003 NIP. 197608272006041001

Laporan IbM 2014| 34

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Alamat : Jalan Udayana Singaraja-Bali Telp/Fax (0362) 26327/(0362)25735 Website: lpm.undiksha.ac.id

No : Singaraja, 14 Juli 2014

Lamp : -

Hal : Permohonan Sebagai Narasumber

Kepada Yth.......................................

di _

Singaraja

Dengan hormat, sehubungan dengan pelaksanaan “Program Pengabdian IPTEK

Bagi Masyarakat (IbM) Guru-Guru Penjasorkes SD di Kecamatan Banjar-Kabupaten

Buleleng”, yang akan dilaksanakan pada Hari Sabtu, 25 Juli 2014, Pukul 09.00 – Selesai di

SDN 9 Banjar, maka kami mohon kesediaan Bapak untuk menjadi Narasumber untuk

mendukung dan mensukseskan kegiatan tersebut di atas.

Demikian surat permohonan ini kami buat, atas kesediaan dan kerjasamanya

diucapkan terima kasih.

Mengetahui,

Ketua LPM UNDIKSHA Ketua Pengabdian

Prof. Dr. I Ketut Suma, M.S Made Agus Dharmadi, S. Pd.,M. Pd.

NIP. 195901011984031003 NIP. 197608272006041001

Laporan IbM 2014| 35