universitas indonesia studi mengenai sifat fisik …
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI MENGENAI SIFAT FISIK DAN TEKNIK
TANAH RESIDUAL DEPOK
SKRIPSI
VITA ARIESTA FITRIANA
0706266733
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
DEPOK
AGUSTUS 2012
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
i
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI MENGENAI SIFAT FISIK DAN TEKNIK
TANAH RESIDUAL DEPOK
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Teknik
VITA ARIESTA FITRIANA
0706266733
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
DEPOK
AGUSTUS 2012
1151/FT.01/SKRIP/08/2012
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDY OF PHYSICAL AND ENGINEERING PARAMETERS
OF DEPOK RESIDUAL SOIL
UNDERGRADUATED THESIS
Proposed as a requirement to get bachelor degree
VITA ARIESTA FITRIANA
0706266733
ENGINEERING FACULTY
CIVIL ENGINEERING PROGRAM
DEPOK
AUGUST 2012
1151/FT.01/SKRIP/08/2012
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama
NPM
: Vita Ariesta Fitriana
: 0706266733 Program Studi : Teknik Sipil
Judul Skripsi : Studi Mengenai Sifat Fisik dan Teknik Tanah Residual Depok
Telah berhasil dipertahankan di depan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian dari persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana
Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia.
DEWAN PENGUJI :
Pembimbing : Dr. Ir. Damrizal Damoerin, M.Sc
Penguji : Prof. Dr. Ir. Tommy Ilyas, M.Eng
Penguji : Ir. Widjojo A. Prakoso, P.hD
Ditetapkan di : Depok
Tanggal :
v
(………………)
(………………)
(………………)
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Damrizal Damoerin, M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberi pengarahan, diskusi, dan
bimbingan serta persetujuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terima
kasih atas kesabaran dan pengertiannya selama proses pengerjaan skripsi
berlangsung.
2. Ir. Widjojo A. Prakoso, P.hD, selaku Ketua Jurusan Geoteknik yang telah
membuka mata saya dengan segala ilmu dan pengetahuan mengenai
Geoteknik dan cara berpikir seorang engineer.
3. Ir. El Khobar M. Nazech, M. Eng, selaku pembimbing akademis yang telah
membantu saya selama masa kuliah.
4. Seluruh dosen Geoteknik yang telah banyak memberikan ilmu dan
pengetahuan mengenai dunia teknik sipil, khususnya geoteknik.
5. Dosen-dosen Departemen Teknik Sipil & Lingkungan atas semua ilmu yang
diberikan selama perkuliahan.
6. Untuk yang tercinta, Keluarga Inti : Mamah Hj. Rika Rostika, Bapak H.
Fairuz Djabidi, Teteh Vica Marisca, Teteh Vina Maulina, dan Vivi Octaviany.
Keluarga Pandanu : H. Eri Sudono, Iis Navisah, Dede Dzikry Kusuma Arbi.
Tak lupa pula uwa-uwa dan kedua kakak ipar tersayang. Berkat segala doa,
dukungan, semangat dan bantuan merekalah, akhirnyaaa..skripsi ini bisa
terselesaikan dengan penuh pengharapan untuk meneruskan cita-cita yang
sempat tertunda. There’s no strength and hope without you all. *peluk satu-
satu*
7. Sahabat-sahabat : Monika Kristyana Putri, Mbak Wening Ariwanty, Bianca
Natasya, Gloria Patricia Manurung. Teman-teman pembela kebenaran : Mita
Amalia, Martha Kimberly, Preta Vania, Stacia Andani. Teman-teman
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
vi
wanodya : Kiki, Ba Anon, Ba Lele, Wina, Tania, Hilisa, Shelvy, Gati, Nila,
Mega, Eta. Tempat berkeluh kesah, rela diganggu dan direpotkan selama
proses pengerjaan skripsi ini.
8. Teman-teman geotek, Bianca Natasya, Dapot Eskana, M. Airlangga Ahmadi,
Aditiya P. Karisma, Ishlah Habibi, Barto Hendricho, Olva Seselima dan Rifa
Ikhsan. Terima kasih atas pertemanan, bantuan dan bimbingan selama kuliah.
Geng Gosip++ :Tri Sutrisno, Wisnu Ady, Radea Ariyadira, Mustofa Rifki,
Aep Riyadi, dan Prawira Adi. Senior baik hati : Kak Eko, Kak Teguh, Kak
Yustian, Kak Tyo. Terima kasih untuk tempat curhatnya, bantuan dan
bimbingan dari awal pengerjaan hingga akhir penyelesaian skripsi. Very glad
to know you all.
9. Bapak-bapak Lab Mektan, Pak Wardoyo, Pak Narto, Pak Acong. Setiap tegur
sapa, semangat dan bantuan bapak, berarti banyak buat saya yang sempat tak
berkawan. Mbak Dian, atas pengertian dan kesabarannya dari awal
pendaftaran seminar hingga sidang skripsi.
10. Seluruh teman-teman mahasiswa Teknik Sipil Universitas Indonesia angkatan
2007, atas kerja sama dan bantuannya semasa kuliah.
11. Semua pihak yang telah banyak membantu menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan dan jasa yang berlipat ganda atas
kemurahan hati yang telah ikhlas membantu penyusunan skripsi ini, semoga
bermanfaat dan memperoleh berkah-Nya.
Depok, Agustus 2012
Vita Ariesta Fitriana
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Vita Ariesta Fitriana
NPM : 0706266733
Program Studi : Teknik Sipil
Departemen : Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas : Teknik Sipil
Jenis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Studi Mengenai Sifat Fisik dan Teknik Tanah Residual Depok”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 8 Agustus 2012
Yang menyatakan
( Vita Ariesta Fitriana )
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
x
ABSTRAK
Nama : Vita Ariesta Fitriana
Program Studi : Teknik Sipil
Judul : Studi Mengenai Sifat Fisik dan Teknik Tanah Residual Depok
Penelitian ini merupakan studi mengenai sifat fisik dan teknik dari tanah Depok.
Tanah Depok merupakan tanah residual, terbentuk dan berkembang di tempat
yang sama dengan batuan induknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui karakterisitik umum dari tanah residual Depok yang akan
diinterpretasikan berupa pola-pola hubungan antara parameter sifat fisik dan
teknik tanah terhadap elevasi serta persamaan-persamaan korelasi dari indeks
kompresi dan sudut geser. Penelitian ini dilakukan secara empiris dari data-data
hasil penyelidikan tanah terdahulu. Pengolahan data dilakukan dalam dua zona,
yaitu Zona Dalam Universitas Indonesia (ZDUI) dan Zona Luar Universitas
Indonesia (ZLUI), sehingga dapat mempermudah proses analisa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah Depok secara umum merupakan
lempung merah (halloysite) plastisitas tinggi dalam keadaan jenuh, bukan
termasuk tanah ekspansif. Tanah keras Depok berada pada elevasi 10-35 m di
bawah permukaan tanah stasiun Universitas Indonesia. Pola hubungan parameter
tanah Depok dengan elevasi antara lain nilai angka pori cenderung seragam; N-
SPT, kadar air natural, sudut geser dan indeks kompresi cenderung naik seiring
dengan bertambahnya kedalaman tanah; sementara batas cair, batas plastisitas,
indeks plastisitas dan kohesi cenderung sebaliknya. Persamaan korelasi yang
didapatkan merupakan persamaan korelasi untuk indeks kompresi (Cc), sudut
geser (φ) dan kohesi (c). Hasil penelitian sangat bergantung terhadap jumlah data
yang digunakan, jenis tanah dan kondisi muka air tanah masing-masing lokasi.
Hasil penelitian ini tidak dianjurkan untuk penggunaan langsung dalam desain,
namun dapat digunakan sebagai bahan acuan/informasi untuk desain awal ataupun
sebagai bahan studi untuk penelitian selanjutnya.
Kata kunci : tanah residual Depok, sifat fisik dan teknik tanah, persamaan
korelasi.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
xi
ABSTRACT
Name : Vita Ariesta Fitriana
Study Program : Teknik Sipil
Title : Study of physical and engineering parameters of Depok
Residual Soil
This study is about the physical and engineering characteristics of Depok soil.
Depok soil is classified as residual soil, it was developed from the insitu
weathering of rocks that have remained in the location of their origin. The main
purpose of this study is to identified the general characteristics of Depok residual
soil, which will be interpreted as some relationship patterns between the physical
and engineering parameters with elevation, and correlation equations of
compression index and shear angle. The study was processed empirically from
soil investigation datas of the earlier institution investigations. Datas were proceed
in 2 zones, Zona Dalam Universitas Indonesia (ZDUI) and Zona Luar Universitas
Indonesia (ZLUI), so it will be easier to analyzed.
The result of this study shows that generally Depok soil is classified as red clay
with high plasticity and saturated. The hard soil layer lies at elevation 10-35m
below the soil surface of Universitas Indonesia train station. These are the
relationships between Depok soil parameters and elevation, initial pore pressures
tend to be similar; N-SPT, natural water content, shear angle, and compression
index are tend to be increasing as if the soil depth; meanwhile liquid limit, plastic
limit, plasticity index and cohesion tend to be decreasing contrast with the earlier
parameters. There are three kind of correlation equations in this study, that is
compression index, shear angle and cohesion correlation equations. These results
are very depend on the datas, soil type, and ground water level of each datas
location. Therefore, this result not recommended for direct uses in the design
calculation, but can be used for initial information/guidance of preliminary design,
or can be used as the next study materials.
Keyword : Depok residual soil, physical and engineering characteristics,
correlation equation.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
COVER……… .................................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..............................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... vii
ABSTRAK…… ............................................................................................... viii
ABSTRACT… ................................................................................................. ix
DAFTAR ISI…. ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
1.5 Batasan Penelitian ................................................................................. 4
1.6 Sistematika Pembahasan ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5
2.1 Tanah Residual ...................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian .................................................................................... 5
2.1.2 Sifat Fisik Tanah ........................................................................ 15
2.1.3 Sifat Teknik Tanah .................................................................... 22
2.1.3.1 Parameter Kuat Geser Tanah ............................................... 22
2.1.3.2 Parameter Konsolidasi.......................................................... 32
2.2 Studi Mengenai Parameter Tanah ........................................................ 36
2.3 Sistem Informasi Geografis ................................................................. 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 47
3.1 Diagram Alir Penelitian ....................................................................... 47
3.2 Pengumpulan dan Klasifikasi Data ...................................................... 48
3.3 Pengolahan Data .................................................................................. 52
3.4 Analisa Data ........................................................................................ 61
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 63
4.1 Data Penelitian .................................................................................... 63
4.1.1 Lokasi Data Penelitian .............................................................. 63
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
xi Universitas Indonesia
4.2 Hubungan antara Parameter Tanah (sifat fisik dan teknik) dengan
Elevasi ................................................................................................ 69
4.2.1 Hubungan antara Parameter Sifat Fisik Tanah dengan Elevasi ... 69
4.2.2 Hubungan antara Parameter Sifat Teknik Tanah dengan Elevasi . 77
4.3 Persamaan Korelasi Parameter-Parameter Tanah ................................. 84
4.3.1 Hubungan antara Indeks Kompresi dengan Parameter Tanah
Lainnya ............................................................................................... 84
4.3.2 Grafik Korelasi Indeks Plastisitas dengan Sudut Geser ............... 86
4.3.3 Grafik Korelasi Kohesi dengan N-SPT....................................... 87
4.4 Pengujian Persamaan Korelasi Hasil Penelitian ..................................... 88
4.5 Perbandingan Hasil Perhitungan desain pondasi dangkal antara data lab
dengan nilai hitung hasil penelitian ...................................................... 92
BAB V KESIMPULAN ................................................................................... 94
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 94
5.1 Saran ................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 96
LAMPIRAN ................................................................................................ 99
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
xii Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Peta Geologi Depok ...................................................................... 2
Gambar 2.1. Gambar skematis mineral lempung ............................................... 7
Gambar 2.2. Transportasi Tanah dan Pengendapan ........................................... 8
Gambar 2.3. Peta Pulau Jawa dengan Jenis Tanahnya ..................................... 10
Gambar 2.4. Horizon Tanah Residual.............................................................. 12
Gambar 2.5. Distribusi Keberadaan Tanah Residual ........................................ 12
Gambar 2.6. (a)Volume Tanah di Lapangan; (b)Volume Tanah Jika Dapat
Dipisahkan; (c)Gambaran Komponen Volume Tanah ................. 16
Gambar 2.7. Pengaruh cara pembentukan pada kepadatan (a) tanah residu dan
(b) tanah endapan ........................................................................ 17
Gambar 2.8. Diagram Plastisitas, Sistem Inggris (BS 5930 :1999) .................. 20
Gambar 2.9. Diagram Plastisitas Cassagrande ................................................. 21
Gambar 2.10. Tiga Kelompok tanah residu pada diagram plastisitas ................. 21
Gambar 2.11. Beberapa jenis tanah Indonesia pada Diagram Plastisitas ............ 22
Gambar 2.12. Lingkaran Mohr .......................................................................... 24
Gambar 2.13. Lingkaran Keruntuhan Pengujian Triaksial UU ........................... 28
Gambar 2.14. Kurva hubungan tekanan air pori dan tegangan terhadap regangan
hasil pengujian triaksial CU (a) tanah normally consolidated, (b)
tanah overconsolidated ............................................................... 29
Gambar 2.15. Kurva hubungan tegangan dan perubahan volume terhadap
regangan pengujian triaksial CD (a) tanah normally consolidated,
(b) tanah overconsolidated .......................................................... 30
Gambar 2.16. Lingkaran Mohr Pengujian Triaksial CD..................................... 31
Gambar 2.17. Diagram Mohr untuk mencari nilai kohesi dan sudut geser ......... 32
Gambar 2.18. Kurva Kualitatif Angka Pori vs Log p untuk Tanah Lempung
NC… .......................................................................................... 34
Gambar 2.19. Kurva Kualitatif Angka Pori vs Log p untuk Tanah Sensitif ........ 34
Gambar 2.20. Parameter dasar tanah Klang Clay, Malaysia ............................... 37
Gambar 2.21. Grafik hubungan antara parameter tanah dengan elevasi tanah
Depok ......................................................................................... 39
Gambar 2.22. Grafik hubungan antara parameter tanah dengan elevasi tanah
lempung Depok........................................................................... 40
Gambar 2.23. Kuat Geser undrained dan sensitivitas Klang Clay, Malaysia ...... 41
Gambar 2.24. Hubungan antara (a) Batas Cair Vs Indeks Kompresi; (b) Angka
Pori Vs Indeks Kompresi; (c) Kadar Air Natural Vs Indeks
Kompresi dari Klang Clay Malaysia ........................................... 41
Gambar 2.25. Perbandingan antara Indeks Kompresi dan Indeks Rekompresi
Klang Clay ditinjau berdasarkan kedalaman ................................ 42
Gambar 2.26. Pola dari karakteristik konsolidasi untuk 3 macam tanah lunak di
Hanoi, Vietnam ........................................................................... 42
Gambar 2.27. Grafik hubungan antara Batas Cair dengan Indeks Plastisitas dari
Alluvium Cohesive Soil ............................................................... 43
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
xiii Universitas Indonesia
Gambar 2.28. Parameter teknik tanah lunak di Sergipe-Brazil ........................... 43
Gambar 2.29. Parameter teknik tanah lunak di Sao Paulo-Brazil ....................... 44
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian (Bagian 1) ............................................. 47
Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian (Bagian 2) ............................................. 48
Gambar 3.3. Peta Lokasi Data Penelitian......................................................... 51
Gambar 4.1. Peta Lokasi Data Penelitian......................................................... 68
Gambar 4.2. Grafik hubungan antara kadar air natural dengan elevasi (a) ZDUI
dan (b) ZLUI .............................................................................. 69
Gambar 4.3. Grafik hubungan antara batas cair dengan elevasi (a) ZDUI dan (b)
ZLUI .......................................................................................... 71
Gambar 4.4. Grafik hubungan antara batas plastis dengan elevasi (a) ZDUI dan
(b) ZLUI ..................................................................................... 72
Gambar 4.5. Grafik hubungan antara indeks plastisitas dengan elevasi (a) ZDUI
dan (b) ZLUI .............................................................................. 73
Gambar 4.6. Klasifikasi tanah Depok menggunakan grafik plastisitas sistem
unified ........................................................................................ 74
Gambar 4.7. Klasifikasi tanah Depok .............................................................. 74
Gambar 4.8. Kandungan mineral tanah Depok berdasarkan Diagram
Plastisitas… ................................................................................ 75
Gambar 4.9. Jenis tanah Depok berdasarkan Diagram Plastisitas ..................... 75
Gambar 4.10. Grafik hubungan antara angka pori awal dengan elevasi (a) ZDUI
dan (b) ZLUI .............................................................................. 76
Gambar 4.11. Grafik hubungan antara N-SPT dengan elevasi (a) ZDUI dan (b)
ZLUI .......................................................................................... 78
Gambar 4.12. Grafik hubungan antara nilai kohesi dengan elevasi (a) ZDUI dan
(b) ZLUI ..................................................................................... 79
Gambar 4.13. Grafik hubungan antara sudut geser dengan elevasi (a) ZDUI dan
(b) ZLUI ..................................................................................... 79
Gambar 4.14. Grafik hubungan antara indeks kompresi dengan elevasi (a) ZDUI
dan (b) ZLUI .............................................................................. 80
Gambar 4.15. Gabungan grafik-grafik hubungan antara parameter kadar air
natural, batas cair, batas plastis, dan indeks plastisitas dengan
elevasi (a) ZDUI dan (b) ZLUI ................................................... 81
Gambar 4.16. Gabungan grafik-grafik hubungan antara parameter N-SPT, kohesi,
sudut geser, indeks kompresi dan angka pori dengan elevasi,
ZDUI.. ........................................................................................ 82
Gambar 4.17. Gabungan grafik-grafik hubungan antara parameter N-SPT, kohesi,
sudut geser, indeks kompresi dan angka pori dengan elevasi,
ZLUI.. ........................................................................................ 83
Gambar 4.18. Persamaan korelasi antara indeks kompresi dengan kadar air
natural untuk tanah Depok (a) ZDUI (b) ZLUI ............................ 84
Gambar 4.19. Persamaan korelasi antara indeks kompresi dengan batas-batas
atterberg (batas cair dan indeks plastisitas), untuk Tanah Depok (a)
ZDUI (b) ZLUI ......................................................................... ..85
Gambar 4.20. Persamaan korelasi antara indeks kompresi dengan angka pori
awal, untuk Tanah Depok (a) ZDUI (b) ZLUI ........................... ..86
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
xiv Universitas Indonesia
Gambar 4.21. Grafik korelasi IP vs sin φ untuk (a) ZDUI (b) ZLUI .................. 87
Gambar 4.22. Grafik korelasi c vs N-SPT untuk (a) ZDUI (b) ZLUI ................. 88
Gambar 4.23. Grafik jmlah nilai hitung benar ................................................... 90
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
xv Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Asal Pembentukannya ................ 11
Tabel 2.2. Horizon Tanah Residual................................................................ 9
Tabel 2.3. Tabel Porositas, angka pori dan kadar air tanah- tanah tipikal dalam
keadaan alami ............................................................................. 22
Tabel 2.4. Tipe Pengujian Triaksial ............................................................. 27
Tabel 2.5. Parameter Teknik Tiga Jenis Tanah Lunak di Hanoi, Vietnam .... 38
Tabel 3.1. Daftar Lokasi Data untuk Zona Dalam UI ................................... 49
Tabel 3.2. Daftar Lokasi Data untuk Zona Luar UI ...................................... 50
Tabel 4.1. Lokasi Data Penelitian ZDUI (Bagian 1) ..................................... 63
Tabel 4.2. Lokasi Data Penelitian ZDUI (Bagian 2) ..................................... 64
Tabel 4.3. Tabel Elevasi dan Koordinat Lokasi Data ZDUI ......................... 65
Tabel 4.4. Lokasi Data Penelitian ZLUI ...................................................... 66
Tabel 4.5. Tabel Elevasi dan Koordinat Lokasi Data ZLUI .......................... 67
Tabel 4.6. Tabel Persamaan Korelasi antara Parameter Tanah Hasil Penelitian
untuk ZDUI.. .............................................................................. 89
Tabel 4.7. Tabel Persamaan Korelasi antara Parameter Tanah Hasil Penelitian
untuk ZLUI.. ............................................................................... 89
Tabel 4.8. Tabel Rentang Persentase Kesalahan/Penyimpangan dari
persamaan-persamaan korelasi hasil pengolahan data .................. 91
Tabel 4.9. Tabel Persamaan-persamaan korelasi indeks kompresi (berbagai
sumber)… ................................................................................... 91
Tabel 4.10. Tabel Persamaan-persamaan korelasi sudut geser (berbagai
sumber)… ................................................................................... 92
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
xvi Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Data Parameter Sifat Fisik dan Tanah ZDUI ...................... 99
A.1 N-SPT ............................................................................................... 100
A.2 Kohesi ............................................................................................... 101
A.3 Sudut Geser ....................................................................................... 103
A.4 Indeks Kompresi ............................................................................... 105
A.5 Angka Pori ........................................................................................ 107
A.6 Kadar Air Natural .............................................................................. 109
A.7 Batas Cair .......................................................................................... 110
A.8 Batas Plastis ...................................................................................... 111
A.9 Indeks Plastisitas ............................................................................... 112
LAMPIRAN B Data Parameter Sifat Fisik dan Tanah ZLUI .................... 113
B.1 N-SPT ............................................................................................... 114
B.2 Kohesi ............................................................................................... 116
B.3 Sudut Geser ....................................................................................... 117
B.4 Indeks Kompresi ............................................................................... 118
B.5 Angka Pori ........................................................................................ 119
B.6 Kadar Air Natural .............................................................................. 120
B.7 Batas Cair .......................................................................................... 121
B.8 Batas Plastis ...................................................................................... 122
B.9 Indeks Plastisitas ............................................................................... 123
LAMPIRAN C Perhitungan Interval Penyimpangan .................................. 124
C.1 Indeks Kompresi vs Angka Pori ........................................................ 125
C.2 Indeks Kompresi vs Kadar Air Natural .............................................. 127
C.3 Indeks Kompresi vs Indeks Plastisitas ............................................... 129
C.4 Indeks Kompresi vs Batas Cair .......................................................... 131
C.5 Sudut Geser vs Indeks Plastisitas ....................................................... 133
C.6 Kohesi vs N-SPT ............................................................................... 135
C.7 Grafik Korelasi .................................................................................. 137
LAMPIRAN D Perhitungan Pengujian Persamaan Korelasi ...................... 139
D.1 Indeks Kompresi vs Angka Pori ........................................................ 140
D.2 Indeks Kompresi vs Kadar Air Natural .............................................. 142
D.3 Indeks Kompresi vs Indeks Plastisitas ............................................... 144
D.4 Indeks Kompresi vs Batas Cair .......................................................... 146
D.5 Sudut Geser vs Indeks Plastisitas ....................................................... 148
D.6 Kohesi vs N-SPT ............................................................................... 150
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
xvii Universitas Indonesia
DAFTAR SINGKATAN
Pembagian Zona Pengolahan Data
ZDUI : Zona Dalam Universitas Indonesia
ZLUI : Zona Luar Universitas Indonesia
Batas-batas Atterberg
LL : Liquid Limit (Batas Cair)
PL : Plastic Limit (Batas Plastis)
IP : Indeks Plastisitas
Parameter Tanah
Wn : Kadar Air Natural
eo : Angka pori initial
c : kohesi
Cc : Indeks Kompresi
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam ilmu teknik sipil, tanah merujuk kepada setiap material yang dapat
terkonsolidasi, tidak termasuk batuan dasar yang terdiri dari butiran mineral yang
memiliki berbagai ikatan yang lemah serta memiliki bentuk dan ukuran, bahan
organik, air dan gas. Terdapat lima faktor utama pengendali pembentukan tanah
yaitu iklim, jasad hidup, bahan induk, topografi dan waktu (Pedoman/Petunjuk
Teknik dan Manual Edisi Geoteknik I, 2002). Adanya air yang merupakan bagian
dari faktor iklim mempengaruhi reaksi-reaksi kimia, kondisi fisik tanah dan
aktivitas jasad-jasad hidup yang terkandung dalam tanah. Sementara suhu dan
curah hujan dapat mempengaruhi pH tanah dan pelapukan serta pembentukan
tanah liat, terutama pada daerah tropis seperti Indonesia. Demikian juga dengan
faktor lainnya, masing-masing memiliki peranan dalam proses pembentukan
tanah. Dari kelima faktor tersebut, bahan induk merupakan faktor dasar yang
memiliki pengaruh dalam menentukan sifat fisik dan kimia tanah yang dihasilkan
(Nurhajati, dkk., 1986 ).
Secara garis besar, bahan induk dapat dibagi menjadi dua yaitu bahan
induk residual (tanah residual) dan bahan induk terangkut (tanah terangkut)
(Nurhajati, dkk., 1986). Tanah residual merupakan tanah yang terbentuk dan
berkembang di tempat, berasal dari batuan-batuan beku dan endapan/metamorf.
Sedangkan tanah terangkut merupakan tanah yang merupakan perpindahan dari
tanah lokasi satu ke lokasi yang baru melalui media transportasi seperti air, es,
gravitasi dan udara. Sebagian besar tanah di Indonesia merupakan tanah residual
(Nurhajati, dkk., 1986), demikian juga dengan Depok (Peta Geologi Lembar
Jakarta dan Sekitarnya, 1992).
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
2
Universitas Indonesia
Gambar 1.1. Peta Geologi Depok
(Peta Rupabumi Digital Indonesia lembaran 1209-423 dan 1209-421, 2001)
Berbagai macam usaha dan pengujian (laboratorium dan lapangan)
dilakukan para ahli geoteknik untuk mengetahui sifat parameter-parameter tanah
baik berupa sifat fisik maupun sifat teknik yang dapat membantu dalam proses
analisa teknik (engineering judgement) untuk menyelesaikan setiap permasalahan
tanah yang ada. Pengujian lapangan dilakukan untuk mengetahui sifat fisik tanah
di lapangan dan juga untuk mendapatkan contoh tanah uji. Uji-uji seperti sondir,
hand boring dan bor dalam merupakan salah satu cara dalam proses pengambilan
contoh tanah uji yang kemudian akan dilakukan pengujian laboratorium untuk
mengetahui sifat-sifat tekniknya.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
3
Universitas Indonesia
Permasalahan pun timbul ketika pengujian sulit dilakukan karena masalah
biaya atau kesulitan dalam proses pengujiannya. Akibat banyaknya waktu dan
pengeluaran dalam melakukan uji (contohnya : uji konsolidasi), maka sering
diinginkan untuk memperoleh nilai-nilai perkiraan dengan menggunakan indeks-
indeks tanah lainnya yang lebih mudah untuk ditentukan (Bowles, J. E., 1991).
Pada dasarnya setiap proses-proses desain infrastruktur, parameter tanah tetap
harus diketahui sebagai data dalam perhitungan desain tersebut. Oleh karena itu,
dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui perilaku tanah
berdasarkan parameter-parameter tanah yang dihasilkan melalui data-data
penyelidikan tanah yang telah dilakukan sebelumnya. Perilaku tanah ini akan
diinterpretasikan berupa pola-pola hubungan antara parameter-parameter tanah
(sifat fisik dan sifat teknik) terhadap kedalaman tanah dan persamaan-persamaan
korelasi yang mungkin terbentuk dari parameter-parameter tanah yang ada,
sehingga diharapkan dapat berguna sebagai informasi acuan awal desain
geoteknik sebelum melakukan penyelidikan lapangan secara langsung.
Penelitian ini dilakukan secara empiris melalui proses pengolahan data
dari hasil-hasil uji lapangan dan uji laboratorium beberapa lokasi tanah residual
Depok. Depok menjadi lokasi penelitian dikarenakan posisi kota Depok sebagai
daerah pendukung DKI Jakarta yang tentunya membutuhkan penambahan
infrastruktur sarana dan prasarana penunjang kota sehingga hasil penelitian
(korelasi dan karakteristik parameter tanah) ini diharapkan dapat mempermudah
proses desain infrastruktur tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengetahui karakteristik umum
tanah Depok melalui interpretasi data berupa grafik dengan pola-pola hubungan
parameter-parameter sifat fisik dan teknik tanah terhadap kedalaman dan
persamaan-persamaan korelasi yang mungkin terbentuk dari parameter-parameter
tanah. Data yang didapatkan merupakan data dari laporan-laporan hasil
penyelidikan tanah baik uji lapangan dan laboratorium. Berikut adalah rumusan
masalah yang harus dijawab dalam penelitian ini, yaitu :
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
4
Universitas Indonesia
1. Bagaimana karakteristik umum dari tanah Depok, dan pola hubungan serta
rentang distibusi parameter sifat fisik dan teknik tanah residual Depok ditinjau
berdasarkan elevasi.
2. Bagaimana hubungan/korelasi antara parameter-parameter sifat fisik dan
teknik tanah residual Depok.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami karakteristik umum dari tanah Depok serta pola
hubungan dan rentang distribusi parameter sifat fisik (Batas Atterberg (Batas
cair/LL, Batas Plastis/PL, dan Indeks Plastisitas/IP); kadar air/wn ; dan angka
pori awal/e0) dan parameter sifat teknik (N-SPT, kohesi/c, sudut geser/ϕ, dan
Indeks Kompresi/Cc) tanah residual Depok ditinjau berdasarkan elevasi.
2. Mengetahui dan memahami hubungan/korelasi yang mungkin terjadi antara
parameter-parameter sifat fisik dan teknik tanah residual Depok.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu dapat
membantu mengetahui karakteristik umum dari tanah Depok, pola hubungan
parameter sifat fisik dan teknik tanah residual Depok, rentang distribusi parameter
tanah pada umumnya, mengetahui hubungan/korelasi yang mungkin terjadi antara
parameter-parameter sifat fisik dan teknik tanah residual Depok. Melalui
penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam proses studi mengenai
karakteristik tanah residual Depok secara umum, sehingga dapat digunakan
sebagai bantuan/acuan awal dalam perhitungan desain bangunan geoteknik.
1.5 Batasan Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan dengan batasan-batasan sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan hanya untuk tanah Depok.
2. Data yang digunakan diperoleh dari hasil laporan penyelidikan tanah yang
menggunakan pengujian lapangan Standard Penetration Test dan pengujian
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
5
Universitas Indonesia
laboratorium uji batas-batas atterberg/atterberg limit, uji triaksial dan uji
konsolidasi.
3. Parameter tanah yang akan diteliti yaitu sifat fisik tanah (batas-batas atterberg
(batas cair, batas plastis, dan indeks plastisitas), kadar air, dan angka pori) dan
sifat teknik tanah (N-SPT, parameter kuat geser tanah yaitu kohesi dan sudut
geser; dan parameter konsolidasi tanah yaitu indeks kompresi Cc).
1.6 Sistematika Pembahasan
Pembahasan pada penelitian ini akan dibagi ke dalam lima bab, yaitu :
Bab 1 : Pendahuluan
Berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan penulisan penelitian ini.
Bab 2 : Tinjauan Pustaka
Membahas teori dasar mengenai tanah residual, parameter-parameter
sifat fisik dan sifat teknik tanah, hasil penelitian-penelitian terdahulu
mengenai hubungan antara parameter-parameter tanah, dan
mekanika tanah.
Bab 3 : Metode Penelitian
Membahas mengenai alur dan metode yang akan digunakan dalam
penelitian ini.
Bab 4 : Pembahasan
Berisi tentang penyajian data hasil dari laporan penyelidikan tanah,
hasil analisa penelitian berupa pola hubungan parameter-parameter
sifat fisik dan teknik tanah residual Depok dengan elevasi, rentang
distribusi parameter tanah residual Depok pada umumnya, dan
persamaan korelasi antara parameter-parameter tanah.
Bab 5 : Kesimpulan
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
6 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah Residual
2.1.1 Pengertian
Dalam ilmu teknik sipil, tanah merujuk kepada setiap material yang
dapat terkonsolidasi, tidak termasuk batuan dasar yang terdiri dari butiran
mineral yang memiliki berbagai ikatan yang lemah serta memiliki bentuk dan
ukuran, bahan organik, air dan gas. Jadi tanah meliputi gambut, tanah organik,
lempung, lanau, pasir dan kerikil atau campuran dari material-material
tersebut. Proses pembentukan tanah terdiri dari penguraian batuan oleh proses
kimia, fisika dan biologi; pengangkutan dan pengendapan; dan perubahan
selanjutnya yang disebabkan oleh tegangan akibat timbunan yang bertambah,
kimia atau faktor-faktor lainnya (Pedoman/Petunjuk Teknik dan Manual Edisi
Geoteknik I, 2002).
Secara garis besar, tanah dibentuk melalui pelapukan fisika dan kimiawi
pada batuan. Pelapukan fisika terdiri atas dua jenis. Jenis pertama adalah
penghancuran disebabkan terutama oleh pembasahan dan pengeringan terus
menerus ataupun pengaruh es atau salju. Jenis kedua adalah pengikisan akibat
air, angin ataupun es. Proses ini menghasilkan butir yang kecil sampai besar,
namun komposisinya masih tetap sama dengan batuan asalnya (Wesley,
2012). Pelapukan fisika tidak pernah menghasilkan lempung. Lempung
dihasilkan melalui pelapukan kimiawi. Pelapukan kimiawi lebih rumit
dibandingkan dengan pelapukan fisika, karena dalam prosesnya memerlukan
air serta oksigen dan karbon dioksida (Wesley, 2012). Pada dasarnya, mineral
utama yang terbentuk di dalam batuan adalah kelompok silikat yang terbentuk
99% dari kerak bumi. Mineral yang lain dapat digolongkan ke dalam feldspar,
silika, olivine, proksen, amfibol dan mika (Pedoman/Petunjuk Teknik dan
Manual Edisi Geoteknik I, 2002). Proses kimiawi mengubah mineral yang
terkandung tersebut menjadi mineral yang sangat berbeda sifatnya. Mineral
baru ini disebut dengan mineral lempung (clays mineral). Mineral lempung
yang banyak dikenal adalah kaolinite, illite dan montmorillonite. Mineral
lempung inilah yang menghasilkan sifat lempung yang khusus yaitu kohesi
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
7
Universitas Indonesia
serta plastisitas. Montmorillonite memiliki sifat aktivitas tinggi, illite memiliki
sifat aktivitas sedang, sedangkan kaolinite memiliki sifat aktivitas rendah.
Lempung yang mengandung montmorillonite memiliki sifat teknik yang
buruk, khususnya sering menyebabkan kerusakan pada fondasi gedung akibat
adanya pengembangan dan penyusutan, sebaliknya kaolinite jarang
menyebabkan kesulitan karena aktivitasnya sangat rendah.
Selain ketiga jenis mineral tersebut, ada dua jenis lagi yaitu halloysite
dan allophone/immogolite. Kedua jenis ini sering terdapat pada lempung yang
berasal dari bahan vulkanis. Mineral ini terbentuk akibat pelapukan pada abu
vulkanis, yaitu bahan yang dikeluarkan oleh peletusan gunung api. Abu ini
terdiri atas butir sebesar lanau dan pasir halus. Ukuran butir mineral halloysite
dan allophone/immogolite sangat kecil dibandingkan dengan ketiga jenis
mineral lainnya (Wesley, 2012), dapat terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Gambar skematis mineral lempung
(Wesley, 2012)
Terdapat lima faktor utama pengendali pembentukan tanah yaitu iklim,
jasad hidup, bahan induk, topografi dan waktu. Adanya air yang merupakan
bagian dari faktor iklim mempengaruhi reaksi-reaksi kimia, kondisi fisik tanah
dan aktivitas jasad-jasad hidup yang terkandung dalam tanah. Sementara suhu
dan curah hujan dapat mempengaruhi pH tanah dan pelapukan serta
pembentukan tanah liat, terutama pada daerah tropis seperti Indonesia.
Demikian juga dengan faktor lainnya, masing-masing memiliki peranan dalam
proses pembentukan tanah (Nurhajati, dkk., 1986 ).
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
8
Universitas Indonesia
Berdasarkan asalnya, tanah dapat diklasifikasikan secara luas menjadi
tanah organik dan tanah inorganik. Tanah organik adalah campuran yang
mengandung bagian-bagian yang cukup berarti berasal dari pelapukan dan sisa
tanaman dan terkadang dari kumpulan kerangka dan kulit organisme kecil,
sedangkan tanah inorganik merupakan tanah yang berasal dari pelapukan
batuan secara kimia ataupun fisik. Tanah residual dan tanah pindahan
(transportasi) termasuk ke dalam jenis tanah inorganik (Dunn, I.S. & Loren
R.A. & Fred W.K., 1992). Walaupun tanah residual dan tanah pindahan sama-
sama merupakan tanah inorganik, kedua tanah tersebut berbeda dalam hal cara
pelapukan batuan dasarnya. Tanah residual adalah hasil dari pelapukan atau
dekomposisi batuan atau tipe tanah lain yang pada prinsipnya tetap berada
pada tempatnya pada waktu mereka terbentuk (Nurhajati, et al, 1986).
Menurut Schaetzl & Anderson (2005), tanah residual didefinisikan sebagai
tanah yang terbentuk/tersimpan dan terkonsolidasi di tempat yang sama
dimana batuan induknya terbentuk (Cottingham, M.A., 2009). Sementara itu,
jika tanah berpindah ke lokasi yang baru melalui cara transportasi, maka
disebut sebagai tanah terangkut. Jenis transportasi dan lingkungan
pengendapannya, cukup berpengaruh pada sifat dari endapan tersebut.
Setidaknya ada lima jenis tanah terangkut menurut cara pemindahannya yaitu
alluvial (oleh air), glacial (oleh es), aeolian (oleh udara), colluvial (oleh
gravitasi), dan fill (oleh manusia) (Look, B.G., 2007).
Gambar 2.2. Transportasi Tanah dan Pengendapan
(Pedoman/Petunjuk Teknik dan Manual Edisi Geoteknik I, 2002)
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
9
Universitas Indonesia
Tabel 2.1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Asal Pembentukannya
(Look, B.G., 2007)
Tanah residual biasanya tersebar di daerah tropis dan biasa pula
disebut sebagai laterit (laterite) (Zurakowski, 2008). Hal ini disebabkan
karena pelapukan abu vulkanis di negara tropis biasanya mengikuti urutan
sebagai berikut :
Ash allophone halloysite kaolinite sesqui-oxides laterite
Pelapukan dari kaolinite menjadi sesqui-oxides yaitu ketika kadar silika
berkurang akibat pelarutan dalam air tanah. Tetapi, kadar senyawa alumunium
dan besi naik, dalam jangka waktu lama akan menjadi bahan pelekat antar
butir, sehingga menghasilkan tanah yang disebut dengan laterite. Laterite
bersifat seperti kerikil atau kerikil berpasir (Wesley, 2012).
Selain di daerah tropis, tanah residual juga dapat ditemukan di daerah-
daerah yang tidak turun salju seperti pada bagian tenggara dan barat daya
Amerika Serikat, sebagian besar Australia, India, Afrika dan Eropa Selatan.
Tanah residual berasal dari batuan-batuan beku (granit, gneiss, basal, dan
andesit), endapan atau metamorf yang terletak di bawahnya (batu pasir dan
batu kapur) (Zurakowski, Z, 2008). Di Indonesia, tanah residual terdapat di
sebagian besar daerah dengan topografi pegunungan, perbukitan dan yang
bergelombang (Nurhajati, dkk., 1986). Di Pulau Jawa sendiri, tanah residual
biasanya berasal dari Gunung Api, dari bahan vulkanis seperti breksi, batu
pasir vulkanis, aliran lahar, lapisan abu dan terkadang aliran lava. Bahan
vulkanis ini mengalami pelapukan sampai menghasilkan tanah yang berbutir
halus dan berkohesi. Pelapukan ini bisa terjadi hingga sangat dalam di bawah
permukaan bumi (Wesley, 2012). Keberadaan tanah residual biasanya ditandai
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
10
Universitas Indonesia
oleh warna merah atau coklat sebagai hasil dari proses laterisasi (Nurhajati,
dkk., 1986). Warna merah merupakan salah satu warna dari jenis lempung
hasil pelapukan bahan vulkanis. Tanah yang dihasilkan dari pelapukan bahan
vulkanis, secara garis besar dapat terbagi menjadi dua yaitu lempung merah
tropis yang banyak terdapat pada bagian lereng-lereng gunung api yang tidak
tinggi, lebih dikenal dengan nama tanah merah, dan tanah lempung abu
vulkanis berwarna cokelat kekuningan yang banyak terdapat pada bagian
lereng gunung api yang sangat tinggi (Wesley, 2012). Berikut adalah gambar
peta pulau Jawa yang memperlihatkan daerah-daerah dengan jenis tanah dari
hasil pelapukan bahan vulkanis.
Gambar 2.3 Peta Pulau Jawa dengan jenis tanahnya.
(Wesley, 2012)
Pada peta tersebut dapat terlihat jenis tanah latosol, campuran latosol dan
andosol, dan murni andosol. Latosol adalah tanah merah yang berasal dari
bahan vulkanis, terutama aliran lahar dan abu vulkanis, sebagian besar terdiri
atas mineral lempung halloysite. Andosol adalah lempung abu vulkanis,
berasal dari bahan vulkanis, sebagian besar terdiri atas mineral lempung
allophone (Wesley, 2012). Berdasarkan peta di atas, wilayah Depok termasuk
ke dalam latosol.
Bentuk dari tanah residual tergantung pada tiga variabel natural, yaitu
batuan induk dan kandungan kimia di dalamnya, kondisi lingkungan (iklim)
dan topografi, serta lama waktu batuan induk tersebut terekspos cuaca
(Nurhajati, dkk., 1986). Tanah residual biasanya bersifat heterogen, biasanya
memiliki permebilitas tinggi, efek struktural mikro dan makro, dan dalam
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
11
Universitas Indonesia
keadaan jenuh. Tanah residual terdiri dari tanah berbutir halus kelanauan atau
kelempungan yang memiliki konsistensi medium sampai dengan keras dan
menampakkan adanya pelapisan atau horison (Zurakowski, Z, 2008).
Contohnya adalah lithosol, yellow soil dari kompleks granit, gneiss dan schist
di Orissa (India), andosol (Indonesia dan Philipina), grumosol (Pulau Jawa).
Sebagian besar tanah di Indonesia adalah tanah residual, di luar alluvial dan
gambut (Nurhajati, dkk., 1986).
Tanah ini terbentuk oleh pelapukan dan pelarutan bahan yang dapat
larut air dari atas ke bawah. Karena pelarutan biasanya tidak terdapat lagi
dengan bertambah dalamnya tanah, maka tanah residu ini akan makin sedikit
berubah sampai batuan dasar dicapai. Apabila tanah residual digali secara
vertikal, maka akan terdapat susunan lapisan horizontal (Bowles, J.E., 1991).
Potongan vertikal disebut sebagai profil tanah dan setiap lapisan tadi disebut
sebagai horizon tanah. Pada umumnya horizon-horizon itu adalah :
Tabel 2.2. Horizon Tanah Residual
T
a
b
e
l
H
o
(Bowles, J.E., 1991)
Horizon Keterangan
A
Zona terdiri dari tanah atas (top soil) dan bahan-bahan
organik dan pada daerah lembab merupakan bahan yang
sangat mudah larut. Biasanya merupakan bahan yang telah
lama mengalami pelapukan dan berwarna gelap, termasuk
berbagai bayangan dari warna hitam atau coklat dengan
ketebalan beberapa sentimeter. Zona ini berbatasan dengan
horizon B.
B
Zona di bawah horizon A mengandung bahan yang telah
larut dalam jumlah yang cukup banyak (garam yang dapat
larut oleh air seperti karbonat, sulfat dan klorida) dan
mineral lempung. Zona ini memiliki ketebalan dari 0.5 –
beberapa meter. Zona ini berbatasan dengan horizon C.
C
Zona transisi berupa batuan dasar yang baru saja mengalami
pelapukan. Pada zona ini terkadang terdapat fragmen
batuan.
D Batuan dasar.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
12
Universitas Indonesia
Tanah residual cenderung memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Mengandung mineral yang telah mengalami pelapukan dari batuan dasar.
2. Partikelnya cenderung berbentuk persegi jika dibandingkan dengan tanah
hasil transportasi yang cenderung berbentuk lebih bundar.
3. Fragmen batuan yang persegi dan besar cenderung tersebar di sekitar
massanya (Bowles, J.E., 1991).
Gambar 2.4. Horizon Tanah Residual
(Bowles, J.E., 1991)
Lokasi tanah residual di dunia
Gambar 2.5. Distribusi keberadaan tanah residual (berdasarkan F.A.O World
Soil Map)
(Zurakowski, Z., 2008)
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Tanah residual merupakan tanah yang terdiri dari tanah berbutir halus
kelanauan atau kelempungan yang memiliki konsistensi medium sampai
dengan keras dan menampakkan adanya pelapisan atau horison. Menurut
Mitchell pada tahun 1993, tanah residual yang sering ditemukan adalah tanah
residual tropis, saprolites, dan decomposed granites. Perbedaan tanah residual
ini dihasilkan bergantung pada panjang waktu terbentuknya, jenis mineral
yang terdapat dalam batuan induk, bagaimana cara tanah terekspos cuaca, dan
berbagai ion yang terbentuk akibat proses pencuacaan yang terjadi. Tanah
residual dapat ditemukan di seluruh dunia dan sering memiliki perilaku sifat
teknik yang berbeda jika dibandingkan dengan tanah hasil transportasi
(Cottingham, M.A., 2009).
Pada umumnya tanah residual memiliki perbedaan parameter sifat
teknik dibandingkan dengan tanah deposit hasil dari proses sedimentasi (tanah
endapan) (Zurakowski, Z., 2008). Sebenarnya tanah residu dan tanah endapan
tidak terlalu berbeda juga, sebagian besar prinsip dasar mekanika tanah
berlaku untuk keduanya, seperti prinsip tegangan efektif, hokum rembesan air
dalam tanah, hokum kekuatan geser Mohr-Coulomb, daya dukung, tekanan
tanah dan stabilitas lereng (Wesley, 2012). Perilaku unik tanah residual
disebabkan oleh perbedaan bagaimana cara terbentuknya dan kondisi iklim
lokasi tempat terbentuknya tanah tersebut (Cottingham, M.A., 2009).
Perbedaan cara terbentuk antara tanah residual dan tanah endapan
menyebabkan perbedaan pada strukturnya. Tanah residu sangat berhubungan
erat dengan sifat tanah dan jenis batuan asalnya. Tanah residu memiliki
struktur yaitu butirnya teratur, terikat satu sama lain sehingga membentuk
kerangka tanah. Sementara tanah endapan lebih beragam, tergantung kepada
ada atau tidaknya perubahan setelah pengendapan. Oleh karena itu ada yang
disebut sebagai dengan tanah endapan baru dan tanah endapan lama (Wesley,
2012). Perbedaan utama antara tanah residual dan tanah endapan, antara lain :
a. Tanah residual umumnya kurang seragam, kecuali tanah merah.
b. Ada jenis tanah residual yang mengandung mineral lempung yang luar
biasa, sehingga sangat mempengaruhi sifatnya. Hal ini tidak terdapat pada
tanah endapan.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
14
Universitas Indonesia
c. Riwayat tegangan tidak memengaruhi kelakuan tanah residual.
d. Korelasi empiris berdasarkan pada sifat tanah endapan mungkin tidak
berlaku pada tanah residual.
e. Keadaan tegangan air pori di atas muka air tanah menjadi faktor penting
untuk memahami kelakuan tanah residu.
Tanah residual sangat sensitif terhadap gangguan, sehingga contoh
tanah yang diambil sebaiknya berupa contoh tanah tak terganggu agar dapat
diketahui perilaku mekaniknya (Cottingham, M.A., 2009). Contoh tanah tak
terganggu merupakan contoh tanah yang tidak diinginkan terjadinya
perubahan-perubahan pada struktur tanah contoh tanah tersebut. Contoh ini
dibutuhkan untuk memperkirakan sifat-sifat teknis tanah untuk analisis
kekuatan dan stabilitas serta studi aliran air. Contoh tanah tidak terganggu
biasanya didapatkan dari sumur uji, tabung contoh berdinding tipis
berdiameter 50-150 mm, dan alat pengambil contoh dengan piston
(Hardiyatmo, 1992).
Banyak teori-teori korelasi empiris yang digunakan di dalam ilmu
geoteknik diperoleh berdasarkan data tanah biasa yang tidak dapat
diaplikasikan untuk tanah residual mengingat karakteristik tanah residual yang
unik (Zurakowski, Z, 2008). “Tanah residual tropis merupakan hasil dari
pencuacaan insitu dari berbagai macam batuan induk sehingga tanah memiliki
karakteristik unik seperti adanya ikatan antarpartikel (interparticle bonding).
Tanah yang terbentuk pada umumnya memiliki profil heterogen dan berada
pada kondisi tidak tersaturasi secara natural” (Zurakowski, Z, 2008).
Adapun beberapa contoh karakteristik unik dari parameter tanah
residual, antara lain :
1. Kuat geser (shear strength)
Kuat geser pada tanah residual sangat terpengaruh oleh karakteristik tanah
berikut:
Variabel angka pori tidak dapat dihubungkan dengan sejarah tegangan
yang terjadi pada mineral batuan induk yang terkena cuaca.
Adanya agregasi pada partikel butiran halus.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
15
Universitas Indonesia
Ikatan antara partikel lempung yang terkena cuaca dan sementasi
memberikan nilai kohesi tanah tertentu yang dapat rusak akibat
adanya geseran.
Kondisi tidak jenuh memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kuat
geser insitu.
2. Angka pori
Angka pori pada tanah residual sangat berhubungan dengan cuaca.
Menurut Lumb pada tahun 1962, angka pori dapat sangat beragam
tergantung pada sumber batuan, tipe cuaca, dan kondisi tegangannya. Hal
ini mungkin karena adanya variasi jumlah produk hasil pencuacaan yang
keluar/mencair dari tanah (Zurakowski, Z., 2008).
Sifat-sifat tanah yang diukur pada ilmu mekanika tanah dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu sifat yang menggambarkan secara garis besar
tentang perilaku tanah (Sifat Fisik Tanah) dan sifat yang diperlukan untuk
perancangan, seperti kekuatan, kompresibilitas, permeabilitas dan sebagainya
(Sifat Teknik Tanah).
2.1.2 Sifat Fisik Tanah
Parameter-parameter sifat fisik tanah dapat diketahui melalui
penyelidikan tanah baik di lapangan maupun laboratorium. Penyelidikan tanah
merupakan bagian yang penting dalam perencanaan geoteknik. Penyelidikan
tanah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui stratifikasi lapisan tanah,
sifat indeks dan sifat teknik pada setiap lapisan tanah, kondisi air tanah,
komposisi kimia air tanah yang dapat memberi dampak korosi pada konstruksi
bawah tanah, dan untuk mengetahui jenis pondasi bangunan yang sudah ada di
sekitarnya.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
16
Universitas Indonesia
Dalam satu blok tanah terdapat :
Gambar 2.6. (a) Volume tanah di lapangan; (b)Volume tanah jika dapat
dipisahkan; (c)Gambaran komponen volume tanah.
(Bowles, J.E., 1991)
Gambar di atas merupakan penyajian skematis suatu elemen tanah yang
memperlihatkan tanah pada sistem tiga fase. Kumpulan partikel-partikel padat
yang dianggap bersifat tak kompresibel terhadap beban normal secara teknis
dan praktis merupakan fase padat dari sistem tersebut. Ruang kosong atau pori
di antara partikel-partikel terisi oleh cairan atau gas ataupun keduanya
merupakan dua fase lainnya. (Dunn, I.S. & Loren R.A. & Fred W.K., 1992).
Berikut adalah penjelasan dari komponen suatu elemen tanah :
1. Pori-pori atau rongga (voids) yang merupakan ruang terbuka di antara
butiran-butiran tanah.
2. Butiran tanah yang mungkin makroskopis atau mikroskopis dalam
ukurannya Partikel mikroskopis dapat terlihat oleh mata biasa jika
terdapat dalam jumlah yang bervariasi.
3. Kelembaban tanah yang dapat menyebabkan tanah terlihat basah, lembab
ataupin kering. Air di dalam pori atau rongga tersebut disebut air pori,
mungkin ada dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi seluruh rongga
tersebut (jenuh) atau mungkin hanya ada di sekeliling tanah saja (Bowles,
J.E., 1991).
Pori/rongga tanah residual lebih besar dibandingkan dengan tanah endapan.
Pelapukan pada batuan mengurangi kepadatan batuan sehingga kekuatan
turun. Pada batuan asalnya hamper tidak terdapat pori sama sekali, setelah
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
17
Universitas Indonesia
menjadi tanah, volume pori cukup besar dibandingkan dengan volume
butirannya. Ada jenis tanah dengan volume butir kurang dari 20% volume
total. Sementara pada tanah endapan mengalami pemampatan akibat berat
tanah sendiri, sehingga volume pori menurun dan tanah menjadi lebih keras.
Pengaruh tekanan pada volume pori terlihat pada Gambar 2.7 (b). Angka pori
terus menurun akibat kenaikan tekanan, tetapi dapat naik kembali ketika
tekanannya berkurang (Wesley, 2012).
Gambar 2.7 Pengaruh cara pembentukan pada kepadatan (a) tanah residu dan
(b) tanah endapan. (Wesley, 2012)
Berikut adalah beberapa parameter sifat fisik tanah yang
menggambarkan hubungan antarfase tanah.
a. Angka pori (e).
Angka pori merupakan ukuran jumlah relatif dari rongga, didapatkan
melalui perbandingan antara volume rongga (Vv) dan volume butiran
tanah (Vs).
𝑒 = 𝑉𝑣
𝑉𝑠
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
18
Universitas Indonesia
Nilai angka pori berkisar antara 0 ≤ e ≤ ∞ (Bowles J.E., 1991). Pada pasir
alam biasanya angka pori berkisar antara 0.5-0.8, sedangkan untuk tanah
kohesif berkisar antara 0.7-1.1 (Hussein, Mohammad H. & Jerry A.D.,
2004)
b. Porositas (n).
Porositas merupakan nilai persentase volume rongga yang terdapat pada
satu blok tanah. Besar nilai porositas berkisar antara 0 ≤ n ≤ 1 (dalam
desimal).
𝑛 = 𝑉𝑣
𝑉𝑇 .100%
𝑒 = 𝑛
1 − 𝑛
c. Kadar air (w).
Kadar air merupakan persentase berat air terhadap berat tanah.
Dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
𝑤 = 𝑊𝑤
𝑊𝑠 .100%
d. Derajat kejenuhan (S).
Derajat kejenuhan merupakan persentase dari volume rongga total yang
mengandung air atau rasio antara air yang ada di dalam pori-pori tanah
terhadap jumlah total yang akan terdapat apabila seluruh pori-pori tersebut
terisi air.
𝑆 = 𝑉𝑤𝑉𝑣
.100%
Tanah kering memiliki nilai derajat saturasi sebesar 0 %, sedangkan tanah
jenuh adalah 100%. Batas-batas nilai derajat saturasi adalah 0 ≤ S ≤ 100
(dalam persen).
e. Berat jenis (Gs).
Secara umum berat jenis adalah berat volume satuan suatu material
dibandingkan dengan berat volume satuan air pada suhu 4oC. Namun, pada
geoteknik berat jenis didefinisikan sebagai rasio dari berat isi butiran
terhadap berat isi air. Biasanya yang dibutuhkan pada ilmu geoteknik
adalah berat jenis butiran tanah (Gs) yang dinyatakan dalam rumus :
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
19
Universitas Indonesia
𝐺𝑠 = 𝛾𝑠𝛾𝑤
= 𝑊𝑠
𝑉𝑠 𝛾𝑤
γs merupakan berat satuan butiran tanah (tanpa rongga/pori) (Bowles J.E.,
1991).
Konsistensi dari lempung atau tanah kohesif lainnya sangat dipengaruhi
oleh kadar air tanah. Transisi dari satu keadaan ke keadaan lain terjadi
pada suatu kisaran kadar air sehingga batas-batas tersebut merupakan
suatu sifat yang berdasar kesepakatan. Uji yang digunakan untuk
mengetahui batasan-batasan tersebut dikenal dengan nama uji atterberg
limit. Adapun batasan yang dapat diketahui antara lain :
a. Liquid Limit (LL), batas cair, kadar air paling rendah dimana tanah
dalam keadaan cair. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat
cassagrande. Pengujian selesai ketika alur yang dibuat pada sampel
bertaut sepanjang ±1/2 in pada ketukan ≥ 25 ketukan. (ASTM D-423).
b. Plastic Limit (PL), batas plastis, kadar air terendah dimana tanah
dianggap dalam keadaan plastis. Plastisitas merupakan karakteristik
yang penting dalam hal tanah berbutir halus. Plastisitas merupakan
kemampuan tanah untuk berdeformasi pada volume tetap tanpa terjadi
retakan atau remahan (Craig, R.F., 1991). Saat pengujian, tanah
dianggap plastis jika dapat dibentuk/diolah menjadi bentuk baru tanpa
retak-retak. Segumpal tanah digulung seperti batangan dengan
diameter ±3.18 mm, hanya mengalami retak halus. (ASTM D-424).
c. Shrinkage Limit (SL), batas susut, kadar air tertentu tanah pada volume
konstan meskipun jika kadar airnya dikurangi. Pengujian berdasarkan
ASTM D-427.
Selain itu, terdapat indeks plastisitas (IP) yaitu selisih antara batas cair dan
plastis, merupakan rentang kadar air dimana tanah berperilaku dalam keadaan
plastis (Dunn, I.S. & Loren R.A. & Fred W.K., 1992). Berdasarkan batas
atterberg, Cassagrande pada tahun 1948, mengembangkan sebuah diagram
yang terkenal dengan sebutan diagram plastisitas (Wesley,2012).
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
20
Universitas Indonesia
Gambar 2.8 Diagram Plastisitas, Sistem Inggris (BS 5930 : 1999).
(Craig, R.F., 2004)
Diagram plastisitas berfungsi untuk membagi tanah berbutir halus kedalam
kelompok dengan sifat teknik yang serupa. Pada diagram plastisitas,
indeks plastisitas (plasticity index) diplot terhadap batas cair (liquid limit).
Pada diagram ini terdapat garis yang membagi tanah menjadi dua macam
yaitu tanah bersifat lempung dan tanah bersifat lanau, seperti terlihat pada
Gambar 2.10. Garis pembagi tersebut dinamakan garis A (A-line).
Casagrande menentukan garis A dengan melakukan pengujian batas
atterberg pada tanah yang berbeda-beda dan sekaligus memeriksa sifatnya
(Wesley, 2012).
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
21
Universitas Indonesia
Gambar 2.9 Diagram Plastisitas Cassagrande.
(Wesley, 2012)
Tanah yang berada di atas garis A umumnya memiliki sifat teknik yang
buruk. Tanah tersebut kemungkinan memiliki kompresibilitas yang tinggi
dan kekuatan geser yang rendah serta perilaku menyusut atau
mengembang. Sedangkan tanah di bawah garis A merupakan bahan
dengan sifat teknik yang baik (Wesley, 2012). Tanah residual yang berada
di Pulau Jawa merupakan tanah jenis lempung tropis merah dan lempung
abu vulkanis, memiliki sifat teknik yang baik karena berada di bawah garis
A, pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Tiga kelompok tanah residu pada diagram plastisitas. (Wesley, 2012)
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
22
Universitas Indonesia
Gambar 2.11 Beberapa jenis tanah Indonesia pada Diagram Plastisitas.
(Wesley, 2012)
Menurut Peck, Hanson dan Thornburn pada tahun 1974,
mengemukakan deskripsi tanah-tanah tipikal dalam keadaan alami
berkaitan dengan nilai porositas, angka pori dan kadar air naturalnya.
Berikut adalah tabelnya :
Tabel 2.3 Tabel Porositas, angka pori dan kadar air tanah-tanah tipikal
dalam keadaan alami.
Deskripsi Porositas
(n)
Angka Pori
(e)
Kadar Air
(w)
Pasir uniform, lepas 0.45 0.85 32
Pasir uniform, padat 0.34 0.51 19
Pasir berbutir campuran, lepas 0.4 0.67 25
Pasir berbutir campuran, padat 0.3 0.43 16
Lanau bawaan angin 0.5 0.99 21
Tanah glasial, berbutir sangat campuran 0.2 0.25 9
Lempung glasial lunak 0.55 1.2 45
Lempung glasial kaku 0.37 0.6 22
Lempung agak organik lunak 0.66 1.9 70
Lempung sangat organik lunak 0.75 3.0 110 Lempung monmorilonit lunak (calcium
bentonite) 0.84 5.2 194
(Dunn, I.S. & Loren R.A. & Fred W.K., 1992)
2.1.3 Sifat Teknik Tanah
2.1.3.1 Parameter Kuat Geser Tanah
Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh
butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan (Hardiyatmo, 1992).
Parameter kuat geser tanah diperlukan untuk analisis-analisis daya
dukung tanah, stabilitas lereng, dan tegangan dorong untuk dinding
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
23
Universitas Indonesia
penahan tanah. Berdasarkan teori Mohr pada tahun 1910, keruntuhan
suatu bahan dapat terjadi oleh akibat adanya kombinasi keadaan kritis
dari tegangan normal dan tegangan geser. Hubungan antara tegangan
normal dan tegangan geser pada bidang runtuhnya, dinyatakan dengan
persamaan :
τ = f(σ)
dengan,
τ adalah tegangan geser pada saat terjadinya keruntuhan;
σ adalah tegangan normal pada kondisi tersebut.
Secara sepintas kekuatan geser dapat dibagi dalam nilai yang
tergantung pada tahanan geser antara butir-butir tanah dan kohesi pada
permukaan butir-butir tanah itu (Dunn, I.S. & Loren R.A. & Fred
W.K., 1992). Tanah ketika mengalami pembebanan akan ditahan oleh :
1. Kohesi tanah (c), yang bergantung pada jenis tanah dan
kepadatannya tetapi tidak bergantung pada bidang gesernya.
2. Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus
dengan tegangan vertikal pada bidang gesernya.
Kohesi dari lempung diperkirakan disebabkan oleh gravitasi listrik dan
sifat-sifat dari air yang diserap pada permukaan partikel lempung.
Coulomb pada tahun 1776 kemudian mendefinisikan f(σ) (fungsi dari
tegangan normal) menjadi :
τ = c + σ tan 𝝋
dengan, τ adalah kuat geser tanah;
c adalah kohesi tanah;
𝝋 adalah sudut gesek/geser dalam tanah;
σ adalah tegangan normal pada bidang runtuh.
Persamaan inilah yang disebut sebagai kriteria keruntuhan Mohr-
Coulomb. Persamaan Mohr-Coulomb memiliki kelemahan karena
menghasilkan data yang relatif tidak tepat. Hal ini diakibatkan oleh
nilai-nilai c dan 𝝋 yang tergantung dari jenis pengujian yang
dilakukan. Kemudian Terzaghi pada tahun 1925 mengubah rumus
Coulomb dalam bentuk tegangan efektif. Tegangan-tegangan efektif
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
24
Universitas Indonesia
yang terjadi di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh besarnya tekanan
air pori, sehingga persamaan Coulomb akhirnya berubah menjadi :
τ = c’ + (σ-u) tan 𝝓’
τ = c’ + σ’ tan 𝝓’
dengan,
c’ adalah kohesi tanah efektif;
𝝓’ adalah sudut gesek/geser dalam tanah efektif;
u adalah tekanan air pori;
σ’ adalah tegangan normal efektif.
Persamaan kuat geser dengan menggunakan tegangan efektif
menghasilkan data yang relatif tepat dan tidak tergantung dari jenis
pengujiannya.
Kuat geser tanah dapat ditentukan dengan menggunakan
lingkaran tegangan Mohr (dengan koordinat-koordinat τ dan σ’) :
Gambar 2.12. Lingkaran Mohr.
(Head, K.H., 1985)
Kuat geser tanah dinyatakan dalam bentuk tegangan-tegangan
efektif σ1’ dan σ3’ pada saat keruntuhan terjadi. Persamaan
tegangan gesernya dinyatakan oleh :
τ = ½ (σ1’- σ3’) sin 2θ
σ = ½ (σ1’+ σ3’) + ½ (σ1’- σ3’) cos 2θ
dengan,
θ adalah sudut teoritis antara bidang horizontal dengan bidang
longsor yang besarnya :
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
25
Universitas Indonesia
θ = 45o + ϕ’/2
Besarnya nilai parameter kuat geser tanah dapat ditentukan dari
persamaan-persamaan sebagai berikut :
sin 𝜙’ = 1/2 (σ1’− σ3’)
𝑐 cot 𝜙 ′ + 1/2 (σ1’+ σ3’)
(σ1’- σ3’) = 2 c cos ϕ’ + (σ1’ + σ3’) sin ϕ’
Persamaan di atas digunakan untuk menentukan kriteria
keruntuhan atau kegagalan menurut Mohr-Coulomb. Dengan
menggambarkan kedudukan tegangan-tegangan ke dalam
koordinat-koordinat p dan q, dengan p = ½ (σ1’+ σ3’) dan q = ½
(σ1’- σ3’). Sembarang kedudukan tegangan dapat ditunjukkan oleh
sebuah titik tegangan sebagai ganti dari lingkaran Mohr.
Garis selubung kegagalan ditunjukkan oleh persamaan :
½ (σ1’+ σ3’) = a’ + ½ (σ1’+ σ3’) tan α’
Dengan a’dan α’ adalah parameter modifikasi dari kuat gesernya.
Parameter c’ dan ϕ’ dapat diperoleh dari persamaan :
ϕ’ = arc sin (tan α’)
c’ = 𝐚’
𝐜𝐨𝐬𝛟’
Parameter kuat geser tanah ditentukan dari pengujian-
pengujian laboratorium pada benda uji yang diambil dari lokasi
lapangan hasil pengeboran yang dianggap mewakili. Tanah yang
diambil dari lapangan harus diusahakan tidak berubah kondisinya,
terutama pada contoh tanah asli (undisturbed) dimana masalahnya
adalah harus menjaga kadar air dan susunan tanah di lapangannya
supaya tidak berubah. Pengaruh kerusakan contoh benda uji akan
berakibat fatal terutama pada pengujian tanah lempung. Pada
umumnya contoh benda uji diperoleh baik dengan kondisi
terganggu atau tidak asli (disturbed sample) maupun di dalam
tabung contoh (undisturbed sample). Pada pengambilan contoh
tanah dengan menggunakan tabung biasanya kerusakan yang
terjadi relatif lebih kecil (Hardiyatmo, 1992; Bowles J.E., 1991).
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
26
Universitas Indonesia
Kuat geser diukur baik di laboratorium maupun di
lapangan. Pengujian di laboratorium dilakukan terhadap sampel
tanah yang representatif dan harus dikerjakan dengan cara
sedemikian sehingga dapat menghasilkan simulasi kondisi tanah
yang ada di lapangan (Dunn, I.S. & Loren R.A. & Fred W.K.,
1992). Kuat geser tanah dari benda uji yang diperiksa di
laboratorium, biasanya dilakukan dengan besar beban yang
ditentukan terlebih dahulu dan dikerjakan dengan menggunakan
tipe peralatan yang khusus. Beberapa faktor yang mempengaruhi
besarnya kuat geser tanah yang diuji di laboratorium adalah
1. Kondisi asli tanah yang tidak dapat dikendalikan, seperti :
a. Kandungan mineral dari butiran tanah.
b. Bentuk partikel.
c. Angka pori dan kadar air.
d. Sejarah tegangan yang pernah dialaminya.
e. Tegangan yang ada di lokasinya.
Kondisi asli tanah dapat dinilai dan diamati melalui hasil
pengamatan di lapangan, pengukuran, dan kondisi geologinya.
2. Perubahan tegangan selama pengambilan contoh dari dalam
tanah. Hal ini tergantung pada kualitas benda uji dan
penanganan benda uji dalam persiapan pengujiannya.
3. Cara pengujian yang dipilih, seperti :
a. Tegangan yang dibebankan sebelum pengujian.
b. Cara pengujian.
c. Kecepatan pembebanan.
d. Kondisi drainase yang dipilih, drained (drainase terbuka)
atau undrained (drainase tertutup).
e. Tekanan air pori yang ditimbulkan.
f. Kriteria yang diambil untuk penentuan kuat gesernya.
(Bowles, J.E., 1991)
Ada beberapa cara untuk menentukan parameter-parameter
kuat geser tanah, antara lain pengujian geser langsung (direct shear
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
27
Universitas Indonesia
test) dan pengujian triaksial (triaxial test). Adapun pengujian
kompresi bebas adalah pengujian yang umum digunakan untuk
tanah lempung jenuh, merupakan kasus khusus dari pengujian
geser triaksial dimana tidak dipergunakan tekanan samping (Dunn,
I.S. & Loren R.A. & Fred W.K., 1992).
Pengujian geser langsung merupakan pengujian yang
sederhana pelaksanaannya dan pada umumnya memberikan hasil
yang baik untuk kuat geser tanah granuler. Pengujian ini dapat
dipergunakan juga untuk menentukan sifat-sifat kekuatan bagi
tanah lanau dan lempung, namun dibandingkan dengan uji
triaksial, uji geser langsung termasuk kurang fleksibel. Dalam
pengujian geser langsung (DST), nilai dari parameter kuat geser
dapat diketahui melalui regresi linear antara tegangan normal
(akibat pembebanan) dan tegangan geser (pembacaan maksimum
dial saat pengujian).
Pengujian triaksial dilakukan dengan cara memasukkan
contoh tanah tidak terganggu ke dalam alat triaksial. Kemudian
diberikan pembebanan secara vertikal oleh alat.
Tabel 2.4. Tipe Pengujian Triaksial
Tipe Pengujian Aplikasi untuk
tekanan awal
Aplikasi untuk
deviator stress
Parameter yang
didapatkan
Unconsolidated
Undrained (UU) No drainage No drainage
Total stress
(c , υ)
Consolidated
Undrained (CU) No drainage No drainage Eff. stress (c’, υ’)
Consolidated
Drained (CD) Full drainage Drainage allowed Eff. stress (cd, υd)
(Head. K.H., 1985)
Terdapat tiga macam kondisi drainasi pada pengujian
triaksial, yaitu Non-Consolidated Undrained Test (UU Test),
Consolidated Undrained Test (CU Test), Consolidated Drained
Test (CD Test).
1. Unconsolidated Undrained Test (UU)
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
28
Universitas Indonesia
Pada pengujian ini, sampel ditempatkan pada suatu
ruangan tekanan dan diberikan tekanan samping tanpa
memperbolehkan terjadinya perubahan volume sama sekali.
Apabila tekanan samping yang diberikan sama dengan tekanan
yang telah mengkonsolidasikan sampel (σ c), maka tekanan pori
ekses awal dalam sampel akan sama dengan nol. Jika tekanan
samping (σ3) lebih besar dari σ c, tekanan pori awal akan positif;
dan sebaliknya.
Gambar 2.13 Lingkaran keruntuhan pengujian triaksial UU
(Dunn, I.S. & Loren R.A. & Fred W.K., 1992).
Lingkaran Mohr pada saat keruntuhan bagi pengujian UU
dilukiskan dengan dikaitkan terhadap tegangan total. Dengan
demikian hanya kekuatan geser “Undrained” (Undrained Shear
Strength) yang dapat ditentukan.
Rumus yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah :
Tegangan Total (τ ) = cf + σf tan θf
Pemakaian di dalam praktek lapangan meliputi keadaan akhir
dari pada konstruksi tanggul dan pondasi dari tanggul, pondasi
tiang dan telapak pada tanah yang normally consolidated.
2. Consolidated Undrained Test (CU)
Pada pengujian ini, sampel lempung jenuh sesudah mengalami
konsolidasi terhadap tekanan samping, dipertahankan pada
volume konstan selama aplikasi tegangan deviator dan bahwa
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
29
Universitas Indonesia
sampel tanah dapat dibebani sampai runtuh dengan kecepatan
pembebanan yang relatif cepat. Tidak terjadi perubahan volume
pada pengujian ini, karena volume tetap dipertahankan konstan
selama pengujian tanah jenuh dengan menutup saluran drainase
sehingga pengujian yang terjadi yaitu pengujian geser
terkonsolidasi tanpa ada aliran air. Karena sampel tidak
diperbolehkan mengkonsolidasi selama aplikasi tegangan
deviator, maka akan timbul tekanan air pori ekses, berikut
grafiknya :
Gambar 2.14 Kurva hubungan tekanan air pori dan tegangan
terhadap regangan hasil pengujian triaksial CU. (a) tanah
normally consolidated, (b) tanah overconsolidated.
(Craig, R.F., 2004).
Pada pengujian ini, garis selubung kekuatan yang terbentuk oleh
kurva yang menyinggung lingkaran Mohr dilukis dari tegang-
tegangan total pada saat keruntuhan. Sehingga, garis selubung
kekuatan yang terbentuk pada pengujian CU disebut dengan
garis selubung kekuatan geser tegangan total.
Pemakaiannya di lapangan adalah
1. Tanggul yang ditinggikan, konsolidasi sudah pernah terjadi
pada tanggul sebelum ditinggikan.
(a) (b)
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
30
Universitas Indonesia
2. Akibat penurunan permukaan air tiba-tiba pada inti tanah
masih terdapat tegangan air pori dan tidak terjadi pengaliran
air keluar dari inti tanah.
3. Pembuatan tanggul yang cepat pada lereng.
3. Drained Test (CD)
Pada percobaan ini sampel tanah diberi tegangan normal dan air
diperbolehkan mengalir sampai konsolidasi selesai. Dalam
pengujian CD Test, sampel tanah ditempatkan dalam ruangan
tekanan triaksial dan dibiarkan mengkonsolidasi terhadap
tekanan samping yang sama atau lebih besar dari tekanan
maksimum masa lampau. Beban aksial pada sampel kemudian
dinaikkan secara perlahan-lahan dengan drainase pada kedua
ujung sampel. Pada pengujian ini akan terjadi pengurangan
volume dari sampel.
Gambar 2.15 Kurva hubungan tegangan dan perubahan volume
terhadap regangan pengujian triaksial CD (a) tanah normally
consolidated, (b) tanah overconsolidated.
(Craig, R.F., 2004).
Keadaan ini disebut sebagai suatu pengujian terkonsolidasi
terdrainase (CD) pada tanah lempung terkonsolidasi normal.
Dalam pengujian ini, sampel akan mengalami konsolidasi
selama proses penggeseran. Penambahan beban harus dilakukan
perlahan-lahan, agar tercapai kondisi konsolidasi sepenuhnya.
(a) (b)
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
31
Universitas Indonesia
Apabila pembebanan dilakukan terlalu cepat, maka sampel tidak
akan mengalami kondisi konsolidasi sepenuhnya dan tekanan
pori ekses akan timbul dalam sampel. Keadaan ini cenderung
mengurangi tegangan efektif sehingga juga kekuatannya (Dunn,
I.S. & Loren R.A. & Fred W.K, 1992; Smith, M.J., 1984).
Tegangan yang dipergunakan dalam pengujian ini adalah
tegangan efektif, berikut adalah rumus yang dipergunakan :
Tegangan total (τ’) = c’ + σ’ tan θ’
Lingkaran Mohr bagi kondisi tegangan saat runtuh dilukiskan
untuk tiga tekanan ruangan, sebagaimana pada gambar berikut :
Gambar 2.16 Lingkaran Mohr pengujian triaksial CD
(Dunn, I.S. & Loren R.A. & Fred W.K., 1992).
Pemakaian di dalam prakteknya, diperlukan untuk harga-harga
kekuatan geser jangka panjang, seperti untuk penggalian jalan
raya, berikut adalah contoh aplikasi-aplikasinya :
1. Tanggul yang dibangun secara lapis demi lapis di atas tanah
liat.
2. Waduk/dam dengan rembesan air tetap.
3. Penggalian atau lereng tanah liat, dimana pada lapisan telah
terjadi konsolidasi.
Beberapa rumus yang digunakan pada test triaxial, antara lain :
𝜎1 = 𝑘 .𝑀
𝐴+ 𝜎3
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
32
Universitas Indonesia
∆𝜎 = 𝑘 .𝑀
𝐴= 𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠
𝐴 = 𝐴0
1 − 𝜀
𝜀 = 𝐿
𝐿0
dimana,
σ1 = tegangan vertikal yang diberikan
σ3 = tegangan horizontal
A0 = Luas sampel tanah awal
ΔL = perubahan panjang sampel awal
L0 = Panjang sampel tanah awal
M = Pembacaan proving ring maksimum
Dengan menggunakan hubungan sudut geser tanah, tegangan
dan gaya geser dapat digambarkan
Gambar 2.17. Diagram Mohr untuk mencari nilai kohesi (c) dan sudut
geser (ϕ)
2.1.3.2. Parameter Konsolidasi
Semua tanah yang mengalami tegangan akan mengalami
regangan di dalam partikel tanah tersebut. Regangan ini disebabkan
oleh penggulingan, penggeseran atau penggelinciran dan terkadang
juga kehancuran oleh partikel-partikel tanah pada titik-titik tanah dasar
yang berhubungan langsung dengan konstruksi timbunan. Integrasi
regangan (deformasi per satuan panjang) sepanjang kedalaman total
disebut sebagai penurunan (settlement). Proses penurunan terjadi
akibat adanya proses disipasi tekanan air pori berlebih akibat beban
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
33
Universitas Indonesia
yang bekerja. Proses inilah yang disebut dengan proses konsolidasi.
Apabila penekanan suatu lapisan tanah tergantung pada waktu,
pengaruhnya disebut sebagai penurunan konsolidasi atau lebih biasa
disebut sebagai konsolidasi. Teori umum yang mencakup konsep
tekanan air pori dan tegangan efektif adalah salah satu hal yang
dikembangkan oleh Terzaghi (1920-1924). Berikut adalah asumsi-
asumsi yang digunakan dalam teori konsolidasi Terzaghi (Bowles,
J.E., 1991) :
a. Tanahnya merupakan tanah jenuh (S = 100%). Waktu penurunan
konsolidasi untuk tanah tidak jenuh kurang akurat.
b. Air dan butir-butir tanah tidak dapat ditekan.
c. Terdapat hubungan linear antara tekanan yang bekerja dan
perubahan volume (av= Δe/Δp).
d. Koefisien permeabilitas (k) merupakan suatu konstanta.
e. Hukum Darcy berlaku (v=ki).
f. Terdapat temperatur yang konstan.
g. Konsolidasi merupakan konsolidasi satu dimensi (vertikal),
sehingga tidak terdapat aliran air atau pergerakan tanah lateral. Ini
benar-benar terjadi dalam pengujian di laboratorium dan pada
umumnya juga berlaku di lapangan.
h. Contoh tanah yang digunakan yaitu contoh tanah tidak terganggu.
Parameter-parameter konsolidasi tanah adalah indeks tekanan
(compression index (Cc)), indeks tekanan-kembali (Cr) dan koefisien
konsolidasi (Cv). Indeks tekanan berhubungan dengan berapa besarnya
konsolidasi atau penurunan yang akan terjadi. Koefisien konsolidasi
berhubungan dengan berapa besarnya konsolidasi tertentu akan terjadi.
Parameter-parameter konsolidasi dapat diperoleh dari uji konsolidasi di
laboratorium. Apabila suatu contoh yang dibentuk kembali (remolded)
diuji sejajar dan bersamaan dengan contoh tanah tidak terganggu
(undisturbed sample), maka akan dihasilkan hasil kualitatifnya sebagai
berikut :
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
34
Universitas Indonesia
Gambar 2.18. Kurva kualitatif angka pori vs log p untuk tanah
lempung NC (normally consolidated).
(Bowles J.E., 1991)
Gambar 2.19. Kurva kualitatif angka pori vs log p untuk tanah
sensitif.
(Bowles J.E., 1991)
Kemiringan cabang akhir (gambar di atas) dari kurva e terhadap log p
dinyatakan sebagai indeks tekanan (Cc) dan dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
𝐶𝑐 = 𝑒2 − 𝑒1
log𝑝2 − log𝑝1=
∆𝑒
log𝑝2
𝑝1
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
35
Universitas Indonesia
dimana,
Cc = indeks tekanan
Δe = perubahan angka pori atau regangan di antara p2 dan p1
p1 = tekanan referensi, dapat berupa p0 maupun pc
p2 = p1 + tambahan tekanan
Sebagai penyederhanaan p2-p1 dapat dianggap sebagai 1 siklus log
sehingga log p2/p1 = 1. Apabila tidak terdapat daerah linear yang dapat
ditentukan secara jelas, kemiringan untuk menentukan Cc harus
diambil pada daerah yang berlaku untuk pertambahan tegangan Δp.
Selain indeks tekanan, terdapat juga yang biasa disebut sebagai rasio
tekanan (Cc’). Adapun hubungan antara Cc dan Cc’ dapat dilihat dari
persamaan berikut :
𝐶𝑐′ = 𝐶𝑐
1 + 𝑒𝑜
dimana,
Cc’ = rasio tekanan
e0 = angka pori awal
Sementara Cr dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan
∆𝑒 = 𝐶𝑟 log𝑝2
𝑝1
Pengujian konsolidasi menggunakan contoh tanah yang sudah
dirapikan secara teliti diletakkan di dalam cincin logam pengekang
(diameternya biasanya 6.3-11.3 cm). Tekanan tanah yang seragam
diberikan melalui blok pembebanan dan batu berpori memungkinkan
tekanan pori yang berlebih akibat pertambahan beban untuk keluar
secara bebas pada saat rongga-rongga tanah mengalami tekanan. Suatu
alat pengukur atau dial gauge dipakai untuk mengukur besarnya
tekanan pada interval waktu yang berbeda-beda, sehingga perubahan
volume dapat dihitung. Pertambahan beban yang baru dikerjakan
secara periodic terhadap tanah. Penelitian Leonards (1962)
menemukan bahwa hasil terbaik akan diperoleh apabila beban yang
digandakan menghasilkan Δp/p=1 (Bowles, J.E., 1991). Sehingga
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
36
Universitas Indonesia
urutan pembebanan yang biasa dilakukan adalah 25, 50, 100, 200, 400,
800, 1600, 3200 kPa.
Penambahan beban pada awalnya menghasilkan keadaan
tegangan total dengan air pori yang menahan sebagian besar atau
semua beban yang bekerja. Sesudah suatu waktu tertentu, tekanan air
pori yang berlebih akan hilang lewat drainase dan beban ditahan oleh
kerangka tanah suatu keadaan tegangan efektif. Sebagai konsekuensi
dari urutan keadaan tegangan ini, tegangan p diambil sebagai tegangan
efektif. Koefisien kemampatan pada umumnya mempunyai korelasi
linear yang tinggi dengan kadar air. Korelasi koefisien konsolidasi
kadang-kadang berubah sesuai dengan peningkatan beban konsolidasi.
Hali ini bergantung pada perbedaan karakter fisik dan latar balakang
sejarah konsolidasi sampel-sampel tanah yang dipergunakan (Dunn,
I.S. & Loren R.A. & Fred W.K., 1992).
2.2 Studi Mengenai Parameter Tanah
Parameter tanah merupakan hal penting yang harus diketahui dalam
suatu desain geoteknik. Oleh karena itu, telah banyak peneliti di berbagai
negara yang melakukan studi mengenai parameter tanah baik parameter sifat
fisik maupun sifat teknik tanah. Salah satu tujuan dilakukannya studi
mengenai parameter tanah yaitu untuk mengetahui karakteristik tanah dari
suatu daerah yang dalam perkembangannya akan dibutuhkan pembangunan-
pembangunan konstruksi geoteknik. Y. C. Tan et al (2003) melakukan
penelitian dengan tujuan untuk mengkarakteristikan dan mengembangkan
pemahaman dasar mengenai Klang Clay, Malaysia. Hal ini dilakukan karena
dalam berbagai permasalahan engineering, preliminary atau konsep keputusan
desain harus berdasar kepada data tanah secara praktik selama tahap sangat
awal dari pengembangan proyek, sehingga beberapa korelasi perlu
dipublikasikan pada penelitian ini untuk parameter sifat teknik tanah utama
dari data lapangan dan laboratorium berkualitas bagus (Tan, Y. C., et al,
2003). Salah satu yang dilakukan Tan adalah melihat karakteristik parameter
tanah ditinjau dari kedalaman tanah.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
37
Universitas Indonesia
Gambar 2.20. Parameter dasar tanah Klang Clay, Malaysia
(Tan, Y. C., et al, 2003)
Studi juga kerap dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari
parameter-parameter tanah jenis tertentu, contohnya tanah lunak. S. K. Tang
(2003) melakukan penelitian mengenai karakteristik parameter tanah lunak di
Hanoi, Vietnam. Terdapat setidaknya tiga jenis tanah lunak di Hanoi Vietnam
yang pada dasarnya terbentuk melalui proses yang hampir sama. Tang
melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk membandingkan karakteristik
parameter tanah dari ketiga jenis tanah lunak tersebut. Berikut adalah contoh
tabel perbandingan dari parameter tanah ketiga jenis tanah lunak di Hanoi.
Dengan melakukan studi mengenai parameter sifat tanah, dapat diketahui
rentang nilai setiap parameternya sebagai gambaran umum dari kondisi tanah.
Nilai tersebut didapatkan dari data-data hasil pengujian tanah, kemudian
dilakukan engineering judgement untuk menghilangkan data yang tidak
relevan atau diluar cakupan dari hasil pengujian lainnya (Tang, S.K., et al,
2003).
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
38
Universitas Indonesia
Tabel 2.5 Parameter Teknik Tiga Jenis Tanah Lunak di Hanoi,
Vietnam
(S. K. Tang, 2003)
Depok sebagai kota satelit dari ibukota DKI Jakarta, telah memicu
dilakukan penelitian untuk tanah Depok. Alan John Harris (1997) melakukan
penelitian di Depok dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara tahanan
konus dan indeks kompresi tanah lempung Depok. Dalam penelitian ini juga
diberikan korelasi antara parameter tanah dengan elevasi, dengan tujuan untuk
mengetahui gambaran umum dari karakteristik parameter tanah ditinjau dari
kedalaman tanahnya.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
39
Universitas Indonesia
Gambar 2.21. Grafik hubungan antara parameter tanah dengan elevasi
tanah Depok.
(Harris, A.J., 1997)
Alan (1997) memberikan gambaran umum karakteristik parameter tanah
dengan cara membuat pola dari arah kecenderungan data berada, sehingga
dapat terlihat karakteristik dari masing-masing parameter tanah ditinjau
dari kedalaman tanahnya. Contohnya, batas cair dari tanah lempung Depok
cenderung semakin kecil, seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah.
Selain Alan (1997), Soviany (1997) juga melakukan hal yang serupa.
Dalam skripsinya yang berjudul “Studi Karakteristik Sifat Fisik dan
Teknik Tanah Lempung Depok di Sekitar Daerah Sawangan untuk
Perencanaan Pondasi Dangkal”, terdapat grafik yang memperlihatkan pola
karakkteristik dari parameter tanah Depok ditinjau berdasarkan kedalaman
tanah.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
40
Universitas Indonesia
Gambar 2.22. Grafik hubungan antara parameter tanah dengan elevasi
tanah lempung Depok.
(Soviany, 1997)
Pembuatan korelasi antara parameter tanah telah banyak dilakukan
dengan jenis pendekatan yang berbeda-beda. Tan (2003) melakukan
korelasi antara kuat geser undrained dan sentivitas tanah dengan
kedalaman tanah.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
41
Universitas Indonesia
Gambar 2.23. Kuat geser undrained dan sensitivitas Klang Clay, Malaysia.
(Tan, Y. C., et al., 2003)
Selain itu, Tan (2003) juga melakukan studi untuk mengetahui hubungan
antara beberapa parameter tanah.
(a) (b)
(c)
Gambar 2.24. Hubungan antara (a) Batas Cair Vs Indeks Kompresi; (b)
Angka Pori Vs Indeks Kompresi; (c) Kadar Air Natural Vs Indeks
Kompresi dari Klang Clay, Malaysia.
(Tan, Y. C., et al, 2003)
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
42
Universitas Indonesia
Gambar 2.25. Perbandingan antara Indeks Kompresi dan Indeks
Rekompresi Klang Clay ditinjau berdasarkan kedalaman.
(Tan, Y. C., et al., 2003)
Tang (2003) juga melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan
antara parameter tanah dengan cara membuat pola dari karakteristik
parameter tanah, dalam hal ini parameter konsolidasi.
Gambar 2.26. Pola dari karakteristik konsolidasi untuk 3 macam tanah
lunak di Hanoi, Vietnam.
(Tang, S. K., et al, 2003)
Wada, et al (2003) menghubungkan antara parameter batas cair tanah
dengan indeks plastisitasnya untuk mengetahui jenis tanah dari lembah
yang terkubur di sepanjang sungai Singapura.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
43
Universitas Indonesia
Gambar 2.27. Grafik hubungan antara Batas Cair dengan Indeks Plastisitas
dari Alluvium Cohesive Soil.
(Wada, A., et al, 2003)
Berikut adalah beberapa contoh grafik hubungan antara parameter tanah
dengan kedalaman pada tanah lunak di Sergipe dan Sao Paulo, Brazil.
Gambar 2.28.Parameter teknik tanah lunak di Sergipe-Brazil.
(Ortigo, J.A.R., 1995)
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
44
Universitas Indonesia
Gambar 2.29.Parameter teknik tanah lunak di Sao Paulo-Brazil.
(Ortigo, J.A.R., 1995)
Semua penelitian ini walaupun dilakukan dengan pendekatan dan tujuan
yang berbeda-beda. Pada dasarnya semua studi yang dilakukan mengenai
hubungan antara parameter tanah baik yang ditinjau berdasarkan
kedalaman maupun dengan parameter tanah lainnya bertujuan untuk
memudahkan proses desain geoteknik. W. H. Ting (2003)
menghubungkan antara angka pori dengan parameter lain, dengan tujuan
untuk membuat sebuah estimasi dari parameter-parameter tanah yang
penting untuk dapat langsung diketahui, ketika angka pori telah diketahui.
Penggunaan konsep angka pori pada tanah lempung dan studi mengenai
pola tegangan efektif dapat membedakan perilaku kohesif dan tanah tanpa
kohesi.
2.3 Sistem Informasi Geografis
Aronoff,1989, menyatakan secara umum pengertian Sistem
Informasi Geografis (SIG) atau Geographical information sistem (GIS)
sebagai “Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat
lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
45
Universitas Indonesia
secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki,
memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan,
menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis
geografis” (“Modul Pelatihan ArcGIS Tingkat Dasar”, 2009). SIG
mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu
titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya
memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data
spasial. Ini adalah sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan
lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya.
Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan, seperti
lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang
membedakan SIG dari sistem informasi lainnya.
Sistem SIG dapat beroperasi dengan membutuhkan perangkat
keras (hardware) dan perangkat lunak (software) juga manusia yang
mengoperasikannya (brainware). Secara rinci SIG tersebut dapat
beroperasi membutuhkan komponen-komponen sebagai berikut :
Orang : yang menjalankan sistem.
Aplikasi : prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengolah data.
Data : informasi yang dibutuhkan dan diolah dalam aplikasi.
Software : perangkat lunak SIG.
Hardware : perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan
sistem.
Alasan SIG dibutuhkan adalah karena untuk data spatial
penanganannya sangat sulit terutama karena peta dan data statistik cepat
kadaluarsa sehingga tidak ada pelayanan penyediaan data dan informasi
yang diberikan menjadi tidak akurat. Berikut adalah dua keistimewaan
analisa melalui Sistem Infomasi Geografis (SIG) yakni:
Analisa Proximity
Analisa Proximity merupakan suatu geografi yang berbasis pada jarak
antar layer. Dalam analisis proximity SIG menggunakan proses yang
disebut dengan buffering (membangun lapisan pendukung) sekitar layer
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
46
Universitas Indonesia
dalam jarak tertentu untuk menentukan dekatnya hugungan antara sifat
bagian yang ada.
Analisa overlay
Proses integrasi data dari lapisan-lapisan layer yang berbeda disebut
dengan overlay. Secara analisa membutuhkan lebih dari satu layer yang
akan ditumpang susun secara fisik agar bisa dianalisa secara visual.
Dengan demikian, SIG diharapkan mampu memberikan kemudahan-
kemudahan yang diinginkan yaitu:
1. Penanganan data geospasial menjadi lebih baik dalam format baku.
2. Revisi dan pemutakhiran data menjadi lebih mudah.
3. Data geospasial dan informasi menjadi lebih mudah dicari, dianalisa
dan direpresentasikan.
4. Kemampuan menukar data geospasial.
5. Penghematan waktu dan biaya (“Modul Pelatihan ArcGIS Tingkat
Dasar”, 2009).
Dalam penelitian ini, SIG atau dikenal juga dengan istilah GIS digunakan
sebagai rekaman data (database) dari lokasi data yang telah dipergunakan
dalam penelitian ini, yang diharapkan dapat menjadi bantuan dalam
penelitian-penelitian selanjutnya. Selain itu, dengan fitur-fitur pemetaan
SIG yang lengkap, SIG juga dapat digunakan untuk mengetahui elevasi
dari suatu lokasi melalui program Generate Contour pada software arcGIS
v.10. Penjelasan penggunaan software terkait dengan penelitian, akan
dibahas dalam bab selanjutnya.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
47 Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian
MULAI
TINJAUAN PUSTAKA
PENGOLAHAN DATA
LEMBAR PETA
LAPORAN PENYELIDIKAN
TANAH DAERAH DEPOK
PETA RUPABUMI DEPOK
MS. EXCEL 2007
Lokasi Proyek
GLOBAL MAPPER10
Rektifikasi Peta (JPEG)
Zona Dalam UI
Zona Luar UI
Peta Dasar/Basemap (TIFF)
Jumlah Titik Bor
ArcGIS v.10
Klasifikasi Data
Plot Lokasi Data
Sifat Fisik Tanah
Sifat Teknik Tanah
Database : Koordinat Langitude
Kadar Air Natural, wn (%) N-SPT
Angka Pori, e
Kohesi, c (kPa)
Generate Contour
Batas cair, LL (%)
Sudut Geser, φ (o)
Elevasi Setiap Lokasi Data Proyek
Plastic Limit, PL (%)
Indeks Kompresi (Cc)
Indeks Plastisitas, IP (%)
MS. EXCEL 2007
Penentuan Elevasi Awal (Datum)
Datum = Stasiun Universitas Indonesia
Penyesuaian Elevasi Lokasi terhadap Datum
Pembuatan Grafik Grafik Hubungan Parameter Tanah vs Elevasi Grafik korelasi antara parameter tanah
ANALISA
KESIMPULAN
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian (Bagian 1/2)
KESIMPULAN
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian (Bagian 2/2)
3.2 Pengumpulan dan Klasifikasi Data
Penelitian akan diawali dengan pengumpulan data-data dari sejumlah
laporan hasil penyelidikan tanah (uji lapangan dan uji laboratorium) yang
dilakukan di daerah Depok. Kegiatan pengumpulan data ini dimulai dengan
mengidentifikasi lokasi proyek yang merupakan sumber data dan jumlah titik bor
pada proyek tersebut. Lokasi proyek perlu diklasifikasi karena dalam proses
pengolahan data dan pengambilan kesimpulan akan terbagi menjadi dua zona
yaitu Zona Dalam UI (Universitas Indonesia) dan Zona Luar UI. Kemudian data
diklasifikasikan berdasarkan jenis parameter-parameternya. Dalam hal ini, data
diklasifikasikan ke dalam dua golongan besar, yaitu sifat fisik tanah yang
dihasilkan melalui pengujian atterberg limit, dan sifat teknik tanah yang
dihasilkan melalui pengujian lapangan SPT, pengujian laboratorium triaksial dan
konsolidasi. Proses klasifikasi data ini harus dilakukan karena proses pengolahan
data dan pengambilan kesimpulan akan digolongkan ke dalam 2 golongan besar
tersebut, yaitu karakteristik sifat fisik dan sifat teknik tanah residual Depok.
Semua data yang dikumpulkan merupakan data sekunder karena data yang
diperoleh merupakan hasil dari data yang sudah diolah sebelumnya, berbeda
dengan data primer yang merupakan data hasil dari pengujian/studi langsung di
lapangan.
ANALISA
Pola hubungan antara parameter tanah residual Depok dengan elevasi
Karakteristik dan rentang distribusi parameter tanah residual Depok secara umum Pemilihan persamaan korelasi dengan nilai hitung benar di atas 50% P
KESIMPULAN
Pola hubungan dan rentang distribusi parameter tanah Depok berdasarkan elevasi
Karakteristik Tanah dan rentang distribusi parameter tanah residual Depok secara garis besar
Persamaan-persamaan korelasi antara parameter-parameter tanah
KESIMPULAN
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
49
Universitas Indonesia
Berikut adalah daftar lokasi bangunan/proyek sumber data :
1. Zona Dalam Universitas Indonesia (ZDUI)
Tabel 3.1 Daftar Lokasi ZDUI Penelitian
No. Nama Proyek Jenis
Pengeboran
No.
Borehole
1. TRAMWAY UI DB -
2. SPBU UI HB -
3.
a.
RUMAH SAKIT UI DB
FK01
b. FK02
c. KOM01
d. PT01
e. PT02
f. RS01
g. RS02
h. RS03
i. RS04
j. RS05
4 GD.DTS UI-DB01 DB -
5. GD.ROOSENO CENTER DB -
6. GD.KULIAH FTUI DB -
7. GD.KULIAH FMIPA UI DB -
8.
a.
PERPUSTAKAAN PUSAT UI DB
01
b. 02
c. 03
9. Gedung G/H Psikologi UI DB -
10. Gd. Farmasi FMIPA UI DB -
11. a.
GD. PASCA SARJANA FKM UI DB 01
b. DB 02
12. a.
FASILKOM UI HB 01
b. 02
13. a.
FAKULTAS HUKUM HB 01
b. 02
14. GD. MAGISTER
PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK HB -
15. Gd. Lab FTUI DB -
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
50
Universitas Indonesia
2. Zona Luar Universitas Indonesia (ZLUI)
Tabel 3.2 Daftar Lokasi ZLUI Penelitian
No. Nama Proyek Jenis
Pengeboran
No.
Borehole
1. a.
GD. ADM NIAGA PNJ DB 01
b. 02
2. GD. GRAHA BMT-QM HB -
3. TURAP DEPOK HB -
4.
a.
GD. PUSAT GRAFIKA INDONESIA DB
01
b. 02
c. 03
5.
a.
MARGONDA RESIDENCE DB
01
b. 02
c. 03
6. TOWER SUKAMAJU-DEPOK HB -
7. TOWER LEUWINANGGUNG HB -
8. GAMA SETIA BARAT HB -
9. TOWER KENCANA PERMAI HB -
10. TOWER CILODONG HB -
11. GD. BAITUL QUR'AN HB -
12.
a.
SAWANGAN
(SKRIPSI SOVIYANI (1997)) DB
01
b. 02
c. 03
d. 04
e. 05
f. 06
g. 07
h. 08
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
51
Universitas Indonesia
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
52
Universitas Indonesia
3.3 Pengolahan Data
Tahapan pengolahan data dimulai dengan proses pengumpulan data.
Secara garis besar, pengolahan data dibedakan menjadi dua yaitu pembuatan peta
lokasi data dan proses klasifikasi data parameter tanah hasil laporan penyelidikan
tanah. Kedua bagian ini akan terintegrasi dalam pembuatan grafik hubungan
antara parameter-parameter sifat fisik dan teknik tanah terhadap kedalaman.
a. Pembuatan Peta Lokasi Data.
Proses pembuatan peta lokasi data ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Memperjelas lokasi data yang dipergunakan dalam penelitian ini.
2. Mengetahui koordinat geografis (langitude), sebagai rekaman data untuk
penelitian berkelanjutan.
3. Mengetahui elevasi setiap lokasi data.
Proses pembuatan peta ini menggunakan 2 software yaitu Global Mapper10
dan ArcGIS v.10. Berikut adalah tahapannya :
1. Rektifikasi peta dengan Global Mapper10.
Proses rektifikasi ini dilakukan untuk mengubah format peta rupabumi dan
geologi (JPEG) agar sesuai dengan format file ArcGIS (TIFF). Berikut
adalah tahap rektifikasi Peta Rupabumi Indonesia :
File Rectify
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
53
Universitas Indonesia
Export Format menjadi GeoTIFF
Penempatan Ground Control Point (GCP). GCP berfungsi sebagai titik
acuan agar bentuk peta dan koordinat geografisnya sama seperti format
sebelumnya. Sebelum menempatkan GCP, perlu dilakukan penentuan
jenis projection yang akan digunakan terlebih dahulu. Penentuan titik
biasanya dilakukan sebanyak minimal 3 kali.
Select projection Projection : Geographic (Lattitude/Longitude);
Datum : WGS84 OK
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
54
Universitas Indonesia
Proses rektifikasi selesai setelah penempatan GCP selesai OK.
2. Pengolahan data dengan ArcGISv.10
Setelah peta direktifikasi menggunakan Global Mapper, maka peta dapat
diolah dengan menggunakan ArcGIS.
Pembuatan layer.
Layer Add data Pilih file (e.g. peta compile ori.TIFF).
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
55
Universitas Indonesia
Pembuatan shapefile. Layer shapefile berguna sebagai penyimpan data,
dalam hal ini data titik-titik lokasi data.
Catalog Klik kanan New Shapefile OK.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
56
Universitas Indonesia
Proses penempatan titik lokasi peta dapat dimulai. Setelah titik-titik
lokasi data selesai diplot. Maka koordinat geografis dari masing-
masing lokasi dapat diketahui.
Editor Start Editing.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
57
Universitas Indonesia
Proses pencarian elevasi. Proses ini dilakukan dengan proses Generate
Contour dengan menggunakan bantuan file SRTM versi 4.1 untuk
wilayah Jawa-Bali.
Melalui proses ini, kontur setiap lokasi dapat terlihat sehingga elevasi
lokasi data dapat diketahui. Data elevasi lokasi diperlukan untuk
pembuatan grafik dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.
b. Proses Klasifikasi Data Hasil Laporan Penyelidikan Tanah.
Proses ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Ms. Excel 2007. Data
yang didapatkan berupa data sekunder yaitu data yang tidak didapatkan secara
langsung, berbeda dengan data primer yaitu data yang diperoleh langsung (contoh
melalui percobaan laboratorium). Data pada penelitian ini merupakan hasil dari
laporan penyelidikan tanah yang telah dilakukan di sejumlah tempat di Depok .
Hasil laporan penyelidikan tanah diklasifikasikan berdasarkan jenis parameter
tanahnya, dalam hal ini diklasifikasikan menjadi 9 jenis parameter tanah baik
parameter sifat fisik maupun sifat teknik tanah. Parameter sifat fisik : kadar air
(w%), angka pori (e), dan batas atterberg (LL, PL, dan IP). Parameter sifat teknik :
N-SPT, kuat geser (kohesi dan sudut geser) dan konsolidasi (indeks kompresi).
Berdasarkan tempat data diperoleh, data diklasifikasikan ke dalam dua zona yaitu
Zona Dalam UI (ZDUI) dan Zona Luar UI (ZLUI). Data penelitian
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
58
Universitas Indonesia
diklasifikasikan berdasarkan 9 jenis parameter tanah dan diklasifikasikan
berdasarkan lokasi dimana data diperoleh yaitu Zona Dalam UI dan Zona Luar UI.
c. Pembuatan grafik hubungan antara parameter sifat fisik dan teknik
tanah residual Depok dengan elevasi.
Berikut adalah beberapa tahapannya :
1. Identifikasi lokasi data, koordinat lokasi, dan elevasi masing-masing
lokasi.
2. Penentuan elevasi awal sebagai titik acuan.
Elevasi awal ditentukan dengan cara mencari elevasi rata-rata dari seluruh
lokasi data yang ada baik untuk Zona Dalam UI maupun Zona Luar UI.
Elevasi rata-rata lokasi yaitu 75 m. Penelitian ini menggunakan elevasi
awal rel kereta api kawasan stasiun Universitas Indonesia. Hal ini
digunakan dengan pertimbangan, sebagai berikut :
a. Rel kereta api memiliki struktur batu agar tidak terjadi
penurunan/settlement sehingga elevasinya akan tetap terjaga.
b. Elevasi rel kereta api Universitas Indonesia sama dengan elevasi rata-
rata lokasi yaitu 75 m.
3. Pembuatan grafik masing-masing lokasi (ZDUI dan ZLUI) untuk setiap
parameter sifat fisik dan teknik tanah. Sumbu arah horizontal merupakan
besaran/nilai dari setiap parameter tanah, sementara sumbu arah vertikal
merupakan elevasi. Elevasi awal (0 m) merupakan elevasi awal yang telah
ditentukan, selanjutnya setiap data mengacu kepada elevasi tersebut.
Berikut adalah contoh pembuatan grafiknya :
Nama Proyek : Tramway UI (Hasil laporan penyelidikan tanah)
Koordinat Geografis : 106o49’19.819”E ; 6
o21’46.394”S (hasil ArcGIS)
Elevasi : 78 m (hasil ArcGIS)
Elevasi Awal : Rel Stasiun Univ. Indonesia = 75 m (kedalaman = 0 m).
Beda elevasi : +3m (tanda positif menyatakan elevasi di atas elevasi
awal).
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
59
Universitas Indonesia
Data awal : Setelah penyesuaian elevasi :
Kedalaman (m) N-SPT Elevasi (m) N-SPT
2.25 7 -0.75 7
4.25 15 -1.25 15
6.25 13 -3.25 13
8.25 10 -5.25 10
10.25 7 -7.25 7
12.25 14 -9.25 14
14.25 14 -11.25 14
16.25 19 -13.25 19
18.25 27 -15.25 27
20.25 60 -17.25 60
22.25 60 -19.25 60
24.25 60 -21.25 60
26.25 60 -23.25 60
28.25 60 -25.25 60
30.25 60 -27.25 60
Grafik hubungan N-SPT dengan elevasi :
d. Pembuatan persamaan korelasi antara parameter teknik tanah dengan
parameter fisik.
1. Pembuatan grafik hubungan antara parameter yang akan dicari persamaan
korelasinya. Sebelum pembuatan grafik, dilakukan pemilihan data terlebih
dahulu agar persamaan korelasi yang terbentuk memiliki koefisien
determinasi (R2) ≥ 0.7. Koefisien determinasi adalah perbandingan dari
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
0 20 40 60
Ele
vas
i (m
)
N-SPT
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
60
Universitas Indonesia
deviasi terjelaskan dengan deviasi total. Deviasi total merupakan
penyimpangan nilai sesungguhnya suatu variabel terikat terhadap nilai
rata-ratanya (Harinaldi, 2005). Koefisien determinasi (R2) ≥ 0.7,
mengindikasikan hubungan keeratan/korelasi yang kuat dari data-data
dalam persamaan korelasi, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini :
Nilai Koefisien Determinasi/Korelasi (R2) Hubungan/Korelasi
0 Tidak ada relasi
0-0.2 Lemah sekali
0.2-0.4 Lemah tapi pasti
0.4-0.7 Sedang
0.7-0.9 Kuat
0.9-1 Kuat sekali
1 Sempurna (Tutorial SPSS, 2010)
Koefisien determinasi dalam penelitian ini dicari dengan menggunakan
Ms. Excel 2007. Koefisien determinasi dapat diketahui juga dengan
menggunakan konstanta-konstanta dari persamaan regresi, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑟2 = 𝑎 𝑦 + 𝑏 𝑥𝑦 − 𝑛 𝑦 2
𝑦 2 − 𝑛 𝑦 2
2. Perhitungan standar error estimasi dan interval penyimpangannya. Kedua
hal ini akan digunakan untuk pengujian kesalahan dari persamaan korelasi,
karena penelitian ini merupakan penelitian empiris dimana hasil
penelitiannya sangat bergantung kepada jumlah dan kondisi data. Standar
error estimasi adalah ukuran yang mengindikasikan derajat variasi sebaran
data di sekitar garis regresi dapat menunjukkan seberapa besar derajat
keterikatan perkiraan yang diperoleh dengan menggunakan persamaan
regresi tersebut. Dalam definisi yang lebih tepat standard error estimasi
adalah standar deviasi yang memberikan ukuran penyebaran nilai-nilai
yang teramati di sekitar garis regresi, dirumuskan sebagai berikut :
Persamaan umum regresi : y = a+bx
Standar error estimasi (sx,y) : 𝑠𝑥 ,𝑦 = 𝑦 2 − 𝑎 𝑦 − 𝑏 𝑥𝑦
𝑛−2
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
61
Universitas Indonesia
Estimasi Interval : 𝑦 = z (sx,y)
Z adalah nilai untuk tingkat kepercayaan. Dalam penelitian ini digunakan
z=2, untuk tingkat kepercayaan 95.4%. (Harinaldi, 2005)
Berikut adalah contoh perhitungan standar error estimasi dan interval
penyimpangan untuk masing-masing persamaan korelasi :
Data awal :
No. eo cc
xy x2 y
2
x y
1 1.54 0.37 0.5698 2.3716 0.1369
2 1.97 0.8 1.576 3.8809 0.64
3 1.49 0.38 0.5662 2.2201 0.1444
4 1.49 0.36 0.5364 2.2201 0.1296
5 1.51 0.44 0.6644 2.2801 0.1936
6 1.52 0.34 0.5168 2.3104 0.1156
7 1.4 0.31 0.434 1.96 0.0961
8 1.46 0.4 0.584 2.1316 0.16
Persamaan korelasi yang terbentuk (R2 ≥ 0.7)
Persamaan korelasi (y = a+bx) :
y = 0.858x - 0.903
n 8
υ 6
∑x 12.380
xrt 1.548
∑y 3.400
yrt 0.425
∑xy 5.448
a -0.903
∑x2 19.375
b 0.858
∑y2 1.616
sy,x (standar error estimasi ) : 0.045
Interval Penyimpangan ( Cc ± z(sy,x)) : z (sx,y) 0.09
Tingkat kepercayaan 95.4%
3.4 Analisa Data
Tahapan selanjutnya setelah proses pengolahan data adalah hasil analisa.
Pada tahapan ini akan dianalisa mengenai karakteristik umum dari tanah residual
Depok termasuk di dalamnya pola hubungan antara parameter-parameter tanah
residual Depok baik sifat fisik maupun sifat teknik tanah residual Depok dengan
elevasi dan beberapa persamaan korelasi antara parameter tanah. Selain analisa
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
62
Universitas Indonesia
hasil penelitian, juga akan termasuk di dalamnya analisa kesalahan untuk
penyimpangan data dan persentase kesalahan untuk hasil persamaan korelasi yang
telah diperoleh. Sebagaimana judul penelitian “Studi Mengenai Sifat Fisik dan
Sifat Teknik Tanah Residual Depok”, hasil dari analisa ini merupakan studi
mengenai perilaku tanah residual yang karena proses pembentukannya sehingga
memiliki perilaku yang pada umumnya berbeda dengan jenis tanah biasa. Hasil
dari analisa ini diharapkan dapat menjadi bahan studi berkaitan dengan
karakteristik umum tanah residual Depok dan dapat menjadi informasi acuan awal
sebelum desain, tidak direkomendasikan untuk dipergunakan sebagai parameter
desain.
Pengujian perlu dilakukan setelah persamaan korelasi antara parameter
tanah dibuat dengan tujuan untuk mengetahui persentase kesalahan/penyimpangan
dari hasil perhitungan menggunakan persamaan tersebut. Hal ini dikarenakan
pengolahan data bersifat empiris, dimana persamaan yang dihasilkan pun sangat
bergantung pada jumlah data yang digunakan, jenis tanah, dan posisi muka air
tanah setiap lokasi data. Berikut adalah prosedur pengujiannya.
1. Pengujian dilakukan dengan menggunakan parameter-parameter tanah hasil
laboratorium dari lokasi- lokasi data penelitian ZDUI dan ZLUI.
2. Perhitungan data hitung menggunakan persamaan korelasi yang akan diuji
untuk setiap lokasi data penelitian.
3. Perhitungan persentase penyimpangan hasil antara hasil laboratorium dan
hasil perhitungan dengan persamaan korelasi
Penyimpangan = Nilai hitung – Data Laboratorium
4. Pemilihan persamaan korelasi dengan jumlah nilai hitung benar > 50%. Nilai
hitung benar yaitu nilai hitung yang besar penyimpangannya terhadap data
laboratorium berada pada interval estimasi dari standard error estimasi.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
63 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Data penelitian yang dipergunakan merupakan data sekunder, data yang diperoleh
merupakan hasil dari data yang sudah diolah sebelumnya, berbeda dengan data primer yang
merupakan data hasil dari pengujian/studi langsung di lapangan. Data-data berikut diambil
dari hasil laporan-laporan penyelidikan tanah yang telah dilakukan oleh beberapa lembaga
sebagai sumber data yang mencakup beberapa lokasi di daerah Depok. Berdasarkan lokasi
tempat penyelidikan tanah dilakukan, data diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu 15 lokasi
Zona Dalam UI (ZDUI) dan 12 lokasi Zona Luar UI (ZLUI). Setiap zona memiliki 9 jenis
data yang merupakan 9 jenis parameter tanah yang akan dilihat dan dianalisis karakteristik
dan perilakunya.
4.1.1 Lokasi Data Penelitian
Tabel berikut merupakan daftar beberapa lokasi dimana penyelidikan tanah telah
dilakukan oleh lembaga sumber data. Setelah lokasi diketahui, kemudian dilakukan
pengolahan data menggunakan software pemetaan arcGIS untuk mengetahui elevasi
lokasi (menggunakan SRTM) dan koordinat lokasi (garis bujur, x; garis lintang, y). Data
elevasi akan digunakan untuk pengolahan data lebih lanjut, sementara koordinat lokasi
berfungsi sebagai rekaman data (database).
Tabel 4.1. Lokasi Data Penelitian Zona Dalam UI (ZDUI) (Bagian 1)
No. Nama Proyek Jenis
Pengeboran
No.
Borehole
1. Proyek Tramway UI DB -
2. SPBU UI HB -
3.
a.
Proyek Rumah Sakit - Universitas Indonesia
DB
FK01
b. FK02
c. KOM01
d. PT01
e. PT02
f. RS01
g. RS02
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
64
Universitas Indonesia
Tabel 4.2 Lokasi Data Penelitian Zona Dalam UI (ZDUI) (Bagian 2)
No. Nama Proyek Jenis
Pengeboran
No.
Borehole
h.
RS03
i. RS04
j. RS05
4. Gedung Departemen Teknik Sipil - UI DB -
5. Gedung Rooseno Center DB -
6. Gedung Kuliah FT UI DB -
7. Gedung Kuliah FMIPA UI DB -
8.
a.
Perpus Pusat UI DB
01
b. 02
c. 03
9. Gedung G/H Psikologi UI DB -
10. Gedung Farmasi FMIPA UI DB -
11. a.
Gedung Pasca Sarjana FKM UI DB 01
b. DB 02
12. a.
Gedung Fakultas Ilmu Komputer UI HB 01
b. HB 02
13. a.
Fakultas Hukum UI HB 01
b. HB 02
14. Gd. Magister Perencanaan Dan Kebijakan
Publik HB -
15. Gedung Laboratorium FT UI HB -
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
65
Universitas Indonesia
Tabel 4.3 Tabel Elevasi dan Koordinat Lokasi Data ZDUI
No. Elevasi
(m)
Koordinat
x Y
1. 78 106°49'19.819"E 6°21'46.394"S
2. 64 106°49'56.322"E 6°21'11.977"S
3.
a. 78 106°49'49.438"E 6°22'10.536"S
b. 78 106°49'49.727"E 6°22'14.351"S
c. 79 106°49'39.385"E 6°22'13.025"S
d. 76 106°49'40.688"E 6°22'22.348"S
e. 76 106°49'40.414"E 6°22'19.126"S
f. 79 106°49'47.132"E 6°22'23.925"S
g. 78 106°49'45.075"E 6°22'19.16"S
h. 76 106°49'50.079"E 6°22'18.578"S
i. 80 106°49'47.611"E 6°22'27.249"S
j. 77 106°49'51.519"E 6°22'17.412"S
4. 75 106°49'28.397"E 6°21'43.014"S
5. 77 106°49'27.416"E 6°21'41.306"S
6. 76 106°49'28.903"E 6°21'41.559"S
7. 81 106°49'33.966"E 6°22'7.537"S
8.
a. 74 106°49'48.722"E 6°21'56.059"S
b. 72 106°49'46.974"E 6°21'55.438"S
c. 73 106°49'45.489"E 6°21'56.131"S
9. 76 106°49'49.388"E 6°21'47.524"S
10. 81 106°49'33.571"E 6°22'6.083"S
11. a. 78 106°49'45.648"E 6°22'11.685"S
b. 78 106°49'45.832"E 6°22'12.879"S
12. a. 78 106°49'40.217"E 6°22'14.059"S
b. 77 106°49'40.126"E 6°22'14.97"S
13. a. 75 106°49'51.318"E 6°21'51.233"S
b. 76 106°49'51.521"E 6°21'51.995"S
14. 74 106°49'34.933"E 6°21'36.158"S
15. 78 106°49'23.909"E 6°21'42.991"S
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
66
Universitas Indonesia
Tabel 4.4. Lokasi Data Penelitian ZLUI
No. Nama Proyek Alamat Jenis
Pengeboran
No.
Bor
1. a. Gedung Adm Niaga
Politeknik Negeri Jakarta
Komplek
Universitas Indonesia DB
01
b. 02
2. Gedung Graha BMT-QM Jl. Margonda Raya
Pondok Cina HB -
3. Turap Jl.Sentosa
Depok II Tengah HB -
4.
a.
Pusat Grafika Indonesia Kukusan DB
01
b. 02
c. 03
5.
a. Apartemen
Margonda Residence
Jl. Margonda Raya
Pondok Cina DB
01
b. 02
c. 03
6. Tower Sukamaju Sukamaju – Depok HB -
7. Tower Leuwinanggung Leuwinanggung HB -
8. Gama Setia Barat Kelurahan Baktijaya
Depok HB -
9. Tower Kencana Permai Jl. Radar Auri
Cisalak HB -
10. Tower Cilodong Cilodong HB -
11. Gd. Baitul Quran Komplek Timah
Cimanggis HB -
12
.
a.
Sawangan
Skripsi Soviyani-1997
Jl. Sawangan Raya
DB
B1
b. B2
c. B3
d. B4
e.
Jl. Mukhtar - Sawangan
B5
f. B6
g. B7
h. B8
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
67
Universitas Indonesia
Tabel 4.5. Tabel Elevasi dan Koordinat Lokasi Data ZLUI
No. Elevasi (m) Koordinat
x y
1. a. 73 106°49'24.874"E 6°22'7.093"S
b. 75 106°49'25.005"E 6°22'9.387"S
2. 82 106°49'55.651"E 6°22'43.694"S
3. 87 106°50'11.871"E 6°23'26.158"S
4.
a. 62 106°49'37.583"E 6°20'53.797"S
b. 62 106°49'36.849"E 6°20'53.24"S
c. 62 106°49'38.023"E 6°20'53.211"S
5.
a. 75 106°50'3.422"E 6°21'57.522"S
b. 75 106°50'4.568"E 6°21'57.522"S
c. 75 106°50'5.647"E 6°21'57.488"S
6. 100 106°51'31.415"E 6°24'53.542"S
7. 82 106°52'24.703"E 6°22'57.446"S
8. 83 106°51'2.941"E 6°22'44.536"S
9. 79 106°52'11.793"E 6°22'21.944"S
10. 81 106°50'57.562"E 6°23'26.493"S
11. 69 106°50'38.474"E 6°21'46.665"S
12.
a. 95 106°48'45.238"E 6°23'55.539"S
b. 87 106°48'1.13"E 6°23'43.706"S
c. 84 106°47'39.614"E 6°23'42.63"S
d. 86 106°46'53.354"E 6°23'45.857"S
e. 76 106°46'18.929"E 6°23'45.857"S
f. 77 106°46'8.171"E 6°24'12.752"S
g. 87 106°45'49.882"E 6°24'19.207"S
h. 93 106°45'36.972"E 6°24'20.283"S
Berikut adalah peta lokasi data penelitian (Gambar 4.1). Titik-titik lokasi tersebut diplot
menggunakan software pemetaan ArcGIS dengan peta dasar merupakan Peta Rupabumi Digital
Indonesia lembaran 1209-423 dan 1209-421 Pasar Minggu (dikeluarkan dan diterbitkan oleh
BAKOSURTANAL Edisi I-2001).
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
68
Universitas Indonesia
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
69
Universitas Indonesia
-20
-10
0
10
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ele
vasi
(m
)
Kadar Air Natural, Wn (%)
4.2. Hubungan Antara Parameter Tanah (Sifat Fisik dan Teknik) dengan Elevasi.
Analisa mengenai hubungan antara parameter tanah dengan elevasi perlu dilakukan
untuk mengetahui kecenderungan distribusi dari parameter tanah ditinjau berdasarkan elevasi,
berikut adalah keterangan simbol dari grafik-grafik hubungan antara parameter tanah dengan
elevasi :
Keterangan Simbol Grafik – Lokasi Data :
ZDUI
ZLUI
4.2.1 Hubungan antara Parameter Sifat Fisik Tanah dengan Elevasi
1. Kadar Air Natural (wn).
Nilai kadar air natural tanah Depok cenderung naik seiring dengan
bertambahnya kedalaman tanah, terlihat baik pada grafik hubungan antara kadar air
dan elevasi Zona Dalam Kampus UI (ZDUI) (Gambar4.2(a)) maupun Zona Luar UI
(ZLUI) (Gambar4.2(b)).
(a)
(b)
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara kadar air natural dengan elevasi (a) ZDUI dan (b)
ZLUI.
-20
-15
-10
-5
0
5
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ele
vasi
(m
)
Kadar Air Natural, Wn (%)
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
70
Universitas Indonesia
Kenaikan kadar air tergantung kepada keberadaan muka air tanah (m.a.t).
Pada ZDUI, dapat terlihat bahwa kenaikan kadar air dimulai pada kedalaman 5 m
(elevasi : -5m). Hal ini dikarenakan karena hampir sebagian besar dari lokasi data
memiliki batas muka air tanah pada kedalaman lebih dari 6m dari elevasi awal
(hasil bor terlampir). Sedangkan pada ZLUI, tidak terlihat adanya kenaikan yang
signifikan karena lokasi data ZLUI lebih banyak diambil dari proyek dengan bor
dangkal sehingga penggalian rata-rata belum mencapai m.a.t. Adanya
penyimpangan data pada grafik terjadi karena perbedaan elevasi yang cukup besar.
Data yang menyimpang untuk ZDUI merupakan lokasi no.2, lokasi proyek
pembangunan SPBU UI dimana daerahnya memiliki kontur lebih rendah 11 m,
dibandingkan dengan elevasi awal (elevasi rel kereta api Stasiun UI). Sementara
untuk ZLUI, data yang menyimpang merupakan lokasi no.4, lokasi Gedung Pusat
Grafika Indonesia. Lokasi no.4 memiliki kontur 13 m lebih rendah dibandingkan
dengan elevasi awal.
Berdasarkan grafik, pada elevasi +5 s.d. 5m, kadar air natural tanah Depok
berkisar antara 40-70%. Jika dilihat dari batas-batas atterberg yang didapatkan,
tanah Depok berada dalam batas plastis. Sementara itu, seiring dengan
bertambahnya elevasi, nilai kadar air natural semakin beragam berkisar antara 40-
140%, karena adanya kemunculan air tanah.
2. Batas-batas Atterberg.
Hasil pengolahan data menunjukkan nilai kisaran dari batas-batas atterberg
sebagai berikut :
a. Batas Cair (LL).
Nilai batas cair tanah Depok cenderung menurun seiring dengan
bertambahnya kedalaman tanah (Gambar 4.3), data-data yang menyimpang. Pada
ZDUI, data yang menyimpang merupakan lokasi data no.3, lubang bor proyek
Rumah Sakit UI. Proyek RSUI memiliki 10 lubang bor dengan 21 contoh tanah uji
tak terganggu. Untuk 4 data tersebut batas cair (LL) terlihat lebih besar
dibandingkan dengan data lainnya.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
71
Universitas Indonesia
-20-15-10
-505
10
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ele
vasi
(m
)
Batas Cair, LL (%)
-20
-15
-10
-5
0
5
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ele
vasi
(m
)
Batas Cair, LL (%)
(a)
(b)
Gambar 4.3 Grafik hubungan batas cair dengan elevasi (a) ZDUI dan (b) ZLUI.
Hal ini dikarenakan terjadinya perbedaan kondisi tanah dimana contoh tanah
uji tak terganggu diambil yang dapat menyebabkan nilai batas cair lebih besar
dibandingkan dengan lokasi bor lainnya. Data-data yang menyimpang tersebut
merupakan hasil pengujian laboratorium dari contoh tanah uji tak terganggu yang
diambil pada kedalaman di bawah muka air tanah (m.a.t) dan berada pada jenis
tanah lunak. Adapun keempat data tersebut merupakan contoh tanah uji tak
terganggu yang berasal dari lubang bor DB FK-01 (3.b), DB PT-01 (3.d), DB RS-
03 (3.h) dan DB RS-04 (3.i). Contoh tanah uji tak terganggu lokasi 3.b diambil pada
kedalaman 1m di bawah m.a.t dengan jenis tanah silty clay very soft, 3.d memiliki
jenis tanah clayey silt and fine sand very soft, 3.h dan 3.i berjenis tanah silty clay
very soft. Sedangkan pada ZLUI, data yang menyimpang adalah lokasi no.4, karena
perbedaan elevasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola hubungan antara parameter
tanah dengan elevasi untuk jenis dan kondisi tanah yang hampir sama atau sejalan.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
72
Universitas Indonesia
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ele
vasi
(m
)
Batas Plastis, PL (%)
-20
-15
-10
-5
0
5
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ele
vasi
(m
)
Batas Plastis, PL (%)
Oleh karena itu, data menyimpang akan diabaikan untuk melihat gambaran umum
pola hubungan parameter tanah dengan elevasi dari tanah Depok. Nilai batas cair
untuk tanah Depok berkisar antara 60-107%.
b. Batas Plastis (PL).
Grafik hubungan antara batas plastis (PL) dengan elevasi terlihat cenderung
menurun/semakin kecil seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah. Hal ini
dikarenakan lokasi data penelitian pada umumnya memiliki lapisan tanah semakin
lunak dengan plastisitas rendah seiring dengan bertambahnya kedalaman. Urutan
lapisan tanah dari permukaan secara garis besar dari permukaan tanah yaitu lapisan
silty clay dan untuk lapisan tanah bagian dalam yaitu sand/pasir atau silt/lanau.
Kisaran nilai batas plastis (PL) untuk tanah Depok (ZDUI) yaitu 40-80%.
(a)
(b)
Gambar 4.4 Grafik hubungan batas plastis dengan elevasi (a) ZDUI dan (b) ZLUI.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
73
Universitas Indonesia
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ele
vasi
(m
)
Indeks Plastisitas, IP
-20
-15
-10
-5
0
5
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ele
vasi
(m
)
Indeks Plastisitas, IP
c. Indeks Plastisitas (IP).
Nilai Indeks Plastisitas (IP) cenderung menurun seiring dengan
bertambahnya kedalaman tanah. Hal ini berarti semakin kecilnya perbedaan antara
batas cair dan batas plastis tanah ketika kedalaman tanah semakin bertambah atau
semakin sedikitnya tanah yang berperilaku plastis. Nilai Indeks Plastisitas tanah
Depok berkisar antara 20-60%. Indeks Plastisitas merupakan selisih antara batas
cair dan batas plastis, dapat terlihat nilai kisaran IP yang didapatkan sesuai dengan
teori karena selisih minimum antara batas cair dan batas plastis sebesar 20%.
(a)
(b)
Gambar 4.5 Grafik hubungan batas plastis dengan elevasi (a) ZDUI dan (b) ZLUI.
d. Hubungan antara Batas Cair (LL) dan Indeks Plastisitas (IP).
Hubungan/korelasi antara batas cair dan indeks plastisitas memiliki kegunaan
untuk mengetahui klasifikasi tanah. Klasifikasi tanah cukup penting dan berguna
untuk mengetahui potensi tanah yang ditinjau sebagai material konstruksi, contohnya
timbunan dan urugan. Akan tetapi tidak dapat dijadikan informasi untuk mendukung
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
74
Universitas Indonesia
pondasi, karena klasifikasi tanah tidak bergantung pada massa di lapangan, hanya
berdasarkan karakteristik material saja, berbeda dengan deskripsi tanah. Deskripsi
tanah sudah termasuk karakteristik-karakteristik, baik massa maupun material tanah.
(Craig, R.F., 1991). Berikut adalah grafik korelasi antara batas cair dan indeks
plastisitas tanah Depok yang berada dalam grafik plastisitas sistem unified.
Gambar 4.6 Klasifikasi tanah Depok menggunakan grafik plastisitas sistem unified.
(Sumber grafik plastisitas : Craig, R.F., 1991).
Berdasarkan grafik di atas (Gambar 4.6), tanah Depok termasuk ke dalam tanah MH
atau OH yaitu lanau atau tanah organik dengan plastisitas tinggi (LL>50). Berikut
adalah beberapa klasifikasi tanah di berbagai lokasi yang merupakan hasil
penelitian-penelitian terdahulu.
Gambar 4.7. Klasifikasi tanah Depok.
(Soviany, 1997)
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
75
Universitas Indonesia
Sama halnya dengan hasil penelitian Soviany, tanah Depok termasuk ke dalam
klasifikasi tanah organik berplastisitas tinggi. Hubungan antara batas cair dan
indeks plastisitas juga dapat digunakan untuk mengetahui kandungan mineral tanah
Depok. Berdasarkan grafik (Gambar 4.5), tanah Depok memiliki kandungan
kaolinite dan haloysite. Hal ini berarti tanah Depok bukan termasuk tanah ekspansif
(tidak mengandung montmorilonit), sehingga tidak terjadi swelling
(pemuaian/pengembangan).
Gambar 4.8. Kandungan mineral tanah Depok berdasarkan Diagram Plastistas.
(sumber bagan plastisitas : Soviany, 1997).
Gambar 4.9. Jenis tanah Depok berdasarkan Diagram Plastistas.
(sumber bagan plastisitas : Wesley, 2012).
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
76
Universitas Indonesia
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 1 2
Ele
vasi
(m
)
Angka Pori,
eo
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 1 2
Angka Pori
eo
Berdasarkan Gambar 4.9, tanah Depok merupakan lempung merah halloysite. Salah
satu dari 3 jenis tanah residual. Sementara menurut Gambar 4.6, tanah Depok
merupakan lanau berplastisitas tinggi. Wesley (2012) menyatakan penggunaan
huruf H dan L pada diagram plastisitas untuk tanah dengan plastisitas tinggi dan
rendah kurang tepat, kecuali tanah tersebut sudah jelas adalah lempung. Hal ini
dikarenakan umumnya (khususnya pada lanau) tidak mungkin berplastisitas tinggi.
Kalau plastisitasnya tinggi, berarti tanah itu adalah lempung bukan lanau (Wesley,
2012). Oleh karena itu, tanah Depok merupakan lempung merah (halloysite)
berplastisitas tinggi. Lempung merah merupakan lempung yang ideal untuk tujuan
pembangunan karena kekuatannya tinggi, kompresibilitas rendah dan potensi untuk
mengembang/menyusut juga rendah. Tanah jenis ini biasanya cocok untuk
pekerjaan urugan karena kadar airnya cenderung dekat dengan batas plastisnya.
Selain itu lempung merah pada umumnya bersifat tidak sensitive (kekuatannya
tidak berkurang apabila dibentuk ulang atau dipadatkan) dan kadar air asli tanah
biasanya dekat pada kadar air optimum sehingga dapat digali dan dipadatkan
kembali tanpa perlu dikeringkan ataupun dibasahi supaya sesuai untuk dipadatkan.
3. Angka Pori
Nilai angka pori cenderung sama pada setiap kedalaman tanah. Nilai angka
pori tanah Depok berkisar antara 1 – 2. Sebagian besar data penelitian memiliki
nilai angka pori 1.4 – 1.6. Angka pori adalah perbandingan antara volume pori dan
volume partikel padat (Craig, R.F., 1991).
(a)
Gambar 4.10. Grafik hubungan antara angka pori awal dengan elevasi. (a)ZDUI (b) ZLUI.
(b)
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
77
Universitas Indonesia
Nilai angka pori 1 berarti volume pori sama dengan volume partikel padat
tanah, nilai angka pori tanah Depok sebesar ≥ 1, berarti volume pori tanah Depok
lebih besar daripada volume partikel padatnya. Hal ini dikarenakan tanah Depok
merupakan tanah residual yang sebagian besar berada dalam keadaan jenuh. Tanah
residual cenderung memiliki volume pori yang lebih besar dibandingkan dengan
volume butirnya. Hal ini disebabkan oleh cara pembentukannya. Pelapukan pada
batuan mengurangi kepadatan batu sehingga kekuatan turun. Pada batuan tetap
tidak ada pori sama sekali, sedangkan pada tanah hasil pelapukannya, volume pori
cukup besar dibandingkan dengan volume butirannya.
4.2.2. Hubungan antara parameter sifat teknik tanah dengan elevasi.
1. N-SPT
Grafik hubungan antara N-SPT dengan elevasi cenderung semakin
bertambah kedalaman tanah, semakin besar N-SPT. N-SPT merupakan nilai jumlah
pukulan hammer pada pengujian SPT (Standard Penetration Test) ketika telah
membuat tanah yang diuji turun sedalam 30 cm. Ketika tanah semakin keras,
hammer akan sulit menurunkan tanah yang diuji sedalam 30 cm, sehingga dapat
diketahui keberadaan tanah kerasnya dimana N-SPT ≥ 60 pukulan.
Pada grafik (Gambar 4.11) terlihat ada beberapa nilai N-SPT yang
menyimpang dari pola. Hal ini dikarenakan beragamnya lapisan tanah setiap lokasi
data penelitian. Namun secara umum, lokasi-lokasi tersebut memiliki jenis tanah
silty clay pada lapisan permukaan dan sand/coarse sand/gravelly sand untuk lapisan
terdalam yang diuji. Selain itu penyimpangan juga dapat terjadi karena adanya
perbedaan kontur masing-masing lokasi data penelitian. Berdasarkan grafik, tanah
keras untuk Depok (N-SPT ≥ 60) berada pada elevasi -10 s.d. -35m.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
78
Universitas Indonesia
-35-30-25-20-15-10
-505
10
0 10 20 30 40 50 60
Ele
vasi
(m
)
N-SPT
-35-30-25-20-15-10
-505
10
0 20 40 60 80
Ele
vasi
(m
)
N-SPT
(a)
(b)
Gambar 4.11. Grafik hubungan antara N-SPT dengan elevasi (a) ZDUI (b) ZLUI
2. Kohesi
Grafik hubungan antara kohesi dan elevasi menunjukkan bahwa nilai kohesi
cenderung berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah (Gambar 4.11 (a)).
Nilai kohesi tanah Depok berkisar antara 5 - 40 kPa. Lapisan dalam tanah lokasi data
penelitian pada umumnya lebih banyak memiliki kandungan pasir dibandingkan
kandungan lempung dan lanau. Hal inilah yang menyebabkan nilai kohesi tanah Depok
semakin mengecil.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
79
Universitas Indonesia
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 40 80 120
Ele
vas
i (m
)
Kohesi,
c (kPa)
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 40 80 120
Ele
vas
i (m
)
Kohesi,
c (kPa)
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 20 40
Ele
vas
i (m
)
Sudut Geser,
φ (o)
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 20 40
Ele
vas
i (m
)
Sudut Geser,
φ (o)
(a) (b)
Gambar 4.12. Grafik hubungan antara nilai kohesi dengan elevasi (a) ZDUI (b)
ZLUI.
3. Sudut Geser
Pola hubungan antara sudut geser dengan elevasi cenderung menurun seiring
dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini dikarenakan jenis tanah Depok pada elevasi di
bawah -5 m, lebih banyak merupakan tanah lunak. Nilai sudut geser tanah Depok
berkisar antara 18 – 35.4o.
(a) (b)
Gambar 4.13. Grafik hubungan antara nilai sudut geser dengan elevasi (a) ZDUI (b)
ZLUI.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
80
Universitas Indonesia
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 1 2
elev
asi
(m)
Indeks
Kompresi, Cc
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 1 2
Indeks
Kompresi, Cc
4. Indeks Kompresi.
Pola hubungan antara indeks kompresi dengan elevasi cenderung naik seiring
dengan bertambahnya kedalaman. Semakin bertambahnya kedalaman tanah, partikel
tanah akan semakin memadat. Pemadatan adalah proses naiknya kerapatan tanah dengan
memperkecil jarak antarpartikel sehingga terjadi reduksi volume udara, tidak terjadi
perubahan volume air yang cukup berarti (Craig, R.F., 1991). Nilai indeks kompresi
tanah Depok berkisar antara 0.32 – 0.99.
(a) (b)
Gambar 4.14. Grafik hubungan antara nilai indeks kompresi dengan elevasi (a)
ZDUI (b) ZLUI.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
81
Universitas Indonesia
-20
-15
-10
-5
0
5
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ele
vasi
(m
)
Indeks Plastisitas, IP
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ele
vasi
(m
)
Batas Plastis, PL (%)
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ele
va
si (
m)
Batas Cair, LL (%)
-20
-15
-10
-5
0
5
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ele
vasi
(m
)
Batas Plastis, PL (%)
-20
-15
-10
-5
0
5
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ele
vasi
(m
)
Batas Cair, LL (%)
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ele
vasi
(m
)
Indeks Plastisitas, IP
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ele
vasi
(m
)
Kadar Air Natural, Wn (%)
Gambar 4.15. Gabungan grafik-grafik hubungan antara parameter kadar air natural,
batas cair, batas plastis, indeks plastisitas Depok dengan elevasi (a) ZDUI (b) ZLUI.
-20
-15
-10
-5
0
5
0 20 40 60 80 100 120 140 160E
lev
asi
(m
)
Kadar Air Natural, Wn (%)
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
82
Universitas Indonesia
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
0 10 20 30 40 50 60
Ele
vasi
(m
)
N-SPT
-20
-15
-10
-5
0
5
0 50 100
Ele
vas
i (m
)
Kohesi,
c (kPa)
-20
-15
-10
-5
0
5
0 20 40
Sudut Geser,
φ (o)
-20
-15
-10
-5
0
5
0 1 2
Indeks
Kompresi, Cc
-20
-15
-10
-5
0
5
0 1 2
Angka Pori,
eo
Gambar 4.16 Gabungan grafik-grafik hubungan antara parameter N-SPT, kohesi, sudut
geser, indeks kompresi, angka pori dengan elevasi, Zona Dalam UI (ZDUI).
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
83
Universitas Indonesia
-35-30-25-20-15-10
-505
10
0 20 40 60 80
Ele
va
si (
m)
N-SPT
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 1 2
Indeks
Kompresi, Cc
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 1 2
Angka Pori
eo
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 40 80 120
Ele
vas
i (m
)
Kohesi,
c (kPa)
-20
-15
-10
-5
0
5
10
0 20 40
Sudut Geser,
φ (o)
Gambar 4.17 Gabungan grafik-grafik hubungan antara parameter N-SPT, kohesi, sudut
geser, indeks kompresi, angka pori dengan elevasi, Zona Luar UI (ZLUI).
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
84
Universitas Indonesia
4.3 Persamaan korelasi parameter-parameter tanah.
4.3.1 Hubungan antara Indeks Kompresi dengan Parameter Tanah lainnya.
Dalam pembuatan korelasi antar parameter-parameter tanah, diperlukan metode
trial and error, untuk mengetahui kira-kira parameter mana yang dapat dicari persamaan
korelasinya. Setelah dilakukan beberapa kali percobaan pembuatan persamaan korelasi,
akhirnya didapatkanlah 5 persamaan korelasi untuk mencari nilai indeks kompresi dengan
bantuan parameter tanah lainnya.
1. Hubungan antara Indeks Kompresi dengan Kadar Air Natural.
Kadar air natural merupakan parameter fisik paling dasar yang dapat diketahui dengan
cukup mudah. Oleh karena itu, dilakukanlah pencarian persamaan korelasi antara
indeks kompresi dengan kadar air natural.
(a)
(b)
Gambar 4. 18 Persamaan korelasi antara Indeks Kompresi dengan Kadar air Natural untuk
Tanah Depok (a) ZDUI (b) ZLUI.
Cc = 0.019Wn - 0.676
R² = 0.909
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 20 40 60 80 100 120 140 160Ind
eks
Ko
mp
resi
, Cc
Kadar Air Natural, Wn (%)
Persamaan Korelasi Wn vs Cc
Cc = 0.011Wn - 0.063
R² = 0.822
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Ind
eks
Ko
mp
resi
, Cc
Kadar Air Natural, Wn (%)
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
85
Universitas Indonesia
Cc = 0.006LL - 0.087
R² = 0.649
0.0
0.3
0.6
0.9
1.2
1.5
0 20 40 60 80 100 120 140
Ind
eks
Ko
mp
resi
, Cc
Batas Cair, LL (%)
Persamaan Korelasi Cc vs LL
Cc= 0.019IP - 0.028
R² = 0.748
0
0.5
1
1.5
2
0 20 40 60 80
Ind
eks
Ko
mp
resi
, Cc
Indeks Plastisitas, IP
Persamaan Korelasi Cc vs IP
2. Hubungan antara Indeks Kompresi dengan Batas Atterberg.
Uji batas atterberg merupakan pengujian untuk mengetahui batas-batas kadar air
dimana tanah bertransisi dari satu keadaan ke keadaan lain (cair, plastis, padat).
Pengujian batas atterberg sering dilakukan pada setiap penyelidikan tanah. Berikut
adalah hubungan antara Indeks Kompresi dengan batas-batas atterberg (batas cair dan
indeks plastisitas).
(a)
(b)
Gambar 4. 19 Persamaan korelasi antara Indeks Kompresi dengan batas-batas atterberg
(batas cair dan indeks plastisitas), untuk Tanah Depok (a) ZDUI (b) ZLUI.
Cc = 0.008LL - 0.229
R² = 0.731
0
0.3
0.6
0.9
1.2
1.5
0 20 40 60 80 100 120 140
Ind
eks
Ko
mp
resi
, Cc
Batas Cair, LL
Persamaan Korelasi Cc vs LL
Cc = 0.024IP - 0.214
R² = 0.834
0
0.5
1
1.5
2
0 20 40 60 80
Ind
eks
Ko
mp
resi
, Cc
Indeks Plastisitas, IP
Persamaan Korelasi Cc vs IP
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
86
Universitas Indonesia
Cc = 0.809eo - 0.843
R² = 0.9140
0.5
1
1.5
2
0 1 2 3 4
Ind
eks
Ko
mp
resi
Angka Pori
Persamaan Korelasi Cc vs eo
3. Hubungan antara Indeks Kompresi dengan angka pori awal.
Angka pori merupakan salah satu sifat fisik yang merupakan jumlah relatif dari
rongga.Hubungan antara indeks kompresi dengan angka pori awal cenderung
berbanding lurus. Berikut adalah persamaan korelasi antara indeks kompresi dengan
angka pori awal.
(a) (b)
Gambar 4. 20 Persamaan korelasi antara Indeks Kompresi dengan angka pori awal,
untuk Tanah Depok (a) ZDUI (b) ZLUI.
4.3.2 Grafik korelasi Sudut Geser dengan Indeks Plastisitas.
Selain indeks kompresi, sudut geser juga sangat diperlukan dalam setiap desain
geoteknik. Oleh karena itu diperlukan persamaan korelasi untuk mempermudah dalam
pencarian nilai sudut geser. Persamaan korelasi ini dilakukan antara sudut geser dengan
indeks plastisitas, karena IP mudah untuk diketahui melalui uji batas atterberg. Berikut
adalah grafik hubungan antara sudut geser dan indeks plastisitas tanah Depok baik untuk
Zona Dalam UI (ZDUI) maupun Zona Luar UI (ZLUI).
y = 0.858x - 0.903
R² = 0.933
0
0.5
1
1.5
2
0 1 2 3 4
Ind
eks
Ko
mp
resi
Angka Pori
Persamaan Korelasi Cc vs eo
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
87
Universitas Indonesia
(a)
(b)
Gambar 4.23 Grafik korelasi IP vs sin φ, untuk (a) Zona Dalam UI (ZDUI) dan (b) Zona
Luar UI.
4.3.3 Grafik korelasi Kohesi dengan N-SPT
Salah satu parameter penting dalam desain geoteknik, adalah parameter kuat
geser. Selain sudut geser, parameter berikutnya adalah kohesi. Berikut adalah korelasi
antara kohesi dengan N-SPT. N-SPT merupakan hasil dari pengujian Standard
Penetration Test yang biasa dilakukan untuk mengetahui keberadaan tanah keras dan jenis
tanah yang ditemui.
sin φ = -0.014IP + 0.808
R² = 0.728
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0 10 20 30 40 50 60Si
n φ
Indeks Plastisitas, IP
Persamaan Korelasi IP vs φ
sin φ = -0.007IP + 0.552
R² = 0.611
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0 10 20 30 40 50 60
sin
φ
Indeks Plastisitas, IP
Persamaan Korelasi IP vs φ
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
88
Universitas Indonesia
(a)
(b)
Gambar 4.22 Grafik korelasi c vs N-SPT, untuk (a) Zona Dalam UI (ZDUI) dan (b)
Zona Luar UI.
4.4 Pengujian korelasi parameter tanah hasil penelitian
Persamaan korelasi yang didapatkan, merupakan persamaan yang melalui proses
pengolahan data secara empiris, sehingga sangat bergantung pada data yang digunakan.
Banyaknya data yang digunakan, kondisi data (dalam hal ini jenis tanah dan posisi muka air
tanah) sangat berpengaruh terhadap persamaan korelasi yang dihasilkan. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pengujian korelasi untuk mengetahui persentase kesalahan/penyimpangan
antara data hasil laboratorium dengan hasil perhitungan menggunakan korelasi parameter
tanah yang telah dihasilkan (bagian 4.3). Berikut adalah tabel persamaan korelasi antara
y = 2.816x + 7.364
R² = 0.588
0
40
80
120
160
0 5 10 15 20
Ko
he
si, c
N-SPT
Persamaan Korelasi c vs N
y = 6.555x - 10.83
R² = 0.653
0
40
80
120
160
0 5 10 15 20
Ko
hes
i, c
N-SPT
Persamaan Korelasi c vs N
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
89
Universitas Indonesia
parameter tanah hasil penelitian untuk ZDUI dan ZLUI beserta standar error estimasi
(penyimpangan yang mungkin terjadi).
Tabel 4.6 Tabel persamaan korelasi antara parameter tanah hasil penelitian, untuk ZDUI
Jenis Korelasi Korelasi Standar Error Estimasi
(sx,y) Estimasi Interval
Ind
eks
Kom
pre
si
(Cc)
Cc = 0.809eo - 0.843 0.100 𝐶𝑐 ± 0.199
Cc = 0.019Wn - 0.676 0.221 𝐶𝑐 ± 0.442
Cc = 0.019IP - 0.028 0.142 𝐶𝑐 ± 0.284
Cc = 0.006LL - 0.087 0.130 𝐶𝑐 ± 0.260
Sudut Geser Sin φ = -0.014IP + 0.808 0.090 Sin φ ± 0.180
Kohesi c = 2.816N + 7.364 8.465 𝑐 ± 16.931
Tabel 4.7 Tabel persamaan korelasi antara parameter tanah hasil penelitian ZLUI
Jenis Korelasi Korelasi Standar Error Estimasi
(sx,y) Estimasi Interval
Ind
eks
Kom
pre
si
(Cc)
Cc = 0.858eo - 0.903 0.045 𝐶𝑐 ± 0.091
Cc = 0.011Wn - 0.063 0.071 𝐶𝑐 ± 0.142
Cc = 0.024IP - 0.214 0.081 𝐶𝑐 ± 0.162
Cc = 0.008LL - 0.229 0.224 𝐶𝑐 ± 0.448
Sudut Geser Sin φ = -0.007IP + 0.552 0.250 sin𝜑 ± 0.500
Kohesi c = 6.555N - 10.83 18.761 𝑐 ± 37.523
Persamaan-persamaan di atas akan diuji dengan membandingkan hasilnya dengan data
lapangan dari lokasi-lokasi data penelitian ZDUI dan ZLUI. Sebagaimana penjelasan pada
Bab 3, pengujian ini akan mencari persentase kesesuaian akan data laboratorium dengan nilai
hasil perhitungan menggunakan persamaan korelasi. Berikut adalah hasil pengujiannya :
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
90
Universitas Indonesia
Gambar 4.23 Grafik Jumlah Nilai Hitung Benar
Jumlah nilai hitung benar adalah jumlah nilai hitung yang besar penyimpangannya
terhadap data lab berada pada interval estimasi dari standard error estimasi. Berdasarkan
grafik di atas, terdapat 11 persamaan yang layak, dimana nilai hitung benar lebih besar
daripada nilai hitung salah. Sementara itu, terdapat 1 persamaan yang nilai hitungnya di
bawah 50%, ini menunjukkan persamaan tersebut belum layak. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya jumlah data yang dipergunakan dalam pengolahan data. Pengolahan data
dilakukan secara empiris, sehingga persamaan yang dihasilkan sangat bergantung kepada
jumlah data yang digunakan. Berikut adalah persamaan-persamaan korelasi dengan
persentase kebenaran lebih dari 50%.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Cc vs Wn Cc vs eo Cc vs IP Cc vs LL φ vs IP c vs N
Per
senta
se (
%)
Persamaan Korelasi
Grafik Persentase Nilai Hitung Benar
ZDUI
ZLUI
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
91
Universitas Indonesia
Tabel 4.8 Tabel Rentang Persentase Kesalahan/Penyimpangan dari Persamaan-
Persamaan Korelasi Hasil Pengolahan Data.
Jenis Korelasi Korelasi Koefisien Determinasi (R2)
Ind
eks
Kom
pre
si (
Cc)
ZDUI
Cc = 0.809eo - 0.843 0.914
Cc = 0.019Wn - 0.676 0.909
Cc = 0.019IP - 0.028 0.748
Cc = 0.006LL - 0.087 0.649
ZLUI
Cc = 0.858eo - 0.903 0.933
Cc = 0.011Wn - 0.063 0.822
Cc = 0.024IP - 0.214 0.834
Cc = 0.008LL - 0.229 0.731
Sudut Geser ZLUI Sin φ = -0.007IP + 0.552 0.611
Kohesi ZDUI c = 2.816N + 7.364 0.588
ZLUI c = 6.555N - 10.83 0.653
Tabel 4.9 Tabel Persamaan-Persamaan Korelasi Indeks Kompresi. (berbagai sumber)
Persamaan Referensi Jenis Tanah
Cc = 0.007 (Wn -7) Skempton
Soviany
(1997)
Remoulded Clay
Cc = 0.009 (Wn – 10) Terzaghi
Undisturb Clay Peck
Cc = 0.01 Wn Nishida
Chicago clay
Cc = 0.0115 Wn Organic Clay
Cc = 0.02Wn-0.37 Tan (2003) Klang Clay, Malaysia
Cc = 0.01Wn-0.19
Tang, SK (2003)
Tanah Thai Binh
Cc = 0.015Wn-0.3 Tanah Vinh Phuc
Cc = 0.015Wn-0.42 Tanah Hai Hung
Cc = 0.0011 Wn – 0.242 Soviany (1997)
Depok clay
Cc = - 0.00167 Wn + 0.4 Depok clay
Cc = 0.019Wn - 0.676 2012
Tanah Residual
Depok
ZDUI
Cc = 0.011Wn - 0.063 ZLUI
Persamaan Referensi Jenis Tanah
Cc = 1.15 (eo – 0.27) Nishida All Clay
Cc = 0.61 (eo - 0.28) Tan (2003) Klang Clay, Malaysia
Cc = 0.0141 (eo + 20.18) Soviany (1997) Depok clay
Cc = 0.809eo - 0.843 2012
Tanah Residual
Depok
ZDUI
Cc = 0.858eo - 0.903 ZLUI
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
92
Universitas Indonesia
Persamaan Referensi Jenis Tanah
Cc = 0.02LL-0.87 Soviany (1997) Depok clay
Cc = 0.006LL - 0.087 2012
Tanah Residual
Depok
ZDUI
Cc = 0.008LL - 0.229 ZLUI
Tabel 4.16 Tabel Persamaan-Persamaan Korelasi Sudut Geser. (berbagai sumber)
Persamaan Referensi Jenis Tanah
sin φ = -0.005IP + 0.6 Kenney (1959) Tanah asli dan
remoulded
φ = -0.25 IP + 37.5 Terzaghi Wesley (2012) Lempung
Sin φ = -0.007IP + 0.552 2012 Tanah Residual Depok
4.5 Perbandingan Hasil Perhitungan Desain Pondasi Dangkal antara Data
Laboratorium dan Nilai Hitung Hasil Penelitian.
Asumsi awal :
Lokasi : Proyek Gedung FTUI (elevasi =76m)
Lebar Pondasi = B = 2m
Kedalaman (permukaan tanah s.d. dasar pondasi) = D = 2m
Dalam perbandingan hasil perhitungan desain pondasi dangkal antara data laboratorium
dan hasil penelitian ini akan menggunakan rumus berikut ini :
Daya dukung ultimate (qu) = 1.2 c Nc + γ D Nq + 0.4 γ B Nγ
Untuk nilai hitung hasil penelitian, perhitungan berat jenis tanah menggunakan rumus
sebagai berikut :
γ = γw 𝑮𝒔(𝟏+𝒘)
𝟏+𝒆
Nilai hitung hasil penelitian akan dibandingkan dengan 3 lokasi data laboratorium untuk
masing-masing zona, berikut adalah hasil perhitungannya :
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
93
Universitas Indonesia
ZDUI
Parameter Data Laboratorium
Nilai Hitung Gedung FTUI Gd FMIPA UI Perpus Pusat UI
Gs 2.644 2.661 2.66 2.644
Wn 47 56 52.8 68
e 1.43 1.46 1.51 1.45
c 88.81 62.22 27.77 60
φ 23.06 27.15 29.95 19
γ 15.29 10.76 10.7 17.77
Nc 22 29 35 20
Nγ 4 14 20 4
Nq 10 17 22 9
qu (kPa) 2650.384 2531.096 1808.34 1816.675
ZLUI
Parameter Data Laboratorium
Nilai Hitung Gd BMTQM Turap Depok Margonda Resd.
Gs 2.68 2.67 2.5 2.68
Wn 50.68 52.24 56 58
e 1.52 1.49 1.5 1.45
c 7.36 35.66 16.7 50
φ 35.78 23.95 24 18
γ 10.65 10.91 15.3 16.94
Nc 60 23 25 18
Nγ 35 10 10 3
Nq 36 11 12 5
qu (kPa) 1594.92 1311.516 990.6 1614.026
(FK min 2) qu* = qu / FK 807.0131
Setelah dibandingkan , hasil perhitungan desain dengan menggunakan data laboratorium
dan nilai hitung hasil penelitian untuk ZDUI, ternyata daya dukung hasil laboratorium
lebih besar daripada hasil perkiraan dengan menggunakan grafik-grafik hasil penelitian.
Hal ini menunjukkan hasil penelitian ini aman digunakan sebagai perkiraan dalam
desain awal, namun hasilnya kurang efisien. Sementara untuk ZLUI, hasil penelitian
lebih besar dibandingkan dengan data laboratorium. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
perhitungan daya dukung ultimate untuk desain awal, sebaiknya digunakan faktor
keamanan minimal 2.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
94 Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan dari penelitian “Studi Mengenai Sifat Fisik
dan Teknik Tanah Residual Depok”, sebagai berikut :
1. Tanah residual Depok merupakan tanah lempung merah (halloysite) yang
memiliki beberapa karakteristik umum yaitu berplastisitas tinggi, memiliki
kandungan kaolinite dan haloysite sehingga bukan termasuk tanah ekspansif
(tidak terjadi pemuaian). Tanah keras berada pada elevasi -10 s.d. – 35m dari
permukaan tanah stasiun Universitas Indonesia.
2. Rentang distribusi parameter sifat fisik dan teknik tanah residual Depok,
berada antara elevasi +10 s.d. -15m (elevasi awal : permukaan tanah stasiun
UI):
Parameter Tanah Nilai
Kadar Air Natural, wn (%) 40 – 140
Batas Cair,LL (%) 60 – 100
Batas Plastis, PL (%) 40 – 80
Indeks Plastisitas, IP 20 – 60
Angka pori awal (eo) 1.4 – 1.6
Kohesi, c (kPa) 5 - 40
Sudut Geser, φ (o) 18 – 35.4
Indeks Kompresi, Cc 0.32 – 0.99
3. Hubungan antara parameter-parameter sifat fisik dan teknik tanah residual
Depok dengan elevasi :
Angka pori cenderung seragam.
N-SPT, kadar air natural (wn), Indeks Kompresi (Cc), dan sudut geser (φ)
cenderung naik, seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah.
Batas cair (LL), Batas Plastis (PL), Indeks Plastisistas (IP), dan kohesi (c)
cenderung turun, seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
95
Universitas Indonesia
4. Persamaan korelasi antara parameter-parameter tanah untuk tanah residual
Depok:
Jenis Korelasi Zona Korelasi Koefisien
Determinasi (R2)
Ind
eks
Kom
pre
si (
Cc)
ZDUI
Cc = 0.809eo - 0.843 0.914
Cc = 0.019Wn - 0.676 0.909
Cc = 0.019IP - 0.028 0.748
Cc = 0.006LL - 0.087 0.649
ZLUI
Cc = 0.858eo - 0.903 0.933
Cc = 0.011Wn - 0.063 0.822
Cc = 0.024IP - 0.214 0.834
Cc = 0.008LL - 0.229 0.731
ZDUI Sin φ = -0.014IP + 0.808 0.728
Sudut Geser ZLUI Sin φ = -0.007IP + 0.552 0.611
Kohesi ZDUI c = 2.816N + 7.364 0.588
ZLUI c = 6.555N - 10.83 0.653
5. Dalam perhitungan daya dukung ultimate (qu) pada desain awal pondasi
dangkal, terdapat ketentuan sebagai berikut :
ZDUI
qu hasil penelitian < qu data lab. Sehingga hasil penelitian berada dalam
kondisi aman, namun kurang efisien. qu hasil penelitian berkisar antara
60-80% dari qu hasil lab.
ZLUI
qu hasil penelitian > qu data lab. Sehingga untuk penggunaan hasil
penelitian diperlukan Faktor Keamanan (FK) ≥ 2.
5.2 Saran
Hasil penelitian “Studi Mengenai Sifat Fisik dan Teknik Tanah Residual
Depok” merupakan hasil pengolahan data secara empiris dari beberapa data
penyelidikan tanah Depok terdahulu, sehingga sebaiknya tidak digunakan secara
langsung sebagai pedoman desain geoteknik. Namun dapat digunakan sebagai
bahan desain awal.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
96 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Bowles, J.E. (1991). Sifat-Sifat Fisik Dan Geoteknis Tanah Edisi Kedua. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Cottingham, M.A. (2009). Insitu Determination of Residual Soil Shear Strength
Parameters Using The Standard Penetration Test with Torque. The
University of North Carolina. Copyright 2010 by ProQuest LLC.
Craig, R.F. (1991). Mekanika Tanah Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Craig, R.F. (2004). Craig’s Soil Mechanics Seventh Edition. London : SPON
Press – Taylor and Francis Group.
Dunn, I.S. & Loren R.A. & Fred W.K. (1992). Dasar-Dasar Analisis Geoteknik.
IKIP Semarang Press.
Hardiyatmo. (1992). Mekanika Tanah 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Harinaldi. (2005). Prinsip-prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Penerbit
Erlangga.
Harris, A.J.. (1997). Hubungan antara Nilai Tahanan Konus dengan Nilai
Kompresibilitas pada Tanah Lempung Depok di Kampus UI dan
sekitarnya. Skripsi. Universitas Indonesia.
Hunt, R.E. (2005). Geotechnical Engineering Investigation Handbook Second
Edition. Taylor & Francis Group.
Hussein, M.H. & Jerry A.D. (2004). Standard Handbook for Civil Engineers-
Chapter 7 Geotechnical Engineering. McGraw-Hill.
Head, K.H. (1985). Manual of Soil Laboratory Testing Volume 3 - Effective Stress
Test. New York : John Wiley and Sons.
Kurniawan, P. (2009). Panduan Materi Kuliah Pengantar Geologi Teknik Tahun
Ajaran 2009. Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia.
Laboratorium Metaton Teknik Sipil ISTN. (2008). Kumpulan Laporan
Penyelidikan Tanah Kota Depok.
Look, B.G. (2007). Handbook of Geotechnical Investigation and Design Tables.
London : Taylor & Francis Group.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
97
Universitas Indonesia
Mitchell, J. K.. Fundamentals of Soil Behaviour 2nd
Edition. (1993). John Wiley
and Sons : USA.
Modul ArcGIS Tingkat Dasar. (2009). GIS Konsorsium Aceh Nias.
Nurhajati, dkk. (1986). Dasar-dasar ilmu tanah. Universitas Lampung.
Ortigo, J.A.R. (1995). Soil Mechanics in the Light of Critical Theories An
Introduction. Netherlands : AA Balkema Publisher.
Pd T-04-2005-A (Pedoman Penyelidikan Geoteknik Untuk Fondasi Bangunan
Air). http://www.pu.go.id/. Januari 2011.
Pedoman/Petunjuk Teknik dan Manual Edisi Geoteknik I. (2002). Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah Badan Penelitian dan Pengembangan,
Departemen Pekerjaan Umum.
Peta Rupabumi Digital Indonesia lembaran 1209-423 dan 1209-421 Edisi I.
(2001). Cibinong : Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional.
PT. Tribina Wahana Cipta. (2008). Report Penyelidikan Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Depok.
Sidarto, T. Turkandi & D. A. Agustiyanto & M. M. Purbo H. (1992). Peta Geologi
Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu, Jawa. Bandung : Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi.
Smith, M.J. (1984). Seri Pedoman Godwin Mekanika Tanah Edisi Keempat.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Soviany. (1997). Studi Karakteristik Sifat Fisis dan Teknik Tanah Lempung
Depok di Sekitar Daerah Sawangan untuk Perencanaan Pondasi Dangkal.
Skripsi. Universitas Indonesia.
Tan, Y. C., et al. (2003). Design Parameters of Klang Clay, Malaysia. 12th
Asian
Regional Conf. on Soil Mechanics & Geotechnical Engineering (12th
ARC). 2003. Singapura
Tang, S. K., et al. (2003). Characterisation and Engineering Properties of Soft
Soils in Hanoi, Vietnam. 12th
Asian Regional Conf. on Soil Mechanics &
Geotechnical Engineering (12th ARC). 2003. Singapura.
Tutorial SPSS. 2010. www.tutorialspss.com.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
98
Universitas Indonesia
Universitas Katolik Parahyangan. (2001). In Situ Testings and Soil Properties
Correlations.
Wada, A., M. K. Gautam & B. K. (2003). Shrestha. Buried Valley along
Singapore River and Its Geotechnical Properties. 12th
Asian Regional
Conf. on Soil Mechanics & Geotechnical Engineering (12th ARC). 2003.
Singapura.
Wesley, L. D. (2012). Mekanika Tanah untuk Tanah Endapan dan Residu.
Yogyakarta : Penerbit ANDI.
W. H. Ting, K. P. Mun & C. T. Toh. (2003). Characteristics of a Composite
Residual Granite Soil. 12th
Asian Regional Conf. on Soil Mechanics &
Geotechnical Engineering (12th ARC). 2003. Singapura.
Yuniver, Ferry. (1997). Studi Karakteristik Sifat Fisis dan Teknik Tanah
Lempung Depok di Daerah Sawangan dan Sekitarnya untuk Perencanaan
Pondasi Dalam. Skripsi. Universitas Indonesia.
Zurakowski, Z. (2008). An Investigation into The Unique Behavior of Tropical
Residual Soil. University of Colorado, USA. Copyright 2009 by ProQuest
LLC.
.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
LAMPIRAN A
Data Parameter Sifat Fisik dan Teknik Tanah
Zona Dalam Universitas Indonesia (ZDUI)
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
100 Universitas Indonesia
LAMPIRAN A-1 N-SPT
Kedalaman
(m) 1 2
3 4 5 6 7
8 9 10
11 12 13 14 15
a b c d e f g h i j a b c a b a b a b
2.25 7
HA
ND
BO
RIN
G
6 4 5 8 7 6 5 2 3 6 6 6 8 25 13 8 8 5
HAND BORING
4.25 15 10 3 11 7 11 14 14 4 2 6 10 12 9 17 8 7 8 4 8 10 7
6.25 13 7 7 15 15 9 23 18 3 7 13 5 9 9 7 34 8 17 4 10 10 8
8.25 10 4 5 6 3 6 8 10 2 2 3 6 18 10 9 44 8 9 3 5 6 8
10.25 7 6 3 6 5 14 4 11 3 2 4 4 6 5 14 60 16 10 10 5 4
12.25 14 10 2 7 5 5 9 8 2 3 4 4 10 4 24 60 18 47 22 4 6
14.25 14 12 5 8 55 9 7 7 3 5 6 17 11 11 60 60 60 60 4 60 6 7
16.25 19 18 6 10 30 60 6 11 3 6 5 41 18 40 60 60 60 60 60 60 8 11
18.25 27 17 7 8 39 60 18 18 6 6 5 51 11 60 60 60 60 60 23 60 10 15
20.25 60 19 5 28 60 60 22 58 8 17 18 54 60 46 34 60 60 60 60 60 21 60
22.25 60 39 60 60 60 60 25 36 60 24 60 34 60 33 60 60 55 60 60 12 29
24.25 60 26 60 60 60 60 40 60 60 48 60 30 46 60 60 60 60 60 11 60 60 60
26.25 60 60 23 48 50 46 60 47 60 25 60 36 48 60 60 60 60 60 18 60 60 60
28.25 60 42 60 59 60 60 60 60 47 50 60 60 50 60 60 60 60 56 60 60 60
30.25 60 60 60 60 60 60 60 60 23 60 60 60 60 47 60 60 60 52 60 60
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
101 Universitas Indonesia
LAMPIRAN A-2 KOHESI
Kedalaman
(m) 1 2
3 4 5 6 7
8 9 10
a b c d e f g h i j a b c
1
22
1.5
27.77
2 70.81 18 22 86.06 25
2.5
34.5
3
39.75
3.5
32 34.5
4 34.31 35.4 23.8 88.81 62.22 17.42 16
4.5
19
54.4
5
16.98
5.5
35.4 16.86 50.52
6 83.37 14 50.43 13.42 75.46 44
6.5
5
7.5
30 15.52 28.19 22.23
8 18.64
8.5 30
11.83 30
9
9.5 22.44
30.44 6.91 24.01 57.9
10
10.5 13.09
11 7.5
11.5 14.52 8.93 14.48 34.19
13.5 22.86 11.71
15.5 52.27
21.37 25.35
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
102 Universitas Indonesia
Kedalaman
(m)
11 12 13 14 15
a b a b a b
1.5
42.5 70
2
25
2.5 85 55 48 93
3
36
4.5 90 97.5 84 100 40 45
5
33
6.5 90
8
56.5
8.5 25
10.5 40 24
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
103 Universitas Indonesia
LAMPIRAN A-3 SUDUT GESER
Kedalaman (m) 1 2 3
4 5 6 7 8
9 10 a b c d e f g h i j a b c
1
6
1.5
29.95
2 38.8 10 6 28.28 16
2.5
29.5
3
24.6
3.5
4 15.25
4 38.8 7.21 23.6 27.15 16.87 21
4.5
7
28
5
26.29
5.5
17.16 18.59 3.36
6 28.67 3 39.58 17.14 20.69 17
6.5
16.5
7.5
15.14 10.22 14.45
8
11.97 24
8.5
2
18.75 2
9
9.5
15.24
24.21 23.72 33.7 19.7
10
17
10.5
26.69
11
5
11.5
17.69 4.13 14.22 22.48
13.5
5.99 31.38
15.5
7.18
21.88 12.09
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
104 Universitas Indonesia
LAMPIRAN A-3 (lanjutan)
Kedalaman (m) 11 12 13
14 15 a b a b a b
1.5
22 34
31
2 24 2.5
18 27 21
29
3
3.5
4 22
4.5
18.5 24 20 25 22 19
6 22
8 24 22
10.5
8
12.5
5.5
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
105 Universitas Indonesia
LAMPIRAN A-4 INDEKS KOMPRESI
Kedalaman (m)
1
2
3 4
5
6
7
8 9
10 a b c d e f g h i j a b c
1.5
0.38
2 0.4 0.61
0.39 0.331
2.5
0.409
3
0.52
3.5
0.3
4 0.45
0.36 0.35 0.29
0.32
0.329
4.5
0.86
0.185
5
0.42
5.5
0.47
0.32 0.43
6 0.91
0.93 0.23 0.26 0.46
0.258
7.5
0.33 1.67 1.44
8
0.43
0.568
8.5
0.37
0.22
0.37
9
9.5
0.68
0.57 0.83 0.79
0.44
10
1.16
10.5
0.76
11
0.57
11.5
1.24
1.98 1.72 1.35
13.5
1.25 0.65
14
0.6
15.5
0.99
0.91
1.32
17
0.6
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
106 Universitas Indonesia
LAMPIRAN A-4 (lanjutan)
Kedalaman (m) 11 12 13
14 15 a b a b a b
1.5
0.446 0.205
2 0.204
0.667
2.5
0.579 0.329 0.432
0.298
4 0.183
0.472
4.5
0.425 0.428 0.243 0.329 0.234 0.47
6 0.199
0.071
6.5
0.475
8 0.308
8.5
0.697
10 0.576
10.5
1.726
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
107 Universitas Indonesia
LAMPIRAN A-5 ANGKA PORI
Kedalaman (m) 1 2 3
4 5 6 7 8
9 10 a b c d e f g h i j a b c
1.5
1.51
2 1.49 1.72
1.49
2.5
1.614
3
1.56
3.5
1.39
4 1.47
1.51 1.43 1.46
1.43
4.5
1.74
1.247
5
1.89
5.5
1.34 1.46
6 2.63
1.5
1.31 1.32 1.54
7.5
1.41 3.21 2.07
8
1.515
8.5
1.46
9
9.5
1.81
1.59 1.7 2.29
2.06
10
10.5
1.7
11
11.5
2.26
3.27 2.58 1.91
13.5
2.45 1.48
15.5
1.92
2.13
2.78
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
108 Universitas Indonesia
LAMPIRAN A-5 (lanjutan)
Kedalaman (m) 11 12 13 14 15
a b a b a b
1.5 1.729 1.662
2 1.368 2.023
2.5 1.64 1.67 1.77 1.543
4 1.164 1.533
4.5 1.697 1.99 1.63 1.61 1.589 1.703
6 1.28 1.3744
8 1.415
8.5 1.699
10 1.701
10.5 1.858
12.5 2.383
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
109 Universitas Indonesia
LAMPIRAN A-6 KADAR AIR NATURAL
Kedalaman (m) 1 2 3
4 5 6 7 8
9 10 a b c d e f g h i j a b c
1
58
1.5
52.8
2
43
51.64
2.5
57.09
3
49.22
3.5
59
52.26
4 54.02
71.11 47 56
52.95
4.5
49
45.45
5
51
5.5
51.07 54.71
6
46 64 47 49 59
7.5 57.1
66.86 119 103
8
55
8.5
67
61.54
9
9.5
95
57 88 83
88.6
10
10.5
69
11
85
11.5 82.88
84
141.64 125 87
13.5
120 51
14
104
15.5
80
89
87
Kedalaman (m) 11 12 13 14 15
a b a b a b
1.5 53.47 54.4
2.5 55.78 56.75 55.03
4.5 57.79 54.93 52.28 57.92 52.49
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
110 Universitas Indonesia
LAMPIRAN A-7 BATAS CAIR
Kedalaman
(m) 1 2 3 5 6 7 8 10
a b c d e f g h i j
a b c
1
85.6
1.5
84.23
2
77.6
82.39
2.5
91
3
62.69
3.5
86.2
84.97
4 82.6
79.01 62.72 70.47
85.78
4.5
58.85
81.27
5
72.23
5.5
63.88 69.24
6
68.79 90.5 85.22 87.45 76.93
6.5
80.24
7.5 72.87
63.44
72.62
8
74.53
8.5
89.9
9.5
80.07
57.5 119.98 76.88
11
111.8
11.5
75.29
82.45
65.18
13.5
77.51
14
132
15.5
69.07
67.22
Kedalaman
(m)
11 12 13 14 15
a b a b a b
1.5
85.99 92.2
2
84.5
2.5 87.5 90.85 90 88.4
93.2
4
87.5
4.5 84 93.82 81.3 83.2 101 89.8 90.65
Kedalaman
(m)
11 12 13 14 15
a b a b a b
6
83.5
6.5 88 86.77
8.5 74.6
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
111 Universitas Indonesia
LAMPIRAN A-8 BATAS PLASTIS
Kedalaman (m)
1
2
3 4
5
6
7
8 9
10
a b c d e f g h i j a b c
1
40.1
1.5
59.9
2 38.54 51.21
2.5 53
3 41.89
3.5 40.3 49.95
4 53.27 62.38 33.63 33.49 41.4
4.5
37.72
54.34
5
39
5.5
41.01 42.24
6 51.96 41.1 55.68 55.1 55.3
6.5 54.92
7.5 51.46 49.19 45.89
8 38.94
8.5
40.8
9.5
62.73
43.25 55.7 57.56
11 52.6
11.5 48.18 66.28 43.09
13.5
60.44
14 61.4
15.5
54.35 40.15
Depth
(m)
11 12 13 14
15
a b a b a b
1.5 57.75 72.64
2 70.4
2.5 45.17 72.41 68.78 78.28 71.35
4 72.37
Depth
.(m) 11 12 13 14
15
a b a b a b
4.5 46.32 76.78 62.54 66.07 70.37 73.87 70.08
6 65.35
6.5 49.26 70.15
8.5 40.16
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
112 Universitas Indonesia
LAMPIRAN A-9 INDEKS PLASTISITAS
Kedalaman (m)
1
2
3 5
6
7
8 10
a b c d e f g h i j a b c
1
45.5
1.5
24.33
2
39.06
31.18
2.5
38
3
20.79
3.5
45.9
35.02
4 29.33
16.63 29.09 36.97
44.38
4.5
21.13
26.93
5
33.22
5.5
22.87 26.8
6
16.83 49.4 29.54 32.35 21.64
6.5
25.32
7.5 52.7
14.25
26.72
8
35.59
8.5
49.1
9.5
17.34
14.25 64.29 19.32
11
59.2
11.5
27.11
16.17
22.1
13.5
17.07
14
70.6
15.5
14.72
27.07
17
87.7
Kedalaman 11 12 13
14 15 a b a b a b
1.5 28.24 19.56
2 14.39
2.5 42.33 18.44 21.22 10.12 21.35
4 15.13
Kedalaman 11 12 13
14 15 a b a b a b
4.5 37.68 17.02 18.76 17.13 30.63 15.93 20.52
6 18.15
6.5 38.74 16.62
8.5 34.44
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
LAMPIRAN B
Data Parameter Sifat Fisik dan Teknik Tanah
Zona Luar Universitas Indonesia (ZLUI)
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
114 Universitas Indonesia
LAMPIRAN B-1 N-SPT
Kedalaman
(m)
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11
12
a b a b c a b c a b c d e f g h
1
11 6 4 5
2
10 14 11
7 11 8
2.25 7 9
5 5 7
2.5
15 8
3
3
58
14 5
4
60
36
15
6
8
4.25 7 60
2 4 6
4.5
11
7 9
4.75
5
68 18 42
11 5
5.5
5
6
6
6.25 12 60
17 5 17
6.5
34
9
7
58 34
3
4
13 2 3 7
8
43
10
8.25 59 60
9 13 23
8.5
10
9
51 32
6 5
9.5
4
6
28
10
30
11
60
10.25 50 45
23 11 17
10.5
9
11
65 40
16 14
12
60
8 12 7
60
12.25 60 59
26 21 15
12.5
11 60 18
13
62 64
18
14
64
17 25 11 60
11
14.25 55 52
23 24 18
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
115 Universitas Indonesia
LAMPIRAN B-1 N-SPT (lanjutan)
Kedalaman
(m)
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11
12
a b a b c a b c a b c d e f g h
15
60 60 60
23
21
60
16.25 59 60
26 28 16
17
63 60 60
18
60
18.25 60 60
28 31 18
18.5
60
19.5
63
20
60 60
20.25 52
30 27 21
22.25
35 28 60
24.25
33 60 60
26.25
60 60 60
28.25
60 60 60
30.25
60 60 60
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
116 Universitas Indonesia
LAMPIRAN B-2 KOHESI
No. Lokasi 1
2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
a b a b c a b c a b c
1.5 32.1
2 18.54 66.62 35.87 90 46 30.3 34.8 18.1 25.6 30.8
2.5 70
3 7.36 19.2 22.5
3.5 142.12 38.39 35.66
4 16.7 28
4.5 18.29
5 50 10.2
5.5 88.26 2.7
6 35 106
7 23.2
7.5 50
8 16.7 31
9 9.8
10 80
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
117 Universitas Indonesia
LAMPIRAN B-3 SUDUT GESER
Kedalaman
(m)
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11
12
a b a b c a b c a b c
0
0.5
1
1.5
16 27 22
11
2 30.6 16.55
21.62
13 15 13 18 8
2.5
28
8
3
35.78
29
14
3.5 5.25 25.58
23.95
4
0
13
4.5
35.4
5
15
5.5 16.74 21.6
6
6.5
7
3.7
7.5
26
8
15
20
8.5
9
9.5
10
22
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
118 Universitas Indonesia
LAMPIRAN B-4 INDEKS KOMPRESI
Kedalaman
(m)
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11
12
a b a b c a b c a b c
0
0.5
1
1.5
0.4
2 0.43 0.38
0.5 0.4 0.7 0.51 0.68 0.38 0.59 0.99
2.5
0.25
3
0.34
0.45
3.5 0.37 0.36
4
0.53 0.53 0.78
4.5
0.31
5
0.27
5.5 0.8 0.44
6
0.6 0.5
6.5
7
7.5
0.28
8
0.56 0.62 0.87
0.3
8.5
9
9.5
10
0.61
0.32
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
119 Universitas Indonesia
LAMPIRAN B-5 ANGKA PORI
Kedalaman
(m)
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11
12
a b a b c a b c a b c
1.5
1.13 1.38 1.574
1.11
2 1.7 1.49
1.41 1.46 1.33 1.22 1.49 1.6 1.39 1.39
2.5
1.539
1.82
3
1.52
1.09
3.5 1.54 1.49
4
1.795
1.5 1.51 1.65
4.5
1.4
5
1.75
5.5 1.97 1.51
6
2.05 1.5
7.5
1.63
8
2.09 1.87 1.99
1.62
10
1.9
1.57
12
1.6
14
1.45
15
1.52
18
1.36
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
120 Universitas Indonesia
LAMPIRAN B-6 KADAR AIR NATURAL
Kedalaman
(m)
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11
12
a b a b c a b c a b c
0
0.5
52.46
1
1.5
54.91 51.23 60.88
44
2 55 47
54.84
55 53 47 47 46 39 51 45
2.5
47.2
3
50.68
43
56.62
3.5 54 50
52.24
38.56
4
55.38
56 51 61
4.5
5
44.94
54.24
5.5 62 76
6
78 55
6.5
7
59.12
7.5
8
81 68 77
8.5
9
57.18
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
121 Universitas Indonesia
LAMPIRAN B-7 BATAS CAIR
Kedalaman
(m)
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11
12
a b a b c a b c a b c
0
0.5
80.96
102.37
1
1.5
86.1 90.2
87.4
2 84.28 68.28
76.49
106.91 86.96 99.83 84.92 93.64 79.42 97.64 95.71
2.5
98
3
88.99
67.93
3.5 86.57 68.87
97
4
66.86 75
80.64 81.4 83.75
4.5
5
80.3
93.29
87.4
5.5 83.32 66.47
6
89.66 114.147
6.5
7
88.66
7.5
8
101.98 91.3 89.87
8.5
9
77.96
9.5
10
61.24
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
122 Universitas Indonesia
LAMPIRAN B-8 BATAS PLASTIS
Kedalaman
(m)
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11
12
a b a b c a b c a b c
0
0.5
63.53
69.41
1
1.5
58.19 56.32
2 57.15 45.19
47.08
2.5
59.94
3
53.27
3.5 58.83 45.37
4
44.05 56.12
4.5
5
45.91
47.64
61
5.5 53.23
6
6.5
7
62.14
7.5
8
8.5
9
64.44
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
123 Universitas Indonesia
LAMPIRAN B-9 INDEKS PLASTISITAS
Kedalaman
(m)
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11
12
a b a b c a b c a b c
0
0.5
17.42
32.96
1
1.5
27.91 33.88
53.35
2 27.13 23.1
29.41
38.18
20.1 50.54 34.01 55.39 51.04
2.5
38.06
3
35.72
32.03
3.5 27.75 23.5
25.58
4
22.81 18.88
31.86 31.87 35.1
4.5
5
34.39
45.65
26.4
5.5 30.08 31.43
6
32.73
6.5
7
26.52
7.5
8
44.11 32.5 32.93
8.5
9
13.52
10
30.73
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN INTERVAL PENYIMPANGAN
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
125 Universitas Indonesia
LAMPIRAN C.1 INDEKS KOMPRESI VS ANGKA PORI
Tabel 1. Perhitungan Standar Deviasi ZDUI
No. eo cc xy x2 y
2
1 1.247 0.185 0.231 1.555 0.034
2 1.31 0.23 0.301 1.716 0.053
3 1.54 0.46 0.708 2.372 0.212
4 1.81 0.68 1.231 3.276 0.462
5 1.72 0.61 1.049 2.958 0.372
6 1.49 0.4 0.596 2.220 0.160
7 1.47 0.45 0.662 2.161 0.203
8 1.59 0.57 0.906 2.528 0.325
9 2.13 0.91 1.938 4.537 0.828
10 1.32 0.26 0.343 1.742 0.068
11 2.45 1.25 3.063 6.003 1.563
12 1.515 0.43 0.651 2.295 0.185
13 2.78 1.32 3.670 7.728 1.742
14 1.46 0.22 0.321 2.132 0.048
15 1.7 0.76 1.292 2.890 0.578
16 1.51 0.36 0.544 2.280 0.130
17 1.41 0.33 0.465 1.988 0.109
18 3.27 1.98 6.475 10.693 3.920
19 1.43 0.35 0.501 2.045 0.123
20 3.21 1.67 5.361 10.304 2.789
21 1.46 0.29 0.423 2.132 0.084
22 1.51 0.38 0.574 2.280 0.144
23 1.56 0.52 0.811 2.434 0.270
24 1.43 0.32 0.458 2.045 0.102
25 1.34 0.32 0.429 1.796 0.102
No. eo cc xy x2 y
2
26 1.49 0.39 0.581 2.220 0.152
27 1.39 0.3 0.417 1.932 0.090
28 1.46 0.43 0.628 2.132 0.185
29 1.614 0.409 0.660 2.605 0.167
30 1.247 0.185 0.231 1.555 0.034
31 1.368 0.204 0.279 1.871 0.042
32 1.164 0.183 0.213 1.355 0.033
33 1.28 0.199 0.255 1.638 0.040
34 1.415 0.308 0.436 2.002 0.095
35 1.701 0.576 0.980 2.893 0.332
36 1.64 0.579 0.950 2.690 0.335
37 1.697 0.425 0.721 2.880 0.181
38 1.699 0.697 1.184 2.887 0.486
39 1.67 0.329 0.549 2.789 0.108
40 1.77 0.432 0.765 3.133 0.187
41 1.729 0.446 0.771 2.989 0.199
42 1.61 0.329 0.530 2.592 0.108
43 1.662 0.205 0.341 2.762 0.042
44 1.589 0.234 0.372 2.525 0.055
45 1.543 0.298 0.460 2.381 0.089
46 1.703 0.47 0.800 2.900 0.221
47 2.023 0.667 1.349 4.093 0.445
48 1.533 0.472 0.724 2.350 0.223
49 1.63 0.243 0.396 2.657 0.059
Persamaan korelasi (y = a+bx) :
y = 0.809x - 0.843
n 49
υ 47
∑x 81.289
xrt 1.659
∑y 24.265
yrt 0.495
∑xy 47.593
a -0.843
∑x2 143.940
b 0.809
∑y2 18.513
sy,x 0.100
Interval Penyimpangan ( Cc ± z(sy,x)) :
z (sx,y) 0.199
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
126 Universitas Indonesia
Tabel 2. Perhitungan Standar Deviasi ZLUI
No. eo cc xy x2 y
2
1 1.54 0.37 0.5698 2.3716 0.1369
2 1.97 0.8 1.576 3.8809 0.64
3 1.49 0.38 0.5662 2.2201 0.1444
4 1.49 0.36 0.5364 2.2201 0.1296
5 1.51 0.44 0.6644 2.2801 0.1936
6 1.52 0.34 0.5168 2.3104 0.1156
7 1.4 0.31 0.434 1.96 0.0961
8 1.46 0.4 0.584 2.1316 0.16
Persamaan korelasi (y = a+bx) :
y = 0.858x - 0.903
n 8
υ 6
∑x 12.380
xrt 1.548
∑y 3.400
yrt 0.425
∑xy 5.448
a -0.903
∑x2 19.375
b 0.858
∑y2 1.616
sy,x 0.045
Interval Penyimpangan ( Cc ± z(sy,x)) :
z (sx,y) 0.09
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
127 Universitas Indonesia
LAMPIRAN C.2 INDEKS KOMPRESI VS KADAR AIR NATURAL
Tabel 1. Perhitungan Standar Deviasi ZDUI
No. Wn Cc xy x2 y2
1 54.02 0.45 24.309 2918.16 0.203
2 80 0.99 79.200 6400.00 0.980
3 47 0.23 10.810 2209.00 0.053
4 57 0.57 32.490 3249.00 0.325
5 49 0.26 12.740 2401.00 0.068
6 59 0.46 27.140 3481.00 0.212
7 55 0.43 23.650 3025.00 0.185
8 84 1.24 104.160 7056.00 1.538
9 87 1.32 114.840 7569.00 1.742
10 51 0.42 21.420 2601.00 0.176
11 69 0.76 52.440 4761.00 0.578
12 59 0.57 33.630 3481.00 0.325
13 61.54 0.37 22.770 3787.17 0.137
14 66.86 0.33 22.064 4470.26 0.109
15 141.64 1.98 280.447 20061.89 3.920
16 47 0.35 16.450 2209.00 0.123
17 119 1.67 198.730 14161.00 2.789
18 125 1.72 215.000 15625.00 2.958
19 56 0.29 16.240 3136.00 0.084
20 103 1.44 148.320 10609.00 2.074
21 87 1.35 117.450 7569.00 1.823
No. Wn Cc xy x2 y2
22 52.8 0.38 20.064 2787.84 0.144
23 49.22 0.52 25.594 2422.61 0.270
24 52.95 0.32 16.944 2803.70 0.102
25 51.07 0.32 16.342 2608.14 0.102
26 51.64 0.39 20.140 2666.69 0.152
27 52.26 0.3 15.678 2731.11 0.090
28 54.71 0.43 23.525 2993.18 0.185
29 57.09 0.409 23.350 3259.27 0.167
30 45.45 0.185 8.408 2065.70 0.034
31 55.78 0.329 18.352 3111.41 0.108
32 57.79 0.428 24.734 3339.68 0.183
33 56.75 0.432 24.516 3220.56 0.187
34 54.93 0.243 13.348 3017.30 0.059
35 53.47 0.446 23.848 2859.04 0.199
36 52.28 0.329 17.200 2733.20 0.108
37 54.4 0.205 11.152 2959.36 0.042
38 57.92 0.234 13.553 3354.73 0.055
39 55.03 0.298 16.399 3028.30 0.089
40 52.49 0.47 24.670 2755.20 0.221
41 89 0.91 80.990 7921.00 0.828
42 88 0.83 73.040 7744.00 0.689
43 83 0.79 65.570 6889.00 0.624
Persamaan korelasi (y = a+bx) :
y = 0.019x - 0.676
n 43
υ 41
∑x 2836.090
xrt 65.956
∑y 26.398
yrt 0.614
∑xy 2151.718
a -0.676
∑x2 208050.516
b 0.019
∑y2 25.040
sy,x 0.221
Interval Penyimpangan ( Cc ± z(sy,x)) :
z (sx,y) 0.442
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
128 Universitas Indonesia
Tabel 2. Perhitungan Standar Deviasi ZLUI
No. Wn Cc xy x2 y
2
1 47 0.38 17.86 2209 0.1444
2 55 0.5 27.5 3025 0.25
3 56 0.53 29.68 3136 0.2809
4 51 0.53 27.03 2601 0.2809
5 68 0.62 42.16 4624 0.3844
6 63 0.61 38.43 3969 0.3721
7 55 0.5 27.5 3025 0.25
8 77 0.87 66.99 5929 0.7569
9 47 0.51 23.97 2209 0.2601
10 39 0.38 14.82 1521 0.1444
11 51 0.59 30.09 2601 0.3481
12 44 0.4 17.6 1936 0.16
13 43 0.45 19.35 1849 0.2025
Persamaan korelasi (y = a+bx) :
y = 0.011x - 0.063
n 13
υ 11
∑x 696.000
xrt 53.538
∑y 6.870
yrt 0.528
∑xy 382.980
a -0.063
∑x2 38634.000
b 0.011
∑y2 3.835
sy,x 0.071
Interval Penyimpangan ( Cc ± z(sy,x)) :
z (sx,y) 0.142
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
129 Universitas Indonesia
LAMPIRAN C.3 INDEKS KOMPRESI VS INDEKS PLASTISITAS
Tabel 1. Perhitungan Standar Deviasi ZDUI
No. IP Cc xy x2 y
2
1 29.33 0.4 11.732 860.249 0.160
2 49.4 0.86 42.484 2440.360 0.740
3 14.25 0.23 3.278 203.063 0.053
4 19.32 0.46 8.887 373.262 0.212
5 35.59 0.79 28.116 1266.648 0.624
6 27.11 0.65 17.622 734.952 0.423
7 27.07 0.43 11.640 732.785 0.185
8 59.2 1.32 78.144 3504.640 1.742
9 14.25 0.36 5.130 203.063 0.130
10 29.09 0.33 9.600 846.228 0.109
11 26.72 0.35 9.352 713.958 0.123
12 20.79 0.29 6.029 432.224 0.084
13 35.02 0.52 18.210 1226.400 0.270
No. IP Cc xy x2 y
2
14 26.8 0.32 8.576 718.240 0.102
15 26.93 0.44 11.849 725.225 0.194
16 18.44 0.39 7.192 340.034 0.152
17 17.02 0.3 5.106 289.680 0.090
18 16.62 0.43 7.147 276.224 0.185
19 21.22 0.409 8.679 450.288 0.167
20 18.76 0.185 3.471 351.938 0.034
21 10.12 0.204 2.064 102.414 0.042
22 17.13 0.183 3.135 293.437 0.033
23 19.56 0.576 11.267 382.594 0.332
24 21.35 0.425 9.074 455.823 0.181
25 15.13 0.329 4.978 228.917 0.108
Persamaan korelasi (y = a+bx) :
y = 0.019x - 0.028
n 25
υ 23
∑x 616.220
xrt 24.649
∑y 11.181
yrt 0.447
∑xy 332.760
a -0.028
∑x2 18152.646
b 0.019
∑y2 6.474
sy,x 0.142
Interval Penyimpangan ( Cc ± z(sy,x)) :
z (sx,y) 0.284
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
130 Universitas Indonesia
Tabel 2. Perhitungan Standar Deviasi ZLUI
No. IP Cc xy x2 y
2
1 27.13 0.43 11.6659 736.0369 0.1849
2 27.75 0.37 10.2675 770.0625 0.1369
3 23.1 0.38 8.778 533.61 0.1444
4 23.5 0.36 8.46 552.25 0.1296
5 31.43 0.44 13.8292 987.8449 0.1936
6 31.86 0.53 16.8858 1015.06 0.2809
7 31.87 0.53 16.8911 1015.697 0.2809
8 32.73 0.6 19.638 1071.253 0.36
9 32.5 0.62 20.15 1056.25 0.3844
10 30.73 0.61 18.7453 944.3329 0.3721
11 35.1 0.78 27.378 1232.01 0.6084
12 51.04 0.99 50.5296 2605.082 0.9801
13 32.03 0.45 14.4135 1025.921 0.2025
Persamaan korelasi (y = a+bx) :
y = 0.024x - 0.214
n 13
υ 11
∑x 410.770
xrt 31.598
∑y 7.090
yrt 0.545
∑xy 237.632
a -0.214
∑x2 13545.409
b 0.024
∑y2 4.259
sy,x 0.081
Interval Penyimpangan ( Cc ± z(sy,x)) :
z (sx,y) 0.162
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
131 Universitas Indonesia
LAMPIRAN C.4 INDEKS KOMPRESI VS BATAS CAIR
Tabel 1. Perhitungan Standar Deviasi ZDUI
No. LL Cc lab xy x2 y
2
1 76.93 0.460 35.388 5918.225 0.212
2 74.53 0.430 32.048 5554.721 0.185
3 72.23 0.420 30.337 5217.173 0.176
4 63.44 0.330 20.935 4024.634 0.109
5 62.72 0.350 21.952 3933.798 0.123
6 70.47 0.290 20.436 4966.021 0.084
7 63.88 0.320 20.442 4080.654 0.102
8 69.24 0.430 29.773 4794.178 0.185
9 82.6 0.450 37.170 6822.760 0.203
10 119.98 0.830 99.583 14395.200 0.689
11 79.01 0.360 28.444 6242.580 0.130
12 111.8 0.570 63.726 12499.240 0.325
13 89.9 0.370 33.263 8082.010 0.137
14 84.23 0.380 32.007 7094.693 0.144
15 82.39 0.390 32.132 6788.112 0.152
16 91 0.409 37.219 8281.000 0.167
17 90.85 0.579 52.602 8253.723 0.335
18 93.82 0.425 39.874 8802.192 0.181
19 86.77 0.475 41.216 7529.033 0.226
20 81.3 0.428 34.796 6609.690 0.183
21 88.4 0.432 38.189 7814.560 0.187
22 85.99 0.446 38.352 7394.280 0.199
23 90.65 0.470 42.606 8217.423 0.221
24 87.5 0.472 41.300 7656.250 0.223
25 82.6 0.450 37.170 6822.760 0.203
Persamaan korelasi (y = a+bx) :
y = 0.006x - 0.087
n 25
υ 23
∑x 2082.230
xrt 83.289
∑y 10.966
yrt 0.439
∑xy 940.959
a -0.087
∑x2 177794.910
b 0.006
∑y2 5.079
sy,x 0.130
Interval Penyimpangan ( Cc ± z(sy,x)) :
z (sx,y) 0.260
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
132 Universitas Indonesia
Tabel 2. Perhitungan Standar Deviasi ZLUI
No. LL Cc xy x2 y
2
1 84.28 0.43 36.2404 7103.118 0.1849
2 68.28 0.38 25.9464 4662.158 0.1444
3 68.87 0.36 24.7932 4743.077 0.1296
4 80.64 0.53 42.7392 6502.81 0.2809
5 81.4 0.53 43.142 6625.96 0.2809
6 99.83 0.7 69.881 9966.029 0.49
7 84.92 0.51 43.3092 7211.406 0.2601
8 93.64 0.68 63.6752 8768.45 0.4624
9 79.42 0.38 30.1796 6307.536 0.1444
10 97.64 0.59 57.6076 9533.57 0.3481
11 67.93 0.45 30.5685 4614.485 0.2025
Persamaan korelasi (y = a+bx) :
y = 0.008x - 0.229
n 11
υ 9
∑x 906.850
xrt 82.441
∑y 5.540
yrt 0.504
∑xy 468.082
a -0.229
∑x2 76038.599
b 0.008
∑y2 2.928
sy,x 0.224
Interval Penyimpangan ( Cc ± z(sy,x)) :
z (sx,y) 0.448
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
133 Universitas Indonesia
LAMPIRAN C.5 SUDUT GESER VS INDEKS PLASTISITAS
Tabel 1. Perhitungan Standar Deviasi ZDUI
No. IP sin φ xy x2 y
2
1 39.06 0.174 6.782698 1525.684 0.03015
2 49.4 0.052 2.585396 2440.36 0.00274
3 29.54 0.410 12.11383 872.6116 0.16817
4 32.35 0.402 13.01335 1046.523 0.16182
5 21.64 0.555 12.00683 468.2896 0.30785
6 29.09 0.400 11.64615 846.2281 0.16028
7 24.33 0.499 12.14661 591.9489 0.24924
8 20.79 0.416 8.654478 432.2241 0.17329
9 22.87 0.319 7.290816 523.0369 0.10163
10 31.18 0.474 14.77249 972.1924 0.22447
11 35.02 0.263 9.211353 1226.4 0.06919
12 26.93 0.469 12.64287 725.2249 0.22040
13 21.22 0.454 9.633678 450.2884 0.20611
14 28.24 0.375 10.57889 797.4976 0.14033
15 30.63 0.423 12.9448 938.1969 0.17861
16 19.56 0.559 10.93781 382.5936 0.31270
17 21.35 0.485 10.35069 455.8225 0.23504
Persamaan korelasi (y = a+bx) :
y = -0.014x + 0.808
n 17
υ 15
∑x 483.200
xrt 28.424
∑y 6.729
yrt 0.396
∑xy 177.313
a 0.808
∑x2 14695.122
b -0.014
∑y2 2.942
sy,x 0.090
Interval Penyimpangan ( sin φ ± z(sy,x)) :
z (sx,y) 0.180
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
134 Universitas Indonesia
Tabel 2. Perhitungan Deviasi ZLUI
No. x sin φ φ xy x2 y
2
1 23.5 0.432 25.58 10.147 552.250 0.186
2 31.43 0.368 21.6 11.570 987.845 0.136
3 29.41 0.368 21.62 10.836 864.948 0.136
4 22.81 0.406 23.95 9.259 520.296 0.165
5 33.88 0.375 22 12.692 1147.854 0.140
6 34.01 0.225 13 7.651 1156.680 0.051
7 51.04 0.139 8 7.103 2605.082 0.019
8 53.35 0.191 11 10.180 2846.223 0.036
9 32.03 0.242 14 7.749 1025.921 0.059
10 45.65 0.259 15 11.815 2083.923 0.067
11 30.08 0.288 16.74 8.664 904.806 0.083
12 31.86 0.225 13 7.167 1015.060 0.051
Persamaan korelasi (y = a+bx) :
y = -0.007x + 0.552
n 12
υ 10
∑x 419.050
xrt 34.921
∑y 3.518
yrt 0.293
∑xy 205.490
a 0.552
∑x2 114.832
b -0.007
∑y2 1.128
sy,x 0.250
Interval Penyimpangan ( sin φ ± z(sy,x)) :
z (sx,y) 0.500
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
135 Universitas Indonesia
LAMPIRAN C.6 KOHESI VS N-SPT
Tabel 1. Perhitungan Standar Deviasi ZDUI
No. N c xy x2 y
2
1 6 22 132 36 484
2 10 35.4 354 100 1253.16
3 4 30 120 16 900
4 6 22.44 134.64 36 503.5536
5 12 52.27 627.24 144 2732.153
6 7 14 98 49 196
7 15 50.43 756.45 225 2543.185
8 6 30.44 182.64 36 926.5936
9 8 21.37 170.96 64 456.6769
10 3 6.91 20.73 9 47.7481
11 5 22.86 114.3 25 522.5796
12 8 18.64 149.12 64 347.4496
13 6 25.35 152.1 36 642.6225
14 2 7.5 15 4 56.25
15 3 22 66 9 484
16 4 32 128 16 1024
Persamaan korelasi (y = a+bx) :
y = 2.816x + 7.364
n 16
υ 10
∑x 105.000
xrt 6.563
∑y 413.610
yrt 25.851
∑xy 3221.180
a 7.364
∑x2 869.000
b 2.816
∑y2 13119.972
sy,x 8.465
Interval Penyimpangan ( c ± z(sy,x)) :
z (sx,y) 16.931
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
136 Universitas Indonesia
Tabel 2. Perhitungan Standar Deviasi ZLUI
No. N c xy x2 y
2
1 7 18.54 129.78 49 343.7316
2 12 88.26 1059.12 144 7789.828
3 9 66.62 599.58 81 4438.224
4 2 16.7 33.4 4 278.89
5 9 16.7 150.3 81 278.89
6 4 28 112 16 784
7 5 35 175 25 1225
8 7 46 322 49 2116
9 17 106 1802 289 11236
10 11 50 550 121 2500
11 11 80 880 121 6400
12 8 22.5 180 64 506.25
13 7 10.2 71.4 49 104.04
14 4 23.2 92.8 16 538.24
15 6 9.8 58.8 36 96.04
Persamaan korelasi (y = a+bx) :
y = 6.555x -10.830
n 15
υ 13
∑x 119.000
xrt 7.933
∑y 617.520
yrt 41.168
∑xy 6216.180
a -10.830
∑x2 1145.000
b 6.555
∑y2 38635.134
sy,x 18.761
Interval Penyimpangan ( c ± z(sy,x)) :
z (sx,y) 37.523
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
137 Universitas Indonesia
Cc= 0.019IP - 0.028
R² = 0.748
0
0.5
1
1.5
2
0 20 40 60 80
Ind
eks
Ko
mp
resi
, Cc
Indeks Plastisitas, IP
Persamaan Korelasi Cc vs IP
LAMPIRAN C.7 GRAFIK KORELASI
Cc = 0.008LL - 0.229
R² = 0.731
0
0.3
0.6
0.9
1.2
1.5
0 20 40 60 80 100 120 140
Ind
eks
Ko
mp
resi
, Cc
Batas Cair, LL
Persamaan Korelasi Cc vs LL
y = 0.858x - 0.903
R² = 0.933
0
0.5
1
1.5
2
0 1 2 3 4
Ind
eks
Ko
mp
resi
Angka Pori
Persamaan Korelasi Cc vs eo
y = 0.809x - 0.843
R² = 0.914
0
0.5
1
1.5
2
0 1 2 3 4
Ind
eks
Ko
mp
resi
Angka Pori
Persamaan Korelasi Cc vs eo
Cc = 0.006LL - 0.087
R² = 0.649
0.0
0.3
0.6
0.9
1.2
1.5
0 50 100 150
Ind
eks
Ko
mp
resi
, Cc
Batas Cair, LL (%)
Persamaan Korelasi Cc vs LL
Cc = 0.024IP - 0.214
R² = 0.834
0
0.5
1
1.5
2
0 20 40 60 80
Ind
eks
Ko
mp
resi
, Cc
Indeks Plastisitas, IP
Persamaan Korelasi Cc vs IP
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
138 Universitas Indonesia
Cc = 0.011Wn - 0.063
R² = 0.822
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 20 40 60 80 100 120 140 160Ind
eks
Ko
mp
resi
, Cc
Kadar Air Natural, Wn (%)
Persamaan Korelasi Wn vs Cc
sin φ = -0.014IP + 0.808
R² = 0.728
0.00.10.20.30.40.50.60.7
0 20 40 60
Sin
φ
Indeks Plastisitas, IP
Persamaan Korelasi IP vs φ
Cc = 0.019Wn - 0.676
R² = 0.909
0
0.5
1
1.5
2
2.5
0 50 100 150Ind
eks
Ko
mp
resi
, Cc
Kadar Air Natural, Wn (%)
Persamaan Korelasi Wn vs Cc
sin φ = -0.007IP + 0.552
R² = 0.611
0.00.10.20.30.40.50.60.7
0 20 40 60
sin
φ
Indeks Plastisitas, IP
Persamaan Korelasi IP vs φ
y = 2.816x + 7.364
R² = 0.588
0
40
80
120
160
0 5 10 15 20
Ko
he
si, c
N-SPT
Persamaan Korelasi c vs N
y = 6.555x - 10.83
R² = 0.653
0
40
80
120
160
0 5 10 15 20
Ko
he
si, c
N-SPT
Persamaan Korelasi c vs N
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
LAMPIRAN D
PERHITUNGAN PENGUJIAN PERSAMAAN KORELASI
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
140 Universitas Indonesia
LAMPIRAN D.1
PERSAMAAN KORELASI INDEKS KOMPRESI VS ANGKA PORI INITIAL
Persamaan Korelasi yang digunakan : Interval estimasi penyimpangan :
ZDUI Cc = 0.809eo - 0.843 (Cc) ± 0.199
ZLUI Cc = 0.858eo - 0.903 (Cc) ± 0.091
Tabel 1. Perhitungan Penyimpangan Cc vs eo untuk ZDUI
ZDUI
eo Cc Simpangan
(Cchitung-Cclab)
eo
Cc Simpangan
(Cchitung-Cclab) Cc lab Cc hitung Cc lab Cc hitung
1.49 0.4 0.39 -0.038 1.34 0.32 0.27 -0.079 1.47 0.45 0.37 -0.104 2.06 0.44 0.87 0.384 2.63 0.91 1.34 0.375 1.49 0.39 0.39 -0.028 1.72 0.61 0.58 -0.062 1.39 0.3 0.31 -0.018 1.74 0.86 0.60 -0.295 1.46 0.43 0.37 -0.092
1.81 0.68 0.66 -0.059 1.614 0.409 0.49 0.054
1.92 0.99 0.75 -0.280 1.247 0.185 0.19 -0.019
1.31 0.23 0.24 -0.013 1.368 0.204 0.29 0.060
1.59 0.57 0.47 -0.127 1.164 0.183 0.12 -0.084
2.13 0.91 0.93 -0.030 1.28 0.199 0.22 -0.006
1.32 0.26 0.25 -0.035 1.415 0.308 0.33 -0.006
1.7 0.83 0.57 -0.298 1.701 0.576 0.57 -0.043
2.45 1.25 1.19 -0.111 1.64 0.579 0.52 -0.095
1.54 0.46 0.43 -0.057 1.697 0.425 0.56 0.105
2.29 0.79 1.06 0.220 1.699 0.697 0.57 -0.166 1.48 0.65 0.38 -0.296 1.858 1.726 0.70 -1.066 1.515 0.43 0.41 -0.047 1.67 0.329 0.54 0.179 2.26 1.24 1.03 -0.255 1.99 0.428 0.81 0.339 2.78 1.32 1.47 0.086 1.77 0.432 0.62 0.157 1.89 0.42 0.73 0.266 1.63 0.243 0.51 0.233 1.46 0.22 0.37 0.118 1.729 0.446 0.59 0.110 1.7 0.76 0.57 -0.228 1.61 0.329 0.49 0.130
1.51 0.36 0.41 0.019 1.662 0.205 0.53 0.297 1.41 0.33 0.32 -0.032 1.589 0.234 0.47 0.209 3.27 1.98 1.88 -0.178 1.543 0.298 0.44 0.107 1.43 0.35 0.34 -0.036 1.703 0.47 0.57 0.065
3.21 1.67 1.83 0.084 2.023 0.667 0.84 0.127
2.58 1.72 1.30 -0.476 1.533 0.472 0.43 -0.075
1.46 0.29 0.37 0.048
2.07 1.44 0.88 -0.608
1.91 1.35 0.74 -0.648
1.51 0.38 0.41 -0.001
1.56 0.52 0.45 -0.101
1.43 0.32 0.34 -0.006
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
141 Universitas Indonesia
Tabel 2. Perhitungan Penyimpangan/Kesalahan Cc vs eo untuk ZLUI
ZLUI
eo Cc Simpangan
(Cchitung-Cclab) Cc lab Cc hitung
1.7 0.43 0.55 0.126
1.54 0.37 0.49 0.048
1.97 0.8 0.65 -0.013
1.49 0.38 0.47 -0.005
1.49 0.36 0.47 0.015
1.51 0.44 0.48 -0.047
1.52 0.34 0.48 0.061
1.4 0.31 0.44 -0.012
1.41 0.5 0.44 -0.193
1.5 0.53 0.48 -0.146
1.46 0.4 0.46 -0.050
1.51 0.53 0.48 -0.137
2.05 0.6 0.68 0.256
1.33 0.7 0.41 -0.462
1.65 0.78 0.53 -0.267
1.5 0.5 0.48 -0.116
Tabel 3. Persentase nilai hitung benar persamaan korelasi Cc vs eo
Jumlah Data
ZDUI ZLUI
62 16
Jumlah nilai hitung benar 44 8
Jumlah nilai hitung salah 18 8
Persentase nilai hitung benar 71% 50%
Keterangan :
Nilai hitung benar adalah nilai hitung yang besar simpangannya masih berada
dalam interval estimasi penyimpangan yang telah dihitung sebelumnya dengan
menentukan standard error estimasi telebih dahulu.
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
142 Universitas Indonesia
LAMPIRAN D.2
PERSAMAAN KORELASI INDEKS KOMPRESI VS KADAR AIR NATURAL
Persamaan Korelasi yang digunakan : Interval estimasi penyimpangan :
ZDUI Cc = 0.019Wn - 0.676 Cc ± 0.442
ZLUI Cc = 0.011Wn - 0.063 Cc ± 0.142
Tabel 1. Perhitungan Penyimpangan Cc vs Wn untuk ZDUI
ZDUI
Wn Cc Simpangan
(Cchitung-Cclab)
Wn
Cc Simpangan
(Cchitung-Cclab) Cc lab Cc hitung Cc lab Cc hitung
54.02 0.45 0.42 -0.100 47 0.35 0.32 -0.133
43 0.61 0.26 -0.469 119 1.67 1.33 -0.085
49 0.86 0.35 -0.605 125 1.72 1.41 -0.021
95 0.68 0.99 0.449 56 0.29 0.44 0.098
80 0.99 0.78 -0.146 103 1.44 1.10 -0.159
64 0.93 0.56 -0.390 87 1.35 0.88 -0.373
104 0.6 1.12 0.700 52.8 0.38 0.40 -0.053
47 0.23 0.32 -0.013 49.22 0.52 0.35 -0.261
57 0.57 0.46 -0.163 52.95 0.32 0.40 0.010
89 0.91 0.91 0.105 51.07 0.32 0.37 -0.026
49 0.26 0.35 -0.005 88.6 0.44 0.90 0.567
88 0.83 0.89 0.166 51.64 0.39 0.38 -0.085
120 1.25 1.34 0.354 52.26 0.3 0.39 0.017
59 0.46 0.49 -0.015 54.71 0.43 0.43 -0.067
83 0.79 0.82 0.111 57.09 0.409 0.46 0.000
51 0.65 0.37 -0.357 45.45 0.185 0.30 0.003
55 0.43 0.43 -0.061 55.78 0.329 0.44 0.055
84 1.24 0.84 -0.320 57.79 0.428 0.47 -0.006
87 1.32 0.88 -0.343 56.75 0.432 0.45 -0.030
51 0.42 0.37 -0.127 54.93 0.243 0.43 0.125
67 0.22 0.60 0.377 53.47 0.446 0.41 -0.106
69 0.76 0.63 -0.125 52.28 0.329 0.39 -0.012
59 0.57 0.49 -0.125 54.4 0.205 0.42 0.153
61.54 0.37 0.52 0.123 57.92 0.234 0.47 0.190
126.1 0.6 1.43 1.120 55.03 0.298 0.43 0.072
71.11 0.36 0.66 0.315 52.49 0.47 0.39 -0.149
66.86 0.33 0.60 0.264
141.64 1.98 1.64 0.035
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
143 Universitas Indonesia
Tabel 2. Perhitungan Penyimpangan/Kesalahan Cc vs Wn untuk ZLUI
ZLUI
Wn Cc Simpangan
(Cchitung-Cclab) Cc lab Cc hitung
55 0.43 0.55 0.112
54 0.37 0.53 0.161
62 0.8 0.63 -0.181
47 0.38 0.45 0.074
50 0.36 0.49 0.127
50.68 0.34 0.49 0.154
55 0.5 0.55 0.042
56 0.53 0.56 0.023
53 0.4 0.52 0.120
51 0.53 0.50 -0.032
68 0.62 0.70 0.065
63 0.61 0.64 0.020
47 0.7 0.45 -0.246
61 0.78 0.62 -0.172
55 0.5 0.55 0.042
77 0.87 0.81 -0.086
47 0.51 0.45 -0.056
46 0.68 0.44 -0.237
39 0.38 0.35 -0.014
51 0.59 0.50 -0.092
44 0.4 0.41 0.021
43 0.45 0.40 -0.040
Tabel 3. Persentase nilai hitung benar persamaan korelasi Cc vs Wn
Jumlah Data
ZDUI ZLUI
54 22
Nilai hitung benar (toleransi ≤ 30 %) 48 16
Nilai hitung salah (toleransi > 30 %) 6 6
Persentase nilai hitung benar 89% 73%
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
144 Universitas Indonesia
LAMPIRAN D.3
PERSAMAAN KORELASI INDEKS KOMPRESI VS INDEKS PLASTISITAS
Persamaan Korelasi yang digunakan : Interval estimasi penyimpangan :
ZDUI Cc = 0.019IP - 0.028 Cc ± 0.284
ZLUI Cc = 0.024IP - 0.214 Cc ± 0.162
Tabel 1. Perhitungan Penyimpangan Cc vs IP untuk ZDUI
ZDUI
IP
Cc Simpangan
(Cchitung-Cclab)
IP
Cc Simpangan
(Cchitung-Cclab) Cc lab Cc hitung Cc lab Cc
hitung
29.33 0.45 0.53 0.079 20.79 0.52 0.52 -0.153
39.06 0.61 0.54 0.104 44.38 0.32 0.55 0.495
21.13 0.86 0.53 -0.487 22.87 0.32 0.53 0.087
17.34 0.68 0.52 -0.379 31.18 0.39 0.54 0.174
49.4 0.93 0.55 -0.019 35.02 0.3 0.54 0.337
70.6 0.6 0.57 0.713 26.8 0.43 0.53 0.051
29.54 0.23 0.53 0.303 38 0.409 0.54 0.285
14.25 0.57 0.52 -0.327 26.93 0.185 0.53 0.299
14.72 0.91 0.52 -0.658 18.44 0.329 0.52 -0.007
32.35 0.26 0.54 0.327 17.02 0.428 0.52 -0.133
64.29 0.83 0.57 0.364 16.62 0.579 0.52 -0.291
17.07 1.25 0.52 -0.954 21.22 0.425 0.53 -0.050
21.64 0.46 0.53 -0.077 18.76 0.475 0.52 -0.147
19.32 0.79 0.52 -0.451 10.12 0.432 0.51 -0.268
35.59 0.43 0.54 0.218 17.13 0.243 0.52 0.054
27.11 1.24 0.53 -0.753 28.24 0.446 0.53 0.063
27.07 1.32 0.53 -0.834 30.63 0.329 0.53 0.225
33.22 0.42 0.54 0.183 19.56 0.205 0.52 0.139
59.2 0.57 0.56 0.527 15.93 0.234 0.52 0.041
49.1 0.37 0.55 0.535 21.35 0.298 0.53 0.080
87.7 0.6 0.59 1.038 20.52 0.47 0.52 -0.108
16.63 0.36 0.52 -0.072 14.39 0.667 0.52 -0.422
14.25 0.33 0.52 -0.087 15.13 0.472 0.52 -0.213
29.09 0.35 0.53 0.175
36.97 0.29 0.54 0.384
26.72 1.44 0.53 -0.960
22.1 1.35 0.53 -0.958
24.33 0.38 0.53 0.054
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
145 Universitas Indonesia
Tabel 2. Perhitungan Penyimpangan Cc vs IP untuk ZLUI
ZLUI
Wn Cc Simpangan
(Cchitung-Cclab) Cc lab Cc hitung
27.13 0.43 0.48 0.007
27.75 0.37 0.48 0.082
30.08 0.8 0.49 -0.292
23.1 0.38 0.46 -0.040
23.5 0.36 0.46 -0.010
31.43 0.44 0.50 0.100
35.72 0.34 0.52 0.303
31.86 0.53 0.50 0.021
44.11 0.56 0.56 0.285
38.18 0.4 0.53 0.302
31.87 0.53 0.50 0.021
32.73 0.6 0.50 -0.028
32.5 0.62 0.50 -0.054
30.73 0.61 0.49 -0.086
35.1 0.78 0.52 -0.152
32.93 0.87 0.50 -0.294
20.1 0.51 0.44 -0.242
50.54 0.68 0.59 0.319
34.01 0.38 0.51 0.222
55.39 0.59 0.62 0.525
51.04 0.99 0.60 0.021
53.35 0.4 0.61 0.666
32.03 0.45 0.50 0.105
Tabel 3. Persentase nilai hitung benar persamaan korelasi Cc vs IP
Jumlah Data
ZDUI ZLUI
51 23
Nilai hitung benar 26 13
Nilai hitung salah 25 10
Persentase nilai hitung benar 51% 57%
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
146 Universitas Indonesia
LAMPIRAN D.4
PERSAMAAN KORELASI INDEKS KOMPRESI VS BATAS CAIR
Persamaan yang akan digunakan Interval estimasi penyimpangan :
ZDUI Cc = 0.006LL - 0.087 Cc ± 0.260
ZLUI Cc = 0.008LL - 0.229 Cc ± 0.448
Tabel 1. Perhitungan Penyimpangan Cc vs LL untuk ZDUI
ZDUI
LL Cc Simpangan
(Cchitung-Cclab)
LL
Cc Simpangan
(Cchitung-Cclab) Cc lab Cc hitung Cc lab Cc hitung
77.6 0.610 0.38 -0.231 89.9 0.370 0.45 0.082
58.85 0.860 0.27 -0.594 84.23 0.380 0.42 0.038
57.5 0.570 0.26 -0.312 85.78 0.320 0.43 0.108
69.07 0.910 0.33 -0.583 82.39 0.390 0.41 0.017
77.51 1.250 0.38 -0.872 84.97 0.300 0.42 0.123
76.93 0.460 0.37 -0.085 91 0.409 0.46 0.050
76.88 0.790 0.37 -0.416 81.27 0.185 0.40 0.216
74.53 0.430 0.36 -0.070 90.85 0.579 0.46 -0.121
75.29 1.240 0.36 -0.875 93.82 0.425 0.48 0.051
67.22 1.320 0.32 -1.004 86.77 0.475 0.43 -0.041
72.23 0.420 0.35 -0.074 90 0.329 0.45 0.124
63.44 0.330 0.29 -0.036 81.3 0.428 0.40 -0.027
62.72 0.350 0.29 -0.061 88.4 0.432 0.44 0.011
70.47 0.290 0.34 0.046 83.2 0.243 0.41 0.169
72.62 1.440 0.35 -1.091 85.99 0.446 0.43 -0.017
65.18 1.350 0.30 -1.046 101 0.329 0.52 0.190
62.69 0.520 0.29 -0.231 92.2 0.205 0.47 0.261
63.88 0.320 0.30 -0.024 89.8 0.234 0.45 0.218
69.24 0.430 0.33 -0.102 93.2 0.298 0.47 0.174
82.6 0.450 0.41 -0.041 90.65 0.470 0.46 -0.013
80.07 0.680 0.39 -0.287 84.5 0.667 0.42 -0.247
90.5 0.930 0.46 -0.474 87.5 0.472 0.44 -0.034
132 0.600 0.71 0.105
85.22 0.230 0.42 0.194
87.45 0.260 0.44 0.178
119.98 0.830 0.63 -0.197
79.01 0.360 0.39 0.027
111.8 0.570 0.58 0.014
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
147 Universitas Indonesia
Tabel 2. Perhitungan Penyimpangan Cc vs LL untuk ZLUI
ZLUI
LL Cc Simpangan
(Cchitung-Cclab) Cc lab Cc hitung
84.28 0.43 0.47 0.015
86.57 0.37 0.48 0.094
68.28 0.38 0.36 -0.063
68.87 0.36 0.36 -0.038
88.99 0.34 0.50 0.143
106.91 0.5 0.63 0.126
80.64 0.53 0.44 -0.114
86.96 0.4 0.49 0.067
81.4 0.53 0.45 -0.108
99.83 0.7 0.58 -0.130
83.75 0.78 0.47 -0.339
84.92 0.51 0.47 -0.060
93.64 0.68 0.53 -0.160
79.42 0.38 0.43 0.026
97.64 0.59 0.56 -0.038
95.71 0.99 0.55 -0.453
87.4 0.4 0.49 0.070
67.93 0.45 0.35 -0.136
Tabel 3. Persentase Nilai Hitung Benar Persamaan Korelasi Cc vs LL
ZDUI ZLUI
Jumlah Data 51 18
Nilai hitung benar (toleransi ≤ 30 %) 41 17
Nilai hitung salah (toleransi > 30 %) 10 1
Persentase nilai hitung benar 80% 94%
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
148 Universitas Indonesia
LAMPIRAN D.5
PERSAMAAN KORELASI SUDUT GESER VS INDEKS PLASTISITAS
Persamaan yang digunakan :
Interval estimasi penyimpangan :
ZDUI Sin φ = -0.014IP + 0.808
ZLUI Sin φ = -0.007IP + 0.552 Sin φ ±0.500
Tabel 1. Penyimpangan φ vs IP untuk ZDUI
ZDUI
IP φ
Simpangan φ lab sin φ lab sin φ hitung
29.33 38.8 0.627 0.33 -0.229
39.06 10 0.174 0.29 0.088
21.13 7 0.122 0.36 0.390
49.4 3 0.052 0.25 0.064
29.54 24.21 0.410 0.33 -0.016
32.35 23.72 0.402 0.32 -0.047
21.64 33.7 0.555 0.36 -0.050
33.22 4 0.070 0.31 0.273
16.63 7.21 0.126 0.38 0.450
29.09 23.6 0.400 0.33 0.000
36.97 27.15 0.456 0.30 -0.166
24.33 29.95 0.499 0.35 -0.032
20.79 24.6 0.416 0.36 0.101
44.38 16.87 0.290 0.27 -0.104
22.87 18.59 0.319 0.35 0.169
31.18 28.28 0.474 0.32 -0.102
35.02 15.25 0.263 0.30 0.055
26.8 3.36 0.059 0.34 0.374
38 29.5 0.492 0.29 -0.216
26.93 28 0.469 0.34 -0.038
18.44 18 0.309 0.37 0.241
17.02 18.5 0.317 0.38 0.252
21.22 27 0.454 0.36 0.057
18.76 24 0.407 0.37 0.139
10.12 21 0.358 0.40 0.308
17.13 20 0.342 0.38 0.226
28.24 22 0.375 0.33 0.038
30.63 25 0.423 0.32 -0.043
19.56 34 0.559 0.37 -0.025
15.93 22 0.375 0.38 0.210
21.35 29 0.485 0.36 0.024
20.52 19 0.326 0.36 0.195
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
149 Universitas Indonesia
Tabel 2. Perhitungan Penyimpangan φ vs IP untuk ZLUI
ZLUI
IP φ
Simpangan φ lab sin φ lab sin φ hitung
27.13 30.6 0.509 0.33 -0.147
27.75 5.25 0.092 0.33 0.266
30.08 16.74 0.288 0.32 0.053
23.1 16.55 0.285 0.34 0.105
23.5 25.58 0.432 0.34 -0.044
31.43 21.6 0.368 0.32 -0.036
35.72 35.78 0.585 0.31 -0.283
34.39 35.4 0.579 0.31 -0.268
29.41 21.62 0.368 0.32 -0.022
22.81 23.95 0.406 0.34 -0.014
38.06 28 0.469 0.31 -0.184
33.88 22 0.375 0.31 -0.060
31.86 13 0.225 0.32 0.104
20.1 13 0.225 0.34 0.186
50.54 15 0.259 0.28 -0.061
34.01 13 0.225 0.31 0.089
55.39 18 0.309 0.27 -0.145
51.04 8 0.139 0.28 0.056
53.35 11 0.191 0.28 -0.012
32.03 14 0.242 0.32 0.086
45.65 15 0.259 0.29 -0.026
Tabel 3. Persentase nilai hitung benar persamaan korelasi φ vs IP
ZDUI ZLUI
Jumlah Data 32 21
Nilai hitung benar 25 21
Nilai hitung salah 7 0
Persentase nilai hitung benar 78% 100%
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
150 Universitas Indonesia
LAMPIRAN D.6
PERSAMAAN KORELASI KOHESI VS N-SPT
Persamaan yang akan digunakan : Interval estimasi penyimpangan :
ZDUI c = 2.816N + 7.364 c ± 16.931
ZLUI c = 6.555N - 10.83 c ± 37.523
Tabel 1. Perhitungan Penyimpangan c vs N untuk ZDUI
ZDUI
N c
Simpangan c lab c hitung
7 70.81 27.87 -44
5 34.31 25.46 -13
13 83.37 35.13 -39
6 22 26.66 2
10 35.4 31.50 0
4 30 24.25 -11
6 22.44 26.66 2
12 52.27 33.92 -11
7 14 27.87 13
15 50.43 37.55 -1
6 30.44 26.66 -6
8 21.37 29.08 9
15 13.42 37.55 36
3 6.91 23.04 9
5 22.86 25.46 -1
9 75.46 30.29 -43
14 24.01 36.34 23
9 11.71 30.29 21
8 18.64 29.08 11
9 14.52 30.29 18
6 25.35 26.66 -1
14 16.98 36.34 30
10 11.83 31.50 24
11 13.09 32.71 25
4 32 24.25 -13
2 7.5 21.83 5
3 22 23.04 -6
2 30 21.83 -17
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012
151 Universitas Indonesia
Tabel 2. Perhitungan Penyimpangan c vs N untuk ZLUI
ZLUI
N c
Simpangan c lab c hitung
7 18.54 46.71 17
7 142.12 46.71 -107
12 88.26 54.18 -20
9 66.62 49.70 -18
2 16.7 39.24 -14
9 16.7 49.70 31
5 90 43.72 -68
4 28 42.23 -13
5 35 43.72 -13
13 31 55.67 43
7 46 46.71 -11
17 106 61.65 -5
7 70 46.71 -35
11 50 52.68 11
3 50 40.73 -41
17 40 61.65 61
11 80 52.68 -19
25 50 73.60 103
8 22.5 48.20 19
7 10.2 46.71 25
4 23.2 42.23 -8
6 9.8 45.21 19
Tabel 3. Persentase Nilai Hitung Benar persamaan korelasi c vs N
ZDUI ZLUI
Jumlah Data 28 22
Nilai hitung benar 17 16
Nilai hitung salah 11 6
Persentase nilai hitung benar 61% 73%
Studi mengenai..., Vita Ariesta Fitriana, FT UI, 2012