ulkus kornea

27
LAPORAN KASUS SEORANG PEREMPUAN USIA 38 TAHUN DENGAN OS ULKUS KORNEA ET CAUSA SUSPEK BAKTERI Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan Kepaniteraan Senior Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Penguji Kasus : dr. Paramastri Arintawati, SpM Pembimbing : dr. Kristina Dian I. Dibacakan oleh : Syeikh Faiz Hasan Alboneh Dibacakan : 18 Februari 2012

Upload: agung-a-c-e

Post on 26-Jul-2015

274 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ulkus kornea

LAPORAN KASUS

SEORANG PEREMPUAN USIA 38 TAHUN DENGAN

OS ULKUS KORNEA ET CAUSA SUSPEK BAKTERI

Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan Kepaniteraan Senior

Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Penguji Kasus : dr. Paramastri Arintawati, SpM

Pembimbing : dr. Kristina Dian I.

Dibacakan oleh : Syeikh Faiz Hasan Alboneh

Dibacakan : 18 Februari 2012

KEPANITERAAN SENIOR FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2012

Page 2: ulkus kornea

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Syeikh Faiz Hasan Alboneh NIM : 22010110200151

Judul : Seorang Perempuan Usia 38 Tahun dengan OS Ulkus Kornea Et Causa Suspek Bakteri

Pembimbing : dr. Kristina Dian I.

Penguji : dr. Paramastri Arintawati, SpM (K)

Semarang, 17 Februari 2012

Penguji, Pembimbing,

dr. Paramastri Arintawati, SpM dr. Kristina Dian I.

2

Page 3: ulkus kornea

LAPORAN KASUS

SEORANG PEREMPUAN USIA 38 TAHUN DENGAN OS ULKUS

KORNEA ET CAUSA SUSPEK BAKTERI

Penguji Kasus : dr. Paramastri Arintawati, SpM

Pembimbing : dr. Kristina Dian I.

Dibacakan oleh : Syeikh Faiz Hasan Alboneh

Dibacakan tanggal : 18 Februari 2012

I. PENDAHULUAN

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya

infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea

dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas

memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan

ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis,

bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan sikatrik kornea

dan merupakan penyebab kebutaan.1

Secara umum telah diketahui bahwa identifikasi kuman penyebab

merupakan dasar untuk memberikan pengobatan yang rasional. Pengetahuan

tentang riwayat penyakit, cara pengobatan dan hasilnya serta gambaran klinis

yang teliti pada mata luar dan segmen depan bola mata tidak boleh terlalu

diunggulkan karena masih memerlukan pemeriksaan mikrobiologik.2

Tujuan penatalaksanaan ulkus kornea bakterial adalah eradikasi kuman

penyebab untuk mencegah perluasan kerusakan, menekan peradangan untuk

mengurangi destruksi kornea, mempercepat penyembuhan defek epitel serta

mengatasi komplikasi yang terjadi.2

II. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. SR

Umur : 38 tahun

Agama : Islam

Alamat : Pegandon, Kendal

3

Page 4: ulkus kornea

Pekerjaan : Petani

ANAMNESIS

(autoanamnesis pada 10 Februari 2012 di poli Mata RS.dr Kariadi)

Keluhan Utama : Terdapat putih-putih di mata kiri

Riwayat Penyakit Sekarang :

± 1 minggu SMRS mata kiri penderita terkena padi saat sedang

bekerja di sawah. Penderita mengeluh mata kiri menjadi merah, nyeri,

silau, nrocos, dan keluar kotoran mata warna kuning. Keluhan penderita

tidak disertai adanya gangguan penglihatan. Kemudian penderita

memeriksakan diri ke dokter umum dan diberi obat suntik, obat tetes dan

obat minum (pasien tidak tahu nama obatnya), setelah itu keluhan rasa

nyeri dan nrocos berkurang. 4 hari SMRS pasien mengeluh munculnya

bercak putih pada mata yang makin lama makin membesar, mata terasa

mengganjal, dan disertai penglihatan yang menjadi kabur. Mata merah (+),

nyeri (-), silau (+), nrocos (-). Penderita berobat ke dokter dan akhirnya

dirujuk ke RSDK.

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat trauma pada daerah mata (+)

- Riwayat penyakit mata lainnya disangkal

- Riwayat pemakaian kacamata (-)

- Riwayat alergi obat dan makanan disangkal

- Riwayat pengobatan steroid dan jamu jangka lama disangkal

- Riwayat darah tinggi disangkal

- Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

- Riwayat keluarga yang menderita keadaan seperti ini disangkal

- Riwayat kencing manis dalam keluarga disangkal

- Riwayat darah tinggi dalam keluarga disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi :

- Penderita merupakan seorang petani

- Biaya pengobatan ditanggung JAMKESMAS

4

Page 5: ulkus kornea

- Kesan : sosial ekonomi kurang

III. PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN FISIK

Status Praesen (Tanggal 13 Juli 2011)

Keadaan umum : baik

Kesadaran : kompos mentis

Tanda vital : TD 110/80 mmHg suhu : 36,50C

nadi : 84x/menit RR : 20x/menit

Pemeriksaan fisik : kepala : mesosefal

thoraks : cor : tidak ada kelainan

paru : tidak ada kelainan

abdomen : tidak ada kelainan

ekstremitas : tidak ada kelainan

Status Oftalmologi (Tanggal 13 Juli 2011)

OD

OCULUS DEXTER OCULUS SINISTER

6/7.5 VISUS 1/300

Tidak dikoreksi KOREKSI Tidak dikoreksi

Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan

Gerak bola mata bebas ke

segala arah

PARASE/PARALYSE Gerak bola mata bebas ke

segala arah

Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan

5

Injeksi siliarInjeksi conjungtiva

Defek epitel (+)

Jaringan nekrotik (+)

Page 6: ulkus kornea

Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Edema (+), spasme (+)

Edema (-), spasme (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (+), spasme (+)

Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)

CONJUNGTIVA

PALPEBRALIS

Hiperemis (+), sekret (-),

edema (-)

Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)

CONJUNGTIVA FORNICES Hiperemis (+), sekret (-),

edema(-)

injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Mix injeksi (+), sekret (+)

mukopurulent

Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan

Jernih CORNEA Edema kornea (+),defek epitel

(+), letak paracentral Ø 5x4

mm, kedalaman sampai ke

stroma, batas tegas, tes

fluorescein (+), infiltrat (+),

jaringan nekrotik (+),

Kedalaman cukup, Tyndall

Effect (-)

CAMERA OCULI

ANTERIOR

Kedalaman cukup, Tyndall

Effect (-), hipopion (-)

Kripte (+), sinekia (-) IRIS Kripte (+), sinekia (-)

Bulat, central, regular,

Ø 3 mm, RP (+) N

PUPIL Bulat, central, regular,

Ø 3 mm, RP (+) N

Jernih LENSA Jernih

(+) cemerlang FUNDUS REFLEKS (+) suram

T (digital) normal TENSIO OCULI T (digital) normal

Tidak diperiksa SISTEM CANALIS

LACRIMALIS

Tidak diperiksa

IV. RESUME

Datang pasien seoran perempuan 38 tahun dengan keluhan timbul

bercak putih pada mata kiri yang dirasakan setelah mata kiri terkena padi.

Keluhan semakin meluas disertai dengan adanya visus yang menurun

6

Page 7: ulkus kornea

disertai adanya tanda-tanda inflamasi seperti eritem, hiperlakrimasi, nyeri,

silau, dan pengeluaran sekret warna kuning. Penderita berobat ke dokter

dan akhirnya dirujuk ke RSDK

Status Oftalmologi :

OCULUS DEXTER OCULUS SINISTER

6/7.5 VISUS 1/300

Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Edema (+), spasme (+)

Edema (-), spasme (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (+), spasme (+)

Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)

CONJUNGTIVA

PALPEBRALIS

Hiperemis (+)

Hiperemis (-), sekret (-),

edema (-)

CONJUNGTIVA FORNICES Hiperemis (+)

injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Mix injeksi (+), sekret (+)

mukopurulent

Jernih CORNEA Edema kornea (+),defek epitel

(+), letak paracentral Ø 5x4

mm, kedalaman sampai ke

stroma, batas tegas, tes

fluorescein (+), infiltrat (+),

jaringan nekrotik (+)

(+) cemerlang FUNDUS REFLEKS (+) suram

V. DIAGNOSIS BANDING

OS Ulkus cornea et causa suspek bakteri DD: Staphylococcus sp.

Pseudomonas aeruginosa

VI. DIAGNOSA KERJA

OS Ulkus cornea et causa suspek bakteri

VII. TERAPI

7

Page 8: ulkus kornea

- Moxifloxacin HCl 0.5% tiap jam 1 tetes OS

- Cefixime 2 x 100 mg(P.O)

- Sulfas atropine 1% 2 x 1 tetes OS

- Vitamin B kompleks 1 x 1 tablet(P.O)

VIII. PROGNOSIS

OD OSQuo ad Visam Ad bonam Dubia ad malamQuo ad sanam Ad bonam Dubia ad malamQuo ad Vitam Ad bonamQuo ad Cosmeticam Dubia ad malam

IX. SARAN

Scrapping ulkus kornea untuk pemeriksaan pengecatan Gram, KOH,

kultur dan tes sensitivitas bakteri.

X. EDUKASI

1. Menjelaskan bahwa penderita menderita peradangan pada kornea yang

dinamakan ulkus kornea yang kemungkinan disebabkan oleh bakteri.

2. Menjelaskan kepada penderita agar penderita dirawat di rumah sakit

mengingat kondisi penyakit yang membutuhkan perawatan dan

evaluasi intensif di rumah sakit(menolak)

3. Menjelaskan kepada penderita supaya tidak mengucek-ngucek mata

4. Pasien diminta untuk meneteskan dan menggunakan obat secara teratur

dan menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi

dan istirahat yang cukup untuk mempercepat penyembuhan penyakit.

5. Menjelaskan kepada penderita komplikasi yang mungkin terjadi.

8

Page 9: ulkus kornea

XI. DISKUSI

ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA

Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding

dengan Kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan

ke sklera di limbus, lengkung melingkar  pada persambungan ini disebut

sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah,

sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior,

kornea mempunyai lima lapisan, yaitu lapisan epitel (yang bersambung dengan

epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descemet,

dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus

kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar +

43 dioptri. Jika kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak

sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat

halo.1

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf

siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,

masuk kedalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan

selubung Schwan.3

Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour

aquous,dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar

dari atmosfir.Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,

avaskularitasnya dan deturgensinya.1

ULKUS KORNEA

PATOFISIOLOGI

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,

dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan

sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama

terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan

kornea segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh

karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan

penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil.4

9

Page 10: ulkus kornea

Kornes merupakan bagian mata yang avaskuler, sehingga apabila terjadi

infeksi maka proses infiltrasi dan vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48

jam kemudian. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat

dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul

dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai

injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel

plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya

infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas

tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan

timbullah ulkus kornea.4

ETIOLOGI1,3,4

a. Infeksi

Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies

Moraxella merupakan penyebab paling sering

Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,

Cephalosporium dan spesies mikosis fungoides.

Infeksi virus

Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk

khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang

bila pecah akan menimbulkan ulkus.

Acanthamoeba

Infeksi kornea oleh acanthamoeba sering terjadi pada pengguna lensa

kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri.

Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensakontak yang

terpapar air atau tanah yang tercemar.

b. Noninfeksi

Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.

Radiasi atau suhu

Sindrom Sjorgen

Defisiensi vitamin A

Obat-obatan (kortikosteroid, idoxiuridine, anestesi topical,

immunosupresif)

10

Page 11: ulkus kornea

Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.

Pajanan (exposure)

Neurotropik

c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)

Terjadinya ulkus kornea biasanya didahului oleh faktor pencetus yaitu

rusaknya sistem barier epitel kornea oleh penyebab-penyebab seperti:4

a. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata,

sumbatan saluran lakrimal)

b. Oleh faktor-faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosi kornea) karena

trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar pada muka

c. Kelainan lokal pada kornea, meliputi edema kornea kronik, keratitis exposure

(pada lagoftalmos, anestesi umum, koma), keratitis karena defisiensi vitamin

A, keratitis neuroparalitik, keratitis superficialis virus

d. Kelainan sistemik, meliputi malnutrisi, alkoholisme, sindrom Steven-

Johnson, sindrom defisiensi imun (AIDS, SLE)

e. Obat-obatan penurun sistem imun, seperti kortikosteroid, obat anestesi lokal

KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:1

1. Ulkus kornea sentral.

a. Ulkus kornea bakterialis

Ulkus Streptokokus

Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea

(serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram

dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam

dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan

oleh streptokokus pneumonia.

Ulkus Stafilokokus

Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan disertai

infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak

diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema

11

Page 12: ulkus kornea

stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus

sering kali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.

Ulkus Pseudomonas

Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea.ulkus sentral ini

dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke

dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam.

Gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang

dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini

seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang

banyak.

Ulkus Pneumokokus

Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam.Tepi ulkus

akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan

gambaran karakteristik yang disebut ulkus serpen. Ulkus terlihat

dengan infiltrasi sel yang penuhdan berwarna kekuning-kuningan.

Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang

menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu

ditemukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya

ulkus yangterlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.

b. Ulkus kornea fungi

Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai

beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur

ini. Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan

yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran

seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat

asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit

disekitarnya. Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan

bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan

naik.Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang. Terdapat

injeksi siliar disertai hipopion.

c. Ulkus kornea virus

Ulkus kornea Herpes Zoster

12

Page 13: ulkus kornea

Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini

timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata

ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis,

kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat

dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit

herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor. Kornea

hipestesi tetapi dengan rasa sakit. Keadaan yang berat pada kornea

biasanya disertai dengan infeksi sekunder.

Ulkus kornea Herpes Simplex

Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes simplex dapat terjadi

tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi

siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan

epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi.

terdapat hipertesi pada korneasecara lokal kemudian menyeluruh.

Terdapat pembesaran kelenjar preaurikuler. Bentuk dendrit herpes

simplex kecil, ulseratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan

benjolan diujungnya

d. Ulkus kornea acanthamoeba

Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya,

kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen,

cincin stroma, dan infiltrat perineural.

2. Ulkus kornea perifer

a. Ulkus marginal

b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)

c. Ulkus cincin (ring ulcer)

.

MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa:3

1. Gejala subjektif

Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva

13

Page 14: ulkus kornea

Sekret mukopurulen

Merasa ada benda asing di mata

Pandangan kabur

Mata berair

Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus

Silau

Nyeri

Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat

pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel

kornea.

2. Gejala objektif

Injeksi silier

Hilangnya sebagian kornea dan adanya infiltrate

Hipopion

DIAGNOSIS1,4

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan oftalmologis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan

laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat

diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit

kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek

yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal

oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit

bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi

imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain

oleh terapi imunosupresi khusus.

Pada pemeriksaan oftakmologis didapatkan gejala obyektif berupa adanya

injeksi siliar,kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea disertai

adanya jaringan nekrotik. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan

hipopion.

Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti

ketajaman penglihatan, pemeriksaan slit-lamp, respon reflek pupil, pewarnaan

14

Page 15: ulkus kornea

kornea dengan zat fluoresensi, dan scrapping untuk analisa atau kultur (pulasan

gram, giemsa atau KOH).

Karena gambaran klinis tidak dapat digunakan untuk membuat diagnosis

etiologik secara spesifik, diperlukan pemeriksaan mikrobiologik, sebelum

diberikan pengobatan empirik dengan antibiotika.

Pengambilan specimen harus dari tempat ulkusnya, dengan membersihkan

jaringan nekrotik terlebih dahulu; dilakukan secara aseptic menggunakan spatula

Kimura, lidi kapas steril, kertas saring atau calcium alginate swab. Pemakaian

media penyubur BHI (Brain Heart Infusion Broth) akan memberikan hasil positif

yang lebih baik daripada penanaman langsung pada medium isolasi. Medium

yang digunakan adalah medium pelat agar darah, media coklat, medium

Sabaraud’s untuk jamur dan thioglycolat. Selain itu dibuat preparat untuk

pengecatan gram. Hasil pewarnaan gram dapat memberikan informasi morfologik

tentang kuman penyebab yaitu termasuk kuman gram (+) atau Gram (-) dan dapat

digunakan sebagai dasar pemilihan antibiotika awal sebagai pengobatan empirik.

Di laboratorium, kuman akan diisolasi dan diidentifikasi lebih lanjut serta

dilakukan pemeriksaan tes kepekaan terhadap antibiotika.

KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

Kebutaan parsial atau komplit

Prolaps iris

Sikatrik kornea

Katarak

Glaukoma sekunder

PENATALAKSANAAN3

Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh

spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan

pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang

15

Page 16: ulkus kornea

mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi

peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien

tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat

sistemik.

Tujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah untuk mencegah

berkembangnya bakteri dan mengurangi reaksi radang, dengan cara:

1.      Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Erosi

kornea yang sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.

2.      Antibiotik

Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum

luas dapat diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjungtiva.

3.      Pemberian sikloplegika

Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena masa kerjanya

lama, hingga 1-2 minggu. Efek kerja atropin adalah sebagai berikut :

Sedatif, menghilangkan rasa sakit

Dekongestif, menurunkan tanda radang

Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan

lumpuhnya m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga

mata dalam keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya m.konstriktor pupil,

terjadi midriasis, sehingga sinekia posterior yang telah terjadi dapat

dilepaskan dan dicegah pembentukan sinekia posterior yang baru.

4.      Bedah

Tindakan bedah meliputi

Keratektomi superficial tanpa membuat perlukaan pada membran

Bowman

Tissue adhesive atau graft amnion multilayer

Flap konjungtiva

Patch graft dengan flap konjungtiva

Keratoplasti tembus

Fascia lata graft

Analisis Kasus

16

Page 17: ulkus kornea

Pada laporan kasus ini, pasien didiagnosis OS ulkus kornea ec suspek

bakteri berdasarkan data dasar yang didapatkan melalui anamnesis dan

pemeriksaan fisik sebagai berikut.

Pada anamnesis didapatkan keluhan visus menurun dan terdapat bintik

putih dengan bagian tengah hitam di kornea OS, mata merah, silau, nyeri. Selain

itu dari anamnesis didapatkan faktor risiko terjadinya ulkus kornea pada pasien ini

yaitu riwayat trauma akibat kemasukan padi.

Pada pemeriksaan fisik pada OS didapatkan palpebra superior udema dan

spasme, konjungtiva mixed injection, kornea udem, defek epitel pada bagian

sentral dengan ukuran 4x5 mm, infiltrate (+), jaringan nekrotik (+), tes fluorescein

(+). Fundus refleks positif suram karena terdapat kekeruhan media refrakta yaitu

kornea. Tidak didapatkannya lesi satelit menyingkirkan etiologi karena jamur.

sensibilitas kornea masih normal sehingga menyingkirkan etiologi viral yang

biasanya meyebabkan penurunan sensibilitas kornea. Oleh karena itu ulkus kornea

pada kasus ini dicurigai disebabkan infeksi bakteri.

Pasien diberikan cefixime dan moxifloxacin untuk menangani infeksi

sebelum didapatkan hasil kultur dan tes sensitivitas dari scrapping kornea. Selain

itu juga diberikan Sulfas atropin untuk mengurangi nyeri akibat spasme siliaer dan

mencegah sinekhia posterior. Hal ini diperlukan untuk mencegah infeksi

berkembang lebih lanjut dan mengakibatkan berbagai komplikasi.

17

Page 18: ulkus kornea

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan D G, Asbury T, Riordan P. Oftalmologi umum. 14th Ed. Alih

bahasa: Tambajong J, Pendit BU. Jakarta: Widya Medika. 2000: 220

2. Winarto, Sutedja SS, Suhardjo, Gondowiardjo TD. Penanganan Ulkus

Kornea Secara Optimal. Semarang: PERDAMI Jawa Tengah, 2001.

3. Ilyas S. Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi). Jakarta: Balai penerbit

FK UI. 1997

4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia.2002. Ulkus Kornea

dalam : Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa

Kedokteran, edisi ke2. Penerbit Sagung Seto Jakarta.

5. PERDAMI, Panduan Menejemen Klinis PERDAMI, Jakarta : PP

PERDAMI. 2006

18