uk3 memorita walasari k4311041 ppbio b

Upload: memorita-madsar

Post on 02-Mar-2016

62 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ppbio

TRANSCRIPT

  • PROPOSAL PENELITIAN

    Penerapan Model Pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring (CWPT) Untuk

    Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi dan Interaksi Sosial Siswa

    Dalam Pembelajaran Biologi

    OLEH:

    MEMORITA WALASARI

    K4311041/B

    PENDIDIKAN BIOLOGI

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2013

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan pada dasaarnya merupakan salah satu upaya untuk

    memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu

    kepada individu-individu guna menggali dan mengembangkan bakat serta

    kepribadian mereka. Melalui pendidikan, manusia berusaha

    mengembangkan dirinya setiap menghadapi setiap perubahan yang

    diakibatkan oleh kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

    Mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas

    manusia Indonesia merupakan tanggung jawab semua warga Negara dalam

    menunjukkan pendidikan nasional. Pembanguna ini dapat dilakukan melalui

    upaya peningkatan kualitas pendidikan pada semua jenjang pendidikan yang

    memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia

    seutuhnya. Peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan

    sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

    merupakan upaya untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang

    pendidikan.

    Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, persoalan yang

    dihadapi adalah berhubungan dengan metode pengajaran dan sistem

    pendidikan atau system pembelajaran. Metode pengajaran dalam

    pembelajaran diharapkan agar sumber informasi utama bagi murid tidak

    hanya dari guru tetapi dari sumber-sumber yang lain seperti teman,

    lingkungan maupun dari media baik cetak maupun elektronik. Sedangkan

    sistem pengajaran yang diharapkan adalah yang sesuai dengan keadaan

    pendidik, peserta didik, dan masyarakat sekitarnya.

    Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah berkaitan erat dengan

    kualitas proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan siswa di sekolah.

    Proses belajar yang berkualitas akan menghasilkan manusia yang beriman

    dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,

  • bertanggung jawab, mandiri, terampil, kreatif, dan produktif. Sukmadinata

    (2004:4) menyatakan bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan

    apa yang secara potensial dan actual telah dimiliki peserta didik, sebab

    peserta didik bukanlah gelas kosong yang harus diisi dari luar.

    Sistem pembelajaran pada dasarnya merupakan cara-cara untuk

    mencapai tujuan pembelajaran yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai

    oleh peserta didik dalam kegiatan belajar. Dalam proses belajar mengajar

    senantiasa terjadi proses kegiatan interaksi antara siswa sebagai pihak yang

    belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Dalam hal interaksi siswa

    dan guru sering disebut interaksi edukatif. Dalam interkasi edukatif

    sebaiknya guru tidak mendominasi kegiatan tetapi menciptakan kondisi

    yang mendukung serta memberikan motivasi dan bimbingan kepada siswa

    agar dapat mengembangkan potensi dan kreatifitasnya melalui kegiatan

    belajar. Dalam upaya meningkatkan kreatifitas dan mengembangkan potensi

    tersebut dapat ditempuh dengan metode pembelajaran yang sesuai dan

    dengan media yang tepat.

    Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh

    banyak faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah

    faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor

    ekstern yaitu yang ada di luar individu seperti metode pembelajaran dan

    kurikulum sekolah. Metode pembelajaran yang diperlukan dalam proses

    belajar mengajar harus memiliki konsep belajar yang dapat mengaitkan

    antara materi yang diajarkan dengan keadaan sebenarnya serta dengan

    materi-materi yang lain. Selain itu, metode pembelajaran harus membuat

    peseerta didik lebih aktif dan kreatif yang dapat ditempuh dengan penerapan

    metode pembelajaran yang bersifat ineraktif.

    Bila kita memperhatikan praktik pendidikaan di sekolah selama ini,

    proses pembelajaran yang dilakukan sebaagian besar guru menggunakan

    sistem kompetisi, baik dalam pengajaran maupun penilaian anak didik

    sehingga dengan begitu, sekolah dijadikan sebagai salah satu arena

    persaaingan. Mulai dari awal masa pendidikan formal, seorang anak belajar

    dalam suasana kompetisi daan harus berjuang untuk memenangkan

  • kompetisi agar bisa lulus. Arena kompetisi itu secara tidak langsung telah

    mendidik dan menggembleng anak didik untuk selalu berusaha mencari

    jalan keluar agar dapat memenangkan persaingan dengan menghalalkan

    segala cara. Padahal untuk bisa berhasil pembelajaran harus bisa

    menciptakan iklim kerja sama. Dalam arti kerja sama dan adanya interaksi

    antar anggota dalam kelompok-kelompok kecil yang mana hal ini dapat

    dicapai dengan penerapan metode pembelajaran yang bersifat kooperatif.

    Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menyelenggarakan

    proses pembelajaran tersebut adalah menggali metode pembelajaran yang

    berpusat guru (teacher center) dengan metode yang berpusat pada siswa

    (student center), sehingga bukan guru yang mendominasi proses

    pembelajaran. Melalui metode yang bersifat student center tersebut,

    diharapkan siswa sebagai subjek yang berperan aktif dalam menggali dan

    memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari,

    sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator.

    Cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi siswa antara lain

    menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, memberikan bimbingan

    pada saat kegiatan belajar, dan menjadi partner belajar yang mampu bekerja

    bersama-sama siswa dalam menyelesaikan masalah (Waras Kamdi:2009).

    Pada sebuah penelitian di SMA 2 Karangpandan tentang kegiatan

    pembelajaran di kelas X di tahun pembelajaran 2013/2014 menunjukkan

    bahwa dari 39 siswa, yang antusias mengikuti pelajaran Biologi hanya

    sebesar 51,28% (20 orang). Sisanya adalah 17,95% (7 orang) mengantuk,

    10,25% (4 orang) melamun, 15,38% (6 orang) berbicara dengan temannya,

    dan 20,51% (8 orang) sibuk dengan aktifitasnya sendiri. Hasil observasi

    tersebut menunjukkan minat belajar Biologi siswa masih rendah.

    Selain minat, keaktifan berkomunikasi dan interaksi social antar

    sesama siswa dalam pembelajaran Biologi juga masih rendah. Selama

    berlangsungnya kegiatan pembelajaran, siswa yang berani menjawab

    pertanyaan guru tanpa ditunjuk sebanyak 25,64% (10 orang). Siswa lain

    diam jika tidak ditunjuk oleh guru. Siswa terkadang menjawab dengan

    jawaban serempak. Kepasifan siswa semakin tampak saat guru memberi

  • kesempatan untuk bertanya dan mengemukakan pendapat yang

    berhubungan dengan materi pelajaran, tapi respon yang diberikan siswa

    sangat minim. Siswa yang berani bertanya hanya sebesar 12,82% (5

    oarang). Siswa tidak ada yang berani mengemukakan pendapat sama sekali,

    dengan demikian tidak ada siswa yang menanggapi pendapat. Dampaknya

    berimbas pada rendahnya prestasi hasil belajar siswa.

    Kemampuan berkomunikasi dan interaksi social siswa yang masih

    kurang terhadap pembelajaran Biologi dapat dirangsang guru dengan

    menggunakan metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam

    kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak monoton dan

    membosankan. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah CWPT

    (Clas-Wide Peer Tutoring).

    CWPT adalah suatu metode pembelajaran yang dimana siswa

    dipasangkan oleh guru untuk mengajar satu sama lain secara serempak,

    sistematis, dan menyenangkan. Penerapan metode ini, siswa dalam satu

    kelas dibagi menjadi dua kelompok (tim) besar. Pada masing-masing tim

    tersebut siswa dipasangkan satu sama lain untuk memainkan peran sebagai

    tutor atau tutee secara bergantian. Tugas tutor adalah menyampaikan materi

    pelajaran, sedangkan tugas tutee adalah menerima pelajaran. Pada akhir sesi

    tutoring, tutor menguji kemampuan kognitif tutee dengan membacakan

    beberapa soal kemudian tutee diberi poin sesuai dengan kebenaran

    jawabannya. Tujuannya adalah berkompetisi menjadi kelompok pemenang

    dengan mengumpulkan point sebanyak-banyaknya.

    Penerapan metode CWPT yang mengharuskan siswa berperan

    sebagai tutor dan tutee secara bergantian selama sesi tutoring diharapkan

    dapat mengatasi kebosanan terhadap kegiatan pembelajaran yang biasa

    dilakukan selama ini, sehingga minat belajar Biologi pun meningkat. Selain

    itu, adanya sesi tutoring juga diharapkan dapat meningkatkan keberanian

    dan kepercayaan diri siswa sehingga kemampuan berkomunikasi serta

    interaksi antar siswa seperti mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,

    mengemukakan pendapat, menanggapi pendapat dan saling membelajarkan

    dapat meningkat.

  • Adanya kemauan yang tinggi terhadap suatu materi pelajaran,

    membuat siswa belajar dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik yang

    membuatnya bersemangat. Selain itu, dengan kemampuan berkomunikasi

    siswa yang tinggi akan membawa dampak pada peningkatan interaksi siswa

    dengan lingkungannya, sehingga dapat memudahkan guru mengetahui hal-

    hal yang belum dipahami oleh siswa. Kemampuan berkomunikasi dan

    interaksi antar sesama siswa yang tinggi saat peembelajaran akan

    berdampak pada peningkatan prestasinya.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasi beberapa

    masalah sebagai berikut:

    1. Metode pembelajaran yang digunakan guru saat mengajar menjadi salah

    satu faktor yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

    2. Pendekatan pembelajaran yang digunakan masih berpusaat padaa guru

    (teacher center) .

    3. Pentingnya inovasi metode pembelajaran dari penggunaan metode

    ceramah ke model pembelajaran CWPT sehingga dapat meningkatkan

    hasil belajar siswa.

    C. Pembatasan Masalah

    Agar penelitian ini mempunyai arah daan lingkup yang jelas maka

    perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah ini

    meliputi:

    1. Subjek Penelitian

    Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA 2

    Karangpandan tahun pelajaran 2013/2014.

    2. Objek Penelitian

    a. Pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

    CWPT yaitu pembelajaran dengan system tutoring antar sesame siswa

  • sehingga dapat diketahui tingkat pemahaman siswa apabila saling

    membelajarkan.

    b. Hasil belajar biologi siswa dengan model CWPT yaitu mencakup aspek

    kognitif, afektif dan psikomotorik pada pokok bahasan ekosistem serta

    kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial.

    D. Perumusaan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah untuk

    memperjelas dapat dirumuskan sebagai berikut:

    a. Apakah penggunaan model CWPT (Class-Wide Peer Tutoring) dapat

    meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa dalam pembelajaran

    Biologi?

    b. Apakah penggunaan model CWPT (Class-Wide Peer Tutoring) dapat

    meningkatkan keaktifan dalam interaksi social antar sesama siswa dalam

    pembelajaran Biologi?

    E. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

    mengetahui adanya pengaruh penggunaan model Class-Wide Peer Tutoring

    (CWPT) terhadap peningkatan kemampuan berkomunikasi dan interaksi

    sosial siswa dalam pembelajaran biologi SMA 2 Karangpandan tahun

    pelajaran 2013/2014.

    F. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini memberikan sumbangan konseptual utamanya kepada

    pembelajaran biologi yaitu melalui penerapan model pembelajaran

    CWPT sebagai suatu model pembelajaran yang diharapkan dapat

    meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial siswa.

    Hasil penelitian ini juga dapat bermanfaat dalam peningkatan mutu dan

    hasil pembelajaran Sekolah Menengah Atas (SMA).

    2. Manfaat Praktis

  • a. Bagi Siswa

    1) Proses pembelajaran ini membuat siswa lebih aktif dalam

    membelajarkan antar sesame siswa dan mengkonstruksi pengetahuan

    sehingga mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dan interaksi

    sosial dalam pembelajaran biologi.

    2) Memberikan kemudahan dalam memahami konsep materi pelajaran

    melalui kegiatan tutoring yang dilakukan oleh siswa sendiri.

    3) Mengajarkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok,

    memecahkan masalah bersama, berpendapat, berinteraksi, dan

    bertanggung jawab.

    b. Bagi Guru

    1) Menambah wawasan tentang penerapan model pembelajaran CWPT

    untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan interaksi

    social siswa.

    2) Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran

    biologi khususnya terkait dengan kemampuan berkomunikasi dan

    interaksi sosial sebagai bagian dari kemampuan keterampilan dan

    sosial dalam bermasyarakat.

    c. Bagi Institusi

    Memberikan masukan atau saran dalam upaya mengembangkan suatu

    proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan

    berkomunikasi dan interaksi sosial siswa sehingga meningkatkan

    sumber daya pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas.

  • BAB II

    A. KAJIAN PUSTAKA

    1. Kajian Teori

    a. Pengertian Komunikasi

    Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara

    untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima

    pesan untuk memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung secara

    lisan, maupun tak langsung melalui media (Herdian:2010). Di dalam

    berkomunikasi tersebut harus dipikirkan bagaimana caranya agar pesan

    yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami oleh orang lain. Untuk

    mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat menyampaikan

    dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematis.

    Menurut Baroody (1993:107) ada lima aspek komunikasi.

    Kelima aspek itu adalah:

    1) Representasi (representating) adalah: (a) bentuk baru sebagai hasil

    translasi dari suatu masalah, atau ide, (b) translasi suatu diagram atau

    model fisik ke dalam simbol atau kata-kata. Misalnya, representasi bentuk

    perkalian ke dalam beberapa model konkret, dan representasi suatu

    diagram ke dalam bentuk simbol atau kata-kata. Representasi dapat

    membantu anak menjelaskan konsep atau ide, dan memudahkan anak

    mendapatkan strategi pemecahan. Selain itu, penggunaan representasi

    dapat meningkatkan fleksibilitas dalam menjawab soal-soal matematik.

    2) Mendengar (listening) merupakan aspek penting dalam suatu

    diskusi. Siswa tidak akan mampu berkomentar dengan baik apabila tidak

    mampu mengambil inti sari dari topik diskusi. Siswa sebaiknya

    mendengar dengan hati -hati manakala ada pertanyaan dan komentar

    dari temannya. Mendengar secara hati-hati terhadap pertanyaan teman

    dalam suatu grup juga dapat membantu siswa mengkontruksi lebih

    lengkap pengetahuan matematika dan mengatur strategi jawaban yang

  • lebih efektif. Pentingnya mendengar secara kritis juga dapat mendorong

    siswa berpikir tentang jawaban pertanyaan sambil mendengar.

    3) Membaca (reading) adalah aktivitas membaca teks secara aktif untuk

    mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun.

    Pembaca yang baik terlibat aktif dengan teks bacaan dengan cara: (a)

    membangun pengetahuan dalam pikiran mereka berdasarkan apa yang

    telah mereka ketahui, (b) menggunakan strategi untuk memahami teks

    bacaan dan mengorganisasikannya dalam bentuk visual berupa bagan,

    diagram, atau outline, (c) memonitor, merencanakan dan mengatur

    pembentukan makna, (d) membangun penafsiran atau pemahaman teks

    bacaan yang bermakna dalam memori jangka pendek, dan (e)

    menggunakan strategi dan pengetahuan yang sudah ada yang digali dalam

    memori jangka panjang.

    4) Diskusi (discussing) merupakan sarana untuk mengungkapkan dan

    merefleksikan pikiran siswa. Beberapa kelebihan dari diskusi kelas,

    yaitu antara lain: (a) dapat mempercepat pemahaman materi

    pembelajaran dan kemahiran menggunakan strategi, (b) membantu siswa

    mengkonstruk pemahaman matematk, (c) menginformasikan bahwa, para

    ahli matematika matematika biasanya tidak memecahkan masalah

    sendiri-sendiri, tetapi membangun ide bersama pakar lainnya dalam

    suatu tim, dan (d) membantu siswa menganalisis dan memecahkan

    masalah secara bijaksana.

    5) Menulis (writing) adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan

    sadar untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran. Menulis adalah

    alat yang bermanfaat dari berpikir karena melalui berpikir, siswa

    memperoleh pengalaman matematika sebagai suatu aktivitas yang

    kreatif. Manzo mengatakan menulis dapat meningkatkan taraf berpikir

    siswa ke arah yang lebih tinggi (higher-order-thinking).

    Kemampuan komunikasi menjadi penting ketika diskusi antar

    siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan mampu menyatakan,

  • menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan bekerjasama

    sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam

    tentang Biologi. Anak-anak yang diberikan kesempatan untuk bekerja

    dalam kelompok dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka

    menunjukkan kemajuan baik di saat mereka saling mendengarkan ide yang

    satu dan yang lain, mendiskusikannya bersama kemudian menyusun

    kesimpulan yang menjadi pendapat kelompoknya. Ternyata mereka

    belajar sebagian besar dari berkomunikasi dan mengkontruksi sendiri

    pengetahuan mereka.

    Merumuskan pengalaman belajar biologi atau sains terikat erat

    dengan pengembangan keterampilan proses sains. Pengalaman belajar siswa

    dapat bervariasi, tapi seorang guru yang professional akan berupaya agar

    siswanya belajar secara bermakna. Pembelajaran bermakna baru akan

    dicapai siswa apabila siswa terlibat secara intelektual, manual, dan social.

    Belajar dengan keterampilan proses memungkinkan siswa mempelajari

    konsep yang menjadi tujuan belajar sains dan sekaligus dapat

    mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar sains, sikap ilmiah dan

    sikap kritis. Keterampilan proses sains meliputi keterampilan intelektual,

    keterampilan manual, dan keterampilan social yang perlu dikembangkan

    melalui pengalaman langsung. Salah satu bagian dari keterampilan proses

    sains adalah keterampilan komunikasi (Rustaman, 2005).

    Keterampilan komunikasi merupakan salah satu tujuan yang

    diharapkan tercapai dalam sains (Woolnough dan Allsop, 1984), akan tetapi

    kenyataan yang terjadi di dunia pendidikan keterampilan ini sangat tidak

    diperhatikan padahal keterampilan berkomunikasi sangat bermanfaat untuk

    siswa dan juga untuk pengajar. Memiliki keterampilan komunikasi yang

    baik dapat menjadi modal untuk siswa memahami suatu konsep dalam sains.

    Keterampilan komunikasi merupakan keterampilan yang penting

    dimiliki oleh siswa karena dengan memiliki kemampuan komunikasi, siswa

    dapat mengkomunikasikan informasi baik secara lisan ataupun tulisan

    kepada masyarakat luas. Keterampilan komunikasi menunjukkan interaksi

  • siswa dalam kelas baik dengan guru ataupun dengan siswa sesamanya,

    karena berkomunikasi dapat dilakukan melalui tulisan, gambar (grafik atau

    bagan), membaca atau berbicara. Interaksi yang hendak dibentuk didalam

    kelas melalui keterampilan berkomunikasi ini dapat dilakukan dengan

    menyusun kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan

    berkomunikasi siswa. Siswa dapat diminta untuk membaca data dalam table

    dan mengemukakannya kembali atau siswa dapat ditugaskan untuk

    menyajikan data hasil pengamatan ke dalam bentuk table atau grafik. Hal ini

    dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang pelaksanaannya

    menggunakan metode praktikum (Rustaman, 2005).

    Tujuan Komunikasi

    Ada tiga tujuan atau motif komunikasi yang perlu dikemukakan di sini.

    Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu

    mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat

    disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun.

    teknologi komunikasi berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan

    surat elektronika, bekerja dengan komputer, misalnya) tujuan komunikasi

    pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun hebatnya revolusi elektronika dan

    revolusi-revolusi lain yang akan datang. (Arnold dan Bowers, 1984;

    Naisbit.1984).

    a. Menemukan

    Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri

    (personal discovery) Bila anda berkomunikasi dengan orang lain,

    anda belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain.

    Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar dihasilkan dari apa

    yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama

    komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.

    b. Untuk meyakinkan

    Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar

    mengubah sikap dan perilaku kita. Dalam perjumpaan antarpribadi

  • sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain.

    Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara

    diit yan baru, membeli produk tertentu, menonton film, membaca

    buku, rnengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu

    salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan

    sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit saja

    dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah

    sikap atau perilaku.

    c. Untuk bermain

    Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain

    dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan,

    musik, dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula

    banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur

    orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru,

    dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik). Adakalanya hiburan ini

    merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk

    mengikat perhatian orang Iain sehingga kita dapat mencapai tujuan-

    tujuan lain.

    Prinsip-prinsip komunikasi

    1. Komunikasi Adalah Paket Isyarat

    Perilaku komunikasi, apakah ini melibatkan pesan verbal, isyarat

    tubuh, atau kombinasi dari keduanya, biasanya terjadi dalam

    "paket". Biasanya, perilaku verbal dan nonverbal saling memperkuat

    dan mendukung. Semua bagian dari sistem pesan biasanya bekerja

    bersama-sama untuk mengkomunikasikan makna tertentu. Dalam

    segala bentuk komunikasi, apakah antarpribadi, kelompok kecil,

    pidato di muka umum, atau media masa, kita kurang memperhatikan

    sifat paket dari komunikasi.

    2. Komunikasi Adalah Proses Penyesuaian

  • Sebagian dari seni komunikasi adalah mengidentifikasikan isyarat

    orang lain, mengenali bagaimana isyarat-isyarat tersebut digunakan,

    dan memahami apa artinya. Mereka yang hubungannya akrab akan

    menyadari bahwa mengenali isyarat-isyarat orang lain memerlukan

    waktu yang sangat lama dan seringkali membutuhkan kesabaran.

    Jika kita ingin benar-benar memahami apa yang dimaksud

    seseorang, bukan sekadar mengerti apa yang dikatakan atau

    dilakukannya, kita harus mengenal sistem isyarat orang itu.

    3. Komunikasi Mencakup Dimensi Isi Dan Hubungan

    Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang diharapkan

    yaitu, bawahan menemui atasan setelah rapat. Aspek hubungan

    menunjukkan bagaimana komunikasi dilakukan. Bahkan

    penggunaan kalimat perintah yang sederhana sudah menunjukkan

    adanya perbedaan status di antara kedua pihak Atasan dapat

    memerintah bawahan. Ini barangkali akan lebih jelas terlihat bila kita

    membayangkan seorang bawahan memberi perintah kepada

    atasannya. Hal ini akan terasa janggal dan tidak layak karena

    melanggar hubungan normal antara atasan dan bawahan.

    4. Komunikasi Melibatkan Transaksi Simetris dan Komplementer

    Hubungan dapat berbentuk simetris atau komplementer. Dalam

    hubungan simetris dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya.

    Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya. Jika salah

    seorang mengangguk, yang lain mengangguk, jika yang satu

    menampakkan rasa cemburu, yang lain memperlihatkan rasa

    cemburu; jika yang satu pasif, yang lain pasif. Hubungan ini bersifat

    setara (sebanding), dengan penekanan pada meminimalkan

    perbedaan di antara kedua orang yang bersangkutan.

  • 5. Komunikasi adalah proses transaksional

    Komunikasi adalah transaksi. Dengan transaksi dimaksudkan bahwa

    komunikasi merupakan suatu proses, hahwa komponen-

    komponennya saling terkait, dan bahwa para komunikatornya

    beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan.

    Komunikasi adalah Proses. Komponen-komponen Komunikasi

    Saling Terkait. Komunikator bertindak sebagai satu kesatuan.

    Menurut Kridalaksana (2000) kemampuan komunikasi adalah

    kemampuan komunikator (orang yang menyampaikan informasi) untuk

    mempergunakan bahasa yang dapat diterima dan memadai secara umum.

    Defenisi lain dari kemampuan komunikasi adalah kemampuan individu

    dalam mengolah kata-kata, berbicara secara baik dan dapat dipahami oleh

    lawan bicara (Evans & Russel, 1992). Batasan lain menurut Berelson &

    Steiner (dalam Mulyana, 2001) mengartikan kemampuan komunikasi

    sebagai kemampuan mentransmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan

    dengan menggunakan simbol-simbol seperti perkataan, gambar, figur, grafik

    dan sebagainya.

    Menurut Book (dalam Cangara, 2002) kemampuan komunikasi

    adalah proses simbolik yang menghendaki individu agar dapat mengatur

    lingkungan dalam hubungan sosialnya melalui pertukaran informasi untuk

    mengubah sikap dan tingkah laku orang lain. Dari berbagai definisi diatas

    dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi adalah suatu

    kecakapan individu dalam mengolah kata-kata, berbicara secara baik dalam

    penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan dengan

    menggunakan simbol-simbol seperti perkataan, gambar, figur, grafik dan

    sebagainya sehingga dapat dipahami dengan baik oleh lawan bicaranya.

    A. Interaksi Sosial

    Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial

    yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupahubungan

    antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang

    satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu.

  • Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai

    sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang

    menggunakannya.

    Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat

    manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu

    tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal

    dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah

    Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap

    makna dapat terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang

    ketika menjumpai sesuatu. Proses tersebut disebut juga dengan

    interpretative process.

    Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

    Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak

    memenuhi dua syarat (Soerjono Sukanto) yaitu: adanya kontak sosial,

    dan adanya komunikasi:

    1. Kontak Sosial

    Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang berarti

    bersama-sama dan tango yang berarti menyentuh. Jadi secara harfiah

    kontak adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontakbaru terjadi

    apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu

    berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan

    tanpa harus menyentuhnya, seperti misalnya dengan cara berbicara dengan

    orangyang bersangkutan. Dengan berkembangnya teknologi dewasa ini,

    orang-orang dapat berhubungan satu sama lain dengan melalui telepon,

    telegraf, radio, dan yang lainnya yang tidak perlu memerlukan sentuhan

    badaniah.

    Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk (Soerjono Soekanto :

    59) yaitu sebagai berikut :

    a. Antara orang perorangan

  • Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari

    kebiasaankebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi

    melalui komunikasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat

    yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat

    di mana dia menjadi anggota.

    b. Antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau

    sebaliknya. Kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang

    merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-

    norma masyarakat.

    c. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

    Umpamanya adalah dua partai politik yang bekerja sama untuk

    mengalahkan partai politik lainnya.

    Kontak sosial memiliki beberapa sifat, yaitu kontal sosial positif

    dan kontak sosial negative. Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang

    mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negative

    mengarah kepada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak

    menghasilkan kontak sosial.

    Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

    1. Proses Asosiatif (Processes of Association)

    a. Kerja Sama (Cooperation)

    Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan

    bentuk interaksi sosial yang pokok. Sosiolog lain menganggap

    bahwa kerja sama merupakan proses utama. Golongan terakhir

    tersebut memahamkan kerja sama untuk menggambarkan sebagian

    besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa segala macam

    bentuk inetarksi tersebut dapat dikembalikan kepada kerja sama.

    Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara

    orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau

    beberapa tujuan bersama.

    Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk

    kerja sama, yaitu:

  • 1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong.

    2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran

    barabg-barabg dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.

    3) Ko-optasi (Co-optation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-

    unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam

    suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari

    terjadinya kegoncangan dalam stabilisasi organisasi yang

    bersangkutan.

    4) Koalisi (Coalition), yaitu kombinasi antara dua ornagisasi atau

    lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Akan tetapi

    karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau

    beberapa tujuan bersama, maka sifatnya alaha kooperatif.

    5) Joint-ventrue, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-

    proyek tertentu, misalnya pemboran minyak, pertambangan

    batu bara, perfilman, perhotelan, dll.

    b. Akomodasi (Accomodation)

    Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk

    menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu

    proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan,

    berartiadanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi

    antara orang-peorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam

    kaitannya dengan normanorma sosial dan nilai-nilai sosial yang

    berlaku didalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi

    menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu

    pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.

    Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian

    yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu

    proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya

    dengan pengertian adaptasi (adaptation) yang dipergunakan oleh

    ahli-ahli biologi untuk menunjuk pada suatu proses dimana

  • makhluk-makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam

    sekitarnya.

    c. Asimilasi (Assimilation)

    Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia

    ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-

    perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-

    kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk

    mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental

    dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan

    bersama.

    2. Proses Disosiatif

    Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes,

    persis halnya dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap

    masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh

    kebudayaan dan system social masyarakat bersangkutan.

    a. Persaingan (competition)

    Adalah suatu proses social, di mana individu atau kelompok-

    kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui

    bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi

    pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok

    manusia) dengan cara menarik perhatian public atau dengan

    mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan

    ancaman atau kekerasan.

    b. Kontravensi (contravention)

    Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses

    social yang berada antara persaingan dan pertentangan atau

    pertikaian.

  • Jenis-jenis Interaksi Sosial

    Ada tiga jenis interaksi sosial, yaitu:

    1. Interaksi antara Individu dan Individu. Pada saat dua individu

    bertemu, interaksi sosial sudah mulai terjadi. Walaupun kedua

    individu itu tidak melakukan kegiatan apa-apa, namun sebenarnya

    interaksi sosial telah terjadi apabila masing-masing pihak sadar akan

    adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan dalam diri masing-

    masing. Hal ini sangat dimungkinkan oleh faktor-faktor tertentu,

    seperti bau minyak wangi atau bau keringat yang menyengat, bunyi

    sepatu ketika sedang berjalan dan hal lain yang bisa mengundang reaksi

    orang lain.

    2. Interaksi antara Kelompok dan Kelompok. Interaksi jenis ini terjadi

    pada kelompok sebagai satu kesatuan bukan sebagai pribadi-pribadi

    anggota kelompok yang bersangkutan. Contohnya, permusuhan

    antara Indonesia dengan Belanda pada zaman perang fisik.

    3. Interaksi antara Individu dan Kelompok. Bentuk interaksi di sini

    berbedabeda sesuai dengan keadaan. Interaksi tersebut lebih

    mencolok manakala terjadi perbenturan antara kepentingan

    perorangan dan kepentingan kelompok.

    Ciri-ciri Interaksi Sosial

    Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang

    2. Ada komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol

    3. Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa

    mendatang) yang menentukan sifat aksi yang sedan berlangsung

    4. Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama tidaknya tujuan

    tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamat.

    Tidak semua tindakan merupakan interaksi. Hakikat interaksi

    terletak pada kesadaran mengarahkan tindakan pada orang lain. Harus

    ada orientasi timbal-balik antara pihak-pihak yang bersangkutan, tanpa

    menghiraukan isi perbuatannya.

  • B. Metode CWPT

    Menurut Hall dan Stegila (2003) guru selalu dihadapkan pada

    tantangan mengajar dengan berbagai kemampuan dan karakteristik siswa

    dalam suatu kelas. Salah satu cara untuk menghadapi tantangan tersebut

    adalah dengan penerapan Peer-Mediated Instruction and Intervebtion

    (PMII). PMII merupakan alternative penyelesaian permasalahan kelas yang

    dalam pelaksanaannya siswa bertugas untuk mengajar teman sekelasnya

    atau satu sama lain. Strategi ini merupakan salah satu pembelajaran

    kooperatif dalam kelompok kecil dimana siswa bekerja secara berpasangan.

    PMII terdiri dari tiga metode yaitu Reverse-Role Tutoring, Cross-Age

    Tutoring dan Class-Wide Peer Tutoring (CWPT).

    Salah satu metode dari PMII yang sering digunakan adalah CWPT.

    Menurut Greenwood, Delquadri & Hall (1988) dalam Slavin (2009:26)

    Class-Wide Peer Tutoring (Pengajaran Berpasangan Seluruh Kelas)

    merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang sejak lama

    digunakan di dalam kelas. Menurut Terry (tanpa tahun) CWPT adalah suatu

    mengajar timbal balik oleh teman sebaya dengan penguatan kelompok

    dimana seluruh siswa di kelas dapat aktif dalam proses pembelajaran.

    Latihan yang digunakan dalam CWPT berdasarkan kemampuan akademis

    secara simultan, sistematis dan menyenangkan.

    Beberapa ciri CWPT berdasarkan Hall dan Stegila (2003) yaitu

    semua pasangan (tim) dibentuk di dalam kelas, prosedur pengajaran yang

    sangat terstruktur, adanya pengumpulan poin harian/pengumpulan poin dari

    anggota, dan praktek langsung keterampilan akademis.

    Pembelajaran dengan tutor teman sebaya merupakan strategi

    pembelajaran aktif yang efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep

    Biologi siswa selama siswa dilibatkan secara langsung di dalam pengajaran

  • materi khusus (Tessier, 2004). Selain itu, Du Paul (1998) menyatakan,

    CWPT membantu guru memastikan bahwa:

    a. Siswa mempunyai seseorang yang mendampingi mereka secara pribadi

    untuk menjelaskan pelajaran dengan cara yang paling tepat untuk

    mereka (tidak terlalu cepat maupun terlalu lambat).

    b. Siswa mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk membicarakan

    dan berlatih sesuatu yang mereka pelajari.

    c. Siswa mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bertanya ketika

    mereka bingung tanpa merasa takut dipermalukan di depan kelas.

    d. Siswa mempunyai seseorang yang dapat memberitahu kebenaran

    jawaban mereka.

    e. Siswa mempunyai seseorang yang dapat memberitahu dan mendorong

    menyelesaaikan tugas.

    Du Paul (1998) menambahkan bahwa Class-Wide Peer Tutoring

    merupakan suatu cara bagi semua siswa untuk mendapat bantuan satu per

    satu dan mendapat cukup waktu untuk belajar dan berlatih. Pada penerapan

    CWPT, masing-masing siswa akan mendapat partner yang dapat membantu

    siswa belajar, sehingga guru tidak perlu merasa khawatir bahwa mereka

    tidak dapat memberi perhatian pada semua siswa yang ada di kelas.

    Pelaksanaan Pembelajaran Metode CWPT

    Pembelajaran dengan metode CWPT dilakukan berdasarkan format

    permainan basket, yaitu dengan membagi siswa yang ada di kelas menjadi

    dua tim sama besar yang akan bersaing menjadi tim pemenang dengan

    mengumpulkan poin terbanyak selama proses pembelajaran. Selanjutnya

    Fulk dan King (2001:50) mengungkapkan bahwa setiap siswaa pada

    masing-masing tim tersebut selanjutnya dipasang-pasangkan. Salah satu

    siswa dalam setiap pasangan berperan sebagai tutor (guru) yang

    menyediakan stimulus bagi siswa lain. Sedangkan, siswa lain dalam

  • pasangan tersebut berperan sebagai siswa yang belajar (tutee) dengan

    merespon tutor secara oral maupun tertulis.

    Prosedur pelaksanaan CWPT menurut Greenwood, et al (1988)

    adalah seluruh siswa di kelas dibagi menjadi dua kelompok yang

    sebelumnya telah dipasang-pasangkan menjadi tutor dan tutee yang duduk

    berdekatan, tutor telah dilengkapi dengan naskah berisi materi akademik

    sesuai dengan konten yang akan diajarkan. Jika jumlah siswa yang

    dipasangkan tidak genap dapat dibentuk kelompok yang beranggotakan tiga

    siswa. Selanjutnya, tutor mengajarkan satu bagian dari naskah kepada tutee

    dalam waktu tertentu, tutee merespon secara oral bagian yang diajarkan.

    Tutor melakukan perhitungan poin berdasarkan jawaban yang diberikan

    tutee. Kedua siswa bertukar peran saat waktu yang telah ditentukan sudah

    habis. Siswa yang berperan sebagai tutor/tutee sekarang diajar oleh siswa

    yang berperan sebagai tutee/tutor dalam waktu yang sama. Pada setiap

    waktu tutoring guru mencatat perolehan poin setiap siswa. Selanjutnya, guru

    menjumlahkan seluruh perolehan poin yang dihasilkan oleh masing-masing

    tim. Tim dengan perolehan poin terbanyak diumumkan sebagai tim

    pemenang dan diberikan penghargaan oleh anggota dari tim lain. Setiap

    siswa melaksanakan perannya (sebagai tutor ataupun tutee) dalam waktu

    tertentu. Apabila waktu tersebut telah berakhir, maaka siswa bertukar peran,

    sehingga tutor sekarang menjadi tutee dan sebaliknya. Pada akhir sesi

    tutoring, poin dikumpulkan dari semua anggota kedua tim dan dijumlahkan

    bersama untuk menentukan tim pemenang pada hari tersebut.

    Kelebihan dan Kekurangan Metode CWPT

    Menurut Nobel (2005:299-31) CWPT memiliki kelebihan yaitu:

    a. Pelaksanaannya mudah

    CWPT merupakan metode yang fleksibel yang dapat diaplikasikan dari

    tingkat sekolah umum hingga sekolah dengan siswa yang berkebutuhan

    khusus.

    b. Bermanfaat untuk tutor maupun tutee

  • Tutor dan tutee mendapatkan manfaat dari penggunaan metode CWPT.

    Dalam system pengajaran CWPT yang berulang, kedua siswa baik tutor

    maupun tutee menunjukkan peningkatan penguasaan materi. CWPT

    juga mampu memperbaiki self-concept, sikap di sekolah dan

    meningkatkan rasa nasionalisme.

    c. Pengajaran secara personal

    CWPT dapat mengefisiensikan waktu mengajar karena setiap siswa

    diharuskan berperan sebagai tutor dan tutee dan melakukan pengajaran

    secara personal.

    d. Meningkatkan prestasi akademik

    CWPT merupakan cara yang efektif untuk mengajar siswa dengan

    berbagai tingkatan dengan materi yang bervariasi.

    e. Meningkatkan kesempatan memberikan tanggapan

    Terdapat hubungan positif antara kesempatan memberikan tanggapan,

    tanggapan aktif siswa dan perbaikan akademik. Kesempatan

    memberikan tanggapan merupakan interaksi antara pengajaran langsung

    dari guru dan tanggapan siswa.

    C. Hakikat IPA Biologi dan Pengajarannya

    Sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan y ang diperoleh

    tidak hanya produk saja, akan tetapi juga mencakup pengetahaun

    seperti keterampilan keingintahuan, keteguhan hati, dan juga

    keterampilan dalam hal melakukan peny elidikan ilmiah.

    Para ilmuwan IPA dalam mempelajari gejala alam, menggunakan

    proses dan sikap ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui

    pengamatan, eksperimen, dan analisis y ang bersifat rasional. Sedang

    sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur dalam mengumpulkan data

    yang diperoleh. Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah itu

    saintis memperoleh penemuan-penemuan atau produk yang berupa fakta,

    konsep, prinsip, dan teori. Carin (1993) menyatakan bahwa IPA sebagai

  • produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum, dan

    teori IPA. Jadi pada hakikatny a IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu

    sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa

    IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai

    macam fakta yang dihafal, IPA juga merupakan kegiatan atau proses

    aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala -gejala alam yang

    belum dapat direnungkan. IPA menggunakan apa yang telah diketahui

    sebagai batu loncatan untuk memahami apa y ang belum diketahui.

    Suatu masalah IPA yang telah dirumuskan dan kemudian berhasil

    dipecahkan akan memungkinkan IPA untuk berkembang secara dinamis.

    Akibatnya kumpulan pengetahuan sebagai produk juga bertambah.

    Biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam

    memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah biologi di alam

    sekitar melalui proses dan sikap ilmiah. Sebagai cabang IPA, maka

    dalam pembelajaran biologi berpatokan pada pembelajaran IPA seperti

    yang tertuang dalam kurikulum 1994, yaitu pembelajaran yang

    berorientasi pada hakikat IPA yang meliputi produk, proses, dan sikap

    ilmiah melalui keterampilan proses.Berdasarkan uraian di atas jelas

    bahwa pembelajaran IPA biologi lebih menekankan pada pendekatan

    keterampilan proses sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun

    konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah di pihak siswa yang dapat

    berpengaruh positif terhadap kualitas maupun produk pendidikan.

    Pembelajaran biologi selama ini lebih banyak menghafalkan fakta,

    prinsip, dan teori saja. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu

    dikembangkan strategi pembelajaran biologi yang dapat melibatkan

    siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan dan

    menerapkan ide -ide mereka.

    Pengertian Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran y

    ang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif

  • merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota

    kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

    menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok

    harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi

    pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum

    selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan

    pelajaran.

    Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai

    berikut (Lungdren, 1994).

    a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau

    berenang bersama.

    b. Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau

    peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab

    terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi

    c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki

    tujuan yang sama.

    d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para

    anggota kelompok.

    e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan y ang akan

    ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

    f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

    keterampilan bekerja sama selama belajar.

    g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

    materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

    Menurut Thompson, et al. (1995), pembelajaran kooperatif turut

    menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di

    dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-

    kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun

    dalam kelompok y ang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan

    kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri

    dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini

  • bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja

    dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

    Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan

    khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya,

    seperti menjadi pendengar y ang baik, siswa diberi lembar kegiatan

    yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.

    Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai

    ketuntasan (Slavin, 1995).

    Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

    Beberapa ciri dari pembelajaran kooepratif adalah; (a) setiap

    anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara

    siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya

    dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu

    mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, (e)

    guru hany a berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Carin, 1993).

    Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran

    kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu

    penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan

    yang sama untuk berhasil.

    a. Penghargaan kelompok

    Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk

    memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh

    jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan.

    Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai

    anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal y ang

    saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.

    b. Pertanggungjawaban individu

  • Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari

    semua anggota kelompok. Pertanggung jawaban tersebut

    menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling

    membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu

    juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan

    tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman

    sekelompoknya.

    c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

    Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang

    mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang

    diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode

    skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau

    tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan

    melakukan y ang terbaik bagi kelompoknya.

    B. Kerangka Berpikir

    Permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran biologi di

    kelas X SMA 2 Karangpandan adalah rendahnya keaktifan siswa dalam

    proses pembelajaran. Keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan

    berkomunikasi dalam pembelajaran yang tampak dari kurangnya partisipasi

    siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat dan menanggapi

    pendapat selama proses pembelajaran berlangsung. Perkiraan yang

    menyebabkan permasalahan adalah metode dan sumber pembelajaran yang

    digunakan belum mampu melibatkan keaktifan berkomunikasi siswaa secara

    menyeluruh.

    Berhubungan dengan masalah tersebut, perlu dilakukan inovasi yang

    dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Salah satu cara yang

    ditempuh adalah dengan menggunakan model CWPT. CWPT adalah saalah

    satu metode dalam pembelajaran kooperatif, dimana proses pembelajaran

    lebih menekankan pada partisipasi siswa dan keaktifan siswa dalam

    pembelajaran. Pelaksanaan metode ini menambah keberanian dan

  • kepercayaan diri siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya sehingga

    dapat meningkatkan keaktifan berkomunikasi dalam pembelajaran biologi.

    Penggunaan metode CWPT dilengkapi dengan penggunaan sumber belajar

    yang relevan, menarik dan memungkinkan siswa untuk dapat belajar

    mandiri.

    Pembelajaran dapat menggunakan modul yang memungkinkan siswa

    untuk dapat mempelajari sendiri materi yang akan dibahas dengan

    seminimal mungkin bantuan dari orang lain. Modul dapat berupa hasil

    penelitian yang menjadi materi pembelajaran. Hasil penelitian di

    laboratorium tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk modul yang

    digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran biologi untuk

    menunjang materi pada pokok bahasan pencemaran.

    Penerapan model CWPT disertai modul hasil penelitian diharapkan

    dapat meningkatkan keaktifan berkomunikasi siswa dalam pembelajaran

    biologi pada pokok bahasan pencemaran kelas X SMA 2 Karangpandan.

    Alur kerangka berpikir dalam melaksanakan kegiatan penelitian secara

    sederhana dapat digambarkan pada skema dibawah ini:

  • Masalah

    - Siswa kurang aktif dalam

    proses pembelajaran

    - Keaktifan berkomunikasi siswa

    kurang

    - Kurangnya pemahaman siswa

    terhadap materi biologi

    Permasalahan pembelajaran:

    - Metode pembelajaran yang

    digunakan belum berpusat pada

    aktivitas siswa

    - Sumber belajar masih berupa

    buku teks yang belum mampu

    meningkatkan keaktifan siswa.

    - Interaksi dan keaktifan

    berkomunikasi siswa masih

    rendah

    Strategi penelitian

    Penerapan Model CWPT

    - Siswa aktif dalam pembelajaran

    - Siswa saling berbagi pengetahuan

    Pembelajaran dengan kegiatan

    tutoring menggunakan modul

    pembelajaran hasil penelitian.

    Menggunakan pengetahuan untuk

    menyelesaikan permasalahan dalam

    kehidupan sehari-hari

    CWPT : memungkinkan siswa untuk berpendapat, bertanya, menjawab pertanyaan dan

    menanggapi pendapat.

    Modul : memungkinkan siswaa belajar mandiri dan lebih menguasaai materi.

    Target:

    Keaktifan berkomunikasi dan interaksi social siswa meningkat

  • C. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian yang relevan maka

    dalam penelitian ini dapat ditarik satu hipotesis penelitian yaitu ada

    pengaruh model pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring (CWPT) dalam

    meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan interaksi siswa pada

    pembelajaran biologi SMA 2 Karangpandan tahun pelajaran 2013/2014

    pada pokok bahasaan pencemaran lingkungan.

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA 2 Karangpandan pada kelas

    X semester 1 tahun pelajaran 2013/2014.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian penggunaan model CWPT dilakukan secara bertahap

    meliputi tahap persiapan, penelitian, dan penyelesaian. Perincian kegiatan

    penelitian seperti pada table 3.1

    Tahap Kegiatan

    penelitian

    Bulan ke (dalam tahun 2013-2014)

    10 11 12 01 02 03 04 05

    06

    Persiapan

    1. Permohonan

    pembimbing

    2. Survei

    sekolah

    3. Konsult

    asi judul

    4. Konsult

    asi draf

    proposal

    5. Konsultasi

    instrument

  • dan seminar

    proposal

    Pelaksanaan

    1. Ijin

    penelitian

    dan

    melengkapi

    instrument

    2. Try out

    instumen

    penelitian

    3. Pelaksanaanp

    enelitian dan

    konsultasi

    bab I, II, dan

    III

    Pengolahan

    data dan

    penyusunan

    laporan

    Pengolahan

    data hasil

    penelitian dan

    penyusunan

    laporan

    B. Rancangan

    Penelitian

    Berdasarkan tujuannya, penelitian termasuk dalam penelitian

    deskriptif kuantitatif yang bersifat eksperimen semu (Quasi experimental

    research). Metode ini digunakan karena banyak dari subjek penelitian yang

    tidak dapat dikontrol atau dikendalikan (Darmadi, 2011). Karena

    keterbatasan peneliti dalam mengontrol variabel bebas lain mungkin

    berpengaruh terhadap variabel terikat. Tujuan penelitian eksperimen semu

  • adalah mencari hubungan sebab-akibat memberi perlakuan-perlakuan

    tertentu pada dua kelompok eksperimen.

    Penerapan pembelajaran dengan metode CWPT dapat diuraikan

    sebagai berikut:

    a) Membagi

    seluruh siswa di kelas menjadi dua tim besar.

    b) Memasangk

    an seluruh siswa dalam setiap tim menjadi pasangan tutor dan tutee.

    c) Siswa

    dalam satu pasangan mendapatkan modul yang berbeda untuk dipelajari

    dengan materi pelajaran yang berbeda tetapi masih dalam satu topic

    yaitu pencemaran lingkungan. Misalnya, di pertemuan pertama

    diberikan modul ciri-ciri lingkungan tercemar, factor-faktor

    penyebabnya sedangkan di pertemuan kedua modul tentang cara

    penanggulangan dan usaha-usaha pelestarian lingkungan.

    d) Tutor dan

    tutee melaksanakan kegiatan tutoring. Kegiatan tersebut dilakukan

    dengan dua sesi dimana siswa saling bertukar peran menjadi tutor dan

    tutee. Pada setiap akhir tutoring dilakukan perhitungan poin.

    e) Memantau

    kegiatan tutoring yang dilakukan tutor dan tutee di dalam kelas.

    f) Menghitung

    perolehan total poin masing-masing kelompok

    g) Menganalisi

    s dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

    Rancangan penelitian ini adalah Posttest Only Nonequivalent

    Control Group Design. Karakteristiknya adalah setelah melakukan

    perlakuan pada salah satu kelompok ekperimental, peneliti memilih satu

    kelompok perbandingan kemudian dilakukan posttest pada kelompok

    eksperimental dan kelompok perbandingan yang sudah dipilih sebelumnya

    (Creswell, 2010). Kelas pertama yang terpilih digunakan sebagai kelas

  • perbandingan sedangkan kelas kedua sebagai kelas eksperimen. Pemilihan

    dua kelas dalam penelitian digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel

    bebas terhadap variabel terikatnya. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan

    baru berupa penerapan model pembelajaran CWPT dan untuk kelas

    perbandingan tidak diberi perlakuan atau tetap menggunakan model

    pembelajaran konvensional berupa ceramah. Selanjutnya kedua kelompok

    tersebut diberi posttest. Data primer yang terkumpul kemudian diolah dan

    dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan

    berkomunikasi dan interaksi social model pembelajaran CWPT dengan

    pembelajaran konvensional siswa kelas X IPA SMA 2 Karangpandan.

    Tabel 3.2. Rancangan Penelitian Posttest Only Nonequivalent Control Group

    Design

    Kelompok Treatment Posttest

    Kontrol X1 O1

    Eksperimen X2 O2

    Keterangan:

    X1 = Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen model

    pembelajaran konvensional

    X2 = Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen model

    pembelajaran CWPT

    O1 = Tes akhir yang diberikan kepada kelompok kontrol.

    O2 = Tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen.

    Keterkaitan antara variabel bebas yang berupa model pembelajaran

    CWPT

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

    objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

    tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik

  • kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini

    adalah seluruh siswa kelas X IPA SMA 2 Karangpandan tahun

    pelajaran 2013/2014.

    2. Sampel

    Pengambilan sampel dilakukan karena keterbatasan peneliti

    dalam penelitian yang tidak mampu memberi perlakuan terhadap

    seluruh populasi, sehingga hanya mengambil sebagian dari populasi

    sebagai saampel yang dapat mewakili seluruh populasi. Sampel yang

    diambil dari populasi tersebut harus bersifat representative agar

    penarikan kesimpulan dapat diberlakukan untuk populasi. Sampel

    dalam penelitian adalah dua kelas yang ada di kelas X IPA SMA 2

    Karangpandan yaitu satu sebagai kelas control dan lainnya sebagai

    kelas ekperimen.

    D. Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    sampling klaster (cluster sampling) dimana unit sampelnya berupa

    kumpulan atau kelompok (cluster) unit observasi. Kelompok sampel dalam

    populasi penelitian ini adalah kelas X. Tiap kelas berpeluang sama sebagai

    sampel kemudian dua kelas terpilih sebagai kelas kontrol dan kelas

    eksperimen. Sebelum pengambilan sampel dilakukan, terlebih dahulu

    dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah sampel memiliki

    karakteristik yang sama dalam rata-rata nilai hasil belajar agar sampel

    termasuk kelas yang homogen. Pengujian dilakukan dengan cara menguji

    data sekunder berupa dokumen hasil belajar biologi. Melalui teknik

    pengambilan sampling ini akan diambil dua kelas dari sepuluh kelas yang

    ada.

    E. Pengumpulan Data

    1. Variabel Penelitian

    Pada penelitian ini terdapat satu variabel bebas dan variabel terikat.

    Variabel penelitian disajikan pada table 3.3 sebagai berikut:

  • No Variabel Indikator Jenis

    data

    Sumber

    Data

    Instrumen

    1. Variabel

    Bebas

    Penggunaan

    model

    pembelajaran

    CWPT

    Keterlaksanaan

    Sintak

    Nominal Observer Lembar

    Observasi

    2. Kemampuan

    berkomunikasi

    dan interaksi

    sosial

    Partisipasi Siswa

    Dalam Diskusi

    Ordinal Siswa Lembar

    Observasi

    dan tes

    Partisipasi Siswa

    dalam kerja

    Kelompok/proyek

    Frekuensi siswa

    bertanya tentang

    materi Biologi

    Frekuensi siswa

    menjawab

    pertanyaan guru

    dengan berbagai

    jawaban yang

    bervariasi

    Frekuensi siswa

    mengemukakan

    pendapat

    2. Teknik Pengumpulan Data

  • Data penelitian penggunaan model CWPT melalui observasi,

    angket, wawancara,dan teknik dokumentasi yang secara lengkap diuraikan

    sebagai berikut:

    a. Observasi

    Observasi dilaksanakan dengan panduan pengamatan melalui lembar

    observasi (LO). Metode observasi pada penelitian dengan menggunakan

    LO berfungsi untuk mengontrol keterlaksanaan sintaks model

    pembelajaran CWPT.

    b. Angket (Teknik Kuisioner)

    Teknik angket digunakan sebagai data untuk mengetahui respon siswa

    terhadap pembelajaran CWPT secara subjektif. Angket merupakan

    teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

    kepada responden (Sugiyono, 2012). Penyusunan instrument angket

    berdasarkan indicator yang telah ditetapkan sebelumnya. Responden

    diminta untuk memilih jawaban yang sesuai dengan keadaan yang

    dialami dirinya dengan cara memberi tanda silang (X) atau checklist.

    c. Wawancara

    Wawancara dilakukan di setiap siklus setelah proses pembelajaran

    berlangsung. Narasumber dalam wawancara adalah guru dan siswa kelas

    X IPA SMA 2 Karangpandan. Wawaancara dengan narasumber siswa

    dilakukan dengan mewawancarai beberapa siswa yang dianggap

    mewaakili siswa kelas X IPA SMA 2 Karangpandan. Materi wawancara

    yang diberikan berkaitan dengan indicator-indikator keaktifan

    berkomunikasi siswa.

    d. Teknik dokumentasi

    Teknik dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data dari sekolah

    yang akan digunakan sebagai pembagian kelompok sesuai dengan

    model CWPT. Data yang akan digunakan adalah nilai ulangan harian

    siswa. Menurut Rahman (1993) metode ini berfungsi untuk

    menghimpun secara selektif bahan-bahan yang dipergunakan di dalam

    kerangka atau landasan teori, penyusunan hipotesis secara tajam

    (Margono, 2010).

  • DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, S. 1991. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

    Aksara.

    Baroody, Arthur J. (1993). Problem Solving, Reasoning, And

    Communicating (K-8). New York: Macmillan Publishing

    Company.

    Carin, A. 1993. Teaching Modern Science. New York: Macmillan

    Publishing Company .

    Cangara, Hafied.2002.Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta :

    PT.RajaGrafindo Persada

    Creswell, J.W. 2010. Research Design. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

    Fisher, A. Aubrey, Teori-teori Komunikasi, 1978. Penyunting:

    Jalaluddin Rakmat, penerjemah: Soejono Trimo, MLS. Remaja

    Rosdakarya, Bandung.

    Herdian. (2010). Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. [Online]. Tersedia

    :http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-

    berfikir-kreatif-siswa/

    Lungdren, L. 1994. Cooperative Learning in The Science Classroom.

    New York: McGraw Hill Companies

    Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka

    Cipta

  • Purwanti, Desy. (2011). Penggunaan Metode Class-Wide Peer

    Tutoring (CWPT) disertai Modul Hasil Penelitian untuk

    Meningkatkan Keaktifan Berkomunikasi pada Pokok Bahasan

    Limbah Siswa Kelas X.5 SMA Al Islam 1 Surakarta.

    Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret,

    Surakarta.

    Rustaman, N.Y. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang:

    Universitas Negri Malang.

    Slavin. 1995. Cooperative Learning Theory. Second Edition.

    Massachusetts: Ally n and Bacon Publisher.

    Slavin. 1994. Educational Psychology, Theory and Practice.

    Needham Heights: Ally n & Bacon.

    Sugiyono. 2012. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.

    Bandung: Nusa Media

    Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran

    Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.

    Soekanto, Soerjono.2010. Sosiologi Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo

    Persada, Jakarta

    Thompson et al., 1994 Thompson, J. D., Higgins, D. G. & Gibson, T. J.

    (1994). CLUSTAL W: improving the sensitivity of progressive

    multiple sequence alignment through sequence weighting,

    positions-specific gap penalties and weight matrix choice. Nuc.

    Ac. Res. 22, 4673-4680.

    Thompson, M., McLaughlin, C.W. , & Smith, R.G. 1995. Merril

    Physical Science Teacher. Wraparound Edition. New York:

    Glencoe McGraw Hil

    Watson, S. B. 1994. Cooperative learning ang group educational

    modules: Effects on cognitive achievement oh High School

    Biology Students. Journal of Research in Science Teaching.

    Volume 28 Nomer 2 pp. 141-146.

  • Woolfolk, A. 1993. Educational Psychology. Fifth Edition. Needham

    Height: Ally n and Bacon Publishers.