uji wilcoxon match pairs
DESCRIPTION
qweTRANSCRIPT
Untuk pasangan data lebih besar dari 25 (n > 25), pengujiannya menggunakan nilai Z, yaitu :
Langkah-langkah pengujiannya sama dengan langkah-langkah pengujian sebelumnya, menggunakan distribusi Z.
Pengujian-pengujian rank sangan kuat, oleh karenanya sangat populer. Pengujian-pengujian ini ditemukan oleh Mann-Whitney yang konsep-konsep dasarnya telah kita uraikan dimuka. Pengembangan dan penyederhanaan dari pengujian dengan konsep-konsep tersebut dinamakan Pengujiaan Rank Wilcoxon. Pengujian ini untuk dua sampel yang independen. Jumlah rank Wilcoxon (W) didefinisikan sebagai jumlah dari semua rank yang ada pada sampel yang lebih kecil (atau terkecil) setelah dilakukan ranking secara keseluruhan. Jika besar sampel pertama (n1) lebih kecil dari sampel yang lain, nilai W yang diharapkan, E(W), dan kesalahan, SE, standard dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut (Subiyakto, 1994) :
Nilai statistik Z sampel :
Untuk menguji hipotesis bahwa µ = µ0 bagi populasi setangkup yang kotinu atau µ1 = µ2 bagi dua populasi setangkup yang kontinu dengan uji peringkat bertanda Wilcoxon, pertama-tama kita harus membuang semua selisih yang sama dengan nol, dan kemudian memberi peringkat pada di yang tidak sama dengan nol tanpa memperhatikan tandanya. Peringkat 1 diberikan pada di dengan nilai absolut terkecil, peringkat dua pada terkecil berikutnya, dan demikian seterusnya. Bila ada dua atau lebih di yang nilainya mutlak sama, berikan kepada masing-masing selisih itu peringkat rata-ratanya. Misalnya bila selisih yang ke-5 dan ke-6 sama nilai mutlaknya, maka berikan pada keduanya peringkat 5,5. Seandainya hipotesis µ = µ0 atau µ1 = µ2 benar, maka jumlah total peringkat bagi selisih yang positif hampir sama dengan jumlah total peringkat bagi selisih yang negatif. Kita misalkan kedua total itu dengan w+ dan w-, selanjutnya kita definnisan w sebagai yang terkecil diantara w+ dan w- (Walpole, 1994).
Bila contoh itu diambil berulang-ulang, kita dapat membayangkan bahwa w+ dan w- , dan juga w, bervariasi. Jadi kita dapat memandang w+, w- dan w sebagai nilai peubah acak W+,W-, dan W. Hipotesis nol µ = µ0 atau (µ1 = µ2) akan ditolak dan alternatifnya µ < µ0
(atau µ1 < µ2) akan diterima hanya bila w+ besar dan w- kecil. Bila alternatifnya dua arah, kita tolak H0 dan terima H1 bila w+ atau w- yang berarti juga w cukup kecil (Walpole, 1994).
sedangkan rumus uji Wilcoxon yang digunakan apabila
sampel lebih besar dari 25 menurut Riwidikdo (2007, pp. 70-71)
adalah:
Penggunaan Tabel Distribusi(Tabel z : Distribusi Normal Baku)
Standard Deviasi (SD)
- 3 SD - 2 SD - 1 SD Mean + 1 SD + 2 SD - 3 SD
Kurve normal dari suatu distribusi normal adalah kurve simetri. Oleh sebab itu tiap-tiap ordinat yang didirikan di atas titik + 1 SD dan – 1 SD akan sama tingginya. Demikian juga ordinat-ordinat yang didirikan di atas titik + 2 SD dan – 2 SD, dan di atas – 3 SD dan + 3 SD. Ordinat-ordinat ini mewakili banyaknya frekwensi variable pada titik-titik itu.
2.1 Uji Wilcoxon
Uji jenjang bertanda Wilcoxon yang diperkenalkan oleh Frank Wilcoxon dalam
tahun 1945 merupakan penyempurnaan dari “Uji Tanda” yakni di samping
memperhatikan tanda positif dan negatif, besarnya perbedaan juga diperhatikan. Uji
ini digunakan untuk menguji kondisi (variabel) pada sampel yang berpasangan
dengan skor data yang minimal berskala ordinal atau juga untuk penelitian dengan
data sebelum dan sesudah. Anggapan yang diperlukan dalam penggunaan uji bertanda
Wilcoxon adalah bahwa pasangan data diambil secara acak dan tiap-tiap perbedaan
antara pasangan skor (d i ) (distribusi populasi) yang simetris (Djarwanto, 1996).
Asumsi-asumsi uji ini adalah :
a. Data untuk analisis terdiri atas n buah beda D i = Y i – X i . Setiap pasangan hasil
pengukuran (X i , Y i ) diperoleh dari pengamatan terhadap subjek yang sama
atau terhadap subjek-subjek yang telah dijodohkan menurut suatu variabel atau
lebih. Pasangan-pasangan (X i , Y i ) dalam sampel ini diperoleh secara acak.
b. Selisih variabel (Y i – X i ) mewakili hasil-hasil pengamatan terhadap suatu
variabel acak yang kontinu.
c. Distribusi populasi (d i ) tersebut setangkup (simetri).
Hipotesis nihil (H 0 ) yang akan diuji mengatakan bahwa dua populasi identik.
Apabila H 0 benar dapatlah diharapkan bahwa jumlah jenjang yang bertanda positif
kira-kira akan seimbang dengan jumlah jenjang yang bertanda negatif. Jika dua
Universitas Sumatera Utara
jumlah jenjang tersebut sangat berbeda antara yang satu dengan yang lain dapatlah
disimpulkan bahwa dua populasi itu tidak identik, dan dengan demikian kita menolak
H 0 . Dengan perkataan lain H 0 ditolak jika salah satu jumlah jenjang positif atau
negatif sangat kecil (Djarwanto, 1996).
Uji jenjang bertanda Wilcoxon dapat didasarkan pada sampel kecil (n ≤ 25) atau
didasarkan pada sampel besar (n ≥ 25). Untuk sampel kecil, pengujian didasarkan
pada nilai T. Nilai T adalah jumlah yang lebih kecil antara jumlah jenjang positif
dengan jumlah jejang negatif. Nilai T dapat dilihat pada tabel harga kritis T dalam tes
ranking bertanda data berpasangan Wilcoxon dengan taraf signifikasi 0.05, 0.02, dan
0.01 untuk pengujian satu sisi atau dua sisi. Untuk sampel besar, pengujiannya
dilakukan dengan pendekatan distribusi normal, dimana mean dan standar deviasi
dari distribusi sampling nilai T dihitung dengan rumus (Djarwanto, 1996):
Mean =
4
) 1 ( +
=
n n
T
µ
Standar Deviasi :
24
) 1 2 )( 1 ( + +
=
n n n
T
σ
Harga uji statistik Z =
T
T
T
σ
µ −
Z =
24
) 1 2 )( 1 (
4
) 1 (
+ +
+ −
n n n
n n T
Universitas Sumatera Utara
Langkah- langkah untuk uji jenjang bertanda Wilcoxon diringkaskan sebagai
berikut : (Djarwanto, 1996)
1. Untuk setiap pasangan skor hitunglah beda atau selisihnya (d i ). Beda ini bisa
positif dan bisa negatif.
2. Berikan jenjang harga-harga d i tanpa memperhatikan tandanya, dari yang
terkecil sampai yang terbesar. Bila ada harga-harga d yang sama maka
hitunglah jenjang rata-ratanya.
3. Bubuhkan tanda positif atau negatif pada jenjang untuk tiap-tiap beda sesuai
dengan tanda dari beda itu. Beda 0 tidak diperhatikan. Bila terdapat beda 0,
tetapkan kembali n yaitu banyak total harga d yang memiliki tanda.
4. Tetapkan nilai T yaitu jumlah yang lebih kecil dari dua kelompok jejang
yang memiliki tanda yang sama, positif atau negatif.
5. Prosedur yang digunakan dalam menetapkan signifikansi harga T sampel,
tergantung pada besarnya n :
a. Apabila n ≤ 25, tabel harga-harga nilai kritis T menyajikan harga-
harga T untuk berbagai ukuran n (n ≤ 25). Jika harga T observasi <
nilai T tabel maka H nol ditolak.
b. Apabila n > 25, harga H 0 diuji dengan menggunakan pendekatan kurve
normal.
STATISTIKABiologi, Pertanian, dan Sains
« Tabel r
Uji r »
UJI Z
Pendahuluan
Uji Z adalah salah satu uji statistika yang pengujian hipotesisnya didekati dengan distribusi normal. Menurut teori limit terpusat, data dengan ukuran sampel yang besar akan berdistribusi normal. Oleh karena itu, uji Z dapat digunakan utuk menguji data yang sampelnya berukuran besar. Jumlah sampel 30 atau lebih dianggap sampel berukuran besar. Selain itu, uji Z ini dipakai untuk menganalisis data yang varians populasinya diketahui. Namun, bila varians populasi tidak diketahui, maka varians dari sampel dapat digunakan sebagai penggantinya.
Kriteria Penggunaan uji Z
1. Data berdistribusi normal
2. Variance (σ2) diketahui
3. Ukuran sampel (n) besar, ≥ 30
4. Digunakan hanya untuk membandingkan 2 buah observasi.
Contoh Penggunaan Uji Z
1. Uji-Z dua pihak
Contoh kasus
Sebuah pabrik pembuat bola lampu pijar merek A menyatakan bahwa produknya tahan dipakai selama 800 jam, dengan standar deviasi 60 jam. Untuk mengujinya, diambil sampel sebanyak 50 bola lampu, ternyata diperoleh bahwa rata-rata ketahanan bola lampu pijar tersebut adalah 792 jam. Pertanyaannya, apakah kualitas bola lampu tersebut sebaik yang dinyatakan pabriknya atau sebaliknya?
Hipotesis
H0 : = μ (rata ketahanan bola lampu pijar tersebut sama dengan yang dinyatakan oleh pabriknya)
HA : ≠ μ (rata ketahanan bola lampu pijar tersebut tidak sama dengan yang dinyatakan oleh pabriknya)
Analisis
Nilai Ztabel dapat diperoleh dari Tabel 1. Dengan menggunakan Tabel 1, maka nilai Z0,025 adalah nilai pada perpotongan α baris 0,02 dengan α kolom 0,005, yaitu 1,96. Untuk diketahui bahwa nilai Zα adalah tetap dan tidak berubah-ubah, berapapun jumlah sampel. Nilai Z0,025 adalah 1,96 dan nilai Z0,05 adalah 1,645.
Tabel 1. Nilai Z dari luas di bawah kurva normal baku
α 0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0.008 0.009
0.00 3.090 2.878 2.748 2.652 2.576 2.512 2.457 2.409 2.366
0.01 2.326 2.290 2.257 2.226 2.197 2.170 2.144 2.120 2.097 2.075
0.02 2.054 2.034 2.014 1.995 1.977 1.960 1.943 1.927 1.911 1.896
0.03 1.881 1.866 1.852 1.838 1.825 1.812 1.799 1.787 1.774 1.762
0.04 1.751 1.739 1.728 1.717 1.706 1.695 1.685 1.675 1.665 1.655
0.05 1.645 1.635 1.626 1.616 1.607 1.598 1.589 1.580 1.572 1.563
0.06 1.555 1.546 1.538 1.530 1.522 1.514 1.506 1.499 1.491 1.483
0.07 1.476 1.468 1.461 1.454 1.447 1.440 1.433 1.426 1.419 1.412
0.08 1.405 1.398 1.392 1.385 1.379 1.372 1.366 1.359 1.353 1.347
0.09 1.341 1.335 1.329 1.323 1.317 1.311 1.305 1.299 1.293 1.287
0.10 1.282 1.276 1.270 1.265 1.259 1.254 1.248 1.243 1.237 1.232
Kriteria Pengambilan Kesimpulan
Jika |Zhit| < |Ztabel|, maka terima H0
Jika |Zhit| ≥ |Ztabel|, maka tolak H0 alias terima HA
Kesimpulan
Karena harga |Zhit| = 0,94 < harga |Ztabel | = 1,96, maka terima H0
Jadi, tidak ada perbedaan yang nyata antara kualitas bola lampu yang diteliti dengan kualitas bola lampu yang dinyatakan oleh pabriknya.
2. Uji Z satu pihak
Contoh kasus
Pupuk Urea mempunyai 2 bentuk, yaitu bentuk butiran dan bentuk tablet. Bentuk butiran lebih dulu ada sedangkan bentuk tablet adalah bentuk baru. Diketahui bahwa hasil gabah padi yang dipupuk dengan urea butiran rata-rata 4,0 t/ha. Seorang peneliti yakin bahwa urea tablet lebih baik daripada urea butiran. Kemudian ia melakukan penelitian dengan ulangan n=30 dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Hasil gabah padi dalam t/ha
4,0 5,0 6,0 4,2 3,8 6,5 4,3 4,8 4,6 4,1
4,9 5,2 5,7 3,9 4,0 5,8 6,2 6,4 5,4 4,6
5,1 4,8 4,6 4,2 4,7 5,4 5,2 5,8 3,9 4,7
Hipotesis
H0 : = (rata-rata hasil gabah padi yang dipupuk dengan pupuk urea tablet sama dengan padi yang dipupuk dengan urea butiran)
HA : > (rata-rata hasil gabah padi yang dipupuk dengan pupuk urea tablet lebih tinggi dari padi yang dipupuk dengan urea butiran)
Analisis
= 4,0 t/h
= 4,9 t/h
S = 0,78 digunakan sebagai estimasi σ
Zhit = (yt – yb)/(σ/√n) = (4,0 – 4,9)/(0,78/√30 = – 6,4286
Ztabel = Zα= Z0,05 = 1,645
Kriteria Pengambilan Kesimpulan
Jika |Zhit| < |Ztabel|, maka terima H0
Jika |Zhit| ≥ |Ztabel|, maka tolak H0 alias terima HA
Kesimpulan
Karena harga |Zhit| = 6,4286 > harga |Ztabel | = 1,645, maka tolak H0 alias terima HA
Jadi, rata-rata hasil gabah padi yang dipupuk dengan pupuk urea tablet nyata lebih tinggi dari padi yang dipupuk dengan urea