uji efek ekstrak etanol herba tapak liman...

76
UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN ( Elephantopus scaber L) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI KAFEINA Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Gelar Sarjana Farmasi (S.Far) OLEH : ABDUL ARIEF AZTER NIM : 105102003313 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M

Upload: lethuy

Post on 07-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN (Elephantopus

scaber L) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH

PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI KAFEINA

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Gelar Sarjana Farmasi (S.Far)

OLEH :

ABDUL ARIEF AZTER

NIM : 105102003313

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/ 2009 M

Page 2: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : ABDUL ARIEF AZTER

NIM : 105102003313

JUDUL : UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN

(Elephantopus scaber L) TERHADAP PENURUNAN KADAR

ASAM URAT DARAH PADA TIKUS PUTIH JANTAN

YANG DIINDUKSI KAFEINA

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. Drs. Ahmad Musir, M.Sc, Apt.

NIP : 1956010619851010001 NIP : 130811664

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt.

NIP : 1956010619851010001

Page 3: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

iii

Skripsi dengan judul

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN (Elephantopus

scaber L) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH

PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI KAFEINA

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh

ABDUL ARIEF AZTER

NIM : 105102003313

Pembimbing

Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. Drs. Ahmad Musir, M.Sc, Apt.

Pembimbing I Pembimbing II

Penguji

Nurmeilis, M.Si, Apt. Farida Sulistiawati, M.Si, Apt. Yardi, M.Si, Apt.

Penguji I Penguji II Penguji III

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt.

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. DR. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And.

Tanggal lulus : 15 September 2009

Page 4: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN

TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN.

JAKARTA, SEPTEMBER 2009

ABDUL ARIEF AZTER

NIM : 105102003313

Page 5: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

i

ABSTRAK

Judul : Uji Efek Ekstrak Etanol Herba Tapak Liman (Elephantopus scaber

L) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Pada Tikus

Putih Jantan Yang Diinduksi Kefeina

Herba tapak liman (Elephantopus scaber L) digunakan secara empiris

untuk menurunkan kadar asam urat darah. Penelitian ini dilakukan

untuk membuktikan bahwa ekstrak etanol herba tapak liman

(Elephantopus scaber L) yang diberikan pada tikus putih jantan yang

telah diinduksi kafeina dengan dosis 27 mg/200 g BB tikus dapat

menurunkan asam urat darah pada tikus. Pemberian ekstrak etanol

herba tapak liman (Elephantopus scaber L) diberikan dengan variasi

dosis yaitu dosis rendah = 175 mg/200 g BB tikus, dosis sedang = 350

mg/200 g BB tikus dan dosis tinggi = 700 mg/200 g BB tikus serta

alopurinol 36 mg/200 g BB tikus sebagai kontrol positif. Hasil kadar

asam urat darah setelah hari ke-15 menunjukkan bahwa dosis 350

mg/200 g BB tikus yang memberikan presentase penurunan asam urat

darah terbesar yaitu 43 %. Hasil analisa statistik hari ke-15 dengan uji

ANOVA satu arah dan BNT menunjukkan semua kelompok ekstrak uji

tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0.05) dengan kelompok

normal.

Kata kunci : ekstrak etanol, tapak liman (Elephantopus scaber L),

kafeina, asam urat.

Page 6: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

ii

ABSTRACT

Title : The Effect Ethanol Extract of Tapak Liman Herb (Elephantopus

scaber L) Test to Decrease Levels of Uric Acid Blood in White Male

Rat Induced by Caffeine

Tapak liman herb (Elephantopus scaber L) is used empirically to reduce

the blood uric acid levels. This research was conducted to prove that the

ethanol extract of tapak liman herb (Elephantopus scaber L) given to

white male rat that had been induced by caffeine 27 mg/200 g dose of

BB rats could lower blood uric acid in rats. Provision of ethanol extract

of tapak liman herb (Elephantopus scaber L) were given with dose

variations, they were low dose = 175 mg/200 g of BB rats, moderate

dose = 350 mg/200 g of BB rats and high dose = 700 mg/200 g of BB

rats and allopurinol 36 mg/200 g BB of rat as a positive control. The

results of blood uric acid levels after the 15th day showed that the dose

of 350 mg/200 g of BB rats that give a percentage decrease in blood

uric acid which was the largest 43%. The results of statistical analysis

of the 15th

day with a one-way ANOVA test and the BNT showed all

the extracts tested had no significant differences (p ≥ 0.05) with the

normal group that.

Keywords : ethanol extract, tapak liman herb (Elephantopus scaber L),

caffeine, uric acid.

Page 7: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW karena dengan segala rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan

judul “Uji Efek Ekstrak Etanol Herba Tapak Liman (Elephantopus scaber L)

Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Tikus Putih Jantan Yang

Diinduksi Kefeina”. Penyusunan skripsi ini dapat selesai tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan kali ini kami dengan segala

kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Kedua orang tua saya yaitu Bapak Asterman dan Ibu Zulhasnatety serta

adik-adik saya yaitu Nur’aini Suci Fauziah dan Ahmad Akbar Azter yang

selalu memberikan dorongan moril, materil dan spiritual hingga selesainya

skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. DR. (hc). dr. M. K. Tadjudin Sp.And. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. M. Yanis Musdja M.Sc, Apt. dan Bapak Drs. Ahmad Musir

M.Sc, Apt. yang memberikan mendampingi dan memberi dukungan

hingga selesainya skripsi ini.

Page 8: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

iv

5. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan

hingga penulis dapat menyelesaikan studi di jurusan Farmasi FKIK UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Para staf akademika dan karyawan Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Drs. Zamzami Kiram, M.M. yang telah membantu segala urusan

penulis berkaitan dengan masalah administrasi baik dari tingkat program

studi, fakultas maupun universitas.

8. Teman-teman program studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

khususnya angkatan 2005 yang memberikan dukungan, sehingga saya bisa

menyelesaikan skripsi saya ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir yang skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat

kekurangan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Untuk itu saran

dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Penulis berharap skripsi ini

dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan.

Akhir kata penulis mengucapkan semoga segala bantuan yang telah

diberikan kepada penulis akan mendapat balasan, rahmat dan ridho dari Allah

SWT, Amin.

Jakarta, September 2009

Penulis

Page 9: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ........................................................................................................... i

ABSTRACT ....................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

1.4 Hipotesis ..................................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5

2.1 Tanaman Tapak Liman ............................................................... 5

2.1.1 Klasifikasi ...................................................................... 5

2.1.2 Sinonim ......................................................................... 5

2.1.3 Nama Daerah ................................................................. 5

2.1.4 Morfologi ....................................................................... 6

2.1.5 Budidaya ........................................................................ 6

2.1.6 Ekologi dan Penyebaran ................................................. 6

2.1.7 Bagian Tanaman Yang Digunakan ................................ 7

2.1.8 Kandungan Kimia .......................................................... 7

2.1.9 Penggunaan .................................................................... 7

2.1.10 Keanekaragaman ............................................................ 7

2.1.11 Simplisia ........................................................................ 7

2.2 Ekstrak, Simplisia dan Ekstraksi ................................................. 9

2.2.1 Pengertian ...................................................................... 9

2.2.2 Metode Ekstraksi ......................................................... 11

2.3 Asam Urat ................................................................................. 13

2.3.1 Sifat Fisika dan Kimia Asam Urat ................................ 14

2.3.2 Metabolisme Asam Urat ............................................... 15

2.3.3 Patologis Asam Urat .................................................... 17

2.3.4 Obat Anti Hiperurisemia .............................................. 19

2.4 Kafeina ..................................................................................... 22

2.5 Na-CMC ................................................................................... 23

2.5.1 Sinonim ........................................................................ 24

2.5.2 Berat Molekul .............................................................. 24

2.5.3 Pemerian ...................................................................... 24

2.5.4 Kelarutan ..................................................................... 24

2.5.5 Stabilitas ...................................................................... 24

Page 10: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

vi

2.5.6 OTT ............................................................................. 24

2.5.7 Fungsi .......................................................................... 25

2.5.8 Aplikasi ....................................................................... 25

2.5.9 Konsentrasi .................................................................. 25

2.6 Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat Dalam Darah ............... 25

2.6.1 Metode Enzimatik Spektofotometer UV-Vis ................ 25

2.6.2 Tes Strip Asam Urat ..................................................... 26

2.7 Tinjauan Hewan Coba ............................................................... 26

BAB III KERANGKA KONSEP ................................................................... 28

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 29

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 29

4.2 Hewan dan Bahan Uji ............................................................... 29

4.2.1 Hewan Uji .................................................................... 29

4.2.2 Bahan Uji ..................................................................... 29

4.2.3 Bahan Kimia ................................................................ 30

4.3 Alat-Alat ................................................................................... 30

4.4 Metode Penelitian ..................................................................... 30

4.4.1 Pembuatan Simplisia .................................................... 30

4.4.2 Ekstraksi ...................................................................... 30

4.4.3 Uji Penapisan Fitokimia ............................................... 31

4.4.4 Persiapan Hewan Uji .................................................... 33

4.4.5 Rancangan Percobaan .................................................. 33

4.4.6 Pembuatan Sediaan Uji dan Dosis ................................ 34

4.4.7 Penyiapan Larutan Uji .................................................. 35

4.4.7 Percobaan .................................................................... 35

4.4.8 Cara Pengambilan Darah .............................................. 36

4.4.9 Pengukuran Kadar Asam Urat Darah ............................ 36

4.4.10 Uji Statistik Terhadap Kadar Aasm Urat Darah ........... 36

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 37

5.1 Hasil Penelitian....................................................................... 37

5.1.1 Determinasi Tanaman .................................................. 37

5.1.2 Ekstraksi ...................................................................... 37

5.1.3 Penapisan Fitokimia ..................................................... 37

5.1.4 Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Darah................... 38

5.1.5 Uji Statistik Kadar Asam Urat Darah............................ 39

5.2 Pembahasan ............................................................................ 39

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 44

6.1 Kesimpulan ............................................................................ 44

6.2 Saran ...................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 45

LAMPIRAN ..................................................................................................... 48

Page 11: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pembagian kelompok hewan uji ........................................................... 34

Tabel 2. Hasil pemeriksaan penapisan fitokimia serbuk herba tapak liman ......... 38

Tabel 3. Hasil pengukuran rata-rata kadar asam urat darah selama percobaan

(mg/dl) ................................................................................................. 39

Tabel 4. Hasil persentase penurunan kadar asam urat darah rata-rata

kelompok ekstrak uji dan kontrol pembanding ...................................... 42

Tabel 5. Hasil pengukuran kadar asam urat darah hewan uji selengkapnya

selama percobaan (mg/dl) ..................................................................... 58

Page 12: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur asam urat ........................................................................... 13

Gambar 2. Metabolisme purin menjadi asam urat ............................................. 15

Gambar 3. Struktur alopurinol .......................................................................... 21

Gambar 4. Struktur kafeina .............................................................................. 22

Gambar 5. Struktur Na-CMC ........................................................................... 23

Gambar 6. Kurva kadar asam urat rata-rata hewan uji selama percobaan .......... 38

Gambar 7. Tanaman tapak liman (Elephantopus scaber L)............................... 51

Gambar 8. Tikus putih jantan galur Sprague-Dawley ....................................... 51

Gambar 9. Pemberian sediaan secara oral ......................................................... 51

Gambar 10. Vacuum Rotary Evaporator ............................................................ 52

Gambar 11. Timbangan analitik ......................................................................... 52

Gambar 12. Timbangan tikus ............................................................................. 52

Gambar 13. Timbangan ...................................................................................... 52

Gambar 14. Alat dan tes strip asam urat (Easytouch) .......................................... 52

Page 13: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil determinasi tanaman tapak liman (Elephantopus

scaber L) ..................................................................................... 48

Lampiran 2. Surat keterangan galur hewan uji .................................................. 49

Lampiran 3. Bahan dan hewan uji .................................................................... 50

Lampiran 4. Alat- alat yang digunakan dalam penelitian .................................. 51

Lampiran 5. Skema proses ekstraksi ................................................................. 52

Lampiran 6. Skema uji efek penurunan kadar asam urat darah ......................... 53

Lampiran 7. Perhitungan rendemen dan dosis ekstrak kental herba

tapak liman (Elephantopus scaber L) .......................................... 54

Lampiran 8. Pembuatan sediaan uji .................................................................. 55

Lampiran 9. Hasil pengukuran kadar asam urat darah hewan uji selama

percobaan .................................................................................... 56

Lampiran 10. Uji normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)

terhadap kadar asam urat darah kelompok hewan uji ................... 57

Lampiran 11. Uji homogenitas (Lavene) terhadap kadar asam urat darah

kelompok hewan uji .................................................................... 58

Lampiran 12. Uji ANOVA satu arah dan Beda Nyata Terkecil (BNT)

dengan LSD terhadap kadar asam urat darah kelompok

hewan uji .................................................................................... 59

Page 14: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme perusakan senyawa purin,

suatu nukleotida yang mempunyai banyak peran dalam berlangsungnya fungsi sel.

Pada manusia, asam urat dieksresikan didalam urin, tetapi dalam mamalia lain,

asam urat dioksidasi lebih lanjut menjadi alantoin dikatalisasi oleh enzim urikase

(Murray et al, 2003).

Kadar asam urat normal pada manusia sekitar 4 mg/dl. Kadar asam urat dalam

darah dapat meningkat melebihi kadar normal (hiperurisemia), karena adanya

peningkatan produksi asam urat atau penurunan eksresinya. Peningkatan kadar

asam urat darah dapat menyebabkan penumpukan kristal asam urat yang terbentuk

seperti jarum terutama di persendian. Akibatnya akan menimbulkan rasa sakit

pada persendian tersebut. Keadaan ini dikenal sebagai penyakit gout atau artritis

pirai (Kasper et al, 2004).

Prevalensi penyakit gout di Indonesia sebesar 1,7 % untuk daerah pedesaan

dan 4,8 % untuk daerah perkotaan. Pada tahun 1999, menurut penelitian,

prevalensi gout dan hiperurisemia di USA adalah 41 per 1000, dan di UK

prevalensi gout adalah 14 per 1000 (Bandolier team, 2005).

Menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Nasional Cipto

Mangun Kusumo Jakarta, penderita rematik gout dari tahun ke tahun semakin

Page 15: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

2

meningkat dan ada kecenderungan diderita pada usia semakin muda, yaitu

kelompok usia produktif (30 sampai 50 tahun). Oleh karena itu, jika penyakit ini

tidak ditangani secara tidak tepat, maka gangguan yang ditimbulkan dapat

menurunkan produktivitas kerja (Krisnatuti et al, 1997).

Diperkirakan bahwa gangguan asam urat terjadi pada 840 dari setiap 100.000

orang, dan mewakili sekitar 5 % dari total penyakit radang sendi. Penyakit ini

dapat dikelompokkan menjadi bentuk gout primer yang umum terjadi (90 %

kasus). Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, tapi diperkirakan akibat

kelainan proses metabolisme dalam tubuh. Umumnya dialami oleh laki-laki

berusia lebih dari 30 tahun. Sedangkan gout sekunder (10 % kasus) dialami oleh

umumnya wanita setelah menopause. Penyebabnya karena gangguan hormon

(Redaksi VitaHealth, 2008).

Oleh karena itu, dibutuhkan pengembangan dari bahan alam yang lebih murah

dan memiliki potensi yang lebih baik yang berasal dari bahan alam yaitu obat

tradisional mengingat sumber daya alam Indonesia yang beragam akan tanaman

obat. Selain itu obat-obat yang berasal dari bahan alam terbukti secara empiris

lebih akan digunakan dalam penggunaan jangka panjang dibanding dengan obat-

obat sintesis.

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar

di dunia dengan lebih dari 30 ribu spesies tanaman berkhasiat mengobati melalui

penelitian ilmiah. Hanya sekitar 180 spesies tersebut telah dimanfaatkan dalam

tanaman obat tradisional oleh industri obat tradisional Indonesia (Herlina, 2005).

Hal ini disebabkan pemanfaatan tumbuhan obat Indonesia untuk mengobati suatu

penyakit biasanya hanya berdasarkan pengalaman empiris yang diwariskan secara

Page 16: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

3

turun temurun tanpa disertai data penunjang yang memenuhi persyaratan. Salah

satu tanaman obat yang secara tradisional digunakan untuk mengobati asam urat

adalah tapak liman (Elephantopus scaber L) suku Asteraceae. Diduga tumbuhan

ini berasal dari Amerika di daerah tropik. Tumbuhan ini telah lama dimasukkan ke

pulau Jawa dan sekarang meluas di daerah rendah sampai ketinggian tempat

kurang dari 1.200 m di atas permukaan laut. Tumbuhan merupakan gulma, pada

tempat-tempat tertentu sering ditemukan dalam jumlah banyak terutama di

lapangan rumput (Depkes RI, 1996; Depkes RI, 1989; Yuniarti, 2008).

Secara umum menurut beberapa pustaka, dari hasil penelitian tapak liman

mempunyai efek farnakologik untuk mengobati disentri, obat demam, malaria,

kurang darah, batuk, sariawan, influenza, peradangan amandel, radang tenggorok,

radang mata, diare, gigitan ular, Epidemic encephalitis B, sakit kuning,

memperbaiki fungsi hati, busung air (ascites), radang ginjal yang akut dan kronik,

bisul, eksema, radang rahim, keputihan, mempermudah kehamilan, pengobatan

sesudah bersalin, pelembut kaki, peluruh dahak, peluruh haid, pembersih dahak,

pengelat dan juga sebagai astringent, laktagoga. Serta memiliki kandungan kimia

antara lain Flavonoid luteolin-7 glukosida, epipriedelinol, lupeol, stigmaserin,

triacontan-1-ol, dotria-contan-1-ol, lupeol acetat, deoxyelephantopin,

isodeoxyelephantopin (Depkes RI, 1996; Depkes RI, 1989; Yuniarti, 2008).

Penelitian farmakologis dengan tahap pengujian secara sistematik,

menggunakan metode uji asam urat yang tepat harus digunakan agar hasilnya

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, bermanfaat bagi masyarakat dan

dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya. Hal tersebut melatarbelakangi

dilakukannya pengujian khasiat efek ekstrak etanol herba tapak liman

Page 17: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

4

(Elephantopus scaber L) untuk menurunkan kadar asam urat darah hewan coba.

Dalam hal ini hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan galur

Sprague-Dawley yang dibuat hiperurisemia yang diinduksi oleh kafeina sebagai

metode uji asam urat praklinis yang mendekati keadaan penderita asam urat yang

sebenarnya dan pemeriksaan kadar asam urat darahnya menggunakan metode tes

strip asam urat.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah ekstrak etanol herba tapak liman (Elephantopus scaber L) memiliki

kemampuan menurunkan kadar asam urat darah.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk membuktikan khasiat ekstrak etanol herba tapak liman (Elephantopus

scaber L) dalam menurunkan kadar asam urat darah tikus putih jantan galur

Sprague-Dawley yang dibuat hiperurisemia dengan pemberian kafeina.

1.4 Hipotesis

Ekstrak etanol herba tapak liman (Elephantopus scaber L) dapat menurunkan

kadar asam urat darah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang diinduksi

dengan kafeina.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam

meningkatkan upaya kesehatan dengan mengembangkan obat tradisonal sehingga

dapat dimanfaatkan dengan berdasarkan landasan ilmiah.

Page 18: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tapak Liman (Elephantopus scaber L)

2.1.1 Klasifikasi

Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman tapak liman adalah

sebagai berikut (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008):

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonale

Subkelas : Asteridae

Bangsa : Asterales

Familia : Asteraceae

Genus : Elephantopus

Jenis : Elephantopus scaber L

2.1.2 Sinonim

Asterocephalus chochinchinensis, Spreng. Scabiosa cochinchinensis, Lour

(Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).

2.1.3 Nama Daerah

Di Indonesia dikenal dengan berbagai nama lokal, Sumatera: Tutup bumi

(Melayu), Jawa: Balagaduk, jukut, cangcang-cangcang, tapak liman (Sunda),

Page 19: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

6

tapak liman, tapak tangan (Jawa), talpaktana (Madura). Indonesia: tapak liman

(Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).

2.1.4 Morfologi

Terna, tegak dengan rimpang yang menjalar, tinggi 10 cm sampai 80 cm,

batang kaku, berbulu panjang dan rapat, bercabang. Daun berkumpul dibawah,

membentuk roset, bentuk daun jorong, bundar telur sungsang, panjang 3 cm

sampai 38 cm, lebar 1 cm sampai 6 cm, permukaan daun agak berbulu.

Perbungaan berupa bonggol, banyak, bentuk bulat telur dan sangat tajam, daun

pelindung kaku, daun pembalut dari tiap bunga kepala berbentuk jorong, lanset,

sangat tajam dan berselaput, 4 daun pembalut dibagian luar panjang 5 mm, tidak

berbulu, 4 daun pembalut dibagian dalam panjang 10 mm, berbulu rapat; panjang

mahkota bunga 7 mm sampai 9 mm, berbentuk tabung, berwarna putih, ungu

kemerahan, ungu pucat. Buah merupakan buah longkah, panjang 4 mm, berbulu;

papus berbulu kasar 5, kadang-kadang melebar pada bagian pangkalnya, kaku

berbulu, panjang 5 mm sampai 6 mm (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990;

Yuniarti, 2008).

2.1.5 Budidaya

Di Indonesia tumbuhan ini belum dibudidayakan. Tumbuhan dapat

diperbanyak dengan biji atau dari sobekan tanaman yang tumbuh dari akar

(Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).

2.1.6 Ekologi dan Penyebaran

Diduga tumbuhan ini berasal dari Amerika di daerah tropis. Tumbuhan ini

telah lama dimasukkan ke pulau jawa dan sekarang meluas dari daerah rendah

Page 20: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

7

sampai ketinggian tempat kurang dari 1.200 m di atas permukaan laut. Tumbuhan

merupakan gulma, pada tempat-tempat tertentu sering ditemukan dalam jumlah

banyak terutama di lapangan rumput (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990;

Yuniarti, 2008).

2.1.7 Bagian Tanaman Yang Digunakan

Daun dan akar (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).

2.1.8 Kandungan Kimia

Flavonoid luteolin-7 glukosida, epipriedelinol, lupeol, stigmaserin,

triacontan-1-ol, dotria-contan-1-ol, lupeol acetat, deoxyelephantopin,

isodeoxyelephantopin (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).

2.1.9 Penggunaan

Daun: Astringen, disentri, laktagoga, obat demam, malaria, batuk,

sariawan mulut. Akar: Obat malaria, kurang darah, batuk, mencret, sariawan

mulut (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).

2.1.10 Keanekaragaman

Keanekaragaman kecil (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti,

2008).

2.1.11 Simplisia

A. Pemerian : Tidak berbau; rasa, mula-mula tidak berasa, lama-lama

agak pahit (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).

B. Makroskopik : Daun tunggal, warna hijau tua sampai hijau kelabu, rapuh,

bentuk jorong sampai bundar telur sungsang, ujung runcing, pangkal daun

Page 21: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

8

mengecil, panjang daun 5 cm sampai 25 cm, umumnya 20 cm, lebar 2 cm

sampai 7 cm, umumnya 5 cm. Tepi daun tidak berlekuk atau berlekuk

tidak beraturan, bergerigi tidak rata, permukaan daun berambut. Pada

permukaan bawah, tulang daun lebih menonjol dari pada permukaan atas.

Tangkai daun, panjang kurang lebih 2 cm, berbentuk seperti pelepah,

bagian pangkal membungkus batang (Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990;

Yuniarti, 2008).

C. Mikroskopik : Epidermis atas, jernih, pada penampang tangensial

berbentuk persegi panjang sampai poligonal dengan dinding samping lurus

atau tegak bergelombang. Sel epidermis bawah lebih kecil dari sel

epidermis atas. Stomata tipe anomositik (Ranunculaceae) terdapat lebih

banyak epidermis bawah dari pada di epidermis atas. Rambut penutup

terdiri dari rambut penutup berdinding tebal dan rambut berdinding tipis;

rambut penutup berdinding tebal mempunyai sel pangkal lebar dan 1 sel

ujung yang panjang, bentuk kerucut ramping dengan ujung sel tebal,

runcing, rongga sel kadang-kadang berwarna kuning kecoklatan; rambut

penutup berdinding tipis terdiri dari 2 sel dengan pangkal lebih dari kecil

dan lebih pendek dari sel ujung. Rambut penutup berdinding tebal pada

epidermis atas umumnya lebih panjang dari pada yang terdapat pada

epidermis bawah. Panjang rambut penutup 270 μm sampai 1.650 μm,

umumnya 400 μm sampai 550 μm. Rambut kelenjar tipe Asteraceae

(Compositae), terdapat pada epidermis atas dan bawah. Jaringan polisade

terdiri dari 1 sampai 2 lapis sel silindrik. Jaringan bunga karang terdiri dari

beberapa lapis sel bunga karang yang tersusun agak rapat. Di dalam

Page 22: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

9

mesofil dan di dalam jaringan parenkim dari tulang daun terdapat hablur

kalium oksalat berbentuk roset dan prisma. Berkas pembuluh tipe kolateral

(Depkes RI, 1989; Depkes RI, 1990; Yuniarti, 2008).

2.2 Ekstrak, Simplisia dan Ekstraksi

2.2.1 Pengertian

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai (Depkes RI, 2000). Simplisia adalah bahan yang digunakan untuk

obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain

umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan (Gunawan, 2004).

Berdasarkan hal itu maka simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu

simplisia nabati, hewani, dan pelikan / mineral (Gunawan, 2004).

A. Simplisia nabati : simplisia yang dapat berupa tanaman utuh

bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya.

B. Simplisia hewani : simpisia berupa hewan utuh atau zat-zat

berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.

C. Simplisia pelikan (mineral) : simplisia berupa bahan pelikan atau

mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan

belum berupa bahan kimia murni

Ekstrak dikelompokkan atas dasar sifatnya, yaitu (Voight, 2005) :

A. Ekstrak encer : sediaan yang memiliki konsistensi semacam madu dan

dapat dituang.

Page 23: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

10

B. Ekstrak kental : sediaan yang liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat

dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30 %. Tingginya kandungan

air menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat karena cemaran bakteri.

C. Ekstrak kering : sediaan yang memiliki konsistensi kering dan mudah

dituang, sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.

D. Ekstrak cair : ekstrak yang dibuat sedemikiannya sehingga 1 bagian

simplisia sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair.

Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur dan

kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang

diisolasi. Umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah

terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis (Harbone, 1996). Ekstraksi merupakan

kegiatan penarikan kandungan kimia yang terdapat pada simplisia. Karena

didalam simplisia mengandung senyawa aktif yang berbeda-beda dan mempunyai

struktur kimia yang berbeda-beda, sehingga metode didalam penarikan senyawa

aktif didalam simplisia harus memperhatikan faktor seperti : udara, suhu, cahaya,

logam berat. Proses ekstraksi dapat melalui tahap menjadi : Pembuatan serbuk,

pembasahan, penyarian, dan pemekatan (Depkes RI, 2000).

Page 24: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

11

2.2.2 Metode Ekstraksi

Macam-macam metode penyarian dalam ekstraksi yang dapat dilakukan

diantaranya (Depkes RI, 2000) :

A. Ekstraksi dengan menggunakan penyari

1. Cara dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakkan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada

temperatur ruangan (kamar) secara teknologi termasuk ekstraksi dengan

metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik

berarti dilakukan pengadukan yang kontinu, sedangkan remaserasi berarti

dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan

maserat pertama dan seterusnya.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada

temperatur ruangan. Prinsip perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk

simplisia pada suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat

berpori. Cairan penyari akan menarik zat aktif dalam sel-sel yang terdapat

dalam simplisia.

2. Cara panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut sampai pada temperatur titik

didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

Page 25: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

12

konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan

pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat

termasuk proses ekstraksi sempurna.

b. Sokhletasi

Sokhlet adalah ekstraksi menggunakan penyari yang berbeda. Umumnya

dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi berlanjut sampai

jumlah penyari relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperature ruangan, secara umum

dilakukan pada temperature 40o C-50

o C.

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

mendidih, temperatur terukur 96oC - 98

oC selama waktu tertentu (15-20

menit). Infus pada umumnya digunakan untuk menarik atau mengekstraksi

zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Hasil dari ekstrak

ini akan menghasilkan zat aktif yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh

kuman dan kapang, sehingga ekstrak yang diperoleh dengan infus tidak

boleh disimpan lebih dari 24 jam.

e. Dekok

Dekok adalah infus yang waktunya lebih lama (lebih dari 30 menit) dan

temperatur sampai titik didih air.

Page 26: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

13

f. Destilasi uap

Destilasi uap adalah ekstraksi kandungan senyawa mudah menguap

(minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisisa) dengan uap air. Cara ini

didasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan

fase uap air dari ketel secara berlanjut sampai sempurna dan diakhiri

dengan kondensasi fase uap campuran menjadi destilat air bersama

senyawa kandungan yang memisah sempurna sebagian.

3. Cara ekstraksi lainnya

a. Ekstraksi ultrasonik

Ekstraksi dengan menggunakan gelombang ultrasonik (lebih dari

20.000 Hz) memberikan efek pada proses ekstraksi dengan prinsip

meningkatkan permeabilitas dinding sel, menimbulkan gelombang

spontan serta menimbulkan fraksi interfase.

b. Ekstraksi energi lisrik

Energi listrik digunakan dalam bentuk medan listrik, medan magnet

serta elektrik discharges yang dapat mempercepat proses ekstraksi dan

meningkatkan hasil dengan prinsip menimbulkan gelombang spontan

dan menyebarkan gelombang tekanan berkecepatan ultrasonik.

2.3 Asam Urat

Gambar 1. Struktur asam urat

Page 27: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

14

2.3.1 Sifat Fisika dan Kimia Asam Urat

Asam urat dikenal dengan nama kimia sebagai 2,6,8-trioksipurin

merupakan asam lemah organik dengan berat molekul 169. Asam urat merupakan

senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa purin yang paling mudah

dioksidasi. Oksidasi asam urat dalam bentuk larutan netral dan alkalis

menghasilkan karbondioksida serta terbentuknya alantoin dan produksi degredasi

lainnya pada suasana asam, asam urat teroksidasi menjadi aloksan (Kasper et al,

2004).

Asam urat yang bersifat asam lemah disebabkan dari mudah terionisasinya

atom hidrogen pada posisi 9 (pK1 = 5,71) dan posisi 3 (pK2 = 10) dari molekul

tersebut. Hanya disosiasi proton pertama yang perlu dipertimbangkan, karena pK2

yang bernilai 10,3 berada diatas nilai pada cairan fisiologik yang memilki pH 14.

Jadi hanya asam urat dan garam natrium urat yang terdapat dalam cairan tubuh.

Garam natrium urat jauh lebih larut dalam air bila dibandingkan dengan asam

urat. Namun kelarutan garam tersebut memiliki batas tertentu pada cairan plasma.

Serum darah akan jenuh dengan garam natrium urat pada konsentrasi 6,4 mg/100

ml. Pada konsentrasi tersebut, larutan akan menjadi tidak stabil dan garam natrium

urat akan mengendap dengan cepat membentuk kristal natrium urat yang

tertimbun pada persendian (Kasper et al, 2004).

Page 28: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

15

2.3.2 Metabolisme Asam Urat

Gambar 2. Metabolisme purin menjadi asam urat

Page 29: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

16

Manusia mengubah nukleosida purin yang utama, adenosin dan guanosin

menjadi asam urat yang dieksresikan keluar setelah mengalami beberapa kali

reaksi. Adenosin pertama-tama mengalami deaminasi menjadi ionosin oleh enzim

adenosin deaminase. Fosforisasi ikatan N-glikosidat, akan melepas senyawa

ribosa-1-fosfat dan basa purin. Hipoxantin dan guanosin selanjutnya membentuk

xantin dalam reaksi yang dikatalisasi masing-masing oleh enzim xantin oksidase

dan guanase. Kemudian xantin teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi kedua

yang dikatalisasi oleh enzim xantin oksidase. Dengan demikian, xantin oksidase

merupakan lokasi yang esensial untuk intervensi farmakologis pada penderita

hiperurisemia dan penyakit gout (Rodwell et al, 1998).

Eksresi keseluruhan asam urat pada manusia yang normal berkisar rata-

rata 400-600 mg/24 jam. Duapertiga asam urat yang terbentuk dieliminasi melalui

ginjal, sedangkan sepertiganya melalui saluran pencernaan.

Banyak senyawa yang terdapat secara alami dan digunakan dalam

farmakologi mempengaruhi absorpsi dan sekresi natrium urat pada ginjal. Sebagai

contoh, pemberian aspirin dengan dosis tinggi secara kompetitif akan

menghambat reabsorpsi asam urat sehingga berdampak pada peningkatan eksresi

zat tersebut (Rodwell et al, 1998; Weatheral DJ et al, 1987).

Pada mamalia yang tingkatannya lebih rendah, enzim urikase akan

memecah asam urat dengan membentuk produk akhir alantoin yang bersifat

sangat larut air. Namun demikan, karena manusia tidak mengandung enzim

urikase, maka produk katabolisme senyawa purin pada manusia adalah asam urat.

amfibi, burung, dan reptil juga tidak memiliki enzim urikase dan mengeksresikan

asam urat serta guanin sebagai produk akhir katabolisme senyawa purin.

Page 30: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

17

2.3.3 Patologis Asam Urat

Pada manusia, asam urat merupakan produk buangan akhir dari degradasi

senyawa purin. Zat tersebut tidak memiliki kegunaan fisiologis sehingga dapat

dianggap bahan buangan. Karena ketidakberadaan enzim urikase pada manusia,

maka terdapat kemungkinan adanya timbunan asam urat yang apabila melewati

batas tertentu akan menimbulkan gangguan patologis.

Pada kondisi normal kadar asam urat pada laki-laki 3,4-7,0 mg/dl

sedangkan pada perempuan antara 2,4-5,7 mg/dl. Jika kelebihan produksi ataupun

penurunan eksresi asam urat dalam tubuh akan meningkat yang disebut

hiperurisemia. Keadaan hiperurisemia tersebut dapat menimbulkan penyakit gout

sebagai akibat adanya penimbunan kristal natrium urat pada persendian yang

disertai rasa nyeri (Howkin et al, 1997).

A. Hiperurisemia

Hiperurisemia adalah suatu keadaan dimana kadar asam urat dalam darah

meningkat dan mengalami kejenuhan. Berdasarkan definisi tersebut

konsentrasi asam urat yang melebihi dari 7,0 mg/dl sudah dianggap

hiperurisemia dan beresiko terkena gout (Howkin et al, 1997).

Hiperurisemia juga dapat dibedakan berdasarkan kenyataan apakah pasien

mengeksresikan asam urat dengan jumlah total atau berlebihan (lebih dari

600 mg/24 jam). Hiperurisemia dapat disebabkan oleh adanya kelainan

ginjal yang menyebabkan kenaikan asam urat serum. Selain itu

peningkatan produksi asam urat akibat suatu penyakit seperti kanker dan

adanya kelainan enzim yang berperan dalam metabolisme senyawa purin.

Page 31: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

18

Beberapa sistem enzim berperan dalam pengaturan metabolisme senyawa

purin. Ketidaknormalan pada sistem tersebut dapat meningkatkan

kenaikan produksi asam urat. Terdapat dua enzim yang berperan dalam

pengaturan metabolisme asam urat yang berhubungan dengan

hiperurisemia. Yang pertama yaitu peningkatan aktifitas enzim fosforibosil

pirofosfat (PRPP). Fosforibosil pirofosfat (PRPP) adalah salah satu zat

kunci dalam pembentukan nukleotida purin dan juga pembentukan asam

urat. Semakin tingginya konsentrasi fosforibosil pirofosfat (PRPP) yang

terbentuk maka asam urat yang diproduksi semakin meningkat. Yang

kedua yaitu defisiensi dari hipoxantin guanin fosforibosi transferasi

(HGRPT). Hipoxantin guanin fosforibosi transferasi (HGRPT)

bertanggung jawab dalam pengubahan guanin menjadi guanosin

monofosfat (GMP) dan hipoxantin menjadi inosin monofosfat (IMP).

Pengubahan tersebut memerlukan PRPP sebagai kosubstrat. Defisiensi

enzim HGRPT dapat meningkatkan metabolisme guanin dan hipoxantin

menjadi asam urat dan juga lebih banyak PRPP yang berinteraksi dengan

glutamin pada langkah pertama metabolisme senyawa purin (Howkin et al.

1997).

B. Gout

Kata gout berasal dari bahasa latin “Gutta” yang berarti “tetes”. Kata

tersebut mulai digunakan sekitar tahun 1270 dan dipercaya bahwa gout

disebabkan oleh tetesan cairan yang beracun “noxa” pada persendian

(Weatheral DJ et al, 1987, Garreth et al, 1995). Penyakit gout merupakan

suatu proses inflamasi yang terjadi karena penumpukan kristal asam urat

Page 32: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

19

pada sekitar jaringan sendi akibat kadar asam urat serum yang melebihi

kelarutannya. Kristalisasi natrium urat dalam jaringan lunak dan

persendian akan membentuk endapan yang dinamakan tofus. Proses ini

menyebabkan suatu reaksi inflamasi akut, yaitu artritis akut gout, yang

dapat berlanjut menjadi artritis kronis gout. Pemeriksaan dengan

mikroskop cahaya terpolarisasi memperlihatkan kristal natrium urat yang

terbentuk jarum dan bersifat berefringen negatif (tampak berwarna kuning

jika sumbu memanjangnya sejajar dengan bidang cahaya terpolarisasi)

dalam cairan sendi merupakan tanda diagnostik penyakit gout.

Keadaan klinis yang khas dengan artritis gout adalah serangan yang

mendadak dari sendi, terutama pada sendi metatarsophalangeal jari

pertama (ibu jari). Serangan pertama kali sangat sakit dan sering dimulai

pada tengah malam. Sendi tersebut cepat membengkak, panas, pembesaran

vena-vena superfisial. Meskipun serangan pertama terjadi pada

metatarsophalangeal ibu jari, tetapi sendi-sendi perifer yang besar seperti

lutut, tumit, pergelangan kaki dan tangan, sering juga terkena.

2.3.4 Obat-Obat Anti Hiperurisemia (Ganiswarna, 1995; Tjay et al, 2002)

A. Obat urikosurik

Obat-obat urikosurik meningkatkan klirens ginjal dari asam urat dengan

menghambat reabsorpsi tubular asam urat, memperbesar eksresi dan

mengurangi konsentrasi asam urat di serum. Terapi dengan obat-obat

urikosurik sebaiknya dimulai dengan dosis rendah untuk menghindari efek

urikosuria dan terbentuknya endapan asam urat. Aliran urin yang teratur

dan cukup serta pembasaan urin dengan natrium bikarbonat pada beberapa

Page 33: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

20

hari pertama terapi dengan obat urikosurik dapat menghilangkan

kemungkinan adanya kristalisasi asam urat. Efek samping yang sering

terjadi pada pengobatan dengan terapi urikosurik adalah iritasi saluran

pencernaan, ruam kulit, hipersensitivitas, dan kristalisasi asam urat di urin.

Obat-obat urikosurik memiliki kontraindikasi terhadap pasien yang alergi

pada masing-masing obat dan pada penderita yang mengalami

ketidaknormalan fungsi ginjal. Obat-obat urikosurik diantaranya adalah

1. Probenesid

Obat ini biasanya diberikan pada dosis 250 mg dua kali sehari selama 1-2

minggu kemudian dilanjutkan 500 mg selama 2 minggu. Setelah itu dosis

dilanjutkan 500 mg setiap 1-2 minggu hingga keadaan menjadi normal

atau sampai dosis maksimum 3 g.

2. Sufinpirazon

Suatu urikosurik yang poten yang memiliki efek paradoksal antara eksresi

asam urat untuk menurunkan asam urat dalam plasma dengan hemodilusi.

Diberikan dengan dosis mulai dari 50 mg dua kali sehari dan meningkat

secara bertahap setiap 10 hari sekali hingga mencapai dosis pemeliharaan

sebesar 100 mg 3-4 kali sehari.

3. Salisilat

Obat ini memiliki efek paradoksikal dari dosis tinggi dan dosis rendah.

Dosis kecil ( 1 g atau 2 g sehari) meghambat eksresi asam urat, sehingga

kadar asam urat dalam darah meningkat. Dosis 2 atau 3 g sehari biasanya

tidak mengubah eksresi asam urat. Tetapi pada dosis lebih dari 5 g perhari

terjadi peningkatan eksresi asam urat melalui urin, sehingga kadar asam

Page 34: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

21

urat dalam darah menurun. Hal ini terjadi karena pada dosis rendah

salisilat menghambat sekresi tubuli sedangkan pada dosis tinggi salisilat

juga menghambat reabsorpsinya dengan hasil akhir peningkatan eksresi

asam urat. Efek urikosurik ini bertambah bila urin bersifat basa. Dengan

alkalinasi urin, kelarutan asam urat dalam urin meningkat sehingga tidak

terbentuk kristal asam urat dalam tubuli ginjal.

B. Penghambatan sintesis asam urat (Alopurinol)

Gambar 3. Struktur alopurinol

Alopurinol adalah obat yang diakui poten sebagai penghambat sintesis

asam urat. Baik alopurinol maupun metabolit terbesarnya yaitu

oksipurinol, keduanya bekerja sebagai penghambat enzim xantin oksidase.

Xantin oksidase merupakan enzim yang berperan dalam pengubahan

hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. Alopurinol juga

menurunkan konsentrasi intraseluler dari PRPP. Alopurinol mengalami

biotransformasi oleh enzim xantin oksidase menjadi aloxantin yang masa

paruhnya lebih panjang daripada alopurinol. Karena itu alopurinol cukup

diberikan satu kali sehari. Untuk mencegah timbulnya gout akut,

alopurinol dianjurkan diberikan tiap hari sekali sebesar 100 mg peroral.

Dosis untuk penyakit gout ringan 200-400 mg sehari, 400-600 mg sehari

untuk penyakit yang lebih berat. Untuk penderita gangguan fungsi ginjal

Page 35: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

22

dosis cukup 100-200 mg sehari. Dosis untuk hiperurisemia sekunder 100-

200 mg sehari. Efek samping yang sering terjadi adalah reaksi kulit. Bila

timbul kemerahan kulit, obat harus dihentikan karena gangguan mungkin

menjadi lebih berat. Reaksi alergi berupa demam, menggigil, dan pruritas

juga pernah dilaporkan. Gangguan saluran cerna juga kadang-kadang

terjadi.

2.4 Kafeina (Wade A, 1982; Ganiswarna, 1995)

Gambar 4. Struktur kafeina

Kafeina adalah komponen alkaloid derivat xantin yang mengandung gugus

metil yang akan di oksidasi oleh xantin oksidase membentuk asam urat sehingga

dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh. Maka, dalam penelitian ini

digunakan sebagai penginduksi asam urat yang poten yang dapat menyebabkan

hewan coba menjadi hiperurisemia. (Azizahwati et al, 2005)

Kafeina ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxantine bersama-

sama senyawa teofilin dan teobromin. Pada keadaan asal, kafeina ialah serbuk

putih yang pahit. Rumus kimianya ialah C6H10N4O2 dan nama sistematik kafeina

ialah 1,3,7-trimetilxantine.

Metilxantin cepat diabsorbsi setelah pemberian oral, parenteral, atau rektal.

Sedian bentuk cair atau tablet tidak bersalut akan diabsorpsi secara cepat dan

Page 36: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

23

lengkap. Kadar puncak plasma dapat dihasilkan dalam waktu 1 jam, sedangkan

eleminasi metilxantin terutama melalui metabolisme hati sebagian besar

dieksresikan bersama urin dalam bentuk asam urat. Kurang dari 15 % kafeinaa

akan ditemukan di urin dalam bentuk utuh, waktu paruh plasma kafeina antara 3-7

jam.

Dosis letal pada orang dewasa 5-10 g. Terlalu banyak kafeina dapat

menyebabkan intoksikasi kafeina (yaitu mabuk akibat kafeina). Antara gejala

penyakit ini ialah keresahan, kerisauan, insomnia, keriangan, muka merah, kerap

kencing (diuresis), dan masalah gastrointestinal. Gejala-gejala ini bisa terjadi

walaupun hanya 250 mg kafeina yang diambil. Jika lebih 1 g (15 mg/kg BB) yang

menyebabkan kadar plasma diatas 30 µg/ml. gejala seperti kejangan otot (muscle

twitching), kekusutan pikiran dan perkataan, aritmia kardium (gangguan pada

denyutan jantung) dan bergejolaknya psikomotor (psychomotor agitation) bisa

terjadi. Intoksikasi kafeina juga bisa mengakibatkan kepanikan dan penyakit

kerisauan.

2.5 Na-CMC (Wade A et al, 1994)

Gambar 5. Struktur Na-CMC

Page 37: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

24

2.5.1 Sinonim

Carboxymethylcellulosum natricum, carboxymethyl sodium, cellulose

gum USP XXII mendeskripsikan CMC Na sebagai garam natrum sodium dari

policarboxy methyl ether dari selulosa.

2.5.2 Berat Molekul

90.0 – 700.000.

2.5.3 Pemerian

Warna putih, tidak berbau, serbuk bergranul.

2.5.4 Kelarutan

Praktis tidak larut dalam aseton, etanol, eter dan toluen, mudah terdispersi

dalam air pada seluruh temperatur membentuk larutan koloid yang bening.

2.5.5 Stabilitas

CMC Na stabil, materi higroskopik, pada kondisi lembab CMC Na dapat

menyerap air dalam kuantitas yang besar (>50%) pada tablet hal ini diasosiasikan

dengan penurunan kekerasan tablet dan meningkatkan waktu desintegran.

2.5.6 OTT

Larutan asam, garam besi terlarut, beberapa logam alumunium, merkuri,

seng, xanthan gum.

Page 38: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

25

2.5.7 Fungsi

Agen penyalut, desintegran (penghancur) tablet dan kapsul, pengikat

tablet, stabilizing agent, suspending agent, agen pengikat viskositas.

2.5.8 Aplikasi

CMC Na biasa digunakan pada formula oral dan topikal, CMC Na

digunakan sebagai pengikat tablet dan desintegran, konsentrasi yang lebih tinggi

biasanya 4 – 6%, nilai viskositas medium digunakan untuk menghasilkan gel yang

dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pasta.

2.5.9 Konsentrasi

Sebagai suspending agent 0.25 %-1.0%, agen pembetuk gel 4.0%-6.0%,

Pengikat tablet 1.0%-6.0%, dan untuk larutan oral 0.1%-10%.

2.6 Metode Pemeriksaan Kadar Asam Urat Darah

2.6.1 Metode Enzimatik Spektrofotometer UV-Vis

Metode ini menggunakan enzim-enzim yang bekerja secara spesifik pada

asam urat, sehingga memberikan hasil yang relatif lebih tepat dibandingkan

metode lainnya. Prinsip reaksinya adalah mengoksidasi asam urat menjadi

alantoin, hidrogen peroksida dan karbon dioksida yang dikatalisis oleh enzim

urikase. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan 3,5 dikloro 2-

hidroksibenzen sulfonat (DCHBS) dan 4 aminophenazon (PAP) membentuk zat

warna quinonimin yaitu N-(4-antipirin)-3 kloro-5-sulfonat-p-benzokuinonimuin

Page 39: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

26

yang diukur pada panjang gelombang 520 nm dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis. (Yuno, 2003)

2.6.2 Tes Strip Asam Urat

Pengukuran kadar asam urat darah tikus putih dilakukan dengan alat tes

strip asam urat. Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk memonitor tingkat

asam urat di dalam darah. Tes ini merupakan spesifik untuk asam urat. Tes

tersebut menggunakan oksidasi asam urat dan berdasarkan pada kemajuan

teknologi biologi sensor

2.7 Tinjauan Hewan Coba

Klasifikasi hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Sharp et

al, 1998):

Regnum : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Bangsa : Rodentia

Keluarga : Muridae

Anak keluarga : Murinae

Marga : Rattus

Jenis : Rattus norvegicus L

Rattus norvegicus adalah salah satu spesies tikus yang paling sering digunakan

dalam penelitian karena memiliki beberapa kelebihan antara lain : mudah

Page 40: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

27

dipelihara dalam populasi yang besar, dapat berkembang biak dengan pesat, dan

memiliki ukuran yang lebih besar dari mencit sehingga untuk beberapa percobaan

tikus lebih menguntungkan. Tikus juga memperlihatkan masa hamil yang singkat

(21-23 hari), jumlah anak yang cukup banyak (6-12 ekor), dan dapat hidup sampai

4 tahun (Malole, Pramono. 1989).

Seekor tikus dewasa membutuhkan 15 g makanan dan 20-45 ml air per 100 g

berat badan per hari. Suhu kandang yang dibutuhkan tikus 18-27 °C dan

kelembaban relatif 40-70 % (Malole, Pramono. 1989).

Terdapat berbagai galur tikus putih antara lain : Long-Evans, Sprague-

Dawley, dan Wistar. Tikus putih (Rattus novergicus L) galur Wistar mempunyai

ciri-ciri : warna tubuh putih, mata berwarna merah (albino), ukuran kepala dan

ekor lebih pendek dari badannya; galur Sprague-Dawley mempunyai ciri-ciri :

warna tubuh putih, mata berwarna merah (albino), ukuran kepala yang kecil, dan

ekor lebih panjang dari badannya; sedangkan galur Long-Evans ditandai dengan

warna hitam dibagian kepala, dan tubuh bagian depan.

Page 41: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

28

BAB III

KERANGKA KONSEP

Dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi herba

tapak liman (Elephantopus scaber L) sebagai obat

penurun asam urat darah

Simplisia herba tapak liman (Elephantopus

scaber L)

Ekstraksi

Ekstrak kental herba tapak liman

(Elephantopus scaber L)

Uji efek penurunan kadar asam urat darah

Analisa data

(ANOVA satu arah)

Pemakaian empiris herba tapak liman (Elephantopus

scaber L) sebagai obat penurun asam urat darah di

masyarakat

Page 42: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

29

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan berlangsung

dari bulan April 2009 sampai dengan Juni 2009.

4.2 Hewan dan Bahan Uji

4.2.1 Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji yang digunakan

dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley berumur 3-4

bulan dengan berat badan 150-250 g yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran

Hewan IPB.

Pakan berupa butiran (pellet) diberikan sebanyak ± 10 g/ekor/hari dan

diberikan minum secukupnya.

4.2.2 Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan adalah ekstrak etanol 70 % herba tapak liman

(Elephantopus scaber L) dan alopurinol sebagai obat pembanding.

4.2.3 Bahan Kimia

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah etanol 70%,

Kafeina, Eter ( Merck ), Na-CMC (Brataco), NaCl (Merck), ammoniak (Merck),

Page 43: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

30

kloroform (Merck), HCl (Merck), pereaksi Dragendroff, pereaksi Mayer, n-

Butanol (Merck), H2SO4 (Merck), FeCl3, NaOH (Merck), aquades, tes strip asam

urat (Easy Touch)

4.3 Alat-Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

timbangan hewan (Ohauss), kandang tikus beserta tempat makanan dan minum,

sonde oral, jarum suntik, hotplate (Wiggen Hauser), blender, magnetic stirrer,

destiller, oven, timbangan analitik (Wiggen Hauser), holder, vacuum rotary

evaporator (Memmert Eyele), kertas saring, kapas, kamera, alat tes strip asam urat

(EasyTouch), timbangan hewan (Mettler Toledo), timbangan analitik (Mettler

Toledo), dan alat-alat gelas (Iwaki pyrex).

4.4 Metode Penelitian

4.4.1 Pembuatan simplisia

Pembuatan simplisia yang baik dan memenuhi syarat terdiri dari tahap-

tahap sebagai berikut : sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi

kering, penggilingan dan pengayakan.

4.4.2 Ekstraksi

Simplisia serbuk herba tapak liman (Elephantopus scaber L) diekstraksi

dengan metode maserasi secara berulang-ulang dengan menggunakan pelarut

etanol 70 % dan dilakukan pengocokan sesekali. Proses tersebut dilakukan selama

2-3 minggu dimana sekali dalam dua hari pelarut diganti dan disaring sehingga

didapat ekstrak cair, lalu ekstrak cair tersebut dievaporasi dengan vacuum rotary

Page 44: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

31

evaporator sehingga didapat ekstrak kental kemudian ekstrak tersebut diuji

aktivitas penurunan kadar asam urat darahnya (Lampiran 6).

4.4.3 Uji Penapisan Fitokimia (Farnsworth, 1969)

A. Identifikasi golongan alkaloid

Sebanyak + 5 g serbuk dilembabkan dengan 5 ml ammoniak 25 % digerus

dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml kloroform dan digerus

kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas saring,

filtrat berupa larutan organik diambil (sebagai larutan A), sebagai larutan

A (10 ml) diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan pengocokan

dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya (larutan B). Larutan A

diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan disemprot atau ditetesi

dengan pereaksi Dragendroff, terbentuk warna merah atau jingga pada

kertas saring menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Larutan B dibagi

dalam 2 tabung reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi Dragendroff

dan pereaksi Mayer, terbentuk endapan merah bata dengan pereaksi

Dragendroff atau endapan putih dengan pereaksi Mayer menunjukkan

adanya senyawa alkaloid.

B. Identifikasi golongan flavonoid

Sebanyak + 10 g serbuk ditambah 100 ml air panas, didihkan selama 5

menit, saring. Ambil 5 ml filtratnya (dalam tabung reaksi), ditambahkan

serbuk Mg secukupnya dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil

alkohol, kocok kuat dan biarkan memisah. Terbentuknya warna merah,

kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya

flavonoid.

Page 45: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

32

C. Identifikasi golongan saponin

Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah 10 ml air panas.

Setelah dingin kocok kuat secara vertikal selama 10 detik. Terbentuknya

busa yang stabil, menunjukkan adanya saponin, bila ditambahkan 1 tetes

HCl 1% busa tetap stabil.

D. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid

Sebanyak + 5 g serbuk dimaserasi dalam 20 ml eter selama 2 jam

kemudian disaring. Diuapkan dalam cawan penguap sampai kering.

Ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat ke

dalam residu. Terbentuknya warna hijau atau merah menunjukkan adanya

steroid/triterpenoid.

E. Identifikasi golongan tanin

Sebanyak + 10 g serbuk ditambah 10 ml air, didihkan selama 15 menit,

setelah dingin kemudian di saring dengan kertas saring. Filtrat ditambah 1-

2 tetes FeCl3 1 %, terbentuknya warna biru, hijau atau hitam menunjukkan

adanya seyawa golongan tanin.

F. Identifikasi golongan kuinon

Sebanyak + 1 g serbuk dipanaskan dalam air selama 5 menit, disaring.

Sebanyak 5 ml filtrat ditambah 5 ml NaOH 1 N, terbentuk warna merah

menunjukkan adanya kuinon.

G. Identifikasi golongan minyak atsiri

Sebanyak + 2 g serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi (volume 20

ml), tambahkan 10 ml pelarut petroleum eter. Pada mulut tabung dipasang

corong yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air, kemudian

Page 46: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

33

disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan pada cawan

penguap, selanjutnya residu dilarutkan dengan pelarut etanol 95 %

sebanyak 5 ml lalu saring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan

dengan cawan penguap, residu yang berbau aromatik menunjukkan adanya

senyawa golongan minyak atsiri.

4.4.4 Persiapan Hewan Uji

Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague-

Dawley, berumur 3-4 bulan dengan berat badan 180-250 g diaklimatisasi selama

dua minggu agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Selama proses

adaptasi, dilakukan pengamatan kondisi umum dan penimbangan berat badan.

4.4.5 Rancangan Percobaan

Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague-

Dawley berumur 3-4 bulan dengan berat badan 150-250 gram diaklimatisasi

selama dua minggu agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Selama

proses adaptasi dilakukan pengamatan kondisi umum dan penimbangan berat

badan. Hewan uji dipilih sebanyak 24 ekor tikus putih jantan secara acak untuk

dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing terdiri dari 4 ekor (Tabel 1).

Penentuan jumlah tikus tiap kelompok, dihitung berdasarkan rumus Federer : (n-

1) (t-1) ≥15, dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n menunjukkan jumlah

ulangan minimal dari tiap perlakuan (Sudjana, 1992).

Page 47: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

34

Tabel 1. Pembagian kelompok hewan uji

Kelompok Jumlah

Tikus

Perlakuan

I 4 Kontrol normal, diberi air larutan Na-CMC 0,5 %

II 4 Kontrol perlakukan, diberi kafeina 27 mg/200 g BB

dalam larutan Na-CMC 0,5 %

III 4 Diberi kafeina 27 mg/200 g BB dalam larutan Na-

CMC 0,5 % dan alopurinol 36 mg/200 g BB dalam

larutan Na-CMC 0,5 % (Pembanding)

IV 4 Diberi kafeina 27 mg/200 g BB dalam larutan Na-

CMC 0,5 % dan bahan uji dosis rendah

V 4 Diberi kafeina 27 mg/200 g BB dalam larutan Na-

CMC 0,5 % dan bahan uji dosis sedang

VI 4 Diberi kafeina 27 mg/200 g BB dalam larutan Na-

CMC 0,5 % dan bahan uji dosis tinggi

Berarti dengan jumlah kelompok percobaan sebanyak 6 kelompok maka

tikus yang terdapat pada tiap kelompok yaitu > 4, sedangkan pada penelitian kali

ini saya menggunakan tikus pada tiap kelompok yaitu 4 tikus, berikut

perhitungannya : (n-1).(t-1) = (6-1).(4-1) = 15, jadi hasil ini sudah dapat diterima,

karena berdasarkan rumus Federer jumlah yang dihasilkan > 15.

4.4.6 Pembuatan Sediaan Uji dan Dosis.

A. Dosis ekstrak kental herba tapak liman

Dosis Rendah = 175 mg/200 g BB

Dosis Sedang = 350 mg/200 g BB

Dosis Tinggi = 700 mg/200 g BB

(Lampiran 8)

Volume larutan ektsrak uji yang diberikan kepada setiap kelompok uji

dibuat dalam konsentrasi 350 mg/ ml (Lampiran 9).

Page 48: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

35

B. Dosis alopurinol sebagai kontrol pembanding

Dosis alopurinol yang digunakan adalah 200 mg/hari untuk manusia.

Faktor konversi dari manusia ke tikus adalah 0,018 (Paget & Barnes,

1964) dan faktor farmakokinetika yang digunakan adalah 10 (Mandel et

al,1979). Dosis untuk tikus = 200 mg x 0,018 x 10 = 36 mg/200 g BB.

C. Dosis Kafeina

Dosis Kafeina yang digunakan adalah 150 mg/hari untuk manusia. Faktor

konversi dari manusia ke tikus adalah 0,018 (Paget & Barnes, 1964) dan

faktor farmakokinetika yang digunakan adalah 10 (Mandel et al,1979).

Dosis untuk tikus = 150 mg x 0,018 x 10 = 27 mg/200 g BB.

4.4.7 Penyiapan larutan uji

A. Pembuatan sediaan ekstrak kental herba tapak liman (Lampiran 9).

B. Pembuatan suspensi alopurinol (Lampiran 9).

C. Pembuatan suspensi kafeina (Lampiran 9).

4.4.8 Percobaan

Pada uji ini dilakukan upaya peningkatan kadar asam urat darah dengan

menginduksi tikus dengan kafeina 27 mg/200 g BB. Setelah penginduksian

tersebut, kadar asam urat darah tikus dikontrol dan diukur pada hari ke-6 untuk

meyakinkan bahwa kafeina dengan dosis tersebut menyebabkan hiperurisemia.

Pada hari ke-7 dilakukan pemberian perlakuan berdasarkan kelompoknya

masing-masing setiap hari dan kafeina tetap diberikan juga pada semua kelompok

kecuali kelompok normal. Pengukuran kadar asam urat darah selanjutnya pada

hari ke-9, ke-12 dan ke-15 (Azizahwati et al, 2005) (Lampiran 7).

Page 49: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

36

4.4.9 Cara Pengambilan Darah

Darah diambil melalui ekor dengan metode memotong ekor dengan

gunting. Darah yang keluar pada ekor tikus yang telah digunting diteteskan pada

tes strip asam urat dan menunggu selama dua puluh detik maka kadar asam urat

darah telah terukur. Untuk menghentikan darah ekor tikus yang telah digunting

diberi alkohol 70 % dan sedikit ditekan.

4.4.10 Pengukuran Kadar Asam Urat Darah

Pengukuran kadar asam urat dalam darah dilakukan dengan menggunakan

alat tes strip asam urat.

4.4.11 Uji Statistik Terhadap Kadar Asam Urat Darah

Data yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan SPSS. Dimana

kadar asam urat darah awal untuk kelompok uji diuji homogenitasnya (Levene)

dan uji kenormalannya (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test). Bila kedua uji

ini dipenuhi maka selanjutnya dilakukan uji ANOVA satu arah untuk melihat ada

atau tidaknya perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dan bila terdapat

perbedaan bermakna, maka untuk mengetahui perbedaan antar kelompok

perlakuan dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan metode LSD. Tetapi

bila ada salah satu atau kedua uji tersebut tidak dipenuhi maka analisis dilakukan

dengan uji Kruskall Wallis (Santoso, 2008; Dahlan, 2004; Sudjana, 1992).

Page 50: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

37

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian

Biologi LIPI, Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman

ini adalah jenis tanaman tapak liman (Elephantopus scaber L) suku Asteraceae

(Lampiran 1).

5.2.1 Ekstraksi

Ditimbang 500 g serbuk herba tapak liman (Elephantopus scaber L)

dimaserasi dengan etanol 70%, kemudian dikentalkan dengan vacuum rotary

evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental 92,6 g dan rendemen yang didapat

18.52 % (Lampiran 8).

5.3.1 Penapisan Fitokimia

Berdasarkan hasil pemeriksaan penapisan fitokimia herba tapak liman

(Elephantopus scaber L) terdapat golongan senyawa flavonoid, saponin,

strerois/triterpenoid, tannin dan minyak atsiri (Tabel 2).

Page 51: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

38

Tabel 2. Hasil pemeriksaan penapisan fitokimia serbuk herba tapak liman

Golongan senyawa Hasil penapisan

a. Alkaloid

b. Flavonoid

c. Saponin

d. Steroid/triterpenoid

e. Tannin

f. Kuinon

g. Minyak Atsiri

h. Kumarin

-

+

+

+

+

-

+

-

Keterangan : (+) Memberikan reaksi positif, (-) Memberikan reaksi negatif

5.4.1 Hasil pengukuran kadar asam urat darah

Hasil pengukuran rata-rata kadar asam urat darah hewan uji selama

percobaan (Gambar 6 dan Tabel 3) dan untuk data hasil pengukuran kadar asam

urat darah hewan uji selengkapnya selama percobaan (Tabel 5).

Gambar 6. Kurva kadar asam urat darah rata-rata hewan uji

selama percobaan

Page 52: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

39

Tabel 3. Hasil pengukuran rata-rata kadar asam urat darah hewan uji selama

percobaan (mg/dl)

Waktu

(Hari)

Kontrol

Normal

Kontrol

Negatif

Kontrol

Pembanding

Ekstrak

Dosis

Rendah

Ekstrak

Dosis

Sedang

Ekstrak

Dosis

Tinggi

0 1.65 1.48 1.30 1.60 1.25 1.53

6 1.50 2.90 2.78 2.80 3.00 2.80

9 1.43 3.33 2.45 2.48 2.33 2.58

12 1.50 3.55 1.78 2.30 2.23 1.95

15 1.43 3.85 1.15 1.75 1.70 1.65

5.5.1 Uji statistik kadar asam urat darah

Kadar asam urat darah sebelum dan sesudah percobaan seluruh kelompok

hewan uji dilakukan uji normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test) dan

uji homogenitas (Levene) menunjukkan kadar asam urat darah sebelum dan

sesudah percobaan terdistribusi normal (p ≥ 0.05) dan pada uji homogenitas

menunjukkan bervariasi homogen (p ≥ 0.05) sehingga dapat dilanjutkan dengan

uji ANOVA satu arah (Lampiran 11 dan 12). Pada Uji ANOVA satu arah bila (p ≤

0.05) maka harus dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan metode LSD

(Lampiran 13).

5.2 Pembahasan

Dalam penelitian ini menggunakan ekstrak herba tapak liman (Elephantopus

scaber L) dengan ekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% yang kemudian

dilakukan penapisan fitokimia dan diuji efek penurunan asam uratnya, apakah

berpengaruh terhadap penurunan kadar asam urat darah tikus yang diinduksi

dengan kafeina 27 mg/200 g BB tikus.

Page 53: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

40

Penelitian ini menggunakan tikus sebagai hewan uji karena mudah didapat,

murah dan telah ada penelitian sebelumnya yang berhasil. Tikus putih jantan pada

usia 3-4 bulan adalah tkus dewasa muda yang mempunyai keadaan fisiologik yang

optimum. Sebelum digunakan, tikus diaklimatisasi selama 2 minggu, agar dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannnya selama penelitian berlangsung.

Tikus yang dipilih untuk penelitian adalah tikus putih jantan bergalur Sprague-

Dawley yang sehat dengan ciri-ciri adalah bulu bersih, mata merah jernih bersinar,

tingkah laku normal dan berat badan bertambah setelah diaklimatisasi menjadi

180-250 g. Selama pemeliharaan semua tikus ditimbang, diberi makan dan minum

dengan takaran yang sama untuk setiap ekor.

Sebelum diberi perlakuan, tikus dilakukan pengukuran kadar asam urat darah

awal. Penelitian ini menggunakan metode induksi kafeina yang merupakan uji

praklinik yang lebih mendekati keadaan penderita asam urat yang sebenarnya.

Pada metode ini, kafeina yang merupakan golongan xantin akan dimetabolisme

oleh enzim xantin oksidase menjadi asam urat sehingga asam urat pada hewan uji

meningkat kadarnya. Ekstrak kental herba tapak liman (Elephantopus scaber L)

diuji kemampuannya untuk menghambat pembentukan enzim xantin oksidase dari

hewan uji tersebut.

Pada penelitian ini digunakan 3 kelompok kontrol yaitu kontrol normal,

kontrol negatif dan kontrol pembanding. Kelompok kontrol normal diperlukan

untuk mengetahui kadar normal asam urat darah selama percobaan. Kontrol

negatif yang diinduksi dengan kafeina diperlukan untuk mengetahui peningkatan

kadar asam urat darah dari keadaan normal selama percobaan. Sedangkan kontrol

pembanding dalam penelitian ini adalah alopurinol, diperlukan untuk melihat

Page 54: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

41

pengaruh obat penurun kadar asam urat darah oral yang telah terbukti khasiatnya

untuk menurunkan kadar asam urat darah.

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini berupa ekstrak herba tapak

liman dengan dosis 175 mg/200 g BB, 350 mg/200 g BB, dan 750 mg/200 g BB.

Dosis ini setara dengan 0.5; 1; dan 2 kali dosis manusia dan telah dikonversikan

ke dosis tikus. Sedangkan dosis kontrol pembanding yang digunakan adalah 36

mg/200 g BB. Dosis ini didapatkan berdasarkan dosis efektif oral pada manusia

yang dikonversikan ke dosis tikus. Pemberian bahan uji dilakukan satu kali sehari

peroral dengan menggunakan sonde lambung.

Pada hari pertama percobaan, sebelum diinduksi dengan kafeina, kadar asam

urat darah tikus seluruh kelompok menunjukkan hasil yang normal. Kemudian

hewan uji yang telah diinduksi kafeina diperiksa kadar asam urat darahnya pada

hari ke-6 untuk mengetahui kadar hiperurisemia awal. Pada hari ke-7 dilakukan

pemberian perlakuan berdasarkan kelompoknya masing-masing setiap hari dan

kefeina tetap diberikan juga pada semua kelompok kecuali kelompok normal.

Pengukuran kadar asam urat darah selanjutnya pada hari ke-9, ke-12 dan ke-15.

Hasil presentase penurunan asam urat pada hari ke-15 hewan uji yang

diberikan sediaan uji ekstrak kental herba tapak liman adalah dosis rendah 175

mg/ 200 g BB sebesar 37.5 %; 350 mg/ 200 g BB sebesar 43 %; 750 mg/ 200 g

BB sebesar 41 % (Tabel 4).

Page 55: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

42

Tabel 4. Hasil persentase penurunan kadar asam urat darah rata-rata

kelompok ekstrak uji, dan kontrol pembanding

Kelompok Perlakuan % Penurunan

9 hari* 12 hari* 15 hari*

Kontrol Pembanding 11.87% 35.97% 58.63%

Ekstrak Dosis Rendah 11.43% 17.86% 37.50%

Ekstrak Dosis Sedang 22.33% 25.67% 43%

Ekstrak Dosis Tinggi 7.86% 30.36% 41%

Keterangan :

* Hari setelah perlakuan

Berdasarkan pada uji normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)

menunjukkan kadar asam urat darah sebelum dan sesudah percobaan terdistribusi

normal (p≥0,05) dan pada uji homogenitas (Levene) menunjukkan bervariasi

homogen (p≥0,05) sehingga dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA. Pada Uji

ANOVA satu arah bila (p≤0,05) maka harus dilakukan uji Beda Nyata Terkecil

(BNT) dengan metode LSD (Lampiran 11 dan 12).

Uji ANOVA satu arah dan BNT pada hari ke-6 terhadap kadar asam urat

darah seluruh kelompok hewan uji ekstrak, kontrol negatif dan kontrol

pembanding menunjukkan berbeda secara bermakna (p ≤ 0.05) dengan kelompok

kontrol normal karena seluruh kelompok hewan uji ekstrak, kontrol negatif dan

kontrol pembanding telah mengalami hiperurisemia. Uji ANOVA satu arah dan

BNT pada hari ke-9 terhadap kadar asam urat darah seluruh kelompok hewan uji

ekstrak, kontrol negatif dan kontrol pembanding menunjukkan masih berbeda

secara bermakna (p ≤ 0.05) dengan kelompok kontrol normal. Uji ANOVA satu

arah dan BNT pada hari ke-12 terhadap kadar asam urat darah kelompok hewan

uji ekstrak dosis tinggi, dan kontrol pembanding menunjukkan tidak berbeda

secara bermakna (p ≥ 0.05) dengan kontrol normal. Uji ANOVA satu arah dan

Page 56: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

43

BNT pada hari ke-15 terhadap kadar asam urat darah seluruh kelompok hewan uji

ekstrak dan kontrol pembanding menunjukkan tidak berbeda secara bermakna (p

≥ 0.05) dengan kontrol normal (Lampiran 13).

Penurunan kadar asam urat darah kelompok yang diberi alopurinol disebabkan

oleh kerjanya yang menghambat pembentukan enzim xantin oksidase dari hewan

uji tersebut namun penurunan kadar asam urat darah kelompok yang diberi

sediaan uji ekstrak kental etanol 70 % herba tapak liman (Elephantopus scaber L)

belum diketahui mekanisme kerjanya.

Page 57: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

44

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian uji efek penurunan kadar asam urat darah ekstrak etanol

70% herba tapak liman (Elephantopus scaber L) pada tikus putih jantan yang

diinduksi dengan kafeina, diperoleh kesimpulan bahwa dosis sedang (350 mg/200

g BB) sediaan uji ekstrak kental herba tapak liman (Elephantopus scaber L)

memberikan penurunan kadar asam urat darah yang paling efektif (p ≤ 0.05). Hal

ini ditunjukkan dengan dosis 350 mg/200 g BB yang menurunkan kadar asam urat

darah hari ke 15 sebesar 43 %.

6.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek penurunan kadar asam urat

darah dari ekstrak etanol herba tapak liman (Elephantopus scaber L) dan

kandungan senyawa aktif yang bertanggung jawab terhadap efek penurunan kadar

asam urat darah tersebut. Selain itu juga perlu dilakukan penelitian tentang

toksisitas herba tapak liman (Elephantopus scaber L) pada hewan uji untuk

mengevaluasi batas keamanannya jika digunakan dalam jangka panjang.

Page 58: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

45

DAFTAR PUSTAKA

Azizahwati, W., Sumali, Prihandini, K. 2005. Efek Penurunan Kadar Asam Urat

Dalam Darah Tikus Putih Jantan Dari Rebusan Akar Tanaman Akar Kucing

(Acalypha Indica L). Departemen Farmasi FMIPA-UI. Depok:

Bandolier team. 2005. Epidemiology of gout. Bandolier.

Betram D., Katzung, MD. Ph.D.,2002. Farmakologi Dasar dan Klinik, alih bahasa

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dari judul

aslinya Basic & Clinical Pharmacology, 8th

Ed. Penerbit Salemba Media.

Jakarta:

Broadhurst, C. L., 1999. Ease Gout Pain. Nutrition Science News.

Dahlan, Sopiyuddin. 2004. Seri Statistik : Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan

Uji Hipotesis Dengan Menggunakan SPSS Program 12 Jam. PT Arkanas.

Jakarta: 89-101.

Departemen Kesehatan RI. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Ditjen POM.

Jakarta: 276-277.

Departemen Kesehatan RI. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Dirjen POM.

Jakarta: 52-56.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat. Dirjen POM. Jakarta: 1-12.

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pharmacetical Care Untuk Pasien Penyakit

Arthritis Rematik. Direktorat Jendral Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.

Jakarta: 48-52.

Department of Health and Human Services Food and Drug Administration. 2005.

Guidance for Industry Estimating the Maximum Safe Starting Dose in Initial

Clinical Trial for Therapeutics in Adult Healthy Volunteers. Center for Drug

Evaluation and Research. 16.

Farnswoth, NR. 1986. Biological and Phytochemical Screening of Plants. journal

pharmaceutical science. 255 – 265.

Ganiswarna, Sulistia, G. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi 4. Fakultas Kedokteran

UI. Jakarta: 220-222; 226-233.

Page 59: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

46

Garreth, RH., Grishan, CM. 1995. Biochemistry. Saunders College Publishing.

Florida: 871-885.

Gunawan Didik. Apt.SU dan Mulyani Sri, Apt. SU. 2004. Ilmu Obat Alam

(Farmakognosi) Jilid 1. 9.

Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara modern Menganalisis

Tumbuhan. Terjemahan: Kosasih P, Soediro Iwang, ITB. Bandung: 6-17.

Herlina, Tati. 2005. Senyawa Bioaktif Dari Erythrina Variegata. FMIPA Padjajaran.

Bandung:

Kasper, D., Braunwald, E., Fauci, A., Hauser, S., Longo, D., Jameson, L. 2004.

Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Edition. In Wortmann, R.

disorder of purine and pyrimidine metabolism. McGraw-Hill Professional. New

York:

Krisnatuti, D, et al. 1997. Perencanaan Mutu Untuk Penderita Asam Urat. Penebar

Swadaya. Jakarta: 1-14.

Malole, M.B.M, C.S.N, Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-hewan di Labotorium.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Antar Universitas Bioteknologi.

Bogor: 104-107.

Murray, R., Granner, D., Mayes, P., Rodwell, V. 2003. Harper’s Illustrated

Biochemistry, Twenty-Sixth Edition. In Rodwell, V. metabolism of purine &

pyrimidine nucleotides. McGraw-Hill Companies. New York: 293-302.

N. La Du Bart, Mandel HG, Way El. Fundamentals of Drugs Metabolism and Drug

Disposition. Robert Krieger Publishing Company. Huntington, Newyork; 1979

: 189

Paget GE, Barnes JM. Evaluation of drug activities, Pharmacometric Vol.1,

Academic Press, London, 1964.

Redaksi VitaHealth. 2008. Asam Urat. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 12.

Rodwell, V.W., Murray, R.K., Ganner, D.K,, Mayes, P.A. 1998. Biokimia Harper

edisi 24. Penerbit Buku Kedokteran EGC Terjemahan Hartono. Jakarta: 378-

393.

Santoso, Singgih. 2008. Panduan Lengkap Menguasai SPSS. PT Elek Komputindo.

Jakarta: 164-180.

Page 60: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

47

Sharp, P.E., LaRegina, M.C., Suckw, M.A. 1998. The Laboratory Rat. CRC Press.

USA:

Sudjana. 1992. Metode Statistika. Tarsito. Bandung: 299, 219-307.

Tjay, Tan Hoan, Raharja, Kirana. 2002. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan,

dan Efek-efek Sampingnya. Edisi ke5. PT. Alex Media Komputindo. Jakarta:

318-323.

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Tekhnologi Farmasi. Alih Bahasa Drs. Soendani

Noerono Soewandhi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta: 577-578.

Wade A, et al. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia Twenty-eight Edition.

The Pharmaceutical Press. London: 340.

Wade A, Waller P.J. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients Second Edition.

The Pharmaceutical Press. London: 78.

Weatheral D.J., Ledingham J.G.G., Warrell D.A. 1987. Oxford Text Book of

Medicine, 2nd Ed, Vol I. Oxford University Press. 9.123-9.135.

Yuniarti, Titin. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Jakarta: 391-393.

Yuno, S. 2003. Uji Efek Campuran Ekstrak Herba Seledri (Apium graveolens L) dan

Jahe Merah (Zingeber officinale Rosc) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat

pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Kalium Oksonat. Departemen Farmasi

FMIPA-UI. Depok:

Page 61: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

48

Lampiran 1. Hasil determinasi tanaman tapak liman (Elephantopus scaber L)

Page 62: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

49

Lampiran 2. Surat keterangan galur hewan uji

Page 63: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

50

Lampiran 3. Bahan dan hewan uji

Gambar 7. Tanaman tapak liman (Elephantopus scaber L)

Gambar 8. Tikus putih jantan galur Sprague-Dawley

Gambar 9. Pemberian sediaan secara oral

Page 64: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

51

Lampiran 4. Alat- alat yang digunakan dalam penelitian

Gambar 10. Vacuum rotary evaporator Gambar 11. Timbangan analitik

Gambar 12. Timbangan tikus Gambar 13. Timbangan

Gambar 14. Alat dan tes strip asam urat (Easytouch)

Page 65: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

52

Lampiran 5. Skema proses ekstraksi

Diuapkan dengan vacuum

rotary evaporator

Serbuk simplisia kering herba

tapak liman (Elephantopus

scaber L)

Ekstraksi

( maserasi berulang-ulang

dengan pelarut etanol 70 % )

Ekstrak etanol 70 % cair

Ekstrak etanol 70 % kental

Uji

penapisan

fitokimia

Ampas

Dibuang

Page 66: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

53

Lampiran 6. Skema uji efek penurunan kadar asam urat darah

Keterangan : *Pengukuran kadar asam urat darah

Larutan

Na CMC

1%

Induksi

Kafeina

Induksi

Kafeina

Induksi

Kafeina

Induksi

Kafeina

Induksi

Kafeina

Hari ke-6*

Pengukuran kadar asam urat darah hiperurisemia awal

Persiapan tikus

Kontrol

Normal

Kontrol Negatif

Kelompok

uji III

Kelompok uji II

Kelompok uji I

Kontrol Pembanding

Larutan

Na CMC

0.5 %

Larutan

Na CMC

0.5 % +

Kefeina

Uji dengan

Alopurinol

+ Kafeina

Uji Dosis

Rendah +

Kafeina

Uji Dosis

Sedang +

Kafeina

Uji Dosis

Tinggi +

Kafeina

Hari ke-9*

Hari ke-12*

Hari ke-15*

Page 67: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

54

Lampiran 7. Perhitungan rendemen dan dosis ekstrak kental herba tapak liman

(Elephantopus scaber L)

A. Perhitungan rendemen

Berat serbuk simplisia yang diekstraksi = 500 g

Berat ekstrak kental yang didapat = 92.6 g

Rendemen = Berat ekstrak kental yang didapat

Berat serbuk simplisia yang diekstraksi

= 92.6 g

500 g

= 18.52 %

B. Perhitungan dosis herba tapak liman

Dosis untuk manusia 10-20 g serbuk kering, dosis yang saya pakai 11 g

Jadi, dosis pada manusia = % kadar ekstrak kental x dosis herba tapak liman

yang digunakan manusia

= 18.52 % X 11 g

= 2.0372 g

Dosis untuk tikus = dosis pada manusia x faktor konversi x faktor

farmakokinetika

= 2. 0372 g x 0.018 x 10

= 0.37 g/200 g BB

Keterangan: Faktor konversi dari manusia ke tikus = 0.018 (Paget & Barnes,

1964) dan faktor farmakokinetika yang digunakan = 10 (Mandel et al,1979).

Penetapan Pembagian Dosis Uji

1. Dosis rendah = Dosis 0.5 kali yaitu 0.5 x 0.35 g/200 g BB = 175 mg/200 g BB

2. Dosis sedang = Dosis 1 kali yaitu 1 x 350 mg/200 g BB = 350 mg/200 g BB

3. Dosis tinggi = Dosis 2 kali yaitu 2 x 350 mg/200 g BB = 700 mg/200 g BB

X 100 %

X 100 %

Page 68: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

55

Lampiran 8. Pembuatan sediaan uji

A. Pembuatan suspensi ekstrak etanol herba tapak liman (Elephantopus

scaber L)

1. Dosis rendah (175 mg/200 g BB/hari)

Untuk satu ekor tikus dengan berat badan 200 g dan konsentrasi ekstrak

350 mg/ml,

VAO = Dosis x Berat badan = 175 mg x 200 g = 0,5 ml

Konsentrasi 200 g x 350 mg/ml

2. Dosis sedang (350 mg/200 g BB/hari)

Untuk satu ekor tikus dengan berat badan 200 g dan konsentrasi ekstrak

350 mg/ml,

VAO = Dosis x Berat badan = 350 mg x 200 g = 1 ml

Konsentrasi 200 g x 350 mg/ml

3. Dosis tinggi (700 mg/200 g BB/hari)

Untuk satu ekor tikus dengan berat badan 200 g dan konsentrasi ekstrak

350 mg/ml,

VAO = Dosis x Berat badan = 700 mg x 200 g = 2 ml

Konsentrasi 200 g x 350 mg/ml

B. Pembuatan suspensi kafeina (27 mg/200 g BB)

Untuk satu ekor tikus dengan berat badan 200 g dan konsentrasi 30 mg/ml,

VAO = Dosis x Berat badan = 27 mg x 200 g = 0.9 ml

Konsentrasi 200 g x 30 mg/ml

C. Pembuatan suspensi alopurinol (36 mg/200 g BB)

Untuk satu ekor tikus dengan berat badan 200 g dan konsentrasi 30 mg/ml,

VAO = Dosis x Berat badan = 36 mg x 200 g = 0.9 ml

Konsentrasi 200 g x 40 mg/ml

Page 69: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

56

Lampiran 9. Hasil pengukuran kadar asam urat darah hewan uji selama

percobaan

Tabel 5. Hasil pengukuran kadar asam urat darah hewan uji selengkapnya selama

percobaan (mg/dl)

Waktu

(Hari)

Kontrol

Normal

Kontrol

Negatif

Kontrol

Pembanding

Ekstrak

Dosis

Rendah

Ekstrak

Dosis

Sedang

Ekstrak

Dosis

Tinggi

0

1.7 1.7 1.0 1.3 1.2 1.7

1.3 1.5 1.4 1.5 1.5 2.1

2.1 1.2 1.3 2.1 1.3 1.0

1.5 1.5 1.5 1.5 1.0 1.3

Rata-

rata 1.65 1.48 1.30 1.60 1.25 1.53

6

1.2 2.9 2.6 2.9 3.2 3.0

1.2 3.1 3.3 3.1 2.8 2.8

1.7 3.0 2.7 2.5 2.9 2.5

1.5 2.6 2.5 2.7 3.1 2.9

Rata-

rata 1.50 2.90 2.78 2.80 3.00 2.80

9

1.7 3.3 2.1 1.8 2.0 2.7

1.5 3.5 2.9 3.0 2.1 3.1

1.3 3.1 2.5 2.2 3.1 2.5

1.2 3.4 2.3 2.9 2.1 2.0

Rata-

rata 1.43 3.33 2.45 2.48 2.33 2.58

12

1.5 3.7 1.5 1.5 2.7 2.1

2.1 3.3 2.1 2.5 2.1 2.7

1.1 3.7 1.5 3.1 2.1 1.5

1.3 3.5 2.0 2.1 2.0 1.2

Rata-

rata 1.50 3.55 1.78 2.30 2.23 1.95

15

1.3 3.9 1.1 1.5 2.0 1.8

1.7 3.7 1.2 1.8 1.5 2.1

1.5 4.1 1.0 1.9 1.6 1.5

1.2 3.7 1.3 1.8 1.7 1.2

Rata-

rata 1.43 3.85 1.15 1.75 1.70 1.65

Page 70: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

57

Lampiran 10. Uji normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test) terhadap

kadar asam urat darah kelompok hewan uji

Tujuan : Untuk melihat data kadar asam urat darah tikus terdistribusi normal

atau tidak

Hipotesis :

Ho : Data kadar asam urat darah tikus terdistribusi normal

Ha : Data kadar asam urat darah tikus tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Hari

Ke-0

Hari

Ke-6

Hari

Ke-9

Hari

Ke-12

Hari

Ke-15

N 24 24 24 24 24

Normal

Parametersa,,b

Mean 1.467 2.613 2.429 2.217 1.921

Std.

Deviation

.3171 .6024 .6721 .7772 .9288

Most Extreme

Differences

Absolute .208 .259 .133 .226 .260

Positive .208 .127 .105 .226 .260

Negative -.102 -.259 -.133 -.095 -.161

Kolmogorov-Smirnov Z 1.020 1.270 .653 1.109 1.274

Asymp. Sig. (2-tailed) .249 .079 .788 .171 .078

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Keputusan : Kadar asam urat darah seluruh kelompok hewan uji terdistribusi

normal (p ≥ 0.05).

Page 71: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

58

Lampiran 11. Uji homogenitas (Lavene) terhadap kadar asam urat darah

kelompok hewan uji

Tujuan : Untuk melihat data kadar asam urat darah tikus homogen atau tidak

Hipotesis :

Ho : Data kadar asam urat darah tikus bervariasi homogen

Ha : Data kadar asam urat darah tikus tidak bervariasi homogen

Pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Hari Ke-0 1.281 5 18 .315

Hari Ke-6 .518 5 18 .760

Hari Ke-9 1.937 5 18 .138

Hari Ke-12 1.486 5 18 .243

Hari Ke-15 1.591 5 18 .213

Keputusan : Kadar asam urat darah seluruh kelompok hewan uji bervarisasi

homogen (p ≥ 0.05).

Page 72: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

59

Lampiran 12. Uji ANOVA satu arah dan Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan

LSD terhadap kadar asam urat darah kelompok hewan uji

Tujuan : Untuk melihat data kadar asam urat darah tikus terdapat perbedaan

secara bermakna atau tidak antar kelompok

Hipotesis :

Ho : Data kadar asam urat darah tikus tidak terdapat perbedaan secara

bermakna

Ha : Data kadar asam urat darah tikus terdapat perbedaan secara bermakna

Pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0.05, maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0.05, maka Ho ditolak dan dilanjutkan dengan uji Beda

Nyata Terkecil (BNT)

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Hari Ke-0 Between Groups .518 5 .104 1.040 .425

Within Groups 1.795 18 .100

Total 2.313 23

Hari Ke-6 Between Groups 7.199 5 1.440 22.584 .000

Within Groups 1.148 18 .064

Total 8.346 23

Hari Ke-9 Between Groups 7.382 5 1.476 8.836 .000

Within Groups 3.008 18 .167

Total 10.390 23

Hari Ke-12 Between Groups 10.258 5 2.052 10.160 .000

Within Groups 3.635 18 .202

Total 13.893 23

Hari Ke-15 Between Groups 18.852 5 3.770 68.727 .000

Within Groups .988 18 .055

Total 19.840 23

Keputusan : Kadar asam urat darah awal seluruh kelompok hewan uji sebelum

perlakuan (hari ke-0) tidak berbeda secara bermakna (p ≥ 0.05) sedangkan kadar

asam urat darah seluruh kelompok hewan uji pada hari ke-6 (hiperurisemia awal),

ke-9, ke-12 dan ke-15 berbeda secara bermakna (p ≤ 0.05) sehingga harus

dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan LSD.

Page 73: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

60

Lampiran 12. (Lanjutan)

Uji BNT Hari ke-6

Multiple Comparisons

Hari Ke-6

LSD

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

Difference

(I-J)

Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol Normal Kontrol Negatif -1.5000* .1785 .000 -1.875 -1.125

Kontrol Pembanding -1.3750* .1785 .000 -1.750 -1.000

Dosis Rendah -1.4000* .1785 .000 -1.775 -1.025

Dosis Sedang -1.6000* .1785 .000 -1.975 -1.225

Dosis Tinggi -1.4000* .1785 .000 -1.775 -1.025

Kontrol Negatif Kontrol Normal 1.5000* .1785 .000 1.125 1.875

Kontrol Pembanding .1250 .1785 .493 -.250 .500

Dosis Rendah .1000 .1785 .582 -.275 .475

Dosis Sedang -.1000 .1785 .582 -.475 .275

Dosis Tinggi .1000 .1785 .582 -.275 .475

Kontrol Pembanding Kontrol Normal 1.3750* .1785 .000 1.000 1.750

Kontrol Negatif -.1250 .1785 .493 -.500 .250

Dosis Rendah -.0250 .1785 .890 -.400 .350

Dosis Sedang -.2250 .1785 .224 -.600 .150

Dosis Tinggi -.0250 .1785 .890 -.400 .350

Dosis Rendah Kontrol Normal 1.4000* .1785 .000 1.025 1.775

Kontrol Negatif -.1000 .1785 .582 -.475 .275

Kontrol Pembanding .0250 .1785 .890 -.350 .400

Dosis Sedang -.2000 .1785 .277 -.575 .175

Dosis Tinggi .0000 .1785 1.000 -.375 .375

Dosis Sedang Kontrol Normal 1.6000* .1785 .000 1.225 1.975

Kontrol Negatif .1000 .1785 .582 -.275 .475

Kontrol Pembanding .2250 .1785 .224 -.150 .600

Dosis Rendah .2000 .1785 .277 -.175 .575

Dosis Tinggi .2000 .1785 .277 -.175 .575

Dosis Tinggi Kontrol Normal 1.4000* .1785 .000 1.025 1.775

Kontrol Negatif -.1000 .1785 .582 -.475 .275

Kontrol Pembanding .0250 .1785 .890 -.350 .400

Dosis Rendah .0000 .1785 1.000 -.375 .375

Dosis Sedang -.2000 .1785 .277 -.575 .175

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan : Kadar asam urat darah hewan uji setelah diinduksi kafeina 6 hari

menunjukkan kadar asam urat darah berbeda secara bermakna (p ≤ 0.05) dan

setelah dilakukan uji BNT hasilnya menunjukan kadar asam urat darah semua

kelompok hewan uji berbeda secara bermakna (p ≤ 0.05) dengan kelompok

normal karena telah mengalami hiperurisemia

Page 74: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

61

Lampiran 12. (Lanjutan)

Uji BNT Hari ke-9

Multiple Comparisons

Hari Ke-9

LSD

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol Normal Kontrol Negatif -1.9000* .2890 .000 -2.507 -1.293

Kontrol Pembanding -1.0250* .2890 .002 -1.632 -.418

Dosis Rendah -1.0500* .2890 .002 -1.657 -.443

Dosis Sedang -.9000* .2890 .006 -1.507 -.293

Dosis Tinggi -1.1500* .2890 .001 -1.757 -.543

Kontrol Negatif Kontrol Normal 1.9000* .2890 .000 1.293 2.507

Kontrol Pembanding .8750* .2890 .007 .268 1.482

Dosis Rendah .8500* .2890 .009 .243 1.457

Dosis Sedang 1.0000* .2890 .003 .393 1.607

Dosis Tinggi .7500* .2890 .018 .143 1.357

Kontrol Pembanding Kontrol Normal 1.0250* .2890 .002 .418 1.632

Kontrol Negatif -.8750* .2890 .007 -1.482 -.268

Dosis Rendah -.0250 .2890 .932 -.632 .582

Dosis Sedang .1250 .2890 .671 -.482 .732

Dosis Tinggi -.1250 .2890 .671 -.732 .482

Dosis Rendah Kontrol Normal 1.0500* .2890 .002 .443 1.657

Kontrol Negatif -.8500* .2890 .009 -1.457 -.243

Kontrol Pembanding .0250 .2890 .932 -.582 .632

Dosis Sedang .1500 .2890 .610 -.457 .757

Dosis Tinggi -.1000 .2890 .733 -.707 .507

Dosis Sedang Kontrol Normal .9000* .2890 .006 .293 1.507

Kontrol Negatif -1.0000* .2890 .003 -1.607 -.393

Kontrol Pembanding -.1250 .2890 .671 -.732 .482

Dosis Rendah -.1500 .2890 .610 -.757 .457

Dosis Tinggi -.2500 .2890 .398 -.857 .357

Dosis Tinggi Kontrol Normal 1.1500* .2890 .001 .543 1.757

Kontrol Negatif -.7500* .2890 .018 -1.357 -.143

Kontrol Pembanding .1250 .2890 .671 -.482 .732

Dosis Rendah .1000 .2890 .733 -.507 .707

Dosis Sedang .2500 .2890 .398 -.357 .857

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan : Kadar asam urat darah seluruh kelompok hewan uji ekstrak, kontrol

negatif dan kontrol pembanding menunjukkan berbeda secara bermakna (p ≤ 0.05)

dengan kelompok kontrol normal; seluruh kelompok hewan uji ekstrak, kontrol

normal dan kontrol pembanding menunjukkan berbeda secara bermakna (p ≤

0.05) juga dengan kelompok kontrol negatif; seluruh kelompok hewan uji ekstrak

menunjukkan tidak berbeda secara bermakna (p ≥ 0.05) dengan kontrol

pembanding sehingga kesimpulannya walaupun seluruh kelompok hewan uji

ekstrak, dan kontrol pembanding kadar asam urat darahnya belum normal tetapi

telah menunjukan penurunan bila dibandingkan dengan kontrol negatif dan kerja

semua ekstrak uji sebanding dengan pembanding

Page 75: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

62

Lampiran 12. (Lanjutan)

Uji BNT Hari ke-12

Multiple Comparisons

Hari Ke-12

LSD

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol Normal Kontrol Negatif -2.0500* .3178 .000 -2.718 -1.382

Kontrol Pembanding -.2750 .3178 .398 -.943 .393

Dosis Rendah -.8000* .3178 .022 -1.468 -.132

Dosis Sedang -.7250* .3178 .035 -1.393 -.057

Dosis Tinggi -.4500 .3178 .174 -1.118 .218

Kontrol Negatif Kontrol Normal 2.0500* .3178 .000 1.382 2.718

Kontrol Pembanding 1.7750* .3178 .000 1.107 2.443

Dosis Rendah 1.2500* .3178 .001 .582 1.918

Dosis Sedang 1.3250* .3178 .001 .657 1.993

Dosis Tinggi 1.6000* .3178 .000 .932 2.268

Kontrol Pembanding Kontrol Normal .2750 .3178 .398 -.393 .943

Kontrol Negatif -1.7750* .3178 .000 -2.443 -1.107

Dosis Rendah -.5250 .3178 .116 -1.193 .143

Dosis Sedang -.4500 .3178 .174 -1.118 .218

Dosis Tinggi -.1750 .3178 .589 -.843 .493

Dosis Rendah Kontrol Normal .8000* .3178 .022 .132 1.468

Kontrol Negatif -1.2500* .3178 .001 -1.918 -.582

Kontrol Pembanding .5250 .3178 .116 -.143 1.193

Dosis Sedang .0750 .3178 .816 -.593 .743

Dosis Tinggi .3500 .3178 .285 -.318 1.018

Dosis Sedang Kontrol Normal .7250* .3178 .035 .057 1.393

Kontrol Negatif -1.3250* .3178 .001 -1.993 -.657

Kontrol Pembanding .4500 .3178 .174 -.218 1.118

Dosis Rendah -.0750 .3178 .816 -.743 .593

Dosis Tinggi .2750 .3178 .398 -.393 .943

Dosis Tinggi Kontrol Normal .4500 .3178 .174 -.218 1.118

Kontrol Negatif -1.6000* .3178 .000 -2.268 -.932

Kontrol Pembanding .1750 .3178 .589 -.493 .843

Dosis Rendah -.3500 .3178 .285 -1.018 .318

Dosis Sedang -.2750 .3178 .398 -.943 .393

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan : Kadar asam urat darah kelompok hewan uji ekstrak dosis tinggi, dan

kontrol pembanding menunjukkan tidak berbeda secara bermakna (p ≥ 0.05)

dengan kontrol normal; seluruh kelompok hewan uji ekstrak, kontrol normal dan

kontrol pembanding menunjukkan berbeda secara bermakna (p ≤ 0.05) dengan

kelompok kontrol negatif; seluruh kelompok hewan uji ekstrak menunjukkan

tidak berbeda secara bermakna (p ≥ 0.05) dengan kontrol pembanding sehingga

kesimpulannya kelompok hewan uji ekstrak dosis tinggi dan kontrol pembanding

kadar asam urat darahnya sudah normal walaupun ekstrak dosis rendah dan

sedang masih berbeda tetapi semua kelompok uji telah menunjukan penurunan

bila dibandingkan dengan kontrol negatif dan kerja semua ekstrak uji sebanding

dengan pembanding

Page 76: UJI EFEK EKSTRAK ETANOL HERBA TAPAK LIMAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24621/1/ABDUL... · tidak ada perbedaan secara bermakna (p ≥ 0. 05) dengan kelompok

63

Lampiran 12. (Lanjutan)

Uji BNT Hari ke-15

Multiple Comparisons

Hari Ke-15

LSD

(I) Kelompok (J) Kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol Normal Kontrol Negatif -2.4250* .1656 .000 -2.773 -2.077

Kontrol Pembanding .2750 .1656 .114 -.073 .623

Dosis Rendah -.3250 .1656 .065 -.673 .023

Dosis Sedang -.2750 .1656 .114 -.623 .073

Dosis Tinggi -.2250 .1656 .191 -.573 .123

Kontrol Negatif Kontrol Normal 2.4250* .1656 .000 2.077 2.773

Kontrol Pembanding 2.7000* .1656 .000 2.352 3.048

Dosis Rendah 2.1000* .1656 .000 1.752 2.448

Dosis Sedang 2.1500* .1656 .000 1.802 2.498

Dosis Tinggi 2.2000* .1656 .000 1.852 2.548

Kontrol Pembanding Kontrol Normal -.2750 .1656 .114 -.623 .073

Kontrol Negatif -2.7000* .1656 .000 -3.048 -2.352

Dosis Rendah -.6000* .1656 .002 -.948 -.252

Dosis Sedang -.5500* .1656 .004 -.898 -.202

Dosis Tinggi -.5000* .1656 .007 -.848 -.152

Dosis Rendah Kontrol Normal .3250 .1656 .065 -.023 .673

Kontrol Negatif -2.1000* .1656 .000 -2.448 -1.752

Kontrol Pembanding .6000* .1656 .002 .252 .948

Dosis Sedang .0500 .1656 .766 -.298 .398

Dosis Tinggi .1000 .1656 .554 -.248 .448

Dosis Sedang Kontrol Normal .2750 .1656 .114 -.073 .623

Kontrol Negatif -2.1500* .1656 .000 -2.498 -1.802

Kontrol Pembanding .5500* .1656 .004 .202 .898

Dosis Rendah -.0500 .1656 .766 -.398 .298

Dosis Tinggi .0500 .1656 .766 -.298 .398

Dosis Tinggi Kontrol Normal .2250 .1656 .191 -.123 .573

Kontrol Negatif -2.2000* .1656 .000 -2.548 -1.852

Kontrol Pembanding .5000* .1656 .007 .152 .848

Dosis Rendah -.1000 .1656 .554 -.448 .248

Dosis Sedang -.0500 .1656 .766 -.398 .298

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keputusan : kadar asam urat darah seluruh kelompok hewan uji ekstrak dan

kontrol pembanding menunjukkan tidak berbeda secara bermakna (p ≥ 0.05)

dengan kontrol normal; seluruh kelompok hewan uji ekstrak, kontrol normal dan

kontrol pembanding menunjukkan berbeda secara bermakna (p ≤ 0.05) dengan

kelompok kontrol negatif; semua kelompok hewan uji ekstrak menunjukkan

berbeda secara bermakna (p ≥ 0.05) dengan kontrol pembanding sehingga

kesimpulannya seluruh kelompok hewan uji ekstrak dan kontrol pembanding

kadar asam urat darahnya sudah normal dan telah menunjukan penurunan bila

dibandingkan dengan kontrol negatif tetapi kerja semua dosis ekstrak uji tidak

sebanding dengan pembanding karena kadar asam urat darah kontrol pembanding

lebih rendah dibawah kontrol normal.