uin syarif hidayatullah -...
TRANSCRIPT
POLA ASUH PEMBINA TERHADAF> SANITRI
DI PONDOK PESANTREN DARUL ARQAM
MUHAMMADIYAH GARUT
Oleh:
CATUR TRESNA RUSWARADITFl'.A
NIM: 103070028987
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian per.syaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Psikologi ($.Psi)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
POLA ASUH PEMBINA TERHADAP SANTRI
DI PONDOK PESANTREN DARUL ARQAM
MUHAMMADIYAH GARUT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk mememuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Catur Tresna Ruswaraditra
NIM: 103070028987
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I, Pembimbing II,
~ (-Bamban di Ph.D
NIP. 150 326 891 NIP. 150 293 234
FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJllAN
Skripsi yang berjudul POLA ASUH PEMBINA TERHADAP SANTRI DI
PONDOK PESANTREN DARUL ARQAM MUHAMMADIYAH GARUT
telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 06
Februari 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, Februari 2008
Ketua Mer Jkap Anggota,
,:,/\-1~ Ora. H'. Net Hartati M.Psi. NIP. 150 21 38
Penguji I
Sidang Munaqasyah
Sekretaris Merangkap Anggota
Anggota:
Penguji II
Ors. Rachmat Mulyono. M.Si NIP. 150 293 240
Pernbirnbing I Pembimbing II
Bamban Su adi Ph. D NIP. 150 326 891
MOTTO
Jadilah Sukses Berdasarkan Penilaian Tuhan
Lakukanlah Sekuat Tenaga bukan semampunya
lngatlah selalu dan perbaiki kesalahan yang pernah kita
pe?rbuat, k@mudian
Lupakan ke?baikan yang pernah kita perbuat
(AAGymj
"Ke bahagiaan ada pada ji~ra yang be rs yukur"
(Andy F Noya)
"<Pada setiap satu ~suutan terdapat 6anyak,~mudahan. Sunggufi, setefali ftesuutan adiz ~mudahan-~mudafian. :Malig apa6ifa f«imu CJ'e{afi sefesai ( dari. sesuatu urusan), R§tjalignfali dengan sungguli-sungguli (umsan) yang fain. <Dan Uanya ~patfa <Iufianmufali liendak,nya /igmu 6erliarap" (Jlf-Insyiroli: 5-8)
KATA PENGANTAR
Tiada kata indah selain memuji dan bersyukur kepada Allah SWT yang
dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walau dalam
menjalaninya penuh dengan perjuangan dan pengorbanan. Tak lupa
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Kanj13ng Nabi
Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang
telah membimbing manusia keluar dari masa kegelapan menuju masa yang
penuh asa.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
insan-insan yang menjadi penyemangat penulis di saat-saat genting tanpa
inspirasi dan mengajarkan berbagai hal mengenai kehidupan.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak dan !bu tercinta yang selalu mendampingi tanpa mengenal kata
lelah yang dengan doa dan semangatnya terus mendukung tiada henti
agar penulis cepat menyelesaikan skripsi. Kedua kakaku Owi Tresna R
sekeluarga, dan Tri Tresna R sekeluarga yang banyak mewarnai
kehidupan penulis. Kalian merupakan anugerah untukku, terima kasih
Allah atas keluarga yang hebat ini.
2. Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si., Oekan Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ora. Hj. Zahrotun Nihayah, M.Si., Pembantu Oekan I Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
..
4. Prof. Hamdan Yasun, M.Si., Ketua Bidang Psikolooi Sosial dan
Pembimbing Akademik kelas A Fakultas Psikologi 2003 yang telah
memberikan banyak arahan dan pengalamannya kepada penulis.
5. Bambang Suryadi, Ph.D Pembimbing I yang telah memberikan banyak
masukan untuk perbaikan skripsi pada penulis.
6. Solicha, S.Ag. Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu
pribadinya untuk memberi koreksi pada skripsi penulis.
7. Seluruh staff pengajar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
bersedia memberikan secercah harapan masa depan selama proses
perkuliahan. Jajaran akademik dan karyawan Fakultas Psikologi lbu
Sri, Pak Miftah lbu Syariah dan lbu Nur, dkk, yang sabar mendengar
keluhan-keluhan dan direpotkan dalam menyusun nilai-nilai penulis
yang tak beraturan.
8. Pimpinan Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Daerah
Garut beserta seluruh staff pengajar dan pembina yang telah
memberikan keleluasaan dan kemudahan bagi penulis dalam
mengadakan penelitian.
9. Siti Rahmi Rahimah yang sudah memberikan begitu banyak perhatian
dan kesabaran bagi perkembangan penulisan skripsi ini.
1 O. The Kostan Family (Dani dan Yusuf) Plus Uwa Ramdan, dengan
kalian kuliah serasa penuh makna. Arif, Badru, Yamani, Sugih, Indra,
Adit, dan Cupie atas kerja samanya selama perkuliahan. Semua
orang-orang luar biasa angkatan 2003 kelas A, lta, Maya, Tika, Yeyen,
lea, Nca, Rida, dan lain-lain yang banyak memberi warna kehidupan.
Persahabatan kita selamanya.
11. Anak-anak The MIB (Koko, Uut, Boncu, Jurig, Uum, Hendra, Abi, dll),
GEMC DA Club (Evi, Fani, Annisa, lsni, Lulu, dll) dan keluarga besar
IKADAM yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu atas kenangan
kenangan yang telah kalian ukir selama skripsi ini dibuat. Kamaludin
dan keluarga untuk pencerahan hidup di saat tiada asa. Juga kepada
Gina dan Agung atas dukungan teknisnya.
12. Terima kasih juga buat persaudaraan sesama lnteristi dimana saja
sebagai penambah spirit dalam mengerjakan skripsi ini ketika jenuh.
Dan untuk semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi yang tidak
dapat disebutkan satu persatu namanya karena keterbatasan ruang. Hanya
doa yang bisa penulis panjatkan, semoga bantuan dan kebaikan yang telah
mereka berikan menjadi amal ibadah yang diterima di sisi Allah SWT.
Jakarta, Januari 2008
Penulis
ABSTRAK
(C) Catur Tresna Ruswaraditra
(A) Fakultas Psikologi (B) Januari 2008
(D) Pola Asuh Pembina Terhadap Santri Di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut
(E) xi+ 108 (F) Pendidikan dalam jenjang menengah merupakan jembatan darl
pendidikan dasar ke pendidikan tinggi. Oleh karena itu pendic:fikan menengah menjadi sangat penting. Lembaga pendidikan pesantren yang berada dalam jenjang pendidikan menengah bahkan membekali anak didiknya dengan menambahkan berbagai ilmu agama. Hal ini dimaksudkan untuk memiliki generasi yang unggul dalam ilmu dan akhlak. Pola asuh pembina terhadap santri merupakan faktor yang turut berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pendidikan di pesantren. Upaya untuk mendukung terlaksananya visi dan misi pesantren ini meliputi aspek pengasuhan, kontrol, harapan, dan komunikasi. Perkembangan zaman yang cepat dan penuh kemajuan juga berbagai perubahan dalam pesantren itu sendiri membuat peran pembina menjadi semakin vital sebagai pengganti orang tua.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola asuh pembina terhadap santri di pondok pesantren. Pola asuh yang dimaksudkan adalah segala bentuk interaksi pengasuhan antara pembina dan santri, baik yang berbentuk otoriter, demokratis, permisif indifferent, atau permisif indulgent.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Teknik analisa data penelitian menggunakan metode perbandingan tetap. Lokasi pelaksanaan penelitian di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut. Subjek dalam penelitian ini adalah pembina yang di tugaskan membina santri oleh pimpinan pondok pesantren di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut. Jumlah subjek sebanyak tiga orang.
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif yang didapat dari tiga orang pembina menggunakan pola asuh demokratis. Dapat disimpulkan bahwa pola asuh pembina terhadap santri di pondc>k pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut adalah demokratis.
: '.
Untuk perkembangan lebih lanjut maka ada beberapa saran yakni; perlu adanya penambahan jumlah sampel termasuk membandingkannya dengan santri, serta mempertimbangkan aspek lainnya, seperti kelekatan santri dengan pembina, efektifitas rasio pembina dengan santri, dan tingkat ekonomi pembina dalam menggambarkan pola asuh responden.
(G) 35 (1993-2007)
Halaman Judul
Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Motto
Persembahan
DAFTAR ISi
Kata Pengantar ...................................................................................... i
Abstrak ................................................................................................... iv
Daftar lsi ................................................................................................ v
Daftar Tabel ........................................................................................... viii
Daftar Bagan .......................................................................................... ix
Daftar Lampiran ..................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN 1-10
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
1.2. ldentifikasi Masalah ........................................................................ 6
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 6
1.3.1. Pembatasan Masalah ............................................................. 6
1.3.2. Perumusan Masalah ............................................................... 7
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 7
1.4. 1. Tujuan Penelitian ................................................................... 7
1.4.2. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
1.5. Sistematika Penulisan .................................................................... 8
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 11-30
2.1. Pola Asuh ........................................................................................ 11
2.1.1. Definisi Pola Asuh .................................................................. 11
2.1.2. Tipe-tipe Pola Asuh ................................................................ 14
2.1.3. Faktor-faktor Pola Asuh ......................................................... 19
2.2. Pondok Pesantren ........................................................................... 20
2.2.1. Definisi Pesantren .................................................................. 20
2.2.2. Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren .................... 22
2.2.3. Kultur Kehidupan Pondok Pesantren ..................................... 23
2.2.4. Jenis-jenis Pondok Pesantren ................................................ 26
2.2.5. Jenis-jenis Santri. ................................................................... 27
2.2.6. Program Pengasuhan ............................................................ 27
2.3. Pola Asuh Pembina Terhadap Santri di Pondok Pesantren ............. 28
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 31-42
3.1. Jenis Penelitian ............................................................................... 31
3.1. 1. Pendekatan Penelitian ............................................................ 31
3.1.2. Metode Penelitian .................................................................. 32
3.2. Definisi Variabel dan Definisi Operasional. ...................................... 33
3.3. Subjek Penelitian ............................................................................ 35
3.3.1. Responden ............................................................................. 35
3.3.2. Karakteristik Subjek ................................................................ 35
3.4. Sumber dan Jenis Data ................................................................... 36
3.5. Teknik dan lnstrumen Pengumpulan Data ....................................... 36
3.5.2. Wawancara ............................................................................. 37
3.5.3. Observasi. ............................................................................... 39
3.6. Teknik Analisa Data ........................................................................ 39
3.6.3. Analisa Data Kualitatif ............................................................. 39
3. 7. Prosedur Penelitian ........................................................................ .40
i.
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 43-102
4.1. Gambaran Urn um Responden ........................................................ .43
4.2. Riwayat Kasus dan Analisa Kasus ................................................. .44
4.2.1 Kasus ES ................................................................................. .46
4.2.2 Kasus NH .................................................................................. 63
4.2.3 KasusAY .................................................................................. 78
4.3. Analisa Perbandingan Antar Kasus .................................................. 93
4.4. Hasil Tambahan .............................................................................. 97
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 103-108
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 103
5.2. Diskusi ............................................................................................ 103
5.3. Saran .............................................................................................. 107
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 109-111
LAMPIRAN .................................................................................... 112-139
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kategori Pola Asuh ................................................................ 34
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ............................................... 38
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden ............................................. .44
Tabel 4.2 Kategori Pola Asuh ............................................................... .45
Tabel 4.3 Analisa Kasus ES .................................................................. 61
Tabel 4.4 Analisa Kasus NH .................................................................. 76
Tabel 4.5 Analisa Kasus AY .................................................................. 91
Tabel 4.6 Analisa Perbandingan Antar Kasus ........................................ 93
Tabel 4.7 Latar Belakang Responden .................................................... 98
Tabel 4.8 Skor Skala Pola Asuh ............................................................ 101
Tabel 4.9 Kategori Skala Pola Asuh ...................................................... 102
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
Gambar 2.1 Skema perbandingan pola asuh dan jenis pe1santren ......... 30
' '-!
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Bimbingan Skripsi .................................................... 1 ·12
Lampiran 2. Surat lzin Penelitian dari Fakultas Psikologi UIN Syahid .... 113
Lampiran 3. Surat lzin Telah Melaksanakan Penelitian dari Pondok Pesantren
Darul Arqam Muhammadiyah Garut.. ..................................................... 114
Lampiran 4. Angket Penelitian Untuk Pembina ...................................... 115
Lampiran 5. Kunci Jawaban Angket.. ..................................................... 120
Lampiran 6. Validitas .............................................................................. 123
Lampiran 7. Reliabilitas .......................................................................... 125
Lampiran 8. Data Hasil Penelitian Pembina ........................................... 127
Lampiran 9. Surat Permohonan Kesediaan Wawancara ........................ 133
Lampiran 10. Pedoman Wawancara ...................................................... 135
Lampiran 11. Lembar Observasi ............................................................ 139
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
1.1. latar Belakang Masalah
Pondol< pesantren bukanlah institusi pendidikan baru, melainkan institusi
pendidikan tertua di Indonesia. Bahkan pesantren jika disandingkan dengan
lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia dianggap sebagai
produk budaya Indonesia yang indigenous (asli). Pada zaman penjajahan,
institusi ini bukan hanya tempat membina ilmu tetapi juga dijadikan basis
perjuangan dalam mengusir penjajahan bangsa-bangsa asing seperti
Belanda dan Jepang.
Dalam pendidikan pesantren figur Kiai sangat kental kebeiradaannya sebagai
seseorang yang dihormati. Biasanya Kiai adalah seorang pendiri sekaligus
pemilik pesantren yang mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada anak didiknya
yang disebut santri. Cara pengajarannya unik, dikenal dua cara yang paling
um um digunakan yaitu bandongan dan sorogan. Metode bandongan atau
layanan kolektif mengharuskan para santrinya mendengarkan Kiai
membacakan naskah-naskah keagamaan yang berbahasa Arab sambil
memberi catatan. Metode sorogan adalah santri yang membacakan kitab,
sementara Kiai atau ustadz yang sudah mahir menyimak sambil
mengevaluasi bacaan santri. Para santri yang mendapatkan pendidikan di
pesantren ini ada yang tinggal di asrama dikenal dengan nama santri mukim
dan ada yang tinggal di rumahnya masing-masing dikenal dengan nama
santri kalong.
2
Pondol< pesantren dapat menghasilkan lulusan yang berk.ualitas, baik secara
intelektual maupun perilaku. Pola pendidikannya mengharusk.an para santri
tinggal dalam asrama, selain bertujuan agar lebih fokus dalam mempelajari
ilmu-ilmu agama dan umum, juga mengajarkan kemandirian. Namun pola
seperti ini memiliki pengaruh yang tidak dapat diabaikan juga bukan jaminan
bahwa masalah tidak akan ada. Karena pengasuhan berpindah dari orang
tua masing-masing kepada pola pengasuhan di pondok pesantren.
Saat ini perkembangan pesantren telah sangat meluas di tanah air, terdapat
ribuan pesantren yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia baik pesantren
tradisional maupun pesantren modern. Data Statistik dari Departemen
Agama (dalam Mastuki, 2003: 4) tahun 1977 jumlah pesantren masih sekitar
4.195 buah buah dengan santri sekitar 677.394 orang. Peningkatan yang
signifikan terlihat dalam dua dasawarsa kemudian tahun ·1977, di mana
pesantren berjumlah 9.388 buah dengan jumlah santri mencapai 1. 770. 768
orang. Data terakhir Depag tahun 2001 menunjukkan jumlah pesantren
seluruh Indonesia sudah mencapai 11.312 buah dengan :santri sebanyak
2.737.805 orang.
Namun bukan hanya jumlahnya saja yang mengalami perkembangan, dari
segi kualitas pesantren juga mengalami perkembangan. Dari
penyelenggaraan pendidikan pun sejak tahun 1970-an be1ntuk-bentuk
pendidikan yang diselenggarakan di pesantren sudah sangat bervariasi.
Sistem pembelajaran tradisional yang berlaku, yaitu sorogan, bandongan,
balaghan, dan halaqah mulai diseimbangkan dengan sist19m pembelajaran
modern. Dalam aspek kurikulum juga mengalami perubahan, bila dahulu
pesantren hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan saja kini beberapa
pesantren banyak yang telah mengadopsi ilmu-ilmu umum untuk diajarkan
kepada para santrinya.
Dengan semakin berkembangnya pesantren sebagai institusi pendidikan,
berkembang pula cara pengasuhan terhadap santri, karena santri tinggal di
asrarna atau pondok sebagai tempat tinggal sekaligus tempat untuk belajar
hidup rnandiri. Dhofier (dalam Zarkasyi, 2005: 70) mengatakan Sistern
asrarna ini rnerupakan ciri khas tradisi pesantren yang rneimbedakannya
3
dengan sistem pendidikan Islam lain seperti sistem pendidikan di daerah
Minangkabau yang disebut surau.
Kini cara pengasuhan di banyak pondok pesantren tidak hanya berpusat
pada satu figur Kiai saja, akan tetapi melibatkan para pengasuh lainnya;
ustadz, ustadzah, pembina atau apapun istilahnya. Hal ini dikarenakan
banyak pesantren yang memiliki jumlah santri yang cukup banyak, sehingga
dibutuhkan tenaga pengasuh yang lebih banyak pula untuk membina santri
yang tinggal di asrama.
Pola asuh yang diterapkan di asrama oleh pembina cenderung bergaya
authoritarian atau terpusat pada satu figur saja. Melalui gaya pengasuhan
seperti ini diharapkan santri akan patuh dan berkembang ke arah yang
diinginl<an atau dikehendaki oleh pihak pondol< pesantren. Penelitian yang
dilakul<an oleh Muhtar (2005) membuktikan terdapat perbedaan kontribusi
dari kebervariasian pola asuh authoritarian terhadap kebeirvariasian prestasi
belajar santri mul<im dan santri non·mukim.
•Ada perbedaan kontribusi dari kebervariasian pola asuh otoriter terhadap kebervariasian prestasi belajar santri mukim dan santri nonmukim. Harga t yang diperoleh sebesar 2,570 apabila dikonsultasikan l<epada t tabel pada derajat l<ebebasan 110 dan taraf signifil<ansi 5% diperoleh harga sebesar 1, 980, oleh karena t hitung > t tabel, berarti ada perbedaan kontribusi l<ebervariasian pola asuh otoriter terhadap prestasi belajar santri rnukim dan santri nonmukim"
4
Hasil penelitian tersebut memberikan gambaran bagaimana pola asuh
authoritarian berpengaruh terhadap kondisi santri yang tinggal di pondok
pesantren bila dibandingkan dengan gaya pola asuh yan{l lainnya seperti
permisif dan demokratis. Pengaruh yang menonjol salah satunya terhadap
prestasi belajar. Oleh karena itu para pembina harus merniliki pengetahuan
yang lebih mendalam mengenai pengasuhan.
5
Latar belakang santri yang berbeda-beda dan jumlahnya yang banyak
menyebabkan pola asuh yang dijalankan pembina tidaklah mudah dilakukan.
Para santri datang dengan membawa kebiasaan pengasuhan dari orang
tuanya masing-masing yang berbeda-beda dan kemudian harus mengikuti
gaya pengasuhan di pondok pesantren. Belum lagi jika p~mggantian kelas
terjadi, maka penggantian pembina pun bisa jadi berubah. Hal ini menjadi
masalah tersendiri tak hanya bagi santri tapi juga pembina, pengasuh,
ustadz, ustadzah sebagai pengasuh di pondok pesantren. Kesulitan lain jika
rasio pengasuh tidak berimbang dengan jumlah santri. Pcmdok pesantren
yang menggunkan sistem asrama di mana jumlah santrinya dikelompokan
dalam jumlah yang besar dengan tenaga yang minim akan mengurangi
intensifnya bimbingan yang diberikan terhadap santri mukim.
Berpijak dari uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti "Pola Asuh
Pembina Terhadap Santri Di Pondok Pesantren Darul Arqam
Muhammadiyah Garut".
1.2. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di alas penulis dapat mengidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
6
1. Bagaimana pola asuh pembina terhadap santri di pondok pesantren
Darul Arqam Muhammadiyah Garut?
2 Apakah pola asuh yang dilakukan pembina di pondok pesantren
Darul Arqam Muhammadiyah Garut dapat mengatasi problem keterpisahan
santri dengan orang tuanya?
3. Apakah pola asuh yang dilakukan pembina di pondok pesantren
Darul Arqam Muhammadiyah Garut dapat mengganti peran orang tua santri?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan tidak meluas dan lebih terarah, penulis memberikan
batasan pada penelitian ini terhadap:
1. Jenis pola asuh yang dimaksud oleh penulis mencakup keseluruhan
macam-macam pola asuh, yaitu: otoriter, demokratif, dan permisif.
2. Pembina yang dimaksud oleh penulis adalah orang yang ditunjuk
secara khusus oleh pimpinan pondok pesantren yang bertugas sebagai
pengganti orang tua bagi santri baik sebagai usatdz, santri senior, maupun
yang tidak memiliki kegiatan lain selain membina santri.
3. Santri yang dimaksud oleh penulis adalah santri mukim, yaitu santri
yang tinggal di asrama sebagai tempat istirahat, dan kegiatan-kegiatan
rumah tangga lainnya.
4. Pondok pesantren yang dimaksud oleh penulis adalah pondok
pesantren khalafi atau disebut juga pondok pesantren yang sudah
menggabungkan kurikulum agama dan umum. Selain itu pola pengasuhan
yang diberikan kepada santri tidak lagi terpusat pada satu orang saja,
melainkan dibagi kepada kelompok-kelompok atau kelas-kelas dengan
melibatkan banyak pembina.
1.3.2. Perumusan Masalah
Untuk memudahkan penulis menjawab masalah tersebut diatas, maka
penulis mencoba merumuskannya dalam bentuk rumusan masalah sebagai
berikut:
Bagaimana pola asuh pembina terhadap santri di pondok pesantren Darul
Arqam Muhammadiyah Garut ?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
7
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola asuh pembina
terhadap santri di pondok pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
8
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
upaya pengembangan ilmu-ilmu psikologi melalui data-data yang
diperoleh dari proses penelitian ini, khususnya dalam bidang
Psikologi Perkembangan.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
a. Penulis sebagai bahan kajian yang berguna terutama dalam
bidang psikologi perkembangan khususnya pengasuhan di
pondok pesantren.
b. Pihak Pondok Pesantren sebagai bahan evaluasi bagi
peningkatan pola asuh di pondok pesantren.
c. Pemerhati atau peneliti lain sebagai referensi guna
melakukan penelitian serupa yang lebih komprehensif.
Dengan demikian, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu upaya
menghimpun data tentang pola asuh terhadap santri di pondok pesantren.
1.5. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan kaidah penulisan
American Psychology Assosiation (APA) style yang mengacu pada Pedoman
Penyusunan dan Penulisan Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negri
9
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2004. Untuk mengetahui gambaran tentang
hal-hal yang dibahas dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan
sistematika penulisan skripsi ini dalam lima bab, yakni:
Bab 1 Pendahuluan
Berisi: Latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
Bab 2 Kajian Pustaka
Berisi: Pola asuh; Definisi pola asuh, tipe-tipe pola asuh, indikator pola
asuh. Pondok pesantren; definisi pesantren, sejarah dan
perkembangan pondok pesantren, kultur kehidupan pondok pesantren,
jenis-jenis pondok pesantren, jenis-jenis santri, dan program
pengasuhan. Disertakan juga kerangka berpikir mengenai pola asuh
pembina terhadap santri di pondok pesantren.
Bab 3 Metodologi Penelitian
Berisi: Jenis Penelitian; Pendekatan penelitian, metode penelitian,
definisi variable dan definisi operasional, subjek penelitian; populasi
dan sampel, karakteristik subjek, sumber dan jenis data, teknik
pengambilan sampel; teknik dan instrument pengumpulan data, teknik
analisa data, serta prosedur penelitian.
Bab 4 Hasil Penelitian
Meliputi: gambaran umum responden; uji instrumen penelitian; hasil
penelitian; riwayat dan analisa kasus; perbandingan antar kasus.
10
Bab 5 Penutup
Berisi: kesimpulan; diskusi; dan saran.
BAB2
KAJIAN PUSTAKA
Seperti yang telah diuraikan dalam bab pendahuluan, penelitian ini bertujuan
untuk melihat bagaimana pola asuh pembina terhadap santri pondok
pesantren. Berdasarkan tujuan tersebut, maka dalam bab ini akan dibahas
berturut-turut mengenai pola asuh, pesantren, pembina, santri, program
pengasuhan dan kerangka berfikir.
2.1. Pola Asuh
2.1.1. Definisi Pola Asuh
Baumrind (dalam Boyd, 2006: 202) mengatakan ketika anak memasuki usia
remaja (9 -21 tahun), orang tua harus memberikan model tingkah laku
kemandirian sesuai dengan usia mereka. Proses-proses interaksi seperti ini,
secara umum disebut pengasuhan.
Hurfocl< (2002) berpendapat kecenderungan cara-cara yang dilakukan orang
tua terhadap anak merupakan cerminan pola asuh yang clilakukan oleh orang
tua itu sendiri.
12
Tarmudji menyatakan, pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak
dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini
berarti orang tua mendidik, membimbing dan mendisiplinkan, serta
melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma
yang ada dalam masyarakat (Tarmudji, 2007).
Sedangkan Menurut Slavin (dalam Mukhtar, 2005) pola asuh orang tua
adalah pola perilaku yang digunakan orang tua untuk berhubungan dengan
anak-anak.
Bagi seorang anak interaksi pertama kali yang terjadi dalam kehidupannya
adalah dengan keluarga. Oleh karena itu keluarga khususnya orang tua
mempunyai peranan yang sangat penting dalarn proses turnbuhkernbangnya
anak rnenuju kedewasaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hess bahwa
lbu dan Ayah rnernpunyai peranaan yang sangat penting dalarn
perkembangan sikap-sikap positif anak kecil terhadap pembelajaran dan
pendidikan (Santrock, 2006: 247).
Jadi berdasarkan pengertian-pengertian di atas yang dimaksud dengan pola
asuh menurut penulis di sini adalah bahwa pola asuh merupakan
kecenderungan cara-cara yang dilakukan orang tua terhadap anak dengan
memberikan model tingkah laku yang berarti mendidik, membimbing dan
mendisiplinkan, serta melindungi anak untuk mencapai kEidewasaan sesuai
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
13
Baumrind (dalam Boyd, 2006: 202) mengidentifikasikan adanya empat aspek
pola asuh, yaitu:
1. Kehangatan atau pengasuhan, yaitu orang tua menunjukan
ekspresi-ekspresi kehangatan dan kasih sayang terhadap anak dan
menunjukan rasa bangga akan prestasi yang diperoleh anak.
2. Kejelasan dan konsistensi peraturan, yaitu orano tua berusaha
untuk mengontrol kebebasan, inisiatif, dan tingkah laku anaknya.
3. Tingkat pengharapan, di mana Baumrind menguraikan dalam masa
dari tuntutan kedewasaan, yaitu orang tua menekankan pada anak untuk
mengoptimalkan kemampuan agar lebih dewasa dalam s1agala hal.
4. Komunikasi antara orang tua dan anak, yaitu orang tua meminta
pendapat anak disertai dengan alasan yang jelas ketika anak menuntut
pemenuhan kebutuhannya
Dari empat aspek pola asuh tersebut Baumrind (dalam B<>yd, 2006: 202)
mengidentifikasikan tiga pola, atau tipe pengasuhan. Tipe pengasuhan
permisif adalah tinggi dalam pengasuhan namun rendah dalam tuntutan
kedewasaan, kontrol dan komunikasi. Tipe otoriter adalah tinggi dalam
kontrol dan tuntutan kedewasaan namun rendah dalam piangasuhan dan
komunikasi. Tipe demokratis adalah tinggi dalam keempat dimensi tersebut.
14
2.1.2. Tipe-tipe pola asuh
Elannor Maccoby dan John Martin (dalam Boyd, 2006: 202) mengajukan
variasi sistem kategori milik Baumrind. Mereka mengkate!;JOrikan keluarga
dalam dua dimensi: tingkat tuntutan atau kontrol dan kuar\titas penerimaan
melawan penolakan. Pemotongan dari dua dimensi ini mEmciptakan empat
tipe, tiga tipe dari Baumrind yaitu otoriter, demokratis, dan permisif. Maccoby
dan Martin mengkonsepkan jumlah tambahan sebuah tipe keempat, tipe
pengasuhan tidak melibatkan (Permisif Indifferent). Tipe pengasuhan
Pennisif Indifferent sebuah tipe pengasuhan yang rendah dalam
pengasuhan, tuntutan, kontrol, dan komunikasi.
a. Pola Asuh Otoriter
Pengasuhan yang otoriter adalah suatu gaya membatasi dan menghukum
yang menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan
menghormati pekerjaan dan usaha. Orang tua yang otoriter menetapkan
batas-batas yang tegas dan tidak memberikan peluang yang besar kepada
anak-anak untuk berbicara (bermusyawarah). Pengasuhan yang otoriter
diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak-anak (Santrock, 2006: 257).
Anak yang berkembang atau tumbuh dalam keluarga otoriter -dengan level
yang tinggi dalam tuntutan namun relatif rendah dalam kehangatan dan
komunikasi- anak akan kurang baik di sekolah. Memiliki harga diri yang
rendah, dan mereka memiliki tipikal kemampuan keterampilan yang rendah
15
dengan teman sebaya daripada anak-anak dari tipe keluarga lainnya.
Beberapa dari anak-anak ini terlihat mengganti hak; lainnya mungkin
mempertihatkan agresivitas tinggi atau indikasi lainnya adalah di luar kontrol
(Boyd, 2006: 202).
Elizabeth Hurlock menyatakan bahkan setelah anak bertambah besar, orang
tua yang menggunakan pengendalian otoriter yang kaku jarang
mengendurkan pengendalian mereka atau menghilangkan hukuman badan.
Tambahan pula, mereka tidak mendorong anak untuk dengan mandiri
mengambil keputusan-keputusan yang berhubungan den1Jan tindakan
mereka. Sebaliknya mereka, hanya mengatakan apa yan1J harus dilakukan.
Jadi anak-anak kehilangan kesempatan untuk belajar bagaimana
mengendalikan perilaku mereka sendiri (Hurlock, 2002: 9a).
b. Pola Asuh Demokratis
Pengasuhan yang demokratis mendorong anak-anak agar mandiri tetapi
masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan
mereka. Musyawarah verbal yang ekstensif dimungkinkan, dan orang tua
memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada a1nak. Pengasuhan
yang demokratis diasosiasikan dengan kompetensi sosial, anak-anak
(Santrock, 2006: 258).
16
Hasil yang positif paling konsisten memiliki hubungan dengan pola asuh
demokratis. Yang mana orang tua dengan kedua kontrol dan penerimaan
yang tinggi, penetapan batasan yang jelas namun juga merespon kebutuhan
individual anak-anak. Anak-anak dengan latar belakang tipikal orang tua yang
seperti itu menunjukan harga diri yang lebih tinggi dan lebih mandiri, namun
mereka juga mungkin untuk tunduk dengan permintaan orang tua dan
mungkin memperlihatkan tingkah laku yang lebih penolong (simpatik) yang
bagus. Mereka percaya diri dan berorientasi prestasi di sekolah dengan
kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang orang tuanya
dengan gaya pengasuhan yang lain (Boyd, 2006: 203).
Metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk
membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini
lebih menekankan aspek hukumannya. Disiplin demokratis menggunakan
hukuman dan penghargaan, dengan penekanan yang lebih besar pada
penghargaan. Hukuman hanya digunakan bila terdapat bukti bahwa anak
anak secara sadar msnolak melakukan apa yang diharapkan dari mereka.
Falsafah yang mendasari didiplin demokratis ini adalah falsafah bahwa
disiplin berbentuk mengajar anak dan mengembangkan kendali atas perilaku
mereka sendiri sehingga mereka akan melakukan apa yang benar meskipun
tidak ada penjaga yang mengancam mereka dengan hukuman bila mereka
melakukan sesuatu yang tidak dibenarkan (Hurlock, 2002: 94).
17
c. Pola Asuh Permisif Indulgent
Pengasuhan yang Permisif Indulgent ialah suatu gaya pengasuhan di mana
orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka tetapi sedikit
batas atau kendali terhadap mereka. Pengasuhan yang permisif indulgent
diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak, khususnya kurangnya
kendali diri (Santrock, 2006: 258).
Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua pemurah dan serba
membolehkan juga menunjukan sebuah hasil yang negatif. Penelitian
menemukan bahwa anak-anak ini sedikit lebih buruk dalam sekolah sejak
remaja dan mungkin menjadi yang kedua daripada agresifitas (fakta-fakta jika
orang tua spesifik permisif ke arah agresifitas) dan agak belum matang dalam
tingkah laku mereka dengan teman sebaya dan di sekolah. Mereka mungkin
kurang menggunakan kemampuan merespon dan mereka kurang mandiri
(Boyd, 2006: 203).
Akibat buruk yang harus diterima anak sehubungan dengan pola asuh orang
tua yang seperti ini jelas tidak sedikit. Di antaranya anak jadi sama sekali
tidak belajar mengontrol diri. la selalu menuntut orang lain untuk menuruti
keinginannya tapi tidak berusaha belajar menghormati orang lain. Anak pun
cenderung mendominasi orang lain, sehingga punya kesulitan dalam
berteman (Kriswanto, 2007).
d. Pola Asuh Permisif Indifferent
Pengasuhan yang permisif indiferent ialah suatu gaya di rnana orang tua
sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak, tipe pengasuhan ini
diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak, khususnya kurang kendali
diri (Santrock, 2006: 258).
18
Hasil yang paling konsisten negatif adalah berhubungan dengan empat pola,
tidak melibatkan, atau mengabaikan gaya pengasuhan. Dari diskusi aman,
dan kelekatan gelisah bahwa satu dari karakteristik keluarga sering
ditemukan dalam tempo bayi sebuah kegelisahan atau peinghindaran adalah
"ketidaktersediaan kejiwaan" dari ibu. lbu mungkin depresi atau mungkin
ditenggelamkan dengan masalah-masalah lain dalam hidupnya dan mungkin
mudah bukan membuat koneksi terdalam manapun dari anak. Demikian juga,
orang tua mungkin mengalihkan dari pengasuhan oleh aktifitas yang lebih
aktif. Dalam masa remaja, sebagai contoh, remaja dari keluarga yang
mengabaikan lebih impulsif dan anti sosial, kurang kompeten dengan teman
sebaya mereka dan sangat rendah orientasi berprestasinya disekolah (Boyd,
2006: 203).
Pola asuh seperti ini tentu akan menimbulkan serangkaian dampak buruk. Di
antaranya anak akan mempunyai harga diri yang rendah, tidak punya kontrol
diri yang baik, kemampuan sosialnya buruk, dan merasa bukan bagian yang
penting untuk orang tuanya (Kriswanto, 2007).
2.1.3. Faktor-faktor Pola Asuh
Pola Asuh orangtua terhadap anak dapat terbentuk oleh karena beberapa
faktor, dari beberapa faktor tersebut ada yang merupakan faktor internal,
yaitu berasal dari dalam diri orang tersebut dan faktor eksternal yang
merupakan hasil dari pengalaman dan belajar. Menurut Elder (dalam
Kurniasih, 2004) menjelaskan bahwa faktor-faktor pola asuh meliputi:
19
a. Pola asuh yang diterima orangtua ketika masih anak-anak. Orang
tua cenderung menerapkan pola asuh yang sama dengan yang mereka
terima ketika masih anak-anak, dalam hal ini orang tua mengidentifikasi pola
pengasuhan yang didapatkannya adalah model yang paling diidentifikasi
anak dalam tingkah laku mereka.
b. Pendidikan orang tua. Orang tua berpendidikan yang baik
cenderung menerapkan pola asuh permisif dan demokratis ketimbang orang
tua dengan pendidikan terbatas, ini disebabkan karena pendidikan lebih
membantu orang tua untuk memahami kebutuhan anak
c. Status sosial ekonomi. Orang tua dengan keadaan ekonomi yang
berlebih cenderung menerapkan pola asuh permisif, ini biasanya disebabkan
orang tua menganggap uang bisa menggantikan semua hal yang dibutuhkan
oleh anak seperti perhatian dan kasih sayang.
d. Konsep tentang peran orang tua. Orang tua yang memegang
konsep tradisional cenderung menerapkan pola asuh otoriter, sedangkan
orang tua yang memegang konsep modern cenderung menerapkan pola
asuh permisif dan demokratis.
20
e. Kepribadian orang tua. Orang tua dengan kepribadian introvet dan
konservatif lebih menerapkan pola pengasuhan anak secara ketat dan
otoriter.
f. Kepribadian anak. Anak ekstrovet biasanya lebih terbuka terhadap
rangsangan yang diberikan orang tuanya, hal ini yang membuat orang tua
mengetahui kebutuhan dan kemandirian anak.
g. Faktor nilai yang dianut orang tua. Orang tua yang menganut nilai
barat lebih berpegang pada konsep equlitarian yaitu orang tua sejajar dengan
anak, sedangkan orang tua yang menganut nilai ketimuran lebih berpegang
pada konsep kepatuhan.
h. Usia anak. Tingkah laku dan sikap orang tua sangat dipengaruhi
oleh usia anak, sehingga dalam menerapkan pola asuh juga disesuaikan
dengan usia anak.
2.2. Pondok Pesantren
2.2.1. Definisi Pesantren
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata pondok dan pesantren
memilil<i makna sinonim. Pesantren secara bahasa berarti asrama tempat
murid-murid belajar mengaji (agama Islam). Dan pondok loerarti tempat
tinggal sementara, yang jika dipakai dalam pembicaraan mengenai kegiatan
menuntut ilmu agama berarti pesantren (Khoerwadarminta, 1993).
21
Menurut Dhofier (seperti dikutip Mansur, 2005: 95) Pesantren berasal dari
kata santri yang mendapat awalan pe dan akhiran an, berarti tempat tinggal
para santri. lstilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru ngaji,
dan ada juga yang mengatakan bahwa santri mempunyai arti orang yang
tahu buku-buku suci, buku agama, atau buku-buku tentang ilmu-ilmu
pengetahuan.
Pondok Pesantren menurut Arifin (seperti dikutip Qomar, 2007: 2)
berarti, suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui
masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) di rnana santri-santri
menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau
beberapa orang Kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta
independen dalam segala hal.
Menurut Syarif (dalam Mansur, 2005: 96) Pesantren menipakan lembaga
pendidikan Islam yang sekurang-kurangnya mempunyai tiga ciri umum yaitu
Kiai sebagai figur sentral, asrama sebagai tempat tinggal para santri, masjid
sebagai pusat kegiatan, adanya pendidikan dan pengajaran agama Islam
melalui kitab dengan metode wetonan (bandongan), sorogan, dan
musyawarah yang sebagian sekarang telah berkembang dengan sistem
klasikal atau madrasah.
22
Sugarda (dalam Zarkasyi 2005: 59 - 60) mengemukakan bahwa kata santri
berarti orang yang belajar agama Islam, sehingga pesantren mempunyai arti
tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam.
2.2.2. Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren
Sejarah masuknya agama Islam di Indonesia adalah karena penyebaran
agama Islam oleh mubaligh-mubaligh pertama dengan ptmerangan dan
amalan serta melalui pendidikan berbentuk pondok pesantren. Kemudian
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan keadaan,
waktu dan tempat. Maka tepatlah jika dikatakan bahwa pondok pesantren
adalah lembaga pendidikan pertama yang dikenal oleh umat Islam di
Indonesia (Mansur, 2005: 97).
Salah satu upaya penyebaran agama Islam kepada mas11arakat Jawa adalah
melalui jalur pendidikan. Lembaga pendidikan Islam yang didirikan pada
masa awal penyebaran Islam merupakan prototype dari sistem pendidikan
pesantren. Pendidikan Islam pada waktu itu difokuskan pada ajaran-ajaran
Islam baik yang terdapat dalam al-Qur'an, Hadist, maupun yang telah
dikupas oleh ulama-ulama salaf seperti yang tertuang dalam kitab-kitab klasik
(Zarkasyi, 2005: 57).
Bruinessen (seperti dikutip Mastuki, 2003: 2 - 3) menyebutkan pada masa
awal-awal, pesantren sudah memiliki tingkatan yang berbeda-beda.
23
Tingkatan pesantren paing sederhana hanya mengajarkan cara membaca
huruf Arab dan Al-Qur'an. Sementara, pesantren yang agak tinggi adalah
pesantrenn yang mengajarkkan berbagai kitab fiqih, ilmu akidah, dan kadang
kadang amalan sufi, di samping tata bahara Arab (Nahwu Sharf).
Mastuki (2003: 3) mengatakan pada paruh kedua abad k13 - 20 mengamati
adanya dorongan arus besar dari pendidikan ala Barat yang dikembangkan
pemerintah Belanda dengan mengenalkan sistem sekolal1. Di kalangan
pemimpin-pemimpin Islam, kenyataan ini direspon secara positif dengan
memperkenalkan sistem pendidikan berjenjang dengan nama "madrasah"
(yang dalam beberapa hal berbeda dengan sistem sekolah).
2.2.3. Kultur Kehidupan Pondok Pesantren
Pada dasarnya pesantren memiliki tradisi yang tidak bisa dilepaskan dari
pesantren itu sendiri. Untuk lebih jelasnya, di sini dikutip tradisi-tradisi (bentuk
fisik) meminjam istilah Dhofier (dalam Zarkasyi, 2005: 67), ada 5 elemen
pesantren, yaitu;
a. Kiai. Pesantren adalah lembaga pendidikan yang ciri-cirinya
dipengaruhi dan ditentukan oleh pribadi pendiri dan pimpinannya. Di sinilah
signifikansi Kiai. Kiai merupakan elemen yang paling esensial dalam
pendirian, perkembangan, dan pengurusan pesantren, sebab umumnya Kiai
menjadi pendirinya. Sebagai pemimpin pesantren, keberhasilan pesantren
banyak tergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karisma dan wibawa,
serta keterampilan Kiai. Oleh karena itu, wajar kalau hidup mati pesantren
tergantung Kiainya.
24
Salah satu tradisi pesantren adalah tradisi penghormatan santri kepada guru
dan Kiai. Prinsip yang menjadi patokan hidup santri yang tinggal di pesantren
adalah kemauan menerima realitas hidup alias sanggup rnenanggung
penderitaan atau tabah untuk hidup apa adanya. Apabila tiada perjuangan,
tidak akan ada kemajuan; tiada kemajuan tidak ada kemerdekaan; tiada
kemerdekaan tidak akan ada kebudayaan. Artinya, semakin besar cobaan
dan keprihatinan yang dilewati santri dalam menuntut ilmu Allah, semakin
besar pula ilmu yang diperoleh dan sekaligus memperolel1 pahala yang
banyak (Madjid, 1997: 3).
Imam Bawani (dalam Yasmadi, 2002: 63) mengibaratkan keberadaan
seorang Kiai dalam lingkungan pesantren laksana jantunfJ bagi kehidupan
manusia. lntensitas Kiai memperlihatkan peran yang otoriter disebabkan
karena Kiailah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin, dan bahkan
juga pemilik tunggal sebuah pesantren.
b. Masjid yang merupakan elemen yang tak dapat dipisahkan dengan
pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik
para santri. Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi
25
pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam
tradisional.
c. Santri yaitu siswa yang tinggal di pesantren guna menyerahkan diri.
Dalam pesantren santri diajarkan hidup dalam suasana kejujuran, jauh dari
sifat serakah, apalagi menghalalkan segala cara. Dalam sistem pendidikan
tradional, hubungan santri dan Kiai sangat erat.
d. Asrama, Pondok. pesantren pada dasarnya sebuah asrama
pendidikan Islam tradisional dimana para santrinya tinggal bersama dan
belajar di bawah bimbingan Kiai. Asrama fetaknya di dalam komplek
pesantren. Kecil-besarnya asrama tergantung jumlah santrinya. Faktor
urgensi asrama di antaranya mayoritas pesantren berada di desa, dimana
tidak ada akomodasi yang cukup menampung santri-santri.
e. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Entah berdiam sementara atau
agak lama, pengajaran kitab klasik mesti diterima oleh santri. Pengajaran ini
diperoleh melalui pengajian-pengajian. Kitab-kitab klasik iini di antaranya;
nahwu, sharaf, fiqhi, usul fiqhi, hadis, tafsir, tasawuf, dan tauhid.
Di samping itu, pendidikan disiplin sangat ditekankan di pesantren. Mulai dari
bangun sampai kembali lagi ke tempat tidur, jadualnya telah diatur. Bagi yang
melanggar akan dikenakan sanksi, baik berupa sanksi fisik, penugasan, atau
drop-out. Oleh karena itu, santri yang berhasil melewati hari-hari yang penuh
disiplin selama di pesantren, umumnya budaya disiplin melekat dalam dirinya
ketika telah berada di tengah-tengah masyarakat.
26
Semua itu dimaksudkan agar out put pesantren menjadi manusia yang
memiliki kesadaran tinggi bahwa ajaran Islam merupakan welstanchaung
yang bersifat menyeluruh. Yaitu, aspek Tuhan, manusia, dan alam
terintegrasi dalam sistem nilai pendidikan di pesantren. Dengan demikian,
para santri memiliki tujuan yang konkret dalam mengarungi hidup, baik hidup
di dunia maupun di akhirat (Madjid, 1997: 4).
2.2.4. Jenis-jenis Pondok Pesantren
Dhofier (seperti dikutip oleh Qomar, 2007: 16 - 17) memandang dari
perspektif keterbukaan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi,
kemudian membagi pesantren menjadi dua kategori yaitu pesantren sa/afi
dan khalafi.
Pesantren jenis salafi merupakan jenis pesantren yang tt~tap
mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti
pendidikannya. Di pesantren ini pengajaran pengetahuan umum tidak
diberikan. Tradisi masa lalu sangat dipertahankan. Pemakaian sistem
madrasah hanya untuk memudahkan sistem sorogan seperti yang dilakukan
di lembaga-lembaga pengajaran bentuk lama. Pada umumnya pesantren
dalam bentuk inilah yang menggunakan sistem sorogan clan weton.
Sedangkan pesantren khalafi dapat menerima hal-hal baru yang dinilai baik
di samping tetap mempertahankan tradisi lama yang baik. Pesantren jenis ini
27
telah memasukan pelajaran-pelajaran umum di madrasah dengan sistem
klasikal yang dikembangkan dan membuka sekolah-sekolah umum di dalam
lingkungan pesantren. Tetapi pengajaran kitab islam klasik masih tetap
dipertahankan. Pesantren dalam bentuk ini diklasifikasikan sebagai
pesantren modem di mana tradisi salaf sudah ditinggalkan sama sekali.
2.2.5. Jenis-jenis Santri
Penggolongkan jenis santri seperti dilakukan oleh Dhofier yang
mengklasifikasikan santri ke dalam dua kelompok, yaitu santri kalong dan
santri mukim (Zarkasyi, 2005: 69).
Madjid (dalam Yasmadi, 2002: 66) menjelaskan bahwa Santri kalong
merupakan santri yang tidak menetap dalam pondok tetapi pulang ke rumah
masing-masing sesudah selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren.
Sedangkan santri mukirn ialah santri yang menetap di dalarn pondok
pesantren dan biasanya berasal dari daerah jauh.
2.2.6. Program Pengasuhan
Partisipasi pernbina dalam program bimbingan di sekolah sangat diperlukan,
rnengingat pernbina rnerupakan bagian terbesar dari keseluruhan petugas
pesantren. Di sarnping itu pembina rnerniliki banyak kesempatan khusus
untuk berhubungan langsung dengan santri (Mastuki, 2003: 156).
Khusus dalam kaitan dengan program bimbingan ini, Mai;tuki menyebutkan
pembina memiliki tugas sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan masalah-rnasalah yang
dirasakan santri di kelas yang berjenjang maupun konvensional {pondokan,
asrama).
2) Mengidentifikasi gejala-gejala salah penyesuaian (mal.:1djustment) pada
diri murid/santri.
3) Mendorong pertumbuhan dan perkembangan santri di pesantren.
4) Melengkapi bimbingan kelompok di dalam kelas atau pondokan.
28
5) Melengkapi rencana-rencana yang telah dirumuskan oleh santri bersama
penyuluh.
6) Mengajar sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan santri.
7) Mengumpulkan informasi dan data tentang santri.
8) Melaksanakan kontak dengan masyarakat, dengan orang tua santri.
9) Melaksanakan penyuluhan terbatas, karena hubungan baik dapat mudah
terjalin antara pembina dengan santri.
2.3. Pola Asuh Pembina Terhadap Santri di Pondok Pesantren
Pondok pesantren telah mengalami perkembangan dari masa ke rnasa, baik
dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Hal ini dilakukan untuk
rnemenuhi kebutuhan dan tantangan zarnan yang dernikian berubah juga.
Bila dahulu di pondok pesantren hanya mengajarkan cara rnembaca huruf Al
Qur'an saja atau rnengajarkan beberapa ilrnu agarna Islam, kini telah banyak
pesantren yang telah mengkombinasikan dengan berbagai mata pelajaran
seperti yang diberikan di dalam pendidikan formal.
29
Pendidikan di pondok pesantren tak lepas dari adanya pemgasramaan bagi
santri-antrinya yang menginap untuk mendapatkan materi-materi pelajaran.
Di samping itu sekaligus mendidik santri dari kehidupan rnandiri, karena di
pondol< pesantren para santrinya terutama santri mukim tidak tinggal lagi di
rumah masing-masing yang mungkin dapat dibantu segala sesuatunya oleh
para orang tuanya.
Berbicara mengenai pengasramaan santri berarti ada penggantian peran
orang tua di sana. Para pengasuh seperti pembina ditugaskan untuk
mengasuh anak didiknya (santri), mendampinginya bila ada kendala seputar
kehidupan di pondok pesantren. Dalam hal ini pengasuh akan menggunakan
cara untuk dapat mengasuh santri yang jumlahnya banya.k. Apalagi mereka
yang datang dari latar belakang yang beraneka ragam.
Dengan demikian segala hal yang berkaitan dengan pen~1asuhan di pondok
pesantren merupakan pola asuh di pondok pesantren itu sendiri. Dan pola
asuh di pondok pesantren tidak lepas dari pengasuh sebagai pengganti
peran orang tua. Tentunya setiap pengasuh mempunyai c~ra yang berbeda
dalam menangani setiap anak didiknya. Hal seperti ini memjadi masalah
tersendiri bagi pengasuh.
Cara yang berbeda pula di lakukan oleh dua jenis pesantren. Untuk lebih
jelasnya berikut ini skema yang membandingkan antara keempat tipe pola
asuh yaitu otoriter, demokratris, permisif indulgent, dan permisif indifferent
dengan dua jenis pesantren yaitu salafi dan khalafi:
Gambar2.1
Skema perbandingan tipe pola as uh dengan jenis pesantren
Jenis Pesantren lndikator
- otoritas Kiai, pengasuh tunggaf
- jumlah santri yang sedikit - pengajaran tradisional,
satu metode - keterbatasan informasi
- pengasuhan kolektif - jumlah santri yang banyak - pengajaran modem,
berbagai metode - perkembangan teknologi
dan komunikasi
PolaAsuh
-+ Otoriter
-+ Demokratris
30
Dari skema di atas terlihat bahwa pondok pesantren sa/al'i cenderung otoriter
dan pondok pesantren kha/afi cenderung demokratis.
BAB3
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai jenis penelitian, pendekatan dan
metode penelitian, definisi variabel dan operasional, subj1ak penelitian,
responden dan karakteristik subjek, sumber dan jenis data, teknik dan
instrumen pengumpulan data, teknik analisa data, serta prosedur penelitian.
3.1. Jenis Penelitian
3.1.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan
kualitatif. Penggunaan pendekatan penelitian ini adalah untuk memperoleh
gambaran umum yang lebih objektif juga gambaran dinamika fenomenologis
dari subjek penelitian secara mendalam. Pendekatan kualitatif digunakan
untuk memperdalam masalah penelitian, dan memahami gejala atau
permasalahan sesuai perspektif subjek yang mengalaminya.
Berkaitan dengan kedua pendekatan tersebut Bogdan dan Taylor (Moleong,
2007: 4) mendefinisikan "metode kualitatiF sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang
orang dan perilaku yang dapat diamati.
Ada dua alasan yang mendasari penulis untuk menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif, yaitu:
32
1. Karena dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah mengenai
proses pengasuhan di pondok pesantren.
2. Untuk lebih memaknai kegiatan interaktif ini, kare•na penulis
seyogyanya berinteraksi langsung dengan para responden, antara
lain dengan menginterview dalam latar alamiah.
3.1.2. Metode penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah studi kasus (case study).
Punch (Poerwandari, 2001: 65) yang didefinisikan sebagai kasus adalah
fenomena yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi, meski batas-batas
antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas. Kasus itu dapat
berupa individu, peran, kelompok kecil, organisasi, atau bahkan suatu
bangsa. Kasus dapat pula berupa keputusan, kebijakan, proses, atau suatu
peristiwa kasus tertentu.
Alasan penulis menggunakan studi kasus (case study) aclalah dengan
metode ini penulis ingin mendapatkan gambaran dari per'!anyaan
"bagaimana" secara mendetil tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter
karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari indiviclu, yang kemudian
dari sifat-sifat di atas akan dijadikan suatu hal yang bersi1at umum.
33
3.2. Definisi Variabel dan Definisi Operasional
Definisi pola asuh yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada definisi
pola asuh orang tua yang diungkapkan oleh Tarmudji (2007) yakni pola asuh
orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama
mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini dapat berarti orang tua
mendidik, membimbing, mendisiplinkan, serta melindungi anak untuk
mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yan!~ ada dalam
masyarakat. Pengasuhan orang tua tersebut dibagi menjadi empat kategori
utama berdasarkan Maccoby dan Martin (dalam Boyd, 2006), yaitu:
a. Pola Asuh Otoriter
Adalah, tinggi dalam kontrol dan tuntutan kedewasaan, namun rendah
dalam pengasuhan dan komunikasi.
b. Pola Asuh Demokratis
Adalah, tinggi dalam kontrol, tuntutan kedewasaan, pe1ngasuhan dan
komunikasi.
c. Pola Asuh Permisif Indulgent
Adalah, tinggi dalam pengasuhan, namun rendah dalam kontrol, tuntutan
kedewasaan dan komunikasi.
d. Pola Asuh Permisif Indifferent
Adalah, rendah dalam pengasuhan, tuntutan kedewasaan, kontrol, dan
komunikasi.
Berikut bagan pola asuh berdasarkan empat kategori ternebut :
Tipe Pola Asuh
Otoriter
Demokratis
Permisif Indulgent
Permisif Indifferent
Tabel 3.1
Kategori Pola Asuh
lndikator
Pengasuhan Kontrol Harapan
Rendah Tinggi Tinggi
Tinggi Tinggi Tinggi
Tinggi Rendah Rend ah
Rend ah Rend ah f;tendah
34
Komunikasi
Rend ah
Tinggi
Rendah
Rendah
Pondok Pesantren yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pondok
pesantren khalafi (modern) yang memiliki sistem pengasuhan yang
dijalanl<an oleh pembina. Pondol< Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah
Garut adalah salah satu pesantren yang menggunakan sistem tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, maka definisi operasional dalam penelitian
ini adalah pola asuh yang digunakan pembina di pesantre1n dalam mengasuh
para santri selama dua puluh empat jam. Dalam hal ini pcila asuh pembina
terhadap santri yang terdapat di Pondok Pesantren Darul Arqam
Muhammadiyah Garut.
3.3. Subjek Penelitian
3.3.1. Responden
Dalam penelitian ini penulis menunjuk tiga orang sebagai responden atau
subjek penelitian. Penentuan jumlah subjek ini adalah untuk jumlah sampel
yang disesuaikan dengan fenomena yang akan diamati.
35
Adapun bentuk pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara
purposive sampling, yaitu subjek dipilih berdasarkan pertimbangan dan
tujuan tertentu. Hal ini seperti diungkapkan Patton (dalam Poerwandari,
2001) bahwa penelitian kualitatif umumnya menggunakan pendekatan
purposif. Sampel tidak diambil secara acak tetapi justru dipilih mengikuti
kriteria tertentu.
3.3.2. Karakteristik Subjek
Adapun karakteristik sampel yang digunakan oleh penulis adalah pembina
yang ditunjuk secara resmi oleh pondok pesantren untuk menggantikan
peran orang tua di Pondok Pesantren berusia minimal 25 tahun. Baik
pembina untuk kalangan santri putra maupun santri putri dengan lama masa
membina di pondok minimal dua tahun dan memiliki latar pendidikan Sarjana
51.
3.4. Sumber dan Jenis Data
Sumber data penelitian ini primer dan sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh secara langsung melalui skala dan wawancara. Sementara
data sekunder adalah data yang diperoleh dari observasi dan bahan-bahan
dokurnentasi, seperti buku-buku, dan referensi lainnya
Menurut Lofland dan Lofland (dalarn Moleong, 2007: 157). sumber data
utarna dalam penelitian Kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokurnen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal
itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalarn kata-kata, dan tindakan,
surnber data tertulis, foto, dan statistik
Berdasarkan pendapat di atas penulis rnenggunakan kata-kata, tindakan,
surnber data tertulis, foto dan data statistik sebagai surnb13r data.
3.5. Teknik dan lnsfrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalarn pem~litian ini adalah
rnelalui wawancara rnendalarn (in-depth interview) sebagai rnetode utarna
(primer) dan observasi sebagai teknik penunjang (sekunder). Untuk
memperoleh data kualitatif, penulis menggunakan wawancara dengan
pedoman urnurn.
36
37
Patton (dalam Moleong, 2007: 187) mengatakan jenis wawancara dengan
petunjuk umum mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis
besar wawancara. Pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan
secara berurutan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi pt~tunjuk secara garis
besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok- pokok
yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup.
3.5.1. Wawancara
Wawancara di sini adafah untuk memperoleh gambaran rnengenai pola asuh
yang dilakukan oleh pembina. Wawancara dilakukan kepada subjek yang
rnernunculkan fenornena tertentu dan bersedia untuk diwawancarai. Jumlah
subjek yang akan diwawancarai adalah sebanyak tiga orang pembina.
Wawancara ini dilakukan setelah kuesioner disebar dan diisi oleh subjek
dengan tujuan mendapatkan responden yang sesuai den!~an karakteristik
penelitian.
Wawancara dalarn penelitian ini rnernerlukan pedoman wawancara agar
melalui wawancara didapatkan data-data yang tidak menirimpang dari tujuan
penelitian. Dalarn teknik wawancara ini, pewawancara dapat rnemodifikasi,
rnengulangi, rnenguraikan pertanyaan yang ditanyakan dan dapat mengikuti
jawaban responden asal tidak menyimpang dari tujuan wawancara. Selain
itu,pedoman wawancara juga sebagai alat bantu untuk mt:ilakukan
kategorisasi jawaban sehingga mernudahkan analisis.
38
Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini dibuat tidak hanya
berdasarkan teori teori pada bab dua dan permasalahan di bab satu.
Pedoman wawancara juga mengacu pada teori yang dirangkum dari berbagai
penelitian mengenai pola asuh.
Berikut isi dari kisi-kisi pedoman wawancara yang dibuat oleh penulis;
Tabel 3.2
Kisi-kisi Pedoman wawancara
No. lndikator Sub lndikator 1. Gambaran dan riwayat • Latar belakang keluarga
responden • Latar belakang p(~ndidikan • Pengalaman mengasuh/membina • Motivasi menjadi Pembina • Awai mula mengasuh, proses
adaptasi kepada :santri • Perasaan pada waktu mengasuh
2. Pengetahuan mengenai pofa • Pengertian pola asuh dan macam-as uh macamnya
" Pentingnya pengasuhan " Orang yang berperan • Tempat-tempat pengasuhan • Pengasuhan yan!~ baik • Pengarahan mengenai pengasuhan • Hal-hal penting yang patut
dipersiapkan untuk mengasuh 3. Aspek-aspek tentang pola " Kehangatan dan pengasuhan
asuh di pondok pesantren • Kontrol (kejelasan dan konsistensi peratur1;1n)
• Harapan (tuntutan kedewasaan) • Komunikasi terhadap santri " Jenis Pola Asuh vang diaunakan
4. Output yang diharapkan dari • Secara individu (pribadi) pola asuh di pondok • Terhadap keluarga dan hubungan pesantren sosial
• Baai oesantren
39
3.5.2. Observasi
Metode observasi digunakan untuk memperoleh informasi perilaku manusia
yang menggunakan tempat-tempat umum baik untuk bemosialisasi maupun
untuk melakukan kegiatan mandiri. Metode ini menggunakan pendekatan
pengamatan terhadap objek yang diamati. Dalam penelitian ini observasi
digunakan sebagai metode sekunder untuk menunjang metode primer yaitu
wawancara.
3.6. Teknik Analisa Data
3.6.1. Analisa Data Kualitatif
Sedangkan dalam mengolah data kualitatif, maka penulis menggunakan
teknik analisis kualitatif.
Analisis data yang dilakukan mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Organisasi data, karena data kualitatif sangat beragam dan banyak
sehingga mesti disusun secara rapi, sistematis, dan selengkap
mungkin.
2. Pemberian kode, Coding dimaksudkan untuk dapat
mengorganisasikan dan mensistematisasi data sec:ara lengkap dan
mendetil sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik
yang dipelajari, dengan demikian peneliti dapat menemukan makna
dari data yang dikumpulkan (Poerwandari, 2001: 86)
40
3. Melakukan analisis data, pada tahap ini penulis menggunakan metode
perbandingan tetap dari Glaser dan Strauss (dalam Moleong, 2007:
288), yaitu dalam menganalisis datanya secara tetap membandingkan
satu data utama (datum) dengan datum lainnya, kemudian secara
tetap membandingkan satu kategori dengan kategori lainnya.
4. Selanjutnya dilakukan lnterpretasi, menurut Kvale (Poerwandari, 2001:
95) linterpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih
ekstensif (luas) sekaligus mendalam. Peneliti memiliki perspektif
mengenai apa yang sedang diteliti dan menginterpretasi data melalui
perspektif tersebut.
3.7. Prosedur Penelitian
Ada beberapa tahapan yang akan penulis lalui untuk menyelesaikan
penelitian ini. Tahapan-tahapan tersebut adalah:
Tahap 1 Persiapan Penelitian
Sebelum melakukan pengambilan data di lapangan terlebih dahulu
penulis melakukan beberapa persiapan terutama yang berkaitan
dengan pedoman wawancara, menemukan subjek yang memenuhi
kriteria penelitian dan bersedia untuk diwawancarai, serta menyiapkan
alat bantu untuk merekam hasil wawancara.
41
Tahap2 Pembuatan Pedoman Wawancara.
Pedoman wawancara ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian dan
teori yang berkaitan dengan permasalahan penelitian seperti yang
telah dicantumkan dalam kajian pustaka. Pedoman wawancara ini juga
digunakan agar wawancara tidak menyimpang dari tujuan penelitian.
Tahap 3 Mempersiapkan Alat Bantu Perekam
Untuk memudahkan berlangsungnya wawancara maka jawaban
jawaban yang diberikan subjek direkam, hal tersebut sesuai dengan
yang dikemukakan Poerwandari bahwa setepat mungkin wawancara
perlu direkam dan dibuat transkrip secara verbatim (Poerwandari,
2001 ). Oleh karena itu, diperlukan tape recorder dan perlengkapan
lainnya.
Tahap 4 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah pedoman wawancara dibuat, tape recorder beserta
perlengkapannya siap untuk digunakan, maka penulis menghubungi
semua subjek membuat janji mengenai tempat dan waktu untuk
proses wawancara yang lebih mendalam. Dalam tahap penelitian ini
penulis meminta kesediaan subjek untuk mengisi angket dan untuk
diwawancarai. Kemudian menjelaskan tujuan penelitian serta berapa
lama penelitian tersebut akan berlangsung. Dalam penelitian ini
pencatatan hanya dilakukan secara garis besarnya saja. Untuk
membantu agar seluruh hasil penelitian dapat direfcam penulis
menggunakan tape recorder.
42
Tahap5 Pengolahan Data
Hasil wawancara di lapangan yang telah direkam kernudian
dipindahkan secara verbatim ke dalarn bentuk naskah (teks}.
Sistimatika penulisan naskah digunakan dengan aara rnernilah-rnilah
hasil wawancara berdasarkan pedornan wawancara. Data-data yang
telah diproses dari hasil wawancara akan dianalisa1 secara kualitatif,
yaitu rnenggambarkan data dengan kata atau kalirnat yang dipisah
pisahkan rnenurut kategori tertentu. Kernudian analisis akan dilakukan
juga per subjek, untuk rnelihat keunikan rnasing-rnasing rnasalah yang
dihadapi subjek, serta dilakukan analisa secara keseluruhan. Lalu
diinterpretasi untuk mernperoleh gambaran secara urnurn dan dibuat
ringkasannya. Sehingga memudahkan melihat gambaran hasil
penelitian dan perbedaan dari masing-rnasing subjek penelitian.
BAB4
1PEMBAHASAN DAN ANAL1S1S !DAT A
Pada bab ini penuiis menjelaskan data dan hasil dari penelitian kualitatif. Dalam
penelitian kualitatif berisi tentang garnbaran urnurn responden, riwayat kasus,
analisa kasus, perbandingan antar kasus, dan data tarnbahan.
4. 1. Gambaran Umum Responden
Adapun pengarnbilan responden sebagai sampel penelitian kualitatif adalah
sebanyak tiga orang pernbina yang berada di pondok pesantn~n Darul Arqam
Garut. Terdiri dari dua orang laki-laki masing-masing berusia 28 tahun dan 40
tahun, dan satu orang perernpuan berusia 39 tahun yang telah dipilih
berdasarkan karakteristik subjek penelitian. Berdasarkan identitas responden
yang didapatkan, maka gambaran umum dari responden berdasarkan jenis
kelamin, pendidikan terakhir, usia, pekerjaan, suku bangsa, status, dan masa
kerja membina secara umum adalah sebagai berikut:
44
Tabel 4.1
Gambaran Umum Responden
Nama lnisial ES NH AY
Jenis Kelamin p L L
Pendidikan S1 S1 S1
Teralkhir
Usia 39Tahun 40Tahun 28Tahun
Pekerjaan Pembina I guru I Pembina I Guru I Pembina I Guru
pembina lrmawati Staff keuangan
Suku Bangsa Sunda Sunda Sunda
Status Menikah Menikah Single
Masakerja 12 12 2
Membina
4 . 2. Riwayat Kasus dan Analisa Kasus
Untuk analisa kasus, penulis menggunakan indikator berupa e1mpat dimensi pola
asuh dari Baumrind (dalam Boyd, 2006: 202) yaitu:
1. Kehangatan atau pengasuhan
2. Kejelasan dan konsistensi peraturan (kontrol)
3. Tingkat pengharapan (tuntutan)
4. Komunikasi
Berdasarkan empat dimensi pola asuh di atas, penulis mengkategorikan empat
tipe pola asuh. Keempat tipe pola asuh tersebut diambil tiga dari Baumrind
(dalam Boyd, 2006: 202), yaitu otoriter, demokratis, dan perm!sif. Satu dari
Maccoby dan Martin (dalam Boyd, 2006: 202) yaitu tipe pola asuh tidak
melibatkan (Uninvolvecf).
45
Cara untuk mengetahui subyek termasuk ke dalam klasifikasi tipe pola asuh
tertentu, dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tipe Pola Asuh
Otoriter
Demokratis
Permisif Indulgent
Permisif Indifferent
Tabel 4.2
Kategori Pola Asuh
lndikator
Pengasuhan Kontrol Harapan
Rend ah Tinggi Tinggi
Tinggi Tinggi Tinggi
Tinggi Rendah Rendah
Rendah Rendah Rend ah
Komunikasi
Rendah
Tinggi
Rend ah
Rendah
Untuk mengukur tinggi rendahnya indikator, berdasarkan kepada karakteristik
masing-masing tipe pola asuh. Disebut kategori tinggi, apabila terdapat hal-hal
seperti; menunjukkan ekspresi kehangatan dan kasih sayang, menunjukkan rasa
bangga akan prestasi yang diperoleh oleh anak, berusaha mengontrol
kebebasan, inisiatif, dan tingkah laku anak, ada penekanan kepada anak untuk
mengoptimalkan semua kemampuan yang dimilikinya, serta memberikan alasan
yang jelas pada saat pemenuhan kebutuhan anak. Sedangkan yang disebut
kategori rendah, apabila terdapat hal-hal seperti; menghukum dan menuntut
tanpa adanya konfirmasi, menuntut secara berlebihan, tidak rnemberikan
peluang yang besar untuk bermusyawarah, tidak menetapkan batasan yang
tegas, tidak terlibat dalam kehidupan anak, dan sedikit kendali terhadap anak.
Berikut satu persatu hasil analisa kasus terhadap setiap subyE~k:
4. 2. 1. Kasus ES
Riwayat Kasus ES
46
ES adalah seorang wanita berkeluarga berusia 29 tahun kelahiran kota Kembang
Bandung yang besar bersama bibinya hingga SMA. ES diadopsi karena bibinya
tidak mempunyai anak, sehingga meminta kepada kedua orang tuanya agar
dapat merawatnya hingga besar. Anak sulung dari enam bersaudara ini memulai
pendidikan sekolah dasar hingga tiga sekolah karena seringnya berpindah
tempat. Sedangkan jenjang pendidikan kuliahnya, ES tempuh di salah satu
perguruan tinggi swasta di Solo yang mana mengantarkan dirinya kepada suami
yang diikutinya hingga saat ini. Wawancara dengan ES berlangsung dua kali
kareha keterbatasan waktu. Wawancara pertama dilaksanakan pada hari Sabtu
tanggal 22 September 2007 pukul 10.50 hingga 11.30 WIB bertempat di ruang
mahkamah pondok pesahtren. Ketika proses wawancara berlangsung ES
memakai pakaian resmi yaitu seragam karena usai mengajar di kelas. ES
mengenakan baju berwarna cokelat, serta celana dan kerudung hitam.
Wawancara kedua dilaksanakan di tempat yang sama pada keesokan harinya
yaitu hari Minggu tanggal 23 September 2007 pukul 14.00 hingga 15.00 WIB.
Kali ini ES mengenakan baju dan kerudung berwarna kuning dan celana hitam.
47
Selama proses wawancara berlangsung ES tampak serius meimperhatikan setiap
pertanyaan yang diajukan oleh interviewer kepadanya. Hal ini terlihat dari alis
matanya yang sering meruncing. Namun secara keseluruhan ES tetap terlihat
santai dan senang diwawancarai, ES juga suka tertawa ketika membicarakan
hal-hal yang lucu. Dengan suara rendah dan intonasi yang terkadang naik turun,
ES dengan lugas menjawab setiap pertanyaan. Meskipun pada saat
diadakannya wawancara tidak terdapat kehadiran orang lain, !Jangguan sempat
terjadi ketika beberapa pembina lain sebanyak dua orang mernasuki ruangan
untuk mencari suatu barang yang tertinggal, sehingga wawarn::ara sempat
terhenti selama Hrna menit.
ES mulai membina sejak tahun 1994. Awai mula membina di pesantren ini
karena ikut suami yang telah 1ebih dulu bekerja di sini. Meskipun orang tua
asuhnya sempat keberatan karena akan merasa kesepian, tetapi mereka
mengerti yang harus diikuti adalah suami, akhimya diizinkan juga untuk bekerja
di pesantren dengan izin yang tidak dilakukan secara formal.
"Ortu ikut saja pada yang ngasuh karena dari awal seperti itu .. Meskipun sempat ada sedikit keberatan dari bapak yang mengasuh. Karena akan merasa kesepian. /bu sempat mfnta izin meskipun secara tidak resmi. Tetapi karena o/'$ng tua juga mengerti I paham yang harus diikuti adalah suami, akhimya tetap mengizinkan ibu untuk membina disini."
Bila dibandingkan dengan jurusan yang diambil ketika kuliah s:aat itu memang
tidak berhubungan dengan apa yang dikerjakannya sekarang. Apalagi ES
berasal dari keluarga yang berlatar belakang bukan dari lingkungan pondok
48
pesantren. Hanya yang menjadi pertimbangan adalah pelajaran-pelajaran agama
yang pemah dipelajarinya dari SD sampai kuliah. ES juga sernpat belajar dan
membaca pengetahuan seputar psikologi agama yang mungkin membantunya
dalam membina santriwati selama ini. Menurut apa yang dituturkannya tidak
pemah terbayang sebelumnya menjadi seorang pembina, kartma di jurusan yang
diambilnya di Universitas tersebut yang tergambar paling menjadi penyuluh,
pegawai di KUA atau di BKKBN. Karena yang tergambar padst saat kuliah adalah
melanjutkan studi saja. Alasan lain yang menguatkan ES untuk membina adalah
karena biaya kuliahnya adalah beasiswa dari sebuah organisasi kemasyarakatan
bemama Muhammadiyah. ES mendapatkan beasiswa tersebut karena lolos
seleksi mewakili Jawa Barat bersama seorang temannya dari lima orang yang
mendaftar. Program ini diadakan untuk menjadi pembinaan kader
Muhammadiyah. Dan pesantren yang ES diami saat ini berada dalam naungan
Muhammadiyah, sehingga ES berpikir sekaligus mengabdi saja.
"Masuk ke UMS itu beasiswa dari utusan masing-masing wilaJrah muhammadiyah. Setiap wilayah boteh mengirim berapa saja esat tutus seteksi. Dari jabar ada lima orang peserta yang tu/us dua orang ibu dan pa Ncep. Programnya untuk kader muhammadiyah. Yang tergambar ada/ah melanjutkan studi aja. Lapangan pekerjaan ushutudin adatah di tapangan itu sendiri. Seperti di KUA, BKKBN ataujadi penyutuh. Ga ada gambaran untukj;!ldi pembina"
Berdasarkan pengakuan ES menjadi pembina adalah keinginan dirinya sendiri.
Karena ES mempunyai pendapat apabila telah lulus kuliah tentunya harus cari
kerja, apa saja yang mampu akan dikerjakannya. Apalagi ES seorang wanita,
mau apa lagi, paling menikah dan lain-lain. Ternyata beberapa hari setelah
menikah ES ditawari oleh pimpinan untuk bekerja di pesantren menjadi pembina
49
santri perempuan. Baginya mengapa tidak untuk dilakukan, apalagi suarni juga
menganjurkan.
"Setelah lu/us tentunya cari kerja, apa saja yang kita mampu saya akan kerjakan, ketika menikah ditawari o/eh pimpinan untuk kerja disini. Ya kenapa tidak. Suami juga menganjurkan meskipun semua keputusan ada di tangan ibu. Sudah Ju/us kuliah mau apa? Ap.alagi wanita., paling menikah ... dll. Nikah Si:Jtelah tutus. Karena bapak sudah mengajar disini. Pak farid ada/ah kakak kelas ibu. empat hari nikah (19 Juni) /angsung siap siap buat ngajar di tahun ajaran baru bu/an juli."
ES mengaku belum pemah mengasuh sebelumnya, hanya saja ES memiliki
orang tua asuh yang mempunyai panti asuhan, mungkin pengalaman secara
tidak langsung. Karena pada saat itu ES masih berusia anak-anak atau masih di
SD, ketika telah SMP bapak sudah tidak lagi mengurusi panti asuhan tersebut.
Hanya ES suka bergaul dengan anak-anak di panti asuhan,
"Dari segi pengalaman orang tua ada. Pengasuh atau bapak ;mgkat ibu yang berada di jalan karapitan punya panti asuhan bernama taman harapan. Punya (pimpinan cabang) PC Lengkong. Bapak waktu itu berlugas disitu. Namun pada saat itu ibu masih usia SD (anak-anak) pada saat SMP udah imgga, hanya ibu bergau/ dengan mereka. n
Analisa Kaisus ES
Pola asuh menurut ES adalah membina atau membimbing anak-anak sesuai visi
dan rnisi pondok pesantren. Menjadikan anal< lebih baik. ES menyebutkan ada
dua macam pola asuh, satu pola asuh yang bersifat langsung, kedua pola asuh
tidak langsung. Yang dimaksud dengan pola asuh Jangsung adalah pembina
melakukan pembinaan langsung terhadap santri seperti di Darul Arqam (DA)
sebagaimana yang dilakukan orang tua di rumah. Karena harapan pondok
adalah pembina dapat mengganti peran orang tua santri di pondok pesantren.
Sedangkan pola asuh bertingkat pembina memiliki wakil-wakil dalam membina
50
santri, dalam hal ini kakak kelas mereka atau para senior yang telah lulus namun
belum meneruskan studi.
"Menurut ibu po/a asuh yaitu membina atau membimbing anak-anak sesuai visi dan misi pondok pesantren. Menjadikan anak lebih baik. Maccrm-macam po/a asuh yang ibu ketahui yaitu Pola asuh langsung dan bertingkat. Yang disebut Pola asuh /angsung yaitu pembina !angsung membina anak asuh (santri) seperti di Darul Arqam (DA). Pola asuh secara langsung, yang dilakul(an pembina terhadap anak asuhnya. Sebagaimana dilakukan orangtua di rumah. Pada mu/anya Kiai Miskun du/u berpegang teguh agar santri tidak diasuh o/eh kakak kelasnya. Tetapi o/eh pembina yang bertugas mengganti peran orang tua di pondok pesantren, pembina yang ditunjuk dan sampai sekarang tidak pemah berubah yaitu po/a asuh secara langsung, karena harapan pondok pembina dapat berperan sebagai pengganti orang tua. Sedangkan bertingkat arlinya pembina memiliki bawahan-bawahan, dalam ha/ ini kakak ke/as mereka atau para senior. Mereka/ah yang membina santri."
Dalam membina ES menganggap santri sebagai anak sendiri meskipun tetap
saja berbeda. Bila anak sendiri ES mengaku dapat bebas mernarahi dan tidak
ada beban terhadap siapapun atau apapun. Tetapi jika terhadap anak asuh rasa
sayangnya sama terhadap anak-anak yang lain, hanya dalam pemberian
hukumannya mesti mempertimbangkan banyak hal. Karena bukan anak kita
sendiri, sehingga bila nanti ketika dimarahi santri melapor kepada orang tuanya
bagaimana pertanggung jawabanya.
"Anak sendiri bebas ngemarah-marahin ga ada beban untuk clpa-apa. istilahnya milik kita sendiri jadi ka/au punya sa/ah dimarah-marahin juga ga apa-apa. Tapi kalau anak asuh kasih sayangnya sama ke anak-anak yang le1in. Tetapi dalam pemberian hukuman mesti memperlimbangkan banyak ha/ karena bukan anak kita sendiri, karena anak orang. Anak sendiri di ceprat-cepret lidak ada yang marah. Tapi kalau anak orang, nanti dia bilang sama orang tuanya bagaimana? Tapi ka/au kasih sayang sama."
ES mengaku waktu membina dalam waktu satu tahun tidaklah cukup, karena
rata-rata satu kelas santri yang dibina berjumlah 40 Orang. SEilama 24 jam sehari
51
hanya dapat membina santri sesuai dengan kemampuannya saja. Dalam
mempersiapkan pembinaan ES menyebutkan ada persiapan yang khusus,
karena setiap menghadapi tahun ajaran baru selalu diadakan rapat pembina satu
hari menjelang libur. Dalam rapat tersebut ditetapkan pembini:1-pembina yang
akan menangani kelas berapa saja di tahun ajaran baru. Jadi IES dapat
mempersiapkan dan merancang akan melakukan apa saja nainti, juga mencari
tahu latar belakang santri yang akan diasuhnya kemudian hari. Selain itu
sebagian besar santri sudah ES kenal, karena ES lebih banyak ditunjuk untuk
membina kelas-kelas besar. ES mengaku dalam menghadapi kelas besar bila
diajak curhat atau bicara, santri-santri dapat mengerti. Bila melanggar peraturan
tinggal ditanya balik saja apakah hal itu baik untuk dirinya atau tidak. Lain halnya
terhadap kelas kecil, harus banyak bicara dan memanjakan. ES mengaku
kesulitan jika ditunjuk untuk menangani kelas kecil karena dirinya merasa kurang
dapat bersabar.
''Tidak cukup. Rata-rata 40 orang ibu membina. Selama 24 jam bisa membina paling sekemampuan ibu saja. Biasanya ibu membina anak besar. Tidak pemah kelas 1 (satu) karena dari segi kesabaran ibu kurang. Kan harus banyak ngomong. Harus manjain kurang bisa. Ka/au ditunjuk ke/as besar tidak begitu kesulitan. Diajak curhat atau bicara mereka bisa nyambung, kalau melanggar tinggal dibalikan saja, bagus ga buat kamu. Ka/au di ke/as 2 (dua) dan 3(tiga) pemah membina cuma satu tahun. Ka/au anak kecil paling nangis, nah ibu kurang bisa sabar"
Bagi ES hal yang paling berpengaruh dalam pembinaan adalah perhatian yang
dilakukan oleh pembina kepada santri. Oleh karena itu pembina memiliki
peranan yang sangat berpengaruh terhadap pola asuh. Akan berbeda seorang
anak yang diasuh dengan cukup perhatian dengan anak yang dibiarkan saja.
52
Dalam pengasuhan di Darul Arqam bila pembinanya acuh ata1J tidak
memperhatikan perkembangan anak didiknya, para santri akan membuat ulah
untuk diperhatikan. Pada dasamya santri suka dan senang diperhatikan atau
diasuh. Bila perhatian bisa maksimal maka pengaruhnya akani baik. Kalau
pengasuhannya tidak maksimal akan kurang baik. Selain itu faktor bawaan dari
rumah, faktor sosial cara santri bergaul dengan teman-temannya, dan
kemampuan anak untuk belajar disekolah merupakan hal-hal yang mesti
diperhatikan akan berpengaruh terhadap anak.
uTentu berbeda, ada anak yang diasuh dengan perhatian yani1 cukup dengan anak yang dibiarkan sa1a. Jangan jauh-jauh, coba saja lihat dalam keluarga. Beda anak yang ke/uarganya broken home dengan keluarga yang perhatiannya cukup atau baik baik.sama juga dengan po/a asuh di DA, kalau pembinanya acuh tidak memperhatikan perkembangan anak-anak didiknya/asuhnya. Mereka akan membuat ulah untuk pengen diperhatikan. Pada dasamya mereka pengen dilihat, senang diperhatikan atau diasuh. Yang paling berpengaruh adafah perhatian, kalau perhatian bisa maksimal maka pengaruhnya ,akan baik. Ka/au pengasuhannya tidak maksimal akan kurang baik. Dan faktor-faktor lain yang berpengaruh diantaranya faktor bawaan dari rumah, faktor sosial setelah mereka beradaptasidengan teman-temannya. Atau kemampuan anak· untuk bersekolah. Sekolah itu sendiri. Menghadapi masalah itu sendiri, dan masl'h banyak lagi ha/ha/ yang berpengaruh."
" Pengasuhan
Terhadap santri yang rnenderita sakit ES akan rnelihat dulu kcmdisinya. Bila
hanya panas saja cukup dikompres, tetapi jika sampai mengaiami kejang-kejang
selama satu malam dan telah dibawa ke dokter pesantren, m21ka orang tua santri
tersebut dihubungi untuk dibawa pulang agar perawatannya le1bih intensif. Tugas
tugas santri pun ditunda agar istirahat lebih dulu, bila kelihatan sudah agak baik
baru difanjutkan kembali. Sedangkan untuk santri yang sakitnya berhubungan
53
dengan mental sebisa mungkin diatasi oleh ES dengan hati-hati. Akan digali
permasalahannya sampai sejauh apa namun tidak tenalu dalam upaya yang
dilakukan pondok untuk mengatasinya. Sebagai contoh santri yang sudah
merasa tidak betah tinggal di pondok, ES akan memberikan perhatian lebih.
Tetapi hat tersebut tidak ditampakkan di depan teman-temannya yang lain,
seperti diajak ke rumah ES lalu diajak ngobrol. Jika ES sakit, tugas digantikan
oleh kepala sekolah, atau memanggil santri yang telah dianggap dewasa untuk
membimbing teman-temannya. Pada saat ES sakit ada perasaan pada dirinya
ingin dijenguk oleh santri namun tidak memaksakan kepada santri untuk datang.
"Bila santri sakit ibu dilihat saja dulu. Sakit ringan, sedang atau berat. Ka/au panas saja, dilongok dahu/u, dikompres, di/akukan sendiri sebisa mungkin, jika agak sedang dibawa ke dokter. Ka/au berat seperti kejang jam 1 ma/am (kolik) dan setelah diberi obat tetap saja, lalu dibawa ke rumah sakit (terus dibawa ke orang tuanya). Terhadap tugasnya dilihat dulu, jika ringan disuruh istirahat, kalau kelihatan udah agak baik si/ahkan dilakukan lag; tugasnya. Ka/au sakit mental ga terlalu dalam, ya sejauh mana dikoreknya, ka/au bisa diatasi ya diatasi. Contohnya ada anak yang ngerasa intimidasi anak yang lain. Ditangani setahun febih dengan ekstra hati-hati, afhamdulillah sekarang berubah sudah lebih baik. Apalagi mengasuh anak itu lagi. Sekarang dia menyadari kesalahannya bahwa hat itu tidak baik (sikapnya selama ini). Ada anak yang punya .keluhan hanya untuk diperhatikan saja"
Santri yang dibina oleh ES tidak terlihat tegang atau takut ketil<a ES mengontrol
ke asrama atau bertemu di jalan. Namun bila ada santri yang l:>erbuat tidak benar
akan malu dengan sendirinya. Karena berdasarkan pengakua11 ES, beliau ingin
membina hubungan yang harmonis, sehingga bila terjadi sesuatu ES akan
sebisa mungkin menyikapinya dengan tenang tidak dengan marah-marah.
Pertama ES akan mengajak santri untuk ngobrol, biasanya santri akan mengaku
lebih dulu sebelum ES menunjukan kesalahannya.
54
"Anak-anak waktu ketemu ibu, tidak tegang, tidak takut tapi malu sendiri bi/a ada santri yang berbuat yang tidak benar. Diajak ngobrol, merasa berdosa ya me/akukan ha/ itu. Tidak disikapi dengan marah. Ka/au dia punya salah, dia akan mengaku dutuan sebelum ibu menunjukan kesalahannya. /bu ingin membentuk hubungan yang harmonis sama anak. terkadang kita waktuny,9 marah ya marah. Ka/au susah diatur ya marah. Tapi sekalinya marah mereka p;rada takut"
Waktu-waktu yang digunakan ES untuk mengontrol anak-anak di asrama adalah
lima kali waktu shalat ditambah waktu-waktu berangkat ke kelas yaitu pagi, sore,
dan malam hari. Sekali waktu ES suka mengontrol ketika kegiatan belajar
mengajar berlangsung di kelas. Sedangkan pada hari libur atau hari Jum'at ES
mengaku hanya sesekali mengontrol ke asrama untul< me1iha1: sejauh apa
kedewasaan santri yang dibinanya. Selain itu karena anak-anak perlu waktu
istirahat
"ngontrol yang wajibya sehari lima kali (waktu shalat) ditambah waktu-waktu berangkat seko/ah pagi, sore, ma/am. (de/apan kali wajib) ka/ctu hari biasa. Suka ngontrol pas jam be/ajar, pu/ang ngajar jam 07.00 sampai jam 09.00 pagi tidak ke rumah ke asrama dulu."
Bagi santri yang terlambat bangun tidur ES akan memberikan toleransi bila
sehari sebelumnya sibuk karena ada kegiatan, sehingga men1iakibatkan santri
kecapaian. Meskipun begitu ES tetap menegaskan untuk ban1iun dan siap-siap
untuk shalat subuh. Setelah membangunkan ES akan langsung pergi ke
mushola untuk menghindari dirinya masbuk (shalat berjama'ah namun tertinggal
beberapa raka'at dari imam). Sehabis shalat baru ES kembali ke asrama untuk
mengontrbl santri apakah masih ada yang tidur atau tidak. Bila ada sl!lntri yang
melakukan kesalahan berulang kali ES akan memanggil orann tuanya. Hl:ll ini
55
dimaksudkan agar orang tua mengerti akan kelemahan anakniya sehingga ada
perhatian.
"Ngontrol mulai dari jam 04. 00 sebelum subuh, kalau yang kemarinnya sibuk mereka capek, suka masih ada yang tidur, bukan pada bangun. Ka/au keadaannya biasa-biasa saja, tenang gitu kadang suka mend1~patkan anak-anak yang suka shalat tahhajud, ngaji Al-qur'an, di/. Ka/au hari biasa ga da yang ke/ewat shalat subuh. Tapi kecuali hari Jum'at, kadang ngebangunin kadang ngga, soalnya libur. Cuma sesekali suka ngontrol juga. Nguji kemandirian mereka bisa atau ngga ya, banyak yang kesiangan. Kesiangan tahu karena tidak dibangunkan. Jadi kemandirian kurang. Tapi tidak semua, kaclang dibangunin, juga diberi peringatan. Jangan seperti itu /agi."
ES menyadari terhadap cara belajar santri kurang begitu men~gontrol. Bila di
kelas menjadi tanggung jawab wali kelas, sedangkan di asrama kesulitan karena
waktu yang padat. Meskipun begitu ES tidak melepaskan tanggung jawab,
caranya ketika ES mengajar di kelas dan di sela-sela waktu p(~fajaran kosong ES
memperhatikan anak, sehingga tetap mengetahui kondisi analk didiknya.
"Terhadap cara be/ajar santri sekarang kebetulan ada wali kelas, ya. Dibagi dua tugasnya. satu lagi wali kelas selain pembina. Jadi yang lebih ngontrol be/ajar ya mereka. Tapi ibu juga ga lepas begitu aja tanggungjawab. /bu juga kan sesekali ngajar. Jadi tahu juga kondisi si anak. Yang semangat belajamya kurang, kembang kempis atau lemah."
• Kontrol
ES akan menyikapi santri yang bertengkar, saling menyindir, atau bersengketa
dengan memanggil semua yang terlibat untuk didamaikan. Mereka disatukan
untuk dicari tahu permasalahannya. Kemudian diselesaikan d1~ngan jalan
musyawarah. Ditanyai semua pihak yang terkait, kemudian diluruskan duduk
perkaranya. Bila kejadiannya terulang sampai tiga kali baru dipanggil orang tua
yang bersangkutan.
"Secara fisik mungkin jarang terjadi perlengkaran. Cuma mun17kin berantem secara lisan. Silih sindir atau berupa ancaman. Untuk anak kelas besar jarang
56
atau bahkan tidak ada. Cara penanggulangannya kalau masa.lahnya saling sindir, atau paling juga sengketa, biasanya anak itu nge/uh. P13/ing dipanggil keduanya kemudian di islahkan, dikasih penjelasan, untuk kerukunan, iya se/esai gitu. Disatukan, diminta damai. Hanya permasalahannya dicari dulu, kemudian diluruskan bahwa masalah tersebut bisa diselesaikan dengan cara musyawarah. Dengan saling mengerti dan memahami. Seperti yang dibilan£1 tadi ada yang mengulang terus menerus. Di catatan kasus saja banyak. ltu l'>e!jenjang satu kali diperingati, dua kali dinasihatin, tiga kali dipanggil orang tua."
ES tidak terlalu mengatur waktu bermain anak. Karena jadwal di pondok sudah
ada, paling santri memanfaatkan waktu-waktu istirahat saja. Bila terdapat jam
pelajaran kosong ES akan bertanya dulu kepada santri apakah ada tugas,
kemudian diajak berdiskusi. ES merasa mengobrol dengan santri adalah sebuah
keharusan, karena itu sebagai bentuk komunikasi dengan anak. Dengan
mengobrol itulah ES dapat mengetahui permasalahan santri.
"Waktu bermain di DA santri memakai waktu istirahat siang setiap hari mulai jam 12.00 sampai jam 15.00 dan harijum'at full untuk istirahat, untuk refreshing. Waktu kosong pas be/ajar sekolah digunakan santri untuk tidur, baca, badminton, olah raga (seadanya). /bu juga suka nanya ada tugas tidak, kalau tidak diajak ngobrol atau diskusi. Ka/au lagi mengajar tidak sempat, jadi anak-anak ke asrama."
Yang paling tegas ES lakukan adalah terhadap waktu shalat santri, dirinya akan
menggiring santri setiap waktu-waktu shalat wajib. Langsung ditegur bila masih
ada yang belum benar shalatnya, langsung diluruskan bila ada yang bergurau.
ES tidak dapat mentolerir bagi santri yang melalaikan shalat, hal itu adalah
kewajiban, sehingga tidak dianggap wajar bila ada yang lalai. Meskipun sakit
tetap harus dilaksanakan semampunya. Hanya bila ES dalam kondisi capek atau
kurang segar kadang suka terlewatkan hingga lupa memperhatikan santri.
"Pemah lupa tidak memperhatikan santri, ya .. kadang-kadang kalau lagi capek ya sekali-kali. Ka/au kefewat capek ya sukalah yang namanya kondisi badan kecapean yang kurang segar kadang terlewatkem"
• Harapan
Terhadap harapan dan cita-cita santri ES mengarahkan agar mencapainya
57
sesuai dengan kemampuan minat dan bakatnya. ES mengaku cara memotivasi
santri adalah dengan menekankan bahwa di Darul Arqam itu adalah untuk
belajar, punya tanggung jawab, sehingga setelah lulus bisa berhasil dan sukses.
ES benar-benar memberikan tuntutan kepada santri belajar dEmgan sungguh-
sungguh untuk memudahkan dia mendapatkan beasiswa ketika lulus. Karena
kuliah dengan beasiswa adalah keuntungan tersendiri, jika bukan santri yang
mengupayakannya siapa lagi.
"Terhadap harapan dan cita-cita ibu mengarahkan sesuai dengan kemampuan minat dan bakatnya santri sendiri, ibu selalu memotivasi kepada mereka bahwa disini untuk be/ajar. Punya tanggung jawab dan sebagainya. Sehingga harapannya setelah tu/us sukses dan berhasi/."
Bila ES menyuruh atau meminta tolong hal pribadi kepada santri akan
dilakukannya secara langsung, hanya jarang terjadi. Sedangkan menyuruh santri
untuk beres-beres, membersihkan asrama dan lingkungannya ES memberikan
kontrol yang cukup. Meskipun tidak diabsen tetap ES pantau, sehingga bila
ketahuan ada yang malas atau tidak bekerja akan ditegur atau dipanggil.
" ... mm .. h ga sih kayaknya cuman minta tolong "neng tolong de>ng ambilin kunci. Ka!au nyuruh bersih-bersih (.11adzofah) hat itu sudah dijadwal. Ka/au ada yang tidak kerja atau ma/as, dipanggil aja. Dia juga tidak pemah m~1cam-macam, "ya bu mau", Tapi maunya itu kadang belok kemana dulu. Tapi te1'ap dipantau, tidak hanya sekedar menyuruh dan terserah mau diketjakan atau tidak. "
58
Terhadap santri yang kurang terhadap prestasi belajar ES akan memberikan
bimbingan, lalu mencari kelebihan yang ia punya dan memberikan kesempatan
untuk mengembangkannya. ES juga memberikan motivasi kepada santri yang
kurang untuk mengejar prestasi semampunya, karena asalkan ia rajin siapapun
bisa. Oleh karena itu psychotest yang diberikan BK kepada santri sangat
membantu ES dalam melihat kekurangan dan kelebihan santri secara spesifik.
Sedangkan terhadap santri yang berprestasi ES tidak perlu melakukan apa-apa
lagi karena sudah bisa berkembang sendiri, malah kalau bisa membantu
temannya yang lain. Hanya berdasarkan pengakuan ES mereka yang
berprestasi akan mendapatkan penghargaan langsung dari pondok.
"Terhadap yang kurang kita tetap memberikan bimbingan. Setiap anak ada kekurangan dan ke/ebihan. Kita cari kelebihan anak itu, mung,f<in di bidang o/ah raga atau keterampilan, pada ha/ tersebut kita memberikan ke,sempatan itu. Terhadap anak yang sudah bisa tidak dapat perlakuan yang istimewa, justru karena yang berprestasi kita justru tidak perfu memperlakukan apa-apa /agi, ya dia sudah berkembang sendiri, hanya diharapkan dapat meml)antu temannya yang lain."
Terhadap cara berbusana santri ES menyebutkan sudah ada aturan yang baku.
Bila ada yang melanggar akan dipangil, lalu ditanya mengapa sampai melanggar
dan diserahkan ke mahkamah untuk ditindaklanjuti. ES mengakui jenis hukuman
yang diterima santri saat ini lebih ke aran yang mendidik seperti menghapal Al-
Qur'an.
"Terhadap cara berbusana sekarang kita sudah punya peraturan yang baku tentang berbusana. Secara seragam kafau ada anak yang mefanggar dipanggil .. ditanya kenapa melanggar dan fain sebagainya ada saja yang metanggar, kalau melanggar diserahkan ke mahkamah. Satu kali dikasih peringatan, dua kali masih peringatan ditambah hukuman berupa ayat Al-Qur'an, tiga kali kelipatan 10"
59
Bila ES melakukan kesalahan terhadap santri akan mengakuinya lalu meminta
maaf. Hal itu tidak akan membuatnya turun wibawa apalagi m1:mjaga gengsi. ES
siap untuk dikritik oleh santri bila memang salah, bahkan membebaskan santri
untuk mengutarakan keberatannya.
"kalau ibu sih siap saja dikritik sama santri, bahkan bebas-bebas /ah bagi anak kalau misalkan ibu salah. Misalnya, ada permasafahan pada ,;1nak, kemudian ibu marah, setelah diungkapkan alasannya temyata ibu yang salah. Ya ibu minta maaf. /bu tidakjaga gengsi atau turun wibawa. Ka/au meman~1 ibu salah ya ibu mengakui. Tidak ada manusia yang sempuma. Kadang-kadang manusia juga suka sa/ah."
• Komunikasi
Cara berkomunikasi ES terhadap santri mengenai pembinaan yang akan
dilakukannya yaitu dengan memberi tahu dulu di kelas di awal tahun pengajaran.
ES memberikan arahan-arahan dengan menjelaskan seperti apa gambaran
dirinya. Harapannya agar santri mengerti, memahami bahwa clirinya sudah
sepantasnya bertindak dewasa, mempunyai tanggung jawab pribadi, sehingga
dapat melakukan sesuatu dengan kesadarannya sendiri.
"Pemah buat kontrak tapi dalam waktu be/ajar santri, contoh yang datang terlambat terus masuk kelas. Seperti tahun ini (semester ini) ibu ke anak-anak kelas 2 (dua) dan 3 (tiga). "Pokoknyajika kalian tidak punya b11ku catatan, sering bolos sekolah, ibu akan akan melaporkan pembina. Dan bi/a t•9tap begitu juga ibu akan minta orang tua ka/ian yang datang". Kalt!IU kontrak ketj& dengan santri tentang pengasuhan, be/um ya, be/um pemah kalau ke pengasuhan. Karena kalau ke pengasuhan istilahnya hanya lebih ke membimbing dan memotivasi santri saja. Ka/au kontrak ketja seperti ini be/um pemah dilakukan"
Bila selesai belajar di kelas ES mengharapkan santri untuk mEmgerjakan yang
wajibnya terlebih dahulu. ES mengharapkan santri dapat men!;;iusahakan dirinya
menempatkan waktu, bila seusai sekolah harus siap-siap shalat berjamaah maka
60
harus dilakukannya. Namun ES suka memberikan toleransi istirahat bila memang
santri merasa kelelahan sebelum akhirnya pergi ke mushola.
"Sele/ah be/ajar dike/as, seusai be/ajar di sekolah kewajibannJra kan ada shalat berjamaah, santri diusahakan harus bisa menempatkan waktunya. Nanti kalau setelah sha/at baru bisa istirahat dan makan. Kerjakan dulu yeing wajibnya."
ES memberikan kebebasan kepada santri untuk mengatur kasur, lemari dan
semua yang ada di asrama. Cuma bila terlihat tidak enak dilihat. sumpek, susah
bersih-bersih ES selalu memberi saran yang bagus seperti apa. Hal itu karena
santri yang menempati asrama, berarti santri yang lebih tahu E~naknya seperti
apa. Mungkin juga santri menginginkan perubahan, suasana baru yang lebih
segar, bagi ES hal itu diserahkan kepada santri.
"Yang mengatur lemari dan kasur kebanyakan sih anak-anak, cuma kalau kelihatannya sumpek banget, ga enak dilihat, kadang ibu suka beri saran juga, gini /ah. Susah bersih-bersih, ga enak coba diganti suasanannya yang /ebih baru, yang lebih enak buat mereka sendiri. Terserah mereka maunya seperti apa."
T erhadap kegiatan ekstrakulikuler ES selalu mendukung kegiatan yang santri
lakukan asalkan tidak mengganggu waktu belajar di kelas. Hal itu karena ES
merupakan pembina IRM (OSIS di pesantren), sehingga sesekali suka ikut
mempersiapkan juga. Begitupun untuk lomba·lomba yang diadakan di luar
pondok. Bahkan bila ES ditunjuk sebagai pembinanya akan .ikut mengantar santri
yang berlomba. Oleh karena itu harapan agar santri berprestasi sangat besar.
Santri dituntut agar berprestasi sebaik mungkin, tidak dibiarkan saja, karena ES
merasa sayang sudah tanggung ikut bertanding berarti harus l:>erprestasi.
''Terhadap l<egiatan ekstra ya sesekali /ah suka ngobrol juga, ;3palagi tugas ibu memang disini. Jadi ya dobe!. Sekali waktu suka ikut mempen~iapkan juga kan, mulai dari segala macem seperti proposal ibu yang periksa, jadi ya .. gimana. !bu
61
mendukung ya .. selama kegiatan itu tidak mengganggu waktu belajamya selama kegiatan itu bagus ya kita dukung. Seperti waktu kemarin ada kegiatan, tidak sampai tuntas acaranya kena waktu be/ajar. Tapi kata ibu "Usahakan selesaikan dulu". Waktu adzan juga kadang belum beres acranya. Acara tinggal dikit lagi dan beres-beres nya. Kadang ada anak yang tidak masuk ke/as sore harinya setelah kegiatan itu."
Untuk memudahkan melihat analisa pada kasus ES dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.3
Analisa Kasus ES
Aspek-Aspek Pola Asuh Di Pondck Pcs::mtr:m lndik"'·~p I UW• 1
A.Pengasuhan 1. Menghadapi santri yang mengalami sakit
- Tindakan pertama x - Cara perawatannya -2. Menghadapi santri yang
mengalami kesulitan - Penanganannya x 3. Menghadapi santri yang
mengalami kecelakaan - Dalam suatu kegiatan x
(bermain, olah raga, training, dll)
- Tindakan pertama x - Cara perawatannya -4. Harapan kepada santri -
ketika pembina sakit 5. Sikap saat mengontrol x
keadaan santri di asrama
B. Kontrol 1. Menghadapi santri yang terlambat
- Bangun kesiangan x - Masuk kelas -- Melakukannya berulang x
kali -
62
2. Mengatur cara belajar santri
3. Menghadapi santri yang berkelahi
- penanggulangannya x 4. Mengatur waktu bermain -
santri 5. Cara mendidik santri shalat x
C. Harapan 1. Mengenai prestasi belajar - Nilai-nilai ujian santri x - Penanganan bagi santri x
yang prestasinya kurang baik
- Santri berprestasi -2. Menuntut harapan dan cita- x
cita santri 3. Memberikan perintah -
kepada santri 4. Mengatur cara berbusana -5. Melakukan kesalahan x
kepada santri
D. Komunikasi 1. Mengobrol dengan santri x 2. Membuat kesepakatan x
dengan santri 3. Harapan seusai santri x
belajar di kelas 4. Mengatur tata letak kasur -
atau lemari di asrama 5. Mengatur kegiatan yang
diikuti santri - seperti olah raga, x
ekstrakulikuler, lomba, dll. - kerja bakti -
Keterangan; x: Tmgg1 -: Rendah
4. 2. 2. Kasus NH
Riwayat Kasus NH
63
NH adalah seorang pria berurnah tangga rnerniliki seorang istri dan ernpat orang
anak. Anak ke dua dari tiga bersaudara ini lahir 40 tahun yang lalu. NH rnernulai
pendidikan dasar di SD Muhamrnadiyah 1 LIO, lalu rnelanjutkan SMP dan SMA
di Pondok Darul Arqarn Muharnrnadiyah Garut. Pendidikan terakhir NH adalah
sarjana S1 di UMS Solo Jurusan Muarnalah Jinayah Fakultas Hukurn.
Wawancara dengan NH berlangsung dua kali karena waktu yang padat bagi
responden. Wawancara pertarna dilakukan pada hari Jurn'at tanggal 5 Oktober
2007 pukul 10.00 s.d 11.45 berternpat di ruang kantor ponpes .. Pada saat proses
wawancara berlangsung NH rnengenakan kaos berkerah. BelYl!arna putih, celana
kain, dan sendal kulit. Wawancara kedua dilaksanakan pada hari yang sama
pukul 13.30 s.d 15.10 di kediarnan beliau di komplek pembina ponpes. Selarna
proses wawancara berlangsung NH bersikap baik terhadap interview. Hal ini
tarnpak dari antusiasrne yang di perlihatkan responden. Secara keseluruhan NH
cukup responsif terhadap setiap pertanyaan yang diajukan. Catatan khusus bagi
NH adalah sering rnembolak-balikan koran yang berada di hadapannya dan
rnelihat kanan kiri seolah-olah menunjukan kurang percaya diri atau kurang
fokus. Ketika rnenjawab NH bersuara datar dan lurus dengan sikap suka
bergoyang-goyang. Gangguan yang terjadi selama proses wawancara tidak
banyak, hanya cukup rnengganggu, seperti ada telepon berdering, diminta
rnelakukan sesuatu oleh salah satu staff pondok, anaknya yang sering bolak-
64
batik, bermain, dan menangis. Hal ini sempat menghentikan proses wawancara
beberapa saat saja.
NH mulai bekerja di Darul Arqam sejak tahun 1993. Pada saat itu pondok
membutuhkan pembina yang dapat mendampingi pembina yang lebih dahulu
bekerja di DA Selain itu karena komitmen NH saat menjadi santri terhadap Kiai
.Miskun, Alm (Pimpinan Pondok Pesantren Darul Arqam saat itu) untuk
mengembangkan pesantren. Hal yang juga menguatkan dalam pengambilan
keputusan menjadi pembina adalah pengabdian kepada Muhammadiyah yang
memberikan beasiswa pendidikan. NH mengakui cita-cita awal sebenamya ingin
mengambil jurusan Farmasi, menjadi analis karena ketika di pesantren guru
Kimia adalah favoritnya. Tetapi karena tidak lulus di Farmasi dan terlanjur tidak
enak sudah sekolah gratis di DA akhimya melanjutkan di Pondok Sobroni sambil
kuliah di UMS. Pondok Sobroni adalah sekolah pengkaderan yang
mahasiswanya dipersiapkan menjadi kader Muhammadiyah. NH juga
menyebutkan ingin meneruskan apa yang dilakukan pendahulunya, yaitu
kakeknya sendiri yang merupakan kader Muhammadiyah. Dengan menjadi
pembina di DA NH berarti melakukan perjuangan di Muhammadiyah juga.
"Pertama jadi pembina meminta izin sama Ortu pasti, tentu karena kita lulusan DA sudah komitmen terhadap pa Kiai Miskun persisnya di DA untuk mengembangkan DA. Sekarang ya sudah di DA saja, meskipun bukan tempat mencari uang. Oulu waktu di DA inginnya masuk farmasi jadi analis, awalnya UMS hanya pilihan kedua. Namun karena tidal< tutus di farma~:i dan juga sudah kandung tidak enak karena sekolah tidak bayar, ya sudah dilanjutkan di Sobron. Perla ma sekolah pengkaderan sekolah yang dipersiapkan untuk jadi kader Muhammadiyah. Karena dulu kakek adalah kader Muhammadiyah. Ya sudah bapak me/anjutkan apa yang sudah pendahulu lakukan, berjucmg di Muhammadiyahn
65
Berdasarkan pengakuan NH menjadi pembina adalah pekerjaan yang
menyenangkan, hal ini karena NH sempat mempunyai pengalaman membina di
Pondok Sobroni selama 3 tahun. Membina mahasiswa dari berbagai daerah dan
wilayah. Sehingga ketika membina santri pondok pesantren sudah terbiasa.
Hanya NH merasa lebih cocok membina kelas-kelas besar atau santri yang akan
menghadapi ujian naik tingkat seperti kelas 3 SMP atau 3 SMA.
" .. .jadi cukup menyenangi menjadi pembina, tidak djadikan sebuah tekanan menjadi pembina itu. Karena sudah punya konsep dari sana, ketika kita membina di Sobron. Sebelum di DA, pemah ngasuh di Pondok Hajjah Nuriyah Sobron. Jadi pondok itu ada/ah proyek UMS. Dulu Pa Jazman,Alm punya ide untuk mempunyai kader pada tingkat mahasiswa (Perguruan Tinggi)."
Berdasarkan pengakuan NH menjadi pembina ada1ah keinginan dirinya sendiri
karena pengalaman membina di Pondok Sobroni jadi ingin membina. Karena
terbiasa membina mahasiswa NH lebih menginginkan membina kelas-kelas
besar seperti kelas 4 (empat), 5 (lima) dan 6 (enam). Hal ini dikarenakan bila
membina kelas kecil dirasa kurang berkembang dan sistem yang diterapkannya
berupa doktrin-doktrin terhadap anak. Motivasi kuat yang melandasi NH menjadi
pembina adalah karena ingin mengabdi, berjuang mengembangkan
Muhammadiyah. Jadi kesimpulannya agar ada penerus atau kader yang
meneruskan agama kita, organisasi kita sehingga siap menghadapi tantangan di
masa depan. Memperkuat barisan untuk menciptakan pondasi yang kokoh.
"Menjadi pembina itu keinginan sendiri karena ada pengalaman membina di pondok sobroni jadi pengen membina. Tetapi inginnya membina tidak kelas yang kecil-kecil, soalnya tidak akan berkembang juga. Ka/au yang kecil kan sistemnya doktrin, akhirnya setelah negosiasi sama pak /yet disimpan di kelas 6. Waktu kita kuliah diajarkan bahwa nanti bagaimana seandainya kita tidak mendidik kader untuk meneruskan agama kita, organisasi kit~1, akhimya kan
kalau tahun sekian, tahun sekian, bagaimana kalau adanya pasar bebas, modemisasi, globafisasi. Sedangkan kita tidak punya pondasi yang kuat. n
Analisa Kasus NH
66
Pola asuh menurut NH adalah bagaimana cara mengasuh anak, supaya anak itu
senantiasa hidup sesuai aturan yang ada. Jadi pola asuh yan{J dimaksud bisa
juga membimbing dan memberi arahan kepada santri berdasa1rkan aturan yang
ada. NH mengungkapkan tidak begitu mengetahui macam-macam pola asuh
hanya mungkin secara teknik, atau cara menghadapi berbagai macam
kepribadian santri beliau mengetahuinya. NH menyakini akan pentingnya pola
asuh dilakukan agar dalam membimbing anak dapat lebih terarah. Konsep pola
asuh harus tetap ada meskipun hanya berdasarkan pengalaman saja.
"Yang dimaksud dengan pola asuh yaitu bagaimana cara mengasuh anak, supaya anak itu senantiasa hidup sesuai aturan yang ada, jadi mengarahkan, membimbing, memberikan arahan sehingga berdasarkan aturan yang ada, sedangkan mengenai macam-macam po/a asuh yang bapak ketahui palingjuga tekniknya, cara menghadapi anu .. anu ... seperti anu .. anu .. "
NH menuturkan dalam membina santri terkadang seperti men1~hadapi anak-
anak, dan kadang-kadang menghadapi teman. Seperti menghadapi anak-anak
karena ada manjanya, tetapi tidak dianggap macam-macam dan tetap disikapi.
Sedangkan dianggap teman karena bersikap dewasa, sehinQt1a pola pikirnya
juga dewasa.
"Santti pemah bapak anggap sebagai anak sendiri, pemah ada bagaimana ya, udah mah jauh dari orang tuanya, mereka dititipkan. Pada prinsipnya ketika dalam binaan pada hakikatnya sebagai anak sendiri, walaupun tidak 100%. Karena bagaimanapun kan hubungan darah itu berbeda .. kad19ng-kadang kita menganggap kita punya tanggung jawab kalau ada anak saya yang kena ini
maka saya hams terjun, misafkan anak saya kecefakaan, atau anak saya sakit kita mesti tanggung jawab kafau ada disini."
67
NH mengaku dalam menghadapi ajaran baru tidak ada persiapan khusus apalagi
jika NH membina kelas yang sama dengan tahun sebelumnya. Seperti tahun lalu
membina kelas 6 (enam), tahun ini membina kelas 6 (enam) lagi, meskipun anak
yang diasuh tampaknya tidak bermasalah. NH hanya menerapkan apa yang
dibina kemarin dengan sisi baik yang dipertahankan dan sisi kurang baik yang
dibuang. Kecuali bila harus membina kelas lain di tahun berikutnya. NH
menyebutkan hal itu tidak bisa disamakan, karena setiap kelas berbeda. Bila
terjadi seperti itu harus dikonsep lagi, dengan cara menanyakan terlebih dahulu
kepada pembina yang menangani sebelumnya.
"Karena kita sebefumnya di kefas 6 (enam)sekarang dike/as fi (enam) fagi. /tu tampaknya fidak bennasafah, menerapkan apa yang dibina kemarin, sisi baiknya kita pertahankan, sisi jefeknya kita buang. Lain hafnya kalau kita diminta membina kefas 3 (tiga), nah itu fa/u kita betfikir fagi untuk menanganinya tidak bisa disamakan ketika kita menangani kelas 6 (enam) jadi mesti dikonsep lagi, kita buat lagi programnya. Otomatis kita bertanya dulu, dengan pembina yang menangani sebelumnya."
Bagi NH ada dua hal yang berpengaruh dalam pengasuhan, yang pertama
adalah bakat, dan kedua adalah lingkungan. Bakat adalah pembawaan seorang
anak yang memang sudah ada ketika anak masuk ke Darul Arqam. Sedangkan
lingkungan adalah bagaimana mengkondisikan lingkungan (asrama, jarak yang
cukup dekat ke pusat kota) terhadap anak. Sehingga ada dua pihak yang
mempengaruhi perkembangan anak. Yang pertama dari struktural seperti
pimpinan dan jajaran staf pondok agar bisa dijadikan contoh atau suri tauladan.
68
Kedua adalah pembina yang masuk secara langsung kepada santri. Diantara
kedua pihak tersebut pembinalah yang sangat berperan men~1hadapi pola asuh.
Karena pembina harus jeli melihat pengaruh-pengaruh kejiwaan bagi santri dan
bakat yang dimiliki anak sedini mungkin.
"Hal-ha/ yang berpengaruh terhadap pengasuhan adalah bahwa manusia dibentuk o/eh dua ha/ ya11u bakat dan fingkungan. Lingkungan ada/ah bagaimana kita mengkondisikan /ingkungan, Darul Arqam kan dekat dengan pusat kota. Jadi kalau sering dibiarkan keluar atau mudah dibebaskan ke kota akan sulit untuk menetralisasinya. Yang kedua bakat, jadi ada anak yang dari sananya sudah masuk kesini punya pembawaan yang kurang baik, seperti ada kebiasaankebiasaan yang suka dimanjakan oleh orang tuanya, sementara disini tidak, akhimya ken memberontak."
• Pengasuhan
NH akan bertanya dulu kepada santri yang sakit, sudah ke baiai pengobatan
(BP} untuk diperiksa, sudah minum obat atau belum. NH akan meminta kepada
santri lainnya untuk mengantar atau menemani temannya yang sakit ke BP.
Apalagi saat ini sudah ada dana kesehatan jadi lebih mudah dalam menangani
santri yang sakit karena tidak bayar. Terhadap tugas-tugas yang sedang santri
kerjakan NH menganjurkan untuk ditunda dulu, bila ada ujian bisa susulan. Bila
kondisinya sangat berat seperti terkena tifus atau penyakit menular, disarankan
dibawa pulang ke rumah. Karena kondisi di pesantren yang kurang
memungkinkan untuk perawatan intensif, sebaliknya di rumah ada orang tua
yang lebih memperhatikan. Sedangkan NH mengakui bila dirinya sakit, secara
alami ingin anak-anak asuhnya mengerti bapaknya sakit. Tapi tetap suka
memaksakan diri ke asrama, khawatir ada anak yang kurang i1ehat atau ada
masalah.
69
"kafau anak sakit ditanya dufu, sudah ke BP befum untuk diperiksa, sudah minum obat be/um, /agi pu/a sekarang kan ada dana kesehatan di BP itu, jadi tidak bayar, anal< membayar Rp 60.000 per tahun. Terus ditanya sudah sehat be/um. Ada seorang yang diminta totong untuk mengantar atau menemaninya ke BP. Sekarang kan ada beberapa orang yang kena penyakit harus terus menerus minum obat, tidak bofeh keluar ya diingatkan. Ka/au ada ulangan atau ujian bisa susu/an tetapi, kalau mendingan atau sakitnya "bisa masuk kE1/as melaksanakan tugasnya" ya kita sarankan itu. Ka/au yang parah seperti tifus atau penyakit menular ya di sarankan dibawa pulang ke rumah. Soa/nya kondisi disini kurang memungkinkan atau tidak kundusif. Ka/au di rumah kan ada yang memperflatikan lebih."
Bila terdapat anak yang masih sulit beradaptasi langkah pertama yang NH
lakukan adalah mengamankannya. Memisahkannya dengan anak yang lain,
kemudian mengambil seseorang untuk menemaninya, membimbingnya sambil
terus diawasi. Hal ini untuk menghindari terjadinya korban apabila tetap
dipaksakan menyatu di asrama yang tidak dapat menerimanya.
" ... bahkan ada anak yang dikucilkan, kita sangat hati-hati dalam menangani ha/ seperti ini, yang satu ini kita /ihat kamar ini, kamar ini tidak ada yang menerima, daripada dipaksakan ma/ah ada korban, akhirnya kita pisahkan dan mengambil satu orang untuk menemaninya, membimbing dia tapi diawasi tidak /epas, kita juga selalu tanya atau berkomunikasi sama temannya itu, bagaimana sekarang keadaan anak itu, kayak gini .. dan kita juga sela/u berkomunikasi dengan orang itu (anak yang dikucifkan) secara langsung. Tapi pada akhimya ya susah juga, soa/nya dimana-mana bersama, makan bersama, ketemu anak-anak lagi, di seko/ah juga, akhimya ya bisa juga beradaptasi. Ya yang pert.ama di amankan dulu."
Bila ada santri yang terjatuh ketika olah raga atau bermain, tindakan yang NH
lakukan adalah membawanya ke pengobatan alternatif, dan bila terlampau parah
akan dirawat di rumah. Terhadap santri yang melakukan hal teirsebut berulang
kali NH memaklumi, apalagi ketika yang dilakukannya adalah hobinya tidak
menjadi soal. NH juga mempunyai perkiraan, tidak begitu mengkhawatirkan bagi
anak-anak di kelas besar.
70
" .. terhadap anak yang kecelakaan atau jatuh,biasanya kalau ;;1da yang sakit terjatuh atau kesaleo dibawa ke tempat pengobatan khusus, Ice Wanaraja (pa Adin), khususnya sekarang yang sering main basket. Disana di urut, bawa mobil. Ka/au parah ya dipulangkan, kadang-kadang ga kapok, main rieui jatuh deui. Ya namanya juga hobi susah ya, waktu di Praktek Kerja Lapangan (PKL) ada yang bilang lalaki mah entong kapokan, lamun geus labuh terus keun deui weh labuhna. Tapi biasa/ah sebatas hoby, tidakjadi soal, kitajuga punya perkiraan, untuk kelas besar tidak terlalu khawatir."
Dalam sehari NH mengontrol empat sampai lima kali sehari, tt~patnya ketika
waktu-waktu shalat wajib tiba. NH mengakui keadaan di asrama waktu
menggiring ada saja anak yang masih kaget. Namun pada prinsipnya anak-anak
jika diajak itu mau, apalagi diabsen. Anak-anak juga senang diperhatikan, ingin
disapa, dan ditanya. Sekalipun ada ketegangan NH merasa dialah yang harus
mengerti lebih dulu, paling dilaporkannya ke mahkamah untuk ditindaklanjuti.
" .. yang pasti waktu-waktu shalat empat sampai lima ka/i sehati, waktu bapak ngontrol ke asrama keadaanya ada yang masih kaget garabag gurubug, kadangkadang kumaha kitu /ah pas mau dzuhur setelah pu/ang sekolah, ngago/er, reup .. terus dibangunkeun. Tapi pada prinsipnya anak-anak kalau diajak itu mau, apalagi ka/au di absen.
• Kontrol
Bila ada santri yang bangun kesiangan dan sudah beberapa kali dibangunkan
masih susah NH akan dipukul perlahan. Tapi bila santri kesiangan karena tidak
dibangunkan olehnya akan ditanya dulu, dilihat alasannya masuk akal atau tidak.
Hal ini sama halnya ketika santri terlambat datang ke pondok. Bila alasannya
tidak diterima NH meminta agar orang tuanya menghubungi NH.
"kalau sudah beberapa kali dibangunkan masih susah ya di Cf.tpret, tapi kalau kesiangan karena tidak dibangunkan paling ya ditanya gitu, yang jelas /ah "kenapa kamu terlambat?" seperti juga jika terlambat datang ke pondok, bila alasannya bisa diterima it's OK, tapi kalau tidak, diminta menghubungi orang tuanya, terus orang tuanya nelepon ke bapak."
71
Terhadap cara belajar santri berdasarkan pengalarnan NH adalah hanya jika ada
ulangan atau ujian, NH akan bertanya kepada santri apakah sudah menghapal
atau belum. Sekalipun belurn belajar tidak rnenuntut untuk menghapal saat itu
juga, semuanya diserahkan kepada rnasing-rnasing individu. Bila ketahuan ada
santri yang hasil ujiannya kurang baik NH akan bertanya kepada yang
bersangkutan. Kernudian NH menghubungkan dengan Pengembangan Minat
dan Bakat (PMDK), bila nilai seperti itu rnasuk raport akan sulit diterima oleh
perguruan tinggi. NH tidak rnenuntut terlalu keras, karena dirasa berat oleh
santri.
"ini mah penga/amannya karena dike/as anu besar jadi pengontro/annya.yang perlama adalah sama anak-anak apakah ada ulangan, talaran, atau apa ada yang diapafin kita nanya sudah menghapal atau be/um, kalau sudah ya bagus, kalau be/um ya menghapal, tetapi tidak harus ayo .. sekarang menghapal sekarang! Diserahkan kepada masing-masing, tapi pengawasannya semacam itu. ketika ada yang kelihatan hasilnya kurang ya ditanya, kenc3pa hasil u/angannya seperli ini? kurang menghapal ya?anu .. anu .. akhirnya ya kita balikan, ya inilah hasilnya jika kita kurang menghapal, dihubungkan dengan nilai itu. Ka/au nilai segini masuk raporl dan kamu mau PMDK itu sulit, itu dihubungkan terus jadi dituntut intina teh. Tapi ka/au dituntut terfa/u keras ki~las 6 mah engap."
Menghadapi santri yang main hakim sendiri NH akan rnengambil tindakan yang
tegas karena pada prinsipnya ha1 tersebut tidak dibenarkan. NH rnenuturkan bila
mendapatkan perilaku santri yang berrnasalah dengan ternannya sendiri harus
melalui jalur yang ada. Yaitu, melaporkan kepada pembina, seihingga pembina
lah yang akan menindaklanjuti. NH mengaku bagi santri di kelas besar mungkin
tidak terjadi lagi pertengkaran, hanya paling menghakimi sendiri bila ada yang
mencuri. Bila hal ini terjadi NH mengumpulkan semua pihak yang terkait untuk
dimintai keterangan lalu melaporkannya kepada orang tua.
72
____________ , ______ '"""""
"yang menghakimi seperti terhadap yang mencuri ada, anu teu ngaku dipukul. Akhimya kita, berurusan dengan orang tua keduanya juga anak-anaknya. Caranya kita kumputkan semua korban den pelaku. Setelah se/esai baru ke orang tuanya. Alhamduli//ah mengerti soatnya katau tidak mengerti susah. Paling sama yang berwajib, itu juga awatnya tidak ketahuan juga, tapi karena ada bekasnya. Tahun yang lalu masih saja terjadi ha/ seperti itu."
NH akan memberikan waktu kepada santri untuk bermain asalkan tidak
mengganggu aktifitas yang ada, tidak berlebihan, dan hanya untuk refreshing.
NH menganggap santri membutuhkan penyegaran dengan bermain, karena
serius terus bagi santri akan terasa kurang baik. NH menyarankan bila ingin
bermain siang hari karena waktu yang cukup lama, namun tidak semuanya
dipakai bermain, santri juga harus bisa menggunakannya untuk istirahat jadi
seimbang.
"selama ha/ itu tidak mengganggu aktifitas yang ada, tidak ap11-apa, dikasih waktu /ah, asal tidak betebihan. Lagi pula serius terus kan tidak baik. Ya lumayan /ah mereka itu main basket ke pengko/an, main komputer, kadang main PS 2, intinya yang pertama untuk refreshing. Asa/kan tidak ganggu be/ajar atau ke_giatan yang normal tidak ketagihan atau sebatas main begilu mah tidak apaapa. Tapi kalau sudah diluar itu mah sebenamya lingkungann,va yang kurang baik"
Mengenai waktu-waktu sh1;1lat NH menuturkan bahwa hal itu adalah sebuah
keharusan. Bahkan sanksi yang diterima santri akan keras bila terbukti lalai.
Demikian juga terhadap kewajiban agama lainnya seperti pua:;a, bila sampai
terjadi langsung dipanggil dan diadukan kepada orang tuanya.
"shatat mah harus, kadang sangsinya keras. Tetapi sampai santrinya pada tidak metaksanakan shalat, tidak kelihatan /ah yang seperti itu. lnsy,a Allah /ah mereka pada metaksanakan shatat, puasa. /tu kan kewajiban agama, J?arus seperti itu mah. Dulu ada santri yang tidak puasa ketemu makan es kelapa muda, langsung dipanggil. kenapa? ma/es, langsung dipanggil orang tuanya. Langsung disangsikan. Namun asalkan logis kalau putri mah bisa kan. Tapi jangan terlalu menampakan."
73
• Harapan
Terhadap prestasi belajar santri NH melihat dulu dari raport, bila dibandingkan
pada kelas sebelumnya temyata menurun, santri akan dipanggil. NH hanya
memotivasi santri untuk bisa berprestasi dengan baik, namun bila terdapat
kesulitan NH berusaha bertanya kepada santri. Konsentrasi NH adalah
membimbing kepada yang kurang. Terhadap mereka yang mampu hanya tinggal
mengembangkannya saja, tinggal diberi penghargaan bila berprestasi.
"Terhadap prestasi be/ajar ya .. kita hanya motivasi saja, dengan melihat report. Prestasi be/ajar kan dilihatnya dari rapport. Kadang-kadang dibandingkan sekarang dari ke/as 5 (lima) ni/ainya bagus, temyata pas kelas 6 (enam) turun. Paling dipanggif kenapa bisa begitu, apa ada kesulitan dimana gitu, dll."
NH mengaku tidak pernah menuntut santri mengenai cita-cita yang akan diraih,
karena berdasarkan angket yang diberikan anak-anak sudah memiliki cita-cita
tinggi. Tugas NH adalah mengarahkan santri, bila jalan yang ditempuh salah
akan diluruskan. Seperti santri yang akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi
agar tidak memilih jurusan yang terdapat mata pelajaran yan~i kurang
dikuasainya.
"kalau dilihat dari angket yang mereka isi itu fuar biasa inginnya setinggi fangit, anak-anak kita istimewa. Dari sana kita hanya mengarahkan. Karena ada test minat dan bakat itu sangat membantu. Jadi tidak perlu dituntut juga mereka sudah punya cita-cita yang tinggi."
Mengenai cara santri berpakaian NH menyebutkan sudah ada arahan yang
positif dan aturan dari pondok. Kriteria pakaian yang baik sudah ada, sehingga
bila melanggar maka pakaiannya akan diambil. NH selalu menekankan bila ingin
hidup nyaman, hiduplah berdasarkan peraturan.
"sekarang sudah ada arahan yang positif, ada kriteria pakaiarmya seperti ini .. malah kalau tidak sesuai kriteria pakaiannya akan diambil. Jadi dari pondok sendiri sudah ada aturannya. Jadi bapak hanya tinggal mengingatkan saja. lni aturannya seperti ini .. tolong kalau kita ingin hidup nyaman kita hidup berdasarkan peraturan."
74
NH memberikan kebebasan kepada santri untuk mengobrol kapan saja, baginya
boleh-boleh saja asalkan diatur waktunya. Atau bila keadaannya mendesak
santri boleh langsung rnenghadap di kantor. Oleh karena itu f\IH juga
rnernbolehkan santri untuk rnengkritik dirinya. Bila berbuat salah NH akan
rnerninta rnaaf kepada santri, dirinya tidak merasa turun wibawa, bagi NH justru
akan dipandang tidak baik jika sikap kita biasa-biasa saja.
"mengobrol dengan santri bo/eh, seringnya dike/as atau di mi~sjid membentuk kelompok-kelompok. Bo/eh kapan saja. ya di atur waktunya. Misa/kan ada masa/ah, ya langsung datang saja ke kantor. mengkritik boleh, tapi kalau kita melakukan kesa/ahan, yang wajar ya biasa aja. Ma/ah kadang santri yang mengkritik bapak."
• Komunikasi
NH rnengaku tidak pernah rnernbuat kontrak mernbina, lebih baik langsung saja
ditegur kalau anak berbuat salah. Namun sekalipun seperti itu NH suka
rnenyarnpaikan harapan-harapannya kepada santri dengan cc:1ra formal di kelas
pada sela-sela belajar dan perorangan di asrama. Untuk jam keluar kelas NH
tidak memberikan penekanan harus melakukan sesuatu pada santri. Karena
sudah terjadwal dari pondok jadi tergantung kondisinya.
"Lebih baik langsung saja, kalau anak berbuat apa di tegor. Cara memberi tahu keinginan bapak pertama di kelas, secara formal di sela-se/a l>elajar. Kita bertemu massal, karena dike/as kan tidak seorang. Tapi lain halnya jika di asrama, itu mah perorangan .. "
NH mengaku membebaskan kepada santri untuk mengatur letak kasur dan
lemari di asrama. Hanya bila keadaannya terlalu sumpek NH akan melakukan
dialog dengan santri, memberi tahu jika tidak cocok. Kendala yang NH alami
adalah kadang-kadang santri sulit diarahkan.
"Paling gitu suka di kasih tahu ka/au tidak cocokjangan kayak gini. Tapi memberikan kebebasan kepada santri untuk mengatumya. Asalkan posisinya tidak ada yang tertutup (rimbun). Sekarang tidak 100% ke am1k paling 50: 50. Sekarang anak pengennya ini anu .. anu .. jadi dialog /ah."
Untuk kebersihan massal NH cukup mengontrol santri yang ikut atau tidak.
Berdasarkan penuturannya hal seperti itu tidak sampai diabsen, tetapi bila
ketahuan tidak bekerja akan ditegur. Karena hal ini baik untuk bersosialisasi
dengan masyarakat.
75
"program kerja bakti, dikoordinasikan sama /RM. Nadzofah m.<issal dikontrol juga. Tapi kita juga punya program. kita sendiri turun juga. Ke/as 6 (enam) ya disekitar kelas 6 (enam). Tidak diabsen, tapi kalau ada yang tidak ikut ya ditanya."
Terhadap kegiatan ekstra, atau kegiatan tambahan seperti olah raga dan lomba-
lomba di luar pondok NH akan mengizinkannya bila ada surat resmi. Diusahakan
waktu yang digunakannya adalah siang hari, dan tidak mengganggu pelajaran
karena prestasi akademik lebih penting. NH juga mengutarakcin mengenai pekan
olah raga pesantren saat ini sulit terwujud, disamping anak-anak suka kelelahan
kadang-kadang juga terjadi kecelakaan yang mengakibatkan terganggunya
aktifitas belajar. Padahal NH mengakui hal itu bagus untuk santri sebagai
hiburan, bahkan pembina juga suka ikut terlibat.
"Untuk sekarang kegiatan pekan olah raga pesantren tidak ad,9 waktunya, susah, selain itu anak-anak suka kecapaian, kadang-kadang anak kecefakaan. Jadi
mengganggu ke belajamyajuga. Tapi hiburanjuga bagi mereka. Bapak ikut mempersiapkan juga, ya kita mendukung saja. Pembina juga suka terlibat. lkut main, ikut jadi wasitnya."
Untuk memudahkan melihat analisa pada kasus NH dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.4
Analisa Kasus NH
Jl•spek-Aspek Pola Asuh Di Pondok Pesantren lndikator
A.Pengasuhan 1. Menghadapi santri yang mengalami sakit
- Tindakan pertama x - Cara perawatannya -2. Menghadapi santri yang
mengalami kesulitan - Penanganannya x 3. Menghadapi santri yang
mengalami kecelakaan - Dalam suatu kegiatan -
(bermain, olah raga, training, dll)
- Tindakan pertama x - Cara perawatannya -4. Harapan kepada santri -
ketika pembina sakit 5. Sikap saat mengontrol x
keadaan santri di asrama
B. Kontrol 1. Menghadapi santri yang terlambat
- Bangun kesiangan -- Masuk kelas x - Melakukannya berulang x
kali . 2. Mengatur cara belajar
santri
76
77
3. Menghadapi santri yang berkelahi
- Penannggulangannya -4. Mengatur waktu be1main -
santri 5. Cara mendidik santri x
shalat
C. Harapan 1. Mengenai prestasi belajar - Nilai-nilai ujian santri x - Penanganan bagi santri x
yang prestasinya kurang baik
- Santri berprestasi -2. Menuntut harapan dan -
cita-cita santri 3. Memberikan perintah x
kepada santri 4. Mengatur cara berbusana x 5. Melakukan kesalahan x
kepada santri
D. Komunikasi 1. Mengobrol dengan santri x 2. Membuat kesepakatan -
dengan santri 3. Harapan seusai santri -
belajar di kelas 4. Mengatur tata letak kasur x
atau lemari di asrama 5. Mengatur kegiatan yang
diikuti santri - seperti olah raga, x
ekstrakulikuler, lomba, dll. - kerja bakti x
Keterangan; x: Tinggi -: Rendah
4. 2. 3. Kasus AY
Riwayat Kasus A Y
78
AY adalah seorang pria lajang berusia 28 tahun kelahiran Buah Batu Bandung.
AY berasal dari keluarga sederhana dan bukan berlatar belak1~ng pesantren,
hanya AY mempunyai bapak yang rajin ke mesjid, mengurus mesjid. Anak ke 10
dari 12 bersaudara ini merupakan satu-satunya anak yang ma.suk dalam
pendidikan pesantren, AY juga satu-satunya di keluarga yang mengecap bangku
kuliah. Pada masa kecil AY memulai sekolah di SD Nilem Bua:h Batu Bandung,
SMP dan SMA di Pondok Pesantren Darul Arqam, kemudian kuliah di IAIN
Bandung jurusan Jinayah Siyasah (Pidana Politik Islam) Fakultas Syariah dan
Hukum. Wawancara dengan AY berlangsung satu kali dilakukan hari Sabtu
tanggal 06 Oktober 2007 bertempat di mesjid Al-Islam Bandung. Pada saat
proses wawancara berlangsung A Y mengenakan baju kuning kotak,kotak dan
celana hitam. AY juga membawa kertas-kertas gulungan dan Jbeberapa foto
kopian. Selama proses wawancara A Y bersikap komunikatif, blsa diajak bicara
dengan nyaman, bahkan sesekali AY tidak segan meminta saran kepada
interviewer. Secara keseluruhan wawancara berlangsung dengan baik, tercatat
hanya .satu kali mengalami gangguan ketika mesjid ada pengumuman
mengumpulkan zakat. Dengan suara, rendah dan berat, AY menjawab setiap
pertanyaan dengan jelas.
Seperti dituturkan oleh A Y, beliau memulai membina di pondok sejak 3 tahun
Jalu. Memang masih relatif baru, namun waktu sesingkat itu dirasa A Y sudah
79
cukup memberikan .pengalaman. Pada saat mengajukan lamaran di pondok AY
langsung bertemu dengan pejabat sementara (PJS) pondok pesantren. Waktu itu
awalnya lngin mengajar, hanya saat itu posisi pembina lah yang kosong, namun
akhirnya ada juga jam mengajar bagi AY. Sebelumnya AY sernpat bekerja di
bengkel 1em.pat perakitan spare part motor hanya merasa kurang berkernbang.
Setelah direnungkan A Y memutuskan untuk kembali l<e Darul Arqam melalui
proses berflkir yang panjang. Salah satu pertimbangan yang melatarbelakangi
keputusannya adalah mengabulkan keinginan Bapaknya. Yaitu, ada seorang
anaknya yang bergerak di bidang agama. Karena A Y dari kecil belajar agama
terus menerus hingga kuliah di perguruan tinggi Islam. Karena background
agama yang kuat, A Y merasa ilmunya berada disini, seperti bisa bergerak di
Darul Arqam dan mengikuti alur-alur pendidikannya. Oleh kamna itu AY
mempunyai .kepercayaan diri yang tinggi dan berani masuk kembali ke Darul
Arqam.
"Dulu saya bekerja di tetangga, di bengkel, bikin-bikin spare p.ert motor, tapi kayaknya ilmu saya disini kurang berkembang, paling di bagian administrasi. Befikir, berfikir, dan berfikir, akhimya saya memutuskan untuk kembali ke Pondok Pesantren Darul Arqam, saya berlemu Pa Rodia (PJS: ponpes) waktu mau mulai tahun ajaran baru 2005-2006. Langsung masukan !amaran ya memberanikan diri saja, karena i/munya ada disini back ground nya ada disini kayaknya saya bisa bergeraknya disini, jadi aja ke Darul Arqam. Karena ilmunya ada disini, backgroundnya ada disini, kayaknya saya bisa berf1erak disini, jadi aja ke Daro/ Arqam."
A Y mengakui kembalinya ke Darul Arqam merupakan mumi keinginan dirinya
sendiri. Sempat terflkirkan ootuk mendapat.pengalaman dulu sebelum akhimya
ke pesantren, hanya setelah dikonsultasikan dengan lbu, A Y ll;mgsung
80
memutuskan melamar di Darul Arqam. Karena berdasarkan pt~nuturannya
pengalaman itu relatif, bisa dibicarakan dengan teman. Motivasi yang menjadi
acuan A Y adalah ingin melihat adik-adik kelas A Y sekarang menjadi lebih baik
darinya. A Y mengakui ingin melihat pesantren yang menjadi ti~mpat belajarnya
dulu berkembang. A Y merasa senang saat ini pesantren tersebut begitu
majunya, jadi A Y termotivasi untuk dipertahankan agar lebih bagus lagi. A Y
berharap anak-anak didiknya tidak melakukan kesalahan-kesalahan melainkan
meniru kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan A Y.
"Pengen sendiri mumi, cuma dulu berfikir ingin earl pengalamim dulu, di luar atau di berbagai tempat supaya dapat pengalaman sebelum ke sini. Cuma kata ibu kenapa ga dari sekarang aja, ha/ itu kan bisa di konsulkan same temen, ya yang namanya pengataman kan relatif. Motivasinya pengen lihat adik-adik kelas saya lebih baik dari saya dulu. Pengen lihat pesantren saya, almamater saya Jebih dari saya dulu. Diant;;iranyajuga saya senang Darul Arqam begitu majunya, jadi motivasinya buat saya juga. Darul Arqam sekarang udah bagus kayak gini, jadi seneng gitu melihatnya, jadi ada motivasi untuk mempertahankan supaya lebih bagus lagi. lntinya sih pengen lihat anak-anak didik saya, adik-adik ke/as saya jadi lebih dari saya, atau saya pemah /akukan kejelekan supava tidak melakukan atau ada kebaikan yang bisa ditiru kurang lebih itu."
Analisa Kasus A Y
Pola Asuh menurut A Y adalah terjalinnya komunikasi yang baik antara, pembina,
santri, dan orang tua santri. Sehingga perkembangan santri di pondok dapat
terlihat dan terkontrol dengan baik. Untuk mendukung hal itu dapat terwujud AY
membuat kartu kegiatan kepada santri yang berisi tentang mengaji Al-Qur'an,
shalat tahajud, shalat dhuha, puasa senin kamis, dan lain-lain. Kartu tersebut
yang akhirnya menjadi sarana komunikasi antara pernbina, santri, dan orang tua
santri. Cara kerjanya adalah setiap kegiatan ditandatangani oleh AY dan pada
akhir bulan diberikan kepada orang tua masing-masing untuk ditandatangani,
diketahui oleh orang tua.
"Mungkin begini, saya ngasih kartu kepada santri, kartu kegial'an, seperti kartu hatam Al-Qur'an. Hal ini saya pribadi yang punya inisiatif sendiri. /tu salah satunya diisi, pada akhimya pas /ibur bulanan dikasihkan sama orang tua. Jadi ada komunikasi antara saya, santri, dan orang tua. Tapi ada kartu yang sebe/umnya seperti shalat tahajjud betjamaah, shaum senin kamis, terus kegiatan-kegiatan seperti shalat tepat waktu, ke mesjid tepat waktu, dan kegiatan-kegiatan yang saya sebutkan tadi, HWllRM, hat itu bisa saya tanda tangani anak aktifnya dimana saja. /tu dikasihkan ke orang tuc1. /tu po/a asuh saya seperti itu. Nanti setelah ditandatangani o/eh orang tua dikembalikan lagi kepada saya. Jadi ada komunikasi, orang tua tahu anaknya diapakan, bagaimana perkembangannya. Harapan saya terwakili oleh kartu tersebut."
81
Dalam mempersiapkan diri menghadapi pembinaan A Y mengakui suka mencari
buku-buku umum yang akan dijadikan acuannya dalam membina di samping
yang telah diberikan oleh pondok. A Y mengakui kurang mengenal macam-
macam pola asuh, hanya A Y meyakini di pondok harus ada polanya. Karena
membina anak santri bukan satu hari saja melainkan terus-memerus sepanjang
tahun maka harus ada pola hubungan yang terjalin antara santri dan pembina.
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan yang harmonis tidak saling benci
dan memarahi, di sisi lain peraturan harus tetap ditegakkan.
"Saya suka mencari-cari buku yang dijadikan acuan untuk mengasuh ditambah dari pondok beberapa .. Karena saya membina anak itu tidak sehari saja. Terus menerus selama satu tahun. Jadi mesti ada po/a hubungan yc1ng dijalin. Hubungan yang harmonis tidak bisa dalam hubungan yang saling memarahi, sating benci. Jadi artinya berpedoman terhadap peraturan itu sendiri, itu yang sulit. Kita juga harus menekankan peraturan jadi anak-anak e1.mderung membangkang. n
Dalam menghadapi ajaran baru, yang berarti awal dari suatu pengasuhan, A Y
mengaku tidak ada persiapan khusus. Tetapi yang pasti kalau kaitannya sebagai
82
pekerja (bagian dari aparatur pondok). bila ada instruksi dari atas harus membina
kelas tertentu hanya mempersiapkan mental saja. Tinggal bila ada keberatan
atau perlu bantuan bisa dikonsultasikan kepada kepala sekolah dan pembina
senior yang lebih berpengalaman. Ada dua faktor yang diyakini oleh A Y
mempengaruhi pola asuh. Latar belakang santri dan lingkungan tempat
bergaulnya. Yang paling berperan dalam pembentukan kepribadian santri adalah
teman-temannya sendiri. Jadi santri secara alamiah berkembang sendiri,
perbandingannya guru-guru hanya sebatas pelajaran di kelas, dan pembina
hanya beberapa jam mengasuh anak. Sehingga yang menjadi catatan bagi A Y
adalah mengkondisikan anak-anak agar yang lainnya mengikuti. AY merasa bila
pembina mengasuh 2-5 orang santri atau paling banyak satu asrama saja akan
lebih efektif. Sebagai posisi yang strategis pembina sangat berperan dalam
pengasuhan. Tetapi jika satu pembina mengharuskan mengasuh 40 hingga 50
orang santri akhirnya pola hidup di pesantren itulah yang ben~tr-benar bekerja
dalam pembentukan kepribadian santri.
"Saya tidak ada parsiapan khusus, tapi yang pasti kalau barkaitannya sebagai aparatur pondok I pakerja, kalau instruksinya dari atas harus membina ke/as 2, siapin saja metal. Ya siaplah kalau misa/nya agak keberatan, biasanya di konsultasikan sama kepala sekolah atau pembina yang lebih senior, atau berpengalaman, Latar belakang pendidikan, karakter anak, kondisi anak, latar belakang, ikut berpemgaruh, dan yang paling mempengaruhi 1=idalah pembina itu sendiri. Pembina itu bisa terpengaruh o/eh gab, banyak baca l>uku, banyak be/ajar, pengalaman, ya sarana dan prasarana. ltu memang membantu, tapi kepembinaannya saya sangat ideal bi/a satu pembina itu hanya membina dua sampai lima orang santri dalam satu kelas. Ka/au satu pembina harus membina 40 sampai 50 orang santri, akan apa adanya dan itu artinya po/a hidup di pesantren itu yang akhirnya bekerja"
83
• Pengasuhan
A Y mengatakan santri yang sedang menghadapi masalah dis1~rahkan kepada
santrinya sendiri. Tergantung kecakapan dirinya, bila berani dia
mengkomunikasikan dengan pembina atau diselesaikan sendnri dengan curhat
kepada temannya. Terhadap santri yang mengalami sakit ditanya dulu seberat
apa penyakitnya. Karena menurut A Y terkadang santri hanya perlu istirahat saja
tidak perlu sampai dibawa ke dokter bila sakitnya tidak benar-lbenar parah.
Bila terdapat anak yang masih kurang dapat beradaptasi A Y aijak curhat dan
mengutamakan dalam memberikan pengarahan, bagaimana ~;upaya bisa
beradaptasi. Dan yang paling panting anak tersebut tidak menjadi bahan ejekan
atau intimidasi bagi teman yang lain.
"Bila santri menghadapi masalah tergantung kecakapannya s<mtri juga, bi/a santri tersebut berani mengkomunikasikan ke pembina, dia ngomong. Ka/au tidak ya diselesaikan sendiri atau curhat sama teman sebayanya. • "Terutama si anaknya dikasih pengarahan atau sering curhat, bagaimananya supaya bisa beradaptasi. Terus yang kedua yang penting si anak itu tidakiadi bulan-bulanan yang lain, jangan jadi bahan ejekan, jangan jadi bah an intimidasi itu yang penting."
A Y merasa harus membuat anak-anak merasa senang ketika dirinya ngontrol ke
asrama. A Y tidak ingin begitu masuk ke asrama langsung mernberikan peraturan
karena akan terkesan kaku. Oleh karena itu AY mengharuskan dirinya untuk bisa
beradaptasi dengan mereka. Meskipun pernah ada ketegangan diakuinya bila
NH mendapat penekanan dari atas.
"Saya harus membuat anak-anak merasa senang. Soalnya saya masuk, terus tiba-tiba langsung kasih peraturan kesannya kan kaku jadi haius bisa beradaptasi ke mereka, jadi setiap kali saya masuk tuh suasananya hangat, tapi peraturan tetap jafan. n
84
Ketika dirinya sakit A Y merasa kesulitan merawat dirinya karena tidak ada yang
membantu sehingga anak-anak tidak terkontrol. Oleh karena itu AV
mendewasakan beberapa anak untuk mewakili dirinya melakukan tugas rutin
yang ringan seperti mengabsen anak-anak ke mesjid atau ke l<elas. Terhadap
tugas anak-anak A Y merasa kurang dapat mengontrol apalagi dalam kondisi
sakit. A Y merasa membina lima sampai enam santri atau satu pembina untuk
satu asrama sudah maksimal. Sedangkan saat ini A Y membina rata-rata 40
sarnpai 50 santri, sangat sulit baginya bisa terkontrol semuan~1a.
"Pemah a/ami sakit karena menang kondisi tubuh tidak nyamtrn. Satu kesulitan pribadi sulit mekan atau minum obat, tidak ada yang bantu, /el)ih jauh lagi ka/au haros ke anak kayaknya sudah aja mati total, kalau lagi sakit. Ga bisa diajak ke mesjid atau ke kelas."
Terhadap kegiatan ekstra kurikuler AV akui disini dia memberikan perhatian yang
besar. Justru di luar kelas A Y mencari potensi anak asuhnya ~:arena A Y kurang
dapat mengontrol belajar anak di kelas. Begitu anak rnengalarni cedera l<etika
rnengikuti kegiatan ekstra A Y langsung menanganinya dengan rnernbawa santri
tersebut ke dokter atau pengobatan tradisional. Yang dapat membuat AY kesal
adalah kejadian cedera ini terulang dalam waktu yang berdekatan, meskipun
sebenamya A Y menganggap hat tersebut wajar. Santri juga punya dunia
berrnain sendiri sehingga resiko ke arah tersebut sangat besar.
"Terhadap kegiatan ekstra ka/au saya perhatiannya sangat besar, karena se/ain saya tidak bisa mengontrol anak kegiatan dike/as karena ada wali kelas. Saya justro di luar itu. Mencari potensi anak berada di luar kelaslekstrakulikuler. Tapi perasaan kesa/ juga suka ada ketika baro aja kemaren ada temennya yang celaka, sekarang ada lagi yang sakit biasa itu mah."
85
AV mengakui bahwa pada intinya semua kembali ke pembina, anak malas
karena pembina, anak terlambat bangun karena pembina. Jadi bagi AV peran
pembina sangat penting, meskipun santri suka ada yang tidur hingga larut malam
tapi bila bangunnya kesiangan kebanyakan karena pembinanya terlambat
membangunkan. AV tidak begitu marah bila santri terlambat karena dia juga
terlambat. tapi AV akan sangat kesal jika membangunkan santri sudah maksimal
dan anak-anak tetap terlambat.
"Ka/au bangun kesiangan itu. Kebanyakan karena pembinany,<J tapi memang ada /ah ya karena santrinya bi/a tidurterla/u ma/am. Tapi sebenamya ka/au pembinannya datang lebih awal santri juga tidak akan ma/as, jadi tidak pas adzan membangunkannya"
Terhadap cara belajar santri AV tidak memberikan arahan adanya pengetatan
jam belajar. Menurut pengetahuan AV waktu belajar mandiri santri paling efektif
ketika ada ulangan umum. Pada saat ulangan umum AV baru dapat mengontrol
cara belajar santri, berbeda dengan ulangan harian yang belum optimal.
"Ka/au mau ulangan mah kurang tahu, tapi usaha saya ke arah sana ada. Jadi saya menghubungi ketua ke/as, tolong kalau ada ulangan informasikan kepada saya. Yah tujuannya untuk ketika mau ulangan teh ngapa/keun. Ada usaha ke arah sana ta,oi be/um optimal. Pemah nemenin paling pas ulangan umum. ftu pasti saya temenin misalkan ada dua waktu itu ngapa/in. Misalkan subu/J dan habis dzuhur jadi saya temenin. Ka/au tidak bakal kalalabur, jc.1di saya pun harus ikut stand by satu jam mah, baca Al-Q atau buku mereka ngapa/in, setelah itu saya ke/uar."
• Kontrol
AV menyadari konflik sosial sangat rentan dan tidak dapat dihindari bila tinggal di
asrama. Jadi jika ada santri yang bertengkar AV akan memberikan pengarahan-
pengarahan, yaitu dengan bertanya terlebih dahulu mengapa bisa terjadi, tanpa
86
perlu dihukurn rnereka bisa berdarnai lagi dengan diajak ngobrol. Hanya yang
tidak terkontrol oleh A Y adalah frekuensi terjadinya konflik hingga ada anak yang
rnelaporkan kepadanya.
"Paling dikasih pengarahan-pengarahan ka/au ada santri yang berantem, karena tidak bisa dihindari konflik sosialnya rentan banget kalau diasrama. Gesekannya sangat banyak potensi-potensi untuk menghasilkan konflik ada saja."
Terhadap waktu benllain santri A Y mengutarakan ada waktu khusus yaitu malarn
Jum'at dan hari Jum'at. Namun bila AY mengetahui ada jam pelajaran kosong
tidak lantas santri disuruh pulang, atau bila ada permintaan dari anak untuk
mengisi kelas A Y akan diisi dulu dengan arahan-arahan yang sifatnya
mendadak. Meskipun hanya beberapa menit masuk kelas, hal ini untuk membuat
kesan bahwa tidak bebas setiap ada guru yang tidak hadir.
"Ada waktu khusus ma/em Jum'at dan hari Jum'at. Untuk lebifl mendekatkan saya dengan santri diajak main ke rumah. Nonton film kalau hari jum'atnya silahkan main ke mana. Ka/au waktu jam kosong atau guru tid'ak hadir di kelas hat itu bagian wali ke/as, kalau tidak kembali lagi ke pembina nanti saya isi pengarahan yang bersifat aksidental. Yang saat itu sedang te1jadi apa nih gejalageja/a yang timbul. Baru boleh pulang."
Dalam membina santri untuk melakukan shalat AY selalu membawa absen. AY
mengakui anak-anak yang tidak ke mesjid akan dihukum rnen!gepel lantai namun
hanya diberi absen saja biasanya mereka sudah pada takut. A Y merasa jika
intensitas ke asramanya cukup maka santri pun sedikit yang lalai dalam
shalatnya. AY mengupayakan agar masbuk (shalat berjama'al1 namun tertinggal
beberapa raka'at dari tmam) dalam sholat menjadi hal yang tabu, biasanya AY
akan mengingatkan bila ada yang masbuk akan dilaporkan kepada orang
tuanya.
87
"Wajib lima kali sehari, ka/au ada yang ketahuan ga ke mesjid, disuruh ngepel. Tapi dikasih absen saja mereka sudah ketakutan. Justru mereka ma/ah pengen kelihatan hadir ada absen teh memang jangan dibiarkan saja anak-anak itu digiring, diabsen "Pak saya hadir pak, saya hadir" mungkin an.sk aliyah tidak seperti itu."
• Harapan
Terhadap prestasi belajar santri A Y mengakui dapat melihatnya dari raport
agama yang diisi olehnya, selain itu melihat keseharian santri di asrama atau
ketika masuk kelas. AY rnerasa terbentur pada jumlah santri yang banyak
sehingga banyak yang tidak terperhatikan. Untuk memaksimaikan hal tersebut
A Y mesti memaksimalkan tenaga dan fikiran ekstra selain diperlukan agenda
khusus. Narnun sebisa rnungkin A Y rnernberikan rnotivasi kepada anak untuk
rajin belajar, menulis dan rnernbaca.
"Ka/au pembina tuh tahu di bidang agama karena mengisi rapport juga yang pelajaran agama dj pesantren. Tapi selain raportjuga pembina tahu prestasi anak ka/au anak dia ini seperti apa. Dilihat dari kesehariannya atau masuk kelas, atau dari teman-temannya. lnformasi tahu/ah pembina seperti apa kalau santri itu seperli ini. Sete/ah itu dikonsu/tasikan kepada orang tua bahwa anaknya seperti ini. Gunanya untuk dicari penyebabnya setelah itu dibimbing lagi. Tapi sekali lagi terbentur di jum/ah santri atau anak yang banyak"
AY rnernberikan garnbaran kepada santri tentang alumni-alumni yang sudah
lulus dan berhasil lalu kernbali lagi ke Darul Arqarn untuk memotivasi anak-anak
dalarn rnenentukan cita-cita mereka. A Y selalu rnemberikan SE~cara keseluruhan
arahan agar santri merniliki cita-cita yang tinggi tidak perorangan. A Y rnenuntut
santri secara tidak langsung dengan rnernasukkan anak-anak ke berbagai
kegiatan, harapannya akan tirnbul kernampuan-kernarnpuan santri sesuai bidang
yang santri tersebut inginkan.
"Saya kasih gambarannya kepada alumni yang sudah pada lulus banyak yang kembali ke Darul Arqam untuk memberikan sesuatu seperti materi atau di seminar-seminar saya kasih motivasi kesana. Setiap orang tidak , tapi secara keseluruhan saya arahkan untuk mempunyai cita-cita yang tin,ggi"
AY tetap memperhatikan cara berpakaian santri tidak mernbia1rkan dan tidak
menekankan untuk berbusana lslami. A Y memahami budaya di pondok pada
88
masa-masa tertentu ingin mencari idola, sehingga suka mencoba-coba hat yang
baru bahkan dianggapnya gaul. Hanya jika kurang pantas A Y menegurkan
dengan menyindir. Hal tersebut A Y sadari adalah hal yang wajar meskipun
sebenarnya A Y lebih menyukai anak-anak berpakaian nyantri.
"saya tidak membiarkan 100%jangan tapijuga harus menekankan harus islami juga tidak. Karena kultur gitu di DA itu gararau/, /agipula anak-anak pada masa mencoba gitu yach. lngin mencari ido/a jadi /ebih terbiarkan sEifauh ini. Semisa/ celana yang modis, tapi dibiarkan 100% juga tidak. Ada lagi gak pakaian mode/2 seperti ini? Nanti diganti yah, atau cara lainnya disindir, manel'I kasep euy, buukna a/us. Tapi sigana kumaha lamun dikopeah sigana hese. Diheureuyan weh."
Santri dibolehkan A Y untuk mengkritik dirinya, hanya bentuknya lebih ke arah
dialog. AY merasa pembina harus siap dengan berbagai reaki;i yang keluar dari
santri, bahkan bila dirinya sampai melakukan kesalahan kepada santri. A Y akan
menganggap hal yang wajar bila santri memang nakal dan berbuat salah, dan
dilakukan bukan karena faktor kesengajaan santri untuk melulcai pembina.
"Bo/eh santri mengkritik tapi lebih ke dialog, perlu diskusi, dan yang namanya pembina harus siap dengan berbagai reaksi yang akan kefuar dari santri. Bahkan ketika pembina mengeluarkan pendapat, statement, atau atun9n harus siap menghadapi timbaf batik dari santri. Ada yang begini .. begini .. "
Dal(lm memerintah atau menyuruh kepada santri AY mengakui jarang dilakukan
kecuali bila dalam kondisi terdesak. Sebagai contoh sesuatu yang akan
89
menjatuhkan wibawa, seperti membawa makanan ke rumah, AV meminta tolong
kepada santri, dan reaksi anak pun merasa senang karena tenaganya terpakai.
"Minta tolong, ya paling beres kamar, kalau untuk kepentingan pribadi tidak itu mah, pemah sesekali ketika da/am kondisi terdesak misalkan bawa makanan ke asrama. Sesuatu yang akan menjatuhkan wibawa pembina. /tu biasanya saya minta tolong ke santri dan biasanya santri tuh ketika dimintai tolong sama pembina tuh ya seneng aja, ngerasa kepake, tapi ha/ tertentu saja."
AV memberikan penuturan bahwa mengobrol dengan santri adalah sebuah
keharusan. Karena menjalin komunikasi dengan santri itu san9at penting. Dan
AV merasa senang lagi bila santri yang memulai lebih dulu. Tidak ada waktu
khusus untuk mengobrol, tidak terlalu serius, dan jika ada keperluan saja.
"Menjalin komunikasi sangat penting, justru saya seneng santri yang memulai lebih dahulu bertanya berarti si santri teh aktif, tidak pasif. Ka/au kita hanya satu pertanyaan dia menjawab dengan dua pertanyaan, mereka ya seperti itu. Waktunya ga ada waktu khusus, setiap waktu/ah ketika bertemu Cuma kadangkadang ngobro/nya pun tidak terlalu serius, ya ketika ada kepE1rluan saja ngobrol."
• Komunikasi
A Y mengaku pernah membuat kontrak membina dengan sant1·i tetapi tidak
tertulis. Misalkan mengenai santri yang tidak ke mesjid atau k1~ kelas AV
memberikan penjelasan dahulu. Hal ini dilakukan untuk mempermudah A Y
memberikan punishment (hukuman), karena mereka sebenamya sudah tahu
peraturannya.
"Pemah tapi tidak secara tertu/is, kurang lebih saya bilang baflwa tentang menyikapi anak yang tidak ke mesjid atau ke kelas ketika saya masuk ke kelas berulang kali, tapi santri tidak melakukan apa yang diharuskan dikerjakan saya bertanya salah siapa? Sa/ah dari santri, tapi ka/au mungkin saya tidak ke asrama itu hapak anggap wajar, mungkin kesa/ahan ada di tangan bapak juga. Hal itu pemah terungkap, untuk mempermudah punishment. Jadi sebetulnya mereka tuh sudah tahu aturannya atau rambu-rambunya. kadang peraturan itu dibuat
o/eh santri sendiri. Sehingga bisa saya sosialisasikan dulu kepada santri atau anak-anak jadi sekalipun kita memberikan punishment tidak fE1nggung lagi."
Menghadapi kelas-kelas kecil A Y akan mengatur santri mengEmai tata letak
kasur dan lemari di asrama. Namun bila santri mulai susah diatur A Y tetap
90
menekankan terhadap kebersihan dan kenyamanan asrarna. :Sehingga tidak sulit
bagi AY dalam membangunkan anak-anak. AY juga memahami bahwa anak
memerlukan penyegaran dan mendapat suasana baru, jadi nyaman di asrama
dan tidak jenuh.
"Saya tuh kelas satu mesti harus diatur, begini. Ke/as dua mereka sudah mulai susah diatur tapi tetap menekankan kepada anak mengenai kebersihan dan kenyamanan asrama tetap. Diantaranya, mudah membersihk1m, membangunkan mereka, tidak jadi bahan persembunyian. ltu juga bahan refreshing bagi anak. Maksudnya da/am perubahan itu mendapat suasana baru. Jadi nyaman di asrama, ga jenuh di asrama. Jadi saya biarkan, tapi tetap dibeiri rambu-rambu juga, supaya pas ke asrama bersih."
Dalam menghadapi kebersihan massal A Y mengontrol terus anak-anak hingga
selesai. Jika terdapat santri yang tidak bekerja, biasanya anak:-anak sendiri yang
menghukum dan melaporkan kepadanya.
"Jarang bahkan hampirtidak ada, terus pemah ada dicanangkan satu minggu seka/i, pernah berjalan sekitar setengah bulan, tiga bulan ga ada lagi. Pemah ada dulu waktu diadakan kerja bakti, tidak diabsen tapi langsung dibagikan tugas oleh saya. Kalau ada yang tidak beketja biasanya anak-anak sendiri yang menghukum "Pa tuh si anu ga ketja .. pa tah si eta" jadi anak-s1nak takut sendiri dengan anak yang lain."
Karena jadwal pondok yang sangat padat setelah pulang dari kelas santri
diharuskan siap-siap untuk kegiatan berikutnya, tergantung kondisi saat itu.
Namun meskipun begitu A Y tetap memberikan toleransi kepada anak-anak untuk
istirahat dulu sebelum shalat ke mesjid.
91
"Sele/ah putang dari ketas ada yang dituntut ke mesjid paling, setetah ke mesjid ga da Jagi paling tergantung jadwat kegiatan hari itu. Ka/au mfaatkan ada jadwat kursus, berarli mereka harus kursus, katau ada pencak silat b1~rarli harus itu du/u. Atau jadwat hari rabu Korps Muba/igh Remaja (KMR), Korps Qori-Qori'ah Remaja (KQR) harus siap-siap. tiap hari itu padat, selalu ada kegiatan, tapi siang hari senin-kamis ada. Seminggu ada saja kegiatan. Pu/ang dari kelas sebelum ke kesjid boleh istirahat du/u, tidur dulu, ga apa-apa tapi pada akl'limya harus ke mesjid, ngagiring ge bapak katau jam 12.00 mah agak lunak, lihat mereka kecapean"
Untuk memudahkan melihat analisa pada kasus AY dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.5
Analisa Kasus A Y
Aspek-Aspek Pola Asuh Di Pondok Pesantren lndikator
A.Pengasuhan 1. Menghadapi santri yang mengalami sakit
- Tindakan pertama x - Cara perawatannya x 2. Menghadapi santri yang
mengalami kesulitan - Penanganannya x 3. Menghadapi santri yang
mengalami kecelakaan - Dalam suatu kegiatan x
(bermain, olah raga, training, dll)
- Tindakan pertama x - Cara perawatannya -4. Harapan kepada santri -
ketika pembina sakit 5. Sikap saat mengontrol x
keadaan santri di asrama
92
B. Kontrol 1. Menghadapi santri yang terlambat
- Bangun kesiangan x - Masukkelas -- Melakukannya berulang -
kali 2. Mengatur cara belajar -
santri 3. Menghadapi santri yang
berkelahi - penannggulangannya x 4. Mengatur waktu bennain x
santri 5. Cara mendidik santri shalat x
C. Harapan 1. Mengenai prestasi belajar - Nilai-nilai ujian santri -- Penanganan bagi santri x
yang prestasinya kurang baik
- Santri berprestasi x 2. Menuntut harapan dan x
cita-cita santri 3. Memberikan perintah x
kepada santri 4. Mengatur cara berbusana x 5. Melakukan kesalahan -
keoada santri 0. Komunikasi 1. Mengobrol dengan santri x
2. Membuat kesepakatan x dengan santri
3. Harapan seusai santri x belajar di kelas
4. Mengatur tata letak kasur x atau lemari di asrama
5. Mengatur kegiatan yang diikuti santri
- seperti olah raga, x ekstrakulikuler, lomba, dll.
- kerja bakti x
Keterangan; x: Tinggi -: Rendcih
93
4. 3. Perbandingan Ant.ar Kasus
Setelah peneliti menjabarkan gambaran data hasil wawancara dan observasi
tiap-tiap kasus, selanjutnya penulis melakukan analisa perbandingan antar kasus
yang didapat. Analisa ini bertujuan untulk melihat perbedaan clan persamaan
yang dialami tiap-tiap subyek penelitian. Analisa ini digambarkan dalam sebuah
tabel untuk memudahkan cara melihatnya. Adapun tabel analisa perbandingan
antar kasus, sebagai berikut;
Tabel 4.6
Tabel Perbandingan Antar Kasus
Aspek-Aspek Pola Asuh Di Pondok Pesaniren ES NH I AY
A.Pengasuhan 1. Menghadapi santri yang mengalami sakit
- Tindakan pertama x x x - Cara perawatannya - - x 2. Menghadapi santri yang
mengalami kesulitan - Penanganannya x x x 3. Menghadapi santri yang
mengalami kecelakaan - Dalam suatu kegiatan x - x
(bermain, olah raga, training, dll)
- Tindakan pertama x x x - Cara perawatannya - - -4. Harapan kepada santri - - -
ketika pembina sakit 5. Sikap saat mengontrol x x x
keadaan santri di asrama
94
B. Kontrol 1. Menghadapi santri yang terlambat
- Bangun kesiangan x - x - Masukkelas - x -- Melakukannya berulang kali x x -2. Mengatur cara belajar santri - - -3. Menghadapi santri yang
berkelahi - penannggulangannya x - x 4. Mengatur waktu bermain - - x
santri 5. Cara mendidik santri shalat x x x
C. Harapan 1. Mengenai prestasi belajar - Nilai-nilai ujian santri x x -- Penanganan bagi santri x x x
yang prestasinya kurang baik
- Santri berprestasi - - x 2. Menuntut harapan dan cita- x - x
cita santri 3. Memberikan perintah - x x
kepada santri 4. Mengatur cara berbusana - x x 5. Melakukan kesalahan x x -
kepada santri
D. Komunikasi 1. Mengobrol dengan santri x x x 2. Membuat kesepakatan x - x
dengan santri 3. Harapan seusai santri x - x
belajar di kelas 4. Mengatur tata letak kasur - x x
atau lemari di asrama 5. Mengatur kegiatan yang
diikuti santri - seperti olah raga, x x x
ekstrakulikuler, lomba, dll. - kerja bakti - x x
Keterangan; x: Tinggi -: Rendah
95
Pada tabel 4.6 di atas, terlihat bahwa terdapat beberapa perb!~daan dan
persamaan dalam aspek-aspek pola asuh pada ketiga orang subyak. Pada
aspek pengasuhan dalam hal harapan ketika pembina sakit, dan perawatan
ketika santri mengalami kecelakaan, menunjukkan ketiga subyek memiliki tingkat
pengasuhan yang rendah. Sedangkan tingkat pengasuhan yang tinggi pada
ketiga subyek terdapat dalam hal tindakan pertama ketika santri sakit,
kecelakaan, dan sikap mengontrol di asrama. Pada indikator lainnya
menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Pada aspek ini AY meimiliki tingkat
pengasuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ES dan NH. Tingkat
pengasuhan paling rendah dimiliki oleh NH. Namun secara umum ketiga subyek
memiliki tingkat pengasuhan yang positif atau tinggi.
Dari ketiga kasus di atas, terlihat bahwa aspek kontrol merupa1kan titik terlemah
dibandingkan aspek-aspek pola asuh lainnya. Dengan demikian, bahwa jumlah
santri yang banyak mempunyai pengaruh yang cukup tinggi bagi para pembina
dalam mengontrol kondisi santri. Walaupun aspek kontrol bukan selalu yang
menjadi kendala bagi subyek, namun setiap subyek merasakan keberatan
mengenai banyaknya jumlah santri yang dibina. Secara umum pada NH terlihat
jelas tingkat kontrol yang rendah dibandingkan A Y dan ES. Pada aspek ini
terdapat dua hal yang bisa disebut menonjol. Pertama, dalam mengatur cara
belajar santri, ketiga subyek sama-sama menunjukan tingkat kontrol yang
rendah. Kedua, dalam mendidik santri shalat, ketiga subyek terlihat sepakat
menunjukkan tingkat kontrol yang tinggi. Hal ini menurut ES adalah kewajiban
agama yang tidak dapat ditolerir bagi semua santri. Bagi NH merupakan
keharusan yang tidak dapat ditawar. Bagi A Y menyebutkan ingin agar masbuk
dalam shalat menjadi hal yang tabu untuk santri.
96
Pada aspek harapan ketiga subjek menunjukkan hasil yang positif. Hal ini terlihat
pada tabel 4.6 tidak terdapat tingkat harapan yang rendah dalam hal yang sama.
Namun tercatat hanya satu indikator yang ketiganya sama-sama menunjukan
tingkat harapan yang tinggi, yaitu dalam hal penanganan santri yang kurang
berprestasi. Hal ini dikarenakan pembina menganggap santri yang telah mampu
berprestasi sudah berkembang dengan sendirinya, bahkan diharapkan dapat
membimbing santri lainnya. Oleh karena itu pada kasus ES fokus pembinaan
kepada santri yang kurang dalam hal prestasi akan mendapatkan perhatian
lebih. Hal yang sama dirasakan NH dan A Y. Penanganan santri yang kurang
menunjukan tingkat pengharapan yang tinggi.
Sama halnya seperti pada aspek harapan, aspek komunikasi pada ketiga subyek
memiliki hasil yang bervariasi. Tidak terdapat indikator yang ketiganya memiliki
tingkat komunikasi yang rendah. Namun di sini ada dua indikator yang ketiganya
menunjukan tingkat komunikasi yang tinggi yaitu, mengobrol dengan santri dan
mengatur kegiatan santri dalam kegiatan ekstra, olah raga, maupun lomba. Pada
AY aspek komunikasi terlihat sangat menonjol dibandingkan ES dan NH. Hal ini
ditunjukan oleh tabel 4.6 AY memiliki tingkat komunikasi yang tinggi pada seluruh
indikator.
97
Berdasarkan analisa antar kasus aspek-aspek pola asuh di pondok pesantren
terlihat tipe pola asuh apa yang digunakan oleh ketiga subyek yaitu demokratis.
Hal ini secara keseluruhan ditunjukan pada tabel yang memberikan gambaran
ketiga subyek memiliki tingkat yang tinggi di semua aspek. Hanya secara umum
A Y terlihat lebih tinggi dibanding ES dan NH. Sedangkan perbandingan ES dan
NH tidak jauh berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan pola asuh yang
digunakan pembina di pondok pesantren adalah demokratis. Yaitu memiliki
tingkatan yang tinggi pada semua aspek pola asuh, pengasuhan, kontrol,
harapan dan komunikasi. Namun tingkatan tinggi dalam setiap aspek berbeda,
aspek pengasuhan merupakan yang paling kuat dilakukan oleh subyek
sedangkan yang paling lemah terdapat pada aspek kontrol. M1~skipun begitu
setiap subyek merasakan perlu adanya pola asuh di pondok pesantren.
4.4. Hasil Tambahan
Berdasarkan identitas responden yang didapatkan sebanyak '15 orang pembina
yang berada di Pondok Pesantren Darul Arqam Garut, maka latar belakang dari
responden berdasarkan jenis kelamin, status, pendidikan, usia, dan pengalaman
membina digambarkan pada tabel 4.7 di bawah ini:
98
label 4.7
latar Belakang Responden
latar Belakang n F Jenis Kelamin
L 9 62.5% p 6 37.5%
Usia 28-38 Tahun 8 56 . .25% 39-49 Tahun 6 37.5%
50-61 Tahun 1 6.25%
Pendidikan Formal
D1 1 6.25%
02 1 6.:<!5%
S1 12 7!5%
S2 1 6.25%
lama Masa Kerja
1-10 Tahun 8 56.:25% 11-20 Tahun 4 2!5% 21-30 Tahun 3 18.75%
Status Pernikahan
Berkeluarga 13. 87.5%
Single 2 125%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwl'! subjel< paling banyak ad.alah Laki-l1:1ki •'
yi:titu sembilan orang atau 62.5%, sedangl<an subjek per0mpuan berjumlah enam
orang at9u 37%, dari total suQi~I< 15 ora11~- J;lari na~il daladi-atas menunjukan,
bahW<i\ R~mbina pria lebih banyak dibutuhkan ten.a~ dan pikirannya bagi
~ P~-w:itren Darul Arqam Muhammadiyah Garut. Hal ini dikarenakan
jj,!Jlllab santri putra febih banyak dibandingkan dengan santri putri.
99
Berdasarkan usia subjek tanpa memperhatikan perbedaan jenis kelamin, secara
keseluruhan subjek penelitian yang paling banyak adalah mereka yang berusia
28-38 tahun, sebanyak delapan orang atau 56,25 %. Sedangkan untuk jumlah
yang paling sedikit adalah pada kategori usia 50-61 tahun yaitu sebanyak satu
orang atau 6,25% dari total subjek 15 orang. Dengan hasil data ini menunjukan
bahwa masa usia 28-38 tahun merupakan masa yang paling clinamis dan
produktif bagi seorang pembina di Pondok Pesantren Darul Arqam
Muhammacliyah Garut. Hal ini dikarenakan dengan bertambahnya usia
seseorang beban hidup yang ditanggungnya pun lebih banyak sehingga turut
mempengaruhi pengasuhan di pondok pesantren.
Berdasarkan pendidikan formal subjek, dapat dilihat bahwa yang paling banyak
adalah yang berpendidikan formal S1 yaitu sebanyak 12 oran1~ atau 75 %.
Sedangkan yang paling sedikit adalah mereka yang berpendiclikan formal 01,
02, dan S2 yaitu masing-masing sebanyak satu orang atau 6,25 %, dari total
subjek 15 orang. Dari hasil data di atas menunjukan bahwa Pondok Pesantren
lebih banyak memilih pembina yang berlatar belakang pendidikan formal S 1, hal
ini dikarenakan pembina yang berlatar belakang S1 dianggap cukup memenuhi
standar ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk membina para santri.
Berdasarkan lama masa kerja subjek, dapat dilihat bahwa yang paling banyak
adalah subjek yang bekerja pada rentang 1-10 tahun, yaitu sebanyak delapan
orang atau 56,25 %. Sedangkan yang paling sedikit adalah m1~reka yang bekerja
100
pada rentang masa kerja 21-30 tahun, yai!u sebanyak tiga ora1ng atau 18,7 %,
dari total subjek 15 orang. Dari hasil data di alas menunjukan bahwa pembina
yang telah bekerja selama lebih dari 10 tahun di pesantren ini mulai berkurang,
hal ini dimungkinkan karena dua hal; karena pembina yang telah bekerja di
pesantren ini selama lebih dari 1 o tahun, ada yang berhenti, pindah jabatan atau
pindah kerja dari pondok pesantren Darul Arqam atau mungkin juga dikarenakan
pesantren ini melakukan peremajaan pembinaan, dengan cara mengganti
pembina-pembina lama yang sudah kurang berkomp1~ten dengan pembina
pembina yang baru yang masih semangat dan berkompeten.
Berdasarkan status pernikahan, secara keseluruhan subjek pi:melitian yang
paling banyak adalah mereka yang sudah berkeluarga atau menikah, sebanyak
13 orang atau 87,5 %. Sedangkan untukjumlah yang single atau belum menikah
yaitu sebanyak dua orang arau 12,5% dari total subjek 15 orang. Dengan hasil
data ini menunjukan bahwa status berkeluarga atau yang telal1 menikah menjadi
hal yang cukup dipertimbangkan untuk seorang pembina bagi Pondok Pesantren
Darul Arqam Muhammadiyah Garut.
Penulis juga memberikan kuesioner kepada 15 orang pembina, lalu penulis
memberikan skor ke dalam empat kategori, yang terbagi menjadi, skor satu (1)
untuk pola asuh ototriter, skor dua (2) untuk pola asuh demokratis, skor tiga (3)
untuk pola asuh permisif indulgent, dan skor empat (4) untuk pola asuh permisif
Indifferent.
Skor pola asuh untuk pengukuran skala pola asuh dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.8
Skor Skala Pola Asuh
Skor Pola Asuh
1 Otoriter
2 Demokratis
3 Permisif Indulgent
4 Permisif Indifferent
IOI
Dalam pengukuran skala pola asuh ini, peneliti menentukan pola asuh yang
dipakai responden dengan cara melihat skor pola asuh yang terbanyak yang
ada pada responden. Setelah ditetapkan norma seperti di atas, maka peneliti
dapat mendiagnosis responden yang mempunyai pola asuh, otoriter,
demokrastis, permisif Indulgent, dan permisif Indifferent dengan memasukkan
jumlah skor responden ke dalam interval pola asuh. Interval te1rsebut di susun
berdasarkan skor terendah dan tertinggi dalam setiap kategori pola asuh. Di
bawah ini disajikan tabel frekuensi responden yang mengunakan masing-masing
kategori skala pola asuh.
102
Tabel 4.7
Kategori Skala Pola Asuh
Pola Asuh Interval Frekwensi Persen (%)
Otoriter 33-57 0 0%
Demokratis 58-82 15 100%
Permisif Indulgent 83-107 0 0%
Permisif Indifferent 108-133 0 0%
Total 15 100 %
Berdasarkan dari daftar distribusi di atas terlihat secara keseluruhan subjek
penelitian yang paling banyak menggunakan pola asuh demokratis sebanyak 15
orang atau 100 %. Sedangkan untuk pola asuh otoriter, permi:sif indulgent, dan
permisif indifferent tidak ada yang menggunakannya atau 0 % dari total subjek
15 orang. Dengan hasil data ini menunjukan bahwa pola asuh yang digunakan
pembina Pondok Pesantren Darul Arqam Mt.lhammadiyah Garut secara umum
adalah demokratis.
BABS
KESIMPULAN, DISKUSI DAN !SARAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran
untuk subjek penelitian maupun penelitian berikutnya.
5. 1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data tentang pola asuh pembina terhadap santri di
Pondok Pesantren dapat disimpulkan bahwa pembina di Pondok Pesantren
Darul Arqam Muhammadiyah Garut memiliki pola asuh deimokratis yang
meliputi empat aspek pola asuh, yaitu pengasuhan, kontrol, harapan, dan
komunikasi.
5. 2. IDiskusi
Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa pola asuh pembina terhadap santri
di Pondok Pesantren Darul Arqam adalah demokratis. Yang berarti hasil
penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian Mukhtar (2005) yang
mengatakan bahwa ada perbedaan kontribusi dari kebervariasian pola asuh
otoriter terhadap kebervariasian prestasi belajar santri mukim dan santri
nonmukim. Juga tidak sama dengan pendapat Bawani (dl:tlam Yasrnadi,
104
2002: 63) yang menyatakan keberadaan seorang Kiai dalam lingkungan
pesantren diibaratkan laksana jantung bagi kehidupan manusia. lntensitas
Kiai memperlihatkan peran yang otoriter disebabl<an karena Kiailah perintis,
pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin, dan bahkan pemilik tunggal sebuah
pesantren. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan kuesioner yang penulis
sebarkan kepada keseluruhan pembina yang berjumlah 15 orang. Dari
kuesioner tersebut terlihat semua pembina menggunaka111 pola asuh
demokratis.
Hal ini menjelaskan bahwa pola asuh di pondok pesantren kini mengalami
perubahan. Bila melihat sejarah faktor Kiai dahulu begitu dominan dalam
pengasuhan sehingga tak heran bila pola asuh yang terbentuk adalah pola
asuh otoriter. Akan tetapi perubahan yang terjadi seperti penambahan jumlah
santri yang semakin banyak, dan perkembangan zaman cli bidang teknologi
dan informasi menuntut pesantren untuk menyesuaikan diri dengah tetap
mempertahankan tradisi yang telah ada sebelumnya. Sedlangkan pada aspek
pengasuhan kini tidak lagi terpusat kepl:ida satu figur Kiai saja melainkan
secara kolektif oleh para pembina santri.
Perubahan ini pun mempengaruhi Pondok Pesantren Darul Arqam untuk
membuat kebijakan baru dalam hal pola asuh di pondok pesantren. Salah
satunya adalah memisahkan tugas pembina sebagai wali kelas santri. Dalam
105
satu kelas ditunjuk dua orang yang bertanggungjawab untuk mengurus santri,
satu orang bertugas sebagai pembina di asrama dan yang lainnya bertugas
sebagai wali kelas.
Dari hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan pada tiga orang
pembina pondok pesantren Darul Arqam di Garut, penulis mendapatkan
gambaran fenomena di pesantren berkaitan tentang pola asuh pembina
terhadap santri di pondok pesantren Darul Arqam Garut. Hasil analisa data
wawancara memberikan gambaran lebih mendalam men9enai pola asuh
demokratis yang dilakukan pembina terhadap santri. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya keempat dimensi pola asuh yang dimiliki oleh pembina. Empat
dimensi pola asuh yang dimaksud adalah aspek pengasuhan, kontrol,
harapan, dan komunikasi. Masalah yang paling terlihat dailarn penelitian ini
yaitu rendahnya aspek kontrol dalam pola asuh pernbina 1terhadap santri. Hal
ini lebih disebabkan karena banyak jurnlah santri yang harus diasuh oleh
seorang pembina. Oleh karena itu untuk rnencapai hasil yang rnaksimal
dalam mengasuh, hal ini tergantung bagairnana pembina menggunakan
waktunya untuk mengontrol santri dalam jumlah yang ban yak.
Pada hasil analisa data wawancara juga rnampu mengun1~kapkan mengenai
persepsi rnengenai pola asuh, latar belakang dan riwayat pembina. Hal itu
merupakan bagian tak terpisahkan sebagai faktor yang bEirpengaruh
106
terhadap pola asuh pembina kepada santri. Sebagai contoh, pembina yang
ketika masa sekolahnya di lingkungan pondok pesantren tentu memiliki
pengalaman bagaimana rasanya diasuh oleh pembina. Hal ini berpengaruh
terhadap bagaimana seorang pembina mengasuh santri. Dengan
mempelajari cara pengasuhan yang ia dapatkan semasa di pondok
pesantren, pembina sudah memiliki gambaran bagaimana cara mengasuh
santri. Apalagi bagi pembina yang sebelum mengasuh di Pondok Pesantren
Darul Arqam pernah mengasuh di tempat lain. Hasil lain yang didapat adalah
mengenai pekerjaan sebagai pembina merupakan pengabdian. Baik kepada ,
pesantren, organisasi maupun kepada Islam itu sendiri.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembina yang tinggi dalam
keempat dimensi pola asuh, mengakibatkan santri menjacli bersemangat
dalam belajar dan mengejar prestasi yang merupakan salah satu tujuan dari
institusi pendidikan dalam hal ini pondok pesantren. Dengan tercapainya
tujuan pondok pesantren dalam proses pengasuhan hal ini cepat atau lambat
akan meningkatkan keuntungan bagi pondok pesantren. Oleh karena itu,
pimpinan pondok pesantren perlu memperhatikan pola· asuh pembinanya
agar pembina-pembina dapat memberikan pengasuhan yang optimal kepada
santri.
5. 3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini ada beberapa hal yang dapat
dipertimbangkan sebagai saran praktis, baik untuk kepentingan pembina
maupun pihak pondok pesantren.
107
1. Kepada pimpinan pondok pesantren, agar lebih memperhatikan dan
memberikan solusi yang baik kepada pembinanya berkaitan tentang
pola asuhnya, khususnya pada pembina-pembina yang mempunyai
tingkat yang rendah pada aspek pola asuhnya, agar pembina merasa
nyaman dan bersemangat dalam bekerja, sehingga tercipta pola asuh
yang baik terhadap santri.
2. Bagi pembina sebaiknya lebih terbuka untuk mengungkapkan
permasalahan pola asuhnya kepada pimpinan pondok pesantren,
namun dalam proses perbaikannya, pembina juga harus ikut membantu
pimpinan untuk menjadikan pola asuh terhadap santri menjadi lebih
baik, dengan mematuhi aturan-aturan yang telah dibuat oleh pimpinan
pondok pesantren.
Saran-saran teoritis bagi penelitian-penelitian selanjutnya;
1. Penulis menyadari bahwa, dalam proses penulisan skripsi ini terdapat
beberapa kekurangan dan kelemahan terutama dalam proses
penelitiannya, maka pada peneliti selanjutnya yang berkeinginan untuk
108
melakukan penelitian dengan tema masalah yang sama, disarankan
untuk memperdalam kajian permasalahan, menghubungkannya dengan
variabel lain dan menambah jumlah sampel yang berbeda termasuk
membandingkannya dengan santri.
2. Penelitian ini juga memiliki keterbatasan dalam men1mambarkan pola
asuh yang hanya mempertimbangkan faktor jenis kelamin, usia, masa
kerja, status pernikahan dan latar belakang pendidikan terakhir
responden. Untuk penelitian selanjutnya, dianjurkan untuk melakukan
penelitian dengan menggambarkan pola asuh yang mempertimbangkan
aspek lain, misalnya kelekatan pembina dengan orang tua santri,
efektifitas pola asuh dengan rasio jumlah santri yang diasuh, tingkat
ekonomi pembina.
109
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2003), Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. (2003). Penyusunan Seka/a Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Boyd, D & Bee H. (2006), Life Span Development, 4hEdition, Boston: Pearson Education, Inc
Bhuono, A (2005). Strategi jitu memilih metode statistik penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: ANDI
Hurlock, E. B. (2002). Perkembangan Anak, Ji/id 1 &2. Jakarta: Erlangga
Khoerwadarminta, W. J. S. (1993). Kamus BesarBahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kriswanto, C. I. 4 Tipe Pola Asuh Orang Tua. tanggal 30 April 2007. www.tabloidnakita.com
Madjid, N. (1997). Bilik-Bilik Pesantren. Jakarta: Paramadina
Mansur, Junaedi, dan Mahfud. (2005). Rekonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Depag RI
Martin, C. A (1997). Parenting, A Life Span Perspective. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc
Mastuki, H. S. (2003). Managemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka
Moleong, L. J. (2007). Metodo/ogi Penelitian Kua/itatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya
\/lonk's, F. J. (2004). Psiko/ogi Perkembangan, Pengantar Dan Berbagai Kegiatannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
\/luhammad, A (1993). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen. Jakarta:
=>ustaka Amani
Mukhtar, M. (2005). Kontribusi Kebervariasian Pola Asuh, Konsep Diri, Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kebervariasian Prestasi Belajar Santri Mukim dan Santri Non Mukim. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia
Vlulyadi, K. (1999). Pengaruh Gaya Pengasuhan Orangtua Terhadap Tingkah Laku Prososial Remaja Pada Remaja Akhir Jumal Psikologi Vol. 11. No. 1. Maret 2003. Bandung: UNPAD
110
Mulyana, D. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigms Baru I/mu Komunikasi dan I/mu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Netty, Hartati, dkk. (2004). Pedoman Penyusunan dan Penuli.san Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Papalia, D.E, Olds, S.W & Feldrnans, R. D. (2004). Human Development glhEdition. New York: McGraw Hill
Partanto, Pius Adan M. Dahlan Al-Barry. (1994). Kamus llmiafl Populer. Surabaya: Arko la
Poerwandari, K. (2001). Pendekatan Kualitatif Untuk Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 UI
Qornar, M. (2007). Pesantren, Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi lnstitusi. Bandung: PT. Erlangga
Santrock, J. W. (2006). Life Span Development, Perkembang;;m Masa Hidup, jilid I Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Santrock, J. W. (2006). A Topical Approach to Life Span Development, f.lh Edition. California: Brooks Cole Publishing Company
Sarlito, W. S. (2005). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers
Shaffer, D.D. (1999). Developmental Psychology, Childhooo' & Adolesence, rfh Edition. California: Brooks/Cole Publishing Company
Singgih, D. G. (2003). Perkembangan Manusia dari Mass ke masa. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulya
Strage & Brandt. (1999). Authoritative Parenting and College Students' Academic Adjustment an Success. Journal Of Educational Psychology. Vol. 91. No. 1. 146-156
Sudarwan, D. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia
Sururin. (2003). I/mu Jiwa Agama. Jakarta: Rajawali Pers
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
rarsis, T. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Agresivitt~s Remaja,. tanggal 30 April 2007. www.depdiknas.go.id
lasta, R. Muller, S.A & Ellis, S. (2004). Child Psychology, 467Edition. USA: John Willey & Sons. Inc
(asmadi. (2002). Modemisasi Pesantren, Kritik Nurcho/is Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press
111
Yin, R. K. (2004). Studi Kasus, Desain dan Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Yusuf, M. (1996). Faktor-Faktor lntelektif Dan Non-lntelektif Vang Mempengaruhi Hasil Belajar, Studi Korelasi Antara lntelegensi, Kreativitas, Pola Asuh Orangtua Dan Perilaku Belajar Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Berprestasi Unggul. Tesis. Jakarta: Universitas lndonesta
Zarkasyi, A. S. (2005). Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pe:santren. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Zikri, N. I. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan Sikap Remaja Terhadap Premarital Sex Di OKI Jakarta. (2003). Tesis. Jakarta: Program Pasca Sarjana UI
LAMPIRAN .. LAMPIR.AN
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS PSIKOLOGJ
JI. Kerta Mukti No. 5 Cireundeu Ciputat Jakarta Selatan 15419 Telp. 7433060 Fax. 74714714
Nomor: F.l .71/ICM.01.5/~2fl007 Lamp. : I (satu) berkas Perihal : Perpanjangan Bimbingan Skripsi
Kepada Yth. I. Bambang Suryadi, Ph. D 2. Solicha, S. Ag Dosen Fak.Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamualaikum Wr.Wb.
Jakarta, 4 Januari 2008
Dengan ini kami mengharapkan kesediaan Bapak/lbu/Saudara/i untuk menjadi Pembimbing penulisan skripsi mabasiswa :
Nama Nomor Pokok Fakultas Judul Skripsi
Catur Tresna 103070028987 Psikologi
: "Dinamika Pola Asuh Pembina Terhadap Santri di Pondok Pesantren Darul Arqam Garut".
Judul tersebut telab disetujui oleh Pembantu Dekan Bidang Akademik pada tanggal 28 Desember 2007 dengan out line, abstraksi dan daftar pustaka terlan1pir. Bimbingan skripsi ini kami mohon dapat diselesaikan dalan1 waktu 6 (enam) bulan, yakni sampai dengan tanggal 28 Maret 2008. Setelahjudul tersebut dikonsultasikan dengan Pembimbing dan terjadi perubahan, maka segera dilaporkan ke Pembantu Dekan Bidang Akademik dan laporan berikutnya dilaksanakan pada bulan ketiga dan kelima.
Demikian atas kesediaan Bapak /Ibu/ Saudara/i kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
fembusan: l. Dekan ( Sebagai laporan )
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SY ARIF HIDA YATULLAH JAKARTA
FAKULTAS PSIKOLOGI
\rta Mukti No.5 Cireudeu Ciputat Jakarta Selatan 15419 Telp. (021) 7433060 Fax. 74714714
.or J.
: Ft. 71/0T.Ol.7/ ~)tl /VI!l/2007 Jakarta, l 4 Agustus 2007
: lzin Pene1itian
Kepada Yth. Pimpinan Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah di Garut
Assalrnnu'alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat, kami sampaikan bahwa :
Nam a Tempat/T gl Lahir Alamat
: Catur Tresna Ruswaraditra : Bogor, 24 Februari 1985 : Pancasan No.90 Rtl/12 Pasir Jaya Bogor Barat
adalah benar mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Semester NomorPokok Tahun Akademik Program
IX (Sembilan) 103070028987 2007/2008 Strata I (S-1)
Sehubungan dengan tugas penyelesaian skripsi yang berjudul : "Pola Asuh Pembina terhadap santri di Pondok Pes:mtren Dllrul Arqam Muhammadiyah Garut" mahasiswa tersebut memerlukan izin Penelitian di lembaga yang Bapak/Ibu/Saudara pimpin. Oleh karena itu kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya.
Demikian atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu/Saudara kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
l:-ij~! ;;y~_,~..,~~i/~,;f.d~ iJ1l>.J MA'HAD DARUL ARQ.AM MUHAMMADIYAH
DAERAH IGARUT JI. Ciledug No. 284 I 36 <(J 0262-233804 Fax. 02Ei2- 243816 Garut- 44i8i
SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN
NO. : 092 I III.4 IF I KET I MDA I 2007
Pimpinan Ma'had Dami Arqam Muhammadiyah Daerah Gamt menerangkan dengan
sesungguhnya bahwa :
Nama
NIM
: CATUR TRESNARUSWARADITRA
: 103070028987
Jumsan/Fakultas : Psikologi UIN SyarifHidayatullah Jakarta
telah melaksanakan Penelitian dalam rangka penyusunan Skripsi dengan judul
"POLA ASUH PEMBINA TERHADAP SANTRI DI PONDOK PESANTREN DARUL
ARQAM MUHAMMADIYAH GARUT"
Demikian Surat keterangan ini kami buat untuk menjadi maklum.
Garut, 24 Oktober 2007
Pengantar
Dengan Hormat,
Salam teriring doa saya sampaikan, semoga Bapak/lbu SE1lalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Yang bertanda tangan di bawah ini;
Nama : Catur Tresna Ruswaraditra
NIM : 103070028987
Semester : VIII (Delapan)
Fakultas : Psikologi
Universitas : Universitas Islam Negeri (UI N) Syarif Hidayatullah Jakarta
115
Dengan ini bermaksud mengadakan penelitian dengan ju1:!ul "Pola Asuh Pembina di Pondok Pesantren", dalam rangka menyelesaikan tugas akhir skripsi. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat kecenderungan tipe pola asuh yang dipakai pembina di pondok pesantren. Penelitian ini tidak melihal: baik buruknya kinerja kerja Anda, akan tetapi kontribusi dari Anda akan sangat membantu dalam proses penelitian ilmiah ini.
Pada halaman berikut ini, Anda akan menjumpai beberapa pernyataan, dimana pada setiap pernyataan disediakan beberapa kemungkinan yang dapat Anda pilih sebagai jawaban. Saya berharap Anda membaca setiap pemyataan dengan teliti sehingga jawaban yang Anda pilih sesuai dengtm pemikiran dan keadaan Anda yang sebenamya.
Dalam hal ini tak ada jawaban yang benar atau yang salah. Oleh karena itu saya mohon kepada Bapak/lbu bisa memberlkan jawaban secara apa adanya untuk semua pemyataan yang telah disediakan. Adapun informai~i atau data yang Anda berikan akan sangat berrnanfaat bagi penelitian ini dan dijamin kerahasiannya.
Atas kesediaan Bapak/lbu meluangkan waktu untuk menoisi kuesioner ini, saya mengucapkan terima kasih.
Peneliti
116
Data Prlbadi
1. Na ma
2. Jenis kelamin
3. Usia
4. Pembina Kelas
5. Pendidikan terakhir
6. Pengalaman Membina : Tahun
Petunjuk
Di bawah ini terdapat pemyataan yang berkenaan dengan "Pola Asuh Pembina di Pondok Pesantren", jawablah dengan melingkari huruf pada salah satu pemyataan yang anda anggap sesuai diri anda. Tak ada jawaban yang salah, semua jawaban benar bila pilihan jawaban Anda sesuai dengan pemikiran dan kmidaan Anda yang sebenamya. Adapun contoh pernyataan dan alternatif pilihan ja11o/aban itu adalah :
1. Dalam membina saya memberlakukan santri
a. Sebagai siswa/siswi yang harus taat pada peraturan yang berlaku
@sebagai siswa/siswi yang mempunyai potensi untuk dikembangkan
c. Sebagai anak sendiri
d. Sebagai manusia biasa
t>. Hasil aKhir aclalah KesepaKatan antara santri dan pembina c. Santri tidak mempunyai hak berpandapat d. Pembina tidak peduli dengan hal ini
3ila ada santri yang sakit, make saya akan a. Memperhatikan perawatan, menyuruh santri untuk istirahat
dan menjaga santri b. Tidak memperhatikan perawatan, dan tetap menyuruh santri
tidak boleh melupakan tugas-tugas rutin c. Tidak peduli d. Memperhatikan perawatan, memanjakan serta melayani
semua kebutuhan santri
3ila terdapat nilai ujian santri yang jelek a. Menghukum dan mempermalukan di hadapan santri lainnya b. Menerima apa adanya c. Kecewa, tetapi tetap memberi semangat terhadap santri d. Tidak peduli
lila terdapat santri yang tidak memenuhi janji dengan pembina, make a. Tidak peduli den diam saja b. langsung menghukum santri c. Menannyakan alasan santri den memperingatkannya agar
tidak mengulanginya lagi d. Memaklumi
lila nilai rapor ada santri yang jelek, make pembina akan a. Menanyakan kesulitan yang santri alami den mencari jalan
keluar yang balk untuk meningkatkan prestasi b. Menghukum den membodoh-bodohkan santri c. Tidak peduli d. Menerima apa adanya
lila santri mengikuti lomba olah raga, maka saya akan a. Mempersulit santri b. Tidak peduli c. Pembina ikut mempersiapkan keperluan untuk mengikuti
lomba d. Semua keperluan disiapkan oleh pembina
c. Tidak menghiraukan d. Menangani sepenuhnya kesulitan santri
8. Terhadap harapan clan cita-cita a. Tidak mempedulikan b. Menuntt..~ untuk diwujudkan secara wajar c. Menganggap hal tersebut mengganggu kegiatan belajar
mengajar d. Tidak menuntut sama sekali
9. Pada waktu liburan pesantren a. Memberi santri banyak tugas b. Memberi kebebasan sepenuhnya terhadap santri c. Menanyakan dan mengarahkan kegiatan yang akan dilakukan
semasa liburan d. Tidak peduli
10. Bila ada seorang santri yang menjadi juara kales a. Bangga den terus memberikan semangat b. Merendahkan prestasi yang dicapai oleh santri tersebut c. Diam saja d. Sangat bangga, sehingga bebas menentukan ape yang
diinginkannya
11 . Dalam hal prestasi santri a. Tidak pernah menuntut den menerima ape adanya b. Sama saja tidak ada yang berbeda c. Menuntut untuk dapat berprestasi sebaik mungkin d. Tidak peduli
12. Bila santri lalai mengerjakan tugas rutin a. Pembina tidak tahu yang santri kerjakan b. Menghukum santri tersebut c. Maklum d. Memperingatkan agar lain kali ia tidak mengulanginya lagi
13. Bila Santri bangun kesiangan dan terlambat mengikuti kegiatan belajm mengajar
a. Menghukum santri b. Tidak peduli c. Menanyakan kenapa bisa kesiangan dan memperingatkan
agar tidak mengulanginya lagi d. Menyuruh agar segera bersiap-siap
bisa melakukannya b. Bangga dan terus memberi semangat c. Bangga sekali hingga mengistimewakannya dari santri yang
Iain d. Tidak peduli
lila terdapat santri yang jatuh hingga terluka a. Memarahinya kenapa ha! itu sampai terjadi b. Tidak peduli c. Menannyakan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan
menyuruhnya untuk lebih hati-hati lain kali d. Sedih, dan terus merawat hingga sembuh
'erhadap kegiatan yang diikuti oleh santri a. Tidak menyukai b. Tidak peduli c. Memberi kebebasan aktif, walaupun tidak harus berprestasi d. Mendukung atas kemampuan yang dimiliki oleh santri
· erhadap cara belajar santri a. Menjaga ketat jam belajar santri, harus sesuai dengan
paraturan pondok b. Membebaskan santri untuk belajar atau tidak c. Menemani belajar jika memiliki waktu d. Tidak peduli
lila saya sakit a. Menginginkan ada santri yang menjenguk dan menanyakan
keadaannya bila ada waktu b. Santri harus siap bila sewaktu-waktu dibutuhkan dan tetap
harus mengikuti aturan yang berlaku, karena barangsiapa yang melanggar akan dihukum beral
c. Santri tetap bebas, terserah saja d. Tidak pemah minta bantuan kepada santri
Illa ketahuan terdapat santri mengubah letak kasur dan lemari di 1srama
a. Tidak mempedulikannya b. Bila ide santri lebih baik, maka pembina tidak keberatan c. Menghukum karena tidak izin dahulu, juga karena tidak sesuai
dengan yang dianjurkan oleh pembina d. Pembina tidak akan marah, dan membebaskan santri untuk
mengubahnya sesuai dengan keinginan mereka
kegiatan bagi masing-masing santri c. Setuju-setuju saja, terserah santri maunya apa d. Pembina mendorong untuk berprestasi, jenis kegiatannya
terserah kepada masing-masing santri namun menyarankan agar sesuai dengan minat dan kemampuan
21. Bila sedang diadakan kerja bakti a. Membebaskan santri untuk ikul atau tidak b. Menghukum santri bila ada yang tidak mengiku!i c. Pembina tidak mengetahui kegiatan semua santri d. Bila tidak ada yang harus dikerjakan santri terlebih dahulu,
pembina mengharapkan agar santri turut serta
22. Pada waklu memerintahkan sesuatu a. Memberitahu dengan cara yang baik b. Menuntut agar segala sesuatunya harus dilaksanakan dengan
benar c. Tidak pernah menyuruh apapun d. Terserah nau dilaksanakannya perintah itu atau tidak
23. Bila ada santri yang berkelahi a. Oibiarkan saja b. Oimarahi dan menghukum keduanya atau semua yang terliba't c. Membela kepada santri yang tertihat lemah d. Menyuruh mereka untuk berdamai, dan menjelaskan bahwa
berkelahi itu tidak baik
24. Terhadap waktu bermain santri a. Melarang bermain seenaknya, karena mengganggu kegiatan
KBM b. Boleh bermain kapan saja, terserah santri karena sudah besar
bisa mengatur diri sendiri c. Boleh melakukannya di waklu yang kosong dan tidak ada
kegiatan dan tugas yang harus dilakukan lebih dulu d. Tidak pernah memperhatikan
b. Langsung menghukum karena tidak disiplin c. Tidak pernah mengontrol semuanya, mungkin ada satu atau
dua orang saja d. Memaklumi k8rena padatnya jadwal yang telah diatur di
ponclok pesantren
iila pempina pada saat tertentu melakukan kesalahan a. Santri boleh mengkritik b. Tetap rnenganggap santri yang salah untuk menjaga wibawa c. Meminta maaf, karena wajar jika manusia melakukan salah d. Diam saja
·emadap tata care berpakaian santri a. Tidak pemah mengatur b. Memberikan pengarahan yang baik tentang tata cara
berbusana c. Harus berbusana rnuslim/muslimah kalau tidak dihukum d. Membolehkan pakaian apa saja yang penting nyaman dan
sopan
•endapat anda bila pembina mengobrol dengan santri a. Hanya membuang-buang waktu dan tidak sopan b. Soleh 1<apan saja c. Soleh saja, asalkan wa!<tunya disesuaikan dengan
bahasannya d. Tidak pernah mengobrol
·emadap waktu masuk ke kelas pada kegiatan belajar mengajar a. Kapan sa]a karena menganggap santri sudah dewasa b. Harus tetap waktu apapun yang terjadi untuk membiasakan
hidup disiplin c. Kurang memperha!ikan d. Membolehkan izin atau telat bila alasannya dapat
dipertanggungjawabkan
~eadaan di asrama bila pembina sedang mengontrol seperti apa a. Membosankan b. Tenang dan nyaman, terjalin hubungan yang harmonis antara
santri dan pembina c. Terlihat ada ketegangan antara pembina dan santri d. Biasa-biasa saja
b. Harus selalu hadir dan diawasi dengan ketat, bila tidak datani~ akan clihukum
c. Terserah santri ingin hadir atau tidak d. Santri diharapkan hadir untuk menanmbah wawasan dan
informasi agar !idak ketinggalan
32. Seusai belajar di kelas a. Harus langsung bersiap mengerjakan tugas yang lain, karenai
waktu adalah pedang b. Tidak memperhatikan c. Soleh pulang kapan saja dan bebas menentukan kegiatan
apapun setelahnya d. Soleh lstirahat sejenak, namun tidak boleh berlama-lama
karena jadwal kegiatan sudah ditentukan
33. Bila ada santri yang ketahuan mencuri a. Langsung menghukum karena bersalah melakukan
pelanggaran b. Menyelesaikan dengan bijak dan menanyakan motif dia
mencuri c. Memberikan perhatian lebih, mungkin santri kurang mendapat
perhatian d. Oiblarkan saja, tidak pernah tahu
SP.L)?l:MJ!'l' :MP/N<jP/11.'J.Jl'l(Jl!N '1.tE~:MJ! 'K)tSJJ(
b. Hasil akhir adalah kesepakatan antara santri dan pembina (2) c. Santri tidak mempunyai hak berpendapat ( 1) d. Pembina tidak peduli dengan hal ini (4)
lila ada santri yang sakit, maka saya akan (P) a. Memperhatikan perawatan, menyuruh santri untuk istirahat
dan menjaga santri (2) b. Tidak memperhatikan perawatan, dan tetap menyuruh santri
tidak boleh melupaken tugas-tugas rutin (1) c. Tidak peduli (4) d. Memperhatikan perawatan, memanjaken serta melayani
semue kebutuhan santri (3}
lila terdapat nilai ujian santri yang jelek (T) a. Menghukum dan mempermalukan di hadapen santri lainnya
(1} b. Menerima ape adanya (3) c. Kecewa, tetapi tetap memberi semangat terhadap santri (2} d. Tidak peduli ( 4)
lila terdapat santri yang tidak memenuhi janji dengan pembina, maka K)
a. Tidak peduli dan diam saja (4) b. Langsung menghukum santri (1) c. Menannyakan alasan santri dan memperingatkannya agar
tidak mengulanginya lagi (2) d. Memaklumi (3)
lila nilai rapor ada santri yang jelek, maka pembina akan (n a. Menanyakan kesuli!an yang santri alami dan mencari jalan
keluar yang baik untuk meningkatkan prestasi (2) b. Menghukum dan membodoh-bodohkan santri ( 1 ) c. Tidak peduli (4) d. Menerima apa adanya (3)
lila santri mengikuti lomba olah raga, make saya akan (K) a. Mempersulit santri ( 1) b. Tidak peduli (4) c. Pembina ikut mempersiapkan keperluan untuk mengikuti
lomba (2) d. Semua keperluan disiapkan oleh pembina (3)
c. Tidak menghiraukan (4) d. Menangani sepenuhnya kesulitan santri (3)
8. Terhadap harapan dan cita-cita (T) a. Tidak mempedulikan (4) b. Menuntut untuk diwujudkan secara \vajar (2) c. Menganggap hal tersebut mengganggu kegiatan belajar
mengajar (1) d. Tidak menuntut sama sekali (3)
9. Pada waklu liburan pesantren (C) a. Memberi santri banyak tugas (1) b. Memberi kebebasan sepenuhnya terhadap santri (3) c. Menanyakan dan mengarahkan kegiatan yang akan dilakukan
semasa llburan (2) d. Tidak peduli ( 4)
10. Bila ada seorang santri yang menjadi juara kelas {T) a. Bangga dan terus mamberikan semangat (2) b. Merendahken prestesi yang dicapei oleh santri tersebut (1) c. Diem saja (4) d. Sangat bangga, sehingga bebas menenlukan apa yang
diinginkannya (3)
11 . Dalam hal prestasi santri m a. Tidak pernah menuntut dan menerima apa adanya (3) b. Sama saja tidak ada yang berbeda ( 1 ) c. Menuntut untuk dapat berprestasi sebaik mungkin (2) d. Tidak peduli ( 4)
12. Bila santri lalai mengerjakan tugas rutin (C) a. Pembina tidak tahu yang santri kerjakan (4) b. Menghukum santri tersebut (1) c. Maklum (3) d. Memperingatkan agar lain kali ia tidak mengulanginya lagi (2)
13. Bila Santri bangun kesiangan dan terlambat mengikuti kegiatan belajar mengajar ( C)
a. Menghukum santri ( 1) b. Tidak peduli ( 4) c. Menanyakan kenapa bisa kesiangan dan memperingatkan
agar tldak mengulanginya lagi (2) d. Menyuruh agar segera bersiap-siap (3)
01sa metaKuKannya ( 1 ) b. Bangga dan terus memberi semangat (2) c. Bangga sekali hingga mengistimewakannya dari santri yang
lain (3) d. Tidak peduli ( 4}
:ila terdapat santri yang jatuh hingga terluka (P) a. Memarahinya kenapa hal itu sampai terjadi ( 1) b. Tidak peduli ( 4) c. Menannyakan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan
menyuruhnya untuk lebih hati-hati lain kali (2) d. Sedih, dan terus merawat hingga sembuh (3)
'erhadap kegiatan yang diikuti oleh santri (K} a. Tidak menyukai (1) b. Tidak peduli { 4} c. Memberi kebebasen aktif, walaupun tidek harus berprestasi
(3) d. Mendukung etas kemampuen yang dimiliki oleh santri (2)
·amadap cara belajar santri (C} a. Menjega ketat jam belajar santri, harus sesuai dengan
peraturan pondok (1) b. Membebaskan santri untuk belajar alau tidak (3) c. Menemani belajar jika memiliki waktu (2) d. Tidak peduli { 4)
:ila saya sakit {P} a. Menginginkan ada santri yang menjenguk dan menanyakan
keadaannya bila ada waktu (2) b. Santri herus siep bila sewaktu-waktu dibutuhken dan tetap
harus mengikuti aturan yang berlaku, karena barangsiapa yang melanggar akan dihukum be rat ( 1 }
c. Santri tetap bebas, terserah saja (3) d. Tidak pernah minta bantuan kepada santri { 4)
b. Bila ide santri lebih baik, maka pernbina tidak keberatan (2) c. Menghukum karena tidak izln dahulu, juga karena tidak sesuai
dengan yang dianjurkan oleh pembina ( 1} d. Pembina tidak akan marah, den membebasken santri untuk
mengubahnya sesuai dengan keinginan mereka (3)
20. Dal am mengikuti kegiatan ekstra kurikuler (T) a. Tidak peduli (4) b. Harus aktif dan berprestasi, dan pembina menentukan jenis
kegiatan bagi rnasing-masing santri { 1 } c. Setuju-setuju saja, terserah santri maunya apa (3) d. Pembina mendorong untuk berprestasi, jenis kegiatannye
terserah kepada masing-masing santri namun menyarankan agar sesuai dengan minat dan kemampuan (2)
21. Bila sedang diadekan kerje bekti (K) a. Membebaskan santri untuk ikul atau tidak (3) b. Menghukum santri bila ade yang tidak mengikuti ( 1 ) c. Pembina tidak mengetahui kegiatan semua santri ( 4) d. Bila tidak ada yang harus dikerjakan santri terlebih dahulu,
pembina mengharapkan agar santri turut serta (2)
22. Pada waktu memerintahkan sesuatu (T) a. Memberitahu dengan care yang baik (2) b. Menuntut agar segala sesuatunya harus dilaksanakan denga1n
benar (1) c. Tidak pernah menyuruh apapun ( 4} d. Terserah nau dilaksanakannya perintah itu atau tidak (3)
23. Bila ada santri yang berkelahi (C) a. Dibiarkan saja ( 4) b. Dimerahi dan menghukum keduanya atau semua yang terliba1t
(1} c. Membela kepada santri yang terlihat lemah (3) d. Menyuruh mereka untuk berdamai, dan menjelaskan bahwa
barkelahi itu tidak baik (2)
b. Boleh bennain kapan saja, terserah santri karena sudah besar bisa rnengatur diri sendiri (3)
c. Boleh rnelakukannya di waktu yang kosong dan tidak ada kegiatan dan tugas yang harus dilakukan lebih dulu (2)
d. Tidak pemah rnernperhatlkan (4)
lila ada santri yang lalai dalarn shalat (C) a. Merninta penjelasan mengapa bisa terjadi hal tersebut dan
rnernberitahu bahwa lalai dalarn shalat itu berdosa (2) b. Langsung menghukurn karena tidak disiplin (1) c. Tidak pemah mengontrol sernuanya, rnungkin ada satu atau
dua orang saja ( 4) d. Mernaklurni karena padatnya jadwal yang telah diatur di
pondok pesantren (3)
rna pernbina pada saat tertentu rnelakukan kesalahan (T) a. Santri boleh mengkritik (3) b. Tetap rnenganggap santri yang salah untuk rnenjaga wibawa
(1) c. Meminta rnaaf, karena wajar jika rnanusia rnelakukan salah (2) d. Diam saja ( 4)
:erhadap tata cara berpakaian santri (T) a. Tidak pemah mengatur (4) b. Memberikan pengarahan yang baik tentang tata cara
berbusana (2) c. Harus berbusana muslirn/muslirnah kalau tidak dihukum ( 1) d. Membofehkan pakaian apa saja yang panting nyarnan dan
sopan (3)
•endapat anda bila pembina mengobrol dengan santri (K) a. Han ya membuang-buang waktu dan tidak so pan ( 1 ) b. Boleh kapan saja (3) c. Boleh saja, asalkan waktunya disesuaikan dengan
bahasannya (2) d. Tidak pemah rnengobrol (4)
Ket : P=Pengasuhan, C=Kontrol, T=Tuntutan, K=Komunikasi, l=Otoriter, 2=Demokratis, 3=Permisif Indulgent, 4=Permisf Indifferent
b. Harus te!ap waktu apapun yang terjadi untuk membiasakan hidup disiplin (1)
c. Kurang memperhatikan ( 4) d. Membolehkan izin atau telat bila alasannya dapat
dipertanggungjawabkan (2)
30. Keadaan di asrama bila pembina sedang mengontrol seperti ape (P) a. Membosankan (4) b. Tenang dan nyaman, terjalin hubungan yang hannonis antam
santri dan pembina (2) c. Terlihat ada ketegangan antara pembina dan santri ( 1) d. Biasa-biasa saja (3)
31. Terhadap kegiatan yang dilakulan di Mesjid atau aula yang sifatnya bukan kegiatan belajar mengajar, sepertl ceramah umurn (C)
a. Kurang mengontrol ha! ini (4) b. Harus selalu hadir dan diawasi dengan ketat, bila tidak datani~
akan dihukum (1) c. Terserah sanlri ingin hadir atau tidak (3) d. San!ri diharapkan hadir untuk menanmbah wawasan dan
infonnasi agar tidak ketinggalan (2)
32. Seusai belajar di kelas (K) a. Harus langsung bersiap rnengerjakan tugas yang lain, karena
waktu adalah pedang (1) b. Tidak rnemperhatikan (4) c. Boleh pulang kapan saja dan bebas rnenentukan kegiatan
apapun setelahnya (3) d. Boleh istirahat sejenak, narnun tidak boleh berlarna-lama
karena jadwal kegiatan sudah ditentukan (2)
33. Bila ada sanl<i yang ketahuan mencuri (C) a. Langsung menghukum karena bersalah melakukan
pelanggaran (1) b. Menyelesaikan dengan bijak dan menanyakan motif dia
mencuri (2) c. Memberikan perhatian lebih, mungkin santri kurang mendapat
perhatian (3) d. Dibiarkan saja, tidak pernah tahu (4)
Validitas Warnings
rhe space saver method Is used. That Is, the covariance matrix ls not calCJ.!1€\li;>d: or I used in the analysis.
Case Processing Summary
N ;,;ases Valid 40
Excluded' " u
Total 40
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,731 52
O,{,
100,0 ,0
100,0
123
124
Item-Total statistics
Scale Corrected Cronbach's Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
rAr<uv001 102,3750 41,ng ,266 ,727 IAR00002 102,9000 42,092 ,004 ,733 IAR00003 102,4000 42,605 ,039 ,732 IAR00004 102,3250 40,943 ,399 ,722 IAR00005 102,5500 43,074 ,085 ,743 IAR00006 102,6000 44,451 -,298 ,748 IAR00007 102,4250 41,379 ,670 ,723 IAROOOOB 102,4500 42,767 ,000 ,732 IAR00009 102,4000 43,015 -,103 ,735 IAR00010 102,3500 40,541 ,551 ,718 IAR00011 102,4750 43,640 -,430 ,738 IAR00012 102,4250 43,020 ... 134 ,734 IAR00013 102,2250 43,307 -,122 ,741 IAR00014 102,3750 39,830 ,453 ,716 IAR00015 102,4000 42,554 ,057 ,731 IAR00016 102,4000 40,349 ,459 ,718 /AR00017 102,4500 43,433 ,182 ,739 IAR00018 101,8750 41,343 ,100 ,734 IAR00019 102,2750 40,204 ,364 ,720 IAR00020 102,4500 42,510 ,069 ,731 /AR00021 102,4000 41,221 ,279 ,725 IAR00022 102,4500 38,356 ,750 ,704 IAR00023 102,4000 42,041 ,114 ,730 IAR00024 102,4000 42,810 -,032 ,733 /AR00025 101,9250 42,943 M,065 ,739 /AR00026 102.4500 42,459 ,087 ,731 IAR00027 102,5000 44,923 -,391 ,750 IAR00028 102,4500 42,787 ,000 ,732 /AR00029 102,4000 42,503 ,075 ,731 IAR00030 102,1750 39,379 ,443 ,715 IAR00031 103,0250 39,563 ,381 ,717 /AR00032 102,2000 37,292 ,278 ,728 IAR00033 102,3250 39,866 ,363 ,719 /AR00034 102,4000 39,169 ,603 ,711 IAR00035 102,6750 40,225 ,252 ,725
IAR00036 102,4500 43,331 M,123 ,742 IAR00037 102,7000 40,318 ,312 ,722 IAR00038 102,5000 42,256 ,161 ,729 IAR00039 102,7750 42,743 -,()32 ,737 IAR00040 102,4750 39,384 ,524 ,713 IAR00041 102,4750 37,126 ,755 ,697 IAR00042 102,2750 41,692 ,152 ,729 IAR00043 102,4250 39,328 ,429 ,715 IAR00044 102,1500 39,977 ,347 ,720 IAR00045 102,5500 43,074 -.085 ,746 IAR00045 102,9250 42,533 .. ,021 ,746 /AR00047 102,n5o 37,615 ,383 ,715 IAR00048 102,2500 40,705 ,198 ,728 IAR00049 102,5750 39,943 ,392 ,718 /AROOOSO 102,4250 38,456 ,511 ,710 IAR00051 102,4250 42,404 ,050 ,732 IAR00052 102,5000 41, 179 ,366 ,723
Reliabilitas
Warnings
rhe space saver method is used. That is, the covariance matrb: Is not ca!c,.!!ate".! or I 1sed in the analysis.
Case Processing Summary
N :::ases Valid 40
Excluded' 0 Total 40
a. Ustwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Aloha
,854 N of Items
33
% 100,0
,0 100,0
125
126
Item-Total Statistics
Scale Corrected Cronbach''s Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
VAR00001 64,5750 47,789 ,393 ,850 VAROOoo: 64,6000 48,862 ,130 ,854 VAROOOO• 64,5250 47,640 ,337 ,851 VAROOOO~ 64,6250 47,984 ,594 ,850 VAR0001l 64,5500 46,767 ,590 ,847 VAR0001• 64,5750 46,353 ,423 ,848 VAROOOH 64,6000 49,374 -,036 ,856 VAROOOH 64,6000 46,554 ,491 ,847 VAROOOH 64,4750 45,743 ,490 ,846 VAR0002C 64,6500 49,054 ,065 ,855 VAR00021 64,6000 47,374 ,333 ,851 VAR0002: 64,6500 44,592 ,746 ,840 VAR0002: 64,6000 47,938 ,227 ,853 VAR0002E 64,6500 48,849 ,130 ,854 VAR0002! 64,6000 49,323 -,020 ,856 VAR0003( 64,3750 45,369 ,487 ,846 VAR00031 65,2250 45,666 ,410 ,848 VAR0003: 64,4000 43,067 ,308 ,863 VAR0003: 64,5250 45,435 ,468 ,847 VAR0003' 64,6000 45,528 ,589 ,844 VAR0003l 64,8750 47,446 ,157 ,857 VAR0003i 64,9000 46,144 ,389 ,849 VAR0003E 64,7000 48,985 ,090 ,854 VAR0004C 64,6750 45,404 ,569 ,844 VAR00041 64,6750 42,840 ,813 ,836 VAR0004: 64,4750 48,153 ,155 ,855 VAR0004: 64,6250 46,035 ,376 ,849 VAR0004• 64,3500 46,438 ,332 ,851 VAR0004i 64,9750 42,230 ,524 ,845 VAR0004l 64,4500 46,767 ,239 ,854 VAR0004! 64,7750 45,666 ,485 ,846 VAR00051 64,6250 43,728 ,634 ,841 VAR0005: 64,7000 48,010 ,274 ,852
r-c:11u1u11\ctn I1'H::ll\n1r memolna Ke1as1KavonrKamar c - nem 1 1tem2 item 3 Item 4 RS L 36 Berkeluaraa ~;1 10 Ketua Pembimblna i'lentar 2 1 2 2 '!S p 28 Sinale $1 9 Asrama Putri 13entar 2 2 2 3 IA L 39 Berkeluaraa 03 2 Asrama Putri 13entar 2 2 2 2
p 36 Berkeluaraa Muallimien 2 Asrama Putri \3entar 2 1 2 2 ~ L 39 Berkeluaraa Muattimien 13 Asrama Putra !3entar 2 1 2 2 IA p 25 Sinole S1 2 Asrama Putra 13entar 2 1 2 2 . p 35 Berkeluama Muallimien 12 Asrama Putri 13entar 2 1 2 2 IA L 27 Single Alivah 1 Pembina Kelas l~ancaboQo 2 2 2 2 s L 23 Sinale Aliyah 2 Kelas 1 Ruano 5 l~ancaboao 3 1 3 3 I L 22 Sin11le /\livah 2 Pembina Kelas Rancabnno 2 2 2 3 iR L 22 Sina le PKSDIMl·STAIDA 2 Kelas 1 Kamara· Rancaboao 3 2 2 2
L 30 Sin!lle $1 1 Kalas 7 ·8·9 l~ancabono 2 1 2 2 L 21 Sina le J\liw>n 1 Kelas 7 l~ancaboao 2 1 2 2
- L 38 Berkeluama $~1 11 Asrama Putra Rancaboao 2 1 2 2 ~ L 38 Berkelu"m" Muallimien 3 l~ancaboao 2 1 2 2 M p 38 Berkeluam" [)3-STAI 6 Umum l~ancaboao 2 2 2 2 : p 35 Berkeluaroa ~)1 3 Kelas 2 Mualimin !~ancabooo 2 2 2 2 ~ L 24 Sino le llMK-STAIDA 1 Kelas IV Putra Mualimin-Mualimat 2 1 2 3 i L 66 Berkeluarn" ~:>LTA 17 Kalas 1-2-3 Putra Mualimin-Mualimat 2 2 2 2 ~ p 62 Berkelua""' SLTP 17 Kelas 1-2-3 Putri Mualimin-Mualimat 2 2 2 2
< L 25 Sinate SLTA 1 Asrama Putra Rancabanoo 2 2 2 2 ~A L 22 Sina le SMA 1 Ravon Putra Rancabanoo 2 2 2 2
< L 24 Sinale STKIP Bale Endah 2 Pembina Oroanisasi RG Rancabanoo 2 1 3 2 ~ L 35 Berkeluaraa Alivah 14 Asrama Putra Rancabanao 2 2 2 2 ~ p 30 Sina le 81 5 konselor Rancabanao 2 2 2 3 ) p 39 Berkeluama 81 12 Kelas 5Pi DA 2 1 2 2 I L 29 Berkeluaraa 81 2 Kelas 2Pa B DA 2 2 2 2 1 L 40 Berkeluarga S.1 12 Kelas6Pa DA 2 2 2 2 . -··-< p 32 Berkefua"'a D2 8 Kelas2Pi DA 2 2 2 2 s L 31 Berkeluam<> S1 8 Kelas 3PaA DA 2 2 2 2
< p 36 Sina le 81-STAIM 12 Keiss 3Pi DA 2 1 2 2 \ L 35 Berkeluama $1 2 Kelas4Pa DA 2 2 2 2
' L 28 Sini:ile S1 2 Kelas2PaA DA 2 1 2 2 i L 43 Berkeluaraa 81 22 Kelas Illa B DA 2 1 2 2 , L 30 Berkeluaraa S2 3 Kalas IV Pa DA 2 1 2 2 \ L 30 Berkelu..ma D1 2 KelasVPa DA 2 2 2 2 <MN L 61 Berkeluaraa S1-STAI Siliwanai 27 Kelas fpaA DA 3 1 2 2
p 45 Berkeluama SMA-Pesantren 6 Kelast Pi DA 2 2 2 2 ) p 29 Berkeluama S1 4 Kelas4Pi DA 2 2 2 2 s p 44 Berkeluama S1 15 Kelas VI Pi DA 2 2 2 2
Total 83 82 82 85
llC"HI V llefll Q HCHll ll:CITIO nern tJ nem·1v nem-1·1 11em-1.c:: aem ·1_, nem l'f. ~tern io nem 10 nem 11 nem 11:1 item 19 11em 20 Item 21 Item 22 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 ;: 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 4 2 3 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1. 3 2 3 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 4 2 3 2 4J 2 2 3 4 1 1 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 1 1 ' 4 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 ' 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2' 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 3 2 3 1 2 3 ~: 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 -~- 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 :. 2 2 2 2
''' 2 . '
2 ,,, .2 ' 2 2 ----- 2
' 2 ' _2 2 - ~-.
,2 ' ',2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
76 74 81 80 82 84 79 81 89 83 82 82 80 103 87 80 82 80
II.CHI Jf:..;;J ncrn L-t l\CUI ~V na1u "'°' llC"UI Jf:.f H.CHI Jf:.0 llCHl~'O TlClll UU ncn1 .JI nen1 "~ I 11.t:HTI .JU nern v.. 1 nem ~::> n:em .,o 1tem~1 nem .3D nem ;:s:J
2 2 3 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 1 2 3 2 2 2 2 3 1 1 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 4. 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 3 1 3 2 2 2 2 1 2 2
I 3 2 3 2 2 2 2 2 1 4. 2 2. 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 3 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2
! 2 2 2 2 2 2 3 2 2 4 3 2 2 2 2 2 2 I 2 3 3 3 2 2 2 3 1 3 4 2 1 1 1 2 2 I 2 2 3 2 1 2 2 4 2 4 2 4 3 2 3 2 2 I 3 2 2 2 2 2 2 3 3 31 4 3 1 1 3 2 1 i 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 1 2 1 2 2 I 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1
2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2. 1 2 2 2 2 l 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 ! 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2. 2 2 2 2 2 I 3 3 2 2 i 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 I 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 i 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 1 2 2 i 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1. 2 2 2 3 1 2 2 i 1 2 3 2 2 2 2 3 1 1 1 2 1 2. 1 2 1 I 2 2 2 2 4 2 2 2 1 1 2 2. 1 1 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 4. 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
i 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 - -2
..
'2 -2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 1 4 2 2 2 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 4 3 2 2 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 4 2 2 2 2 ·2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1
82 82 101 80 78 so 82 91 57 90 85 82 71 80 70 78 67
, . .,.v H¥111 "'TI ll¥1ll "T.:;. l\1;;111 .,. ... llWlll "T"T l\'Qll I .,.._, HQlll .,.V ILQlll "'Tl HQlll "tO llQlll "ti::r llt::llll ;;JV llC'rll VI fllCHI ~.C Jum1an 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 2: 2 104 2 2 3 2 3 2 1 1 2 1 2 2 2 104 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 21 2 110 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 1 2 2 103 2 1 1 1 2 2 1 1 3 2 2 2' 2 101 2 2 2 1 2 1 3 4 4 1 2 2! 2 S7 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 21' 2 103 2 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 4f\ 3 112 3 2 2 1 2 1 1 2 3 2 4 21 2 110 4 4 2 3 3 2 2 4 3 2 3 2r 2 132 2 4 3 3 3 2 1 4 3 4 4 21 2 1~1
2 1 3 3 2 1 1 1 2 2 3 2, 2 1C4 1 2 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 2 100 2 2 3 2 2 1 1 2 3 21 2 2 2 105 2 2 2 2 2 1 1 2 3 2 2 2, 2 103 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2, 2 1C6 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2, 1 $9 1 2 3 3 3 2 1 1 3 2 2 2 2 1C6 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1t4 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2. 2 2, 2 1()1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2! 1 94 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 95 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 103 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2, 2 102 1 2 3 2 2 2 3 1 2 2 2 2! 2 106 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 100 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 102 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 100 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 103 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 103 2 2 2 2 4 4 1 1 3 1 2 2 2 105 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 105 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 101 2 2 3 1 3 2 2 1 2 1 2 2 2 105 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 109 2 2 2 3 4 1 3 4 1 2 2 1 2 110 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 103 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 102 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 106 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 100
79 79 87 81 92 76 61 67 88 75 81 81 78
Pembina K Usla Status Pengalaman KelaslRayonl Tempat
Pendidikan terakhir memblna Ka mar Item 1 Item 2 ltem3 Item 4 Item 5 Items Item 7 Items ltem9 Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 114 ' 39 Berkeluaroa 51 12 Kelas5Pi DA 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
29 Berken 1~N"la 51 2 Kelas2Pa8 DA 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 40 Berkeluar~ 51 12 KelasSPa DA 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
' 32 Berkeluaroa D2 8 Kelas2Pi DA 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 31 Berkeluama St 8 Kelas 3Pa A DA 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
' 36 Single 51-STAIM 12 Kelas 3Pi DA 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 35 Berkeluaraa 51 2 Kelas4Pa DA 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 Sin~ 51 2 Kelaa2PaA DA 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 43 Berkeluam• 51 22 Kelas lnaB DA 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 30 Berkeluarn• 52 3 Kelas IV Pa DA 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 30 Berkenmrna 01 2 KelasVPa DA 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 61 Berkeu~rrHO> 51-STAI Slliwa"'" 27 Keras ml'! A DA 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
' 45 Berketuar~ SMA-Pesantren 6 Kelas I Pi DA 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 ~ 2 2 2 ' 29 Berkeluaraa $1 4 Kelas4PI DA 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
' 44 Berkeluarga 51 15 Kelas VI Pi DA 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
31 30 30 30 30 29 30 31 32 30 31 30 30 30
Item 16 Item 17 Item 18 Item 19 Item 20 Item 21 ltem22 ltem23 Item 24 Item 25 ltem26 Item 27 Item 28 Item 29 Item 30 Item 31 Item 32 Item 33 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 63 D 2 1 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 66 D 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 62 D 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 64 D 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 64 D 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 4 1 3 1 2 2 64 D 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 65 D 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 63 D 3 1 4 2 2 2 1 2 2 2 3 1 3 1 2 1 2 2 67 D 2 3 : 2 3 3 1 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 70 D 3 2 2 2 1 4 2 2 2 2 2 3 4 4 1 2 2 2 73 D 2 2 1 2 2 ·1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 64 D 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 64 D 2 1 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 67 D 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 64 D
32 23 31 30 29 31 26 30 30 29 31 29 36 23 31 27 27 30
133
SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN WAWANCARA
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Salam sejahtera bagi kita semua semoga dalam lindungan Allah SWT.
1alawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW,
ng telah membawa kita dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh dengan nilai
ai yang suci dan terang dengan cahaya Al-Qur'an.
Banyak faktor penting yang menunjang tercapainya visi dan misi pesantren,
lah satunya adalah pola pengasuhan terhadap santri. Seiriing dengan perubahan
man, maka kebutuhkan penanganan yang tepat agar potensi-potensi santri dapat
rkembang dengan baik, terasa perlu mendapat perhatian tersendiri. Tujuan dari
1dakannya wawancara ini adalah untuk mendapatkan gambaran bagaimana pola
uh di pondok pesantren. Hal-hal yang peneliti perlukan dari bapak/ibu selaku
;ponden yaitu memberikan gambaran mengenai pola asuh di pondok pesantren. Dan
likatornya berupa pengasuhan, kontrol, harapan, dan komunikasi.
Untuk itu perkenankanlah saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam
1gri Syarif Hidayatullah Jakarta meminta waktu dan keterangan dari bapak/ibu untuk
~lakukan wawancara dan penelitian mengenai "Pola Asul1 Pembina Terhadap
'ntri Di Pondok Pesantren".
Demikianlah permohonan ini saya sampaikan. Semoga waktu yang diberikan
mjadi amal ibadah di hadapan Allah SWT.
Wassalamu'a/aikum Wr. Wb
Jakarta, September 2007
neliti
:tur Tresna R
PERNYATAAN KESEDIAAN
1ngan ini saya menyatakan bahwa saya :
1ma Lengkap
1ma Panggilan
mpat Tanggal Lahir
1ia
rndidikan
!ku Bangsa
1erahAsal
134
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan sebenar-benarnya
tuk keperfuan penyusunan skripsi dengan judul "Pola Asuil1 Pembina Terhadap
'ntri Di Pondok Pesantren" yang disusun oleh saudara Catur Tresna R (mahasiswa
kultas Psikologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta).
Wawancara ini berkaitan dengan pengalaman mengasuh santri, wawasan
1ngenai pengasuhan dan aspek-aspek yang terkait mengenai pola asuh yang
1unakan di pondok pesantren. Wawancara ini juga mengguna~:an alat bantu pencatat
ta dan alat perekam wawancara berupa alat rekam (tape recorder).
Adapun data pribadi dan hasil wawancara ini merupakan satu hal panting dan
1asia, serta semata-mata untuk keperluan skripsi. Apabila terdapat data yang masih
iang lengkap, maka saya bersedia untuk diwawancarai kembali.
Wassalam,
erviewe
turTresna R
Jakarta, September 2007
Interviewer
135 PEDOMAN WA W ANCARA PENELITIAN SKIUPSI
"Pola Asuli Pemhi11a Terlladap Sa11tri di Po11dok Pesa11tre11"
No. Aspek Item Pertanyaan Gambaran Umum l'embina
1. Gambaran Pribadi Resuonden
A. La tar Belakang I. Bisa anda ceritakan sedikit mengenai keluarga Keluarga anda? Kedua orang tua masih ada?Asal bapak ibu
dari mana? Pekerjaan mereka? Jumlab saudara anda? Anda anak ke?
2. Bagaimana pendapat mereka mengenai anda menjadi Pembina? Apakah anda memnta izin kepada mereka? Bila ya bagaimana?
3. Adakah keluarga anda yang ikut bekerja di pondok pesantren? Apakah anda berasal dari keluarga pesantren?
B. La tar Belakang 1. Dimana sajakah anda mengikuti jenjang Pendidikan pendidikan?SD,SMP ,SMA,dan PT?
2. Bisa anda ceritakan sedikit mengena1 latar belakang pendidikan anda?
3. Apa yang anda harapkan dari pendidikan anda? Apa keinginan anda sebelumjadi Pembina?
2. Riwavat Pembina A. Pengalaman 1. Bagaimana perasaan anda menjadi Pembina?
Membina Anda senang menjadi Pembina? 2. Apakah menjadi Pembina adalah keinginan anda
sendiri? Bila tidak siapa yang menganjurkan? Apa yang menjadi motivasi anda untulc menjadi Pembina?
3. Pemah mengasuh sebelumnya? Bila ya dimana saja, dan berapa lama?
4. Sampai saat ini sudah berapa lama anda menjadi Pembina?
5. Pada saat mengasuh bagaimana perasaan anda? Apa yang anda pikirkan? M<~nghadapi orang lain atau menganggap anak sendiri?
6. Bagaimana menghadapi awal dan akhir dari pengasuhan? Bagimana menghadapi tahun ajaran baru? Bagaimana menghadapi anak barn yang akan anda asuh? Apakab mudab atau sulit? Apa yang anda lakukan pertama kali?
7. Ceritakan hal-hal yang berkesan selama ------L=--q C'l-.1-- ..1 •• 1 __ --..l- -- __ _:_..i.: n---L.: __ o
3. Pengetahuan Mengenai Pola Asuh Secara Umum
Pem!etahuan Senutar Pola Asuh
A. Pengertian As uh
Pola 1. Menurut anda apa yang dimaksud dengan pola asuh?
2. Berapa macam pola asuh yang anda kenal? 3. Pola asuh yang mana menurut anda yang sesuai
dengan diri anda? Bisa andac jelaskan alasannya? Apakah itu yang terbaik bagi perkembangan anak?
4. Pentingkah pola asuh dilakukan? Bila ya, sepenting apakah?
5. Hal-ha! apa menurut anda yang mesti dipersiapkan dalam pengasuhan? Apakah perlu ada persiapan secara khusus?
6. Menurut anda, adakah hal-hal yang berpengaruh terhadap cara pengasuhan? Bila ya apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya? Bagaimana ha! itu berpengaruh?
7. Siapa saja yang berperan dalam ha! pengasuhan anak?
4. Pandangan Mengenai Pola Asuh Di Pondok Pesantren
A. Pengertian pengasuhan pembinaan
I. Menurut anda pengasuhan di pondok pesantren I seperti apa? Apakah sama dengan pengasuhan
orang tua terhadap anaknya? Bisa anda jelaskan? Apakah Pembina menggantikan peran orang tua santri di pondok pesantren?
2. Menurut anda pola asuh tipe apa yang digunakan di ponpes?
3. Apakah menurut anda pengasuhan yang ada sekarang ini sudah baik? Bagaimana seharusnya? Pola asuh tipe apa yang cocok digunakan di ponpes? Apa saja kelebihan cl.an kekurangan pengasuhan di pondok pesantren? Apa dampaknya terhadap perkembangan anak?
4. Menurut anda hal-hal apa yang mesti dipersiapkan dalam pengasuhan di ponpes? Apakah perlu ada persiapan ikhusus?
5. Menurut anda adakah yang berpengaruh terhadap pengasuhan di ponpes? Bila ya apa saja fitktorfaktor yang mempengaruhinya? Bagaimana hal itu berpengaruh?
6. Siapa saja yang berperan dalam ha! pengasuhan rli nnncinlc np_Q::1ntrPn? i~rl::11r::1h n1=1no::1r::1h::1n
136
5. Aspek-Aspek Tentang Pola Asuh Di Pondok Pesantren
A. Pengasuhan
B. Kontrol
C. Harapan
7. Bagaimana perasaan anda terhadap santri yang sedang anda asuh? Seperti anak asuh atau anak sendiri? Pernahkah anda mengeluh selama membina? Bila ya apa saja? Seperti apa?
Indikator Pola Asuh
1. Bila ada santri yang sakit apa yang anda lakukan pertama kali? Bagaimana anda merawatnya?
2. Pemahkah anda menemuk:an santri yang menjumpai kesulitan? Bagaimana anda menanganinya?
3. Pemahkah anda menemuk:an santri yang mengalami kecelakaan atau terjatuh dalam suatu kegiatan (bermain, olah raga, acara pengkaderan)? Bagaimana anda menanganinya?
4. Ketika anda sakit apa yang anda harapkan dari santri?
5. Dalam sehari berapa kali anda mengontrol keadaan santri di asrarna? Bagaimana keadaannva ketika anda mengontrol?
1. Pemahkah anda menemukan santri yang bangun kesiangan? Apa yang anda lakukan? Apakah ada santri yang melakukan perbuatan tersebut berulang kali? Bagaimana cara mengatasinya?
2. Apa yang anda lakukan te:rhadap cara belajar santri?
3. Adakah santri yang berkelahi? Bagaimana cara menannggulanginya?
4. Apa yang anda lakukan terhadap waktu bermain santri?
5. Bagaimana cara anda mendidik mereka shalat? 1. Pemahkah anda membahas mengenai prestasi
belajar terhadap santri? Nilai-nilai ujiannya? Bagaimana menghadapi santri yang prestasinya baik ataupunjelek?
2. Terhadap harapan dan cita-·cita mereka apakah anda pernah menuntut melakukan sesuatu?
3. Pernahkah anda memerintah:kan sesuatu terhadap santri? Pada waktu memerintahkan sesuatu apa yang anda lakukan?
4. Terhadap cara berbusana apakah anda menuntut sesuatu kepada santri? Bagaimana pandangan anda mengenai cara berpakaian santri sekarang ini?
5. Pemah:kah anda melakukan kesalahan terhadap c;:.~ntri? 'R.iln v~ l-"tn!l ugna ~nrl~ inffinlrl:ln rl•:irri
137
138 D. Komunikasi l. Pernahkah anda mengobrol dengan santri? Apa
pendapat anda bila santri mengobrol dengan Pembina?
2. Apakah anda pemah membuat kontrak kerja atau apapun istilahnya terhadap santri? Seperti bangun tidur jam berapa? Bagaimana anda mengkomunikasikan keinginan anda?
3. Seusai belajar di kelas apa yang anda harapkan? 4. Bila ada santri yang mengubah tata letak kasur
atau lemari di asrama apa yang anda lakukan? 5. Terhadap kegiatan yang diikuti santri, seperti
olah raga atau kegiatan ekstra, apa yang anda lakukan? Pernahkah diadakah kerja bakti di ponpes? Apa yang anda bicarakan mengenai ha! ini?
Output 6. Output Yang
Diharapkan Dari Pola Asuh di Pondok Pesantren
A. Secara Individu l. Secara pribadi apa yang anda harapkan terhadap basil pengasuhan anda terhadap santri ( dirinya semdiri)? Apakah merubah karakter yang tadinya jelek jadi baik? Atau biarka1n anak berkembang den mm sendirinva?
B. Secara Hubungan 2. Anda mengharapkan anak asuh anda memiliki Sosial dan Keluarga hubungan seperti apa te,rhadap lingkungan
keluarganya? Dan terhadap lingkungan sosialnya seperti apa?
c. Sebagai Alumni 3. Terhadap pesantren apa yang anda harapkan dari santri vang anda asuh?
Subjek
T anggal Observasi
Wawancara ke
Waktu (pukul)
Tempat
Catatan Lapangan :
139
LEMBAR OBSERVASI
: 1/2/3
: ....... s/d ..... .
1. Keadaan tempat wawancara, cuaca dan kehadiran pihak lain di sekitar
tempat wawancara.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek.
3. Ringkasan sikap subjek selama jalannya wawancara; (suara, intonasi,
sikap tubuh, antusiasme, sikap kepada interviewer, dll)
4. Gangguan dan hambatan selama wawancara.
5. Catatan khusus selama wawancara.