uin syarif hidayatullah jakarta -...

115
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK IMUNOMODULATOR KAPSUL CAMPURAN KOMPONEN MENYIRIH (Piper betle L., Uncaria gambir Roxb., dan Ca(OH) 2 ) DENGAN PELARUT AIR TERHADAP KADAR CD56 DALAM DARAH SKRIPSI NUR „AFNIAH 1112102000013 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN JAKARTA JANUARI 2017

Upload: ngodan

Post on 05-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK IMUNOMODULATOR KAPSUL

CAMPURAN KOMPONEN MENYIRIH (Piper betle L.,

Uncaria gambir Roxb., dan Ca(OH)2) DENGAN

PELARUT AIR TERHADAP KADAR CD56 DALAM

DARAH

SKRIPSI

NUR „AFNIAH

1112102000013

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

JANUARI 2017

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK IMUNOMODULATOR KAPSUL

CAMPURAN KOMPONEN MENYIRIH (Piper betle L.,

Uncaria gambir Roxb., dan Ca(OH)2) DENGAN

PELARUT AIR TERHADAP KADAR CD56 DALAM

DARAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

NUR „AFNIAH

1112102000013

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

JANUARI 2017

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

iii

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

iv

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

v

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

vi

ABSTRAK

UJI EFEK IMUNOMODULATOR KAPSUL CAMPURAN KOMPONEN

MENYIRIH (Piper betle L., Uncaria gambir Roxb., dan Ca(OH)2) DENGAN

PELARUT AIR TERHADAP KADAR CD56 DALAM DARAH

Menyirih merupakan suatu kebiasaan sebagian masyarakat Indonesia yang

digunakan sebagai salah satu cara pengobatan tradisional di Indonesia. Secara

sederhana komponen menyirih yang sering digunakan yaitu terdiri dari campuran

daun sirih (Piper betle L.), gambir (Uncaria gambir Roxb.), dan kapur sirih

(Ca(OH)2) yang digunakan sebagai agen daya tahan tubuh. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh campuran komponen menyirih (Piper betle L., Uncaria

gambir Roxb., dan Ca(OH)2) dengan pelarut air terhadap kadar CD56 dalam tubuh.

Pembuatan simplisia campuran komponen menyirih dilakukan terhadap 500 gram

campuran menyirih dengan perbandingan 48:8:1 yaitu yang terdiri dari 421 gram

daun sirih, 70 gram gambir dan 9 gram kapur sirih dalam 1 liter air. Simplisia yang

telah diblender kemudian di freeze dry dan dimasukkan kedalam kapsul, kemudian

kapsul di evaluasi. Penelitian ini menggunakan jumlah responden sebanyak 8 orang

dengan 1 orang kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan, 1 orang kontrol positif

yang mengkonsumsi tablet IM® 3 x 1 kaplet sehari dan 6 orang kelompok uji yang

diberi kapsul simplisia komponen menyirih sebanyak 3 x 3 kapsul sehari selama 14

hari dengan dosis 972 mg untuk sekali konsumsi. Selanjutnya dilakukan

pengukuran kadar CD56 dalam darah sebagai parameter imunomodulator yang

dilakukan dengan metode pre dan post perlakuan. Hasil evaluasi kapsul

menunjukkan memenuhi syarat dalam uji keseragaman bobot dengan RSD 3.644%

dan uji waktu hancur 4.32 menit, namun hasil menunjukkan kapsul bersifat

higroskopis pada minggu ke-4. Hasil uji statistik menggunakan Paired Sample T

Test terhadap kadar CD56 responden menunjukkan bahwa data sampel sebelum dan

sesudah perlakuan tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan dengan nilai (ρ>

0.05).

Kata Kunci : CD56, Imunomodulator, Menyirih (Piper betle L., Uncaria

gambir Roxb., dan Ca(OH)2).

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

vii

ABSTRACT

THE IMMUNOMODULATORY EFFECT OF CAPSULE MIXED

COMPONENT CHEWING BETEL (Piper betle L., Uncaria gambir Roxb., and

Ca(OH)2) WITH SOLVENT WATER OF CD56 LEVELS IN BLOOD

Chewing is a habit that Indonesian people are used as a means of traditional

medicine in Indonesia. In simple terms chewing frequently used component is

comprised of a mixture of betel leaf (Piper betle L.), gambier (Uncaria gambier

Roxb.) And Slaked Lime (Ca(OH)2) is used as an agent for endurance. This study

aim to know the effect of chewing betel mixtures of components (Piper betle L.,

Uncaria gambier Roxb., And Ca(OH)2) with solvent water of CD56 levels in the

body. Manufacture of simplicia chewing component mixture made of 500 grams of

a mixture of chewing with a ratio of 48: 8: 1, which is comprised of 421 grams of

betel leaf, 70 grams of gambier and 9 grams of slaked lime in 1 liter of water.

Simplicia which has been blended and then in freeze dry and put into the capsule,

then the capsule in the evaluation. This study uses a number of respondents as

many as 8 people with 1 negative control untreated, 1 positive control consumes

IM® 3 x 1 tablet daily caplets and 6 test group who were given capsules simplicia

chewing components as much as 3 x 3 capsules a day during 14 days with a dose of

972 mg for once consumption. Then measured the levels of CD56 in the blood as a

parameter immunomodulatory conducted using pre and post treatment. The

evaluation results indicate qualify capsules in a test weight uniformity with RSD

3.644% and test the disintegration time of 4.32 minutes, but the results showed the

capsules are hygroscopic at week 4. Statistical test results using Paired Sample T

Test of CD56 levels respondents indicated that the samples data before and after

treatment showed no significant difference with the value (ρ> 0.05).

Keywords : CD56, Chewing betel (Piper betle L., Uncaria gambier Roxb., And

Ca(OH)2), Immunomodulatory.

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil’alamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT karena dengan rahmat, hidayah, karunia dan taufik-Nya lah penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Efek Imunomodulator Kapsul

Campuran Komponen Menyirih (Piper betle L., Uncaria gambir Roxb., dan

Ca(OH)2) dengan Pelarut Air terhadap Kadar CD56 dalam Darah”. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir guna memperoleh

gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Secara garis besar, skripsi ini berisi tentang latar belakang, tujuan

penelitian, dasar teori, prosedur kerja serta hasil dan pembahasan dari pengujian

efek imunomodulator kapsul campuran komponen menyirih (Piper betle L.,

Uncaria gambir Roxb., dan Ca(OH)2) terhadap kadar CD56 dalam darah. Dalam

penyusunan skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak yang sedalam-

dalamnya kepada:

1. Dr. M. Yanis Musdja M. Sc., Apt dan Dr.dr. Syarief Hasan Lutfie Sp. KFR

selaku dosen pembimbing I dan II yang telah memberikan pengarahan,

nasihat, serta dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Dr. H. Arief Sumantri M. Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Nurmeilis M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Puteri Amelia M. Farm., Apt dan dr. Alyya Siddiqa Sp. FK selaku dewan

penguji.

5. Dosen- dosen program studi farmasi dan FKIK yang telah memberikan ilmu

yang sangat berharga kepada penulis.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

ix

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

x

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI........................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................ x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

1.3 Hipotesa .......................................................................................................... 3

1.4 Tujuan penelitian ............................................................................................ 3

1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 4

2.1 Tanaman Sirih (Piper betle L.) ....................................................................... 4

2.1.1 Klasifikasi ..................................................................................................... 4

2.1.2 Deskripsi Tanaman ....................................................................................... 4

2.1.3 Ekologi dan Penyebaran ............................................................................... 5

2.1.4 Nama Daerah ................................................................................................ 5

2.1.5 Kandungan Kimia ........................................................................................ 5

2.1.6 Khasiat Tanaman .......................................................................................... 6

2.2 Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb.) .................................................... 6

2.2.1 Klasifikasi ..................................................................................................... 6

2.2.2 Deskripsi Tanaman ....................................................................................... 7

2.2.3 Ekologi dan Penyebaran ............................................................................... 7

2.2.4 Nama Daerah ................................................................................................ 7

2.2.5 Kandungan Kimia ........................................................................................ 8

2.2.6 Khasiat Tanaman .......................................................................................... 8

2.3 Kapur Sirih (CaO) ........................................................................................... 8

2.4 Simplisia ......................................................................................................... 9

2.4.1 Tahap Pembuatan Simplisia ......................................................................... 10

2.5 Pengeringan dengan Metode Freeze Drying .................................................. 12

2.6 Sediaan Kapsul ............................................................................................... 13

2.6.1 Definisi ......................................................................................................... 13

2.6.2 Macam- Macam Kapsul ............................................................................... 13

2.6.3 Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Kapsul ..................................... 14

2.6.4 Cara Penyimpanan Kapsul ........................................................................... 15

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

xii

2.6.5 Evaluasi Sediaan Kapsul .............................................................................. 15

2.7 Sistem Imunitas Tubuh ................................................................................... 16

2.7.1 Cluster of Differentiation ............................................................................. 21

2.7.2 Imunomodulator ........................................................................................... 22

2.7.3 Kontrol Pembanding .................................................................................... 23

Literature Review .................................................................................................. 24

Kerangka Teori Penelitian ..................................................................................... 26

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN ........................................................................ 27

3.1 Waktu dan Tempat .......................................................................................... 27

3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................ 28

3.3 Prosedur Penelitian ......................................................................................... 28

3.3.1 Determinasi Tumbuhan Daun Sirih dan Gambir .......................................... 28

3.3.2 Pemeriksaan Organoleptis Daun Sirih dan Gambir ..................................... 28

3.3.3 Identifikasi Urea Gambir .............................................................................. 29

3.3.4 Penapisan Fitokimia Daun Sirih dan Gambir ............................................... 29

3.3.5 Penyiapan Bahan dan Pembuatan Simplisia Uji .......................................... 31

3.3.6 Pemeriksaan Non Spesifik Campuran Komponen

Menyirih.......................................................................... 32

3.3.7 Evaluasi Sediaan Kapsul………………...…………….. 33

3.3.8 Uji CD56………………………….…….…….……….. 34

3.4 Analisa Data..………………………………………………….. 36

3.5 Kerangka Alur Penelitian.…………………………………..... 37

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………….. 38

4.1 Hasil Penelitian………………………………………….……. 38

4.1.1 Hasil Determinasi Tumbuhan dan Pemeriksaan

Organoleptis Daun Sirih Segar dan Gambir……………. 38

4.1.2 Hasil Pemeriksaan Organoleptis…….…………………… 39

4.1.3 Hasil Identifikasi Urea……………………………………. 39

4.1.4 Hasil Penapisan Fitokimia………………………………… 39

4.1.5 Hasil Pemeriksaan Parameter Non Spesifik…………… 40

4.1.6 Hasil Evaluasi Sediaan Kapsul………………………… 41

4.1.7 Hasil Uji CD56………………………………………… 42

4.2 Pembahasan……………………………………………………. 43

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….. 52

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 53

LAMPIRAN……………………………………………………………………. 57

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perlakuan Pada Penelitian………………………………………….. 34

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Daun Sirih……………………….. 38

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Gambir…………………………… 39

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Daun Sirih dan Gambir………….. 39

Tabel 5. Hasil Identifikasi Urea……………………………………………… 39

Tabel 6. Hasil Penapisan Fitokimia Daun Sirih……………………………… 39

Tabel 7. Hasil Penapisan Fitokimia Gambir……………………………….... 40

Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Parameter Non Spesifik……………………….. 40

Tabel 9. Hasil Evaluasi Kapsul……………………………………………… 41

Tabel 10. Hasil Uji Waktu Hancur……………………………………………. 41

Tabel 11. Hasil Uji Higroskopisitas…………………………………………… 41

Tabel 12. Persentase CD56 dalam Darah……………………………………... 42

Tabel 13. Konversi Dosis Hewan ke Manusia………………………………… 60

Tabel 14. Helaian Daun Sirih…………………………………………………. 62

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Daun Sirih……………………………………………… 4

Gambar 2.2 Gambir Tanaman Gambir……………………………………….. 7

Gambar 2.3 Gambar Kapur Sirih…………………………………………….. 8

Gambar 4. Gambar Grafik Persentase CD56 dalam limfosit……………….. 43

Gambar 5. Neraca Analitik………………………………………………….. 58

Gambar 6. Freeze Drier…………………………………………………….. 58

Gambar 7. Botol Gelap……………………………………………………… 58

Gambar 8. Blender………………………………………………………….. 58

Gambar 9. Oven…………………………………………………………….. 58

Gambar 10. Tanur……………………………………………………………. 58

Gambar 11. FACSCalibur……………………………………………………. 59

Gambar 12. Disintegrant Tester………………………………………………. 59

Gambar 13. Sysmex Poch 100i………………………………………………. 59

Gambar 14. Kadar Abu Daun Sirih…………………………………………… 66

Gambar 15. Kadar Abu Gambir……………………………………………… 66

Gambar 16. Kadar Air Gambir………………………………………………. 66

Gambar 17. Kadar Air Daun Sirih…………………………………………….. 66

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Alat Penelitian……………………………..………… 58

Lampiran 2. Perhitungan Konversi Dosis…………………………………… 60

Lampiran 3. Perhitungan Dosis…………………………………………….. 61

Lampiran 4. Perhitungan Dosis Daun Sirih…………………………………. 62

Lampiran 5. Helaian Daun Sirih……………………………………………. 63

Lampiran 6. Perhitungan Karakterisasi Daun Sirih………………………… 64

Lampiran 7. Perhitungan Karakerisasi Gambir…………………………….. 65

Lampiran 8. Hasil Pemeriksaan Parameter Non Spesifik…………………… 66

Lampiran 9. Hasil Penapisan Fitokimia Gambir……………………………. 67

Lampiran 10. Hasil Penapisan Fitokimia Daun Sirih…………………………. 70

Lampiran 11. Pehitungan Evaluasi Kapsul…………………………………… 73

Lampiran 12. Hasil Uji Keseragaman Bobot………………………………… 76

Lampiran 13. Hasil Uji Higroskopisitas……………………………………… 78

Lampiran 14. Hasil Uji Statistik CD56……………………………………….. 79

Lampiran 15. Sertifikat Determinasi Tanaman……….……………………… 82

Lampiran 16. Sertifikat Bahan Baku CaO……………………………………. 83

Lampiran 17. Surat Permohonan Ethical Clearence........................................ 84

Lampiran 18. Hasil Uji CD56………………………………………………… 85

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan hasil alam. Berbagai jenis

tanaman berkhasiat tumbuh subur di negara ini. Akan tetapi, pemanfaatan

tanaman tersebut masih relatif rendah dibandingkan dengan kebanyakan

negara- negara maju yang hanya memiliki hasil alam sedikit namun

pemanfaatannya dikembangkan secara maksimal (Hana, 2010). Pada

zaman nenek moyang terdahulu, budaya kita memiliki kebiasaan

menyirih. Menyirih adalah proses meramu campuran dari bahan-bahan

tertentu yang dibungkus dalam daun sirih, kemudian dikunyah dalam

beberapa waktu, lalu air yang dihasilkan ditelan (Musdja, 2011).

Pada umumnya masyarakat menggunakan gambir, daun sirih dan

kapur sirih sebagai komponen menyirih paling sederhana. Gambir

(Uncaria gambir Roxb.) merupakan sejenis getah berwarna cokelat yang

berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan yang

dikeringkan. Gambir mengandung senyawa katekin yang bersifat sebagai

antioksidan dan imunomodulator (Dewi, 2010). Sedangkan sirih (Piper

betle Linn.) merupakan tanaman dengan bagian daun yang digunakan

dengan kandungan minyak atsiri, kavikol, dll. Sirih hijau memiliki

banyak manfaat yaitu sebagai antibakteri, antiseptik, imunomodulator dan

lainnya (A. Duke, 2002).

Efek imunomodulator eugenol pada daun sirih lebih baik secara

bermakna dibandingkan dengan minyak cengkeh (Musdja, 2011). Ekstrak

air daun sirih juga memperlihatkan efek antioksidan dan anti inflamasi

(Pin et al, 2010). Komponen menyirih lainnya adalah kapur sirih yang

memiliki kandungan kalsium yang sangat tinggi, yang mampu mencegah

proses demineralisasi gigi dan juga bersifat alkalis yang berperan untuk

menjaga keseimbangan pH mulut (Sudirman, 2010) serta kapur sirih

memiliki sifat sebagai imunomodulator (Putrisa, 2010).

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kebiasaan menyirih disamping memberikan keuntungan juga

dapat memberikan kerugian untuk kesehatan. Salah satu kerugian

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di India adalah bila menyirih

lebih dari 12 kali sehari, dalam waktu 10 - 32 tahun dapat menyebabkan

kanker rongga mulut (Kumar et al, 2010). Hal ini terutama disebabkan

oleh karena kandungan alkaloid tertentu pada buah pinang, seperti

Arecoline, Guvacolin, Guvacine dan Areicaidine di dalam tubuh dapat

membentuk turunan senyawa nitrosamin yang bersifat karsinogenik. Bila

menyirih dengan menggunakan tembakau, senyawa benzopiren dan zat-

zat karsinogenik lainnya yang terdapat pada tembakau dapat

menyebabkan kanker rongga mulut (Kumar et al, 2010). Pada pinang

terdapat arecoline yang bersifat karsinogenik dan tembakau mengandung

banyak bahan karsinogen (Cawson et al., 2000). Sehingga pada penelitian

ini tidak menggunakan pinang dan tembakau.

Gabungan komponen menyirih ini dipercaya dapat meningkatkan

daya tahan atau berfungsi sebagai imunomodulator. Imunomodulator

adalah obat yang dapat mengembalikan dan memperbaiki sistem imun

yang funginya terganggu atau menekan sistem imun yang fungsinya

berlebihan (Bratawidjaja, 2009). Sistem imun tubuh merupakan gabungan

sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap

berbagai penyakit terutma infeksi (Bratawidjaja, 2004).

CD56 adalah salah satu protein marker dari sel natural killer yang

diekspresikan biasanya di sel natural killer, sel T teraktivasi, limfosit

granular besar, endokrin spesifik, dan jaringan otak. Pada orang sehat

kadar CD56 yang di ekspresikan oleh sel NK berada dalam batas normal,

sedangkan pada orang yang terinfeksi tumor atau virus kadar CD56 yang

di ekspresikan oleh sel NK berada diluar batas normal. Berkurangnya

ekspresi CD56 telah terbukti terlibat dalam perkembangan tumor pasien

dengan kanker. CD56 terdapat pada sel-sel folikel tiroid normal, tapi

ekspresi yang nyata berkurang oleh transformasi maligna seperti

dilaporkan sebelumnya dalam kasus karsinoma folikuler, karsinoma

anaplastik, dan karsinoma papiler (Shin, Mi Kyung, et al. 2011).

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui bahwa ekstrak air

dari campuran daun sirih, gambir dan kapur sirih berkhasiat sebagai

imunomodulator secara in-vivo pada dosis 200 mg/kgBB menunjukkan

hasil yang lebih baik dibandingkan dosis 100 atau 400 mg/kgBB (Musdja

et al, 2011). Berdasarkan uraian inilah dilakukan penelitian untuk

mengetahui pengaruh campuran komponen menyirih (Piper betle Linn.,

Uncaria gambir Roxb., dan Ca(OH)2 dengan pelarut air terhadap kadar

CD56 dalam tubuh. Penelitian ini dilakukan dengan membuat suatu

sediaan farmasi yang terdiri dari campuran komponen menyirih yang

dibuat dengan cara memblender campuran komponen menyirih dengan

pelarut air kemudian dilakukan freeze drying untuk mendapatkan serbuk

simplisia kering. Selanjutnya simplisia dimasukkan ke dalam kapsul agar

mudah dalam penggunaan dan penyimpanan. Selanjutnya peneliti akan

melihat efek imunomodulator kapsul campuran komponen menyirih

terhadap kadar CD56 dalam darah.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah campuran komponen menyirih (Piper betle L., Uncaria

gambir Roxb., dan Ca(OH)2) dengan pelarut air dapat mempengaruhi

kadar CD56 dalam tubuh?

1. 3. Hipotesa

Campuran komponen menyirih (Piper betle L., Uncaria gambir

Roxb., dan Ca(OH)2) dengan pelarut air dapat mempengaruhi kadar CD56

dalam tubuh

1. 4. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh campuran komponen menyirih (Piper betle

L., Uncaria gambir Roxb., dan Ca(OH)2) dengan pelarut air terhadap

kadar CD56 dalam tubuh

1. 5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

pengembangan dalam bidang penelitian terutama penelitian obat yang

berasal dari alam atau obat herbal terstandar.

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sirih (Piper betle L.)

2.1.1 Klasifikasi

Tanaman sirih diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Sub Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Familia : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper betle L. (Hutapea, 1991)

Gambar 2.1 Daun Sirih

(Sumber : Musdja, 2011)

2.1.2 Deskripsi Tanaman

Sirih (Piper betle L.) merupakan tanaman merambat mencapai

ketinggian hingga 15 m dan mempunyai batang berwarna coklat

kehijauan yang beruas-ruas sebagai tempat keluarnya akar. Helaian daun

berbentuk jantung, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan dilengkapi

dengan daun pelindung. Bila daun diremas akan memberikan aroma

sedap. Bunga berupa bulir terdapat di ujung batang dan berhadapan

dengan daun. Buah buni, berbentuk bulat dan berbulu (Mursito, 2004).

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.3 Ekologi dan Penyebaran

Sirih ditemukan dibagian timur pantai Afrika, di sekitar Pulau

Zanzibar, daerah sekitar sungai Indus ke Timur menelusuri Sungai Yang

Tse Kiang, Kepulauan Bonin, Kepulauan Fiji, dan Kepulauan Indonesia.

Sirih tersebar di Nusantara dalam skala yang tidak terlalu luas. Di Jawa

tumbuh liar di hutan jati atau hutan hujan sampai ketinggian 300 m diatas

permukaan laut (Depkes RI, 1980).

2.1.4 Nama Daerah

Sumatera : furu kuwe (enggano); ranub (Aceh); blo, sereh (Gayo);

belo (Batak Karo); demban (Batak Toba); burangir (Angkola

Mandailing); tawuo (Nias); cabai (Mentawai); sirieh, sirih, suruh

(Palembang, Minangkabau); canbai (Lampung).

Jawa: seureuh (Sunda); sedah, suruh (Jawa); sere (Madura).

Bali : base, sedah

Nusa Tenggara: nahi (Bima); kuta (Sumba); mota (Flores); oreangi

(Ende); taa (Sikka); malu (Solor); mokeh (Alor).

Kalimantan: uwit (Dayak); buyu (Bulungan); uduh sifat (Kenya); sirih

(Sampit); uruesipa (Seputan).

Sulawesi: ganjang, gapura (Bugis); baulu (Bare); buya, dondili (Buol);

bolu (Parigi); komba (Selayar); lalama, sangi (Talaud).

Maluku : ani-ani (Hok); papek, raunge, rambika (Alfuru); nein (Bonfia);

kakina (Waru); amu (Rumakai, Elpaputi, Ambon, Ulias); garmo (Buru);

bido (Bacan).

Irian: reman (Wendebi); Manaw (Makimi); namuera (Saberi); eouwon

(Armahi); nai wadok (Saarmi); mera (Sewan); mirtan (Berik); afo

(Sentani); wangi (Sawe); freedor (Awija); dedami (Marind) (Depkes RI,

1980)

2.1.5 Kandungan Kimia

Daun sirih mengandung air (85-90%), protein (3-3.5%),

karbohidrat (0.5-6.1%), mineral (2.3-3.3%), lemak (0.4-1%), serat (2.3%),

minyak esensial (0.08-0.2%) yaitu safrol, alil pirokatekol monoasetat,

eugenol, terpinen 4-ol, eugenil asetat, tanin (0.1-1.3%), alkaloid (araken),

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

steroid, vitamin C (0.005-0.01%), asam nikotinat (0.63-0.89mg/100gms),

vitamin A (1.9-2.9mg/100gms), tiamin (10-70µg/100gms), riboflavin

(1.9-30µg/100gms), kalsium (0.2-0.5%), zat besi (0.005-0.007%), iodin

(3.4µg/100gms), fosfor (0.05-0.6%), kalium (1.1-4.6%), fenol, terpenoid

(1,8-sineol, cadinene, camphene, caryophyllene, limonene, pinene,

chavicol, allyl pyrocatechol, carvacrol, chavibetol), pati, enzim diastase,

gula, dan asam amino (Pradhan et al, 2013).

2.1.6 Khasiat Tanaman

Khasiat daun sirih adalah sebagai anti sariawan, anti batuk dan

antiseptik (Depkes RI, 1980). Eugenol pada daun bermanfaat untuk

mencegah ejakulasi, antikejang, analgetik dan mematikan jamur Candida

albicans yang merupakan penyebab keputihan. Tannin pada daun

berkhasiat dalam mengurangi sekresi cairan pada vagina, pelindung hati,

antidiare, dan antimutagenik (Standar of ASEAN, 1993 dan Hariana,

2008).

Efek antibakteri pada daun sirih karena kandungan senyawa fenol

yang dapat membunuh kuman penyebab penyakit. Karvakol yang bersifat

sebagai desinfektan dan anti jamur dapat bermanfaat untuk obat antiseptik

pada bau mulut dan keputihan (Depkes RI, 2000). Ekstrak daun sirih juga

telah dilaporkan menunjukkan kemampuan biologis untuk detoksifikasi,

antioksidan, dan anti mutasi yang disarankan untuk kemopreventif

terhadap berbagai penyakit termasuk fibrosis hati dan karsinoma

(Chakraborty, 2011).

2.2 Tanaman Gambir (Uncaria gambir Roxb.)

2.2.1 Klasifikasi

Tanaman gambir diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Famili : Rubiaceae

Genus : Uncaria

Spesies : Uncaria gambir Roxb.

Gambar 2.2 Gambir

(Sumber : Musdja, 2011)

2.2.2 Deskripsi Tanaman

Bongkahan gambir adalah sari air kering yang berasal dari ekstrak

remasan daun dan ranting tumbuhan bernama sama Uncaria gambir

Roxb., suku Rubiaceae (Depkes RI, 1989). Gambir termasuk tumbuhan

perdu setengah merambat dengan percabangan memanjang. Daunnya

oval, memanjang, ujung meruncing, permukaan tidak berbulu (licin), dan

tangkai daunnya pendek. Bunganya tersusun majemuk dengan mahkota

berwarna merah muda atau hijau, kelopak bunga pendek, mahkota bunga

berbentuk corong, benang sari berjumlah lima, dan buah menyerupai

kapsul dengan dua ruang (Agoes, 2010).

2.2.3 Ekologi dan Penyebaran

Tanaman gambir dapat tumbuh liar di hutan dengan baik pada

daerah dengan ketinggian 200 - 900 m diatas permukaan laut, tanahnya

agak miring dan cukup mendapat sinar matahari (Mardisiswojo, 1968).

2.2.4 Nama Daerah

Sumatera : Gambe, gani, kacu (Aceh); sontang (Batak); gambe (Nias);

gambie (Minangkabau); pengilom, sepelet (Lampung).

Jawa : Santun (Jawa); gambir (Madura).

Kalimantan : Kelare (Dayak); abi (Kayan).

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sulawesi : Gambere (Sangir); gambele (Gorontalo); gambere (Makassar);

gaber (Majene).

Nusatenggara : Tagambe (Bima); gamur (Sumba)

Maluku : Gabi, gagabere (BPOM, 2006).

2.2.5 Kandungan Kimia

Kandungan utama yang terdapat dalam family Uncaria adalah

flavonoid (terutama gambiriin), katekin (sampai 51%), zat penyamak (22-

50%), serta sejumlah alkaloid (seperti gambirtannin dan turunan dihidro

serta okso-nya) (Agoes, 2010).

2.2.6 Khasiat Tanaman

Manfaat gambir adalah sebagai penstimulus keluarnya getah

empedu, obat sakit kepala, obat diare, obat disentri, obat kumur, obat

sariawan, serta obat sakit kulit. Gambir mengandung katekin (catechin),

suatu bahan alami yang bersifat antioksidan (Agoes, 2010).

2.3 Kapur Sirih (CaO)

Kapur dalam arti luas adalah senyawa atau bahan oksida,

hidroksida, dan karbonat dari kalsium (Ca). Kapur atau cunam (kapur

mati) berwarna putih kilat seperti krim yang dihasilkan dari cangkang

siput laut yang telah dibakar. Hasil dari debu cangkang tersebut perlu

dicampurkan dengan air untuk mempermudah pengolesan ke atas daun

sirih (Puspitasari, 2012).

Gambar 2.3

(Sumber : Musdja, 2011)

Selain dari cangkang siput, kapur dapat diperoleh dengan

membakar batu kapur (kalsium karbonat / CaCO3). Apabila dibakar

dengan suhu tertentu CaCO3 dapat mengeluarkan gas yang disebut

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan karbondioksida (CO2) dan menjadi kalsium oksida (CaO).

Kalsium oksida kemudian dicampur dengan sedikit air yang

menyebabkan CaO mengembang dan menghasilkan panas serta menjadi

serbuk kapur yang dikenal sebagai kalsium hidroksida (Ca(OH)2). Proses

tersebut disebut dengan tindakan air (slaking) dan serbuk kapur adalah

kapur terhidrat. Serbuk kapur akan menjadi cair jika campuran airnya

berlebihan. Serbuk kapur jika didiamkan terlalu lama, kandungan airnya

akan hilang dan mengikat karbondioksida di udara sehingga kembali

menjadi kalsium karbonat seperti semula (Perpustakaan Negeri Malaysia,

2001).

Kapur sirih mempunyai rumus kimia Ca(OH)2, sehingga

kandungan utama dari kapur sirih adalah kalsium. Secara umum, kalsium

merupakan mineral yang amat penting bagi manusia terutama sebagai

pembentuk massa tulang. Kapur sirih bisa digunakan sebagai obat

bersamaan dengan bahan lain, seperti untuk mengatasi gusi bengkak,

bisul, masalah haid, digigit serangga serta penyakit kulit misalnya panu,

kurap, dan kutil (Perpustakaan Negeri Malaysia, 2001).

Kapur sirih telah digunakan sejak dahulu sebagai salah satu

komponen untuk menyirih. Dengn menyirih, dipercaya dapat

meningkatkan daya tahan tubuh (imunomodulator), dapat mencegah

kerusakan gigi, dan membasmi cacing. Kapur sirih mempunyai rumus

kimia CaCO3 yang dengan adanya faktor lingkungan dapat menjadi CaO

dan Ca(OH)2 (Perpustakaan Negeri Malaysia, 2001).

2.4 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat

yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan

lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa

simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelican atau mineral

(Depkes RI, 1985).

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,

bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat

tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya

yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. Untuk menjamin

keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka

simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk dapat

memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor yang

berpengaruh, antara lain bahan baku simplisia, proses pembuatan

simplisia (termasuk cara penyimpanan simplisia), dan cara pengepakan

dan penyimpanan simplisia (Depkes RI, 1985).

2.4.1 Tahap Pembuatan Simplisia

Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan,

maka dilakukan tahapan kegiatan berikut ini.

1. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau

bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya simplisia yang

dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah,

kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran

lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba

dalam jumlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari

tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal (Depkes,

1985).

2. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran

lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan

air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan

simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang

mengalir, pencucian hendaknya dilakukan dalam waktu yang sesingkat

mungkin (Depkes RI, 1985).

3. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses

perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Semakin tipis bahan

yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga

mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis

juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang

mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang

diinginkan (Depkes RI,1985).

4. Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak

mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.

Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan

dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa

dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan

kapang dan jasad renik lainnya. Proses pengeringan sudah dapat

menghentikan proses enzimatik dalam sel bila kadar airnya dapat

mencapai kurang dari 10 %. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama

proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembapan udara, aliran

udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan. Suhu yang terbaik

dalam pengeringan adalah tidak melebihi 60˚C, tetapi bahan aktif yang

tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu

serendah mungkin, misalnya 30˚C sampai 45˚C.

Terdapat dua cara pengeringan yaitu pengeringan alamiah (dengan

panas sinar matahari langsung atau dengan diangin-anginkan) dan

pengeringan buatan (menggunakan instrument). Dengan menggunakan

pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih

baik karena pengeringan akan lebih cepat dan merata, tanpa dipengaruhi

cuaca (Depkes RI, 1985).

5. Sortasi Kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir

pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda

asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan

pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia

kering. Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus untuk kemudian

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

disimpan. Pada simplisia bentuk rimpang, sering jumlah akar yang

melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula

adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang

tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus (Depkes RI, 1985).

6. Penyimpanan

Selama penyimpanan ada kemungkinan terjadi kerusakan pada

simplisia. Kerusakan tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu,

sehingga simplisia bersangkutan tidak lagi memenuhi syarat yang

diperlukan atau yang ditentukan. Oleh karena itu pada penyimpanan

simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat mengakibatkan

kerusakan simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan, dan

pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan

mutu, serta cara pengawetannya. Penyebab kerusakan pada simplisia yang

utama adalah air dan kelembapan. Cara menyimpan simplisia yang

kurang tepat akan menyebabkan rusaknya simplisia akibat hewan

pengerat. Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan

tujuan penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasan harus

sesuai. Wadah harus bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi (inert)

dengan isinya sehingga tidak menyebabkan terjadinya reaksi serta

penyimpanan warna, rasa, bau, dan sebagainya pada simplisia (Depkes

RI, 1985).

2.5 Pengeringan dengan Metode Freeze Drying

Pengeringan secara umum bermaksud untuk menghilangkan

pelarut dari material yang akan dikeringkan. Salah satu tipe pengeringan

yaitu freeze drying. Pengeringan-beku atau lyophilization adalah proses

pengeringan di mana pelarut dan atau media suspensi yang mengkristal

pada temperatur rendah dan sesudahnya mensublimasi dari padat

langsung ke fase uap. Pengeringan-beku lebih banyak dilakukan dengan

air sebagai pelarut. Pengeringan mengubah es atau air dalam fase amorf

menjadi uap. Karena tekanan uap es rendah, volume uap menjadi besar.

Tujuan pengeringan-beku adalah untuk memproduksi suatu substansi

dengan stabilitas yang baik dan tidak berubah setelah rekonstitusi dengan

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

air, meskipun hal ini sangat tergantung juga pada langkah terakhir proses:

pengemasan dan kondisi penyimpanan (Oetjen & Haseley, 2004).

Keuntungan proses pengeringan-beku adalah sebagai berikut:

1. Pengeringan pada suhu rendah dapat mengurangi penurunan produk

sensitif – panas.

2. Produk cair dapat secara akurat terdosiskan.

3. Kandungan air dari produk akhir dapat dikontrol selama proses.

4. Produk obat dapat memiliki bentuk fisik yang menarik.

5. Produk obat dengan luas permukaan spesifik yang tinggi dengan cepat

kembali (Oetjen & Haseley, 2004).

2.6 Kapsul

2.6.1 Definisi Kapsul (Anief, 2007)

Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul

keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa

zat tambahan lain. Cangkang dapat pula dibuat dari Metil Selulosa atau

bahan lain yang cocok.

2.6.2 Macam- macam Kapsul (Anief, 2007)

1. Kapsul keras atau Capsulae Gelatinosae operculatae, yaitu kapsul

keras yang terdiri dari wadah dan tutup. Cangkang kapsul keras dibuat

dari campuran gelatin, gula dan air dan merupakan cangkang kapsul yang

bening tak berwarna dan tak berasa. Kapsul harus disimpan pada tempat

yang tidak lembab dan sebaiknya disimpan di wadah yang diberi zat

pengering. Kapsul dapat diberi warna macam- macam agar menarik dan

dapat dibedakan dengan kapsul yang mengandung obat lain. Ukuran

kapsul keras menurut besarnya dapat diberi nomor urut dari besar ke yang

kecil sebagai berikut : no. 000; 00; 0; 1; 2; 3. Kapsul keras sering

digunakan di apotik dalam pelayan campuran obat yang ditulis dokter.

2. Kapsul lunak atau Soft Capsule merupakan kapsul yang tertutup

dan berisi obat yang pembuatan dan pengisian obatnya dilakukan dengan

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

alat khusus. Cangkang kapsul lunak dibuat dari gelatin ditambah gliserin

atau alcohol polihidris seperti sorbitol untuk melunakkan gelatinnya.

Kapsul lunak diperlukan untuk wadah obat cair atau cairan obat seperti

minyak levertran. Kapsul lunak dapat pula diberi warna bermacam-

macam.

Kapsul harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. keseragaman bobot (bervariasi antara 7,5% - 20%)

2. keseragaman isi zat berkhasiat

3. waktu hancur, yaitu tidak boleh lebih dari 15 menit.

4. Disimpan dalam wadah tertutup rapat (Anief, 2007)

2.6.3 Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Kapsul

Menurut Syamsuni (2006), kapsul mempunyai keuntungan dan

kerugian sebagai berikut:

a. Keuntungan pemberian bentuk sediaan kapsul:

1. Bentuknya menarik dan praktis.

2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang

berasa dan berbau tidak enak.

3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga

obat cepat diabsorpsi.

4. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang

berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.

5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat

tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.

b. Kerugian pemberian bentuk sediaan kapsul:

1. Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori

kapsul tidak dapat menahan penguapan.

2. Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).

3. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang

kapsul.

4. Tidak dapat diberikan untuk balita.

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Tidak dapat dibagi-bagi.

2.6.4 Cara Penyimpanan Kapsul (Syamsuni, 2006)

Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih

mengandung air dengan kadar 10-15% (FI ed. IV) dan 12-16% menurut

literature lain. Jika disimpan di tempat lembab, kapsul akan menjadi

lunakdan melenket satu sama lain serta sukar dibuka karena kapsul itu

dapat menyerap air dari udara yang lembab. Sebaliknya, jika disimpan di

tempat yang terlalu kering, kapsul itu akan kehilangan airnya sehingga

menjadi rapuh dan mudah pecah.

Oleh karena itu, penyimpanan kapsul sebaiknya dalam tempat atau

ruangan yang:

1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.

2. Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering

(silika gel).

3. Terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau strip.

2.6.5 Evaluasi Sediaan Kapsul (Depkes RI, 1995)

Evaluasi untuk sediaan kapsul meliputi:

1. Uji keseragaman bobot dan kandungan

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian keseragaman

bobot sediaan kapsul yang dihasilkan dengan persyaratan keseragaman

bobot dan kandungan dari Farmakope Indonesia Edisi IV.

2. Uji waktu hancur

Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuain batas waktu

hancur yang tertera dalam masing- masing monografi, kecuali pada etiket

dinyatakan bahwa tablet atau kapsul digunakan untuk pelepasan

kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau

melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak

waktu yang jelas di antara periode pelepasan tersebut. Uji waktu hancur

tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna.

Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan, yang tertinggal

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti jelas,

kecuali bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang tidak larut.

3. Uji higroskopisitas (Augsburger, 2000)

Suatu sediaan dikatakan stabil secara fisik apabila tidak

menunjukkan perubahan- perubahan sifat fisik selama masa

penyimpanan. Salah satu sifat fisik yang perlu diamati adalah sifat

higroskopisitas sediaan.

Uji higroskopisitas merupakan cara menguji kemampuan bahan

obat untuk menyerap uap dari udara setelah dibiarkan dalam suatu kondisi

dan satuan waktu yang diamati.

Sejumlah kapsul ditempatkan perlakuan pengaturan kelembaban

tertentu dan pada temperatur kamar. Masing- masing perlakuan diamati

setiap hari dalam seminggu dan tiap minggu selama satu bulan.

Pengamatan dilakukan terhadap perubahan bobot kapsul, bentuk kapsul,

dan isi kapsul.

2.7 Sistem Imunitas Tubuh

Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit

infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam

resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun dan reaksi yang

dikoordinasi sel-sel dan molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan

lainnya disebut respon imun (Baratawidjaja et al., 2009). Respon imun

berperan dalam mengenali dan menghancurkan berbagai zat asing yang

masuk ke dalam tubuh.

Respon imun dibagi menjadi dua kategori, yaitu imunitas bawaan

(innate immunity) dan imunitas adaptif (adaptive immunity) (Kaplan

Medical, 2002).

a. Imunitas alamiah

Imunitas alamiah adalah imunitas yang diperoleh tanpa di dahului

oleh kontak dengan antigen. Imunitas ini bersifat nonspesifik yang

meliputi pertahanan terhadap berbagai macam agen infeksius, seperti kulit

dan membran mukosa, sel natural killer (NK), fagositosis, inflamasi dan

berbagai macam faktor nonspesifik lainnya (Jawetz et al., 2001).

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Imunitas adaptif (Jawetz et al., 2001)

Imunitas adaptif adalah imunitas yang didapat setelah terjadi

paparan terhadap antigen (seperti agen infeksius) bersifat spesifik dan

diperantarai baik oleh antibodi maupun sel limfoid. Imunitas ini dapat

bersifat pasif atau aktif. Imunitas pasif diperankan oleh antibodi atau

limfosit yang telah dibentuk sebelumnya di dalam tubuh penjamu (host)

lain.

Keuntungan utama imunisasi pasif dengan antibodi yang telah

dibentuk sebelumya (siap untuk digunakan) adalah tersedianya antibodi

dalam jumlah banyak secara cepat. Kerugiannya adalah jangka waktu aksi

antibodi yang pendek dan reaksi hipersensitivitas yang dapat terjadi jika

diberikan antibodi (imunoglobulin) dari proses lain. Sedangkan imunitas

aktif diinduksi setelah kontak dengan antigen.

Keuntungan imunitas aktif adalah imunitas bersifat jangka

panjang berdasarkan memori kontak dengan antigen pertama kali dan

kemampuan merespon lebih cepat dan lebih banyak ketika terjadi kontak

berikutnya dengan antigen yang sama. Kerugiannya adalah waktu

imunitas lambat dan membutuhkan kontak dengan antigen lebih lama atau

kontak ulangan.

Mekanisme sistem imun di klasifikasikan menjadi sistem imun

non spesifik dan sistem imun spesifik.

1. Sistem imun non spesifik

a. Pertahanan fisik

Terdiri dari kulit yang utuh dan epitel lapisan mukus yang

dalam kondisi normal tidak dapat ditembus mikrobial. Disamping

itu, gerakan dapat membuang mikroorganisme, seperti pada reflek

batuk, bersin dan muntah, bersama- sama dengan gerakan yang

konstan seperti bergetarnya silia pada traktus respiratorius dan

peristaltik usus (Underwood, 1996).

b. Pertahanan biokimia

Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu ibu

melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif dapat

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri. Air susu

ibu mengandung laktosidase dan asam neuraminik yang bersifat

antibakteri terhadap E.coli dan asam dalam saluran pencernaan

oleh enzim proteolitik dan cairan empedu dalam usus halus; dan

oleh asiditas vagina. Zat kimia ini membentuk lingkungan yang

tidak nyaman untuk bakteri yang bukan flora normal

(Bratawidjaja, 2009).

c. Pertahanan humoral

Sistem imun non spesifik menggunakan berbagai molekul

larut. Molekul larut tertentu diproduksi di tempat infeksi atau

cedera dan berfungsi lokal. Molekul tersebut antara lain adalah

peptida antimikroba seperti defensing, katelisidin, dan IFN dengan

efek antiviral. Faktor larut lainnya diproduksi di tempat yang lebih

jauh dan dikerahkan ke jaringan sasaran melalui sirkulasi seperti

komplemen, protein fase akut, mediator asal fosfolipid dan sitokin

seperti IL-1, IL-6, dan TNF-α (Bratawidjaja, 2009).

d. Pertahanan selular

Fagosit, sel NK, sel mast, dan eosinofil berperan dalam

sistem imun nonspesifik selular. Sel- sel sistem imun tersebut

dapat ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan. Fagositosit adalah

garis pertahanan kedua tubuh terhadap agen infeksius. Pertahanan

ini terdiri dari proses penelanan dan pencernaan mikroorganisme

serta toksin setelah berhasil menembus tubuh (Bratawidjaja,

2009).

Sel natural killer (sel NK) (Cooper, 2001) adalah turunan

limfosit yang mempunyai andil sangat besar dalam sistem imun

bawaan. Jumlah sel NK adalah 10-15% dari semua limfosit perifer

darah. Sel NK termasuk dalam kelompok innate lymphoid cells

(ILC) yaitu kelompok sel limfoid namun bekerja pada sistem imun

bawaan. Sel NK mengekpresikan reseptor yang berbeda dengan

turunan limfosit pada umumnya yaitu tidak memiliki TCR, CD3,

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan reseptor Ig. Protein marker dari sel NK adalah

molekul CD16 dan CD56.

Sel NK tidak menyerang sel yang mempunyai

ekspresi protein MHC (sama seperti sel T CD8), tetapi menyerang

sel yang tidak memiliki ekspresi protein MHC tubuh. Sel-sel

dinamakan sel pembunuh alami karena sel-sel bisa langsung

beraksi tanpa membutuhkan aktivasi. Sel target akan

mengalami apoptosis dan hancur, akibat sekresi sel NK dari

granula toksik yang mengandung protein

jenis perforin dan granzim.

Sel NK manusia adalah populasi heterogen. Berbagai studi

telah dilakukan dan diungkap bahwa sel NK dapat dibedakan

berdasarkan densitas molekul permukaan CD56. Sekitar 90% sel

NK manusia mengekspresikan CD56 densitas rendah ([[sel NK

CD56dim

]]) dan sisanya sekitar 10% mengekspresikan CD56

dalam jumlah yang tinggi (sel NK CD56bright

dan CD16dim/-

). CD56

adalah suatu isoform molekul adhesi neural-sel, dengan fungsi

yang tidak diketahui pada sel NK. Jenis sel NKdim

dan

NKbright

memiliki fungsi yang berbeda. Perbedaan keduanya

tampak pada potensi sitotoksik, kapasitas produksi sitokin, dan

respon terhadap aktivasi sitokin.

Reseptor sel NK juga dapat dibedakan berdasarkan

fungsinya. Reseptor pada sel NK dapat secara langsung

menginduksi apoptosis setelah mengikat Fas ligan yang

diekspresikan pada sel yang terinfeksi. Aktivasi sel NK ditentukan

oleh keseimbangan stimulasi reseptor inhibitori dan reseptor

aktivasi. Misalnya, jika sinyal reseptor inhibitori lebih menonjol,

maka aktivitas sel NK akan terhambat; demikian jika sinyal

aktivasi lebih dominan, maka aktivasi sel NK akan berjalan.

Reseptor aktivasi :

Ly49 (homodimer)

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

NCR (natural cytotoxicity receptors), memediasi pembunuhan

NK dan pelepasan IFNγ.

CD94 : NKG2 (heterodimer) CD16 (FcγIIIA) berperan

penting dalam antibody-dependent cell-mediated

cytotoxicity (ADCC); secara khusus berikatan dengan IgG.

Reseptor inhibitori :

Killer-cell immunoglobulin-like receptor (KIR)

ILT atau LIR (leukocyte inhibitory receptors)

Ly49 (homodimer)

Fungsi

Sekresi sitokin imunoregulator dan berinteraksi dengan sel-sel

imun lainnya untuk memicu respon imun adaptif

Membunuh sel secara langsung dimediasi granul sitotoksik

Membunuh sel dimediasi antibodi melalui proses ADCC

(Antibody-dependent cell-mediated cytotoxicity)

Membunuh sel tumor tanpa memerlukan pengenalan antigen

spesifik tumor atau sensitasi sebelumnya.

2. Sistem imun spesifik

a. Humoral

Pemeran utama dalam sistem sel imun spesifik humoral

adalah sel B atau liimfosit B. Sel B berasal dari sel asal

multipotent di sumsum tulang. Sel B yang di rangsang oleh benda

asing akan berpoliferasi, berdiferesiasi dan berkembang menjadi

sel plasma yang memproduksi antibodi. Antibodi yang dilepaskan

dapat ditemukan di dalam serum (Bratawidjaja, 2009).

b. Selular

Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik

selular. Sel T berasal dari sumsung tulang tetapi proliferasi dan

diferensiasinya terjadi dalam timus atas pengaruh berbagai faktor

asal timus. Sel T terdiri dari beberapa subset sel dengan fungsi

yang berlainan yaitu CD4+, (Th1, Th2), CD8

+ (CTL/Tc) dan Ts

(sel Tr/ Th).

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fungsi sistem imun spesifik selular adalah pertahanan

terhadap bakteri yang hidup intraselular, virus, jamur, parasit dan

keganasan. Sel CD4+ mengaktifkan sel Th yang selanjutnya

mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba. Sel CD8+

memusnahkan sel terinfeksi. (Bratawidjaja, 2009).

2.7.1 Cluster of Differentiation

Cluster of Differentiation (CD) adalah istilah untuk molekul

permukaan leukosit yang merupakan epitop dan dapat diidentifikasikan

dengan antibody monoclonal. Sel limfosit yang ada dalam berbagai fase

pematangan dapat dibedakan dari ekspresi molekul membran yang dapat

ditentukan dengan menggunakan antibody monoclonal yang spesifik

untuk epitop tunggal antigen. Kelas limfosit dengan fungsi tertentu

mengekspresikan protein permukaan tertentu pula. Molekul permukaan

inilah yang disebut dengan Cluster of Differentiation (CD).

Sel NK adalah sel T reseptor CD3- (alpha, beta, gamma, delta) –

limfosit granular besar. Mereka umumnya mengungkapkan penanda

permukaan sel tertentu seperti CD-16

dan NKH-1

(Leu-19

) pada manusia

dan ΝΚ-1.1

/ ΝΚ-2.1

pada tikus. Mereka memediasi reaksi sitolitik yang

tidak memerlukan ekspresi kelas I atau kelas II molekul MHC pada sel

target (Cooper, 2001).

Limfosit T tertentu yang disusun baik secara alpha / beta + atau

gamma / delta + dapat mengungkapkan, terutama pada saat aktivasi, yaitu

aktivitas sitolitik yang menyerupai sel NK. limfosit T ini tidak boleh

disebut sel NK. Mereka dapat dikatakan sebagai limfosit T baik yang

menampilkan kegiatan 'seperti-NK' atau ‘non-MHC’ yang membutuhkan

sitolisis. Pembunuh limfokin-aktif (LAK) sel limfosit IL-2-diaktifkan di

salah satu dari 2 kategori di atas. Kontribusi relatif dari jenis sel masing-

masing tergantung pada sumber limfosit dan kondisi untuk aktivasi.

Misalnya, limfosit dari darah perifer atau limpa akan menghasilkan sel-sel

pembunuh limfokin-aktif dari sel NK di dekat dengan cara yang dominan

(Cooper, 2001).

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

CD56 adalah glikoprotein pengikat homofilik dari superfamili Ig

dan antibodi yang menargetkan isoform NCAM yang diekspresikan

biasanya di sel natural killer, sel T teraktivasi, limfosit granular besar,

endokrin spesifik, dan jaringan otak. NCAM adalah molekul adhesi multi-

valen yang menjadi perantara homotypic dan adhesi sel-sel heterotypic

melalui mekanisme yang mengikat homofilik. Berkurangnya ekspresi

CD56 telah terbukti terlibat dalam perkembangan tumor pasien dengan

kanker. CD56 terdapat pada sel-sel folikel tiroid normal, tapi ekspresi

yang nyata berkurang oleh transformasi maligna seperti dilaporkan

sebelumnya dalam kasus karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik, dan

karsinoma papiler (Shin, Mi Kyung, et al. 2011).

2.7.2 Imunomodulator

Imunomodulator adalah zat yang dapat mengatur sistem imun,

baik berupa mengembalikan dan memperbaiki sistem imun yang

fungsinya terganggu atau untuk menekan yang fungsinya berlebihan

(Baratawidjaja, 2006).

Imunomodulator bekerja menurut tiga cara, yaitu melalui :

a. Imunorestorasi

Imunorestorasi ialah suatu cara untuk mengembalikan

fungsi sistem imun yang terganggu dengan memberikan

berbagai komponen sistem imun, seperti: immunoglobulin

dalam bentuk Immune Serum Globulin (ISG), Hyperimmune

Serum Globulin (HSG), plasma, plasmapheresis, leukopheresis,

transplantasi sumsum tulang, hati dan timus (Bratawidjaja et

al., 2009).

b. Imunostimulasi

Imunostimulasi yang juga disebut imunopotensiasi

adalah cara memperbaiki fungsi sistem imun dengan

menggunakan bahan yang merangsang sistem tersebut.

Biological Response Modifier (BRM) adalah bahan-bahan yang

dapat merubah respon imun, biasanya meningkatkan respon

imun (Bratawidjaja et al., 2009).

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Imunosupresi

Imunosupresi merupakan tindakan untuk memperbaiki

fungsi sistem pertahanan tubuh dengan cara menekan respon

imun. Kegunaannya terutama pada transplantasi untuk

mencegah reaksi penolakan dan pada berbagai penyakit

inflamasi yang menimbulkan kerusakan atau gejala sistemik,

seperti autoimun atau autoinflamasi (Bratawidjaja et al., 2009).

Imunorestorasi dan imunostimulasi disebut

imunopotensi atau up regulation, sedangkan imunosupresi

disebut down regulation.

2.7.3 Kontrol Pembanding

IM® mengandung Echinacea purpurea 250 mg, ekstrak Black

eldelberry 400 mg, dan Zinc picolinate 5 mg, dikemas dalam sediaan

kaplet. IM®

membantu memperbaiki daya tahan tubuh atau respon imun

tubuh, juga digunakan sebagai terapi pendamping untuk infeksi yang akut

dan kronis, terutama untuk infeksi saluran pernafasan dan genitalia seperti

kandidadiasis dan vaginitis. Echinacea adalah tumbuhan pertama yang

dibuktikan secara ilmiah khasiat stimulasinya terhadap sistem imun. (Tjay

et al., 2002).

Mekanisme Echinacea yang bekerja dengan cara menginduksi

sitokin, sedangkan Zn picolinate mengaktivasi membran sel imun pada

saat proses transkripsi, sehingga kombinasi Echinacea dan Zn picolinate

merupakan kombinasi yang ideal untuk meningkatkan respon imun

terutama pada keadaan infeksi (Anonim, 2006).

Telah terbukti bahwa Echinacea merupakan imunostimulan non

spesifik, dengan kata lain Echinacea tidak mempunyai hubungan

antigenik dengan patogen-patogen spesifik. Hal ini merupakan hasil dari

stimulasi respon imun seluler seperti fagositosis dan pelepasan sitokin

serta faktor-faktor serum lainnya. Fagositosis (proses ingesti atau

menghancurkan mikroorganisme, sel dan partikel) oleh sel-sel pada

sistem retikuloendotelial, telah digunakan sebagai indikator aktifitas

imunostimulan dari Echinacea (Bradley, 2006).

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LITERATURE REVIEW

Menyirih merupakan suatu kegiatan pengobatan tradisional yang

dilakukan oleh masyarakat Indonesia hingga sekarang.

Penggunaan kombinasi tanaman obat lebih sering digunakan daripada

penggunaan tunggal dalam rangka mendapatkan manfaat maksimal dari

khasiat kombinasi tanaman obat.

Sediaan kapsul merupakan sediaan yang praktis untuk masyarakat dan

mudah dalam penggunaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Musdja dkk, (2011) tentang uji efek

imunomodulator ekstrak air campuran daun sirih (Piper betle L.), gambir

(Uncaria gambir Roxb.), dan kapur sirih pada sel fagositosis mencit, pada

dosis sedang 200 mg/kgBB terbukti memberikan efek imunomodulator.

Penelitian Nurnabila dkk, (2011) pada uji pendahuluan tablet hisap

campuran daun sirih dan kapur sirih (CaCO3) dengan mengambil darah 8

orang panelis masing-masing sebanyak 3 ml, dengan 6 orang diberikan

tablet hisap ekstrak sirih dan kapur sirih, 1 orang kontrol positif yang

diberikan Imboost Force, dan 1 orang kontrol negatif yang tidak berikan

perlakuan selama 5 hari berturut-turut menunjukkan tidak adanya

perbedaan bermakna antara data sebelum dan sesudah perlakuan terhadap

kontorl positif dan terdapat perbedaan bermakna terhadap kontrol negatif.

Penelitian Diamantstein et al., (1974) menyebutkan bahwa Ca2+

merupakan agen pembangkit respon imun dan membentuk antibodi

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan aksi antagonis pada sel proliferasi dan sel diferensiasi, dimana ion

Ca2+

memiliki efek untuk memodulasi respon imun.

Hasil penelitian Dewi dkk, (2012) pada formulasi sediaan tablet hisap

katekin gambir (Uncaria gambir Roxb.) sebagai imunomodulator dengan

metode granulasi basah yang diujikan terhadap 6 orang yang diberikan

tablet hisap, 1 orang kontrol positif yang mengkonsumsi IM®, dan 1

orang kontrol negatif yang tidak diberikan perlakuan. Hasil menunjukkan

bahwa katekin gambir yang dibuat dalam bentuk tablet hisap dengan

menggunakan kombinasi gom akasia dan amilum sebagai pengikat

menunjukkan tablet hisap katekin gambir dapat mempengaruhi kadar

CD4 dalam darah secara signifikan pada dosis 2000 mg/hari.

Penelitian Sari dkk, (2010) pada pengujian toksisitas akut campuran

ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) dan ekstrak kering gambir

(Uncaria gambir Roxb.) terhadap mencit putih jantan menunjukkan hasil

yaitu nilai LD50 sebesar 13,99 g/kgBB dan termasuk ke dalam kategori

praktis tidak toksik.

Penelitian Fatimah dkk, (2010) pada uji pendahuluan tablet hisap

campuran daun sirih dan gambir dengan perbandingan 0,636 : 0,333 gr

yang diberikan kepada 6 orang relawan selama 7 hari. Hasil pengukuran

CD4 relawan sebelum pemberian dan sesudah pemberian 7 hari tablet

hisap, diperoleh hasil uji berbeda secara bermakna dibandingkan dengan

kontrol normal. Penelitian ini menunjukkan bahwa tablet hisap daun sirih

dan gambir juga memiliki potensi untuk melawan virus, yaitu dengan

meningkatkan kadar CD4 pada relawan.

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Piper betle L.

KERANGKA TEORI PENELITIAN

(Chikara, 2005)

Uncaria gambirRoxb. Ca(OH)2

Eugenol Katekin Ca2+

Antioksidan dan Immunomodulator

Antioksidan Imunomodulator

Menetralisir

radikal bebas di

dalam tubuh

(Pin et al.,

2010)

sebagai

penstimulus

keluarnya getah

empedu, obat sakit

kepala, obat diare,

obat disentri, obat

kumur, obat

sariawan, serta obat

sakit kulit dan

suatu bahan alami

yang bersifat

antioksidan

(Agoes, 2010).

Kekurangan kalsium dapat

menyebabkan

sistem imun

menurun yang

dapat

menimbulkan

berbagai penyakit

(Almatsier, 2004).

Meningkatkan daya tahan tubuh

Imunomodulator

Mempengaruhi kadar CD56 darah pada sel NK

yang termasuk ke dalam pertahanan seluler

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dan Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Penelitian ini berlangsung dari bulan April 2016

sampai dengan November 2016.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas : neraca

analitik (Wiggwn Hauser), masker, sarung tangan, blender (Miyako),

erlenmeyer, gelas beaker, gelas ukur, tabung reaksi, batang pengaduk,

spatula, kaca arloji, kertas saring, pipet tetes, freeze dryer, lumpang dan

stamfer, label, aluminium foil, tissue, kapas, gunting, pisau, botol kaca,

kain flanel, corong, waterbath, lampu UV-Vis, Sysmex Pouch 100i,

FACSCalibur, serta peralatan steril yang lazim digunakan di

laboratorium.

3.2.2 Bahan

Simplisia

Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirih (Piper

betle Linn.) yang diperoleh dari Balitro Bogor dan bongkahan gambir

(Uncaria gambir Roxb.) yang diperoleh dari Payakumbuh-Padang,

Sumatra Barat, serta kapur sirih (Ca(OH)2) yang diperoleh dari Shadong

Bio-Technology.

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bahan kimia dan pereaksi

Reagen atau bahan kimia yang digunakan untuk penapisan fitokimia dan

identifikasi gambir adalah larutan ammonia 25%, kloroform, larutan HCl

p, pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer, butanol, asam sulfat p, asam

sulfat 10N, natrium hidroksida 5% dalam ethanol, larutan HCl 1%, FeCl3

5%, pereaksi Stiasny[formaldehid 30% : HCl p (2:1)], Mg serbuk, NaOH

1N, eter, asam nitrat p, etil asetat, asam asetat anhidrat, pereaksi

Liebermann-Buchard[asam asetat anhidrat : asam sulfat p (2:1)], etanol

96%, larutan ammonia 10%, aquadest.

Bahan untuk pengisian kapsul

Kapsul kosong ukuran 00, simplisia kering daun sirih, gambir dan kapur

sirih.

Bahan untuk uji CD56

Bahan untuk uji CD56 adalah reagen BD Tritest CD56, lysing solution.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Determinasi Tumbuhan Daun Sirih dan Gambir

Simplisia yang digunakan dalam penelitian adalah daun sirih

(Piper betle L.) diperoleh dari Balitro Bogor yang diambil pada tanggal

29 Januari 2016, gambir (Uncaria gambir Roxb.) bagian yang digunakan

adalah daun dan ranting gambir yang telah di buat menjadi bongkahan

diperoleh dari Payakumbuh-Padang pada tanggal 18 Januari 2016.

Determinasi Sirih dan gambir dilakukan di Pusat Konservasi Tumbuhan

Kebun Raya, Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman

yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirih (Piper betle L.) dan

Gambir (Uncaria gambir Roxb.).

3.3.2 Pemeriksaan Organoleptis Daun Sirih dan Gambir

Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan organoleptis

dari daun sirih dan gambir yang menyangkut pemeriksaan warna, bau dan

rasa.

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.3 Identifikasi Urea Gambir

Melarutkan 100 mg serbuk gambir dalam 1 ml air, tambahkan 1

ml asam nitrat P; terbentuk endapan hablur putih. (Depkes, 1979).

3.3.4 Penapisan Fitokimia Daun Sirih dan Gambir

1. Identifikasi Golongan Alkaloid

Sebanyak 2 gram sampel ditambahkan dengan 5 ml ammonia

25%, digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml kloroform dan

digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas

saring. Filtrat berupa larutan organik diambil (sebagai larutan A),

sebagian dari larutan A (10 ml) diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10

dengan pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya

(larutan B). Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan

ditetesi dengan pereaksi Dragendorff. Jika terbentuk warna merah atau

jingga pada kertas saring maka hal itu menunjukkan adanya senyawa

golongan alkaloid dalam sampel.

Larutan B dibagi dalam dua tabung reaksi, ditambahkan masing-

masing pereaksi Dragendorff dan Mayer. Jika terbentuk endapan merah

bata dengan pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan pereaksi

Mayer maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid.

2. Identifikasi Golongan Flavonoid

Timbang sampel sebanyak 1 gram lalu ditambahkan 50 ml air

panas, dididihkan selama 5 menit, disaring dengan kertas saring,

diperoleh filtrat yang akan digunakan sebagai larutan percobaan. Ke

dalam 5 ml larutan percobaan (dalam tabung reaksi) ditambahkan serbuk

atau lempeng magnesium secukupnya dan 1 ml HCl pekat, serta 5 ml

butanol, dikocok dengan kuat lalu dibiarkan hingga memisah. Jika

terbentuk warna pada lapisan butanol (lapisan atas) maka hal itu

menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid.

3. Identifikasi Golongan Saponin

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebanyak 10 mL larutan percobaan yang diperoleh dari percobaan

2 (identifikasi flavonoid), dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan

dikocok secara vertikal selama 10 detik, kemudian dibiarkan selama 10

menit, terbentuk busa yang stabil dalam tabung, reaksi menunjukkan

adanya saponin, bila ditambahkan 1 tetes HCl 1% (encer) busa tetap

stabil.

4. Identifikasi Golongan Tanin

Timbang sebanyak 2 gram sampel ditambahkan 100 ml air,

dididihkan selama 15 menit lalu didinginkan dan disaring dengan kertas

saring, filtrat yang diperoleh dibagi menjadi dua bagian. Ke dalam filtrat

pertama ditambahkan 10 ml larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru

tua atau hijau kehitaman maka hal itu menunjukkan adanya senyawa

golongan tanin.

Ke dalam filtrat yang kedua ditambahkan 15 ml pereaksi Stiasny

(formaldehid 30% : HCl pekat = 2 : 1), lalu dipanaskan di atas penangas

air sambil digoyang-goyangkan. Jika terbentuk endapan warna merah

muda menunjukkan adanya tanin katekuat. Selanjutnya endapan disaring,

filtrat dijenuhkan dengan serbuk natrium asetat, ditambahkan beberapa

tetes larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna biru tinta maka

menunjukkan adanya tanin galat.

5. Identifikasi Golongan Kuinon

Diambil 5 mL larutan percobaan identifikasi golongan flavonoid,

dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan beberapa tetes larutan

NaOH 1 N, terbentuk warna merah menunjukkan adanya senyawa

golongan kuinon.

6. Identifikasi Golongan Steroid dan Triterpenoid

Ditimbang sebanyak 1 gram serbuk simplisia dimaserasi dalam 20

mL eter selama 2 jam (dalam wadah dengan penutup rapat), disaring dan

diambil filtratnya, 5 mL dari filtrat tersebut diuapkan dalam cawan

penguap hingga diperoleh residu/sisa, kedalam residu ditambahkan 2 tetes

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (Pereaksi Liberman-

Burchad), terbentuk warna hijau atau merah menunjukkan adanya

senyawa golongan steroid atau triterpenoid.

7. Identifikasi Golongan Minyak Atsiri

Sejumlah 2 gram serbuk simplisia dalam tabung reaksi (volume 20

mL), ditambahkan 10 mL pelarut ptroleum eter dan pasang corong (yang

diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung,

dipanaskan selama 10 menit diatas penangas air dan didinginkan, disaring

dengan kertas saring, filtrat diuapkan pada cawan penguap, residu

dilarutkan dengan pelarut alkohol sebanyak 5 mL lalu saring dengan

kertas saring, filtratnya diuapkan pada cawan penguap, residu berbau

aromatik/ menyenangkan, menunjukkan adanya senyawa golongan

minyak atsiri.

8. Identifikasi Golongan Kumarin

Sebanyak 2 gram simplisia dimasukkan dalam tabung reaksi

(volume 20 mL) ditambahkan 10 mL pelarut kloroform dan pasang

corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan dengan air)

pada mulut tabung, dipanaskan selama 20 menit diatas penangas air dan

didinginkan, disaring dengan kertas saring, filtrat diuapkan pada cawan

penguap sampai kering, sisa ditambahkan air panas sebanyak 10 mL,

didinginkan, larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan

0,5 mL larutan ammonia (NH4OH) 10%, amati dibawah sinar lampu

ultraviolet pada panjang gelombang 365 nm, maka terjadi fluoresensi

warna biru atau hijau, menunjukkan adanya golongan kumarin

(Fransworth, 1966).

3.3.5 Penyiapan Bahan dan Pembuatan Simplisia Uji

Daun sirih dipisahkan dari cabang dan rantingnya dan dibersihkan

dengan air mengalir sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan,

seperti; sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan disimpan di dalam wadah plastik pada suhu ruang untuk kemudian

diblender bersama gambir dan kapur sirih.

Sedangkan untuk penyiapan gambir yaitu dengan cara

membersihkannya dari pengotor, gambir yang digunakan yaitu berupa

bongkahan yang diperoleh dari Payakumbuh - Padang, Sumatera Barat.

Bongkahan gambir kemudian dihaluskan sampai menjadi serbuk.

Bahan simplisia campuran komponen menyirih (Piper betle Linn.,

Uncaria gambir Roxb., dan Ca(OH)2 yang telah dihaluskan kemudian

dibuat formula untuk membuat jus campuran bahan menyirih sebanyak

500 g. Ditimbang 421 gram daun sirih, 70 gram gambir dan 9 gram kapur

sirih dengan pelarut aquades di tambahkan hingga 1000 ml, selanjutnya

diblender pada temperatur kamar sampai halus dan tercampur homogen.

Kemudian hasil jus campuran komponen menyirih dikeringkan dengan

freeze dryer selama 8 hari untuk menarik sisa kandungan air yang masih

terdapat didalam jus campuran komponen menyirih hingga didapatkan

simplisia kering (Musdja, 2011).

3.3.6 Pemeriksaan Non Spesifik Campuran Komponen Menyirih

a. Kadar Air

Masukkan lebih kurang 10 gram simplisia/ekstrak dan timbang

seksama dalam wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu 105 oC

selama 5 jam, dan ditimbang. Pengeringan dilanjutkan dan ditimbang

pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut

tidak lebih dari 0,25% (FI IV, 1995).

b. Kadar Abu

Sebanyak 2 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbang

seksama, dimasukan kedalam krus platina atau krus silikat yang telah

dipijarkan dan ditara, lalu ekstrak diratakan. Dipijarkan perlahan-lahan

hingga arang habis, didinginkan, ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap

berat ekstrak dan dinyatakan dalam % b/b (Depkes RI, 2000).

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dimana : A = Berat Ekstrak + Wadah Awal (gram)

B = Berat Ekstrak + Wadah Akhir (gram)

C = Berat Ekstrak (gram)

3.3.7 Evaluasi Sediaan Kapsul (Depkes RI, 1995)

a. Uji keseragaman bobot

Timbang seksama 10 kapsul, satu per satu, beri identitas tiap

kapsul, keluarkan isi tiap kapsul dengan cara yang sesuai. Timbang

seksama tiap cangkang kapsul kosong dan hitung bobot netto dari isi tiap

kaspul dengan cara mengurangkan bobot cangkang kapsul dari masing-

masing bobot kapsul. Dari hasil penetapan kadar, seperti tertera pada

masing- masing monografi, hitung jumlah zat aktif dalam tiap kapsul,

dengan anggapan bahwa zat aktif terdistribusi secara homogen.

Untuk kriterianya kecuali dinyatakan lain dalam masing- masing

monografi, persyaratan keseragaman bobot dipenuhi jika tidak kurang

dari 9 dari 10 satuan sediaan seperti ditetapkan dari cara keseragaman

bobot terletak dalam rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada

etiket dan tidak ada satuan teretak diluar rentang 75,0% hingga 125,0%

yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 10 satuan sediaan

kurang dari atau sama dengan 6,0%.

b. Uji waktu hancur

Sejumlah 6 kapsul, dimasukkan pada masing- masing tabung pada

keranjang yang dibawahnya terdapat kasa baja berukuran 10 mesh.

Digunakan media air bersuhu 37 ± 2oC. dilakukan pengamatan terhadap

kapsul, semua kapsul harus hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul.

Bila 1 atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, pengujian diulangi dengan 12

kapsul lainnya, tidak kurang dari 16 dari 18 kapsul yang diuji hancur

sempurna. Dicatat waktu yang diperlukan kapsul untuk hancur sempurna.

c. Uji higroskopisitas

Merupakan cara menguji kemampuan bahan obat untuk menyerap

uap dari udara stelah dibiarkan dalam kondisi tertentu selama beberapa

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

waktu yang diamati. Sejumlah 3 kapsul ditempatkan pada botol coklat

disimpan dalam desikator. Masing- masing perlakuan diamati setiap hari

selama tujuh hari dan setiap minggu selama satu bulan. Pengamatan

dilakukan terhadap perubahan bobot kapsul, bentuk kapsul dan isi kapsul.

3.3.8 Uji CD56

a. Perencanaan Konsentrasi Ekstrak Uji dan Perlakuan Responden

Pada penelitian sebelumnya mengenai uji efek

imunomodulator komponen menyirih (Piper betle, L., Uncaria

gambir, Roxb., dan Ca(OH)2) secara in vivo menggunakan mencit,

efek imunomodulator meningkat pada dosis 200mg/kgBB (Musdja et

al., 2011) yang dikonversikan ke dosis manusia menjadi 972 mg

dengan LD50 13,99 g/kgBB (Sari, 2010) yang dikonversikan ke dosis

manusia adalah 68,06 gram (Praktis tidak toksik). Simplisia campuran

komponen menyirih tersebut kemudian dibuat dalam bentuk sediaan

kapsul.

Tabel 1. Perlakuan Pada Penelitian

Perlakuan Jenis Perlakuan Aturan Pakai

Kontrol (+) IMBOOST FORCE

Kaplet Salut Selaput

3 x 1 kaplet perhari

sesudah makan (MIMS)

Uji Kapsul Komponen

Menyirih

3 x 3 kapsul perhari

sesudah makan

Kontrol (-) - -

Keterangan : Tanda (-) = Tidak diberikan perlakuan

*Penelitian ini dilakukan selama 14 hari

b. Kriteria Responden dan Pengambilan Sampel Darah

Pengambilan sampel darah dilakukan di Laboratorium Terpadu

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tiap responden masing-

masing diambil darahnya sebanyak 3 ml, dengan jumlah responden

sebanyak 8 orang dengan 1 orang kontrol positif yang mengkonsumsi

tablet IM®

, 1 orang kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan, dan 6

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

orang yang diberi kapsul ekstrak komponen menyirih. Pada penelitian ini

menggunakan metode pre and post sehingga pengambilan darah

dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum diberikan perlakuan dan sesudah

diberikan perlakuan. Penentuan jumlah sampel ini ditentukan menurut

rumus Federer (Adimunca, 2010):

T (n-1) ≥ 15

Keterangan : T = Jumlah Perlakuan

n = Jumlah Pengulangan

Kriteria inklusi :

Umur tidak lebih dari 60 tahun.

Indeks Masa Tubuh (IMT) Normal (18,5-22,9 kg/m2) (WHO, 2000).

Dalam keadaan sehat (di lihat dari hasil pemeriksan darah rutin) dan tidak

mengkonsumsi obat apapun

Bersedia ikut dalam penelitian dan mengikuti prosedur yang ditetapkan

(Inform Concern).

Kriteria eksklusi :

Adanya efek samping terhadap obat yang diberikan pada masing-masing

kelompok perlakuan, menyebabkan kondisi subjek memburuk, sehingga

pengobatan harus dihentikan sebelum waktunya.

Adanya gangguan fungsi hati, ginjal dan jantung berat yang diketahui

dengan pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium.

Tidak kontrol dengan teratur sesuai jadwal penelitian.

Mengundurkan diri dari penelitian.

c. Variabel Penelitian

Variabel Terikat : Penggunaan kapsul ekstrak air komponen menyirih

Variabel Bebas : Kadar CD56 dalam darah

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Perlakuan Terhadap Sampel Darah

Sampel darah yang telah diambil dari responden segera diukur

kadar limfositnya dengan alat Sysmex Pouch 100i. Sebanyak 50 µl

sampel darah dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup dan

ditambahkan reagen BD TritestTM

CD56 sebanyak 20 µl sambil tabung

digoyangkan secara perlahan. Tabung reaksi terebut kemudian

diinkubasikan di ruang gelap selama 15 menit pada suhu ruangan, dan

ditambahkan 450 µl lysing solution ke dalamnya. Tabung reaksi berisi

sampel tersebut kemudian diinkubasikan untuk kedua kalinya di lemari

pendingin pada suhu 4oC selama 15 menit, dan selanjutnya dimasukkan

ke alat FACSCalibur dan diperoleh nilai CD56 dalam darah.

3.4 Analisa Data

Data hasil tes CD56 yang diperoleh, dianalisa dengan

menggunakan program pengolahan data statistik SPSS 16 dengan metode

Paired Sampel T Test. Uji ini dilakukan terhadap dua sampel yang

berpasangan (paired), sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah

sampel dengan subyek yang sama, namun mengalami dua perlakuan atau

pengukuran yang berbeda, subyek A akan mendapat perlakuan I

kemudian pelakuan II.

Pengambilan Keputusan :

Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima

Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.5 KERANGKA ALUR PENELITIAN

Ad 1000mL aquadest

Blender

freeze dry

Komponen

Menyirih

Daun Sirih

(Piper betle L.)

421gr

Gambir (Uncaria

gambir R.)

70gr

Kapur Sirih

(Ca(OH)2) 9gr

Determinasi Identifikasi

Urea

Filtrat

Ekstrak Kering

Pembuatan Kapsul

Pengukuran Kadar CD56

Responden

Pengambilan

Sampel Darah

Hasil

Penapisan

fitokimia Hasil

Determin

asi

pre post

Uji T Test

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Determinasi Tumbuhan dan Pemeriksaan Organoleptis Daun

Sirih Segar dan Gambir

Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriensis, Bidang

Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI), Cibinong, Bogor, bahwa tanaman yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sirih (Piper betle L) dan Gambir (Uncaria gambir

Roxb), lihat Lampiran 2.

Hasil pemeriksaan organoleptis daun sirih yang berasal dari Balai

Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO), Pusat Penelitian

dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor menunjukkan bahwa daun sirih

yang digunakan sama dengan yang tertera dalam buku Vademikum Bahan

Obat Alam (VBOA), Depkes, (1989), lihat Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Daun Sirih dibandingkan

dengan Persyaratan dalam Buku Vademikum Bahan Obat Alam (VBOA),

Depkes, 1989.

Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Tertera dalam VBOA

Bentuk Pipih menyerupai jantung Pipih menyerupai jantung

Warna Hijau cerah Hijau cerah

Bau Khas Pedas

Rasa Pedas Pedas

Hasil pemeriksaan organoleptis terhadap gambir yang digunakan

untuk penelitian juga memperlihatkan ciri-ciri yang sama dengan yang

tertulis dalam buku Vademikum Bahan Obat Alam (VBOA), Depkes,

(1989), lihat Tabel 3.

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Gambir Dibandingkan

Persyaratan dalam Buku Vademikum Bahan Obat Alam/VBOA (Depkes,

1989)

Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Tertera dalam VBOA

Bentuk Silinder/kubus tidak

beraturan

Silinder/kubus tidak

beraturan

Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan

Bau Khas Khas

Rasa Sepat Sepat

4.1.2 Hasil Pemeriksaan Organoleptis

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Daun Sirih dan Gambir

Jenis pemeriksaan Daun Sirih Gambir

Warna Hijau Kuning kecoklatan

Bau Khas Khas

Rasa Pedas Sepat

4.1.3 Hasil Identifikasi Urea Gambir

Tabel 5. Hasil Identifikasi Urea Gambir

No. Hasil Pemeriksaan Hasil

1. Tidak terdapat endapan hablur putih (-)

4.1.4 Hasil Penapisan Fitokimia

Tabel 6. Hasil Penapisan Fitokimia Daun Sirih

Golongan Hasil

Alkaloid +

Flavonoid +

Saponin -

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tanin +

Kuinon -

Steroid dan Triterpenoid + (Steroid)

Minyak Atsiri +

Kumarin +

Keterangan : (+) = Ada

(-) = Tidak Ada

Tabel 7. Hasil Penapisan Fitokimia Gambir

Golongan Hasil

Alkaloid +

Flavonoid +

Saponin +

Tanin +

Kuinon +

Steroid dan Triterpenoid -

Minyak Atsiri -

Kumarin -

4.1.5 Hasil Pemeriksaan Parameter Non Spesifik

Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Parameter Non Spesifik

Bahan Uji Parameter Non

Spesifik

Hasil

(%) Persyaratan (%)

Daun Sirih Kadar Air 2,92% Tidak lebih dari 5,4%

Kadar Abu 11,4% <14%

Gambir Kadar Air 4,24% 17%

Kadar Abu 3,62% 7%

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.6 Hasil Evaluasi Sediaan Kapsul

Tabel 9. Hasil Evaluasi Kapsul

Jenis Evaluasi Hasil Nilai Berdasarkan Literatur

Keseragaman bobot Memenuhi syarat Terletak dalam rentang 85,0%

hingga 115% dari yang tertera

pada etiket dan simpangan

baku relatif dari 10 satuan

sediaan kurang dari atau sama

dengan 6,0% (Depkes RI,

1995).

Waktu hancur (menit) 4,05 Di bawah 15 menit (Depkes

RI, 1995).

Higroskopisitas Minggu ke-4 terjadi

perubahan

-

Tabel 10. Hasil Uji Waktu Hancur

No. Hasil Waktu Hancur

1. 4 menit 28 detik

2. 4 menit 10 detik

3. 4 menit 43 detik

4. 4 menit 9 detik

5. 4 menit

6. 4 menit 20 detik

Tabel 11. Hasil Uji Higroskopisitas

No. Bobot Minggu ke- (gram)

1 2 3 4

1. 0,4519±0,0094 0,4519±0,0094 0,4521±0,0096 0,4528±0,0092

2. 0,4674±0,0094 0,4674±0,0094 0,4675±0,0096 0,4679±0,0092

3. 0,4494±0,0094 0,4494±0,0094 0,4496±0,0096 0,451±0,0092

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.6 Hasil Uji CD56

Table 12. Persentase CD56 dalam Darah

Panelis

% CD56 dalam Darah

A B

1 21 20

2 20 19

3 14 17

4 24 33

5 18 22

6 11 19

Kontrol (+) 16 20

Kontrol (-) 3 6

Keterangan : A : Sebelum

B : Sesudah

Kontrol positif : Panelis diberikan Imboost Force

Kontrol negatif : Panelis tidak diberikan perlakuan

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

0

5

10

15

20

25

30

35

Kontrol

(-)

Kontrol

(+)

relawan

1

relawan

2

relawan

3

relawan

4

relawan

5

relawan

6

Sebelum Sesudah

Gambar 4. Grafik Persentase CD56 dalam darah

4.2 Pembahasan

Daun sirih (Piper betle L.) yang digunakan dalam penelitian ini

diperoleh dari tempat pembibitan di Balai Penelitian Tanaman Rempah

dan Obat. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan kemungkinan adanya

variasi kandungan kimia tumbuhan yang terlalu besar karena kondisi

iklim dan lingkungan (Depkes RI, 2000). Untuk memastikan kebenaran

tanaman maka dilakukan determinasi tanaman dan hasilnya menunjukkan

bahwa tanaman tersebut adalah Sirih (Piper betle L.). Selanjutnya hasil

yang yang diperoleh dari penapisan fitokimia serbuk daun sirih

menunjukkan adaya kandungan alkaloid, flavonoid, tannin, steroid,

minyak atsiri dan kumarin. Dari berbagai kandungan tersebut diketahui

minyak atsiri yang terkandung didalam daun sirih memiliki aktivitas

sebagai imunomodulator dan flavonoid memiliki aktivitas sebagai

antioksidan. Hasil yang diperoleh dari penapisan fitokimia serbuk gambir

menunjukkan adanya kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tannin dan

kuinon. Disini diketahui alkaloid yang terkandung dalam serbuk gambir

memiliki aktivitas sebagai imunomodulator sedangkan flavonoid sebagai

antioksidan.

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam proses penyiapan tanaman, daun sirih yang sudah dicuci

cukup dikeringkan dengan diangin- anginkan tanpa dilakukan perajangan

karena dikhawatirkan kandungan minyak atsiri dan kandungan kimia

yang lain akan berkurang dengan perajangan (Gunawan dan Sri Mulyani,

2004). Simplisia yang telah kering kemudian di blender agar diperoleh

bentuk simplisia serbuk kering. Begitupun dengan bongkahan tanaman

gambir yang telah kering dihaluskan agar diperoleh gambir dalam bentuk

serbuk halus.

Kemudian campuran serbuk komponen menyirih tersebut

dicampur. Untuk proses pencampuran komponen menyirih ini dilakukan

dengan mencampur komponan menyirih (Piper betle L., Uncaria gambir

Roxb., dan Ca(OH)2) kemudian ditambahkan pelarut aquadest sampai 1

liter dan kemudian di blender. Pemilihan metode ini adalah karena

merupakan metode yang sederhana, mudah dilakukan dan baik untuk

senyawa- senyawa yang tidak tahan panas serta disesuaikan dengan cara

menyirih. Sedangkan pemilihan pelarut air karena mengacu pada

penggunaan masyarakat, terdapat kandungan air dalam daun sirih dan

kapur sirih. Selain itu penggunaan metode ini cukup praktis dan mudah

karena serbuk campuran simplisia di blender dengan air, waktu

pengerjaan lebih cepat serta peralatan yang digunakan sederhana sehingga

tidak merusak zat- zat yang terkandung dalam campuran serbuk simplisia

komponen menyirih.

Kemudian hasil campuran di keringkan menjadi simplisia kering

dengan melakukan proses freeze drying. Sebelum di freeze drying hasil

campuran simplisia komponen menyirih disimpan didalam freezer pada

suhu -22oC dan suhu saat di freeze dry yaitu dilakukan pada suhu -17

oC,

proses freeze drying dilakukan selama 8 jam dalam waktu 8 hari. Hasil

yang diperoleh setelah simplisia dikeringkan yaitu sebanyak 366 gram

simplisia kering. Kekurangan dalam tahap ini adalah seharusnya simplisia

yang telah dicampur dengan pelarut air dan diblender, di saring sehingga

didapatkan filtrat yang kemudian akan di freeze dry. Namun, pada

penelitian ini tidak dilakukan proses penyaringan sehingga filtrat dan

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

residu tetap tercampur saat di freeze dry. Adapun alasan tidak dilakukan

penyaringan adalah karena jika di saring filtrat yang diperoleh sangat

sedikit sedangkan dalam penelitian ini diperlukan hasil filtrat yang

banyak. Juga karena keterbatasan bahan dan biaya, sedangkan dibutuhkan

jumlah simplisia yang banyak sehingga tidak dilakukan penyaringan pada

tahap ini.

Kemudian simplisia di standarisasi dengan pengujian parameter

spesifik yaitu identitas dan pemeriksaan organoleptis. Berdasarkan hasil

evaluasi yang dilakukan, diperoleh hasil yaitu bentuk simplisia serbuk

kering, berwarna hijau kecokelatan, dengan bau khas dan rasa yang pahit

agak pedas.

Pengujian yang selanjutnya dilakukan yaitu uji parameter non

spesifik simplisia yaitu dengan mengukur kadar air dan kadar abu.

Pengukuran kadar air ini bertujuan untuk memberikan batas minimal

besarnya kandungan air di dalam ekstrak. Hasil pengukuran kadar air

yaitu sirih 2,92% (syarat < 8%) dan gambir 4,24% (syarat 17%).

Pengukuran selanjutnya yaitu penetapan kadar abu yang bertujuan untuk

memberikan gambaran tentang kandungan mineral internal dan eksternal

yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Hasil

pengukuran kadar abu adalah 11,4% untuk sirih (syarat <14%) dan 3,62

untuk gambir (syarat 7%).

Adapaun kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini pada

tahap pemeriksaan parameter spesifik (penapisan fitokimia) dan non

spesifik seharusnya dilakukan terhadap hasil ekstrak kering bukan

terhadap campuran simplisia kering setelah di freeze dry. Metode yang

dilakukan dalam pemeriksaan non spesifik dari susut pengeringan dan

kadar air adalah sama, sehingga hasil pemeriksaan susut pengeringan

tidak dicantumkan. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan terhadapa simplisia

kering campuran komponen menyirih setelah di freeze dry dengan alat

instrument GC-MS untuk memastikan kandungan senyawa apakah yang

masih terkandung di dalam simplisia campuran komponen menyirih

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tersebut, terutama untuk memastikan kandungan eugenol pada daun sirih

yang terdapat di dalam simplisia kering campuran komponen menyirih

tersebut. Untuk nilai rendemen, pada penelitian ini tidak dapat diperoleh

nilai rendemen karena hasil yang di dapat adalah dalam bentuk simplisia

kering bukan ekstrak kering.

Setelah didapatkan simplisia kering komponen menyirih,

kemudian simplisia komponen menyirih tersebut dimasukkan kedalam

kapsul. Dalam hal ini dipilih cara memasukkan kapsul seperti di apotik

yaitu langsung memasukkan simplisia kering campuran komponen

menyirih dengan menggunakan tangan ke dalam kapsul yang berukuran

00. Alasan pemilihan bentuk sediaan kapsul karena praktis, dapat

menutupi obat yang memiliki rasa atau bau yang tidak enak, mudah

ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga obat cepat

diabsorpsi, dan kapsul tidak memerlukan bahan zat tambahan atau

penolong seperti pada pembuatan bentuk sediaan lainnya (Syamsuni,

2006).

Simplisia kering yang diperoleh setelah freeze drying di masukkan

kedalam cangkang kapsul. Ukuran cangkang kapsul yang digunakan

dalam penelitian ini adalah ukuran 00, dimasukkan simplisia komponen

menyirih komponen menyirih sebanyak ± 324 mg ke dalam cangkang

kapsul. Jumlah dosis 324 mg diperleh dari 972 mg yang merupakan dosis

satu kali konsumsi kapsul komponen menyirih ini lalu dibagi menjadi 3

bagian masing- masing berisi ± 324 mg, hal ini dilakukan karena ukuran

kapsul yang digunakan yaitu kapsul ukuran 00 dimana dalam hal ini tidak

memungkinkan bahwa dalam 1 kapsul berisi 972 mg untuk 1 kali dosis

konsumsi kapsul komponen menyirih tersebut, oleh karenanya dosis

untuk 1 kapsul dibagi menjadi ± 324 mg per kapsul.

Dosis yang digunakan adalah hasil konversi dosis mengacu dari

hasil penelitian sebelumnya dengan perhitungan yang terlampir pada

lampiran 3. Pada penelitian terdahulu, dosis yang digunakan adalah dosis

untuk ekstrak air komponen menyirih. Sedangkan pada penelitian ini

digunakan simplisia kering campuran komponen menyirih bukan ekstrak

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

air komponen menyirih, sehingga seharusnya dosis yang digunakan lebih

besar, karena dosis tersebut adalah dosis untuk ekstrak air komponen

menyirih bukan simplisia campuran komponen menyirih.

Kemudian dilakukan evaluasi terhadap sediaan kapsul yang berisi

simplisia campuran komponen menyirih. Evaluasi tersebut meliputi: uji

keseragaman bobot, uji waktu hancur dan uji higroskopisitas. Uji

keseragaman bobot dilakukan untuk memastikan bahwa bobot yang

terdapat di dalam kapsul pada suatu formula memiliki jumlah yang sama

dan zat aktif yang sama dengan anggapan serbuk formula terdistribusi

homogen. Berdasarkan persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV bahwa

kapsul dengan bobot rata-rata lebih dari 120 mg tidak boleh memiliki

perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata isi

kapsul lebih dari 85%-115%. Berdasarkan penimbangan kapsul untuk uji

keseragaman bobot menunjukkan tidak ada yang menyimpang lebih dari

persyaratan. Bobot dari tiap kapsul terletak dalam rentang 85,0% hingga

115,0%. Simpang baku relatif dalam kapsul adalah 3,644%. Simpangan

baku relatif dari 10 satuan sediaan tidak ada yang lebih dari persyaratan

Farmakope Indonesia edisi IV yaitu kurang dari 6%. Hal ini menunjukkan

bahwa sediaan kapsul tersebut memenuhi kriteria untuk keseragaman

bobot.

Uji waktu hancur dilakukan untuk mengetahui waktu hancur

sediaan tablet atau kapsul. Untuk memberikan efek terapi, tablet harus

hancur terlebih dahulu hancur menjadi partukel yang lebih kecil, begitu

pula untuk kapsul agar isi kapsul dapat terabsorpsi pada saluran cerna. Uji

waktu hancur untuk sediaan kapsul ekstrak komponen menyirih

menunjukkan waktu hancur rata-rata ± 4 menit 32 detik. Hasil uji waktu

hancur menunjukkan bahwa sediaan kapsul komponen menyirih

memenuhi syarat uji waktu hancur kapsul Farmakope Indonesia edisi IV

yaitu waktu hancur dibawah 15 menit.

Uji higroskopisitas bertujuan untuk menguji kemampuan bahan

obat untuk menyerap uap dari udara setelah dibiarkan dalam kondisi

tertentu selama beberapa waktu. Pengujian dilakukan dengan mengamati

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

perubahan bobot dan warna dari isi sediaan kapsul. Perubahan bobot

kapsul dan warna isi kapsul setiap waktunya dapat menggambarkan

perubahan kadar air yang terdapat dalam sediaan. Pengujian tersebut

diamati bobotnya setiap minggu selama 4 minggu.

Berdasarkan hasil uji higroskopisitas, pada minggu ke-1,2 dan 3

menunjukkan sediaan kapsul komponen menyirih relatif stabil karena

tidak terjadi perubahan bentuk kapsul dan warna isi serbuk. Pada minggu

ke-3 terjadi peningkatan bobot kapsul komponen menyirih. Namun, pada

minggu ke-4 terjadi perubahan bentuk dan bobot kapsul komponen

menyirih serta tidak terjadi perubahan pada warna isi kapsul. Hal ini

menunjukkan bahwa sediaan kapsul komponen menyirih bersifat

higroskopis disebabkan oleh beberapa faktor seperti tidak adanya bahan

tambahan yang digunakan untuk mempertahankan kestabilan sediaan.

Sel NK (natural killer cell) adalah turunan limfosit yang

mempunyai andil sangat besar dalam sistem imun bawaan. Jumlah sel NK

adalah 10-15% dari semua limfosit perifer darah. Sel NK termasuk dalam

kelompok innate lymphoid cells (ILC) yaitu kelompok sel limfoid namun

bekerja pada sistem imun bawaan. Protein marker dari sel NK adalah

molekul CD16 dan CD56. Sel-sel dinamakan sel pembunuh alami karena

sel-sel bisa langsung beraksi tanpa membutuhkan aktivasi. Sel target akan

mengalami apoptosis dan hancur, akibat sekresi sel NK dari granula

toksik yang mengandung protein jenis perforin dan granzim. CD56

termasuk dalam marker sel natural killer yang dapat membunuh sel- sel

kanker dan sel tumor ( Cooper, 2001).

Metode yang dilakukan dalam pengujian efek imunomodulator

pada penelitian ini adalah dengan melihat perubahan kadar CD56 dalam

darah panelis yang mengkonsumsi kapsul ekstrak komponen menyirih

selama 14 hari berturut- turut. Pengambilan darah yang akan digunakan

untuk pemeriksaan CD56 darah dilakukan 1 hari sebelum responden

mengkonsumsi kapsul menyirih (pada hari ke-0) dan 1 hari setelah

mengkonsumsi kapsul menyirih (pada hari ke-15).

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Alasan pemilihan CD56 dalam uji efek imunomodulator ini

karena CD56 termasuk dalam pemeriksaan untuk imunologi seluler

dimana CD56 merupakan marker dalam sel NK yang digunakan sebagai

marker dalam pemeriksaan darah imunologi seluler baik untuk relawan

sehat maupun relawan dengan riwayat terinfeksi sel kanker atau virus,

CD56 akan mengekspresikan dirinya ketika ada bagian dari sel NK yang

terinfeksi. Sel NK juga berperan sebagai pengawas kekebalan tubuh yang

khas dan juga sebagai penghancur sel kanker atau sel tumor dan sel- sel

yang terinfeksi virus. Kadar CD56 dalam batas normal yaitu dalam

rentang 5%-27% menunjukkan seseorang dalam keadaan sehat tetapi

seringkali terjangkit flu atau sariawan, sedangkan pada orang yang

terinfeksi kanker atau virus kadar CD56 akan berada diluar batas sehingga

dapat dilihat apabila ada suatu infeksi serius yang terjadi dalam tubuh.

Sedangkan kadar CD56 yang lebih tinggi menunjukkan adanya sel yang

terinfeksi oleh virus seperti pada karsinoma pailori tiroid, dimana terjadi

perbedaan signifikan kadar CD56 terhadap karsinoma non-papilari tiroid

dengan karsinoma papilari tiroid dengan nilai p <0.001 (Mokhtari et al,

2013). Berkurangnya ekspresi CD56 telah terbukti terlibat dalam

perkembangan tumor pasien dengan kanker. CD56 terdapat pada sel-sel

folikel tiroid normal, tapi ekspresi yang nyata berkurang oleh transformasi

maligna seperti dilaporkan sebelumnya dalam kasus karsinoma folikuler,

karsinoma anaplastik, dan karsinoma papiler (Shin, Mi Kyung, et al.

2011).

Pada penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu

kelompok uji yang diberikan kapsul komponen menyirih, kelompok

kontrol positif yang diberikan Imboost Force yang banyak beredar

dipasaran dan telah mengalami uji klinik serta kelompok negatif yang

tidak diberikan perlakuan. Adapun aturan pakai penggunaan obat tersebut

yaitu diminum 3 x 3 kapsul sehari setelah makan, sedangkan aturan pakai

penggunaan Imboost yaitu 3 x 1 kaplet sehari setelah makan. Responden

menggunakan obat ini selama 14 hari.

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Adapun alasan digunakannya waktu 14 hari adalah karena

berdasarkan penelitian sebelumnya, pemberian ekstrak bahan menyirih

dari hari pertama sampai hari ke 14 akan memperkuat sistem pertahanan

tubuh mencit sehingga lebih baik dalam melakukan aktivitas dan

kapasitas fagositosit terhadap S. epidermidis (Musdja, 2011). Untuk

memastikan kepatuhan relawan dalam mengkonsumsi obat pada

penelitian ini adalah pengawasan dengan cara by phone. Hal ini dilakukan

untuk mengingatkan relawan agar tidak lupa meminum obat dan juga

memastikan bahwa relawan telah meminum obat dengan teratur setiap

harinya.

Kemudian data yang diperoleh dari pengujian CD56 ini

selanjutnya dianalisis secara statistik dengan menggunakan SPSS 16

dengan metode Paired Sampel T Test untuk melihat apakah terjadi

perbedaan bermakna sebelum dan sesudah mengkonsumsi obat tersebut.

Data Analisa statistik yang dilakukan terhadap %CD56 dalam darah,

diketahui bahwa hasil uji T-Test untuk data terdistribusi normal yaitu ρ =

0.09 (ρ >0.05) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan sigifikan

antara hasil sebeum dan sesudah diberikan kapsul campuran komponen

menyirih, maka Ho diterima.

Selanjutnya, karena pada uji Wilcoxon untuk data tidak

terdistribusi normal yaitu ρ = 0.115 (ρ >0.05) yang menunjukkan bahwa

bahwa tidak terdapat perbedaan sigifikan antara hasil sebeum dan sesudah

diberikan kapsul yang berisi simplisia komponen menyirih, maka Ho

diterima. Artinya, dari penggunaan kapsul campuran komponen menyirih

ini tidak berpengaruh dalam meningkatkan kadar CD56 dalam darah

panelis, karena tidak terdapat perbedaan signifikan antara sebelum dan

sesudah diberikan kapsul campuran komponen menyirih.

Adapun beberapa respon positif yang disampaikan oleh beberapa

relawan setelah mengkonsumsi kapsul komponen menyirih ini bahwa

beberapa relawan merasakan efek positif terhadap tubuhnya. Efek

tersebut berupa badan terasa lebih segar dan fit dan juga akibat imunitas

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang terasa lebih baik ada respon berupa imunostimulasi dimana relawan

yang mengalami awal gejala flu namun beberapa hari kemudian

mengalami perbaikan daya tahan tubuhnya dan flu tersebut hilang serta

tubuh kembali dalam kondisi normal dan sehat serta tidak adanya efek

samping yang dirasakan oleh semua relawan saat mengkonsumsi maupun

setelah mengkonsumsi kapsul komponen menyirih tersebut.

Dari data ini kemudian dibandingkan dengan kontrol positif dan

negatif. Diperoleh bahwa data sampel sesudah perlakuan tidak

menunjukkan perbedaan secara signifikan antara data sampel sesudah

perlakuan dengan kontrol positif yaitu 0.512 (ρ >0.05), akan tetapi

menunjukkan perbedaan secara signifikan antara data sampel dengan

kontrol negatif yaitu 0.001 (ρ <0.05).

Keterbatasan pada tahap analisa statistik dengan SPSS 16 yaitu

karena jumlah sampel uji dengan kontrol positif dan kontrol negatif tidak

sebanding jumlah sampelnya. Dalam penelitian ini sampel yang

digunakan untuk uji yaitu sebanyak 6 orang, sedangkan untuk kontrol

positif dan negatif masing- masing berjumlah 1 orang. Seharusnya jumlah

sampel untuk kontrol positif dan negatif yaitu sama- sama berjumlah 6

orang agar diperoleh hasil data statistik yang valid sehingga antara

kelompok uji dengan kontrol positif dan negatif dapat dibandingkan nilai

probabilitas yang menunjukkan apakah ada perbedaan yang bermakna

atau tidak anatar sampel uji dengan kontrol positif dan negatif. Walaupun

secara statistik tidak terdapat perbedaan signifikan baik sebelum maupun

sesudah mengkonsumsi kapsul komponen menyirih, tetapi karena adanya

respon positif yang disampaikan oleh relawan, maka kapsul komponen

menyirih dianggap aman untuk di konsumsi dan dapat memberikan

manfaat untuk kesehatan.

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan

bahwa campuran komponen menyirih (Piper betle, L., Uncaria gambir,

Roxb., dan Ca(OH)2) dengan pelarut air tidak dapat mempengaruhi kadar

CD56 dalam tubuh secara bermakna antara sebelum dan sesudah

perlakuan (ρ >0.05).

1.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh maka disarankan untuk

melakukan penelitian lebih lanjut dengan :

1. Melengkapi dan menyempurnakan protokol penelitian

2. Jumlah antara kelompok uji, kontrol positif dan kontrol negatif

harus berjumlah sama dan sebanding, agar hasil pada data statistik

dapat saling dibandingkan untuk mengetahui apakah terjadi

perbedaan yang bermakna atau tidak.

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

A. Duke, James. Handbook of medicinal herbs, second edition. London : CRC

press. 2002. Hal. 73

Adimunca, Cornelis dan Olwin Nainggolan. 2010. Pengaruh Ekstrak Daun

Singkong (Manihot uttilisima) Terhadap Fungsi Hati Dan Ginjal Tikus

Putih Yang Diinduksi Kasrsinogen Nitrosamin. Departemen Kesehatan

RI, Jakarta

Agoes, Azwar. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta : Salemba Medika. 22

Anief, Moh. 2007. Farmasetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Augsburger, L.L 2000. Modern Pharmaceutics: Hard and Soft Gelatin Capsule

(Ed.2) New York: Mercel Dekker

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia.Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Badan POM RI. 2006. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia Volume 2.

Jakarta : BPOM RI. 55

Baratawidjaja KG. 2006. Imunologi Dasar. Edisi 7. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

: 412-428

Baratawidjaja KG. 2009. Imunologi Dasar. Edisi 6. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

: 3-17, 128-151

Chakraborty, Devjani, et al. 2011. Antimicrobial, Antioxidative and

Antihemolytic Activity of Piper Betel Leaf Extracts.International Journal

Pharmacy and Pharmaceutical Science, Vol 3, Suppl 3, 2011, 192-199

Cooper MA, Fehniger TA, Caligiuri MA (2001). "The biology of human natural

killer-cell subsets". Trends Immunol. 22 (11): 633–40.

Departemen Kesehatan RI. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta:

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 92-98

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Cara Pembuatan Simplisia.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1;4-22.

Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta:

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 137

Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta:

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 31

Depertemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen

Kesehatan RI. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 1-17

Dewi, May Malia. 2012. Formulasi Sediaan Tablet Hisap Katekin Gambir

(Uncaria gambir Roxb.) Sebagai Imunomodulator Dengan Metode

Granulasi Basah. Jakarta : UIN Syarif Hidayatulah Jakarta

Fransworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plant.

J.Pharm, Sci :55,3

Hana, Nailul. 2010. Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria

gambir Roxb.) Dengan Variasi Konsentrasi Polyvinyl Pyrrolidone (PVP)

Sebagai Pengikat Dan Pengaruhnya Terhadap Kadar CD4 Dalam

Darah.. Jakarta : UIN Syarif Hidayatulah Jakarta

Hidayat, Ir. R. Syamsul dan Napitupulu, Rodame M. 2015. Kitab Tumbuhan

Obat. Jakarta : AgriFlo.

Hutapea, J.R dkk. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid II. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 454-455

Jawetz, E., Melnick, J.L. dan Adelberg, E.A. 2001. Mikrobiologi Kedokteran Ed.

2, Salemba Medika, Jakarta : 165-170

Kaplan Medical. 2002. USMLE. Step 1 Microbiology and Immunology Notes.

Kaplan Inc., United States : 293- 308

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahajan, et al. 2005. Osteoarthritis. Post Graduate Department of Pharmacology

and Therapeutics; Government Medical College, Jammu (J and K) : India

Mokhtari, et al. 2013. Absent CD56 Expression In Papillary Thyroid Carcinoma

: A Finding Of Potential Diagnostic Value In Problematic Cases Of

Thyroid Pathology. Departemen of Pathology, Isfahan University of

Medical Sciences, Iran.

Musdja, Muhammad Yanis. 2011. Efek Imunomodulator Aktivitas Antibakteri

dan Analisis Komponen Menyirih. Jakarta: FKUI

Musdja, Muhammad Yanis, Amir Syarif. Ernie Hernawati Poerwaningsih,

Andria Agusta. 2011. Modulation of Machrofag Immune Responses of

Extract Mixture of Betel Leaf (Piper betle L.), Gambier (Uncaria gambir

Roxb.) and Calsium Hydroxide on phagocytic Cell of Mise. Jakarta:

Islamic State University

Mursito, Bambang. 2004. Tampil Percaya Diri dengan Ramuan Tradisional.

Jakarta : Penebar Swadayana. 108-109.

Nabiela, Naela, dkk. 2015. Formulasi dan Uji Stabilitas Sirup Tepung Kanji.

Universitas Sultan Agung Semarang.

Nurnabila, Nida., 2011. Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol Sirih (Piper betle

L.) dan Kapur Sirih (CaCO3) Dengan Mikrokristalin Selulosa (Avicel)

Sebagai Pengikat Serta Pengaruhnya Terhadap Kadar CD4 Dalam

Darah. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Oetjen, Georg-Wilhem & Haseley, Peter. 2004. Frezz-Drying. From Germany

:WILEY-VCH Verlag Gmbh & Co.KGaA

Perpustakaan Negeri Malaysia. 2001. Sirih Pinang. From

http://www.pnm.my/sirihpinang/sp-kapur.htm., 22 April 2016

Pin, K.Y., Chuah, A.L., Rahih, A.A., Mazura, M.P., Fadureena, J., Vimala, S.,

Rasadah, M.A., 2010. Antioxidant and Anti-Inflamatory Activities of

Extract of Betel Leaves (Piper betle) from Solvent with Different

Polrities. Journal of Tropical Forest Science 22(4): 448-455 (2010)

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pradhan, D. dkk. 2013. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry : Golden

Heart of the Nature: Piper betle L. India : Phytojournal.

Shin, Mi Kyung, dkk. 2011.CD56 and High Molecular Weight Cytokeratin as

Diagnostic Markers of Papillary Thyroid Carcinoma. The Korean Journal

of Pathology

Sudirman, 2010, Pemanfaatan Kapur Sirih Sebagai Deodoran Alternatif

Pencegah Terjadinya Bau Badan (Bromhidrosis), Universitas Negeri

Malang, Malang

Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Gambar alat Penelitian

Gb 5. Neraca analitik Gb 6. Freeze drier

Gb 7. Botol Gelap

Gb 10. Tanur

Gb 8. Blender

Gb 9. Oven

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gb 11. FACSCalibur

Gb 13. Sysmex Poch 100i

Gb 12. Disintegrant Tester

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Perhitungan Konversi Dosis Ekstrak Mencit ke Manusia

Untuk pemberian dosis obat kepada hewaan percobaan, dosis manusa harus

dikonversikan berdasarkan perhitungan menggunakan luas permukaan tubuh

yang berasal dari U.S Department of Health and Human Services, food and Drug

Administration, Center for drug Evaluation Research (Shaw et al., 2007)

Perhitungannya dengan rumus sebagai berikut :

Human Equivalent Dose (HED) = Animal dose

Tabel 13. Konversi dari Dosis Hewan ke Dosis Manusia (HED) Berdasarkan

Luas Permukaan Tubuh

(Sumber : FDA Draft Guidelines (Shaw, et al., 2007)

Spesies Bobot (Kg)

Luas

Permukaan

Tubuh (m2)

Faktor Km

Manusia

Dewasa

Anak-anak

60

20

1,6

0,8

37

25

Baboon 12 0,6 20

Anjing 10 0,5 20

Monyet 3 0,24 12

Kelinci 1,8 0,15 12

Guinea pig 0,4 0,05 8

Tikus 0,15 0,025 6

Hamster 0,08 0,02 5

Mencit 0,02 0,007 3

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Perhitungan Dosis Simplisia Campuran Daun Sirih ( Piper betle,

Linn), Bongkah Gambir (Uncaria gambir, R.), dan Kapur Sirih(Ca(OH)2)

Dosis hasil penelitian sebelumnya diperoleh dosis ekstrak air campuran

komponen menyirih (jus campuran Piper betle Linn., Uncaria gambir Roxb.,

Cao) yang berkhasiat sebagai imunomodulator adalah 200 mg/kgBB pada mencit.

Selanjutnya, dosis pada mencit diubah menjadi dosis pada manuia :

HED = Animal dose

=200 mg/kgBB

= 16,2 mg/kgBB 60 kg

= 972 mg

Untuk LD50 yang digunakan sebagai batas dosis letal menggunakan dosis yang

diperoleh dari penelitian sebelumnya yaitu 13,99 g/kg BB pada mencit.

Selanjutnya LD50 pada mencit diubah menjadi LD50 pada manusia :

LD 50 = Animal dose

= 13,99 g/kgBB

= 1,134 g/kgBB 60 kg

= 68,06 g

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Perhitungan Dosis Daun Sirih

Tabel 14. Helaian Daun Sirih

D1 = 2,2675 D6 = 4,4403

D2 = 2,7774 D7 = 3,0155

D3 = 2,8434 D8 = 3,9736

D4 = 3,3569 D9 = 2,2925

D5 = 2,7371 D10 = 2,0260

Keterangan : D = Daun Sirih

Rata- rata = 2,973202 gram = 29732,02 mg

a. Banyak helaian daun sirih yang digunakan

Berat total awal daun sirih segar = 421 gram = 421.000 mg

Rata- rata 1 helai daun sirih = 2973,02 mg

Banyak helai =

= = 141,6 = 142 helai

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Helaian Daun Sirih

D1 = 2,2675 D2 = 2,7774 D3 = 2,8434

D4 = 3,3569 D5 = 2,7371 D6 = 4,4403

D7 = 3,0155 D8 = 3,9736 D9 = 2,2925

D10 = 2,0260

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Perhitungan Karakerisasi Daun Sirih

1. Kadar Air

Berat awal wadah + ekstrak = 55,725 gram

Berat akhir wadah+ ekstrak = 55,695 gram

Berat simplisia = 1,025 gram

Berat wadah kosong = 54,7 gram

=

= 2,92%

2. Kadar Abu

Berat awal wadah + ekstrak = 38,767 gram

Berat akhir wadah+ ekstrak = 37,822 gram

Berat simplisia = 1,067 gram

Berat wadah kosong = 37,7 gram

=

= 11,4%

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Perhitungan Karakterisasi Gambir

1. Kadar Air

Berat awal wadah + ekstrak = 54,2255 gram

Berat akhir wadah+ ekstrak = 54,182 gram

Berat simplisia = 1,0255 gram

Berat wadah kosong = 53,2 gram

=

= 4,24%

2. Kadar Abu

Berat awal wadah + ekstrak = 39,664gram

Berat akhir wadah+ ekstrak = 38,6 gram

Berat simplisia = 1,104 gram

Berat wadah kosong = 38,56 gram

=

= 3,62%

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Gambar Hasil Pemeriksaan Parameter Non Spesifik

Gb 16. Kadar Air Gambir Gb 17. Kadar Air Sirih

Gb 14. Kadar Abu Sirih Gb 15. Kadar Abu Gambir

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Hasil Penapisan Fitokimia Gambir

Identifikasi Gambar keterangan

Golongan Alkaloid

Setelah di tetesi dengan

pereaksi Dragendorff

terbentuk warna merah

atau jingga pada kertas

saring Hasil (+)

alkaloid

Terbentuk endapan

merah bata dengan

pereaksi Dragebdorff

dan endapan putih

dengan peraksi Mayer

Hasil (+) alkaloid

Golongan

Flavonoid

Terdapat warna pada

lapisan butanol Hasil

(+) flavonoid

Golongan Saponin

Setelah ditambahkan 1

tetes HCL 1% (encer)

busa tetap stabil

Hasil (+) saponin

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Golongan Tanin

Setelah ditambahkan 10

ml FeCl3 1% terbentuk

warna biru tua/hijau

kehitaman Hasil (+)

tannin

Setelah ditambahkan

pereaksi stiasny 15 ml

dan dipanaskan tidak

terbentuk endapan

merah muda

Hasil (-) tannin

Golongan Kuinon

Setelah ditambahkan

beberapa tetes NaOH 1

N terbentuk warna

merah Hasil (+)

kuinon

Golongan Steroid

& triterpenoid

Setelah ditambahkan

Pereaksi Liberman-

Burchad tidak terbentuk

warna merah atau hijau

Hasil (-) steroid &

triterpenoid

Golongan Minyak

Atsiri -

Setelah filtrat diuapkan

tidak menghasilkan

aroma aromatik

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil (-) minyak atisiri

Golongan Kumarin

Setelah diamati di bawah

lampu UV 365 nm tidak

membentuk fluoresensi

biru/hijau Hasil (-)

kumarin

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Hasil Penapisan Fitokimia Daun Sirih

Identifikasi Gambar Keterangan

Golongan Alkaloid

Setelah di tetesi

dengan pereaksi

Dragendorff

terbentuk warna

merah atau jingga

pada kertas saring

Hasil (+)

alkaloid

Terbentuk endapan

merah bata dengan

pereaksi

Dragebdorff dan

endapan putih

dengan peraksi

Mayer Hasil (+)

alkaloid

Golongan

Flavonoid

Terdapat warna

pada lapisan

butanol Hasil

(+) flavonoid

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Golongan Saponin

Setelah

ditambahkan 1

tetes HCL 1%

(encer) busa tidak

stabil Hasil (-)

saponin

Golongan Tanin

Setelah

ditambahkan 10 ml

FeCl3 1% terbentuk

warna biru

tua/hijau kehitaman

Hasil (+) tannin

Setelah

ditambahkan

pereaksi stiasny 15

ml dan dipanaskan

tidak terbentuk

endapan merah

muda Hasil (-)

tannin

Golongan Kuionon

Setelah

ditambahkan

beberapa tetes

NaOH 1 N

terbentuk warna

merah Hasil (-)

kuinon

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Golongan Steroid

& triterpenoid

Liberman-Burchad

tidak terbentuk

warna merah hijau

Hasil (+) steroid

Golongan Minyak

Atsiri

-

Setelah filtrat

diuapkan

menghasilkan

aroma aromatik

Hasil (+) minyak

atisiri

Golongan Kumarin

Setelah diamati di

bawah lampu UV

365 nm

membentuk

fluoresensi

biru/hijau Hasil

(+) kumarin

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Perhitungan Evaluasi Kapsul

a. Uji Keseragaman Bobot untuk 10 kapsul

Bobot (gram) - ( - )2

0.3289 0.3183 0.0115 0.000132255

0.3128 0.3183 -0.0055 0.00003025

0.3204 0.3183 0.0021 0.00000441

0.3021 0.3183 -0.0612 0.00026244

0.2985 0.3183 -0.0198 0.00039204

0.3155 0.3183 -0.0028 0.0000784

0.3246 0.3183 0.0063 0.00003969

0.3163 0.3183 -0.002 0.0000040

0.3310 0.3183 0.0127 0.00016129

0.3319 0.3183 0.0136 0.00018496

∑0.00121917

0.0116

=

= 3.644% (Syarat dalam FI IV yaitu < 6%)

b. Uji Waktu Hancur

No. Hasil Waktu Hancur

1. 4 menit 28 detik

2. 4 menit 10 detik

3. 4 menit 43 detik

4. 4 menit 9 detik

5. 4 menit

6. 4 menit 20 detik

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rata- rata waktu hancur

Waktu hancur - ( - )2

4.28 3.65 0.63 0.157

4.10 3.65 0.45 0.2025

4.43 3.65 0.78 0.6048

4.09 3.65 1.25 2.4414

4.00 3.65 0.35 0.015

4.20 3.65 0.55 0.0915

∑ 3.3543

= 0.819

c. Uji Higroskopisitas

No. Bobot Minggu ke- (gram)

1 2 3 4

1. 0,4519±0,0094 0,4519±0,0094 0,4521±0,0096 0,4528±0,0092

2. 0,4674±0,0094 0,4674±0,0094 0,4675±0,0096 0,4679±0,0092

3. 0,4494±0,0094 0,4494±0,0094 0,4496±0,0096 0,451±0,0092

Minggu ke 1 dan 2

Bobot r - ( - )2

0.4519 0.456 -0.0401 0.0016080

0.4674 0.456 0.0114 0.0001299

0.4494 0.456 -0.0066 0.0000435

∑ 0.0001781

= 0.0094

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Minggu ke 3

Bobot r - ( - )2

0.4521 0.4564 -0.0043 0.00001849

0.4675 0.4564 0.0111 0.00012321

0.4496 0.4564 -0.0068 0.00004624

∑ 0.00018794

= 0.0096

Bobot r - ( - )2

0.4528 0.4572 0.0044 0.00001936

0.4679 0.4572 0.0107 0.00011449

0.451 0.4572 -0.0062 0.00003844

∑ 0.00017229

= 0.0092

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Hasil Uji Keseragaman Bobot

Kapsul 1 Serbuk 1 Kapsul 2

Serbuk 2 Kapsul 3 Serbuk 3

Kapsul 4

Serbuk 4 Kapsul 5

Serbuk 5

Kapsul 6 Serbuk 6

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kapsul 7

Serbuk 7 Kapsul 8

Serbuk 8

Kapsul 9 Serbuk 9

Kapsul 10 Serbuk 10

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Hasil Uji Higroskopisitas

Minggu ke- 1 Minggu ke- 2

Minggu ke- 3 Minggu ke- 4

Bentuk perubahan fisik kapsul yang

menunjukkan bahwa kapsul

mengalami sifat higroskopis pada

minggu ke-4

Kapsul yang diletakkan didalam

botol gelap

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Hasil Statistik

T- Test

Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

CD56before .167 6 .200* .967 6 .873

CD56after .310 6 .073 .752 6 .021

P sebelum > 0,05 = distribusi normal

P sesudah < 0,05 = distribusi tidak normal

Uji T-Test sebelum dan sesudah perlakuan

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 CD56before 18.00 6 4.775 1.949

CD56after 21.67 6 5.785 2.362

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

P

a

i

r

1

CD56befo

re -

CD56after -3.667 4.274 1.745 -8.152 .819 -2.101 5 .090

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 CD56before & CD56after 6 .688 .131

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Wilcoxon untuk sebelum dan sesudah perlakuan

Test Statisticsb

CD56after -

CD56before

Z -1.577a

Asymp. Sig. (2-tailed) .115

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Note: baik menggunakan Uji T test maupun Wilcoxon, keduanya p > 0,05 artinya

tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil sebelum dan sesudah perlakuan.

Perbandingan dengan kontrol positif

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

CD56after - CD56before Negative Ranks 2a 1.50 3.00

Positive Ranks 4b 4.50 18.00

Ties 0c

Total 6

a. CD56after < CD56before

b. CD56after > CD56before

c. CD56after = CD56before

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

sesudah 6 21.67 5.785 2.362

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perbandingan dengan kontrol negatif

One-Sample Test

Test Value = 20

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Sesudah .706 5 .512 1.667 -4.40 7.74

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Sesudah 6 21.67 5.785 2.362

One-Sample Test

Test Value = 6

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Sesudah 6.634 5 .001 15.667 9.60 21.74

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Sertifikat Determinasi Tanaman

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Sertifikat Bahan Baku CaO

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Surat Permohonan Ethical Clearance

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. Hasil Uji CD56

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 104: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 105: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 106: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 107: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 108: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 109: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 110: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 111: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 112: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 113: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

98

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 114: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

99

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 115: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37186/2/NUR... · dilakukan terhadap 500 gr. am. ... dan dimasukkan kedalam

100

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta