ucapan terima kasih...penuh syukur dan ketulusan hati menyampaikan ucapan terima kasih dan...
TRANSCRIPT
!!
vi!!
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan puji syukur penulit panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, Tuhan Yang Maha Esa atas Asung Kerta Wara Nugrahanya sehingga Desertasi ini selesai dengan baik. Desertasi ini berjudul “Strategi Pengembangan Pariwistaa Di Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung Provinsi Bali”. Dengan selesainya desertasi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga desertasi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis dengan penuh syukur dan ketulusan hati menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi – tinginya sebagai berikut :
1. Kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) beserta para Wakil Rektor, penulis ucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan dan fasilitas yang disediakan untuk dapat menyelesaikan studi dan desertasi ini.
2. Kepada Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, S.E., M.Si sekaligus sebagai Kopromotor I dan Dosen Pengampu mata kuliah penunjang Desertasi (MKPD) yang dengan kepiawaian, kecerdasan, keluasan wawasan dan ketegasan beliau sebagai ilmuan senior, telah memberikan bimbingan, mengarahkan dan memotivasi bagi penulis untuk segera menyelesaikan desertasi ini dengan penuh ketekunan tersendiri.
3. Ucapan terima kasih kepada Koordinator Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS., Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Denpasar yang dengan penuh kepiawaian ilmu dan kesabarannya telah memberikan bimbingan, arahan yang sangat menunjang dalam penulisan desertasi ini, serta selalu memberikan dorongan dan motovasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan program doktor.
4. Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE., MS selaku Promotor dengan kesabaran, kepiawaiannya telah banyak memberikan masukan, arahan dan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan desertasi ini.
5. Dr. Ni Nyoman Yuliarmi, S.E., M.Si selaku Kopromotor II dengan kepiawaiannya telah banyak memberikan masukan, arahan dan bimbingan dalam penulisan desertasi ini, sehingga tulisan menjadi lebih bermakna yang karenanya penulis ucapkan penghargaan sendiri dan terima kasih dengan tulus.
6. Para Dosen Pengajar Program Doktor Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan tulus atas semua peran dalam memberikan pengetahuan maupun meletakan dasar keilmuan secara kritis dan inovatif, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini dengan baik.
7. Kepada staff Program Doktor Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Ni Komang Sri Mariatini, SE, Ni Putu Sri Suarningsih, S.E., dan I Nyoman Suwendra, S.E., terima kasih atas
!!
vii!!
bantuan dan fasilitasnya kepada penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian desertasi ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada rekan – rekan di IDEYANA terutama kepada Dr. Ir. Paulus Kurniawan, Dr. Nina, S.E., MM. Beserta staff Komang Astrini atas dukungannya yang tulus.
8. Dengan rasa hormat dan bakti serta rasa terima kasih disampaikan kepada seluruh keluarga tercinta yang dengan penuh kasih sayang telah memberikan semangat dan doa untuk menyelesaikan studi dan desertasi ini.
9. Seluruh teman angkatan tahun 2012 Program Doktor Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, yang selalu memberikan dukungan dan saling memberikan semangat untuk dapat secepatnya menyelesaikan studi.
10. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh jajaran pada Pemerintah Kabupaten Klungkung, tokoh desa adat Nusa Penida, warga masyarakat Nusa Penida, pelaku pariwisata Nusa Penida dan wisatawan yang telah memberikan data dan informasi untuk penyelesaian desertasi ini.
Akhir kata, penulis bersyukur dapat menyelesaikan desertasi ini dan semoga memberikan secercah manfaat kepada pembaca dan perkembangan ilmu.
Denpasar, Juli 2018
Penulis.
I Made Sudiarkajaya NIM. 1290671004
!!
viii!!
ABSTRAK
Banyak pendapat dari berbagai kalangan kurang memperhatikan pentingnya peranan pariwisata sebagai tonggak mewujudkan kemajuan sektor pariwisata di Bali yang berkelanjutan. Sektor pariwisata merupakan sektor yang menjadi andalan perekonomian di Nusa Penida. Perlu ditindak lanjuti suatu program yang kontinyu berbasis potensi wisata untuk lebih memantapkan perkembangan sektor ini. Tujuan penelitian adalah menganalisis perkembangan pariwisata di Nusa Penida pada kondisi eksisting dan menyusun strategi pengembangan pariwisata di Nusa Penida. Jenis penelitian yang digunakan Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif kuantitatif. Penetapan status perkembangan menggunakan metode kualitatif dan perumusan strategi penggunakan metode analisis SWOT dengan QSPM untuk merumuskan strategi prioritas. Status perkembangan Nusa Penida berdasarkan Tourism Area Life Cycle, dapat disimpulkan bahwa Nusa Penida berada pada tahap pengembangan. Untuk meningkatkan kwalitas Nusa Penida sebagai destinasi pariwisata, perlu dilakukan konsolidasi semua pihak dalam mengembangkan kegiatan sesuai dengan tugas dan tanggungjawab stakeholder dalam pengembangan kepariwisataan di Nusa Penida. Pada kondisi saat ini, terdapat sejumlah hal yang belum terjadi di Nusa Penida seiring dengan perkembangan kepariwisataan. Sesuai dengan ciri tahapan tourism area life cycle, kerusakan daya tarik wisata yang menjadi ciri perkembangan pariwisata pada tahap ini belum tampak. Sejumlah ciri tahapan perkembangan destinasi pariwisata pada tahap konsolidasi digambarkan adanya penurunan pertumbuhan kunjungan wisatawan, industri pariwisata muncul dengan cepat dan adanya usaha pariwisata yang tidak sesuai dengan tema daya tarik wisata yang ditawarkan. Hasil perhitungan QSPM (quantitatve strategic planning matrix) menunjukan bahwa strategi prioritas yang dapat dikembangkan di Nusa Penida yaitu perlunya pengembangan Nusa Penida dengan melibatkan masyarakat. Hasil perhitungan QSPM didukung oleh hasil FGD ke-2 yang merumuskan sejumlah hasil yaitu Nusa Penida harus dikelola oleh semua pihak, pengelolaan harus dilakukan secara kolaboratif agar tercipta optimalisasi sarana dan prasarana pariwisata. Strategi pengembangan Pariwisata Nusa Penida diarahkan pada pengembangan atraksi, fasilitas aksesbilitas, infrastruktur dan hospitalitas yang diatur prioritas programnya agar dapat dilaksanakan. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa perlunya sinergitas antar stakelohder dalam pelaksanaan strategi atraksi, strategi fasilitas, strategi aksesbilitas, strategi infrastruktur dan strategi hospitalitas yang kolaboratif antara pemerintah, pelaku usaha, pranata kemasyarakatan dan Non Goverment Organization (NGO) untuk bersama – sama mengelola Nusa Penida. Dengan tipologi ini menjadi sebuah alternatif solusi bagi sebuah destinasi pariwisata yang telah dikelola oleh berbagai pihak dengan sejumlah keterbatasan dan kewenangan yang dimiliki.
Kata Kunci : Strategi, Pariwsata
!!
ix!!
ABSTRACT
Many opinions from various circles pay little attention to the importance of tourism's role as a milestone in realizing the progress of Bali's sustainable tourism sector. The tourism sector is a sector that became the mainstay of the economy in Nusa Penida. It needs to be followed up with a continuous program based on tourism potential to further strengthen the development of this sector. The purpose of this research is to analyze the development of tourism in Nusa Penida on the existing condition and develop tourism development strategy in Nusa Penida. The type of research used in this research is using quantitative descriptive approach. Establishment of developmental status using qualitative methods and strategy formulation using a SWOT analysis method with QSPM to formulate priority strategy. The status of development of Nusa Penida based on Tourism Area Life Cycle, it can be concluded that Nusa Penida is in development stage. To improve the quality of Nusa Penida as a tourism destination, it is necessary to consolidate all parties in developing activities in accordance with the duties and responsibilities of stakeholders in the development of tourism in Nusa Penida. In the current conditions, there are a number of things that have not happened in Nusa Penida along with the development of tourism. In accordance with the characteristics of the stage of tourism area life cycle, the destruction of tourist attraction that characterizes the development of tourism at this stage has not been seen. A number of characteristics of the stages of development of tourism destinations in the consolidation phase described the decline in the growth of tourist arrivals, the tourism industry appears quickly and the existence of tourism businesses that are not in accordance with the theme of tourist attraction on offer. The calculation of QSPM (quantitative strategic planning matrix) shows that the priority strategy that can be developed in Nusa Penida is the need for the development of Nusa Penida by involving the community. The result of QSPM calculation is supported by the 2nd FGD result which formulate some result that is Nusa Penida must be managed by all parties, the management must be done collaboratively in order to create the optimization of tourism facilities and infrastructures. Comparing the formulation of the Nusa Penida management mechanism with the management of tourism destinations by Pratasi (2013), which emphasizes that there are four typologies of tourism destination management: management of community institutions, managed by business actors, management by the government and management of business entities, there is a new typology. In this research, it is found that there is a collaborative typology between government, business actors, social institutions and Non Government Organization (NGO) to jointly manage Nusa Penida. With this fifth typology becomes an alternative splice for a tourism destination that has been managed by various parties with a number of limitations and authority possessed.
Keywords: Strategy, Tourism
!!
x!!!
RINGKASAN
Pariwisata saat ini merupakan salah satu kebutuhan mendasar dari setiap manusia. Sifat dasar produk pariwisata adalah intangibility, heterogenity, perishability, inseparability. Di samping itu produk wisata tak bisa dipisahkan satu dengan lainnya, tidak bisa distandarkan seperti barang, karena merupakan produk dari banyak elemen. Undang– Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 menjabarkan definisi Daerah Tujuan Wisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrasi yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Sebuah wilayah geografis agar dapat disebut sebagai destinasi wisata harus memenuhi beberapa syarat seperti attraction, amenities, accessibility, dan ancelery service. Mekanisme pembangunan tidak banyak berubah dari sekedar penyelesaian masalah di daerah hingga perumusan mekanisme pembangunan daerah. Konsep pembangunan telah dibahas selama bertahun-tahun dan telah diberikan berbagai interpretasi. Secara konseptual, tiga tujuan pembangunan: kebutuhan kelangsungan hidup manusia (terutama makanan dan tempat tinggal), standar hidup (seperti pendidikan dan kesehatan), dan hak asasi manusia (seperti keadilan sosial dan kedaulatan politik).
Kepariwisataan merupakan suatu kegiatan yang memiliki fungsi strategis dan bersifat multidimensional serta melibatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Kegiatan penyelenggaraan kepariwisataan berfungsi sebagai penggerak seluruh potensi yang dimiliki daerah dan menjadi pemicu pengembangan kegiatan lain yang memerlukan penanganan secara terpadu, khususnya perencanaan kegiatan pariwisata, pengawasan mutu produk, pembinaan, perizinan dan pengembangan pariwisata daerah menjadi wewenang daerah Kabupaten. Pengembangan pariwisata yang baik harus memberikan keuntungan ekonomi, sosial dan budaya kepada komunitas di sekitar destinasi. Dengan pengembangan pariwisata diharapkan jaminan terhadap pemeliharaan keberadaan sumber daya dapat terjaga.
Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata internasional yang memiliki keistimewaan tersendiri dengan ciri khas yang dapat dilihat dari keunikan tatanan sosial, budaya dan alam yang tidak dimiliki oleh negara-negara lainnya. Pariwisata di Bali seyogyanya lebih diintensifkan pengembangannya. Sentuhan ekonomi sektor pariwisata hendaknya bisa dirasakan secara merata oleh rakyat. Pengembangan pariwisata yang paling sesuai dengan iklim globalisasi tanpa mengesampingkan potensi lokal, pariwisata kerakyatan yang berhubungan dengan kearifan lokal (local wisdom) yang berkaitan dengan aspek kelestarian alam (ekowisata). Terhadap masyarakat dan daerah, pariwisata memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sektor swasta, pembangunan infrastruktur, mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Hubungan komplementer perdagangan dan pariwisata dapat diperlihatkan dengan hubungan substitusi sebagai bentuk wujud nyata perdagangan antar daerah. Wisata untuk
!!
xi!!
tujuan berlibur dikatakan dapat mempengaruhi perdagangan akibat adanya kebutuhan konsumsi wisatawan yang tidak ada di tempat tujuan wisata.
Kabupaten Klungkung sebagaimana kabupaten/kota lainnya di Bali memiliki potensi daya tarik wisata tersendiri. Industri pariwisata di Kabupaten Klungkung terus menunjukkan perkembangan yang positif. Kunjungan wisatawan tertinggi pada Kawasan Nusa Penida, dimana perairan Nusa Penida juga telah ditetapkan sebagai KKP (Kawasan Konservasi Perairan) sehingga kelestarian hayati yang dimiliki dapat dipertahankan. Keragaman hayati perairan laut Nusa Penida menjadi daya tarik utama kepariwisataan Nusa Penida yang diharapkan mampu menjadi daya ungkit percepatan pembangunan di Kepulauan Nusa Penida. Terjadi ketimpangan antara kegiatan wisata antara Nusa Penida bagian barat dengan Nusa Penida bagian tengah dan timur. Umumnya tingginya kegiatan pariwisata akan berdampak terhadap tingkat ekonomi masyarakat, kondisi ini akan bergerak secara linier terhadap pengurangan masyarakat miskin. Tetapi hal tersebut tidak terjadi di Nusa Penida. Perkembangan pariwisata tidak serta merta memberikan manfaat terhadap ekonomi masyarakat. Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan ke Nusa Penida dari tahun ke tahun membutuhkan penanganan dan pengelolaan yang terarah pelayanan bidang kepariwisataan dan pelayanan sosial masyarakat dapat berjalan dengan baik. Dibutuhkan strategi pengelolaan yang tepat terkait dengan upaya untuk mengatasi perkembangan jumlah kungjungan wisatawan yang terus meningkat. Kondisi lain yang menjadi pertimbangan perlunya pengelolaan pariwisata Nusa Penida adalah kondisi ketimpangan kegiatan wisata yang hanya terfokus pada daerah Jungut Batu, Sakti, Toya Pakeh, Pulau Lembongan dan Pulau Ceningan. Dengan kondisi ini kegiatan pariwisata hanya terpusat pada wilayah bagian barat wilayah Nusa Penida. Memperhatikan kondisi terpusatnya kegiatan wisata hanya pada daerah bagian barat, perlu diupayakan persebaran kegiatan wisata dan fasilitas pendukungnya agar dapat secara optimal mengakomodir kebutuhan wisatawan. Penetapan strategi pengembangan pariwisata yang mencakup pemanfaatan dan pengelolaan pariwisata menjadi langkah strategis guna mengatasi tidak meratanya kegiatan pariwisata di wilayah Nusa Penida, ketidaksinronnya manfaat pariwisata bagi ekonomi masyarakat dan perkembangan pertumbuhan kunjungan wisatawan yang membutuhkan penanganan kebutuhan fasilitas pariwisata dan fasilitas umum.
Sejumlah permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut bagaimanakah perkembangan pariwisata di Nusa Penida, bagaimanakah strategi pengembangan pariwisata di Nusa Penida dimasa mendatang. Perumusan strategi pengembangan pariwisata di Nusa Penida akan menjadi rumusan bagaimana lebih mengoptimalkan manfaat pariwisata bagi masyarakat. Dengan strategi pengembangan diharapkan kegiatan kepariwisataan akan semakin meningkat tanpa merusak sumber daya alam dan lingkungan serta kehidupan sosial masyarakat di Nusa Penida.
Manajemen stratejik (strategic management) ”is the set of managerial decisions and actions that determines the long-run performance of a corporation”, artinya bahwa manajemen stratejik merupakan suatu himpunan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang suatu perusahaan. Daerah Tujuan Wisata memiliki unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangan meliputi
!!
xii!!
lima unsur ; objek dan daya tarik wisata, prasarana wisata, sarana wisata, tatalaksana/infrastruktur, masyarakat/lingkungan. Tujuan pengembangan pariwisata adalah guna memperoleh nilai- nilai ekonomi positif dimana pariwisata dapat sebagai katalisator dalam pembangunan ekonomi pada beberapa sektor. Dalam mengembangkan pariwisata baik pengembangan destinasi, kawasan pariwisata, maupun obyek daya tarik wisata pada umumnya mengikuti alur atau siklus hidup pariwisata (Tourism Area Life Cycle). Sejumlah tahapan pengembangan pariwisata yaitu tahap eksplorasi, tahap keterlibatan, tahap pengembangan, tahap konsolidasi, tahap kestabilan dan tahap penurunan kwalitas atau upaya untuk peremajaan kembali. Adapun tujuannya adalah untuk menentukan posisi pariwisata yang akan dikembangkan. Upaya pengembangan kepariwisataan harus memperhatikan aspek teknis dalam bidang kepariwisataan. Unsur penting dalam sebuah daya tarik wisata yaitu : atraksi, fasilitas, infrastruktur, dan hospitalitas. Unsur ini harus dikelola dan dimanfaatkan seoptimal mungkin agar tujuan dan manfaat pengembangan pariwisata dapat tercapai.
Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana menganalisis perkembangan kepariwisataan dan bagaimana merumuskan strategi yang sesuai guna pengembangan kepariwisataan di masa yang akan datang di Nusa Penida. Setelah merumuskan strategi untuk pengembangan pariwisata di Nusa Penida, kemudian dilakukan analisis untuk mencari kesesuaian model pengembangan pariwisata di Nusa Penida mengacu kepada model Penelitian ini di mulai dari teori elemen pengembangan pariwisata yang mengacu kepada model pengelolaan destinasi pariwisata yang terdiri atas unsur pengelola dari pranata kemasyarakatan, unsur pengelola pelaku pariwisata, unsur pengelola pemerintah dan unsur pengelola yang berupa badan pengelola.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif kuantitatif, yang mengasosiasikan bentuk data kuantitatif dan hasil analisisnya untuk kemudian dilakukan deskripsi untuk menguatkan kembali hasil analisis kuantitatif yang dilakukan. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Nusa Penida dengan pertimbangan dasar keunikan potensi wisata daerah dan kondisi daerah yang berbeda dari sisi kegiatan pariwisata, perkembangan pariwisata dan manfaat kegiatan pariwisata bagi masyarakat yang dirasakan belum optimal. Nusa Penida merupakan daerah tujuan wisata utama di Kabupaten Klungkung dengan jumlah kunjungan wisatawan tertinggi. Kondisi ini merupakan alasan utama bagaimana daerah dengan jumlah kunjungan tertinggi, memiliki jumlah KK miskin tertinggi. Kunjungan wisatawan ke Kabupaten Klungkung sebagian besar (70 persen) menuju ke kawasan Nusa Penida.
Perumusan strategi pengembangan dilakukan dengan metode SWOT yang mempertimbangkan aspek / unsur daya tarik wisata dan metode AHP untuk menentukan perumusan pendekatan strategi dan strategi pengelolaan. Penentuan faktor dan strategi menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD) yang dihadiri oleh sejumlah pihak yaitu tokoh masyarakat, pemerintah daerah (unsur kabupaten, kecamatan dan desa), wisatawan, masyarakat dan pelaku usaha. FGD dilakukan untuk mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal serta analisis IFAS dan EFAS.
!!
xiii!!
Kecamatan Nusa Penida terdiri dari tiga pulau dengan total luas 20.284 Ha yang meliputi Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan dan Pulau Nusa Ceningan. Secara umum kondisi topografi Pulau Nusa Penida tergolong landai sampai berbukit. Kegiatan Pariwisata Nusa Penida yang potensial adalah jenis wisata bahari. Dengan daya dukung perairan Nusa Penida yang menyimpan keanekaragaman biodiversity seperti dugong, kima (tridacna), manta ray, mola-mola, penyu, hiu sirip putih dan ikan napoleon serta kondisi perairan Nusa Penida yang mendukung untuk dikembangkan beberapa atraksi wisata bahari. Atraksi yang dapat dikembangkan antara lain diving, memancing (fishing), snorkeling, banana boat, berlayar keliling pulau dan sebagainya. Beberapa lokasi yang dapat dikembangkan seperti diving (pantai Teluk Penida/Crystal Bay, Ped, Gamat Bay, Lembongan, Blue Corner dan sebagainya), taman laut (Nusa Lembongan), dan memancing (Ped, Toyopakeh, Sakti, Lembongan, Suana). Sedangkan kawasan pantai berpasir putih potensial untuk pengembangan obyek wisata (berenang, berjemur dan rekreasi lainnya) yang dilengkapi fasilitas pendukung wisata (hotel, restoran, art shop dan sebagainya).
Berdasarkan karakteristik kegiatan wisata yang ada di Nusa Penida dan membandingkan dengan ciri tahapan kegiatan wisata berdasarkan Tourism Area Life Cycle, dapat disimpulkan bahwa kondisi kepariwisataan di Nusa Penida berada pada tahap pengembangan dengan sejumlah ciri dasar yaitu : a. Jumlah kunjungan wisatawan meningkat sepanjang tahun b. Pengawasan dilakukan olek Kawasan Konservasi Perairan (KKP) beserta
seluruh stakeholder akibat pengawasan yang sulit dilakukan karena konflik kepentingan
c. Pengusaha luar mulai masuk untuk melakukan usaha pariwisata baik berupa pendirian bar, restoran maupun sejumlah atraksi wisata
d. Akulturasi budaya terjadi di masyarakat akibat tingginya kunjungan wisatawan dari berbagai daerah.
Identifikasi faktor dilakukan dengan memperhatikan faktor internal dan eksternal di Nusa Penida. Penggambaran faktor internal dan eksternal dilakukan dengan melihat 5 aspek Nusa Penida sebagai sebuah daya tarik wisata yang terdiri atas aspek atraksi, fasilitas, infrastruktur, jalan dan hospitalitas. Unsur kekuatan terdiri atas aspek atraksi : lebih mengutamakan atraksi alam seperti diving, ikan mola – mola dan atraksi pantai. Kegiatan wisata spiritual yang banyak terdapat di Pulau Nusa Penida. Unsur kelemahan terdiri atas fasilitas : kondisi fasilitas kurang baik bahkan pada sejumlah fasilitas umum, kondisinya rusak dan infrastruktur : utilitas wilayah belum menjangkau seluruh bagian wilayah. Unsur peluang yang dapat digambarkan yaitu jaspek alan : perlu digali sumber perbaikan jalan dengan sumber dana lain (selain APBD Kabupaten) dengan pola pendekatan pengembangan sektoral. Unsur ancaman mencakup aspek hospitalitas : adanya potensi krimilanitas dan gangguan narkoba akibat perkembangan pariwisata yang sangat pesat. Berdasarkan analisis faktor internal diperoleh hasil bahwa faktor kekuatan atraksi wisata merupakan faktor yang memiliki nilai tertinggi yaitu 3.6, sementara dibandingkan dengan faktor kelemahan, faktor kekuatan memiliki total nilai lebih tinggi dengan total 3.6 berbanding 3.36. Total nilai aspek internal diperoleh hasil 3.48. Perhitungan analisis EFAS diperoleh hasil bahwa faktor hospitalitas memiliki nilai tertinggi 3 dan faktor ancaman memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan faktor peluang sebesar 3 berbanding 2,8. Analisis
!!
xiv!!
IFAS diperoleh hasil bahwa nilai ketertarikan faktor adalah 0,08 untuk faktor internal dan -0,2 untuk faktor eksternal. Berdasarkan diagram SWOT Nusa Penida berada pada kuadran ke II yaitu Diversifikasi.
Perumusan strategi dilakukan dengan pelaksanaan FGD yang dihadiri oleh seluruh stakeholder. Proses FGD diarahkan pada bagaimana strategi yang akan dirumuskan dapat bermanfaat bagi upaya mekanisme pengelolaan Nusa Penuda sebagai sebuah daya tarik wisata. Strategi pengembangan pariwisata di Nusa Penida menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Untuk memberikan tanggapan terhadap strategi yang telah ditetapkan dalam matrik SWOT ditetapkan 5 orang dari 5 kelompok stakeholder yang terdiri atas tokoh masyarakat, aparat pemerintah daerah, masyarakat, wisatawan, dan pelaku usaha. Berdasarkan rekapitulasi strategi pengembangan pariwisata Nusa Penida setiap faktor penilai, diperoleh hasil bahwa pengembangan strategi dengan konsep Differentiation Focus memperoleh nilai tertinggi sebesar 6.8288 kemudian Cost Leadership dengan nilai 4.2966, Strategi Cost Focus 2.9628 dan strategi Differentiation 1.8579. Strategi differentiation focus terkait pengembangan pariwisata di Nusa Penida dilakukan dengan mempertimbangkan aspek – aspek pengembangan yang mencakup aspek pasar, biaya, organisasi dan keunikan. Tingginya nilai strategi differentiation focus dibandingkan dengan strategi lainnya akan berpengaruh terhadap karakter straetgi pengembangan yang akan dilakukan. Pengembangan kepariwisataan yang ada di Nusa Penida akan lebih difokuskan pada pengelolaan keunikan daya tarik wisata yang dimiliki.
Proses pengembangan kepariwisataan di Nusa Penida dapat dilakukan dengan penerapan strategi prioritas yang telah diterjemahkan dalam sejumlah program kerja. Sejumlah temuan teoritis dan empiris dalam penelitian ini adalah : 1. Berdasarkan kondisi kegiatan wisata yang ada di Nusa Penida dan ciri
tahapan kegiatan wisata berdasarkan Tourism Area Life Cycle, diperoleh hasil bahwa kondisi kepariwisataan di Nusa Penida berada pada tahap pengembangan dengan ciri ciri dasar yaitu :
a. Jumlah kunjungan wisatawan meningkat sepanjang tahun b. Pengawasan dilakukan olek KKP beserta seluruh stakeholder akibat
pengawasan yang sulit dilakukan karena konflik kepentingan c. Pengusaha luar mulai masuk untuk melakukan usaha pariwisata baik
berupa pendirian bar, restoran maupun sejumlah atraksi wisata d. Akulturasi budaya terjadi di masyarakat akibat tingginya kunjungan
wisatawan dari berbagai daerah 2. Prioritas strategi pengembangan pariwisata Nusa Penida adalah :
a. Strategi Pengembangan atraksi wisata terintegrasi antara kegiatan wisata pesisir dengan kegiatan wisata lain seperti wisata spiritual, wisata religi atau sebaliknya memperoleh nilai ketertarikan rata rata 4,6 dan nilai QSPM 18,4
b. Strategi pelibatan pihak swasta dan pelaku pariwisata dalam pengembangan jalan akses menuju daya tarik wisata memperoleh nilai ketertarikan rata rata 4,4 dan nilai QSPM 17,6
c. Strategi Pengawasan terhadap kegiatan wisata pesisir dengan berkolaborasi NGO, pemerintah, masyarakat dan pengusaha pariwisata memperoleh nilai ketertarikan rata rata 4 dan nilai QSPM 16
d. Strategi peningkatan kwalitas fasilitas dan utilitas wilayah terutama
!!
xv!!
pada daerah pusat kegiatan wisata memperoleh nilai ketertarikan rata rata 3,8 dan nilai QSPM 15,20
e. Strategi Penyediaan fasilitas dan infrastruktur yang merata diseluruh wilayah memperoleh nilai ketertarikan rata rata 3,6 dan nilai QSPM 14,40
Upaya pengembangan pariwisata di Nusa Penida dimasa mendatang membutuhkan koordinasi dan optimalisasi sumber daya dan potensi pariwisata yang ada. Sejumlah hal yang direkomendasikan yaitu : 1) Perlunya penguatan pelibatan semua pihak (masyarakat, pelaku usaha, desa
adat, pemerintah daerah) dalam pembangunan kepariwisataan serta kerjasama pemerintah dan badan usaha (investor) di Nusa Penida sehingga masyarakat mendapatkan manfaat ekonomi yang optimal
2) Penerapan strategi pengelolaan bersama Nusa Penida sebagai sebuah destinasi pariwisata dengan melibatkan semua stakeholder yang diperkuat dengan MoU untuk ditegaskannya kewenangan, hak dan kewajiban setiap stakeholder yang ada di Nusa Penida sesuai dengan undang – undang pariwisata agar tidak terjadi tumpang tindih kewenangan
3) Perlu dibentuk kesepakatan bersama dalam rangka pengelolaan secara kolaboratif oleh semua pihak yang ada di Nusa Penida dalam bidang kepariwisataan
4) Dimasa mendatang perlu dilakukan penelitian terkait dengan kajian akademis mekanisme pengelolaan kolaboratif baik dengan pola kerjasama daerah atau pola kewenangan daerah
5) Perlunya kebijakan dari Pemerintah Kabupaten Klungkung dalam pengelolaan Kawasan Wisata Nusa Penida yang lebih mandiri dimasa mendatang terutama dari aspek pengelolaan kawasan konservasi laut
6) Perlunya program pengembangan pariwisata yang lebih kongkrit dan khusus terkait dengan pembangunan kepariwisataan di Nusa Penida
7) Perlunya penetapan untuk batasan peluang investasi yang berasal dari luar agar masyarakat lokal memiliki kesempatan untuk mengambil peluang investasi di daerahnya sendiri
Mengacu kepada penjabaran aspek kepariwisataan sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan, terdapat setidaknya dua strategi yang tidak menjadi bagian dari aspek kepariwisataan yang ada di Nusa Penida. Kedua strategi tersebut yaitu : a. Strategi Pengembangan atraksi wisata terintegrasi antara kegiatan wisata
pesisir dengan kegiatan wisata lain seperti wisata spiritual, wisata religi atau sebaliknya
b. Strategi Pengawasan terhadap kegiatan wisata pesisir dengan berkolaborasi NGO, pemerintah, masyarakat dan pengusaha pariwisata
Mengacu kepada konsep daya saing daerah yang dijabarkan oleh porter (1990), dua strategi yang tidak masuk dalam empat komponen daya saing daerah yaitu pengelolaan kolaborasi dan integrasi kegiatan pariwisata. Dua hal ini menjadi komponen tambahan dalam pengembangan daya saing daerah utamanya terkait dengan sektor kepariwisataan di Nusa Penida. Partisipasi dan pelibatan 5 pihak dalam Undang – undang Kepariwisataan menjadi sebuah syarat mutlak yang dibutuhkan bagi Nusa Penida untuk tumbuh dan berkembang dalam bingkai kegiatan pariwisata.
!!
xvi!!
DAFTAR ISI
Halaman
COVER DALAM ............................................................................................ iii Lembar Persetujuan Promotor / Kopromotor .................................................. iv Surat Pernyataan Bebas Plagiat ....................................................................... v Ucapan Terima Kasih ...................................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... ix ABSTRACT .................................................................................................... xi RINGKASAN .................................................................................................. xiii DAFTAR ISI ................................................................................................... xix DAFTAR TABEL ........................................................................................... xxii DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xxiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xxv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xxvi BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 24 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 25 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 26
1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................... 26 1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................ 26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori .................................................................... 28 2.1.1 Teori Strategi ........................................................... 28 2.1.2 Teori Pembangunan ................................................. 31 2.1.3 Strategi Pengembangan Pariwisata ......................... 32 2.1.4 Status Perkembangan Pariwisata ............................. 39 2.1.5 Teori Pariwisata ...................................................... 47
2.2 Tinjauan Penelitian Sebelumnya ......................................... 100
BAB III KERANGKA BERPIKIR, DAN KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ............................................................... 106 3.2 Kerangka Konsep ................................................................ 111 3.3 Proposisi Penelitian ............................................................. 114
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian .......................................................... 115 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 116
!!
xvii!!
4.3 Subjek dan Objek Penelitian ............................................... 117 4.4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel .... 118
4.4.1 Identifikasi Variabel ................................................ 118 4.4.2 Definisi Operasional Variabel ................................. 119
4.5 Jenis dan Sumber Data ........................................................ 125 4.5.1 Jenis Data ................................................................ 125 4.5.2 Sumber Data ............................................................ 125
4.6 Instrumen Penelitian ............................................................ 126 4.7 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........... 127 4.8 Teknis Analisis Data ........................................................... 128
4.8.1 Metode Penentuan Status Perkembangan ................ 128 4.8.2 Analisis Strategi Pengembangan ............................. 129
BAB V HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Kecamatan Nusa Penida ................................... 144 5.1.1 Deliniasi Kawasan Pariwisata Nusa Penida ............... 144 5.1.2 Kondisi Dan Analisis Fisik Dasar Kawasan ............... 146
5.1.3 Pemanfaatan Ruang Daratan Kawasan Pariwisata Nusa Penida ............................................................... 147
5.1.4 Kondisi Dan Analisis Kependudukan ........................ 152 5.1.5 Kondisi Sosial Budaya Kawasan Pariwisata Nusa
Penida ........................................................................ 154 5.1.6 Kondisi Perekonomian .............................................. 156 5.1.7 Kepariwisatan ............................................................ 157
5.2 Karakteristik Responden ................................................................ 162 5.2.1 Alamat Responden ..................................................... 163 5.2.2 Pekerjaan Responden ................................................. 164 5.2.3 Umur Responden ........................................................ 165
5.3 Deskripsi Variabel ......................................................................... 166 5.3.1 Perkembangan Pariwisata Nusa Penida ..................... 166 5.3.2 Perumusan Strategi Pengembangan ........................... 167
5.4 Hasil Analisis Data ........................................................................ 173 5.4.1 Status Perkembangan Pariwisata Nusa Penida ........... 173 5.4.2 Strategi Pengembangan Pariwisata Nusa Penida ....... 176 5.3.3 Perumusan Strategi ..................................................... 169
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Analisis Status Perkembangan Pariwisata Nusa Penida ................ 194 6.2 Analisis Strategi Pariwisata Nusa Penida ...................................... 201 6.3 Temuan Teoritis dan Empiris ........................................................ 205 6.4 Keterbatasan Studi ......................................................................... 214
!!
xviii!!
BAB VII PENUTUP
7.1 Simpulan ........................................................................................ 215 7.2 Saran ............................................................................................. 219
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
!!
xix!!
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
1.1 Kunjungan Wisatawan per Kabupaten di Provinsi Bali Tahun 2013 – 2015 ....................................................................................................... 11
1.2 Kunjungan Wisatawan per Objek Wisata Kabupaten Klungkung
Tahun 2010 – 2015 ................................................................................ 12 1.3 Perkembangan Jumlah Akomodasi Wisata ............................................ 16
4.1 Tahapan Analisis SWOT ........................................................................ 130
4.2 Matriks Analisis SWOT ......................................................................... 137
4.3 Analisis QSPM ....................................................................................... 139
4.4 Intentitas Kepentingan/Derajat Penilaian Antar Pasangan Faktor/Parameter .................................................................................... 141
5.1 Wilayah Administrasi Kawasan Pariwisata Nusa Penida ...................... 148
5.2 Potensi Mata Air di Pulau Nusa Penida ................................................. 153
5.3 Data Alamat Responden ......................................................................... 163
5.4 Pekerjaan Responden ............................................................................. 164
5.5 Umur Responden .................................................................................... 165
5.6 Analisis IFAS ......................................................................................... 170
5.7 Analisis EFAS ........................................................................................ 171
5.8 Tabulasi Matrik Perbandingan Berpasangan Kriteria Dasar Pendekatan Strategi ................................................................................ 179
5.9 Normalisasi Matrik Perbandingan Berpasangan Level Pertama Strategi
Pengembangan Pariwisata Nusa Penida ................................................. 180 5.10 Matrik Priority Vector Strategi Pengembangan Pariwisata
Nusa Penida ............................................................................................ 180 5.11 Tabulasi Matrik Perbandingan Berpasangan Strategi faktor Keunikan .. 182
!!
xx!!!
5.12 Normalisasi Matrik Perbandingan Berpasangan Level Kedua Strategi
Strategi Faktor Keunikan ....................................................................... 182 5.13 Matrik Priority Vector Strategi Pengembangan Pariwisata Nusa Penida
Faktor Keunikan ..................................................................................... 183 5.14 Tabulasi Matrik Perbandingan Berpasangan Strategi faktor Organisasi 184 5.15 Normalisasi Matrik Perbandingan Berpasangan Level Kedua Strategi
Faktor Organisasi ................................................................................... 185 5.16 Matrik Priority Vector Strategi Pengembangan Pariwisata Nusa Penida
Faktor Organisasi ................................................................................... 185 5.17 Tabulasi Matrik Perbandingan Berpasangan Strategi faktor Biaya ........ 186
5.18 Normalisasi Matrik Perbandingan Berpasangan Level Kedua Strategi Faktor Biaya ........................................................................................... 186
5.19 Matrik Priority Vector Strategi Pengembangan Pariwisata Nusa Penida
Faktor Biaya ........................................................................................... 187 5.20 Tabulasi Matrik Perbandingan Berpasangan Strategi faktor Pasar ........ 188
5.21 Normalisasi Matrik Perbandingan Berpasangan Level Kedua Strategi Faktor Pasar ............................................................................................ 189
5.22 Matrik Priority Vector Strategi Pengembangan Pariwisata Nusa Penida
Faktor Pasar ............................................................................................ 189 5.23 Matrik Priority Vector Strategi Pengembangan Pariwisata
Nusa Penida ............................................................................................ 190 5.24 Nilai Ketertarikan terhadap Faktor Internal – Eksternal ......................... 192
!!
xxi!!
DAFTAR GRAFIK
No. Grafik Halaman
1.1 Persebaran Akomodasi Wisata ................................................................. 16
!!
xxii!!
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
1.1 Persebaran Daya Tarik Wisata .................................................................. 15
2.1 Tourism Area Life Cycle ........................................................................... 44
3.1 Kerangka Proses Berpikir ......................................................................... 110
3.2 Kerangka Konseptual Penelitian ............................................................... 113
4.1 Strategi Generik Porter ............................................................................. 132
4.2 Diagram Kartesius .................................................................................... 134
4.3 Penyusunan Hirarki Model AHP .............................................................. 142
5.1 Administrasi Kecamatan Nusa Penida ...................................................... 145
5.2 Analisis Diagram Cartesius ...................................................................... 172
5.3 Status Perkembangan Pariwisata Nusa Penida ......................................... 175
5.4 Hirarki Model AHP .................................................................................. 178
!!
xxiii!!
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Usaha Pariwisata
Lampiran 2 Lembar Kuisioner
Lampiran 3 Pedoman Wawancara
Lampiran 4 Bahan Diskusi FGD
Lampiran 5 Daftar Responden
Lampiran 6 Penilaian Faktor Internal dan Eksternal
Lampiran 7 Penilaian Matrik EFAS IFAS
Lampiran 8 Matrik SWOT
Lampiran 9 Eigenvector Kriteria Dasar Pendekatan Strategi
Lampiran 10 matriks pairwise comparisons dari kriteria keunikan
Lampiran 11 matriks pairwise comparisons dari kriteria Organisasi
Lampiran 12 matriks pairwise comparisons dari kriteria biaya
Lampiran 13 matriks pairwise comparisons dari kriteria Pasar
Lampiran 14 matriks Pairwise Comparisons
Lampiran 15 Nilai Ketertarikan Strategi
Lampiran 16 Surat Ijin Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai sebuah destinasi pariwisata yang menawarkan produk
wisata sebagai salah satu sektor andalan terus berupaya meningkatkan pariwisata.
Sektor Pariwisata yang ditawarkan diharapkan mampu meningkatkan kesempatan
kerja, pendapatan masyarakat serta berkontribusi pada produk domestik bruto, hal
ini sesuai dengan kajian bahwa kalau mesin penggerak penyerapan tenaga kerja
pada abad ke – 19 adalah pertanian, pada abad ke – 20 adalah industri
manufacturing dan pada abad ke – 21 adalah pariwisata (Dowid J. Villiers, 1999,
dalam Salah Wahab, 1999). Sebagai jasa, untuk meningkatkan daya tarik pariwisata
perlu didukung dengan fasilitas atau bukti fisik (Yazid, 1999). Pemasaran
pariwisata tidak cukup hanya meliputi 3A (atraksi, aksesbilitas dan amenitis) saja,
namun lebih jauh lagi, siapa sebetulnya segmen pasarnya dan bagaimana
perilakunya (Damanik, 2006). Di sisi lain dengan peningkatan status sosial-
ekonomi akan berpengaruh terhadap kebutuhan berwisata. Semakin tinggi
kesejahteraan ekonomi seseorang semakin banyak dan meningkat kebutuhan
berwisatanya (Hermansyah, 2007). Motivasi berwisata seseorang digolongkan
menjadi : physical motivation, cultural motivation, social motivation dan fantasy
motivation (Pitana & Gayatri, 2005).
Rencana pengelolaan potensi wisata juga berisi rencana rancangan tindakan
yang perlu di ambil bagi setiap elemen dari marketing mix. Dalam menentukan
!
!
2!
suatu stategi pemasaran, perlu adanya manajemen pemasaran dari produk
pariwisata yang hendak ditawarkan pada wisatawan. Pariwisata saat ini merupakan
salah satu kebutuhan mendasar dari setiap manusia. Produk pariwisata adalah
berupa jasa atau layanan. Konsumen akan mengkonsumsi produk ini dengan
memperoleh pengalaman dari perjalanan yang dilakukannya.
Sifat dasar produk pariwisata adalah intangibility, heterogenity,
perishability, inseparability (Holloway & Robinson, 1995). Di samping itu produk
wisata tak bisa dipisahkan satu dengan lainnya, tidak bisa distandarkan seperti
barang, karena merupakan produk dari banyak elemen. Menurut Zeithaml & Bitner
(1996), produk jasa mencakup semua aktivitas ekonomi yang produk dan
pengkonsumsiannya dilakukan pada waktu yang sama, nilai tambah yang
diberikannya dalam bentuk kenyamanan, liburan, kecepatan, kesehatan. Menurut
Fandeli (2002), produk pariwisata adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada
pasar agar orang tertarik perhatiannya, ingin memiliki, memanfaatkan dan
mengkonsumsi untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kepuasan. Produk
pariwisata itu termasuk obyek fisik, pelayanan, tempat, organisasi (Pearce, 1981).
Dinamika perubahan dunia pada berbagai aspek kehidupan ternyata telah membawa
perubahan terhadap selera dan pola konsumsi berwisata (Damanik, 2006). Bahkan
daerah pinggiran yang buruk, justru menarik sebagai obyek keingintahuan (Azarya,
2004).
Undang– Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 menjabarkan
definisi Daerah Tujuan Wisata yang selanjutnya di sebut Destinasi Pariwisata
adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrasi
!
!
3!
yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan (UU RI No.10 Th.2009). Sebuah wilayah geografis agar dapat di
sebut sebagai destinasi wisata harus memenuhi beberapa syarat seperti attraction,
amenities, accessibility, dan ancelery service (Inskeep 1991). Bali telah memenuhi
syarat-syarat tersebut, bahkan telah memiliki variabel lain sebagai destinasi wisata
yang juga penting dimiliki yaitu community involvevement atau keteribatan
masyarakat lokal yang tinggi (Madiun, 2009).
Pelibatan masyarakat lokal menjadi sebuah ukuran keberhasilan sebuah
kegiatan pembangunan. Mekanisme pembangunan tidak banyak berubah dari
sekedar penyelesaian masalah di daerah hingga perumusan mekanisme
pembangunan daerah. Konsep pembangunan telah di bahas selama bertahun-tahun
dan telah diberikan berbagai interpretasi. Seperti halnya Friedmann (1980) dan
Oppermann. Chon (1997) mengamati pembangunan sebagai salah satu 'istilah yang
lebih licin di lidah kita dan menunjukkan perkembangan sebagai' proses evolusi
'dengan' konotasi positif. Ingham (1993) memandang pembangunan di cara yang
mirip dengan Friedman dengan menghubungkan ke pengembangan sifat ganda,
yang terdiri dari kedua proses dan tujuan. Todaro (1994) menetapkan tiga tujuan
pembangunan: kebutuhan kelangsungan hidup manusia (terutama makanan dan
tempat tinggal), standar hidup (seperti pendidikan dan kesehatan), dan hak asasi
manusia (seperti keadilan sosial dan kedaulatan politik).
Pembangunan pariwisata berdasarkan Undang – Undang nomor 10 tahun
2009 menentukan lingkup pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas
!
!
4!
pembangunan destinasi, pembangunan industri, pembangunan pemasaran dan
pembangunan kelembagaan. Manajemen pemasaran menurut Marpaung (2002)
adalah proses dari program-program analisis, perencanaan, pengembangan
pelaksanaan, pengkoordinasian dan pengawasan yang melibatkan pemikiran,
penetapan harga, promosi dan distribusi produk dan pelayanan serta desain ide-ide
untuk menciptakan dan menambah beneficial enchanges melalui target pasar untuk
pencapaian tujuan organisasi. Strategi pemasaran menurut Marpaung (2002a)
adalah dasar dari seluruh kebijaksanaan perusahaan, karena strategi pemasaran
merupakan basis dari penentuan serta memberikan pengarahan bagi keputusan
perusahaan.
Berwisata kini merupakan salah satu kebutuhan dasar dari manusia yang
harus dipenuhi pada waktu tertentu. keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin hingga terjadi interaksi di
dalamnya antara masyarakat, swasta, pemerintah dan wisatawan dianalogikan
sebagai kepariwisataan. Kepariwisataan merupakan suatu kegiatan yang memiliki
fungsi strategis dan bersifat multidimensional serta melibatkan seluruh aspek
kehidupan masyarakat. Kegiatan penyelenggaraan kepariwisataan berfungsi sebagai
penggerak seluruh potensi yang dimiliki daerah dan menjadi pemicu
pengembangan kegiatan lain yang memerlukan penanganan secara terpadu,
khususnya perencanaan kegiatan pariwisata, pengawasan mutu produk, pembinaan,
perizinan dan pengembangan pariwisata daerah menjadi wewenang daerah
Kabupaten.
!
!
5!
Bagaimana seharusnya mengelola pariwisata, sangat tergantung siapa dan
ingin ke mana konsep pengembangan pariwisata diarahkan. Banyak praktisi dan
akademisi telah mencoba mensintesa beberapa konsep dengan mengkombinasikan
ilmu pariwisata modern dengan kebiasaan dan tradisi lokal. Bila dicermati, bahwa
kecenderungan trend pariwisata dunia ke depan adalah back to nature, to the
indigenous. Modernisasi, kapitalisme, dan globalisasi akan memakan dirinya
sendiri dan orang akan mencari sesuatu yang hilang, yaitu keunikan lokal.
Industri pariwisata berkembang dengan sangat pesat di Indonesia khususnya
di Bali. Industri pariwisata di Indonesia pada saat itu, masih belum terkelola
dengan baik. Peran sektor swasta di negara sosialis ini sangat kecil, sedangkan
tingkat keterlibatan pemerintah lebih besar (Jenkins & Henry, 1982). Di masa yang
akan datang pelibatan multi pihak dalam kegiatan kepariwisataan diharapkan terus
mengalami peningkatan. Keseimbangan antara keterlibatan masyarakat, pemerintah
dan swasta diharapkan menjadi unsur tripartit yang saling menguntungkan.
Dewasa ini banyak studi menjelaskan secara signifikan betapa pariwisata
dapat menjadi cara ampuh untuk perkembangan perekonomian khususnya di negara
berkembang termasuk tentang pariwisata banyak menempatkan pariwisata secara
signifikan sebagai penyeimbang neraca pembayaran/sumber devisa, menciptakan
lapangan pekerjaan, sumber investasi, menciptakan ekonomi eksternal dan efek
berganda dari belanja wisata. Dritasto (2013) mengungkapkan bahwa industri
pariwisata merupakan salah satu cara yang tepat dalam meningkatkan kemajuan
ekonomi masyarakat baik lokal maupun global. Pariwisata mempunyai pengaruh
dan manfaat yang banyak, diantaranya selain menghasilkan devisa negara dan
!
!
6!
memperluas lapangan kerja, sektor pariwisata bertujuan untuk menjaga kelestarian
alam dan mengembangkan budaya lokal. Industri pariwisata sering dianggap
sebagai media pembangunan ekonomi yang tidak memerlukan investasi terlalu
besar.
Wacana tentang kegagalan pariwisata menimbulkan perdebatan mengenai
paradigma pembangunan pariwisata yang berkembang dewasa ini yang dianggap
kurang menguntungkan komunitas setempat. Pengembangan pariwisata yang baik
harus memberikan keuntungan ekonomi, sosial dan budaya kepada komunitas di
sekitar destinasi. Dengan pengembangan pariwisata diharapkan jaminan terhadap
pemeliharaan keberadaan sumber daya dapat terjaga. Hal ini disebabkan karena
masyarakat lokal umumnya sebagai pemilik sumberdaya alam lokal dan masyarakat
lokal memiliki local genius dalam hal pengelolaan dan pengembangan sumberdaya
lokal yang ada. Pariwisata yang melibatkan multi pihak dalam pelaksanaannya
membutuhkan peran serta masyarakat dalam penyediaan tenaga kerja bagi sebuah
industri pariwisata, oleh karena itu pengembangan kepariwisataan menjadi hal yang
penting dalam rangka penyediaan tenaga kerja.
Undang – undang nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, menyatakan
bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,
dan Pemerintah Daerah. Dalam undang – undang yang sama dinyatakan bahwa
kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
!
!
7!
setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
Mengacu kepada Undang – undang nomor 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan, pembangunan kepariwisataan yang dilakukan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah mencakup pembangunan destinasi pariwisata, pembangunan
industry pariwisata, pembangunan kelembagaan pariwisata dan pembangunan
pemasaran pariwisata. Industri pariwisata berkembang dengan sangat pesat di
Indonesia khususnya di Bali. Industri pariwisata di Indonesia pada saat itu, masih
belum terkelola dengan baik. Peran sektor swasta di negara ini sangat kecil,
sedangkan tingkat keterlibatan pemerintah lebih besar (Jenkins & Henry, 1982). Di
masa yang akan datang pelibatan multi pihak dalam kegiatan kepariwisataan
diharapkan terus mengalami peningkatan. Keseimbangan antara keterlibatan
masyarakat – pemerintah dan swasta diharapkan menjadi unsur tripartit yang saling
menguntungkan. Industri pariwisata sering dianggap sebagai media pembangunan
ekonomi yang tidak memerlukan investasi terlalu besar.
Pembangunan dengan sifatnya adalah proses perubahan dan dapat dijelaskan
dalam berbagai cara. Harrison (1992) dan Woodcock dan Francis (1994)
menunjukkan bahwa pendekatan pembangunan tradisional bisa membuktikan
kerangka yang berguna untuk penjelasan dari pola pengembangan pariwisata dan
proses. Dalam literatur, pendekatan untuk pengembangan berbagai dari laissez-
faire (hanya melakukan apa-apa) ke diffusionism, ketergantungan dan
keberlanjutan, meskipun tidak ada pendekatan yang pernah mencapai dominasi
mutlak. Selain itu, berbagai alternatif dikotomis telah diusulkan untuk pelaksanaan
!
!
8!
pendekatan di atas, seperti besar versus kecil, massa dibandingkan alternatif,
eksogen terhadap endogen dan modal dibandingkan padat karya. Ada dua jenis
model yang berkontribusi terhadap pemahaman yang lebih baik dari
pengembangan: jelas dan deskriptif. Model jelas (misalnya diffusionist) mengacu
pada faktor (prasyarat) yang menyebabkan pembangunan / pertumbuhan. Dalam
pariwisata, ada dua pra-kondisi pembangunan, yaitu 'diperlukan' dan 'cukup'
(Rostow, 1960; Auty, 1995). Diperlukan pra-kondisi termasuk berbagai faktor yang
menarik orang untuk tujuan yang berbeda, sangat sering lanskap bagus dan jalan-
jalan arkeologi. Namun, meskipun ada banyak tujuan yang memiliki beberapa
diperlukan pra-kondisi, mereka tidak pernah bergerak dari potensi pengembangan
untuk benar-benar berkembang, karena mereka tidak memiliki prasyarat yang
cukup, kehendak yaitu seseorang untuk mengembangkan industri pariwisata,
misalnya investasi di bidang infrastruktur dan akomodasi.
Mempertimbangkan mekanisme dan cakupan pembangunan pariwisata, dan
bagaimana mengembangkan kegiatan kepariwisataan di daerah, perlu ditinjau
bagaimana pengelolaan destinasi pariwisata di Bali, khususnya di Nusa Penida
sebagai salah satu destinasi pariwisata di Bali. Penjabaran mengenai pengelolaan
destinasi pariwisata yang mencakup pemasaran, industri dan kelembagaan di Nusa
Penida menjadi penting sebagai upaya penjabaran program pengelolaan destinasi
yang sudah berjalan di Nusa Penida.
Berdasarkan amanat Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
penataan ruang, bahwa pemerintah daerah kabupaten/kota mempunyai kewenangan
untuk menyusun rencana detail tata ruang di dalam wilayahnya serta sesuai
!
!
9!
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang Pasal 59, bahwa setiap RTRW kabupaten/kota harus menetapkan bagian dari
wilayah kabupaten/kota yang perlu di susun RDTR-nya. Bagian dari wilayah yang
akan di susun RDTR tersebut merupakan kawasan perkotaan atau kawasan strategis
kabupaten/kota.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang berdasarkan
tingkat kedalaman rencana membagi rencana tata ruang menjadi dua bagian pokok
yaitu rencana umum dan rencana rinci. Skala umum dalam skala Kabupaten sesuai
dengan Undang undang tersebut adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten. Sedangkan rencana rinci skala kabupaten adalah Berupa Rencana Detai
Tata Ruang (RDTR) Kabupaten dan Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis
Kabupaten dimana semua Rencana tata Ruang itu harus ditetapkan dengan
Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten. Dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
tersebar diseluruh indonesia dengan jumlah kawasan prioritas 88 kawasan, khusus
untuk di Provinsi Bali terdapat kawasan yang salah satunya KSPN. Nusa Penida
dan sekitarnya dan RTRW Provinsi Bali (Perda Provinsi Bali No.16/2009) Nusa
Penida telah ditetapkan sebagai Kawasan strategis pariwisata, namun hingga saat
ini Nusa Penida belum berkembang dan belum dikembangkan secara optimal
dibandingkan dengan kawasan wisata lainnya di Bali daratan.
Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata internasional yang memiliki
keistimewaan tersendiri dengan ciri khas yang dapat di lihat dari keunikan tatanan
!
!
10!
sosial, budaya dan alam yang tidak dimiliki oleh negara-negara lainnya. Pariwisata
di Bali seyogyanya lebih diintensifkan pengembangannya. Sentuhan ekonomi
sektor pariwisata hendaknya bisa dirasakan secara merata oleh rakyat.
Pengembangan pariwisata yang paling sesuai dengan iklim globalisasi tanpa
mengesampingkan potensi lokal, pariwisata kerakyatan yang berhubungan dengan
kearifan lokal (local wisdom) yang berkaitan dengan aspek kelestarian alam
(ekowisata). Dalam realita dunia pariwisata dewasa ini, sosialisasi dan
penggalangan program pengembangan pariwisata masih belum dapat terealisasi
sepenuhnya. Bila di kaji lebih mendalam, berkaitan dengan ekonomi, dimana
pengembangan pariwisata menjadi kunci utama penentu keberlanjutan ruang
lingkup pariwisata Bali mendatang. Pengelolaan pariwisata perlu mendapat
perhatian yang serius dari pemerintah dan masyarakat demi terciptanya kondisi
pariwisata yang berkelanjutan yang mendukung perekonomian, khususnya pada
daerah-daerah pinggiran di Bali, dengan semakin meningkatkan program-program
yang mendukung keberhasilan pariwisata alam yang tepat pada sasaran dan tepat
guna.
RTRW Kabupaten Klungkung telah ditetapkan dalam Perda Nomor 1
Tahun 2013 tentang RTRWK Klungkung 2013-2033, maka selanjutnya Perda yang
masih berbentuk Rencana Umum Tata Ruang tersebut perlu ditindaklanjuti
penjabarannya menjadi Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) dalam bentuk Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan maupun Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Kabupaten. Sebagaimana diuraikan pada Pasal 61 Perda Nomor 1 Tahun
2013 tentang RTRWK Klungkung 2013-2033. Pemerintah Kabupaten Klungkung
!
!
11!
pada tahun 2006 telah menyusun RDTR Kawasan Pariwisata Nusa Penida yang
masih berpedoman pada Undang-undang Nomor 24 tahun 1992 tentang penataan
ruang dan untuk itu perlu dilaksanakan review pada tahun 2014 dalam rangka
penyesuaian dengan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 serta data/dokumen
yang ada saat ini. Bali merupakan daerah kunjungan wisatawan yang memiliki daya
tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara maupun nusantara untuk
mengunjunginya. Kunjungan wisatawan keseluruh kabupaten / kota yang ada di
Provinsi Bali periode tahun 2013 sampai 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Kunjungan Wisatawan per Kabupaten di Provinsi Bali
Tahun 2013 – 2015
Kabupaten / Kota Kunjungan Wisatawan Tahun
2013 (Wisnus)
2013 (Wisman)
2014 (Wisnus)
2014 (Wisman)
2015 (Wisnus)
2015 (Wisman)
Denpasar 258.813 184.962 255.719 287.094 2580.813 389.226 Badung 471.140 720.989 498.933 1.053.021 471.140 1.385.053 Gianyar 576.365 1.055.514 667.579 1.254.243 576.365 1.452.972 Tabanan 2.948.240 1.967.276 2.772.796 1.990.762 2.948.240 2.014.248 Bangli 222.431 394.206 200.408 447.199 222.431 500.192 Klungkung 18.787 280.192 25.749 302.564 18.787 324.936 Karangasem 159.709 301.806 145.263 278.477 159.709 255.148 Buleleng 349.981 288.166 375.764 291.012 349.981 293.858 Jembrana 125.120 8.973 122.706 8.984 125.120 89.950
Provinsi Bali 5.130.586 5.202.084 5.064.917 5.913.356 5.130.586 6.624.628 Sumber : Disbudpar Provinsi Bali, 2016
Kunjungan wisatawan ke Provinsi Bali pada tahun 2014 untuk wisatawan
mancanegara tercatat sejumlah 5.913.356 orang yang mengalami peningkatan dari
5.130.586 orang pada tahun 2013. Jumlah kungjungan wisatawan ke Kabupaten
Klungkung mengalami perkembangan signifikan dari 18.787 orang untuk
wisatawan nusantara menjadi 25.749 orang pada tahun 2014. Jumlah kunjungan
!
!
12!
wisatawan tertinggi di Provinsi Bali yaitu menuju Kabupaten Tabanan baik
wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Tingginya jumlah
kunjungan ke Tabanan ini dipengaruhi oleh kunjungan ke Pura Tanah Lot.
Kabupaten Klungkung sebagaimana kabupaten/kota lainnya di Bali
memiliki potensi daya tarik wisata tersendiri. Industri pariwisata di Kabupaten
Klungkung terus menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini terlihat dari
pertumbuhan jumlah kedatangan wisatawan di Kabupaten Klungkung sebagaimana
Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Kunjungan Wisatawan per Objek Wisata Kabupaten Klungkung
Tahun 2010 – 2015 Kecamatan Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 1. Klungkung 54.457 54.684 60.262 54.745 25.060 18.598 2. Dawan 47.073 52.309 53.472 55.308 65.830 71.406 3. Kawasan Nusa Penida 174.831 132.095 127.836 185.909 227.662 241.758 4. Banjarangkan 4.510 3.524 3.629 3.017 9.760 11.961 Kabupaten Klungkung 280.871 242.612 245.199 298.979 328.313 343.723 Sumber : Disbudpar Kab, Klungkung, 2016
Kabupaten Klungkung memiliki 20 Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)
diantaranya : Kertha Gosa, Taman Gili, Museum Semarajaya, Monumen Puputan
Klungkung, Goa Lawah, Kawasan Nusa Penida, termasuk 3 ODTW yang masih
dalam pengembangan yaitu : Watu Klotok, Desa Kamasan dan Pantai Timrah
Timur. Jenis wisata yang potensial dikembangkan yaitu wisata budaya/sejarah,
wisata alam hutan, wisata pantai, wisata arung jeram (rafting). Kunjungan
wisatawan tertinggi pada Kawasan Nusa Penida, dimana perairan Nusa Penida juga
telah ditetapkan sebagai KKP (Kawasan Konservasi Perairan) sehingga kelestarian
!
!
13!
hayati yang dimiliki dapat dipertahankan. Keragaman hayati perairan laut Nusa
Penida menjadi daya tarik utama kepariwisataan Nusa Penida yang diharapkan
mampu menjadi daya ungkit percepatan pembangunan di Kepulauan Nusa Penida.
Kearifan lokal erat kaitannya dengan pencapaian konsep “Ajeg Bali” yang sampai
saat ini keberhasilannya belum juga terlaksana dengan maksimal. Menurut Sirtha
dalam tema “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali” dalam http://www.
balipost. co. id (diunduh 21 September 2015 pukul 21.01 Wita); bentuk-bentuk
kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, etika, kepercayaan,
adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus.
Pariwisata terdiri atas daya tarik wisata dan fasilitas pendukung pariwisata
yang ada didalamnya yang digunakan atau melayani kebutuhan kegiatan wisata
yang dilakukan. Berdasarkan data jumlah rumah makan, warung makan dan artshop
di Kecamatan Nusa Penida tahun 2016, desa yang terdapat jumlah rumah makan
terbanyak adalah Suana, Batu Nunggul, Kutampi Kaler, Ped, Lembongan, Jungut
Batu dan Batu Kandik. Sementara jumlah artshop terbanyak terdapat pada Desa
Toya Pakeh, Lembongan Jungut Batu (Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Klungkung, 2016). Berdasarkan data dari Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Klungkung Tahun
2017 ini diperoleh bahwa fasilitas wisata mengelompok pada daerah bagian barat
Nusa Penida yang terletak di Desa Lembongan, Jungut Batu dan Toya Pakeh.
Berdasarkan data ijin terbit di Kecamatan Nusa Penida, jumlah akomodasi wisata di
Jungut Batu berjumlah 53 usaha, di Lembongan 56 usaha, Toya Pakeh berjumlah 3
!
!
14!
usaha, Ped berjumlah 7 usaha, Batu Nunggul berjumlah 4 usaha, Suana berjumlah 2
usaha daftar usaha dapat di lihat pada lampiran 1).
Pengelompokan kegiatan pariwisata di Kecamatan Nusa Penida secara
umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian barat yang terdiri atas Ceningan,
Lembongan, Jungut Batu, Toya Pakeh, Bunga Mekar dan Sakti. Bagian tengah
yang terdiri atas Ped, Klumpu, Batu Nunggul, Batu Madeg, Kutampi, Kutampi
Kaler. Bagian Timur yang terdiri atas Suana, Pejukutan, Tanglad, Sekar Taji, Batu
Kandik. Kegiatan wisata pada bagian barat lebih terfokus pada wisata bahari dan
pesisir. Sementara pada bagian tengah dan timur lebih banyak kegiatan wisata
spiritual, agrowisata dan ekonomi kreatif khusus di daerah Tanglad dan Pejukutan
untuk pengembangan kain tenun cepuk / rangrang.
Kegiatan wisata pada daerah bagian timur dan tengah lebih banyak
berlangsung pada saat hari – hari baik dan hari besar umat hindu seperti Purnama,
Tilem, dan hari piodalan di sejumlah pura yang ada. Dengan tingginya aktivitas
wisata pada hari – hari tertentu, mengakibatkan kegiatan wisata yang terjadi tidak
berlangsung setiap hari seperti halnya dengan kegiatan wisata pada daerah bagian
barat Nusa Penida. Perkembangan pariwisata dan kunjungan wistaawan pada
sejumlah pura yang ada menunjukan tren perkembangan yang sangat dirasakan
oleh penduduk disekitar pura. Sejalan dengan perkembangan kunjungan pada
sejumlah pura, muncul berbagai aktivitas warga masyarakat dengan menyediakan
barang dan jasa pendukung kegiatan di pura. Sejumlah kegiatan perdagangan yang
muncul seperti warung makan dan sejumlah toko yang menjual aneka makanan dan
minuman. Berdasarkan data akomodasi wisata, dapat digambarkan bahwa
!
!
15!
mayoritas kegiatan usaha akomodasi pariwisata lebih terfokus pada daerah bagian
barat (Gambar 1.1).
Gambar 1.1 Persebaran Daya Tarik Wisata Sumber : Dok RZWP3K Kec. Nusa Penida, Bappeda Klungkung, 2010 Pengelompokan kegiatan pariwisata yang lebih banyak terfokus pada bagian
barat mengakibatkan ketimpangan manfaat pariwisata terhadap perkembangan
wilayah dan ekonomi. Persebaran akomodasi sebanyak 90% berada pada daerah
bagian barat, 9% berada pada daerah bagian tengah dan 1% berada pada daerah
bagian timur. Berdasarkan peta persebaran daya tarik wisata pada Gambar 1.1,
keberadaan terumbu karang lebih banyak berada pada daerah bagian barat dan
timur. Pemanfaatan terumbu karang hanya dominan dimanfaatkan pada daerah
bagian barat. Pada daerah bagian timur, pemanfaatan terumbu karang tidak
dimanfaatkan secara optimal. Persebaran akomodasi wisata yang ada diwilayah
!
!
16!
Nusa Penida cenderung mengikuti persebaran daya tarik wisata seperti yang
tergambarkan pada Gambar 1.1. dan Grafik 1.1.
Grafik 1.1 Persebaran Akomodasi Pariwisata Sumber : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Klungkung, 2016 Nusa Penida sebagai sebuah destinasi pariwisata mengalami perkembangan
jumlah wisatawan yang sejalan dengan perkembangan jumlah akomodasi wisata.
Pada Tahun 2010, jumlah akomodasi wisata yang ada pada seluruh wilayah Nusa
Penida berjumlah 98 usaha. Pada tahun 2013 jumlah akomdasi wisata berkembang
menjadi 117 usaha. Penjabaran lebih jelas mengenai perkembangan jumlah
akomodasi wisata di Nusa Penida dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3 Perkembangan Jumlah Akomodasi Wisata
WILAYAH JUMLAH AKOMODASI WISATA
(USAHA) 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Bagian Timur 1 1 1 2 2 2 Bagian Tengah 9 9 10 10 11 11 Bagian Barat 88 95 103 105 113 113 JUMLAH 98 105 114 117 126 126
Sumber : Dinas Penanaman Modal dan PTSP Kab. Klungkung 2016
1%# 9%#
90%#
Bagian#Timur#(1%)#Bagian#Tengah#(9%)#Bagian#Barat#(90%)#
!
!
17!
Pulau Nusa Penida didominasi oleh kegiatan wisata berbasis wisata pesisir.
Pada kasus sejumlah daerah, sektor pariwisata memberikan kontribusi ekonomi
yang cukup bagi sebuah daerah. Perkembangan jumlah akomodasi dan persebaran
akomodasi wisata yang mengelompok pada daerah bagian barat sejalan dengan
persebarn kunjungan wisata yang hanya terfokus pada daerah bagian barat.
Pengelompokan akomodasi wisata umumnya lebih mengarah kepada
pengelompokan kunjungan wisatawan. Wisatawan umumnya akan menggunakan
fasilitas wisata atau menginap disekitar daya tarik wisata yang ada. Begitu juga
sebaliknya akomodasi dan fasilitas wisata cenderung mendekati fasilitas wisata
yang ada. Dampak pariwisata secara umum dapat digolongkan kedalam dua
golongan yaitu dampak terhadap devisa negara secara makro dan dampak
ekonomi mikro terhadap masyarakat dan daerah. Terhadap masyarakat dan daerah,
pariwisata memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan sektor swasta,
pembangunan infrastruktur, mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan
lapangan kerja (Nizar, 2011). Hubungan komplementer perdagangan dan pariwisata
dapat diperlihatkan dengan hubungan substitusi sebagai bentuk wujud nyata
perdagangan antar daerah. Wisata untuk tujuan berlibur dikatakan dapat
mempengaruhi perdagangan akibat adanya kebutuhan konsumsi wisatawan yang
tidak ada di tempat tujuan wisata. Shan dan Wilson (2001) berpendapat bahwa ada
hubungan saling mempengaruhi antara perjalanan dengan perdagangan. Dengan
sejumlah teori dan pendapat para pakar tersebut, diharapkan kegiatan pariwisata
berpengaruh atau bahkan memberikan kontribusi positif terhadap kegiatan ekonomi
masyarakat yang ada disekitar daya tarik wisata. Dengan kegiatan ini, pengelolaan
!
!
18!
wisata pantai harus mengacu kepada kaidah pembangunan berkelanjutan yang
terdiri atas keberlanjutan secara ekonomi, lingkungan dan sosial (Susilo, 2003).
Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pengelolaan destinasi
pariwisata khususnya terkait pemasaran dan kelembagaan kepariwisataan di Nusa
Penida.
Penelitian tentang Nusa Penida sebagai sebuah destinasi pariwisata ini
membahas elemen pemasaran pariwisata dan kelembagaan pengelolaan daya tarik
wisata yang ada. Terkait dengan tema destinasi wisata yang difokuskan dalam
penelitian ini, tujuan akhir yang diharapkan adalah diperoleh sebuah informasi
terkait bagaimana pemasaran dan pengelolaan secara kelembagaan di Nusa Penida
sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi proses pembelajaran pengelolaan
destinasi yang telah dilakukan. Proses pembelajaran tentang mekanisme dan konsep
pemasaran dan pengelolaan secara kelembagaan sebuah destinasi pariwisata
menjadi penting dilakukan agar dapat dicontoh atau menjadi sebuah pengalaman
baik yang bersifat positif maupun negatif.
Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung memiliki luas wilayah
202,84 km2 terdiri atas Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan dan Pulau
Nusa Ceningan serta secara administrasi terdiri dari 16 desa. Kecamatan Nusa
Penida dikenal sebagai daerah yang memiliki kondisi alam yang tandus. Pertanian
tanaman pangan yang menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk
menghadapi banyak keterbatasan untuk dapat dikembangkan, terlebih-lebih
menghadapi ancaman perubahan iklim yang semakin nyata mempengaruhi sektor
pertanian.
!
!
19!
Kawasan Nusa Penida dengan total panjang pantai garis pantai lebih kurang
104 km secara geo-politik merupakan pulau-pulau terluar Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan secara eco-region merupakan salah satu pusat
keanekaragaman hayati. Potensi sumberdaya alam hayati dan jasa-jasa kelautan
yang dimiliki oleh kawasan Nusa Penida didukung oleh letaknya yang berada pada
jalur arus Indonesia Through Flow (ITF) yaitu arus dari Samudera Pasifik ke
Samudera Hindia. Kondisi geo-oseanografis kawasan ini membentuk ekosistem-
ekosistem utama wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi dan unik sifatnya.
Karakteristik potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa kelautan kawasan
Nusa Penida yang demikian memiliki keunggulan dan peluang yang besar dalam
pengembangan resources based industry (RBI) melalui pengembangan sektor
kelautan dan perikanan, pariwisata dan industri, yang perlu direncanakan dengan
cermat dan sesuai dengan karakter wilayahnya. Strategi kunci pembangunan di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil masa depan adalah membangun berbasis
sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang modern, tangguh dan efisien yang
berbasis masyarakat dan berlandaskan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan.
Salah satu penyebab terkendalanya pengembangan kawasan Nusa Penida
adalah belum terintegrasinya kegiatan Pariwisata di Bali daratan dengan kepulauan
Nusa Penida, akibat kondisi geografi dan keterbatasan transportasi laut. Dalam
konteks pengembangan kawasan Nusa Penida sebagai Kawasan Strategis
Pariwisata membutuhkan suatu perencanaan yang komprehensif dan terpadu serta
spesifik sifatnya mengingat basis pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata
!
!
20!
Nusa Penida adalah wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang bersifat sensitif
terhadap perubahan-perubahan lingkungan. Pengembangan kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil Nusa Penida di masa depan menghadapi banyak peluang dan
sekaligus tantangan berupa berbagai isu dan permasalahan, baik isu global maupun
lokal. Isu global misalnya perubahan iklim yang sensitif bagi wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil. Sedangkan isu dan permasalahan lokal antara lain degradasi
lingkungan terutama ekosistem kritis di wilayah pesisir, konflik pemanfaatan ruang
laut, keterbatasan infrastruktur serta sarana dan prasarana sosial dasar.
Pada kasus sejumlah daerah, sektor pariwisata memberikan kontribusi
ekonomi yang cukup bagi daerah. Dampak pariwisata secara umum dapat
digolongkan kedalam dua golongan yaitu dampak terhadap devisa negara secara
makro dan dampak ekonomi mikro terhadap masyarakat dan daerah. Terhadap
masyarakat dan daerah, pariwisata memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
sektor swasta, pembangunan infrastruktur, mendorong pertumbuhan ekonomi dan
penciptaan lapangan kerja (Nizar, 2011). Hubungan komplementer perdagangan
dan pariwisata dapat diperlihatkan dengan hubungan substitusi sebagai bentuk
wujud nyata perdagangan antar daerah. Wisata untuk tujuan berlibur dikatakan
dapat mempengaruhi perdagangan akibat adanya kebutuhan konsumsi wisatawan
yang tidak ada di tempat tujuan wisata. Hal ini mendorong kebutuhan impor bagi
daerah tujuan wisata dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan wisatawan
(Gallego, 2011).
Hal yang sangat berbeda dijabarkan oleh Kadir dan Yusoff (2010) yang
menjabarkan bahwa tidak terdapat hubungan jangka panjang antara perdagangan
!
!
21!
dengan pariwisata, namun diperoleh hubungan satu arah (pengaruh kausalitas) dari
perdagangan terhadap Shan dan Wilson (2001) pariwisata. berpendapat bahwa ada
hubungan saling mempengaruhi antara perjalanan dengan perdagangan. Dengan
sejumlah teori dan pendapat para pakar tersebut, diharapkan kegiatan pariwisata
berpengaruh atau bahkan memberikan kontribusi positif terhadap kegiatan ekonomi
masyarakat yang ada disekitar daya tarik wisata.
Kecamatan Nusa Penida merupakan salah satu dari empat Kecamatan di
Kabupaten Klungkung. Daerah ini merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 3
pulau bermasyarakat yaitu Pulau Nusa Penida, Lembongan dan Pulau Ceningan,
serta terdapat sebelas pulau-pulau kecil yang tidak ditempati masyarakat yaitu
pulau Batupahet, Batuabah, Batujineng, Batuserutan, Batumejineng, Batubolong,
Batumeling, Batupadadan, Batujineng Kandik, Batukita dan pulau Batusepatu.
Dengan potensi utama pulau ini adalah potensi pariwisata pesisir dan laut. Dalam
pengembangan kegiatan kepariwisataan di Nusa Penida disamping karena
karakteristik lahan yang cenderung kering sangat menantang untuk pengembangan
kegiatan pariwisataan di daerah ini, faktor keterbatasan infrastruktur wilayah dan
fasilitas menjadi pelengkap tantangan pengembangan pariwisata di daerah ini.
Untuk menuju ke Pulau Nusa Penida, pengunjung dapat menggunakan jasa perahu
motor atau kapal ferry dari sejumlah titik penyeberangan di Pulau Bali seperti :
Pelabuhan Padangbay, Pelabuhan Kusamba, Pelabuhan Sanur dan Pelabuhan
Benoa.
Kegiatan pariwisata di Nusa Penida saat ini terfokus pada pariwisata
berbasis alam laut yang dilakukan diseluruh wilayah laut disekeliling daerah ini.
!
!
22!
Dengan trade mark/icon Ikan Mola – Mola (sun fish) dan terumbu karang yang
masih terjaga, pariwisata di Nusa Penida terus tumbuh dan berkembang.
Kepulauan Nusa Penida sebagai Kawasan Konservasi Perairan (KKP) sebagai
lembaga koordinasi masyarakat desa dengan Pemerintahan Desa dan Desa
Pakraman, yang mengelola secara terintegrasi terhadap seluruh kewenangan dan
peraturan dalam kegiatan pariwisata. Lembaga ini menetapkan daerah mana saja
yang dapat dilakukan penyelaman/kegiatan pariwisata di kawasan Nusa Penida.
Lembaga ini pula yang menetapkan bahwa ada sejumlah nilai kontribusi bagi
wisatawan yang menikmati pariwisata di Nusa Penida. Sejumlah kendala dalam
pemanfaatan potensi pariwisata di daerah ini adalah masih rendahnya keterlibatan
masyarakat di Nusa Penida secara menyeluruh terhadap kegiatan pariwisata.
Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung bertugas menyelenggarakan
pembinaan dan pemberdayaan terhadap keberadaan pariwisata untuk ketertiban
penyelenggaraan kegiatan kepariwisataan. Tantangan pembangunan kepariwisataan
di Kawasan Nusa Penida sebagai bagian wilayah dari Kabupaten Klungkung adalah
belum sejalannya perkembangan pariwisata yang ada dengan dampak ekonomi
yang ditimbulkan. Pembangunan kepariwisataan yang mencakup aspek atraksi,
fasilitas, aksesbilitas, infrastruktur dan hospitalitas dilakukan semata – mata untuk
peningkatan kwalitas hidup masyarakat. Terdapat anomali antara pembangunan
pariwisata yang dilakukan dan perkembangannya terhadap kondisi ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Ketimpangan perkembangan pariwisata ini tercermin
dari perkembangan jumlah kunjungan wisatawan dan pengelompokan fasilitas
wisata hanya pada bagian barat. Berdasarkan data dari penyedia angkutan
!
!
23!
penyeberangan dari Pulau Bali ke Kecamatan Nusa Penida, diperoleh hasil bahwa
sejumlah operator jasa penyeberangan seperti Bounty, Quicksilver, Bali Hai,
Explorer dan Ekajaya menyeberangkan wisatawan setidaknya berjumlah 250 orang
/ kapal / hari. Data banyaknya penyeberangan Day Cruise ke Nusa Penida Wilayah
Barat cenderung sama dari tahun ke tahun dilihat dari kapasitas dan banyaknya trip
yang dilakukan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. Operator
penyeberangan seperti boat lokal (Boat Tanis, Dream Beach, Sea Horse, Glory dan
Fast Boat) umumnya mampu menyeberangkan sebanyak 625 orang wisatawan
kewilayah barat ini per harinya. Jumlah ini mencakup sekitar 33.33% dari total
kunjungan wisatawan per hari yang dilakukan kewilayah barat ini.
Banyaknya penumpang dapat dihitung bahwa setidaknya terdapat 1.875
orang wisatawan / hari data kewilayah Nusa Penida atau sebanyak 684.375 orang
wisatawan per tahun hanya menuju ke daerah Lembongan (Bounty dan Bali Hai),
Toya Pakeh (Quicksilver), Ceningan (Ekajaya), Jungut Batu (Explorer, Boat Tanis,
Dream Beach, Sea Horse, Glory, Fast Boat). Seiring dengan peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan ke Kawasan Nusa Penida, tidak berdampak terhadap
perkembangan ekonomi masyarakat secara merata diseluruh wilayah Nusa Penida
meskipun seluruh bagian memiliki karakteristik kegiatan wisata yang khas.
Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan ke Nusa Penida dari tahun ke tahun
membutuhkan penanganan dan pengelolaan atraksi, fasilitas, aksesbilitas,
infrastruktur dan hospitalitas yang dapat berjalan dengan baik. Kondisi lain yang
menjadi pertimbangan perlunya pengelolaan pariwisata Nusa Penida adalah kondisi
ketimpangan kegiatan wisata yang hanya terfokus pada daerah Jungut Batu, Sakti,
!
!
24!
Toya Pakeh, Pulau Lembongan dan Pulau Ceningan (Suryawan, 2015). Dengan
kondisi ini kegiatan pariwisata hanya terpusat pada bagian barat wilayah Nusa
Penida. Perlu diupayakan strategi yang tepat dalam pengembangan atraksi, fasilitas,
infrastruktur, aksesbilitas serta hospitalitas di Nusa Penida sebgaai sebuah daya
tarik wisata. Penetapan strategi pengembangan pariwisata yang mencakup atraksi,
fasilitas, aksesbilitas, infrastruktur dan hospitalitas menjadi langkah strategis guna
mengatasi kurang optimalnya dampak kegiatan pariwisata bagi ekonomi
masyarakat di Nusa Penida. Sejalan dengan semangat Otonomi Daerah yang
memberikan kewenangan kepada daerah kabupaten di bidang kepariwisataan,
khususnya proses identifikasi, pengaturan, pemanfaatan, pengelolaan, dan
pembinaan elemen pariwisata, perlu dirumuskan strategi pengembangan
kepariwisataan daerah khususnya pariwisata Nusa Penida di masa mendatang.
Strategi pengembangan akan menjadi rekomendasi awal terhadap status,
kecenderungan dan arah pengembangan kepariwisataan di masa mendatang.
Diharapkan nantinya dengan konsep pengembangan dan rangkaian strategi
pengembangan yang tepat, manfaat kegiatan pariwisata semakin dirasakan oleh
masyarakat dan daerah.
1.2 Rumusan Masalah
Banyak pendapat dari berbagai kalangan kurang memperhatikan pentingnya
peranan pariwisata sebagai tonggak mewujudkan kemajuan sektor pariwisata di
Bali yang berkelanjutan. Hal ini disebabkan belum maksimalnya sinergi antara
!
!
25!
pemerintah, pengusaha dan masyarakat dalam meningkatkan program penerapan
pariwisata.
Dengan kegiatan ini, pengelolaan wisata pantai harus mengacu kepada
kaidah pembangunan berkelanjutan yang terdiri atas keberlanjutan secara ekonomi,
lingkungan dan sosial (Susilo, 2003). Mengacu kepada perkembangan
kepariwisataan di Nusa Penida, sejumlah permasalahan yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimanakah status perkembangan pariwisata di Nusa Penida ?
2) Bagaimanakah strategi pengembangan pariwisata di Nusa Penida ?
1.3 Tujuan Penelitian
Hingga saat ini, sektor pariwisata merupakan sektor yang menjadi andalan
perekonomian di Nusa Penida. Perlu ditindak lanjuti suatu program yang kontinyu
berbasis potensi wisata untuk lebih memantapkan perkembangan sektor ini. Peran
serta masyarakat dan pemerintah yang dapat mewujudkan keberhasilan ini, dengan
bergerak secara sinergis, sehingga akan lebih memberikan manfaat positif terhadap
kehidupan masyarakat khususnya manfaat ekonomi. Perumusan strategi
pengembangan pariwisata di Nusa Penida akan menjadi rumusan bagaimana lebih
mengoptimalkan manfaat pariwisata bagi masyarakat. Dengan strategi
pengembangan diharapkan kegiatan kepariwisataan akan semakin meningkat tanpa
merusak sumber daya alam dan lingkungan serta kehidupan sosial masyarakat di
Nusa Penida.
Berdasarkan latar belakang penelitian sebagaimana telah disajikan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut.
!
!
26!
1) Menganalisis status perkembangan pariwisata di Nusa Penida pada kondisi
eksisting
2) Menyusun strategi pengembangan pariwisata di Nusa Penida
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Kegiatan pariwisata identik dengan karakter ekonomi yang khas, baik dari
segi proses transaksional yang dilakukan maupun sistem pergerakan barang dan jsa
yang terjadi. Penelitian ini memperkaya kajian pengembangan ekonomi
kewilayahan dari segi kegiatan pariwisata. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan ekonomi, khususnya dari konsepsi
pengembangan pariwisata pada suatu destinasi pariwisata. Penggunaan teori dan
konsep terkait dengan status perkembangan dan aspek perkembangan pariwisata
akan dikaji hubungannya dalam penelitian ini sehingga lebih memperkaya peranan
pariwisata terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Perumusan strategi
pengembangan pariwisata menjadi sebuah strategi alternatif secara sektoral dalam
pengembangan kewilayahan yang juga akan diuji dalam penelitian ini. Disamping
itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain yang
melakukan penelitian di bidang ekonomi pariwisata.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini, secara global dapat memberikan awareness khususnya
pada semua pihak yang bergerak pada sektor perekonomian pariwisata. Dengan
diketahuinya dampak kegiatan pariwisata terhadap ekonomi masyarakat diharapkan
sekaligus dapat menjawab kondisi ideal yang diharapkan bahwa setiap kegiatan
!
!
27!
pariwisata yang berkembang di daerah, memberikan kontribusi positif bagi
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Manfaat praktis penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1) Meningkatkan kesadaran pemerintah dan masyarakat akan pentingnya suatu
sinergi dalam keberhasilan sektor pariwisata yang dapat memberikan kontribusi
nyata kepada semua pihak.
2) Dengan memadukan proteksi destinasi wisata pada pengembangan ekonomi
pariwisata, yaitu berupa undang-undang atau kebijakan tertentu yang
dikeluarkan dari pemerintah, maka pembangunan ekonomi pariwisata yang
berkelanjutan akan terwujud.