uajy taxplan semen indonesia

12
Kelompok 6 1 PERENC N N P J K “PT SEMEN INDONESIA Tbk” Disusun oleh: 1. Devina Christabel 1104 18955 2. Fransisca Devina P. 1104 19226 3. Kartika Arum Ashanti 1104 19256 Kelompok VI (6)  FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2014

Upload: fransisca-devina-paramitasari

Post on 15-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • Kelompok 6 1

    PERENCANAAN PAJAK

    PT SEMEN INDONESIA Tbk

    Disusun oleh:

    1. Devina Christabel 1104 18955

    2. Fransisca Devina P. 1104 19226

    3. Kartika Arum Ashanti 1104 19256

    Kelompok VI (6)

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

    2014

  • Kelompok 6 2

    PERENCANAAN PAJAK

    Laporan Keuangan dan Catatan Atas Laporan Keuangan PT. Semen Indonesia

    Tbk memberikan informasi bahwa pada tahun 2013, perseroan terlah memenuhi

    persyaratan memeperoleh penurunan tarif PPh Badan sebesar 5% masing masing

    untuk tahun fiskal 2013 dan 2012 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun

    2007. Adanya penurunan tarif tersebut sangat menguntungkan perusahaan, karena

    penurunan tersebut akan berimbas pada penurunan pajak penghasilan yang harus

    ditanggung perusahaan yang pada awalnya bertarif 25 %.

    Untuk pemberlakuan perencanaan pajak, kelompok berfokus pada perusahaan induk

    dari PT. Semen Indonesia Tbk. Berikut peluang perencanaan pajak yang dibuat

    kelompok pada perusahaan.

    1. Koreksi terkait pos Kesejahteraan Karyawan

    Perusahaan memiliki banyak peluang untuk melakukan efisiensi PPH Badan

    terhadap pos biaya biaya yang berkaitan dengan kesejahteraan karyawan. Strategi

    efisiensi PPh Badan sangat bergantung pada kondisi perusahaan. Pada perusahaan

    yang memperoleh penghasilan kena pajak yang telah dikenakan terif tertinggi (di

    atas Rp 100.000.000) dan pengenaan PPh Badannya tidak final, diupayakan

    seminimal mungkin memberikan kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura dan

    kenikmatan karena pengeluaran ini tidak dapat dibebankan sebagai biaya.(Suandy ,

    2009)

    PT. Semen Indonesia Tbk adalah perusahaan yang masuk dalam golongan

    tersebut., dimana perusahaan dikenakan PPh Badan dengan tarif tertinggi dan

    pengenaan PPhnya tidak bersifat final.

    Dalam pos biaya untuk kesejahteraan karyawan PT. Semen Indonesia Tbk

    terdapat koreksi fiskal positif sebesar Rp 50.415.873.000 terhadap laporan

    keuangan komersial perusahaan. Setelah ditelusuri lebih lanjut, koreksi tersebut

    terjadi akibat pemberian fasilitas oleh perusahaan kepada karyawan perusahaan

    dalam bentuk pemberian natura / kenikmatan yang berdasarkan UU PPh No. 36

    Tahun 2008, pasal 9 ayat 1 huruf e. Natura merupakan biaya yang tidak dapat

    dikurangkan untuk menghitung penghasilan kena pajak. Dalam catatan atas laporan

    keuangan PT. Semen Indonesia Tbk ditemukan bahwa penyebab koreksi fiskal

  • Kelompok 6 3

    tersebut adalah natura yang diberikan perusahaan dalam bentuk pemberian rumah

    dinas, mobil dinas, dan fasilitas telepon kepada sejumlah karyawan.

    Mobil dinas dan rumah dinas yang diberikan kepada karyawan, menurut

    Ketentuan Fiskal (Pasal 11 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000) tergolong dalam

    Harta yang tidak boleh disusutkan.

    Harta yang tidak digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

    penghasilan tidak boleh disusutkan secara fiskal. Misalnya; kendaraan perusahaan

    yang dikuasai dan dibawa pulang oleh karyawan, rumah dinas karyawan yang

    tidak terletak di daerah terpencil.

    Prosentase dari kepemilikan harta tersebut akan berimbas pada menurunnya beban

    depresiasi akibat koreksi fiskal, sehingga menyebabkan laba kena pajaknya

    meningkat. Oleh karena itu kelompok mengusulkan koreksi fiskal untuk perusahaan

    ini dengan cara :

    A. Perusahaan menyediakan mobil dinas.

    Jika kenikmatan menggunakan sarana transportasi milik perusahaan tidak

    diperlakukan sebagai penghasilan karyawan menurut UU PPh Pasal 9 ayat (1)

    Huruf e perusahaan tidak daptat mengurangkan biaya dengan transportasi biaya

    penyusutan, eksploitasi atau pemeliharaan sebagai biaya dalam menghitung

    Penghasilan Kena Pajak.

    Perusahaan memberikan tunjangan transport.

    Pemberian tunjangan transportasi menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak

    No. 281/PJ/1998 tentang objek PPh Pasal 6 Ayat 1 Huruf a dapat dikurangkan

    dalam penghasilan Kena Pajak bagi perusahaan.

    Besar dari koreksi fiskal positif akibat mobil dinas ini adalah 25% dari seluruh

    koreksi fiskal positif terhadap pos kesejahteraan karyawan atau sebesar

    Rp.12.603.968.250

    Kelompok mengasumsikan bahwa kendaraan atau mobil tersebut bukan mobil

    yang dimiliki oleh jajaran direksi perusahaan, dimana sesuai Peraturan Menteri

    Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor : Per 02 / MBU /

    2009 tentang Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris, dan

    Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara, mobil tersebut adalah mobil yang

    memang diberikan untuk jajaran direksi.

  • Kelompok 6 4

    Usulan dari kelompok adalah dengan mengalokasikan 70% dari koreksi tersebut

    dialihkan untuk memberikan tunjangan transportasi atau sebesar

    Rp.8.822.777.775, selain itu membantu karyawan yang ingin membeli mobil

    dengan agunan berupa gaji pegawai (syarat dan ketentuan berlaku). Program

    tersebut sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan dan akan lebih

    meningkatkan loyalitas karyawan kepada perusahaan.

    Semua mobil dinas perusahaan yang digunakan sebagai fasilitas karyawan,

    merupakan mobil yang benar benar dipergunakan untuk urusan bisnis.

    Sehingga dengan kata lain, tunjangan dan beban depresiasi mobil tersebut dapat

    dipergunakan untuk meningkatan beban penghasilan perseroan dalam

    penghitungan beban kena pajak.

    Tunjangan tersebut akan menambah beban kena pajak dan mengurangi laba

    kena pajak pada tahun tersebut.

    B. Fasilitas telepon genggam

    Fasilitas telepon genggam yang diberikan kepada sejumlah karyawan juga

    merupakan pos yang bukan obyek pajak jika telepon tersebut digunakan untuk

    urusan diluar urusan perusahaan (digunakan untuk kepentingan pribadi).

    Fasilitas dari telepon genggam ini dapat dikenakan pajak apabila digunakan

    memang untuk urusan kantor. Pengenaan pajak untuk biaya biaya terkait

    telepon ini hanya 50 % dari semua biaya yang digunakan dengan

    KEP.220/PJ./2002 dan SE-09/PJ.42/2002 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan

    atas Biaya Pemakaian telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan.

    Fasilitas telepon yang diberikan perusahaan mempunyai prosentase 10%

    terhadap seluruh koreksi fiskal positif dalam pos kesejahteraan karyawan, atau

    sebesar Rp 5.041.587.300.

    Kelompok mengusulkan kepada perusahaan agar perusahaan membangun suatu

    sistem yang digunakan pada fasilitas tersebut memang hanya dapat digunakan

    untuk melakukan urusan perusahaan (pembatasan panggilan). Sehingga, pada

    koreksi fiskal positif ini, beban telepon dapat dikurangkan sebagai beban kena

    pajak walaupun hanya 50%nya saja atau sebesar Rp.2.520.793.650.

  • Kelompok 6 5

    Perhitungan I :

    Koreksi fiskal terhadap pos kesejahteraan karyawan dapat di jabarkan sebagai

    berikut :

    Koreksi Positif

    Kesejahteraan Karyawan Rp 50.415.873.000

    Mobil Dinas ( asumsi = 25%) Rp.12.603.968.250

    Usulan Kelompok

    Mengganti 70 %nya sebagai tunjangan

    transportasi (Rp.8.822.777.775)

    Koreksi positifnya menjadi sebesar Rp 41.593.095.225

    Koreksi Positif

    Kesejahteraan Karyawan Rp 50.415.873.000

    Fasilitas telepon (asumsi = 10%) Rp 5.041.587.300.

    Usulan Kelompok

    Mengganti 50 %nya sebagai tunjangan (Rp 2.520.793.650)

    Koreksi positifnya menjadi sebesar Rp 47.895.079.350

    KOREKSI POSITIF POS KESEJAHTERAAN KARYAWAN

    JIKA DIGABUNG

    Koreksi Positif

    Kesejahteraan Karyawan Rp 50.415.873.000

    Usulan Kelompok

    Gabungan dari biaya mobil dan telepon

    (Mengurangi Koreksi Positif) (Rp. 11.343.571.425)

    Koreksi Positif kesejahteraan karyawan Rp 39.072.301.575

  • Kelompok 6 6

    Pengaruh terhadap Laba Kena Pajak, Pajak tertanggung, dan Penghematan

    pajak

    Perusahaan Kelompok

    Laba sebelum Pajak Penghasilan

    Rp.4.599.905.681.000 Rp.4.599.905.681.000

    Koreksi positif Perbedaan Tetap

    Rp. 111.298.424.000

    Usulan Kelompok Rp. 111.298.424.000

    Biaya alat transportasi (Rp.8.822.777.775)

    Biaya telepon (Rp 2.520.793.650)

    Koreksi Positif Perbedaan tetap

    Rp 99.954.852.575

    Koreksi negatif perbedaan temporer

    (Rp 176.809.575.000) (Rp 176.809.575.000)

    Laba kena pajak perseroan

    Rp. 4.534.394.530.000 Rp 4.523.050.958.575

    Pajak yang ditanggung perusahaan sebesar 20%

    Beban Pajak tertanggung

    Rp 906.878.906.000 Rp 904.610.191.715

    Penghematan Pajak Rp 2.268.714.285

  • Kelompok 6 7

    2. Koreksi terkait Beban Lain Lain

    Pos Lain lain yang dimiliki oleh perusahaan memiliki koreksi fiskal positif yang

    cukup material yaitu sebesar Rp 131.084.009.000. Salah satu penyebab koreksi

    fiskal tersebut adalah adanya sumbangan perusahaan terhadap para korban

    bencana alam. Selama tahun 2013, Perseroan memberikan bantuan sebesar

    Rp23.160.000.000 atau 17,5% dari seluruh pengeluaran lain lain perusahaan

    yang tidak dapat digolongkan sebagai beban perhitungan PPh. Adapun bencana

    alam yang mendapat bantuan dari PT. Semen Indonesia Tbk , antara lain:

    Korban erupsi Gunung Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang,

    termasuk pendirian Posko Semen

    Banjir di Kabupaten Gresik

    Banjir di Kabupaten Tuban (Kecamatan Rengel, Kecamatan Plumpang,

    Kecamatan Parengan dan Kecamatan Soko,

    Banjir di Kabupaten Lamongan (kecamatan Babat, Laren dan Maduran.)

    Berdasarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sumbangan yang

    diberikan kepada korban bencana alam dan dapat dikurangkan sebagai beban

    pengurang pajak adalah bencana yang tergolong bencana alam nasional. Dari

    bantuan perusahaan kepada korban bencana, tidak ada satupun bencana diatas

    yang tergolong bencana nasional sehingga beban yang digunakan untuk bantuan

    tersebut tidak dapat dikurangkan sebagai beban pengurang pajak penghasilan,

    seperti yang tercamtum dalam Pasal 6 ayat 1 UU PPh No. 36 Tahun 2008.

    Oleh karena itu kelompok mengusulkan perencanaan pajak perusahaan untuk

    mengubah bentuk sumbangan agar dapat digunakan sebagai beban untuk

    mengurangi laba kena pajak perusahaan, tanpe mengubah esensi dari

    sumbangan tersebut. Adapun bentuk sumbangan adalah sebagai berikut:

  • Kelompok 6 8

  • Kelompok 6 9

  • Kelompok 6 10

    Perhitungan II :

    Koreksi fiskal terhadap pos lain - lain dapat di jabarkan sebagai berikut :

    Koreksi Positif

    Pos lain lain Rp. 131.084.009.000

    Bencana Alam erupsi Gunung Kelud Rp 16.212.000.000

    Usulan Kelompok

    Mengganti 70 %nya sebagai biaya pembuatan sungai

    aliran erupsi Rp 11.384.400.000

    Bencana Alam Banjir Kabupaten Gresik Rp 3.474.000.000

    Usulan Kelompok

    Mengganti 70 %nya sebagai Pembuatan tanggul, waduk atau sungai

    Rp 2.431.800.000

    Bencana Alam Banjir di Kabupaten Tuban Rp. 2.316.000.000

    Usulan Kelompok

    Mengganti 100 %nya sebagai biaya pembuatan

    terowongan saluran air di bawah tanah yang kemudian

    disalurkan menuju laut

    Rp. 2.316.000.000

    Bencana Alam Banjir di Kabupaten Lamongan Rp. 1.158.000.000

    Usulan Kelompok

    Mengganti 70 %nya sebagai biaya untuk melakukan pendalaman sungai dengan mengorek semua lumpur dan kotoran yanga ada di sungai

    Rp 810.600.000

    Perencanaan Pajak jika semuanya dilakukan

    Koreksi Positif

    Pos lain lain Rp. 131.084.009.000

    Erupsi Gunung Kelud mengganti 70 %nya sebagai

    biaya pembuatan sungai aliran erupsi (Rp 11.384.400.000)

    Bencana Banjir Kabupaten Gresik mengganti 70 % nya sebagai Pembuatan tanggul, waduk atau sungai

    (Rp 2.431.800.000)

  • Kelompok 6 11

    Bencana Banjir Kabupaten Tuban mengganti 100% nya

    sebagai biaya pembuatan terowongan saluran air di

    bawah tanah yang kemudian disalurkan menuju laut

    (Rp. 2.316.000.000)

    Mengganti 70 %nya sebagai biaya untuk melakukan pendalaman sungai dengan mengorek semua lumpur dan kotoran yanga ada di sungai

    (Rp 810.600.000)

    Koreksi Positif

    Pos lain lain Rp 114.141.209.000

    Pengaruh terhadap Laba Kena Pajak, Pajak tertanggung, dan Penghematan pajak

    Perusahaan Kelompok

    Laba sebelum Pajak Penghasilan

    Rp.4.599.905.681.000 Rp.4.599.905.681.000

    Koreksi positif Perbedaan Tetap

    Rp. 111.298.424.000

    Usulan Kelompok Rp. 111.298.424.000

    Biaya lain lain (bencana alam) (Rp.16.942.800.000)

    Koreksi Positif Perbedaan tetap Rp 94.355.624.000

    Koreksi negatif perbedaan temporer

    (Rp 176.809.575.000) (Rp 176.809.575.000)

    Laba kena pajak perseroan

    Rp. 4.534.394.530.000 Rp 4.517.451.730.000

    Pajak yang ditanggung perusahaan sebesar 20%

    Beban Pajak tertanggung Rp 906.878.906.000 Rp 903.490.346.000

    Penghematan Pajak Rp 3.388.560.000

  • Kelompok 6 12

    Perhitungan III

    Perhitungan ke tiga ini apabila, semua usulan kelompok terhadap perencanaan pajak

    perusahaan diterima oleh perusahaan.

    Perusahaan Kelompok

    Laba sebelum Pajak Penghasilan

    Rp.4.599.905.681.000 Rp.4.599.905.681.000

    Koreksi positif Perbedaan Tetap

    Rp. 111.298.424.000

    Usulan Kelompok Rp. 111.298.424.000

    Biaya Kesejahteraan Karyawan

    Mobil / alat transportasi (Rp.8.822.777.775)

    Telepon genggam (Rp 2.520.793.650)

    Biaya lain lain (bencana alam) (Rp.16.942.800.000)

    Koreksi Positif Perbedaan tetap Rp 83.012.052.575

    Koreksi negatif perbedaan temporer

    (Rp 176.809.575.000) (Rp 176.809.575.000)

    Laba kena pajak perseroan

    Rp. 4.534.394.530.000 Rp 4.506.108.159.000

    Pajak yang ditanggung perusahaan sebesar 20%

    Beban Pajak tertanggung Rp 906.878.906.000 Rp 901.221.631.700

    Penghematan Pajak Rp 5.657.274.300