tutprial herbal 1. ameldafafd

Download Tutprial Herbal 1. AmelDAFAFD

If you can't read please download the document

Upload: echa-ayiimm

Post on 11-Nov-2015

230 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

SCSDZC

TRANSCRIPT

Skenario 1Seorang pasien pria 40 tahun didiagnosis oleh dokter menderita nephrolithiasis. Dokter menyarankan kepadanya untuk melakukan operasi, tetapi dia takut untuk melakukannya. Pasien bertanya kepada dokter jika dia bisa menggunakan herbal medicine, karena temannya memberitahu padanya untuk meminum Ekstrak air daun tempuyung. Dokter menemukan informasi bahwa daun tempuyung mengandung flavonoid sebagai salah satu metabolit sekundernya. Setelah itu, dokter ingin mengetahui apakah Ekstrak ini telah distandarisasi sebagai herbal medicine.

Step 1Metabolit sekunder: Produk tumbuhan yang diproduksi jika ada stressor dari lingkungan. Digunakan untuk bertahan hidup, tidak untuk berkembang biak.Flavonoid: Senyawa pigmen tumbuhan (ungu, kuning dan merah), berisi nucleus heterosiklik aromatic trimeric. Pada tumbuhan biasanya dalam bentuk glikosida dan hampir ada di seluruh bagian tumbuhan.Standarisasi: formula standar dari suatu substansi dan prosedur. Proses menetapkan revisi yang dilakukan secara teliti. Di Indonesia terdapat 3 panduan standarisasi herbal medicine: Materia Medika Indonesia (MMI), Farmakope Indonesia (FI), dan Farmakope Herbal Indonesia (FHI).Nephrolithiasis: keadaan dimana terdapat massa berbentuk batu di dalam ginjalTempuyung: Sonchus Arvensis => latin dedaunan yang tumbuh terlindungi oleh pepohonan, tepi daun berombak, permukaan kasar dan berwarna hijau. Mengandung mineral (silika, natrium, kalium dan magnesium), dan bahan organik (flavonoid, kumarin, dan teraksasol)Herbal Medicine: obat dari bahan alam (hewani, nabati atau mineral), tetapi lebih sering nabatiEkstrak air: proses ekstraksi simplisia dengan air (infus)

Step 2, 3 & 4Cara standardisasi obat herbal.

Standarisasi simplisiaMurniTidak mengandung pestisida dan toksinTidak mengandung organisme pathogenBebas dari cemaran mikroorganisme, serangga, hewan lain dan kotoran hewanBau dan warna tidak menyimpangTidak berlendir dan rusak

Standarisasi EkstrakMempertahankan konsistensi senyawa aktif pada EkstrakNon-spesifik (sisa penyaringan, bobot jenis dan kadar air)Spesifik (senyawa terlarut polar dan non polar)

Kandungan tempuyung yang dapat mengobati nephrolitiasis

Kalium dan flavonoid

Cara mengetahui kandungan metabolit sekunder dari bahan dasar obat herbal

(LO)

Apakah semua jenis nephrolitiasis dapat diobati dengan ekstrak daun tempuyung? Mekanisme kerja Ekstrak daun tempuyung mengobati

- nephrolitiasisNephrolitiasis umumnya terbentuk oleh batu Kalsium oksalat. Kalium dalam daun tempuyung akan berikatan dengan oksalat. Sehingga, dapat mencegah terbentuknya batu kalsium oksalat.Batu strufit

Asam urat flavonoid mencegah terbentuknya batu asam urat, karena menghambat kerja enzim oksidaseProses ekstraksi obat herbal

Ekstraksi dengan pelarutCara dinginMaserasiPerkolasi

Cara panasRefluksSoxhletDigestiInfusDekokDestilasi uap senyawa kandungan minyak di uapkan

Analisis menentukan flavonoid

Metode kromatografi kertasMetode spektrofotometri UV-vis

Faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi

Pengeringan kadar air 10%Pelarut disesuaikan kandungan yang akan diekstrakStabilitas jika tidak tahan panas atau ragu, lebih baik ekstraksi dengan maserasiPenyimpanan tempat yang tidak lembab

Metabolit sekunder daun tempuyung

Flavonoid, polifenol, inositol, teraksasol, dan asam fenolat

Keuntungan dan kerugian obat herbal dibandingkan dengan obat modern

Keuntungan:efek samping kecil, terjangkau,dan amanKerugian: proses penyembuhan lama

Jenis standarisasi obat herbal, parameter dan manfaatnya

ParameterOrganoleptik = warna, bau dan rasaMakroskopik = fisik dilihat secara langsung atau dengan lupMikroskopik = fisik dilihat dengan menggunakan mikroskopPenetapan kadar = kandungan yang memiliki khasiatMikroba = patogen atau non-patogenLogam berat = terdapat cemaran logam atau tidakPestisida

Bagaimana proses pembentukan metabolit sekunder pada tanaman? Apakah dari metabolit primer?

(LO)

Prosedur pengujian obat herbal (pre-klinik dan klinik)

Pre-klinik: diuji pada hewan cobaKlinik: diuji pada manusia

Fase I: volunter 20-80 orang. Uji efek samping dan dosisFase II: volunteer 20-300 orang. Menilai keamananFase III: volunter 100-3000 orang. Monitor efek sampingFase IV: studi setelah pemasaran. Uji risiko dan manfaat

Solusi terbaik bagi pasien di scenario

ESWL dan diuretik. Ekstrak daun tempuyung dapat digunakan sebagai diuretik.

Jenis-jenis obat herbal

jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka

Obat herbal yang termasuk fitofarmakaNodiar diareX-GRA meningkatkan stamina priaStimuno memperbaiki dan mempertahankan daya tahan tubuhCensigard agromed menurunkan tekanan darahRheumaneer mengurangi nyeri sendi

Obat herbal menurut SKDUI

(LO)

Farmakokinetik flavonoid

Administrasi (LO)Distribusi (LO)Metabolisme (LO)Ekskresi karena berefek dieresis, maka flavonoid akan dikeluarkan bersama dengan urin.

Perbedaan jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka

JamuObat Herbat TerstandarFitofarmakaSediaan tradisional Terbuat dari ekstrak Terbuat dari ekstrak dan dapat disejajarkan dengan obat modernDasar pengalamanDasar penelitian ilmiahDasar penelitian ilmiahTanaman penyusun 5-10 atau bahkan lebihTanaman penyusun maskimal 5Tanaman penyusun maskimal 5AmanAmanAmanTerbukti secara empirisTerbukti secara ilmiah dengan data pre-klinikTerbukti secara ilmiah dengan data klinikMemenuhi syarat mutuMemenuhi syarat mutuMemenuhi syarat mutuBahan baku belum terstandarisasiBahan baku terstandarisasi (FI, MMI)Bahan baku terstandarisasi (FI, MMI)

Dasar pemakaian obat herbal

Learning ObjectiveCara mengetahui kandungan metabolit sekunder dari bahan dasar obat herbalJenis standarisasi obat herbal, dan manfaatnyaBagaimana proses pembentukan metabolit sekunder pada tanaman? Apakah dari metabolit primer?Obat herbal menurut SKDUIAdministrasi, distribusi dan metabolisme flavonoid.Dasar pemakaian obat herbal

Step 71.1. Identifikasi Alkaloid: Metode Culvenor-Fitzgeraid.2. Identifikasi Flavonoid: Shinoda test/Sianidin testKira-kira 0,5 gram sampel yang telah dirajang halus, diekstrak dengan 5 ml methanol dan dipanaskan selama 5 menit dalam tabung reaksi. Ekstraknya ditambahkan beberapa tetes asam klorida pekat dan sedikit serbuk magnesium.Bila terjadi perubahan warna menjadi merah/pink atau kuning menunjukkan sampel mengandung flavonoid.3. Identifikasi steroid/terpenoid: Metode Lieberman-Burchard.Beberapa tetes lapisan kloroform pada uji alkaloid, ditempatkan pada plat tetes. Tambahkan 5 tetes anhidrida asetat dan biarkan mengering. Kemudian tambahkan 3 tetes H2S04 pekat. Timbulnya warna merah jingga atau ungu menandakan uji positif terhadap terpenoid, sedangkan warnabiru menunjukkan uji positif untuk steroid.4. Identifikasi Saponin: Uji BusaUntuk identifikasi saponin ini sebaiknya digunakan sampel yang sudah dikeringkan, karena test yang digunakan adalah test pembentukan busa. Bila sampel segar/basah dididihkan dengan air suling, kemungkinan cairan sel akan membentuk busa bila dikocok.Caranya: sampel kering dirajang halus, dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan air suling, didihkan selama 2 - 3 menit. Dinginkan, setelah dingin dikocok kuat-kuat. Ada busa yang stabil selama 5 menit berarti sampel mengandung saponin.Alkaloid- Mayer- Wagner- Dragendrof

FlavonoidMetanol, asam klorida pekat, dan serbuk magnesium

Steroid/terpenoidKloforom, anhidrida asetat dan H2S04 pekat

SaponinAir suling

(Tim Kimia Organik. 2007. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Padang: FMIPA UNP)

2. Standarisasi Bahan baku simplisiaDapat berupa tumbuhan liar atau berupa tumbuhan budidayaProses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisiaCara pengepakan dan penyimpanan simplisia (Depkes RI, 2000).a.Pengumpulan Bahan BakuKualitas bahan baku simplisia sangat dipengaruhi beberapa faktor, seperti : umur tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu panen, bagian tumbuhan, waktu panen dan lingkungan tempat tumbuh (Depkes RI, 2000).b.SortasiSortasi dilakukan untuk memisahkan kotoran kotoran atau bahan bahan asing lainnya dari bahan simplisia sehingga tidak ikut terbawa pada proses selanjutnya yang akan mempengaruhi hasil akhir. Sortasi terdiri dari dua cara, yaitu:Sortasi basah :Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan asing lainnya setelah dilakukan pencucian dan perajangan.Sortasi kering :Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tumbuhan yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering (Depkes RI, 2000).c.PengeringanPengeringan dilakukan agar memperoleh simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengeringan secara alami dan secara buatan. Pengeringan alami dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari baik secara langsung maupun ditutupi dengan kain hitam. Sedangkan pengeringan secara buatan dilakukan dengan oven. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30oC 90oC (Depkes RI, 2000).

d.Pengemasan dan PenyimpananPengepakan simplisia dapat menggunakan wadah yang inert, tidak beracun, melindungi simplisia dari cemaran serta mencegah adanya kerusakan.Sedangka penyimpanan simplisia sebaiknya di tempat yang kelembabannya rendah, terlindung dari sinar matahari, dan terlindung dari gangguan serangga maupun tikus.

Standardisasi SimplisiaSimplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dipergunakan sebagai bahan obat, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terdiri dari simplsiia nabati, hewani dan mineral. nabati, hewani dan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang di maksud eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaan simplisia harus memenuhi persyaratan minimal untuk standardisasi simplisia. Standardisasisimplisia mengacu pada tiga konsep antara lain sebagai berikut:Simplisia sebagai bahan baku harus memenuhi 3 parameter mutu umum (nonspesifik) suatu bahan yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian, aturan penstabilan (wadah, penyimpanan, distribusi)Simplisia sebagai bahan dan produk siap pakai harus memenuhi trilogi Quality-Safety-EfficacySimplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang berkontribusi terhadap respon biologis, harus memiliki spesifikasi kimia yaitu komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan (Depkes RI, 2000).Kontrol kualitas merupakan parameter yang digunakan dalam proses standardisasi suatu simplisia. Parameter standardisasi simplisia meliputi parameter non spesifik dan spesifik. Parameter nonspesifik lebih terkait dengan faktor lingkungan dalam pembuatan simplisia sedangkan parameter spesifik terkait langsung dengan senyawa yang ada di dalam tanaman. Penjelasan lebih lanjut mengenai parameter standardisasi simplisia sebagai berikut:1. Kebenaran simplisiaPemeriksaan mutu simplisia dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik dan mikroskopik. Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera manusia dengan memeriksa kemurnian dan mutu simplisia dengan mengamati bentuk dan ciri-ciri luar serta warna dan bau simplisia. Sebaiknya pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia.a. Parameter non spesifikParameter non spesifik meliputi uji terkait dengan pencemaran yang disebabkan oleh pestisida, jamur, aflatoxin, logam berat, penetapan kadar abu, kadar air, kadar minyak atsiri, penetapan susut pengeringan.b. Parameter spesifikParameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari simplisia.Uji kandungan kimia simplisia digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa tertentu dari simplisia. Biasanya dilkukan dengan analisis kromatografi lapis tipis (Depkes RI, 2000).

Standardisasi EkstrakEkstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Standardisasi ekstrak tidak lain adalah serangkaian parameter yang dibutuhkan sehingga ekstrak persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.Ekstrak terstandar berarti konsistensi kandungan senyawa aktif dari setiap batch yang diproduksi dapat dipertahankan, dan juga dapat mempertahankan pemekatan kandungan senyawa aktif pada ekstrak sehingga dapat mengurangi secara signifikan volume permakaian per dosis, sementara dosis yang diinginkan terpenuhi, serta ekstrak yang diketahui kadar senyawa aktifnya ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan formula lain secara mudah seperti sediaan cair , kapsul, tablet, dan lain-lain.1.Parameter Non Spesifika)Susut PengeringanSusut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai konstan, yang dinyatakan dalam porsen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka (Depkes RI, 2000).b)Bobot JenisParameter bobot jenis ekstrak merupakan parameter yang mengindikasikan spesifikasi ekstrak uji. Parameter ini penting, karena bobot jenis ekstrak tergantung pada jumlah serta jenis komponen atau zat yang larut didalamnya (Depkes RI, 2000).c)Kadar airKadar air adalah banyaknya hidrat yang terkandung zat atau banyaknya air yang diserap dengan tujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan (Depkes RI, 2000).d)Kadar abuParameter kadar abu merupakan pernyataan dari jumlah abu fisiologik bila simplisia dipijar hingga seluruh unsur organik hilang. Abu fisiologik adalah abu yang diperoleh dari sisa pemijaran (Depkes RI, 2000).

2.Parameter Spesifika)IdentitasIdentitas ekstrak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:Deskripsi tata nama:Nama Ekstrak (generik, dagang, paten)Nama latin tumbuhan (sistematika botani)Bagian tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun, buah,)Nama Indonesia tumbuhanEkstrak dapat mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu. Parameter identitas ekstrak mempunyai tujuan tertentu untuk memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas (Depkes RI, 2000).b)OrganoleptikParameter oranoleptik digunakan untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa menggunakan panca indera dengan tujuan pengenalan awal yang sederhana dan seobyektif mungkin (Depkes RI, 2000).c)Kadar sariParameter kadar sari digunakan untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia. Parameter kadar sari ditetapkan sebagai parameter uji bahan baku obat tradisional karena jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia akan berkaitan erat dengan reproduksibilitasnya dalam aktivitas farmakodinamik simplisia tersebut (Depkes RI,2000).d)Pola kromatogramPola kromatogram mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran awal komponen kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram kemudian dibandingkan dengan data baku yang ditetapkan terlebih dahulu (Depkes RI, 2000)

Metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan atau disintesa pada sel dan group taksonomi tertentu pada tingkat pertumbuhan atau stress tertentu. Senyawa ini diproduksi hanya dalam jumlah sedikit tidak terus-menerus untuk mempertahankan diri dari habitatnya dan tidak berperan penting dalam proses metabolism utama (primer). Pada tanaman, senyawa metabolit sekunder memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai atraktan (menarik serangga penyerbuk), melindungi dari stress lingkungan, pelindung dari serangan hama/penyakit (phytoaleksin), pelindung terhadap sinar ultra violet, sebagai zat pengatur tumbuh dan untuk bersaing dengan tanaman lain (alelopati).

Senyawa metabolit sekunder memiliki struktur yang lebih komplek dan sulit disintesa, jarang dijumpai di pasaran karena masih sedikit (15%) yang telah berhasil diisolasi sehingga memiliki nilai ekonomi tinggi (mahal harganya).Jalur Pembentukan Metabolit SekunderSenyawa metabolit sekunder diproduksi melalui jalur di luar biosinthesa karbohidrat dan protein. Ada tiga jalur utama untuk pembentukan metabolit sekunder, yaitu 1) jalur Asam Malonat asetat, 2) Asam Mevalonat asetat dan 3) Asam Shikimat.a. Jalur Asam MalonatSenyawa metabolit sekunder yang dihasilkan melalui jalur asam malonat diantaranya: asam lemak (laurat, miristat, palmitat, stearat, oleat, linoleat, linolenic), gliserida, poliasetilen, fosfolipida, dan glikolipida.Tanaman yang menghasilkan senyawa ini antara lain: Jarak pagar, kelapa sawit, kelapa, jagung, kacang tanah, zaitun, bunga matahari, kedelai, wijen, kapas, coklat, dan alpukat.b. Jalur Asam MevalonatSenyawa metabolit sekunder dari jalur ini diantaranya adalah Essential oil, Squalent, Monoterpenoid, Menthol, Korosinoid, Streoid, Terpenoid, Sapogenin, Geraniol, ABA, dan GA3.c. Jalur Asam SikhimatMetabolit sekunder yang disintesis melalui jalur asam shikimat diantaranya adalah Asam Sinamat, Fenol, Asam benzoic, Lignin, Koumarin, Tanin, Asam amino benzoic dan Quinon.Contoh metabolit sekunder komersial dan kegunaannyaShikonin

Senyawa ini dihasilkan dari kultur sel Lithospermum erithorhizon. Kegunaan atau manfaat senyawa ini adalah sebagai anti bakteri, zat pewarna, kosmetik, untuk luka, dll. Secara alami, Sikonin dapat diisolasi dari akar pada saat tanaman umur 5 7 tahun, namun kandungannya hanya sekitar 1-2 %. Sedangkan produksi Sikonin melalui Kultur akar rambut menggunakan alat bioreaktor kapasitas 20.000 liter dapat menghasilkan sekitar 12 15%. Sikonin komersial telah diproduksi oleh PT. Mitsui Petrochemical IND.Ginsenoida

Senyawa metabolit sekunder ini diproduksi dari akar tanaman Ginseng. Senyawa ini berguna untuk menambah vitalitas dan banyak digunakan sebagai campuran obat dan minuman. Senyawa ini telah diproduksi secara komersial (skala industry) melalui kultur akar menggunakan alat bioreactor dengan kapasitas 20.000 liter oleh PT. Nitro Denco sejak tahun 1991.Vinblastin dan Vincristine

Senyawa metabolit sekunder ini diproduksi dari bunga Tapak Dara (Catharanthus roseus). Senyawa ini merupakan Alkaloid untuk obat penyakit leukemia.Adapun lintasan biosintesis senyawa metabolit Vinblastin dan Vincristine adalah sebagai berikut: AjmalicineSenyawa metabolit sekunder ini diproduksi dari Rauvolvia sp. Kegunaan senyawa Ajmalicine adalah untuk obat anti hipertensi (obat darah tinggi). Rumus kimia dari senyawa metabolit sekunder Ajmalicine adalah sebagai berikut.Metabolit Sekunder sebagai obat modernAlkaloid Rauvolvia serpentinaAtropine Hyoscymus nigerCaffeine Coffea arabicaCocaine Erythorxylon cocaNikotin Nicotiana tabacumQuinine Cinchona officinalisScopolamine N. nigerVinblastine Catharanthus roseus

Faktor yang mempengaruhi produksi metabolit sekunderFormulasi/komposisi media kultur.Faktor fisik (suhu, cahaya,kelembaban dll).Faktor genetik (genotipa sel).Faktor Stress lingkungan (logam berat, elicitor, sinar UV).

Cara meningkatkan produksi metabolit sekunderProduksi senyawa metabolit sekunder melalui kultur sel/jaringan tidak selalu lebih tinggi hasilnya. Padas siitem produksi metabolit sekunder menggunakan kultur sel/akar dengan bioreactor dapat ditingkatkan hasilnya dengan cara menambahkan senyawa pemacu atau precursor. Cara ini banyak diterapkan pada proses produksi skala industry, karena lebih murah, cepat dan mudah membentuk senyawa akhir. Namun ada beberapa hambatan dalam penggunaan precursor, yaitu lambatnya proses transport dari precursor ke dalam sel target dan masih terbatasnya jenis precursor(Prof.Dr.Ir.IkaMariska.2013.Metabolit sekunder Jalur Pembentukan dan Kegunaanya.http://biogen.litbang.deptan.go.id/index.php/2013/08/metabolit-sekunder-jalur-pembentukan-dan-kegunaannya/)Obat herbal menurut SKDUI

tidak ada

Administrasi, distribusi dan metabolisme flavonoid.

Metabolisme dan Bioavailabilitas FlavonoidFlavonoid terhubung ke satu atau lebih molekul gula yang dikenal sebagai flavonoid glikosida , sementara mereka yang tidak terhubung ke molekul gula disebut aglikon. Dengan pengecualian flavanols (catechin dan proanthocyanidins), flavonoid pada tanaman dan makanan berada dalam bentuk glikosida. Bahkan setelah didalam tubuh, flavonoid glikosida paling mencapai secara utuh di usus kecil. Hanya aglikon flavonoid dan flavonoid glucosides (terikat dengan glukosa) diserap di usus kecil, dimana mereka dengan cepat dimetabolisme untuk membentuk alkohol, glucuronidated, atau tersulfatasi metabolit. Bakteri usus biasanya memainkan peran penting dalam metabolisme flavonoid dan penyerapan. Flavonoid atau metabolit flavonoid yang mencapai usus besar mungkin akan lebih dimetabolisme oleh bakteri dan enzim kemudian akan diserap. Kemampuan seseorang A untuk menghasilkan metabolit flavonoid tertentu dapat bervariasi dan tergantung pada lingkungan dari mikroflora kolom.Secara umum, bioavailabilitas flavonoid relatif rendah karena penyerapan terbatas dan eliminasi cepat. Bioavailabilitas berbeda untuk berbagai flavonoid. Isoflavon adalah kelompok yang paling bioavailable flavonoid, sedangkan flavanols (proanthocyanidins dan katekin teh) dan antosianin sangat buruk diserap. Karena flavonoid dengan cepat dan ekstensif dimetabolisme, kegiatan biologis metabolit flavonoid tidak selalu sama dengan senyawa induk. Ketika mengevaluasi data dari penelitian flavonoid dalam sel kultur, penting untuk mempertimbangkan apakah konsentrasi flavonoid dan metabolit digunakan secara fisiologis relevan. Pada manusia, puncak plasma konsentrasi isoflavon kedelai dan jeruk flavanon belum ditemukan melebihi 10 micromoles / liter setelah konsumsi oral. Puncak konsentrasi plasma diukur setelah konsumsi anthocyanin, flavanol dan flavonol (termasuk yang dari teh) umumnya kurang dari 1 micromole / liter . Kegunaan dan Aktifitas Farmakologi Flavonoid Dalam Tubuh

Flavonoid merupakan bagian penting dari diet manusia karena banyak manfaatnya bagi kesehatan. Fungsi kebanyakan flavonoid dalam tubuh manusia adalah sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas vitamin C), antiinflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik. Flavonoids dikenal sebagai salah satu substansi antioksidan yang berkekuatan sangat kuat hingga dapat menghilangkan efek merusak yang terjadi pada oksigen dalam tubuh manusia. Sekarang ini para peneliti sangat tertarik mengenai potensi manfaat substansi kimiawi tersebut yang juga banyak terkandung dalam bawang bombay, apel, dan anggur merah. Dalam banyak kasus, flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus. Fungsi flavonoid sebagai antivirus telah banyak dipublikasikan, termasuk untuk virus HIV (AIDS) dan virus herpes. Selain itu, flavonoid juga dilaporkan berperan dalam pencegahan dan pengobatan beberapa penyakit lain seperti asma, katarak, diabetes, encok/rematik, migren, wasir, dan periodontitis (radang jaringan ikat penyangga akar gigi). Penelitian-penelitian mutakhir telah mengungkap fungsi-fungsi lain dari flavonoid, tidak saja untuk pencegahan, tetapi juga untuk pengobatan kanker. Secara rinci, berikut ini adalah beberapa kegunaan dari Flavonoid dala tubuh, diantaranya :a. Aktivitas Antioksidan LangsungFlavonoid efektif dalam menangkal radikal bebas dalam tabung uji ( in vitro ). Namun, bahkan dengan asupan flavonoid sangat tinggi, plasma dan konsentrasi flavonoid intraseluler pada manusia kemungkinan akan 100-1000 kali lebih rendah dibandingkan konsentrasi lainnyadari antioksidan , seperti asam askorbat ( vitamin C ), asam urat, atau glutathione. Selain itu, flavonoid yang ada kebanyakan sebenarnya adalah metabolit flavonoid , beberapa di antaranya mempunyai aktivitas antioksidan lebih rendah dari flavonoid induk. Untuk alasan ini, kontribusi relatif dari flavonoid diet untuk plasma dan jaringan fungsi antioksidan in vivo kemungkinan sangat kecil atau diabaikan.b. Pengkhelat LogamIon logam, seperti besi dan tembaga, dapat mengkatalisis produksi radikal bebas . Kemampuan flavonoid untuk khelat (mengikat) ion logam tampaknya berkontribusi terhadap aktivitas antioksidan in vitro. Dalam organisme hidup, sebagian besar besi dan tembaga terikat dengan protein, membatasi partisipasi mereka dalam reaksi yang menghasilkan radikal bebas. Meskipun kegiatan-pengkhelat logam flavonoid mungkin bermanfaat dalam kondisi patologis atau tembaga kelebihan besi, tidak diketahui apakah flavonoid atau metabolitnya berfungsi sebagai chelators logam efektif secara in vivo.c. Efek pada Persiapan Cell-SignalingSel mampu menanggapi berbagai perbedaan tegangan atau sinyal dengan meningkatkan atau menurunkan ketersediaan protein tertentu. Proses kompleks yang menyebabkan perubahan dalam ekspresi gen tertentu, dikenal sebagai jalur sinyal sel atau jalur transduksi sinyal. Hal ini termasuk dalam mengatur jalur-jalur proses banyak sel, termasuk pertumbuhan, proliferasi , dan kematian ( apoptosis ). Meskipun awalnya dihipotesiskan bahwa efek biologis dari flavonoid akan berhubungan dengan aktivitas antioksidan, bukti yang tersedia dari percobaan kultur sel menunjukkan bahwa banyak efek biologis dari flavonoid berhubungan dengan kemampuan mereka untuk memodulasi jalur sinyal sel. Konsentrasi flavonoid intraselular yang dibutuhkan digunakan untuk mempengaruhi jalur sinyal sel yang lebih rendah dari yang dibutuhkan untuk mempengaruhi kapasitas antioksidan seluler. Metabolit flavonoid dapat mempertahankan kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan protein sinyal sel bahkan jika aktivitas antioksidan mereka berkurang. Transduksi sinyal yang efektif memerlukan protein yang dikenal sebagai kinase yang mengkatalisis yang fosforilasi protein target pada situs tertentu. Poses ini melibatkan phosphorylations tertentu atau dephosphorylationstransduksi sinyal protein yang akhirnya mempengaruhi aktivitas faktor transkripsi -protein yang mengikat unsur-unsur respon spesifik pada DNA dan mempromosikan atau menghambat transkripsi berbagai gen . Hasil sejumlah penelitian pada kultur sel menunjukkan bahwa flavonoid dapat mempengaruhi penyakit kronis yang secara selektif menghambat kinase. Pertumbuhan dan proliferasi sel juga diatur oleh faktor pertumbuhan yang memulai proses sel-sinyal dengan mengikat reseptor spesifik di membran sel. Flavonoid dapat mengubah faktor pertumbuhan sinyal oleh fosforilasi reseptor menghambat atau menghalangi reseptor pengikat yang diberikan oleh faktor pertumbuhan .d. Pencegahan Penyakit KankerModulasi jalur sinyal sel dengan flavonoid dapat membantu mencegah kanker dengan cara:- Merangsang tahap II detoksifikasi aktivitas enzim: Tahap II enzim-enzim detoksifikasi mengkatalisis reaksi yang meningkatkan ekskresi yang berpotensi beracun atau karsinogenik bahan kimia.- Melancarkan regulasi siklus sel normal : pembelahan sel melewati urutan tahap yang dikenal sebagai siklus sel sebelum membagi lagi. Setelah sel mengalami kerusakan DNA , siklus sel dapat ditangkap di tempat pemeriksaan kerusakan sel, yang memungkinkan untuk perbaikan DNA atau aktivasi dari jalur menyebabkan kematian sel ( apoptosis ) jika kerusakan tidak dapat diperbaiki. Cacat siklus sel akan menghasilkan penyebaran mutasi yang memberikan kontribusi pada perkembangan kanker. - Menghambat proliferasi dan menginduksi apoptosis : Tidak seperti sel normal, sel-sel kanker berkembang biak cepat dan kehilangan kemampuan untuk merespon sinyal kematian sel yang melakukan apoptosis.- Menghambat invasi tumor dan angiogenesis : sel-sel kanker menyerang jaringan normal dibantu oleh enzim yang disebut matriks-metaloproteinase. Untuk bahan bakar pertumbuhan yang cepat, tumor invasif harus mengembangkan pembuluh darah baru dengan proses yang dikenal sebagai angiogenesis.- Mengurangi peradangan : Peradangan dapat mengakibatkan peningkatan produksi lokal dari radikal bebas oleh enzim inflamasi, serta pelepasan mediator inflamasi yang meningkatkan proliferasi sel dan angiogenesis dan menghambat apoptosis.e. Pencegahan Penyakit KardiovaskularModulasi jalur transduksi sinyal dengan flavonoid dapat membantu mencegah penyakit kardiovaskuler dengan cara :- Mengurangi peradangan : Aterosklerosis sekarang dikenal sebagai penyakit radang, dan beberapa ukuran peradangan berhubungan dengan peningkatan risiko infark miokard (serangan jantung).- Penurunan ekspresi molekul adhesi sel vaskular : Salah satu peristiwa paling awal dalam perkembangan aterosklerosis adalah perekrutan inflamasi sel darah putih dari darah pada dinding arteri. Proses ini tergantung pada ekspresi molekul adhesi oleh endotel pembuluh darah sel-sel yang melapisi dinding dalam pembuluh darah.- Meningkatkan endotel oksida nitrat sintase (eNOS) aktivitas : eNOS adalah enzim yang mengkatalisis pembentukan oksida nitrat oleh sel endotel pembuluh darah. Nitrat oksida diperlukan untuk menjaga relaksasi arteri ( vasodilatasi ). Gangguan vasodilasi nitrat oksida dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler .- Penurunan agregasi trombosit : agregasi trombosit merupakan salah satu langkah pertama dalam pembentukan gumpalan darah yang dapat menutup jalan atau cerebral arteri koroner, sehingga infark miokard atau stroke, dapat terjadi. Penghambatan agregasi trombosit dianggap penting dalam pencegahan primer dan sekunder penyakit kardiovaskuler .f. Penghambatan sitokrom CYP 3A4Sesedikit 200 ml (7 ons cairan) jus jeruk telah ditemukan untuk ireversibel menghambat metabolisme obat usus enzim , sitokrom P450 (CYP) 3A4. Meskipun ampuh, inhibitor CYP3A4 sebagian besar di jeruk dianggap furanocoumarins, terutama dihydroxybergamottin, yang naringenin flavonoid dan quercetin juga telah ditemukan untuk menghambat CYP3A4 in vitro Penghambatan CYP3A4 usus dapat meningkatkan ketersediaan hayati dan risiko toksisitas sejumlah obat, tetapi tidak terbatas pada CoA reduktase inhibitor-HMG (atorvastatin, lovastatin, dan simvastatin), antagonis calcium channel (felodipine, nicardipine, nisoldipine, nitrendipine, dan verapamil),-arrhythmic agen anti (amiodarone), HIV protease inhibitor (saquinavir), imunosupresan (siklosporin), antihistamin (terfenadine), stimulan gastrointestinal (cisapride), benzodiazepin (diazepam, midazolam, dan triazolam), antikonvulsan (carbamazepine), anxiolytics (buspirone) serotonin reuptake inhibitor tertentu (sertraline), dan obat yang dipakai untuk mengobati disfungsi ereksi (sildenafil). Jus anggur dapat mengurangi efekterapeutik reseptor angiotensin II antagonis, losartan karena potensi interaksi obat yang merugikan, beberapa dokter merekomendasikan bahwa orang yang memakai obat yang mengalami metabolisme presystemic luas oleh CYP3A4 menghindari mengkonsumsi jus jeruk bali sama sekali untuk menghindari toksisitas potensial.g. Penghambatan P-glikoproteinP-glikoprotein adalah transporter penghabisan yang menurunkan penyerapan sejumlah obat. Ada beberapa bukti bahwa konsumsi jus jeruk menghambat aktivitas P-glikoprotein. Quercetin naringenin, dan flavanol teh hijau, epigallocatechin gallate (EGCG), telah ditemukan dapat menghambat aktivitas penghabisan P-glikoprotein di pembelahan sel. Dengan demikian, jumlah atau tambahan asupan flavonoid ini sangat berpotensi dapat meningkatkan bioavailabilitas flavonoid, berpotensi meningkatkan toksisitas obat yang substratnya dari P-glikoprotein. Obat yang dikenal sebagai substrat dari P-glikoprotein adalah digoksin, agen antihipertensi, agen antiarrhythmic, kemoterapi (antikanker) agen, agen antijamur, inhibitor protease HIV, agen imunosupresif, antagonis reseptor H2, beberapa antibiotik, dan lain-lain.h. Antikoagulan dan AntiplateletTingginya pemasukan flavonoid dari jus anggur ungu (500 ml / hari) dan coklat gelap (235 mg / hari flavanols) telah ditemukan untuk menghambat agregasi platelet dalam uji ex vivo. Secara teoritis, asupan flavonoid yang tinggi (misalnya, dari suplemen) dapat meningkatkan risiko pendarahan saat diambil dengan obat antikoagulan, seperti warfarin (Coumadin), dan obat-obatan antiplatelet, seperti clopidogrel (Plavix), (Persantine), non-steroid dipyridamole obat anti-inflamasi (NSAID), aspirin, dan lain-lain.i. Pengikatan Nonheme IronFlavonoid dapat mengikat nonheme iron, yang menghambat penyerapan usus. Nonheme iron adalah bentuk utama besi dalam makanan nabati, produk susu, dan suplemen zat besi. Konsumsi satu cangkir teh atau kakao dengan makanan telah ditemukan untuk mengurangi penyerapan zat besi dalam makanan yang nonheme sekitar 70%. Untuk memaksimalkan penyerapan zat besi dari makanan atau suplemen zat besi, kaya minuman flavonoid atau suplemen flavonoid tidak harus diambil pada waktu yang sama.j. Menghambat Pengangkutan Vitamin CStudi di kultur sel menunjukkan bahwa sejumlah flavonoid menghambat pengangkutan vitamin C ke dalam sel, dan suplemen tikus dengan kuersetin dan vitamin C menurunkanpenyerapan vitamin C dalam usus. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan pentingnya temuan ini pada manusia.k. Inhibitor kuat pernafasanl. Menghambat reaksi oksidatif seperti fosfodiesterase, aldoreduktase, monoamina oksidase, reverse transkriptase, DNA polimerasem. Menghambat lipooksigenasen. Menurunkan agregrasi platelet (mengurangi pembekuan darah)o. Menghambat pendarahanp. Melindungi asam askorbat dari oksidasi (pengobatan skorbut) : turunan katekin pada buah jerukq. Antihipertensi (menghambat enzim pengubah angiotensin)r. Merangsang pembentukkan estrogen pada mamalia (isoflavon)(Achmad, S.A. Flavonoid dan Phyto Medica: Kegunaan dan Prospek. Phyto Medica, Vol I, No, 2, 2000.

Dasar pemakaian obat herbal

1. Obat Herbal Tidak Menimbulkan Efek SampingObat herbal berasal dari tumbuhan yang telah tersedia gratis di alam ini. Pengolahan obat herbal dilakukan secara alami, tradisional, tanpa campuran bahan kimia atau sintetik. Oleh karena itu, obat-obatan herbal tidak memiliki efek samping dan aman digunakan.Meskipun demikian, Anda harus tetap berhati-hati saat memilih obat herbal karena di pasaran ada beberapa jenis obat herbal yang diproduksi secara tidak higienis atau dicamput bahan kimia.2. Obat Herbal Bebas RacunPemakaian obat kimia dalam jangka waktu yang lama bisa berubah menjadi racun bagi tubuh. Sehingga pemakaian obat kimia harus melalui kontrol ketat dari dokter dan tidak boleh dikonsumsi sembarangan. Sebaliknya obat herbal bersifat bebas racun. Dengan pemakaian yang tepat obat herbal aman dikonsumsi oleh siapa pun. Bahkan, obat herbal dapat dijadikan sebagai peluruh racun (detoks) di dalam tubuh.Obat Herbal Mudah Diproduksi

Obat herbal dihasilkan dengan pengolahan sederhana berbagai bagian tumbuhan, seperti akar, daun, buah, biji, bunga, kulit kayu, dan lain-lain. Pengolahan obat herbal tidak membutuhkan alat dan teknologi modern. Biasanya obat herbal diolah dengan cara direbus, ditumbuk, atau dicampur sesama bahan herbal dengan komposisi tertentu. Awalnya obat-obatan herbal diproduksi secara kecil-kecilan di rumah sebagai home industry. Namun sekarang obat herbal banyak yang sudah diproduksi massal dengan teknologi modern.4. Obat Herbal Menghilangkan Sumber PenyakitObat herbal bekerja secara menyeluruh (holistic). Selain menyembuhkan gejala penyakitnya , obat herbal bekerja sampai ke sumber penyakitnya. Dengan demikian obat herbal meningkatkan sistem kekebalan tubuh sebagai cara untuk melawan penyakit.5. Obat Herbal Multi KhasiatObat herbal memiliki banyak khasiat. Satu obat herbal saja bisa digunakan untuk mengobati lebih dari satu penyakit. Misalnya, jintan hitam atau habbatussauda dapat menyembuhkan asam urat, migrain, diabetes, hepatitis, bahkan kanker. Kehebatan habbatussauda bahkan diakui oleh Nabi Muhammad saw yang menganjurkan umatnya untuk mengkonsumsi habbatussauda secara teratur.6. Obat Herbal Mudah DiperolehObat herbal lebih mudah diperoleh. Anda tidak perlu meminta resep dokter maupun pergi ke apotek untuk mendapatkan obat herbal. Namun demikian, Anda tetap membutuhkan petunjuk orang yang ahli di bidang herbal dalam pemakaiannya. Pemakaian obat apapun secara sembarangan tidak disarankan.7. Obat Herbal Lebih MurahObat herbal cenderung lebih murah dibanding obat kimia. Bahkan harga obat herbal bisa jauh lebih murah jika diproduksi secara massal.(Soenanto, Hardi dan Sri Kuncoro. 2009. Obat Tradisional. PT.Alex Media Komputindo, Jakarta)