tutorial

25
TUTORIAL OTITIS MEDIA DISUSUN OLEH: Irma Puspita Sari (2010730054) Tri Fitri Sari (2010730107) Sela Naimora (2010730097) PEMBIMBING dr. Pramusinto Adhy, Sp. THT-KL STASE TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA DAN LEHER PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Upload: irmapuspitasari

Post on 16-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

otitis media

TRANSCRIPT

TUTORIALOTITIS MEDIA

DISUSUN OLEH:Irma Puspita Sari (2010730054)Tri Fitri Sari (2010730107)Sela Naimora (2010730097)

PEMBIMBINGdr. Pramusinto Adhy, Sp. THT-KL

STASE TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA DAN LEHERPROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2015KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.Tugas ini disusun dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan serta memenuhi tugas Tutorial Otitis Media pada Stase THT-KL BLUD Sekarwangi. Bahan-bahan dalam pembuatan tugas ini didapat dari buku-buku, internet, dan beberapa sumber lainnya.Terima kasih kepada dokter pembimbing di BLUD Sekarwangi, dr. Pramusinto Adhy, Sp.THT-KL sebagai pembimbing yang telah membantu dalam terselesainya tugas ini.Penulis menyadari bahwa tersusunnya tugas ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga jurnal ini dapat bermanfaat untuk para pembaca.Terima kasih,Wassalamualaikum wr wb

Penulis

28 Juli 2015

BAB IPENDAHULUAN

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah1.Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada telinga tengah dengan perforasi membran tympani dan sekret keluar dari telinga terus menerus atau hilang timbul,. sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Jenis otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna2.Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk2. Gejala otitis media supuratif kronis antara lain otorrhoe yang bersifat purulen atau mokoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga dan vertigo1.Berikut dilaporkan sebuah kasus otitis media supuratif kronis pada wanita berusia 18 tahun yang datang ke poli THT RSU Mataram tanggal 29 Januari 2009.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

OTITIS MEDIAOtitis media ialah peradangan sebagian atau selururh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.Otitis media terbagia atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (= otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi (OME).Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut ( otitis media akut = OMA) dan otitis media supuratif kronis (OMSK). Begitu pula otitis media serosa terbagia menjadi otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis) dan otitis media kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika, otitis media yang lain ialah otitis media adhesiva.OTITIS MEDIA AKUT (OMA)Telinga tengah bisanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba kedalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi.Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eusctachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telingah juga terganggu, sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi peradangan.Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran napas atas.Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar dan agak horisontal letaknya.PatologiKuman penyebab utama OMA ialah bakteri plogenik, seperti strptokokus hemolitikus, stafilokokus aureus, pneumokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga hemofillus influenza, esheria coli, streptococcus anhemoliticus, proteus vulgaris dan pseudomonas aurugenosa.Hemofillus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun.STADIUM OMAPerubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium:(1). Stadium oklusi tuba Eustachius, (2). Stadium hiperemis, (3). Stadium supurasi (4). Stadium perforasi dan (5). Stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran memberan timpani yang diamati melalui liang telinga luar.

Stadium oklusi tuba EustachiusTanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telingah tengah, karena adanya absorpsi udara kadang-kadang memberan timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruhpucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan oleh virus atau alergi.Stadium hiperemis (stadum presupurasi)Pada Stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di memberan timpani atau seluruh memberan timpani tampak hiperemi serta edem. Sekret yang telah tebentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.Stadium supurasiEdem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan memberan timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila terkena nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat terjadi tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena- vena kecil dan nekrosis pada mukosadan submukosa. Nekrosis ini pada memberan timpani terliahat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Ditempat ini akan terjadi ruptur.Bila tidak di lakukan insisi memberan timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar memberan timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang bagian luar.Dengan melakuakan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tampak ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali.Stadium perforasiKarena beberapa sebab seperti terlabatnya pemberian antibiotik atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur memberan timpani dan nanah mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang terjadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini di sebut dengan otitis media akut stadium perforasi.Stadium resolusi Bila memberan timpani tetap utuh, maka keadaan memberan timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi walaupun tanpa pengobatan .OMA berubah menjadi OMAK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila sekert menetap dia kavum timpani tanpa terjadi perforasi.Gejala klinik OMAGejala klinik OMA tergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri didalam telinga, keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, disamping rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,50 C (pada satdium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan terkadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur meberan timpani, maka sekret mangalirke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang.

TerapiPengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius , sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCL efedrin 0.5% dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa.Disamping itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi.Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringitomi.Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat didalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/BB per hari, dibagi 4 dosis, atau amoksilin 40 mg/BB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/BB/hari.Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringitomi.bila membrane timpani masih utuh. Dengan miringitomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari.Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar kadang terlihat keluarnya secret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya secret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.Pada stadium resolusi, maka membrane timpani berangsur normal kembali, secret tidak ada lagi dan perforasi membrane timpani menutup.Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak secret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membrane timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edem mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan secret masih tetep banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.Bila OMA berlanjut dengan keluarnya secret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut.Bila perforasi menetap dan secret tetap keluar lebih dari satu setangan bulan atau dua bulan, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronis (OMSK). Pada pengobatn OMA terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kegagalan terapi. Risiko tersebut digolongkan menjadi risiko tinggi kegagalan terapi dan risiko rendah.

KomplikasiSebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat ( meningitis dan abses otak).Sekarang setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK.OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONISOtitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut Otitis Media Perforata (OMP) atau dalam sebutan sehari-hari adalah congek. Otitis Media Supuratif Kronik ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

Perjalanan PenyakitOtitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi ottis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, maka disebut Otitis media supuratif subakut. Beberapa faktor penyebab OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberika, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.

Letak PerforasiLetak perforasi adalah di membran timpani dan mengetahui letak perforasi penting untuk menentukan tipe/ jenis OMSK. Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sakulus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang terletak di pars flaksida. Perforasi Sentral kecilPerforasi Sentral (kecil)Perforasi Sentral (Sub Total)

Perforasi sentral sub total Perforasi AtikPerforasi AtikPerforasi Postero Superior/ Marginal

Perforasi postero superior/ marginalJENIS OMSKJenis OMSK terbagi atas 2 jenis, yaitu tipe benigna dan tipe maligna. Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar terdiri dari OMSK aktif dan OMSK tenang.a) OMSK aktif, merupakan OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif.b) OMSK tenang, ialah OMSK yang keadaan kavum timpaninyaterlihat basah atau kering.

OMSK tipe BenignaProses peradangannya terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat kolesteatoma.

OMSK tipe MalignaMerupakan OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). OMSK tipe maligna dikenal juga dengan OMSK tipe berbahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe maligna letaknya di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe maligna.

DIAGNOSISDiagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk mengetahui jenis adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur (speech audiometry) dan pemeriksaan BERA (brain stem evoked response audiometry) bagi pasien/ anak yang tidak kooperatif dengen pemeriksaan audiometri nada murni. Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen, mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga.

KOLESTEATOMAKolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus menerus sehingga kolesteatoma bertambah besar. Istilah kolesteatoma mulai diperkenalkan oleh Johannes Muller pada tahun 1838 karena disangka kolesteatoma merupakan suatu tumor, yang kemudian ternyata bukan. Beberapa istilah lain yang diperkenalkan oleh para ahli antara lain: keratoma (Schucknecht), squamos eipteliosis (Birrel, 1958), kolesteatosis (Birrel, 1958), epidermoid kolesteatoma (Friedman, 1959), kista epidermoid (Ferlito, 1970), epidermosis (Sumarkin, 1988).

PATOGENESISBanyak teori dikemukakan oleh para ahli tentang patogenesis kolesteatoma, antara lain adalah : teori invaginasi, teori migrasi, teori metaplasi dan teori implantasi. Teori tersebut akan lebih mudah dipahami bila diperhatikan definisi kolesteatoma menurut Gray (1964) yang mengatakan : kolesteatoma adalah epitel kulit yang berada pada tempat yang salah, atau menurut pemahaman penulis, kolesteatoma dapat terjadi oleh karena adanya epitel kulit yang terperangkap.Sebagaimana kiya ketahui bahwa seluruh epitel kulit (keratizing stratified squamous epithelium) pada tubuh kita berada pada lokasi yang terbuka/terpapar ke dunia luar. Epitel kulit liang telinga merupakan suatu daerah cul-de-sac sehingga apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang lama, maka dari epitel kulit yang berada medial dari serumen tersebut seakan terperangkap sehingga membentuk kolesteatoma.

KLASIFIKASIBerdasarkan etiologi, kolesteatoma terbagi benjadi dua jenis yaitu:1. Kolesteatoma kongenitalKolesteatoma kongenital terbentuk sebagai akibat dari epitel skuamosa terperangkap di dalam tulang temporal selama embriogenesis, ditemukan pada telinga dengan membran tympani utuh tanpa ada tanda-tanda infeksi. Lokasi kolesteatoma biasanya di mesotimpanum anterior, daerah petrosus mastoid atau di cerebellopontin angle. Kolesteatoma di cerebellopontin angle sering ditemukan secara tidak sengaja oleh ahli bedah saraf.

2. Kolesteatoma akuisital, jenis ini terbagi dua :a. Kolesteatoma akuisital primerKolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrana tymphani. Kolesteatoma timbul akibat proses invaginasi dari membran tymphani pars flaksida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba (Teori Invaginasi).b. Kolesteatoma akuisital sekunderMerupakan kolesteatoma yang terbentuk setelah adanya perforasi membran tympani. Kolesteatom terbentuk sebagai akibat masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran tympani ke telinga tengah (Teori Migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum tymphani karena iritasi infeksi yang berlangsung lama ( Teori Implantasi).Pada teori implantasi dikatakan bahwa kolesteatoma terjadi akibat implantasi epitel kulit secara iatrogenic ke dalam telinga tengah sewaktu operasi, setelah blust injury, pemasangan pipa ventilasi atau setelah miringotomi.Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tempat pertumbuhan kuman (infeksi), yang paling sering adalah Proteus dan Pseudomonas aeruginosa. Sebaliknya infeksi dapat memicu respons imun local yang mengakibatkan produksi berbagain mediator inflamasi dan berbagai sitokin. Sitokin yang diidentifikasi terdapat pada matriks kolesteatoma adalah factor- (TNF- ), dan transforming growth factor (TGF). Zat-zat ini dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatoma bersifat hiperproliferatif, destruktifn dan mampu berangiogenesis. Massa kolesteatoma ini akan menekan dan mendesak organ di sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis terhadap tulang diperhebat pembusukan bakteri. Proses nekrosi tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis dan abses otak.

TANDA KLINIK OMSK TIPE BAHAYAMengingat OMSK tipe bahaya seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat ditegakkan di kamar operasi, namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman akan adanya OMSK tipe bahaya, yaitu perforasi pada marginal atau pada atik. Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari OMSK tipe bahaya, sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat; abses atau fistel retroaurikuler (belakang telinga), polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga tengah, (sering terlihat di epitimpanum), secret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatoma) atau terlihat bayangan kolesteatoma pada foto rontgen mastoid.

OTITIS MEDIA NON SUPURATIFNama lain adalah otitis media serosa, otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media sekretoria, otitis media mucoid (glue ear).Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya secret yang nonpurulen di telinga tengah, sedangkan membrane timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear). Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh darah ke telingan tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan yang ada di telinga tengah timbul akbat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, dan rongga mastoid. Faktor yang berperan utama dalam keadaan ini adalah terganggunya fungsi tuba Eustachius. Faktor lain yang dapat berperan sebagai penyebab adalah adenoid hipertrofi, adenoitis, sumbing palatum (cleft-palate), tumor di nasofaring, barotraumas, sinusitis, rhinitis, defisiensi imunologik atau metabolic. Keadaan alergik sering berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan di telinga tengah (efusi di telinga tengah).Beberapa ahli memberi batasan yaitu otitis media efusi adalah keadaan terdapat cairan telinga tengah baik berbentuk nanah, secret encer, ataupun secret yang kental (mukoid/ glue ear). Dengan kata lain otitis media efusi dapat berupa OMA (otitis media akut), OMS (otitis media serosa), atau OMM (otitis media mukod/ glue ear).

OTITIS MEDIA SEROSA AKUTOtitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya secret di telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan ini dapat disebabkan antar lain oleh :1. Sumbatan tuba, pada keadaan tersebut cairan di telinga tengah disebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotraumas2. Virus, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus pada jalan napas atas3. Alergi, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan keadaan alergi pada jalan napas atas4. Idiopatik

GEJALAGejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya pendengaran berkurang. Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda, pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis). Kadang-kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu yang menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga tengah (misalnya pada barotrauma), tetapi setelah secret terbentuk tekanan negatif ini pelan-pelan hilang. Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada bila penyebab timbulnya secret adalah virus atau alergi. Tinitus, vertigo atau pusing kadang-kadang bentuk yang ringan.Pada otoskopi terlihat membrane timpani retraksi. Kadang-kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani. Tuli konduktif dapat dibuktikan dengan garputala. Pengobatan dapat secara medikamentosa dan pembedahan. Pada pengobatan medikal diberikan obat vasokonstriktor local (tetes hidung), antihistamin, serta perasat valsava, bila tidak ada tanda-tanda infeksi di jalan napas atas. Setalah satu atau dua minggu, bila gejala-gejala masih menetap, dilakukan miringotomi dan bila masih belum sembuh maka dilakukan miringotomi serta pemasangan pipa ventilasi (Grommet).

OTITIS MEDIA SEROSA KRONIK (glue ear)Batasan antara kondisi otitis media serosa akut dengan otitis media kronik hanya pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis media serosa akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama. Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media serosa akut lebih sering pada orang dewasa. Otitis media serosa unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu dipikirkan kemungkinan adanya karsinoma nasofaring.Sekret pada otitis media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka disebut glue ear. Otitis mdia serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna. Penyebab lain diperkirakan adanya hubungan dengan infeksi virus, keadaan alergi atau ganguan mekanis pada tuba.Perasaan tuli pada otitis media serosa kronik lebih menonjol (40-50 dB), oleh karena adanya sekret kental atau glue ear. Pada anak-anak yang berumur 5-8 tahun keadaan ini sering diketahui secara kebetulan waktu dilakukan pemeriksaan THT atau dilakukan uji pendengaran.Pada otoskopi terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan, atau keabu-abuan. Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sekret dnegan miringotomi dan memasang pipa ventilasi (Grommet). Pada kasus yang masih baru pemberian dekongestan tetes hidung serta kombinasi anti histamine- dekongestan per oral kadang-kadang bisa berhasil. Sebahagian ahli menganjurkan pengobatan medikamentosa selama 3 bulan, bila tidak berhasil baru dilakukan tindakan operasi. Disamping itu harus pula dinilai serta diobati faktor-faktor penyebab seperti alergi, pembesaran adenoid atau tonsil, infeksi hidung dan sinus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi ketujuh. Jakarta: FKUI, 2012. 2. Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 63-733. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997: 88-1184. Berman S. Otitis media in developing countries. Pediatrics. July 2006. Available from URL: http://www.pediatrics.org/5. Thapa N, Shirastav RP. Intracranial complication of chronic suppuratif otitis media, attico-antral type: experience at TUTH. J Neuroscience. 2004; 1: 36-39 Available from URL: http://www.jneuro.org/6. Couzos S, Lea T, Mueller R, Murray R, Culbong M. Effectiveness of ototopical antibiotics for chronic suppurative otitis media in Aboriginal children: a community-based, multicentre, double-blind randomised controlled trial. Medical Journal of Australia. 2003. Available from URL: http://www.mja.com.au/7. Dugdale AE. Management of chronic suppurative otitis media. Medical Journal of Australia. 2004. Available from URL: http://www.mja.com.au/8. Miura MS, Krumennauer RC, Neto JFL. Intracranial complication of chronic suppuratif otitis media in children. Brazillian Journal of Otorhinolaringology. 2005. Available from URL: http://www.rborl.org.br/9. Vesterager V. Fortnightly review: tinnitusinvestigation and management. BMJ. 1997. available from URL: http://www.bmj.org/