tugas trauma listrik 12
DESCRIPTION
hhTRANSCRIPT
Jenazah SEN, berusia kurang lebih 33 tahun ditemukan dalam keadaan meninggal
di Kori Nuansa Utama V/2 Taman Griya Jimbaran Kuta Selatan, Badung. Menurut
keterangan dari polisi korban terkena aliran listrik saat memperbaiki atap rumah di
tempat kejadian. Korban langsung dibawa ke bagian forensik untuk dilakukan
pemeriksaan jenazah. Pada jenazah ini dilakukan pemeriksaan luar sesuai dengan Surat
Permintaan Visum dari kepolisian. Dari pemeriksaan luar tampak perubahan - perubahan
thanatologis berupa lebam mayat dan kaku mayat, luka - luka bakar akibat listrik, dan
cara kematiannya termasuk tidak wajar yaitu tersengat listrik. Berdasarkan tujuan
pemeriksaan luar yaitu untuk identifikasi korban, yang dalam kasus ini identitas korban
telah diketahui, mencari perubahan thanatologis, mencari tanda - tanda kekerasan,
meperkirakan penyebab kematian, cara kematian dan mekanisme kematian.
Kelainan - kelainan thanatologis yang didapatkan pada jenazah ini berupa lebam
mayat dan kaku mayat. Lebam mayat ditemukan pada tubuh bagian belakang, warna
merah keunguan yang hilang dengan penekanan. Lebam mayat dapat digunakan sebagai
tanda pasti kematian. Lebam mayat mulai tampak 20 - 30 menit pasca mati, makin lama
intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8 - 12 jam. Sebelum
waktu ini, lebam mayat masih hilang pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi
mayat diubah. Pada jenazah ini diperkirakan korban meninggal dalam posisi terlentang
dan kurang dari 8 jam. Hal ini dilihat dari distribusi dan sifat lebam mayatnya. Kaku
mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat mulai tampak kira - kira 2
jam setelah mati klinis. Pada jenazah ini telah terbentuk kaku mayat pada rahang, leher,
lengan dan tungkai yang sukar dilawan. Hal ini dapat memperkirakan korban meninggal
2 - 12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan.
Kematian akibat trauma listrik biasanya berhubungan dengan jumlah arus
(ampere) yang mengalir melalui tubuh. Meskipun arus DC dan AC sama-sama lethal,
namun kebanyakan kematian terjadi dari kontak dengan arus AC voltase rendah sekitar
110 atau 220 yang biasanya ditemukan di perumahan. Voltase rendah cenderung
menyebabkan luka bakar yang kecil terutama pada tangan dan kaki. Lesi dapat berwarna
merah, hitam, atau putih dan tidak jelas, dengan area depresi yang lunak di tengahnya.
Sedangkan pada kematian akibat voltase yang tinggi biasanya menyebabkan kerusakan
area yang dalam dan luas yang mudah terlihat. Lesi dapat terlihat pada titik masuk dan
titik keluar listrik.
Kematian akibat trauma listrik biasanya karena kecelakaan, baik di lingkungan
rumah tangga atau industri, meskipun dapat pula terjadi pada kasus bunuh diri dan
pembunuhan. Ada 3 mekanisme utama dalam proses terjadinya luka akibat sengatan
listrik, yaitu kerusakan jaringan secara langsung, perubahan energi listrik menjadi energi
panas yang mengakibatkan luka bakar dan diakhiri dengan nekrosis jaringan, serta
serangan mekanik yang menimbulkan trauma.
Luka bakar pada titik masuk arus listrik yang tampak pada pemeriksaan
makroskopis biasa disebut dengan electrical mark. Electrical mark ini biasanya
berbentuk bundar atau oval dengan bagian yang datar dan rendah di tengah, dikeliilingi
oleh kulit yang menimbul. Bagian tersebut biasanya pucat dan kulit diluar electric mark
akan menunjukkan hiperemis. Bentuk dan ukurannya tergantung dari benda yang berarus
lisrtrik yang mengenai tubuh.
Pada jenazah dengan inisial SEN, ditemukan luka sesuai titik masuk luka listrik
atau electrical mark yang kemungkinan terdapat pada telapak kaki kiri, yaitu pada luka
nomor 17, dimana ditemukan luka berbentuk bulat berwarna kecoklatan dengan
cekungan di tengahnya pada telapak kaki kiri. Luka ini kemungkinan disebabkan oleh
arus AC tegangan rendah yang biasa terdapat pada perumahan dimana SEN mengalami
trauma listrik saat sedang memperbaiki listrik rumah. Luka akibat arus AC bertegangan
rendah, dapat menyebabkan terjadinya luka bakar yang cukup parah karena biasanya
pada trauma tersebut, korban cenderung dapat terpapar lebih lama karena sengatan
voltase rendah tidak mengakibatkan korban terpental seperti sengatan listrik akibat
tegangan tinggi.
Pada jenazah ini, terdapat luka pada kepala yang dicurigai sebagai titik keluar dari
aliran listrik yang mengenai korban, yaitu luka nomor 1. Titik keluar luka listrik
cenderung lebih luas dari titik masuk luka listrik. Pada umumnya, jalur untuk arus listrik
tersering yaitu melalui tangan dan kepala, lalu keluar melalui kaki. Dapat juga terjadi
aliran dari lengan ke lengan atau dari lengan ke tungkai yang dapat berbahaya bagi
jantung. Pada jenazah, luka hangus yang cukup besar terdapat pada kepala, dimana arus
listrik yang umumnya berjalan kearah bawah, dapat berjalan ke atas akibat adanya kontak
antara kepala korban dengan suatu konduktor. Luka pada kepala korban merupakan luka
bakar derajat IV dimana telah terjadi karbonisasi pada sebagian jaringan kepala.
Luka nomor 2 hingga nomor 16, dan luka nomor 24, merupakan luka bakar
dengan pengelupasan kulit ari, dimana sesuai dengan derajat luka menunjukkan bahwa
luka-luka ini merupakan luka bakar derajat dua, dan merupakan luka bakar akibat aliran
listrik yang melintasi tubuh hingga kepala.
Penyebab kematian pada jenazah ini tidak dapat ditentukan karena tidak
dilakukan pemeriksaan dalam, namun berdasarkan teori yang ada, penyebab utama
kematian pada korban trauma listrik adalah aritmia jantung yaitu fibrilasi ventrikel yang
terjadi apabila arus listrik melewati jantung. Selain itu, arus yang melewati kepala dapat
menyebabkan kejang, kelumpuhan pernapasan, serta kerusakan pada otak yang akhirnya
dapat menyebabkan kematian.