tugas sosiologi pendidikan
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bertalian dengan trasmisi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada
generasi muda. Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya
bersifat sosial, yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya.
Hampir semua yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan
orang lain di rumah, di sekolah, di tempat bermain, di pekerjaan dan
sebagainya.
Dalam pengertian ini pendidikan dimulai dengan interaksi pertama
individu itu dengan anggota masyarakat lainnya. Dalam masyarakat
primitif tidak ada pendidikan formal yang tersendiri. Setiap anak harus
belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kekuatan
yang dibutuhkan pada saatnya tanpa adanya guru tertentu yang
bertanggung jawab atas kelakuannya. Juga dalam masyarakat yang maju
kebanyakan kebiasaan dan pola kelakuan yang pokok dalam kebudayaan
dipelajari melalui proses pendidikan atau sosialisasi informal. Bahasa,
kebiasaan makan, dan kepribadian fundamental sebagian besar diperoleh
melalui pendidikan tak formal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka
untuk memudahkan pembahasan, kami buat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah pengertian dari masyarakat?
2. Bagaimanakah proses terbentuknya masyarakat?
3. Bagaimanakah hubungan antara pendidikan dengan masyarakat?
4. Bagaimana Hubungan Pendidikan Islam dengan Masyarakat dalam
Perspektif Sosiologi?
5. Apakah masalah yang terjadi pada proses pendidikan di masarakat?
6. Bagaimana pemecahan masalahnya?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah agar
mahasiswa/pembaca tahu tentang:
1. Pengertian masyarakat.
2. Proses terbentuknya masyarakat.
3. Hubungan antara pendidikan dengan masyarakat
4. Hubungan Pendidikan dalam Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi
5. Contoh Masalah pendidikan di masyarakat
6. Solusi /pemecahan masalahnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat
Istilah “masyarakat” kerap dipadankan dengan istilah “sosial”. Istilah
“masyarakat” sendiri pada mulanya berasal dari kata syarikat dalam bahasa
Arab, kemudian mengalami proses kebahasaan sedemikian rupa sehingga
dalam bahasa Indonesia menjadi kata “serikat” yang kurang-lebih berarti
“kumpulan” atau “kelompok yang saling berhubungan”.1 Sedang, istilah
“sosial” berasal dari bahasa Latin, socius yang berarti “kawan”. Sehingga bisa
dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi
dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya,
wilayah, dan identitas.
Banyak para ahli telah memberikan pengertian tentang masyarakat.
Smith, Stanley dan Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu
kelompok individu-individu yang terorganisasi serta berfikir tentatang diri
mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda.2
Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem
yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu
daerah geografis tertentu selama periiode waktu tertentu dari suatu generasi.
Dalam sosiology suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran
kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi.3
Jika kita bandingkan dua pendapat tersebut di atas tampak bahwa
pendapat Znaniecki tersebut memunculkan unsur baru dalam pengertian
masyarakat yaitu masyarakat itu suatu kelompok yang telah bertempat tinggal
pada suatu daerah tertentu dalam lingkungan geografis tertentu dan kelompok
itu merupakan suatu sistem biofisik. Oleh karena itu masyarakat bukanlah
kelompok yang berkumpul secara mekanis akan tetapi berkumpul secara
sistemik. Manusia yang satu dengan yang lain saling memberi, manusia
1Dalam:http://mbahduan.blogspot.com/2012/04/makalah-terbentuknya masyarakat_01.html, diakses, 26 Oktober 2013
2Ibid 3Ibid
dengan lingkungannya selain menerima dan saling memberi. Konsep ini
dipengaruhi oleh konsep pandangan ekologis terhadap satwa sekalian alam.
Alvin L. Bertrand (1980) mendefinisikan masyarakat sebagai suatu
kelompok yang sama identifikasinya, teratur sedemikian rupa di dalam
menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup bersama secara
harmonis. Lebih lanjut Bertrand menyebutkan tiga ciri masyarakat; Pertama
pada masyarakat mesti terdapat sekumpulan individu yang jumlahnya cukup
besar. Kedua individu-individu tersebut harus mempunyai hubungan yang
melahirkan kerjasama diantara mereka, minimal pada suatu tingkatan
interaksi. Ketiga hubungan individu-individu sedikit banyak harus permanen
sifatnya.4
Dari beberapa pengertian di atas ada dua hal yang perlu diperhatikan
yaitu bahwa masyarakat itu kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu
suatu kelompok yang berpikir tentang dirinya sendiri yang berbeda dengan
kelompok yang lain. Oleh karena itu orang yang berjalan bersama-sama atau
duduk bersama-sama yang tidak terorganisasi bukanlah masyarakat.
Kelompok yang tidak berpikir tentang kelompoknya sebagai suatu kelompok
bukanlah masyarakat. Oleh karena itu kelompok burung yang terbang
bersama dan semut yang berbaris rapi bukanlah masyarakat dalam arti yang
sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya berdasarkan naluri saja.
B. Proses Terbentuknya Masyarakat
Proses terbentuknya suatu masyarakat biasanya berlangsung tanpa
disadari yang diikuti oleh hampir sebagian besar anggota masyarakat.
Dorongan manusia untuk bermasyarakat antara lain:
1. Pemenuhan kebutuhan dasar biologis, seperti papan (tempat tinggal),
sandang, dan pangan yang penyelenggaraannya akan lebih mudah
dilaksanakan dengan kerja sama dari pada usaha perorangan.
2. Kemungkinan untuk bersatu dengan manusia lain (bermasyarakat).
3. Keinginan untuk bersatu dengan lingkungan hidupnya.
4Dalam:http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_15.html, diakses, 26 Oktober 2013
4. Dengan memasyarakat kemungkinan untuk mempertahankan diri dalam
menghadapi kekuatan alam, binatang dan kelompok lain lebih besar.
5. Secara naluriah manusia mengembangkan keturunan melalui keluarga
yang merupakan kesatuan masyarakat yang terkecil.
6. Manusia mempunyai kecenderungan sosial, yaitu seluruh tingkah laku
yang berkembang akibat interaksi sosial atau hubungan antar manusia.
Dalam hidup bermasyarakat, kebutuhan dasar kejiwaan ingin tahu,
meniru, dihargai, menyatakan rasaharu dan keindahan, serta memuja
tertampung dalam hubungan antar manusia, baik antar individu maupun
kelompok.
Perdebatan sekitar lahir dan terbentuknya masyarakat telah
berlangsung semenjak era Plato. Kala itu, Plato yang berkeyakinan bahwa
masyarakat terbentuk secara kodrati, berseberang-pandang dengan kaum
sofis yang berargumen bahwa masyarakat merupakan bentukan manusia.
Dapatlah ditilik, pandangan Plato lebih bersifat metafisik dan mengawang,
sedang kaum sofis ilmiah-rasional.Dalam hal ini, kiranya pembahasan
mengenai sejarah terbentuknya masyarakat lebih dititikberatkan pada
pandangan kaum sofis mengingat sifatnya yang ilmiah-rasional.
Merujuk pada perspektif terbentuknya masyarakat melalui “manusia”
(antroposentris), ditemui bahwa pada mulanya individu yang berlainan jenis
bertemu satu sama lain, kemudian membentuk keluarga. Lambat laun, entitas
keluarga kian berkembang sehingga membentuk “keluarga besar” atau
“suku”. Pada tahapan berikutnya, suku kian berkembang dan terbentuklah
“wangsa”. Selanjutnya, wangsa-wangsa dengan ciri fisik dan kebudayaan
yang sama membentuk “bangsa”. Tahapan termutakhir dari proses tersebut
adalah lahirnya “negara-bangsa” sebagaimana kita temui saat ini.5
Menurut Kimmel and Aronson, masyarakat tidak sekonyong-
konyong ada. Masyarakat sengaja diciptakan baik melalui metode bottom-up
maupun up-to-bottom. Individu-individu dan lembaga-lembaga di dalam
masyarakat saling berinteraksi satu sama lain yang menyebabkan masyarakat
juga dikatakan sebagai sekumpulan interaksi sosial yang terstruktur.
5 Ibid
Terstruktur diartikan bahwa setiap tindakan individu ketika berinteraksi
dengan sesamanya tidaklah terjadi bergerak di ruang vakum karena terjadi
dalam konteks sosial. Misalnya, interaksi tersebut berlangsung di dalam
komunitas keluarga, kelompok keagamaan, hingga negara. Masing-masing
konteks membutuhkan perilaku yang spesifik, berbeda-beda. Namun,
keseluruhan interaksi tersebut diikat oleh norma serta dimotivasi oleh nilai-
nilai yang diakui secara bersama. Kata sosial mengacu pada fakta bahwa
tidak ada individu dalam masyarakat yang hidup sendiri. Individu selalu
hidup di dalam keluarga, kelompok, dan jaringan. Kata interaksi mengacu
pada cara berperilaku disaat berhubungan dengan orang lain. Akhirnya, dapat
dikatan bahwa masyarakat diikat melalui struktur sosial. Perilaku hubungan
ini berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lain.6
Sejalan dengan pemahaman masyarakat diatas maka menurut teori
sibernetiknya tentang General System Of Action (Ankie M.M.. Hoogvelt :
1985) menjelaskan bahwa suatu masyarakat akan dapat dianalisis dari sudut
syarat-syarat fungsionalnya yaitu: Pertama, Fungsi mempertahankan pola
(Pettern Maintenance). Fungsi ini berkaitan dengan hubungan antara
masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem kebudayaan. Hal itu
berarti mempertahankan prinsip-prinsip tertinggi dari masyarakat, oleh
kerena diorientasikan realitas yang terakhir; Kedua, Fungsi integrasi
mencakup jaminan terhadap koordinasi yang diperlukan antara unit-unit dari
suatu sistem sosial, khususnya yang berkaitan dengan kontribusinya pada
organisasi dan peranannya dalam keseluruhan sistem; Ketiga, Fungsi
pencapaian tujuan (Goal Attaindment) yakni berkaitan dengan hubungan
antara masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem aksi kepribadian.
Fungsi ini menyangkut penentuan tujuan-tujuan yang sangat penting bagi
masyarakat, mobilisasi warga masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut; Keempat, fungsi adaptasiyakni berkenaan dengan hubungan antara
masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub sistem organisme perilaku dan
dengan dunia fisik organik. Hal ini secara umum menyangkut penyesuaian
masyarakat terhadap kondisi-kondisi dari lingkungan hidupnya.7
6 Ibid 7 Ibid
C. Hubungan antara Pendidikan dengan Masyarakat
Secara singkat pendidikan merupakan produk dari masyarakat,karena
apabila kita sadari arti pendidikan sebagai prosestransmisi pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keterampilan danaspek-aspek kelakuan lainnya kepada
generasi muda maka seluruhupaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh
kekuatan-kekuatanmasyarakat. Hampir segala sesuatu yang kita
pelajarimerupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik di
rumah,sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula
apabila segalasesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungantimbal balik
yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk olehmasyarakat kita.Bagi
masyarakat sendiri, hakikat pendidikan sangat bermanfaatbagi kelangsungan
dan proses kemajuan hidupnya. Agarmasyarakat itu dapat melanjutkan
eksistensinya, maka kepadaanggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai,
pengetahuan, keterampilandan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan
akandimiliki oleh setiap anggota. Setiap masyarakat berupaya
meneruskankebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuaicorak
masing-masing pereode jaman kepada generasi muda melaluipendidikan,
secara khusus melalui interaksi sosial. Dengandemikian pendidikan dapat
diartikan sebagai proses sosialisasi.Dalam pengertian tersebut, pendidikan
sudah dimulai semenjakseorang individu pertama kali berinteraksi dengan
lingkunganeksternal di luar dirinya, yakni keluarga.
Selain itu, dimensi sejarah juga berbicara serupa. Ratusantahun silam
pendidikan berjalan beriringan dengan struktur dankebutuhan sosial
masyarakat setempat. Bagi masyarakat sederhanayang belum mengenal
tulisan maka para pemuda memperolehtranformasi pengetahuan lewat media
komunikasi lisan yangberbentuk dongeng, cerita-cerita dari orang tua
mereka. Selain itu,pada siang hari pemuda-pemuda ini harus selalu sigap
dantanggap mempelajari, mencermati dan belajar mengaplikasikanteknik-
teknik mencari nafkah yang dikembangkan oleh para orangtua baik itu
menangkap ikan, memanah, beternak, berburu dansebagainya. Dalam cerita-
cerita lisanitu tersirat pula adat dan agama, cara bekerja dan cara
bersosialisasiyang berkembang di masyarakatnya. Tidak
mengherankanapabila cerita yang sudah turun temurun diwariskan
itudianggap sebagai sesuatu yang bernilai suci. Sejarah, adat istiadat, norma-
norma bahkan cara menangkap ikan atau berburu tidakhanya dipandang
sebagai hasil pekerjaan manusia semata, tetapimemiliki makna sakral yang
patut disyukuri dengan beberapapersembahan serta upacara-upacara ritual.
Begitulah perjalanan pendidikan anak manusia telah
berlangsungorganis sesuai dengan iklim sosialnya. Sedangkan
keperluankhusus untuk mendirikan sebuah lingkungan perguruan yangmapan
dimulai ketika bangsawan-bangsawan feodal membutuhkanprajurit-prajurit
serta punggawa kerajaan yang tangguh demimempertahankan harta kekayaan
milik sang raja. Mereka secarakhusus dididik dalam lingkungan tersendiri
agar memilikikecakapan dan keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan
sistemsosial masyarakat aristokrasi-feodal. Mereka-mereka ini menjadiujung
tombak pelaksana kekuasaan kerajaan di hadapan ribuanrakyat jelata yang
memang dibikin bodoh. Melihat situasidemikian, wajar apabila jaman ini
predikat golongan terdidikhanya bisa dimiliki oleh sanak saudara sang raja
serta kaum-kaumagamawan yang telah memperkuat hegemoni kekuasaannya.
Namun seiring dengan bertambahnya umur bumi ini makakisah
pergulatan karakter masyarakat tersebut mulai bergeserselaras dengan
kecenderungan spirit jaman yang sudah berubah.Bagaimanapun juga
penderitaan rakyat yang menjadi bahan bakarperputaran gerigi kehidupan
feodal telah mencapai titik klimaksnya.Kekuasaan para raja yang bersenyawa
dengan kekuatan gerejasecara perlahan-lahan mulai runtuh. Dimulai dengan
penentangansejumlah ilmuwan yang mampu membuktikan kesalahandogma-
dogma teologis tentang hukum alam. Berbagai peristiwalain juga memiliki
andil besar dalam menentukan lahirnyasemangat jaman yang semakin
konsekuen menghargai arti kebebasan,baik itu reformasi gereja oleh Martin
Luther King, revolusisosial di beberapa tempat yang secara simbolis telah
dipresentasikanoleh gelora heroisme revolusi Perancis pada sekitar
pertengahanabad ke-18, serta meningkatnya hasil pemikiran-pemikiranilmiah
para ilmuwan humanis yang mampu diterjemahkandengan penciptaan teknik-
teknik peralatan industri.Praktis kecenderungan fakta sosial demikian secara
perlahan-lahanmampu mengubah inti kebijakan masyarakat yang
berhubungandengan pengajaran. Selain karena meluapnya industri-
industrimanufaktur, pengaruh penerapan demokrasi, ditemukannyabeberapa
wilayah baru yang bisa dieksploitasi kekayaan alamnyaserta peningkatan
diferensiasi struktural maka masyarakatEropa Barat harus bisa menyediakan
kelompok manusia dalamjumlah massal yang memiliki kemampuan teknis
untuk menjalankanlahan-lahan pekerjaan baru yang begitu kompleks dan
cukuprumit. Oleh sebab itulah beberapa wilayah Eropa Barat
mulaimenerapkan sistem pendidikan modern yang memanfaatkanmekanisme
organisasi formal dalam mengelola proses pendidikannya.Itulah cuplikan
kecil argumentasi sederhana tentang renik-renikkarakter fungsi pendidikan di
masyarakat.
Melihat alurperkembangannya, maka berbagai jenis konfigurasi
pendidikan diatas sesuai dengan konsep yang diutarakan oleh RandallCollins,
tentang tiga tipe dasarpendidikan yang hadir di seluruh dunia, yakni:Pertama,
jenis pendidikan keterampilan dan praktis, yakni pendidikanyang
dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilanmaupun kemampuan
teknis tertentu agar dapat diaplikasikankepada bentuk mata pencaharian
masyarakat. Jenispendidikan ini dominan di dalam masyarakat yang
masihsederhana baik itu berburu dan meramu, nelayan atau jugamasyarakat
agraris awal.Kedua,Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran yang
diupayakanuntuk mempertahankan prestise, simbol serta hak-hakistimewa
(privilige) kelompok elit dalam masyarakat yangmemiliki pelapisan sosial.
Pada umumnya pendidikan inidirancang bukan untuk digunakan dalam
pengertian teknisdan sering diserahkan kepada pengetahuan dan
diskusibadan-badan pengetahuan esoterik. Pendidikan ini secara luastelah
dijumpai dalam masyarakat-masyarakat agraris danindustri. Ketiga, tipe
pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintahanuntuk melayani
kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungandengan pemerintahan
serta berguna pula sebagaisarana sosiolisasi politik dari model pemerintahan
kepadamasyarakat awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya
memberipenekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat danderajat.8
Demikianlah tipe-tipe pendidikan tersebut telah mewarnai corak
kehidupan masyarakat. Pada dasarnya ketiga jenis pendidikan di atas selalu
hadir dalam setiap masyarakat hanya saja prosentasi penerapan salah satu
karakter pendidikan berbanding searah dengan model masyarakat yang
terbentuk. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula ternyata gelombang
sejarah dunia juga menentukan model konfigurasi masyarakat dunia secara
global dan hal ini juga memiliki pengaruh bagi iklim pendidikan.
Dalam konteks sosial, pendidikan juga memiliki fungsi, peran dan
kiprah lain yang berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan kolektif yang sudah
mapan. Tidak hanya puas dalam kondisi demikian pendidikan juga
memberikan andil menterjemahkan nilai-nilai baru yang tumbuh akibat
proses pergulatan sejarah dalam wujud emansipasi integrasi dengan sistem
dan struktur sosialnya. Sehingga dengan begitu masyarakat tidak pernah
kering dari dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.
D. Hubungan pendidikan Islam dengan masyarakat dalam perspektif
sosiologi
Indikasi globalnya ajaran al-Quran yang membuktikan bahwa Islam
tetap up to date, aktual sepanjang zaman untuk seluruh umat manusia di dunia,
dapat dipelajari dari beberapa pernyataan dalam al-Quran sendiri. Pertama,
panggilan Allah kepada seluruh ummat manusia (yaa ayyuhan naasu) adalah
bukti autentik dalam kitab suci Islam bahwa ajaran Islam berlaku universal
untuk semua manusia. Meskipun al-Quran diturunkan di tanah Arab, nabi
Muhammad juga berbangsa Arab, tetapi tidak ada satupun panggilan Allah
dalam ayat al-Quran yang ditujukan khusus untuk orang Arab (tidak ada ayat
yang diawali dengan kalimat yaa ayyuha al-“arabiyyu). Dalam ayat lain, Allah
juga menegaskan bahwa al-Quran sebagai sumber pedoman utama ajaran
Islam, diturunkan oleh Allah sebagai petunjuk bagi seluruh ummat manusia
8Dalam:http://mbahduan.blogspot.com/2012/04/makalah-proses-terbentuknya-masyarakat.html, diakses, 26 Oktober 2013.
hudan li al-naasi). Berbeda dengan pernyataan al-Kitab atau Bibel bagi kaum
Nasrani yang panggilannya khusus ditujukan hanya untuk “domba-domba
Israil”. Kedua, perintah Allah dalam al-Quran menyangkut ibadah shalat, cara
wudhu dan cara berpakaian, sama sekali tidak rinci-melainkan global dan
universal. luasnya ajaran Islam. Islam mengajarkan agar umat menyayangi
sesama, termasuk binatang sekalipun. Karena itu orang yang menyiksa
binatang peliharaan akan mendapat siksa, dan umat Islam diajarkan supaya
menyembelih hewan dengan cara yang baik, memelihara tumbuhan serta
lingkungan agar tidak rusak. Begitu luas dan mulianya ajaran Islam yang
memberi rahmat bagi seluruh alam (rahmatan li al’alamin).9
Ibnu Khaldun memandang ilmu dan pendidikan sebagai satu aktifitas
yang semata–mata bersifat pemikiran dan perenungan serta jauh dari aspek
pragmatis dalam kehidupan. Ia memandang ilmu dan pendidikan sebagai suatu
gejala konklusif yang lahir dari terbentuknya masyarakat dan
perkembangannya didalam tahapan kebudayaan, akal mendorong manusia
untuk memiliki pengetahuan yang penting baginya di dalam kehidupannya
yang sederhana pada periode pertama pembentukan masyarakat, lalu lahirlah
ilmu pengetahuan sejalan dengan perkembangan masa kemudian lahir pula
pendidikan sebagai akibat adanya kesenangan manusia dalam memahami dan
mendalami pegetahuan.10
Sebagai makluk sosial, manusia dalam kehidupannya membutuhkan
hubungan dengan manusia yang lain. Hubungan tersebut terjadi karena
manusia mengajarkan manusia yang lain, ketika sesuatu yang akan dilakukan
tidak dapat dilakukan seorang diri. Kecenderungan manusia untuk
berhubungan melahirkan komunikasi dua arah melalui bahasa yang
mengandung tindakan dan perbuatan. Karena ada aksi dan reaksi, maka
interaksi pun terjadi. Karena itu, interaksi akan berlangsung bila ada hubungan
timbal balik antara dua orang atau lebih.11
Interaksi antara manusia satu dengan lainnya selalu mempunyai motif
tertentu guna memenuhi tuntutan hidup dan kehidupan mereka masing-
9 Suyitno, Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia, UPI, Bandung, 2009, halm. 810 Abdurrahman Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, Pustaka Firdaus, Jakarta,
2001, Hlm. 53511 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, halm. 47
masing. Interaksi yang berlangsung di sekitar kehidupan manusia dapat
bernilai edukatif apabila interaksi yang dilakukan dengan sadar meletakkan
tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi yang
bernilai pendidikan ini dalam dunia pendidikan disebut sebagai interaksi
edukatif. Dengan konsep di atas, memunculkan istilah guru di satu pihak dan
anak didik di lain pihak. Keduanya berada dalam interaksi edukatif dengan
posisi, tugas dan tanggung jawab yang berbeda, namun bersama-sama
mencapai tujuan.12
Manusia menjalani kehidupan didunia ini tidaklah bisa hanya
mengandalkan dirinya sendiri dalam artian butuh bantuan dan pertolongan
orang lain , maka dari itu manusia disebut makhluk sosial. Oleh karena itu
kehidupan bermasyarakat hendaklah menjadi sebuah pendorong atau sumber
kekuatan untuk mencapai cita-cita kehidupan yang harmonis, baik itu
kehidupan didesa maupun diperkotaan. Tentunya itulah harapan kita bersama,
tetapi fenomena apa yang kita saksikan sekarang ini, jauh sekali dari harapan
dan tujuan pembangunan Nasional negara ini, kesenjangan Sosial, yang kaya
makin Kaya dan yang Miskin tambah melarat , mutu pendidikan yang masih
rendah, orang mudah sekali membunuh saudaranya (dekadensi moral ) hanya
karena hal sepele saja, dan masih banyak lagi fenomena kehidupan tersebut
diatas yang kita rasakan bersama, mungkin juga fenomena itu ada pada
lingkungan dimana kita tinggal.13
Sehubungan dengan itu, barangkali kita berprasangka atau mengira
fenomena-fenomena yang terjadi diatas hanya terjadi dikota saja, ternyata
problem yang tidak jauh beda ada didesa, yang kita sangka adalah tempat yang
aman, tenang dan berakhlak (manusiawi), ternyata telah tersusupi oleh
kehidupan kota yang serba boleh dan bebas itu disatu pihak masalah
urbanisasi menjadi masalah serius bagi kota dan desa, karena masyarakat desa
yang berurbanisasi ke kota menjadi masyarakat marjinal dan bagi desa
pengaruh urbanisasi menjadikan sumber daya manusia yang produktif di desa
12 Paul B. Horton, Sosiologi, Erlangga, Jakarta, 2006, Halm. 9913 M. Ihsanudin, 2009, Pragmatisme Pendidikan, Telaah Atas Pemikiran John Dewey,
http://indekos.tripod.com/id4.html//
menjadi berkurang yang membuat sebuah desa tak maju bahkan cenderung
tertingga.14
Shalat berjamaah secara sosiologis merupakan manifestasi dari
kebersamaan, solidaritas dan integritas sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Zakat manifestasi dari solidaritas sosial, rasa kemanusiaan yang adil dan
bertanggung jawab, kepedulian-sense of crisis, dan berempati terhadap
penderitaan atau kesusahan orang lain. Berpuasa merupakan upaya
pengendalian diri dari tindakan yang melampaui batas dan demikian pula pada
aspek ajaran-ajaran Islam yang lainnya. Pada rukun iman, misalnya iman
kepada Allah akan memberikan kontrol terhadap seorang muslim dalam
kehidupan sosial masyarakat. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna
diantara mahkluk yang lain ciptaan allah SWT.salah satu kelebihan yang di
miliki oleh manusia ialah manusia diberi akal pikiran dan nafsu yang tidak
dimiliki oleh malaikat, jin dan binatang. Dengan akal inilah diharapkan
manusia bisa menggelola bumi ini dengan baik, untuk melakukan tugas yang
berat tersebut maka manusia membutuhkan ilmu pengetahuan. Hal inilah yang
menyebabkan manusia menjadi objek pendidikan,atau mahluk yang
membutuhkan pendidikan sebagai mana yang terdapat dalam Alquran. Dalam
surah Al-baqorah ayat 31-32 yang artinya: Dan ingatlah ketika allah
berfirman kepada malaikat “aku hendak menjadi kan kholifah di bumi
“mereka berkata apakah engkau hendak menjadikan orang orang perusak
dan menumpahkan darah di muka bumi,sedangkan kami selalu bertasbih
memuji engkau”dia berfirman “sungguh aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui . Dan dia mengajarkan nama –nama benda, kemudian dia
perlihat kan kepada para malaikat “kata kan lah jika kamu orang yang
benar.(Al-Baqorah ayat 31-32 )15.
Dari ayat tersebut kita memperoleh pengertian bahwa manusia adalah
mahluk yang bisa dididik dan diajar. Untuk meningkatkan kualitas hidup,
manusia memerlukan pendidikan, baik pendidikan yang formal, informal
maupun nonformal. Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan
14 http://lailynurarifa.wordpress.com/2011/10/07/asal-usul-pendidikan-dalam-perspektif-teori-sosiologi/
15 Departemen Agama, Alquran dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2005), hal 7
manusia yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya.
Hewan juga belajar, tetapi lebih ditentukan oleh instingnya, sedangkan
manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan
guna menuju kehidupan yang lebih berarti.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang harus hidup
bermasyarakat dan berinteraksi. Kewajiban untuk bersosialisasi inilah yang
membuat manusia berbeda dari makhluk lain. Makhluk lain tidak pernah
berpikir untuk membuat hidupnya lebih baik dari sebelumnya. Kainginan
untuk berkembangng menuju arah yang lebih baik inilah yang kemudian
menyebabkan manusia memerlukan pendidikan. Manusia adalah makhluk
yang harus hidup bermasyarakat untuk kelangsungan hidupnya, baik yang
menyangkut pengembangan pikiran, perasaan dan tindakannya serta agar
dapat mengembangkan sifat-sifat kemanusiaan dalam lingkungan manusia.
Interaksi antar manusia tumbuh sebagai suatu keharusan oleh karena kondisi
kemanusiaannya seperti; kebutuhan biologis dan psikologis. Kondisi manusia
tersebut menuntut adanya kerjasama dengan manusia lain. Kodrat manusia
sebagai makhluk bio-psiko-sosial, menyebabkan timbulnya bentuk-bentuk
organisasi sosial yang berdiri atas landasan simbiotik-sinergistik, saling
memberi manfaat atas dasar tingkah laku fisik, bersifat otomatis dan
merupakan komunikasi sosial.16
E. Contoh Permasalahan yang terjadi dalam hubungan Pendidikan dengan
Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di
tanah air kita dewasa ini, yaitui:
1. Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
2. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan
keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun kedalam kancah
kehidupan bermasyarakat.
16 Dwi Nugroho Hidayanto, Pemikiran Kependidikan; dari Filsafat ke Ruang Kelas, (Jakarta: Transwacana Jakarta, 2007).
Yang pertama mengenai masalah pemerataan, dan yang kedua adalah
masalah mutu, relevansi, dan juga efisiensi pendidikan.17
Seperti telah dikemukakan diatas, pada bagian ini akan dibahas empat masalah
pokok pendidikan yang telah menjadi kesempatan nasional yang perlu
diprioritaskan penanggulangannya. Masalah yang dimaksud adalah:
1. Masalah Pemerataan Pendidikan
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memanjakan
bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga Negara
Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Masalah pemerataan pendidikan
adalah persoalan bagaiman sistem pendidikan dapat menyediakan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara untuk
memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi
pembanguana sumber daya manusia untuk menunjang
pembangunan.Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih
banyak warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di
tampung dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilita
pendidikan yang tersedia. Pada masa awalnya, di tanah air kita Undang-
Undang No 4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran
di sekolah. Pada bab XI pasal 17 berbunyi:
Tiap-tiap warga Negara republik Indonesia mempunyai hak yang sama
diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang ditetapkan
untuk pendidikan dan pengajaarn pada sekolah itu dipenuhi.18
Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib belajar Bab VI pasal 10 ayat 1
menyatakan: ”semua anak yang berumur 6 tahun berhak dan yang sudah
berumur 8 tahun diwajibkan belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun “ ayat 2
menyatakan: “belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan
dari menteri agama yang dianggap telah memenuhi kewajiban belajar.
Landasan yuridis pemerataan pendidika tersebut penting sekali artinya,
sebagai landasan pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna
17 http://irmaasriani.blogspot.com/2010/06/masalah-pendidikan-dalam-masyarakat.html, diunduh : 26 Oktober 2013
18 Ibid
mengejar ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan.Masalah pemerataan
memperoleh pendidikan dipandang penting sebab jika anak-anak usia
sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD, maka mereka memiliki
bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajauan melalui
berbagai media massa dan sumber belajar yang tersedia baik mereka itu
nantinya berperan sebagai produsen maupun konsumen. Dengan demikian
mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat pembangunan.
Oleh karena itu, dengan melihat tujuan yang terkandung di dalam upaya
pemerataan pendidikan tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk dapat
berpatisipasi dalam pembangunan, maka setelah upaya pemerataan
pendidikan terpenuhi, mulai diperhatikan juga upaya pemerataan mutu
pendidikan. Hal ini akan dibicarakan pada butir tentang masalah mutu
pendidikan. Khusus pendidikan formal atau pendidikan persekolahan yang
berjenjang dan tiap-tiap jenjang memiliki fungsinya masing-masing
maupun kebijaksanaan memperoleh kesempatan pendidikan pada tiap
jenjang itu diatur dengan memperhitungkan faktor-faktor kuantitatif dan
kualitatif serta relevansi yang selalu ditentukan proyeksinya secara terus
menerus dengan saksama. Pada jenjang pendidikan dasar, kebijaksanaan
penyediaan memperoleh kesempatan pendidikan didasarkan atas
pertimbangan faktor kuantitatif, karena kepada seluruh warga Negara perlu
di berikan bekal dasar yang sama. Pada jenjang pendidikan menengah dan
terutama pada jenjang pendidikan yang tinggi, kebijakan pemertaan
didasarkan atas pertimbangan kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan
kemampuan anak, keperluan, tenaga kerja, dan keperluan pengembangan
masyarakat, kebudayaan, ilmu, dan tekonologi. Agar tercapai
keseimbangan antara faktor minat dengan kesempatan memperoleh
pendidikan, perlu diadakan penerangan yang seluas-luasnya mengenai
bidang-bidang pekerjaan dan keahlian dan persyaratannya yang
dibutuhkan dalam pembangunan utamanya bagi bidang-bidang yang baru
dan langka.
Perkembangan upaya pemerataan pendidikan berlangsung terus menerus
dari pelita ke pelita. Didalam Undang-Undang No.2 tahun 1989 tengtang
sistem pendidikan nasional III tentang hak warga Negara untuk
memperoleh pendidikan, pasal 5 menyatakan: ”setiap warga Negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan”. Bahkan
dalam pasal 7 mengenai hak telah di tegaskan sebagai berikut:
“penerimaan seorang peserta didik dalam suatu satuan pendidikan
diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku,
ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi, dan dengan tetap
mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Perkembangan iptek menawarkan beraneka ragam alternatif model
pendidikan yang dapat memperluas pelayanan kesempatan belajar. Dilihat
dari segi waktu belajarnya bervariasi dari beberapa jam, hari, minggu,
bulan, sampai tahunan, melalui proses tatap muka sampai pada lingkungan
alam yang dapat mendung.19
F. Solusi Pemecahan Problematika Pendidikan di Indonesia
1. Solusi Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak macam pemecahan masalah yang telah dan sedang
dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pendidikan dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah
ditempuh melalui cara konvesional dan cara inovatif.
Cara konvesional antara lain:
a) Membangun gedung sekolah seperti SD inpres dan atau
ruangan belajar.
b) Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem
bergantian pagi dan sore).
Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya untuk
pendidikan dasar ialah membangkitkan kemauan belajar bagi
masyarakat yang kurang mampu agar mau menyekolahkan
anaknya.
19 Ibid
Cara Inovatif antara lain:
Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru)
atau inpact sistem, sistem tersebut dirintis di solo dan
didiseminasikan ke beberapa provinsi.
a) SD kecil pada daerah terpencil
b) Sistem guru kunjung
c) SMP terbuka
d) Kejar paket A dan b
e) Belajar jarak jauh, seperti di universitas terbuka.
2. Solusi Masalah Mutu, Efisiensi dan Relevansi Pendidikan
Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan jenjang pendidikan masing-
masing memiliki kekhususan, namun pada dasarnya pemecahan
masalah mutu pendiidkan bersasaran pada perbaikkan kualitas
komponen pendidikan serta mobilitas komponen-komponen
tersebut. Upaya tersebut pada gilirannya diharapkan dapat
meningkatkan kualitas proses pendidikan dan pengalaman belajar
peserta didik, dan menghasilkan hasil pendidikan.
Upaya pemecahan masalah masalah mutu pendidikan dalam garis
besarnya meliputi hal-hal yang bersifat sebagai fisik dan lunak,
personalia, dan manajemen. Sebagai berikut:
a. Seleksi yanglebih rasional terhadap masukan mentah,
khususnay untuk Slta dan PT.
b. Pengembanagn kemanpuan tenaga kependidikan melalui studi
lanjut.
c. Penyempurnaaan kurikulum
d. Pengembanagan prasarana yang menciptakan lingkungan yang
tenteram untuk belajar
e. Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media
pembelajaran
f. Peniungkatan adminisrasi manajemen khususnya yang
mengenai anggaran
g. Kegiatan pengendalian mutu
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan makalah di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Mayarakat adalah suatu kelompok yang sama identifikasinya meliputi
unit biofisik para individu, bertempat tinggal pada suatu geografis
tertentu, selama pereode tertentu pula, teratur sedemikian rupa di
dalam menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup
bersama.
2. Para ahli berbeda pendapat tentang proses terbentuknya masyarakat.
Plato berkeyakinan bahwa masyarakat terbentuk secara kodrati.
Sedangkan kaum sofis berargumen bahwa masyarakat merupakan
bentukan manusia. Pandangan Plato lebih bersifat metafisik dan
mengawang, sedang kaum sofis ilmiah-rasional. Dalam hal ini,
pembahasan mengenai sejarah terbentuknya masyarakat lebih
dititikberatkan pada pandangan kaum sofis mengingat sifatnya yang
ilmiah-rasional. Pandangan kaum sofis ini didukung oleh Kimmel and
Aronson yang mengemukakan bahwa masyarakat tidak sekonyong-
konyong ada. Masyarakat sengaja diciptakan baik melalui metode
bottom-up maupun up-to-bottom.
3. Hubungan antara masyarakat dan pendidikan adalah bahwa
pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keterampilan danaspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda
secara keseluruhan dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-
kekuatanmasyarakat. Di sisi lain pendidikan memiliki fungsi, peran
dan kiprah yang berkorelasi dengan kekuatan-kekuatan
masyarakat.Pendidikan juga memberikan andil menerjemahkan nilai-
nilai baru yang tumbuh akibat proses pergulatan sejarah dalam wujud
emansipasi integrasi dengan sistem dan struktur sosial masyarakat,
sehingga dengan demikian masyarakat tidak pernah kering dari
dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Ibnu Khaldun, 2001 Muqaddimah Ibnu Khaldun, Pustaka
Firdaus, Jakarta
Dalam:http://mbahduan.blogspot.com/2012/04/makalah-proses-
terbentuknya-masyarakat.html, diakses, 26 Oktober 2013.
Dalam:http://pakguruonline.pendidikan.net/
buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_15.html, diakses, 26 Oktober 2013.
Dalam:http://mbahduan.blogspot.com/2012/04/makalah-proses-terben
tuknya-masyarakat.html, diakses, 26 Oktober 2013.
Dalam:http://lailynurarifa.wordpress.com/2011/10/07/asal-usul-
pendidikan-dalam-perspektif-teori-sosiologi/, diakses, 26 Oktober 2013.
Dalam:http://irmaasriani.blogspot.com/2010/06/masalah-pendidikan-
dalam-masyarakat.html diakses, 26 Oktober 2013
Departemen Agama, 2005, Alquran dan Terjemahannya, Bandung:
Diponegoro
Dwi Nugroho Hidayanto, 2007, Pemikiran Kependidikan; dari Filsafat ke
Ruang Kelas, Jakarta: Transwacana Jakarta
M. Ihsanudin, 2009, Pragmatisme Pendidikan, Telaah Atas Pemikiran
John Dewey, http://indekos.tripod.com/id4.html//
Oemar Hamalik, 2005, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara,
Suyitno, 2009, Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia, UPI, Bandung.
Paul B. Horton, 2006, Sosiologi, Erlangga, Jakarta