tugas ria

38
TUGAS KLIPING KESEHATAN LINGKUNGAN Oleh : Riya Hanaza Ramadini 1061050191 KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PERIODE 11 MEI – 25 JULI 2015

Upload: riahanazaramadini

Post on 15-Dec-2015

232 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

word

TRANSCRIPT

Page 1: tugas ria

TUGAS KLIPING

KESEHATAN LINGKUNGAN

Oleh :

Riya Hanaza Ramadini

1061050191

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PERIODE 11 MEI – 25 JULI 2015

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

Page 2: tugas ria

1. Waspada, Polusi Udara Picu Autisme pada Bayi

Sabtu, 20 Desember 2014 | 11:00 WIB

http://health.kompas.com/read/2014/12/20/16312414/wapada.polusi.

udara .picu.autisme.pada.bayin

KOMPAS.com - Anak-anak yang ketika ibunya saat hamil terpapar polusi udara beresiko

dua kali lebih besar menderita autisme dibandingkan dengan ibu hamil yang hidup di

lingkungan berudara bersih. 

Partikel halus yang dilepaskan dari pembakaran, kendaraan, dan asap pabrik merupakan zat

berbahaya yang berkaitan erat dengan autisme. Demikian kesimpulan penelitian yang

dilakukan tim dari Harvard School of Public Health. 

Penelitian awal juga menemukan kaitan antara polusi dan autisme. Termasuk studi tahun

2010 yang menyebutkan bahwa risiko bayi mengalami autisme meningkat dua kali lipat jika

saat hamil trimester tiga ibu hidup di dekat jalan raya yang polusi udaranya tinggi.

Dalam studi yang dilakukan tim dari Harvard ini, ditemukan bukti tambahan kaitan antara

polusi dan autisme itu. Pemerintah AS menemukan autisme di negeri tersebut meningkat

Page 3: tugas ria

pesat menjadi 1 dari 68 anak dari sebelumnya 1 dari 150 anak di tahun 2000. 

Para ahli meyakini peningkatan jumlah tersebut menggambarkan kesadaran masyarakat akan

gangguan tumbuh kembang ini. 

Walau gangguan tersebut sangat terkait dengan genetik, peningkatan insiden ini membuat

para ahli tertarik untuk menyelidiki apakah faktor lingkungan turut berperan.

Studi tim Harvard melibatkan anak-anak dari 116.430 wanita dalam Nurse's Health Study II

yang dimulai tahun 1989. Tim peneliti mengumpulkan data di mana para wanita itu tinggal

saat hamil dan level polusi. Kemudian dibandingkan dengan riwayat kelahiran dari 245 anak

yang mengidap autisme dan 1.522 anak yang tumbuh kembangnya normal. Semua anak lahir

antara tahun 1990-2002.

Ternyata tidak ada kaitan antara autisme dengan polutan partikel halus sebelum atau usia

kehamilan awal, atau setelah bayi lahir. Namun, paparan polusi yang tinggi saat ibu hamil

trimester tiga meningkatkan risiko autisme dua kali lipat.

Belum jelas bagaimana partikel halus itu memicu autisme, tetapi partikel polutan ini

diselubungi banyak sekali kontaminan dan bisa masuk ke sel-sel sehingga mengganggu

perkembangan otak bayi. 

KESIMPULAN :

Polusi udara menimbulkan berbagai macam penyakit dan gangguan terhadap manusia, salah

satu hasil penelitian yang dicermati dalam artikel diatas adalah polusi udara mentyebabkan

autisme pada bayi. Berbagai penelitian telah dilakukan dan mendapatkan hasil sebagi berikut

bahwa tidak ada kaitan antara autisme dengan polutan partikel halus sebelum atau usia

kehamilan awal, atau setelah bayi lahir. Namun, paparan polusi yang tinggi saat ibu hamil

trimester tiga meningkatkan risiko autisme dua kali lipat.

Page 4: tugas ria

2. Higiene dan Sanitasi Jajanan Anak Perlu Perhatian

Penulis : Asep Chandra| Selasa, 22 Januari 2013 16:31 WIB

http://health.kompas.com/read/2013/01/22/16312414/

Higiene.dan.Sanitasi.Jajanan.Anak.Perlu.Perhatian

JAKARTA, KOMPAS.com - Higiene dan sanitasi merupakan dua faktor utama keamanan

pangan yang patut menjadi perhatian. Saat ini, sebagian besar jajanan anak khususnya di

sekolah-sekolah dasar belum sepenuhnya memenuhi syarat kedua faktor tersebut, sehingga

perlu terus diawasi dan diperbaiki. 

Demikian diungkapkan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Roy Sparingga dalam roadshow Kampanye

Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) BPOM bertajuk 'Sehatnya Duniaku - Menuju Generasi

Emas yang Sehat dan Berkualitas', Selasa (22/1/2013) di Jakarta. 

"Masalah utama bagi jajan anak, terutama anak Sekolah Dasar adalah higiene sanitasi yang

belum baik, sehingga harus ada perhatian," ujar Roy. 

Dalam roadshow yang kali ini berlangsung di SDN 01 Tebet Timur Jakarta itu, Roy

mengatakan masih ada faktor lainnya yang menjadikan jajanan anak menjadi berbahaya

untuk dikonsumsi, yaitu bahan kimia berbahaya, seperti pewarna tekstil, pengawet, serta

pemanis buatan. 

Masalah higiene dan sanitasi, menurut Roy, menjadi paling utama karena efeknya dapat

langsung dirasakan setelah mengonsumsi makanan tidak bersih. Efek dari higiene sanitasi

adalah jangka pendek, sedangkan, bahan kimia berbahaya berefek jangka panjang. 

Sakit akibat makanan, disebut Roy sebagai kejadian luar biasa (KLB) pangan di Indonesia.

Sebanyak 35 persennya adalah dari jajanan anak sekolah, dan 80 persen dari angka itu berasal

dari jajanan anak Sekolah Dasar. 

Hal inilah yang mendasari BPOM perlu untuk mengadakan roadshowtentang pentingnya

keamanan pangan. SDN 01 Tebet Timur menjadi tempat pertama dilaksanakannya Road

Show 'Sehatnya Duniaku'. 

Page 5: tugas ria

Rencananya selanjutnya, BPOM akan melanjutkan ke 25 Sekolah Dasar masing-masing di

dua kota besar yaitu Jakarta dan Bandung. 

"BPOM hanya dapat mengadakan penyuluhan tentang keamanan pangan jajanan anak,

namun pelaku pengawasannya tentu saja komunitas sekolah, yaitu guru, murid, orang tua

murid, pengelola kantin, serta pedagang makanan sekitar sekolah," jelas Roy.

KESIMPULAN :

Higiene dan sanitasi merupakan dua faktor utama keamanan pangan yang patut menjadi

perhatian. Saat ini, sebagian besar jajanan anak khususnya di sekolah-sekolah dasar belum

sepenuhnya memenuhi syarat kedua faktor tersebut, sehingga perlu terus diawasi dan

diperbaiki. Efek dari higienis dan sanitasi diterima dalam jangka pendek sedangkan untuk

bahan kimia berbahaya berefek jangka panjang. Oleh karena itu kita harus melakukan

penyuluhan tentang higine dan santiasi tersebut secara terus menerus dan berkelanjutan.

Masalah sanitasi makanan merupakan sesuatu yang sangat penting dan rentan apabila tidak di

perhatikan, karena efek dari ketidak higienisan makanan memiliki onset yang akut sehingga

sangat berbahaya apabila tidak di perhatikan. Khusus dalam artikel yang saya ambil ini juga

sanitasi makanan pada murid SD lebih harus di perhatikan lagi karena pada anak anak system

imun nya belum sempurna sehingga lebih rentan terkena dampak dari makanan yang tidak

higienis. Menurut saya akan sulit apabila hanya BPOM yang mengawasi tentang makanan

dan obat-obatan ini karena pasti akan di temukan masalah tenaga dan waktu berhubung

besarnya geografis Negara kita. Oleh karena itu untuk mengantisipasi ini kita perlu

melakukan edukasi kepada masyarakat agar masyarakat mengerti mengenai sanitasi

makanan, karena selama ini pelaku kasus makanan yang tidak higienis itu banyak di dominasi

oleh produsen rumahan masyarakat yang tidak peduli akan sanitasi makanan karena hanya

memerhatikan keuntungan ekonomi belaka. Selain pendidikan, tindak hukum yang tegas dari

aparat juga dapat member efek jera bagi pelaku ini.

Page 6: tugas ria

3. PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN SEHAT

http://www.smallcrab.com/makanan-dan-gizi/609-penyediaan-air-bersih-dan-sehat

Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia

dan makhluk hidup lainnya. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air

daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari

air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60 % berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar

65 % dan untuk bayi sekitar 80%. Air dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi berbagai

kepentingan antara lain: diminum, masak, mandi, mencuci dan pertanian. 

Menurut perhitungan WHO, di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120

liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, tiap orang

memerlukan air 30-60 liter per hari. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang sangat

penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum air harus

mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia. 

Air Bersih dan Sehat 

Air minum harus steril (steril = tidak mengandung hama penyakit apapun). Sumber-sumber

air minum pada umumnya dan di daerah pedesaan khususnya tidak terlindung sehingga air

tersebut tidak atau kurang memenuhi persyaratan kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan

terlebih dahulu. Pengolahan air untuk diminum dapat dikerjakan dengan 2 cara, berikut:

1. Menggodok atau mendidihkan air, sehingga semua kuman¬kuman mati. Cara ini

membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat dilakukan secara besar-besaran.

2. Dengan menggunakan zat-zat kimia seperti gas chloor, kaporit, dan lain-lain. Cara ini

dapat dilakukan secara besar¬besaran, cepat dan murah.

Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya diusahakan

memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidaknya diusahakan mendekati persyaratan

tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut: 

Page 7: tugas ria

1. Syarat fisik

Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa,

suhu dibawah suhu udara diluarnya sehingga dalam kehidupan sehari-hari. Cara mengenal air

yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar. 

2. Syarat bakteriologis 

Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri

patogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen

adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air

terdapat kurang dari 4 bakteri E. coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan. 

3.  Syarat kimia

Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu didalam jumlah yang tertentu pula.

Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia didalam air akan menyebabkan gangguan

fisiologis pada manusia. Sesuai dengan prinsip teknologi tepat guna di pedesaan maka air

minum yang berasal dari mata air dan sumur dalam adalah dapat diterima sebagai air yang

sehat dan memenuhi ketiga persyaratan tersebut diatas asalkan tidak tercemar oleh kotoran-

kotoran terutama kotoran manusia dan binatang. Oleh karena itu mata air atau sumur yang

ada di pedesaan harus mendapatkan pengawasan dan perlindungan agar tidak dicemari oleh

penduduk yang menggunakan air tersebut. 

Sumber-sumber Air Minum

Pada prinsipnya semua air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-sumber air ini, sebagai

berikut:

1. Air hujan

Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum, tetapi air hujan ini tidak

mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat

perlu ditambahkan kalsium didalamnya. 

2. Air sungai dan danau 

Air sungai dan danau berdasarkan asalnya juga berasal dari air hujan yang mengalir

melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau. Kedua sumber air ini sering juga

Page 8: tugas ria

disebut air permukaan. Oleh karena air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi

atau tercemar oleh berbagai macam kotoran, maka bila akan dijadikan air minum

harus diolah terlebih dahulu.

3. Mata air

Air yang keluar dari mata air ini berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah.

Oleh karena itu, air dari mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat

dijadikan air minum langsung. Tetapi karena kita belum yakin apakah betul belum

tercemar maka alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum diminum. 

4. Air sumur

Air sumur dangkal adalah air yang keluar dari dalam tanah, sehingga disebut

sebagai air tanah. Air berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal.

Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke yang

lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari

permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini belum begitu sehat karena

kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu perlu

direbus dahulu sebelum diminum.

Air sumur dalam yaitu air yang berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah.

Dalamnya dari permukaan tanah biasanya lebih dari 15 meter. Oleh karena itu,

sebagaian besar air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air

minum yang langsung (tanpa melalui proses pengolahan).

Pengolahan air minum 

Ada beberapa cara pengolahan air minum antara lain sebagai berikut: 

1. Pengolahan Secara Alamiah

Pengolahan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan dari air yang diperoleh dari berbagai

macam sumber, seperti air danau, air sungai, air sumur dan sebagainya. Di dalam

penyimpanan ini air dibiarkan untuk beberapa jam di  tempatnya. Kemudian akan terjadi

koagulasi dari zat-zat yang terdapat didalam air dan akhirnya terbentuk endapan. Air akan

menjadi jernih karena partikel-partikel yang ada dalam air akan ikut mengendap. 

2. Pengolahan Air dengan Menyaring 

Page 9: tugas ria

Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan kerikil, ijuk dan pasir. Penyaringan

pasir dengan teknologi tinggi dilakukan oleh PAM (Perusahaan Air Minum) yang hasilnya

dapat dikonsumsi umum. 

3. Pengolahan Air dengan Menambahkan Zat Kimia

Zat kimia yang digunakan dapat berupa 2 macam yakni zat kimia yang berfungsi untuk

koagulasi dan akhirnya mempercepat pengendapan (misalnya tawas). Zat kimia yang kedua

adalah berfungsi untuk menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada didalam air,

misalnya klor (Cl). 

4. Pengolahan Air dengan Mengalirkan Udara

Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak,

menghilangkan gas-gas yang tak diperlukan, misalnya CO2 dan juga menaikkan derajat

keasaman air. 

5. Pengolahan Air dengan Memanaskan Sampai Mendidih

Tujuannya untuk membunuh kuman-kuman yang terdapat pada air. Pengolahan semacam ini

lebih tepat hanya untuk konsumsi kecil misalnya untuk kebutuhan rumah tangga. Dilihat dari

konsumennya, pengolahan air pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi 2 yakni:

Pengolahan Air Minum untuk Umum

Penampungan Air Hujan. Air hujan dapat ditampung didalam suatu dam (danau

buatan) yang dibangun berdasarkan partisipasi masyarakat setempat. Semua air hujan

dialirkan ke danau tersebut melalui alur-alur air. Kemudian disekitar danau tersebut

dibuat sumur pompa atau sumur gali untuk umum. Air hujan juga dapat ditampung

dengan bak-bak ferosemen dan disekitarnya dibangun atap-atap untuk mengumpulkan air

hujan. Di sekitar bak tersebut dibuat saluran-saluran keluar untuk pengambilan air untuk

umum. Air hujan baik yang berasal dari sumur (danau) dan bak penampungan tersebut

secara bakteriologik belum terjamin untuk itu maka kewajiban keluarga-keluarga untuk

memasaknya sendiri misalnya dengan merebus air tersebut.

6. Pengolahan Air Sungai

Page 10: tugas ria

Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampung I melalui saringan kasar yang dapat

memisahkan benda-benda padat dalam partikel besar. Bak penampung I tadi diberi saringan

yang terdiri dari ijuk, pasir, kerikil dan sebagainya. Kemudian air dialirkan ke bak

penampung II. Disini dibubuhkan tawas dan chlor. Dari sini baru dialirkan ke penduduk atau

diambil penduduk sendiri langsung ke tempat itu. Agar bebas dari bakteri bila air akan

diminum masih memerlukan direbus terlebih dahulu. 

7. Pengolahan Mata Air

Mata air yang secara alamiah timbul di desa-desa perlu dikelola dengan melindungi sumber

mata air tersebut agar tidak tercemar oleh kotoran. Dari sini air tersebut dapat dialirkan ke

rumah-rumah penduduk melalui pipa-pipa bambu atau penduduk dapat langsung

mengambilnya sendiri ke sumber yang sudah terlindungi tersebut. 

8. Pengolahan Air Untuk Rumah Tangga

Air sumur pompa terutama air sumur pompa dalam sudah cukup memenuhi persyaratan

kesehatan. Tetapi sumur pompa ini di daerah pedesaan masih mahal, disamping itu teknologi

masih dianggap tinggi untuk masyarakat pedesaan. Yang lebih umum di daerah pedesaan

adalah sumur gali. 

Agar air sumur pompa gali ini tidak tercemar oleh kotoran di sekitarnya, perlu adanya syarat-

syarat sebagai berikut:

Harus ada bibir sumur agar bila musim huujan tiba, air tanah tidak akan masuk ke

dalamnya.

Pada bagian atas kurang lebih 3 m dari ppermukaan tanah harus ditembok, agar air

dari atas tidak dapat mengotori air sumur.

Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bbawah sumur tersebut untuk mengurangi

kekeruhan.

Sebagai pengganti kerikil, ke dalam sumur ini dapat dimasukkan suatu zat yang dapat

membentuk endapan, misalnya aluminium sulfat (tawas).

Membersihkan air sumur yang keruh ini dapat dilakukan dengan menyaringnya

dengan saringan yang dapat dibuat sendiri dari kaleng bekas.

9. Air Hujan

Page 11: tugas ria

Kebutuhan rumah tangga akan air dapat pula dilakukan melalui penampungan air hujan.

Tiap-tiap keluarga dapat melakukan penampungan air hujan dari atapnya masing¬masing

melalui aliran talang. Pada musim hujan hal ini tidak menjadi masalah tetapi pada musim

kemarau mungkin menjadi masalah. Untuk mengatasi keluarga memerlukan tempat

penampungan air hujan yang lebih besar agar mempunyai tandon untuk musim kemarau.

KESIMPULAN :

Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia

dan makhluk hidup lainnya. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air

daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari

air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60 % berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar

65 % dan untuk bayi sekitar 80%. Air dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi berbagai

keperluan

Air minum harus steril (steril = tidak mengandung hama penyakit apapun). Sumber-sumber

air minum pada umumnya dan di daerah pedesaan khususnya tidak terlindung sehingga air

tersebut tidak atau kurang memenuhi persyaratan kesehatan. Untuk itu perlu pengolahan

terlebih dahuluentingan antara lain: diminum, masak, mandi, mencuci dan pertanian.Jadi

Pengolahan air harus dilaksanakan derngan serius dan dengan baik sehingga akan

menghasilakan air yang sehat. 

4. Makin Tak Mutu lantaran Tinja

Senin, 28 Maret 2011 | 21:03 WIB

Page 12: tugas ria

SURABAYA, KOMPAS.com — Pencemaran limbah tinja yang dilakukan warga di sekitar

Kali Surabaya telah menurunkan kualitas air kali tersebut dalam waktu lebih dari 10 tahun

terakhir dan berdampak bagi kesehatan warga.      

Direktur Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) Prigi Arisandi di

Surabaya, Senin (28/3/2011), mengemukakan, pencemaran limbah tinja di Kali Surabaya

sudah sangat mengkhawatirkan. "Sejauh ini belum ada tindakan nyata dari Pemerintah

Provinsi Jatim, termasuk Pemkot Surabaya untuk mengatasi masalah itu," katanya.      

Menurut Prigi, Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya berkewajiban menyediakan sarana dan

prasarana sanitasi yang layak bagi permukiman di sekitar daerah aliran sungai (DAS). Ia

menambahkan, bagus tidaknya kualitas air Kali Surabaya sangat tergantung pada kualitas air

Sungai Brantas.     

"Tercemarnya Kali Surabaya selama 13 tahun terakhir sangat dipengaruhi kualitas air Sungai

Brantas. Faktanya, Sungai Brantas dan Kali Surabaya digunakan sebagai tempat pembuangan

tinja," ujarnya.      

Mengutip data Bappenas dan Ditjen Permukiman dan Perumahan pada tahun 2010, Prigi

Arisandi menyebutkan, sekitar 14 juta warga Jatim masih melakukan buang air besar (BAB)

di tempat terbuka yang secara langsung dan tidak langsung mengontaminasi air sungai.

"Angka 14 juta itu merupakan yang tertinggi secara nasional dibanding daerah lain,"

tambahnya.      Prigi juga mengemukakan, terdapat lebih dari 1.000 desa yang berada di DAS

Brantas dengan total sekitar 59.096 kepala keluarga. Dari jumlah tersebut, sekitar 15,8 persen

rumah tangga tidak memiliki kakus atau tempat BAB dan umumnya membuang tinja

langsung ke sungai dan media lingkungan.     

"Cara pembuangan seperti itu jelas dapat menyebarkan kuman penyakit yang terbawa aliran

air sungai dan berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat," katanya.      

Karena itu, Ecoton yang selama ini sangat peduli terhadap kondisi Kali Surabaya mendorong

Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya untuk memprioritaskan pengendalian pencemaran dan

penanganan dampak pencemaran limbah tinja tersebut.

Page 13: tugas ria

KESIMPULAN :

Pencemaran limbah tinja yang dilakukan warga di sekitar Kali Surabaya telah menurunkan

kualitas air kali tersebut dalam waktu lebih dari 10 tahun terakhir dan berdampak bagi

kesehatan warga.      

Kebiasaan masyarakat yang buang air besar di tempat terbuka dapat mengotori sungai dan

membawa penyakit sesuai dengan aliran air sungai. Oleh karena itu hal ini perlu perhatian

khusus sehingga pencemaran tinja ini dapat kita selsaikan, tidak berlarut-larut dan akan

menimbulkan penyakit di masyarakat.

Page 14: tugas ria

5. Permasalahan Limbah Cair Rumah Tangga yang Tak Menentu

26 Mei 2013 13:23:34 Dibaca : 1,704

Di daerah-daerah sekitar pemukiman, adanya sungai selain sebagai  saluran alamiah air,

sering pula pada sungai digunakan sebagai tempat pembuangan air limbah. Aktifitas rumah

tangga atau industri selalu membutuhkan tempat kosong untuk membuang benda-benda tidak

berguna, bekas kegiatannya. Sungai pun tidak terlepas dari sampah yang dihasilkan manusia.

Beragam limbah sering dibuang oleh manusia ke sungai, menjadikan sungai kotor dan keruh.

Air limbah yang dibuang secara langsung ke sungai tanpa proses  pengolahan dapat

membahayakan kehidupan biota di dalamnya dan penurunan kualitas air. Disadari atau tidah

limbah detergen yang dihasilkan dari perumahan telah menimbulkan kerusakan yang tidak

terlihat. Umumnya, air tercemar dapat terlihat dari fisiknya, yaitu semula jernih menjadi

keruh atau kehitaman-hitaman bahkan sering menimbulkan bau tidak enak. Masyarakat

umumnya tidak mengetahui dari efek bahaya dari detergen yang dibuang ke sungai.

Kurangnya sosialisasi dari produsen dan pemerintah tentang bahaya dari sisa detergen ke

lingkungan memperlihatkan ketidakpedulian pada masyarakat dan alam.  Sekali lagi

kepentingan ekonomi dan keuntungan pribadi menjadi alasan pokok permasalahan tersebut.

Dibandingkan dengan negara maju di Eropa yang membangun tempat pengolahan limbah

rumah tangga pada setiap daerah penduduk, pemerintah Indonesia tidak banyak berbuat

apapun. Memang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan rata-rata

pendapatan per kapita warganya hanya US$ 3.452 per orang per tahun, namun hal ini jangan

menjadi alasan Indonesia dalam mengatasi limbah buangan pemukiman penduduk. Sebelum

permasalahan bertambah serius, seharusnya pemerintah bersedia untuk menggelontorkan

dana mengatasi limbah cair rumah. Orang pemerintahan yang pernah menjalani pendidikan

hingga perguruan tinggi seharusnya sudah mengetahui  bahwa limbah rumah tangga yang

dibuang ke sungai  mengandung bahan kimia berbahaya yang berasal dari pemakaian

detergen dan produk lain seperti personal   cleaning service produck. Tanpa adanya

pengolahan limbah cair  rumah tangga, bisa dibayangkan dampak yang dihadapi masyarakat

yang  menggunakan air tanah.Sisa detergen bekas pakai dapat begitu saja terbuang tanpa

pengolahan lebih lanjut. Detergen adalah pembersih sintetis campuran berbagai bahan, yang

digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunanminyak

bumi. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders,

diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan

Page 15: tugas ria

lingkungannya. Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban

alami yamg ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil

pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak

dengan bahan kima dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’

pada kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan

anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk

chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene

merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan.kandungan

deterjen yang digunakan masyarakat Indonesia umumya mengandung ABS (alkyl benzene

sulphonate) yang merupakan deterjen tergolong keras. Alkil Benzana Sulfonat adalah bahan

kimia yang sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen

kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan

biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut. Selain itu, deterjen dalam badan air

dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap

badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun.Keberadaan busa-busa di

permukaan air juga menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga

menurunkan oksigen terlarut.Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang

penggunaan zat ABS ini dalam pembuatan deterjen dan memperkenalkan senyawa kimia

baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat. Namun pemerintah Indonesia belum mengikuti jejak

tersebut dan masih membiarkan beberapa perusahaan menambahalan ABG dalam poses

pembuatan detergen. Detergen sangat  berbahaya bagi lingkungan karena dari bagi

lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa detergen memilki kemampuan

untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene.Proses oenguraian

detergen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan khlor akan

membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahay. Kontak benzena dan klor sangat

mungkin terjadi pada pengolahan air minum. Kandungan detergen dalam air minum akan

menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Dalam jangka panjang, air minum yang telah

terkontaminasi limbah detergen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker.

Masyarakat selaku pelaku perusak lingkungan tidak dapat banyak berbuat terhadap sisa

limbah cair rumah tangga karena kekurangan fasilitas yang disediakan pemerintah. Sisa bekas

cucu akan langsung dialirkan ke selokan dan terbuang ke sungai. Jika menghitung debit

limbah cair yang dibuang sekitar 150 liter/orang/hari ke selokan, dapat dibayangkan

kerusakan yang terjadi jika 242. 325.638 orang Indonesia melakukannya setiap hari.

Page 16: tugas ria

KESIMPULAN :

limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai  mengandung bahan kimia berbahaya yang

berasal dari pemakaian detergen dan produk lain seperti personal   cleaning service

produck. Tanpa adanya pengolahan limbah cair  rumah tangga, bisa dibayangkan dampak

yang dihadapi masyarakat yang  menggunakan air tanah.Sisa detergen bekas pakai dapat

begitu saja terbuang tanpa pengolahan lebih lanjut.

Dapat kita ketahui diatas bahwa limbah ruma tangga haruslah dikelola dengan baik sehingga

efek negatif dari pembuangan itu dapat kita hindari.Untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk pengelolaan limbah ini kita perlu memberikan penyuluhan-penyuluhan dan

pemberitahuan apa efek dari hal tersebut.

6. Pengendalian Nyamuk Diprioritaskan

Seberapa Ampuh Fogging Cegah DBD?

Page 17: tugas ria

Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) bisanya dilakukan dengan 3 M yakni menutup,

menguras, dan mengubur. Tapi, fogging selalu menjadi pilihan masyarakat. Ampuhkan cara

tersebut?

Dalam acara `SOHO #BetterU: Waspadai Kebocoran Plasma Saat DBD` di Jakarta, ditulis

Kamis (12/6/2014), Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

(RSCM), Dr. dr. Leonard Nainggolan, SpPD-KPTI mengatakan bahwa fogging hanya

membunuh nyamuk dewasa dan tidak membunuh larva (jentik-jentik). Sebab, untuk

membunuh jentik harus diberikan larvasida.

"Karena nyamuk dewasa yang bisa menyebabkan demam berdarah maka fogginglah yang

harus diberikan. Sedangkan jentik-jentik tidak, karena keberadaannya di genangan air," kata

Leonard.

Meski fogging masih menjadi salah satu cara pencegahan populer, Leonard mengingatkan

agar kita lebih waspada dan hati-hati karena banyak efek sampingnya. Bila terhirup akan

membuat saluran napas kita terganggu dan jika terhirup terlalu banyak akan membuat kita

sesak napas.

"Kalau kita menggunakan larvasida untuk membunuh jentik tidak juga ditambah fogging

maka tidak akan bisa mencegah dengan sangat baik," kata Leonard menerangkan.

Page 18: tugas ria

Tapi kini, mengetahui fogging memiliki efek samping bagi kesehatan, pemerintah

mengeluarkan fogging fokus.

"Kalau dulu fogging saja. Jika ada seseorang yang kena demam berdarah dan ada surat dari

rumah sakit bahwa si A benar-benar DBD, secara otomatis dari radius 100 meter sudah harus

di-fogging. Sekarang tidak lagi," kata Leonard mencontohkan.

Untuk fogging fokus, lanjut Leonar, jika di suatu wilayah ada warga yang terkena DBD

sampai harus dirawat di rumah sakit, maka petugas medis akan memeriksa apakah ada jentik

nyamuk di wilayah tersebut. Bisa saja warga yang menderita DBD itu, terkenanya bukan di

rumah melainkan di tempat lain.

"DBD ini di lantai berapa pun bisa terkena. Karena sifat nyamuk yang sebagai vektor adalah

multiple byte, tak menutup kemungkinan si nyamuk terikut di dalam lift," kata Leonard.

Maka itu, ketika tim medis benar-benar menemukan ada jentik, barulah dilakukan fogging.

Jika tidak ditemukan dan diduga pasien itu terkena tidak di wilayahnya melainkan wilayah

lain, maka tidak akan difogging. "Mengingat efek samping yang ditibulkan oleh fogging,

maka sekarang lebih selektif," kata Leonard menekankan. - See more at:

http://health.liputan6.com/read/2061961/seberapa-ampuh-fogging-cegah-

dbd#sthash.KYUHu7za.dpuf

KESIMPULAN :

Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau

menurunkan populasi vektor dengan maksud mencegah atau pemberantas penyakit yang

ditularkan vektor atau gangguan yang diakibatkan oleh vektor.

Secara umum, vektor mempunyai peranan yaitu sebagai pengganggu dan penular

penyakit. Vektor yang berperan sebagai pengganggu yaitu nyamuk, kecoa/lipas, lalat, semut,

lipan, kumbang, kutu kepala, kutu busuk, pinjal, dll. Penularan penyakit pada manusia

melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropod - borne diseases atau

sering juga disebut sebagai vector – borne diseases. Agen penyebab penyakit infeksi yang

ditularkan pada manusia

Page 19: tugas ria

Pemberantasan nyamuk lewat fogging tidak efektif karena hanya membunuh vektor

dewasanya saja. Dengan fogging fokus yaitu melakukan fogging sekaligus pencarian jentik

akan lebih efektif di banding fogging saja.

7. Perumahan dan Lingkungan Pemukiman

http://sosbud.kompasiana.com/2015/02/09/lebih-bijaksana-memandang-fenomena-sosial-perumahan-elit-722267.html

Page 20: tugas ria

Lebih Bijaksana Memandang Fenomena Sosial Perumahan Elit

09 February 2015 | 17:43

Dampak globalisasi telah mendorong perubahan besar bagi kehidupan manusia, baik dalam

aspek fisik maupun aspek non-fisik. Aspek fisiik dapat dilihat dari produk fisik yang ada di

dunia modern sekarang ini, seperti pesatnya kemajuan teknologi, alat transportasi, dan

berbagai bangunan dengan arsitektur modern. Aspek non-fisik dapat dilihat dari

perkembangan kebudayaan dan bentuk-bentuk organisasi sosial. Kedua aspek ini dalam

beberapa kasus sering saling berhubungan erat. Contoh yang jelas terlihat di beberapa kota

besar adalah fenomena pembangunan perumahan elit atau real estate. Dapat dikatakan bahwa

perumahan elit merupakan produk globalisasi yang menjawab tuntutan dan kebutuhan

masyarakat kelas menengah atas dan atas mengenai gaya hidupnya, keinginannya,

kepribadiannya, kondisi lingkungannya, dan organisasi sosialnya. Rasa akan kepemilikan

ruang dan material yang dirasakan oleh penghuni perumahan elit akan mendorong terciptanya

karakteristik hubungan sosial yang unik diantara penghuni didalamnya. Namun seringkali

hubungan sosial yang unik pada konteks perumahan elit dikonotasikan secara negatif sebagai

individualistik, eksklusivisme, dan jauh dari nilai-nilai budaya lokal. Penilaian ini mungkin

akan selalu muncul jika kita melihat dari sudut pandang keberadaan perumahan elit dengan

daerah atau lingkungan di sekelilingnya. Hal ini kemudian melahirkan istilah gated

community atau komunitas berpagar (Sunyoto, 2014). Sebenarnya terdapat kajian menarik

tentang bagaimana sebenarnya profil dan kegiatan yang ada di dalam suatu perumahan elit itu

sendiri. Bagaimana hubungan sosial individu-individu di dalamnya, bagaimana kegiatan

sosial yang terjadi di dalamnya, dan bagaimana upaya-upaya dalam mengkolaborasikan unsur

globalisasi dengan nilai-nilai budaya lokal. Dengan memahami berbagai unsur tersebut, kita

dapat lebih bijaksana dalam memandang perumahan elit tertentu sebagai sebuah lingkungan

sosial. Terdapat setidaknya tiga parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas

sosial dalam sebuah perumahan elit, yaitu identitas komunal, proses sosial, dan konstruksi

sosial (Sunyoto, 2014) yang berada di dalam lingkungan perumahan elit tersebut. Identitas

komunal berkaitan dengan kultur (budaya) penghuni atau kelompok penghuni dalam

perumahan tersebut, struktur sosial yang terbangun didalamnya, dan kepribadian atau aktor

sosial dibalik terbangunnya sistem sosial dalam sebuah perumahan elit. Proses sosial

berkaitan dengan transformasi sosial yang terjadi dalam lingkup penghuni perumahan elit,

Page 21: tugas ria

ataupun keterkaitannya dengan masyarakat diluar kompleks perumahan ini. Proses sosial

mencakup interdependence (ketergantungan antar penghuni), figuration (perspektif baru

penghuni mengenai lingkungan perumahannya), habitus (kebiasaan-kebiasaan baru pada

penghuni), dan involvement - detachment (penerimaan atau penolakan dari masyarakat

sekitar). Sedangkan konstruksi sosial berkaitan dengan material and ideational (gagasan

penghuni dalam bertempat tinggal), desire & belief (bagaimana proses pemenuhan kebutuhan

mereka hingga dampak yang terjadi setelahnya), dan perubahan lingkungan (tatanan makro)

yang terjadi di lingkungan perumahan elit. Konsep-konsep tersebut masih terlihat abstrak

kecuali kita bisa masuk ke dalam lingkungan perumahan elit dan mendalami berbagai

informasi di dalamnya. Beberapa perumahan elit di kota-kota besar yang memiliki tradisi

budaya yang kuat dapat menjadi objek yang sangat representatif untuk dikaji ataupun diteliti.

Misalnya di Yogyakarta, perumahan elit menjadi menarik dikaji karena lokasinya yang

berada di pusat kota sehingga bersinggungan dengan budaya lokal yang kental. Yang menjadi

pertanyaan adalah apakah ditengah-tengah “atmosfer mewah” yang ada pada sebuah

perumahan elit terdapat kegiatan sosial, perkumpulan pengikat antar penghuni, ataupun

upaya-upaya dalam mempertahankan budaya lokal. Kegiatan sosial yang “positif” dan respon

terhadap budaya lokal tersebut bila diperhatikan atau diimplementasikan dalam sebuah

perumahan elit sebenarnya dapat mengurangi stigma negatif yang ada di masyarakat non

penghuni perumahan elit dalam memandang keberadaan perumahan elit tersebut. Bahkan hal

ini dapat menambah daya tarik sebuah perumahan elit karena tidak hanya menawarkan

lingkungan yang serba mewah, namun juga lingkungan sosial budaya yang terbangun positif

di dalamnya. Selain itu, ikatan sosial-budaya yang diupayakan dapat menekan rasa

individualistik dan eksklusivisme bagi pihak penghuni perumahan elit.

KESIMPULAN :

Berdasarkan artikel di atas, kita sebagai pembaca sebaiknya bisa memandang secara

bijaksana permuahan elit.Kita bisa lihat dari tiga parameter yaitu identitas komunal, proses

sosial, dan konstruksi sosial.Proses sosial mencangkup interdependence, figuration, habitus

dan involvement detachment sedangkan konstruksi sosial mencangkup material and

ideational, desire and belief, dan perubahan lingkungan

8. Pengolahan Sampah

Page 22: tugas ria

Artikel Sosial   Sabtu, 07/03/2011 - 14:09 WIB   Oleh : Zennis Helen,SH*   2807 klik

Ternyata tidak saja penebangan hutan secara liar yang mendatang kan bencana banjir dan

menelan korban jiwa, harta. Akan tetapi pengelolaan sampah yang bencana banjir dan

menelan korban jiwa, harta. Akan tetapi pengelolaan sampah yang tidak ramah lingkungan

juga bisa bendatangkan bencan dan menelan korban jiwa. Kasus yang terjadi di Zona III A

yang masih aktif di TPA Bantar Gebang-Bekasi dapat dijadikan pelajaran. Dalam kasus itu

sebanyak 3 orang pemulung menjadi korban akibat ditimbun oleh tumpukan sampah setinggi

gunung di lokasi TPA itu. Mereka sedang mengais-ngais sampah untuk memenuhi kebutuhan

hidup keluarga. Kasus yang terjadi di Zona III A Bantar Gebang semakin menambah daftar

panjang jumlah korban akibat ditimmbun sampah ini dan sebelumnya pernah terjadi kasus

serupa di TPA Leuwigajah-Bandung yang menewaskan sebanyak 10 orang.

Selama ini pembicaraan yang terkait dengan sampah ketinggalan dan luput dari perhatian.

Penyebab ketertinggalannya dari pergulatan wacana adalah karena pemerintah terlalu

memforkuska penanganan tentang korupsi, kemiskinan, politik, otonomi daerah sehingga

sampah menjadi terlupakan. Artinya, pengelolaannya sampah menjadi barang yang benilai

guna dan ekonomis tidak lagi menjadi konsentrasi perhartian akan sampah akan bangkit

ketika jika terjadi bencana dan mendatangkan korban dan itu pun waktunya sebentar

kemudian hilang ditelan oleh wacana-wacana lain yang lebih aktual.

Peduli Lingkungan

Terjadinya berbagai bencana lingkungan akhir-akhir ini merupakan akumulasi dan dampak

dari sikap dan karakter buruk kita terhadap lingkungan. Kondisi lingkungan hidup yang sehat

tidak lagi menjadi cita-cita dan tujuan bersama. Kita yang menyebabkan lingkungan itu

tercemar. Beberapa sikap dibawah ini bisa menguatkan kan ketidak pedulian kita terhadap

lingkungan. Misalnya, membuang plastik sembarangan, membuang puntung rokok tidak

beraturan, membuang sampah keluarga ke sungai. Pada hal, sampah-sampah yang dibuang

yang dibuang akan berdampak negatif terhadap lingkungan dan akibatnya akan dirasakan

oleh generasi-generasi mendatang.

Dari sisi landasan Yuridis kita sudah mempunyai instrumen hukum yaitu pasal 9UU No.

39/1999 tentang HAM menyebutkan bahwa lingkungan hidup yang bersih dan sehat

merupakan bagian dari hak hidup di samping hak-hak lain yang harus dipenuhi

Page 23: tugas ria

pemenuhannya. Akan tetapi harapan untuk mendapatkan lingkungan hidup yang bersih dan

sehat itu belum kita wujudkan dalam tindakan konkrit dalam kehidupan baru hanya sebatas

yang tertulis di UU dan dalam wilayah permainan kata-kata (retorika).

Pemerintah selalu pengambil keputusan (decision maker) belum lagi mempunyai konsentrasi

perhatian yang serius dalam mengelola lingkungan khususnya dalam hal pengelolaan

sampah. Buktinya, setiap tahun bangsa ini tertimpa bencana. Bukti ketidakseriusan

pemerintah itu dapat terlihat dari kecilnya anggaran yang dialokasikan untuk pemerintah itu

dapat telihat dari kecilnya anggaran yang dialokasikan untuk penangganan sampah ini.

Menurut data dari bank dunia selama dekade 1990-an, pemerintah hanya mengalokasikan 0,4

% Produk Domestik Bruto (PDB) untuk insfrastruktur umum perkotaan. Dari jumlah itu

hanya 8 persen atu sekitar 0,03 % dari PDB yang dianggarkan untuk penanganan sampah

(Kompas, 16/16/9).

Dari data itu menggambarkan bahwa betapa rendahnya tingkat perhatian pemerintah dalam

hal penanganan sampah ini. Semestinya, sebagai birokrat pemerintahan memberikan

pelayanan terbaik kepada masyarakat dan sesitif terhadap kemungkinan-kemungkinan

terburuk yang akan dihadapi oleh masyarakt. Perlukah reformasi berokrasi? Menurut penulis

perlu sehingga birokrat-biroktar yang ada menjadi pelayan abagi masyarakt dan sensitif

terdahap persoalan masyarakat. Memang mewujudkannya tidak mudah butuh waktu dan

proses yang panjang.

Desain Baru

Kita seharusnya memiliki teknologi pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Kalau tidak

persoalan sampah akan tetap menjadi bumerang bagi masyarakat yang hidup di wilayah

perkotaan. Dapat kita bayangkan setiap keluarga memeliki sampah dan berapa ton sampah

yang dihasilkan dari samph keluarga setiap tahunnya. Apabila tidak diikuti denan niat baik

dan serius dari pihak yang relevan dengan persoalan sampah, dan lingkungan maka rentetan

jumlah korban berikutnya akan menyusul.

Menurut penulis untuk mengatasi persoalan ini paling tidak ada 3 (tiga) usul yang penulis

tawarkan. pertama, mesti ada perangkat UU yang khusus mengatur persoalan sampah, selama

Page 24: tugas ria

ini hanya diatur lewat peraturan daerah sehingga tidak efektif karena tidak dipayungi oleh

instrumen hukum yang lebih tinggi. Kedua, mesti ada pengelolaan sampah berbasis

masyarakat dengan memberikan pendidikan bagi masyarakat tentang pengelolaan sampah

yang baik dan ramah lingkungan, Ketiga, mesti ada tanggung jawab perusahaan yang

memakai kemasan dari bungkus palstik dalam bentuk materil dan moril dalam memakai

kemasan dari bungkus plastik dalam bentuk materil dan moril dalam memperbaiki keadaan

ligkungan yang tidak sehat ini.

Dan akhirnya setiap kita mestinya peduli terhdap lingkungan dengan merubah sikap dan etika

dan harapan akan kondisi lingkungan yang sehat dan bersih khususnya dalam penanganan

masalah sampah mestinya menjadi cita-cita, tujuan dan harapan berasama tapi kalu tidak

bersiaplah kita untuk menerima korban berkutnya

Substansi :

Pengelolaan sampah yang tidak ramah lingkungan telah beberapa kali mendatangkan bencana

dan menelan korban, namun beritanya jarang sekali dipublikasikan karena dianggap tidak

penting oleh berbagai pihak. Pemerintah bahkan undang undang pun belum kuat untuk

menerapkan peraturan pemberantasan sampah dan kebijakan bagi yang melanggarnya. Maka

dari itu, dibutuhkan kepedulian yang tinggi akan lingkungan dari diri sendiri. Dengan

menetapkan 3 poin penting ini sebagai landasan pemberantasan sampah dan

mengaplikasikannya, pastilah mungkin sampah dapat teratasi dengan baik, yaitu 1. membuat

UU khusus yang mengatur masalah sampah, dimana UU ini harus kuat dan diberlakukan

secara menyeluruh tidak pandang bulu. 2. Pendidikan bagi setiap masyarakat akan sampah

dan pemberantasannya, 3. Bantuan secara materi dan moril dari perusahaan yang memakai

kemasan plastik untuk memperbaiki lingkungan saat ini, 4. Kepedulian masing masing

pribadi akan sampah melalui sikap dan etika kita.

KESIMPULAN :

Page 25: tugas ria

Sangat miris sekaligus menggelikan mendengar berita, beberapa pemulung tewas akibat

tertimbun sampah. Lalu pertanyaannya adalah siapa yang harus disalahkan? Sampah,

pemulungnya atau pemerintah?

Hingga saat ini saya masih sependapat dengan penulis tersebut, bahwa pemerintah tidak

serius menangani bahkan terkesan tidak tegas, bukan hanya pemerintah kota tetapi juga

pemerintah nasional belum mampu mengatasi masalah sampah. Menunggu terjadi bencana

dahulu, baru dilakukan tindakan. Seharusnya pemerintah harus mulai memutar otak dari

sekarang untuk mengatasi sampah. Bukan hanya tentang sampah ini mau diapakan saja, tetapi

juga berpikir tentang TPA, kebijakan/ undang undangnya, cara pengelolaan dan pekerja, dan

pemulung serta anggaran besar untuk mengatasi sampah tersebut. TPA seyogyanya jauh dari

perumahan penduduk, bahkan dari perumahan dari pemulung tersebut. TPA juga dibagi

jenisnya; sampah yang dapat didaur ulang dan yang tidak serta TPA untuk limbah; sehingga

mempermudah proses dan sistemnya. Undang undang ditetapkan bagi setiap orang dan

lembaga. Setiap orang/ lembaga yang melanggar dikenakan sanksi yang berat, sehingga

merasa kapok untuk mengulanginya. Bila diperlukan pemerintah membentuk suatu pabrik

khusus untuk pengelolaan sampah; tujuannya selain menghasilkan limbah ramah lingkungan

juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Pengelolaan sampah juga harus mulai dibenahi;

menentukan sistem yang tepat untuk mengelola sampah sehingga pada akhirnya

menghasilkan limbah yang ramah lingkungan pula. Sedangkan untuk pekerja dan pemulung,

sebaiknya diberikan gaji yang layak, asuransi kesehatan, dan kemudahan transportasi untuk

mencapai area TPA sehingga dalam penerapan pemberantasan sampah tidak ada yang jatuh

pada sakit penyakit tertentu. Dengan demikian persoalan akan sampah pun dapat teratasi;

setiap area termasuk area pantai yang kini banyak ditemukan sampah, dapat kembali ke

keadaannya semula; asri, sejuk dan indah untuk dipandang. Jika suasana nyaman tersebut

terjadi di seluruh wilayah negara ini, tidak mustahil Indonesia dipandang negara lain bahkan

mengalami peningkatan wisatawan asing.