tugas pelaporan akuntansi keuangan - penurunan nilai aktiva
TRANSCRIPT
PENURUNAN NILAI ASET/AKTIVA
1. Pengertian
Menurut FASB (SFAC No. 6)
Assets are probable future economics benefits obtained or controlled by a particular
entity as a result of past transactions or events.
(Asset adalah Manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau
dikuasai / dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa
lalu)
Karakteristik utama asset antara lain :
a. Manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomik di
masa datang yang cukup pasti. Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa
karena daya belinya atau daya tukarnya. Sumber selain kas mempunyai manfaat
ekonomik karena dapat ditukarkan dengan kas, barang, atau jasa, karena dapat digunakan
untuk memproduksi barang dan jasa, atau karena dapat digunakan untuk melunasi
kewajiban.
b. Dikuasai atau dikendalikan entitas
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh entitas
tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Oleh, karena itu, konsep penguasaan atau kendali lebih
penting daripada konsep kepemilikan. Penguasaan disini berarti kemampuan entitas
untuk mendapatkan, memelihara/menahan, menukarkan, menggunakan manfaat
ekonomik dan mencegah akses pihak lain terhadap manfaat tersebut. Hal ini dilandasi
oleh konsep dasar substansi mengungguli bentuk yuridis (substance over form).
Pemilikan (ownership) hanya mempunyai makna yuridis atau legal.
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
c. Timbul akibat transaksi masa lalu
Kriteria ini sebenarnya menyempurnakan kriteria penguasaan dan sekaligus sebagai
kriteria atau tes pertama (first-test) pengakuan objek sebagai aset. Aset harus timbul
akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi.
Penguasaan harus didahului oleh transaksi atau kejadian ekonomik. FASB memasukkan
transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset karena transaksi atau kejadian tersebut dapat
menimbulkan (menambah) atau meniadakan (mengurangi) aset. Misalnya perubahan
tingkat bunga, punyusutan atau kecelakaan.
2. PENGGOLONGAN
Aset Lancar dan Tidak Lancar
1. Aset lancar (PSAK 1 paragraf 63), mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar jika:
a. Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset atau bermaksud untuk menjual
atau menggunakannya dalam siklus operasi normal ( 12 bulan )
b. Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan.
c. Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset dalam jangka waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan
d. Kas atau setara kas ( PSAK 2 ) kecuali aset tersebut dibatasi pertukaran atau
penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua belas bulan
setelah periode pelaporan.
Aktiva lancar adalah kekayaan perusahaan yang berupa uang tunai (kas) dan saldo
rekening giro di Bank serta kekayaan lain yang dapat dicairkan menjadi uang tunai atau
rekening giro di Bank, yang dapat dijual atau dipakai habis dalam waktu satu tahun
(siklus operasi normal) yaitu perputaran modal kerja dari kas dan giro bank sampai
kemudian menjadi kas atau giro Bank kembali.
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
Yang termasuk Aktiva Lancar antara lain :
1. Kas, yaitu uang tunai, cek saldo rekening giro di Bank atau alat pembayaran lainnya
yang dapat diterima oleh Bank sebesar nilai nominalnya.
2. Surat Berharga, yaitu surat berharga yang berupa saham dan obligasi yang segera
dapat diuangkan atau dijual di bursa efek / Bank.
3. Wesel Tagih (Piutang wesel), yaitu surat perintah membayar/kesanggupan membayar
sejumlah uang pada orang tertentu dan pada tanggal tertentu. Sebelum tanggal jatuh
tempo wesel tagih ini dapat dijual ke bank dengan nilai tunai yang diterima lebih
rendah dari nilai nominalnya.
4. Piutang Usaha, yaitu tagihan kepada pihak lain yang terjadi karena penjualan barang
atau jasa tanpa disertai janji tertulis.
5. Persediaan barang dagangan, yaitu barang yang dibeli tanpa diproses (diolah kembali)
yang siap untuk dijual kembali.
6. Beban dibayar dimuka (Porsekot), yaitu pembayaran dimuka yang belum menerima
prestasi/jasa. (Misalnya; sewa dibayar dimuka/porsekot sewa).
7. Perlengkapan, yaitu bahan-bahan habis pakai (tidak dapat dipakai lagi). Misalnya :
Pelerngkapan Kantor : Kertas, tinta, perangko dan lain-lain. Perlengkapan Toko: kertas
bungkus, tali dan lain-lain.
2. Entitas mengklasifikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset tidak
lancar mencakup aset tetap, aset tidak berwujud, dan aset keuangan yang bersifat jangka
panjang.
a. Aktiva Tetap (Fixed Assets)
Menurut PSAK No 16 paragraf 6 , Aset tetap adalah aset berwujud yang :
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa
untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
Aset tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud yang memiliki umur lebih dari
satu tahun dan tidak mudah diubah menjadi kas. Jenis aset tidak lancar ini biasanya
dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali.
Yang termasuk Aktiva tetap antara lain: tanah untuk lokasi usaha, gedung, mesin-
mesin produksi, perlatan, kendaraan dan lain-lain.
b. Aktiva Tetap Tak Berwujud (Intangible Assets)
Menurut PSAK No 19 paragraf 8 :
Aset tidak berwujud adalah asset non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau
menyerahkan barang atau jasa,disewakan kepada pihak lainnya atau untuk tujuan
administratif.
Yang termasuk Aktiva tak berwujud antara lain :
1. Goodwiil, merupakan keunggulan komperartif yang melekat pada perusahaan
secara keseluruhan. Goodwiil memungkinkan perusahaan memperoleh laba yang
lebih tinggi dari rata-rata laba perusahaan sejenis dan sebanding. Goodwiil dapat
diketahui dari : Produk yang terkenal mempunyai kualitas tinggi; Keunggulan dan
keprofesionalan manajemen; Organisasi dan jalur pemasaran yang efisien dan
efektif; Lokasi perusahaan yang strategis; Nama perusahaan yang dikenal luas.
2. Hak Paten, yaitu hak tunggal yang diberikan oleh pemerintah (Direktorat Paten)
kepada perusahaan atau perorangan untuk memanfaatkan penemuan baru.
3. Hak cipta, yaitu yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan atau
perseorangan untuk memperbanyak atau menjual brang-barang hasil karya seni atau
karya intelektual (karya tulisan).
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
4. Merek dagang / trade mark, yaitu hak tunggal yang diberikan oleh pemerintah
kepada orang atau badan usaha untuk menggunakan cap, nama, atau lambang
usaha.
5. Franchise, yaitu hak tunggal atau hak istimewa yang diperoleh suatu perusahaan
dari perusahaan lain, pemerintah, atau perorangan untuk mengkomersialkan produk
proses, teknik atau resep tertentu.
3. Pengakuan & Pengukuran berdasarkan PSAK 16
Pengakuan Aktiva Tetap berdasarkan PSAK No. 16 bahwa:
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai
aktiva tetap bila:
a) Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa yang akan
datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan; dan
b) Biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal.
Pengukuran Awal Aktiva Tetap (PSAK No. 16 paragraf 14)
Suatu aktiva tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan
dikelompokkan sebagai aktiva tetap pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan.
Biaya Perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar
imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau
konstruksi.
Komponen Biaya Perolehan
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
Biaya Perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan
PPN Masukan Restitusi (Non-refundable), dan setiap biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung hingga aktiva tersebut dalam kondisi siap pakai; setiap potongan dagang
dan rabat yang dikurangkan dari harga pembelian.
Pengukuran Setelah Pengakuan Awal (PSAK 16 paragraf 27)
Model Biaya
Setelah pengakuan awal sebagai aktiva, suatu aktiva tetap disajikan sebesar biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai.
Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal
harus dicatat pada nilai revaluasian yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal
revaluasi. Revaluasi dilakukan secara teratur sehingga nilai tercatat tidak berbeda secara
material dari nilai wajarnya pada tanggal neraca. Jika salah satu aktiva dalam suatu
kelompok aktiva tetap direvaluasi, maka semua aktiva dalam kelompok tersebut harus
direvaluasi.
Penyusutan
Nilai perolehan aktiva khususnya aktiva tetap akan semakin menurun dari waktu ke
waktu oleh karena itu perlu dilakukan penyusutan. Menurut PSAK16 ,Penyusutan adalah
alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa
manfaat.
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyusutan
Menurut Haryono Yusuf (2001 ; 164) bahwa besarnya penyusutan di dasarkan pada tiga
faktor berikut :
1. Harga perolehan
2. Nilai sisa (residu)
3. Masa manfaat (umur aktiva)
Berikut ini adalah penjelasan dari Zaki Baridwan mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi besarnya penyusutan :
a. Harga Perolehan, yaitu uang yang di keluarkan atau hutang yang timbul dan biaya –
biaya lain yang terjadi dalam memperoleh suatu aktiva.
b. Nilai Sisa (residu), adalah jumlah yang di terima bila aktiva itu di jual, di tukarkan atau
cara – cara lain ketika aktiva tesebut sudah tidak dapat di gunakan lagi di kurangi
dengan biaya – biaya yang terjadi pada saat menjual atau menukarnya.
c. Taksiran Umur Kegunaan, hal ini dipengaruhi oleh cara – cara pemeliharaan dan
kebijaksanaan yang di anut dalam reparasi perusahaan.
Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang
disusutkan secara sistematis dari suatu aktiva selama masa manfaatnya. Metode ini antara
lain metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing
balance method) dan metode jumlah unit (sum of unit method).
Metode garis lurus menghasilkan pembebanan yang tetap selama masa manfaat aktiva.
Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan yang menurun selama masa manfaat
aktiva. Metode jumlah unit menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan
atau keluaran (output) yang diharapkan dari suatu aktiva.
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
PENGUNGKAPAN PSAK 16
Paragraf 59.Laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap jenis aktiva tetap:
(a) dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan nilai tercatat bruto. Jika lebih
dari satu dasar yang digunakan, jumlah tercatat bruto untuk dasar setiap kategori harus
diungkapkan;
(b) metode penyusutan yang digunakan;
(c) masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
(d) nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (digabungkan dengan akumulasi rugi
penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;
(e) rekonsiliasi nilai tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
(i). penambahan;
(ii). pelepasan;
(iii). perolehan melalui penggabungan usaha;
(iv). peningkatan atau penurunan yang dihasilkan dari revaluasi sesuai paragraf 27,
36, dan 37 serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dibalik secara langsung
dari modal selama periode, sesuai PSAK 48: Penurunan Nilai Aktiva (jika ada);
(v). kerugian penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi selama periode
sesuai PSAK48 (jika ada);
(vi). kerugian penurunan nilai yang dibalik dalam laporan laba rugi selama periode
sesuai PSAK 48 (jika ada);
(vii). penyusutan;
(viii).perbedaan nilai tukar yang muncul pada penjabaran laporan keuangan suatu
entitas asing; dan
(ix). pergerakan lainnya.
Informasi komparatif tidak dibutuhkan dalam rekonsiliasi pada point (e).
Paragraf 60 Laporan keuangan juga mengungkapkan:
(a) eksistensi dan batasan atas hak milik, dan aktiva yang dijaminkan untuk hutang;
(b) kebijakan akuntansi dalam estimasi biaya perbaikan yang berkaitan dengan aktiva
tetap;
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
(c) jumlah pengeluaran pada pos aktiva tetap dalam rangka konstruksi; dan
(d) jumlah komitmen dalam perolehan aktiva tetap.
Pengakuan dan pengukuran berdasarkan PSAK no. 19
Dalam mengakui suatu pos sebagai aset tidak berwujud, perusahaan perlu menunjukan
bahwa pos tersebut memenuhi:
1.Definisi aset tidak berwujud (lihat paragraf 8-18)
2.Kriteria pengakuan sebagaimana diatur dalam pernyataan ini (lihat paragraf 21-23)
Paragraf 21
Aset tidak berwujud diakui jika dan hanya jika:
1. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari
aset tersebut
2. Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
Paragraf 24
Suatu aset tidak berwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan.
Biaya perolehan aset tidak berwujud terdiri dari:
(a) harga beli, termasuk bea masuk (import), dan pajak pembelian yang tidak dapat
dikembalikan, setelah dikurangkan diskon dan rabat: dan
(b) segala biaya yang dapat dikaitkan secara langsung dalam mempersiapkan aset
tersebut sehingga siap untuk digunakan.
PENGUKURAN SETELAH PENGAKUAN
Model Biaya
Paragraf 74. Setelah pengakuan awal, suatu aset tidak berwujud harus dinilai pada biaya
perolehanya dikurangi oleh akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian atas
penurunan nilai.
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
Model Revaluasi
Paragraf 75. Setelah pengakuan awal, suatu aset tidak berwujud harus dinilai atas nilai
revaluasinya, dicatat pada nilai pasar pada tanggal revaluasi dikurangi nilai akumulasi
penyusutan selanjutnya dan akumulasi kerugian penurunan nilai aset selanjutnya. Untuk
tujuan revaluasi berdasarkan Pernyataan ini, nilai wajar harus ditentukan dengan
menggunakan referensi dari sebuah pasar aktif. Revaluasi harus dilakukan secara rutin
pada tiap akhir periode pelaporan sehingga jumlah tercatat aset tidak memiliki perbedaan
yang material dengan nilai wajarnya.
Paragraf 76 Model revaluasi tidak memperbolehkan:
(a) revaluasi aset tidak berwujud yang sebelumnya belum pernah diakui sebagai aset; atau
(b) Pengakuan awal aset tidak berwujud pada jumlah (tertentu) selain dari biayanya.
Entitas harus memilih baik model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan
akuntansinya. Jika suatu aset tidak berwujud dicatat dengan menggunakan model
revaluasi, semua aset lainnya dalam kelas tersebut harus dicatat dengan menggunakan
model yang sama, kecuali tidak ada pasar aktif untuk aset tersebut.
Pengungkapan PSAK 19
Paragraf 119. Suatu entitas harus mengungkapkan hal–hal berikut untuk setiap kelas aset
tidak berwujud, dipisahkan antara aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal dan
aset tidak berwujud lainnya:
(a) apakah masa manfaat tak terbatas atau terbatas, jika masa manfaat terbatas
diungkapkan tingkat amortisasi yang digunakan atau masa manfaatnya;
(b) metode amortisasi yang digunakan untuk aset tidak berwujud dengan masa manfaat
terbatas;
(c) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (secara agregat dengan akumulasi
kerugian akibat penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;
(d) unsur-unsur dalam laporan pendapatan komprehensif yang mana amortisasi aset tidak
berwujud termasuk (didalamnya);
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
(e) pengakuan atas jumlah tercatat pada awal dan akhir periode menunjukkan:
i. penambahan, secara terpisah mengindikasikan aset tidak berwujud dari
pengembangan internal, yang diperoleh secara terpisah, dan yang diperoleh melalui
kombinasi bisnis;
ii. Aset digolongkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual atau termasuk dalam
kelompok aset lepasan dan dikelompokan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai
dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan
Operasi yang Dihentikan dan penghapusan lainnya;
iii. peningkatan atau penurunan selama periode tersebut yang berasal dari revaluasi
sesuai dengan paragraf 75, 85 dan 86 dan dari pengakuan kerugian penurunan nilai
atau pembalikan dalam penapatan komprehensif lainnya yang sesuai dengan PSAK
48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset (jika ada);
iv.kerugian penurunan nilai yang diakui dalam laporan rugi laba selama periode
sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset (jika ada);
v. kerugian penurunan nilai yang dibalik dalam laporan rugi laba selama periode
sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset (jika ada);
vi. setiap amortisasi yang diakui selama periode;
vii. selisih kurs neto yang timbul dari nilai translasi laporan keuangan ke mata uang
penyajian , dan translasi operasi luar negeri dengan mata uang asing ke mata uang
penyajian yang digunakan entitas; dan
viii. perubahaan lainnya pada jumlah tercatat aset selama periode.
Penurunan Nilai Aset berdasarkan PSAK No. 48
Impairment aset terjadi jika nilai tercatat aset melebih nilai yagn dapat
dipulihkan. Aset yang mengalami penurunan nilai harus disesuaikan dan
dampak penyesuaian tersebut akan diakui sebagai kerugian dalam
laporan laba rugi. Semua aset memiliki potensi mengalami penurunan
nilai, namun ada yg diatur sendiri dalam standar aset terkait atau diatur
umum dalam PSAK 48 tentang Penurunan Nilai.
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
Pengertian Umum
Impairment atau penurunan nilai terjadi nilai tercatat aset melebihi nilai terpulihkan. Nilai
terpulihkan adalah nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi dengan biaya
penjualan dan nilai pakai. Kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai
tercatat dikurangi dengan nilai terpulihkan. Kerugian tersebut diakui dalam laporan laba
rugi pada saat terjadinya. Pemulihan terhadap penurunan nilai dapat dilakukan.
Penurunan nilai didasarkan pada prinsip konservatisme dan kehati-hatian. Aset tidak
boleh dicatat overstated, dari nilai dapat diperoleh kembali. Sesuai definisi aset adalah
manfaat ekonomi yang di masa depan yang diharapkan akan mengalir dalam suatu
entitas. Aset harus disajikan sebesar nilai yang mencerminkan manfaat ekonomi yang
akan diperoleh di masa depan. Saat nilai yang akan diperoleh di masa depan lebih rendah
dari nilai tercatat, maka aset tersebut harus diturunkan.
Prosedur Penurunan Nilai
1. Setiap akhir periode pelaporan, entitas harus menilai apakah terdapat indikasi
suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi, entitas harus mengukur
nilai terpulihkan aset. Jika nilai terpulihkan tersebut lebih rendah dari nilai tercatat aset,
maka entitas harus menyesuaikan nilai aset tersebut dan mengakui kerugian penurunan
nilai. Entitas memberikan pengungkapan yang memadai atas penurunan nilai tersebut.
Pada saat menilai indikasi penurunan nilai, entitas mempertimbangkan faktor ekternal
dan internal. Faktor eksternal adalah faktor di luar entitas yang mengindikasikan dan
mempengaruhi penurunan nilai aset seperti, penurunan nilai pasar aset yang sangat
signifikan melebihi penurunan nilai akibat pemakaian atau berlalunya waktu, perubahan
lingkungan seperti teknologi, ekonomi, teknologi, suku bunga pasar dan lingkup operasi
entitas. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam entitas dan faktor teknis terkait aset
tersebut seperti, keusangan dan kerusakan fisik, kinerja aset yang buruk dan perubahan
signifikan dalam perusahaan yang menyebabkan aset tidak dimanfaatkan.
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
Pengujian adanya indikasi penurunan nilai merupakan tahapan awal dalam menentukan
penurunan nilai. Jika tidak ada indikasi, maka aset tidak mengalami penurunan nilai
sehingga tidak perlu melakukan pengukuran penurunan nilai. Namun jika aset tersebut
memiliki indikasi penurunan nilai, maka dalam pengukuran penurunan nilai dapat
dipastikan bahwa nilai tercatat lebih tinggi dari pada nilai terpulihkan.
2. Setelah ditemukan indikasi penurunan nilai, maka selanjutnya adalah menentukan
nilai terpulihkan. Entitas harus menghitung nilai wajar aset dan biaya penjualan aset dan
nilai pakai aset. Kedua nilai tersebut tidak harus tersedia semuanya. Jika salah satu nilai
tersebut lebih besar dari nilai tercatat, maka tidak perlu dilakukan proses penurunan nilai
berikutnya. Artinya nilai terpulihkan akan menghasilkan nilai yang lebih tinggi dari nilai
tercatat sehingga tidak terjadi penurunan nilai. Dalam kondisi lain, nilai pasar aset sulit
dilakukan karena tidak ada dasar untuk menentukan nilai pasar. Entitas dapat
menggunakan pakai sebagai nilai terpulihkan. Namun sebaliknya jika entitas tidak
meyakini nilai pakai aset, maka nilai wajar dikurangi biaya penjualan digunakan sebagai
nilai terpulihkan.
Biaya penjualan adalah seluruh biaya untuk melepaskan aset tersebut. Contoh biaya
penjualan adalah biaya hukum, biaya pajak transaksi, biaya pemindahan, biaya tambahan
untuk menjadikan aset dalam keadaan siap dijual. Namun biaya pemutusan hubungan
kerja dan biaya terkait regorganisasi bisnis setelah pelepasan aset bukan bagian dari biaya
penjualan.
Nilai pakai adalah nilai kini arus kas di masa depan yang diharapkan akan diperoleh
entitas dari pemakaian aset tersebut. Untuk memperoleh nilai pakai langkah yang harus
dilakukan adalah mengestimasi arus kas masuk dan arus kas keluar di masa depan dari
pemakaian dan pelepasan aset serta menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas
masa depan tersebut. Estimasi arus kas masa depan harus memperhatikan faktor
ketidakpastian, kondisi ekonomi, tingkat dan suku bunga. Asumsi yang digunakan dalam
proyeksi harus mencerminkan estimasi terbaik manajemen mengenai kemungkinan yang
akan terjadi selama penggunaan aset tersebut. Estimasi arus dan tingkat diskonto harus
menggambarkan asumsi yang konsisten mengenai kenaikan harga yang dikaitkan pada
inflasi umum.
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
Tarif diskonto yang digunakan mencerminkan penilaian pasar atas nilai waktu uang dan
risiko spesifik. Diskonto yang digunakan mencerminkan tingkat pengembalian yang
disyaratkan investor jika mereka memilih suatu investasi yang menghasilkan arus kas
dengan jumlah, waktu, profil risiko yang sama dengan aset tersebut.
3. Menentukan apakah aset mengalami penurunan nilai atau tidak dengan
membandingkan nilai tercatat dengan nilai terpulihkan. Jika nilai tercatat lebih
rendah dari nilai terpulihkan, aset tak mengalami penurunan nilai. Entitas akan mengakui
penurunan nilai sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai pakai. Aset akan disesuaikan
atau diturunkan nilainya sebesar nilai pakai. Kerugian penurunan nilai disajikan dalam
laporan laba rugi periode berjalan. Entitas harus mengungkapkan aset yang mengalami
penurunan nilai dalam catatan atas laporan keuangan.
Contoh :
PT CDA membeli gedung 5 tahun yang lalu dengan harga Rp600.000.000. Umur
ekonomis gedung tersebut adalah 20 tahun. Metode penyusutan garis lurus. Dengan nilai
Buku sebesar Rp450.000.000. Value in Use asset untuk 15 tahun mendatang adalah
Rp237.950.000 dan Net Realizable Value Aset ini adalah Rp220.000.000. Nilai yang
dapat Terpulihkan ( recoverable amount ) yang digunakan adalah lebih tinggi antara
value in use dan NRV.
Maka Nilai Tercatat lebih > Nilai terpulihkan = Rp450.000.000 - Rp237.950.000.000
Sehingga jurnalnya :
Kerugian atas penurunan nilai 212.050.000
Akumulasi Penyusutan Gedung 212.050.000
Kesimpulan
Dalam praktik, perusahaan cenderung menghindari melakukan penurunan nilai. Dampak
penurunan nilai mengurangi laba dan memperkecil nilai aset entitas. Entitas sulit untuk
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
menentukan nilai terpulihkan. Dalam menentukan nilai pakai banyak menggunakan nilai
estimasi dan asumsi yang dipengaruhi oleh subyektivitas manajemen.
Pengakuan dan pengukuran kerugian nilai aktiva PSAK 48
Paragraf 41 Jika nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu aktiva lebih kecil dari nilai
tercatatnya, nilai tercatat aktiva harus diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat
diperoleh kembali. Penurunan tersebut merupakan rugi penurunan nilai aktiva dan harus
segera diakui sebagai beban pada laporan laba rugi.
Paragraf 42 Jika jumlah taksiran kerugian penurunan nilai aktiva lebih besar dari nilai
tercatat aktiva, perusahaan harus mengakui kewajiban hanya jika hal ini diwajibkan
dalam PSAK lain.
Paragraf 43 Setelah kerugian penurunan nilai aktiva diakui, beban depresiasi (amortisasi)
aktiva untuk periode yang akan datang harus disesuaikan agar mencerminkan alokasi
nilai tercatat yang telah direvisi,setelah dikurangi nilai sisa (jika ada), secara sistematis
selama sisa periode depresiasi (amortisasi).
Pengungkapan PSAK 48
Paragraf 79 Untuk setiap kelompok aktiva, laporan keuangan harus mengungkapkan:
a) rugi penurunan nilai yang diakui selama periode tersebut dan elemen laporan laba rugi
yang didalamnya kerugian penurunannilai telah dimasukkan; dan
b) pemulihan kerugian penurunan nilai yang diakui selama periode tersebut dan elemen
laporan laba rugi yang didalamnya kerugian penurunan nilai telah pulih.
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
KASUS :
Kasus Laporan Keuangan dan Perdagangan Saham PT Bank Lippo Tbk. Untuk
periode pelaporan per tanggal 30 September 2002.
Fakta-fakta yang ditemukan oleh Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) :
1. Laporan Keuangan PT Bank Lippo Tbk. per tanggal 30 September 2002 yang
diiklankan di surat kabar tanggal 28 November 2002. Adapun iklan di surat kabar
merupakan kewajiban PT Bank Lippo Tbk. atas ketentuan Bank Indonesia.
A. Adanya pernyataan dari Manajemen PT Bank Lippo Tbk. bahwa laporan
keuangan tsb. disusun berdasarkan Laporan keuangan Konsolidasi yang telah
diaudit KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja dengan pendapat wajar tanpa
pengendalian.
B. Penyajian dalam bentuk komparasi per 30 September 2002 (“Diaudit”) dan 30
September 2002 (“Tidak Diaudit”)
C. Nilai Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) per 30 September 2002 sebesar Rp
2,3939 trilliun
D. Total Aktiva per 30 September 2002 Rp 24,185 trilliun
E. Laba tahun berjalan per 30 September 3002 Rp 98,77 miliar
F. Rasio kewajiban modal minimum yang tersedia sebesar 24,77%
2. Laporan Keuangan PT Bank Lippo Tbk. per tanggal 30 September 2002 yang
disampaikan di BEJ pada tanggal 27 Desember 2002.
1. Adanya pernyataan dari Manajemen PT Bank Lippo Tbk. bahwa laporan
keuangan adalah lapporan keuangan “Audited” yang tidak disertai oleh Laporan
Auditor Independen.
2. Penyajian dalam bentuk komparasi per 30 September 2002 (“Diaudit”) dan 30
September 2002 (“Tidak Diaudit”)
3. Nilai Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) per 30 September 2002 sebesar Rp
1,42 trilliun
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
4. Total Aktiva per 30 September 2002 Rp 22,8 triliun
5. Laba tahun berjalan per 30 September 3002 Rp 1,273 triliun
6. Rasio kewajiban modal minimum yang tersedia sebesar 4,23%
3. Laporan Keuangan PT Bank Lippo Tbk. per tanggal 30 September 2002 yang
disampaikan oleh KAP Prasetio, Sarwoko & Sandjaja pada tanggal 6 Januari 2003.
1. Laporan Auditor Independen yang berisi opini Akuntan Publik KAP Prasetio,
Sarwoko & Sandjaja dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian. Laporan
auditor itu tanggal 20 November 2002, kecuali untuk catatan 40a tanggal 22
November 2002 dan catatan 40c tanggal 16 Desember 2002.
2. Penyajian dalam bentuk komparasi per 30 September 2002, 31 Desember 2001,
dan 31 Desember 2000.
3. Nilai AYDA per 30 September 2002 adalah Rp 1,42 triliun
4. Rugi bersih per 30 September 2002 Rp 1,273 triliun
5. Rasio kecukupan modal sebesar 4,23%
Hasil Pemeriksaan Bapepam :
1. Terdapat 1 laporan keuangan PT Bank Lippo Tbk per 30 September 2002 dengan
dual tanggal. Yakni tanggal 20 November 2002 (kecuali untuk catatan 40a
tertanggal 22 November 2002 dan catatan 40c tertanggal 16 Desember 2002) yang
disampaikan kepada manajemen PT Bank Lippo Tbk pada tanggal 6 Januari 2003.
2. Bahwa laporan keuangan yang diiklankan pada tanggal 28 November 2002 adalah
laporan keuangan yang tidak diaudit. Namun angka-angkanya sama seperti yang
tercantumdalam Laporan Audit Independen.
3. Bahwa laporan keuangan per 30 September 2002 yang disampaikan ke BEJ pada
tanggal 27 Desember 2002 adalah laporan keuanganyang tidak disertai Laporan
Auditor Independen dan telah terjadi penilain kembali terhadap Agunan Yang
Diambil Alih (AYDA) dan Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPAP).
4. Bahwa perbedaan Laporan keuangan yang diiklankan pada tanggal 28 November
2002 dengan Laporan Keuangan audited, hanya disebsbkan oleh adanya
penyesuaian penilaian kembali AYDA dan PPAP.
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva
Kesimpulan Bapepam :
1. Kekuranghati-hatian Direksi PT Bank Lippo Tbk., dalam mencantumkan kata
“Diaudit” dan opini Wajar tanpa Pengecualian dalam iklan tanggal 28 November
2002.
2. Kelalaian KAP Prasetio, Warjoko & Sandjaja, keterlambatan menyampaikan
peristiwa penting dan material mengenai penurunan nilai AYDA PT Bank Lippo
Tbk. pada Bapepam.
Sanksi- Sanksi :
Atas kekuranghati-hatian Direksi PT Bank Lippo Tbk. dan kelalaian KAP Prasetio,
Warjoko & Sandjaja, maka dikenai sanksi admistrasi seperti berikut :
1. Direksi PT Bank Lippo Tbk. secara pribadi dikenai sanksi administrasi sebesar Rp
2.500.000.000 yang disetorkan ke Kantor Kas Negara.
2. KAP Prasetio, Warjoko, & Sandjaja dikenai sanksi administrasi sebesar Rp
3.500.000 yang disetorkan ke Kantor Kas Negara, akibat dari keterlambatan
penyampaian informasi mengenai penurunan AYDA kepada PT Bank Lippo Tbk.
selama 35 hari
3. Terhadap PT Bank Lippo Tbk. wajib memberikan informasi kepada pemegang
saham mengenai kekuranghati-hatian yang telah dilakukan dan sanksi administrasi
yang mereka terima dalam RUPS berikutnya.
Tugas Pelaporan Akuntansi Keuangan – Penurunan Nilai Aset/Aktiva