tugas mirza
TRANSCRIPT
TUGAS IPS SEJARAH MANUSIA PURBA [SEJARAH MANUSIA PURBA SECARA DETAIL] Sejarah manusia purba merupakan bagian dari evolusi biologi dan sejarah kehidupan umat manusia yang hadir seiring munculnya Homo Sapiens. Ini merupakan subyek yang luas penyelidikan ilmiah yang berusaha memahami dan menjelaskan bagaimana perubahan ini terjadi. Tugas Tentang Manusia Purba ini adalah salah satu langkah awal sebagai bahan tugas sekaligus bahan bacaan yang dapat membantu dalam pembelajaran dan pemahaman sejarah manusia purba.
T.A
2013
–
2014
Nama : Mirza Aini - Kelas VII 7. [SMP N 3 MANDAU]
T.A 2013 – 2014
Tugas IPS – Kelas VII 7 . Page 2
OLEH
SMP N 3 MANDAU
T.A 2013 - 2014
Tugas IPS – Kelas VII 7 . Page 3
SEJARAH MANUSIA PURBA dan JENIS-JENISNYA
Sejarah manusia purba secara detail
Keberadaan manusia purba, termasuk binatang dinosaurus sudah banyak disangkal
oleh para ilmuan modern. Beberapa temuan terakhir justru menunjukkan bahwa teori manusia
purba tidak benar alias tidak pernah ada. Selama ini kita mendapatkan pemahaman yang salah
yang diberikan pada waktu pendidikan dasar, ditambah dengan rekayasa film ala Holliwood
yang memvisualisasi keberadaan makhluk-makhluk dijaman purba, diantaranya film jurasic
park keadaan menjadi bertambah parah tatkala teori tentang manusia purba yang
dikemukakan oleh para evolusionis ini diberikan tempat didalam kurikulum pendidikan dasar
kita.
Para ilmuan barat yang sebagian besar memang menganut teori evolusi memasukkan
Australopithecus atau ras kera yang telah punah sebagai ras “nenek moyang manusia”. Pada
hal ada jurang besar dan tak berhubungan antara kera dan manusia. Perbedaan ini yang tidak
bisa dijelaskan oleh mereka selanjutnya disebut dengan mata rantai yang hilang (missing
link).
Adapun ras manusia primitif menurut mereka, sebenarnya hanya variasi dari ras
manusia modern, namun dibesar-besarkan sebagai spesies yang berbeda. Faktanya, spesies
yang berbeda. Fakta tidak ada urutan kronologis seperti itu. Banyak yang hidup pada periode
yang sama yang berarti tidak ada evolusi, bahkan ada yang lebih tua dari jenis yang di klaim
sebagai nenek moyangnya.
Sejarah lengkap manusia purba dan jenisnya
Manusia prasejarah atau yang juga biasa disebut dengan manusia purba adalah manusia yang
hidup sebelum tulisan ditemukan. Cara hidup mereka masih sangat sederhana dan masih
sangat bergantung pada alam.
Berikut adalah jenis-jenis manusia purba:
Meganthropus paleo javanicus.
Meganthropus paleo javanicus berasal dari kata-kata ; Megan = besar, Anthropus= manusia,
Paleo= tua, Javanicus= dari jawa. Jadi bisa disimpulkan bahwa Meganthropus paleo
javanicus adalah manusia purba bertubuh besar tertua di jawa. Fosil manusia purba ini
ditemukan didaerah sangiran, Jawa tengah antara tahun 1936 – 1941 oleh seorang peneliti
Belanda bernama Von Koeningswald. Fosil tersebut tidak ditemukan dalam keadaan lengkap,
melainkan hanya berupa beberapa bagian tengkorak, rahang bawah, serta gigi-gigi yang telah
lepas. Fosil yang ditemukan di Sangiran ini diperkirakan telah berumur 1 – 2 juta tahun.
Ciri-ciri Meganthropus paleo javanicus
- Mempunyai tonjolan tajam dibelakang kepala.
- Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.
- Tidak mempunyai dagu, sehingga lebih menyerupai kera.
- Mempunyai otoot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat.
- Makanannya beruppa tumbuh-tumbuhan
Tugas IPS – Kelas VII 7 . Page 4
Pithecanthropus
Fosil manusia purba jenis Pithecanthrophus adalah jenis fosil manusia purba yang paling
banyak ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus sendiri berarti manusia kera yang berjalan
tegak .Paling tidak terdapat tiga jenis manusia Pithecanthropus yang ditemukan di Indonesia,
yaitu Pithecanthrophus erectus, Pithecanthropus mojokertensis, dan Pithecanthropus
soloensis.Berdasarkan pengukuran umur lapisan tanah , fosil Pithecanthropus yang
ditemukan di Indonesia mempunyai umur yang bervariasi , yaitu antara 30.000 sampai 1juta
tahun yang lalu.
Pithecanthrophus erectus
Gambar : Tulang tengkorak Pithecanthrophus erectus
Sejarah manusia purba dan jenis-jenisnya
1. Pithecanthropus erectus, ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 di sekitar
lembah sungai Bengawan Solo, Trinil, Jawa Tengah. Fosil yang ditemukan berupa tulang
rahang atas, tengkorak, dan tulang kaki.
2. Pithecanthropus mojokertensis, disebut juga dengan Pithecanthropus robustus. Fosil
manusia purba ini ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 di Mojokerto,
Jawa Timur. Fosil yang ditemukan hanya berupa tulang tengkorak anak-anak.
3. Pithecanthropus soloensis, ditemukan di dua tempat terpisah oleh Von Koeningswald dan
Oppernoorth di Ngandong dan Sangiran antara tahun 1931-1933. Fosil yang ditemukan
berupa tengkorak dan juga tulang kering.
Ciri –ciri Pithecanthrophus
- Memiliki tinggi tubuh antara 165 – 180 cm.
- Badan tegap, namun tidak setegap Meganthrophus.
- Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc.
- Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.
- Hidung lebar dan tidak berdagu.
- Mempunyai rahang yang kuat dan geraham yang besar.
- Makanan berupa tumbuhan dan daging hewan buruan.
Tugas IPS – Kelas VII 7 . Page 5
Homo
Manusia purba dari Genus homo adalah jenis manusia purba yang berumur paling
muda, fosil manusia purba jenis ini diperkirakan berasal dari 15.000 – 40.000 tahun sm. Dari
volume otaknya yang sudah menyerupai manusia modern, dapat diketahui bahwa manusia
purba ini sudah merupakan manusia (Homo) dan bukan lagi manusia kera (Pithecanthrupus).
Di Indonesia sendiri ditemukan tiga jenis jenis manusia purba dari genus homo, antara lain
Homo soloensis, Homo wajakensis, dan Homo floresiensis.
Gambar : Tengkorak Homo floreiensis (kiri), dan manusia modern (kanan).
Homo soloensis, → ditemukan oleh Von koeningswald dan weidenrich antara tahun
1931 – 1934 disekitar sungai bengawan solo. Fosil yang ditemukan hanya berupa tulang
tengkorak .
Homo wajakensis, → ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889 di Wajak , Jawa
Timur. Fosil yang ditemukan berupa rahang bawah , tulang tengkorak, dan beberapa ruas
tulang leher .
Homo floresiensis, → ditemukan saat penggalian di Liang Bua , flores oleh tim arkeologi
gabungan dari Puslitbang Arkeologi Nasional , Indonesia dan University of New England,
Australia Pada tahun 2003. Saat di lakukan penggalian pada ke dalaman lima meter, di
temukan kerangka mirip manusia yang belum membatu (belum menjadi fosil) dengan
ukurannya yang sangat kerdil. Manusia kerdil dari flores ini diperkirakan hidup antara
94.000 dan 13000 tahun SM.
Alat dan bangunan manusia purba
A. Kehidupan sosial – ekonomi manusia purba pada masa bercocok tanam.
Kehidupan manusia senantiasa mengalami perkembangan. Perkembangan itu dapat
disebabkan karena ada interaksi antara manusia dengan manusia dan manusia dengan alam.
Ketika kebutuhan hidup manusia terpenuhi oleh alam, manusia tidak perlu susah - susah
membuat dan mengolah makanan. Manusia cukup mengambil dari alam, karena alam banyak
menyediakan kebutuhan manusia, terutama makanan. Makanan itu antara lain buah – buahan
dan binatang buruan.
Tugas IPS – Kelas VII 7 . Page 6
Kehidupan awal manusia sangat tergantung dari alam. Ketika alam sudah tidak dapat
mencukupi kebutuhan hidup manusia, yang disebabkan populasi manusia bertambah dan
sumber daya alam berkurang, maka manusia mulai memikirkan bagaimana dapat
menghasilkan makanan.
Manusia harus mengolah alam. Pada masa ini kehidupan manusia berkembang dengan
mulai mengolah makanan dengan cara bercocok tanam. Karena manusia sudah beralih pada
ingkat kehidupan bercocok tanam, maka pola hidupnya tidak lagi nomaden atau berpindah –
pindah.
Manusia sudah mulai menetap di suatu tempat, yang dekat dengan alam yang diolahnya.
Binatang buruan pun sudah ada yang mulai dipelihara. Dengan demikian, bercocok tanam
dan beternak sudah berkembang pada masa ini. Alam yang dipakai untuk bercocok tanam
adalah hutan – hutan. Hutan itu ditebang, dibersihkan, kemudian ditanami dengan tumbuh-
tumbuhan, buah-buahan, atau pepohonan lainnya yang dibutuhkan oleh manusia atau
masyarakat. Cara yang mereka lakukan masih sangat sederhana.
Berhuma merupakan cara bercocok tanam yang sangat sederhana.Karena berhuma
memerlukan tempat yang subur, maka ketika tanah itu sudah tidak subur, mereka akan
mencari daerah baru. Dengan demikian hidup mereka berpindah ketempat baru untuk waktu
tertentu, dan begitu seterusnya.
a. Alat-alat yang dihasilkan manusia purba pada masa bercocok tanam.
Peralatan pada masa bercocok tanam masuk pada zaman Mesolithikum (zaman batu
pertengahan) dan Neolithikum (zaman batu muda). Namu demikian alat-alat yang dihasilkan
pada masa berburu dan mengumpulkan makanan atau zaman Paleolithikum tidak
ditinggalkan. Alat-alat itu masih dipertahankan dan dikembangkan, seperti alat-alat dari batu
sudah tidak kasar lagi, tapi sudah lebih halus karena ada proses pengasahan.
Berikut ini alat-alat atau benda-benda yang dihasilkan pada masa bercocok tanam.
1.kjokkenmoddinger Manusia purba pada masa bercocok tanam
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa pada masa bercocok tanam, manusia
purba sudah tinggal menetap. Salah satu bukti adanya sisa-sisa tempat tinggal itu ialah
Kjokkenmoddinger (sampah-sampah dapur). Istilah ini berasal dari bahasa Denmark (kjokken
= dapur, modding = sampah).
Penemuan Kjokkenmoddinger yang ada di pesisir pantai Sumatera Timur
menunjukkan telah adanya penduduk yang menetap di pesisir pantai. Hidup mereka
mengandalkan dari siput dan kerang. Siput-siput dan kerang-kerang itu dimakan dan kulitnya
dibuang di suatu tempat. Selama bertahun-tahun, ratusan tahun atau ribuan tahun,
bertumpuklah kulit siput dan kerang itu menyerupai bukit. Bukit kerang inilah yang disebut
Kjokkenmoddinger.
Tugas IPS – Kelas VII 7 . Page 7
Gambar : Pebbel dari Kjokkenmoddinger di Sumatera Timur.
Ditempat Kjokkenmoddinger ditemukan juga alat-alat lainnya, seperti pebble (kapak
genggam yang sudah halus), batu-batu penggiling beserta landasannya, alat-alat dari tulang
belulang, dan pecahan-pecahan tengkorak.
2. Abris Sous Rosche Manusia Purba pada masa Bercocok tanam
Selain Kjokkenmoddinger, jenis tempat tinggal lainnya ialah abris sous rosche, yaitu
tempat berupa gua-gua yang menyerupai ceruk-ceruk di dalam batu karang. Peralatan yang
ditemukan berupa ujung panah, flakes, batu-batu penggiling, dan kapak-kapak yang sudah
diasah. Alat-alat itu terbuat dari bau. Ditemukan juga alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.
Tempat ditemukannya abris sous rosche, antaralain Gua Lawa di Ponorogo, Bojonegoro dan
Lamoncong ( Sulawesi Selatan).
3. Gerabah Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam
Penemuan gerabah merupakan suatu bukti adanya kemampuan manusia mengolah
makanan. Hal ini dikarenakan fungsi gerabah diantaranya sebagai tempat menyimpan
makanan. Gerabah merupakan suatu alat yang terbuat dari tanah liat yang kemudian dibakar.
Dalam perkembangan berikut, gerabah tidak hanya berfungsi sebagai penyimpan makanan,
tetapi semakin beragam, bahkan menjadi barang yang memiliki nilai seni.
Cara pembuatan gerabah mengalami perkembangan dari mulai bentuk yang
sederhana hingga kebentuk yang kompleks. Dalam bentuk yang sederhana dibuat dengan
tidak menggunakan roda. Bahan yang digunakan berupa campuran tanah liat dan langsung
diberi bentuk dengan menggunakan tangan.
Gambar : Gerabah
Teknik pembuatan semakin berkembang, pencetakan menggunakan roda, agar dapat
memperoleh bentuk yang lebih baik bahkan lebih indah. Dalam perkembangan ini,
pencetakan sudah memiliki nilai seni. Sisi gerabah mulai dihias dengan pola hias dan warna.
Tugas IPS – Kelas VII 7 . Page 8
Hiasan yang ada diantaranya hiasan anyaman. Untuk membuat hiasan yang demikian yaitu
dengan cara menempelkan agak keras selembar anyaman atau tenunan pada gerabah yang
masih basah sebelum gerabah dijemur. Kemudian gerabah dijemur sampai kering dan
dibakar. Berdasarkan bukti ini, para ahli menyimpulkan bahwa pada masa ini manusia sudah
mengenal bercocok tanam dan orang mulai dapat menenun.
4. Kapak Persegi Manusia Purba Pada Masa Bercocok Tanam
Pemberian anama kapak persegi didasarkan pada bentuknya. Bentuk kapak ini yaitu
batu yang garis irisannya melintangnya diperlihatkan sebuah bidang segi panjang atau ada
juga yang berbentuk trapezium. Jenis lain yang termasuk dalam kategori kapak persegi
seperti beliung atau pacul untuk yang ukuran besar, dan untuk ukuran yang kecil bernama
tarah. Tarah berfungsi untuk mengerjakan kayu. Pada alat-alat tersebut terdapat tangkai yang
diikatkan. Orang yang pertama memberikan nama kapak persegi yaitu Von Heine Geldern.
Daerah-daerah tempat ditemukannya kapak persegi yaitu di Sumatera, Jawa, Bali,
Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. Batu api dan chalcedon merupakan
bahan yang dipakai untuk membuat kapak persegi. Kapak persegi kemungkinan sudah
menjadi barang yang diperjual belikan. Alat ini dibuat oleh sebuah pabrik tertentu disuatu
tempat kemudian dibawa keluar daerah untuk diperjualbelikan. System jual belinya masih
sangat sederhana, yaitu system barter. Adanya system barter tersebut, kapak perssegi banyak
ditemukan di tempat-tempat yang tidak banyak ada bahan bakunya, yaitu batu api.
5. Kapak Lonjong Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam
Pemberian nama kapak lonjong berdasarkan pada bentuk. Bentuk alat ini yaitu garis
penampang memperlihatkan sebuah bidang yang berbentu lonjong. Sedangkan bentuk
kapaknya sendiri bundar telor. Ujungnya yang agak lancip ditempatkan ditangkai dan di
ujung lainya yang bulat diasah hingga tajam. Ada dua ukuran kapak lonjong yaitu ukuran
yang besar disebut dengan Walzeinbeil dan Kleinbel untuk ukuran kecil. Kapak lonjong
masuk kedalam kebudayaan Neolithikum Papua, karena jenis kapak ini banyak ditemukan di
Papua (Irian). Kapak ini ditemukan pula di daerah-daerah lainnya, yaitu Seram, Gorong,
Tanimbar, Leti, Minahasa, dan Serawak.
Tugas IPS – Kelas VII 7 . Page 9
Gambar : Kapak Lonjong
Selain di Indonesia, jenis kapak lonjong ditemukan pula di Negara lain, seperti
Walzeinbeil di temukan di Cina dan Jepang, daerah Assam dan Birma Utara. Penemuan
kapak lonjong dapat memberikan petunjuk mengenai penyebarannya, yaitu dari timur mauai
dari daratan Asia ke Jepang, Formosa, Filipina, Minahasa, terus ke timur. Penemuan-
penemuan di Formosa dan Filipina memperkuat pendapat ini. Dari Irian daerah persebaran
meluas sampai ke Melanesia.
6. perhiasan Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam
Hiasan sudah dikenal oleh manusia pada masa bercocok tanam. Perhiasan dibuat
dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar, seperti perhiasan kulit
kerang dari sekitar pantai. Hiasan lainnya ada yang terbuat dari yang dibuat dari tanah liat
seperti gerabah, dan ada pula yang terbuat dari batu. Seperti gelang, kalung dan beliung.
Pembuatan hiasan dari batu dilakukan dengan cara, pertama batu dipukul-pukul
sampai menjadi bentuk gepeng. Setelah itu kedua sisi yang rata dicekungkan dengan cara
dipukul-pukul pula, kedua cekungan itu bertemu menjadi lobang. Untuk menghaluskannya,
kemudian digosok-gosok dan diasah sehingga membentuk suatu gelang.
Gambar : Berbagai perhiasan dari batu
Bentuk gelang tersebut dari dalam halus rata dan dari luar lengkung sisinya. Selain
dipukul, cara lain untuk membuat lobang pada gelang yaitu dengan cara menggunakan gurdi.
Batu yang bulat gepeng itu digurdi dari kedua belah sisi dengan sebuah gurdi dari bambu.
Setelah diberi air dan pasir, bambu ini dengan seutas tali dan sebilah bamboo lainnya diputar
di atas muka batu sampai berlubang.
Tugas IPS – Kelas VII 7 . Page 10
7. pakaian Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam
Kebudayaan lainnya yang dimiliki oleh manusia pada masa bercocok tanam
diperkirakan mereka telah memakai pakaian. Bahan yang digunakan untuk pakaian berasal
dari kulit kayu. Daerah tempat ditemukan bukti adanya pakaian adalah di Kalimantan,
Sulawesi Selatan dan beberapa tempat lainnya. Pada daerah-daerah tersebut ditemukan alat
pemukul kulit kayu. Kulit kayu yang sudah dipukul-pukul menjadi bahan pakaian yang akan
dibuat.
B. Konsep Kepercayaan dan Bangunan Megalit Manusia Purba pada Masa
Bercocok Tanam
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa manusia pada zaman berburu dan
mengumpulkan makanan sudah mengenal kepercayaan. Kepercayaan manusia ini mengalami
perkembangan. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan kepercayaan baru sebatas
adanya penguburan. Kepercayaan ini kemudian berkembang pada masa bercocok tanam dan
perundagian. Bukti peninggalan kepercayaan pada masa bercocok tanam yaitu ditemukannya
bangunan-bangunan batu besar yang berfungsi untuk penyembahan. Zaman penemuan batu-
batu bear ini disebut dengan zaman Megalithikum. Bangunan-bangunan batu yang dihasilkan
pada zaman Megalithikum antara lain sebagai berikut.
1. Menhir
Menhir merupakan tiang atau tugu batu yang dibuat untuk
menghormati roh nenek moyang. Daerah-daerah tempat ditemukannya
Menhir di Indonesia, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan, dan Bali.
2. Sarkofagus
Sarkofagus menyerupai peti mayat atau keranda yang bentuknya seperti palung atau lesung,
tetapi mempunyai tutup. Benda ini terbuat dari batu sehingga diperkirakan kehadiran
Sarkofagus sezaman Megalithikum (zaman batu besar). Adanya Sarkofagus ini menandakan
kepercayaan pada waktu itu, bahwa orang yang meninggalkan perlu dikubur dalam peti
mayat. Di daerah Bali, Srkofagus ini banyak ditemukan.
Tugas IPS – Kelas VII 7 . Page 11
3. Dolmen
Dibeberapa tempat, Dolmen berfungsi sebagai peti mayat, sehingga diidalam Dolmen
terdapat tulang-belulang manusia. Sebagai bekal untuk yang meninggal, didalam Dolmen
disertakan benda-benda seperti periuk, tulang dan gigi binatang, dan alat-alat dari besi.
4. Kubur batu
Selain dolmen dan Sarkoofagus, ditemukan juga kubur batu yang fungsinya sebagai peti
mayat. Bedanya ialah kubur batu ini dibuat dari lempengan batu, sedangkan Dolmen dan
Sarkofagus dibuat dari batu utuh. Di daerah Jawa Barat, penemuan kubur batu banyak
ditemukan.
Gambar : Sarkofagus Gambar : Sebuah keranda batu berisi kerangka manusia
Tempat lain untuk melakukan
pemujaan pada arwah nenek moyang
pada waktu itu ialah Dolmen. Dolmen ini
terbuat dari batu besar yang berbentuk
meja. Meja ini berkaki yang menyerupai
Menhir. Dolmen berfungsi sebagai tempat
sesaji dalam rangka pemujaan kepada roh
nenek moyang.
Tugas IPS – Kelas VII 7 . Page 12
5. Waruga
Waruga adalah kubur batu berbentuk kubus atau bulat. Bentuknya sama seperti dolmen
dan sarkofagus, yaitu dibuat dari batu yang utuh. Di Sulawesi Tengah dan Utara banyak
ditemukan Waruga.
Gambar : Waruga atau kubur batu banyak ditemui di daerah Minahasa
Gambar : Kubur batu
6. Punden berundak-undak
Bangunan lainnya yang dihasilkan pada zaman Megalithikum adalah Punden berundak-
undak. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat pemujaan yang berupa batu tersusun secara
bertingkat-tingkat. Ditempat Punden berundak-undak biasanya terdapat Menhir. Daerah
ditemukannya Punden berundak-undak antara lain di Lebak Sibedug (Banten Selatan) dan
Ciamis (Jawa Barat).
7. Arca
Arca ini terbuat dari batu yang berbentuk patung binatang atau manusia. Tempat
ditemukannya arca-arca antara lain : di Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera
Selatan.
Gambar : Punden berundak-undak dari Lebak
Sibedug (Banten Selatan)
Tugas IPS – Kelas VII 7 . Page 13
Daftar Pustaka:
http://www.info-asik.com/2012/10/sejarah-manusia-purba.html#ixzz2aDc4b3wk
http://www.baliautrement.com/
J.Sumardianta, A.Ferry T. Indratno, Ignaz Kingkin Teja Angkasa, H.Purwanta.Sejarah
X.Jakarta:PT.Grasindo