tugas makalah demokrasi.doc
DESCRIPTION
Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani,yaitu ”demos” yangi berarti rakyat dan ”kratos” berarti pemerintahan.TRANSCRIPT
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“DEMOKRASI”
Oleh:Achmad Setyo Hendrajat (5301411001)Risqiyono Eko S. (5301411005)Anggit Eko W. (5301411017)Muhsa Arif Utama (6301411009)Muhammad Nur Abdul Karim (6301411010)Idwin Wapri Piyoga (6301411225)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat, Taufiq serta Hidayah-Nya kepada kita semua, dan atas
petunjuknya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan “DEMOKRASI” dengan lancer.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak luput
dari kesalahan oleh karena keterbatasan dan pengetahuan yang ada,
kami berharap dengan segala kerendahan hati atas saran dan kritik
konstruktif semua pihak.
Akhirnya harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bagaimana orang menyeimbangkan demokrasi? Bisakah kita menerima
pemerintahan oleh mayoritas, sementara minoritas tetap dihormati dan dilindungi?
Sistem demokrasi di seluruh dunia harus menghadapi pertanyaan tentang
bagaimana menjaga keseimbangan antara gagasan ‘pemerintahan oleh mayoritas’
di satu pihak, dan gagasan demokrasi yang mempertimbangkan ‘para individu’ di
pihak lain. Masalah ini sebenarnya sudah cukup lama dikenali. Para ahli teori
demokrasi seperti Alexis De Tocqueville and John Stuart Mill pernah
menyinggung gagasan tentang ‘Tirani Mayoritas’ dalam studinya yang sangat
terkenal “Democracy in America” dalam abad ke 19, sementara Mill pernah
mengingatkan kita tentang bagaimana mayoritas dapat meloloskan hukum atau
undang-undang yang memiliki pengaruh sangat menjijikkan bagi kelompok
minoritas.
Maka, orang juga kerap bertanya apakah demokrasi? Apakah demokrasi
berarti bahwa negara harus melindungi para individu, ataukah demokrasi hanya
berarti sebagai pemerintahan oleh mayoritas? Juga di Indonesia, ketika
demokratisasi tidak segera membuahkan hasil berupa kesejahteraan dan stabilitas
sosial-politik yang lebih baik (seperti yang tersirat dalam ungkapan bahwa
“demokrasi kita sudah keblablasan”), maka ada alasan bagi sebagian orang yang
menginginkan agar Indonesia kembali pada sistem lama, yaitu pada model
kekuasaan otoritarian yang menjanjikan terciptanya kesejahteraan dan stabilitas
dalam waktu yang cepat.
Demokrasi jelas disadari bukan sebagai sistem yang sempurna, tetapi ada
petunjuk kuat bahwa demokrasi adalah sistem terbaik di antara sistem lain dalam
pengaturan pemerintahan manusia oleh manusia yang pernah dicoba dalam
sejarah. Karena itu, seperti yang sering disuarakan oleh sejumlah ahli, yang
diperlukan sesungguhnya adalah pendalaman demokrasi (deepening demokrasi),
bukan menolak demokrasi itu sendiri.
Pada tingkat kekuasaan, demokratisasi akan berarti keharusan untuk
memperkuat paham kedaulatan rakyat (people sovereignty) dan menegakkan
aturan main demokratis (dalam bentuk konstitusi dan rule of law), namun pada
level akar rumput dan di kalangan generasi muda, tantangan demokratisasi
menunjukkan wajah yang agak berlainan.
Michael Oakeshott dan F.A. Hayek pernah menyatakan bahwa sivitas atau
negara sebagai bentuk purposive association yaitu pengelompokkan yang
dibentuk karena persamaan tujuan atau maksud (shared purposes or goals),
memiliki kecenderungan mencerabut kebebasan berasosiasi bagi kelompok-
kelompok yang memiliki tujuan sendiri yang dianggap seolah-olah berbeda
dengan tujuan bangsa secara keseluruhan. Akibatnya, negara purposive (yang
dilawankan dengan ‘enterprise association) semacam itu mau tidak mau
cenderung melanggar kebebasan berasosiasi, menuntut keharusan partisipasi
dalam kelompok yang mendukung tujuan-tujuan dari sivitas (negara), dan pada
saat yang bersamaan menindas siapapun yang menganggu usaha pencapaian
tujuan yang dimaksukan (purposive goals). Pada akhirnya, hanya dengan
memastikan pemerintah bersikap netral dalam kaitannya dengan berbagai tujuan
yang ada dalam masyarakat, maka civil society akan bisa bertumbuh dengan
subur. Meskipun kebebasan berasosiasi tidak disebut dengan cara yang sama
seperti kebebasan berpendapat (free speech) dan kebebasan berkumpul (freedom
of assembly), kebebasan itu nampak menjadi salah satu “kebebasan dasar” dari
banyak masyarakat liberal setidaknya menurut para pemikir seperti Rawls, Mill
dan banyak pemikir liberal yang lain.
Tetapi gagasan tentang netralitas negara mendapatkan kritik karena
dianggap tidak mencerminkan kenyataan sebenarnya dari kebijakan yang sering
dan bisa diambil oleh negara. Misalnya, kebijakan hukum yang diambil oleh
negara selalu mengandung konsepsi tersembunyi mengenai pengertian tentang
hidup yang baik. Lebih tajam lagi, para pengkritiknya (yaitu kelompok
komunitarian yang diwakili oleh tokoh seperti William Galston, Michael Sandel,
dan Benjamin Barber) tidak mempercayai klaim liberal bahwa masyarakat sipil
memiliki kemampuan untuk mengarahkan dirinya sendiri, menyatakan,
sebagaimana pernah dikemukakan juga oleh Alexis de Tocqueville bahwa adanya
dorongan dalam masyarakat sipil sendiri yang mungkin menghambat
pembentukan asosiasi sipil. Ada kecenderungan dalam masyarakat sipil itu sendiri
—misalnya dalam bentuk sentralisasi ekonomi, monopoli media, pemaksaan
kepentingan khusus, dan partai politik yang terorganisasi--membatasi jangkauan
kemungkinan yang dapat diberikan pada individu. Jelas bahwa sejumlah tujuan
(ends) tidak bebas dipilih oleh para individu, melainkan justru ‘terberikan’
(given) atau dipaksa diberlakukan oleh kesempitan peluang atau ketiadaan
kesempatan.
Apa hubungan uraian di atas dengan negara Pancasila? Apakah Negara Pancasila
sesuai dengan salah satu pendekatan dan harus menolak pendekatan lainnya?
Apakah demokrasi itu sendiri dalam negara yang menyebut Pancasila? dan
bagaimana negara Pancasila harus menyeimbangkan antara pemerintah oleh
mayoritas dan penghormatan terhadap minoritas?
BAB II
ANALISA
1. Pengertian Demokrasi
Pembahasan tentang demokrasi menghadapkan kita pada suatu
kompleksifitas permasalahan klasik, fundamental,namun tetap actual. Dikatakan
klasik kareena masalah demokrasi sudah menjadi focus perhatian dalam wacana
filsafati semenjak jaman Yunani Kuno, dan teelah diterapkan di polish Athena
sebagai Negara kota pada waktu itu.Istilah demokrasi berasal dari bahasa
Yunani,yaitu ”demos” yangi berarti rakyat dan ”kratos” berarti pemerintahan.
Dilihat dari fungsionalnya, demokrasi dapat dibedakan menjadi dua
kategori,yaitu demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan(tidak
langsung).Didalam demokrasi langsung semua warga masyarakat secara langsung
ikut dalam pengambilan pemutusan setiap peraturan yang yang akan diberlakukan
dalam masyarakat itu .Dijaman Yunani Kuno, Athena dimana demokrasi untuk
pertama kali diterapkan didunia ,mampu menjalankan demokrasi karena suatu
majelis mampu mewadahi masyarakat yang masih terdiri dalam jumlah yang
terbatas atau sedikit.
Jadi, demokrasi artinya pemerintahan rakyat. Istilah demokrasi pertama
kali diperkenalkan oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk pemerintahan yang
menggariskan kekuasaan berada ditangan rakyat. Ketidakmengertian makna
demokrasi sebagai tatanan, taat aturan, dan hukum masih dipahami oleh sebagian
masyarakat, sehingga banyak rakyat yang bertindak main hakim sendiri. Karena
dari segi esensialnya, demokrasi memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk
menyelenggarakan organisasi tertinggi dalam negara. Berikut ini beberapa
pengertian demokrasi menurut beberapa tokoh ;
a. Menurut Internasional Commision of Jurits
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan oleh rakyar dimana
kekuasaan tertinggi ditangan rakyat dan di jalankan langsung oleh mereka atau
oleh wakil-wakil yang mereka pilih dibawah sistem pemilihan yang bebas. Jadi,
yang di utamakan dalam pemerintahan demokrasi adalah rakyat.
b. Menurut Lincoln
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
(government of the people, by the people, and for the people).
c. Menurut C.F Strong
Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewasa dari
masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa
pemerintahan akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada
mayoritas itu.
d. Menurut Deliar Noer
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa pada tingkat
terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok mengenai
kehidupannya, termasuk dalam nilai kebijaksanaan Negara, karena kebijaksanaan
tersebut menentukan kehidupan rakyat. Jadi negara demokrasi adalah Negara
yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, atau jika
ditinjau dari sudut organisasi, ia berarti suatu pengorganisasian Negara yang
dilakukan oleh rakyat sendiri atau asas persetujuan rakyat karena kedaulatan
berada ditangan rakyat.
e. Menurut Henry B. Mayo
Bahwa sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukkan bahwa
kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang
didasarkan asas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana
terjaminya kebebasan politik.
2. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Pekembangan demokrasi dalam sistem Negara kesatuan Indonesia dapat
dibagi dalam empat periode :
a) Periode 1945-1959, masa demokrasi perlementer yang mononjolkan peran
parlemen serta partai-partai. Pada masa ini kelemahan demokrasi
parlementer memberi peluang untuk dominasi partai-partai politik dan
DPR. Akibatnya persatuan yang digalang selama perjuangan melawan
musuh bersama menjadi kendor dan tidak dapat menjadi kekuatan
konstruksi sesudah kemerdekaan.
b) Periode 1959-1965, masa Demokrasi Terpimpin yang dalam banyak aspek
telah menyimpang dari demokarasi konstitusional dan lebih menampilkan
beberapa aspek dari demokrasi rakyat. Masa ini ditandai dengan dominasi
presiden, terbatasnya peran politik, perkembangan pengaruh komunis, dan
peran ABRI sebagai unsur sosialpolitik, semakin meluas.
c) Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru yang
merupakan demokrasi yang menonjolkan sistem presidensil. Landasan
formal periode ini adalah Pancasila, UUD 1945 dan ketetapan
MPRS/MPR dalam rangka untuk meluruskan kembali penyelewengan
terhadap UUD 1945 yang terjadi di masa demokrasi Terpimpin. Namun
dalam perkembangannya peran presiden semakin dominasi pada masa ini,
nama pancasila hanya digunakan sebagai legitimasi politis penguasa saat
itu, sebab kenyataannya yang dilaksanakan tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila
d) Periode 1999-sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi dengan
berakar kekuatan multi partai yang berusaha mengembalikan primbangan
kekuatan antar lembaga Negara, antara eksekutif, legislative dan yudikatif.
Pada masa ini peran partai politik kembali menonjol, sehingga iklim
demokrasi memperoleh nafas baru. Jika kalau esensi demokrasi adalah
kekuasaan di tangan rakyat, maka praktek demokrasi takkala Pemilu
memang demikian, namun dalam pelaksananya setelah pemilu banyak
kebijakan tidak mendasarkan pada kepentingan rakyat, melainkan lebih
kearah pembagian pada kepentingan rakyat, melainkan lebih kearah
pembagian kekuasaan antara presiden dan partai politik dalam DPR.
Dengan lain perkataan model demokrasi era reformasi dewasa ini, kurang
mendasarkan pada keadilan sosial bagi rakyat Indonesia.
3. Prospek Demokrasi di Indonesia
Setelah mengungkapkan perkembangan demokrasi di Indonesia yang
dibagi dalam tiga periode, maka pertanyaan yang muncul kemudian adalah
bagaimana prospek demokrasi Indonesia di masa-masa yang akan datang ?
Harold Crough mengungapkan pesimisme yang kuat, akan tetapi Afan
Gaffar mempunyai keyakinan yang sebaliknya yaitu demokrasi akan dapat
ditingkatkan kualitas pelaksanaannya dengan alasan selama dua dasawarsa
terakhir ini, masyarakat Indonesia telah mengalami transformasi social yang
sangat fundamental.
Proses transformasi social ini merupakan produk dari pembangunan
nasional yang berlangsung selama lima Pelita. Tidak dapat disangkal, bahwa
pembangunan nasional telah membawa hasil positif di dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, sekalipun dengan tingkat distribusi yang masih belum
baik. Hal ini dapat kita lihat dari meningkatkan pendapatan perkapita yang sudah
mencapai sekitar US$550, kemampuan baca tulis orang dewasa yang sudah
mencapai sekitar 75%, urbanisasi yang semakin menampakkan dirinya serta
semakin banyaknya masyarakat yang diekspos media massa.
Satu hal lagi yang sangat jelas adalah pengingkatan proporsi orang yang
mengalami peningkatan kemampuan politik. Hal ini dapat kita lihat dari besarnya
jumlah pemilih muda yang semakin bertambah pada setiap pemilu. Kalau pada
pemilu 1992 sekitar 22 juta pemilih muda untuk pertama kali menggunakan hak
pilihnya, untuk pemilu 1997 jumlah pemilih baru juga hampir sama, yaitu sekitar
20 juta pemilih. Keduanya, kalau kita jumlahkan merupakan setengah dari jumlah
pemilih secara keseluruhan. Mereka adalah generasi baru yang mempunyai
pengalaman politik yang berbeda, yang mengalami sosialisasi atau pendidikan
politik dan yang kemudian memiliki aspirasi dan tuntutan politik yang berbeda
pula dari generasi-generasi sebelumnya
BAB III
PENUTUP
Pembahasan tentang demokrasi menghadapkan kita pada suatu
kompleksifitas permasalahan klasik, fundamental,namun tetap actual. Dikatakan
klasik kareena masalah demokrasi sudah menjadi focus perhatian dalam wacana
filsafati semenjak jaman Yunani Kuno, dan teelah diterapkan di polish Athena
sebagai Negara kota pada waktu itu.Istilah demokrasi berasal dari bahasa
Yunani,yaitu ”demos” yangi berarti rakyat dan ”kratos” berarti pemerintahan.
Jadi, demokrasi artinya pemerintahan rakyat. Istilah demokrasi pertama kali
diperkenalkan oleh Aristoteles sebagai suatu bentuk pemerintahan yang
menggariskan kekuasaan berada ditangan rakyat.