tugas kelompok 3 - pemanfaatan sumber air ondo-ondo karanganyar jateng rev 2.doc
TRANSCRIPT
TUGAS MATA KULIAHKEBIJAKAN REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN
(BIDANG KEAIRAN)
Dosen :( Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS. )
KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER AIR ONDO-ONDO
Disusun Oleh :
Kelompok 3Ketua : Retno Wahyuningsih / NIM : S941502016Anggota : 1. Agus Fitriyanto / NIM : S941502002
2. Deni Hidayat / NIM : S941502006 3. Eka Dwi Anggara / NIM : S941502007 4. Farid Achmadi / NIM : S941502008
MAGISTER TEKNIKREHABILITASI DAN PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR
PROGRAM PASCA SARJANA TEKNIK SIPILUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami (kelompok 3) dapat menyelesaikan Tugas Kelompok pada mata
kuliah Kebijakan Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan (Bidang Keairan) dengan judul
Kajian Pengelolaan Sumber Air Ondo-Ondo.
Tugas kelompok ini mengangkat permasalahan kebijakan yang diambil dalam pengelolaan
sumber air yaitu pemanfaatkan sumber air Ondo-Ondo yang berada di wilayah Kabupaten
Karanganyar Jawa Tengah oleh PDAM Kabupaten Magetan Jawa Timur untuk melayani
kebutuhan masyarakat Magetan Selatan, upaya pelestarian sumber air dan water sharing
yang proporsional.
Kelompok 3 menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna,
namun diharapkan bahwa hasilnya dapat bermanfaat dan mampu menambah keilmuan
khususnya dibidang keairan.
Surakarta, April 2015
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................................iv
1. PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah............................................................................2
1.3 Batasan Masalah.................................................................................3
1.4 Tujuan Kegiatan..................................................................................3
2. KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................................4
2.1 Gambaran Umum...............................................................................4
2.2 Pengelolaan Sumber Daya Air............................................................6
2.3 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)...............................7
2.4 Organisasi...........................................................................................8
2.5 Sumber Air Ondo-Ondo.....................................................................11
3. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................................17
3.1 Koordinasi Antar Wilayah..................................................................17
3.2 Analisis Penyelesaian........................................................................18
4. PENUTUP.......................................................................................................................20
LAMPIRAN.............................................................................................................................22
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Hidrologi.................................................................................................4
Gambar 2.2 Pemanfaatan sumber daya air oleh stakeholder............................................6
Gambar 2.3 DAS dan Batas Wilayah....................................................................................7
Gambar 2.4 Hubungan Organisasi dengan Lingkungannya..............................................9
Gambar 2.5 Jalan menuju sumber air Ondo-Ondo...........................................................11
Gambar 2.6 Peta sumber air Ondo-Ondo...........................................................................12
Gambar 2.7 Skema Kali Walikan, Kec. Jatiyoso................................................................13
Gambar 2.8 Jalan menuju sumber air Ondo-Ondo...........................................................14
Gambar 2.9 Aliran sumber air Ondo-Ondo........................................................................14
Gambar 2.10 Bangunan penangkap air PDAM Kab. Magetan.........................................15
Gambar 2.11 Bangunan pelepas tekan dari sistem penyediaan air Tlocor untuk kebutuhan masyarakat Desa Wonorejo.............................................................................15
Gambar 2.12 Bangunan pelepas tekan PDAM Kabupaten Magetan...............................16
Gambar 2.13 Typical Hidran Air PDAM Kabupaten Magetan...........................................16
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Prinsip Pengorganisasian dan Manfaat yang Diperoleh........................................10
Tabel 2.2 Fungsi Organisasi di Lingkungan Departemen PU dan Ditjen Sumber Daya Air. .11
iv
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu unsur kehidupan yang harus tercukupi. Sebanyak 80%
komponen tubuh manusia tersusun atas air. Agar kehidupan manusia terus berlanjut, air
harus tersedia. Untuk minum, mandi, masak, mencuci, pembangkit tenaga listrik, mengairi
lahan pertanian, perikanan, dan sebagainya. Tidak sekadar tersedia, air yang ada pun
juga harus berkualitas agar kehidupan manusia juga berkualitas. Jadi, tidak salah kalau
ada yang menyebut setetes air adalah sumber kehidupan.
Untuk itulah, manusia patut bersyukur karena Tuhan Yang Maha Kuasa menganugerahi
kehidupan ini dengan air yang cukup. Berbagai sumber air ada di muka bumi ini, dan
sebagai kewajibannya, manusia harus mengelola sumber air itu dengan sebaik-baiknya
untuk kesejahteraan hidup. Apalagi kebutuhan air untuk menyokong kehidupan manusia
terus meningkat. Peningkatan ini terjadi bukan hanya karena jumlah penduduk yang
bertambah, melainkan aktivitas manusia itu sendiri yang juga meningkat dari waktu ke
waktu, seperti untuk perdagangan, industri, pariwisata, pendidikan, dan lain-lain.
Peningkatan ini tentu harus diantisipasi dengan baik oleh pemerintah agar tidak terjadi
krisis air di masa mendatang.
Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik berpotensi menimbulkan konflik
pemanfaatan air. Contohnya debit air yang semula digunakan petani untuk bercocok
tanam kemudian dialihkan sebagian untuk pemenuhan air bersih bagi masyarakat
perkotaan akan menimbulkan konflik kepentingan. Petani merasa terganggu akibat
berkurangnya pasokan air yang menyebabkan lahan pertanian mereka bisa gagal panen
atau puso.
Konflik pemanfaatan sumber daya air semacam ini jika tidak diantisipasi dini atau
dibiarkan berimplikasi luas, dan jika dibiarkan akan semakin rumit penyelesaiannya.
Setelah bergulirnya era reformasi dan otonomi daerah, telah banyak muncul gugatan dan
persoalan terkait pembagian sumber air, dan ujung-ujungnya, rata-rata bermuara pada
pembagian keuntungan (money orirented) tanpa mau berpikir dampak pengelolaan
jangka panjang.
Untuk menghindari timbulnya konflik kepentingan dalam pengelolaan sumber daya air,
perlu dilakukan perencanaan yang matang dalam pemanfaatan sumber daya air. Prinsip
proportional water sharing harus diterapkan secara bijakasana dengan memperhitungkan
1
laju pertumbuhan penduduk, kontribusi sektor pertanian, industri, air minum, maupun
potensi lestari sumber daya air tersebut.
Kabupaten Karanganyar yang berada di lereng Gunung Lawu merupakan salah satu
daerah yang memiliki kekayaaan sumber air melimpah. Terletak di bagian timur Provinsi
Jawa Tengah, Karanganyar berbatasan dengan Kabupaten Sragen, Kabupaten
Sukoharjo, Kota Surakarta, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Magetan (Provinsi Jawa
Timur). Kekayaan alam sumber air tersebut tidak hanya dimanfaatkan bagi masyarakat
Karanganyar saja, tetapi juga daerah lain di dua provinsi, yakni Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Hal ini tidak lepas dari masih banyaknya kawasan hutan lindung di lereng Gunung
Lawu tersebut yang banyak menyimpan potensi sumber air. Bahkan, Karanganyar sering
disebut sebagai “daerah gentong” kawasan Soloraya yang harus dilindungi.
Data dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Karanganyar menyebutkan wilayah
Karanganyar memiliki sekurang-kurangnya 109 mata air. Dari jumlah itu, 75 mata air
dalam kondisi rusak/kritis. Kerusakan mata air itu terjadi akibat bencana alam yang sering
terjadi. Selain itu, beberapa sumber mata air di kawasan hutan sudah tidak mampu lagi
menyerap dan menyimpan air bawah tanah karena lahan hijau yang terus berkurang.
Persoalan sumber air Ondo-ondo mulai mencuat pada tahun 2005 ketika PDAM
Kabupaten Magetan secara sepihak mengambil sebagian sumber air tersebut untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat di Magetan Selatan, khususnya warga di Kecamatan
Parang dan Kecamatan Poncol sebesar 10 liter/detik karena secara geografis lokasinya
relatif dekat. Namun Pemerintah Kabupaten Karanganyar merasa keberatan karena
sumber air yang mengalir ke Kali Walikan itu selama ini telah dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan air bagi warga Karanganyar, Sukoharjo dan Wonogiri. Otomatis
pengambilan tersebut membuat debit air Ondo-ondo berkurang, sehingga dikhawatirkan
mengganggu suplai air yang selama ini menjadi andalan.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Kebijakan pembagian air (water sharing) belum terukur secara jelas.
2. Belum ada organisasi yang secara kelembagaan bertanggungjawab mengelola,
mengawasi ataupun mengendalikan volume air.
3. Belum ada upaya pelestarian sumber air Ondo-Ondo.
2
1.3 Batasan Masalah
Permasalahan yang dikaji ini dibatasi sebagai berikut :
1. Kebijakan pengelolaan pembagian air difokuskan pada bagian hulu
2. Wewenang dan tanggungjawab organisasi yang dimaksud dibatasi pada
pengelolaan dari sumber air Ondo-Ondo hingga bangunan pendukungnya.
3. Lingkup pelestarian yang dimaksud adalah pelestarian sumber air dan pengelolaan
bangunan bangunan pendukungnya.
1.4 Tujuan Kegiatan
Penulisan paper ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengkaji kebijakan pemanfaatan sumber mata air Ondo-ondo guna mengantisipasi
terjadinya konflik di masa mendatang.
2. Memberikan saran dan pertimbangan agar pemanfaatan mata air Ondo-ondo lebih
optimal dan tetap terjaga kelestariannya.
3
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum
Air adalah sumber kehidupan yang mutlak diperlukan oleh makhluk hidup, baik itu
manusia, hewan maupun tumbuhan. Air merupakan sumber daya alam yang unik
dibandingkan dengan sumber daya alam lainnya. Air bersifat sumber daya alam yang
terbarukan dan dinamis, artinya sumber utama air yang berupa hujan akan datang sesuai
dengan waktu dan musimnya.
Air secara alami akan mengalir dari hulu ke hilir, dari tempat yang tinggi ke tempat yang
rendah, baik di permukaan tanah maupun di dalam tanah. Air juga dapat berubah wujud,
cair, padat dan gas. Perubahan ini tergantung pada lokasi dan kondisi alam. Pada
dasarnya jumlah air itu adalah tetap, namun komposisinya dapat berubah. Bila jumlah air
di daratan bertambah dan jumlah air di udara tetap, maka jumlah air di lautan akan
berkurang, demikian pula sebaliknya. Kejadian tersebut membentuk suatu siklus yang
dikenal dengan siklus hidrologi.
Gambar 2.1 Siklus Hidrologi
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai
saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Air
sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan
puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka
air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak
mengikuti suatu siklus air, yaitu : melalui penguapan, hujan dan aliran air diatas
4
permukaan tanah (run off, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih
penting bagi kehidupan manusia.
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan biasa
dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka
sehari-hari dan memenuhi persyaratan untuk pengairan sawah, untuk treatment air
minum dan untuk treatmen air sanitasi. Persyaratan disini ditinjau dari persyaratan
kandungan kimia, fisika dan biologis.
Pengertian Air bersih:
1. Secara Umum : Air yang aman dan sehat yang bisa dikonsumsi manusia.
2. Secara Fisik : Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
3. Secara Kimia:
PH netral (bukan asam/basa)
Tidak mengandung racun dan logam berat berbahaya
Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum
adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat.
Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini
telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun
bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya,
terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini, dibunuh dengan memasak air
hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan
cara ini.
Sumber air bersih :
Sungai
Rata-rata lebih dari 40.000 kilometer kubik air segar diperoleh dari sungai-sungai di
dunia. Ketersediaan ini (sepadan dengan lebih dari 7.000 meter kubik untuk setiap
orang) sepintas terlihat cukup untuk menjamin persediaan yang cukup bagi setiap
penduduk, tetapi kenyataannya air tersebut seringkali tersedia di tempat-tempat yang
tidak tepat. Sebagai contoh air bersih di lembah sungai Amazon walupun
ketersediaannya cukup, lokasinya membuat sumber air ini tidak ekonomis untuk
mengekspor air ke tempat-tempat yang memerlukan.
Curah Hujan
Dalam pemanfaatan hujan sebagai sumber dari air bersih, individu perorangan/
berkelompok/ pemerintah biasanya membangun bendungan dan tandon air yang
5
mahal untuk menyimpan air bersih di saat bulan-bulan musim kering dan untuk
menekan kerusakan musibah banjir.
Air permukaan dan air bawah tanah.
Sumber-sumber air bersih ini biasanya terganggu akibat penggunaan dan
penyalahgunaan sumber air sehingga terjadi pencemaran air.
a. Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air
permukaan ini mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur,
batang-batang kayu, daun-daun, dan sebagainya. Air permukaan dapat diklasifikasikan
menjadi dua kelompok utama, yaitu : (1). Perairan tergenang, dan (2). Badan air mengalir.
b. Air Bawah Tanah
Air bawah tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan air tanah. Air tanah
adalah air yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata air yang berasal dari
tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kuantitas/ kualitasnya sama
dengan keadaan air dalam (Totok Sutrisno, 2004). Menurut direktorat penyehatan air
Ditjen PPM dan PLP departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997), mata air/ air
tanah adalah air yang berada di dalam tanah untuk memperolehnya dengan cara
menggali/ dibor atau secara alamiah keluar ke permukaan tanah (mata air).
2.2 Pengelolaan Sumber Daya Air
Faktor utama krisis air adalah perilaku manusia guna mencukupi kebutuhan hidup, yaitu
perubahan tata guna lahan untuk keperluan mencari nafkah dan tempat tinggal.
Kerusakan secara implicit menambah lajunya krisis air dipercepat dengan pertambahan
penduduk yang tinggi, baik secara alami maupun migrasi. Degradasi lingkungan dapat
dilihat dari banyaknya kejadian bencana banjir, kekeringan, dan longsor.
Pengelolaan sumber daya air juga memerlukan koordinasi pengelolaan sumber daya air
di tingkat pusat maupun daerah. Namun, fenomena otonomi daerah yang berlebihan
menyebabkan kurang harmonisnya hubungan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) yang menyebabkan terjadinya kurang
koordinasi khususnya dalam pelaksanaan koordinasi pengelolaan sumber daya air.
Kurangnya koordinasi juga dipicu dengan banyaknya instansi yang ikut terlibat dalam
mengelola sumber daya air.
6
Gambar 2.2 Pemanfaatan sumber daya air oleh stakeholderuntuk berbagai keperluan (Kodoatie, 2005)
Pada hakikatnya, air tidak dibatasi oleh batas administratif tetapi lebih pada daerah aliran
sungai. Hal ini menyebabkan banyak DAS yang bersifat lintas wilayah, baik lintas
kabupaten/kota, lintas provinsi, bahkan lintas Negara. Dalam era otonomi daerah saat ini
dan dengan kondisi koordinasi yang lemah antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten,
kota, maka pengelolaan sumber daya air menjadi lebih sulit. Apalagi ditambah dengan
keterbatasan dana pengelolaan sumber daya air yang ada.
Gambar 2.3 DAS dan Batas Wilayah
Landasan hukum pengelolaan sumber daya air tertuang dalam Undang-undang No. 11
Tahun 1974 Tentang Pengairan dan Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.
7
2.3 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Analisis mengenai dampak lingkungan (di Indonesia, dikenal dengan nama AMDAL)
adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini
dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh
terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah
aspek abiotik, biotik dan kultural. Dasar hukum AMDAL di Indonesia adalah Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang "Izin Lingkungan Hidup" yang merupakan
pengganti PP 27 Tahun 1999 tentang Amdal.
Fungsi :
Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan
Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau
kegiatan
Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup
Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana
usaha dan atau kegiatan
Awal dari rekomendasi tentang izin usaha
Sebagai Scientific Document dan Legal Document
Izin Kelayakan Lingkungan
Dalam proses pengelolaan sumber daya air harus memperhatikan AMDAL agar sumber
daya air yang dikelola dapat tetap dilestarikan dan tidak menyebabkan kerusakan
lingkungan yang dapat menyebabkan dampak negatif baik untuk alam maupun makhluk
hidup yang menggunakannya.
2.4 Organisasi
Dalam upaya pengelolaan sumber daya air yang terpadu perlu adanya organisasi sebagai
sebuah sistem. Organisasi adalah suatu bentuk persekutuan dua orang atau lebih yang
8
terikat secara formal untuk mencapai tujuan bersama dengan membagi tugas dan
dikerjakan secara bersama, terdapat suatu kelompok atau seseorang yang menjadi
pimpinan dan sekelompok orang menjadi pengikut 1.
Barnard merupakan seorang ahli organisasi yang pertama kali mempunyai pengaruh atau
pemikiran pengorganisasian modern. Dalam bukunya, The Function of the Executive,
organisasi formal didefinisikan sebagai suatu sistem kegiatan yang secara sadar
dikoordinasikan oleh dua orang atau lebih orang. Teori organisasi modern menunjukkan
tiga kegiatan proses hubungan universal yang selalu muncul pada system manusia dalam
perilakunya berorganisasi. Ketiga proses tersebut adalah sebagai berikut :
1. Komunikasi, dalam struktur organisasi, arus komunikasi kemudian diterjemahkan
sebagai alur perintah, kewenangan dan pertanggungjawaban. Komunikasi bukan
hanya sebagai rangangan atau stimulant yang menimbulkan kegiatan tetapi juga
pengendali dan pengkoordinasi mekanisme hubungan-hubungan dalam sistem untuk
satu pola hubungan yang sinkron.
2. Keseimbangan, adalah mengenai mekanisme yang dicapai dengan jalan menjaga
hubungan struktural yang harmonis antar bagian-bagian dalam sistem.
Gambar 2.4 Hubungan Organisasi dengan Lingkungannya
Dr.K.Suhendra, SH.M.Si. Manajemen dan Organisasi : Dalam Realita Kehidupan, 2008
3. Pengambilan Keputusan, adalah variabel internal dalam suatu organisasi yang
tergantung pada pekerjaan-pekerjaan, harapan-harapan individu, motivasi, dan struktur
organisasi.
9
Tabel 2.1 Prinsip Pengorganisasian dan Manfaat yang Diperoleh
10
Tabel 2.2 Fungsi Organisasi di Lingkungan Departemen PU dan Ditjen Sumber Daya Air
2.5 Sumber Air Ondo-Ondo
Lokasi sumber air Ondo-ondo termasuk wilayah Desa Beruk, Kecamatan Jatiyoso,
Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah, tepatnya pada koordinat 7042,066’ LS
dan 111010,864’ BT, berada di sekitar pegunungan Jokolangan, di kaki Gunung Lawu,
pada ketinggian ± 1.800 m dpl, terletak di wilayah kerja Perum Perhutani, BKPH Lawu
Selatan, KPH Lawu DS, RPH Kuryo, hutan lindung Petak 119. Berdasar pengukuran yang
telah beberapa kali dilakukan, sumber air Ondo-Ondo memiliki debit bervariasi tergantung
musim antara 5 – 40 l/dt, pada musim kemarau debit maksimal 20 l/dt.
Gambar 2.5 Jalan menuju sumber air Ondo-Ondo
11
Jalan menuju Sumber Air Ondo – ondo, perjalanan dari Desa Wonorejo ke Sumber air Ondo-ondo ditempuh dalam waktu 3 jam, sehingga perjalanan pulang - pergi 6-7 jam (½ hari) ditempuh dengan jalan kaki.
Gambar 2.6 Peta sumber air Ondo-Ondo
12
Gambar 2.7 Skema Kali Walikan, Kec. Jatiyoso
13
Gambar 2.8 Jalan menuju sumber air Ondo-Ondo
Sumber air Ondo-Ondo memberi suplesi pada Bangunan Penangkap Air (BPA) Tlocor yang
menangkap air dari aliran sumber air Tlocor; alur aliran tersebut menuju ke hilir menjadi
salah satu dari anak sungai di DAS Sungai/Kali Walikan. Sumber air Tlocor terletak di desa
Beruk, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar, memiliki debit ± 30 l/det. Pada musim
kemarau, debit dari masing-masing sumber air tersebut akan menyusut sedemikian
tergantung dari tingkat kekeringannya.
Dari BPA Tlocor yang terletak 500 m di hilir sumber air Tlocor, air dialirkan ke hilir menuju
daerah manfaatnya, yaitu Desa Wonorejo dengan menggunakan 2 pipa PVC D = 3”,
panjang 4.000 m, 1 pipa untuk air rumah tangga dan 1 pipa untuk irigasi, masing-masing
dengan kapasitas debit ± 8 l/det. Pemasangan pipa ini dilaksanakan pada tahun 1996.
Gambar 2.9 Aliran sumber air Ondo-Ondo
14
Suplesi dari sumber air Ondo-Ondo ke BPA Tlocor yang dimulai pada tahun 1996, semula
suplesi dilakukan melalui saluran alam, namun karena dianggap kurang efektif, maka pada
tahun 2000, dari sumber air Ondo-Ondo menuju BPA Tlocor dipasang pipa PVC D = 3”,
panjang 3.000 m.
Air dari sumber air Ondo-Ondo ke BPA Tlocor dimanfaatkan oleh masyarakat Desa
Wonorejo untuk air minum (kebutuhan hidup) 500 KK dan untuk areal pertanian di
Kecamatan Jatiyoso dan Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar seluas 670 Ha,
selebihnya mengalir ke Sungai/Kali Walikan, di bagian hilir untuk areal pertanian di
Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo dan masuk ke Bengawan Solo di
Kecamatan Nguter, Hulu Bendung Colo.
Gambar 2.10 Bangunan penangkap air PDAM Kab. Magetan
Gambar 2.11 Bangunan pelepas tekan dari sistem penyediaan air Tlocor untuk
kebutuhan masyarakat Desa Wonorejo
15
Gambar 2.12 Bangunan pelepas tekan PDAM Kabupaten Magetan
Gambar 2.13 Typical Hidran Air PDAM Kabupaten Magetan
16
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Koordinasi Antar Wilayah Pada Pemanfaatan Sumber Air Ondo-Ondo
Pemerintah Kabupaten Magetan untuk pertama kalinya, pada tanggal 7 Juni 2005
melakukan rapat koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Karanganyar mengenai
pemanfaatkan sumber air Ondo-Ondo untuk keperluan air minum masyarakat Kabupaten
Magetan sebesar 10 l/dt dan siap mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku di Kabupaten
Karanganyar dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Sistem penyediaan air dari sumber air Ondo-Ondo dimaksudkan untuk memberikan
suplesi pada sistem penyediaan air yang telah ada sejak tahun 1981 dari sumber air
Trojiwo & Ngunut untuk melayani kebutuhan masyarakat Magetan Selatan, khususnya
wilayah Kecamatan Parang dan Kecamatan Poncol. Kapasitas sistem Trojiwo &
Ngunut sebesar 14 l/det, belum mencukupi kebutuhan air masyarakat Magetan
Selatan sebesar 25 l/det, kekurangannya diharapkan dapat dipenuhi dari sumber air
Ondo-Ondo.
b. Selama ini kebutuhan air masyarakat Magetan Selatan, khususnya wilayah
Kecamatan Parang dan Kecamatan Poncol, pemberian air pada musim kemarau
terpaksa dipenuhi dengan cara giliran (2 hari hidup, 2 hari mati) dan disebagian desa
masyarakat terpaksa mendapat air dengan cara dropping dari truk tanki air. Dengan
adanya supleisi dari sumber air Ondo-Ondo diharapkan cara giliran dan dropping ini
sudah tidak lagi diperlukan.
Pada tanggal 23 Juni 2005 Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar melakukan rapat
pembahasan Pemanfaatan Sumber Daya Air Ondo-Ondo di Desa Beruk Kecamatan
Jatiyoso, dengan analisis data –data pemanfaatan air Sungai/Kali Walikan sebagai berikut :
a. Pemanfaatan air Sungai/Kali Walikan adalah areal persawahan serta air minum oleh
PDAM Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri dengan perincian sebagai
berikut :
1. Irigasi Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar : 633,24 Ha
2. Irigasi Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar : 455,08 Ha
3. Irigasi ke Kabupaten Wonogiri : 514,83 Ha
4. Irigasi ke Kabupaten Sukoharjo : 67,00 Ha
Jumlah : 1.670,15 Ha
PDAM Wonogiri debit Q = 25 l/dt
PDAM Karanganyar debit Q = 12 l/dt
17
b. Pada bulan November sampai dengan Desember adalah saat pengisian Waduk Gajah
Mungkur Kabupaten Wonogiri, sehingga penyaluran air untuk irigasi Colo Timur dan
Colo Barat sebesar 30.000 Ha menggantungkan air suplesi dari Sungai/Kali Walikan.
c. Pola tanam yang dianjurkan adalah padi-padian – Polowijo dengan Kebutuhan air
sebagai berikut :
1. Padi rendeng ( dengan hujan efektif 70 % ) = 4.200 m3/Ha selama 4 bulan
4.200.000 x 1.670,15 = 676,57 l/dt
4 x 30 x 24 x 60 x 60
2. Polowijo diambil 2.000 m3/Ha selama 4 bulan
2.000.000 x 1.670,15 = 322,17 l/dt
4 x 30 x 24 x 60 x 60
3. Air Minum
PDAM Wonogiri debit Q = 25 l/dt
PDAM Karanganyar debit Q = 12 l/dt
Dari uraian no. 1 sampai no. 3 membutuhkan air sebanyak :
Pada saat musim hujan : 676,57 + 25 + 12 = 713,57 l/dt
Pada saat musim kemarau : 322,17 + 25 + 12 = 359,57 l/dt
Pengambilan air sumber Ondo-Ondo oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan 10 l/dt
mengakibatkan dampak kurang baik serta menimbulkan permasalahan konflik air yang
sangat besar dikemudian hari. Konflik tersebut bisa terjadi karena kebutuhan air setiap
tahun akan terus bertambah sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, sedangkan
debit sumber air cenderung tetap dan bahkan menurun dari tahun ke tahun. untuk itu
Pemerintah Kabupaten Karanganyar keberatan atas permintaan Pemerintah Daerah
Kabupaten Magetan Propinsi Jawa Timur.
3.2 Analisis Penyelesaian
Karakteristik aliran air bersifat dinamis dan tidak mengenal administrasi atau politis oleh
manusia. Air dibatasi oleh batas ekologis DAS berupa topografi punggung bukit dan
pegunungan yang tidak sama dengan batas administrasi. Perbedaan kebijakan
pembangunan antar wilayah dalam satu DAS memicu konflik sumber air antar wilayah.
Perbedaan kebijakan ini memerlukan solusi yang tepat. Solusi yang daimbil adalah solusi
saling menguntungkan (win-win solution).
Sumber air Ondo-Ondo kelestariannya akan terancam jika dieksploitasi secara berlebihan
oleh berbagai pihak tanpa ada upaya konservasi yang konsisten pada sumber airnya serta
18
bangunan pendudukungnya. Upaya konservasi sumber air dilakukan dengan cara
mempertahankan dan menjaga fungsi hutan di kawasan hulu. Fungsi hutan yang terjaga di
wilayah hulu akan memberikan manfaat positif bagi pengendalian daur hidrologis,
peredaman terhadap banjir, erosi dan sedimentasi. Dalam pengendalian daur
hidrologis hutan berperan sebagai sebagai : Pengurang atau pembuang cadangan air
di bumi melalui proses evapotranspirasi dan pemakaian air konsumtif untuk pembentukan
jaringan tubuh vegetasi ; menambah uap air diatmosfir ; sebagai penghalang untuk
sampainya air di bumi melalui proses intersepsi ; sebagai pengurang atau peredam energi
kinetik aliran air lewat tahanan permukaan dari bagian batang di permukaan dan tahanan
aliran air permukaan karena adanya seresah di permukaan ; serta sebagai pendorong ke
arah perbaikan kemampuan karakteristik fisik tanah untuk memasukkan air lewat sistem
perakaran, penambahan dinamika bahan organik ataupun adanya kenaikan kegiatan
biologik di dalam tanah. Upaya perlindungan sumber air dilakukan dengan cara
pembangunan talud penahan tebing sebagai pencegah longsor? dan bangunan reservoir
induk dengan sistem pembagi air yang terukur.?
Pengelolaan pembagian air akan menimbulkan konflik jika tidak diatur dengan baik sehingga
diperlukan suatu kebijakan tentang pemanfaatan sumber air agar tercukupinya kebutuhan
air di masing-masing pihak. Suatu organisasi atau lembaga perlu dibentuk agar pengelolaan
sumber air Ondo-Ondo hingga bangunan pendukungnya ada yang berwenang dan
bertanggungjawab. Organisasi pengelola ini terdiri unsur pemerintah dan masyarakat
setempat. Upaya pelibatan masyarakat setempat sebagai pengelola akan berdampak pada
social responsibility dari masyarakat untuk mejaga, melestarikan dan menggunakan sember
air secara bijak karena masyarakat merasa memiliki.
Adapun penyelesasian permasalahan water sharing dilakukan sebagai berikut:
Analisis Kebijakan :
a. Undang-Undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Undang-Undang
No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, maka Sumber Air Ondo-ondo masuk
dalam sub-DAS Walikan, Sungai/Kali Walikan melintasi Kabupaten Karanganyar,
Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo, berada di wilayah Propinsi Jawa
Tengah, maka sumber air Ondo-ondo menjadi wewenang Balai PSDA Bengawan Solo
beralamat di Palur – Mojolaban.
b. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah No. 8 Tahun 2002 tentang Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Permukaan, disebutkan bahwa pengambilan dan pemanfaatan air
permukaan di wilayah Propinsi Jawa Tengah harus mendapatkan ijin Gubernur Jawa
Tengah.
19
Setelah dilakukan beberapa kali rapat koordinasi, inspeksi lapangan, pengumpulan data dan
pengumpulan informasi yang melibatkan berbagai unsur, antara lain : Balai Besar WS
Bengawan Solo dan Perum Jasa Tirta I Bengawan Solo, Balai PSAWS Madiun, Balai PSDA
Bengawan Solo, Pemerintah Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa tengah, Pemerintah
Kabupaten Magetan Propinsi Jawa Timur, dan pihak-pihak terkait, dapat memberi
Rekomendasi Teknis kepada Gubernur Jawa Tengah, maka penyelesaiannya sebagai
berikut :
a. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Magetan diijinkan untuk
mengambil air dari sumber air Ondo-Ondo untuk keperluan air minum.
b. Dengan pembagian air 2/3 mengalir ke Propinsi Jawa tengah dan 1/3 untuk keperluan
air minum Kecamatan Parang dan Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Propinsi
Jawa Timur.
Untuk memenuhi kebutuhan air minum dan irigasi masyarakat di wilayah Kecamatan
Jatiyoso pada umumnya, diharapkan memanfaatkan sumber air Buto-Ijo untuk dibangun
bangunan suplesi ke wilayah Kecamatan Jatiyoso, yang akhirnya dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitarnya, sementara ini air dari sumber air Buto-Ijo terbuang ke hilir melalui
aliran anak Sungai/Kali Walikan. Sumber air Buto-Ijo, memiliki debit ± 8 l/det, sangat
memungkinkan jika dimanfaatkan untuk suplesi BPA Tlocor. Untuk maksud tersebut
diperlukan 1 pipa PVC D = 3”, panjang 5.000 m.
Pembagian air (water sharing) yang telah diupayakan beberapa pihak diatas perlu
dituangkan dan dianalisa lebih lanjut dalam dokumen yuridis berupa dokumen AMDAL.
Dokumen AMDAL ini penting sebagai dasar pengelolaan sumber air Ondo-Ondo dari aspek
dampak lingkungan bisa meliputi water sharing yang efektif dan efisien bagi semua pihak
dan upaya-upaya konservasi yang perlu dilakukan.
20
4. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, kebijakan
pemanfaatan sumber air Ondo-ondo dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembagian sumber air Ondo ondo hanya didasarkan pada kesepakatan antara
Pemerintah Kabupaten Karanganyar dan Pemerintah Kabupaten Magetan. Sejauh ini
belum ada dasar yang kuat yang menjadi pijakan secara yuridis pembagian air
tersebut. Kondisi ini dapat menjadi potensi konflik yang sewaktu-waktu dapat mencuat.
2. Organisasi yang mengelola sumber air Ondo ondo lebih bersifat sebagai pengguna
dan belum ada pengelola yang bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap
pemanfaatan sumber air tersebut. Jika tidak dirintis sejak awal, pemanfaatan sumber
air Ondo ondo dikhawatirkan menjadi tidak optimal.
3. Belum ada tindakan nyata upaya pelestarian sumber air Ondo ondo. Jika hal ini tidak
dilakukan sejak awal, sumber air tersebut dikhawatirkan semakin berkurang debit
airnya.
4.2. Saran
1. Pembagian air pada sumber air ondo-ondo perlu didasarkan pada dokumen yuridis.
Dokumen yuridis tersebut berupa dokumen AMDAL (Analisis mengenai dampak
lingkungan). Dokumen amdal juga berguna untuk dasar pelestarian (upaya konsevasi)
sumber air ondo-ondo
2. Perlu dibentuk organisasi pengelola sumber air ondo-ondo yang terdiri dari
masyarakat setempat bertanggungjawab mengelola sumber air ondo-ondo. Organisasi
ini nantinya berada dalam supersivisi BPSDA Wilayah Jawa Tengah.
3. Sumber air Ondo-Ondo berada di Propinsi Jawa Tengah dimanfaatkan Propinsi Jawa
Timur seharusnya pemanfaatanya dan pengelolaan menjadi tanggung jawab bersama.
Karena sampai saat ini yang terjadi sumber air Ondo-Ondo pemanfaatan sebagian
besar dikelola Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM ) Kabupaten Magetan dan
hanya sedikit sekali yang mengalir ke wilayah Propinsi Jawa Tengah, maka sebaiknya
ada bangunan ukur untuk mengukur pembagian air yang 2/3 mengalir ke Propinsi
Jawa Tengah dan 1/3 untuk keperluan air minum Kecamatan Parang dan Kecamatan
Poncol Kabupaten Magetan Propinsi Jawa Timur.
4. Banyaknya sumber mata air di wilayah kaki gunung Lawu dan gunung Lawu itu sendiri
menjadi perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Jawa Timur, maka
perlu adanya Kerja Sama Organisasi ( KSO ) antara Kabupaten Karanganyar dan
Kabupaten Magetan untuk membuat Peraturan mengenai pengelolaan sumber – 21
sumber air tersebut, agar dikemudian hari tidak menimbulkan permasalahan mengenai
kebutuhan air yang dari waktu ke waktu semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan
ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk, peningkatan derajat kehidupan
warga, serta perkembangan kota / kawasan pelayanan ataupun hal – hal yang
berhubungan dengan peningkatan kondisi ekonomi sosial warga.
5. Sampai sekarang tahun 2013 tidak ada penarikan pajak atau dana kompensasi atas
pemakaian sumber air Ondo-Ondo oleh Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM )
Kabupaten Magetan. Untuk itu perlu diterbitkan Surat Kesepakatan bersama antara
Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, agar ada kekuatan hukum dalam
menarik pajak pemakaian air permukaan tanah, sehingga dapat menambah PAD
Kabupaten Karanganyar.
22
LAMPIRAN
23