tugas individu sejarah peradaban islam

3
Sejarah Peradaban Islam Tugas Individu Sejarah Peradaban Islam Artikel Perkembangan IPTEK Pada Masa Peradaban Islam Oleh: Devan Firmansyah (2131000430391) Kelas 2013 H Jurusan Pendidikan Sejarah & Sosiologi A llah mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian serta orang-orang yang menuntut ilmu beberapa derajat ... (Q.S. Al Mujadaah:11) dan “Barangsiapa yang menapaki suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga”. (H.R. Ibnu Majah & Abu Dawud) adalah salah satu perintah Allah dan seruan Nabi Muhammad kepada umat muslim untuk meraih ilmu setinggi mungkin guna dipelajari dan diamalkan di dunia ini untuk mencari bekal di akhirat kelak adalah watak dan perintah dari agama Islam. Berkat semangat mencari ilmu tersebut beserta keutamaannya bagi umat muslim maka tidaklah mengherankan jika beberapa abad yang lampau Islam tampil sebagai suatu agama dan peradaban yang sangat maju pesat bahkan pengaruhnya terasa mulai dari Afrika, Eropa dan Asia. Pada zaman Dinasti Abbasiyah, di katakan sebagai masa menjamurnya kesastraan dan ilmu pengetahuan serta ilmu-ilmu purbakala yang disalin ke dalam bahasa Arab. Lahirlah pada masa itu sekian banyak penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli filsafat, tabib, ahli bangunan dan sebagainya. Dinasti Abbasiyiah membawa Islam ke puncak kejayaan saat itu, dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh kekhalifahan Islam, Tradisi keilmuan berkembang pesat. Kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuanlah yang mengundang terciptanya beberapa karya ilmiah seperti terlihat pada abad ke 8 M. yaitu gerakan penerjemahan buku peninggalan kebudayaan Yunani dan Persia yang dilakukan salah satunya oleh Ibnu Rusyid (Averos). Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para khalifah dan para pembesar lainnya mengantisipasi kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya khalifah adalah para ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan memuliakan pujangga. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan pikiran dibebaskan dari belenggu taklid, yang menyebabkan orang sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala bidang, termasuk bidang aqidah, falsafah, ibadah dan sebagainya. Page | 1 Artikel Perkembangan IPTEK Pada Masa Peradaban Islam

Upload: devan-firmansyah

Post on 21-Feb-2016

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Sejarah Peradaban Islam I

TRANSCRIPT

Sejarah Peradaban Islam 

Tugas Individu Sejarah Peradaban Islam 

Artikel Perkembangan IPTEK Pada Masa Peradaban Islam

Oleh: Devan Firmansyah (2131000430391) 

    Kelas 2013 H Jurusan Pendidikan Sejarah & Sosiologi 

A

llah mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian

serta orang-orang yang menuntut ilmu beberapa derajat ... (Q.S. Al

Mujadaah:11) dan “Barangsiapa yang menapaki suatu jalan dalam

rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga”. (H.R. Ibnu

Majah & Abu Dawud) adalah salah satu perintah Allah dan seruan Nabi Muhammad kepada

umat muslim untuk meraih ilmu setinggi mungkin guna dipelajari dan diamalkan di dunia ini

untuk mencari bekal di akhirat kelak adalah watak dan perintah dari agama Islam.

Berkat semangat mencari ilmu tersebut beserta keutamaannya bagi umat muslim

maka tidaklah mengherankan jika beberapa abad yang lampau Islam tampil sebagai suatu

agama dan peradaban yang sangat maju pesat bahkan pengaruhnya terasa mulai dari Afrika,

Eropa dan Asia. Pada zaman Dinasti Abbasiyah, di katakan sebagai masa menjamurnya

kesastraan dan ilmu pengetahuan serta ilmu-ilmu purbakala yang disalin ke dalam bahasa

Arab. Lahirlah pada masa itu sekian banyak penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli

hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli filsafat, tabib, ahli bangunan dan sebagainya.

Dinasti Abbasiyiah membawa Islam ke puncak kejayaan saat itu, dua pertiga bagian

dunia dikuasai oleh kekhalifahan Islam, Tradisi keilmuan berkembang pesat. Kesadaran akan

pentingnya ilmu pengetahuanlah yang mengundang terciptanya beberapa karya ilmiah seperti

terlihat pada abad ke 8 M. yaitu gerakan penerjemahan buku peninggalan kebudayaan Yunani

dan Persia yang dilakukan salah satunya oleh Ibnu Rusyid (Averos).

Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para

khalifah dan para pembesar lainnya mengantisipasi kemungkinan seluas-luasnya untuk

kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya khalifah adalah para ulama

yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan memuliakan pujangga. Kebebasan berpikir

sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan pikiran dibebaskan

dari belenggu taklid, yang menyebabkan orang sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam

segala bidang, termasuk bidang aqidah, falsafah, ibadah dan sebagainya.

Page | 1  Artikel  Perkembangan IPTEK Pada Masa Peradaban Islam 

Sejarah Peradaban Islam 

Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan

sejarahnya. Seperti arsitektur masjid Agung Cordoba Blue Mosque di Konstantinopel. atau

menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-

Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah

yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada. Saat itu banyak lahir tokoh

dunia yang kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah satunya adalah bapak

kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di Barat dengan nama Avicenna. Pada saat itu

tentara Islam juga berhasil membuat senjata bernama ‘manzanik’, sejenis ketapel besar

pelontar batu atau api. Ini membuktikan bahwa Islam mampu mengadopsi teknologi dari luar.

Pada abad ke-14, tentara Salib akhirnya terusir dari Timur Tengah dan membangkitkan

kebanggaan bagi masyarakat Arab. Peradaban Islam memang peradaban emas yang

mencerahkan dunia. Itu sebabnya menurut Montgomery, tanpa dukungan peradaban Islam

yang menjadi dinamonya, Barat bukanlah apa-apa. Wajar jika Barat berhutang budi pada

peradaban Islam.

Peradaban Islam yang begitu maju tersebut melahirkan banyak tokoh-tokoh ilmuan

Islam contoh beberapa diantaranya antara lain: Al khawarizmi, ia adalah seorang yang

menemukan ilmu aljabar di dalam matematika, Ibnu Sina, ia adalah pembuat buku tentang

kedoteran, Jabbir Ibnu Hayyan, seorang ahli kimia yang di kenal sebagai bapak kimia,

Albiruni, ia adalah orang yang meletakkan dasar-dasar satu cabang keilmuan tertua yang

berhubungan dengan lingkungan fisik bumi dan dia dinobatkan sebagai bapak antropologi

serta ideologi, Abu Alzahwari, penemu teknik patah tulang dan membuat kitab untuk

menyembuhkan luka pada saat operasi, Ibnu Haitham, dikenal sebagai bapak ilmu mata

yang mengurai bagaimana mata bekerja, dan Ar Razi, orang pertama yang bisa menjelaskan

tentang penyakit cacar dan juga alergi asma serta deman sebagai bagian daya mekanisme

tubuh.

Para ilmuan Islam tersebut mengkaji ayat A-Qur’an dan hadits dari Nabi Muhammad

untuk dicari dan dikorelaksikan dengan data dan fenomena yang terjadi dialam, selain itu

mereka juga menggabungkan dan mengkoreksi pemikiran-pemikiran para ahli atau filsuf

terdahulu misalnya Plato, Aristoteles & Socrates untuk menghasilkan sebuah ilmu baru.

Sebagai contoh penggunaan ayat Al-Qur’an dimasa ini untuk menemukan kebenaran sains

seperti dalam ilmu astronomi, kita menemukan ayat berikut: “Dan apakah orang-orang yang

kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang

padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu

Page | 2  Artikel  Perkembangan IPTEK Pada Masa Peradaban Islam 

Sejarah Peradaban Islam 

Page | 3  Artikel  Perkembangan IPTEK Pada Masa Peradaban Islam 

yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”(Q.S. Al-Anbiyaa [21]:30).

Ayat tersebut menjelaskan tentang proses penciptaan bumi dan setelah diteliti dan

dikorelasikan dengan data dan fenomena alam, ayat ini ternyata berhubungan dengan teori

“Big Bang” yang telah dikemukakan ilmuwan Barat. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an dan

ilmu pengetahuan alam tidak bisa dipisahkan dan Al-Qur’an merupakan tolak ukur kebenaran

dari suatu teori ilmu pengetahuan alam. Hal ini lah yang mendasari para ilmuan tersebut

untuk mengkaji dan mencari kebenaran dalam ilmu pengetahuan melalui firman Tuhan.

Seorang ahli psikolog barat bernama Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan

buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-

sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad.

Tidak hanya itu, Lebon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku bangsa Arab-Persia lah

yang dijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti Roger Bacon, Leonardo da Vinci,

Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas, Albertus Magnus dan Alfonso X dari

Castella. Belum lagi ribuan buku yang berhasil memberikan pencerahan kepada dunia. Itu

sebabnya, jangan heran kalau perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan Islam.

Perpustakaan al-Ahkam di Andalusia misalnya, merupakan perpustakaan yang sangat besar

dan luas. Buku yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya, perpustakaan ini sudah

memiliki katalog. Sehingga memudahkan pencarian buku. Perpustakaan umum Tripoli di

daerah Syam, memiliki sekitar tiga juta judul buku, termasuk 50.000 eksemplar Al-Quran dan

tafsirnya. Dan masih banyak lagi perpustakaan lainnya. Tapi sungguh naas, semuanya

dihancurkan Pasukan Salib Eropa dan Pasukan Tartar ketika mereka menyerang Islam.

Pada masa ini terjadi kemunduran IPTEK di dunia Islam, kaum Muslimin tidak lagi

mempunyai semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu. Bahkan sebagian mereka

menjauhkan diri dari ilmu pengetahuan, karena dianggap sekular dan produk Barat. Menurut

Prof. Dr. Abdus Salam, seorang ilmuwan Muslim asal Pakistan, kemunduran ilmu

pengetahuan dan teknologi di Dunia Islam lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor

internal umat Islam. Misalnya, terjadinya pemisahan dalam mempelajari ayat-ayat Qauliyah

dan ayat-ayat Kauniyah, kurang terjalinnya kerjasama antara ilmuwan Muslim dan penguasa

setempat untuk menjaga tradisi keilmuan di Dunia Islam, dan sikap mengisolasi diri terhadap

perkembangan IPTEK dunia luar. Tentunya hal ini sangat ironis, masyarakat Islam saat ini

hanya dianggap sebagai peengguna dan pengimpor teknologi dan bukan sebagai penemu

teknologi, jika peradaban Islam mau kembali berjaya seperti dulu, yang harus diubah terlebih

dahulu tentunya adalah mental, tekad dan pola pikir. (Dev).