tugas individu ii

10
Sejarah Peradaban Islam Tugas Individu Sejarah Peradaban Islam Artikel Perang Salib dan Dampaknya Bagi Politik & Ekonomi Oleh: Devan Firmansyah (2131000430391) Kelas 2013 H Jurusan Pendidikan Sejarah & Sosiologi “Aku tidak ingin berbicara persoalan agama. Disana hanya kutemukan orang-orang fanatik dan buta yang mengatasnamakan agama untuk melegalisasikan penindasan dan ketidakadilan. Menganggap dirinya memahami kalimat Tuhan dan menjadi satu-satunya representatif Tuhan di dunia. Karena Agama yang sebenarnya adalah apa yang ada dihatimu, Ia akan menuntunmu untuk menegakkan kesejahteraan, keadilan dan kebenaran. Karena itu merupakan alasan mengapa engkau dilahirkan.” -Kalimat Pendeta kepada Kesatria Salib dalam film Kingdom of Heaven- P erang salib merupakan sejarah yang memiliki cukup banyak sudut pandang dan sarat akan kepentingan. Umat Islam, Kristen bahkan Yahudi memiliki versi sejarah yang berbeda dalam perang salib. Satu kaum mengunggulkan “cerita” dalam sejarah perang salib terhadap kaum yang lain. Bagaimanapun, meskipun kondisi saat itu merupakan situasi dimana negara-negara di dunia sedang gencar-gencarnya melakukan ekspansi. Terlepas apakah perluasan kenegaraan tersebut terlepas dari sentimen agama maupun tidak. Namun, pada kenyataan yang terjadi dalam perang salib peperangan perluasan daerah “jajahan” tersebut mengatasnamakan agama. Meyakini bahwa agama yang mereka bawa sebagai penyelamat dan meyakini bahwa meninggal dalam peperangan merupakan jalan menuju surga. Terdapat perbedaan catatan sejarah mengenai terjadinya perang salib. Sebagian besar literatur menyebutkan bahwa terdapat sembilan peristiwa perang salib ditambah tiga peristiwa perang salib berdasarkan momentum peristiwa, sehingga tercatat dua belas peristiwa perang salib. Sementara Dr. Th. Van den End dan Dr. Christiaan de Jonge dalam buku Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam mengutarakan bahwa perang salib terjadi sebanyak tujuh kali. Sedangkan Dr. Badri Yatim, M.A. dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam membagi dalam 3 periode. Bahkan, untuk tahun peristiwa-pun terdapat perbedaan. Perbedaan ini berangkat dari standarisasi sudut pandang yang tidak sama mengenai perang salib, faktor, nilai yang terkandung dan dampaknya, meskipun berangkat dari fakta yang sama. Page | 1 Perang Salib dan Dampaknya Bagi Politik & Ekonomi

Upload: devan-firmansyah

Post on 21-Feb-2016

239 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Peradaban Islam

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Individu II

Sejarah Peradaban Islam  

Tugas Individu Sejarah Peradaban Islam 

Artikel Perang Salib dan Dampaknya Bagi Politik & Ekonomi

Oleh: Devan Firmansyah (2131000430391) 

Kelas 2013 H Jurusan Pendidikan Sejarah & Sosiologi

“Aku tidak ingin berbicara persoalan agama. Disana hanya kutemukan orang-orang

fanatik dan buta yang mengatasnamakan agama untuk melegalisasikan penindasan dan

ketidakadilan. Menganggap dirinya memahami kalimat Tuhan dan menjadi satu-satunya

representatif Tuhan di dunia. Karena Agama yang sebenarnya adalah apa yang ada

dihatimu, Ia akan menuntunmu untuk menegakkan kesejahteraan, keadilan dan kebenaran.

Karena itu merupakan alasan mengapa engkau dilahirkan.”

-Kalimat Pendeta kepada Kesatria Salib dalam film Kingdom of Heaven-

P erang salib merupakan sejarah yang memiliki cukup banyak sudut pandang

dan sarat akan kepentingan. Umat Islam, Kristen bahkan Yahudi memiliki

versi sejarah yang berbeda dalam perang salib. Satu kaum mengunggulkan

“cerita” dalam sejarah perang salib terhadap kaum yang lain. Bagaimanapun, meskipun

kondisi saat itu merupakan situasi dimana negara-negara di dunia sedang gencar-gencarnya

melakukan ekspansi. Terlepas apakah perluasan kenegaraan tersebut terlepas dari sentimen

agama maupun tidak. Namun, pada kenyataan yang terjadi dalam perang salib peperangan

perluasan daerah “jajahan” tersebut mengatasnamakan agama. Meyakini bahwa agama

yang mereka bawa sebagai penyelamat dan meyakini bahwa meninggal dalam

peperangan merupakan jalan menuju surga.

Terdapat perbedaan catatan sejarah mengenai terjadinya perang salib. Sebagian besar

literatur menyebutkan bahwa terdapat sembilan peristiwa perang salib ditambah tiga

peristiwa perang salib berdasarkan momentum peristiwa, sehingga tercatat dua belas

peristiwa perang salib. Sementara Dr. Th. Van den End dan Dr. Christiaan de Jonge dalam

buku Sejarah Perjumpaan Gereja dan Islam mengutarakan bahwa perang salib terjadi

sebanyak tujuh kali. Sedangkan Dr. Badri Yatim, M.A. dalam bukunya Sejarah Peradaban

Islam membagi dalam 3 periode. Bahkan, untuk tahun peristiwa-pun terdapat perbedaan.

Perbedaan ini berangkat dari standarisasi sudut pandang yang tidak sama mengenai perang

salib, faktor, nilai yang terkandung dan dampaknya, meskipun berangkat dari fakta yang

sama. Page | 1  

Perang Salib dan Dampaknya Bagi Politik & Ekonomi 

Page 2: Tugas Individu II

Sejarah Peradaban Islam  

A. Metodologi Sejarah

Sebagian besar orang menganggap bahwasanya sejarah merupakan bagian dari masa

lalu yang tidak perlu diketahui, apalagi dipelajari. Sejarah seakan menjadi “romantisme

patriotis” yang dibanggakan, dielukan atau bahkan mengecewakan. Tidak cukup banyak

orang yang menganalisa bahkan mengambil pelajaran berharga dari sejarah. Karena sejarah

memang tidak pernah berulang, akan tetapi pola sejarah akan tetap berulang. Seperti halnya

spiral, dimana putarannya tidak akan bertemu dengan putaran sebelumnya.

Dalam artikel ini, kami mencoba untuk memadukan berbagai literatur yang kami

dapatkan. Bukan untuk melakukan resume melainkan menganalisa menggunakan metodologi

penulisan sejarah yang diperkenalkan oleh Kuntowijoyo. Menghadirkan penulisan sejarah

perang salib menurut sudut pandang dan metodologi yang kami gunakan. Dua metode

penulisan sejarah yang kami gunakan yaitu, model lingkaran sentral dan model jangka

panjang-menengah-pendek. Model lingkaran sentral merupakan metodologi penulisan yang

mencoba untuk menganalisa keterkaitan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Dan sejauh

mana faktor-faktor yang berada di luar peristiwa dapat mempengaruhi terbentuknya peristiwa

tersebut. Karena dinamika sejarah merupakan alur logis dari serentetan peristiwa sejarah yang

saling bertautan.

Sedangkan model jangka panjang-menengah-pendek merupakan pendekatan

keberlangsungan sejarah dalam tiga fase. Pertama, ialah sejarah jangka panjang yang

perubahannya lamban, merupakan perulangan yang konstan dan perkembangan waktu yang

tidak dapat dilihat. Kedua, ialah perkembangan sejarah yang dapat dirasakan ritme dan

dinamika dari peristiwa sejarah. Ketiga, ialah sejarah jangka pendek yang serba cepat, pendek

dan terfokus pada titik tekan peristiwa sejarah.

Menggunakan dua metodologi di atas, kami lebih menitikberatkan pada faktor

terbentuknya dan dampak dari perang salib. Meskipun dampak perang salib tidak dapat kami

hadirkan sebagaimana pembahasan dalam faktor-faktor terbentuknya perang salib. Namun,

kami tetap mencoba untuk menghadirkan peristiwa “peperangan” salib sebaik mungkin.

Meskipun demikian, penggunaan model lingkaran interval dan model jangka panjang-

menengah-pendek dalam menganalisa perang salib sangat tergantung pada literatur yang

kami dapatkan. Terlebih literatur tersebut –seringkali- menyampaikan tafsiran subyektif

penulis atas peristiwa yang terjadi. Sehingga menjadi bias antara fakta sejarah dan “fakta”

penulis atas sejarah.

Page | 2  Perang Salib dan Dampaknya Bagi Politik & Ekonomi 

Page 3: Tugas Individu II

Sejarah Peradaban Islam  

B. Faktor Terbentuknya Perang Salib

Perang Salib merupakan sejarah yang tidak mudah terhapus dalam ingatan masyarakat

dunia. Bahkan ketika Paus Benediktus XVI secara “tidak sengaja”, memberikan kuliah di

Jerman, telah menghina umat muslim. Hal tersebut dianggap dapat menjadi pemicu perang

salib di abad ke-21 (Republika, 17 Sept. 2006). Namun, Paus bersedia untuk memberikan

klarifikasi dan memenuhi permintaan umat muslim dunia atas dirinya untuk memberikan

pernyataan maaf (Metro TV, 18 Sept. 2006, 17.00 WIB). Hal ini menunjukkan bahwasanya

perang salib teridentik sebagai perseteruan dua agama samawi, yaitu Islam dan Kristen.

a. Faktor Sejarah

Peristiwa (awal) penting terkait dengan perang salib, adalah ekspansi yang dilakukan

oleh Alp Arselan yaitu peristiwa Manzikart tahun 1071 M (464 H). Tentara Alp Arselan yang

berkekuatan 15.000 prajurit berhasil mengalahkan tentara berjumlah 200.000 orang; yang

terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Perancis dan Armenia. Dr. Badri

Yatim, M.A. menyebutkan bahwa peristiwa tersebut menanamkan benih permusuhan dan

kebencian orang-orang kristen terhadap umat Islam (2003: 76).

Pada tahun 1076 M (471 H) Dinasti Seljuk dapat merebut Bait Al-Maqdis dari

kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Seljuk, khalifah Abdul

Hakim, menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana.

Peraturan tersebut dirasakan sangat memberatkan mereka . Dan jauh sebelum kedua peristiwa

di atas terjadi; diperkirakan pada tahun 1009 tersebar berita di Eropa bahwa Gereja Sepulcher

dihancurkan oleh penguasa Mesir, al-Hakim bi Amr Allah .

Pada tahun 1085 raja-raja Kristen di Spanyol Utara melancarkan serangan untuk

merebut Spanyol dari tangan orang Islam. Gagasan menolong Byzantium, yang sedang

diserang tentara Turki, dan membebaskan Palestina telah dilontarkan oleh Paus Gregorius VII

(1073-1085). Namun, hal tersebut terhambat oleh perpecahan antara Byzantium dan Paus

dimana kedua belah pihak saling mengutuk dan melakukan tekanan kekuasaan; yang dimulai

sejak tahun 1054.

Page | 3  Perang Salib dan Dampaknya Bagi Politik & Ekonomi 

Page 4: Tugas Individu II

Sejarah Peradaban Islam  

b. Faktor Agama

Berbagai literatur umumnya menuliskan bahwa faktor utama dari sisi agama ialah

sejak Dinasti Seljuk merebut Baitul Maqdis dari Dinasti Fathimiyah. Ketika itu umat Kristen

merasa tidak lagi bebas untuk menunaikan ibadah (baca: berziarah) ke sana. Mereka yang

pulang dari ziarah sering mendapat perlakuan jelek dari orang-orang Seljuk. Selain itu

khalifah Abdul Hakim menaikkan pajak ziarah bagi orang-orang Kristen Eropa. Hal ini

memicu kemarahan Paus Urbanus II yang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan

perampokan dan sebuah kewajiban untuk merebut kembali Baitul Maqdis. Selain itu, Paus

juga menjanjikan kejayaan, kesejahteraan, emas, dan tanah di Palestina, serta surga bagi para

ksatria yang mau berperang.

Namun, perang salib tidak terlepas dari penyebaran agama Islam ke berbagai daerah

yang menjadi kota-kota penting dan tempat suci umat Kristen. Seperti halnya beberapa

kawasan Iran dan Syria (632), penaklukan Syria, Mesopotamia dan Palestina (636), Mesir

(637), penaklukan Cyprus dan Afrika Utara (645), peperangan melawan Byzantium (646)

kemudian terjadi peperangan di laut melawan Byzantium (647) hingga musnahnya kerajaan

Parsi pada tahun yang sama. Tidak hanya sampai disitu, penyebaran Islam juga

mengharuskan serangan atas Konstatinopel (677) kemudian terjadi kembali pada 716,

penaklukan Spanyol, Sind dan Transoksian (711) hingga serangan atas bagian selatan

Perancis (792). Serta berbagai peristiwa penaklukan lainnya dalam melakukan ekspansi serta

dakwah Islam.

c. Faktor Politik

Pada sinode di Clermont Perancis, Paus Urbanus II (1088-1099) memulai inisiatif

mempersatukan dunia Kristen (yang saat itu terbelah antara Romawi Barat di Roma dan

Romawi Timur atau Byzantium di Konstantinopel). Kebetulan saat itu raja Byzantium sedang

merasa terancam oleh ekspansi kekuasaan Saljuk, yakni orang-orang Turki yang sudah

memeluk Islam.

Ketika terasa cukup sulit untuk mempersatukan para pemimpin dunia Kristen dengan

ego dan ambisinya masing-masing, maka dicarilah suatu musuh bersama. Dan musuh itu

ditemukan: umat Islam. Sasaran jangka pendeknyapun didefinisikan: pembebasan tempat-

tempat suci Kristen di bumi Islam, termasuk Baitul Maqdis. Adapun sasaran jangka

panjangnya adalah melumat umat Islam.

Page | 4  Perang Salib dan Dampaknya Bagi Politik & Ekonomi 

Page 5: Tugas Individu II

Sejarah Peradaban Islam  

Sementara itu, umat Islam justru terpecah tidak hanya secara “pandangan” terhadap

agama, namun juga hingga politik. Mereka yang bersebarangan tidak dapat bersatu padu

dalam melawan Kristen. Hingga akhirnya Sholahudin al-Ayubi datang dan menyatukan

kembali.

d. Faktor Sosial-Ekonomi

Stratifikasi sosial masyarakat Eropa ketika itu terdiri atas kaum gereja, bangsawan

serta ksatria dan rakyat jelata. Mayoritas dari mereka adalah rakyat jelata yang harus tunduk

pada tuan tanah, terbebani pajak dan kewajiban lainnya. Gereja memobilisir mereka untuk

turut serta dalam perang salib dengan janji akan diberi kebebasan dan kesejahteraan yang

lebih baik bila dapat memenangkan peperangan.

Masyarakat Eropa memberlakukan dikriminasi terhadap rakyat jelata. Di Eropa

ketetapan hukum waris, bahwa hanya anak tertua yang berhak menerima waris. Jika anak

tertua meninggal, maka harta waris harus diserahkan kepada gereja. Hal ini menyebabkan

anak miskin meningkat; kemudian diarahkan untuk turut berperang.

Sementara, meluasnya daerah kekuasaan Islam berdampak pada beragam pola

pemahaman, budaya dan cara beragama. Sehingga nilai-nilai Islam sebagai rahmatan lil

alamin belum dapat meresapi seluruh daerah kekuasaan Islam. Tidak sedikit perlakuan buruk

yang dilakukan oleh kaum muslim terhadap orang-orang Kristen; utamanya mereka yang

hendak berziarah ke Baitul Maqdis. Namun, dengan meluasnya daerah kekuasaan,

perekonomian muslim di timur tengah mengalami kemajuan yang pesat.

C. Sejarah Perang Salib

a. Perang Salib I (1099)

Serangan salib pertama, pada tahuan 1099, di bawah Gottfried von Bouillon merebut

Yerusalem (Baitul Maqdis). Kemudian mendirikan negara-negara boneka di wilayah yang

diduduki tentara salib. Pasukan salib berkuasa di daerah Yerusalem tepatnya pada bulan Juli

1099. Mereka terus berada di kota ini sampai dikalahkan oleh Sholahudin al-Ayubi pada

tahun 1187. Dalam kekuasaan mereka, Dome of the Rock dijadikan gereja, sedangkan masjid

al-Aqsha dijadikan kantor pusat para Ksatria Biarawan (Knight Templar’s).

Page | 5  Perang Salib dan Dampaknya Bagi Politik & Ekonomi 

Page 6: Tugas Individu II

Sejarah Peradaban Islam  

b. Perang Salib II (1147-1149)

Pasukan salib berusaha merebut wilayah-wilayah di sepanjang pantai laut tengah, baik

yang dikuasai muslim maupun bukan, seperti wilayah Athena, Korinthia dan beberapa pulau-

pulau Yunani.

c. Perang Salib III (1189-1192)

Serangan salib ketiga terjadi setelah Sholahuddin al Ayubi berhasil mempersatukan

kembali wilayah-wilayah Islam di Mesir dan Syria. Pada 1171, Sholahuddin berhasil

menyingkirkan kekuasaan Fathimiyah di Mesir yang merupakan separatisme dari Khilafah di

Bagdad; dan mendirikan pemerintahan Ayubiah tahun 1175 M yang loyal kepada Khalifah.

Pada 1187 Sholahudin berhasil merebut kembali Yerusalem. Serangan salib ketiga

dipimpin oleh tokoh-tokoh Eropa yang terkenal, yaitu Friedrich I Barbarosa dari Jerman,

Richard I Lionheart dari Inggris dan Phillip II dari Perancis. Namun, di antara mereka terjadi

perselisihan dan persaingan yang tidak sehat. Sehingga Friedrich mati tenggelam, Richard

tertawan, dan Phillip bergegas kembali ke Perancis.

d. Perang Salib IV (1202-1204)

Perang salib keempat terjadi ketika pasukan salib dari Eropa Barat ingin mendirikan

kerajaan Norman (Eropa Barat) di atas puing-puing Yunani. Paus Innocentius III menyatakan

pasukan salib telah murtad. Di Konstatinopel (Roma) permintaan pendirian kerajaan Norman

menimbulkan perlawanan rakyat, hingga akhirnya tentara salib Eropa Barat membakar kota

tersebut. Kemudian mendudukan kaisar dari mereka; dimana sebelumnya selalu dikuasai oleh

orang Yunani.

e. Perang Salib Anak-anak (1212)

Peperangan pada tahun ini merupakan perang salib yang menoreh sejarah tersendiri

yang tidak akan dilupakan oleh dunia. Hanya 201 dari 50.000 anak-anak yang pergi ke Baitul

Maqdis kembali dalam keadaan masih hidup. Selama perjalanan sebagian dari mereka

meninggal karena kelaparan, dijual sebagai budak oleh kapten kapal dan sebagian lagi

ditawan sepanjang perjalanan ke Tanah Suci.

Page | 6  Perang Salib dan Dampaknya Bagi Politik & Ekonomi 

Page 7: Tugas Individu II

Sejarah Peradaban Islam  

f. Perang Salib V (1218-1221)

Paus Innocentius dan Konzil Lateran IV, yang juga menetapkan undang-undang dan

berbagai aturan anti Yahudi, mengumumkan serangan salib kelima. Untuk mendapatkan

kembali kontrol atas pasukan salib, jabatan raja Yerusalem digantikan oleh wakil Paus.

Jabatan sebagai raja Yerusalem hanyalah “formalitas de yure”, tanpa kekuasaan

sesungguhnya. Karena secara de facto, Yerusalem telah direbut kembali oleh Sholahuddin al

Ayubi.

g. Perang Salib VI (1228-1229)

Serangan salib keenam dipimpin oleh kaisar Jerman Freidrich II. Sebagai “orang yang

dimurtadkan” dia berhasil merebut kembali Jerusalem. Paus terpaksa mengakui dia sebagai

raja Yerusalem. Sepuluh tahun kemudian Yerusalem berhasil direbut kembali oleh kaum

muslimin.

h. Perang Salib VII (1248-1254)

Serangan salib ketujuh (1248-1254) dipimpin oleh IX dari Perancis yang telah

dinobatkan sebagai “orang suci” oleh Paus Bonifatius VIII. Meski di negerinya Ludwig

dikenal sebagai penegak hukum yang baik, namun ia tidak cakap memimpin organisasi

sehingga justru tertangkap di Mesir. Terdapat pula beberapa peristiwa peperangan setelah

perang salib ketujuh, namun mempertimbangkan keterkaitan dan konsistensi literatur,

terdapat kerancuan yang lebih besar terhadap apakah peristiwa tersebut merupakan bagian

dari perang salib atau tidak.

D. Dampak Perang Salib

Bangsa Eropa belajar berbagai disiplin ilmu yang saat itu berkembang di dunia Islam

lalu mengarangnya dalam buku-buku yang bagi dunia Barat tetap terasa mencerahkan.

Mereka juga mentransfer industri dan teknologi konstruksi dari kaum muslimin, sehingga

pasca perang salib terjadi pembangunan yang besar-besaran di Eropa. Gustav Lebon berkata:

“Jika dikaji hasil perang salib dengan lebih mendalam, maka didapati banyak hal yang sangat

positif dan urgen. Interaksi bangsa Eropa selama dua abad masa keberadaan pasukan salib di

dunia Islam boleh dikatakan faktor dominan terhadap kemajuan peradaban di Eropa. Perang

salib membuahkan hasil gemilang yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.”Page | 7  

Perang Salib dan Dampaknya Bagi Politik & Ekonomi 

Page 8: Tugas Individu II

Sejarah Peradaban Islam  

Perang salib menghabiskan aset umat Islam baik harta benda maupun putra-putra

terbaik. Kemiskinan terjadi karena seluruh kekayaan negara dialokasikan untuk perang.

Dekadensi moral terjadi karena perang memakan habis orang laki-laki dan pemuda.

Kemunduran ilmu pengetahuan terjadi karena umat Islam menghabiskan seluruh waktunya

untuk memikirkan perang sehingga para ulama tidak punya waktu untuk mengadakan

penemuan-penemuan dan karya-karya baru kecuali yang berhubungan dengan dunia perang.

Namun, peperangan salib selama kurang lebih 200 tahun telah memberikan warna

kepada dunia Islam dan Kristen. Utamanya dalam bidang pemikiran, peradaban, ilmu dan

teknologi. Bahkan, sejarah mencatat bahwa perang salib merupakan jembatan awal antara

kebudayaan Islam dan bangsa Eropa. Meskipun terdapat luka sejarah dan sensitifitas yang

mengiringi pertautan dua peradaban tersebut. Dan tetap membekas hingga saat ini dimana

kurang lebih 8 abad perang salib telah berlalu.

E. Epilog: Dialektika Antara Agama, Sosial dan Politik

Kami tidak dapat menemukan literatur yang menggambarkan dengan jelas mengenai

situasi politik, ekonomi, sosial dan intelektual pada masa per-perang salib dengan detail.

Karena sebagian besar literatur -baik buku, makalah maupun artikel internet- lebih menitik

beratkan pada faktor aktor dan sistem struktur “peperangan” dan “kepentingan politik”.

Bahkan sebagian literatur menggunakan sudut pandang yang memberikan alasan-alasan dan

melakukan pembenaran terjadinya perang salib atas nama agama.

Meskipun tidak mungkin untuk menutup diri dan melepaskan fakta mengenai adanya

“benturan” antara Kristen dan Islam pada saat itu. Perang salib terjadi tidak hanya terkait

dengan persoalan agama, namun juga terkait persoalan politik dan kondisi sosial. Karena

dalam ranah kenegaraan, agama tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya pengaruh politik dan

sosial. Dan hal ini tidak hanya terjadi di pihak Kristen –Eropa- namun juga Islam –Timur

Tengah.

Pandangan dunia saat ini, menganggap Islam adalah agama yang dibangun dari

landasan terorisme. Dimana pilar-pilar kesuksesan dakwahnya dibangun diatas darah dan

teror terhadap rakyat sipil. Hal ini tidak terlepas skenario besar yang memanfaatkan sejarah;

dengan mencitrakan bahwasanya terjadinya perang salib merupakan upaya pembelaan diri

umat Kristiani terhadap “penjajahan” umat Islam sejak tahun 632 masehi. Menjadi sebuah

perenungan bagi umat Islam saat ini, sebagaimana yang disampaikan oleh Edward W. Said,

mengenai bagaimana kekuatan media dan pengetahuan pakar telah menentukan cara pandang

Page | 8  Perang Salib dan Dampaknya Bagi Politik & Ekonomi 

Page 9: Tugas Individu II

Sejarah Peradaban Islam  

kita terhadap dunia, dan cara pandang dunia terhadap kita.

Perang Salib mungkin telah usai, akan tetapi perang salib berikutnya merupakan

perang pemikiran. Sebagaimana banyak dikutip oleh ulama dan cendekiawan muslim dunia.

Namun yang perlu dicermati bahwasanya perang pemikiran tersebut bukan sekedar perang

dalam tataran dakwah agama. Melainkan bagaimana memanfaatkan kekuatan pengetahuan,

negara, politik, ekonomi dan media untuk menyudutkan umat Islam. Dan harus kita akui

bersama, bahwasanya umat Islam sangatlah lemah dalam memanfaatkan “organ sayap”

perang pemikiran tersebut.

“Sekalipun gelapnya malam telah merampas semangat dan senyuman dari mataku,

namun ia tidak dapat menyembunyikan nyala semangat perjuangan dari hatiku”

Sumber Artikel: Adzrohanimah. 2010. Perang Salib dan Dampaknya. Diakses dari dan

teersedia di: https://adzrohanimah.wordpress.com/2010/08/17/perang-salib-dan-dampaknya/

Tanggal Akses: 31 Oktober 2015: 18:09 WIB.

Analisis Artikel

Telah dijelaskan diatas bahwa perang salib terjadi karena banyak faktor kepentingan

antara lain ekonomi, politik dan juga agama. Para tokoh yang terlibat dari perang salib

tersebut mengunakan legitimasi atas nama “agama” untuk memuluskan berbagai macam

kepentingan mereka hal ini benar adanya. Agama dijadikan tameng alasan untuk menguasai

suatu daerah dan kekayaannya. Dalam agama Islam, penganutnya ingin menyebarkan

agamanya begitu pun juga umat Kristen karena telah kita ketahui sebelumnya bahwa kedua

agama tersebut adalah agama “misi” yang wajib disebarkan menurut pandangan agamanya

dengan mengatasnamakan perintah Tuhan.

Dalam sejarah perkembangannya, agama Islam sangatlah pesat pengaruhnya langsung

meluap dari dataran Arabia ke Asia dan Eropa, berbagai pengetahuan dan teknologi yang

maju telah ditemukan para cendekiawan Muslim sehingga menambah maju peradaban

mereka. Sementara disisi lain peradaban Kristen mengalami masa ‘dark age’ yang cukup

lama. Pertemuan keduanya menyadarkan bahwa peradaban Kristen cukup tertinggal dari

peradaban Islam. Mereka merasa terjajah oleh perkembangannya dan hal ini pulalah yang

menjadi salah satu penyebab konflik karena umat Kristen merasa terjajah baik secara

ekonomi maupun hak beribadah mereka karena kota suci mereka direbut oleh umat Islam.

Page | 9  Perang Salib dan Dampaknya Bagi Politik & Ekonomi 

Page 10: Tugas Individu II

Sejarah Peradaban Islam  

Page | 10  Perang Salib dan Dampaknya Bagi Politik & Ekonomi 

Perang salib yang panjang seperti dijelaskan diatas terus berpengaruh pada masa masa

selanjutnya. Ketika transfer ilmu terjadi atas pertemuan kedua peradaban tersebut makan

peradaban Kristen bangkit. Sebagai contoh saat laut Mediterania dikuasai umat Islam Turki,

dan kegiatan perdagangan dikuasai oleh umat Islam maka para orang-orang Kristen ini

memutar otak untuk mencari jalan keluar. Mereka membuka rute-rute baru menuju sumber-

sumber bahan dagangan yang mereka butuhkan misalnya rempah & rempah dan emas

sekaligus mereka berkeinginan untuk menyebarkan agamanya. Akhirnya benua-benua baru

ditemukan dan penjajahan atas benua Asia, Afrika, Australia dan Amerika dimulai. Para

penjajah ini berhasil mengeruk keuntungan dari jajahan mereka sehingga menjadi makmurlah

negara-negara mereka itu.

Disisi lain umat Islam cukup tertinggal karena banyak faktor baik dari dalam

maupaun faktor luar seperti perpecahan diantara umatnya sendiri dan dampak banyak

kehilangan harta dan orang-orang terbaiknya, para cendekian muslim saat perang salib

banyak juga kurang meluangkan waktu untuk memikirkan karya-karya dan penemuan terbaru

mereka dikarenakan waktu. Biaya dan tenaganya habis digunakan untuk memikirkan perang

yang menguras tenaga. Sehingga dalam bidang ekonomi dan politik sekarang dikuasai oleh

barat bahkan orang-orang barat ini memanfaatkan kekuatan pengetahuan, negara, politik,

ekonomi dan media untuk menyudutkan umat Islam. Dan harus kita akui bersama,

bahwasanya umat Islam sangatlah lemah dalam memanfaatkan “organ sayap” perang

pemikiran tersebut seperti yang dipaparkan dalam artikel diatas.

Kiranya jika ingin berjaya lagi seperti sedia kala maka umat Islam harus bersatu mulai

menggali lagi ajaran yang telah diturunkan dari Tuhannya, fokus dalam membangun dan

menemukan ilmu pengetahuan dan mulai berpikiran ‘terbuka’. Niscaya umat Islam dapat

kembali berjaya atau bahkan lebih berjaya dari pada masa sebelum perang salib berlangsung.

Semoga (Dev).

*****************************