tugas antropologi
TRANSCRIPT
Tugas Antropologi
Pembimbing : Bapak Kasim Sembiring., SH., M.Si.
“Antropologi Kebudayaan”
Kelompok Tutorial :
1. Shinta Novadela Widiyanto (121610101028)
2. Farah Alvira (121610101029)
3. Putri Rahmawati Yusuf (121610101030)
4. Bestarika Yuri Rachmaniar (121610101031)
5. Ika Ayu Fatimah (121610101032)
6. Citra Ayu Mawaddah (121610101033)
7. Cintya Rizki Novianti (121610101034)
8. Balqis Fildzah Badzlina (121610101035)
9. Ilonavia Satiti (121610101036)
10. Dwi Riski Saputra (121610101037)
11. Fadhillah Kurniasari (121610101041)
12. Anggun Octaviearly P. (121610101042)
13. Arum Kartika Dewi (121610101043)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS JEMBER
2012
i
DAFTAR ISI
1. Cover.................…….……………………………....……… i
2. Daftar isi................................................................................. ii
3. Kata Pengantar....…………………………………………... iii
4. Gambar................................................................................... 1
5. Kajian Teori........…………………………………………… 2
6. Penutup......…….…………………………………………… 20
7. Daftar Pustaka…....……………………………………….… 22
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya. Penulis
sampaikan terima kasih atas terselesaikannya makalah “Antropologi
Kebudayaan”. Makalah antropologi ini penulis susun guna memenuhi tugas mata
kuliah Antropologi.
Dalam makalah ini penulis menampilkan pengertian dan penjabaran diri
manusia, dengan maksud agar para pembaca dapat memahami dan mengerti arti
dari seorang manusia, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
masyarakat. Penulis sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu atas terselesaikannya makalah ini. Terutama kepada bapak Kasim
SH.,M.Si atas bimbingan guna terselesaikannya makalah ini. Semoga makalah
antropologi ini dapat bermanfaat bagi semua orang, khususnya kepada pembaca
yang ingin mengenal dirinya sendiri.
Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya
makalah Antropologi ini.
Jember, 7 September 2012
Penyusun
iii
GAMBAR
1
KAJIAN TEORI
Antropologi adalah ilmu yang memahami sifat-sifat semua jenis manusia
baik tingkah laku individu atau tingkah laku kelompok. Tingkah -laku yang
dipelajari disini bukan hanya kegiatan yang bisa diamati dengan mata saja, tetapi
juga apa yang ada dalam pikiran mereka. Pada manusia, tingkah laku ini
tergantung pada proses pembelajaran. Apa yang mereka lakukan adalah hasil dari
proses belajar
Ada 6 pemahaman pokok mengenai budaya yaitu :
1. Definisi deskriptif
Cenderung melihat budaya sebagai totalitas komprehensif yang menyusun
keseluruhan hidup sosial sekaligus menunjukkan sejumlah ranah (bilang
kajian) yang membentuk budaya.
2. Definis historis
Cenderungmelihat budaya sebagai warisan yang di alih turunkan dari
generasi satu ke generasi berikutnya.
3. Definisi normatif
Bisa mengambil 2 bentuk. Yang pertama, budaya adalah aturan/jalan
hidup yang membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang konkrit.
Yang kedua, menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku.
4. Definis psikologis
Cenderung memberi tekanan pada peran budaya sebagai piranti
pemecahan masalah yang membuat orang bisa berkomunikasi, belajar,
atau memenuhi kebutuhan material maupun emosionalnya.
5. Definisi struktural
Mau menunjuk pada hubungan atau keterkaitan antar aspek-aspek yang
terpisah dari budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah
abstraksi yang berbeda dari perilaku konkrit.
2
6. Definisi genetis
Cenderung melihat budaya lain dan interaksi antar manusia dan tetap bisa
bertahan karena ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Definisi kebudayaan dalam Antropologi menurut Ralph Linton :
“Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan
tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih
tinggi dan lebih diinginkan”.
1. KOGNITIF, AFEKTIF, PSIKOMOTOR
Menurut Taksonomi yang dibuat oleh benjamin s. Bloom tujuan pendidikan
dibagi menjadi tiga yaitu:
- Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.
- Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi,
dan cara penyesuaian diri.
- Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,
mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku
yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks.
1.1 KOGNITIF
1.1.1 DOMAIN KOGNITIF
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat
susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris,
3
2006). Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah
pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah
perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976).
Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini
menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu
konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi
setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman,
memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan,
membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk
kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para
ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan
pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana
tingkah laku itu terjadi.
Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang
proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang
yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud
adalah:
Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat
kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama,
istilah, ide, rumus-rumus, dsb. Hasil belajar dari
pengetahuan tingkat rendah
Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
diingat. Hasil belajarnya lebih maju dibandingkan dengan
pengetahuan.
Penerapan (application)
4
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-
metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan
sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Hasil
belajarnya lebih tinggi dibanding pemahaman
Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-
bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan
di antara faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor
lainnya. Hasil belajarnya lebih tinggi dari pemahaman dan
penerapan.
Sintesis (syntesis)
Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-
bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma
menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk
pola baru. Hasil belajarnya menekankan pada perilaku
kreatif
Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Penilaiann/evaluasi disini merupakan kemampuan
seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan
pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu
pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau
kriteria yang ada. Hasil belajarnya merupakan tingkatan
kognitif paling tinggi karena berisi unsur dari semua
kategori
1.1.2 TUJUAN
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir
yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
5
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk
memecahkan masalah tersebut.
1.1.3 CIRI-CIRI RANAH PENILAIAN KOGNITIF
Berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya
kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis,
mensistesis dan kemampuan mengevaluasi.
1.2 AFEKTIF
1.2.1 DOMAIN AFEKTIF
Domain afektif dibagi menjadi empat bagian yakni :
Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di
lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa
mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan
mengarahkannya. Hasil belajarnya adalah kemampuan untuk
membedakan atau menerima perbedaan.
Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di
lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan
kepuasan dalam memberikan tanggapan. Hasil belajarnya
berupa suatu komitmen untuk berperan serta berdasarkan
penerimaan
Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada
suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar
pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang
diekspresikan ke dalam tingkah laku. Hasil belajarnya
keinginan untuk diterima,diperhatikan dan dinilai orang lain
Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik
di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang
konsisten. Hasil belajarnya kemampuan mengatur dan
6
mengelola sesuatu secara harmonis dan konsisten
berdasarkan pemilikan filosofi yang dihayati.
Bermuatan Nilai (Characterisation by Value)
Merupakan tindakan puncak dalam perwujudan perilaku
seseorang yang secara sejalan dengan nilai atau seperangkat
nilai nilai yang dihayati secara mendalam. Hasil belajarnya
merupakan perilaku seimbang harmonis dan bertanggung
jawab dengan standar nilai yang tinggi.
1.2.2 CIRI-CIRI
- perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang
- perilaku harus tipikal perilaku seseorang. (Andersen, 1981:4)
1.3 PSIKOMOTOR
1.3.1 DOMAIN PSIKOMOTOR
Adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik.
Menurut Dave (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi
lima kategori yaitu:
Gerakan refleks
Merupakan tindakan yang ditunjukan tanoa belajar dalam
menanggapi stimulus.
Gerakan Dasar
Merupakan pola yang diwarisi yang terbentuk berdasarkan
campuran gerakan refleks dan gerakan yang lebih komplek
Gerakan Tanggap (perceptual)
Penafsiran terhadap segala rangsangan yang membuat
seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Hasil belajarnya berupa kewaspadaan berdasarkan
perhitungan dan kecermatan.
7
Kegiatan fisik
Merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan
otot,kekuatan mental,ketahanan,kecerdasan,kegesitan,dan
kekuatan suara.
Komunikasi tidak berwacana
Merupakan kominikasi melalui gerakan tubuh. Gerakan
tubuh merentang dari ekspresi mimik muka,sampai
gerakan koreografi yang rumit.
Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi
hasil belajar apabila peserta didik telah menunjukkan
perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang
terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan
materi kedisiplinan menurut agama Islam sebagaimana
telah dikemukakan pada pembiraan terdahulu, maka wujud
nyata dari hasil psikomotor yang merupakan kelanjutan
dari hasil belajar kognitif afektif itu adalah:
1. Peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama
Islam tentang contoh-contoh kedisiplinan yang telah
ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para
ulama dan lain-lain;
2. Peseta didik mencari dan membaca buku-buku,
majalah-majalah atau brosur-brosur, surat kabar dan
lain-lain yang membahas tentang kedisiplinan;
3. Peserta didik dapat memberikan penejelasan kepada
teman-teman sekelasnya di sekolah, atau kepada adik-
adiknya di rumah atau kepada anggota masyarakat
lainnya, tentang kedisiplinan diterapkan, baik di
8
sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah
kehidupan masyarakat;
4. Peserta didik menganjurkan kepada teman-teman
sekolah atau adik-adiknya, agar berlaku disiplin baik
di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah
kehidupan masyarakat;
5. Peserta didik dapat memberikan contoh-contoh
kedisiplinan di sekolah, seperti datang ke sekolah
sebelum pelajaran di mulai, tertib dalam mengenakan
seragam sekolah, tertib dan tenag dalam mengikuti
pelajaran, di siplin dalam mengikuti tata tertib yang
telah ditentukan oleh sekolah, dan lain-lain;
6. Peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan
di rumah, seperti disiplin dalam belajar, disiplin
dalam mennjalannkan ibadah shalat, ibadah puasa, di
siplin dalam menjaga kebersihan rumah, pekarangan,
saluran air, dan lain-lain;
7. Peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan
di tengah-tengah kehidupan masyarakat, seperti
menaati rambu-rambu lalu lintas, tidak kebut-kebutan,
dengan suka rela mau antri waktu membeli karcis, dan
lain-lain, dan Peserta didik mengamalkan dengan
konsekuen kedisiplinan dalam belajar, kedisiplinan
dalam beribadah, kedisiplinan dalam menaati
peraturan lalu lintas, dan sebagainya.
2. IQ, ES, & SQ
Kecerdasan yang dimiliki manusia merupakan sejumlah potensi insani yang
bisa membawa kita pada puncak keberhasilan. hingga saat ini kecerdasan yang
9
masih dianggap berpengaruh penting dalam keberhasilan berupa Intellegent
Quotient, Emotional Quotient dan Spiritual Quotient, atau kecerdasan otak,
kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual.Antara kecerdasan emosi (EQ),
kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan intelektual (IQ) sangat berkaitan erat
satu dengan yang lain.
IQ, EQ, SQ dan ESQ adalah penggambaran dari potensi manusia sebagai
makhluk paling cerdas dan kompleks di muka bumi. Pembagian ini mewakilkan
dari banyak potensi kecerdasan manusia yang didefinisikan secara umum.
2.1 INTELLIGENCE QUOTIENT
2.1.1 PENGERTIAN IQ
Menurut buku Mengatasi Kesulitan Kesulitan dalam Pendidikan
Anak oleh Oleh Suhartin IQ adalah umur kecerdasan dibagi umur
tahun dikalikan seratus. Menurut Pelatihan Nasional Guru Se-
Indonesia Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ
merupakanistilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang
pertama kalidiperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari
Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari
Universitas Stanford berusaha membakukantest IQ yang
dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma
populasi,sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test
Stanford-Binet. Padamasanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan
kecerdasan tunggal dari setiapindividu yang pada dasarnya hanya
bertautan dengan aspek kognitif dari setiapmasing-masing individu
tersebut. Kecerdasan intelektual (IQ) diyakini menjadi sebuah
ukuran standar kecerdasan selama bertahun-tahun
2.1.2 MENGOPTIMALISASIKAN IQ
Selain dengan asupan gizi yang cukup dan seimbang ke dalam
tubuh, untukmengoptimalisasikan kecerdasan intelektual atau IQ
10
dapat diupayakan dengan melatih 7 kemampuan primer dari
inteligensi umum, yaitu :
a. Pemahaman verbal,
b. Kefasihan menggunakan kata-kata,
c. Kemampuan bilangan,
d. Kemampuan ruang,
e. Kemampuan mengingat,
f. Kecepatan pengamatan,
g. Kemampuan penalaran
2.2 EMOTIONAL QUOTIENT
2.2.1 PENGERTIAN EQ (EMOTIONAL QUOTIENT)
Emotional (emosi) adalah letupan perasaan seseorang.
Sedangkan untuk pengertian secara umum dari Emotional Quotient
adalah kecerdasan emosi. Kecerdasan emosional atau EQ bukan
didasarkan pada kepintaran seseorang melainkan pada sesuatu yang
dahulu disebut karakteristik pribadi. Beberapa ahli juga mengatakan
bahwa pengertian dari EQ adalah :
a. Menurut DANIEL GOLEMAN , EQ adalah Kemampuan
untuk mengenali perasaan sendiri, perasaan orang lain,
memotivasi diri sendiri, mengelola emosi dengan baik dan
berhubungan dengan orang lain.
b. Menuru PETER SALOVELY & JOHN MAYER , EQ adalah
Kemampuan mengerti dan mengendalikan emosi.
c. Menurut SEAGEL , EQ adalah Bertanggung jawab atas harga
diri, kesadaran diri, kepekaan sosial dan adaptasi sosial.
d. Menurut RAUVEN BARON , menyatakan bahwa kecerdasan
emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan
kecakapan nonkognitif yang mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan
lingkungan.
11
e. Menurut MAYER, SALOVEY DAN DAVID CARUSA , EQ
adalah Kemampuan untuk memproses informasi emosional,
yang secara khusus melibatkan persepsi, perpaduan,
pengertian, dan mengolah emosi”. (Mayer and Cobb,2000).
Dalam pengertian ini mengandung empat cabang dari
kemampuan mental, yakni:
- identifikasi emosional, persepsi, dan ekspresi
(kemampuan mengenali emosi wajah/mimik muka, musik
dan ceritera-ceritera)
- fasilitas/kemudahan pemikiran emosional (kemampuan
yang menghubungkan emosi dengan sensasi mental lain
seperti rasa dan warna) dan penggunaan emosi dalam
pemikiran dan pemecahan masalah (memadukan emosi
dalam berfikir),
- pemahaman emosi (melibatkan pemecahan masalah-
masalah emosi seperti mengetahui emosi yang sama atau
kebalikannya dan hubungan yang ada di dalamnya, (4)
pengolahan emosi (implikasi aksi sosial dalam emosi dan
aturan dari emosi itu sendiri).
2.2.2 MENINGKATKAN EQ
EQ memiliki beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebagai
langkah awal guna meningkatkan kecerdasan emosi. Para ahli
mengungkapkan aspek-aspek yang termasuk dalam kemampuan diri
untuk meningkatkan kecerdasan emosi. Menurut SALOVELY &
GOLEMAN , aspek-aspek tersebut adalah :
- Kemampuan mengenal diri (kesadarandiri).
- Kemampuan mengelola emosi (penguasaandiri).
- Kemampuanmemotivasidiri.
- Kemampuanmengendalikanemosi orang lain.
- Kemampuanberhubungandengan orang lain (empati).
12
Yang kemudian di dukung oleh PETER dan menambahkan
1buah aspek untuk meningkatkan kecerdasan emosi yaitu
Ketrampilan Sosial. Dalam buku “The Emotionally Intelligent
Workplace” karya GOLEMAN bahwa perilaku EQ tidak bisa hanya
dilihat dari sisi setiap kompetensi EQ melainkan harus dari satu
dimensi atau setiap clusternya. Dikatan pula bahwa ada kaitan antara
dimensi EQ yang satu dengan lainnya. Jadi tidak mungkin memilik
ketrampilan sosial tanpa memiliki kesadaran diri, pengaturan diri
maupun kesadaran sosial.
2.2.3 MENINGKATKAN KETRAMPILAN SOSIAL
Menurut Dr. Patricia Patton , membangun benteng untuk
mencapai keterampilan Emosional sangatlah penting. Cara-cara
untuk meningkatkan khususnya ketrampilan sosial yaitu :
1. Paham pentingnya peran emosi dan pemahaman yang
memungkinkan anda merasakan perbedaan besar dalam
bagaimana kita mengendalikan emosi.
2. Mengekspresikan kenyataan bahwa tidak seorang pun
memiliki perasaan yang sama tentang persoalan yang
serupa.
3. Mengekang emosi adalah tindakan yang tidak sehat yang
dapat mengarahkan kita kepada hal-hal yang negative.
4. Mempertajam intuisi pemecahan masalah.
5. Mengetahui keterbatasan diri sendiri.
6. Memungkinkan orang lain menjadi diri sendiri.
7. Mengetahui diri sendiri dan menghargai potensi yang kita
miliki.
8. Mengetahui pentingnya kasih sayang, perhatian, dan
berbagi bersama.
2.2.4 Kriteria EQ
Menurut MAYER , kriteria EQ adalah :
13
Empati
Mengungkapkan dan memahami perasaan
Mengendalikan amarah
Kemandirian
Kemampuan menyesuaikan diri
Disukai
Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
Ketekunan
Kesetia kawanan
Keramahan
Sikap hormat
2.3 SPIRITUAL QUOTIENT
2.3.1 PENGERTIAN SQ
SQ adalah kemampuan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai
perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan
dalam melihat makna yang ada dibalik kenyataan.
2.3.2 INDIKASI SQ
Indikasi untuk spiritual quontient menurut Danah Zohar & Ian
Marshal meliputi :
a. Kemampuan untuk menghayati nilai dan makna
b. Memiliki kesadaran diri
c. Fleksibel dan adaptif
d. Cenderung untuk memandang sesuatu secara holistic
e. Cenderung untuk mencari jawaban-jawaban fundamental
atas situasi-situasi hidupnya
Spiritual adalah inti dari pusat diri sendiri. Kecerdasan spiritual
adalah sumber yang ilhami, menyemangati dan mengikat diri
14
seseorang kepada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu (Agus N.
Germanto, 2001)
2.3.3 CIRI – CIRI SQ TINGGI
a. Memiliki prinsip dan visi yang kuat.
b. Mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman.
c. Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan
penderitaan.
d. Mampu memaknai setiap sisi kehidupan.
e. Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan
penderitaan.
2.3.4 3 PRINSIP UTAMA BAGI ORANG YANG
SPIRITUALNYA TINGGI :
Prinsip kebenaran.
Prinsip Keadilan.
Prinsip Kebaikan.
Suatu ungkapan seorang pakar :
“NO RELIGION WITHOUT MORAL, NOMORAL
WITHOUT LAW”
Oleh karena itu SDM sebagai pelaksana suatu profesi
haruslah yang beraga dalam arti beriman dan bertakwa,
bermoral dalam arti taat pada hukum.
2.4 FUNGSI IQ, EQ DAN SQ
- Fungsi IQ
IQ adalah "What I think think" (apa yang saya pikirkan)
untuk mengelola kekayaan fisik atau materi (Physical
Capital);
- Fungsi EQ
EQ adalah"What I feel feel" (apa yang saya rasakan) untuk
mengelola kekayaan social (Social Capital)
15
- Fungsi SQ
SQ adalah "Who am I I“ (siapa saya) untuk mengelola
kekayaan spiritual (Spiritual Capital)
2.5 PENERAPAN IQ-EQ-SQ DALAM KEHIDUPAN
IQ, EQ, dan SQ bisa digunakan dalam mengambil keputusan tentang
hidup kita. Seperti yang kita alami setiap hari, keputusan yang kita buat,
berasal dari proses :
1. merumuskan keputusan,
2. menjalankan keputusan atau eksekusi,
3. menyikapi hasil pelaksanaan keputusan.
16
3. CIPTA, RASA, KARSACipta berarti keinginan menciptakan sesuatu (tahap awal berada dalam
pikiran). Dibutuhkan kekuatan visualisasi atau daya cipta terhadap keinginan itu.
Tahap berikutnya adalah rasa atau merasakan sesuatu yang tercipta dalam pikiran.
Sesuatu yang kita ciptakan dalam pikiran seolah-olah sudah maujud dan kita dapat
merasakan kehadirannya.
Setelah sesuatu tercipta dalam pikiran yang disusul dengan merasakan
hasil ciptaannya, maka timbullah keinginan apa yang disebut dalam bahasa jawa
yaitu , Karsa. Karsa adalah berupaya mewujudkan keinginan tersebut secara
nyata, sehingga dapat dilihat, disentuh dan dimanfaatkan (berdaya guna). Inilah
kekuatan yang menggerakkan segala Cipta dan Rasa itu menjadi terlaksana.
Secara Fisik, kita bisa menempatkan unsur-unsur tersebut dalam tubuh
manusia. Untuk Cipta berada di Kepala manusia, Rasa di Dada Manusia, dan
Karsa terletak di perut manusia. Makanya tidak heran Hati biasa dikatakan di
dada, karena Rasa merupakan manifestasi dari Hati.
Bagi orang-orang yang telah mengenal diri pribadinya, seharusnya sudah
bisa mengatur Tridaya ini sehingga menjadi suatu kekuatan yang
manunggal/menyatu. Dalam bukunya Karya Agung, Ki Ageng Nitiprana
menjelaskan bahwa sangat sulit untuk menentukan dari ketiga daya ini yang
bergerak lebih dahulu. Memang ada kalanya Cipta, adakalanya Rasa, tapi ada
kalanya juga Karsa/tekad yang menggerakkan kekuatan-kekuatan yang
menimbulkan pekerti dalam diri kita.
Sebagai contoh ada seseorang bernama si fulan yang sudah mengenal diri
pribadinya,mencoba mendapatkan apa yang ia cita-citakan. Ia mencita-citakan
ingin mendirikan sebuah penerbitan. Si fulan yang saat itu tidak mengetahui sama
sekali tentang penerbitan kemudian menggunakan Ciptanya. Ia mulai
menggambarkan dalam batinnya sebuah buku yang bisa ia cetak dan terbitkan
sendiri, ia menggambar detail dari proses membuat buku tersebut. Tetapi karena
tidak didukung dua kekuatan tridaya yang lainnya maka cita-citanya tersebut agak
tersendat. Kemudian ia memperbaiki caranya. Pada saat menggambar kembali
terhadap cita-citanya tersebut, ia mengikutsertakan kekuatan Karsa/kehendak
17
yang menggebu-gebu, sehingga muncullah perasaan yang menyelimutinya atas
cita-cita itu. Jadi setelah Tridaya itu menyatu, antara gambar yang ia buat,
kemudian tekad yang membaja, serta persaan yang membuat yakin atas cita-
citanya maka seketika itu pintu terbuka dan dihadapan terbuka jalan untuk
mewujudkan cita-citanya, seakan dimudahkan proses terwujudnya mendirikan
penerbitan, ia melaluinya dengan mudah. Sehingga cita-citanya terwujud dan
menjadi kenyataan.
Jadi setiap orang dan setiap kasus berbeda-beda dalam menggunakan
Tridaya ini. Hampir setiap hari, setiap detik kita menggunakan kekuatan tridaya,
tapi sayangnya kita tidak pernah memperhatikan prosesnya dan menyadarinya.
Apabila kita mampu mengelolanya dengan baik sehingga mampu
memanunggalkan tridaya tersebut, maka tidak ada yang tidak mungkin dalam
hidup ini. Bila sempurna Gambarnya (Cipta), Sempurna Rasanya (Rasa) dan
Sempurna tekadnya (karsa) maka akan terwujudlah apa yang dicita-citakan.
3.1 CARA MENERAPKAN CIPTA, RASA, DAN KARSA
3.1.1 CIPTA
Proses penerapan cipta ini menggunakan kekuatan pikiran dan
imajinasi. Pada saat berdoa atau memohon kepada Tuhan, maka kita
harus mengetahui apa yang kita minta atau mohonkan itu. Sehingga
kita harus memahami arti dan makna dari doa-doa yang kita
panjatkan. Agar daya cipta terhadap apa yang kita inginkan menjadi
jelas, tulislah apa yang diinginkan tersebut dengan jelas. Kemudian
lakukanlah visualisasi terhadap keinginan itu. Untuk mempermudah
visualisasi, gunakanlah gambar atau foto. Katakanlah kita
menginginkan rumah, maka ambillah gambar rumah, lalu letakkan di
manapun kita dapat melihatnya setiap saat. Gambar tersebut akan
membantu kekuatan daya cipta terhadap apa saja yang kita inginkan.
Visualisasi adalah salah satu daya cipta yang sangat kuat dalam
benak kita. Ketika memvisualisasikan sesuatu, seolah-olah kita
sedang membentuknya.
18
3.1.2 RASA
Cara menerapkannya menggunakan kekuatan perasaan batin
atau emosi jiwa. Setelah kita menggunakan daya cipta terhadap
keinginan, maka dilanjutkan dengan merasakan dalam batin bahwa
keinginan tersebut telah hadir dan dirasakan. Inilah sebenarnya yang
dimaksud agar dalam berdoa harus dilakukan dengan sungguh-
sungguh dan yakin doanya pasti dikabulkan.
3.1.3 KARSA
Karsa bermakna keinginan atau kemauan yang kuat. Apabila
dalam tahap cipta dan rasa, keinginan-keinginan itu masih tak kasat
mata, maka dalam tahap selanjutnya keinginan itu harus diupayakan
maujud sehingga dapat dilihat, disentuh dan dimanfaatkan sesuai
kebutuhan. Karsa berarti kekuatan untuk mewujudkan keinginan
tersebut menjadi nyata.
19
PENUTUP
Simpulan
Di dalam diri manusia terdapat kecerdasan dasar yang berupa IQ, EQ, dan
SQ, yang ketiganya saling berkaitan dan mempengaruhi. Dari potensi tersebut
terciptalah kognitif, afektif, dan psikomotor yang merupakan perwujudan dari IQ,
EQ, dan SQ. Keseluruhan potensi tersebut dapat menghasilkan cipta, rasa dan
karsa, sehingga tercipta sebuah budaya. Dari banyak budaya itu, maka
terbentuklah sebuah kebudayaan.
20
Kata Penutup
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunian-Nya, atas terselesaikannya makalah ini.
Kami sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan
bantuan, baik berupa materi, tenaga, pikiran maupunnasehat.
Demi sempurnanya makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca. Akhirnya penu sampaikan terimakasih, semoga bermanfaat.
Jember, 7 September 2012
Kelompok 3
21
DAFTAR PUSTAKA
http: repisitory.upi.edu/op.com jurnal tentang kecerdasan kognitif pada anakdictionary of psicology karya drever (kuper dan kuper) desmita. 2009 psikologi perkembangan peserta didik. Bandung : pt remaja holil, a.2008. teory perkembangan kognitif piaget.
Mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pendidikan anak oleh suhartin halaman 23 tahun 1999. Menurut pelatihan nasional guru 2008 oleh ifa hanifah misbach.
http://phaysybbil . Files.wordpress.com/2010/05/bab-4-kecerdasan-iq-eq-sq.ppt
http://smkbp.files.wordpress.com/2008/09/iq-eq-sq.doc http:otakkacau.net/2011/07/20/pengertian-potensi-diri-iq-eq-sq/ quantum- ma’”rifat.blogspot.com-TRYDAYA (CIPTA, RASA, KARSA)-
masrid rani wijaya kusuma manajement harmoni.com-CIPTA RASA, dan KARSA-erwin susetyagus7.wordpress.com-mengungkap rahasiakekuatan cipta rasa karsa- agus siswanto.
22