tugas akhir penerapan life cycle assessment (lca) …
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR
PENERAPAN LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA)
PADA INDUSTRI KECIL MENENGAH KERIPIK SANJAI DI
BUKITTINGGI
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
ELVIRA FITRIANI
1710024428012
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
2019
TUGAS AKHIR
PENERAPAN LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA)
PADA INDUSTRI KECIL MENENGAH KERIPIK SANJAI DI
BUKITTINGGI
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Disusun Oleh:
ELVIRA FITRIANI
1710024428006
Disetujui,
Dosen Pembimbing:
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
RIZKI AZIZ, Ph.D ELMAWATI, MKom
NIDN: 0031107605 NIDN: 1020108001
Ketua Program Studi Ketua STTIND Padang
YAUMAL ARBI, MT RIKO ERVIL, MT
NIDN: 1007058407 NIDN: 1014057501
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Elvira Fitriani
NPM : 1710024428012
Program Studi : Teknik Lingkungan
Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya susun dengan judul:
“Penerapan Life Cycle Assessment (LCA)
Pada Industri Kecil Menengah Keripik Sanjai Di Bukittinggi”
Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat skripsi
orang lain. Apabila dikemudian dari pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi alademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan
gelar kesarjanaannya).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
Padang, September 2019
Pembuat Pernyataan
Elvira Fitriani
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul
“Penerapan Life Cycle Assessment (LCA) pada Industri Kecil Menengah Keripik
Sanjai di Bukittinggi”. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya,
hingga kepada umatnya hingga akhir jaman, aamiin.
Penulisan Penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata I Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi
Teknologi Industri (STTIND) Padang. Terselesaikannya penelitian ini tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu, penulis dalam kesempatan ini
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Bapak Antonius, SE selaku Ketua Yayasan Muhammad Yamin Sekolah Tinggi
Teknologi (STTIND) Padang.
2. Bapak Riko Ervil, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
3. Bapak Yaumal Arbi, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan
Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang yang telah meluangkan
waktu dalam memberikan arahan, petunjuk dalam penyelesaian Tugas Akhir
ini.
4. Bapak Rizki Aziz, Ph.D sebagai Dosen Pembimbing 1 yang telah meluangkan
banyak waktu dalam memberikan bantuan moral, spiritual dan material
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.
5. Ibu Elmawati, M.Kom selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah meluangkan
banyak waktu dalam memberikan bantuan moral, spiritual dan material
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.
ii
6. Kedua orang tua telah memberikan bantuan yang tidak dapat penulis katakan,
baik dari segi moril ataupun materil dalam mendukung penyelesaian Tugas
Akhir ini.
7. Ibuk Neli Ayu M, S.Pd selaku Staff Prodi Teknik Lingkungan yang telah
banyak memberikan bantuan, motivasi dan semangat kepada kami dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.
8. Teman-teman se-angkatan Teknik Lingkungan Transfer 2017 yang telah
banyak memberikan bantuan, perhatian, pengertian dan dorongan dalam
pembuatan Tugas Akhir ini.
9. Teman-teman mahasiswa Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi
Industri (STTIND) Padang yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
Tugas Akhir ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari sempurna
untuk itu kritik dan saran sangat Penulis harapkan untuk kebaikan di masa yang
akan datang, dan demi perkembangan ilmu pengetahuan. Atas kritik dan saran
yang membangun Penulis ucapkan terima kasih.
Padang, Agustus 2019
Penulis
iii
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Industri Kecil dan Menengah Keripik Sanjai di
Bukiinggi. Tujuan sari penelitian ini adalah mengindentifikasi, menentukan dan
menginterpretasikan dampak yang ditimbulkan dari proses produksi Keripik
Sanjai. Metode yang digunakan adalah Life Cycle Assessment (LCA) dimana LCA
adalah sebuah mekanisme untuk menganalisa dan memperhitungkan dampak
lingkungan total dari suatu produk dalam setiap tahapan daur hidupnya. Metode
LCA dilakukan melalui empat tahap yaitu goal and scope, Life Cycle Inventory
(LCI), Life Cycle Impact Assessment (LCIA) dan Interpretasi hasil dengan
menggunakan software Simapro.
Tahapan dari proses produksi keripk ini terdiri dari tahap pengupasan
singkong, pencucian, pemotongan dan penggorengan, seluruh rangkaian proses di
analisis setiap dampak yang ditimbulkan dengan bantuan software Simapro. Dari
hasil penelitian dengan bantuan software simapro didapatkan bahwa dampak
global warming paling tinggi dihasilkan pada proses pencucian singkong dimana
disini pemakaian listrik yang besar. Dampak Ozone Deplation terbesar dihasilkan
pada proses pengupasan singkong dampak ini dihasilkan pada bahan baku
singkong tersebut. Pada software bahan baku singkong juga melihat dari proses
pembibitan hingga pengangkutan singkong, tetapi pada tugas akhir ini penulis
membatasi hanya pada proses pembuatan keripik saja. Dampak pada Human
Toxicity Air dan Human Toxicity Water terdapat pada proses penggorengan
dimana terdapat emisi yang dihasilkan dari minyak dan energi dari gas, sehingga
sewaktu menggoreng terdapat emisi.
Kata kunci : Industri Kecil dan Menengah Keripik Sanjai, Life Cycle Assessment
(LCA),software Simapro
iv
ABSTRAK
This research was carried out in the Sanjai Chips Small and Medium
Industry in Bukiinggi. The purpose of this research is to identify, determine and
interpret the impact caused by the Sanjai Chips production process. The method
used is the Life Cycle Assessment (LCA) where LCA is a mechanism for analyzing
and calculating the total environmental impact of a product in each stage of its
life cycle. The LCA method is carried out through four stages: goal and scope,
Life Cycle Inventory (LCI), Life Cycle Impact Assessment (LCIA) and
Interpretation of results using Simapro software.
The stages of the chips production process consist of the cassava
stripping, washing, cutting and frying stages, the whole series of processes is
analyzed for each impact caused by the help of Simapro software. From the
results of research with the help of simapro software it was found that the highest
impact of global warming was produced in the cassava washing process where
large electricity consumption was used here. The biggest impact of Ozone
Deplation is produced in the cassava stripping process. This impact is produced
on the cassava raw material. In the cassava raw material software, we also look
at the process of nursery to transport cassava, but in this thesis the author limits
only the process of making chips. Impacts on Human Toxicity Water and Human
Toxicity Water are in the frying process where there are emissions produced from
oil and energy from gas, so when frying there are emissions.
Keywords: Small and Medium Sanjai Chips Industry, Life Cycle Assessment
(LCA), Simapro software
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah. ............................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ...................................................................................... 3
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Life Cycle Assessment (LCA) .................................................................. 7
2.1.1 Life Cycle Assessment (LCA) ...................................................... 7
2.1.2 Karakteristik dan Batasan dari Life Cycle Assessment (LCA) ..... 8
2.1.3 Prinsip Life Cycle Assessment (LCA) ........................................ 10
2.2 Metodologi Life Cycle Assessment (LCA) ........................................... 17
2.2.1Goal and Scope Defenition .............................................................. 8
2.2.2 Life Cycle Inventory (LCI) ............................................................. 8
2.2.3 Life Cycle Impact Assessment (LCIA) ............................................ 9
2.2.4 Interpretation ................................................................................ 10
2.3 Software Simapro .................................................................................. 17
2.4 Kerupuk Sanjai ...................................................................................... 18
2.5 Penelitian yang Relevan ........................................................................ 21
2.6 Kerangka Konseptual............................................................................. 23
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
vi
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 24
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................ 24
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 24
3.3.1 Populasi ....................................................................................... 24
3.3.2 Sampel ......................................................................................... 24
3.4 Sumber Data .......................................................................................... 24
3.5 Prosedur Penelitian ................................................................................ 25
3.5.1 Penentuan Tujuan dan Ruang Lingkup ........................................ 25
3.5.2 Analisis Persediaan ....................................................................... 25
3.5.3 Penilaian Dampak ........................................................................ 26
3.5.4 Interpretasi .................................................................................... 26
3.6 Kerangka Metodologi ............................................................................. 27
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Tujuan dan Batasan LCA ...................................................... 28
4.2 Analisis Inventarisasi .............................................................................. 28
4.2.1 Proses Pegupasan .......................................................................... 29
4.2.2 Proses Pencucian .......................................................................... 29
4.2.3 Proses Pemotongan ....................................................................... 30
4.2.4 Proses Penggorengan .................................................................... 31
4.2.5 Proses Pengemasan ....................................................................... 32
4.3 Hasil Life Cycle Inventory ...................................................................... 32
4.4 Life Cycle Impact Assesment (LCIA) ..................................................... 33
4.4.1 Klarifikasi Dampak....................................................................... 33
4.4.1.1 Global Warming ................................................................. 33
4.4.1.2 Ozone Depletation .............................................................. 33
4.4.1.3 Human Toxicity Air ............................................................ 33
4.4.2 Characterization ........................................................................... 33
4.4.3 Normalization ............................................................................... 34
4.4.4. Weighting dan Single score ......................................................... 34
4.5 Hasil Life Cycle Impact Assesment (LCIA ............................................. 35
4.5.1 Proses Pengupasan ....................................................................... 35
4.5.2 Proses Pencucian .......................................................................... 35
vii
4.5.2.1 Analisis Characterization ................................................... 35
4.5.2.2 Analisis Normalization ....................................................... 36
4.5.2.3 Analisis Weighting and Single Score ................................. 36
4.5.3 Proses Pemotongan ....................................................................... 37
4.5.3.1 Analisis Characterization ................................................... 38
4.5.3.2 Analisis Normalization ....................................................... 38
4.5.3.3 Analisis Weighting and Single Score ................................. 39
4.5.4 Proses Penggorengan .................................................................... 39
4.5.4.1 Analisis Characterization ................................................... 40
4.5.4.2 Analisis Normalization ....................................................... 40
4.5.4.3 Analisis Weighting and Single Score ................................. 41
4.6 Interpretasi Data...................................................................................... 42
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 44
5.2 Saran ....................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Keripik Sanjai Tawar ......................................................................... 14
Gambar 2.2 Keripik Sanjai Balado ........................................................................ 14
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ......................................................................... 17
Gambar 4.1 Batasan Kajian LCA........................................................................... 29
Gambar 4.2 Network Seluruh Proses Pembuatan Keripik Sanjai Tawar ............... 32
Gambar 4.3 Diagram Characterization Pencucian Singkong ................................ 35
Gambar 4.4 Diagram Normalization Pencucian Singkong .................................... 36
Gambar 4.5 Diagram Weighting Pencucian Singkong ........................................... 37
Gambar 4.6 Diagram Single Score Pencucian Singkong ....................................... 37
Gambar 4.7 Diagram Characterization Pemotongan Singkong ............................ 37
Gambar 4.8 Diagram Normalization Pemotongan Singkong ................................ 38
Gambar 4.9 Diagram Weighting Pemotongan Singkong ....................................... 39
Gambar 4.10 Diagram Single Score Pemotongan Singkong ................................. 39
Gambar 4.11 Diagram Characterization Penggorengan ........................................ 39
Gambar 4.12 Diagram Normalization Penggorengan ............................................ 40
Gambar 4.13Diagram Weighting Penggorengan.................................................... 41
Gambar 4.14 Diagram Single Score Penggorengan ............................................... 43
Gambar 4.15 Diagram keseluruhan proses pembuatan keripik ............................. 43
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Neraca Massa Pengupasan Singkong ..................................................... 29
Tabel 4.2 Kebutuhan Eneergi Listrik Pompa Air................................................... 29
Tabel 4.3 Neraca Massa Proses Pencucian ............................................................ 30
Tabel 4.4 Hasil Analisa Pencucian Limbah Singkong ........................................... 30
Tabel 4.5 Neraca Massa Proses Pemotongan ......................................................... 31
Tabel 4.6 Faktor Emisi Minyak Goreng ................................................................ 31
Tabel 4.7 Faktor Emisi Karbondioksida dari Gas .................................................. 31
Tabel 4.8 Characterization Factor ........................................................................ 34
Tabel 4.9 Normalization Factor ............................................................................. 34
Tabel 4.10 Weighting Factor ................................................................................. 35
Tabel 4.11 Analisis Normalization Pencucian Singkong ....................................... 36
Tabel 4.12 Analisis Weighting dan Single Score Pencucian .................................. 36
Tabel 4.13 Analisis Weighting dan Single Score Pemotongan .............................. 39
Tabel 4.14 Analisis Normalization Penggorengan................................................. 40
Tabel 4.15 Analisis Weighting dan Single Score Pengorengan ............................. 41
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Industri Kecil Menengah (IKM) saat ini telah berkembang di banyak
subsektor diantaranya industri makanan, industri minuman, industri tekstil, dan
lain-lain. IKM adalah industri yang memiliki skala industri kecil dan menengah.
Menurut Peraturan Kementerian Perindustrian No. 6 tahun 2016, industri kecil
adalah industri yang memiliki karyawan maksimal 19 orang, memiliki nilai
investasi kurang dari 1 milyar rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha. Sedangkan, yang dimaksud dengan industri menengah adalah industri
yang memiliki karyawan maksimal 19 orang dan nilai investasi minimal 1 milyar
rupiah atau memiliki karyawan minimal 20 orang dan nilai investasi maksimal 15
milyar rupiah.
Sumatera Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang mayoritas
masyarakatnya dikenal memiliki mata pencaharian berdagang ataupun
berwirausaha. Wisatawan datang untuk menikmati keindahan alam yang ada di
Sumatera Barat dan juga ingin mengetahui produk atau makanan khas daerah
yang dikunjungi. Salah satu makanan yang terkenal di Bukittinggi yaitu Keripik
Sanjai. Keripik sanjai merupakan makanan olahan dari bahan baku ubi kayu.
Keripik sanjai yang, keripik sanjai tawar, keripik sanjai manis, dan lain-lain.
Keberadaan Industri Kecil dan Menengah Keripik Sanjai di Kota Bukittinggi
memberikan andil yang cukup besar dalam meningkatkan perekonomian dan
pendapatan masyarakat. Namun dengan adanya industri ini berperan dalam
penggunaan energi dan penghasil emisi dari kegiatan produksi yang dilakukan..
2
IKM Keripik Sanjai menghasilkan berbagai jenis limbah baik padat, cair
ataupun udara. Limbah padat dalam IKM Keripik Sanjai berupa kulit singkong,
Penelitian ini akan memfokuskan penilaian dampak lingkungan yang dihasilkan
oleh energi dan emisi yang dihasilkan selama proses produksi. Hal ini merupakan
salah satu usaha untuk menciptakan produksi yang ramah lingkungan adalah
dengan mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan oleh daur hidup produk.
Untuk itu diperlukan suatu metode yang dapat mengevalusi proses produksi atau
daur hidup produk sehingga dapat meminimalisir dampak negatif lingkungan
sebagai upaya pengembangan produk yang berkelanjutan.
Life Cycle Assessment (LCA) merupakan metode yang dapat digunakan untuk
menganalisis dampak lingkungan yang ditimbulkan dari proses pengadaan bahan
baku, proses produksi, hingga pengolahan limbah. Hal ini sudah dilakukan oleh
Moch. Esa Adin Bagaswara di UMKM MAY’S BAKERY yang bergerak di
bidang industri makanan berupa roti dan kue. Penelitian di UMKM ini
memberikan kesimpulan berupa dampak yang dihasilkan pada pnggunaan
material dan energi.
Penerapan LCA pada IKM Keripik Sanjai ini akan memberikan informasi
terkait penggunaan energi, limbah dan emisi yang dihasilkan dari proses produksi.
Hasil tersebut dapat digunakan sebagai informasi mengenai dampak – dampak
lingkungan dari produksi dan potensi pengembangan produk menjadi produk yang
ramah lingkungan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk penerapan
metode Life Cycle Assessment pada IKM Keripik Sanjai.
3
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat di identifikasi beberapa masalah
diantaranya:
1. Adanya dampak lingkungan yang dihasilkan pada Industri Kecil dan
Menengah Keripik Sanjai khususnya eripik rasa tawar.
2. Mengidentifikasi sumber dampak lingkungan yang ada di IKM Keripik
Sanjai.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi masalah
yaitu :
1. Mengindentifikasi input dan output pada proses produksi IKM keripik
sanjai tawar hanya pada proses produksi energi dan emisi yang
dihasilkannya.
2. Menganalisa dampak lingkungan pada proses produksi IKM keripik sanjai
tawar.
3. Menginterpretasikan data yang didapatkan dari analisis dampak lingkugan
dengan metode kontribusi dan komparasi.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut.
1. Apa saja yang menjadi input dan output dari proses produksi IKM keripik
sanjai rasa tawar?
2. Bagamana dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses produksi IKM
keripik sanjai rasa tawar ?
4
3. Bagaimana penilaian dampak dari proses produksi IKM keripik sanjai rasa
tawar ?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi dampak proses produksi IKM keripik sanjai rasa tawar
dengan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA).
2. Menentukan dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses produksi
IKM keripik sanjai rasa tawar.
3. Mengintrepretasikan hasil penilaian dampak yang didapat dari proses
produksi IKM keripik sanjai rasa tawar.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah sebagai berikut.
a. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan menerapkan metode Life cycle
Assesment terutama tentang proses produksi IKM keripik sanjai rasa
tawar.
b. Bagi IKM Keripik Sanjai
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi IKM Keripik Sanjai
agar menghasilkan produksi yang ramah lingkungan.
c. Bagi Akademik
Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan, literatur dan sarana dalam
menambah wawasan dan pengetahuan.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Life Cycle Assessment (LCA)
2.1.1 Defenisi Life Cycle Assessment (LCA)
Konsep dasar dari Life Cycle Assessment (LCA) ini didasarkan pada
pemikiran bahwa suatu sistem industri tidak lepas kaitannya dengan lingkungan
tempat industri itu berada. Dalam suatu sistem industri terdapat input dan output.
Input dalam sistem adalah material-material yang diambil dari lingkungan dan
output nya akan dibuang ke lingkungan kembali. Pengambilan material (input)
yang berlebihan akan menyebabkan semakin berkurangnya persediaan material,
sedangkan hasil keluaran dari sistem industri yang bisa berupalimbah (padat, cair,
udara) akan banyak memberi dampak negatif terhadap lingkungan.Oleh karena itu
Life Cycle Assessment (LCA) berusaha untuk melakukan evaluasi untuk
meminimumkan pengambilan material dari lingkungan dan juga meminimumkan
limbah industri.
Life Cycle Assessment (LCA) adalah sebuah mekanisme untuk
menganalisa dan memperhitungkan dampak lingkungan total dari suatu produk
dalam setiap tahapan daur hidupnya. Dimulai dari persiapan bahan mentah, proses
produksi, penjualan dan transportasi, serta pembuangan produk (ISO
14040:1997). Dalam proses LCA dilakukan suatu prosedur objektif dalam
mengevaluasi dampak lingkungan dengan melakukan determinasi kuantitatif dari
semua aliran masuk/keluar (exchange flow) dari sistem terhadap lingkungan
dalam tiap tahap kehidupan sistem (Nirwanto, 2012).
6
Life Cycle Assessment (LCA) dapat digunakan untuk membantu strategi
bisnis dalam pembuatan keputusan,untuk peningkatan kualitas produk dan proses.
Elemen utama dari Life cycle Assessment (LCA) antara lain :
1. Mengidentifikasi dan mengkuantifikasikan semua bahan yang terlibat,
misalnya energi dan bahan baku yang dikonsumsi, emisi dan limbah yang
dihasilkan.
2. Mengevaluasi dampak yang potensial dari bahan-bahan tersebut terhadap
lingkungan.
3. Mengkaji beberapa pilihan yang ada untuk menurunkan dampak tersebut.
2.1.2. Karakteristik dan Batasan dari Life Cycle Assessment (LCA)
Life Cycle Assessment (LCA) memiliki karakteristik dan batasan untuk
menilai siklus hidup, adapun batasan tersebut yaitu :
1. Karakteristik utama dari Life Cycle Assessment (LCA)adalah sifat Analisis
secara keseluruhannya, yang menjadi kekuatan utama dan juga pada waktu
yang bersamaan, merupakan keterbatasannya. Jangkauan yang luas dalam
melaksanakan Life Cycle Assessment (LCA) yang lengkap dari sebuah
produk hanya dapat dicapai dengan menyederhanakan aspek lainnya.
2. Life Cycle Assessment (LCA) tidak dapat mengukur suatu dampak lokal.
Life Cycle Assessment (LCA) tidak menyediakan kerangka untuk sebuah
studi penilaian resiko lokal yang mengidentifikasi dampak mana yang
dihasilkan oleh fungsi dari sebuah fasilitas di tempat yang spesifik. Begitu
pula dengan aspek waktu, Life Cycle Assessment (LCA) secara khas
merupakan keadaan yang tetap, dan bukan sebuah pendekatan dinamis,
7
maksudnya adalah untuk studi elama batasan waktu, semua kondisi
termasuk teknologi dianggap tetap dan tidak berkembang.
3. Model Life Cycle Assessment (LCA) berfokus pada karakteristik fisik dari
aktivitas industri dan proses ekonomi lainnya, dan tidak termasuk
mekanisme pasar, atau efek lain dalam pengembangan teknologi. Secara
umum, Life Cycle Assessment (LCA) menganggap semua proses bersifat
linear, baik dalam ekonomi dan dalam lingkungan. Life Cycle Assessment
(LCA) merupakan sebuah alat bantu berdasarkan pemodelan linear.
4. Life Cycle Assessment (LCA) berfokus pada aspek lingkungan dari produk
dan tidak berkaitan dengan karakteristik ekonomi, sosial dan lainnya.
Dampak lingkungan sering didefinisikan sebagai dampak yang potensial,
karena dampak lingkungan tidak ditetapkan dalam waktu dan tempat dan
berkaitan dengan satuan fungsional yang telah didefinisikan.
5. Meskipun Life Cycle Assessment (LCA) bertujuan untuk menjadi dasar
yang bersifat ilmu pengetahuan, Life Cycle Assessment (LCA) tetap
menggunakan beberapa asumsi yang bersifat teknis dan terpilih. Proses
standarisasi ISO dalam melaksanakan Life Cycle Assessment (LCA) ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesewenangan. Tujuan penting
adalah untuk menggunakan asumsi dan pilihan ini setransparan mungkin.
6. Yang terakhir, sebuah karakteristik yang sangat penting dan berkaitan
dengan sifat dasar dari Life Cycle Assessment (LCA) sebagai sebuah alat
analitis. Life Cycle Assessment (LCA) membantu menyediakan informasi
untuk mendukung keputusan namun Life Cycle Assessment (LCA) tidak
8
dapat menggantikan proses pengambilan keputusan itu sendiri (Wenty,
2012).
2.1.3. Prinsip Life Cycle Assessment (LCA)
Life Cycle Assessment (LCA) dapat dicirikan oleh prinsip berikut:
1. Siklus Hidup Perspektif: Life Cycle Assessment (LCA)
mempertimbangkan seluruh siklus hidup fisik dari suatu produk (atau jasa)
sistem, ekstraksi bahan baku, energi dan material produksi, manufaktur,
dan akhir operasi kehidupan.
2. Kelengkapan: Life Cycle Assessment (LCA) idealnya mencakup semua
aspek lingkungan, seperti ekstraksi bahan baku, ekologis integritas sistem,
dan pertimbangan kesehatan manusia.
3. Transparansi: Karena kompleksitas yang melekat dalam penilaian sistem
Life Cycle Assessment (LCA), transparansi merupakan prinsip penting
dalam melaksanakan studi Life Cycle Assessment (LCA), dalam rangka
untuk memastikan interpretasi yang tepat atas hasil.
4. Fleksibilitas: Standar ini memberikan prinsip-prinsip dan pedoman untuk
keseluruhan Life Cycle Assessment (LCA). Metodologi ini memungkinkan
spesifik studi fleksibilitas Life Cycle Assessment (LCA) yang cukup dalam
menerapkan standar ini tetap menjaga kerangka metodologis umum.
5. Sifat iteratif: Life Cycle Assessment (LCA) terdiri dari empat tahap yaitu :
a. tujuan dan ruang lingkup,
b. Life Cycle Inventory (LCI),
c. Life Cycle Impact Assessment (LCIA),
d. Interpretasi.
9
Standar ini mendefinisikan Life Cycle Assessment (LCA) sebagai siklus di
alam, di mana fase individu dari Life Cycle Assessment (LCA) hasil
penggunaan fase yang sebelumnya dan mengharuskan pengguna standar
untuk terus mengamati tujuan tertentu dan ruang lingkup penelitian.
Pendekatan berulang di antara fase dalam Life Cycle Assessment (LCA)
adalah penting, karena memberikan kontribusi terhadap kelengkapan dan
konsistensi penelitian dan hasil yang dilaporkan.
6. Fokus Lingkungan: Life Cycle Assessment (LCA) mempelajari aspek
lingkungan dari sistem produk. Biasanya aspek ekonomi dan sosial berada
di luar penelitian. Pada saat yang sama Life Cycle Assessment (LCA)
memberikan perspektif sistem, sehingga alat-alat analisis lain mungkin
merujuk pada studi Life Cycle Assessment (LCA) untuk penilaian
lingkungan yang lebih lengkap daripada yang disediakan oleh situs atau
perspektif emisi individu.
7. Berbasis Sains: metodologi Life Cycle Assessment (LCA) dan studi Life
Cycle Assessment (LCA) harus berdasarkan ilmu. Sementara keadaan
pengetahuan ilmiah selalu berubah, studi Life Cycle Assessment (LCA)
adalah snapshot dari keadaan tertentu pengetahuan pada waktu tertentu.
8. Relatif Alam: Life Cycle Assessment (LCA) berhubungan aspek
lingkungan ke sistem produk. Semua temuan diukur dan dinyatakan dalam
aspek lingkungan per unit referensi. Selain itu, Life Cycle Assessment
(LCA) berkaitan dengan suatu aspek penilaian siklus hidup produk
terhadap dampak zat, seperti setara GRK, yang dinyatakan dalam satuan
setara karbon dioksida (CO2).
10
9. Potensi Dampak Lingkungan: Life Cycle Assessment (LCA) hanya
mempelajari dampak lingkungan yang potensial. Karena dampak relatif ke
unit referensi, integrasi rilis lingkungan atas ruang dan waktu,
ketidakpastian yang melekat dalam pemodelan dampak lingkungan, dan
fakta bahwa beberapa dampak yang cukup jelas terhadap dampak masa
depan, semua dampak yang bersifat potensial.
2.2 Metodologi Life Cycle Assessment (LCA)
Standar sebuah Life Cycle Assessment dilakukan dalam empat fase yang
berbeda. Tahapannya adalah saling bergantung dalam hasil dari satu fase akan
menginformasikan bagaimana tahapan lain selesai Metodologi dalam Life Cycle
Assessment (LCA) tersiri atas empat fase, yaitu :
1. Goal and Scope Defenition
2. Life Cycle Inventory (LCI)
3. Life Cycle Impact Assessment (LCIA)
4. Intrepretation
2.2.1. Goal and Scope Defenition
Sebelum dilakukan Life Cycle Assessment (LCA) , maka yang pertama
kali harus dilakukan adalah pendefinisian dari tujuan Life Cycle Assessment
(LCA) ini. Menurut Curran, tujuan dari analisis Life Cycle Assessment (LCA)
antara lain, adalah membandingkan suatu produk atau proses baru dengan
kompetitifnya, memilih alternatif produk atau proses yang lebih ramah
lingkungan, dan menganalisis dampak lingkungan dan ekonomi dari suatu proses
kerja (Curran, M.A., 1996) dalam (Nirwanto, 2012). Pendefinisian tujuan dan
11
ruang lingkup merupakan suatu fase untuk menentukan sebuah rencana kerja dari
sebuah keseluruhan Life Cycle Assessment (LCA).
2.2.2. Life Cycle Inventory (LCI)
Analisis persediaan adalah fase penilaian siklus hidup yang melibatkan
kompilasi dan kuantifikasi input dan output untuk produk sepanjang siklus
hidupnya didalam batasan (sistem produk) yang ditentukan dari tujuan penelitian.
Data berikutnya yang harus dikumpulkan adalah data input-output untuk produksi
bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan produk (termasuk bahan primer
atau sekunder).
2.2.3. Life Cycle Impact Assessment (LCIA)
Pada tahapan ini akan dilakukan pengelompokkan dan penilaian mengenai
efek yang ditimbulkan terhadap lingkungan berdasarkan data-data yang diperoleh
pada tahapan life cycle inventory (LCI). ISO mengembangkan standar untuk
melakukan penilaian dampak berjudul ISO 14042, Life Cycle Assessment (LCA)
ISO 1998, yang menyatakan bahwa ada tiga langkah yaitu :
1. Kategorikan dampak seleksi
Langkah pertama dalam Life Cycle Impact Assessment (LCIA) adalah
memilih kategori dampak yang akan dianggap sebagai bagian dari
keseluruhan Life Cycle Assessment (LCA). Langkah ini harus diselesaikan
sebagai bagian dari tujuan awal dan fase definisi lingkup untuk memandu
proses pengumpulan data Life Cycle Inventory (LCI) dan membutuhkan
peninjauan kembali mengikuti tahap pengumpulan data. Untuk Life Cycle
Impact Assessment (LCIA) , dampak didefinisikan sebagai konsekuensi
yang dapat disebabkan oleh input dan output aliran sistem pada kesehatan
12
manusia, tanaman, dan hewan, atau masa depan ketersediaan sumber daya
alam
2. Klasifikasi
Tujuan klasifikasi adalah untuk mengatur dan mungkin menggabungkan
hasil Life Cycle Inventory (LCI) ke dalam kategori dampak. Untuk Life
Cycle Inventory (LCI) item yang yang berkontribusi terhadap hanya satu
kategori dampak, prosedur ini ini merupakan tugas yang sederhana.
Sebagai contoh, emisi karbon dioksida dapat diklasifikasikan ke dalam
kategori pemanasan global. Untuk Life Cycle Inventory (LCI) produk yang
berkontribusi terhadap dua atau lebih kategori dampak yang berbeda,
aturan harus ditetapkan untuk klasifikasi.
3. Characterization
Karakterisasi Dampak menggunakan faktor konversi berbasis ilmu
pengetahuan, yang disebut faktor karakterisasi, mengkonversi dan
menggabungkan hasil Life Cycle Inventory (LCI) menjadi indikator
perwakilan dampak terhadap kesehatan manusia dan ekologi. Faktor
Karakterisasi juga sering disebut sebagai faktor kesetaraan. Karakterisasi
menyediakan cara untuk langsung membandingkan hasil Life Cycle
Inventory (LCI) dalam setiap kategori dampak. Dengan kata lain, faktor-
faktor karakterisasi menerjemahkan input persediaan yang berbeda ke
dalam indikator dampak langsung dibandingkan. Misalnya, karakterisasi
akan memberikan perkiraan toksisitas terestrial relatif antara timbal,
kromium, dan seng.
13
4. Normalization
Normalisasi adalah alat Life Cycle Impact Assessment (LCIA) digunakan
untuk menyatakan data indikator dampak dengan cara yang dapat
dibandingkan antara kategori dampak. Prosedur ini menormalkan hasil
indikator dengan membagi dengan nilai referensi yang dipilih. Tujuan dan
lingkup Life Cycle Assessment (LCA) dapat mempengaruhi pilihan dari
nilai referensi yang sesuai. Perhatikan bahwa data dinormalisasi hanya
dapat dibandingkan dalam kategori dampak. Misalnya, efek dari
pengasaman tidak bisa langsung dibandingkan dengan toksisitas air karena
faktor karakterisasi dihitung dengan menggunakan metode ilmiah yang
berbeda.
5. Grouping
Pengelompokan memberikan kategori dampak ke dalam satu atau lebih set
untuk lebih memudahkan interpretasi hasil ke wilayah tertentu yang
menjadi perhatian. Biasanya, pengelompokan melibatkan menyortir atau
peringkat di indikator.
6. Weighting
Bobot langkah (juga disebut sebagai penilaian) dari Life Cycle Impact
Assessment (LCIA) memberikan bobot atau nilai relatif terhadap kategori
dampak yang berbeda berdasarkan kepentingan yang mereka pahami atau
relevansi. Pembobotan ini penting karena kategori dampak juga harus
mencerminkan tujuan belajar dan nilai-nilai stakeholder.
7. Evaluate and Document the Life Cycle Impact Assessment (LCIA) Results
14
Potensi dampak untuk setiap kategori dipilih telah dihitung, keakuratan
hasilnya harus diverifikasi. Akurasi harus cukup untuk mendukung tujuan
untuk melakukan Life Cycle Assessment (LCA) sebagaimana didefinisikan
dalam tujuan dan ruang lingkup. Seperti semua alat penilaian lainnya, Life
Cycle Impact Assessment (LCIA) memiliki keterbatasan. Meskipun proses
Life Cycle Impact Assessment (LCIA) mengikuti prosedur yang sistematis,
ada banyak asumsi dan penyederhanaan, serta pilihan nilai subyektif
tergantung pada metodologi Life Cycle Impact Assessment (LCIA) dipilih
(SETAC, 2001).
2.2.4. Intrepretation
Di Life Cycle Assessment (LCA), praktisi dapat mencapai hasil yang
berbeda tergantung pada ruang lingkup studi, batasan sistem dan prosedur alokasi
yang diambil dalam Life Cycle Inventory (LCI) serta pilihan faktor-faktor
karakterisasi di Life Cycle Impact Assessment (LCIA) . Pengaruh prosedur ini
pada hasil harus dibahas dalam fase "interpretasi". Dalam banyak kasus Life Cycle
Inventory (LCI) saat ini, hasil emisi dan konsumsi sumber daya dinyatakan oleh
nilai numerik tunggal.
Elemen utama dari fase ini adalah evaluasi hasil dan formulasi dari
kesimpulan dan rekomendasi dari studi ini. Fase ini terdiri dari beberapa tahap:
1. Pengecekan mengenai konsistensi dengan tujuan untuk menentukan
apakah asumsi, metode, model dan data konsisten terhadap tujuan dan
lingkup studi mengenai siklus hidup produk dan opsi lainnya.
15
2. Pengecekan mengenai kelengkapan dengsan tujuan untuk memastikan
semua informasi yang relevan dan data yang dibutuhkan untuk fase
interpretasi sudah tersedia lengkap.
3. Analisis kontribusi dimana terjadi perhitungan kontribusi keseluruhan
pada hasil dari berbagai faktor. Analisis ini menjawab pertanyaan tentang
kontribusi dari aliran lingkungan, proses, dan dampak yang spesifik
terhadap nilai akhir.
4. Analisis gangguan yang mempelajari efek dari perubahan kecil di dalam
sistem dari hasil Life Cycle Assessment (LCA).
5. Analisis sensitivitas dan ketidakpastian
Elemen ini menilai pengaruh dari hasil variasi dalam data proses,
pemilihan model, dan variabel lainnya. Penarikan kesimpulan dan
rekomendasi dilakukan berdasarkan hasil.
2.3 Software SimaPro
Software SimaPro ini merupakan salah satu software yang bisa digunakan
dalam membantu analisa Life Cycle Assessment (LCA). Dimana software ini
membantu menganalisis aspek-aspek lingkungan dari produk maupun jasa secara
sistematis dan konsisten. SimaPro ini dikembangkan dan dipasarkan oleh Pre
Konsultan, didirikan pada tahun 1990, di Belanda. PRé Consultants spesialisasi
dalam solusi lingkungan Life Cycle Assessment . PRé Consultants menawarkan
konsultasi global dan membantu dalam menilai, memperbaiki dan mengelola
lingkungan kinerja produk dan jasa dengan bantuan alat profesional seperti
SimaPro. Menyusul rekomendasi ISO 14040 series, perangkat lunak
16
memungkinkan pengguna untuk memodelkan dan menganalisa siklus kehidupan
yang kompleks secara sistematis dan transparan.
Adapun beberapa cakupan fitur sebagai berikut:
1. Pemodelan siklus hidup yang kompleks dan produk yang kompleks.
2. Fitur analisis lanjutan.
3. Termasuk metode penilaian persediaan (LCI) database dan dampaknya.
4. Ecoinvent database yang disertakan, opsional untuk versi pendidikan.
5. Tersedia dalam berbagai versi (single / multi user) dan dalam berbagai
bahasa seperti Perancis, Jerman, Italia, Spanyol, Jepang, Swedia, Korea,
Belanda dan Inggris.
SimaPro menggunakan berbagai metode evaluasi yang akan
mengklasifikasikan zat menurut efeknya terhadap dampak lingkungan seperti
hujan asam dan ozon deplesi. Sima Pro menggunakan Eco Indicator 99
menunjukkan kontribusi relatif dari setiap proses dihitung dengan lingkungan.
2.3.1 Penggunaan Software SimaPro 8
SimaPro 8.3 adalah software generasi ke-8 dari interpretasi penggunaan
metode life cycle assesment, dimana memiliki tujuan untuk menganalisis dan
membandingkan lingkungan dari suatu produk. Hasilnya akan mengalkulasi input
seperti kuantitas dan kualitas bahan baku dan menghasilkan output suatu nilai
grafik. Terdapat beberapa tahapan pada SimaPro yakni (Putri, H.P., 2017):
1. Menentukan Tujuan dan Ruang Lingkup
Tampilan software SimaPro pada menu goal and scope bisa dilihat pada
Gambar 2.1
17
Gambar 2.1 Tampilan Sub Menu Description
Pada menu goal and scope terdapat sub menu description dan libraries.
Pada sub menu description dapat diisikan tujuan dari kajian LCA yang dilakukan.
Untuk sub menu libraries dapat dilihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.2 Tampilan Sub Menu Libraries
Pada sub menu ini dapat dipilih scope penelitian yang akan dilakukan.
Scope penelitian ini disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan.
18
2. Melakukan Inventarisasi
Menu inventory dapat dilihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Tampilan Menu Inventory
a. Process
Menunjukkan hal hal yang termasuk dalam proses produksi suatu produk
yang membutuhkan data seperti material yang digunakan dan energi
yang digunakan.
b. Product stages
Mendeskripsikan bagaimana suatu produk diproduksi, digunakan, dan
dibuang.
c. System description
Rekaman terpisah untuk mendeskripsikan struktur dari sistem.
d. Waste types
Terdapat waste scenarios dan disposal scenarios.
3. Penilaian cemaran
a. Characterization
19
Tampilan output diagram characterization dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Tampilan Characterization
b. Normalization
Tampilan output diagram normalization dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Tampilan Normalization
20
c. Weighting
Tampilan output diagram weighting dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Tampilan Weighting
d. Single Score
Tampilan output diagram single score dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7 Tampilan Single Score
2.4. Kerupuk Sanjai
2.4.1 Asal Usul Keripik Sanjai
Kerupuk Sanjai adalah sejenis peganan kerupuk dari singkong yang
diparut tipis, dijemur hingga kering, lalu digoreng dan diberi bumbu. Kerupuk
21
ini amat populer sebagai makanan oleh-oleh khas kota Bukittinggi, Sumatera
Barat. Di Bukittinggi sendiri, jajanan ini dinamakan dengan keripik sanjai.
Penamaaan keripik ini sebenarnya belum jelas. Namun jika dilihat dari awal
kemunculannya, cukup masuk akal jika jajanan ini diberi sebutan sanjai.
Asal-usul keripik ini berasal dari sebuah jalanan di Desa Manggis,
Kelurahan Manggis Gantiang Bukittinggi, yaitu jalan Sanjai. Masyarakat disana
kebanyakan memiliki profesi sebagai pengrajin keripik, terutama keripik singkong
yang bahan bakunya memang sangat mudah dijumpai di sekitarnya. Menurut
sejarah, keripik ini diproduksi sekiar tahun 1970an oleh warga di jalan Sanjai.
Orang yang pertama kali menjajakannya adalah nenek Amai Seram, Amai Malan,
dan Amai Terimalah. Ketiga nenek ini berjualan keripik tersebut di Los Maninjau,
sebuah pasar atas di kawasan Bukittinggi. Seiring dengan perkembangan jaman,
jajanan ini mulai populer di kalangan warga sekitar. Kepopulerannya membuat
masyarakat sekitar akhirnya mengikutinya untuk memperoleh penghasilan
tambahan dari hasil pertanian yang melimpah. Bukan hanya warga sekitar saja,
namun warga di luar daerah Sanjai juga ikut memproduksinya.
2.4.2 Jenis-Jenis Keripik Sanjai
Di tempat asalnya, keripik ini juga dikenal dengan sebutan karupuak
(kerupuk) sanjai. Kerupuk sanjai ini dibuat dengan 3 varian rasa. Yakni varian
rasa tawar, manis dan juga pedas.
1. Keripik Sanjai Tawar
Karupuak sanjai tawar ini dibuat dari singkong. Singkong dicuci dan
direndam terlebih dahulu. Baru kemudian dibumbui hanya dengan garam
22
sedikit saja. Ini membuat rasanya lebih tawar, agak asin sedikit. Biasanya
memiliki warna lebih terang, putih.
Gambar 2.8 Keripik sanjai Tawar
2. Keripik Sanjai Balado
Jenis inilah yang paling banyak dicari karena rasanya pedas. Singkong
potong-potong tipis, dan direndam serta digoreng. Untuk bumbunya
sendiri, keripiki ini menggunalan lado (sambal, cabe). Bumbu balado
inilah yang membuat singkong lebih pedas, membuat cita rasanya lebih
nikmat.
23
Gambar 2.9 Keripik balado
Ketiga jenis ini memiliki peminat sendiri. Anda mungkin juga meminati
salah satunya. Karena hampir sebagian maysarakat di wilayah nusantara memiliki
kesukaan masing-masing tentang rasa. Ada yang suka hidangan lebih manis, ada
pula yang suka asin. Sejauh ini, banyak inovasi yang diciptakan untuk membuat
olahan singkong ini. Inovasi ini dibuat untuk menarik minat calon pembeli.
Contohnya adalah singkong yang dibuat seperti stik.
2.5 Penelitian Relevan
Penelitian ini mengenai dampak lingkungan yang dihasilkan pada setiap
proses kegiatan produksi keripik menggunakan metode Life cycle Assessment.
Berdasarkan eksplorasi penelitian, ditemukan beberapa tulisan yang berkaitan
dengan penelitian ini.
Yang pertama adalah penelitian dari Moch. Esa Adin Bagaswara, Yuswono
hadi pada tahun 2017 yang berjudul “Analisis dan rekayasa Proses Produksi untuk
mengendalikan Evironmental Impact Menggunakan Metode LCA”. Penelitian ini
dilakukan pada UMKM May’s Bakery dimana UMKM ini bergerak pada bidang
indutri makanan berupa roti dan kue. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan dapat mengendalikan enviromental impact dengan memakai metode Life
Cycle Assessment, setelah itu dilakukan pemilihan skenario alternatif untuk
dilkaukan perbandingan.
Kedua, penelitian dari Jatmiko Wahyudi pada tahun 2017 yang berjudul
“Penerapan Life Cycle Assessment untuk menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang
dihasilkan dari aktivitas Produksi tahu”. Penelitian ini bertujuan untuk
menghitung emisi gas rumah kaca (GRK) pada daur hidup tahu dan
24
mengidentifikasi ntindakan-tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi emisi
GRK pada seluruh proses yang terkait dengan daur hidup tahu. Objek penelitian
yang dilakukan pada industri tahu yang berlokasi di desa kajen kec. Margoyoso
Kab. Pati dengan menggunakan metode LCA menurut Prosedur LCA pada ISO
14040.
Ketiga, penelitian dari Fachrun nisa, A.tunggul Sutan Haji, Bambang Suharto,
dan Sukrisno Widyotomo pada tahun 2010 dengan judul “Penentuan Tingkat Eko-
Efisiensi Proses Produksi Biji Kakao menggunkan Life Cycle Assessment pada
unit Produksi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia”. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan eco-cost dantingkat eko-efisiensi produk kakao
kering serta memberikan rekomendasi dalam upaya meningkatkan nilai eko-
efisiensi. Data kebutuhan bahan baku, energi, harga jual produk dan biaya
produksi digunkan untuk menentukan tingkat eko-efisiensi melalui tahapan
analisis LCA.
Keempat, penelitian dari Yulius Windrianto, Dyah RachmawatiL, Intan
Berlianty pada tahun 2016 dengan judul “Pengukuran Tingkat eko-efisiensi
menggunakan metode LCA untuk menciptakan produksi batik yang efisien dan
ramah lingkungan”. Penelitian ini dilakukan di UKM Sri Kuncoro desa Giriloyo,
Imogiri, Bantul yang bertujuan untuk mendapatkan alternatif terbaik untuk
memperbaiki produksi batik tulis pewarna sintesis Sri Kuncoro sehingga
diperoleh produksi batik yang efisien dan ramah lingkungan.
Kelima, penelitian dari IOLAnda De Marco, Salvatore Miranda, Stefano
Riemma, rafaele Iannone tentang “Life Cycle Assessment of Ale And Lager Beers
Production”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kinerja lingkungan dan
25
konsumsi energi dari perbedaan bir tersebut dan untuk mendorong industri
menuju produksi yang berkelanjutan.
Adapun perbedaan penelitian yang dilaksanakan peneliti dengan kelima penelitian
yang relevan tersebut adalah, penelitian yang akan dilaksanakan pada Industri
Kecil dan Menengah pada Produksi Keripik Sanjai dengan memakai metode yang
sama yaitu menerapkan metode LCA.
2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka berfikir penulis dalam penelitian ini tertuang dalam kerangka
konseptual pada gambar di bawah ini :
masing-masing
Gambar 2.10 Kerangka Konseptual
Berikut dijelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian agar
mudah dipahami, yaitu :
1. Input
Input
1. Jenis dan jumlah
energi
2. Jenis dan banyak
limbah
Proses
1. Metode LCA
a. Tujuan dan
Ruang Lingkup
b. Analisis
Persediaan
c. Penilaian
dampak
d. Interpretasi
dampak
Output
1. Jenis dampak
lingkungan
2. Besaran dampak
26
Input merupakan seluruh rangkaian yang terjadi pada setiap tahapan produksi
keripik sanjai tawar dilihat dari jenis dan jumlah bahan baku, energi dan limbah
yang dihasilkan.
2. Proses
Pada proses yang akan dilakukan memakai metode LCA menurut ISO 14040.
3. Output
Output dari penelitian ini adalah didapatkan jumlah besaran dampak pada setiap
proses produksi keripik sanjai tawar.
27
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah berbentuk penelitian deskriptif kualitatif
dengan menggunakan metode Life Cycle Assesment. Data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer didapatkan dari
pengukuran, pengamatan sedangkan untuk data sekunder didapatkan dari
wawancara dan dokumentasi dilapangan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Industri Kecil dan Menegah Keripik Sanjai
“M” di Bukittinggi.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian in dilakukan pada bulan Mei - Juni 2019
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi disini adalah semua proses produksi Keripik Sanjai Tawar
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Keripik Sanjai Tawar
3.4 Sumber Data
Sumber-sumber data yang akan diperoleh terdiri dari tiga metode, metode
studi pustaka, observasi lapangan dan wawancara. Metode studi pustaka
diperlukan untuk mengetahui tahapan dari Life Cycle Assesment dan studi pusatka
28
in didapatkan dari jurnal, buku acuan serta sumber yang relevan. Metode
observasi adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data secara
langsung di IKM Keripik Sanjai “M” di Bukittinggi serta mengindentifikasi input
dan output yang ada selama produksi kedua produk tersebut. Metode wawancara,
metode ini diperlukan untuk data yang dibutuhkan selama peneltian.
3.5 Prosedur Penelitian
Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam penelitian ini. Dimulai dari
kesepakatan dengan pelaku IKM Keripik Sanjai dan melakukan survey awal ke
Lapangan. Mencari literatur terkait dengan penelitian ini dan dilanjutkan dengan
menerapkan metode LCA
3.5.1 Penentuan Tujuan dan Ruang Lingkup
Pada penentuan tujuan dan ruang lingkup dijadikan sebagai acuan dasar
dalam menerapkan metoda Life Cycle Assement dan batasan yang jelas dalam
melakukan penelitian. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dampak
lingkungan yang dihasilkan dari proses produksi Keripik Sanjai Tawar. Sementara
ruang lingkupnya mengenai aktifitas yang terjadi selama produksi berlangsung.
3.5.2 Analisis Persediaan
Dengan melakukan analisa terhadap proses produksi dan
mengindentifikasi input dan output yang dhasilkan selama produksi. Input
dimaksudkan pada bahan baku dan bahan penunjang yang ada selama produksi
sementara output dimaksudkan kepada energi dan limbah yang dihasilkan.
Data yang dibutuhkan selama penelitian ini adalah:
29
1. Data Primer yang didapatkan dari wawancara langsung dan pengukuran
alur proses dari produksi kedua produk keripik sanjai yang ada di IKM
Keripik Sanjai “M” beserta input dan output selama produksi.
2. Data Sekunder dalam penelitian ini berupa sejarah keripik sanjai, izin
beridirnya IKM Keripik Sanjai “M”.
3.5.3 Penilaian Dampak
Dilakukan untuk menganalisa besaran dampak yang dihasilkan selama
produksi.
3.5.4 Interpretasi Data
Hasil yang didapatkan dari penilian dampak yang paling besar
diinterpretasikan supaya didapatkan produksi yang ramah lingkungan dan sebagai
proses perbaikan untuk IKM Keripik Sanjai
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
30
4.1 Penentuan Tujuan dan Batasan LCA
Tujuan kajian LCA yang ditetapkan adalah menentukan, menganalisis
dampak lingkungan yang timbul pada setiap tahapan daur hidup produksi keripik
sanjai tawar serta memberikan usulan perbaikan produk. Sedangkan batasan yang
ditetapkan dalam kajian ini adalah kajian LCA adalah :
1. Kajian LCA dilakukan terhadap energi dan emisi yang dihasilkan dalam
tahapan daur hidup Keripik Sanjai
2. Penilaian dampak lingkungan hanya dilakukan pada proses pencucian,
pemotongan dan penggorengan keripik sanjai.
3. Limbah padat yang dihasilkan tidak dilakukan analisis karena limbah
yang dihasilkan dijual untuk pakan ternak.
4.2 Analisis Inventarisasi
Dalam sub bab ini dipaparkan semua data yang berhasil dikumpulkan dari
lapangan melalui pengukuran dan wawancara langsung. Data selanjutnya diolah,
sebelum digunakan dalam analisis inventarisasi. Komponen kemasan masing-
masing diukur beratnya menggunakan timbangan digital dan timbangan biasa. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui input dan output bahan dan buangan dalam setiap
tahapan produksi Keripik.
Pengupasan Singkong
Pencucian
Pemotongan Batasan kajian LCA
31
Gambar 4.1 Batasan Kajian LCA.
4.2.1 Proses Pengupasan
Proses pengupasan singkong dilakukan secara manual, dengan
menggunakan tenaga manusia. Dimana untuk proses produksi memakai 300 kg
bahan baku singkong dan terjadi pembuangan kulit sebesar 72,33 kg. Limbah dari
kulit singkong dijual kembali untuk pakan ternak. Adapun neraca massa proses
pengupasan singkong dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Neraca Massa Pengupasan Singkong
No Bahan Jenis Input Output
Produk Buangan
1 Singkong Bahan baku 300 Kg 227,67 kg 72,33 kg
4.2.2 Proses Pencucian
Singkong yang telah dikuliti sebanyak 227,67 kg tadi dicuci menggunakan
air, air yang digunakan berasal dari sumur dan menggunakan pompa listrik. Emisi
yang terjadi pada proses ini berasal dari energi listrik dan emisi dari air pencucian.
Tabel 4.2 Kebutuhan energi listrik dari pompa air
Kebutuhan Rata-rata penggunaan KWh
32
daya
0,375 KW 3 jam 1,125
Neraca massa proses pencucian bisa dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Neraca Massa Proses Pencucian Singkong
No Bahan Jenis Input Output
Satuan Produk Buangan
1 Singkong Bahan
baku 227,67 227,67 0 kg
2 Listrik Energi 1,125 - Bising kWh
Air pencucian singkong langsung dibuang ke selokan disekitar IKM
keripik sanjai. Maka air pencucian ini diambil sampel dan dilakukan pengujian di
Laboratorium.
Tabel 4.4 Hasil Analisa Pencucian limbah Singkong
Parameter
Baku mutu limbah
Kadar maksimum
*KemenLH
Hasil
analisa
Memenuhi/
tidak
Ph 6-9 6,4 Memenuhi
TSS 300 213 Memenuhi
COD 500 255 Memenuhi
BOD 250 128 Memenuhi
* Keputusan Kementerian Lingkungan hidup No. Kep 5-1/Menlh/10/1995
Limbah yang dihasilkan dijadikan batasan untuk tidak dilanjutkan sebagai
bahan kajian daur hidup produk karena limbah yang dihasilkan masih memenuhi
standar baku mutu limbah cair kep 5-1/menlh/10/1995, sehingga masih aman
dibuang ke lingkungan.
33
4.2.3 Proses Pemotongan
Pada tahap pemotongan ini menggunakan mesin pemotong singkong yang
menggunakan energi listrik. Daya yang dibutuhkan yaiu sebesar 0,75 kWh.
Output pada saat pemotongan dengan singkong yang masuk 227, 67 kg terdapat
buangan sebesar 8 kg yang tidak terpakai dalam proses selanjutnya. Sisa
pemotongan ini selanjutya dijual untuk pakan ternak. Secara keseluruhan data
input dan output bahan atau komponen dan energi dalam proses pemotongan
tergambar dalam neraca massa pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Neraca Massa Proses Pemotongan
No Bahan Input Output
Satuan Produk Buangan
1 Singkong 227,67 219,67 8 Kg
2 Listrik 0,75 - emisi kWh
4.2.4 Proses Penggorengan
Pada proses penggorengan keripik, keripik digoreng dengan menggunakan
minyak kelapa sebanyak 18 kg dan menggunakan gas sebagai energi. Singkong
yang telah di potong sebanyak 219,67 kg menghasilkan produk jadi sebesar
169,33 kg. Kehilangan bobot disini dikarenakan penguapan yang terjadi selama
proses penggorengan dan terdapat emisi sewaktu terjadinya proses penggorengan.
34
4.2.5 Proses Penggemasan
Tahapan pengemasan yang dimulai dari penimbangan keripik dengan
kantong plastik sebagai pembungkusnya dan karet gelang sebagai pengikat.
Penimbangan disini menggunakan tenaga manusia sehingga tidak terdapat emisi.
4.3 Hasil Life Cycle Inventory
Hasil pengolahan data yang diperoleh pada tahapan inventory analysis
dianalisis dengan software simapro 8 dan menghasilkan network yang
memberikan gambaran hubungan pada setiap proses produksi untuk penggunaan 1
kg keripik sanjai. Garis merah yang terdapat pada diagram yang dihasilkan
menunjukkan keterkaitan antar proses. Garis merah pada network berjalan dari
bawah ke atas. Kegiatan yang berada dibawah merupakan pendukung dari
kegiatan diatasnya. Ketebalan garis merah berbanding lurus dengan emisi yang
dihasilkan. Semakin besar emisi yang dihasilkan akan ditunjukkan oleh garis
merah yang akan semakin tebal. Secara keseluruhan network yang dihasilkan pada
proses pembuatan keripik sanjai yang dikaji dapat dilihat pada Gambar 4.2
35
Gambar 4.2 Network Seluruh Proses Pembuatan Keripik Sanjai Tawar
4.4 Life Cycle Impact Assessment (LCIA)
LCIA atau tahapan impact assessment dilakukan untuk menilai dampak
yang ditimbulkan dari proses pembuatan keripik sanjai terhadap lingkungan.
Penilaian dilakukan menggunakan software SimaPro versi 8. Metode pada
software SimaPro yang dipakai yaitu metode EDIP 2013. Setelah data network
diperoleh, akan diketahui proses yang menghasilkan dampak paling besar
terhadap lingkungan. Selanjutnya dilakukan penilaian dampak sebanyak 4 kali,
yaitu characterization, normalization, weighting score, dan single score. Impact
yang dihasilkan dengan menggunakan metode EDIP 2013 sebanyak 19 impact.
Namun pada penelitian ini akan difokuskan pada dampak yang berpengaruh pada
gas rumah kaca dari pencemaran udara. Impact yang akan diteliti yaitu global
warming, ozone depletation, dan human toxicity air.
4.4.1 Klasifikasi Dampak
4.4.1.1 Global Warming
Impact ini membahas tentang efek yang ditimbulkan dari peningkatan
suhu di atmosfer. Kemungkinan yang terjadi akibat efek ini mengakibatkan gas
rumah kaca dengan mencairnya es gletser dan perubahan iklim regional. Satuan
dari impact ini adalah CO2eq (Putri, H.P., 2017).
4.4.1.2 Ozone Depletation
Impact ini membahas tentang berkurangnya lapisan ozon yang terdapat di
lapisan atmosfer. Penipisan lapisan ozon akan menyebabkan lebih banyak sinar
radiasi ultra-violet memasuki bumi, yang membuat efek negatif pada kesehatan
manusia. Satuan dari impact ini adalah kg CFC-11
(Putri, H.P., 2017).
4.4.1.3 Human Toxicity Air
Impact ini membahas tentang emisi dari beberapa zat (seperti logam berat)
yang dapat berdampak pada kesehatan manusia. Emisi ini dapat melalui beberapa
elemen, salah satunya adalah udara. Satuan dari impact ini adalah m3 (Putri, H.P.,
2017)
4.4.1.4
4.4.2 Characterization
36
Pada tahapan characterization semua zat dikalikan dengan faktor yang
mencerminkan kontribusi relatif terhadap dampak lingkungan. Tahapan ini
mengukur seberapa besar dampak proses produksi pada setiap kategori dampak.
Characterization ini menggunakan faktor konversi yang disebut dengan
characterization factor. Faktor ini digunakan untuk mengkonversi hasil LCI agar
menjadi indikator terhadap impact yang dipilih peneliti (Putri, H.P., 2017).
Characterization factor dari 3 impact diatas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Characterization Factor
Impact Assessment Unit Characterization
Factor
Global Warming kg CO2eq GWP 100
Ozone Depletation kg CFC-11eq
-
Human Toxicity Air m3
-
Sumber: (Putri, H.P., 2017).
4.4.3 Normalization
Normalization merupakan proses analisis data, dimana membandingkan
indikator dampak dengan antara kategori dampak. Prosedur ini menormalkan hasil
indikator dengan membagi dengan nilai referensi yang dipilih (Putri, H.P., 2017).
Normalization factor dari 3 impact di atas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Normalizatin Factor
Impact Assessment Unit Characterization
Factor
Global Warming ton CO2eq 8,7
Ozone Depletation kg CFC-11eq
0,2
Human Toxicity Air m3
9,18E+09
Sumber: (Putri, H.P., 2017
4.4.4 Weighting dan Single Score
Weighting score merupakan proses yang memberikan bobot terhadap
kategori dampak yang berbeda berdasarkan kepentingan peneliti. Single score
merupakan hasil dari weighting score yang berdasarkan proses kegiatan. Nilai
37
weighting dan single score didapatkan dari nilai normalization dikalikan dengan
characterization factor masing–masing impact sehingga dihasilkan dalam satuan
yang sama, yakni satuan single score (Pt). Pt adalah perwakilan satu per seribu
beban lingkungan penduduk Eropa (Putri, H.P., 2017).
Tabel 4.10 Weighting Factor
Impact Assessment Unit Characterization
Factor
Global Warming ton CO2eq 1,3
Ozone Depletation kg CFC-11eq
23
Human Toxicity Air m3
1,1
Sumber: (Putri, H.P., 2017)
4.5 Hasil Life Cycle Impact Assessment (LCIA)
4.5.1 Proses Pengupasan Singkong
Pada proses pengupasan singkong tidak terjadi dampak dari energi dan
emisi yang dihasilkannya karena energi yang dipakai tenaga manusia dan tidak
mempunyai emisi.
4.5.2 Proses Pencucian Singkong
4.5.2.1 Analisis Characterization
Analisis characterization pada proses pencucian singkong dapat dilihat pada
Gambar 4.3
Gambar 4.3 Diagram Characterization Pencucian Singkong
38
Dari data dan gambar di atas dapat dilihat bahwa listrik memberikan
dampak terhadap lingkungan. Pada impact global warming penggunaan listrik
memberikan kontribusi yang besar. Pemakaian air memberikan dampak yang
besar pada impact ozone depletation. Sedangkan pada impact human toxicity air
dan impact human toxicity water penggunaan listrik yang memberikan kontribusi
terbesar.
4.5.2.2 Analisis Normalization
Analisis normalization pada proses pencucian singkong dapat dilihat pada
Tabel 4.11 dan Gambar 4.4
Tabel 4.11 Analisis Normalization Pencucian Singkong
Impact
Input
unit Listrik Pemakaian air
Global
Warming
3.4e-4 6,24E-7 Kg CO2 eq
Ozone
Depletation
0 1e-4 Kg CFC11 eq
Human Toxicity
Air
1,5e-4 0 m³
Human Toxicity
Water
1e-4 0 m³
Gambar 4.4 Diagram Normalization Pencucian Singkong
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa global warming memberikan
dampak yang paling besar dibandingkan kategori impact ozone depletation impact
human toxicity air dan impact human toxicity water.
39
4.5.2.3 Analisis Weighting dan Single Score
Analisis weighting dan single score pada proses pencucian dapat dilihat pada
Tabel 4.12 Gambar 4.5 dan Gambar 4.6.
Tabel 4.12 Analisis Weighting dan Single Score Pencucian
Impact Unit
Input
Penggunaan
air
Listrik
Global Warming µPt 0 164
Ozone Depletation µPt 0 0,01
Human Toxicity
Air
µPt 0 0,02
Human Toxicity
Water
µPt 0 0
Gambar 4.5 Diagram Weighting Pencucian
Dari diagram weighting di atas dapat diketahui bahwa impact global
warming merupakan impact yang paling besar yang dihasilkan pada proses
pencucian yang berasal dari energi listrik.
Gambar 4.6 Diagram Single Score Pencucian
40
Dari diagram di atas dapat diketahui pemakaian listrik memberikan impact
yang paling besar dan kategori dampak yang paling besar yaitu global warming.
4.5.3 Proses Pemotongan Singkong
4.5.3.1 Analisis Characterization’
Analisis characterization pada proses pemotongan dapat dilihat pada
Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Diagram Characterization Pemotongan Singkong
Dari data dan gambar di atas dapat dilihat bahwa listrik memberikan
dampak terhadap lingkungan. Pada impact global warming penggunaan listrik
memberikan kontribusi yang besar. Pada bahan baku singkong memberikan
dampak yang besar pada impact ozone depletation. Sedangkan pada impact
human toxicity air dan impact human toxicity water bahan baku singkong yang
memberikan kontribusi terbesar dikarenakan bahan baku singkong faktor
pengangkutan bahan dan proses penanaman.
4.5.3.2 Analisis Normalization
Analisis normalization pada proses pemotongan singkong dapat dilihat
pada Gambar 4.8.
41
Gambar 4.8 Diagram Normalization Pemotongan
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa global warming dari energi
listrik memberikan dampak yang paling besar dibandingkan kategori impact
ozone depletation, impact human toxicity air dan impact human toxicity water.
4.5.3.3 Analisis Weighting dan Single Score
Analisis weighting dan single score pada proses pemotongan dapat dilihat
pada Tabel 4.13, Gambar 4.9 dan Gambar 4.10.
Tabel 4.13 Analisis Weighting dan Single Score Pemotongan
Impact Unit
Input
Singkong Listrik
Global Warming µPt 8 152
Ozone
Depletation
µPt 10 0
Human Toxicity
Air
µPt 1 1
Human Toxicity
Water
µPt 1 1
Gambar 4.9 Diagram Weighting Pemotongan
42
Gambar 4.10 Diagram Single Score Pengisian
Dari diagram di atas dapat diketahui pemakaian listrik memberikan impact
yang paling besar dan kategori dampak yang paling besar yaitu global warming.
4.5.4 Proses Penggorengan
4.5.4.1 Analisis Characterization
Analisis characterization pada proses pengorenggan dapat dilihat pada
Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Diagram Characterization Penggorengan
Dari diagram pada proses penggorengan terjadi dampak yang paling besar
di global warming sementara pada impact ozone deplation karena disebabkan oleh
emisi minyak penggorengannya.
4.5.4.2 Analisis Normalization
Analisis normalization pada proses penggorengan dapat dilihat pada Tabel
4.14 dan Gambar 4.12.
43
Tabel 4.14 Analisis Normalization Penggorengan
Impact
Input
Unit
Penggorengan Crude oil gas
Global Warming 2,4e-5 1e-7 2e-6 Kg CO2 eq
Ozone Depletation 0 1e-7 0 Kg CFC11 eq
Human Toxicity Air 3,8E-7 1e-8 0 m³
Human Toxicity
Water 0 1,8e-7 2e-6 m³
Gambar 4.12 Diagram Normalization Penggorengan
Pada diagram terlihat emisi dari penggorengan menyumbang andil terbesar
pada impact Human Toxicity Air.
4.5.4.3 Analisis Weighting dan Single Score
Analisis weighting dan single score pada proses penggorengan dapat
dilihat pada Tabel 4.15, Gambar 4.13 dan Gambar 4.14
Tabel 4.15 Analisis Weighting dan Single Score Penggorengan
Impact Unit
Input
penggorengan Crude oil gas
Global
Warming Pt 25 0,01 3
Ozone
Depletation Pt 0 2 0
Human
Toxicity Air Pt 39 0,003 0,002
Human
Toxicity
Water
Pt 0 3 0,5
44
Gambar 4.13 Grafik Weighting Penggorengan
Gambar 4.14 Grafik Single Score Penggorengan
Dari diagram di atas dapat diketahui proses penggorengan memberikan
impact yang paling besar dan kategori dampak yang paling besar yaitu global
warming. Emisi dari minyak memberikan dampak paling besar pada Human
Toxicity water.
4.6 Interpretasi Data
4.6.1 Analisis Kontribusi
Dalam Melakukan Interpretasi Data Perlu Dilakukan Analisis Kontribusi,
Dimana Analisis kontribusi menunjukkan kategori dampak yang memberikan
kontribusi paling besar terhadap lingkungan. Berikut diagram secara keseluruhan
proses pembuatan keripik sanjai tawar yang dilihat hanya dari segi energi yang
dipakai dan emisi yang dihasilkannya.
45
Gambar 4.15 Diagram keseluruhan proses pembuatan keripik
Berdasarkan diagram dampak global warming paling tinggi dihasilkan
pada proses pencucian singkong dimana disini pemakaian listrik yang besar.
Dampak Ozone Deplation terbesar dihasilkan pada proses pemotongan singkong
dampak ini dihasilkan pada bahan baku singkong tersebut. Pada software bahan
baku singkong juga melihat dari proses pembibitan hingga pengangkutan
singkong, tetapi pada tugas akhir ini penulis membatasi hanya pada proses
pembuatan keripik saja. Dampak pada Human Toxicity Air dan Human Toxicity
Water terdapat pada proses penggorengan dimana terdapat emisi yang dihasilkan
dari minyak dan energi dari gas, sehingga sewaktu menggoreng terdapat emisi. .
Karbon dioksida salah satu penyumbang global warming dimana
karbondioksida memiliki sifat dapat mengabsorbsi sinar infra merah yang sampai
di bumi, sehingga menyebabkan pemanasan global. Menurut perkiraan ahli
lingkungan, dalam waktu 500 tahun akan terjadi kenaikan suhu sebesar 22oC.
Kenaikan suhu akan mencairkan es di kutub, menaikkan permukaan air laut, dan
mengurangi luas daratan di bumi yang disebut sebagai efek rumah kaca. Kondisi
tersebut akan meningkatkan kemungkinan timbulnya kanker kulit pada manusia,
mempercepat pertumbuhan tanaman, menurunkan pH badan air, dan
mempengaruhi suhu serta kadar garam air laut. Semua faktor tersebut akan
mengganggu keseimbangan ekologi dan kesehatan manusia (Aziz, R, 2005).
4.6.2 Analisis Komparasi
Analisis komparasi bertujuan untuk membandingkan antar proses produksi,
sehingga bisa diketahui proses produksi yang menghasilkan dampak paling besar.
Berdasarkan data yang terdapat pada Gambar 4.15 dapat diketahui bahawa proses
produksi yang memberikan dampak paling besar yaitu proses pencucian. Hal ini
46
disebakan karena besarnya daya listrik yang dibutuhkan untuk mencuci dengan
air. Pada proses penggorengan terjadi impact yang paling besar pada impact
Human Toxicity Air, hal ini disebakan sewaktu terjadi proses penggorengan
menghasilkan emisi dan berdampak pada udara di sekitar.
4.6.3 Upaya Perbaikan
Upaya perbaikan yang disarankan untuk mengurangi dampak Global
Warming yang terjadi pada proses pencucian yaitu dengan memperkecil
pemakaian air dan menurunkan daya pompa air. Pada dampak human toxicity Air
upaya perbaikan dilakukan pada penurunan pemakaian minyak dan gas. Upaya ini
dilakukan dengan skenario sebagai berikut:
Tabel 4.16 Skenario Upaya Perbaikan
Proses Pencucian Proses Penggorengan
Data di
Lapangan Skenario
Data di
Lapangan Skenario
Listrik 0,375 kwh 0,275 kwh
Minyak 18 kg 18 kg 17.5 kg
Dari data tabel 4.16 diolah pada Software Simapro dan didapatkan penurunan
pada kategori dampak seperti gambar 4.17 berikut :
Gambar 4.17 Diagram keseluruhan dengan skenario data
Pada gambar 4.17 terjadi penurunan impact global warming dan human
toxicity air pada gambar 4.16 impact Global Warming pada proses pencucian
sebanyak 68 % dan terjad penurunan dengan memakai skenario sebanyak 7 %.
Dan pada impact human toxicity air terjadi penurunan sebanyak 2 %.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Daur hidup proses produksi keripik sanjai yaitu perolehan bahan baku, pengkuliti
singkong, pencucian, penggorengan dan pengemasan keripik sanjai.
2. Dampak yang ditimbulkan dalam proses produksi keripik sanjai dilihat dari limbah
pencucian singkong dan energi atau daya listrik yang digunakan karena komponen
yang digunakan dalam proses pencucian dan pemotongan.
3. Senyawa yang paling banyak dihasilkan pada proses pencucian dan pemotongan
keripik sanjai yaitu CO2 senyawa ini berperan dalam pemanasan global.
5.2 Saran
1. Kepada industri kecil dan menengah yang sedang dan akan berkembang
diharapkan lebih peduli dan mau mengkaji terkait dengan daur hidup produk
yang dihasilkan oleh industrinya. Sehingga bisa menjadikan industrinya
menjasi industri yang sadar dan ramah lingkungan.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menganalisa seluruh rangkaian dari
proses pembuatan keripik sanjai.
3. Pemerintah dan dinas terkait diharapakan dapat melakukan pengkajian lebih
lanjut tentang penilain daur hidup sehingga dapat menerpakan kajian ini
pada semua industri, sehingga industri yang ada bisa menjadi industri yang
sadar dan ramah lingkungan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Andesna Yosi, dkk.2019. Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Pandan Dan
Daun Suji Terhadap Kualitas Keripik Sanjai Lado Hijau. FPP
Universitas Negeri Padang.
Bagaswara MEA, dkk.2017 Analisis dan Rekayasa Proses Produksi untuk
Mengendalikan Environmental Impact Menggunakan Metode LCA.
Universitas Ma Chung.
International Oraganization for Standardization. 1997. ISO 14040
Environmental Management-Life Cycle Assessment. Switzerland.
ISO 14040. (2006) Environmental Management – Life Cycle Assessment –
Principles and Framework. Geneva: ISO .
Nisa, F., A. Tunggul Sutan Haji, Bambang Suharto, dan Sukrisno Widyotomo,
2015, Penentuan Tingkat Eko-efisiensi Proses Produksi Biji Kakao
Menggunakan Life Cycle Assessment Pada Unit Produksi di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jurnal Sumberdaya Alam dan
Lingkungan, pp 32-39, Teknik Lingkungan.
Windrianto Y,dkk.2016. Pengukuran Tingkat Eko-Efisiensi Menggunakan
Metode Life Cycle Assessment (Lca) Untuk Menciptakan Produksi Batik
Yang Efisien Dan Ramah Lingkungan (Studi Kasus di UKM Sri
Kuncoro Bantul). Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”
Yogyakarta.
Putri, H.P., 2017 Life Cycle Asessment (LCA) Emisi pada Proses Produksi
Bahan Bakar
Minyak (BBM) Jenis Bensin dengan Pendekatan Metode Analytical
Hierarchy
Process.Tugas Akhir.Institute Teknologi Sepuluh November.
Desy Itawati, dkk. Pengukuran Faktor Emisi Partikel Ultrafine dari Asap
Hasil Pemanasan Minyak Goreng. Jurusan Fisika. Universitas Brawijaya
Fandeli Chafid, 2012. Studi Optimalisasi Sequestrasi Karbon Diokssa (CO2)
Berbasis Rumah Tangga. Jurnal Fakultas Geografi Universitas Gajah
Mada
Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup No. Kep5-1/Menlh/10/1995