tugas akhir konsep perencanaan dan perancangan · tugas akhir konsep perencanaan dan perancangan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TUGAS AKHIR
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
GALERI SENI URBAN YOGYAKARTA DENGAN PENEKANAN PADA PENCITRAAN BENTUK BANGUNAN KONTEMPORER
Disusun oleh: Tomy Arief
[I0205120]
Dosen Pembimbing: Ir. A. Farkhan, MT
Amin Sumadyo, ST.MT
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
GALERI SENI URBAN YOGYAKARTA DENGAN PENEKANAN PADA
PENCITRAAN BENTUK BANGUNAN KONTEMPORER
DISUSUN OLEH : TOMY ARIEF NIM. I0205120
SURAKARTA, 26 OKTOBER 2010
Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh
PEMBIMBING TUGAS AKHIR
MENGESAHKAN,
PEMBIMBING I
IR. A. FARKHAN, MT
NIP. 19600101 199003 1 001
PEMBIMBING II
AMIN SUMADYO, ST, MT
NIP. 19720811 200012 1 001
PEMBANTU DEKAN I FAKULTAS TEKNIK UNS
IR. NOEGROHO JARWANTI, MT
NIP. 19561112 198403 2 007
KETUA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNS
IR. HARDIYATI, MT
NIP. 19561209 198601 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pengumpulan Karya Seni Dalam Suatu Galeri II-1
Gambar 2.2 Pameran Hasil Karya Seni Dalam Suatu Galeri II-1
Gambar 2.3 Konservasi Karya Seni Dalam Suatu Galeri II-2
Gambar 2.4 Konservasi Karya Seni Dalam Suatu Galeri II.2
Gambar 2.5 Kritik Sosial dalam Muatan Seni Urban II-7
Gambar 2.6 Seni yang Menghampiri Masyarakat di Ruang Publik II-8
Gambar 2.7 Mural yang berisi Kritik atas Kontroversi RUU APP II-9
Gambar 2.8 Grafitti di Bounes Aires Argentina yang Bergaya Stencil II-10
Gambar 2.9 Urban Toys yang Merupakan Crossover dari Berbagai
Macam Karakter
II-11
Gambar 2.10 Karya Seni Instalasi II-12
Gambar 2.11 Performance Art yang Memadukan Seni Pertunjukan dan
Instalasi
II-13
Gambar 2.12 Interior Imatra II-19
Gambar 2.13 Eksterior Imatra II-19
Gambar 2.14 Interior Guggenheims Gallery II-19
Gambar 2.15 Venna Venturi House II-20
Gambar 2.16 Peta Kotamadya Yogyakarta II-20
Gambar 2.17 Instalasi Pada Biennale II-25
Gambar 2.18 Performance pada Gelaran Perfurbance II-25
Gambar 2.19 Gelaran Kode Pos Art Project II-27
Gambar 2.20 Peta Pembagian Kawasan Kotamadya Yogyakarta II-28
Gambar 2.21 Peta Rencana Pemanfaatan Lahan Kotamadya
Yogyakarta
II-29
Gambar 2.22 Entrance Selasar Sunaryo II-30
Gambar 2.23 Interior Selasar Sunaryo II-30
Gambar 2.24 Aksonometri Rumah Seni Cemeti II-31
Gambar 2.25 Interior Rumah Seni Cemeti II-32
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Galeri Seni Uban III-3
Gambar 4.1 Alternatif Lokasi IV-1
Gambar 4.2 Site Terpilih IV-3
Gambar 4.3 Pola Kegiatan Galeri Seni Urban IV-6
Gambar 4.4 Bagan Hubungan Ruang Makro IV-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Gambar 4.5 Bagan Hubungan Ruang Mikro IV-16
Gambar 4.6 Analisa Pencapaian IV-20
Gambar 4.7 Analisa Penentuan ME dan SE IV-21
Gambar 4.8 Analisa Matahari IV-22
Gambar 4.9 Analisa Kebisingan IV-23
Gambar 4.10 Analisa View IV-24
Gambar 4.11 Analisa Sirkulasi IV-27
Gambar 4.12 Contoh Bangunan Kontemporer yang Menganut Double
Coding
IV-33
Gambar 4.13 Sistem Jaringan Air Bersih dengan Down Feed
Distribution
IV-40
Gambar 4.14 Sistem Pembuangan Air Kotor IV-41
Gambar 4.15 Sistem Instalasi Tenaga Listrik IV-44
Gambar 5.1 Site Terpilih V-1
Gambar 5.2 Konep ME/SE dan Sirkulasi V-4
Gambar 5.3 Sclupture pada Jalur Pedestrian V-5
Gambar 5.4 Lebar Jalur Sirkulasi Kendaraan V-5
Gambar 5.5 Lebar Jalur Sirkulasi Pedestrian V-6
Gambar 5.6 Respon Iklim pada Massa Pendidikan dan Pengelolaan V-6
Gambar 5.7 Respon Iklim pada Massa Kegiatan Pameran V-7
Gambar 5.8 Peletakan Vegetasi Mengelilingi Site V-7
Gambar 5.9 Zoning Berdasarkan Noise V-8
Gambar 5.10 Arah Orientasi Bangunan V-8
Gambar 5.11 Konsep Zonifikasi Site V-9
Gambar 5.12 Gubahan Massa Kelompok Kegiatan V-10
Gambar 5.13 Gubahan Massa Gabungan V-11
Gambar 5.14 Konsep Pola Tata Letak Massa Bangunan V-12
Gambar 5.15 Ekspresi dan Citra Bangunan V-12
Gambar 5.16 Persilangan Antar Langgam V-13
Gambar 5.17 Pola Jalan Setapak V-13
Gambar 5.18 Pondasi Footplate V-14
Gambar 5.19 Modul Struktur V-14
Gambar 5.20 Struktur Kantilever V-15
Gambar 5.21 Struktur Kuda-kuda Baja V-15
Gambar 5.22 Luminary Track V-15
Gambar 5.23 Aplikasi Luminary Track V-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Gambar 5.24 Lampu LED dan Pemainan Warna Ambient V-17
Gambar 5.25 Konsep Sistem Air Bersih V-17
Gambar 5.26 Konsep Pembuangan Air Kotor V-18
Gambar 5.27 Konsep Instalasi Listrik V-18
Gambar 5.28 Pemadam Kebakaran Busa V-19
Gambar 5.29 Pemadam Kebakaran Tepung Kering V-19
Gambar 5.30 Jenis Kamera CCTV V-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL .
Tabel 1.1. Jumlah Komunitas Seni Urban Yogyakarta I-4
Tabel 2.1. Perbandingan Seni Urban dan Seni Mainstream II-9
Tabel 2.2. Perbandingan Antara Modernisme dan Postmodernisme II-17
Tabel 4.1. Analisa Pemilihan Lokasi IV-2
Tabel 4.2. Penentuan Kelompok Kegiatan dan Pelaku Kegiatan IV-7
Tabel 4.3. Penentuan Kebutuhan Ruang Berdasarkan Analisa
Kegiatan
IV-7
Tabel 4.4. Perhitungan Besaran Ruang dan Program Ruang IV-10
Tabel 4.5. Perencanaan Ruang Dalam IV-17
Tabel 4.6. Perencanaan Ruang Luar IV-19
Tabel 4.7. Analisa Zonifikasi Kelompok Kegiatan IV-25
Tabel 4.8. Alternatif Jenis Sirkulasi IV-26
Tabel 4.9. Alternatif Massa Dasar Bangunan IV-28
Tabel 4.10. Alternatif Tata Massa Bangunan IV-28
Tabel 4.11. Alternatif Organisasi Massa Bangunan IV-29
Tabel 4.12. Ciri Khas Langgam/Gaya Arsitektur yang Pena Eksis di
Indonesia
IV-32
Tabel 4.13. Macam Pencahayaan IV-37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
DAFTAR ISI Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Ucapan Terima Kasih iii
Kata Pengantar v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
[BAB I] Pendahuluan
A. Judul I-1
B. Pemahaman Judul I-2
C. Latar Belakang I-3
D. Permasalahan I-7
D.1. Umum I-7
D.2. Khusus I-7
E. Tujuan Dan Sasaran I-7
F. Lingkup Penulisan I-8
F.1. Lingkup Materi I-8
F.2. Lingkup Wilayah I-8
G. Metoda Pengumpulan Data dan Pembahasan I-8
H. Sistematika Penulisan I-10
[BAB II] Tinjauan Pustaka
Galeri Seni, Seni Urban, Ruang Publik, Kontemporer Dan Kota Yogyakarta
A. Galeri Seni II-1
A.1. Pemahaman Galeri II-1
A.2. Perkembangan Fungsi Galeri II-1
A.3. Macam Galeri Seni II-3
A.4. Lingkup Kegiatan Galeri II-5
B. Seni Urban II-5
B.1. Pemahaman Seni Urban II-5
B.2. Macam Seni Urban II-9
C. Ruang Publik II-14
C.1. Ruang Publik Dalam Elemen Kota II-14
C.2. Ruang Publik Untuk Galeri Seni Urban
II-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
D. Bentuk Kontemporer II-15
D.1. Pemahaman Kontemporer II-15
D.2. Kontemporer Sebagai Bagian dari Gerakan Postmodern II-16
D.3. Kontemporer dalam Arsitektur II-18
E. Tinjauan Kota Yogyakarta II-20
E.1. Keadaan Geografi dan Klimatologis II-20
E.2. Potensi Kota Yogyakarta II-21
E.3. Perkembangan Seni Urban di Yogyakarta II-23
E.4. Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Yogyakarta II-28
F. Studi Kasus Galeri Seni II-30
F.1. Selasar Sunaryo Art Space Bandung II-30
F.2. Rumah Seni Cemeti Yogyakarta II-31
[BAB III] Galeri Seni Urban Yogyakarta yang Direncanakan
A. Pengertian III-1
B. Tujuan III-1
C. Fungsi, Motivasi dan Peranan Galeri Seni Urban III-1
D. Lingkup Pelayanan III-2
E, Status Kelembagaan III-2
F. Pengelola Galeri Seni Urban III-3
G. Kegiatan yang Diwadahi III-3
H. Pameran dan Koleksi III-4
I. Pelaku Kegiatan III-5
[BAB IV] Proses Penentuan Konsep Perencanaan dan Perancangan
Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan Pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
A. Analisa Makro
IV-1
A.1. Proses Penentuan Pemilihan Lokasi IV-1
A.2. Proses Penentuan Pemilihan Tapak IV-3
B. Analia Mikro IV-4
B.1. Analisa Pola Kegiatan IV-4
B.2. Analisa Peruangan IV-7
B.2.1. Analisa Kebutuhan Ruang IV-7
B.2.2. Analisa Besaran Ruang IV-10
B.2.3. Analisa Pola Hubungan Ruang IV-14
B.2.4. Analisa Persyaratan dan Perencanaan Ruang IV-16
B.3. Analisa Penentuan Sistem ME dan SE
IV-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
[BAB V] Konsep Perencanaan Dan Perancangan
Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan Pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
A. Konsep Pemilihan Lokasi dan Site V-1
B. Konsep Peruangan V-1
C. Konsep ME/SE dan Sirkulasi Tapak V-4
D. Konsep Klimatologi V-6
E. Konsep Kebisingan V-7
F. Konsep Orientasi V-8
G. Konsep Zoifikasi Site V-9
H. Konsep Gubahan Massa V-9
I. Konsep Bentuk dan Tampilan Bangunan V-12
J. Konsep Landscape Bangunan V-13
K. Konsep Sistem Struktur V-14
L. Konsep Pencahayaan V-15
M. Konsep Sistem Utilitas Bangunan V-17
Daftar Pustaka xiii
Lampiran
B.4. Analisa Konsep Klimatologi IV-21
B.5. Analisa Kebisingan IV-23
B.6. Analisa View dan Orientasi IV-24
B.7. Analia Zonifikasi Kelompok Kegiatan IV-24
B.8. Analisa Sirkulasi IV-26
B.9. Analisa Gubahan Massa IV-27
B.10. Analisa Bentuk dan Tampilan Bangunan IV-31
B.11. Analisa Penentuan Landscape Bangunan IV-33
B.12. Analisa Sistem Struktur IV-35
B.13. Analisa Sistem Pencahayaan IV-37
B.14. Analisa Sistem Utilitas Bangunan IV-40
B.14.1. Analisa Sistem Air Bersih IV-40
B.14.2. Analisa Sistem Air Kotor IV-40
B.14.3. Analisa Sitem Penghawaan IV-41
B.14.4. Analisa Sistem Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran IV-42
B.14.5. Analisa Sistem Instalasi Listrik IV-44
B.14.6. Analisa Sistem Pennangkal Petir IV-45
B.14.7. Analisa Sistem Keamanan Aset Pameran IV-46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐1
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
[BAB I] PENDAHULUAN
A. Judul
Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan Pada Pencitraan Bentuk Bangunan
Kontemporer
B. Pemahaman Judul
• Galeri: Berasal dari bahasa latin (galeria) yaitu ruang beratap dengan satu sisi
terbuka. Di Indonesia galeri sering diartikan sebagai ruang atau bangunan tersendiri
yang digunakan untk memamerkan karya seni. (Ensiklopedia Nasional Indonesia.
PT. Cipta Adi Pustaka. Jakarta. 1989)
• Seni urban: Urban art adalah seni yang mencirikan perkembangan kota, dimana
perkembangan itu kemudian melahirkan sistem di masyarakat yang secara struktur
dan kultur berbeda dengan struktur dan kultur masyarakat pedesaan.
(bandungcreativecityblog.wordpres.com)
• Citra: Image,kesan atau gambaran penghayatan yang menangkap arti bagi
seseoang. (Y.B Mangunwijaya. 1998. Wastu Citra. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama).
• Kontemporer: (1) semasa, sezaman; (2) bersamaan waktu, dalam waktu yang sama;
(3) masa kini, dewasa ini.( Badudu-Zein, 1994:714)
Pemahaman Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan Pada Pencitraan Bentuk
Bangunan Kontemporer:
Galeri seni yang menjadi wadah bagi seluruh elemen masyarakat Yogyakarta pada
khususnya untuk dapat mengekspresikan semangat urbannya malalui karya seni juga
sebagai ruang publik alternatif dengan kekhasan pada pencitraan bentuk bangunan
kontemporer
C. Latar Belakang Permasalahan
Urban art atau seni urban telah menjadi fenomena tersendiri di Indonesia. Seni urban
mulai muncul pada era 1990-an akhir dan terus berkembang meluas pada 2000-an.
Pada awal kemunculan mutakhirnya, di era pemerintahan rezim otoritarian kapitalistik
Orba masih berada pada puncak-puncak kekuasaan, dekade akhir 1990-an, seni
urban masihlah berupa gerakan kecil-kecilan, sporadis, kurang massif dan hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐2
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
dikerjakan sebagai semacam kegiatan “gerilya”1. Seni urban adalah karya seni yang
galerinya ditampilkan pada ruang publik yang tidak terjamah, mengkritisi keadaan
masyarakat sekaligus sebagai ajang komunikasi antar masyarakat. Lebih luasnya seni
urban dapat dipahamai sebagai berikut:
“Urban art lahir karena adanya kerinduan untuk merespon kreativitas masyarakat yang
tinggal di daerah perkotaan dengan segala problematikanya. Maka munculah usaha dari
sekelompok orang untuk memamerkan dan mendatangkan seni ditengah-tengah
masyarakat dengan cara melakukan kebebasan berekspresi di ruang publik. Ekspresi yang
ditampilkan adalah ekspresi yang mencoba memotret permasalahan-permasalahan yang
kerap terjadi dan mendominasi masyarakat urban mencakup masalah sosial, ekonomi,
politik dan budaya. Melalui media seni dan dilatarbelakangi oleh pertumbuhan dan
kapitalisasi kota itu sendiri. Zaman sekarang seni bukan lagi sebuah representasi yang
ditampilakan digaleri saja, tapi sebuah media ekspresi yang bertarung di fasilitas publik
dengan media lainnya seperti iklan di TV, billboard iklan, poster promosi, baliho dan lain-
lain. Semua media ekspresi tersebut mendominasi dihampir setiap fasilitas publik.
Urban art berhasil memangkas hubungan yang berjarak antara publik sebagai apresiator
dengan sebuah karya seni. Menggantikan fungsi seni yang tadinya agung, klasik, murni,
tinggi serta tradisional. Seni diposisikan sebagai sesuatu yang konservatif dan sarat
dengan nilai pengagungan. Urban art berhasil meruntuhkan nilai-nilai tersebut dengan
cara menghadirkannya ke tengah publik melalui media-media yang erat dengan keseharian
masyarakat kota. Tujuan urban art lebih berakar pada perbedaan sikap politik, anti
kemapanan, vandalisme dan perlawanan terhadap sistem dominan dimasyarakat”.2
Selain itu, seni urban juga dapat ditafsirkan sebagai perlawanan terhadap seni
modern yang sudah diproduksi, didistribusikan dan dikonsumsi secara kapitalistik.
Ketika seni rupa sudah masuk ke sistem pasar masyarakat kapitalistik, karya seni rupa
diproduksi, didistribusikan dan dikonsumsi secara kapitalistik. Seni urban juga
berusaha untuk melakukan pergeseran dari pengertian negatif seni rupa tinggi (high
art). Seni rupa tinggi (high art) adalah seni rupa yang terpisah dengan publik luas yang
hanya dipajang atau terisolasi di ruangan privat seniman, yang diasumsikan sebagai
bukan ruang publik: seperti gallery, museum, art shop; tidak diarahkan untuk
kepentingan membangun dialog dengan masyarakat tetapi lebih mengedepankan
1 iicul.wordpress.com/2008/08/15/jalan-seni-jalanan-yogyakarta/
2 bandungcreativecityblog.wordpress.com ditulis oleh Addy Handy
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐3
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
unsur estetik dan artistik yang diinginkan oleh individu pekerja seninya; lebih terkesan
menjujung tinggi seni untuk seni dan tidak mencangkup persoalan ekstraestetik3.
Di Indonesia sendiri seni urban berkembang pesat khususnya di kota-kota besar
dengan keheterogenitas penduduknya. Kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta
dan Surabaya menjadi telah pusat perkembangan seni urban di Indonesia. Diantara
kota-kota besar tersebut, kota yang paling pesat perkembangan seni urbannya adalah
Yogyakarta.
Seperti diketahui, Yogyakarta telah lama dikenal sebagai kota dengan nuansa seni
dan budaya yang kental. Di kota inilah lahir seniman-seniman terkenal Indonesia
seperti Affandi, Rusli, Y.B Mangunjaya, Hendra Gunawan dan masih banyak lagi. Kota
Yogyakarta juga merupakan contoh ideal dimana seni dan budaya modern
kontemporer yang diusung oleh para pendatang dapat berafiliasi dan membaur dengan
seni budaya tradisonal masayarakat setempat.
Perkembangan seni urban di Yogyakarta dimulai sejak tahun 1997 dengan
komunitas Apotik Komik sebagai pelepopornya. Komunitas Apotik Komik pertama kali
menghadirkan seni ke ranah publik dengan menempelkan “mural” berupa komik pada
kain dan triplek yang kemudian dipamerkannya di luar ruangan. Selanjutnya Apotik
Komik gencar mengadakan praktek berkesenian di ruang publik, tidak hanya
berkegiatan sendirian, tetapi juga dengan melibatkan mayarakat setempat seperti
dalam proyek Koe Pos Art Project dan Kampung Sebelah Art Project.
Pada tahun yang sama juga lahir komunitas Lembaga Budaya Kerakyatan Taring
Padi yang merupakan gabungan dari para pekerja seni dan mahasiswa ISI Yogyakarta.
Kelompok Lembaga Budaya Kerakyatan Taring Padi adalah kelompok yang secara
intens menciptakan karya-karya yang mereka tempatkan pada ruang publik. Tujuan
mereka sangat jelas, memakai ruang publik untuk mempresentasikan karya-karya
mereka yang sarat dengan pesan-pesan sosial, agar karya-karya tersebut bisa
dikomunikasikan kepada masyarakat luas. Mereka memakai seni rupa sebagai media
untuk penyadaran kepada masyarakat. Aktivitas seni rupa LBK Taring Padi dibagi
dalam dua kecenderungan, yaitu yang bersifat praksis yang biasanya dilakukan
bersama masyarakat, dan kecenderungan lain adalah penciptaan karya-karya
individual. Praksis adalah aktivitas antara seniman dan komunitas masyarakat yang
3 Makalah yang disampaikan pada Diskusi Mural Kota Yogya, Kerja Sama Jogja Fine Art
Community-Harian Bernas dan kemudian dipublikasaikan secara luas dalam Harian
Bernas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐4
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
mempergunakan media seni rupa. Aktivitas ini bertujuan untuk membangun kesadaran
baru bagi masyarakat akan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya4.
Hingga saat ini komunitas seni urban Yogyakarta telah berkembang dengan pesat
termasuk didalamnya para penggiat seni kontemporer. Tidak ada data yang pasti
mengenai jumlah komunitas seni urban di Yogyakarta dikarenakan sifat komunitas ini
yang tidak terikat dan bebas. Tapi berdasarkan dokumentasi yang dilakukan komunitas
Gelaran Budaya yang kemudian dipublikasikan dalam Gelaran Almanak Seni Rupa
Jogja 1999-2009, setidaknya ada 101 komunitas seni yang masih aktif di Yogyakarta
dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jumlah Komunitas Seni Urban Yogyakarta
Jenis Kesenian Jumlah Komunitas
Seni Lukis 11
Seni Patung 1
Seni Grafis 8
New Media Art/Performance Art 6
Fotografi 11
Film 64
Jumlah 101
Data di atas belum mencangkup komunitas-komunitas yang bergerak secara ‘bawah
tanah’ serta para penggiat seni yang beraktifitas secara individu.
Festival serta acara-acara kesenian juga semakin banyak diadakan untuk
merespon perkembangan komnitas-komunitas seni urban di Yogyakarta dan semuanya
mendapatkan antusiasme besar dari mayarakat Yogyakarta sendiri. Tercatat ada 22
gelaran seni yang memiliki lingkup Kota Yogyakarta dan 6 diantaranya bersifat rutin
(Gelaran Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2009, Gelaran Budaya, 2009). Gelaran yang
bersifat rutin itu adalah Biannale Jogja, Perfurbance, Festival Kesenian Yogya (FKY),
Jogja Art Fair, Beber Seni Yogyakarta dan Fetival Film Dokumenter Yogyakarta.
Tapi perkembangan komunitas seni urban ini tidak dibarengi dengan
perkembangan wadah yang dapat menampung ekspresi berkesenian komunitas ini.
Galeri seni seharusnya cukup potensial untuk dapat menjadi wadah tersebut. Tapi
galeri tersebut telah dimasuki oleh prinsip-prinsip komersialisme. Karya seni yang 4 www.karbonjournal.org dalam Seni rupa (dalam ruang) Publik ditulis oleh FX Harsono
Sumber: Gelaran Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2009, Gelaran Budaya, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐5
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
ditampilkan lebih bertujuan untuk mencari keuntungan tanpa memperdulikan adanya
apresiasi dari masyarakat luas. Galeri-galeri tersebut didesain secara eksklusif, megah
dan angkuh dimana hanya kalangan-kalangan tertentu saja yang dapat masuk ke sana.
Padahal karya seni diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi oleh semua kalangan
tanpa memperdulikan status, kedudukan dan strata sosial masyarakat. Hal inilah yang
mendorong para penggiat seni urban lebih memilih melakukan kesenian di ruang
publik. Tidak ada wadah legal yang dapat diajak bekerjasama dan berkompromi.
Akibatnya, aktifitas berkesenian yang mereka lakukan sering mendapat cap buruk oleh
sebagian kalangan. Salah satu bentuk seni urban, yaitu mural telah lama mendapat
label negatif dari masyarakat yang lebih konservatif. Mural dianggap sebagai aktifitas
yang merugikan, tidak tertib bahkan terkadang dikategorikan sebagai tindak kriminal.
Padahal bagi penggiatnya, mural bertujuan untuk lebih memberikan warna bagi
kotanya sendiri selain itu juga berfungsi bagai kritik sosial dan yang lebih penting
adalah untuk membawa seni untuk lebih dekat kepada masyarakat sehingga dapat
diapresiasi secara luas.
Lain lagi dengan performance art yang diwakili oleh teater dan sajian musik
jalanan. Orang-orang yang berkecimpung dalam dunia performance art jalanan jelas
sekali kesulitan untuk dapat berkarya dan menampilkan karyanya kepada publik.
Seandainya mereka terpaksa untuk pentas, mereka akan melakukannya di jalanan,
tempat-tempat parkir, pelataran mall dan halaman-halaman bangunan publik.
Masalahnya sama seperti pada mural, kegiatan yang mereka lakukan telah mendapat
label “aneh”. Pemusik jalanan digeneralisasikan sebagai pengemen sedangkan pentas
performance art harus “kucing-kucingan” dengan aparat.
Disini diperlukan perubahan paradigma fungsi galeri dari sekedar sebagai runag
pamer menjadi ruang untuk seni itu sendiri. Galeri tidak hanya mengemban misi
dokumentasi saja tapi juga misi eksplorasi dan edukasi. Artinya galeri seni harus dapat
mengakomodasi kegiatan-kegiatan berkesenian seperti penciptaan karya,
mendokumentasikannya dan kemudian mengapresiasikannya. Di Yogyakarta sendiri
terdapat sekitar 47 galeri seni dimana 28 diantaranya merupakan bangunan yang
murni berfungi sebagai galeri seni dan sisa 19 lainnya adalah ruang pamer yang
bergabung dengan fungsi bangunan lain. Diantara 47 galeri terebut 11 diantaranya
dikategorikan sebagai galeri yang teraktif dan hanya 7 galeri yang merupakan galeri
publik (bukan kepunyaan pribadi). (Gelaran Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2009,
Gelaran Budaya, 2009).
Ruang publik dalam arti yang sungguh-sungguh murni adalah ruang yang memang
tidak boleh dikuasai oleh pihak atau kelompok tertentu siapapun. Karena itu dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐6
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
sendirinya bersifat terbuka, sekuler dan non-partisan. Di ruang-ruang bersifat seperti
inilah seni urban tumbuh dan berkembang. Hal tersebut dikarenakan seni urban
bukanlah merupakan hasil pemikiran pribadi saja, tetapi ada proses dialog, komunikasi
dan brainstorming dalam proses penciptaanya yang kemudian karyanya harus dapat
diapresiasi oleh masyarakat luas
Image galeri saat ini yang cenderung tertutup, eksklusif dengan target segmentif
tidak sesuai dengan semangat seni urban. Untuk itu galeri seni harus dapat menjadi
atau setidaknya memiliki sifat seperti ruang publik. Sifat interaktif ruang publik yang
dihadirkan melalui ruang-ruang eksterior terbuka, elemen pembentuk ruang yang
fleksibel serta tidak massif dan penempatan lokasi yang familiar dengan kehidupan
urban masyarakat setempat. Semua hal tersebut dimaksudkan agar galeri seni dapat
dikunjungi oleh lapisan masyarakat manapun tanapa ada batasan strata sosial
sehingga tercipta dialog antara seniman--melalui karya seninya--dengan masyarakat
lewat proses apresiasi.
Suatu galeri seni yang merefleksikan apa yang dipamerkan di dalamnya haruslah
memiliki jiwa dari seni yang diwadahinya. Jiwa dari seni urban adalah ’kekinian’,
universal dan kebebasan apresiasi. Sama dengan jiwa yang diusung oleh bentuk-
bentuk kontemporer.
Kontemporer memiliki jiwa pencarian bentuk, jati diri dan ciri khas. Dalam
arsitektur sendiri, kontemporer dapat diartikan sebagai ’kekinian’. Sebagai bagian dari
gerakan post modern yang merupakan counter culture dari paham modern, bentuk
kontemporer memiliki kekhasan pada bentuk yang mengundang berbagai macam
ekspresi bagi yang mengapresiasikannya. Bentuknya tidak terikat oleh langgam
tertentu dengan pemahaman bentuk yang bervariasi Ciri-cirinya mengacu pada
pluralisme, dekonstruksionisme, multikulturalisme, post-kolonialisme den feminisme
(Yasraf Amir Piliang, 2006: 75). Hal ini selaras dengan jiwa seni urban itu sendiri, jiwa
seni yang bebas dengan apresiasi yang bebas dari para penikmatnya dan tidak
memiliki kekhususan ataupun keberpihakan pada aliran seni tertentu. Seni urban juga
siap menerima masukan-masukan baru baik dalam bentuk dan ciri khas guna
menentukan jati dirinya sendiri.
Bentuk-bentuk kontemporer mungkin belum dapat diterima dan diapresiasi oleh
budaya Indonesia, tapi setidaknya bentuk kontemporer yang terkesan aneh, baru dan
tidak lazim akan menarik minat masyarakat serta memberikan ciri khas dan hal yang
akan menjadi ikon bagi suatu karya arsitektural.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐7
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa perkembangan seni urban di
Yogyakarta belum diimbangi oleh adanya wadah untuk menampung kegiatan
berkesenian para pelakunya. Oleh karena itu diperlukan suatu galeri seni urban yang
tidak hanya memiliki misi dokumentasi saja, tetapi juga berperan dalam poses
penciptaan, memamerkan dan pengapresiasian suatu karya seni. Galeri seni yang
memiliki sifat ruang publik sehigga tidak segmentif serta dapat menciptakan suatu
dialog yang bebas dan demokratis.
D. Permasalahan
D.1. Umum
Bagaimana merencanakan dan merancang galeri yang dapat mewadahi ekspresi
dari seni urban kontemporer sekaligus berfungsi sebagai ruang publik alternatif bagi
masyarakat dengan mengutamakan pada pencitraan bentuk bangunan yang
kontemporer sesuai dengan semangat seni urban itu sendiri.
D.2. Khusus
• Menentukan lokasi tapak site yang mudah dicapai serta ikonik bagi masyarakat
Yogyakarta
• Menentukan building massa, orientasi, sirkulasi dan tata vegetasi yang dapat
menciptakan suasana interaktif sebagai ruang publik
• Menentukan tampilan bangunan yang mencitrakan bentuk bangunan yang
kontemporer
• Menentukan sistem strukur yang mendukung pemanfaatan dan peruntukan
ruang secara maksimal serta pembentukan bentuk bangunan yang
kontemporer
E. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Mewujudkan suatu rancang bangun yang dapat mewadahi keinginan masyarakat
untuk menikmati “kepublikannya secara demokratis” dan mengekspresikan
ekspresi estetiknya lewat seni urban yang semua hal tersebut akhirnya diwujudkan
oleh suatu Galeri Seni Urban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐8
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
2. Sasaran
Sasaran dari penulisan konsep ini adalah :
a. Rumusan penentuan lokasi site perencanaan melalui penyesuaian terhadap
prinsip desain arsitektural yang sesuai dengan kebutuhan bagi kegiatan dalam
galeri seni urban
b. Rumusan konsep pola tata massa dan pola sirkulasi yang sesuai bagi wadah
kegiatan dengan suasana interaktif sebagai ruang publik
c. Rumusan konsep tampilan bangunan yang dapat mencitrakan suatu bentuk
bangunan kontemporer disertai system struktur yang mendukungnya
F. Lingkup Penulisan
F.1. Lingkup Materi
Penulisan dilakukan melalui pendekatan pengungkapan permasalahan, analisa
dan sintesa secara arsitektural serta hal-hal yang berkaitan dengan konsep
perencanaan desain yang akan direncanakan (faktor teknis), sedangkan faktor-faktor
non-teknis dan disiplin ilmu lain merupakan faktor pendukung serta masukan yang
berguna bagi kesempurnaan pembahasan.
F.2. Lingkup Wilayah
Wilayah yang menjadi potensi terpilih sebagai wilayah studi yaitu Kota
Yogyakarta. Maka langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya yaitu :
a. Identifikasi potensi yang dimiliki wilayah studi yang mendukung untuk
perencanaan galeri seni urban di wilayah tersebut, untuk menentukan site
yang potensial bagi perencanaan desain
b. Pengamatan dan analisa kondisi fisik dan non-fisik site untuk kelayakannya
sebagai site perencanaan desain
G. Metode Pengumpulan Data
Metode yang akan dilakukakan guna mendapatkan data yang akan diunakan untuk
proses dasar penyusunan sebuah konsep. Dalam hal ini teradapat beberapa metode yang
dilakukan guna tujuan tersebut, terdiri dari metode pengumpulan data primer dan
sekunder.
G.1. Metode Pengumpulan Data Primer
• Melalui survey terhadap komunitas-komunitas seni urban serta galeri-galeri
yang telah ada, survey yang dilakukan guna mendapatkan data pendukung
berupa data statistik fakta-fakta tentang perkembangan seni urban yang
terdapat di Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐9
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Melakukan studi banding untuk menentukan preseden. Studi banding
dilakukan terhadap bangunan galeri-galeri yang sesuai dengan konsep Galeri
Seni Urban yang direncanakan dan kegiatan-kegiatan para penggiat seni
urban.
G.2. Metode Pengumpulan Data Sekunder
G.2.1 Studi Literatur
• Mencari referensi buku yang berkaitan dan representatif dengan konsep
sebuah Galeri Seni Urban dan bentuk kotemporer.
• Mencari buku di perpustakaan baik perpustakaan umum, dan perpustakaan
jurusan Senirupa
• Mencari referensi kasus konsep perancangan yang sudah ada sebelumnya
• Mencari refrensi mengenai seni urban melalui pencarian di internet
• Mencari buku-buku yang berkaitan dengan seni urban melalui toko buku
G.3. Metode Mengolah Data
Terdapat beberapa langkah dalam mengolah data yang didapat baik data primer
maupun data sekunder, diantaranya:
G.3.1 Penyortiran Data
Menyortir data-data yang diperlukan, penyortiran dilakukan sesuai
dengan aspek penekanan galeri seni urban yang ingin dirancang.
G.3.2 Korelasi data
Mengkorelasikan/menghubungkan antara data yang satu dengan data
yang lainnya, data primer dan data sekunder.
G.3.3 Pemaparan Data
Memaparkan hasil data yang didapat yang disajikan dalam beberapa bentuk,
diantaranya:
• Deskripsi data
• Gambar
• Dokumentasi
• Tabel
• Grafik
• Dll
G.3.4 Analisis Data
• Analisa data yang didapat di lapangan (data primer) dengan data yang didapat
melalui refrensi (data sekunder)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I‐10
BAB I Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Menganalisa data, guna mendapatkan aspek-aspek yang sesuai dengan
dasar-dasar karakter bentuk kontemporer.
• Membagi tiap-tiap data yang didapat kedalam pokok-pokok pembahasan dan
dijadikan sebagai data pendukung.
• Mencari benang merah antara ekspresi estetis seni urban dari data yang
didapat dengan arsitektur yang mencitrakan bentuk kontemporer berdasarkan
data yang sudah didapat
G.3.5 Menarik kesimpulan
H. Sistematika Pembahasan
Tahap I
Mengemukakan latar belakang masalah, permasalahan dan persoalan, tujuan dan
sasaran pembahasan, metoda pembahasan, dan sistematika penulisan.
Tahap II Mengeksplorasi teori-teori dalam seni urban dan perkembangannya khususnya di
Yogyakarta, serta pemikiran ruang publik untuk galeri seni.
Tahap III
Mengeksplorasi prinsip kontemporer dalam kaitannya dengan arsitektur. Melakukan
pendalaman terhadap prinsip-prinsip desain serta semangat kontemporer sebagai
bagian dari gerakan post-modern secara khusus dan mengkaitkannya dengan konsep
desain yang dibutuhkan pada pewadahan kegiatan seni, terutama seni urban.
Tahap IV
Menjabarkan preseden Galeri Seni serta wadah-wadah pengembangan dan pusat seni
yang telah ada di dunia dan Indonesia, sebagai studi banding dan kajian referensional
bagi tahap perumusan konsep.
Tahap V
Proses penentuan konsep perencanaan dan perancangan melalui analisa yang
dimulai dengan analisa mikro (analisa kegiatan), Kebutuhan dan besaran ruang) dan
berlanjut ke analisa makro (analisa pemilihan site dan pengolahannya)
Tahap VI
Mengungkapkan konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil akhir
dari proses analisa untuk kemudian ditransformasikan dalam wujud desain fisik
bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐1
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
[BAB II] TINJAUAN PUSTAKA GALERI SENI, SENI URBAN, RUANG PUBLIK, KONTEMPORER DAN KOTA
YOGYAKARTA A. Galeri Seni
A.1 . Pemahaman Galeri
Galeri diartikan sebagai ruang/bangunan tersendiri yang digunakan untuk
memamerkan karya seni. Lalu selain itu juga memberi pelayanan dalam bidang seni
baik itu konsultasi ataupun workshop yang dapat menumbuhkan jiwa seni dalam
masyarakat.
A.2 . Perkembangan Fungsi Galeri
Perkembangan galeri seni dapat dilihat bahwa fungsi awalnya adalah
memamerkan hasil-hasil seni agar dapat dikenal oleh masyarakat. Dengan demikian
terlihat adanya usaha :
• Mengumpulkan hasil-hasil karya seni sebagai koleksi
• Memamerkan hasil-hasil karya seni agar dikenal masyarakat
• Memelihara hasil-hasil karya seni agar tidak rusak (bersifat memelihara/konservasi)
Terjemahan dari fungsi baru yang terjadi adalah sebagai berikut.
Sebagai tempat mengumpulkan karya seni,
yaitu dengan melakukan penyimpanan karya seni
pada ruang penyimpanan yang pada akhirnya dapat
dipamerkan kembali. Sebagai contoh karya-karya seni
rupa koleksi Galeri Nasional Indonesia yang sebagian
besar di tempatkan di ruang penyimpanan (storage)
yang sudah memenuhi persyaratan peyimpanan
karya seni rupa karena ruang penyimpanan tersebut
sudah dilengkapi dengan fasilitas mesin penyejuk
ruangan, alat pengatur suhu udara, lemari kayu,
panel geser, panel kawat dan panel kayu, serta
dilengkapi juga dengan alarm system sebagai sarana
pengamanannya.
Sebagai tempat memamerkan hasil karya seni
agar dikenal masyarakat. Ini merupakan fungsi utama
sebuah galeri, sehingga pada umumnya ruang yang
Gambar 2.1 Pengumpulan Karya Seni Dalam Suatu Galeri Sumber: Dokumetasi Pribadi
Gambar 2.2 Pameran Hasil Karya Seni Dalam Suatu Galeri Sumber: Dokumetasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐2
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
digunakan sebagai temapt memamerkan karya seni ini memiliki bentuk-bentuk ruang
yang menarik,baik dari segi pencahayaan yang menggunakan lampu-lampu spot, warna
dinding yang kontras dengan lukisan yang menempel di dinding sehingga membuat
karya seni tersebut hidup.
Sebagai tempat memelihara hasil karya seni
agar tidak rusak. Ruang yang digunakan untuk
memelihara karya seni ini biasa disebut dengan ruang
restorasi-konservasi. Pekerjaan konservasi-restorasi
dilakukan pada Laboratarium Konservasi dengan
fasilitas penerangan lampu polikhromatis dan ultra-
violet. Bersikulasi udara, ber- AC, dan dialiri air
distilasi. Laboratarium ini juga dilengkapi tabung-
tabung gelas yang berfungsi sebagai wadah atau alat
ukur/ analisa, alat-alat ukur elektronik dan komputer pendukung untuk analisa dan
simulasi pekerjaan teknis mekanis. Alat mikrokopis, alat kontrol klimotologi, ruang
fumigasi serta alat pendingin untuk membasmi jamur atau serangga juga melengkapi
laboratorium ini.
Sebagai tempat
mengajak/mendorong/meningkatkan apresiasi
masyarakat. Dimana pada umumnya karya-karya
seni yang dipamerkan tersebut memilki sebuah arti
yang ingin disampaikan oleh seniman kepada
masyarakat, sehingga dengan itu, masyarakat dapat
mengapresiasi karya-karya yang dipamerkan
tersebut apakah itu berlebihan atau tidak.. Ruang-
ruang yang digunakan sudah tentu merupakan ruang
pameran itu sendiri dimana karya-karya seniman dipamerkan untuk masyarakat.
Sebagai tempat transaksi jual beli untuk merangsang kelangsungan hidup seni.
Ini merupakan salah satu kegiatan yang utama pada galeri seni. Walaupun dalam
keadaan yang sesungguhnya kegiatan ini tidak seperti kegiatan jual beli di pasar
dengan tingkat kebisingan tinggi dan biasanya pelaku dari kegiatan ini adalah seorang
kolektor benda seni. Kegiatan ini juga menggunakan ruang khusus dimana kolektor
dan seniman dapat menggunakan ruang tersebut untuk melakukan transaksi jual beli.
Pada hakekatnya galeri seni berfungsi sebagai servis bagi public bidang seni
rupa. Servis pelayanan ini menunjukan aktivitas utama yang mempengaruhi sifat dan
yang menjadi dasar falsafahnya. Servis dimaksudkan dengan memberi pelayanan bagi
K
Bentuk
Gambar 2.3 Konservasi Karya Seni Dalam Suatu Galeri Sumber: Dokumetasi Pribadi
Gambar 2.4 Apresiasi Masyarakat Akan Karya Seni Sumber: Dokumetasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐3
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
kepuasan public baik sebagai kelompok social maupun individu sebagai seniman
ataupun masyarakat umum. Oleh sebab itu servis harus memenuhi:
• Kepuasan fisik yang merupakan kepuasan yang dicapai oleh panca indera, yaoitu
penglihatan, perasaan, dan peraba.
• Kepuasan psikis, yang merupakan kepuasan jiwa sebagai reaksi pada suasana dan
kesan dari bangunan dan pelayanan yang diberikan baik oleh pengelola/pegawai
maupun materi seninya
A.3. Macam Galeri Seni
Sebenarnya belum ada klasifikasi yang jelas mengenai macam-macam galeri seni
terlebih akan materi khusus yang dipublikasikan, akan tetapi dengan pendekatan
bentuk, sifat dan isinya yang menonjol, beberapa menggolongkan sbb:
a. Galeri seni berdasarkan bentuk
Tradisional art gallery yaitu suatu galeri yang aktifitasnya diselenggarakan
pada selasar-selasar atau lorong-lorong panjang. Walaupun bentuk galeri ini
yang tradisional, tetapi belum tentu juga karya seni yang dipamerkan berupa
karya-karya yang dinilai sebagai karya seni yang lama atau kuno sehingga
berkesan tradisional.
Modern art gallery yaitu suatu galeri dengan perencanaan ruang secara
modern atau merupakan kompleks bangunan. Kompleks bangunan ini
biasanya terdiri dari beberapa ruang pameran. Sebagai contoh adalah Galeri
Nasional Indonesia yang memeilki beberapa masssa bangunan dengan fungsi
sebagai ruang pameran dan kegiatan pendukung lainnya. Karya-karya yang
dipamerkan pada Modern art gallery biasanya adalah sebuah karya seni yang
modern atau kontemporer. Sehingga hal ini sesuai dengan perencanaan ruang
b. Galeri seni berdasarkan sifat kepemilikan
Privat art gallery merupakan suatu galeri yang merupakan milik perseorangan
atau sekelompok orang. Pada galeri ini biasanya karya-karya yang dipamerkan
berasal dari pemilik galeri ini sendiri yang juga merupakan seorang seniman.
Seniman ini sudah tentu adalah seorang seniman yang sudah terkenal,
sehingga mereka berani untuk membuka galeri sendiri yang karyanya juga
hasil karya mereka sendiri tanpa takut galeri tersebut akan dikunjungi banyak
orang atau tidak, karena setiap orang memiliki pandangan sendiri-sendiri
terhadap karya mereka. Pemilik lain privat galeri ini biasanya merupakan
sebuah institusi dimana karya-karya yang dipamerkan berasal dari institusi itu
sendiri, baik dari siswa maupun staf-staf pengajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐4
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Public art gallery, yaitu suatu galeri yang merupakan milik pemerintah dan
terbuka untuk umum. Untuk galeri ini karya-karya yang dipamerkan
bermacam-macam sesuai dengan keinginan seniman untuk membuat suatu
karya seni. Sehingga karya yang dipamerkan biasanya sesuai dengan kondisi
atau trend yang pada waktu itu sedang muncul. Pengguna dari galeri berasal
dari bermacam-macam seniman baik yang sudah terkenal maupun yang
belum terkenal, tua atau muda dan dengan berbagai macam bentuk aliran
yang dianutnya.
c. Galeri seni berdasarkan isi atau materi seni
Gallery of primitive art, yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan aktifitas di
bidang seni primitive. Hal ini biasanya digunakan untuk mempertahankan
budaya suatu bangsa yang muncul pada saat jaman prasejarah hingga dikenal
sampai luar negeri. Yang mana kebudayaan ini mungkin menjadi sesuatu yang
menarik dikalangan pecinta seni dari luar dan dalam negeri tersebut. Karena
bentuk kesenian ini masih natural dan belum terjamah dari luar pada saat
budaya tersebut dulu ada.
Gallery of classical art, yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan aktifitas di
bidang seni klasik. Seni ini menggambarkan bentuk-bentuk budaya tradisional
di suatu bangsa. Untuk Indonesia sendiri memilki banyak sekali suku sehingga
ragam budaya yang muncul juga semakin banyak.
Gallery of modern art, yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan aktifitas di
bidang seni modern. Dalam seni modern bentuk karya seni yang dipamerkan
biasanya mengandung maksud atau arti yang mengkritik sesuatu baik itu
budaya, sosial, ataupun politik suatu bangsa dan dengan itu maka karya seni
tersebut pasti sejalan beriringan dengan perkembangan jaman atau bisa
disebut karya seni yang kekinian. Sehingga dengan adanya karya ini seseorang
dapat mengerti tujuan dari karya ini dibuat.
Berdasarkan macam seni yang disajikan beberapa galeri (yang sudah umum)
biasanya merupakan galeri seni terwujud (2D/3D) dengan macam karya seni
rupa berupa seni lukis (galeri seni lukis), fotografi (galeri fotografi), batik
(galeri/museum batik), instalasi-instalasi dsb.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐5
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
A.4. Lingkup Kegiatan Galeri
Ada beberapa penggolongan kegiatan yang biasa dijumpai di Galeri Seni, antara
lain :
a. Kegiatan Rekreasional
Pameran sebagai alternative tujuan rekreasi yang mendidik bagi masyarakat,
diadakan secara rutin dan menjadi kegiatan utama yang bertujuan untuk
memperkenalkan dan menjual hasil karya seni lukis kontemporer.
b. Kegiatan Pendidikan
• Diikuti oleh masyarakat umum peminat seni atau para seniman muda lewat
kursus pendalaman seni.
• Para pengamat seni yang ingin melakukan studi baik secara teori maupun
praktek.
• Pengadaan seminar, acara diskusi. studi l iteratur lewat perpustakaan
maupun melalui dunia maya yang menunjang perkembangan seni lukis
kontemporer.
• Eksperimen-eksperimen yang dapat dilakukan di workshop atau studio yang
disediakan setelah menambah wawasan melalui studi demi memantapkan
ide-ide baru bagi para seniman.
c. Kegiatan Pendukung :
Adanya sebuah pagelaran seni yang dapat dijadikan sebagai pembukaan pameran
dan juga menarik minat pengunjung untuk dating.
B. Seni Urban
B.1. Pemahaman Seni Urban
Pada dasarnya seni urban dapat dilihat sebagai fenomena. Wilayah-wilayah
urbanlah yang kerap menjadi medan bagi para penggiat seni urban untuk menuangkan
ekspresi dan ide gagasannya. Keinginan untuk berkesenian di tempat-tempat yang
tidak memungkinkan, membuat wilayah urban menjadi wilayah yan representaif dan
juga variatif untuk menjadi media visualisasi seni. Bahwa wilayah urban lebih dekat
dengan realita kehidupan masyarakat maka terdapat kebebasan berekspresi lebih
bebas dari pada ruang pameran atau galeri yang memiliki batasan akses oleh
masyarakat.
Seni inipun, pada akhirnya, menjadi bagian dari kehidupan masyarakat secara
langsung. Para pelaku seni ini tanpa disadari telah memproduksi budayanya sendiri,
budaya urban. Lantas muncul apa yang disebut dengan pemaknaan. Pemaknaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐6
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
terjadi ketika masyarakat mengamati dan pada akhirnya menjustifikasi bahwa para
pelaku ini sedang memproduksi apa yang menjadi hasil dari seni urban dengan
mengambil, menarik dan mengdokumentasikannya.
Penjelasan yang lebih menarik mengenai seni urban dapat dilihat dari kutipan
berikut ini:
Urban art adalah seni yang mencirikan perkembangan kota, dimana
perkembangan itu kemudian melahirkan sistem di masyarakat yang secara
struktur dan kultur berbeda dengan struktur dan kultur masyarakat pedesaan.
Saat ini seni bukan lagi sekedar berlatar belakang tradisi tapi justru lebih
merespon tradisi-tradisi baru terutama di daerah perkotaan yang secara
demografis dihuni oleh anggota masyarakat yang sangat heterogen.
Urban art lahir karena adanya kerinduan untuk merespon kreativitas
masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan dengan segala problematikanya.
Maka munculah usaha dari sekelompok orang untuk memamerkan dan
mendatangkan seni ditengah-tengah masyarakat dengan cara melakukan
kebebasan berekspresi di ruang publik. Ekspresi yang ditampilkan adalah
ekspresi yang mencoba memotret permasalahan-permasalahan yang kerap
terjadi dan mendominasi masyarakat urban mencakup masalah sosial,
ekonomi, politik dan budaya. Melalui media seni dan dilatarbelakangi oleh
pertumbuhan dan kapitalisasi kota itu sendiri. Zaman sekarang seni bukan
lagi sebuah representasi yang ditampilakan digaleri saja, tapi sebuah media
ekspresi yang bertarung di fasilitas publik dengan media lainnya seperti iklan
di TV, billboard iklan, poster promosi, baligo dan lain-lain. Semua media
ekspresi tersebut mendominasi dihampir setiap fasilitas publik.
Urban art berhasil memangkas hubungan yang berjarak antara publik sebagai
apresiator dengan sebuah karya seni. Menggantikan fungsi seni yang tadinya
agung, klasik, murni, tinggi serta tradisional. Seni diposisikan sebagai sesuatu
yang konservatif dan sarat dengan nilai pengagungan. Urban art berhasil
meruntuhkan nilai-nilai tersebut dengan cara menghadirkannya ke tengah
publik melalui media-media yang erat dengan keseharian masyarakat kota.
Bila menarik elemen lokal dalam urban art, lukisan di bak truk dan becak
adalah contoh urban art.
Tujuan urban art lebih berakar pada perbedaan sikap politik, anti kemapanan,
vandalisme dan perlawanan terhadap sistem dominan dimasyarakat. Bentuk
konkret urban art bisa bermacam-macam sepanjang karya seni itu mengusung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐7
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
spirit dinamika urban. Di kota Bandung kita bisa melihat semua ekspresi
semangat urban itu dalam berbagai bentuk. Seperti komunitas musik punk
yang kerap menggelar street gigs di bawah jembatan layang Pasupati,
seniman tradisi yang rutin menggelar kesenian pencak silat di taman
Cikapayang atau juga lukisan-lukisan mural ditiang-tiang jembatan layang
Pasupati.
Pada akhirnya urban art berhasil dikomodifikasi oleh komunitasnya sendiri.
Bentuk-bentuk kesenian terutama seni mural dan grafiti sekarang terutama di
kota Bandung lambat laun berhasil menjadi sesuatu yang mempunyai nilai
ekonomis. Banyak para seniman mural dan grafiti yang mengekspresikan ide
mereka dengan para pemilik distro atau clothing di Bandung. Para pemilik
distro ini memfasilitasi para seniman tersebut dengan menyediakan
space/lahan untuk berekspresi. Selain memberikan nilai estetika pada toko,
mereka juga ikut memberikan penyaluran terhadap keinginan seniman
tersebut untuk berkarya.
(http://bandungcreativecityblog.wordpress.com).
Dalam konteks politiknya, seni urban
juga dapat ditafsirkan sebagai perlawanan
terhadap seni modern yang sudah diproduksi,
didistribusikan dan dikonsumsi secara
kapitalistik. Ketika seni rupa sudah masuk ke
sistem pasar masyarakat kapitalistik, karya
seni rupa diproduksi, didistribusikan dan
dikonsumsi secara kapitalistik. Karya seni
akan menjadi barang komoditi, tak ubahnya
seperti barang hasil produksi manufaktur.
Karya seni rupa diproduksi oleh produsen,
yakni para pekerja seni rupa, demi tujuan produksi kapitalistik. Karya seni rupa
diproduksi untuk ide-ide individual si pekerja seni rupa untuk memenuhi hukum
ekonomis, berupa kebutuhan, permintaan dan penawaran akan jenis-jenis komoditi
seni rupa yang sedang up to date di pasaran seni rupa.
Demikian juga cara distribusinya, karya-karya seni rupa hanyalah komoditi, maka
ia akan memasukan pasaran yang kapitalistik dan diperjualbelikan secara kapitalistik,
seperti laiknya souvenir dan barang kerajinan, hanya saja sayangnya pasar benda seni
ini terbatas karena komoditi yang dijual diproduksi satuan dan tidak secara massif.
Gambar 2.5 Kritik Sosial dalam Muatan Seni Urban Sumber: propagraphic-movement.blogspot.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐8
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Dalam sistem distribusi karya seni yang kapitalistik, pekerja seni rupa tak lebih seperti
produsen. Ada jaringan pedagang perantara; para kritikus dan kurator yang berperanan
sebagai pembuat iklan dan memberikan penaksiran dan penilaian nilai jual; ada
kolektor lokal dan internasional yang merupakan kalangan terbatas pemonopooli juar-
beli komoditi; ada pasar terbuka dan tertutup untuk men-display komoditi yang akan
dijual bisa di museum pribadi, ruang pamer pribadi, gallery, ruang pamer umum,
artshop. Akibatnya karya seni rupa tidak bisa dinikmati secara bebas oleh semua
warga masyarakat, tetapi dapat dinikmati secara terbatas, cukup diapresiasi dan
dikonsumsi oleh kalangan atas pemilik kapital. Oleh kerena ia merupakan komoditi
yang diproduksi secara kapitalistik, maka keberadaannya –baik yang berupa
artitistik/estetika dan muatan tema atau pesan yang diproduksi– diarahkan dan
ditentukan secara kapitalistik juga, yakni ditentukan oleh kepentingan jaringan
pedagang seni rupa dan tuntutan-tuntutan pasar. Situasi semacam inilah yang
kemudian memunculkan geliat perlawanan seni urban terhadap dominasi seni modern
yang kapitalistik.
Sementara itu, seni urban juga berusaha
untuk melakukan pergeseran dari pergertian
negatif seni rupa tinggi (high art). Seni rupa
tinggi (high art) adalah seni rupa yang terpisah
dengan publik luas, atau dalam bahasanya ‘seni
rupa modern makin terpisah jauh dari
masyarakat; yang hanya dipajang atau terisolasi
di ruangan privat seniman, yang diasumsikan
sebagai bukan ruang publik: seperti gallery,
museum, art shop; tidak diarahkan untuk
kepentingan membangun dialog dengan masyarakat tetapi lebih mengedepankan
unsur estetik dan artistik yang diinginkan oleh individu pekerja seninya; lebih terkesan
menjujung tinggi seni untuk seni dan tidak mencangkup persoalan ekstraestetik. Di sini
seni urban memindahkan inti seni rupa modern yang terkurung di ruang privat seniman
menuju ke ruang publik, mencoba membangun dialog dengan masyarakatnya dan
memperkecil monolog pekerja seni dengan karyanya; mencoba mencangkup
persoalan ekstra estetik berupa persoalan sosial politik yang berkembang di
masyarakatnya.
Adapun perbedaan seni urban dengan seni mainstream secara umum adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.6 Seni yang Menghampiri Masyarakat di Ruang Publik Sumber: www.karbonjournal.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐9
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Tabel 2.1 Perbandingan Seni Urban dan Seni Mainstream
B.2. Macam Seni Urban
Seperti halnya seni secara umum, seni urban dapat dikelompokan menjadi dua
bagian besar, yaitu seni rupa (baik dua dimensi maupun tiga dimensi) dan seni
pertunjukan.
a. Seni rupa dua dimensi
• Mural
Mural dan dalam seni mainstream
secara umum dapat juga diartikan
sebagai seni lukis dan memiliki
pemahaman sebagai cangkupan visual
ekspresi sesorang. Secara lebih jelas
dapat disebutkan bahwa seni lukis
adalah penggunaan garis, warna,
tekstur, ruang dan bentuk pada suatu
bidang dua dimensional yang disusun sedemikian rupa sehingga terbentuk
sebuah harmoni. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suatu image yang
merupakan pengucapan pengalaman artistik serta pengekspresian ide-ide
dan emosi.
SENI URBAN SENI MAINSTREAM
Media-media yang dekat dengan
keseharian publik
Media-media konvensional
Massa, merakyat, peluang dialog Tinggi, adiluhung, murni, tradisional
Temporal, dangkal
Mengorbankan ruang untuk mengejar
kebadian
Mengoptimalkan ruang sebesar-
besarnya
Proses imajinasi tentang pertemuan
langsung sebuah kualitas produk
Spontan, ekspresif dan responsif Berpotensi abadi
Penggiat merupakan mereka yang
aktif dalam masyarakat
Penggiat cenderung merupakan
individu-individu yang memiliki
kepentingan kolektif
Sumber: Analisa Pribadi
Gambar 2.7 Mural yang berisi Kritik atas Kontroversi RUU APP Sumber: Dokumetasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐10
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Perbedaan mural dengan seni lukis yang konvensional adalah media dan
pesan yang ingin disampaikan . Dalam mural, media yang biasa digunakan
adalah tembok besar di ruang publik dan dikerjakan menggunakan cat
tembok atau cat kayu bahkan cat atau pewarna apapun juga seperti kapur
tulis atau alat lain. Sementara pesan yang ingin disampaikan biasanya
berupa kritik sosial mengenai kota dengan berbagai macam dinamika
kehidupannya. Dalam mural, visual yang disajikan merupakan hasil dialog,
tukar pendapat dan brainstorming dari sekelompok orang bukan bersiat
rohaniah yang individu. Aktor media pun lebih bervariasi dan berusaha
memanfaatkan berbagai macam media yang dekat dengan masyarakat
agar karyanya dapat diapresiasi secara luas.
• Grafitti
Hampir sama dengan mural, graffiti
juga menggunakAn tembok-tembok
besar sebagai media ekspresinya.
Bedanya graffiti biasa dikerjakan
menggunakan cat/spray semprot
kaleng. Visual dalam graffiti berupa
tulisan-tulisan atau sandi yang hanya
dipahami golongan tertentu. Biasanya
karya ini menunjukan ketidakpusan
terhadap keadaan social yang mereka
alami. Selain itu graffiti juga berfungsi sebagai identifikasi kekuasaan lewat
tulisan, sarana pemberontakan, sarana ekspresi ketakutan terhadap
keadaan sosial politik dan sarana keteneran seseorang atau suatu
kelompok.
• Seni Grafik
Seni grafik adalah seni yang membuat gambar dua dimensi dengan alat
cetak (klise). Dalam hal ini seorang pencipta dapat memasukan uinsur-
unsur estetis dalam karyanya. Dalam Seni urban seni grafik ini
direpesentasikan melalui poster-poster yang berisi himbauan ataupun
propaganda akan hal tertentu.
• Seni Fotografi
Seni yang menggunakan alat sebuah kamera yang digunakan untuk
mencari momen-momen penting ataupun unik dalam kehidupan. Biasanya
Gambar 2.8 Grafitti di Bounes Aires Argentina yang Begaya Stencil Sumber: www.wikipedia.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐11
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
objek yang diambil dalam konteks uRban adalah kehidupan sehari-hari
kaum perkotaan, kesenjangan serta protes dan kritik atas hal yang terjadi
di daerah perkotaan.
b. Seni Rupa Tiga Dimensi
• Urban Toys
Merupakan seni patung dan artefaknya seni urban. Urban Toys untuk
pertama kalinya diperkenalkan oleh orang-orang Jepang dan Hongkong,
dan mulai berkembang pada tahun 90an-akhir ke kawasan lainnya (Eropa
dan Amerika Serikat), banyak desainer-desainer dari barat juga akhirnya
terlibat dalam keasikan membuat “mainan ini”, karena mungkin fleksibilitas
dan adaptasi dari benda ini yang sangat luar biasa, sehingga sewaktu
waktu benda ini bisa berubah menjadi apapun, dan dan dapat di silangkan,
atau dikawinkan dengan tokoh tokoh yang sudah ada, dan popular
(Superhero, Corak Bendera Negara, atau malah art sekalipun).
Urban toys biasanya dibuat dari plastik, dibuat secara terbatas dari mulai
500 sampai 2000 pcs per designnya, tetapi pada awalnya untuk model
prototype awal dan limited series dibuat dari resin. Ada juga yang terbuat
dari kayu karet dll, Sebagian orang mengungkapkan bahwa urban toys
merupakan sebuah penganti kanvas bagi seorang seniman untuk
mengekspresikan feeling seninya ke dalam sebuah karya.
Gambar 2.9 Urban Toys yang Merupakan Crossover dari Berbagai Macam Karakter Sumber: Dokumetasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐12
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Seni Instalasi
Seni instalasi merupakan seni tiga
dimensi, dimana pada karya-karya
instalasi ini memiliki maksud yang ingin
disampaikan oleh seniman walaupun
dapat juga diartikan berbeda-beda oleh
setiap orang. Seni instalasi yaitu
(installation = pemasangan) seni yang
memasang, menyatukan, dan
mengkontruksi sejumlah benda yang
dianggap bisa merujuk pada suatu
konteks kesadaran makna tertentu.
Biasanya makna dalam persoalan-
persoalan sosial-politik dan hal lain yang
bersifat kontemporer diangkat dalam
konsep seni instalasi ini.
Hal penting lain yang cukup signifikan dalam Karya Seni Rupa Instalasi
adalah dimana proses berkarya merupakan kesatuan unit penilaian yang
turut menentukan ukuran dan nilai seni. Unsur “peristiwa” atau tepatnya
proses kejadian suatu peristiwa telah dianggap sebagai representasi
sehingga di sini secara otomatis akan terjadi kontak antara objek dan
penonton. Secara kebentukan Seni Rupa Instalasi masih merupakan
sebuah seni yang mengalami banyak perkembangan, mulai dari ekspresi
yang dilahirkan hingga pada tingkat praktisnya. Seperti penggunaan efek
teknologi multimedia, gerakan-gerakan (kinetik), mesin, lampu (laser),
music,tari (gerak) dan video sampai pada respon terhadap alam yang
dibentuk dalam efek sebuah perakitan atau penginstalan.
c. Seni Pertunjukan
• Seni theater
Dalam seni urban, seni theater tidak lagi semata-mata mencari bahasa
tubuh lewat pertunjukan-pertunjukannya, melainkan juga mulai
menawarkan tubuh grafis yang menghasilkan metafor-metafor lewat
permainan tubuh dan bayangan tubuh. Ruang dikonstruksi tak lagi sekedar
panggung, melainkan lewat proyeksi tubuh dan bayangannya.
Gambar 2.10 Karya Seni Instalasi Sumber: Dokumetasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐13
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Seni tari
Seni tari pun telah berubah esensinya dalam seni urban. Sebuah
pertunjukan dengan kesadaran grafis yang ikut menentukan eksekusi
visual. Tema-tema yang dimunculkan adalah tema-tema
kekerasan,penyiksaan pada diri sendiri. Makna dari pertunjukannya adalah
usaha menciptakan pencerahan bersama lewat tubuh yang tersakiti yang
bisa di hayati langsung oleh penonton.
• Breakdance
Merupakan salah satu seni urban yang berasal dari barat. Bermula dari
budaya musik hip-hop kaum kulit hitam di Amerika. Breakdance
memadukan gerakan tari yang dinamis dengan musik hip-hop yang
menghentak. Gerakannya cenderung dekat dengan tanah, penuh dengan
atraksi akrobatik dan terkesan patah-patah. Bisa dikatakan sebagai
sebagai penggabungan dengan beladiri capoeira.
• Trethek
Seni urban asli Indonesia yang merupakan salah satu jenis musik yang
pada awalnya dimanfaatkan untuk ronda-ronda malam di lorong-lorong
kampung atau kota-kota besar di Jawa Tengah. Jenis musik ini didominasi
oleh alat musik yang terbuat dari bahan bambu.
• Performance Art
Secara lebih luas gejala atau
bentuk karya seni telah berpadu
antara seni pertunjukan (teater,
tari, musik dan lain-lain) dan seni
rupa. Secara teknik aturan baku
dalam seni gerak (pertunjukan)
maupun seni rupa tidak lagi
dipersoalkandan cenderung
memiliki unsur improvisasi yang
tinggi. Umpamanya juga
dilakukan atas respon konteks
sosial dan politik, situasi atau kondisi yang ada saat ini. Perfomance art
merupakan gejala akan kecenderungan seni kontemporer saat ini, sehingga
yang terlintas ini memiliki kaitan yang erat pula dengan keragaman seni
instalasi.
Gambar 2.11 Performance Art yang Memadukan Seni Pertunjukan dan Instalasi Sumber: Dokumetasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐14
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
C. Ruang Publik
C.1. Ruang Publik dalam Elemen Kota
Ruang publik dalam arti yang sungguh-sungguh murni adalah ruang yang
memang tidak boleh dikuasai oleh pihak atau kelompok tertentu siapapun. Karena itu
dengan sendirinya bersifat terbuka, sekuler dan non-partisan. Secara fungsi ruang
publik adalah suatu ruang yang berfungsi mewujudkan keseimbangan kehidupan
manusia. Dari segi pribadi, keseimbangan kehidupan dapat tercipta dengan
menyalurkan ekspresi dan opini pribadi dalam suasana kebersamaan. Dari segi
masyarakat, ruang publik dibutuhkan untuk menyeimbangkan kehidupan warga kota
yang heterogen.
Elemen ruang publik dalam kota sebagai tempat interaksi masyarakat yang
bebas dikembangkan oleh Habermas, seorang tokoh aliran Frankurt, melalui konsep
the free public sphere (ruang publik yang bebas), di mana masyarakat memiliki akses
atas setiap kegiatan publik. Habermas melihat perkembangan wilayah yang bebas dari
sensor dan dominasi. Wilayah itulah yang disebut dengan public sphere, yakni wilayah
yang memungkinkan kehidupan sosial kita untuk membentuk opini publik yang relatif
bebas.
Penekanan praktek dalam public sphere yakni pertukaran pandangan yng
terbuka dan diskusi mengenai masalah-masalah kepentingan umum dengan
tujuaannya untuk membentuk kepekaan umum (sense of public). Mereka yang terlibat
di dalam percakapan public sphere adalah orang-orang yang privat. Bukan orang
dengan kepentingan bisnis, professional, pejabat maupun politikus.
Tujuan dari ranah publik adalah menjadikan manusia mampu merefleksikan
dirinya secra kritis, baik secara politis, ekonomis dan budaya. Karena menurut
Habermas, tidak ada suatu apapun di dunia ini yang tidak lepas dari unsur
kepentingan, sekalipun ilmu pengetahuan. Maka struktur masyarakat yang
emansipatif di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam mengambil keputusan bagi dirinya sendiri adalah struktur yang
ideal.
C.2. Ruang Publik untuk Galeri Seni Urban
Seperti kebanyakan seniman lainnya di kota, para penggiat seni urban juga ingin
menampilkan hasil ekspresi dan gagasannya kepada khalayak ramai melalui sarana
ruang yang masih tersisa di sudut-sudut kota. Sebagai seorang seniman secara naluri
pasti ingin menampilkan karyanya kepada publik, karena ada kerinduan dalam diri
seniman tersebut untuk dapat berinteraksi dan berdialog dengan khalayak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐15
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Meletakan seni urban dalam ruang publik berarti menjadikan ruang publik
tersebut sebagai galerinya. Akses yang tidak terbatas dari khalayak menjadikan seni
urban memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berkomunikasi dengan masyarakat
sekaligus mendapatkan responnya secara objektif. Bila seni tradisional terobsesi pada
keabadiaan, maka seni urban terobsesi pada pemanfaatan ruang seluas-luasnya.
Memang belum tersedia infrastruktur maupun media untuk menjelaskan apa itu
seni urban kepada masyarakat. Maka saat ini dibutuhkan suatu ruang yang dapat
dijadikan mediasi bagi para seniman dan masyarakat untuk dapat memahami
semangat seni uban itu sendiri. Suatu ruang yang bebas dari hagemoni kekuasaan
dimana setiap pendapat dapat berkembang secara demokratis tapi tetap bertanggung
jawab.
Secara khusus ruang publik adalah dialog antara arsitektur dan senirupa dalam
proses penciptaannya, dengan melibatkan masyarakat dalam permasalahan perkotaan
dan seni budaya, baik lokal maupun global.
D. Bentuk Kontemporer
D.1. Pemahaman Kontemporer
Secara umum kontemporer dapat diartikan sebagai masa kini, sewaktu,
sezaman, waktu yang sama dengan pengamat masa kini. Sementara dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia susunan Badudu dan Sutan Muhammad Zein terdapat tiga
arti leksikal tentang kata kontemporer, yaitu (1) semasa, sezaman; (2) bersamaan
waktu, dalam waktu yang sama; (3) masa kini, dewasa ini. Untuk menjelaskan lebih
lanjut, Badudu memberikan satu contoh kalimat, yakni “Seni kontemporer tidak
bertahan lama” (Badudu-Zein, 1994:714). Dengan contoh ini Badudu ingin
menegaskan bahwa seni kontemporer adalah seni yang akan bertahan sezaman saja.
Dengan demikian, kata masa kini juga berarti sezaman, masa saat sekarang.
Dari makna leksikal di atas tampak bahwa masalah waktu kesezamanan
dan/atau kekinian merupakan batasan tegas konsep tersebut. Pengertian ini jelas
masih sangat umum, bahkan bisa dikatakan ambigu. Bersifat umum sebab tidak
merujuk pada suatu genre, paham, ideologi dan lain-lain. Sementara itu, batasan
waktu masa kini sebagai pengertian kontemporer juga bersifat ambigu. Contohnya
dalam wacana seni rupa Indonesia. Tim penulis buku Sejarah Seni Rupa yang diketuai
Kusnadi, misalnya, menggunakan istilah kontemporer untuk seni rupa zaman
kemunculan Raden Saleh (Kusnadi, 1979:143). Beberapa tahun kemudian, yaitu Thun
1973 kata kontemporer sbagai sebuah istilah digunakan lagi dalam sebuah pameran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐16
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
patung betajuk “Pameran Pertama Patung Kontemporer Indonesia”. Kata kontemporer
yang digunakan dalam tajuk pameran ini digagas G. Sidharta untuk menggantikan kata
modern---awalnta bertajuk “Pameran Pertama Patung Modern Indonesia.
Dengan demikian bisa ditegaskan bahwa kata kontemporer bukan merupakan
istilah yang merujuk pada sebuah aliran atau gaya, melainkan hanya sebuah aktivitas
yang dianggap terkini pada setiap zaman oleh para pengamat yang hidup pada setiap
zaman bersangkutan.
D.2. Kontemporer Sebagai Bagian dari Gerakan Postmodern
Dalam ranah bentuk dan gaya, kontemporer sndiri sering dihubungkan dengan
sebuah gejala yang membedakan dirinya dari bentuk dan gaya sebelumnya, yaitu
modern. Gaya kontemporer dikategorikan sebagai karya yang dihasilkan oleh
paradigma postmodern, sehingga beberapa pihak acap menyulih istilah kontemporer
dengan postmodern. Kontemporer dapat diartikan sebagai bentuk dan gaya yang
memiliki kecenderungan berbeda dengan bentuk dan gaya modern.
Selanjutnya, bentuk dan gaya dengan kecenderungan tersebut bisa
diidentifikasikan dengan terlebih dahulu menjelaskan apa yang dimaksud dengan
postmodern itu sendiri. Tapi, istilah ini sulit dipahami tanpa membandigkan dengan
paradigma yang mendahuluinya, yaitu modern. Dalam menjelaskan hubungan-
hubungan ini orang sering menumpangtindihkan beberapa istilah, yani modern,
modernitas,modernism, postmodern, postmodernitas dan postmodernisme. Untuk itu
sebelumnya istilah-istilah ini perlu didefinisikan dengan jelas. Yasraf Amir Piliang
(2006: 75) menjelaskan istilah-istilah tersebut dengan menunjukan perbedaan-
perbedaan sebagai berikut:
a. Modern – Postmodern
Istilah ini mengacu pada waktu, era, zaman dan semangat zaman. Postmodern
dapat diartikan waktu, era, zaman dan semangat zaman setelah modern.
b. Modernitas - Postmodernitas
Istilah ini mengacu pada kondisi, eadaan, situasi, umum, realitas dunia kehidupan.
Modernitas memilikiciri kemajuan (progress), integrasi, keterpusatan, kontinuitas
dan kebaruan.
Postmodern memiliki ciri nostalgia, pastiche, disitegrasi, fragmentasi, heterogenitas
dan decentering.
c. Modernisme - Postmodernisme
Istilah ini mengacu pada gerakan (movement), gaya (style), ideology,
kecenderungan, metode cara hidup dan keyakinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐17
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Modernisme mengacu pada universalitas, internasionalisme, inperialisme,
etnosentrisme, dan rasisme.
Postmodern mengacu pada pluralisme, dekonstruksionisme multikulturalisme, pos-
kolonialisme den feminisme.
Tampak dari pendefinisian di atas bahwa istilah modern berbanding lurus
dengan modernitas dan modernisme. Istilah ini kemudian berbanding terbalik dengan
postmodern, postmodernitas dan postmodernisme. Mengacu pada penjelasan dan
pemosisisan ini bentuk dan gaya yang mengacu pada postmodern (kontemporer)
adalah bentuk dan gaya yang bisa dibedakan denga bentuk dan gaya pada paadigme
modern. Lebih rinci, Baret (1994: 109-112) melalui Sabana (2002: 18) membedakan
konsep modernisme dan postmodernisme melalui tabel berikut:
Tabel 2.2 Perbandingan Antara Modernisme dan Postmodernisme
Modernisme Postmodernisme
Memutuskan rantai masa lalu Meminjam masa lalu untuk konteks yang
baru
Eksposisi inovasi individual (originalitas) Eklektik
Orientas medium Orientas tema, medium lebih bebas
Merendahkan budaya populer Banyak menimba budaya populer
High art Low dan High Art
Menolak kecenderungan sosial dalam seni Kepedulian terhadapkejadian sehari-hari
(sosial) dan juga politik. Demistifikasi
realitas
Meyakini komunikasi universal Tidak meyakini komunikasi universal
Art for art’s sake Sikap kritis dan skeptik seniman terhadap
kesenian dan zamannya.
Isu-isu kelas sosial, ras gender, usia,
bangsa, alam, agama, lingkungan dan
sebagainya
Formalisme Kritis terhadap formalisme
Menara Gading Merakyat
Keabadian Kesementaraan
Budaya local (tradisi) kurang dihiraukan Sadar budaya lokal (tradisi)
Karya “tertutup” atau objektifitas karya Karya “terbuka” atau konstektualitas karya
Raionalisme sebagai referensi Kritis terhadap rasionalisme
Sumber: Baret (1994: 109-112) melalui Sabana (2002: 18)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐18
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
D.3. Kontemporer dalam Arsitektur
Arsitektur kontemporer sendiri diartikan sebagai langgam arsitektur yang
memperhatikan kekinian. Yulianto Sumalyo dalam bukunya yang berjudul Arsitektur
Modern menerangkan perkembangan arsitektur pada akhir abad XX yang merupakan
zaman globalisasi dimana industri negara sudah semakin maju dan kemudian
meningkat menjadi zaman industri-informatika yang semakin kompleks. Kadang-
kadang pengelompokan dan pemberian bentuk suatu gedung baru, tidak dapat
mengikuti kecepatan perkembangannya. Berbagai gedung tinggi dan “gedung pintar” di
Jakarta juga cukup banyak yang termasuk dalam kategori tidak dapat dikelompokan
dalam suatu aliran arsitektur, atau sebaliknya berbagai aliran arsitektur seperti
misalnya Cubism, Monumentalisme, Art-Deco, Post-Modernism tercakup di dalamnya.
Sedangkan menurut Andra Matin, kontemporer diartikan sebagai arsitektur kini.
Karena menurut Andra Matin, dalam merancang ia selalu berubah agar setiap
rancangannya dapat terus berkembang, ada sesuatu yang baru dan memiliki ide segar.
Arsitektur kontemporer dapat juga diartikan sebagai arsitektur yag mengadopsi isu-isu
kekinian.
Dari segi gaya dan bentuk, arsitektur kontemporer yang merupakan bagian dari
postmodern merupakan budaya tandingan (counter culture) dari arsitektur modern.
Sebagai respon dari kebosanan akan arsitektur modern yang isotropis, homogen,
monoton, anti ornament, anti metafora, anti humoris, mono simbolik dan berestetika
mesin maka lahirlah arsitekur postmodern dengan perwujudan gaya kontemporer yang
mengutamakan elemen gaya hibrida (ketimbang yang murni), komposisi paduan
(ketimbang yang bersih), bentuk distorsif (ketimbang yang utuh), ambigu (ketimbang
yang tunggal), inkonsisten (ketimbang yang konsisten), serta kode ekuivokal
(ketimbang monovokal). (Complexity and Contradiction in Arch, Robert Venturri)
Dari segi konsep, arsitektur kontemporer memiliki konsep metafora, historitas,
ekletisme, regionalisme, adhocism, semantik, perbedaan gaya, pluralism, sensitivisme,
ironisme, parodi dan tradisionalisme. Selain itu juga memiliki sifat-sifat
hibrida,kompleks, terbuka, kolase, ornamental, simbolis dan humoris. Ciri khas yang
paling menonjol dari arsitektur kontemporer adalah double coding, yaitu memuat kode
dan gaya yang berbeda dalam satu bangunan. Merupakan campuran eklektis antara
tradisional/modern, popular/tinggi, barat/timur, sederhana/kompleks. (The Language
of Postmodern Architecture, Charles Jenks).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐19
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Contoh karya arsitektur postmodern bergaya
kontemporer dapat terlihat jelas lewat Imatra
(Vouksennsiska Church) yang di desain oleh Hugo
Alvar Henrik Aalto. Aalto, berasal dari Finandia,
merupakan salah satu arsitek yang berpengaruh pada
abad 20, mengkombinasikan bangunan rancangannya
dan furnishings clear functionalism dengan bentuk
yang tidak biasa dan kadang justru berlawanan
dengan funGsionalisme itu sendiri. Karya terkenalnya
yang lain adalah Baker House (1947), Villa Mairea
(1938-39), Synatsallo Town Hall (1950-1952), dll.
Imatra merupakan salah satu karya terbaik dari
Aalto. Rancangan Aalto untuk gereja ini juga tidak
seperti lazimnya gereja-gereja yang ada. Kombinasi
lengkungan-lengkungan bagian dari kurva dan garis-
garis lurus satu dengan yang lain tidak sejajar seperti
bangunan lainnya, sehingga menghasilkan bentuk
denah yang tidak teratur.
Dinding dari susunan tersebut membentuk
bidang, bidang kontras satu dengan lainnya, pada
ruang dalam dinding dengan denah tak beraturan
tersebut, ke depan dimana terdapat altar semakin
mengecil. Disini dapat dilihat ciri khas post-modern
space dimana kombinasi komponen bangunan, adalam
hal ini dinding, dapat menghasilkan penciptaan serta
pembentukan ruang yang terkomposisi dengan unik.
Ciri Aalto yang sederhana tapi berbeda dengan
bangunan lain juga dapat ditemukan pada bangunan
ini.
Dari sisi eksterior, Imatra sangat terlihat tidak
lazim untuk ukuran sebuah gereja atap-atap
melengkung miring dengan ketinggia yang berbeda
mendominasi point of interest dari bangunan ini. Kalau
dicermati memang agak aneh dan tidak mendukung
fungsinya sebagai gereja. Tapi, memang itulah ciri dari arsitektur post-modern, dimana
karya arsitektur bukanlah sebagai produk massal.
Gambar 2.12 Interior Imatra Sumber: Microsoft Encarta Reference Library
Gambar 2.13 Eksterior Imatra Sumber: Microsoft Encarta Reference Library
Gambar 2.14 Interior Guggenheims Gallery Sumber: Microsoft Encarta Reference Library
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐20
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Yang lainnya adalah desain Guggenheims Gallery Space di New York karya arsitek
terkenal Fank Lloyd Wright. Disini diperlihatkan desain spiral setinggi enam lantai
dimana terdapat skylight berkaca besar diantara tengah-tengah spiral tersebut yang
menyinari setiap karya seni yang dipajang di setiap lantainya.
Dapat dipahami pendesainan bentuk spiral ini merupakan pengekspresian dari
tujuan pembentukan ruang tersebut sebagai galeri seni yang menuntut bentuk ruang
yang dinamis, unik serta yang terpenting juga dapat menonjolkan karya-karya seni yang
dipamerkan di dalamnya.
Terakhir adalah karya Robert Venturi
Architecture Firm, yaitu Venna Venturi House
yang terletak di Pennsylvania. Sebuah rumah
yang mencerminkan sebuah bentuk yang
fungsional dimana nilai keindahan justru
tecipta dari pengekspresian ruang di dalamnya.
Ruang yang menuntut kesederhanaan dan
fungsi semata sehingga menghasilkan bentuk
yang simple dan tidak bertele-tele tetapi tetap
memiliki nilai estetika.
E. Tinjauan Kota Yogyakarta
E.1. Keadaan Geografis dan Klimatologis
Kota Yogyakarta secara umum terletak 7° 49' 26" - 7° 15' 24" Lintang Selatan
dan 110° 24' 19" - 110° 28' 53" Bujur Timur.
Yogyakarta terdiri dari 14 Kecamatan and 45
Kelurahan dengan luas total area 32.5 km² atau
1.2% dari luas total Provinsi DIY Yogyakarta.
Kotamadya Yogyakarta memiliki ketinggian 25
sampai dengan 200 m diatas permukaan laut
dengan tingkat kemirinagn 0 – 2%.Kontur paling
curam dapat ditemukan pada bantaran kali Code
dan Winongo. Temperatur rata-rata berkisar antara
26,6°C sampai dengan 28,8°C sedagkan
temperatur minimum mencapai 18°c dan
temperatur maksimum dapat mencapai 35° C.
Kelembapan udara rata-rata adalah 74% dengan kelambapan minimum 65% dan
kelambapan maksimum 85%.
Gambar 2.15 Venna Venturi House Sumber: Microsoft Encarta Reference Library
Gambar 2.16 Peta Kotamadya Yogyakarta Sumber: Atlas Yogyakarta, DPU DIY
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐21
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Curah hujan bervariasi antar 33mm sampai dengan 496mm. Curah hujan diatas
300mm terjadi pada bulan Januari, Februari dan April. Curah hujan tertinggi yaitu
496mm biasa terjadi pada bulan Februari dan curah hujan terendah berkisar antara
3mm smpai dengan 24mm terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Curah hujan
tahunan rata-rata adalah 1855mm.
Secara administrasi, Kotamadya Yogyakarta berbatasan dengan Kabupaten
Kulonprogo dan Kabupaten Magelang di sebelah Barat, Kabupaten Klaten di Sebelah
Timur dan Utara serta Kabupaten Bantul di sebelah Selatan.
E.2. Potensi Kota Yogyakarta
Yogyakarta identik sebagai kota dengan identitas seni dan budaya yang kental.
Dengan banyaknya perguruan tinggi yang mengkhususkan studinya di bidang seni
ditambah dengan karakteristik masyarakat Yogyakarta yang kritis tapi mau menerima
perubahan menjadikan kota ini memiliki iklim yang sangat kondusif untuk berkesenian.
Munculnya komunitas-komunitas seni, sanggar, galeri serta museum-museum seni
menandakan pesatnya perkembangan berkesenian di kota ini.
Yogyakarta mempunyai potensi yang cukup besar dalam bidang budaya,
pariwisata dan perdagangan, dan secara umum potensi kota Yogyakarta saat ini
digambarkan sebagai berikut:
a. Sosio Kependudukan
Seiring bertambahnya laju pertumbuhan penduduk akan diikuti juga dengan
pertumbuhan laju ekonomi dan bisnis yang semakin gegas. Dengan demikian akan
pendapatan perkapita akan semakin meningkat.
Yogyakarta sebagai salah satu kota yang paling terkenal di Indonesia mulai menjadi
pusat berbagai macam kegiatan, baik yang berskala lokal, regional, nasional atau
bahkan intenasional tidak terlepas dari hal tersebut. Yogyakarta mempunyai tingkat
laju pertumbuhan penduduk terhitung antara tahun 2000-2005 sebesar 1,87
persen serta pertumbuhan ekonomi dan bisnis sebesar 3,97 persen pada tahun
2006 dan 4,46 persen dari tahun 2007 saja.1
Semakin maju tingkat kehidupan masyarakat, maka mereka semakin menuntut
adanya kelengkapan pada fasilitas untuk memenuhi aktivitas kehidupan sehari-hari,
seperti kebutuhan fasilitas informasi, transportasi, hiburan, rekreasi, dan
sebagainya.
1 Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta, Kota Yogyakarta Dalam Angka, 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐22
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
b. Sosial dan Budaya
Yogyakarta merupakan kota yang unik dimana peleburan multikultural terjadi secara
aman tanpa adanya gesekan-gesekan sosial yang berarti. Masyarakat yang multi
budaya dan multi ras dapat hidup bedampingan dengan masyarakat asli tanpa
masalah. Masyarakat Yogyakarta yang masih menjunjung tinggi kebudayaan aslinya
dapat menerima pemikiran serta kebudayaan baru yang dibawa pendatang,
sedangkan pendatang dapat mengapresiasi dan menghargai kebudayaan asli
Yogyakarta dengan bijak. Akulturisasi ini yang menyediakan peluang untuk
berkembangnya jenis-jenis kesenian yang baru misalnya seni urban.
c. Sarana dan Prasarana
Sebagian besar penyediaan prasarana dasar kota saat ini belum mampu
menjangkau seluruh wilayah kota. Kebutuhan akan listrik telah cukup mampu
menjangkau seluruh wilayah kota. Saat ini telah dilakukan penambahan kapasitas
dan peningkatan pelayanan dengan bantuan pemerintah dan pihak luar. Sementara
dari segi transportasi, akses menuju beberapa bagian utama kota sudah dapat
dicapai dengan TransJogja.
d. Pariwisata
Yogyakarta sebagai kota seni dan budaya memiliki banyak objek wisata seni dan
wisata budaya yang menarik untuk dikunjungi. Pada hakekatnya, seni budaya yang
asli terdapat di lingkunggan kraton dan daerah disek itarnya. Sebagai bekas suatu
Kerajaan yang besar, maka Yogyakarta memiliki kesenian dan kebudayaan yang
tinggi dan bahkan merupakan pusat sumber seni budaya Jawa. Hal ini dapat kita
lihat dari peninggalan seni-budaya yang dapat kita saksikan pada monumen-
monumen peninggalan sejarah seperti candi-candi, istana Sultan, tempat-tempat
lain yang masih berkaitan dengan kehidupan istana, museum-museum budaya serta
galeri kesenian. Beberapa contoh objek wisata budaya yang terkenal adalah:
Museum Sonobudoyo (merupakan museum budaya yang lengkap setelah Museum
Pusat Jakarta), Museum Sri Sultan HB IX, Museum Kereta & Kraton. Sedangkan
contoh objek wisata kesenian yang menarik dikunjungi antara lain adalah : Museum
Batik Ullen Sentalu, Museum Batik, Museum Affandi, Galeri Seni Rupa Tembi,
Museum Wayang "Kekayon", Rumah Seni Cemeti. Banyaknya objek wisata di
Yogyakarta membawa Yogyakarta menempati peringkat kedua setelah Bali sebagai
kota tujuan wisata, karena hal itu pula pada akhir April 2001 slogan "Jogja Never
Ending Asia" ditetapkan sebagai brand image dunia pariwisata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐23
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
E.3. Perkembangan Seni Urban di Yogyakarta
Yogyakarta merupakan kota dengan perkembangan seni urban yang paling pesat,
hamper menyamai Bandung dan jelas telah melewati Jakrata yang lebih plural dan
metropolitan. Bila di kota lain penggiat seni urban masih bergerilya dan sembunyi-
sembunyi dalam berkesenian, Yogyakarta selangkah lebih maju dengan adanya
dukungan pemerintah dan apresiasi masayarakat yang positif dalam menyikapi konten
yang terkandung dalam seni urban. Dipelopori oleh komunitas Apotik Komik yang
terbentuk pada tahun 1997 dan memulai aktifitasnya dengan menghadirkan seni
visual pada dinding-dinding kayu di pinggir jalan, komunitas seni urban di Yogyakarta
mulai menunjukan eksistensinya melalui perhelatan-perhelatan seni baik yang
berskala regional maupun internasional hasil kolaborasi dengan seniman urban dunia.
Berikut indikasi pesatnya perkembangan seni urban di Yogyakarta:
a. Munculnya Komunitas-komunitas Seni Urban Baru
Setelah eranya Apotik Komik Yogyakarta tidak kehilangan komunitas-komunitas seni
urban, bahkan komunitas-komunitas baru mulai terbentuk dan aktif melakukan
kegiatan berkesenian sampai sekarang. Berikut beberapa komunitas seni yang
berperan besar dalam perkembangan seni urban Yogyakarta:
• Daging Tumbuh (DGTMB)
Daging Tumbuh (DGTMB) diperkenalkan pertama kali kepada publik sebagai
komik underground. Digagas dan dikembangkan oleh Eko Nugroho. Dengan
konsep melawan arus utama, DGTMB menerapkan sistem kontribusi terbuka.
Siapa saja bisa mengisi dan berekspresi dengan bebas tanpa adanya proses
seleksi atau kurasi. Sebagai media independen, DGTMB dipasarkan melalui
jaringan pasar independent pula.
Hingga kini DGTMB sudah mencapai 12 volume tan telah melibatkan 200
seniman seperti Terra Bajraghosa, Eko Dydit “Codit”, Beng Rahardian, Wedhar
Riyadi, Agung Kurniawan. Eddie Hara dan Mella Jaarsma serta beberapa dari
Singapura, Belanda, Jepang, Swiss, Spanyol dan Malaysia.
• Tumor Ganas
Tumor Ganas adalah singkatan Tuntutan Moral Grafis Nasional yang berdiri pada
tahun 2001. Ini merupakan komunitas seni grafis mahasiswa Institut Seni
Indonesia (ISI) angkatan 2000. Mulanya beranggota 29 orang dan terus
berkurang. Terakhir 15 orang saja yang tetapa konsisten berkesenian dan
membesarkan nama komunitas. Komunitas ini diketuai Haryo T.B. Aktivitasnya
tidak sebatas grafis, tapi juga media lain sperti mural, performance, instalasi dan
music. Beberpa kali Tumor Ganas juga mengadakan workshop, diskusi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐24
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
menjadi mentor di beberapa tempat serta menerbitkan bulletin Seni Grafis
bernama Tumo Ganas Media. Terakhir memasuki tahun 2005, komunitas ini
vakum.
• Performace Factory
Performance Factory didirikan pada 10 November 1998. Komunitas ini berawal
dari proyek pribadi Muhammad Marzuki dengan teman terdekatnya AG Kus
Widananto dan Ugoran Prasad. Sesuai dengan namanya, Performance Factory
adalah kelompok yang memproduksi ide-ide keatif seni pertunjukan. Kelompok
ini tidak pernah membatasi wilayah jelejah keseniannya dalam satu bidang seni
pertunjukan seperti performance art, musik, theater, video art, seni rupa pubik,
multimedia atau yang lainnya. Kelompok ini menjadi semacam company art
project yang kemudian mengorganisir beberapa kegiatan seni.
• Jogja Mural Forum
Didirikan pada tahun 2006 dan merupakan komunitas yang terdiri dari para
pemerhati, seniman maupun anak muda yang tertarik dengan seni mural. Visi
dari Jogja Mural Forum adalah menjadikan mural menjadi sarana pendidikan seni
bagi publik kota. Sarana pendidikan ini tidak hanya terbatas pada teknik seni
visual tapi yang lebih penting bagaimana warga kota dapat menggali
permasalahan di sekitarnya dan mengemasnya menjadi sbuah pesan-pesan
visual yang menarik. Adapun yang prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi
komunitas Jogja Mural form adalah memposisikan seni ruang publik sebagai cara
masyarakat mengeskpresikan gagasannya.
Selain komunitas-komnitas diatas masih banyak komunitas-komunitas seni lain
yang bergerak di ranah seni urban, seperti SSM, komikkukan, YORC, Geber
Modus Operandi dan Garden of the Blind.
b. Semakin Maraknya Acara dan Festival-festival Seni
Untuk dapat menampilkan dan menyajikan seni kepada mesyarakat serta
memberikan kesempatan bagi seniman untuk berdialog kepada masyarakat melalui
karya seninya maka diadakanlah festival seni. Festival seni ini biasanya bersifat
rutin tahunan, selain itu ada pula acara-acara yang bersifat kondisional. Beberapa
festival seni tahunan di Yogyakarta mulai memasuki ranah-ranah urban sebagai isu
kontemporernya. Berikut festival seni rutin yang diadakan di Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐25
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Biennale Jogja
Biennale Jogja berawal pada tahun 1983 ketika
Taman Budaya Yogyakarta bersama Himpunan
Senirupawan Yogyakarta menggelar pameran seni
rupa bertajuk “Biennale Jogja”. Kala itu istilah
Biennale Jogja belum merujuk nama pagelaan
resmi seperti sekarang. Sejak berlangsung
pameran tersebut, beberapa seniman mulai
mencanangkan agenda rutin untuk aktifitas seni
rupa. Dan pada tahun 1988 digelar Biennale Jogja.
Konsep pameran lukisan berlanjut sampai tahun
1992. Tawaran variatif muncul pada tahun 1994.
SEni patung dan instalasi terakomodasi. Dua
biennale setelahnya dilakukan dengan model nyaris serupa. Pada Biennale Jogja
ke-7, muncul dengan tawaran sebagai pamean seni rupa mutakhir.
Biaenale Jogja merupakan pagelaran periodik yang diselenggarakan Taman
Budaya Yogyakarta. Terhitung dari pertama kali diadakan, kegiatan ini sudah
Sembilan kali deigelar. Agenda dua tahunan tersebut terus mengalami
perkembangan signifikan dari tahun ke tahun.
• Perfomance Art Urban Festival (Perfurbance)
Perfurbance merupakan akronim dari Performance
Art dan Urban, yakni festival tahunan yang diinisiasi
Performance Klub (PK) yang diketuai oleh Iwan
Wijono. PK ialah organisasi yang memfokuskan pada
perkembangan performance art di Indonesia.
Perfurbance sebenanya festifal performance art yang
menyentuh langsung ruang-ruang publik (masyarakat
urban) di Jogja. Performance art bisa juga disebut
new media art , merupakan suatu media seni yang
muncul dikarenakan media-media seni konvensional
yang ada tidak cukup mampu menampung ide-ide
baru senimannya. Dengan kata lain, performance art
bisa menjadi media pertemuan hasil integrasi media-media konvensi yang lahir
sebelumnya. Penyelenggaraan festifal performance art di ruang publik Jogja
bermaksud mencoba mendekatkan seni kepada masyarakat.
Gambar 2.17 Instalasi Pada Biennale Sumber: biennalejogja.com
Gambar 2.18 Permonce pada Gelaran Perfurbance Sumber:perfurbance4. blogspot.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐26
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Perfurbance pertama diselenggrakan pada tahun 2005 dan hingga saat ini
tercatat telah berlangsung empat kali. Pada setiap yahun tema yang diangkat
bervariasi, tergantung dari isu-isu urban terakhir.
• Festival Kesenian Yogyakarta (FKY)
Festival Kesenian Yogyakrta (FKY) adalah festival tahunan yang digelar Dewan
Kesenian Yogyakarta. FKY menampilkan aset kesenian Kabupaten serta
Kotamadya DIY dan Nusantara. Pada perkembangannya, FKY menjelma mejadi
festival bertaraf internasional melalui keterlibatan seniman-seniman
mancanegara.
Konsep FKY awalnya muncul dari perbincangan beberapa seniman Jogja setelah
menyaksikan pesta kesenian di Bali pada awal 1989. Mereka berhasrat
menerapkan pesta kesenian serupa di Jogja. Ide tersebut mendapatkan
tanggapan positif dari Dewan Kesenian Yogyakarta dan Pemerintah Daerah
Provinsi DIY., sebab tahun itu pemerintah juga mencanangkan “Tahun Sadar
Wisata”. Maka pada tahun 1989, untuk pertama kalinya pagelaran Festival
Kesenian Yogyakarta diselenggarakan.
FKY bertujuan memelihara citra Yogyakarta sebagai salah satu pusat kebudayaan
Nusantara, sekaligus menjadi daya tarik wisatawan. FKY juga bemaksud
menggeliatkan sektor ekonomi dan basis ekonomi kota yaitu industri kreatif,
wisata dan pendidikan .
Hingga kini FKY telah digelar sebanyak 21 kali atau berusia 21 tahun. FKY
biasanya diselenggarakan sekitar satu bulan dalam masa libur sekolah,pada Juni-
Juli. Setiap tahunnya FKY tampil dengan ciri dan tema berbeda.
• Jogja Art Fair (JAF)
Jogja Art Fair (JAF) awalnya adalah sebuah perhelatan seni rupa sebagai bagian
dari program Festival Kesenian Yogya (FKY) XX 2008. Tapi pada
penyelenggaraannya yang kedua JAF keluar dari rangkaian acara FKY serta
berdiri independent dan dikelola oleh Heri Pemad Art Management.
JAF digelar dengan harapan bisa menampung dan memperlihatkan berbagai
pencapaian perupa-perupa muda. Secara umum perupa muda biasanya masih
sulit untuk menembus galeri-galeri yang ada di Jogja karena tak banyak galeri
yang mau mengorbit perupa muda. Karya-karya yang ditampilkan dalam JAF
antara lain seni lukis, grafis, kriya, karya tiga dimensi, instalasi, street art,
fotografi, seni video new media art dan lain-lain.
Selain festival-festival yang disebutkan diatas masih banyak lagi festival seni yang
rutin diselenggrakan di Yogyakarta, terhitung ada Beber Seni Jogja, Gelar Seni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐27
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Pertunjukan Rakyat ISI Yogyakarta, Festifal Film Dokumenter Yogyakarta dan masih
banyak lain.
Acara-acara dan festival seni--khususnya mengangkat seni urban—yang bersifat
kondisionlal natara lain Kode Pos Art Project yang digagas oleh JMF dengan
melibatkan masyarakat, Mural Masuk Kampung, Revitalisasi Kali Code, Sign Art,
Kampung Sebelah Art Project, Midnight Live Mural Project, Project Homesick, Local
Genius Ortodok dan pada puncaknya adalah degelarnya acara Midnight Live Mural
Project.
c. Dukungan Pemerintah Terhadap Perkembangan Seni Urban
Alasan utama mengapa Yogyakarta
bisa sangat berkembanga dalam
bidang kesenian dibanding daerah lain
adalah dukungan maksimal dari
pemerintah setempat. Pemerintah
setempat sadar akan potensi dan basis
ekonomi Yogyakarta salah satunya
adalah pada kesenian yang kemudian
akan memancing datangnya
wisatawan. Oleh karena itu pemerintah
Yogyakarta sangat mendukung
kegiatan berkesenian di kota tersebUt
dengan menciptakan iklim berkesenian yang kondusif, penyediaan sarana dan
prasarana, perizinan yang lebih permissive tanpa birokrasi yang rumit, pengadaan
festival-festival seni rutin dan masih banyak lagi.
Beberapa dukungan pemerintah Yogyakarta pada seni urban:
• Pemerintah Yogyakarta mendukung penuh event Midnight Live Mural Project 2003
• Lomba mural pada dinding kantor pertanian dan kehewanan kota yogyakarta
tahun 2003 yang didukung walikota Yogyakarta saat itu, H. Herry Zudianto
• Sri Sultan Hamengkubowono X yang hadir dan menutup perhelatan pameran seni
rupa bertajuk “0274 art project”, sebuah gerakan sosial dan kebudayaan yang
tergabung dalam proyek kompilasi proyek seni tanda mata mural dan Kode Pos
Sign Art oleh Jogja Mural Forum (JMF) di wilayah Yogyakarta
• Dalam website resminya, Dinas Pariwisata Yogyakarta secara tertulis dan jelas
mendukung keberadaan mural
Gambar 2.19 Gelaran Kode Pos Art Project Sumber: www.google.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐28
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
d. Banyak Hadir Lembaga Pendidikan yang Memfokuskan pada Bidang Kesenian
Lembaga pendidikan merupakan garda depan bagi perkembangan seni urban di
Yogyakarta. Dari lembaga pendidikan inilah lahir intelektual-intelektual muda di
bidang kesenian yang dengan ide-ide kreatifnya melahirkan bentuk-bentuk
berkesenian yang baru. Tidak jarang mereka menjadi penggagas terbentuknya
komunitas-komunitas seni baru serta juga sebagai penyelenggara festifal-festival
seni. Lembaga Pendidikan juga berperan untuk memberikan edukasi terhadap
masyarakat tentang lahirnya jenis-jenis kesenian baru dan bagaimana cara
mengapresiasikannya.
Terkenal sebagai kota pelajar, Yogyakarta memeiliki banyak lembaga pendidikan
seni baik yang tingkat tinggi maupun menengah. Beberapa lembaga pendidkan seni
tingkat tinggi di Yogyakarta adalah ISI Yogyakarta, Akademi Seni Drama dan Film
Indonesia, Pusat Pengembangan Penataran Guru Kesnian Yogyakata, Akademi Seni
Rupa dan Desan MSD, Sekolah Tinggi Senidan Desain Visi Indonesia dan masih
banyak lagi. Untuk tingkat menengah, beberapa sekolah kejuruan mulai
memasukan bidang seni dalam kurikulumnya. Sekolah-sekolah tersebut antara lain
adalah SMK Negeri 5 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Bantul, SMK Negeri 1 Kalasan, SMK
Negeri 2 Sewon dan masih bayak lagi.
E.4. Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Yogyakarta
Menurut Keputusan Walikota Yogyakarta
nomor 20 tahun 2002 tentang “penjabaran
status kawasan, pemanfaatan lahan dan
intensitas pemanfaatan ruang yang berkaitan
dengan perda no 6 th 1994 tentang RUTRK
kota Yogyakarta” menjelaskan bahwa kota
Yogyakarta terbagi menjadi 6 subdistrik yaitu :
A. Kawasan Malioboro
B. Kawasan Jl.Magelang
C. Kawasan Jl.Solo
D. Kawasan Kotagede
E. Kawasan Tumbuh Cepat Umbulharjo
F. Kawasan Jl.Bantul
Gambar 2.20 Peta Pembagian Kawasan Kotamadya Yogyakarta Sumber: Atlas Yogyakarta, Dinas Pekerjaan Umum DIY
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐29
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Dalam pembagian wilayahnya, kota Yogyakarta juga dibagi menjadi tiga kawasan
yaitu :
• Kawasan lindung, merupakan kawasan konservasi yang tidak dapat diganggu gugat
kecuali dengan kebijakan khusus yang mendetail. Kawasan ini meliputi wilayah
keraton, wilayah pemerintah dan perdagangan di Jl.Malioboro dan Ahmad Yani, dan
kawasan tugu.
• Kawasan penyangga, adalah kawasan dengan status agak bebas. Kebijakan kota
Yogyakarta menyangkut kawasan ini meliputi tata guna lahan, koefisien lantai
bangunan, dan koefisien daar bangunan ynag ketat dan mengikat. Kawasan ini
meliputi kawasan disekitar kawasan lindung dan wilayah di jalur utama pergerakan
kota. Kawasan ini benyak diperuntukkan untuk bangunan-bangunan umum.
• Kawasan bebas, adalah kawasan diluar kawasan lindung dan kawasan penyangga,
terutama diperuntukkan bagi permukiman, perdagangan dan fasilitas kegiatan
lingkungan.
Gambar 2.21 Peta Rencana Pemanfaatan Lahan Kotamadya Yogyakarta Sumber: Pemda Kotamadya Yogyakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐30
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
F. Studi Kasus GalerI Seni
F.1. Selasar Sunaryo Art Space, Bandung
Selasar Sunaryo Art Space
merupakan lembaga nirlaba yang bergerak
secara khusus di bidang pengembangan
dan pengkajian seni rupa modern dan
kontemporer sebagai dukungan terhadap
praktek kebudayaan di Indonesia secara
lebih luas. Selasar Sunaryo Art Space
secara berkala menyelenggarakan
kegiatan berupa pameran seni rupa,
pementasan seni pertunjukan, pembacaan
puisi, pemutaran film yang diikuti diskusi, seminar ataupun sarasehan yang bertujuan
untuk mengkaji dan melihat relevansi seni rupa dengan persoalan-persoalan
kebudayaan secara luas. Selasar Sunaryo Art Space juga menyelenggarakan program
edukasi publik berupa panduan tur dan program anak-anak.
Letak Selasar Sunaryo yang berada
di kawasan perbukitan sangat
menentukan pola peletakan fungsi massa
bangunan yang mengisi ruang seluas
5000m2 dengan tingkat kemiringan
sekitar 20-40%. Maka dalam
perancangannya dilakukan pemisahan
massa bangunan berdasarkan
pengelompokan fungsi aktifitas. Berikut
pengelompokan massa bangunan di
Selasar Sunaryo berdasarkan fungsinya :
a. Fungsi Bangunan Utama, dengan dimensi sekitar 8,4x22 m2 yang terdiri atas tiga
lantai yang berbeda dengan split level yang memanfaatkan pola kontur eksisting.
b. Fungsi Bangunan Penunjang, yang terdiri atas dua lantai yang berbeda dengan
split level.
c. Ruang Amphiteater terbuka berbentuk setengah lingkaran dengan diameter sekitar
20m dari lingkar luar amphiteater dan 10m dari lingkar luar panggung.
Konsep sirkulasi cenderung menggunakan pola linier yang mengusung pola
ruang yang menerus. Citra bangunan menampilkan image ‘modern abstrak’ yang
menjadi ekspresi karya-karya seni kontemporer dari Sunaryo. Tampilan interior tidak
Gambar 2.22 Entrance Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com
Gambar 2.23 Interior Selasar Sunaryo Sumber: www.selasarsunaryo.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐31
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
menonjol dan cenderung netral untuk lebih menonjolkan karya-karya seni yang
dipamerkan di dalamnya.
Sebagian besar koleksi Selasar Sunaryo Art Space terdiri dari karya-karya patung,
lukisan, instalasi, drawing dan cetakan grafis dari Sunaryo sebagai koleksi utama yang
dipamerkan secara permanen. Di samping itu Selasar juga memiliki koleksi permanen
terpilih yang didapatkan dari donasi dan pinjaman, antara lain: A. Sadali, Haryadi Suadi,
Umi Dachlan, Srihadi, G. Sidharta, Rita Widagdo, T. Sutanto, Gordon Walters dan lain-
lain.
F.2. Rumah Seni Cemeti, Yogyakarta
Rumah Seni Cemeti/Cemeti Art House terletak di . D.I. Panjaitan no.41
Yogyakarta. Galeri seni kontemporer ini dikelola oleh Yayasan Seni Cemeti yang aktif
mengadakan berbagai pameran seni kontemporer yang diadakan secara periodic.
Rumah Seni Cemeti sejak 1988 telah secara aktif memamerkan dan
mengkomunikasikan karya dari seniman-seniman kontemporer baik dari Indonesia
maupun dari mancanegara. Setiap tahun diselenggarakan paling sedikit sebelas proyek
pameran. Baik pameran tunggal, pameran kelompok, seni pertunjukkan, site specific
maupun happening art, diskusi, presentasi slide serta perbincangan seniman.
Bangunan Rumah Seni Cemeti ini bergaya arsitektur vernakular. Hal ini terlihat
pada ruang lobby penerima yang bergaya joglo yang mencirikan bangunan tradisional
jawa. Dari ruang penerima ini pengunjung digiring menuju ke ruang pamer melewati
sebuah ruang selasar dengan salah satu sisi yang terbuka. Terdapat sebuah tanman
hijau kecil berukuran kurang lebih 25 m2 pada sebelah sisi yang terbuka pada
selasar. Di sisi sebelah kanan terdapat ruang penunjang berupa lavatory dan pantry
serta stockroom. Terdapat ceruk dinding yang berisi display buku dokumentasi
Gambar 2.24 Aksonometri Rumah Seni Cemeti Sumber: Allembina Construction Intelligence
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II‐32
BAB II Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
seniman dan kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Seni Cemeti yang berada di sisi
kanan dan kiri pitu stockroom.
Ruang Pamer berukuran 105 m2 dengan konsep ruang yang semi terbuka yang
salah satunya menghadap selasar yang menghubungkannya ke ruang lobby penerima.
Ruang pamer dilengkapi dengan sistem
pencahayaan alami dari bukaan atap dan
sistem pencahayaan artifisial dari lampu sorot.
Selain itu juga terdapat suplay listrik dari stop-
kontak untuk suplay listrik karya seni instalasi
yang memputuhkan listrik sebagai energi
penggerak mekanik atau pada kasusu video
art. Finishing dinding ruang pamer menggunakan warna putih netral tanpa
ormnamentasi. Plafond dibiarkan tanpa finishing untuk pencahayaan alami yang
merata pada seluruh ruang pamer. Sedangkan finishing lantai dari ubin dengan warna
krem merata dari ruang penerima hingga ruang pamer.
Gambar 2.25 Interior Rumah Seni Cemeti Sumber: www.Alambina.net
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-1
BAB III Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan Kontemporer
[BAB III] GALERI SENI URBAN YOGYAKARTA YANG DIRENCANAKAN
A. Pengertian
Galeri seni yang menjadi wadah bagi seluruh elemen masyarakat Yogyakarta pada
khususnya untuk dapat mengekspresikan semangat urbannya malalui karya seni juga
sebagai ruang publik alternatif dengan kekhasan pada pencitraan bentuk bangunan
kontemporer
B. Tujuan
Sebagai wadah untuk dapat berkesenian secara bebas serta memberikan edukasi di
bidang seni bagi masyarakat kota Yogyakarta. Selain itu juga menjadi ruang alternatif
yang bersifat publik dimana memberikan peluang terjadinya dialog-dialog dan interaksi
yang positif diantara msyarakat kota Yogyakarta
C. Fungsi, Motivasi dan Peranan Galeri Seni Urban
1. Fungsi
Fungsi Galeri Seni Urban yaitu sebagai wadah dan ruang bagi masyarakat,
khususnya masyarakat urban, untuk untuk dapat mengekspresikan semangat
urbannya malalui karya seni baik secara visual maupun seni pertunjukan juga sebagai
ruang publik alternatif sehingga dapat menjadi media komunikasi seni bagi para
seniman melaui karya seninya serta mampu menjembatani hubungan dan memotong
jarak antar seniman dengan karyanya, maupun antara seniman dan masyarakat.
2. Motivasi
• Dari segi kebijaksanaan pemerintah
Adanya program pemerintah dalam pelestarian dan pengembangan dunia seni,
serta semakin berkembangnya hubungan pertukaran informasi dan pengaruh
budaya internasional.
• Dari segi pengamatan masyarakat
Terciptanya ruang publik alternatif dan komunitas baru bagi masyarakat dalam
kaitannya dengan dunia seni urban, dimana masyarakat dapat mengekspresikan
ekspresi estetisnya melaui seni dan belajar mengapresiasi karya seni dengan
benar.
• Dari segi seniman dan komunitas seni
Kebutuhan bagi adanya media penyaluran pengembangan kreatifitas seniman
yang. Serta kebutuhan akan adanya media komunikasi dengan masyarakat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-2
BAB III Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan Kontemporer
dengan tujuan untuk mendapatkan apresiasi dan hubungan langsung dengan
masyarakat.
• Dari segi pemeliharaan dan pengembangan dunia seni
Memberi kemudahan bagi lembaga pemerintah dalam memantau
perkembangan seni khususnya di Yogyakarta. Adanya kebutuhan untuk
penyebarluasan kegiatan seni di ruang publik dan kerjasama dengan lembaga-
lembaga lain secara luas, mass media, organisasi sosial, dan bahkan institusi
internasional.
3. Peranan
• Sebagai wadah bagi masyarakat untuk mengekspresikan eksprsi estetisnya
melalui seni urban
• Sebagai ruang publik alternatif bagi dunia seni dan tempat rekreasi alternatif bagi
masyarakat
• Sebagai media komunikasi komunitas seni
• Memangkas jarak antar sesama seniman dari seni urban dengan karyanya, serta
antara seniman dengan masyarakat
• Sebagai sumber informasi dan pendidikan serta penelitian dunia seni
• Sebagai alat/media edukasi kepada masyarakat mengenai seni urban dan seni
baru lainnya
D. Lingkup Pelayanan
Galeri Seni Urban merupakan wadah pengembangan dan penelitian terhadap
perkembangan seni urban secara luas, yang berbentuk ruang publik dan membuka
kesempatan-kesempatan untuk adanya komunikasi dan pertukaran pengetahuan
diantara komunitas seni dan masyarakat. Sebagai hasilnya merupakan konsumsi bagi
masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya pada khususnya dan masyarakat Indonesia
pada umumnya. Galeri Seni Urban mempunyai skala pelayanan pada lingkup regional
dan nasional, serta tidak menutup kemungkinan untuk adanya hubungan pertukaran
informasi dan pengetahuan dengan dunia internasional.
E. Status Kelembagaan
Merupakan lembaga swasta independent yang pengelolaan organisasinya dilakukan
oleh kalangan seniman dan pewakilan warga masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-3
BAB III Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan Kontemporer
F. Pengelola Galeri Seni Urban
Untuk kelancaran sistem pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan dalam Ruang Seni
Kontemporer, maka struktur organisasi dari wadah ini dibentuk sedemikian rupa:
G. Kegiatan yang Diwadahi
Jenis kegiatan yang akan diwadahi pada Galeri Seni Urban yang direncanakan
berdasarkan jenis kegiatan utama terdiri atas:
1. Kegiatan Pengembangan, yang kemudian dibagi menjadi:
• Kegiatan Informasi, yaitu kegiatan pemberian dan pertukaran informasi yang
berhubungan dengan seni urban dan seni pupuler lainnya.
• Kegiatan Pertunjukan dan Pemutaran Film, yaitu kegiatan pertunjukan seni dan
pemutaran film yang berkaitan dengan isu kontemporer perkotaan baik
dokumenter maupun fiksi dan lingkupnya. Kegiatan ini dapat diadakan baik untuk
untuk umum maupun untuk pengunjung terbatas.
• Kegiatan Pameran, yaitu kegiatan pameran karya-karya seni urban dan seni
pupuler lainnya. Yang menjadi objek pameran merupakan hasil karya seni rupa
visual.
• Kegiatan pertunjukan, yaitu kegiatan pertunjukan performance art dari seni urban,
dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan
Dokumentasi dan
Kepustakaan
Litbang Teknologi Informasi
Kurator Pelaksana
Harian
Front Desk
Officer
Koordinator Commercial
Area
Koor. Perawatan & Rmh Tangga
Koor. Keamanan
Manajer Program Manajer Informasi dan Penelitian
Manajer Keamanan dan Perawatan
Dewan Pertimbangan Kuratorial
Direktur
Wakil Direktur Manajer Administrasi
dan Keuangan
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Galeri Seni Uban Sumber : Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-4
BAB III Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan Kontemporer
• Kegiatan penciptaan karya seni, yaitu kegiatan penciptaan suatu karya seni. Sesui
karakteristik seni urban, kegiatan ini dimulai dari diskusi dan brainstoming,
eksplorasi content dan eksekusi.
• Kegiatan Diskusi Umum/Terbuka, yaitu kegiatan diskusi umum terkait dengan
seni urban dan isu kontemporer yang sedang berkembang. Kegiatan ini dapat
diikuti oleh seniman, pengamat dan masyarakat umum. Termasuk dalam diskusi
ini yaitu kegiatan peluncuran buku, pembicaraan seputar seniman kontemporer
dan karyanya, pemutaran film, dan lain sebagainya.
2. Kegiatan Studio Workshop, yang bertujuan untuk pelatihan dan sarana bagi
seniman untuk secara langsung memperkenalkan kepada masyarakat proses
penciptaan karya seni urban, sehingga masyarakat umum dapat lebih memahami
jenis dan kegiatan seni urban. Kegiatan ini berbentuk sebagai kegiatan pelatihan
terbuka, untuk umum dan bersifat non-formal yang diadakan dengan jadwal khusus
yang dapat diikuti oleh peserta dan pengunjung yang berminat.
3. Kegiatan Pengelolaan, yaitu kegiatan administrasi yang meliputi tata usaha,
keuangan, personalia, pemeliharaan bangunan dan kawasan, keamanan, serta
kegiatan koordinasi.
4. Kegiatan Penunjang, dibagi atas:
• Kegiatan Komersiil/Commercial Activity, yaitu kegiatan yang bersifat komersial
namun tidak berhubungan langsung dengan kegiatan jual beli karya seni.
Kegiatan ini difasilitasi oleh toko cinderamata, restauran dan coffe shop serta toko
perlengakapan seni..
• Kegiatan Pelayanan dan Servis
H. Pameran dan Koleksi
Pada umumnya lingkupan seni urban sangat luas, dengan berbagai macam bentuk
bidang yang dibedakan menurut media, material dan bentuk hasil karyanya. Secar
umum dibagi mejadi seni pertnjukan yang dipentaskan dan seni rupa yang di
pamerkan. Macam seni urban yang akan diwadahi diantaranya yaitu:
1. Kelompok seni pertunjukan (performing arts), yaitu:
• Seni tari
• Seni suara atau seni musik
• Seni theater/drama
• Seni sastra
• Performance art
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-5
BAB III Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan Kontemporer
Seni pertunjukan tersebut akan dapat dipentaskan baik secara outdoor maupun
indoor
2. Kelompok seni rupa (visual arts), yaitu:
• Seni rupa dua dimensi (mural, graffiti, grafik, fotografi, film)
• Seni rupa tiga dimensi (urban toys, patung, instalasi, pahat, ukir)
Sama halnya dngan seni pertunjukan, seni rupa tersebut juga akan dapat
dipamerkan baik secara outdoor maupun indoor
I. Pelaku Kegiatan Galeri Seni Urban
1. Pengunjung umum (masyarakat)
Kelompok ini merupakan pengunjung yang paling mendominasi. Motivasi kelompok
ini biasanya mempunyai dua arah yaitu umum (general) dan detail. Kerangka pameran
yang jelas dan didukung oleh tata pameran yang mendetail akan sangat membantu
mereka. Da juga yang memiliki motivasi untuk berekreasi dan memanfaatkan liburan
dengan aktivitas yang dapat merangsang kreativitas Dari jumlahnya, kelompok ini
dapat terdiri dari perorangan maupun rombongan. Penerangan untuk rombongan
sangat dibutuhkan untuk mempercepat proses komunikasi antara pengunjung dan
benda koleksi. Untuk memenuhi minat mereka, bantuan perpustakaan yang
berhubungan dengan tema pameran benda koleksi sangat diperlukan.
2. Peneliti
Yang tergolong dalam hal ini adalah peneliti ilmiah, dan atau untuk hal-hal yang
langsung terpakai dalam kehidupan sehari-hari. Keterangan-keterangan detail dan
tepat sangat dibutuhkan oleh mereka. Biasanya kelompok ini terdiri dari perorangan,
kecuali bila sedang ada seminar yang menyangkut benda koleksi/ pameran museum.
Perpustakaan merupakan syarat mutlak bagi mereka.
3. Seniman
Merupakan tulang punggung dari kelangsungan kegiatan dari galeri seni urban ini.
Seniman berkesenian dan menciptakan suatu karya seni yang dapat berkomunikasi
dengan masyarakat sehingga menarik pengunjung yang merupakan warga masyaakat
tertarik untuk masuk dan ikut berkegiatn di galeri seni urban ini.
Kelompok ini biasanya sangat memperhatikan detail yang dipamerkan, sehingga
penerangan sangat diperlukan. Biasanya cenderung berminat terhadap pameran yang
berhubungan dengan budaya Surakarta dan pameran kontemporer yang
diselenggarakan oleh seniman lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III-6
BAB III Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Banguan Kontemporer
4. Kurator
Bertanggung jawab akan segala macam kgiatan yang berlangsug di dalam galeri
seni urban. Terdiri dari para oang-orang yang memiliki pengetahuan lebih di bidang
seni dan bertugas mmberikan informasi bagi pegunjung, menilai dan menganalisa
suatu karya seni, menentukan metode penyimpanan dan pameran karya seni serta
mengatur dan mengoganisir acara-acara yang diadakan di galeri seni urban’
5. Pengelola
Bertugas mengelola manjemen dari organisasi galeri seni urban, terdiri dari:
• Direktur dibantu dangan Wakil Direktur
Bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan yang berjalan galeri seni urban
• Sekretaris membantu tugas dan tanggung jawab yang dijalankan oleh Direktur
dan Wakil Direktur
• Manajer administrasi an keuangan
• Manajer program yang terdiri dari kurator pelaksana harian dan coordinator
commercial area
• Manajer informasi dan penelitian yang tediri dari dokumentasi dan kepustakaan,
front desk officer dan litbang teknologi dan informasi’
• Manajer keamanan dan perawatan yang terdiri dari koodinator perawatan dan
rumah tangga serta koordiantor keamanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-1
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
[BAB IV] PROSES PENENTUAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
GALERI SENI URBAN YOGYAKARTA DENGAN PENEKANAN PADA PENCITRAAN BENTUK BANGUNAN KONTEMPORER
A. Analisa Makro
A.1. Proses Penentuan Pemilihan Lokasi
Analisa bertujuan untuk mendapatkan lokasi dan site perencanaan di dalam
wilayah kota Yogyakarta yang sesuai untuk perencanaan dan perancangan Galeri Seni
Urban yang direncanakan serta mampu mendukung fungsi bangunan tersebut.
Kriteria pemilihan lokasi:
Area bebas banjir, berada dalam area pengembangan pariwisata seni dan
budaya serta bukan dalam lingkup area kawasan industri.
Dilalui oleh jalur utama transportasi kota, sehingga terdapat kemudahan
akses baik dari dalam kota maupun dari luar kota Yogyakarta.
Berada pada distrik fasilitas seni dan budaya
Lokasi mudah dikenal dan diingat masyarakat.
Mudah ditemukan dan mempunyai kekhasan tersendiri sebagai kawasan seni
dan budaya. Analisa:
Dari dasar pertimbangan di atas, diambil dua alternatif dan dilakukan
pengamatan terhadap kawasan terpilih. Tiga alternatif kawasan adalah Jl. Adi
Sucipto, Jl. Urip Sumoharjo dan Jl. Pangeran Mangkubumi.
Tabel 4.1 Analisa Pemilihan Lokasi
Lokasi Kesesuaian
Peruntukan
Aksesibilitas
Transportasi
Nilai Ekspos
Bangunan
Ketersediaan
Infrastruktur
Kekhasan
Daerah
Jl. Adi Sucipto Berada pada
distrik
perdagangan
Dilewati
angkutan
kota Trans
Jogja dan
bis-bis dari
dank ke arah
Solo
Tidak terlalu
tinggi
dikarenakan
tidak adanya
objek penarik
di sekitar
lokasi
Listrik, air dan
drainase
tersedia
tetapi tidak
ada fasilitas
budaya yag
mendukung
Hanya
merupakan
jalur
transporatsi
utama natar
Jogja dan
Solo
Jl. Urip Berada pada Dilewati Agak tinggi Listrik, air dan Memiliki
Gambar 4.1 Alternatif Lokasi Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-2
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Sumoharjo distrik
perdagangan
angkutan
kota Trans
Jogja dan
bis-bis dalam
kota
dikarenakan
meruupakan
daerah
berkembang
dengan
banyaknya
objek khas.
drainase
tersedia
tetapi tidak
ada fasilitas
budaya yag
mendukung
kekhasan
sebgai
daerah
perdagangan
dan wisata
yang akan
berkembang
dengan point-
point
keramaian
yang terus
bertambah
Jl. Pangeran
Mangkubumi
Berada pada
distrik wisata
dan budaya
Dilewati
angkutan
kota Trans
Jogja dan
bis-bis dalam
kota serta
dekat
dengan
stasiun Tugu
Tinggi
dikarenakan
dekat
dengan
daeah
Malioboro
yang sangat
terkenal
Listrik, air dan
drainase
tersedia
dengan
banyaknya
sasilitas
wisata
budaya di
sekitar loaksi
Iconic bagi
warga Yogya
dikarenakan
dekat dengan
Sumber: Analisa Pibadi
Lokasi yang dipilih yaitu kawasan Jl. Pangeran Magkubumi. Kawasan ini terletak
di antara jalur wisata Malioboro, Keraton Yogyakarta, Taman Pintar Yogyakarta
dan sekitar Tugu, dekat dengan Stasiun Tugu sebagai noda transportasi bagi
pengunjung dari luar kota, dilewati trayek Bus Trans Jogja sebagai alternative
utama transportasi dalam kotadan merupakan daerah pengembangan pariwisata
seni dan budaya.
A.2. Proses Penentuan Pemilihan Tapak
Kriteria pemilihan tapak
Berada pada peruntukan lahan (Land-use) yang sesuai, yaitu pada peruntukan
fasilitas umum
Dilalui oleh jalur arteri sebagai akses utama memasuki kawasan Malioboro,
dan terdapat pedestrian
Dikelilingi oleh kegiatan pendukung (activity support) yang mampu mendorong
adanya kegiatan publik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-3
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Ketersediaan lahan dan kemungkinan pengembangannya
Maka atas dasar filtering di atas ditentukan tapak yang terpilih adalah lahan
terbuka yang terletak pada jalan arteri utama Jl. Pangeran Mangkubumi, yang
merupakan bagian dari daerah simpul fasilitas umum terkemuka yang
berhubungan dengan kegiatan seni dan pendukungnya.
Site merupakan lahan dengan luasan ± 12.000 m2, dengan batas-batas sebagai
berikut:
− Utara : Pertokoan
− Timur : Pemukiman penduduk dengan ketinggian 2 lantai
− Selatan : Gedung Kedaung Yogyakarta.
− Barat : Jl. Pangeran Mangkubumi
Site memiliki kontur relatif datar, dengan kondisi sekitarnya berupa bangunan
dengan ketinggian satu hingga dua lantai. Suasana di sekitar site relatif ramai
dikarenakan merupakan distrik perdagangan dan pariwisata. Tetapi hal tersebut
merupakan potensi dalam pembentukan sifat ruang publik dari Galeri Seni Urban
yang direncanakan. Building Coverage disekitar kawasan adalah sekitar 50% -
75%. Dengan luas 12.000 m2, maka luas area yang akan terbangun sekitar 6000
m2 – 9000 m2, dengan ketinggian 2-3 lantai dengan tinggi bangunan maksimal
32 m sesuai dengan peraturan.
B. Analisa Mikro
B.1. Analisa Pola Kegiatan
Pola pelaku kegiatan merupakan bentuk-bentuk kegiatan yang terjadi pada Gleri
Seni Urban Yogyakarta, terdiri dari kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung, urator,
seniman dan pengelola.
Pada umumnya pola kegiatan seniman tidak dapat ditentukan secara pasti
dikarenakan karakteristik dari seniman dan seni itu sendiri yang tidak terbtas oleh
waktu dan ruang gerak. Oleh karena itu pola kegiatan ditentukan sebebas mengkin tapi
tetap dengan batasan sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan.
• Pola kegiatan seniman pada kegiatan pengembangan (pameran dan
pertunjukan)
Gambar 4.2 Site Terpilih Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-4
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Pola kegiatan kurator pameran
• Pola kegiatan pengunjung pertunjukan dan pemutaran film
• Pola kegiatan pengunjung pameran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-5
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Pola kegiatan peserta diskusi
• Pola kegiatan peserta studio workshop
• Pola kegiatan seniman dan kurator studio workshop
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-6
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Pola kegiatan pengelola
B.2. Analisa Peruangan
B.2.1. Analisa Kebutuhan Ruang
Analisa kebutuhan ruang didasarkan pada kegiatan yang diwadahi dan
macam pelaku kegiatan. Dengan mempelajari pelaku kegiatan, jenis kegiatan
dan macam kegiatan yang telah ditetapkan pada Galei Seni Urban Yogyakarta,
dapat ditentukan kebutuhan ruang yang perlu disediakan menurut klasifikasi
kegiatan berdasarkan jenis kegiatan, kelompok kegiatan dan sub kelompok
kegiatan yang terdiri dari:
Tabel 4.2 Penentuan Kelompok Kegiatan dan Pelaku Kegiatan
Kelompok Kegiatan Sub kelompok Kegiatan Pelaku Kegiatan
Kegiatan pengembangan Kegiatan Pameran
Kegiatan Pertunjukan dan
Pemutaran Film
Kegiatan Penciptaan Karya
Seni
Kegiatan Diskusi
Umum/Terbuka
Pengunjung
Seniman
Kurator
Gambar 4.3 Pola Kegiatan Galeri Seni Urban Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-7
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Kegiatan Studio Workshop
Kegiatan Pendukung Kegiatan Komersil Pengunjung
Pengelola
Kegiatan Penunjang Perpustakaan Pengunjang
Pengelola
Kegiatan Pengelolaan Pengelola
Sumber: Analisa Pribadi
Berdasarkan pelaku dan kelompok kegiatan, maka dapat ditentukan
kebutuhan ruang sebagai berikut:
Tabel 4.3 Penentuan Kebutuhan Ruang Berdasarkan Analisa Kegiatan
Kelompok Kegiatan
Macam Kegiatan Pelaku Kegiatan
Kebutuhan Ruang
1 2 3 4 A. Kegiatan
Pengembangan
1. Kegiatan Pameran
- parkir - menitipkan barang bawaan - bertanya - menonton pameran - metabolisme
Pengunjung - area parkir - penitipan barang - front desk - r. pameran - lavatory
- parkir - memeriksa dokumen/objek pamer - memandu dan memberi informasi - metabolisme - ibadah
Kurator - area parkir - kantor kuratorial - r. pameran - lavatory - musholla
- parkir - memeriksa dokumen/objek pamer - menurunkan/memuat barang - mengelola kegiatan pameran - metabolisme - ibadah
Pengelola - area parkir - kantor pengelola - Kntor kuratorial - loading dock - r. pameran - lavatory - musholla
2. Kegiatan Pertunjukan dan Pemutaran Film
- parkir - bertanya - mendaftar/membeli tiket - menonton pertunjukan pementasan seni - menonton pemutaran film - diskusi dan evaluasi - metabolisme
Pengunjung - area parkir - front desk - amphiteater terbuka - r. audio visual - lavatory
- parkir - mempersiapkan pertunjukan/ pemutaran film - briefing - pertunjukan pementasan seni - pemutaran film - diskusi dan evaluasi - menyimpan peralatan - metabolisme
Pementas/Kru Film/ seniman
- area parkir - r. persiapan - amphiteater terbuka - r. audio visual - gudang - lavatory - r. mekanikal audiovisual
3. Kegiatan Penciptaan Karya Seni(Berkesenian)
- parkir - brainstorming dan berdiskusi - penelusuran referensi - persiapan alat - eksekusi penciptaan karya seni - diskusi dan evaluasi - metabolisme
Seniman - area parkir - perpustakaan - r. pameran - taman/amphiteater - gudang alat - lavatory
4. Kegiatan Diskusi Umum/ Terbuka
a. Diskusi Bebas - parkir - bertanya dan mendaftar - berkumpul, berdiskusi dan bertukar informasi - metabolisme
Pengunjung. Seniman, kurator
- area parkir - front desk - amphiteater terbuka - r. serbaguna - lavatory
b. Peluncuran Buku, Musik dan Film - parkir
Pengunjung. Seniman,
- area parkir - front desk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-8
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
- bertanya dan mendaftar - persiapan presentasi peluncuran - presentasi peluncuran - berkumpul, berdiskusi dan bertukar informasi - metabolisme
kurator - r. persiapan - taman/amphiteater terbuka - r. serbaguna - lavatory
c. Seminar - parkir - bertanya dan mendaftar - persiapan seminar - kegiatan seminar - berkumpul, berdiskusi dan bertukar informasi - metabolisme
Pengunjung. Seniman, kurator
- area parkir - front desk - r. persiapan - r. serbaguna - lavatory - taman/amphiteater terbuka
5. Kegiatan Studio Workshop
- parkir - persiapan studio workshop - mengajar teori seni kontemporer - mengajar praktek seni kontemporer - menyimpan alat - metabolisme - ibadah
Seniman dan kurator
- area parkir - kantor kuratorial - r. studio workshop - r. pameran - taman/amphiteater terbuka - gudang alat - locker - lavatory - musholla
- parkir - mendaftar - persiapan studio workshop - menitipkan barang bawaan - mengikuti kelas teori - mengikuti pelatihan praktek seni kontemporer - diskusi dan evaluasi - menyimpan alat - metabolisme
Pengunjung/ peserta studio workshop
- area parkir - front desk - r. persiapan - r. locker - r. studio workshop - r. pameran - taman/amphitear - gudang - lavatory
B. Kegiatan pendukung (Komersiil)
a. Art Shop - parkir - bertanya dan melihat-lihat koleksi - membeli koleksi - metabolisme
Pengunjung - area parkir - retail shop - kasir - lavatory
- parkir - mempersiapkan koleksi - menerima dan menurunkan barang - menyimpan barang - melayani pembeli - metabolisme - ibadah
Pengelola/ staff art shop
- area parkir - retail shop - loading dock - retail shop dan kasir - lavatory - musholla
b. restaurant/Coffee Shop - parkir - memesan minuman dan makanan - menikmati pesanan - berkumpul, berdiskusi dan bertukar informasi - membayar pesanan - metabolisme
Pengunjung. Seniman
- area parkir - bar - area duduk - kasir - lavatory
- parkir - menyimpan barang pribadi - mempersiapkan bahan minuman dan makanan - melayani pengunjung - mengelola restaurant/coffee shop - metabolisme - ibadah
Pengelola/ staff restaurant
- area parkir - locker karyawan - gudang - dapur dan bar - area duduk - lavatory karyawan - musholla
C. Kegiatan Penunjang
Perpustakaan - Parkir - Bertanya dan mendaftar - Menitipkan barang - Mencari literatur/ koleksi khusus - Membaca literatur - Mempelajari koleksi - Memanfaatkan fasilitas internet - Diskusi - Metabolisme
Pengunjung - r. katalog - area parkir - counter penerima - r. penitipan barang - r. koleksi - r. baca - R. internet - R. diskusi - lavatory
- parkir - menyimpan barang pribadi - mempersiapkan dokumen - melayani pengunjung - mengelola r. perpustakaan - mendata dan menyimpan koleksi - metabolisme
Pengelola - area parkir - locker - kantor - counter penerima - r. koleksi - lavatory - musholla
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
- ibadah D. Kegiatan
Pengelolaan - parkir - aktivitas direktur - keg. Wakil direktur - keg. Administrasi dan keuangan - keg. manajemen program - keg. manajemen bagian informasi dan penelitian - keg. manajemen keamanan dan perawatan - komputerisasi data/arsip - rapat - ibadah - metabolisme - keg. penerimaan - keg. perawatan bangunan - keg. pengoperasian utilitas ba-ngunan - keg. Pengamanan - penyediaan fasilitas makan/ minum
- area parkir pengelola - r. direktur utama - r. tamu - r. wakil direktur - r. sekretaris - r. manajer administrasi keu. - r. staf administrasi keu. - r. manajer program - r. manajerinfo dan penelitian - r. staf dokumentasi dan
kepustakaan - r. litbang tek. informasi - r. manajer keamanan dan
perawatan - r. koor. dan staff keamanan - r. koor. dan staff perawatan
dan rmh tangga - r. arsip - r. rapat - dapur/pantry - musholla - lavatory - gudang alat kebersihan - r. genset - r. trafo - r. panel listrik - r. mesin AC - r. pompa - tangki air - gudang - r. satpam/pos jaga
Sumber: Analisa Pribadi
B.2.2. Analisa Besaran Ruang
Dasar pertimbangan/acuan dalam penentuan besaran ruang yaitu:
i) Perhitungan standard (literatur)
- Architects data, Ernerst Neufert (NAD)
- Time Saver Standart for Building Type, Joseph de Chiara & John Callender
- Building, Planning and Design Standard (BPDS)
- New Metric Handbook (NMH)
- Mechanical and Electrical Equipment for Buildings (MEE)
ii) Perhitungan studi ruang (PHS), yaitu perkiraan kebutuhan ruang dengan
pertimbangan:
- Kapasitas pemakai
- Flow
- Kenyamanan pemakai
iii) Asumsi
iv) Studi kasus/ Studi banding (SB)
Disamping itu sebagai dasar pertimbangan penentuan besarnya sirkulasi/flow
gerak yang dibutuhkan masing-masing ruang, dengan pertimbangan aktivitas
Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-10
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
dalam ruang dengan dimensi alat gerak yang digunakan serta flow gerak atas
dasar tujuan tuntutan dan karakter kegiatan, ditentukan sebagai berikut:
• 5%-10% = standart minimum
• 20% = kebutuhan keleluasaan sirkulasi
• 30% = tuntutan kenyamanan fisik
• 40 % = tuntutan kenyamanan psikologis
• 50% = Tuntutan spesifik kegiatan
• 70%-100% = Keterkaitan dengan banyak kegiatan
Proses penentuan besaran ruang yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.4. Perhitungan Besaran Ruang dan Program Ruang
a. Area Kegiatan Utama (Pengembangan)
NAMA RUANG PENDEKATAN JUMLAH/
KAPASITAS KETERANGAN PERHITUNGAN TOTAL (m2)
Entrance Lobby NAD 75 org Dihitung 5% dari ruang pamer
utama 5% x 1500 m2
Flow 30% 97,50 m2
Reception & Information
NAD 5,50 m2/org 5 orang Penempatan @ 1 org utk tiap
ruang-ruang utama 5 x 5,50
Flow 20% 19,80 m2
Ruang Pamer Tetap Asumsi 1 unit Studi banding dengan ruang
pamer Selasar Sunaryo Art Space 1500,00 m2
Ruang Pamer Temporer
Asumsi @ 30% dari ruang
pamer tetap 1 unit
Studi banding dengan ruang pamer Selasar Sunaryo Art Space
(30% x 1500 m2)
450,00 m2
Ruang Audio visual SB 1 unit Studi banding dengan Selasar
Sunaryo Art Space 96,00 m2
Ruang Serba Guna
NAD 1,40 x 0,6 m2/kursi
600 kursi Studi banding dengan auditorium Taman Ismail Marzuki 600 x (1,40 x 0,6)
Flow 20% 604,8 m2
Art Garden
Asumsi 1 unit
Studi banding dengan Selasar Sunaryo Art Space
100,00 m2
Amphiteater terbuka SB 1 unit Studi banding dengan Selasar
Sunaryo Art Space 300 m2 300,00 m2
Ruang mekanikal SB 1 unit Dihitung 25% dari ruang audio
visual 25% x 96 m2 24,00 m2
Toilet umum NMH Pria: 80-100 org
4 WC 4 urinoir
2 wastafel Wanita: 80-100
org 4 WC
4 wastafel
4 x 1,80 4 x 0,40 2 x 0,54
4 x 1,80 4 x 0,54
9,88 m2
9,36 m2
Gudang barang koleksi SB 1 unit Dihitung setengah luasan ruang
persiapan 40,00 m2
Gudang alat SB 1 unit Dihitung setengah luasan ruang
persiapan 40,00 m2
Kantor kurator & staff ahli
Asumsi 1 unit, 3 orang
Kurator = 1 org Staff ahli = 2org 50,00 m2
LUAS 3343,34 m2 Sirkulasi 30 % (untuk kenyamanan fisik)
30% x 3343,34 1002,9 m2
TOTAL 4346,24 m2
b. Kegiatan Pendukung (Komersial)
NAMA PENDEKATAN JUMLAH/ KETERANGAN PERHITUNGAN TOTAL (m2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-11
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
RUANG KAPASITAS Art Shop
SB 1 unit Studi banding dengan Selasar Sunaryo Art Space 60,00 m2
Area Duduk Coffee Shop
NAD 1,30 – 1,90
m2/org 150 orang
Estimasi tersedia 30-40 meja @ 4 org 150 x 1,90
Flow 40% 399,00 m2
R. Counter Kasir NAD 5,50 m2/org
1 unit, 2 orang
2 staff penjaga kasir, 1 org utk art shop, 1 org utk coffee shop
2 x 5,50 Flow 10% 12,00 m2
Dapur & Bar PHS 1 unit Studi banding dengan
McDonald’s Cafe 50,00 50,00 m2
Gudang Kering
PHS 1 unit Setengah dari luasan dapur & bar 25,00 25,00 m2
Gudang Basah
PHS 1 unit Setengah dari luasan dapur & bar 25,00 25,00 m2
R. Manager Commercial Area NAD 1 unit
Ruang kerja untuk 1 org manager dengan kegiatan pengelolaan area komersiil
25,00 Flow 20% 30,00 m2
R. Staff Commercial Area PHS 1 unit, 10
orang Dihitung 10% dari total luasan area coffee shop 10% x 399,00 39,90 m2
Toilet + Locker Karyawan
NAD
2 unit, unit pria & unit
wanita
Dihitung masing-masing setengah dari luasan ruang kerja staff 2 x 26,6 53,20 m2
Toilet umum NMH Pria: 21-30 org
2 WC 2 urinoir
2 wastafel Wanita: 21-30 org
2 WC 2 wastafel
2 x 1,80 2 x 0,40 2 x 0,54
2 x 1,80 2 x 0,54
5,48 m2
4,68 m2
Luas
704,26 m2
Sirkulasi 30 % (untuk kenyamanan fisik)
(100-70)% x 704,26 211,28 m2
Luas Total
915,54 m2
c. Kegiatan Penunjang (Perpustakaan)
NAMA RUANG PENDEKATAN JUMLAH/
KAPASITAS KETERANGAN PERHITUNGAN TOTAL (m2)
Entrance Hall SB
Studi banding dengan Perpustakaan Pariwisata & Budaya Jakarta
30,00 m2
Counter PHS 1 unit Ruang kerja 2x2 m2, untuk 1 org
staff 4,00
Flow 10% 4,40 m2
R. Penitipan barang NAD 1 unit Kapasitas 1 org staff, lemari/rak
penyimpanan utk + 20 barang 20,00 m2
Flow 20% 24,00 m2
R. Kelas & Studio Workshop
NMH 8,00 x 12,00
m2/unit 3 unit
Dengan pertimbangan 3 jenis kelas (dewasa & seniman, remaja, anak)
3 x (8,00 x 12,00) Flow 30% 374.4 m2
R. Katalog PHS 1 unit Ruang kerja 2x2 m2, untuk 1 org
staff 4,00
Flow 20% 4,80 m2
R. Koleksi Perpustakaan
NAD 15 m2/1000 vol 3000 buku
Studi banding dengan jumlah koleksi di Perpustakaan Pariwisata & Budaya Jakarta
15 m2/1000 x 3000 Flow 30% 58,5 m2
R. Baca Perpustakaan
NAD 2,30 m2/org 60 orang Kapasitas duduk dihitung 2% dari
total koleksi perpustakaan 60 x 2,30 Flow 40% 193,2 m2
Gudang PHS Dihitung 10% dari luas ruang
koleksi 24,375 m2
Flow 20% 29,25 m2
R. Internet & Audio Visual
NAD 2,30 m2/org
10 unit komputer
Estimasi pengguna internet 10% pengunjung perpustakaan
10 x 2,30 Flow 30% 30,00 m2
Ruang Konservasi &
Restorasi PHS
Dihitung 30% dari total luas perpustakaan 30%(58,5+193,2) 75,5 m2
R. Dokumentasi & Arsip Khusus PHS Dihitung 25% dari total luas ruang
koleksi 25% x 58,5 14,625 m2
R. Mekanikal Dihitung 25% dari ruang internet
& audio visual 25% x 30 m2 7,50 m2
Toilet umum NMH Pria: 21-30 org
2 WC
2 x 1,80
5,48 m2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-12
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
2 urinoir 2 wastafel
Wanita: 21-30 org 2 WC
2 wastafel
2 x 0,40 2 x 0,54
2 x 1,80 2 x 0,54
4,68 m2
Luas
856,32 m2
Sirkulasi 30 % (untuk kenyamanan fisik)
(100-70)% x 856,32 256,90 m2
Luas Total
1113,22 m2
d. Kegiatan Pengelolaan
NAMA RUANG PENDEKATAN JUMLAH/
KAPASITAS KETERANGAN PERHITUNGAN TOTAL (m2)
Ruang tamu + Front Desk PHS Disamakan dengan entrance hall
pada perpustakaan 30,00 30,00 m2
R. Direktur
NAD 15,00-36,00
m2/org
1 unit, 1 orang
Diperuntukan bagi 1 orang direktur utama 35,00
Flow 30% 45,50 m2
R. Wakil Direktur (General Manager)
NAD 15,00-36,00
m2/org
1 unit, 1 orang
Diperuntukan bagi 1 orang kegiatan managerial 30,00
Flow 20% 36,00 m2
R. Sekretaris
NAD 8,00-12,00
m2/org
1 unit, 2 orang
Diperuntukan bagi 1 org sekretaris utama & 1 org asisten 2 x 10,00
Flow 20% 24,00 m2
R. Manager Administrasi &
Keuangan
NAD 8,00-12,00
m2/org
1 unit, 1 orang
Diperuntukan bagi 1 org pengelola bagian administrasi 12,00
Flow 20% 14,40 m2
R. Staff Administrasi &
Keuangan
NAD 5,50 m2/org
1 unit, 3 orang
Diperuntukan bagi 1 org koordinator & 2 org staff 3 x 5,50
Flow 20% 19,80 m2
R. Manager Program
NAD 8,00-12,00
m2/org
1 unit, 1 orang
Diperuntukan bagi 1 org pengelola program kegiatan utama
12,00 Flow 20% 14,40 m2
R. Manager Informasi & Penelitian
NAD 8,00-12,00
m2/org
1 unit, 1 orang
Diperuntukan bagi 1 org pengelola kegiatan penelitian 12,00
Flow 20% 14,40 m2
R. Staff Dokumentasi &
kepustakaan
NAD 5,50 m2/org 3 orang
Diperuntukan bagi 2 org peneliti dan 1 org pencatat 3 x 5,50
Flow 20% 19,80 m2
R. Staff Litbang Tek. Informasi
NAD 5,50 m2/org 2 orang Diperuntukan bagi 2 org staff tek.
informasi 2 x 5,50
Flow 20% 13,20 m2
R. Manager Keamanan &
Perawatan
NAD 8,00-12,00
m2/org 1 orang
Diperuntukan bagi 1 org pengelola keamanan dan perawatan fasilitas
12,00 Flow 20% 14,40 m2
R. Rapat NAD 1,50-2,00 m2/org 10 orang Dihitung tiap unit bidang diwakili
oleh 1 -2 org 10 x 2,00 Flow 20% 24,00 m2
R. Arsip PHS 1 unit Dihitung setengah dari luasan
ruang rapat 50% x 24,00 12,00 m2
R. Istirahat
NMH 6,00 x 8,20
m2/org 14 orang
Dihitung perwakilan dari tiap unit bidang dihitung kecuali Direksi 14 x (6,00 x 8,20)
Flow 20% 59,00 m2
Pantry
BPDS 14% dari R.
Makan 1 unit
14% x 49,20 6,89 m2
Gudang PHS 1 unit Disamakan dengan luasan pantry 6,89 m2
Toilet umum NMH Pria: 21-30 org
2 WC 2 urinoir
2 wastafel Wanita: 21-30 org
2 WC 2 wastafel
2 x 1,80 2 x 0,40 2 x 0,54
2 x 1,80 2 x 0,54
5,48 m2
4,68 m2
Luas
364,84 m2
Sirkulasi 30 % (untuk kenyamanan fisik) (100-70)% x 364,84 109,45 m2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-13
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Luas Total
474,29 m2
e. Area Kegiatan Servis
NAMA RUANG PENDEKATAN JUMLAH/
KAPASITAS KETERANGAN PERHITUNGAN TOTAL (m2)
Parkir Pengunjung Aaumsi
1400 orang peak
hour
• 15 % Menggunakan motor: 15 % x 1400 = 212 orang
• 35 % Menggunakan mobil 35 % x 1400 = 424 orang
• 50 % Menggunakan kendaraan umum
Kapasitas per unit dan jumla kendaraan: Motor: 2org/unit, 212:2 = 106 Mobil: 4org/unit, 424:4 = 106
Modul standart motor 2,5 m2/unit 106 x 2,5 = 265 m2 Sirkulasi 60%= 159m2 Modul Standart mobil 22,5 m2/unit 106 x 22,5=2385 m2 Sirkulasi 60%=1431 m2
444 m2
3816 m2
R. Panel & Trafo PHS 1 unit Asumsi = 20 m2 20,00 20,00 m2 R. Genset
PHS 1 unit Studi banding dengan Selasar Sunaryo Art Space 40,00 40,00 m2
R. Pompa
PHS 1 unit Studi banding dengan Selasar Sunaryo Art Space 50,00 50,00 m2
R. Mesin AC MEE 1 unit Studi banding dengan Selasar
Sunaryo Art Space 48,00 48,00 m2
R. Keamanan (CCTV) SB 1 unit Studi banding dengan Selasar
Sunaryo Art Space 20,00 20,00 m2
Toilet + Locker Karyawan
NAD
2 unit, unit pria & unit
wanita
Disamakan dengan area toilet dan locker karyawan di commercial area 2 x 26,6 53,20 m2
Gudang PHS 1 unit Dihitung 1/3 dari area kantin+dapur 20,00 20,00 m2 Loading dock
NAD 30,00
m2/mobil
1 unit, 2 mobil
Studi banding dengan aktivitas Galeri Nasional Jakarta 2 x 30,00
Flow 50% 90,00 m2
Musholla SB 1 unit Studi banding dengan Selasar
Sunaryo Art Space 40,00 40,00 m2
Luas
4641,2 m2
Sirkulasi 30 % (untuk kenyamanan fisik)
(100-70)% x 381,2 1392,36 m2
Luas Total
6033,56 m2
KELOMPOK RUANG TOTAL BESARAN RUANG
Area Kegiatan Utama/Pengembangan 4346,24 m2
Area Kegiatan Penunjang (Komersil) 915,54 m2
Area Kegiatan Pendukung (Perpustakaan) 1113,22 m2
Area Kegiatan Pengelolaan 474,29 m2
Area Kegiatan Servis 6033,56 m2
Total Luas Ruang 12882,83 m2
B.2.3. Analisa Pola Hubungan Ruang
a. Pola Hubungan Ruang Makro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-14
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
b. Pola Hubungan Ruang Mikro
1) Area Kegiatan Utama/Pengembangan
2) Area Kegiatan Pendukung (Komersil)
3) Area Kegiatan Penunjang
Gambar 4.4 Bagan Hubungan Ruang Makro Sumber: Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-15
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
4) Area Kegiatan Pengelolaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-16
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
5) Area Kegiatan Servis
B.2.4. Analisa Persyaratan dan Perencanaan Ruang
Dalam menghadirkan suatu karakteristik ruang publik pada galeri seni
urban yang direncanakan maka diperlukan perencanaan ruang yang
menggunakan dasar konsep penggabungan antara ruang luar dan dalam. Artinya
ada sinergi antara ruang luar dan dalam, dimana ruang dalam tidak bersifat
parsial dengan ruang luar. Ruang dalam pada prinsipnya diartikan sebagai “ruang
luar yang beratap”. Ciri khas double coding dari arsitektur kontemporer
dihadirkan dengan suasan ruang ynag menggabungkan selera modern, klasik
dan tradisional. sekuensi penyatuan ruang dalam dan ruang luar dihadirkan
dengan memasukkan elemen-elemen alam ke dalam ruang, seperti efek
masuknya cahaya atau view kontinu, dengan tujuan untuk menghadirkan jiwa
lingkungan sekitar ke dalam ruang (eksterior mengisi interior).
a. Proses Penentuan Konsep Persyaratan dan Perencanaan Ruang Dalam
Tabel 4.5. Perencanaan Ruang Dalam
RUANG PERSYARATAN PERENCANAAN RUANG DALAM
VIEW PENCA HAYAAN
KETE NANGAN
PENCAPAIAN PENATAAN RUANG EFEK RUANG/SEKUENSI
AREA KEGIATAN UTAMA Ruang Pamer
Tetap +++ +++ ++ +++ Ruang dibentuk melalui pembuatan
garis-garis grid sebagai pemandu struktur dan bentuk gubahan massa. Jarak grid dibuat minimal 6 m, untuk efisiensi sirkulasi dan kegiatan ruang pamer
Hall pamer berupa lorong-lorong panjang diciptakan dengan cara membentuk dinding masif yang menyamarkan kolom-kolom struktur, menciptakan kesan ruang pamer yang tertutup namun kontinu. Sekuen ruang yang dihadirkan adalah selera modern yang minimalis
Ruang Pamer Temporer
+++ +++ ++ +++ Garis-garis grid diteruskan dalam penentuan bentuk dan struktur
Hall pamer berupa lorong-lorong panjang, dengan area ruang yang
Gambar 4.5 Bagan Hubungan Ruang Mikro Sumber: Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-17
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
ruang, ruang pamer temporer diposisikan langsung berhubungan dengan jalur sirkulasi utama
terbuka menyatu dengan ruang luar. Efek cahaya dihadirkan melalui permainan kaca dan bukaan. Sekuen ruang yang dihadirkan adalah selera modern minimalis
Ruang Audio Visual
++ ++ ++ +++ Ruang dibentuk berdasarkan grid yang sudah ada, terhubung langsung dengan ruang pamer baik secara fisik maupun visual
Ruang hanya dibatasi oleh dinding masif pengganti kolom struktur, tanpa batas pintu untuk menghilangkan kesan ruang yang terisolasi
Ruang Serba Guna
+++ +++ ++ +++ Ruang dibuat terpisah dengan ruang pamer untuk membedakan fungsi. Massa bangunan menyatu dengan ruang audiovisual dalam satu kesatuan
Efek kejut ruang tercipta dengan membagi view ruang ke dua sisi yang berbeda, yaitu menuju ke elemen alam dan aktifitas pada art garden
AREA KEGIATAN INFORMASI DAN PENELITIAN Ruang Kelas &
Studio Workshop
++ +++ +++ ++ Grid-grid dipertahankan untuk mempermudah penataan ruang. Ruang kelas dan studio dibuat luas dan fleksibel untuk kemudahan kegiatan, dibuat seterbuka mungkin namun masih dengan privasi yang cukup
Bukaan ruang kelas diarahkan untuk view dan pencahayaan alami, didukung oleh warna dinding yang terang (putih, krem) untuk mencerahkan ruang dan membuat ruang nyaman untuk kegiatan workshop
Ruang Koleksi Perpustakaan
++ +++ +++ ++ Ruang diletakkan pada lantai atas untuk menunjang privasi namun ruang dapat dibuat terbuka dan menyatu dengan ruang baca, mengikuti grid dengan jarak minimal 6 m
Ruang tidak diarahkan langsung pada bukaan untuk melindungi koleksi perpustakaan, batas ruang diciptakan melalui furniture penunjang dan warna dinding yang lebih gelap dari ruang baca
Ruang Baca Perpustakaan
+++ +++ +++ ++ Ruang baca diletakkan pada lantai atas untuk menunjang privasi dengan ruang yang terbuka dan fleksibel untuk kegiatan membaca dan berdiskusi
Bukaan besar pada ruang baca diarahkan menuju area taman hijau, sekuen ruang yang dihadirkan adalah selera klasik kolonial dengan ornamen-ornamennya
Ruang Internet & Audio Visual
++ ++ +++ ++ Ruang ini diletakkan di luar ruang perpustakaan namun pada bagian lantai yang sama, untuk membedakan tingkat privasi. Ruang dibuat terbuka dengan menyesuaikan dengan grid pembentuk ruang
Dinding kaca dimanfaatkan untuk menciptakan pembatas ruang yang tidak menutupi ruang secara visual
Ruang Konservasi &
Restorasi
++ +++ +++ + Ruang ini diletakkan di sisi lain pada area perpustakaan, lebih tertutup untuk menjaga keamanan dan privasi kegiatan penelitian
Bukaan dibatasi untuk melindungi koleksi penelitian, privasi dibentuk oleh dinding dan pewarnaan dinding dibuat terang untuk mengurangi penggunaan pencahayaan buatan
Ruang Dokumentasi
& Arsip Khusus
++ +++ +++ ++ Ruang dibuat tertutup namun masih bisa diakses, berada di luar perpustakaan
Dinding kaca diarahkan menuju bukaan lebar pada sisi bangunan, agar ruang tidak gelap ketika tidak digunakan
AREA KEGIATAN KOMERSIAL Art & Souvenir
Shop +++ +++ + +++ Pemanfaatan grid untuk
menentukan penempatan kolom struktur, ruang dibuat terbuka tanpa sekat penutup/pembatas ruang
Ruang shop yang terbuka langsung menuju coffeeshop dan menuju path masuk menjadikan art shop ini sebagai ruang transisi antara ruang tertutup menuju ke ruang yang lebih terbuka
Coffee Shop +++ +++ + +++ Pemanfaatan grid untuk menentukan penempatan kolom struktur, ruang dibuat terbuka tanpa sekat penutup/pembatas ruang langsung menyatu dengan art shop
Ruang terbuka langsung pada art garden menyajikan view bebas terhadap berbagai macam kegiatan dan aktifitas pada art garden
Ruang Counter Kasir
++ +++ + +++ Diposisikan sebagai pembatas fungsi ruang antara art shop dengan coffee shop, sehingga ruang komersial tampak luas dan terbuka
Dapur & Bar + ++ + +++ Diposisikan sebagai focal point pada coffeeshop, tampak dari area coffeeshop
R. Manager & Staff
+++ +++ ++ ++ Dibuat dengan privasi yang tinggi, grid dimanfaatkan untuk penempatan struktur dan pembagian ruang
Ruang dengan privasi tinggi, tidak mudah diakses dan didukung oleh lorong-lorong yang tercipta dari dinding dan kolom struktur
AREA KEGIATAN PENGELOLAAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-18
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Ruang tamu + Front Desk
+++ +++ + +++ Sebagai area penerima pengunjung pada pusat informasi dan pengelolaan, terbuka dan bersifat publik
Ruang yang terbuka sebagai kamuflase dari lebar massa bangunan yang tidak begitu besar, view mengarah ke danau buatan
R. Direksi & Sekretaris
+++ +++ ++ ++ Ruang-ruang direksi dan sekretaris dibuat dengan mengikuti grid terbesar, dengan privasi tinggi namun tetap memiliki bukaan untuk keleluasaan kegiatan dan menciptakan kontak visual dengan ruang di luarnya
Bukaan ruang yang tidak begitu besar menciptakan arah view pribadi yang memberikan kenyamanan bagi pengguna ruang sekaligus privasi terhadap kegiatan di luar ruangan
R. Manager & Staff
+++ +++ ++ ++ Ruang-ruang dibuat dengan privasi yang lebih rendah tanpa sekat-sekat untuk mendukung keleluasaan kegiatan antar bagian bidang
View-view terbuka memberi keleluasaan bagi staff dan kenyamanan view. Bukaan diarahkan ke area taman hijau untuk tetap menciptakan privasi kerja
R. Rapat +++ +++ ++ ++ Ruang rapat memiliki privasi tinggi namun dibuat terbuka, agar ruang tidak gelap ketika tidak digunakan
Dinding kaca diarahkan menuju bukaan lebar pada sisi bangunan, agar ruang tetap dapat menjadi elemen visual yang menarik bagi ruang pengelolaan meski tidak digunakan
R. Arsip + +++ +++ ++ Ruang dibuat dengan privasi tinggi dan dinding masif sebagai penjamin keamanan arsip
AREA KEGIATAN SERVIS R. Keamanan
(CCTV) +++ +++ + ++ Ruang keamanan diposisikan pada
area penghubung antara ruang servis dengan ruang pengelola, untuk mengawasi kegiatan loading barang
Toilet + Locker Karyawan
+ +++ +++ ++ Ruang-ruang tertutup untuk mewadahi kegiatan loker karyawan, dinding masif dimanfaatkan untuk menyamarkan kolom struktur
Dapur + Kantin ++ ++ + ++ Dibuat terbuka namun tertutup dari akses publik, langsung berhubungan dengan ruang-ruang servis yang lain dan diposisikan pada sisi path masuk tapak untuk menutupi ruang servis dari visual pengunjung
Kenyamanan view kearah path dan area taman hijau serta privasi yang tinggi menjadikan ruang ini fleksibel dan memadai sebagai ruang istirahat staff fasilitas
Gudang + ++ ++ ++ Langsung terhubung dengan loading dock, dibuat tertutup untuk menjaga keamanan barang-barang yang disimpan di dalamnya
Ruang yang tertutup diberikan pewarnaan dinding ruang yang terang sehingga tidak menggunakan terlalu banyak pencahayaan buatan
Loading dock + ++ + +++ Terbuka langsung menuju pintu side entrance yang berfungsi sebagai akses servis, dibuat cukup luas untuk kegiatan loading
Musholla ++ ++ +++ +++ Dibatasi oleh sekat berupa dinding bata dan dengan arah view menuju ruang luar
Bukaan memberikan arah view yang luas keluar ruangan, namun jarak bangunan dar pedestrian tetap dapat mempertahankan privasi ruangan
Keterangan:
+ : kurang perlu/ kurang berpengaruh
++ : perlu / berpengaruh
+++ : sangat perlu / sangat berpengaruh
b. Proses Penentuan Persyaratan dan Perencanaan Ruang Luar
Tabel 4.6. Perencanaan Ruang Luar RUANG PERKERASAN VEGETASI AIR PERENCANAAN RUANG LUAR Parkir Paving block Untuk peneduh Area parkir dibuat pada satu blok pada main
entrance, kemudian pengunjung langsung diarahkan menuju dua sisi, yaitu menuju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-19
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
entrance plaza dan menuju pusat informasi dan pengelolaan
Entrance Plaza Grass block & perkerasan beton pada beberapa area duduk
Untuk pembatas Flowing water (kolam menurun)
Plaza dengan path utama memasuki kawasan diberikan trap-trap perbedaan tingkat permukaan tanah dan dipertegas dengan kolam menurun di sisi path. Suara aliran air pada kolam menurun ini dapat memberi suasana ketenangan bagi pengunjung sebagai pengantar memasuki ruang pamer
Amphiteater Terbuka
Perkerasan batu alam pada undak-undakan tempat duduk Perkerasan beton pada area plaza terbuka
Untuk pembatas Danau buatan (pool) Amphiteater terbuka tanpa penutup atap dikelilingi oleh danau buatan yang adpat menciptakan suasana dingin pada area terbuka ini
Art Garden Jalur tapak dengan batu alam dan paving block
Untuk peneduh Untuk lavatory dan kolam-kolam (reflecting pool)
Ruang pamer terbuka sekaligus pusat dari seluruh bangunan. Merupakan tempat berkumpul dan berkomunitas bebasdibuat menyatukan path dengan reflecting pool yang juga menyatu dengan elemen eksterior bangunan sehingga menciptakan kesan unity terhadap bangunan secara keseluruhan. Path dirancang dengan pola jalan-jalan utama di Yogyakarta
Plaza Batu alam dan paving block
Untuk pembatas Plaza-plaza terbuka sebagai titik-titik pertemuan kegiatan publik diletakkan pada tiap titik pertemuan atau akhir jalur sirkulasi/path
Area Taman Hijau
Grass block Untuk peneduh Untuk pengairan taman
Penghadiran alam buatan sebagai elemen arsitektur, menciptakan efek kejut dengan menghadirkan alam di dalam tapak dan menyatukannya dengan massa bangunan geometris yang kaku
Sumber: Analisa Pribadi
B.3. Analisa Penentuan Sistem ME dan SE Tapak
Kriteria akses ME dan SE:
• Mempunyai kemudahan akses sirkulasi menuju jalan raya
• Akses langsung terhadap pedestrian dalam kaitannya sebagai pembentu ruang
publik
• Memiliki fleksibilitas dalam menunjang pelaksanaan kegiatan
Lebih lanjut mengenai yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
pencapaian adalah sebagai berikut:
Sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki di sekitar site
1) Jalur Kendaraan
Jl. Pangeran Mangkubumi, merupakan jalur satu arah dengan intensitas
tinggi. Dilalui bus kota, Trans Jogja, kendaraan pribadi roda dua dan empat.
Dimensi jalan 6 m.Di sepanjang jalan terdapat jalur lambat dengan lebar 5 m
dan pedestrian selebar 3 m.
2) Pedestrian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-20
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Jl. Pangeran Mangkubumi merupakan jalur pedestrian yang sangat potensial.
Jalur pedestrian terhubung antara daerah perdagangan/jasa di sekitar Tugu
dengan daerah pariwisata sepanjang Jalan Malioboro
3) Potensi Di Sekitar Site
Potensi di sekitar site antara lain adalah daerah perdagangan/jasa di sekitar
Tugu, Stasiun Tugu, daerah wisata sepanjang Jalan Malioboro, Pasar
Beringharjo, Benteng Vredeberg dan alun-alun Kidul di Selatan. Dapat dilihat,
site terpilih memeliki potensi sebagai pengikat daerah perdagangan/jassa
seitar Tugu dengan daerah pariwisata sepanjang Jalan Malioboro.
Analisa:
Baik main entrance dan side entrance ditempatkan pada Jl. Pangeran
Mangkubumi sebagai satu-satunya akses jalan raya. Entrance di bagi menjadi
entrance kendaraan dan entrance pedestrian. ME kendaraan ditempatkan di
utara site berfungsi sebagai jalan masuk sekaligus keluar utama kendraan. SE
kendaraan ditempatkan di selatan site difungsikan sebagai tempat keluar
kendaraan servis agar tidak mengganggu arus lalu lintas jalan. Entrance bagi
pedestrian ditempatkan di tengah-tengah site dan berhubungan langsung dengan
trotoar dan jalur lambat. Hal ini dimaksudkan sebagai pembentuk sifat ruang
publik yang terbuka.
B.4. Analisa Konsep Klimatologi
Analisis klimatik dilakukan untuk mendapatkan perancangan terkait adanya
pencahayaan alami yang dimanfaatkan dalam bangunan. Selain sebagai fentilasi
pencahayaan oleh sinar matahari juga akan dimanfaatkan sebagi efek
pencahayaan pada ruang pameran yang direncanakan. Dasar pertimbangan yang
digunakan dalam analisa ini antara lain,
Garis edar matahari
Keberadaan bangunan sekitar
Kebutuhan pencahayaan ruang-ruang berbeda(kenyamanan ruang)
Efek bayangan yang ditimbulkan oleh sinar matahari
Analisa:
Gambar 4.6 Analisa Pencapaian Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 4.7 Analisa Penentuan ME dan SE Sumber: Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-21
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Secara umum pergerakan angin di Indonesia adalah dari arah tenggara menuju
barat daya atau sebaliknya, tapi kondisi iklim secara mikro tidak selalu sesuai
dengan hal tersebut dikarenakan banyak faktor, seperti vegetasi, bangunan di
sekitar, dll. Pada site sendiri arah angin yang dominan adalah dari arah utara dan
tenggara, Angin yang kuat bertiup dari arah Jl. Pangeran Mangkubumi di bbarat
menuju pemukiman di timur.
Sedangkan sinar matahari yang dapat dimanfaatkan sebagai pembentuk efek
pencahayaan adalah sinar matahari pagi dan sore yang tidaktelalu terang da
menyengat. Di utara site terdapat bangunan PLN yang tinggi dan menghalangi
sinar matahari, seingga intensita sinar matahari di bagian ini tidak terlalu tinggi.
Begitu pula di bagian barat site dimana banyak terdapat vegatasi yang
menghalangi sinar matahari. Sementara di tengah site sinar intensitas sinar
matahari cenderung tinggi dikarenakan kontur site yang datar dan terbuka.
B.5. Analisa Kebisingan
Tujuan analisa yaitu untuk menentukan zonifikasi tapak berdasarkan area
penerima kebisingan dari lingkungan, dalam kaitannya dengan kenyamanan
tapak terhadap kebisingan lingkungan. Berdasarkan arah datangnya kebisingan,
maka tapak dibagi menjadi beberapa zona kebisingan.
Analisa:
Sumber kebisingan utama adalah Jl. Pangeran Mangkubumi, daerah yang
berhubungan langsung dengan jalan ini diperuntukan sebagai zona publik.
Sementara kebisingan dengan intensitas sedang berasal dari pertokoan dan
pemukiman di utara dan selatan site. Daerah utara dan selatan site diperuntukan
sebagai ruang semi publik dengan fungsi kegiatan utama galeri seperti pameran
dan pertunjukan. Zona privat dengan fungsi pengelolaan penelitian dan
pepustakaan ditempatkan pada daerah timur site dikarenakan intensitas
kebisingan yang relatif kecil. Selain itu pengendalian kebisingan bisa dilakukan
dengan pemberian buffer pada site berupa tanaman yang berdaun lebat dan juga
pemberian jarak antara bangunan dengan sumber kebisingan
Gambar 4.8 Analisa Matahari Sumber: Dkumentasi Pribadi
Gambar 4.7 Analisa Pergerakan Angin Sumber: Dkumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B.66. Analisa Vi
Analisa
ditujukan
banguna
• Arah o
fasade
luar site
• Arah or
yang m
fasilitas
Analisa:
View yan
Malioboro
daerah T
Dengan Pe
ew dan Orien
orientasi ba
n untuk kem
n pada tapak
rientasi yan
utama fasilit
e.
rientasi yang
menarik agar
s menuju ke
ng paling po
o. View men
ugu sepanja
GS
nekanan pad
ntasi
angunan de
mudian mem
k, dengan pe
g baik (good
tas yang me
g kurang bai
pengunjung
arah luar.
otensial ada
uju site pun
ng Jl. Panger
Gambar 4.9 AnaSumber: Dkume
da Pencitraa
engan mem
mbantu dala
ertimbangan s
d) memiliki
narik baik da
k (ok) disele
g tetap mend
alah view k
berpotensi
ran Mangkub
alisa Kebisingaentasi Pribadi
Galeri San Bentuk Ba
mpertimbangk
m penentua
sebagai beri
potensi seb
ari arah dala
esaikan deng
dapatkan vie
e arah dae
terlihat dari
bumi.
n
Seni Urban Yoangunan Kon
kan arah v
an arah des
kut:
bagai arah d
m fasilitas m
gan elemen-e
ew yang bai
erah Tugu d
arah Stasiun
IV-22
ogyakarta ntemporer
view tapak
sain massa
desain bagi
maupun dari
elemen site
k dari arah
dan daerah
n Tugu dan
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-23
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
B.7. Analisa Zonifikasi Kelompok Kegiatan
Analisa zonifikasi kelompok kegiatan dilakukan untuk mendapatkan zonifikasi
yang tepat untuk masing-masing kelompok kegiatan dalam perancangan Galeri
Seni Urban Yogyakarta. Dasar pertimbangan yang digunakan dalam analisa ini
antara lain,
kedekatan hubungan antar kelompok kegiatan
tingkat kedekatan dengan entrance/lingkungan luar
tingkat kenyamanan noise yang dibutuhkan
tingkat kebutuhan terhadap pencahayaan
Analisa :
Tiap kelompok kegiatan memiliki karakter dan fungsi yang tersendiri, sehingga
penentuan zona tiap kelompok kegiatan harus memperhatikan pertimbangan yang
telah disebutkan sebelumnya. Pertimbangan zonifikasi terkait kedekatan
hungungan ruang didasrkan pada analisa keruangan yang sudah dilakukan
sebelumnya. Dimana kelompok kegiatan yang pelaksanaannya saling beriringan
otomatis memiliki hubungan rruang yang dekat sehingga letaknya didekatkan.
Dalam hal sifat kelompok kegiatan terbagi menjadi tiga yakni yang bersifat publik,
semi publik, dan privat. Sementara menurut Kelompok kegiatannya akan dibagi
menjadi:
Zona kegiatan pameran, mewadahi kegiatan pemeran benda-benda seni terkait
seni uban, dapat berupa ruang outdoor maupun indoor
Zona kegiatan pertunjukan,mewadai kegiatan pertunjukan performing art terkait
dengan seni urban, dapat berupa outdoor maupun indoor
Zona pengelolaan dan pendidikan, mewadahi kegiatan pegelolaan serta
pengembangan dan pendidikan terkait deng seni uban
Berikutnya terkait noise dan pencahayaan tiap kelompok kegiatan memiliki
kebutuhan yang berbeda pula. maka jika suatu fungsi membutuhkan ketenangan
tinggi maka diletakkan jauh dari keramaian/sumber noise dan sebaliknya. Sama
halnya dengan pencahayaan, untuk kelompok kegiatan yang membutuhkan
banyak cahaya diletakkan pada area yang terkena sinar matahari terus-menerus.
Tabel 4.7. Analisa Zonifikasi Kelompok Kegiatan
Gambar 4.10 Analisa View Sumber: Dkumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-24
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Zona Kegiatan
Hubungan Antar
Kelompok Kegiatan
Kedekatan Dengan
Entrance
Kenyamanan Noise
Yang Dibutuhkan
Kebutuhan
Pencahayaan
Zona Pameran Berhubungan dekat
dengan dengan zona
pertunjukan serta
pendidikan dan
pengelolaan
Tidak perlu terlalu
dekat dengan
entance
Tidak terlalu butuh
kenyamanan noise
yang tinggi
Butuh
pencahayaan
maksimal
Zona
Pertunjukan
Berhubungan dekat
dengan dengan zona
pameran
Jauh dari entrace Membutuhkan
kenyamanan noise
Tidak butuh
pencahayaan
makimal
Zona Pendidikan
dan Pengeolaan
Dekat dengan zona
pameran
Dekat dengan
entrance
Tidak terlalu buth
kenyamanan noise
yang tinggi
Tidak terlau
butuh
pencahayaan
makimal
Sumber: Analisa Pribadi
B.8. Analisa Sirkulasi
Sebagai ruang publik maka pengaturan sirkulasi dalam tapak sangat penting,
terutama agar dapat menciptakan kenyamanan manusia pengguna/user, maka
diusahakan agar sirkulasi kendaraan tidak mengganggu aktivitas manusia yang
terjadi dalam tapak. Maka kemudian jenis sirkulasi pada tapak dibagi menjadi
beberapa macam:
Sirkulasi manusia
Sirkulasi kendaraan
Sirkulasi service
Ada beberapa jenis sirkulasi yang dapat digunakan sebagai alternatif, yaitu:
Tabel 4.8. Alternatif Jenis Sirkulasi
Jenis Sirkulasi Keterangan Pencapaian frontal
Sistem pencapaian langsung mengarah dan lurus ke objek ruang yang dituju. Pandangan visual objek yang dituju jelas terlihat dari jauh.
Pencapaian ke samping
Memperkuat efek objek perpektif yang dituju. Jalur pencapaian dapat dibelokkan berkali-kali untuk memperbanyak sequence sebelum mencapai objek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-25
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Pencapaian memutar
Memperlambat pencapaian dan memperbanyak sequence. Memperlihatkan tampak tiga dimensi objek dengan mengelilinginya.
Sumber: Ir. Rustam Hakim
Analisa:
Karakteristik para seniman urban yang cenderung bebas dan tidak terikat
diwadahi melalui konsep sirkulasi radial memutar untuk kendaraan. Sebagai
pusat adalah ruang pameran sebagai penghubung antar ruang terbuka (art
garden) di tengah bangunan. Ruang tebuka ini menjadi titik tolak dari semua
sirkulasi kegiatan. Para seniman bebas memilih kegiatan sesuai dengan yang
dikehendakinya. Untuk pedestrian, sirkulasi yang digunakan adalah
jenissirkulasi dengan pencapaian frontal untuk lebih mengundang pedestrian
masuk dan berkegiatan di Galeri Seni Urban Yogyakarta.
B.9. Analisa Gubahan Massa
Dasar pertimbangan:
Gubahan bentuk massa ditentukan melalui penerapan unsur campuran
eklektis antara tradisional/modern, popular/tinggi, barat/timur,
sederhana/kompleks khas arsitektur kontemporer. Konsep perjalanan waktu
dengan penyatuan antara massa yang saling terhubung dimana setiap massa
meghadirkan ekspresi bentuk yang berbeda-beda berdasarkan massanya.
Gambar 4.11 Analisa Sirkulasi Sumber: Dkumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-26
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Bentuk fisik massa bangunan dihadirkan melalui permainan bentuk-bentuk
dasar geometris. Faktor-faktor yang mewujudkan bentuk antara lain fungsi,
simbol serta teknologi struktur dan bahan (Sutedjo, 1982 : 43).
Alternatif bentuk dasar massa adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9. Alternatif Massa Dasar Bangunan
Bentuk Dasar Karakteristik
Segiempat
Mudah dalam pengembangan, pengolahan sirkulasi, pengolahan struktur, serta memiliki efisiensi dalam penggunaa ruang. Memiliki kesan formal dan status. Komposisi hasil rotasi dan modifikasi bujur sangkar. >> Bentuk segi empat sesuai dengan pola ruang pameran dan pertunjukan dikarenakan kefleksibelitasannya serta efisiensinya yang tinggi. Tidak membingungkan dan langsung megarah kepada objek yang dipamerkan
Segitiga
Mudah dalam pengolahan sirkulasi, namun sukar dalam pengembangan dan kurang memiliki efisiensi ruang. Memiliki kesan tidak formal dan dinamis. Komposisi hasil rotasi dan modifikasi segitiga. >> Bentuk segitiga memiliki sudut yang tidak menguntugkan bagi pemanfaatannya. Tidak fleksibel dan cenderung mengekang
Lingkaran
Mudah dalam pengolahan sirkulasi dan struktur, namun sukar dalam pengembangan. Efisiensi pemakaian kurang baik. Memiliki kesan tidak formal dan dinamis. Komposisi hasil modifikasi. >> Cocok digunakan sebagai bentuk dasar amphitheater terbuka untuk memaksimalkan penglihatan menuju stage serta memberikan kesan dinamis secara keseluruhan
Sumber: DK. Ching
Bentuk yang aman digunakan adalah bentuk sederhana, fleksibel dan dengan
pemanfaatan ruang yang tinggi, maka dipilih bentuk dasar massa segiempat.
Untuk pengembangannya, bentuk dasar segiempat dimodifikasi melalui teknik
mengubah bentuk yaitu perputaran, peregangan, perputaran dan pergeseran.
Untuk Alteratif sistem tata massa adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9. Alternatif Tata Massa Bangunan
Sistem Tata Massa Karakteristik
Sistem terlepas Adaptasi interaksi terhadap potensi tinggi. Baik untuk memanfaatkan kondisi alam secara maksimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-27
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
(banyak ruang terbuka). Sirkulasi dan hubungan antar massa dan kegiatan kurang baik. >>Massa bangunan dengan bentuk terpisah dan menyebar terkesan kurang akrab dan kompak walau terkesan dinamis. >>Kurang mampu mewadahi dan memfasilitasi interaksi sosial di dalamnya. >>Orientasi bangunan menyebar dan memiliki view bebas.
Sistem gabungan massa
Adaptasi interaksi terhadap potensi tinggi. Dapat memanfaatkan potensi alam secara maksimal. Kelancaran sirkulasi dan hubungan antar kegiatan baik. >>Massa bangunan dengan bentuk yang terpisah-pisah namun terhubung oleh taman/ruang bermain sehingga terkesan akrab, kompak dan dinamis. >>Mampu mewadahi dan memfasilitasi interaksi sosial di dalamnya yaitu melalui area transisi antar massa. Arah orientasi yang terkait antar massa dan memiliki view ke luar dan ke dalam.
Sistem massa tunggal
Adaptasi interaksi dalam bangunan tinggi. Efisiensi lahan. Sirkulasi di luar bangunan mudah dan ter-image, tetapi monoton. >>Massa bangunan tunggal memberi tatanan ruang yang mampu mengurangi interaksi sosial, aktivitas penggunanya lebih bersifat kedalam sehingga aktivitas sosial kurang hidup. >>Memiliki karakter yang cenderung kaku dengan orientasi di dalam bangunan yang memusat dengan view keluar ke segala arah.
Sumber: DK. Ching
Dari ketiga alternatif diatas, dipilih sistem hibrida antara gabungan massa
dengan massa tunggal. Masing-masing zona kegiatan kan memiliki massanya
sendiri, tapi digabung sehingga menjadi satu-kesatuan bangunan tunggal,
dengan pertimbangan utama mampu mewadahi dan memfasilitasi interaksi
sosial, yang memang sangat dibuutuhkan oleh suatu galeri seni yang juga dapat
berfungsi sebagai ruang publik alternatif. Selain itu, sistem massa seperti ini
mampu memberi privasi yang tinggi terhadap ruang-ruang dalam masing-masing
kelompok kegiatan.
Untuk alternatif pola organisasi massa adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10. Alternatif Organisasi Massa Bangunan
Pola Organisasi Massa Deskripsi Karakter
Pola grid
Posisi dalam ruang dan hubungan satu sama lainnya diatur oleh tiga garis dimensi atau bidang. Menggambarkan keteraturan,, ruang dalam satu grid dapat mempunyai
Dapat terbentuk ruang-ruang sebagai daerah terisolir. Jika dipandang sebagai bentuk positif, akan menciptakan set kedua berupa ruang negatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-28
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
hubungan bersama walaupun berbeda dalam ukuran, bentuk dan fungsi.
Pola linear
Suatu urutan linear dari ruang-ruang yang terulang, fleksibel dan dapat bereaksi pada macam-macam kondisi. Mampu beradaptasi dengan perubahan topografi.
Bentuk ini dapat menimbulkan individualitas yang tinggi karena tidak terbentuk ruang-ruang bersama untuk bersosialisasi, masing-masing bagian memiliki teritori sendiri.
Pola radial
Bentuk radial ini mempunyai jalan yang berkembang dari atau menuju sebuah titik pusat gabungan dari unsur linear dan terpusat.
Merupakan bentuk yang menggabungkan bentuk memusat dan linear.
Pola memusat
Suatu pusat ruang dimana sejumlah ruang dikelompokkan. Bentuk secara relatif kompak dan secara geometris dapat digunakan untuk menentukan titik pusat.
Semua aktivitas dominan memusat dan hal ini baik untuk membentuk ruang bersama.
Pola cluster
Ruang-ruang yang dikelompokkan oleh letaknya secara berhubungan.
Memberikan kebebasan ruang antar bagianny dan dapat menciptakan ruang-ruang terbuka dimana akan terjadi komunikasi didalamnya.
Sumber: DK. Ching
Dari alternatif pola organisasi massa di atas, dipilih massa radial. Pola organisasi
ini sesuai dengan sistem tata massa gabungan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Galeri Seni Urban Yogyakarta yang direncanakan memiliki banyak
sub kegiatan dimana setiap sub kegiatan tersebut harus dapat saling terhubung
dan membentuk jalinan interaksi satu dengan yang lainnya. Dengan pola radial,
walau terkesan berdiri sendiri,antar sub kegiatan tetap disatukan oleh suatu
pusat kegiatan utama.
Konsep budaya Jawa diwujudkan pada zonifikasi massa sesuai dengan zonifikasi
dalam rumah tradisional Jawa pada umumya. Pada bangunan Jawa terdapat
suatu pola tingkatan hirarki ruang dimana semakin ke dalam memiliki tingkatan
yang lebih privat. Prinsip tersebut diterapkan pada Galeri Seni Urban yang
direncanakan sebagai berikut:
• Pintu masuk: pintu masuk ke suatu daerah pada bangunan Jawa
menggunakan bentuk-bentuk seperti gapura atau pintu gerbang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-29
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Pada Galeri Seni Urban yang direncanakan, pintu masuk pada main entrance
pedestrian merupakan sculpture berbentuk gunungan/kayon dalam
pewayangan sebagai salah satu eye catcher.
• Halaman depan (publik): Pada Galeri Seni Urban yang direncanakan memiliki
suatu open space atau taman pada bagian depan, setelah pintu masuk. Open
space tersebut dikatakan berfungsi sebagai ‘alun-alun’ bagi Galeri Seni Urban
yang direncanakan.
• Pendopo (semi publik): Fungsi pendhopo sebagai tempat menerima tamu
sesuai dengan fungsi lobby dan front office, sehingga lobby dapat dianggap
sebagai pendhopo.
• Dalem (semi privat): Dalem merupakan pusat dari rumah Jawa dimana
kehidupan yang mencerminkan tradisi atau budaya Jawa tampak di dalamnya,
mulai dari kegiatan yang sederhana hingga kegiatan yang bersifat perayaan.
Bagian ini dapat diisi dengan fungsi-fungsi inti dari Galeri Seni urban, seperti
ruang pameran tetap dan kontemporer, ruang serbaguna, ruang pertunjukan
dan ruang audiovisual
• Senthong (privat): Dalam bangunan Jawa terdapat tiga buah senthong yang
memiliki fungsi yang berlainan. Senthong kiwa sering digunakan sebagai
tempat untuk menyimpan baranag-barang berharga atau keramat. Senthong
tengen digunakan sebagai tempat beristirahat. Sedangkan senthong tengah
memiliki tingkat yang lebih sakral, digunakan sebagai tempat untuk
melakukan pemujaan atau berdoa kepada Tuhan. Pada Galeri Seni Urban
yang direncanakan, hal tersebut diterjemahkan sebagai zona pengelolaan,
karena zona tersebut merupakan zona dengan tingkat privasi yang relative
lebih tinggi
B.10.Analisa Bentuk dan Tampilan Bangunan
Penerapan penyelesaian rancang bangun yang kontras sesuai degan ciri khas
arsitektur kontemporer untuk menonjolkan citra dan karakter seni urban.
Bangunan merupakan wadah kegiatan seni urban, karakter yang ditampilkan
antara lain:
• Atraktif
• Dinamis
• Kontemporer
Sebagai ruang publik, karakter yang ditampilkan antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-30
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
• Terbuka
• Mengundang
Sebagai wujud pelestarian pencitraan bentuk kontemporer:
• Kontras
• Double Coding
• Metaforik dan humoris
Analisa:
Ekspresi bangunan adalah ekspresi dari suatu pencitraan bentuk bangunan
kontemporer dimana dilakuka dengan menerapan unsur campuran eklektis
antara tradisional/modern, popular/tinggi, barat/timur, sederhana/kompleks
khas arsitektur kontemporer.
Berbagai gaya yang disinkronisasikan adalah gaya –gaya dan langgam arsitektur
yag penah eksis di Indonesia dan Yogyakarta padakhussnya dengan segala ciri
khas dan keunikannya. Langgam dan gaya-gaya tersebut adalah:
Tabel 4.11. Ciri Khas Langgam/Gaya Arsitektur yang Pena Eksis di Indonesia
Gaya/Langgam
Arsitektur Contoh Gambar Ciri Khas
Arsitektur Kolonial
Penggunaan kolom yang besar
Jendela-jendela dengan bukaa
besar
Bentuk denah yang simetris
Penggunaan ornament klasik
pada list tembok
Terkesan elegant dengan warna
yang bersih
Arsitektur
Tradisional Jawa
Atap joglo
Ornament khas tradisional
Material alami seperti kayau dan
batu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-31
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Arsitektur Modern
Asimetris dinamis
Atap datar
Tidak ada cornice /profil atap
Penampian efisien
Deretan jendela kaca atau garis-
garis
Sumber: Analisa Pribadi
Setiap masing-masing kelompok kegiata akan mewakili salah satu gaya/langgam arsitektur yang
pernah eksis di Indonesia diimana zona keiatan pendidikan dan pengelolaan akan
mengekspresikan arsitektur kolonial yang kaku tapi elegant, zona pameran akan mengekspresikan
arsitektur modern yang dinamis dan zona pertunjukan akan mengekspresikan arsitektur
tradionalJawa yang megah tapi tetap rendah hati.
Setiap langgam ini kan diselangkan dan digabungkan menjadi satu kesatuansehingga akan
meimbulkan pemaknaan baru, dimana pemaknaan baru ini yang menajdi ciri khas utama suatu
bentuk kontemporer yaitu kekinian. Berikut beberapa bangunan yang menyilangkan dua unsure
dalam desainnya.
B.11.Proses Penentuan Landscape Bangunan
Tujuannya adalah menentukan tata lansekap yang menarik dan atraktif sebagai
ruang terbuka hijau sekaligus ruang public yang dapat mewadahi kegiatan
berkomunitas dan berkesenian, menunjang sirkulasi dan sebagai barier debu,
angin atau kebisingan.
• Jalan setapak
Jalan setapak bagi pedestrian jalur yang digunakan bagi pengunjung pejalan
kaki. Pedestrian ini mempunyai tuntutan kenyamanan yang lebih dibandingkan
dengan jalur sirkulasi yang lain. Hal ini bertujuan supaya para pengunjung
pejalan kaki tidak merasa jenuh. Sebagai pembeda pedestrian pejalan kaki
dengan jalur sirkulasi yang lain adalah lebih variatif dengan permainan jalur
yang berkelok-kelok dan tidak monoton, adanya pohon-pohon peneduh supaya
lebih tekesan rindang.
• Material lunak (Soft material)
Visual control
₋ Mampu untuk menahan sinar matahari
Contoh : pohon kelapa, pohon rambutan, pohon cemara
Gambar 4.12 Contoh Bangunan Kontemporer yang Menganut Double Coding Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-32
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
₋ Pembatas ruang dan aktivitas dengan kesan privasi
Contoh : pohon rendah, berdaun jarang, semak/perdu (teh-tehan, bunga)
₋ Sebagai point of interest dalam area
Contoh : cemara yang tidak terlalu tinggi
₋ Sebagai ground cover
Esthetic value
₋ Warna
Memberi efek khusus yang bergantung pada cahaya yang jatuh pada
tanaman.
Warna cerah, dapat memberi kesan gembira / ceria / hangat
Warna lembut dan gelap, dapat memberi kesan sejuk dan dingin.
₋ Bentuk
Digunakan utnuk menunjukkan kesan dinamis, indah, sebagai aksen,
penunjuk arah dan pembentuk ruang
₋ Tekstur
Ditentukan oleh cabang, batang daun, tunas, dan jarak pandang terhadap
tanaman tersebut
Climate control
₋ Angin, untuk mengantisipasi datangnya angin kencang
Contoh : akasia dan beringin
₋ Panas, meneduhkan dan mengurangi radiasi matahari (ditempatkan
disekeliling bangunan)
Contoh : cemara, beringin, jambu
• Kelengkapan Ruang Terbuka
Ruang terbuka perlu dilengkapi dengan kelengkapan lainnya yang meliputi :
meja taman, dan penerangan untuk malam hari
Penerangan
Spot lighting
Spotlight digunakan untuk menampilkan suatu patung atau
sculpture di malam hari sehingga menjadi daya tarik kawasan
tersebut.
Sign lighting
Untuk memberikan kemudahan dalam membaca
tanda-tanda yang disediakan di suatu kawasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-33
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Lampu ini mempunyai kemampuan menerangi benda tinggi.
Pond lighting
Mampu menerangi kolam atau taman air karena
lampu ini mempunyai kemampuan untuk
memberikan pencahayaan di bawah air.
Path lighting
Digunakan untuk menciptakan pola simetris
pencahayaaan untuk pengarahan. Lampu ini
diletakkan di sepanjang jalan setapakatau
perbedaan ketinggian pada lansekap.
B.12.Analisa Sistem Struktur
Analisa sistem struktur dan konstruksi merupakan analisa yang dilakukan untuk
mendapatkan konsep sruktur yang tepat untuk menunjang berdirinya bentuk
bangunan sesuai analisa bentuk dan tata masa yang sebelumnya telah
dilakukan. pertimbangan terkait penentuan sistem sruktur dan konstruksi adalah
sebagai berikut:
− Terpenuhinya persyaratan dasar struktur yakni stabilitas, kegunaan, estetika
− Terjaminnya kemudahan pelaksanaan
− Keleluasaan menunjang terbentuknya ekspresi bangunan
− Terjaminnya permasalahan pengatasan struktur antara lain beban lateral
(angin dan gempa), beban hidup dan beban mati
Dari pertimbangan secara general tersebut maka penentuan sistem struktur
untuk tiap bagian bangunan dijelaskan sebagai berikut:
1. Sistem sub struktur
Sistem sub struktur adalah sistem struktur bawah yang merupakan pondasi
untuk menunjang berdirinya bangunan. Kriteria-kriteria terkait struktur bawah
yang digunakan dalam perancangan antara lain:
− Tinjauan tapak yang merupakan daya dukung tanah
− Cukup mudah dalam pelaksanaan, perawatan dan daya tahan tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-34
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
− Fleksibilitas bentuk tinggi dan sesuai dengan tuntutan kegunaan dan kondisi
bangunan
Beberapa alternatif sistem sub struktur yang memenuhi kriteria tersebut
adalah:
− Sumuran
− Tiang pancang
− Footplate
− Rakit
2. Sistem super struktur
Sistem super struktur adalah struktur tengah yang merupakan bagian tengah
menyalurkan beban-beban ke pondasi. Kriteria-kriteria terkait struktur tengah
yang digunakan dalam perancangan antara lain:
− Mampu mendukung ekspresi bangunan
− Kemudahan pelaksanaan
− Mampu menahan beban yang diakibatkan oleh gaya angin dan gempa
sehingga menghasilkan bangunan yang kaku, stabil dan kuat
Beberapa alternatif sistem super struktur yang memenuhi kriteria tersebut
adalah:
− Struktur rangka
− Struktur dinding pemikul
− Gabungan sistem rangka dan dinding pemikul
Keseluruhan alternatif tersebut nantinya diterapkan pada komponen-
komponen struktur yang terdiri atas struktur dinding, dan struktur atap,
dimana dalam pemakaiannya berdasarkan pertimbangan:
− Hubungan bentang kolom
− Efisisensi bahan
3. Sistem upper struktur
Sistem upper struktur adalah struktur atas yang merupakan struktur penutup
atap pada bangunan. Kriteria-kriteria terkait struktur atas yang digunakan
dalam perancangan antara lain:
− Karakternya sesuai dengan fungsi dan bentuk bangunan
− Kesesuaian dengan filosofi wadah
− Sesuai dengan iklim tropis
− Mudah dalam pelaksananaan dan perawatan
Beberapa alternatif sistem upper struktur yang memenuhi kriteria tersebut
adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-35
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
− Konstruksi beton
− Konstruksi atap(dak, rangka baja, dome, shell structure)
− Konstruksi kayu
B.13.Analisa Pencahayaan
Dasar pertimbangan :
• Bagi obyek pamer 2 dimensi :
Cahaya memungkinkan untuk dapat menampilkan detail obyek pamer,
sehingga pengunjung dapat dengan lebih mudah melakukan pengamatan.
Cahaya memungkinkan untuk dapat memberikan penekanan secara merata
dan bebas dari bayangan pengamat.
• Bagi obyek pamer 3 dimensi :
Cahaya memugkinkan untuk dapat menampilkan detail.
Cahaya memungkinkan untuk dapat memberikan penekanan secara merata
dan bebas dari bayangan pengamat.
Cahaya memungkinkan untuk dapat menyatakan tekstur, bentuk, serta
baying-bayang (modelling), yang dapat dicapai dengan beberapa penerangan
setempat.
Sistem pencahayaan dalam bangunan dibagi menjadi dua, yaitu:
Tabel 4.12. Macam Pencahayaan
MACAM
PENCAHAYAAN
SUMBER Kelebihan Kekurangan-
Pencahayan
alami
Sinar matahari
(daylight) melalui
jendela, vntilasi,
dan atrium.
• Menghemat biaya
• Diperlukan
vegetasi yang
berada didalam
bangunan
• Menimbulkan
masalah panas
dan silau
terhadap
bangunan
Pencahayaan
buatan
Berbagai jenis
lampu(Wail,
colling, spot light)
• penujang aktivitas
malam hari
• memberi karakter
dan suasana
terhadap
bangunan
• menujang estetika
• Biaya
pengadaan
tinggi
• Biaya
maintenance
tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam b
maupun
• Pencah
Diperol
bangun
estetika
ruang p
• Pencah
Selain
lainnya
seperti
perpust
lokasi y
Cahaya
obyek:
1) Penera
• Fluo
− M
− M
• Cah
− M
− T
• Spo
− M
− T
Dengan Pe
bangunan in
buatan
hayaan Alami
eh melalui s
nan maupun
a yang baik,
pameran kon
hayaan Buata
sebagai sis
) pencahaya
ruang audio
takaan. Unt
yang tepat.
dalam ruan
angan umum
orescent lam
Memberikan
Monotone
haya tak lang
Memberikan
Tak cukup m
ot light di da
Mendramatis
Tak cukup m
Cah
nekanan pad
i ini diguna
i
suatu bukaan
n skylight y
, misal pem
ntemporer ga
an
stem penera
aan dipakai
o visual, ser
uk itu diper
g pameran
m (general lig
mp di belakan
sinar yang m
gsung (pantu
cahaya yang
memberikan p
lam ceiling
sir obyek pam
memberikan p
haya tak langsun
Sumber : Mate
da Pencitraa
bangunan
akan kedua
n yang berup
yang biasa
berian skylig
aleri .
angan umum
sebagai sis
rba guna, ru
rlukan suatu
yang dimu
ghting )
ng translucen
merata/ penu
lan dari ceili
g lembut/ en
penekanan b
mer
penerangan u
ng
eri Kuliah Fisika
Galeri San Bentuk Ba
macam pe
pa jendela at
didesain un
ght pada pla
m (hall, dan
stem penera
uang pamera
u pemilihan
ngkinkan m
nt ceiling :
uh
ng)
nak, baik (ple
bagi obyek pa
umum
Bangunan II ( I
Seni Urban Yoangunan Kon
ncahayaan
tau dinding k
ntuk mempe
aza/atrium u
ruang - rua
angan khus
an tetap, ins
lampu dan
mendukung p
easant)
amer
Penerangan um
r.B. Heru S, MA
IV-36
ogyakarta ntemporer
baik alami
kaca dalam
eroleh nilai
utama, dan
ang umum
us ( lokal)
stalasi, dan
peletakan
penampilan
mum
PP.SC )
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
• Cah
− E
− M
− M
− K
2) Penera
• Da
• D
−
−
−
• D
−
−
−
3) Hubun
Dengan Pe
haya di atas o
Ekonomis
Memberikan
Memberi pen
Kurang kontr
angan setem
ari satu sumb
ari dua sumb
Menonjolka
Menyatakan
Membentuk
ari empat su
Memperjela
Kurang kont
Kurang terd
ngan sumber
nekanan pad
obyek pamer
cahaya lang
nerangan um
ras (antara p
mpat (obyek p
ber
ber
n obyek
n bentuk dan
k bayangan/
umber
as obyek
tras
dramatisir
r cahaya dan
Cahaya langsu
Cahaya di atas
Pe
da Pencitraa
r
gsung bagi ob
mum (refleksi
penerangan d
pamer)
n tekstur
kontras
penglihatan
ng
obyek pamer
enerangan setem
Galeri San Bentuk Ba
byek pamer
ceiling)
dan obyek pa
pengunjung
mpat
Dua sumbe
Dua sumb
Empat sumber di bawah
Seni Urban Yoangunan Kon
amer)
g
er cahaya di atas
mber cahaya di atawah obyek pam
cahaya di atas d obyek pamer
IV-37
ogyakarta ntemporer
s obyek pamer
tas dan di mer
dan
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B.
B.1
B.1
14.Analisa S
14.1.Analisa
Siste
PDAM
lain:
a. Up
Up
me
kra
b. Do
Do
ta
Dig
da
Air
ya
dip
me
he
b
e
r
i
k
u
t
:
14.2.Analisa
Men
Su
Dengan Pe
Sistem Utilit
Sistem Air B
m air bersih
M dan deep w
p Feed Distrib
p feed distrib
enuju outlet.
an-kran umu
own Feed Dis
own feed dis
ngki atas, da
gunakan unt
apur, dsb.
r bersih yang
ng juga me
pompakan k
elalui sand f
eater) untuk
Sistem Air K
nimbulkan glare
Pant
mur pompa
PDAM
G
nekanan pad
tas Banguna
Bersih
h yang dapa
well. Sistem
bution
bution yaitu
. Digunakan
um.
stribution
tribution yait
an didistribu
tuk outlet-ou
g berasal dar
enjadi cadan
ke tangki at
filter untuk m
konsumsi a
Kotor
: harus dihindark
tulan yang meng
Pompa
Gambar 4.12 S
da Pencitraa
an
at digunakan
pendistribus
air dipompa
untuk outlet
tu air dari gr
usikan menuj
utlet antara
ri sumber dita
ngan air un
as atau lan
memperbaiki
air panas. S
kan
gganggu : harus d
Wattreatm
Sistem JaringanDistrib
Galeri San Bentuk Ba
n dalam ban
sian air yang
kan langsun
t-outlet antar
ound reservo
ju outlet den
lain sprinkle
ampung dulu
ntuk kebaka
gsung ke o
mutu air, da
kema distrib
Menimbulkan b
dihindarkan
ter ment
GRe
P
W
Air Bersih dengbution
Seni Urban Yoangunan Kon
ngunan bers
g biasa digun
g dari groun
ra lain Fire h
oir dipompak
ngan bantua
er head, sho
u pada groun
aran, dimana
utlet yang s
an melalui b
busi air bers
ayangan : harus
Ground eservoir
Pompa
Water tank
gan Down Feed
IV-38
ogyakarta ntemporer
umber dari
nkan antara
nd reservoir
hydrant dan
kan menuju
an gravitasi.
ower, toilet,
nd reservoir
a dari sini
sebelumnya
oiler (water
sih sebagai
dihindarkan
Distribusi seluruh tapak
BAB IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-39
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Dalam sistem ini air kotor dari lingkungan dibedakan dalam 2 jenis yang
antara lain:
a. Air kotor dari WC dan Kamar mandi, bersifat padat yang berasal dari WC
dan toilet dibuang langsung ke septic tank dan menuju sumur peresapan.
b. Air kotor dari daerah service (dapur/pantry), bersifat cair yang berasal dari
kamar mandi dan daerah service dibuang langsung menuju riol kota.
Khusus untuk yang berasal dari dapur/pantry terlebih dahulu ditampung
pada bak perangkap lemak. Skema distribusinya sebagai berikut:
Skema distribusinya sebagai berikut:
B.14.3.Analisa Sistem Penghawaan
a. Pertimbangan Penghawaan Alami
Penghawaan yang menggunakan udara secara langsung dari alam tanpa
bantuan sistem mekanik
Kelebihan :
• Kelancaran dan kebersihan sirkulasi udara
• Kesejukan udara yang alami
• Hemat energi dan ekonomis
Kelemahan :
• Ruangan cepat kotor oleh debu-debu yang masuk
• Temperatur dan kelembaban udara tidak dapat dikontrol
• Memiliki banyak bukaan
Untuk mendukung adanya hemat energi, maka penghawaan alami
diusahakan penggunaannya pada fasilitas Ruang Seni Kontemporer yang
direncanakan. Penggunaan penghawaan alami yang utama dilakukan
pada area servis, coffeeshop, dan ruang pamer pada saat tidak aktif.
Penghawaan pada ruang pamer disesuaikan karena suhu udara tropis
Air hujan
Air kotor (limbah dari WC,
pantry, dapur dan lavatory)
Kotoran cair
Kotoran padat
Bak pengolahan limbah
Septitank Sumur resapan
Bak kontrol
Gambar 4.13. Sistem Pembuangan Air Kotor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-40
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
cenderung mudah merusak karya seni lukis dan material-material yang
sensitif terhadap panas udara.
b. Pertimbangan Penghawaan Buatan
Penghawaan yang menggunakan bantuan sistem mekanik chiller dan
AHU. Umumnya disebut sebagai AC (Air Conditioner)
Kelebihan :
• Setiap saat dapat dilakukan pengontrolan udara
• Tidak memerlukan bukaan yang banyak
• Ruangan tidak mudah kotor oleh debu-debu
Kelemahan :
• Udara yang dihasilkan tidak sesegar udara alami
• Tidak adanya sirkulasi udara yang bergerak
• Menggunakan banyak energi dan biaya
AC (Air Conditioner) terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
• Unit AC setempat yang terdiri dari : AC Split dan AC Window
• Unit AC semi sentral (split duct), pendingin ruangan setempat yang
menggunakan sistem ducting yang dihubungkan dengan ruang ACU
(Air Condensing Unit)
• Unit AC sentral, merupakan pendingin ruangan yang dikontrol di
pusat dan dapat melayani seluruh ruangan melalui sistem ducting,
dilengkapi dengan ruang pendingin utama (chiller) dan ruang AHU (Air
Handling Unit) untuk mengatur pengkondisian udara pada daerah
yang dilayani.
B.14.4.Analisa Sistem Keamanan Terhadap Bahaya Kebakaran
Dasar Pertimbangan :
• Keamanan penghuni, bangunan dan isi bangunan, terutama karya-karya
seni yang dipamerkan
• Efisiensi dan kemudahan penggunaan, agar semua orang dapat melakukan
tindakan pengamanan
Sistem penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi:
a. Sistem Deteksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-41
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
− Heat Detector : Digunakan sebagai alat deteksi apabila panas pada
ruangan mengalami kenaikan yang drastis dan cenderung bahaya.
Standar kebutuhan alat 1 unit/75m²
− Smoke Detector : Digunakan sebagai alat deteksi apabila pada ruangan
terdapat asap yang melebihi kadar yang ditentukan.Pemakaian
berdampingan dengan heat detector. Standar kebutuhan alat 1
unit/75m²
− Fire Alarm : Alaram Peringatan yang akan berbunyi bila ada kebakaran
ataupun asap yang melebihi standar yang dideteksi oleh heat dan smoke
detector. Standar kebutuhan 1 unit/225m²
b. Sistem Represif
Sebagai sistem untuk menanggulangi meluasnya bahaya kebakaran.
Meliputi alat pemadam kebakaran dan penunjangnya. Dan kesiapan alat
tersebut untuk digunakan sewaktu-waktu. Sistem yang dipakai adalah:
− Fire Hydrant
Merupakan pilar-pilar yang dipasang pada tempat-tempat yang strategis
diluar bangunan, saluran yang berhubungan dengan sumber air dengan
jangkauan standar sekitar 800m².
− Automatic Sprinkler System
Pemadam api otomatis yang terpasang pada plafond yang menyemprot
air sesuai dengan suhu ruangan yang memanas. Standart sprinkler
system 1unit/25m².
− Fire Extinguiser on House Reel
Alat Pemadam api praktis yang berupa tabung gas mandiri dan selang
air yang berhubungan dengan saluran air. Dipakai berdampingan pada
tempat-tempat rawan api, dan mudah dilihat dan dijangkau. Standart
kebutuhan masing-masing 1 unit/200m².
c. Sistem Preventif
Usaha untuk mencegah terjadinya kebakaran dengan usaha sebagi
berikut:
− Menjauhkan bahan yang mudah terbakar dari api
− Melindungi bahan yang mudah terbakar dengan bahan isolasi tahan api
− Perencanaan dan perancangan yang baik seperti organisasi ruang,
pengelompokan ruang, sirkulasi, kelengkapan peralatan dan
penempatannya, dsb.
d. Penyelamatan penghuni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-42
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Usaha untuk menyelamatkan penghuni dari bahaya kebakaran yang
terjadi dan efek-efek yang ditimbulkan antara lain:
− Membuat tangga darurat pada tempat-tempat yang tinggi.
− Pintu-pintu darurat
− Ventilasi dengan penyedot asap
Beberapa hal lain yang juga harus dipertimbangkan adalah:
− Kebutuhan air sebagai pemadam kebakaran
Kebutuhan reservoir air untuk pemadam kebakaran dihitung dengan
perencanaan apabila semua outlet beroperasi, terdapat 1 menit waktu
alat bekarja sebelum pompa air ke resevoir beroperasi untuk menambah
air di reservoir.
− Perencanaan penempatan reservoir
Perencanaan reservoir terpisah-pisah, yaitu untuk fire hydrant langsung
dari reservoir utama didistribusikan menuju outlet dengan pompa untuk
mempertahankan tekanan air. Sedangkan untuk sprinkler dari pompa
ditampung dulu pada atap bangunan, dengan menuju sprinkler head
dengan sistem down feed.
B.14.5.Analisa Sistem Instalasi Listrik
Sistem instalasi listrik diperoleh dari sumber tenaga yang disediakan oleh
PLN (Perusahaan Listrik Negara) sebagai suplai energi utama dan Diesel
Generator Se t(genset) sebagi suplai energi emergency. Skema
pensistribusian listrik sebagai berikut:
Keterangan:
− Transformer berisi : saklar utama, trafo, dan sekring.
− Main Switch board berisi : saklar/pemutus sirkuit, dan meteran.
− D.P adalah panel distribusi utama
− L.A.P: Lighting and Appliance Panel, panel untuk pemakaian lighting dan
aplikasi lainnya
PLN Gardu distribusi
Meteran Transformator
Automatical switch Genset
Sekering utama
Panel distribusi
Panel cabang
Distribusi
Gambar 4.14 Sistem Instalasi Tenaga Listrik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-43
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
− L.A adalah aplikasi-aplikasi pemakaian listrik (lighting, stop kontak,
pompa,dsb)
Pengoperasian Sistem instalasi listrik pada kondisi beban normal, seluruh
beban listrik mendapat suplai tenaga listrik dari PLN. Bilamana sumber
tenaga listrik PLN mengalami gangguan, maka secara otomatis sumber
tenaga listrik diambil alih oleh sumber cadangan diesel genset yang
dilengkapi Automatic Main Failure (AMF) dan melayani beban listrik. Interval
waktu dari PLN padam hingga sumber listrik diesel genset melayani beban
adalah maksimum 20 detik.
Dalam sistem pendistribusiannya terdapat beberapa dasar pertimbangan
kabel aliran listrik antara lain:
− Panjang jaringan aliran
− Tegangan listrik
− Keadaan alam
− Penampilan pada bangunan
− Operasi dan perawatan
− Keamanan pada pemakai
B.14.6.Analisa Sistem Penangkal Petir
Dasar pertimbangan pemilihan sistem adalah sebagai berikut:
− Macam struktur dan konstruksi bangunan
− Tinggi bangunan
− Situasi bangunan
Berpijak dari pertimbangan tersebut maka sistem penangkal petir yang dapat
dipertimbangankan antara lain:
a. Sistem Faraday Cage
Lebih dikenal dengan sangkar Faraday, yang menggunakan tiang yang
disebut bliksem spit yang mempunyai panjang sekitar 30 cm yang
dipasang pada atap bangunan, kemudian dihubungkan dengan kabel
tembaga yang selanjtunya ditanam ke tanah sebagai elektroda bumi.
b. Sistem Ionisasi non Radioaktif
Cara kerja sistem ini secara ringkas mempunyai sistem kerja menarik
energi medan listrik di atmosfir yang meningkat dengan luas manakala
terjadi ancaman petir. Pengumpulan energi terlebih dahulu
diakumulasikan dan dibebaskan pada waktu yang telah ditentukan untuk
menciptakan ionisasi dengan loncatan muatan di sekitar tongkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-44
BAB IV Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
penangkal petir. Keadaan tersebut memperbaiki kemampuan tenaga
penangkal petir dan selanjutnya meningkatkan radius perlindungan.
Keuntungan penggunaan sistem ini antara lain,
− Peralatan bekarja sendiri secara menyeluruh
− Sistemnya sederhana dengan biaya rendah
− Memilik kontinuitas yang permanen dari puncak sampai bagian arde di
dalam tanah
− Dijamin ber-ionisasi sepanjang musim hujan/petir (stormy weather)
− Tidak berbahaya bagi lingkungan memiliki nilai estetis yang tinggi,
karena rapi dan tidak mencolok mata.
B.14.7.Analisa Sistem Pengendalian Keamanan Aset Pameran
Bertujuan menjaga kelangsungan kegiatan dan kondisi lingkungan yang ada
di kawasan dalam keadaan lancar, aman dan terkendali. Serta untuk
menjaga keamanan objek koleksi pameran.
Dasar pertimbangan :
Kecepatan dalam pendeteksian gangguan keamanan
Kemudahan dalam pengendalian keamanan
Penanggulangan pada saat terjadi gangguan keamanan
Proses pengendalian diprioritaskan kepada :
Daerah pintu masuk dan keluar site
Daerah pintu masuk dan keluar bangunan
Area parkir
Ruang, karya seni dan peralatan yang bernilai investasi tinggi
Sistem pengendalian yang dipakai :
Manual, menempatkan penjaga/sekuriti pada titik-titik rawan dan padat
aktifitas
Elektronik, TV monitor dan komputer (CCTV)
Sistem ini terhubung dengan pusat kontrol yang ditempatkan pada bangunan
servis bersama-sama dengan satuan keamanan, pemadam kebakaran dan
emergency.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-1
BAB V Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
[BAB V] KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI URBAN YOGYAKARTA DENGAN PENEKANAN PADA PENCITRAAN BENTUK
BANGUNAN KONTEMPORER
A. Konsep Pemilihan Lokasi den Site
Melalui teknik filtering dengan menyesuaikan pada kriteria-kriteria yang dibutuhkan,
wilayah yang dipilih yaitu kawasan Tugu. Terletak di antara jalur wisata Malioboro, Keraton
Yogyakarta, Taman Pintar Yogyakarta dan sekitar Tugu.
Maka atas dasar filtering tersebut ditentukan tapak yang terpilih adalah lahan terbuka yang
terletak pada jalan utama Jl. Pangeran Mangkubumi, yang merupakan bagian dari daerah
simpul fasilitas umum terkemuka yang berhubungan dengan kegiatan seni dan
pendukungnya.
B. Konsep Peruangan
1. Pelaku Kegiatan
• Pengunjung
• Kurator
• Seniman
• Pegelola
Keterangan site 1. Luas site perencanaan 12.000 m2 2. Batas-batas site perencanaan:
• Utara : Pertokoan
• Timur : Pemukiman penduduk
dengan ketinggian 2 lantai
• Selatan : Gedung Kedaung
Yogyakarta.
• Barat : Jl. Pangeran Mangkubumi
3. Site memiliki kontur relatif datar, dengan
kondisi sekitarnya berupa bangunan
dengan ketinggian satu hingga dua
lantai. Building Coverage disekitar
kawasan adalah sekitar 50% - 75%
dengan ketingian maksimal bangunan
32 m
Gambar 5.1 Site Terpilih Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-2
BAB V Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
2. Macam Kegiatan
a. Kelompok Kegiatan Utama/Pengembangan
• Kegiatan Pameran
• Kegiatan Pertunjukan dan Pemutaran Film
• Kegiatan Penciptaan Karya Seni
• Kegiatan Diskusi Umum/Terbuka
• Kegiatan Studio Workshop
b. Kegiatan Pendukung
• Kegiatan Komersil (Coffe Shop dan Art Shop)
c. Kegiatan Penunjang
• Kegiatan Perpustakaan
• Kegiatan Konservasi
d. Kegiatan Pengelola
3. Konsep Layout Peruangan
a. Konsep Layout Peruangan Kelompok kegiatan Utama/Pengembangan
Layout ruang bersambung dari entrance utama di depan menuju hall penerima
kemudian langsung ke ruang pamer untuk menciptakan kesan ruang yang
terbuka. Ruang pamer dihubungkan dengan selasar menuju Hall tunggu bagi
ruang serbaguna dan audiovisual. Hal ini bertujuan untuk membentuk sekuens
ruang yang tidak terputus.
Ruang pamer didominasi dengan material kaca pada dinding pembatasnya
untuk memaksimalkan masuknya cahaya. Dengan list alumunium yang disusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-3
BAB V Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
berdasarkan komposisi yang sederhana membentuk permainan bayangan yang
bertujuan memberikan permainan ruang sehingga terkesan terbuka.
b. Konsep Layout Peruangan Kegiatan Komersil (Coffee Shop)
Yang menjadi pusat adalh bar di tengah dengan nuansa ruang yan semi klasik
menyesuaiakna langgam massa kolonila yang ditempati ruang kelompok
kegiatan ini.di dominasi oleh material massif seperti batu bata dan kolom-
kolom besar tapi dengan konsep semi terbuka.
c. Konsep Layout Peruangan Kegiatan Penunjang/Perpustakaan
Konsep terbuka dan terhubung langsung dengan hall di lantai dua.
Perpustakaan juga berfungsi sebagai pusat kegiatan konservasi.
d. Konsep Layout Peruangan Kegiatan Pengelola
Diubungkan dengan sebuah selasar dari ruang pamer utama menuju hall di
lantai dua sehingga memudahkan akses bagi pengelola menuju seluruh
bangunan. Ruang pengelola berupa sebuah ruang besar dengan meja besar di
tengahnya. Bertujuan untuk menghilangkan kesan terisolasi bila manggunakan
konsep cubicle. Ruang bagi kepala program dan pendukung lainnya diletakaan
mengelilingi ruang kerja utama untuk memudahkan pengawasan dan
koordinasi.
C. Konsep ME/SE dan Sirkulasi Tapak
Entrace di bagi menjadi entrance kendaraan dan entrance Pedestrian. Semua
entrance diletakan pada Jl. Pangeran Mangkubumi sebagai satu-satuya akses ke jalan
raya. ME digunakan sebgai pintu masuk serta keluar kendaraan pengunjung dan pintu
masuk servis. Se difumgsikan sebagi pintu keluar utama.
Sirkulasi kendaraan menggunkan konsep memutar dengan pembagian area parkir
pengunjung dan pengelola
Gambar 5.2 Konep ME/SE dan Sirkulasi Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-4
BAB V Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Entrance bagi pedestrian ditempatkan di tengah-tengah site dan berhubungan
langsung dengan trotoar dan jalur lambat, menyatu membentuk seperti square karena
terhubung langsung dengan landscape eksterior. Hal ini dimaksudkan sebagai
pembentuk sifat ruang publik yang terbuka.
Pada Entrance bagi pedestrian sampai dengan bangunan utama dilletakkan sculpture
berbentuk gunungan wayang dengan konsep tunnel (terowongan), selain untuk
memperjelas entrance dan eye catching juga sebgai pengarah jalur pedestrian.
Untuk jalur sirkulasi kendaraan di rencanakan selebar 6 m sehingga mampu
mengakomodasi dua kendaraan sejajar serta dengan menggunakan material aspal.
Jalur Sirkulasi pedestrian direncanakan dibagi dua jalur untuk masuk dan keluar
dengan lebar masing-masing jalur. Material yang digunaka adalah paving block yang
menyatu dengan trotoar.
D. Konsep Klimatologi
Yang paling membutuhkan penghawaan dan pencahayaan alami adalah kelompok
kgiatan pengelola dan dan pendidikan. Dikarenakan arah angin yang bertiup kencang
Gambar 5.3 Sclupture pada Jalur Pedestrian Sumber: Analisa Pribadi
Gambar 5.4 Lebar Jalur Sirkulasi Kendaraan Sumber: Analisa Pribadi
Gambar 5.5 Lebar Jalur Sirkulasi Pedestrian Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-5
BAB V Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
berasal dari arah barat dan timur, maka bukaan massa pendidikan dan pengelolaa
diletakan di arah barat dan timur agar tercipta sirkulasi udara silang. Begitu pula
dengan sina matahari meletakan bukaan di barat dan timur untuk memaksimalkan
masuknya sinar matahari. Bukaan di rencaakan selebar mungkin dengan kajendela-
jendela besar.
Untukruang pameran akan menggunakan bangunan berbentuk huuf Y, bagian
kepala nyadirencanakan berupa skylight yang akan mengkap sinar matahari.
Sedangkan bagian sisinya direncanakan semi tebuka untuk mengkap angin.
Agar tidak terkesan panas, maka di sekeliling site diletakkan vegetasi. Befungsi
sebagai peneduh dan pembentuk estetika.
E. Konsep Kebisingan
Respon dari noise disekitar site adalh dengan zonafikasi kegiatan menurut
kebutuhannya akan kenyamanan atas tingkat kebisingan. Zona pengelola dan
pendidikan serta zona pameran tidak terlalu memerlukan kenyamanan akan tingkat
kebisingan diposisikan dekat dengan sumber kebisingan utama,yaitu Jl. Pangeran
Mangkubumi,tapi tetap dengan jarak yang tidak terlalu dekat. Sedangkan zona
pertunjukan memerlukan kenyamanan akan tingkat kebisingan diletakkan agak
kebelakang.
F. Konsep Orientasi
Dikarenakan view yang paling potensial adalah view ke arah daerah Tugu dan daerah
Malioboro serta view menuju site arah Stasiun Tugu dan daerah Tugu sepanjang Jl.
Gambar 5.6 Respon Iklim pada Massa Pendidikan dan Pengelolaan Sumber: Analisa Pribadi
Gambar 5.9 Respon Iklim pada Massa Kegiatan Pameran Sumber: Analisa Pribadi
Gambar 5.10 Peletakan Vegetasi Mengelilingi Site Sumber: Analisa Pribadi
Gambar 5.11 Zoning Berdasarkan Noise Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pa
ke
G. Ko
Zo
Be
zon
pu
Be
se
H. Ko
Gu
ma
ma
• Z
• Z
• Z
ngeran Man
arh Stasiun
onsep Zoifik
ning pada
erdasarkan k
na pameran
blik,semi pu
erdasrkan tin
bagai berikut
onsep Guba
ubahan mass
asing kelomp
assa sendiri-s
Zona Pendidi
Zona Pendidi
Zona Pertunj
Dengan Pe
gkubumi. Ma
Tugu dan Ma
kasi Site
site diten
kelompok keg
dan zona pe
blik dan priva
gkat kebisin
t:
hanMassa
sa di dasari
pok kegiatan
sendiri. Mass
ikan dan Pam
ikan dan Pen
ukan
nekanan pad
aka Orientas
alioboro sert
ntukan berd
giatannya dib
ertunjukan. S
at.
gan, klimato
olehhubung
n. Masing-ma
satersbut ad
meran
ngelolaan
Gambar 5.12 ASumber: Analis
da Pencitraa
si bangunan
a meghadap
dasarkan ke
bagi menjadi
Sedangkan m
logidan kebis
gan antar ru
asing kelomp
alah sebaga
Arah Orientasi Bsa Pribadi
Galeri San Bentuk Ba
diarahkan g
p Jl. Pangeran
elompok ke
i zona pendi
menurut sifatn
sinan site di
uang dan tat
pok kegiatan
i berikut:
Bangunan
Gambar 5.1Sumber: An
Seni Urban Yoangunan Kon
gak miring da
n Mangkubum
egiatan dan
dikan dan pe
nya dibagi me
bagi menjad
ta ruang pa
n seakan-aka
13 Konsep Zonnalisa Pribadi
V-6
ogyakarta ntemporer
an condong
mi,
n sifatnya.
engelolaan,
enjadi zona
i zona-zona
da masing-
an memiliki
ifikasi Site
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-7
BAB V Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Masing-masing massa yang bediri sendiri tersebut digabung shingga membentuk
satu kesatuan bentukmassa bangunan yang merupakan kosep hibrida dari
gabungan massa dan massa tunggal.
Penataan massa dan sirkulasi pada tapak menggunakan konsep radial dan
dengan menciptakan persilangan pada arus sirkulasi/jalan setapak (cross-path)
dengan berlandaskan pada ide yang sama dengan ide pada gubahan massa.
Yang menjadi pusat kegiatan adalah ruang pameran di tengah tapak. Pameran ini
ini yang menghubungkan setiap massa bangunan dan kegiatan outdoor pada
amphitheater dan art garden. Konsep radial untuk menggambarkan sifat seni
urban yang terbuka dan berkembang dengan bebas, sementara konsep
persilangan jalan setapak (cross-path) untuk menggambarkan interaksi-interaksi
yang terjadi secara bebas antara seni dan masyarakat. Jalan setapak/path pada
tapak serta plasa-plasa terbuka dihadirkan sebagai area-area publik dan pusat-
pusat pertemuan untuk memberi peluang bagi interaksi yang luas, serta untuk
memberi peluang bagi seluruh area tapak menjadi ruang pamer dan ruang untuk
berkarya.
I. Konsep Bentuk danTampilan Bangunan
Gambar 5.15 Gubahan Massa Gabungan Sumber: Analisa Pribadi
Gambar 5.16 Konsep Pola Tata Letak Massa Bangunan Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Cir
me
ek
Ko
ko
ke
ind
Pe
da
pe
ko
J. Ko
Jal
dim
pa
be
ri khas yang
emuat kode
lektis antara
onsep pengg
ntemporer d
giatan akan
donesia, yaitu
ersilangan (c
nbentuk mo
nggunaan o
ntemporer ya
onsep Landsc
lan setapak
mana ruang-
meran, berk
sar di Yogya
Dengan Pe
paling men
dan gaya ya
a tradisional/
gabungan se
dengan bent
n mengguna
u kolonial, m
ross) antar
dern. bentuk
ornamentasi
ang fleksibel
cape Bangun
di pada ru
-ruang diant
esenian dan
akarta, diman
GamSum
GS
GS
nekanan pad
onjol dari be
ang berbeda
modern, pop
elera langgam
tuk-bentuk s
akan langga
odern.
lambang dih
k modern dis
huruf Jawa
dan humoris
nan
uang terbuka
tara persilan
berkomunit
na jalan mer
mbar 5.17 Ekspmber: Analisa Pr
Gambar 5.18 PeSumber: Analisa
Gambar 5.19 PoSumber: Analisa
da Pencitraa
entuk kontem
a dalam satu
pular/tinggi, b
m arsitektur
sebelumnya.
m arsitektu
hadirkan den
selangkan la
a. Persilang
s.
a di rencan
ngan terseb
as. Jalan set
rupakan bag
resi dan Citra Bribadi
ersilangan Antaa Pribadi
ola Jalan Setapaa Pribadi
Galeri San Bentuk Ba
mporer adala
u bangunan.
barat/timur,
r menjadi pe
masing ma
r berbeda
ngan menyila
gi dengan un
gan ini men
akan denga
ut dapat di
tapak ini men
ian tak terpi
Bangunan
r Langgam
ak
Seni Urban Yoangunan Kon
ah double co
Merupakan
sederhana/k
embeda anta
asing massa
yang perna
angkan bent
nsur tradisio
nguatkan cit
an konsep p
guakan seb
ngambil pola
sahkan dari
V-8
ogyakarta ntemporer
oding, yaitu
n campuran
kompleks.
ara bentuk
a kelompok
h hadir di
tuk kolonial
onal melalui
tra bentuk
persilangan,
agai ruang
a jalan-jalan
seni urban
BAB V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-9
BAB V Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
juga sebagai metaforik dan unsur humoris dari arsitektur kontemporer
K. Konsep Sistem Struktur
• Sub Struktur
Dikarenakan bangunan hanya berupa
bangunan dua lantai, kecuali bangunan
pameran yang tiga lantai, maka pondasi yang
digunakan adalah pondasi footplate dengan
kedalaman brkisar 2.5 m. Untuk lantai tiga
bangunan pameran yang berupa kantilever,
pondasi yang digunakan adalah tiang
pancang dengan pertimbangan kekuatan.
• Supper Struktur
Dikarenakan Gubahan massa yang berbentuk persegi panjang,maka struktur yang
efektif dipakai adalah struktur rangka dengan kolom dan balok beton. Untuk
bangunan pameran menggunakan struktur rangka modul 6 m, untuk bangunan
pertunjukan menggunkan modul 8 m,sedangkan untuk bangunan pendidikan dan
pengelola menggunakan modul 4 m. Bentang bangunan yang panjang dan bentuk
bangunan yang terpatah-patah, maka dilakuka pemisahan-pemisahan modul secara
struktur, karena ingin menghasilkan satu massa tunggal bangunan, maka hubungan
antar modul menggunakan kantilever, dimana pembebanan pada hubungan
tersebut di bagi dua oleh masing-masing modul.
Gambar 5.20 Pondasi Footplate Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 5.20 Modul Struktur Sumber: Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-10
BAB V Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Pada Lantai tiga bangunan pameran merupakan kantilever
dengan tumpuan kolom yang menerus dari lantai satu
bangunan pendidikan. Dikarenakan harus menopang stuktur
kantilever maka kolom ini memiliki dimensi yang lebih besar
dari kolom lainnya.
• Upper Struktur
Untuk bangunan pameran yang mengekspresikan
langgam modern, struktur atap yang dipakai adalah dak
beton dengan penutup atap beton ringan. Sedangkan
untuk bangunan pendidikan dan pengelolaan yag
mengekspresikan langgam kolonial dan beratap
limasan, struktur atap yang dipakai adalah struktur
rangka kuda-kuda baja dengan bentang menyesuailan
dengan modul struktur yang dipakai. Begitu juga dengan
bangunan pertunjuka yang memerlukan bentang
bangunan leba, maka struktur atap yang digunakan
untuk membentuk bentuk atap joglo adalah struktur
atap kuda-kuda rangka baja
L. Konsep Pencahayaan
Pencahayaan pada ruang pamer galeri menggunakan
luminary track yang fleksibel. Mudah mengkalibrasi intensitas
cahaya dan sudut penerangannya. Dalam menerangi lukisan
digunakan spotlight dengan lampu halogen untuk
menghindari fotodegadasi benda seni.
Gambar 5.21 Struktur Kantilever Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 5.2I Struktur Kuda-kuda Baja Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 5.22 Luminary Track Sumber: Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-11
BAB V Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Denagan Penggunaan luminary tack dimungkinkan perubahan sudut yang paling
ideal, yaitu 30 derajat vertikal dari lukisan setinggi pandangan mata.
Untuk objek tiga dimensi lampu spotlight diletakan di sekeliling objek untuk
meberikan efek dramatis.
Yang perlu diperhatikan lagi adalah ambient. Ambient atau permainan cahaya pada
ruangan dimaksudkan untuk meberikan suatu suasana ruang. Permainan
kombinasi cahaya menggunaka lampu LED yang diarahkan pada fasade banguan
yag berupa kaca akan menghasilkan permainan warna yang menarik. Denga
adanya ambient ini suatu karya seni tidak terasa berdiri sendiri, tetapi juga
menyatu dengan ruang.
M. Konsep Sistem Utilitas Bangunan
1. Konsep Sistem Air Bersih
Menggunakan sistem distribusi up feed distribution dikarenakan bangunan
hanya maksimal 2 lantai. Massa bangunan yang terpisah tiga di respon dengan
adanya tiga ground reservoir yang dipompa melalui tiga pompa berbeda ,
dimana setiap gorund reservoir melayani satu bangunan.
Gambar 5.23 Aplikasi Luminary Track Sumber: Dokumentasi Pibadi
Gambar 5.24 Lampu LED dan Pemainan Warna Ambient Sumber: Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-12
BAB V Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
2. Konsep Sistem Pembuangan Air Kotor
Untuk kotoran padat, direncanakan peletakan tiga septictank dan tiga sumur
peresapan dimana setiap septictank dan sumur peresapan menangani setiap
massa bangunan yang berjumlah tiga. Air kotor dari daerah service
(dapur/pantry), bersifat cair yang berasal dari kamar mandi dan daerah service
dibuang langsung menuju riol kota. Khusus untuk yang berasal dari
dapur/pantry terlebih dahulu ditampung pada bak perangkap lemak.
3. Konsep Sistem Instalasi Listrik
Gambar 5.22 Konesp Sistem Air Bersih Sumber: Analisa Pribadi
Gambar 5.26 Konsep Pembuangan Air Kotor Sumber: Analisa Pribadi
Gambar 5.25 Konsep Sistem Air Bersih Sumber: Analisa Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-13
BAB V Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Pembagian SDP menjadi tiga sesuai dengan jumla massa bangunan. Sumber
listrik utama berasal dari PLN dan genzet sebagai seumber listrik cadangna.
Peletakan ruang genzet sebagai massa tesendiri agar mudah diakses tanpa
mengganggu kegiatan utama. Selain itu juga pertimbangan kebisingan.
4. Konsep Sistem Penghawaan
Fasilitas yang membutuhkan penghawaan buatan adalah ruang pamer, ruang
serbaguna, ruang audio visual, perpustakaan, kantor pengelola, serta ruang
kelas dan studio workshop. Untuk ruang pamer,ruang serbaguna dan ruang
audiovisual akan menggunakan system AC Semi Central, sedangkan untuk
ruang pengelola dan ruang studio workshop akan menggunakn system AC
setempat. Dalam kondisi ini tiap ruang tidak selalu digunakan bersama-sama,
sehingga pengatur AC ditempatkan dalam tiap ruang dan dinyalakan sesuai
keperluan sehingga menghemat biaya dan energi.
2. Konsep Sistem Keamanan Bahaya Kebakaran
Yang perlu diperhatikan adalah aset-aset galei seni yang berupa karya seni.
Untuk menjaganya dari bahaya kebaakaanyang telah terjadi, maka alat
pemadaman yang digunakan adalah pemadam yang menggunkan baha-bahan
non air, dikarenakan air dapat merusak karya seni tersebut.
Adapun Jenis alat pemadaman yang dipakai di ruang pamer adalah:
• Pemadam Kebakaran Busa
Variasi mekanisme dan bahan kimia yang
digunakan pada pemadam kebakaran busa
cocok digunakan untuk memadamkan api
kelas B dan terbatas pada api kelas A. Busa
digunakan untuk membentuk selimut untuk
menutupi dan memadam api. Pemadam
Gambar 5.26 Konsep Instalasi Listrik Sumber: Analisa Pribadi
Gambar 5.27 Pemadam Kebakaran Busa Sumber: Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-14
BAB V Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
kebakaran jenis busa adalah yang paling efektif untuk memadamkan api dari
bahan bakar cair yang berada dalam wadah dimana bahan ini cukup panas
untuk dapat terbakar sendiri bila bersinggungan dengan oksigen. Selimut
busanya akan tetap berada pada tempatnya cukup lama untuk mendinginkan
bahan yang terbakar sehingga temperaturnya tidak cukup untuk dapat
terbakar sendiri. Busa kurang efektif pada tumpahan yang menyebar. Jenis
ini bisa jadi tidak efektif cairan yang terbakar seperti alcohol.
• Pemadam Kebakaran Tepung Kering
Pemadam ini diisi dengan bahan kimia
berbentuk tepung kering yang diinjeksikan
dengan tekanan gas, atau dengan tekanan
udara. Pemadam kebakaran jenis tepung kering
mempunyai reaksi pemadaman yang sangat
cepat. Kabut bahan kimia kering ini cenderung
melindungi orang yang memadamkan api dari
panas. Tepung kering adalah pemadam api yang
paling efektif untuk memadamkan cairan yang
terbakar pada area yang luas, khususnya pada
tumpahan yang mengalir bebas.
3. Konsep Sistem Penangkal Petir
Penangkal petir yang digunakan adalah sistem Faraday, yang berupa tongkat
sepanjang 10 cm di pasang di atas atap dan diisolasi agar tidak mengalirkan
listrik ke dalam bangunan. Listrik yang diterima tongkat diarahkan masuk ke
tanah sedalam 2 – 6 m.
4. Konsep Sistem Pengendalian Keamanan Aset Pameran
Gambar 5.28 Pemadam Kebakaran Tepung Kering Sumber: Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V-15
BAB V Galeri Seni Urban Yogyakarta Dengan Penekanan pada Pencitraan Bentuk Bangunan Kontemporer
Selain dengan cara manual, yaotu menemptakan penjaga di daerah-daerah
rawan dan padat aktifitas digunakan juga system otomatis menggunakan
kamera CCTV. CCTV diletakan di daerah-daerah yang memerlukan kemanan
tinggi, tetapi juga dubutuhkan kenyamanan yang sulit dipenuhi bila ada
petugas yang menjaga pada daerah tersebut, contohnya ruang pameran dan
masterpiece. Umumnya kamera CCTV dibagi menjadi dua jenis, yaitu PTZ
Camera yag dapat dikendalikan gerak kameranya dan Fixed Camera dimana
lensa kamera sudah tetap arah pengambilan gamabarnya. PTZ Camera
digunakan pada daerah-daerah yang membutuhkan jangkauan pandang luas
(Ruang galeri, Hall, Perpustakaan). Sedangkan Fixed Camera digunakan pada
daerah-daerah yang tidak membutuhkan jangkauan luas (pintu masuk, pintu
keluar, ruang-ruang pengelola, storage).
Gambar 5.30 Jenis Kamera CCTV Sumber: Dokumentasi Pribadi