tugas akhir karya ilmiah proses community relations dinas...
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH
PROSES COMMUNITY RELATIONS DINAS PERUMAHAN DAN GEDUNG PEMDA (DPGP) DKI JAKARTA
(Survei Deskriptif: Protes Warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara,
Jakarta Barat Mengenai Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Nasionalkompas.com pada tanggal 19 Januari 2017)
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya
Oleh:
Ardhia Ihsanunhadi
NIM. 4123136569
PROGRAM STUDI D III HUBUNGAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Agustus
2017
ii
ARDHIA IHSANUNHADI (4123136569), Proses Community Relations
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta (Survei
Deskriptif: Protes Warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta
Barat Mengenai Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak
(RPTRA) di Nasionalkompas.com pada tanggal 19 januari 2017) : 122
halaman : 26 lampiran : 20 buku, 2004-2014 : 2 sumber lain : Tugas
Akhir Karya Ilmiah, Agustus 2017
ABSTRAK
Pada tahun 2016 Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta melakukan pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di daerah Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta telah menerbitkan surat pembangunan dan pembongkaran untuk melakukan pembangunan dan membongkar Taman Rambutan pada bulan September 2016. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses community relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta terkait protes warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat terhadap pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Nasionalkompas.com pada tanggal 19 Januari 2017? Pada penelitian ini, penulis menggunakan konsep Manajemen Public Relations, dengan variabel Proses Community Relations, variabel ini memiliki lima dimensi dan dua puluh indikator. Dimensi pertama yaitu menetapkan sasaran yang memiliki lima indikator. Dimensi kedua yaitu mengenali komunitas memiliki tiga indikator. Dimensi ketiga yaitu petunjuk untuk program community relations memiliki lima indikator. Dimensi keempat yaitu berkomunikasi dengan komunitas memiliki empat indikator. Dimensi kelima yaitu saluran komunikasi memiliki empat indikator.
Pendekatan penelitian ini kuantitatif, metode deskriptif. Penelitian dibulan Februari – Mei 2017. Penulis menggunakan kuesioner dan wawancara, dengan skala interval. Menggunakan teknik penarikan sampel sensus. validitas menggunakan KMO Keiser Meyer Olkin, Barlett Test Signifikan 0,000 – 0,005, ` Internal consistency 0,2 – 0,8, Teknik analisis data statistik deskriptif, tendensi sentral mean, populasi berjumlah 48 dengan jumlah sampel 48 orang.
Pada penelitian ini yang penulis lakukan mengenai proses community relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta Protes Warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat Mengenai Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), dilandasi oleh konsep manajemen public relations. Salah satu pembahasan dalam manajemen public relations adalah community relations, dalam community relations terdapat proses community relations yang terdiri dari beberapa
iii
tahapan yaitu menetapkan sasaran, mengenali komunitas, petunjuk untuk program community relations yang efektif, berkomunikasi dengan komunitas, dan saluran komunikasi. Pada penelitian ini, terdapat dimensi dengan mean tertinggi yaitu petunjuk untuk program community relations dan dimensi dengan mean terendah yaitu dimensi keempat yaitu berkomunikasi dengan komunitas. Indikator dengan mean tertinggi yaitu sasaran community relations yang spesifik dan indikator dengan mean terendah yaitu hubungan dekat dengan pimpinan komunitas.
Penulis menyarankan kepada Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tetap mempertahankan program community relations yang dilakukan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta seperti memberikan santunan kepada warga yang kurang mampu, memberikan bantuan dana untuk perbaikan taman dan memperbaiki dalam saluran komunikasi. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta sebaiknya lebih dekat lagi dengan warga dengan cara berkunjung ke pemukiman warga, lalu mengadakan acara open house dengan cara mengundang para warga untuk menjelaskan tentang pembangunan RPTRA dan manfaat RPTRA untuk masyarakat. Kata Kunci : Manajemen Public Relations, Proses Community Relations
iv
ARDHIA IHSANUNHADI (4123136569), Public Relations Process of Jakarta Housing and Building Agency (DPGP) Descriptive Survey: RW 04 Residents Protest Kelurahan Tanjung Duren Utara, West Jakarta On Integrated Child Friendly Development (RPTRA) at Nationalkompas.com on 19 January 2017): 121 pages: 26 books: 20 books, 2004-2014: 2 other sources: Final Project of Scientific Work, August 2017
ABSTRACT
In 2016, the Jakarta Housing and Building Agency (DPGP) conducts the construction of the Child Friendly Integrated Public Space (RPTRA) in Tanjung Duren Utara, West Jakarta. The Jakarta Housing and Building Agency (DPGP) has issued a development and demolition letter to develop and dismantle Rambutan Park in September 2016. The formulation of the problem in this research is how the community relations process of the relevant Office of Housing and Government Building (DPGP) of DKI Jakarta Protests from residents of RW 04, Tanjung Duren Utara Urban Village, West Jakarta towards the development of Integrated Public-Friendly Public Space (RPTRA) at Nasionalkompas.com on 19 January 2017?
In this study, the authors use the concept of Public Relations Management, with the variable Process Community Relations, this variable has five dimensions and twenty indicators. The first dimension is to set goals that have five indicators. The second dimension of recognizing the community has three indicators. The third dimension is the guidance for the community relations program has five indicators. The fourth dimension of communicating with the community has four indicators. The fifth dimension of the communication channel has four indicators.
The approach of this research is quantitative, descriptive method. Research in February - May 2017. The author uses questionnaires and interviews, with interval scale. Using census sampling technique. Validity using KMO Keizer Meyer Olkin, Barlett Test Significant 0.000 - 0,005, `Internal consistency 0,2 - 0,8, Technique analyze descriptive statistic data, mean central tendency, population amount 48 with sample size 48 people.
In this research, the writer did about the process of community relations of Dinas Perumahan and Pemda Building (DPGP) of DKI Jakarta Protest of RW 04 Residents of Tanjung Duren Utara Subdistrict, West Jakarta on RPTRA, based on the concept of public relations management. One of the discussions in public relations management is community relations; in community relations there is a community relations process that consists of several stages: goal setting, community recognition, guidance for effective community relations programs, communicating with communities, and communication channels. In this study, there is a dimension with the highest mean that is the guidance for the community relations program and the dimension with the lowest mean that is the fourth dimension of communicating with the community. The indicator with the highest mean is
v
v
the target of specific community relations and the indicator with the lowest mean that is close relationship with community leaders.The writer suggested to the Housing and Building Agency of DKI Jakarta City Government to maintain the community relations program done by Jakarta Housing and Building Agency such as giving compensation to the less fortunate people, providing financial support for the improvement of the park and improving the communication channel. Jakarta Housing and Building Agency should be closer to the residents by visiting the settlement, then holding an open house event by inviting the residents to explain about the development of RPTRA and RPTRA benefits for the community.
Keywords: Public Relations Management, Community Relations Process
vi
LEMBAR ORISINALITAS
PROGRAM STUDI DIII HUBUNGAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tugas Akhir Karya Ilmiah yang berjudul Proses Community Relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta (Survei Deskriptif: Protes Warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat Terhadap Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Nasionalkompas.com pada tanggal 19 Januari 2017) adalah benar-benar karya penulis dan sudah mengikuti ketentuan penulisan yang ada. Apabila kemudian hari ditemukan Tugas Akhir Karya Ilmiah ini merupakan hasil plagiat, penulis bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Jakarta, Agustus 2017
ARDHIA IHSANUNHADI NIM. 4123136569
vii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH
Nama : ARDHIA IHSANUNHADI NIM : 4123136569 Judul : Proses Community Relations Dinas Perumahan dan Gedung
Pemda (DPGP) DKI Jakarta (Survei Deskriptif: Protes Warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat Terhadap Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Nasionalkompas.com pada tanggal 19 Januari 2017)
TIM PENGUJI
Nama Tanda Tangan Tanggal
1. Wina Puspita Sari, M.si .............................. ............... Ketua Sidang
2. Marisa Puspita Sary, M.Si .............................. ............... Penguji Ahli
3. Maulina Larasati P, M.I.Kom .............................. ............... Pembimbing
4. Dr. E. Nugrahaeni, M,Si ............................... ............... Sekretaris Sidang
Lulus Sidang, Juli 2017
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat, karunia dan ridho-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyusun
dan menyelesaikan Tugas Akhir Karya Ilmiah.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada orang tua dan keluarga yang saya sayangi.
Penulis menyadari selama pengerjaan Tugas Akhir Karya Ilmiah banyak
pihak yang telah membantu, maka izinkanlah penulis untuk menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak-pihak yang telah berjasa memberikan
bantuan, semangat serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan tugas
akhir karya ilmiah yang berjudul Proses Community Relations Dinas
Perumahan Dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta (Survei Deskriptif:
Protes Warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat
Mengenai Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di
Nasionalkompas.com pada Tahun 2016) ini sebagai syarat kelulusan gelar
Ahli Madya. Diantaranya penulis tujukan kepada,
1. Prof. Dr. Djaali selaku Rektor Universitas Negeri Jakarta
2. Dr. Muhammad Zid, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
3. Dr. Kinkin Yuliaty S.P selaku Koordinator Prodi DIII Hubungan
Masyarakat
ix
4. Maulina Larasati P, M.I.Kom selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, memberikan motivasi, arahan dan bimbingannya
kepada penulis untuk menyusun Tugas Akhir Karya Ilmiah ini.
5. Seluruh dosen DIII Hubungan Masyarakat yang telah bersedia
mengajarkan serta berbagi ilmu selama perkuliahan.
6. Keluarga penulis yang telah memberikan semangat, do’a dan
dukungan yang tak ada hentinya pada penulis.
7. Teman-teman seperjuangan Program Studi DIII Hubungan Masyarakat
2013 dan 2014.
Semoga Tugas Akhir Karya Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi dosen dan mahasiswa Universitas Negeri Jakarta. Namun
demikian penulis juga menyadari bahwa Tugas Akhir Karya Ilmiah ini masih
jauh dari kata sempurna. Karena itu penulis sangat mengharapkan koreksi
dari berbagai pihak.
Jakarta, Agustus 2017
Ardhia Ihsanunhadi
NIM. 4123136569
x
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ........................................................................................................ i ABSTRAK ................................................................................................... ii ABSTRACT ................................................................................................. iv LEBAR ORISINALITAS .............................................................................. vi LEBAR PENGESAHAN .............................................................................. vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR DIAGRAM ................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 8 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 9 1.4.1. Manfaat Penelitian Akademis............................................. ............... 9 1.4.2. Manfaat Penelitian Praktis ................................................................. 9 BAB II. KAJIAN PUSTAKA......................................................................... 10 2.1. Manajamen PR .................................................................................. 10 2.2. Community Relations ........................................................................ 12 2.3. Proses Community Relations ............................................................ 14 2.3.1. Menetapkan Sasaran ………………………………… ........................ 14 2.3.2. Mengenali Komunitas ……………………………………….. ............... 15 2.3.3. Petunjuk untuk Program Community relations yang Efektif ………… 16 2.3.4. Berkomunikasi dengan Komunitas ………………………………… ..... 17 2.3.5. Saluran Komunikasi ………………………………………………… ...... 18 2.4. Keterkaitan Konsep………………………………………………… ....... 18 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 20 3.1. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 20 3.2. Jenis Penelitian ................................................................................. 20 3.3. Metode Penelitian .............................................................................. 21 3.4. Waktu dan Tempat………………………………………………………... 22 3.5. Unit Analisis dan Unit Observasi ....................................................... 23 3.5.1. Unit Analisis ....................................................................................... 23 3.5.2. Unit Observasi ................................................................................... 24 3.6. Populasi dan Sampel ........................................................................ 24 3.6.1. Populasi............................................................................................. 24
xi
3.6.2. Sampel ............................................................................................... 25 3.7. Teknik Penarikan Sampel .................................................................. 26 3.8. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 26 3.8.1. Data Primer ........................................................................................ 27 3.8.2. Data Sekunder............................................................................. 29 3.9. Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 29 3.9.1. Validitas ....................................................................................... 29 3.9.1.1. Hasil Uji Validitas ......................................................................... 31 3.9.2. Reliabilitas ................................................................................... 32 3.9.2.1. Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................... 34 3.10. Teknik Analisis Data .................................................................... 35 3.11. Definisi Konsep ............................................................................ 38 3.12. Operasionalisasi Konsep .............................................................. 39 3.13. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian ..................................... 43 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 44 4.1. Gambaran Umum Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI
Jakarta ......................................................................................... 44 4.1.2. Visi .............................................................................................. 46 4.1.3. Misi .............................................................................................. 46 4.2. Objek Kajian ................................................................................ 47 4.3. Hasil Penelitian ............................................................................ 49 4.3.1. Dimensi Menetapkan Sasaran ..................................................... 49 4.3.1.1. Indikator Melibatkan Karyawan Ketika Merencanakan Aktivitas
Community Relations-nya .......................................................... 49 4.3.1.2. Indikator Melibatkan Karyawan Ketika Mengimplementasikan Aktivitas Community Relations-nya .............................................. 52 4.3.1.3. Indikator Kebutuhan Komunitas Local ......................................... 55 4.3.1.4. Indikator Strategi rencana dengan tertulis untuk Community
Relations ...................................................................................... 58 4.3.1.5. Indikator Sasaran Community Relations yang spesifik ............... 61 4.3.2 Dimensi Mengenali Komunitas .................................................... 63 4.3.2.1 Indikator Organisasi Harus Mengenal Komunitasnya .................. 63 4.3.2.2 Indikator Menekankan Komunikasi dari Organisasi ke Komunitas 66 4.3.2.3 Indikator Hubungan Dekat dengan Pimpinan Komunitas ............ 69 4.3.3 Dimensi Petunjuk untuk Program Community Relations yang Aktif 72 4.3.3.1 Indikator Pencapaian sasaran .................................................... 72 4.3.3.2 Indikator Strategi Alternatif harus Dieksplorasi ............................. 75 4.3.3.3 Indikator Dampak Program Community Relations terhadap
Organisasi dan Komunitas ........................................................... 78 4.3.3.4 Indikator Total Biaya dari Kegiatan Nonprofit ............................... 81 4.3.3.5 Indikator Membutuhkan Pengetahuan dan Pemahaman .............. 84 4.3.4 Dimensi Berkomunikasi dengan Komunitas ................................. 87 4.3.4.1 Indikator Perusahaan Terbuka Terhadap Taktik Komunikasi dengan Komunitas........................................................................ 87
xii
4.3.4.2 Indikator Organisasi Lokal ........................................................... 90 4.3.4.3. Indikator Melakukan komunikasi informal ................................... 93 4.3.4.4. Indikator Memberikan Informasi Umum untuk Publik .................. 96 4.3.5. Dimensi Saluran Komunikasi ...................................................... 99 4.3.5.1. Indikator Pertemuan informal ....................................................... 99 4.3.5.2. Indikator Pembuatan Iklan di Media Massa ................................. 102 4.3.5.3. Indikator Publikasi Internal .......................................................... 105 4.3.5.4. Indikator Open House ................................................................. 108 4.4 Analisis Penelitian ....................................................................... 111 4.4.1. Rangkuman Dimensi dan Indikator ............................................. 111 4.5 Pembahasan Penelitian .............................................................. 118 BAB V. PENUTUP .................................................................................... 122 5.1 Kesimpulan .................................................................................. 122 5.2 Saran ........................................................................................... 123 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 125 LAMPIRAN .................................................................................................. xv
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Kriteria Penafsiran Koefisien Validitas ...................................... 30
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Proses Community Relations Dinas perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta .............................................. 31
Tabel 3.3. Klasifikasi Reliabilitas ................................................................ 33
Tabel 3.4. Case Processing Summary Proses Community Relations Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda ............................................... 34
Tabel 3.5. Realibilty Statistics Proses Community Relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta ........................... 34
Tabel 3.6. Hubungan antara Analisis dan Variabel .................................... 37
Tabel 3.7. Operasional Konsep .................................................................. 39
Tabel 4.1. Berpartisipasi kepada warga untuk berdiskusi mengenai pembangunan RPTRA .............................................................. 49
Tabel 4.2. Berkomitmen mengganti anggaran taman rambutan menjadi RPTRA untuk warga ................................................................. 50
Tabel 4.3. Membuat tim untuk kepentingan masyarakat mengenai pembangunan RPTRA .............................................................. 51
Tabel 4.4. Turun langsung memberikan penjelasan mengenai RPTRA..... 52
Tabel 4.5. Memberikan fasilitas berupa alat kebersihan di lokasi RPTRA 53
Tabel 4.6. Warga sekitar merasakan manfaat kegiatan comunity relations 54
Tabel 4.7. Menyediakan fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sesuai kemauan warga ......................................................................... 55
Tabel 4.8. Membentuk Tim Khusus untuk Pelayanan Masyarakat ............ 56
Tabel 4.9. Selalu memberi bantuan dana pada kebutuhan warga sekitar. 57
Tabel 4.10. Menjelaskan kewajiban instansi pemerintah kepada komunitasnya ............................................................................ 58
Tabel 4.11. Memberikan bantuan dana dalam membangun hubungan baik kepada warga sekitar ................................................................ 59
xiv
Tabel 4.12. Strategi yang dimiliki Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta dapat diterima oleh warga sekitar ............. 60
Tabel 4.13. Peduli kepada warga sekitar terkait masalah ............................ 61
Tabel 4.14. Menjadi penghubung antara warga sekitar dengan Pemda ...... 62
Tabel 4.15. Memahami harapan dari warga sekitar terkait masalah pembangunan RPTRA............................................................... 63
Tabel 4.16. Mengetahui kebutuhan warga sekitar terkait masalah pembangunan RPTRA............................................................... 64
Tabel 4.17. Mengetahui keadaan warga sekitar terkait pembangunan RPTRA 65
Tabel 4.18. Selalu berpartisipasi dalam menyampaikan informasi pada komunitas .................................................................................. 66
Tabel 4.19. selalu berpartisipasi dalam kegiatan komunitas ........................ 67
Tabel 4.20. Selalu berkomunikasi dalam menangani masalah pembangunan RPTRA ...................................................................................... 68
Tabel 4.21. Memliki hubungan dekat dengan ketua RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat .......................................... 69
Tabel 4.22. Mengetahui organisasi yang ada didalam lingkungan warga sekitar ........................................................................................ 70
Tabel 4.23. Ikut berpartisipasi dalam memberikan bantuan berupa dana dalam kegiatan warga sekitar .................................................... 71
Tabel 4.24. Membuat inovasi yang dapat diterima warga sekitar ................ 72
Tabel 4.25. Membangun aula pertemuan warga untuk RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat .......................................... 73
Tabel 4.26. Membangun sarana pendidikan untuk RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat ........................................................ 74
Tabel 4.27. Berusaha lebih dekat dengan warga sekitar .............................. 75
Tabel 4.28. Memberikan manfaat kepada warga sekitar .............................. 76
Tabel 4.29. Memberikan dana dalam mengganti anggaran warga dalam pembangunan RPTRA............................................................... 77
Tabel 4.30. Hubungan warga dengan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta semakin dekat .......................................... 78
xv
Tabel 4.31. Bekerjasama dengan warga dalam menjaga RPTRA ............... 79
Tabel 4.32. Saling memahami kebutuhan antara Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta dan warga ...................... 80
Tabel 4.33. Biaya yang dikeluarkan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta sesuai dengan kesepakatan .................... 81
Tabel 4.34. Seluruh warga mendapatkan komisi penggantian taman rambutan menjadi RPTRA ........................................................ 82
Tabel 4.35. Tidak memberikan perhatian penuh dalam setiap kegiatan komunitas .................................................................................. 83
Tabel 4.36. Mengetahui kebutuhan warga ................................................... 84
Tabel 4.37. Warga sekitar mendapatkan informasi tentang kegiatan comunity relations..................................................................................... 85
Tabel 4.38. Memahami budaya yang ada di masyarakat ............................. 86
Tabel 4.39. Terbuka dengan warga ............................................................. 87
Tabel 4.40. Selalu trasnparansi dana mengenai pembangunan RPTRA ..... 88
Tabel 4.41. Tidak menutup informasi mengenai masalah pembangunan RPTRA ...................................................................................... 89
Tabel 4.42. Melakukan komunikasi informal dengan organisasi dalam warga sekitar ....................................................................................... 90
Tabel 4.43. Melakukan komunikasi dengan organisasi yang berada di daerah pembangunan RPTRA .............................................................. 91
Tabel 4.44. memberikan kesempatan kepada ibu-ibu PKK untuk memberikan masukan tentang pembangunan RPTRA ................................. 92
Tabel 4.45. suka berbincang-bincang secara santai dengan warga ............ 93
Tabel 4.46. memberikan kesempatan kepada ketua RW untuk berkomunikasi langsung dengan kepala Dinas ................................................. 94
Tabel 4.47. berbincang-bincang secara santai dengan perwakilan warga setiap RT di RW 04 dilakukan secara rutin ............................... 95
Tabel 4.48. selalu memberi pengumuman kepada warga ketika melakukan kegiatan ...................................................................................... 96
Tabel 4.49. memberikan informasi mengenai pembangunan RPTRA sesuai dengan fakta ............................................................................. 97
xvi
Tabel 4.50. selalu memberikan laporan mengenai instansi pemerintah secara rutin ........................................................................................... 98
Tabel 4.51. melakukan mengunjungi rumah warga dalam menyelasaikan masalah pembangunan RPTRA ................................................ 99
Tabel 4.52. meminta maaf kepada warga dengan berkunjung ke rumah warga ......................................................................................... 100
Tabel 4.53. mengunjungi warga secara rutin................................................ 101
Tabel 4.54. membuat penjelasan pembangunan RPTRA di surat kabar ...... 102
Tabel 4.55. membuat iklan untuk mensponsori acara masyarakat ............... 103
Tabel 4.56. membuat iklan di televisi dengan mengikut sertakan masyarakat 104
Tabel 4.57. memberikan majalah yang dibuat oleh Humas Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta kepada warga .......... 105
Tabel 4.58. selalu membagikan brosur kepada masyarakat ........................ 106
Tabel 4.59. memberikan laporan tahunan perusahaan kepada ketua RW ... 107
Tabel 4.60. selalu mengadakan open house untuk warga ........................... 108
Tabel 4.61. mengundang masyarakat secara langsung dalam acara open house ......................................................................................... 109
Tabel 4.62. Warga boleh mengetahui sistem kinerja yang diterapkan ......... 110
Tabel 4.63. Mean per Dimensi ..................................................................... 111
Tabel 4.64. Mean per Indikator ..................................................................... 115
xvii
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 4.1. Hasil Mean Per Dimensi .................................................. 112 Diagram 4.2. Hasil Mean Per Indikator ................................................. 117
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner .......................................................................... xix
Lampiran 2. Berita Online ..................................................................... xxx
Lampiran 3. Transkrip Wawancara ....................................................... xxxix
Lampiran 4. Data Responden ................................................................ xliii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Public relations adalah sebuah fungsi kepemimpinan dan manajemen
yang membantu pencapaian tujuan sebuah organisasi, membantu
mendefinisikan filosofi, serta memfasilitasi perubahan organisasi. Para
praktisi PR berkomunikasi dengan semua masyarakat internal dan eksternal
yang relevan untuk mengembangkan hubungan yang positif serta
menciptakan konsistensi antara tujuan organisasi dengan harapan
masyarakat. Mereka juga mengembangkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi program organisasi yang mempromosikan pertukaran
pengaruh serta pemahaman di antara konstituen organisasi dan masyarakat.1
Dalam kegiatan public relations, seorang praktisi PR harus menjaga
hubungan baik antara organisasi yang dinaunginya dengan komunitas.
Hubungan antara organisasi dan komunitas bukanlah sekedar soal
bertetangga belaka. Komunitas tidak hanya dimaknai dengan lokalitas belaka
melainkan juga dimaknai secara structural, artinya dilihat dari aspek interaksi
yang pada saat ini bisa saja berlangsung diantara individu yang berbeda
lokasinya.
1 Dan Lattimore, Otis Baskin, Suzette T. Heiman, Elizabeth L. Toth. Public relations Profesi
dan Praktik, 2010, Jakarta: Salemba Humanika, hlm. 4
2
Sebuah perusahaan atau organisasi tidak terlepas dari hubungan
dengan lingkungan sekitar perusahaan. Perusahaan harus bersedia menjadi
bagian dari kehidupan lingkungan sekitar di mana mereka beroperasi. Segala
risiko yang mungkin terjadi dalam masyarakat sekitar akibat beroperasinya
perusahaan merupakan alasan yang menjadi dasar mengapa perusahaan
harus mempunyai perhatian dan tanggung jawab kepada masyarakat sekitar
perusahaan yang diwujudkan dalam bentuk community relations. Community
relations merupakan kumpulan individu yang mendiami lokasi tertentu dan
biasanya terkait dengan kepentingan sesama.2
Menurut Frank Jaffkins, komunitas sekitar lokasi kegiatan organisasi
seperti pabrik atau kantor diibaratkan sebagai tetangga. Bila diperlakukan
dengan baik maka akan menjadi kawan, dan bila diperlakukan buruk bisa
menjadi lawan.3
Berkaitan dengan teori tersebut pada Januari tahun 2017 Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta melakukan
pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di daerah
Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat. RPTRA adalah singkatan dari Ruang
Publik Terpadu Ramah Anak, yang kini sepertinya perlahan hilang dari
lingkungan kita. RPTRA ini perannya sangat lah penting, selain memberikan
ruang terbuka untuk publik, RPTRA juga sekaligus menjadi wahana
2 Widya Paramita, Public Relations, Jakarta: UNJ Press,2008, hlm 98
3 Yosal Iriantara, Community Relations Konsep dan Aplikasinya, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010, hlm 25
3
permainan dan tumbuh kembang anak, yang menjadi sarana kemitraan
antara Pemda dan masyarakat dalam memenuhi hak anak serta menjadi
sarana kegiatan sosial warga termasuk pengembangan pengetahuan dan
keterampilan Kader PKK.
RPTRA juga merupakan ruang terbuka hijau dan tempat penyerapan
air tanah. RPTRA sendiri bertujuan menyediakan ruang terbuka untuk
memenuhi hak anak agar anak dapat hidup, tumbuh, berkembang dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan. Kemudian sebagai prasarana dan sarana kemitraan antara
Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam memenuhi hak anak dan sebagai
Kota Layak Anak, serta sebagai sarana uniuk pelaksanaan kegiatan program
pokok PKK hingga pengembangan pengetahuan dan keterampilan Kader
PKK. Jika kita memiliki Ruang Publik Terpadu Ramah Anak, kita bisa
melakukan sejumlah kegiatan positif untuk anak-anak kita, seperti:
1. Bina Keluarga Balita Pendidikan Anak Usia Dini (BKB-PAUD)
2. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
3. Perpustakaan anak
4. Tempat berolah raga
5. Tempat bermain
6. Kegiatan kreatif anak.
4
Dengan adanya RPTRA masyarakat juga dapat memanfaatkannya
sebagai tempat kegiatan kebencanaan, yang terdiri dari tempat mengungsi
sementara saat banjir, kebakaran, serta bencana lainnya.4 Lokasi RPTRA di
Tanjung Duren ini merupakan otoritas pemerintah wilayah seperti kelurahan,
kecamatan, hingga walikota. Adapun pembangunan RPTRA di Tanjung
Duren Utara ini sempat menuai protes warga RW 04 di wilayah itu.
Seperti yang di beritakan dalam media online nasional.kompas.com
yang berjudul “Warga Tanjung Duren Utara Protes Pembangunan RPTRA”
sebagai berikut:
“Warga Tanjung Duren Utara, khususnya warga RW 04, merasa keberatan atas pembangunan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) di sana. Sebab, menurut warga, pembangunan RPTRA tersebut telah membongkar sarana publik yang dibangun atas dasar swadaya masyarakat.”5
Pembangunan RPTRA ini sudah ada 123 yang dibangun dengan
menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Seperti
yang di beritakan dalam media online nasional.kompas.com yang berjudul
“Kata Dinas Perumahan Soal Pembangunan RPTRA yang di Protes Warga”
sebagai berikut:
“RPTRA Tanjung Duren dibangun menggunakan APBD. Pada tahun 2016 sudah ada 123 RPTRA yang dibangun dengan menggunakan APBD. Targetnya, pada 2017, terbangun 100 RPTRA dengan APBD. pada dasarnya keinginan membangun RPTRA datang dari pemerintah
4 http://www.abouturban.com/2016/11/16/apa-itu-rptra/ diakses pada tanggal 9 Mei 2017
pukul 17.08 WIB 5http://nasional.kompas.com/read/2017/01/20/20513461/warga.tanjung.duren.protes.pemban
gunan.rptra diakses pada tanggal 4 April 2017 pukul 16.20 WIB
5
daerah (Pemda) yang melihat kebutuhan atas DKI Jakarta menuju kota layak anak. Maka dari itu, jumlah RPTRA biasanya ditentukan juga oleh pemerintah provinsi. Misalnya pemda bilang tolong disiapkan di wilayah ini untuk dibangun 20 RPTRA. Di saat itulah, pemerintahan wilayah menimbang dan mengusulkan mana saja lahan yang cocok.” Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta Arifin.6
Di Tanjung Duren Utara sendiri sudah memiliki taman yang dibuat oleh
warga RW 04 dinamakan Taman Rambutan. Taman Rambutan ini sendiri
telah dibangun dari tahun 1976 dan sebelum terjadinya taman, lahan tersebut
adalah rawa yang diuruk oleh warga untuk pembangunan taman sampai
pada tahun 2008 terbangunnya taman rambutan. Taman ini dibangun untuk
sarana publik sebagai pelayanan masyarakat seperti adanya posyandu,
fasilitas bermain anak, pendidikan usia dini (PAUD) dan aula untuk
pertemuan warga, sehingga taman ini digunakan oleh petugas kelurahan
untuk pelayanan masyarakat warga Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Hal ini diberitakan dalam media online nasional.kompas.com yang
berjudul “warga tanjung duren utara protes pembangunan RPTRA” sebagai
berikut:
“Taman dan bangunan di tempat itu dibangun oleh swadaya masyarakat. Hasil jerih payah kami membangun bertahap selama bertahun-tahun, lokasi yang dijadikan RPTRA itu dikenal dengan nama Taman Rambutan. Awalnya tempat itu adalah rawa. Ia dan warga menguruk rawa itu pada 1976. Sepuluh tahun setelahnya, tanah mengeras sehingga bisa digunakan untuk lokasi pembangunan sekretariat RW. Baru pada 2008, warga setempat bersepakat untuk menata taman di lokasi itu. Tanahnya luas, yakni 2.400 meter persegi. Kami tata taman, blok air mancur, fasilitas bermain anak, aula untuk
6http://nasional.kompas.com/read/2017/01/20/20513461/kata.dinas.perumahan.soal.pemban
gunan.rptra.yang.diprotes.warga. diakses pada tanggal 4 April 2017 pukul 16.20 WIB
6
pertemuan warga, pos hansip, dan bangunan permanen untuk kegiatan posyandu dan sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD)”
Ketua RW 04 Tanjung Duren Utara Suzanto Sumaryono (64).7
Namun dalam pelaksanaannya warga Tanjung Duren Utara,
khususnya warga RW 04, merasa keberatan atas pembangunan Ruang
Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Sebab, menurut warga,
pembangunan RPTRA tersebut telah membongkar sarana publik yang
dibangun atas dasar swadaya masyarakat. Bertahun-tahun warga menikmati
ruang publik tersebut. Hingga pada pertengahan 2016, warga dikejutkan
dengan rencana pemerintah daerah (Pemda) untuk membangun RPTRA di
lahan tersebut. Ia dan warga, waktu itu diundang ke kantor kecamatan oleh
suku dinas perumahan.8
Hal ini diperkuat dengan wawancara yang dilakukan oleh penulis
dengan ketua RW 04 ,Bapak Suzanto:
“Waktu itu saya dan warga diundang ke kantor kecamatan, tapi tidak ada negosiasi disitu. Dia bilang tidak ada yang dibongkar termasuk ruang pertemuan warga, tapi setelah surat izin nya keluar, ruang pertemuannya harus dibongkar. Biaya ganti rugi pun tidak ada, sedih sebenernya kalau diinget saat pembangunan taman rambutan itu, semuanya itu hasil gotong royong warga, biayanya juga dari warga. Apalagi ruang pertemuan itu juga pernah digunakan oleh kelurahan untuk donor darah.”9
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta telah
menerbitkan surat pembangunan dan pembongkaran untuk melakukan
7http://nasional.kompas.com/read/2017/01/20/20513461/warga.tanjung.duren.protes.pembangunan.rptra diakses pada tanggal 4 April 2017 pukul 16.20 WIB
8http://nasional.kompas.com/read/2017/01/20/20513461/warga.tanjung.duren.protes.pembangunan.rptra diakses pada tanggal 4 April 2017 pukul 16.20 WIB
9 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Suzanto Ketua RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara pada tanggal 26 maret 2017 pukul 15:30 WIB
7
pembangunan dan membongkar Taman Rambutan pada bulan September
2016. Taman Rambutan ini telah menjadi lapangan futsal, ada bangunan
dengan bagian tengah mirip pendopo yang belum diketahui fungsinya dan di
bagian belakang pun sudah diisi toilet.10
Setelah mendapat penjelasan dari warga setempat, penulis kembali
melakukan wawancara yang kali ini penulis lakukan kepada Bapak Deni
selaku staf sub bagian umum untuk mendapatkan informasi secara jelas
mengenai bagaimana bentuk tanggung jawab Dinas Perumahan dan Gedung
Pemda DKI Jakarta terhadap warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren utara,
Jakarta barat. Beliau menjawab sebagai berikut :
“Sejauh ini setelah pembangunan RPTRA di Tanjung Duren Utara kami sebenarnya telah melakukan negosiasi berupa keinginan ketua RW 04 kelurahan Tanjung Duren Utara untuk melakukan kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) setiap hari selama dua jam dan memberikan pengertian kepada warga RW 04 khususnya berupa kemauan warga adanya sarana pendidikan dan taman bermain, bahwasanya RPTRA yang dibangun ini untuk memfasilitasi anak anak agar lebih berkreasi dan melakukan hal positif seperti kompetisi futsal antar RT dan membangun persaudaraan wilayah kelurahan Tanjung Duren Utara. Pendoponya itu dibangun untuk pertemuan warga dan kegiatan PAUD seperti yang dulu telah dibangun oleh warga. Tidak hanya itu, dari Dinas juga sudah memberikan penggantian dana berupa sembako untuk RW 04 walaupun yang diinginkan oleh warga bukan sembako, tapi ini sebagai cara atasan untuk melaksanakan kegiatan community relations terhadap warga RW 04 yang protes pembanguan RPTRA ini.”11
10
http://nasional.kompas.com/read/2017/01/20/20513461/kata.dinas.perumahan.soal.pembangunan.rptra.yang.diprotes.warga. diakses pada tanggal 4 April 2017 pukul 16.20 WIB
11Hasil wawancara penulis dengan Bapak Deni selaku Staf Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta pada tanggal 17 april 2017 pukul 12:30 WIB
8
Melalui pemaparan materi serta pemberitaan tersebut, penulis tertarik
untuk mengetahui dan meneliti bagaimana dalam menghadapi permasalahan
tersebut public relations di Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP)
DKI Jakarta berperan penting agar dapat menyelesaikan permasalahan ini
karena dalam aktifitasnya public relations diharuskan untuk membina
hubungan baik dengan publiknya, salah satunya adalah warga Tanjung
Duren Utara khususnya RW 04 Jakarta Barat. Maka disinilah peran
community relations diperlukan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang sudah dipaparkan di atas, perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses community relations
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta terkait protes
warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat terhadap
pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di
Nasionalkompas.com pada tanggal 19 Januari 2017?
1.3. Tujuan penelitian
Dari masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Untuk mengetahui proses community relations Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta terkait protes warga RW 04
Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat terhadap pembangunan
9
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Nasionalkompas.com pada
tanggal 19 Januari 2017.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Penelitian Akademis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu
komunikasi dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan mengenai poses
community relations di instansi pemerintah.
1.4.2. Manfaat Penelitian Praktis
Hasil Penelitian ini dapat bermanfaat bagi para praktisi Public
Relations khususnya menngenai proses community relations di instansi
pemerintah.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Public Relations
Menurut para pakar, hingga saat ini belum terdapat konsensus mutlak
tentang definisi public relation. Cukup banyak definisi manajamen PR/humas
(public relations management) yang dikembangkan oleh para pakar,
akademisi, dan praktisi. Dari berbagai definisi tersebut, secara garis besar,
manajemen humas dapat dilihat secara konseptual, fungsional, dan unsur-
unsurnya dalam aktivitas atau kegiatan serta faktor-faktor yang memengaruhi
pengertian manajemen humas dalam suatu organisasi.12
Sebuah organisasi berkaitan dengan tujuan utama dan fungsi-fungsi
manajemen perusahaan. Fungsi dasar manajemen tersebut merupakan
suatu proses kegiatan atau pencapaian suatu tujuan pokok dari organisasi
atau lembaga yang bersangkutan. Keberhasilan peran public relations dalam
menunjang fungsi-fungsi manajemen perusahaan untuk mencapai tujuan
bersama tergantung pada pemanfaatan unsur-unsur sumber daya yang
dimiliki lembaga atau perusahan tersebut.13
Manajemen dalam konteks strategi, mempunyai peran untuk
membantu perusahaan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
12
H. Zainal Mukarom, Manajemen Public Relation, Bandung: CV Pustaka Setia, 2015. Hlm 108.
13 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi,
Jakarta, Raja Grafindo, 2012 hlm. 13
11
dalam lingkungan usaha, seperti yang sering kita baca di surat-surat kabar,
dalam ukuran waktu 10 tahun belakangan ini tampak menjadi sangat penting
bagi penentu keberhasilan perusahaan. Perubahan-perubahan lingkungan
tentu akan mempengaruhi prestasi perusahaan dalam meraih keuntungan
atau memberi kontribusi pada pihak-pihak terkait. Public Relations
mempunyai peran yang paling penting dalam upaya mengefektifkan
organisasi dengan membangun hubungan jangka panjang dengan lembaga-
lembaga.14
Kegiatan manajemen PR mencangkup fungsi-fungsi pokok
manajemen secara umum perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
dan penelitian.15
Manajemen dalam konteks strategi, mempunyai peran untuk
membantu perusahaan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
dalam lingkungan usaha, seperti yang sering kita baca di surat-surat kabar,
dalam ukuran waktu 10 tahun belakangan ini tampak menjadi sangat penting
bagi penentu keberhasilan perusahaan. Perubahan-perubahan lingkungan
tentu akan mempengaruhi prestasi perusahaan dalam meraih keuntungan
atau memberi kontribusi pada pihak-pihak terkait. Public Relations
mempunyai peran yang paling penting dalam upaya mengefektifkan
14
Ibid 15
Ibid
12
organisasi dengan membangun hubungan jangka panjang dengan lembaga-
lembaga.16
2.2. Community Relations
Saat ini makin banyak perusahaan dan organisasi yang menyadari
tanggung jawab mereka terhadap komunitas disekitar mereka.17 Harapan
perusahaan dengan adanya relasi dengan komunitas adalah membawa
dampak positif perusahaan. Hubungan dengan komunitas mempunyai tujuan
untuk menciptakan saling pengertian dari kedua belah pihak mengetahui
harapan-harapanapa yang diinginkan satu dengan lainnya.18
Saat ini perusahaan harus bisa kerja sama sekaligus bersaing untuk
mencapai keberhasilan. Sebuah organisasi menjadi bagian dari komunitas,
menciptakan solusi saling menguntungkan (win-win solutions) yang
menghasilkan garis dasar yang lebih sehat serta membawa keuntungan bagi
stakeholder dan masyarakat secara keseluruhan. Kunci bagi program
community relations yang efektif adalah adanya tindakan yang positif dan
bertanggung jawab secara sosial untuk membantu masyarakat sebagai
bagian dari organisasi.19
Satu organisasi perlu merumuskan langkah langkah strategis dalam
membantu mengembangkan Komunitas aekaar onganisasi melalui kegiatan
16
Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: Grafiti, 2008, hlm.32
17 Vera Wijayanti, Dasar- Dasar Humas, Jakarta, Laboratorium Sosial Politik Press, 2010, hlm. 147
18 Ibid
19 Dan Lattimore, et al, Public Relations: Profesi dan Praktik, Jakarta: Salemba Humanika, 2010, hlm. 255
13
community relations. Apalagi kini banyak pemerintah kota atau kabupaten
ditanah air yang mengharapkan kehadian investor yang menanam investasi
di daerahnya, yang berdampak pada perekonomian dan pengembangan
masyarakatnya.20
Organisasi yang menanggapi dengan baik perubahan yang terjadi di
sekelilingnya lalu mempersiapkan diri dalam lingkungan kompleksitasnya
makin tinggi, pasti tidak akan mengabaikan program atau kegiatan
community relations, karena program atau kegiatan community relations
dianggap sebagai cara menanggapi perubahan yang terjadi pada lingkungan
organisasinya.21 Kegiatan community relations juga dipandang sebagai
bagian dari wujud tanggung jawab sosial organisasi, organisasi mempunyai
tanggung jawab sosial dalam menjalankan peran dalam membantu warga
masyarakat untuk mengembangkan dirinya.22
Community relations bisa dipandang sebagai salah satu upaya untuk
mengelola keragaman masyarakat. Organisasi terbiasa menangani berbagai
komunitas yang memiliki pandangan yang unik terhadap organisasi.
Organisasi pun menjadi terbiasa melihat dan menelaah perubahan-
perubahan yang terjadi pada komunitasnya. Hubungan yang baik dengan
komunitas merupakan modal yang cukup penting bagi organisasi untuk
20
Yosal Iriantara, Community Relations, Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2013, hlm. 43 21
Ibid, hlm. 76 22
Ibid, hlm, 77
14
memahami arus perubahan yang terjadi pada lingkungan sosialnya sekaligus
juga untuk menunjukkan tanggung jawab sosialnya pada komunitas.23
2.3. Proses Community Relations
Community relations yang efektif tidak teriadi begitu saja, juga bukan
sebagai hasil yang tidak bisa dielakkan dari organisasi yang berjalan dengan
baik dan senantiasa memikirkan kepentingan umum.24 Community relations
yang baik adalah sebuah kemitraan yang saling menguntungkan, jauh
melampaui, katakanlah, sekedar suatu donasi keuangan atau kedermawanan
untuk mendanai proyek masyarakat. Idealnya, sebuah institusi akan
mengumpulkan sumber dayanya, produk dan jasa yang diberikan
perusahaan, relasi dengan konsumen, rekrutmen, employee relations, proses
produksi, strategi pemasaran dan iklan, rancangan gedung dan fasilitas
organisasi dan menggunakan semua ini untuk membuat komunitas lebih baik
serta untuk membentuk komunitas ditempat institusi berada.25
Dalam proses community relations terdapat beberapa tahapan.
tahapan, seperti yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
2.3.1. Menetapkan Sasaran
Perusahaan harus melibatkan karyawannya ketika merencanakan dan
mengimplementasikan aktivitas community relations-nya. Kebutuhan
23
Ibid, hlm. 78 24
Dan Latimore, et al, op cit, hlm. 256 25
Ibid hlm. 257
15
komunitas lokal dan kepedulian karyawan perusahaan adalah dua kriteria
paling penting dalam menentukan apa yang perlu diberi dukungan. Para
karyawan ini berpartisipasi dalam kegiatan yang dipilih, membawa komitmen
sosial mereka pada kehidupan, dan membuat tim duta perusahaan ke
masyarakat.
Namun, sasaran secara umum saja tentu tidak cukup. Perusahaan
perlu memiliki strategi rencana dengan tertulis untuk community relations ini.
Rencana tersebut harus menegaskan pandangan pihak manajemen tentang
kewajibannya kepada komunitas sehingga usaha-usaha yang akan dilakukan
dapat terkoordinasi dan terfokus. Sasaran community relations yang spesifik
harus diterangkan dengan seksama. Kegagalan dalam melakukan hal ini
dapat mematikan berbagai program community relations sebelum program
tersebut dimulai.26
2.3.2. Mengenali Komunitas
Kebijakan dan sasaran community relations tidak ditentukan
berdasarkan prinsip-prinsip idealis. Mereka terjadi dengan melihat dan
menilai kebutuhan organisasi, sumber daya, dan keahlian dalam organisasi
pada satu sisi, serta kebutuhan dan harapan komunitas disisi lainnya.
Sebelumnya kebijakan dan sasaran yang penting dikembangkan, organisasi
harus mengenal komunitasnya.
Walaupun community relations biasanya menekankan komunikasi dari
organisasi ke komunitas, keberhasilan usaha ini berstandar pada
26
Ibid, hlm. 258
16
pengetahuan komunikator tentang audensinya. Setiap komunitasnya memiliki
publiknya sendiri dan tidak ada diantara dua publik ini yang persis sama.
Namun, pengetahuan nyata tentang komunitas melampaui data
demografis, etnik, geografis, dan ekonomi standard. "Untuk membangun
komunitas, Anda harus berpartisipasi dalam komunitas tersebut," ungkap
Annie Heckenberg dari GPTMC, Perusahaan Pemasaran Wisata
Philadephia.27
Hubungan dekat dengan pimpinan komunitas adalah sumber informasi
yang sangat penting. Para pemimpin professional, agama, persaudaraan,
pemimpin politik, serta editor media, umumnya dapat dijangkau melalui
keanggotaan pada organisasi lokal melalui pertemuan dengan tatap muka
dalam berbagai kegiatan.28
2.3.3. Petunjuk untuk Program Community relations yang Efektif
Setelah menyusun metode untuk input komunitas yang terus-
menerus, petunjuk berikut harus digunakan untuk menyusun program
community relations yang efektif.29
1. Penyusunan pencapaian sasaran yang diharapkan oleh manajemen
puncak harus dilakukan secara hati-hati organisasi dapat mencari
beberapa sasaran reputasi, pengalaman dengan potensial payoff dimasa
mendatang stabilitas lingkungan dan sebagainya.
27
Ibid, hlm 259 28
Ibid, hlm. 260 29
Ibid,
17
2. Strategi alternatif harus dieksplorasi sebelum membuat pilihan,
3. Dampak program community relations terhadap organisasi dan
komunitas harus diantisipasi.
4. Perlu diperhatikan perkiraan total biaya dari semua kegiatan nonprofit ini
serta total volume sumber daya organisasi yang digunakan dan
dialokasikan untuk program community relations. Sesuatu yang tidak
menguntungkan baik bagi organisasi maupun komunitas, jika tiba-tiba
organisasi menemukan program yang ditetapkan berbiaya sangat tinggi
dan dengan tiba-tiba harus menghentikan semua layanan yang telah
diberikan kepada komunitas.
5. Banyak manajer telah menyadari bahwa keterlibatan jenis tertentu dalam
urusan daerah kota membutuhkan pengetahuan dan pemahaman yang
melampaui bakat bisnis teknis serta kemampuan manajerial yang biasa.
Keterampilan politik, pemahaman mendalam tentang masalah komunitas,
dan kemampuan menyelesaikan masalah dalam setting tidak budaya
yang biasa merupakan beberapa persyaratan untuk beberapa aktivitas.
Keahlian khusus mungkin juga diperlukan30.
2.3.4. Berkomunikasi dengan Komunitas
Komunikasi pada komunitas tidak memiliki audiensi tunggal.
Perusahaan harus terbuka terhadap berbagai taktik komunikasi jika mereka
30
Ibid, hlm. 260
18
ingin menjangkau publik yang penting, salah satu cara yang signifikan untuk
menjangkau komunitas adalah melalui komunikasi karyawan.31
Organisasi lokal juga merupakan wahana penting komunikasi dalam
komunitas. Warga, jasa, sosial, organisasi budaya, politik, veteran, dan
keagamaan serta kelompok pemuda semuanya memberikan platform bagi
pesan dan memberikan kesempatan yang cukup untuk melakukan
komunikasi informal. Para manajer organisasi harus didorong untuk menjadi
bagian dari kelompok seperti ini dimana harus bersiap memberikan informasi
umum untuk publik.32
2.3.5. Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi yang melaluinya, di mana audiensi yang dijangkau
bisa beragam, mulai dari pertemuan informal sampai pembuatan iklan di
media massa setempat seperti surat kabar, radio, dan televisi. Publikasi
internal, brosur, dan laporan tahunan dapat dibagi dengan mudah kepada
pemimpin komunitas. Beberapa organisasi bahkan membuat newsletter yang
ditunjukkan khusus untuk masyarakat di sekitarnya.
2.4. Keterkaitan Konsep
Community relations bisa bermakna lebih dari sekedar membangun
hubungan baik antara organisasi dan komunitas sekitarnya. Community
relations merupakan partisipasi dari lembaga yang terencana, aktif, dan
31
Ibid, 32
Ibid, hlm. 261
19
terus-menerus dengan masyarakat, dalam rangka memelihara dan
meningkatkan lingkungannya untuk memperoleh keuntungan, bagi lembaga
maupun bagi komunitas.
Community relations sangat penting untuk sebuah perusahaan atau
organisasi. Komunitas dengan perusahaan bisa saling menguntungkan
dalam segala hal. Setiap komunitas dapat menjaga dan meningkatkan
sebuah perusahaan dalam hal kestabilan ekonomi maupun kesejahteraan
perusahaan dan perusahaan dapat membantu menyediakan apa yang
diperlukan oleh komunitas.
Dalam sebuah perusahaan atau organisasi terdapat beberapa proses
community relations yang harus dijalankan secara bertahap. Hal-hal tersebut
berkaitan satu sama lain sehingga apabila semua proses community relations
berjalan dengan la akan menghasilkan hubungan yang baik antara
perusahaan dengan masyarakat.
Dalam proses community relations terdapat beberapa tahapan-
tahapan, yaitu menetapkan sasaran, mengenali komunitas, petunjuk untuk
program community relations yang efektif, berkomunikasi dengan komunitas
dan saluran komunikasi, yang dimana kelima proses tersebut saling
berkaitan. Dengan adanya proses community relations maka akan terjalin
hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat.
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu
pendekatan penelitian yang bersifat objektif, mencakup pengumpulan data
dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode pengujian statistik.33
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif,
karena penulis menggunakan data yang berupa angka-angka dari hasil
pengelolaan kuesioner melalui aplikasi SPSS dan penulis ingin
menggambarkan proses community relations Dinas Perumahan dan Gedung
Pemda (DPGP) DKI Jakarta terkait protes warga RW 04 Kelurahan Tanjung
Duren Utara, Jakarta Barat terhadap pembangunan Ruang Publik Terpadu
Ramah Anak (RPTRA) pada Tahun 2016. Penulis hanya menjelaskan suatu
masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan dan tidak terlalu
mementingkan ke dalam atau analisis data.
3.2. Jenis Penelitian
Menurut Rosady Ruslan, penelitian deskriptif yaitu untuk
menggambarkan tentang karakteristik (ciri-ciri) individu, situasi atau kelompok
33
Asep Hermawan, Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif, Grasindo:Jakarta, 2005 hal.18
21
tertentu.34 Penelitian deskriptif merupakan bukan eksperimen karena tidak
dimaksudkan untuk mengetahui akibat dari suatu perlakuan. Dengan
penelitian deskriptif, peneliti hanya bermaksud menggambarkan atau
menerangkan gejala.35
Penelitian deskriptif adalah penelitian relatif sederhana yang tidak
memerlukan landasan teoritis rumit atau pengajuan hipotesis tertentu.
Penelitian ini hanya menggambarkan karakteristik, fakta-fakta, dan sifat-sifat
objek tertentu.36
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif,
karena dalam penelitian ini penulis hanya membuat deskripsi secara
sistematis yang relatif sederhana dan tidak memerlukan landasan teoritis
rumit, hanya menggambarkan dan menjelaskan proses community relations
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta terkait Protes
Warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat Mengenai
Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di
Nasionalkompas.com pada tanggal 19 januari 2017.
3.3. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah survei. Survei menurut
Irawan Soehartono adalah “penelitian pengamatan yang berskala besar pada
34
Ibid., hlm.12 35
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 250. 36
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 12.
22
kelompok-kelompok manusia”.37 Penelitian survei merupakan suatu
penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur atau
sistematis yang sama kepada banyak orang, untuk kemudian seluruh
jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah dan dianalisis.38
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode survei dengan cara
menyebarkan kuesioner guna mendapatkan data serta informasi yang
diperlukan mengenai proses community relations Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta terkait protes warga RW 04 Kelurahan
Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat terhadap pembangunan Ruang Publik
Terpadu Ramah Anak (RPTRA) pada Tahun 2016.
3.4. Waktu dan Tempat Penelitian
Berdasarkan dimensi waktu, kita bisa membedakan penelitian menjadi
cross sectional dan penelitian longitudinal. Penelitian dimensi waktu ini
termasuk kedalam penelitian cross sectional. Penelitian cross sectional
adalah penelitian yang dilakukan dalam waktu tertentu. Penelitian ini hanya
digunakan dalam waktu yang tertentu dan tidak akan dilakukan penelitian lain
diwaktu yang berbeda untuk dipertimbangkan.39
Waktu penelitian dilakukan dalam satu waktu yaitu pada bulan April
2017 dan tidak akan dilakukan penelitian lain di waktu yang berbeda untuk
37
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 12
38 Bambang Prasetyo & Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif (Teori dan
Aplikasi), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 234 39
Ibid, hlm. 45
23
diperbandingkan mengenai proses community relations Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta.
Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di RW 04 Kelurahan
Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat. Tempat tersebut yang menjadi
pembangunan RPTRA dan yang mengadakan protes terhadap
pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) pada Tahun
2016.
3.5. Unit Analisis dan Unit Observasi
3.5.1. Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang dihitung
sebagai subjek penelitian.40 Unit analisis merupakan keseluruhan satuan unit
yang akan diteliti, unit analisis dapat berupa individu, kelompok, organisasi
atau keluarga.41
Dalam penelitian ini unit analisis data yang digunakan oleh penulis
adalah individu, yaitu warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara yang
mengetahui permasalahan akan pembangunan taman rambutan menjadi
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA).
40
Suhasimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi 2010, (Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 2010), hlm. 187
41 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), hlm. 65
24
3.5.2. Unit Observasi
Unit observasi adalah “sumber informasi tepat kita mendapatkan
informasi”.42 Unit observasi merupakan unit sosial yang lebih besar dari
tingkatan unit analisis. Unit observasi atau satuan pengamatan adalah unit
tempat informasi diperolehnya tentang satuan unit analisis.43 Unit observasi
yaitu mengamati secara langsung objek yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini unit observasi ini adalah organisai lembaga, yaitu
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta.
3.6. Populasi dan Sampel
3.6.1. Populasi
Populasi adalah semua bagian atau anggota dari objek yang akan
diamati. Populasi bisa berupa orang, benda, objek, peristiwa, atau apapun
yang akan menjadi objek dari survei. Populasi ditentukan oleh topik dan
tujuan variabel.44
Populasi yang digunakan penulis dalam penelitian tentang proses
community relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI
Jakarta terkait protes warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta
Barat terhadap pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA)
pada tahun 2016 berjumlah 48 orang yang ikut dalam protes pembangunan
RPTRA dan di undang untuk sosialisasi dalam kantor kecamatan. Hal ini
42
Nanang Martono, Op.Cit, hlm. 66 43
W. Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Grasindo, 2010), hlm 77 44
Rachmat Kriyantono, Op.cit, hlm. 326
25
berdasarkan wawancara dengan ketua RW.45 Hasil ini didapatkan
berdasarkan jumlah warga yang ikut melakukan protes terhadap
pembangunan RPTRA pada tahun 2016.
3.6.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Karena itu,
sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan
populasi itu sendiri.46
Pengambilan jumlah sampel dari populasi memiliki aturan atau ada
tekniknya, dengan menggunakan teknik yang benar, sampel diharapkan
dapat mewakilkan populasi, sehingga kesimpulan untuk sampel
digeneralisasikan menjadi kesimpulan populasi. Teknik yang digunakan
adalah teknik sensus.47
Dalam penelitian proses community relations Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta terkait protes warga RW 04 Kelurahan
Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat terhadap pembangunan Ruang Publik
Terpadu Ramah Anak (RPTRA) pada tahun 2016 sampel yang diambil
berjumlah 48 orang yang ikut dalam protes pembangunan RPTRA dan di
undang untuk sosialisasi dalam kantor kecamatan.
45 Hasil Wawancara dengan ketua RW 04 Bapak Suzanto, 20 April 2017, pukul 16.00 WIB 46
Bambang Prasetyo & Lina Miftahul Jannah, Op. Cit, hlm. 119 47
Etta Mamang Sangadji, Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam Penelitian, Yogyakarta: Refika Aditama, 2010, hlm. 26
26
3.7. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel atau teknik sampling merupakan prosedur
yang mungkin periset memperkirakan sampai berapa besar selisihnya antara
ciri - ciri dalam sampel dengan ciri-ciri dalam populasi.48
Teknik sampling yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
sensus. Teknik sensus adalah sebuah riset survei, dimana peneliti
mengambil seluruh anggota populasi sebagai respondennya. Dengan
demikian, sensus menggunakan total sampling artinya jumlah total populasi
yang diteliti.49
Pada penelitian yang penulis lakukan mengenai proses community
relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta terkait
protes warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat terhadap
pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) pada tahun
2016. Penulis menggunakan teknik penarikan sampel sensus.
3.8. Teknik Pengumpulan Data
Rachmat Kriyantono mendifinisikan instrumen pengumpulan data atau
disebut saja sebagai instrumen riset adalah alat bantu yang dipilih dan
48
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kencana:Jakarta, 2010, hlm.154 49
Rosady Ruslan, Metode Penelitian PR dan Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta 2003, hlm. 157
27
digunakan oleh periset dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan itu
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.50
Instrumen penelitian proses community relations Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta. yang penulis kumpulkan bertujuan
agar penelitian ini berjalan dengan sistematis. Instrumen pengumpulan data
dalam penelitian menggunakan teknik pengumpulan data primer dan
sekunder yang akan dijelaskan di bawah ini.
3.8.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama
atau tangan pertama di lapangan. Sumber data ini bisa responden atau
subjek riset, dari hasil pengisian kuesioner, wawancara, observasi.51 Tujuan
penyebaran kuesioner dalam penelitian ini adalah mencari informasi yang
lengkap mengenai proses community relations Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta dari responden yaitu warga RW 04
Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat.
Cara pengisian kuesioner terdiri dari beberapa jenis, yaitu self-
administered questionnaire, email-administered, face to face interview, dan
telephone interview.52 Penelitian ini menggunakan cara self-administered
questionnaire dalam pengisian kuesioner. Penulis memilih cara self-
50
Ibid., hlm. 96. 51
Ibid, hlm. 41-42. 52
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 152.
28
administered questionnaire karena penulis meminta responden untuk
menjawab sendiri kuesioner yang telah disebarkan.
Jenis kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket tertutup. Angket tertutup menurut Rachmat Kriyantono adalah
suatu angket dimana responden telah diberikan alternatif jawaban oleh
periset. Responden tinggal memilih jawaban yang menurutnya sesuai dengan
realitas yang dialaminya, biasanya dengan memberikan tanda X atau √.53
Penelitian ini menggunakan jenis kuesioner tertutup dengan
memberikan alternatif jawaban dari yang sangat positif bernilai satu sampai
yang sangat negatif bernilai lima. Alternatif jawaban dalam penelitian ini
menggunakan skala interval yaitu 5 (sangat setuju), 4 (setuju), 3 (ragu-ragu),
2 (tidak setuju), 1 (sangat tidak setuju).
Skala interval adalah yaitu skala yang mempunyai rentang konstan
antara tingkat satu dengan yang aslinya, tetapi tidak mempunyai angka
mutlak 0.54 Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala interval dengan
bobot atau jarak atau interval yang konstan atau sama yaitu satu.
Dalam penelitian ini penulis menetapkan cara mengisi kuesioner yaitu
dengan memberikan tanda ceklis (√) untuk setiap pernyataan kuesioner
mengenai proses community relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta.
53
Rachmat Kriyantono, Op. Cit., 2010, hlm. 98. 54
Agus Irianto, Statistik Konsep Dasar & Aplikasinya, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm 19.
29
Penggunaan angket sebagai alat pengumpulan data tentunya telah
disertai pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sebagai instrumen ukur dalam
penelitian, angket harus memenuhi kriteria tertentu sehingga dapat
memberikan informasi yang terpercaya. Kriteria tersebut adalah angket harus
mempunyai validitas dan reliabilitas yang baik.55
3.8.2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder.56 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data
sekunder dari website yaitu dpgpjakarta.com dan website media online
nasional.kompas.com yang berjudul “warga tanjung duren utara protes
pembangunan RPTRA”. Selain itu penulis juga beberapa kali melakukan
wawancara langsung dengan narasumber yaitu dengan Bapak Suzanto
selaku ketua RW 04 Kelurahan Tanjung Duren, Jakarta Barat dan Bapak
Deni selaku Staf sub bagian umum Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta .
3.9. Validitas dan Reliabilitas
3.9.1. Validitas
Dalam riset kuantitatif, periset dituntut bersikap objektif dan
memisahkan diri dari anda. Artinya, periset tidak boleh membuat batasan
konsep maupun alat ukur data sekehendak hatinya sendiri. Semuanya harus
55
Muhammad Nisfiannoor, Pendekatan Statistik Modern untuk Ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), hlm. 211.
56 Rachmat Kriyantono, Op. Cit., 2010, hlm. 42.
30
objektif dengan diuji dahulu apakah batasan konsep dan alat ukurnya sudah
memenuhi prinsip reliabilitas dan validitas.57
Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana instrumen
(misalnya kuesioner) akan mengukur apa yang ingin diukur.58 Validitas
instrumen riset dapat digolongkan menjadi: validitas konstruksi, validitas
isi,validitas prediktif, validitas eksternal, dan validitas rupa59. Tipe validitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruksi, penulis
menggunakan validitas konstruksi karena sesuai untuk mengukur instrumen
penelitian (kuesioner). Menurut Kriyantono, validitas konstruksi mencakup
hubungan antara instrumen penelitian dengan kerangka teori untuk
meyakinkan bahwa pengukuran secara logis berkaitan dengan konsep-
konsep dalam kerangka teori.60
Tabel 3.1.
Kriteria Penafsiran Koefisien Validitas
Koefisien Validitas Tafsiran
0,8 - 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik)
0,6 - 0,8 Validitas tinggi (baik)
0,4 - 0,6 Validitas sedang
0,2 - 0,4 Validitas rendah (kurang)
0,0 - 0,2 Validitas sangat rendah
0,00 Tidak Valid
Sumber: Wahyu Agung 2010.61
57
Ibid, hlm. 56. 58
Ibid., hlm. 143. 59
Ibid., hlm. 149. 60
Ibid., hlm. 150. 61
Wahyu Agung, Panduan SPSS 16.0, Yogyakarta: Gerailmu, 2010, hlm. 95.
31
Pada tabel 3.1. di atas dapat dilihat bahwa untuk mengukur nilai
koefisien validitasnya, “di atas 0,8 berarti sangat tinggi (sangat baik)
sedangkan 0,2 berarti sangat terendah”.62 Dalam proses menentukan analisis
faktor, hal pertama yang dilakukuan adalah menentukan permasalahan yang
terdiri dari beberapa tahap. Pertama, tujuan dari analisis faktor harus
diidentifikasi. Sangat penting bahwa variable dapat diukur dalam skala
interval atau rasio. Nilai tertinggi (dari 0.5 dan 1.0) mendadakan bahwa
analisis faktor sudah sesuai, nilai dibawah 0.5 menyatakan bahwa analisis
factor tidak sesuai.63
3.9.1.1. Hasil Uji Validitas
Tabel 3.2.
Hasil Uji Validitas Proses Community Relations Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta terkait Protes Warga RW 04
Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat Mengenai Pembangunan
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Nasionalkompas.com
pada tanggal 19 januari 2017
N = 48
KMO and Bartlett's Test
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .809
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 1975.100
Df 496
Sig. .000
62
Ibid., hlm. 230. 63
Naresh K Maihotra. Marketing Research: Six Edition, New Jersey: Pearson Education, 2010, hlm. 607
32
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS 16.0 validitas dari variabel
Proses Community Relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP)
DKI Jakarta dapat dilihat bahwa 62 pernyataan yang diajukan penulis kepada
48 responden mempunyai nilai KMO – MSA (Kaiser Mayer Olkin – Measure
of Sampling) di atas 0.8 yaitu sebesar 0.809 sehingga dapat dinyatakan valid.
Disamping itu dari Barlett’s Test of Sphericity menunjukkan nilai
signifikan 0.000 – 0.005 bahwa instrumen ini telah memenuhi syarat valid
maka dapat dikatakan data dalam penelitian mengenai Proses Community
Relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta terkait
Protes Warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat
Mengenai Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di
Nasionalkompas.com pada tanggal 19 januari 2017 dapat dinyatakan valid.
3.9.2. Reliabilitas
Reliabilitas memiliki tiga dimensi, yaitu stabilitas (stability), konsisten
internal (internal consistency), dan kesamaan (equivalency).64 Reliabilitas
instrumen adalah hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Reliabilitas
instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan
pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan
64
Ibid, hlm. 146.
33
menggunakan metode Alpha Cronbach’s diukur berdasarkan skala Alpha
Cronbach’s 0 sampai 1.65
Berikut adalah klasifikasi yang digunakan:
Tabel 3.3.
Klasifikasi Reliabilitas
Reliabilitas (r) Kriteria
0,8 – 1,00 Sangat Tinggi
0,6 – 0,79 Tinggi
0,4 – 0,59 Sedang
0,2 – 0,39 Rendah
< 0,2 Sangat Rendah
Sumber: Suharsimi Arikunto, 2007.66
Pada Tabel 3.2. di atas standar untuk mengukur nilai koefisien
reliabilitasnya diatas 0,8 berarti memiliki nilai sangat tinggi dan kurang dari
0,2 berarti sangat rendah.67
Coefficient alpha atau Chronbach’s alpha merupakan rata-rata hasil
pembagian dan berbagai macam cara untuk membagi jarak nilai skala. Hal
penting mengenai Chronbach’s Alpha adalah nilai yang terkandung akan
meningkat dengan meningkatnya nomer pada skala.68 Pengukuran level
interval membiarkan kita untuk menspesifikasikan jumlah jarak antar
kategorinya.69
65
Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS untuk Pemula, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 91.
66 Suharsimi Arikunto. Op. cit. hlm. 245
67 Ibid., hal 245.
68 Naresh K Malhotra, Op.Cit, hlm. 287
69W. Laurence Neuman, Social Research Methods: Seventh Edition, Boston: Person Education,2011,hlm. 219
34
3.9.2.1. Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 3.4.
Case Processing Summary Proses Community Relations Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta terkait Protes
Warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat Mengenai
Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di
Nasionalkompas.com pada tanggal 19 januari 2017
N = 48
N %
Cases Valid 48 100.0
Excludeda 0 .0
Total 48 100.0
Tabel 3.5.
Reliabilty Statistics Case Processing Summary Proses Community Relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta terkait Protes Warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat Mengenai Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak
(RPTRA) di Nasionalkompas.com pada tanggal 19 januari 2017
N = 48
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items
.755 .755 62
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS 16.0, reliabilitas dari variabel
tujuan publikasi Humas dapat dilihat bahwa 62 pernyataan yang diajukan
penulis kepada 48 responden mempunyai nilai Cronchbach’s Alpha di atas
35
0.8 yaitu sebesar 0.755 dan Cronchbach’s Alpha Based on Standarized Items
sebesar 0.755 maka dapat dikatakan data dalam penelitian mengenai Proses
Community Relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI
Jakarta terkait Protes Warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta
Barat Mengenai Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak
(RPTRA) di Nasionalkompas.com pada tanggal 19 januari 2017 dapat
dinyatakan reliabel.
3.10. Teknik Analisis Data
Analisis univariat adalah analisis terhadap satu variabel. Jenis analisis
ini dilakukan untuk riset deskriptif, dan menggunakan statistik deskriptif.70
Penelitian ini memiliki satu variabel yaitu mengenai proses community
relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta.
Statistik deskriptif digunakan pada riset deskriptif, yang berupaya
menggambarkan gejala atau fenomena dari satu variabel yang diteliti tanpa
berupaya menjelaskan hubungan-hubungan yang ada.
Beberapa jenis teknik yang termasuk kategori statistik deskriptif yang
sering digunakan antara lain: Tabel (Distribusi) frekuensi, tendensi sentral,
dan standar deviasi.71 Penelitian ini berupaya menggambarkan gejala atau
fenomena dari proses community relations tanpa berupaya menjelaskan
70
Rachmat Kriyantono, Op. Cit., 2010, hlm. 168. 71
Ibid, hlm. 169.
36
hubungan-hubungan yang ada. Dalam penelitian ini, jenis teknik statistik
deskriptif yang digunakan adalah tendensi sentral.
Tendensi sentral merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk
melihat seberapa besar kecenderungan data pusat pada nilai tertentu. Nilai
tertentu tersebut berupa nilai tunggal atau nilai pusat karena pada umumnya
nilai tersebut berlokasi dibagian tengah atau pusat dari suatu distribusi.72
Tendensi sentral adalah ukuran statistik yang menyatakan bahwa satu
skor yang dapat mewakili keseluruhan distribusi skor atau penilaian yang
sedang diteliti.73 Tendensi sentral bertujuan untuk mendapatkan ciri khas
tertentu dalam bentuk sebuah nilai bilangan yang merupakan ciri khas dari
bilangan tersebut. Ada tiga bentuk tendensi sentral yang sering digunakan,
yaitu Mean (nilai rata-rata) merupakan nilai rata-rata dari total bilangan.74
Median adalah nilai tengah sebuah data, dan modus adalah jenis
tendensi sentral yang menunjukan frekuensi terbesar pada suatu kelompok
data nominal tertentu.75 Seperti yang terdapat pada tabel mengenai
hubungan antara analisis dan variabel berikut ini:
72
Bambang Praasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Op. Cit., hlm. 186. 73
Agus Irianto, Op. Cit., hlm. 25. 74
Rachmat Kriyantono. Op. Cit., 2010, hlm. 169 75
Rachmat Kriyantono, Op. Cit., 2010, hlm. 171.
37
Tabel 3.6.
Hubungan antara Analisis dan Variabel
Analisis Variabel
Nominal Ordinal Interval/Ratio
Distribusi Frekuensi
Kategorik Kategorik Numerik
Diagram statistic
Bar chart Bar chart,Histogram Poligon
Ukuran tendensi pusat
Modus Modus, median Mean
Dispersi IVK IVK Standard deviasi
Estimasi Proporsi Proporsi Mean
Sumber: W. Gulo, Metodologi penelitian.76
Pada penelitian ini penulis menggunakan tendensi sentral dan hanya
menggunakan mean dalam teknik analisis data proses community relations
Dinas Kebersihan DKI Jakarta.Mean (nilai rata-rata) merupakan nilai tengah
dari total bilangan. Mean dapat diperoleh dari rumus:77
∑ fX
N = ───
N
Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala interval dengan jarak
sama yaitu satu, 1 (sangat setuju), 2 (setuju), 3 (ragu-ragu), 4 (tidak setuju), 5
(sangat tidak setuju). Penulis menggunakan skala interval karena pilihan
jawaban pada kuesioner memiliki jarak yang sama yaitu satu.
76
W. Gulo,Op. Cit., hlm. 150 77
Rachmat Kriyantono. Op. Cit., 2010, hlm 169
Keterangan:
f = Frekuensi
X = Nilai pengukuran
N = Banyak pengamatan
38
3.11. Definisi Konsep
Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok, atau
individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.78
Dalam penelitian ini penulis memakai konsep manajemen humas dari
konsep tersebut dapat diturunkan menjadi variabel. Variabel adalah sesuatu
yang dijadikan objek penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah proses
PR dalam community relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta, dari variabel tersebut dapat diturunkan menjadi lima
dimensi yaitu, menetapkan sasaran yang memiliki lima dimensi yaitu
pengumpulan fakta, perumusan masalah, perencanaan dan pemrograman,
aksi dan komunikasi, evaluasi.
78
Rachmat Kriyantono, Op.Cit, hlm. 169
39
3.12. Operasionalisasi Konsep
Tabel 3.7.
Operasionalisasi Konsep
Proses Community Relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta
(Survey Deskriptif : Protes Warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren
Utara, Jakarta Barat Mengenai Pembangunan Ruang Publik Terpadu
Ramah Anak (RPTRA) di Nasionalkompas.com pada tanggal 19 Januari
2017)
Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala
Manajemen Public Relations (Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia)
Proses Community Relations (Dan lattimore, Otis Baskin, Suzette Elisabeth L. Toth, Public Relations Teori dan Praktek)
1.Menetapkan Sasaran
a. Melibatkan karyawan ketika merencanakan aktivitas community relations-nya b. Melibatkan karyawan ketika mengimplementasikan aktivitas community relations-nya c. Kebutuhan komunitas lokal sebagai tim duta perusahaan ke masyarakat d. Strategi rencana dengan tertulis untuk community relations e. Sasaran community relations yang spesifik
Skala Interval (1-5) 5= Sangat Setuju
4= Setuju 3= Ragu-ragu 2= Tidak Setuju 1= Sangat tidak setuju
40
Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala
Manajemen Public Relations
(Rhenald
Kasali,
Manajemen
Public
Relations
Konsep
dan
Aplikasinya
di
Indonesia)
Proses
Community
Relations
(Dan
lattimore,
Otis
Baskin,
Suzette
Elisabeth
L. Toth,
Public
Relations
Teori dan
Praktek)
2.Mengenali
Komunitas
a. Organisasi harus
mengenal
komunitasnya.
b. Menekankan
komunikasi dari
organisasi ke
komunitas.
c. Hubungan dekat
dengan pimpinan
komunitas
Skala Interval (1-5) 5= Sangat Setuju
4= Setuju 3= Ragu-ragu 2= Tidak Setuju 1=Sangat tidak setuju
41
Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala
Manajemen Public Relations (Rhenald
Kasali,
Manajemen
Public
Relations
Konsep
dan
Aplikasinya
di
Indonesia)
Proses
Community
Relations
(Dan
lattimore,
Otis
Baskin,
Suzette
Elisabeth
L. Toth,
Public
Relations
Teori dan
Praktek)
3. Petunjuk
untuk
Program
Community
Relations
yang Aktif
a. Pencapaian
sasaran
b. Strategi
alternatif harus
dieksplorasi
c. Dampak
program
community
relations
terhadap
organisasi dan
komunitas
d. Total biaya
dari kegiatan
nonprofit
e. Membutuhkan
pengetahuan dan
pemahaman
Skala Interval (1-5) 5= Sangat Setuju
4= Setuju 3= Ragu-ragu 2= Tidak Setuju 1=Sangat tidak setuju
42
Konsep Variabel Dimensi Indikator Skala
Manajemen Public Relations (Rhenald
Kasali,
Manajemen
Public
Relations
Konsep
dan
Aplikasinya
di
Indonesia)
Proses
Community
Relations
(Dan
lattimore,
Otis Baskin,
Suzette
Elisabeth L.
Toth, Public
Relations
Teori dan
Praktek)
4.Berkomuni
kasi dengan
Komunitas
a. Perusahaan
terbuka terhadap
taktik komunikasi
dengan
komunitas
b. Organisasi
lokal
c. Melakukan
komunikasi
informal
d. Memberikan
informasi umum
untuk publik
Skala Interval (1-5) 5= Sangat Setuju
4= Setuju 3= Ragu-ragu 2= Tidak Setuju 1= Sangat tidak setuju
5. Saluran
Komunikasi
a. Pertemuan
informal
b. Pembuatan
iklan di media
massa
c. Publikasi
Internal
d. Open house
43
3.13. Keterbatasan dan Kelemahan
1. Keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian ini terletak pada
teknik penarikan sampel. Penulis hanya meneliti responden yang
berdasarkan dengan kriteria yang sudah penulis tentukan, sehingga
tidak dapat digeneralisasikan dengan responden lainnya.
2. Kelemahan penulis dalam penelitian ini terdapat pada kurangnya
penjelasan dan minimnya informasi yang diberikan Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta pada proses pembangunan
RPTRA dilingkungan warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara,
Jakarta Barat dalam mengerjakan tugas akhir karya ilmiah.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI
Jakarta
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) Provinsi DKI Jakarta
merupakan gabungan dua (2) instansi antara Dinas Perumahan dengan
Kantor Tata Bangunan Gedung (KTBG) yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 139 Tahun 2009 tanggal 24
Agustus 2009. Secara historis, pada awalnya Kantor Urusan Perumahan
menjadi cikal bakal pembentukan Dinas Perumahan. Pada tahun 1982
kedudukan Dinas Perumahan diakui sebagai salah satu unsur pelaksana
daerah di bidang perumahan serta urusan lain sesuai dengan Peraturan
Daerah No 10 tahun 1982. Berkaitan dengan kondisi wilayah di DKI Jakarta
yang masih ditemui banyak area-area yang ditempati oleh warga pendatang
di lahan yang bukan miliknya seperti bantaran kali, pinggir rel Kereta Api
maupun di bawah Jaringan Listrik Tegangan Tinggi. Hal ini yang
menimbulkan daerah-daerah kumuh baru.
Sejak lama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah memilki instansi
yang menangani daerah kumuh yang sudah dimulai sejak tahun 1963.
Program ini dikenal dulunya dengan Kampoong Improvement Program
(Program Perbaikan Kampung) atau Proyek Muhamad Husni Thamrin (MHT)
45
yang ditangani oleh Badan Pelaksana Pembangunan Proyek Muhamad
Husni Thamrin (Bappem MHT). Dikarenakan fungsi dari badan ini memiliki
kesamaan dengan Dinas Perumahan maka dileburlah dua instansi ini
berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 1147 Tahun 1993. Sehingga tugas
dan tanggung jawab Dinas Perumahan menjadi semakin luas dalam
melaksanakan penanganan pembangunan perumahan dan permukiman di
wilayah DKI Jakarta.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda Provinsi DKI Jakarta
merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di sektor perumahan dan
bangunan gedung yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Sebagai sebuah SKPD yang memiliki tugas
pokok yang sangat strategis dalam rangka menyelenggarakan perumahan,
pemukiman dan pembinaan teknis gedung pemerintah daerah, maka sudah
sepatutnya SKPD ini dikelola dengan sangat baik karena kontribusinya
sangat signifikan dalam rangka pencapaian visi Provinsi DKI Jakarta.
Berdasarkan tugas pokok yang diamatkan dan operasionalisasi dari
visi Dinas Perumahan dan Gedung Pemda maka dirumuskan serangkaian
langkah-langkah yang sistematis dan komprehensif dengan
mempertimbangkan bidang dan unit pelaksana kegiatan. Oleh karena itu misi
pertama hingga kedelapan menggambarkan perwujudan pelaksanaan bidang
masing-masing dalam dalam menyelenggarakan perumahan, pemukiman
46
dan pembinaan teknis gedung pemda sehingga tujuan pembangunan
sebagaimana tertuang dalam RPJMD DKI Jakarta Tahun 2013-2017 dapat
tercapai.79
4.1.2. Visi:
Visi Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta adalah
Terwujudnya Perumahan, Permukiman dan Bangunan Gedung yang andal,
legal dan berwawasan lingkungan.
4.1.3. Misi:
1. Menyelenggarakan perencanaan teknis perumahan, Pemukiman, dan
Gedung Pemda dan lingkungan perumahan yang akurat dan realistis.
2. Menyelenggarakan pembangunan perumahan dan Pemukiman,
perawatan rumah susun dan pengadaan lahan yang layak, aman,
terjangkau dan berwawasan lingkungan.
3. Menyelenggarakan pembinaan teknis dalam perancangan arsitektur,
perancangan konstruksi dan anggaran serta perancangan mekanikal
dan elektrikal dalam mewujudkan pembangunan gedung pemda yang
aman, handal, dan berwawasan lingkungan.
4. Menyelenggarakan pembinaan teknis perawatan pembangunan
gedung pemerintah daerah efektif dan efisien sesuai ketentuan.
79
http://dpgpjakarta.com/index.php/profil/sejarah, Diakses pada tanggal 30 Mei 2017 pukul 19.00 WIB
47
5. Menyelenggarakan perizinan dan pembinaan penghunian, penertiban
dan penyelesaian sengketa serta penyuluhan dan peran serta
masyarakat.
6. Menyelenggarakan Pengelolaan rumah susun yang efektif dan efisien.
7. Menyelenggarakan perencanaan penataan lingkungan perumahan dan
pemukiman, melaksanakan dan mengawasi, mengendalikan
pembangunan perumahan dan pelayanan atas penghunian
perumahan, melaksanakan perencanaan, pengawasan, bimbingan
teknis pengawasan pembangunan/ perawatan bangunan gedung
pemerintah daerah di wilayah Kota Administrasi dan Kabupaten
Administratif.
8. Menyelenggarakan Tugas Adminstrasi yang efektif dan efisien.
4.2. Objek Kajian
Pada tahun 2016 Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI
Jakarta melakukan pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak
(RPTRA) di daerah Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat. RPTRA adalah
singkatan dari Ruang Publik Terpadu Ramah Anak, yang kini sepertinya
perlahan hilang dari lingkungan kita. RPTRA ini perannya sangat lah penting,
selain memberikan ruang terbuka untuk publik, RPTRA juga sekaligus
menjadi wahana permainan dan tumbuh kembang anak, yang menjadi
sarana kemitraan antara Pemda dan masyarakat dalam memenuhi hak anak
48
serta menjadi sarana kegiatan sosial warga termasuk pengembangan
pengetahuan dan keterampilan Kader PKK.
Tanjung Duren Utara sendiri sudah memiliki taman yang dibuat oleh
warga RW 04 dinamakan Taman Rambutan. Taman Rambutan ini sendiri
telah dibangun dari tahun 1976 dan sebelum terjadinya taman, lahan tersebut
adalah rawa yang diuruk oleh warga untuk pembangunan taman sampai
pada tahun 2008 terbangunnya taman rambutan. Taman ini dibangun untuk
sarana publik sebagai pelayanan masyarakat seperti adanya posyandu,
fasilitas bermain anak, pendidikan usia dini (PAUD) dan aula untuk
pertemuan warga, sehingga taman ini digunakan oleh petugas kelurahan
untuk pelayanan masyarakat warga Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Namun dalam pelaksanaannya warga Tanjung Duren Utara,
khususnya warga RW 04, merasa keberatan atas pembangunan Ruang
Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Sebab, menurut warga,
pembangunan RPTRA tersebut telah membongkar sarana publik yang
dibangun atas dasar swadaya masyarakat. Bertahun-tahun warga menikmati
ruang publik tersebut. Hingga pada pertengahan 2016, warga dikejutkan
dengan rencana pemerintah daerah (Pemda) untuk membangun RPTRA di
lahan tersebut. Ia dan warga, waktu itu diundang ke kantor kecamatan oleh
suku dinas perumahan.
49
4.3. Hasil Penilitian
4.3.1. Dimensi : Menetapkan Sasaran
4.3.1.1. Indikator : Melibatkan karyawan dalam merencanakan aktivitas
community relations-nya
Tabel 4.1.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta
berpartisipasi kepada warga untuk berdiskusi mengenai pembangunan
RPTRA
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 13 27.1% 4 = (Setuju) 21 43.8% 3.88
3 = (Ragu-Ragu) 10 20.8%
2 = (Tidak Setuju) 3 6.3% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 1 2.1% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.1. dengan pernyataan Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta berpartisipasi kepada warga untuk
berdiskusi mengenai pembangunan RPTRA diperoleh nilai rata-rata atau
mean = 3,88 yang artinya rata-rata responden menjawab setuju.
Hal ini menunjukkan bahwa sesuai dengan indikator melibatkan
karyawan yaitu dimana lembaga harus melibatkan karyawannya ketika
merencanakan aktivitas community relations-nya. Dalam hal ini Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta melibatkan karyawannya ketika
berdiskusi mengenai pembangunan RPTRA.
50
Tabel 4.2.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta berkomitmen
mengganti anggaran taman rambutan menjadi RPTRA untuk warga
N= 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 0 0.0% 4 = (Setuju) 3 6.3% 1.90
3 = (Ragu-Ragu) 5 10.4%
2 = (Tidak Setuju) 22 45.8% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 18 37.5% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.2. dengan pernyataan Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta berkomitmen mengganti anggaran
taman rambutan menjadi RPTRA untuk warga diperoleh nilai rata-rata atau
mean = 1,90 yang artinya rata-rata responden menjawab tidak setuju. Hal ini
menunjukkan bahwa Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI
Jakarta tidak berkomitmen mengganti anggaran taman rambutan menjadi
RPTRA.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator melibatkan karyawan yaitu
dimana lembaga harus melibatkan karyawannya ketika merencanakan
aktivitas community relations-nya. Ketika merencanakan aktivitas community
relations-nya Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta melakukan
penggantian berupa sembako tetapi tidak mengganti anggaran taman
rambutan menjadi RPTRA.
51
Tabel 4.3.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membuat tim
untuk kepentingan masyarakat mengenai pembangunan RPTRA
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 20 41.7% 4 = (Setuju) 22 45.8% 4.29
3 = (Ragu-Ragu) 6 12.5% 2 = (Tidak Setuju) 0 0.0%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.3. dengan pernyataan Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membuat tim untuk kepentingan
masyarakat mengenai pembangunan RPTRA diperoleh nilai rata-rata atau
mean = 4,29 yang menunjukkan rata-rata responden menjawab setuju.
Responden menyetujuinya karena masyarakat membutuhkan untuk
kepentingan dalam melakukan pembangunan RPTRA.
Hal ini didapat dari indikator merencanakan aktivitas community
relations dan hasil dari pernyataan tersebut adalah setuju yang berarti
sebagian responden mengetahui jika Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
DKI Jakarta melakukan pelayanan untuk kepentingan masyarakat dalam
pembanguna RPTRA.
52
4.3.1.2. Indikator: Melibatkan karyawan dalam mengimplementasikan
aktivitas community relations-nya
Tabel 4.4.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta turun
langsung memberikan penjelasan mengenai RPTRA
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 20 41.7% 4 = (Setuju) 12 25.0% 3.90
3 = (Ragu-Ragu) 10 20.8%
2 = (Tidak Setuju) 3 6.3% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 3 6.3% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.4. dengan pernyataan Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta turun langsung memberikan
penjelasan mengenai RPTRA tersebut diperoleh nilai rata-rata atau mean =
3,90 yang menunjukkan rata-rata responden menjawab sangat setuju.
Hal ini sesuai dengan indikator melibatkan karyawan yaitu dimana
lembaga harus melibatkan karyawannya ketika merencanakan dan
mengimplementasikan aktivitas community relations-nya. Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda DKI Jakarta memberikan penjelasan kepada publik
tentang pembanguna RPTRA jika ada publik yang bertanya mengenai
pembangunan RPTRA.
53
Tabel 4.5.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan
fasilitas berupa alat kebersihan di lokasi RPTRA
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 13 27.1% 4 = (Setuju) 15 31.3% 3.85
3 = (Ragu-Ragu) 20 41.7%
2 = (Tidak Setuju) 0 0.0% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.5. dengan pernyataan Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan fasilitas berupa alat
kebersihan di lokasi RPTRA diperoleh nilai rata-rata atau mean = 3,85 yang
menunjukkan rata-rata responden menjawab setuju bahwa Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda DKI Jakarta telah memberikan fasilitas berupa alat
kebersihan agar lokasi RPTRA tetap terjaga kebersihannya.
Hal ini sesuai dari indikator mengimplementasikan aktivitas community
relations yang berarti sebagian responden menilai bahwa Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda DKI Jakarta telah memberikan fasilitas berupa alat
kebersihan di lokasi RPTRA.
54
Tabel 4.6.
Warga sekitar merasakan manfaat kegiatan comunity relations Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 31 64.6% 4 = (Setuju) 10 20.8% 4.50
3 = (Ragu-Ragu) 7 14.6%
2 = (Tidak Setuju) 0 0.0% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.6. dengan pernyataan Warga sekitar
merasakan manfaat kegiatan comunity relations Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta diperoleh nilai rata-rata atau mean =
4,50 yang menunjukkan bahwa rata-rata responden sangat setuju dengan
pernyataan tersebut. Masyarakat rata-rata sangat setuju bahwa Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta kegiatan community relations
dalam pembangunan RPTRA ini bermanfaat bagi warga.
Hal ini sesuai dengan indikator melibatkan karyawan yaitu dimana
lembaga harus melibatkan karyawannya ketika mengimplementasikan
aktivitas community relations-nya sehingga warga merasakan manfaat untuk
menjalin hubungan baik antara warga RW 04 kelurahan Tanjung Duren Utara
dengan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta mengenai
pembangunan RPTRA.
55
4.3.1.3. Indikator: Kebutuhan komunitas lokal sebagai tim duta
perusahaan ke masyarakat
Tabel 4.7.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta menyediakan
fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sesuai kemauan warga
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 28 58.3% 4 = (Setuju) 15 31.3% 4.48
3 = (Ragu-Ragu) 5 10.4% 2 = (Tidak Setuju) 0 0.0%
1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.7. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta menyediakan fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) sesuai kemauan warga diperoleh nilai rata-rata atau mean = 4,48
yang menunjukkan bahwa rata-rata responden sangat setuju.
Hal ini sesuai dengan indikator kebutuhan komunitas lokal yaitu
dimana lembaga harus mengetahui kebutuhan komunitas lokal dan kriteria ini
paling penting dalam menentukan apa yang perlu diberi dukungan, bahwa
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta menyediakan
fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sesuai kemauan warga untuk
kepentingan bersama.
56
Tabel 4.8.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membuat tim
khusus untuk melayani kebutuhan masyarakat
N = 48
Pernyataan Frekuensi Peresentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 19 39.6% 4 = (Setuju) 12 25.0% 3.92
3 = (Ragu-Ragu) 12 25.0%
2 = (Tidak Setuju) 4 8.3% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 1 2.1% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.8. dengan pernyataan Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membuat tim khusus untuk
melayani kebutuhan masyarakat, diperoleh nilai rata-rata atau mean = 3,92
yang menunjukkan rata-rata responden setuju bahwa Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda DKI Jakarta membuat tim khusus yang bertujuan untuk
melayani kebutuhan warga seperti memberikan fasilitas yang diinginkan
warga.
Hal ini sesuai dengan indikator kebutuhan komunitas lokal yaitu
dimana lembaga harus mengetahui kebutuhan komunitas lokal dan kriteria ini
paling penting dalam menentukan apa yang perlu diberi dukungan yang telah
dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta
memberikan pelayanan kebutuhan warga seperti fasilitas yang diinginkan
warga di lokasi RPTRA.
57
Tabel 4.9.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu
memberi bantuan dana pada kebutuhan warga sekitar
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 15 31.3% 4 = (Setuju) 26 54.2% 4.08
3 = (Ragu-Ragu) 3 6.3%
2 = (Tidak Setuju) 4 8.3% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.9. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta selalu memberi bantuan dana pada kebutuhan warga
sekitar diperoleh nilai rata-rata atau mean = 4,08 yang menunjukkan rata-rata
responden setuju. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta telah
memberi bantuan dana pada kebutuhan warga sekitar pembangunan RPTRA
seperti sembako yang diberikan DPGP oleh warga.
Hal ini sesuai dengan indikator kebutuhan komunitas lokal yaitu
dimana lembaga harus mengetahui kebutuhan komunitas lokal dan kriteria ini
paling penting dalam menentukan apa yang perlu diberi dukungan, seperti
yang dilakukan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta telah
memberi bantuan sembako sebagai penggantian dana untuk memberi
dukungan dalam pembangunan RPTRA.
58
4.3.1.4. Indikator : Strategi Rencana Tertulis untuk Community
Relations
Tabel 4.10.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta menjelaskan
kewajiban instansi pemerintah kepada komunitasnya
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 21 43.8% 4 = (Setuju) 13 27.1% 4.04
3 = (Ragu-Ragu) 9 18.8%
2 = (Tidak Setuju) 5 10.4% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.10. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta menjelaskan kewajiban instansi pemerintah kepada
komunitasnya diperoleh nilai rata-rata atau mean = 4,04 yang menunjukkan
rata-rata responden setuju sebab Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI
Jakarta telah memberi penjelasan tentang kewajiban instansinya pada saat
sosialisasi bersama warga.
Hal ini sesuai dengan indikator strategi rencana dengan tertulis untuk
community relations yaitu dimana lembaga perlu memiliki strategi rencana
dengan tertulis untuk community relations seperti Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda DKI jakarta mejelaskan kewajiban instansi saat sosialisai
mengenai pembanguna RPTRA kepada warga RW 04 Kelurahan Tanjung
Duren Utara, Jakarta Barat.
59
Tabel 4.11.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan
bantuan dana dalam membangun hubungan baik kepada warga sekitar
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 18 37.5% 4 = (Setuju) 26 54.2% 4.29
3 = (Ragu-Ragu) 4 8.3%
2 = (Tidak Setuju) 0 0.0% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.11. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta memberikan bantuan dana dalam membangun
hubungan baik kepada warga sekitar diperoleh nilai rata-rata atau mean =
4,29 yang menunjukkan rata-rata responden sangat setuju sebab Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta telah memberikan bantuan yang
bertujuan membina hubungan baik kepada warga.
Hal ini sesuai dengan indikator strategi rencana dengan tertulis untuk
community relations yaitu dimana lembaga perlu memiliki strategi rencana
dengan tertulis untuk community relations Dinas Perumahan dan Gedung
Pemda DKI Jakarta telah memberikan bantuan yang bertujuan membina
hubungan baik kepada warga.
60
Tabel 4.12.
Strategi yang dimiliki Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI
Jakarta dapat diterima oleh warga sekitar
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 13 27.1% 4 = (Setuju) 28 58.3% 4.04
3 = (Ragu-Ragu) 3 6.3%
2 = (Tidak Setuju) 4 8.3% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.12. Strategi yang dimiliki Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta dapat diterima oleh warga sekitar
diperoleh nilai rata-rata atau mean = 4,04 yang menunjukkan rata-rata
responden setuju karena strategi yang dilakukan Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda DKI Jakarta seperti melakukan dan memberikan kemauan
warga dalam pembangunan RPTRA.
Hal ini sesuai dengan indikator strategi rencana dengan tertulis untuk
community relations yaitu dimana lembaga perlu memiliki strategi rencana
dengan tertulis untuk community relations Dinas Perumahan dan Gedung
Pemda DKI Jakarta memiliki strategi seperti memberikan keinginan warga
mengenai pembangunan RPTRA agar dapat diterima oleh warga RW 04
kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat.
61
4.3.1.5. Indikator : Sasaran community relations yang spesifik
Tabel 4.13.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta peduli
kepada warga sekitar terkait masalah
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 32 66.7% 4 = (Setuju) 14 29.2% 4.63
3 = (Ragu-Ragu) 2 4.2%
2 = (Tidak Setuju) 0 0.0% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.13. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta peduli kepada warga sekitar terkait masalah diperoleh
nilai rata-rata atau mean = 4,63 yang menunjukkan rata-rata responden
sangat setuju karena Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta
peduli kepada warga dengan cara memfasilitasi warga dengan kemauan
warga yg diingan seperi membangun PAUD di lokasi RPTRA.
Hal ini sesuai dengan indikator sasaran community relations yaitu
dimana sasaran community relations lembaga harus yang spesifik
diterangkan dengan seksama sehingga Dinas Perumahan dan Gedung
Pemda DKI Jakarta peduli kepada warga dengan cara memfasilitasi warga
dengan kemauan warga yg diingan seperi membangun PAUD di lokasi
RPTRA.
62
Tabel 4.14.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) menjadi penghubung
antara warga sekitar dengan Pemda
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 27 56.3% 4 = (Setuju) 12 25.0% 4.38
3 = (Ragu-Ragu) 9 18.8%
2 = (Tidak Setuju) 0 0.0% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.14. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) menjadi penghubung antara warga sekitar dengan Pemda diperoleh
nilai rata-rata atau mean = 4,38 yang menunjukkan rata-rata responden
sangat setuju.
Hal ini sesuai dengan indikator sasaran community relations yaitu
dimana sasaran community relations lembaga harus yang spesifik
diterangkan dengan seksama sebab Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
DKI Jakarta melakukan sosialisasi terhadap warga sehingga menjadi
penghubung antara warga dengan Pemda.
63
4.3.2. Dimensi : Mengenali Komunitas
4.3.2.1. Indikator : Organisasi harus mengenal komunitasnya
Tabel 4.15.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memahami
harapan dari warga sekitar terkait masalah pembangunan RPTRA
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 11 22.9% 4 = (Setuju) 14 29.2% 3.67
3 = (Ragu-Ragu) 19 39.6%
2 = (Tidak Setuju) 4 8.3% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.15. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta memahami harapan dari warga sekitar terkait masalah
pembangunan RPTRA diperoleh nilai rata-rata atau mean = 3,67 yang
menunjukkan rata-rata responden setuju. warga telah menerima fasilitas yang
diharapkan oleh warga terkait pembangunan RPTRA.
Hal ini sesuai dengan indikator organisai harus mengenal
komunitasnya dimana untuk membangun komunitas, harus berpartisipasi
dalam komunitas terserbut, jadi Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI
Jakart berupaya untuk membangun komunitas dengan memfalisitasi warga
terkait pembangunan RPTRA.
64
Tabel 4.16.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta mengetahui
kebutuhan warga sekitar terkait masalah pembangunan RPTRA
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 16 33.3% 4 = (Setuju) 16 33.3% 4.00
3 = (Ragu-Ragu) 16 33.3%
2 = (Tidak Setuju) 0 0.0% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.16. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta mengetahui kebutuhan warga sekitar terkait masalah
pembangunan RPTRA diperoleh nilai rata-rata atau mean = 4,00 yang
menunjukkan rata-rata responden setuju karena warga telah menerima
kebutuhan warga seperti bantuan dana yang menjadi masalah terkait
pembangunan RPTRA.
Hal ini sesuai dengan indikator organisasi harus mengenal
komunitasnya dimana untuk membangun komunitas, harus berpartisipasi
dalam komunitas terserbut sehingga Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
DKI Jakarta memberikan bantuan seperti kebutuhan warga yang menjadi
maslah pembangunan RPTRA.
65
Tabel 4.17.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta mengetahui
keadaan warga sekitar terkait pembangunan RPTRA
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 15 31.3% 4 = (Setuju) 10 20.8% 3.65
3 = (Ragu-Ragu) 17 35.4%
2 = (Tidak Setuju) 3 6.3% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 3 6.3% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.17. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta mengetahui keadaan warga sekitar terkait
pembangunan RPTRA diperoleh nilai rata-rata atau mean = 3,65 yang
menunjukkan rata-rata responden setuju karena Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda DKI Jakarta telah turun langsung dan bersosialisai kepada
warga untuk mengetahui keadaan warga sekitar terkait pembangunan
RPTRA.
Hal ini sesuai dengan indikator organisai harus mengenal
komunitasnya dimana untuk membangun komunitas, harus berpartisipasi
dalam komunitas terserbut dan berkaitan kepada Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda DKI Jakarta bahwa telah bersosialisasi kepada warga
sehingga mengetahui keadaan dan apa yang dibutuhkan warga terkait
pembangunan RPTRA.
66
4.3.2.2. Indikator : Menekankan komunikasi dari organisasi ke
komunitas
Tabel 4.18.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu
berpartisipasi dalam menyampaikan informasi pada komunitas
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 13 27.1% 4 = (Setuju) 24 50.0% 3.96
3 = (Ragu-Ragu) 8 16.7%
2 = (Tidak Setuju) 2 4.2% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 1 2.1% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.18. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta selalu berpartisipasi dalam menyampaikan informasi
pada komunitas diperoleh nilai rata-rata atau mean = 3,96 yang menunjukkan
rata-rata responden setuju karena warga menerima informasi dari Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta mengenai pembangunan
RPTRA.
Hal ini sesuai dengan indikator menekankan komunikasi dari
organisasi ke komunitas yaitu lembaga harus berkomunikasi dengan
komunitas, seperti yang dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Gedung
Pemda DKI Jakarta menginformasikan kepada warga mengenai
pembangunan RPTRA secara tebuka.
67
Tabel 4.19.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu
berpartisipasi dalam kegiatan komunitas
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 13 27.1% 4 = (Setuju) 23 47.9% 3.98
3 = (Ragu-Ragu) 10 20.8%
2 = (Tidak Setuju) 2 4.2% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.19. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta selalu berpartisipasi dalam kegiatan komunitas diperoleh
nilai rata-rata atau mean = 3,98 yang menunjukkan rata-rata responden
setuju karena Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta selalu
berpartisipasi dalam menyelenggarakan kegiatan yang dilakukan oleh warga
seperti lomba futsal di lokasi RPTRA tersebut.
Hal ini sesuai dengan indikator menekankan komunikasi dari
organisasi ke komunitas yaitu lembaga harus berkomunikasi dengan
komunitas, dan disini berkaitan karena tidak hanya berkomunikasi tapi Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan kegiatan yang dilakukan oleh warga seperti menjadi
sponsor dalam kegiatan tersebut.
68
Tabel 4.20.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu
berkomunikasi dalam menangani masalah pembangunan RPTRA
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 14 29.2% 4 = (Setuju) 17 35.4% 3.90
3 = (Ragu-Ragu) 15 31.3%
2 = (Tidak Setuju) 2 4.2% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.20. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta selalu berkomunikasi dalam menangani masalah
pembangunan RPTRA diperoleh nilai rata-rata atau mean = 3,90 yang
menunjukkan rata-rata responden setuju karena warga selalu merasakan
berkomunikasi terhadap Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta
mengenai pembangunan RPTRA.
Hal ini sesuai dengan indikator menekankan komunikasi dari
organisasi ke komunitas yaitu lembaga harus berkomunikasi dengan
komunitas sebab Dinas Perumahan dan gedung Pemda DKI Jakarta
melakukan komunikasi kepada warga untuk menangani masalah
pembangunan RPTRA.
69
4.3.2.3. Indikator : Hubungan dekat dengan pimpinan komunitas
Tabel 4.21.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memliki
hubungan dekat dengan ketua RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara,
Jakarta Barat
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju) 0 0.0% 4 = (Setuju) 1 2.1% 1.91
3 = (Ragu-Ragu) 9 18.8%
2 = (Tidak Setuju) 23 47.9% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 15 31.3% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.21. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta memliki hubungan dekat dengan ketua RW 04
Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat diperoleh nilai rata-rata atau
mean = 1,91 yang menunjukkan rata-rata responden tidak setuju karena
ketua RW 04 Tanjung Duren Utara tidak merasa dekat dengan Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator hubungan dekat dengan pimpinan
komunitas yaitu lembaga harus memiliki hubungan dekat dengan pimpinan
komunitas karena ketua RW 04 kelurahan Tanjung Duren Utara tidak merasa
dekat dengan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta sehingga
tidak adanya kedekatan dengan pimpinan komunitas.
70
Tabel 4.22.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta mengetahui
organisasi yang ada didalam lingkungan warga sekitar
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 0 0.0% 4 = (Setuju) 1 2.1% 1.91
3 = (Ragu-Ragu) 11 22.9%
2 = (Tidak Setuju) 19 39.6% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 17 35.4% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.22. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta mengetahui organisasi yang ada didalam lingkungan
warga sekitar diperoleh nilai rata-rata atau mean = 1,91 yang menunjukkan
rata-rata responden tidak setuju, bahwa warga merasa Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda DKI Jakarta tidak mengetahui organisasi yang ada didalam
lingkungan warga.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator hubungan dekat dengan pimpinan
komunitas yaitu lembaga harus memiliki hubungan dekat dengan pimpinan
komunitas sebab Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta kurang
mengetahui organisasi yang ada dilingkungan warga seperti karang taruna
yang ada dialan RW 04 kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat.
71
Tabel 4.23.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta ikut
berpartisipasi dalam memberikan bantuan berupa dana dalam kegiatan
warga sekitar
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 4 8.3% 4 = (Setuju) 12 25.0% 2.72
3 = (Ragu-Ragu) 9 18.8%
2 = (Tidak Setuju) 13 27.1% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 10 20.8% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.23. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta ikut berpartisipasi dalam memberikan bantuan berupa
dana dalam kegiatan warga sekitar diperoleh nilai rata-rata atau mean = 2,72
yang menunjukkan rata-rata responden ragu-ragu cenderung tidak setuju
sebab Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak turun
langsung dalam memberikan bantuan berupa dana dalam melaksanakan
kegiatan warga sekitar.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator hubungan dekat dengan pimpinan
komunitas yaitu lembaga harus memiliki hubungan dekat dengan pimpinan
komunitas sebab Dinas Perumahan dan gedung Pemda DKI Jakarta tidak
memberikan dana berupa uang ganti rugi sperti yang diinginkan pimpinan
komunitas sehingga tidak adanya kedekatan dengan instansi.
72
4.3.3. Dimensi : Petunjuk Untuk Program Community Relations
4.3.3.1. Indikator : Pencapaian sasaran
Tabel 4.24.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membuat
inovasi yang dapat diterima warga sekitar
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 11 22.9% 4 = (Setuju) 19 39.6% 3.65
3 = (Ragu-Ragu) 9 18.8%
2 = (Tidak Setuju) 8 16.7% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 1 2.1% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.24. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta membuat inovasi yang dapat diterima warga sekitar
diperoleh nilai rata-rata atau mean = 3,65 yang menunjukkan rata-rata
responden setuju.
Hal ini sesuai dengan indikator pencapaian sasaran yaitu lembaga
harus lakukan secara hati-hati organisasi dapat mencari beberapa sasaran
reputasi, pengalaman dengan potensial payoff di masa mendatang stabilitas
lingkungan dan sebagainya. Dalam hal ini Warga sekitar menerima inovasi
berupa taman dengan fasilitas yang diperbarui sesuai kemauan warga yang
di berikan oleh Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta.
73
Tabel 4.25.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membangun
aula pertemuan warga untuk RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara,
Jakarta Barat
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 11 22.9% 4 = (Setuju) 26 54.2% 3.96
3 = (Ragu-Ragu) 9 18.8%
2 = (Tidak Setuju) 2 4.2% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.25. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta membangun aula pertemuan warga untuk RW 04
Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat diperoleh nilai rata-rata atau
mean = 3,96 yang menunjukkan rata-rata responden setuju. Warga sekitar
menyatakan setuju bahwa Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI
Jakarta membangun aula pertemuan warga yg telah disetujui saat sosialisasi.
Hal ini sesuai dengan indikator pencapaian sasaran yaitu lembaga
harus lakukan secara hati-hati organisasi dapat mencari beberapa sasaran
reputasi, pengalaman dengan potensial payoff dimasa mendatang stabilitas
lingkungan dan sebagainya. Dalam hal ini Dinas Perumahan dan Gedung
Pemda DKI Jakarta membangun aula pertemuan warga yg telah disetujui
saat sosialisasi untuk pencapaian sasaran dalam community relations.
74
Tabel 4.26.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membangun
sarana pendidikan untuk RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara,
Jakarta Barat
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 10 20.8% 4 = (Setuju) 26 54.2% 3.90
3 = (Ragu-Ragu) 9 18.8%
2 = (Tidak Setuju) 3 6.3% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.26. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta membangun sarana pendidikan untuk RW 04 Kelurahan
Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat diperoleh nilai rata-rata atau mean = 3,90
yang menunjukkan rata-rata responden setuju. Warga sekitar menyatakan
setuju bahwa Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta
membangun sarana pendidikan berupa PAUD yang ada di lokasi RPTRA.
Hal ini sesuai dengan indikator pencapaian sasaran yaitu lembaga
harus lakukan secara hati-hati organisasi dapat mencari beberapa sasaran
reputasi, pengalaman dengan potensial payoff dimasa mendatang stabilitas
lingkungan dan sebagainya. Dalam hal ini Dinas Perumahan dan Gedung
Pemda DKI Jakarta membangun sarana pendidikan berupa PAUD yang ada
di lokasi RPTRA sebagai pencapaian sasaran dalam community relations.
75
4.3.3.2. Indikator : Strategi alternative harus dieksplorasi
Tabel 4.27.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta berusaha
lebih dekat dengan warga sekitar
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 16 33.3% 4 = (Setuju) 19 39.6% 3.90
3 = (Ragu-Ragu) 5 10.4%
2 = (Tidak Setuju) 8 16.7% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.27. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta berusaha lebih dekat dengan warga sekitar sekitar
diperoleh nilai rata-rata atau mean = 3,90 yang menunjukkan rata-rata
responden setuju. Warga merasa dekat dengan Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda DKI Jakarta dengan pembangunan RPTRA ini.
Hal ini sesuai dengan indikator strategi alternatif harus dieksplorasi
yaitu strategi alternatif lembaga harus dieksplorasi sebelum membuat pilihan.
Dalam hal ini Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta membuat
strategi berupa memberikan keingina warga agar Warga merasa dekat
dengan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta dengan
pembangunan RPTRA ini.
76
Tabel 4.28.
Inovasi yang digunakan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP)
DKI Jakarta memberikan manfaat kepada warga sekitar
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 18 37.5% 4 = (Setuju) 12 25.0% 3.60
3 = (Ragu-Ragu) 6 12.5%
2 = (Tidak Setuju) 5 10.4% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 7 14.6% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.28. Inovasi yang digunakan Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan manfaat
kepada warga sekitar diperoleh nilai rata-rata atau mean = 3,60 yang
menunjukkan rata-rata responden setuju. Warga merasa mendapatkan
manfaat atas inovasi yang diberikan oleh Dinas Perumahan dan Gedung
Pemda DKI Jakarta dengan pembangunan RPTRA ini.
Hal ini sesuai dengan indikator strategi alternatif harus dieksplorasi
yaitu strategi alternatif lembaga harus dieksplorasi sebelum membuat pilihan.
Dalam hal ini Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta membuat
inovasi sehingga Warga merasa mendapatkan manfaat atas inovasi yang
diberikan.
77
Tabel 4.29.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan
dana dalam mengganti anggaran warga dalam pembangunan RPTRA
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 2 4.2% 4 = (Setuju) 5 10.4% 2.29
3 = (Ragu-Ragu) 11 22.9%
2 = (Tidak Setuju) 17 35.4% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 13 27.1% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.29. Inovasi yang digunakan Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan dana
dalam mengganti anggaran warga dalam pembangunan RPTRA diperoleh
nilai rata-rata atau mean = 2,29 yang menunjukkan rata-rata responden tidak
setuju. Warga merasa tidak mendapatkan dana dalam mengganti anggaran
warga yang diberikan oleh Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI
Jakarta dengan pembangunan RPTRA ini.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator strategi alternatif harus
dieksplorasi yaitu strategi alternatif lembaga harus dieksplorasi sebelum
membuat pilihan sebab Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta
tidak memberi dana berupa uang untuk mengganti anggaran warga, jadi
dengan alternatifnya Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta
memberikan inovasi agar bermanfaat untuk warga.
78
4.3.3.3. Indikator : Dampak program community relations terhadap
organisasi dan komunitas
Tabel 4.30.
Hubungan warga dengan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP)
DKI Jakarta semakin dekat
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 32 66.7% 4 = (Setuju) 11 22.9% 4.54
3 = (Ragu-Ragu) 4 8.3%
2 = (Tidak Setuju) 1 2.1% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.30. Hubungan warga dengan Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta semakin
dekatdiperoleh nilai rata-rata atau mean = 4,54 yang menunjukkan rata-rata
responden sangat setuju. Warga merasa semakin dekat dengan Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta dengan pembangunan RPTRA
ini karena sebagai silaturahmi dan sebagai pembangunan bersama.
Hal ini sesuai dengan indikator dampak program community relations
terhadap organisasi dan komunitas yaitu lembaga harus mengantisipasi
dampak program community relations terhadap organisasi dan komunitas.
Dalam hal ini Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta melakukan
sosialisai tentang pembangunan RPTRA warga merasa semakin dekat.
79
Tabel 4.31.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta bekerjasama
dengan warga dalam menjaga RPTRA
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 30 62.5% 4 = (Setuju) 16 33.3% 4.56
3 = (Ragu-Ragu) 1 2.1%
2 = (Tidak Setuju) 1 2.1% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.31. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta bekerjasama dengan warga dalam menjaga RPTRA
diperoleh nilai rata-rata atau mean = 4,56 yang menunjukkan rata-rata
responden sangat setuju. Warga sepakat untuk bekerja sama dengan Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta untuk merawat dan menjaga
RPTRA.
Hal ini sesuai dengan indikator dampak program community relations
terhadap organisasi dan komunitas yaitu lembaga harus mengantisipasi
dampak program community relations terhadap organisasi dan komunitas.
Dalam hal ini Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta mengajak
warga dan sepakat bekerja sama untuk merawat dan menjaga RPTRA.
80
Tabel 4.32.
Saling memahami kebutuhan antara Dinas Perumahan dan Gedung
Pemda (DPGP) DKI Jakarta dan warga
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 12 25.0% 4 = (Setuju) 25 52.1% 3.96
3 = (Ragu-Ragu) 8 16.7%
2 = (Tidak Setuju) 3 6.3% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.32. Saling memahami kebutuhan antara
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta dan warga
diperoleh nilai rata-rata atau mean = 3,96 yang menunjukkan rata-rata
responden setuju. Hal ini karena adanya kontribusi antara Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda DKI Jakarta dengan warga RW 04 Tanjung Duren Utara,
Jakarta Barat.
Hal ini sesuai dengan indikator dampak program community relations
terhadap organisasi dan komunitas yaitu lembaga harus mengantisipasi
dampak program community relations terhadap organisasi dan komunitas.
Dalam hal ini Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta
berkontribusi dengan warga RW 04 Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat
sehingga saling memahami kebutuhan satu sama lain.
81
4.3.3.4. Indikator : Total biaya dari semua nonprofit
Tabel 4.33.
Biaya yang dikeluarkan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP)
DKI Jakarta sesuai dengan kesepakatan
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 8 16.7% 4 = (Setuju) 19 39.6% 3.48
3 = (Ragu-Ragu) 12 25.0%
2 = (Tidak Setuju) 6 12.5% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 3 6.3% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.33. Biaya yang dikeluarkan Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta sesuai dengan
kesepakatan diperoleh nilai rata-rata atau mean = 3,48 yang menunjukkan
rata-rata responden setuju. Warga merasa biaya yang dikeluarkan oleh Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta dalam pembangunan RPTRA
ini sesuai kesepakatan pada sosialisasi.
Hal ini sesuai dengan indikator total biaya dari kegiatan nonprofit yaitu
lembaga harus perlu perhatikan perkiraan total biaya dari semua kegiatan
nonprofit ini serta total volume sumber daya organisasi yang digunakan dan
dialokasikan untuk program community relations. Dalam hal ini Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta mengeluarkan biaya sesuai
kesepakatan pada sosialisasi dengan warga.
82
Tabel 4.34.
Seluruh warga mendapatkan komisi penggantian taman rambutan
menjadi RPTRA dari Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI
Jakarta
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 19 39.6% 4 = (Setuju) 18 37.5% 4.04
3 = (Ragu-Ragu) 6 12.5%
2 = (Tidak Setuju) 4 8.3% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 1 2.1% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.33. Seluruh warga mendapatkan komisi
penggantian taman rambutan menjadi RPTRA dari Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta diperoleh nilai rata-rata atau mean =
4,04 yang menunjukkan rata-rata responden setuju, bahwa setiap warga
mendapatkan komisi berupa sembako atas penggantian taman rambutan dari
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta mengenai pembangunan
RPTRA.
Hal ini sesuai dengan indikator total biaya dari kegiatan nonprofit yaitu
lembaga harus perlu perhatikan perkiraan total biaya dari semua kegiatan
nonprofit ini serta total volume sumber daya organisasi yang digunakan dan
dialokasikan untuk program community relations. Dalam hal ini Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta memberikan komisi berupa
sembako atas penggantian taman rambutan menjadi RPTRA.
83
Tabel 4.35.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta tidak
memberikan perhatian penuh dalam setiap kegiatan komunitas
N = 48
Pernyataan Frekuensi Presentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 32 66.7% 4 = (Setuju) 9 18.8% 4.52
3 = (Ragu-Ragu) 7 14.6%
2 = (Tidak Setuju) 0 0.0% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.35. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta tidak memberikan perhatian penuh dalam setiap
kegiatan komunitas diperoleh nilai rata-rata atau mean = 4,52 yang
menunjukkan rata-rata responden sangat setuju. Warga merasa bahwa Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak turun langsung untuk
memberikan perhatian penuh dalam kegiatan komunitas.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator total biaya dari kegiatan nonprofit
yaitu lembaga harus perlu perhatikan perkiraan total biaya dari semua
kegiatan nonprofit ini serta total volume sumber daya organisasi yang
digunakan dan dialokasikan untuk program community relations, sebab Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak turun langsung untuk
memberikan perhatian penuh dalam kegiatan komunitas.
84
4.3.3.5. Indikator : Membutuhkan pengetahuan
Tabel 4.36.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta mengetahui
kebutuhan warga
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 12 25.0% 4 = (Setuju) 19 39.6% 3.65
3 = (Ragu-Ragu) 8 16.7%
2 = (Tidak Setuju) 6 12.5% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 3 6.3% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.36. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta mengetahui kebutuhan warga diperoleh nilai rata-rata
atau mean = 4,65 yang menunjukkan rata-rata responden setuju. Warga
merasa bahwa Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta telah
mengetahui kebutuhan warga.
Hal ini sesuai dengan indikator membutuhkan pengetahuan dan
pemahaman yaitu lembaga harus membutuhkan pengetahuan dan
pemahaman tentang masalah komunitas. Dalam hal ini Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda DKI Jakarta telah mengetahui kebutuhan warga
85
Tabel 4.37.
Warga sekitar mendapatkan informasi tentang kegiatan comunity
relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 16 33.3% 4 = (Setuju) 23 47.9% 4.04
3 = (Ragu-Ragu) 5 10.4%
2 = (Tidak Setuju) 3 6.3% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 1 2.1% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.37. Warga sekitar mendapatkan informasi
tentang kegiatan comunity relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta diperoleh nilai rata-rata atau mean = 4,04 yang
menunjukkan rata-rata responden setuju, bahwa Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda DKI Jakarta telah memberikan informasi melalui media cetak
instansi tentang kegiatan community relations.
Hal ini sesuai dengan indikator membutuhkan pengetahuan dan
pemahaman yaitu lembaga harus membutuhkan pengetahuan dan
pemahaman tentang masalah komunitas. Dalam hal ini Gedung Pemda DKI
Jakarta telah memberikan informasi melalui media cetak instansi tentang
kegiatan community relations terkait pembangunan RPTRA.
86
Tabel 4.38.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memahami
budaya yang ada di masyarakat
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 20 41.7% 4 = (Setuju) 10 20.8% 3.92
3 = (Ragu-Ragu) 12 25.0%
2 = (Tidak Setuju) 6 12.5% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 0 0.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.38. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta memahami budaya yang ada di masyarakat diperoleh
nilai rata-rata atau mean = 3,92 yang menunjukkan rata-rata responden
setuju, bahwa Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta sudah
memahami budaya yang ada di masyarakat khususnya warga RW 04
Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat.
Hal ini sesuai dengan indikator membutuhkan pengetahuan dan
pemahaman yaitu lembaga harus membutuhkan pengetahuan dan
pemahaman tentang masalah komunitas. Dalam hal ini Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda DKI Jakarta telah memahami tentang masalah
pembangunan RPTRA sehingga tahu budaya yang ada di masyarakat
khususnya warga RW 04 Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat.
87
4.3.4. Dimensi : Berkomunikasi Dengan Komunitas
4.3.4.1. Indikator : Perusahaan terbuka terhadap taktik komunikasi
dengan komunitas
Tabel 4.39.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta terbuka
dengan warga
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 3 6.3% 4 = (Setuju) 9 18.8% 2.73
3 = (Ragu-Ragu) 16 33.3%
2 = (Tidak Setuju) 12 25.0% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 8 16.7% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.39. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta terbuka dengan warga diperoleh nilai rata-rata atau
mean = 2,73 yang menunjukkan rata-rata responden tidak setuju karena
warga merasakan bahwa Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta
tidak turun langsung dan terbuka terhadap warga.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator perusahaan terbuka terhadap
taktik komunikasi dengan komunitas yaitu lembaga harus terbuka terhadap
taktik komunikasi dengan komunitas untuk menjangkau public sebab Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak turun langsung dan
terbuka terhadap warga.
88
Tabel 4.40.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu
trasnparansi dana mengenai pembangunan RPTRA
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 2 4.2% 4 = (Setuju) 5 10.4% 2.25
3 = (Ragu-Ragu) 9 18.8%
2 = (Tidak Setuju) 19 27.1% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 13 39.6% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.40. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta selalu trasnparansi dana mengenai pembangunan
RPTRA diperoleh nilai rata-rata atau mean = 2,25 yang menunjukkan rata-
rata responden tidak setuju karena warga merasakan bahwa Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak terbuka kepada warga
mengenai dana untuk pembangunan RPTRA.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator perusahaan terbuka terhadap
taktik komunikasi dengan komunitas yaitu lembaga harus terbuka terhadap
taktik komunikasi dengan komunitas untuk menjangkau publik sebab Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak terbuka kepada warga
mengenai dana untuk pembangunan RPTRA.
89
Tabel 4.41.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta tidak
menutup informasi mengenai masalah pembangunan RPTRA
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 9 18.8% 4 = (Setuju) 5 10.4% 2.75
3 = (Ragu-Ragu) 5 10.4%
2 = (Tidak Setuju) 23 47.9% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 6 12.5% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.41. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta tidak menutup informasi mengenai masalah
pembangunan RPTRA diperoleh nilai rata-rata atau mean = 2,75 yang
menunjukkan rata-rata responden tidak setuju karena warga merasakan
bahwa Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta kurang
memberikan informasi kepada warga mengenai pembangunan RPTRA.
Sehingga warga jadi kurang menerima adanya pembangunan RPTRA
tersebut.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator perusahaan terbuka terhadap
taktik komunikasi dengan komunitas yaitu lembaga harus terbuka terhadap
taktik komunikasi dengan komunitas untuk menjangkau public sebab Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta kurang memberikan informasi
kepada warga Sehingga warga jadi kurang menerima adanya pembangunan
RPTRA tersebut.
90
4.3.4.2. Indikator : Organisasi lokal
Tabel 4.42.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta melakukan
komunikasi informal dengan organisasi dalam warga sekitar
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 3 6.3% 4 = (Setuju) 10 20.8% 2.75
3 = (Ragu-Ragu) 13 27.1%
2 = (Tidak Setuju) 16 33.3% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 6 12.5% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.42. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta melakukan komunikasi informal dengan organisasi
dalam warga sekitar diperoleh nilai rata-rata atau mean = 2,75 yang
menunjukkan rata-rata responden tidak setuju karena warga merasakan
bahwa Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak
berkomunikasi dengan baik kepada warga membahas terhadap warga
mengenai pembangunan RPTRA.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator organisasi lokal yaitu lembaga
organisasi lokal juga merupakan wahana penting komunikasi dalam
komunitas sebab Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak
berkomunikasi dengan baik kepada warga membahas terhadap warga
mengenai pembangunan RPTRA.
91
Tabel 4.43.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta melakukan
komunikasi dengan organisasi yang berada di daerah pembangunan
RPTRA
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 2 4.2 % 4 = (Setuju) 5 10.4 % 2.30
3 = (Ragu-Ragu) 11 22.9%
2 = (Tidak Setuju) 17 35.4 % 1 = (Sangat Tidak Setuju) 13 27.1% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.43. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta melakukan komunikasi dengan organisasi yang berada
di daerah pembangunan RPTRA diperoleh nilai rata-rata atau mean = 2,30
yang menunjukkan rata-rata responden tidak setuju karena warga merasakan
bahwa Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak melakukan
pendekatan kepada organisasi RW 04 Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat
mengenai pembangunan RPTRA.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator organisasi lokal yaitu lembaga
organisasi lokal juga merupakan wahana penting komunikasi dalam
komunitas sebab Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak
melakukan pendekatan kepada organisasi RW 04 Tanjung Duren Utara,
Jakarta Barat mengenai pembangunan RPTRA.
92
Tabel 4.44.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan
kesempatan kepada ibu-ibu PKK untuk memberikan masukan tentang
pembangunan RPTRA
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 1 2.1% 4 = (Setuju) 5 10.4% 2.10
3 = (Ragu-Ragu) 5 10.4%
2 = (Tidak Setuju) 23 47.9% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 14 29.2 % Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.44. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta memberikan kesempatan kepada ibu-ibu PKK untuk
memberikan masukan tentang pembangunan RPTRA diperoleh nilai rata-rata
atau mean = 2,10 yang menunjukkan rata-rata responden tidak setuju karena
warga khususnya Ibu-ibu PKK merasakan bahwa Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda DKI Jakarta tidak menerima masukan yang diberikan oleh
Ibu-ibu PKK mengenai pembangunan RPTRA.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator organisasi lokal yaitu lembaga
organisasi lokal juga merupakan wahana penting komunikasi dalam
komunitas sebab Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak
menerima masukan yang diberikan oleh Ibu-ibu PKK mengenai
pembangunan RPTRA.
93
4.3.4.3. Indikator : Melakukan komunikasi informal
Tabel 4.45.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta suka
berbincang-bincang secara santai dengan warga
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 4 8.3% 4 = (Setuju) 6 12.5% 2.52
3 = (Ragu-Ragu) 13 27.1%
2 = (Tidak Setuju) 13 27.1% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 12 25.0% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.45. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta suka berbincang-bincang secara santai dengan warga
diperoleh nilai rata-rata atau mean = 2,52 yang menunjukkan rata-rata
responden tidak setuju karena warga merasakan bahwa Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak berkomunikasi dengan baik kepada
warga membahas terhadap warga mengenai pembangunan RPTRA.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator melakukan komunikasi informal
yaitu lembaga melakukan komunikasi informal dengan komunitas sebab
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak berkomunikasi
dengan baik kepada warga membahas terhadap warga mengenai
pembangunan RPTRA.
94
Tabel 4.46.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan
kesempatan kepada ketua RW untuk berkomunikasi langsung dengan
kepala Dinas
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 5 10.4% 4 = (Setuju) 7 14.6% 2.35
3 = (Ragu-Ragu) 6 12.5%
2 = (Tidak Setuju) 12 25.0% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 18 37.5% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.46. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta memberikan kesempatan kepada ketua RW untuk
berkomunikasi langsung dengan kepala Dinas diperoleh nilai rata-rata atau
mean = 2,35 yang menunjukkan rata-rata responden tidak setuju karena
warga mengetahui bahwa ketua RW tidak berkomunikasi secara langsung
kepada Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta mengenai
pembangunan RPTRA.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator melakukan komunikasi informal
yaitu lembaga melakukan komunikasi informal dengan komunitas sebab
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak berkomunikasi
secara langsung kepada ketua RW mengenai pembangunan RPTRA.
95
Tabel 4.47.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta berbincang-
bincang secara santai dengan perwakilan warga setiap RT di RW 04
dilakukan secara rutin
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 1 2.1% 4 = (Setuju) 7 14.6% 2.64
3 = (Ragu-Ragu) 21 43.8%
2 = (Tidak Setuju) 12 25.0% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 7 14.6% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.47. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta berbincang-bincang secara santai dengan perwakilan
warga setiap RT di RW 04 dilakukan secara rutin diperoleh nilai rata-rata atau
mean = 2,64 yang menunjukkan rata-rata responden tidak setuju karena
warga mengetahui bahwa ketua RW tidak berkomunikasi secara tidak rutin
kepada Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta mengenai
pembangunan RPTRA.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator melakukan komunikasi informal
yaitu lembaga melakukan komunikasi informal dengan komunitas sebab
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak berkomunikasi
secara tidak rutin kepada ketua RW 04 kelurahan Tanjung Duren Utara,
Jakarta Barat.
96
4.3.4.4. Indikator : Memberikan informasi umum untuk publik
Tabel 4.48.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu
memberi pengumuman kepada warga ketika melakukan kegiatan
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 4 8.3% 4 = (Setuju) 5 10.4% 2.37
3 = (Ragu-Ragu) 10 20.8%
2 = (Tidak Setuju) 15 31.3% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 14 29.2% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.48. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta selalu memberi pengumuman kepada warga ketika
melakukan kegiatan diperoleh nilai rata-rata atau mean = 2,37 yang
menunjukkan rata-rata responden tidak setuju karena warga merasakan
bahwa Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak memberi
pengumuman kepada warga mengenai pembangunan RPTRA.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator memberikan informasi umum
untuk publik yaitu lembaga memberikan informasi umum untuk public sebab
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak memberi
pengumuman kepada warga mengenai pembangunan RPTRA.
97
Tabel 4.49.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan
informasi mengenai pembangunan RPTRA sesuai dengan fakta
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 4 8.3% 4 = (Setuju) 4 8.3% 2.58
3 = (Ragu-Ragu) 15 31.3%
2 = (Tidak Setuju) 14 29.2% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 11 22.9% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.49. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta memberikan informasi mengenai pembangunan RPTRA
sesuai dengan fakta diperoleh nilai rata-rata atau mean = 2,58 yang
menunjukkan rata-rata responden tidak setuju karena warga merasakan
mandapatkan informasi dari Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI
Jakarta mengenai pembangunan RPTRA.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator memberikan informasi umum
untuk publik yaitu lembaga memberikan informasi umum untuk public sebab
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak memberi informasi
terlebih dahulu mengenai pembangunan RPTRA.
98
Tabel 4.50.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu
memberikan laporan mengenai instansi pemerintah secara rutin
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 1 2.1% 4 = (Setuju) 8 16.7% 2.46
3 = (Ragu-Ragu) 11 22.9%
2 = (Tidak Setuju) 20 41.7% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 8 16.7% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.50. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta selalu memberikan laporan mengenai instansi
pemerintah secara rutin diperoleh nilai rata-rata atau mean = 2,46 yang
menunjukkan rata-rata responden tidak setuju bahwa Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda DKI Jakarta tidak selalu memberikan laporan mengenai
instansi pemerintah secara rutin kepada warga.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator memberikan informasi umum
untuk publik yaitu lembaga memberikan informasi umum untuk public sebab
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak selalu memberikan
laporan mengenai instansi pemerintah secara rutin kepada warga.
99
4.3.5. Dimensi : Saluran Komunikasi
4.3.5.1. Indikator : Pertemuan informal
Tabel 4.51.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta melakukan
mengunjungi rumah warga dalam menyelasaikan masalah
pembangunan RPTRA
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 2 4.% 4 = (Setuju) 3 6.3% 2.02
3 = (Ragu-Ragu) 4 8.3%
2 = (Tidak Setuju) 24 50.0% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 15 31.3% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.51. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta melakukan mengunjungi rumah warga dalam
menyelasaikan masalah pembangunan RPTRA diperoleh nilai rata-rata atau
mean = 2,02 yang menunjukkan rata-rata responden tidak setuju karena
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak turun langsung
melakukan kunjungan ke rumah warga dalam menyelesaikan masalah
pembangunan RPTRA.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator pertemuan informal yaitu lembaga
melakukan pertemuan informal dengan komunitas sebab Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak turun langsung melakukan kunjungan
ke rumah warga dalam menyelesaikan masalah pembangunan RPTRA.
100
Tabel 4.52.
Humas Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta
meminta maaf kepada warga dengan berkunjung ke rumah warga
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 6 12.5% 4 = (Setuju) 5 10.4% 2.60
3 = (Ragu-Ragu) 13 27.1%
2 = (Tidak Setuju) 12 25.0% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 12 25.5% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.52. Humas Dinas Perumahan dan Gedung
Pemda (DPGP) DKI Jakarta meminta maaf kepada warga dengan berkunjung
ke rumah warga diperoleh nilai rata-rata atau mean = 2,60 yang menunjukkan
rata-rata responden tidak setuju karena Dinas Perumahan dan Gedung
Pemda DKI Jakarta tidak turun langsung dan tidak semua warga melakukan
kunjungan ke rumah warga untuk meminta maaf dalam menyelesaikan
masalah pembangunan RPTRA.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator pertemuan informal yaitu lembaga
melakukan pertemuan informal dengan komunitas sebab Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak turun langsung dan tidak semua warga
melakukan kunjungan ke rumah warga untuk meminta maaf dalam
menyelesaikan masalah pembangunan RPTRA.
101
Tabel 4.53.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta mengunjungi
warga secara rutin
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 4 8.3% 4 = (Setuju) 4 8.3% 2.70
3 = (Ragu-Ragu) 19 39.6%
2 = (Tidak Setuju) 16 33.3% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 5 10.4% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.53. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta mengunjungi warga secara rutin diperoleh nilai rata-rata
atau mean = 2,70 yang menunjukkan rata-rata responden tidak setuju karena
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak turun langsung
melakukan kunjungan ke rumah warga dalam menyelesaikan masalah
pembangunan RPTRA.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator pertemuan informal yaitu lembaga
melakukan pertemuan informal dengan komunitas sebab Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak turun langsung melakukan kunjungan
ke rumah warga dalam menyelesaikan masalah pembangunan RPTRA.
102
4.3.5.2. Indikator : Pembuatan iklan di media massa
4.3.5.2.1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta
membuat penjelasan pembangunan RPTRA di surat kabar
Tabel 4.54.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membuat
penjelasan pembangunan RPTRA di surat kabar
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 17 35.4% 4 = (Setuju) 12 25.0% 3.71
3 = (Ragu-Ragu) 9 18.8%
2 = (Tidak Setuju) 8 16.7% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 2 4.2% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.54. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta membuat penjelasan pembangunan RPTRA di surat
kabar diperoleh nilai rata-rata atau mean = 3,71 yang menunjukkan rata-rata
responden setuju karena Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta
memberitakan penjelasan dalam surat kabar masalah pembangunan RPTRA.
Hal ini sesuai dengan indikator pembuatan iklan di media massa yaitu
lembaga melakukan pembuatan iklan di media massa. Dalam hal ini Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta telah memberitakan penjelasan
mengenai pembangunan RPTRA dalam surat kabar.
103
Tabel 4.55.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membuat
iklan untuk mensponsori acara masyarakat
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 5 10.4% 4 = (Setuju) 9 18.8% 2.98
3 = (Ragu-Ragu) 17 35.4%
2 = (Tidak Setuju) 14 29.2% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 3 6.3% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.55. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta membuat penjelasan pembangunan RPTRA di surat
kabar diperoleh nilai rata-rata atau mean = 2,98 yang menunjukkan rata-rata
responden ragu-ragu cenderung setuju karena Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda DKI Jakarta membuat iklan mensponsori tentang acara di
lokasi RPTRA.
Hal ini sesuai dengan indikator pembuatan iklan di media massa yaitu
lembaga melakukan pembuatan iklan di media massa. Dalam hal ini Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta telah membuat iklan untuk
mensponsori kegiatan yang ada di lokasi RPTRA. Tetapi tidak semua warga
mengetahui tentang iklan tersebut.
104
Tabel 4.56.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membuat
iklan di televisi dengan mengikut sertakan masyarakat
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 2 4.2% 4 = (Setuju) 3 6.3% 2.31
3 = (Ragu-Ragu) 13 27.1%
2 = (Tidak Setuju) 20 41.7% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 10 20.8% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.56. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta membuat iklan di televisi dengan mengikut sertakan
masyarakat diperoleh nilai rata-rata atau mean = 2,31 yang menunjukkan
rata-rata responden tidak setuju karena Dinas Perumahan dan Gedung
Pemda DKI Jakarta membuat iklan tetapi tidak mengikutsertakan masyarakat
mengenai RPTRA.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator pembuatan iklan di media massa
yaitu lembaga melakukan pembuatan iklan di media massa sebab Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta telah membuat iklan tetapi tidak
mengikutsertakan masyarakat di dalamnya.
105
4.3.5.3. Indikator : Publikasi internal
Tabel 4.57.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan
majalah yang dibuat oleh Humas Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta kepada warga
N = 48
Pernyataan Frekuensi Presentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 10 20.8% 4 = (Setuju) 22 45.8% 3.65
3 = (Ragu-Ragu) 6 12.5%
2 = (Tidak Setuju) 9 18.8% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 1 2.1% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.57. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta memberikan majalah yang dibuat oleh Humas Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta kepada warga
diperoleh nilai rata-rata atau mean = 3,65 yang menunjukkan rata-rata
responden setuju karena warga mendapatkan majalah yang dibuat oleh
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta.
Hal ini sesuai dengan indikator publikasi internal yaitu lembaga
melakukan publikasi internal kepada pemimpin komunitas. Dalam hal ini
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta telah membuat majalah
internal dan telah dibagikan kepada warga agar paham tentang
pembangunan RPTRA.
106
Tabel 4.58.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu
membagikan brosur kepada masyarakat
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 7 14.6% 4 = (Setuju) 28 58.3% 3.81
3 = (Ragu-Ragu) 11 22.9%
2 = (Tidak Setuju) 1 2.1% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 1 2.1% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.58. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta memberikan majalah yang dibuat oleh Humas Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta kepada warga
diperoleh nilai rata-rata atau mean = 3,81 yang menunjukkan rata-rata
responden setuju karena warga mendapatkan brosur yang selalu dibuat oleh
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta.
Hal ini sesuai dengan indikator publikasi internal yaitu lembaga
melakukan publikasi internal kepada pemimpin komunitas. Dalam hal ini
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta telah menyebarkan
brosur yang telah dibuat untuk warga mengenai pembangunan RPTRA.
107
Tabel 4.59.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan
laporan tahunan perusahaan kepada ketua RW
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 1 2.1% 4 = (Setuju) 5 10.4% 2.19
3 = (Ragu-Ragu) 11 22.9%
2 = (Tidak Setuju) 16 33.3% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 15 31.3% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.59. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta memberikan laporan tahunan perusahaan kepada ketua
RW diperoleh nilai rata-rata atau mean = 2,19 yang menunjukkan rata-rata
responden tidak setuju karena ketua RW 04 Tanjung Duren Utara, Jakarta
Barat tidak menerima laporan tahunan dari Dinas Perumahan dan Gedung
Pemda DKI Jakarta.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator publikasi internal yaitu lembaga
melakukan publikasi internal kepada pemimpin komunitas sebab Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak memberikan laporan
tahunan secara transparan kepada ketua RW 04 Tanjung Duren Utara,
Jakarta Barat.
108
4.3.5.4. Indikator : Open house
Tabel 4.60.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu
mengadakan open house untuk warga
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 2 4.2% 4 = (Setuju) 17 35.4% 3.15
3 = (Ragu-Ragu) 19 39.6%
2 = (Tidak Setuju) 6 12.5% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 4 8.3% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.60. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta selalu mengadakan open house untuk warga diperoleh
nilai rata-rata atau mean = 3,15 yang menunjukkan rata-rata responden ragu-
ragu mengacu setuju karena warga merasa Dinas Perumahan dan Gedung
Pemda DKI Jakarta mengadakan open house mengenai pembangunan
RPTRA.
Hal ini sesuai dengan indikator open house yaitu dimana lembaga
memberikan keterbukaan terhadap komunitas. Dalam hal ini Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta memberikan keterbukaan
seperti masukan dan komentar kepada warga dalam pembangunan RPTRA.
109
Tabel 4.61.
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta mengundang
masyarakat secara langsung dalam acara open house
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 0 0.0% 4 = (Setuju) 6 12.5% 2.40
3 = (Ragu-Ragu) 18 37.5%
2 = (Tidak Setuju) 13 27.1% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 11 22.9% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.61. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
(DPGP) DKI Jakarta mengundang masyarakat secara langsung dalam acara
open house diperoleh nilai rata-rata atau mean = 2,40 yang menunjukkan
rata-rata responden tidak setuju karena warga merasa Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda DKI Jakarta mengadakan open house tidak secara langsung,
hanya perwakilan saja yang di undang mengenai pembangunan RPTRA.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator open house yaitu dimana
lembaga memberikan keterbukaan terhadap komunitas sebab Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak mengadakan keterbukaan
dalam menanggapi masukan dan komentar bagi warga, karena agar tidak
adanya kericuhan yang terjadi.
110
Tabel 4.62.
Warga boleh mengetahui sistem kinerja yang diterapkan pada Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta
N = 48
Pernyataan Frekuensi Persentasi Mean
5 = (Sangat Setuju 2 4.2% 4 = (Setuju) 4 8.3% 2.41
3 = (Ragu-Ragu) 6 12.5%
2 = (Tidak Setuju) 20 41.7% 1 = (Sangat Tidak Setuju) 16 33.3% Total 48 100.0%
Berdasarkan hasil tabel 4.62. Warga boleh mengetahui sistem kinerja
yang diterapkan pada Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI
Jakarta diperoleh nilai rata-rata atau mean = 2,41 yang menunjukkan rata-
rata responden tidak setuju karena sistem kinerja Dinas Perumahan dan
Gedung Pemda DKI Jakarta tertutup terhadap masyarakat luas.
Hal ini tidak sesuai dengan indikator open house yaitu dimana
lembaga memberikan keterbukaan terhadap komunitas sebab Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta tidak terbuka mengenai sistem
kinerja kepada masyarakat luas.
111
4.4. Analisa Penelitian
4.4.1. Rangkuman Dimensi dan Indikator
Tabel 4.63.
Mean per Dimensi
N = 48
No Dimensi Mean
1 Menetapkan Sasaran 4.04
2 Mengenali Komunitas 3.29
3 Petunjuk Untuk Program 3.86
4 Berkomunikasi Dengan Komunitas 2.48
5 Saluran Komunikasi 2.82
Tabel di atas merupakan hasil per dimensi dengan jumlah responden
sebanyak 48 orang. Dari tabel mean per dimensi di atas, dapat dilihat bahwa
mean per dimensi tertinggi berada pada dimensi Menetapkan Sasaran, dan
mean terendah berada pada dimensi Berkomunikasi Dengan Komunitas.
Tertinggi dimiliki oleh dimensi Menetapkan Sasaran yang memiliki lima
indikator yaitu Melibatkan karyawan ketika merencanakan aktivitas
community relations-nya, Melibatkan karyawan ketika mengimplementasikan
aktivitas community relations-nya, Melibatkan karyawan ketika
mengimplementasikan aktivitas community relations-nya, Kebutuhan
komunitas lokal sebagai tim duta perusahaan ke masyarakat, Strategi
rencana dengan tertulis untuk community relations, Sasaran community
112
relations yang spesifik sedangkan dengan nilai terendah dimiliki oleh dimensi
Berkomunikasi Dengan Komunitas yang memiliki empat indikator, antara lain
adalah Perusahaan terbuka terhadap taktik komunikasi dengan komunitas,
Organisasi lokal, Melakukan komunikasi informal, Memberikan informasi
umum untuk publik.
Diagram 4.1.
Mean per dimensi
Proses Community Relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta
(Survey Deskriptif : Protes Warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren
Utara, Jakarta Barat Mengenai Pembangunan Ruang Publik Terpadu
Ramah Anak (RPTRA) di Nasionalkompas.com pada tanggal 19 januari
2017)
N = 48
113
Diagram di atas adalah diagram batang yang merupakan hasil per
dimensi dengan jumlah responden sebanyak 48 orang. Dari diagram per
dimensi di atas, dapat dilihat bahwa per dimensi tertinggi berada pada
dimensi menetapkan sasaran dengan nilai sebesar 4,04 dan terendah berada
pada berkomunikasi dengan komunitas dengan nilai 2,48.
Dimensi dengan nilai tertinggi dimiliki oleh Menetapkan Sasaran yang
memiliki lima indikator yaitu Melibatkan karyawan ketika merencanakan
aktivitas community relations-nya, Melibatkan karyawan ketika
mengimplementasikan aktivitas community relations-nya, Melibatkan
karyawan ketika mengimplementasikan aktivitas community relations-nya,
Kebutuhan komunitas lokal sebagai tim duta perusahaan ke masyarakat,
Strategi rencana dengan tertulis untuk community relations, Sasaran
community relations yang spesifik. Memiliki nilai mean yang tinggi berarti
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta memiliki nilai yang positif
di mata masyarakat. Dimensi ini berkaitan dengan bagaimana Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta menciptakan hubungan yang
harmonis dengan publiknya. Sehingga menciptakan komunikasi dua arah
yang baik dan keterbukaan untuk menetapkan sasaran.
Dimensi dengan nilai terendah, yaitu Berkomunikasi Dengan
Komunitas yang memiliki empat indikator, antara lain adalah Perusahaan
terbuka terhadap taktik komunikasi dengan komunitas, Organisasi lokal,
114
Melakukan komunikasi informal, Memberikan informasi umum untuk publik.
Memiliki nilai yang rendah dengan arti kurang setuju, mengarah pada hasil
negatif. Dimensi ini berkaitan dengan berkomunikasi yang kurang baik
dikarenakan kurang menyebarluaskan atau mempublikasikan informasi
kepada komunitas mengenai pembangunan RPTRA sehingga masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui mengenai pembangunan RPTRA yang
dibuat oleh Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta.Sehingga
kurangnya saling pengertian antara Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
DKI Jakarta dengan masyarakat.
115
Tabel 4.64.
Mean per indikator
Proses Community Relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta
(Survey Deskriptif : Protes Warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat Mengenai Pembangunan Ruang Publik Terpadu
Ramah Anak (RPTRA) di Nasionalkompas.com pada tanggal 19 januari 2017)
N = 48
NO Dimensi
Indikator Mean
1. Melibatkan karyawan dalam merencanakan aktivitas community relations-nya
3.35
1 Menetapkan Sasaran
2. Melibatkan karyawan dalam mengimplementasikan aktivitas community relations-nya
4.08
3. Kebutuhan komunitas local sebagai tim duta perusahaan ke masyarakat
4.16
4. Strategi rencana tertulis untuk community relations
4.13
5. Sasaran community relations yang spesifik
4.50
6. Organisasi harus mengenal komunitasnya 3.77
2 Mengenali Komunitas
7. Menekankan komunikasi dari organisasi ke komunitas.
3.94
8. Hubungan dekat dengan pimpinan komunitas
2.18
9. Pencapaian sasaran 3.83
Petunjuk 10. Strategi alternative harus dieksplorasi 3.26
3 Untuk Program 11. Dampak program community relations terhadap organisasi dan komunitas
4.35
Community 12. Total biaya dari semua nonprofit 4.01
Relations 13. Membutuhkan pengetahuan 3.87
yang Aktif 14. Perusahaan terbuka terhadap taktik komunikasi dengan komunitas
2.57
15. Organisasi local 2.38
4 Berkomunikasi 16. Melakukan komunikasi informal 2.50
dengan 17. Memberikan informasi umum untuk public 2.47
Komunitas 18. Pertemuan informal 2.45
19. Pembuatan iklan di media massa 3.00
5 Saluran 20. Publikasi internal 3.21
Komunikasi 21. Open house 2.65
116
Dari tabel mean per indikator di atas dapat dilihat bahwa tertinggi
berada pada indikator Sasaran community relations yang spesifik.
Sedangkan terendah berada pada indikator Hubungan dekat dengan
pimpinan komunitas.
Indikator Sasaran community relations yang spesifik merupakan isi
dari dimensi Menetapkan Sasaran, pernyataan pada indikator tersebut bahwa
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta peduli kepada
warga sekitar terkait masalah pembangunan RPTRA dilihat dari pelayanan
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta kepada masyarakat,
seperti dalam menanggapi keluhan masyarakat, kritik dan saran masyarakat.
Indikator Hubungan dekat dengan pimpinan komunitas merupakan isi
dari dimensi mengenali komunitas, pernyataan pada indikator tersebut bahwa
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta tmemliki
hubungan dekat dengan ketua RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara,
Jakarta Barat karena Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI
Jakarta kurang memberikan informasi atau kurang mempublikasikan
informasi serta kurang menanggapi ketua RW 04 dalam permasalahan
pembangunan RPTRA. Hal ini menyebabkan masyarakat menjadi kurang
mengetahui dan kurang menanggapi pembanguna RPTRA. Sehingga masih
banyak warga yang masih belum terima untuk pembangunan RPTRA.
117
Diagram 4.2.
Mean per indikator
Proses Community Relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta
(Survey Deskriptif : Protes Warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat Mengenai Pembangunan Ruang Publik Terpadu
Ramah Anak (RPTRA) di Nasionalkompas.com pada tanggal 19 januari 2017)
N = 48
Dari diagram per indikator di atas dapat dilihat bahwa tertinggi sebesar
4,50 berada pada indikator sasaran community relations yang spesifik.
Sedangkan terendah dengan nilai 2,18 berada pada indikator hubungan
dekat dengan pimpinan komunitas. Pada indikator tertinggi, yaitu sasaran
community relations yang spesifik berarti Dinas Perumahan dan Gedung
118
Pemda DKI Jakarta berhasil dan responden setuju bahwa telah melakukan
sasaran community relations yang spesifik sehingga warga bisa menerima
inovasi yang diberikan oleh Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI
Jakarta.
Pada indikator terendah yaitu Hubungan dekat dengan pimpinan
komunitas berarti setuju bahwa Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI
Jakarta kurang memberikan informasi atau kurang mempublikasikan
informasi serta kurang menanggapi ketua RW 04 dalam permasalahan
pembangunan RPTRA. Hal ini menyebabkan masyarakat menjadi kurang
mengetahui dan kurang menanggapi pembangunan RPTRA. Sehingga masih
banyak warga yang masih belum terima untuk pembangunan RPTRA.
4.5. Pembahasan Penelitian
Pada penelitian ini yang penulis lakukan mengenai proses community
relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta Protes
Warga RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat Mengenai
Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), dilandasi oleh
konsep manajemen public relations. Salah satu pembahasan dalam
manajemen public relations adalah community relations, dalam community
relations terdapat proses community relations yang terdiri dari beberapa
tahapan yaitu menetapkan sasaran, mengenali komunitas, petunjuk untuk
119
program community relations yang efektif, berkomunikasi dengan komunitas,
dan saluran komunikasi.
Community relations yang baik adalah sebuah kemitraan yang saling
menguntungkan jauh melampaui, katakanlah, sekedar suatu donasi
keuangan atau kedermawanan untuk mendanai proyek masyarakat.
Organisasi harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
dilingkungan lembaga, hal itu dilakukan agar lembaga dengan cepat
mengatasi berbagai hal yang terjadi disekitar mereka. Hubungan baik dengan
komunitas merupakan salah satu modal yang harus dimiliki lembaga untuk
memahami perubahan yang terjadi di lingkungan sosial mereka dan sekaligus
menunjukkan tanggungjawab sosialnya terhadap komunitasnya.
Pada penelitian ini terdapat lima dimensi yaitu dimensi pertama yaitu
menetapkan sasaran yang memiliki lima indikator. Dimensi kedua yaitu
mengenali komunitas memiliki tiga indikator. Dimensi ketiga yaitu petunjuk
untuk program community relations memiliki lima indikator. Dimensi keempat
yaitu berkomunikasi dengan komunitas memiliki empat indikator. Dimensi
kelima yaitu saluran komunikasi memiliki empat indikator.
Adapun dimensi yang memiliki nilai mean tertinggi adalah dimensi
pertama yaitu menetapkan sasaran rata–rata responden menjawab setuju.
Dimensi ini memiliki lima indikator yaitu, Melibatkan karyawan ketika
120
merencanakan aktivitas community relations-nya, Melibatkan karyawan ketika
mengimplementasikan aktivitas community relations-nya, Kebutuhan
komunitas lokal sebagai tim duta perusahaan ke masyarakat, Strategi
rencana dengan tertulis untuk community relations, Sasaran community
relations yang spesifik. Indikator pertama yaitu pencapaian sasaran, pada
indikator ini merupakan pencapaian target dari proses community relations
yang dilakukan oleh lembaga. Pada indikator ini rata–rata responden
menjawab setuju. Indikator kedua yaitu strategi alternative harus dieksplorasi,
pada indikator ini merupakan strategi lain yang dilakukan oleh perusahaan.
Pada indikator ini rata–rata responden menjawab setuju. Indikator ketiga yaitu
dampak program community relations terhadap organisasi dan komunitas,
pada indikator ini merupakan dampak yang terjadi setelah melakukan
kegiatan. Pada indikator ini rata–rata responden menjawab setuju. Indikator
keempat yaitu total biaya dari semua nonprofit pada indikator ini merupakan
biaya yang dikeluarkan oleh lemabaga. Pada indikator ini rata – rata
responden menjawab setuju.
Dimensi Menetapkan Sasaran tertinggi karena menurut warga, Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta dalam melaksanakan program
community relations, seperti sasaran yang tepat, dan biaya yang dikeluarkan
tepat akan tetapi warga harus protes terlebih dahulu untuk mendapatkan
kebutuhannya dan pada indikator sasaran community relations yang spesifik
121
tertinggi karena dalam indikator tersebut menurut warga pelaksanaan yang
dilakukan oleh Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta telah
sesuai program community relations yang spesifik seperti peduli kepada
warga sekitar terkait masalah pembangunan RPTRA walaupun menuai
protes dan kontra.
Adapun dimensi yang memperoleh nilai mean terendah yaitu dimensi
keempat yaitu berkomunikasi dengan komunitas. Berkomunikasi dengan
komunitas terdiri dari empat indikator yaitu Perusahaan terbuka terhadap
taktik komunikasi dengan komunitas, organisasi lokal, melakukan komunitasi
informal, Memberikan informasi umum untuk publik. Berkomunikasi dengan
komunitas merupakan dimensi terendah yang berarti responden cenderung
tidak setuju dan indikator terendah adalah Hubungan dekat dengan pimpinan
komunitas berarti setuju bahwa Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI
Jakarta kurang memberikan informasi atau kurang mempublikasikan
informasi terkait masalah pembangunan RPTRA.
122
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian Proses Community Relations Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta terkait Protes Warga RW
04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat Mengenai
Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di
Nasionalkompas.com pada tanggal 19 januari 2017, dapat disimpulkan
yaitu :
1. Dimensi dengan nilai tertinggi adalah Menetapkan Sasaran, rata–rata
responden cenderung menjawab setuju karena menurut warga, Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta dalam melaksanakan
program community relations, seperti sasaran yang tepat, dan biaya
yang dikeluarkan tepat akan tetapi warga harus protes terlebih dahulu
untuk mendapatkan kebutuhannya. Pada indikator sasaran community
relations yang spesifik tertinggi karena dalam indikator tersebut
menurut warga pelaksanaan yang dilakukan oleh Dinas Perumahan
dan Gedung Pemda DKI Jakarta telah sesuai program community
relations yang spesifik seperti peduli kepada warga sekitar terkait
masalah pembangunan RPTRA walaupun menuai protes dan kontra.
123
2. Dimensi dengan nilai terendah adalah berkomunikasi dengan
komunitas, rata-rata responden cenderung menjawab tidak setuju
karena berkomunikasi dengan komunitas yang dilakukan oleh Dinas
Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta sangat buruk, seperti
tidaknya Perusahaan terbuka terhadap taktik komunikasi dengan
komunitas, tidaknya organisasi lokal, tidaknya melakukan komunitasi
informal, tidaknya Memberikan informasi umum untuk publik dan
indikator terendah adalah Hubungan dekat dengan pimpinan
komunitas berarti setuju bahwa Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
DKI Jakarta kurang memberikan informasi atau kurang
mempublikasikan informasi terkait masalah pembangunan RPTRA.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis buat, adapun saran
bagi Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta, yaitu penulis
menyarankan:
1. Penulis menyarankan kepada Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
DKI Jakarta tetap mempertahankan program community relations yang
dilakukan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta seperti
memberikan santunan kepada warga yang kurang mampu,
memberikan bantuan dana untuk perbaikan taman.
124
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta sebaiknya
memperbaiki dalam saluran komunikasi yang merupakan dimensi
terendah dalam penelitian ini, Dinas Perumahan dan Gedung Pemda
DKI Jakarta sebaiknya lebih dekat lagi dengan warga dengan cara
berkunjung ke pemukiman warga, lalu mengadakan acara open house
dengan cara mengundang para warga untuk menjelaskan tentang
pembangunan RPTRA dan manfaat RPTRA untuk masyarakat.
125
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agung, W. 2010. Panduan SPSS 16.0, Yogyakarta: Gerailmu
Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta
Cutlip, S.M, Center, A.H., Broom, G. M. 2011. Effective Public Relations, Jakarta: Kencana
Dan Lattimore, et all.2013 Public Relations The Professi &
Practice,singapore: Mc Graw Hill.
Gulo, W. 2008. Metodologi Penelitian, Jakarta: Grasindo
Hasan, I. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta: Bumi Aksara
Hermawan, Asep. 2007. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, Jakarta: PT.
Grasindo Irianto, A., 2006. Statistik Konsep Dasar & Aplikasinya, Jakarta: Kencana
Iriantara. Yosal. 2010. Community Relations Konsep Dan Aplikasinya,
Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Jefkins, Frank. 2004. Public Relations, Jakarta:Erlangga,
Kasali, Rhenald. Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: Grafiti, 2009.
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana
Nisfiannoor, M. 2009. Pendekatan Statistik Modern untuk Ilmu Sosial,
Jakarta: Salemba Humanika
Parimita. Widya. 2008. Public Relations,Jakarta : UNJ Press.
126
Prasetyo, B., Jannah, M.L., 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Riduwan, Adun Rusyana, Enas. 2011. Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan
Aplikasi Statistik Penelitian, Bandung: Alfabeta Ruslan, Rosady. 2006. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi,
Jakarta: Raja Grafindo Sugiono. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Bandung: Alfabeta Umar, H., 2007. Metode Riset Bisnis, Jakarta: Gramedia Pustaka
Sujianto, E.A. 2007. Aplikasi Statistik dengan SPSS untuk Pemula, Jakarta: Prestasi Pustaka
Kadar Nurjaman, Khaerul Umam. 2011. Komunikasi & Public Relation,
Bandung: Pustaka Setia
Sumber lain
http://nasional.kompas.com/read/2017/01/20/20513461/kata.dinas.perumahan.soal.pembangunan.rptra.yang.diprotes.warga. diakses pada tanggal 4 April 2017 pukul 16.20 WIB.
http://nasional.kompas.com/read/2017/01/20/20513461/warga.tanjung.duren.
protes.pembangunan.rptra diakses pada tanggal 4 April 2017 pukul 16.20 WIB.
http://nasional.kompas.com/read/2017/01/20/20513461/kenangan.yang.tersi
mpan.di.balik.pembangunan.rptra.tanjung.duren.utara diakses pada tanggal 4 April 2017 pukul 16.20 WIB.
xx
Lampiran 1: KUESIONER
Kuesioner
Responden yang terhormat, kuesioner ini disebarkan guna melengkapi
data dan informasi penulis untuk Tugas akhir karya ilmiah mengenai Proses
Community Relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI
Jakarta. Kuesioner ini dibuat hanya untuk konsumsi pendidikan, bukan untuk
konsumsi umum.
Penulis ucapkan terimakasih atas kesediaan responden untuk mengisi
dan mengembalikan kuesioner ini.
IDENTITAS RESPONDEN
No Responden :
Lama tinggal :
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda checklist ( ) pada kolom pernyataan sesuai dengan jawaban
pilihan anda.
Contoh:
No Pernyataan SS S N TS STS
5 4 3 2 1
1 Kegiatan yang dibuat oleh perusahaan
memberikan manfaat bagi komunitas
√
Keterangan:
SS : Sangat Setuju (5)
S : Setuju (4)
RR : Ragu-ragu (3)
TS : Tidak Setuju (2)
STS : Sangat Tidak Setuju (1)
xxi
1. Menetapkan Sasaran
No. Indikator 1 Melibatkan karyawan dalam
merencanakan aktivitas community relations-nya
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta berpartisipasi kepada warga untuk berdiskusi mengenai pembangunan RPTRA
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta berkomitmen mengganti anggaran taman rambutan menjadi RPTRA untuk warga
3. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membuat tim untuk kepentingan masyarakat mengenai pembangunan RPTRA
No. Indikator 2 Melibatkan karyawan dalam
mengimplementasikan aktivitas community relations-nya
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta turun langsung memberikan penjelasan mengenai RPTRA
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan fasilitas berupa alat kebersihan di lokasi RPTRA
3. Warga sekitar merasakan manfaat kegiatan comunity relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta
xxii
No. Indikator 3 Kebutuhan komunitas local
sebagai tim duta perusahaan ke masyarakat
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta menyediakan fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sesuai kemauan warga
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membuat tim khusus untuk melayani kebutuhan masyarakat
3. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu memberi bantuan dana pada kebutuhan warga sekitar
No. Indikator 4 Strategi rencana tertulis untuk
community relations
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta menjelaskan kewajiban instansi pemerintah kepada komunitasnya
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan bantuan dana dalam membangun hubungan baik kepada warga sekitar
3. Strategi yang dimiliki Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta dapat diterima oleh warga sekitar
No. Indikator 5 Sasaran community relations
yang spesifik
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung
xxiii
Pemda (DPGP) DKI Jakarta peduli kepada warga sekitar terkait masalah
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) menjadi penghubung antara warga sekitar dengan Pemda
2. Mengenali Komunitas
No. Indikator 1 Organisasi harus mengenal
komunitasnya.
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memahami harapan dari warga sekitar terkait masalah pembangunan RPTRA
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta mengetahui kebutuhan warga sekitar terkait masalah pembangunan RPTRA
3. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta mengetahui keadaan warga sekitar terkait pembangunan RPTRA
No. Indikator 2 Menekankan komunikasi dari
organisasi ke komunitas.
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu berpartisipasi dalam menyampaikan informasi pada komunitas
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu berpartisipasi dalam kegiatan komunitas
3. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu berkomunikasi dalam menangani masalah pembangunan RPTRA
xxiv
No. Indikator 3 Hubungan dekat dengan pimpinan
komunitas
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memliki hubungan dekat dengan ketua RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta mengetahui organisasi yang ada didalam lingkungan warga sekitar
3. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta ikut berpartisipasi dalam memberikan bantuan berupa dana dalam kegiatan warga sekitar
3. Petunjuk Untuk Program Community Relations
No. Indikator 1 Pencapaian sasaran
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membuat inovasi yang dapat diterima warga sekitar
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membangun aula pertemuan warga untuk RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat
3. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membangun sarana pendidikan untuk RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat
No. Indikator 2 SS S RR TS STS
xxv
Strategi alternative harus dieksplorasi
5 4 3 2 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta berusaha lebih dekat dengan warga sekitar
2. Inovasi yang digunakan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan manfaat kepada warga sekitar
3. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan dana dalam mengganti anggaran warga dalam pembangunan RPTRA
No. Indikator 3 Dampak program community
relations terhadap organisasi dan komunitas
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Hubungan warga dengan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta semakin dekat
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta bekerjasama dengan warga dalam menjaga RPTRA
3. Saling memahami kebutuhan antara Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta dan warga
No. Indikator 4 Total biaya dari semua nonprofit
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Biaya yang dikeluarkan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta sesuai dengan kesepakatan
2. Seluruh warga mendapatkan komisi penggantian taman rambutan
xxvi
menjadi RPTRA dari Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta
3. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta tidak memberikan perhatian penuh dalam setiap kegiatan komunitas
No. Indikator 5 Membutuhkan pengetahuan
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta mengetahui kebutuhan warga
2. Warga sekitar mendapatkan informasi tentang kegiatan comunity relations Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta
3. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memahami budaya yang ada dimasyarakat
4. Berkomunikasi Dengan Komunitas
No. Indikator 1 Perusahaan terbuka terhadap
taktik komunikasi dengan komunitas
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta terbuka dengan warga
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu trasnparansi dana mengenai pembangunan RPTRA
3. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta tidak menutup informasi mengenai masalah pembangunan RPTRA
xxvii
No. Indikator 2 Organisasi local
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta melakukan komunikasi informal dengan organisasi dalam warga sekitar
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta melakukan komunikasi dengan organisasi yang berada di daerah pembangunan RPTRA
3. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan kesempatan kepada ibu-ibu PKK untuk memberikan masukan tentang pembangunan RPTRA
No. Indikator 3 Melakukan komunikasi informal
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta suka berbincang-bincang secara santai dengan warga
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan kesempatan kepada ketua RW untuk berkomunikasi langsung dengan kepala Dinas
3. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta berbincang-bincang secara santai dengan perwakilan warga setiap RT di RW 04 dilakukan secara rutin
No. Indikator 4 Memberikan informasi umum
untuk public
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
xxviii
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu memberi pengumuman kepada warga ketika melakukan kegiatan
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan informasi mengenai pembangunan RPTRA sesuai dengan fakta
3. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu memberikan laporan mengenai instansi pemerintah secara rutin
5. Saluran Komunikasi
No. Indikator 1 Pertemuan informal
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta melakukan mengunjungi rumah warga dalam menyelasaikan masalah pembangunan RPTRA
2. Humas Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta meminta maaf kepada warga dengan berkunjung ke rumah warga
3. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta mengunjungi warga secara rutin
No. Indikator 2 Pembuatan iklan di media massa
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membuat penjelasan pembangunan RPTRA di surat kabar
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta membuat iklan untuk mensponsori acara masyarakat
3. Dinas Perumahan dan Gedung
xxix
Pemda (DPGP) DKI Jakarta membuat iklan di televisi dengan mengikut sertakan masyarakat
No. Indikator 3 Publikasi internal
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan majalah yang dibuat oleh Humas Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta kepada warga
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu membagikan brosur kepada masyarakat
3. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta memberikan laporan tahunan perusahaan kepada pak ketua RT
No. Indikator 4 Open house
SS 5
S 4
RR 3
TS 2
STS 1
1. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta selalu mengadakan open house untuk warga
2. Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta mengundang masyarakat secara langsung dalam acara open house
3. Warga boleh mengetahui sistem kinerja yang diterapkan pada Dinas Perumahan dan Gedung Pemda (DPGP) DKI Jakarta
xxx
Lampiran 2: BERITA ONLINE
Warga Tanjung Duren Utara Protes Pembangunan RPTRA
SRI NOVIYANTI Kompas.com - 19/01/2017, 18:27 WIB
Setelah menjadi RPTRA, lokasi yang tadinya adalah aula berubah menjadi lapangan futsal.(KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI)
JAKARTA, KOMPAS.com – Warga Tanjung Duren Utara, khususnya warga RW 04, merasa keberatan atas pembangunan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) di sana.
Sebab, menurut warga, pembangunan RPTRA tersebut telah membongkar sarana publik yang dibangun atas dasar swadaya masyarakat.
“Taman dan bangunan di tempat itu dibangun oleh swadaya masyarakat. Hasil jerih payah kami membangun bertahap selama bertahun-tahun,” ujar Ketua RW 04 Tanjung Duren Utara Suzanto Sumaryono (64), Rabu (18/1/2017).
Menurut Suzanto, lokasi yang dijadikan RPTRA itu dikenal dengan nama Taman Rambutan. Awalnya tempat itu adalah rawa. Ia dan warga menguruk rawa itu pada 1976.
Sepuluh tahun setelahnya, tanah mengeras sehingga bisa digunakan untuk lokasi pembangunan sekretariat RW. Baru pada 2008, warga setempat bersepakat untuk menata taman di lokasi itu.
“Tanahnya luas, yakni 2.400 meter persegi. Kami tata taman, blok air mancur, fasilitas bermain anak, aula untuk pertemuan warga, pos hansip, dan bangunan permanen untuk kegiatan posyandu dan sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD),” kata dia.
xxxi
Material, uang dan tenaga, lanjut dia, hasil gotong-royong warga. Nilainya, kalau diakumulasikan, mencapai ratusan juta rupiah.
Sayangnya, kata Suzanto, Taman Rambutan yang dibanggakan warga itu harus diikhlaskan karena akan dibangun RPTRA.
Warga Tanjung Duren Utara sempat diundang ke kantor kecamatan oleh suku dinas perumahan.
Namun, sampai di sana, warga hanya diberi tahu bahwa lahan itu akan dibangun RPTRA.
Menurut Suzanto, tidak ada diskusi dan negosiasi yang melibatkan warga. Pada 22 Agustus 2016, Suzanto menerima berita acara serah terima lahan.
Saat pengukuran, kata dia, dikatakan bahwa ruang pertemuan yang di dalamnya terdapat PAUD bagi keluarga kurang mampu, ruang PKK, dan posyandu kesehatan balita dan lansia itu tak akan dibongkar.
Namun, kenyataannya, pihak suku dinas perumahan meminta semua bangunan yang ada di lokasi Taman Rambutan harus dibongkar.
Kemudian, diterbitkanlah surat izin pembongkaran bangunan pada September 2016. Isinya, mereka diberikan batas waktu 7 hari untuk memindahkan barang.
“Pedih hati kami membacanya. Terbayang kembali bagaimana gotong-royong waktu itu. Di sini tempat kami berkumpul dan berembuk menyatukan persepsi untuk membangun lingkungan,” ujar dia.
Saat ini, RPTRA sudah rampung dibangun. Perubahan signifikan terlihat di tengah lahan. Tempat yang tadinya aula berubah menjadi lapangan futsal. Sekretariat RW, bangunan permanen untuk posyandu, dan PAUD juga hilang.
Gantinya, ada bangunan dengan bagian tengah mirip pendopo yang belum diketahui fungsinya. Di bagian belakang pun sudah diisi toilet.
“PAUD yang sudah berjalan pun kegiatannya dipindah ke garasi rumah warga untuk sementara. Tak ada tempat lain,” kata Suzanto.
Warga lain yang juga Kepala PAUD, Ainia Devi Rama Sari, menilai bahwa pembangunan RPTRA otomatis menggusur sarana pendidikan bagi keluarga kurang mampu.
xxxii
“Tinggal menunggu kebijakan Pak RW, mau dilanjutkan atau tidak mengingat lahannya pun sudah tidak ada,” ujar Devi dihubungi Kompas.com, Kamis (19/1/2017).
Saat ini, Suzanto sudah minta ke pengelola untuk memberikan izin kegiatan PAUD selama dua jam setiap harinya di lokasi itu. Ia berharap minimal keinginan warga terwujud.
Plang sekretariat yang sudah dicabut di lokasi RPTRA Tanjung Duren. Gambar diambil Rabu (18/1/2017).(KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI)
Terkait keberatan itu, Suzanto mewakili warga menyampaikan rasa kecewanya. Aduan ia sampaikan kepada Plt Gubernur DKI Jakarta Sumarsono lewat pesan teks WhatsApp tertanggal 17 Desember 2016.
Sejauh ini, ia belum menerima balassan dari Sumarsono. "Sudah dibaca tetapi belum dibalas," ucapnya.
xxxiii
Kata Dinas Perumahan soal Pembangunan RPTRA yang Diprotes Warga
JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah DKI Jakarta Arifin mengatakan, pemilihan Taman Rambutan di Tanjung Duren Utara sebagai lokasi pembangunan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) merupakan otoritas pemerintah wilayah.
"Kami hanya membangun. Saran lokasi itu otoritas pemerintahan wilayah," ujar Arifin. Pemerintah yang dimaksud mulai dari Kelurahan, Kecamatan, hingga Wali Kota.
Oleh karena itu, kata Arifin, ia juga tak tahu soal negosiasi pemerintah setempat dengan warga, termasuk soal penggantian dan kompensasi apabila di lahan itu ada fasilitas milik warga yang dihancurkan.
"Biaya (pembangunan) yang ada pada kami murni untuk pembangunan saja. Tidak ada untuk kompensasi atau penggantian," kata dia.
Adapun pembangunan RPTRA di Tanjung Duren Utara ini sempat menuai protes warga RW 04 di wilayah itu.
Lebih lanjut, Arifin mengatakan bahwa biaya pembangunan RPTRA terbagi dua. Ada yang memakai anggaran pendapatan belanja daerah (APBD).
Menurut dia, RPTRA Tanjung Duren dibangun menggunakan APBD. Pada 2016, kata dia, sudah ada 123 RPTRA yang dibangun dengan menggunakan APBD. Targetnya, pada 2017, terbangun 100 RPTRA dengan APBD.
Ia juga menyampaikan, pada dasarnya keinginan membangun RPTRA datang dari pemerintah daerah (pemda) yang melihat kebutuhan atas DKI Jakarta menuju kota layak anak. Maka dari itu, jumlah RPTRA biasanya ditentukan juga oleh pemerintah provinsi.
"Misalnya pemda bilang tolong disiapkan di wilayah ini untuk dibangun 20 RPTRA. Di saat itulah, pemerintahan wilayah menimbang dan mengusulkan mana saja lahan yang cocok," ujar dia.
Menurut dia, manfaat RPTRA ini akan kembali lagi kepada warga. RPTRA akan diprioritaskan pada wilayah Kelurahan yang belum memiliki lahan bermain anak dan padat penduduknya.
"Sarananya bisa dimanfaatkan lagi oleh warga kan ada pengelolanya. Namun, keberadaannya memang tak lagi bisa di monopoli milik wilayah mana dan spesifik siapa saja warganya," kata dia.
xxxiv
Kenangan yang Tersimpan di Balik Pembangunan RPTRA Tanjung Duren Utara
SRI NOVIYANTI Kompas.com - 19/01/2017, 15:12 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com – Dari sederet catatan soal kurangnya ruang terbuka hijau di Jakarta, warga Tanjung Duren Utara boleh berbangga hati. Mereka memiliki satu taman yang dikelilingi pohon-pohon besar berusia puluhan tahun.
Taman Rambutan RW 04 Tanjung Duren Utara, begitu orang menyebutnya. Taman yang berdiri di atas lahan seluas 2.400 meter persegi itu bagai oase di tengah padatnya rumah penduduk.
Bagian depan taman diisi fasilitas bermain anak, seperti ayunan, seluncuran, dan jungkit-jungkit. Di bagian belakang, ada lapangan futsal dan blok air mancur.
Kalau sore, warga kerap datang untuk duduk-duduk, sekadar menikmati semilir angin di taman itu. Saat akhir pekan, taman itu biasanya ramai sejak pagi.
Taman itu seolah menjadi kebanggaan warga Tanjung Duren Utara. Namun, kebanggaan itu pun sirna.
“Lokasi ini kebanggan kami (warga), tetapi dulu,” ujar Ketua RW 04 Tanjung Duren Utara Suzanto Sumaryono (64) ditemui Rabu, (18/1/2017).
Jerih payah warga
xxxv
Kini, Taman Rambutan berubah nama menjadi Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Tanjung Duren. Suzanto mengawali ceritanya dengan menghela napas.
“Taman Rambutan adalah bagian dari sejarah dan jerih payah kami sebagai warga sini,” ujarnya.
Waktu itu, 1970-an, saat lokasi taman masih berupa rawa, tak ada orang yang meliriknya. Bahkan, tempat itu sering dijadikan lokasi pembuangan sampah.
Seiring waktu, pada 1976, warga bersepakat untuk menguruk rawa. Harapannya, lahan bisa digunakan sewaktu-waktu.
Sepuluh tahun kemudian, tanah mulai keras. Didirikanlah sekretariat RW di lahan itu.
“Lalu, warga kembali berpikir untuk memanfaatkannya. Ada yang berjualan kaki lima, dan taruh kandang ayam di sana,” ujar Suzanto.
Keadaan terus bergulir sampai Suzanto menjabat sebagai Ketua RW 04 Tanjung Duren. Terlintas dalam pikirannya untuk menata taman di lokasi itu.
“Lokasinya berseberangan dengan masjid, harus ditata agar rapi dan pantas dilihat. Kalau diisi pedagang kaki lima kan rawan ada preman, saya tidak mau,” ujarnya.
Setelah memberi pengertian pada beberapa pihak, lahan itu dikosongkan kembali. Pada 2008, Suzanto mengumpulkan warga, memberi tahu keinginannya untuk membuat taman.
Ia pun memperlihatkan rencana rancang bangunnya kepada warga. “Tempat itu bisa jadi ruang publik. Selain taman bermain anak, rencananya akan ada aula. Saya perlihatkan rancang bangunnya,” kata dia.
Adapun aula berguna untuk pertemuan warga. Tak hanya itu, di sana juga akan dibuat bangunan permanen untuk kegiataan posyandu dan sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD).
Rencana ini seolah membakar semangat warga. Sebagian warga menyumbang material untuk pembangunan, sebagian lainnya menyumbang tenaga. Mereka bergotong-royong mewujudkan rencana membangun lahan tersebut.
“Kalau diakumulasi, habisnya bisa sampai ratusan juta. Saya ingat pengeluaran untuk air mancur saja mencapai Rp 30 juta,” imbuh Suzanto.
xxxvi
Tahap demi tahap bangunan mereka lewati hingga akhirnya pada 2009 pembangunan selesai. Jerih payah ini menumbuhkan kebanggaan bagi warga.
Jadi RPTRA
Bertahun-tahun warga menikmati ruang publik tersebut. Hingga pada pertengahan 2016, warga dikejutkan dengan rencana pemerintah daerah (Pemda) untuk membangun RPTRA di lahan tersebut. Ia dan warga, waktu itu diundang ke kantor kecamatan oleh suku dinas perumahan.
“Sifatnya pemberitahuan, bukan dialog. Bagaimana kami bisa berargumentasi mempertahankan aset warga?” ujarnya.
Pada 22 Agustus 2016, berita acara serah terima lahan itu diterima Suzanto. Saat pengukuran, dikatakan bahwa ruang pertemuan yang di dalamnya terdapat PAUD, ruang PKK, dan posyandu kesehatan balita dan lansia tak akan dibongkar.
Namun, kenyataannya berkata lain. Pihak suku dinas perumahan meminta semua bangunan yang ada di lokasi Taman Rambutan itu dibongkar.
“Tidak konsisten,” ucapnya.
xxxvii
Kemudian, diterbitkanlah surat izin pembongkaran bangunan pada September 2016. Isinya, mereka diberikan batas waktu 7 hari untuk memindahkan barang.
“Pedih hati kami membacanya. Terbayang kembali bagaimana gotong-royong waktu itu. Di sini tempat kami berkumpul dan berembuk menyatukan persepsi untuk membangun lingkungan,” ujar dia.
Memang, tidak semua bangunan dibongkar. Hanya aula yang dibongkar karena akan diubah jadi lapangan futsal, dan akhirnya jadi bangunan permanen untuk PAUD.
Padahal, belakangan, aula sering dipinjam warga yang rumahnya berada di gang-gang sempit untuk melaksanakan resepsi pernikahan.
Kata Suzanto, tempat itu juga pernah dipinjam untuk tamu kelurahan dan instansi lainnya. PAUD yang sudah berjalan pun lalu kegiatannya dipindah ke garasi rumah warga.
Kini, setelah pembangunan RPTRA selesai, yang tersisa adalah fasilitas bermain, air mancur, dan bekas plang “Air mancur/taman ini dibangun oleh swadaya masyarakat.”
Sejak itu, pertemuan-pertemuan warga lebih sering dilakukan di sepanjang badan jalan beratapkan tenda. Begitupun saat ada kegiatan Posyandu. “Paling deg-degan kalau sedang ada pertemuan. Kami semua berdoa jangan sampai hujan,” ujarnya lagi.
Tinggal kenangan
Saat ini, warga masih suka berkunjung ke RPTRA saat sore tiba. Anak-anak juga masih suka bermain di sana. Taman baru sepi saat magrib.
Kendati demikian, menurut seorang hansip desa, Maulana (61), taman ini lebih ramai ketika dulu.
"Lebih bagus karena warganya merasa tempat ini punya mereka. Hasil jerih payah bersama,” ujar dia.
Maulana sudah berjaga di tempat itu sejak 1995. Waktu itu, lokasi taman hanya menjadi tempat parkir.
xxxviii
Saat menjadi Taman Rambutan, Maulana dan Hansip Desa lainnya mendapat pos jaga. Meskipun tidak besar, pos tersebut bisa dijadikan tempat istirahat saat mengantuk.
“Sekarang sudah tidak ada,” kata dia.
Kini, tempat istirahatnya adalah sofa yang berada tepat di bawah pohon besar dekat fasilitas bermain anak. Itu pun, tidak permanen. Bisa saja nantinya sofa itu dirapikan oleh pengelola RPTRA.
Menjelang magrib, Kompas.com menghampiri salah satu pengunjung, Ateng Diatiko (69). Seorang diri, ia duduk di tepian kolam air mancur.
“Dulu bagus banget Dik, terasa lebih hidup. Saya hampir setiap hari ke sini,” ujarnya.
Ateng bukan warga RW 04 yang ikut membantu pembangunan, tetapi ia tinggal dekat taman. Katanya, kolam di bawah air mancur itu, saat kepengurusan taman dipegang warga, masih terurus. Oleh warga, kolam itu diisi ikan.
“Air mancurnya selalu dinyalakan. Indah dilihatnya. Buat orangtua seperti saya, itu bikin tenang,” kata Ateng.
Surat keberatan
Berpasrah diri bukan berarti menyerah. Sampai saat ini, Suzanto dan warga masih mengupayakan agar aset itu bukan tinggal kenangan.
“Kami senang itu bisa jadi ruang publik untuk banyak orang tetapi hargai jerih payah kami,” ujar Suzanto lagi.
Beberapa langkah pun ia jalani, termasuk mengirimkan surat aduan kepada Plt Gubernur DKI Jakarta Sumarsono pada 17 Desember 2016.
“Lebih pedih lagi saat ada isu bahwa pengurut RT dan RW mendapatkan komisi dari kontraktor. Padahal tidak se-sen pun kami terima. Atas tuduhan ini, saya mengadukannya pada Lurah Tanjung Duren Utara,” kata dia.
xxxix
Lampiran 3: TRANSKIP WAWANCARA
Hasil Wawancara dengan Pihak Terkait
Wawancara dengan Ketua RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta
Barat.
Nama : Bapak Suzanto
Jabatan : Ketua RW 04 Kelurahan Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat.
Waktu : Minggu, 9 April 2017
Keterangan : P = Penulis
N = Narasumber
P : Pembangunan RPTRA itu dari pemda atau ada perusahan lain didalamnya
pak?
N : Iya, RPTRA itu tadinya taman rambutan dek dibuat oleh warga sekaarang
udah di ambil alih sama Pemda. Kalo dari perusahaan lain sih ga ada, ini
murni dari Pemda.
P : Lalu, tanggapan warga gimana pak mengenai RPTRA ini, setelah tahu
bahwa tamannya di bangun RPTRA?
N : Ya, seperti yang adek liat aja beritanya warga RW 04 protes dek. Bahkan
saya sudah WA Plt Gubernur ga ada jawabannya dek.
P : Tapi yang protesnya itu semua warga atau ada perwakilan aja pak?
N : Kalau protesnya sih hampir semua warga RW 04, ya kan taman rambutan
ini dulunya rawa, diuruk sama warga sini sampe jadinya taman. Dana
pembuatan taman juga dari warga dek ga ada yang dari pemerintah sedikit
pun, sampai – sampai orang kelurahan juga sering gunakan taman ini buat
keperluan warga, pelayanan warga. Kita pernah diundang ke kecamatan
buat negosiasi nah yang itu perwakilan warga di setiap RT aja dek, ada 48
xl
orang jadi di RW 04 ini ada 12 RT nah setiap RT perwakilan 4 orang, gak
mungkin dong 1 RW ke kecamatan.
P : Lalu, negosiasi di kantor kecamatan hasilnya bagaimana pak?
N : Waktu itu saya dan warga diundang ke kantor kecamatan, tapi tidak ada
negosiasi disitu. Dia bilang tidak ada yang dibongkar termasuk ruang
pertemuan warga, tapi setelah surat izin nya keluar, ruang pertemuannya
harus dibongkar. Biaya ganti rugi pun tidak ada, sedih sebenernya kalau
diinget saat pembangunan taman rambutan itu, semuanya itu hasil gotong
royong warga, biayanya juga dari warga. Apalagi ruang pertemuan itu juga
pernah digunakan oleh kelurahan untuk donor darah yang tadi saya bilang.
P : Berapa kira-kira total biaya yang dihabiskan warga untuk bangun taman
rambutan pak?
N : Sekitar 500 juta dek dan itu setelah pembangunan RPTRA tidak ada uang
ganti ruginya, mangkanya warga protes dek. Gimana ga banyak dananya
disitu kan ada kantor sekretariat, posyandu, PAUD, pelayanan
masyarakat.
P : Baik Pak, mungkin untuk saat ini hanya itu saja pertanyaan saya, jika ada
pertanyaan lagi saya akan kembali menghubungi Bapak. Terima kasih
banyak atas informasinya, Pak.
N : Sama sama dek.
xli
Wawancara dengan Bapak Deni selaku salah satu staf sub bagian umum
Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta.
Nama : Deni
Jabatan : Staf Sub Bagian Umum
Waktu : Senin, 17 April 2017
P : Mengenai penolakan yang dilakukan warga RW 04 Kelurahan Tanjung
Duren Utara, Jakarta Barat. Jika boleh tau, hal apa yang sebenarnya
paling membuat warga protes?
N : Sebenarnya sih hal yang buat warga protes ya itu masalah uang ganti rugi
buat warga mas, sama bangunan yang ada disana kita ganti bukan di
bongkar aja mas, pihak kami juga kan ingin membuat taman itu buat
kenyamanan warga sama buat fasilitas buat anak anak mas, kan udah
jarang juga taman di jakarta buat anak anak.
P : Selain itu, apa yang dilakukan pihak DPGP untuk memberikan solusi ke
warga?
N : Kami sudah sosialisai sama ketua RW nya di kantor kecamatan waktu itu
mas, mungkin belum di mengerti oleh ketua RW nya mas. Jadi setelah
pembangunan RPTRA itu di Tanjung Duren Utara kami telah melakukan
negosiasi berupa keinginan ketua RW 04 kelurahan Tanjung Duren Utara
untuk melakukan kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) setiap hari
selama dua jam dan memberikan pengertian kepada warga RW 04
khususnya, bahwasanya RPTRA yang dibangun ini untuk memfasilitasi
anak anak agar lebih berkreasi dan melakukan hal positif seperti kompetisi
futsal antar RT dan membangun persaudaraan wilayah kelurahan Tanjung
Duren Utara. Pendoponya itu dibangun untuk pertemuan warga dan
kegiatan PAUD seperti yang dulu telah dibangun oleh warga.
xlii
P : Lalu, bagaimana tanggapan warganya pak?
N : Warga masih tetap aja menolak dan minta ganti rugi mas. Yang harus ini
dan itu lah. Kita pun jadi susah harus mencari solusi bagaimana. Mungkin
yang saat ini bisa saya sampaikan hanya itu saja mas.
P : Baik Pak Deni, terimakasih atas informasi yang Bapak sampaikan. Mohon
maaf mengganggu waktu Bapak bekerja, saya akan kembali menghubungi
Bapak jika ada hal yang ingin saya tanyakan. Terimakasih banyak ya, Pak.
N : Mari sama sama mas.
xliii
Lampiran 4 : DATA RESPONDEN
DAFTAR NAMA RESPONDEN
NO. NAMA JENIS KELAMIN UMUR
1. Ende Kusweri L 22
2. Kurnia Wahab L 45
3. Bimo Kusuma L 44
4. Ago Hermawan L 55
5. Satria Indera L 46
6. Anton Wijanarko L 24
7. Junot L 28
8. Taufik Ismail L 44
9. Nandar Sadur L 66
10. Surya Maulana L 33
11. Syaqal L 35
12. Yopi Bagus L 38
13. Muhammad Fahmi L 56
14. Yadi Maryadi L 76
15. Ilham L 87
16. Zoe Saputra L 68
17. Reynaldi L 46
18. Albana Silalahi L 25
19. Ipung L 25
20. Edo Hardianto L 24
21. Dos Santos L 34
22. Zilky Komara L 44
23. Fahmi L 44
xliv
24. Edy L 46
25. Andre Martin L 47
26. fajri ndom L 65
27. Fandrico L 64
28. Yogi L 33
29. Nita P 45
30. Yahya Nazarudin L 57
31 Namira P 22
32 Sahrul L 22
33 Raden Gito L 45
34 Rizaldi Eko Santoso L 44
35 Marendra Selo L 55
36 M Rakha Hidayat L 46
37 Nugi L 24
38 Syahrul Gunawan L 28
39 Rendra Prasetyo L 44
40 Nunung Trihaji L 66
41 Rizky Aditya L 33
42 Wanda P 35
43 Wuri Handayani P 38
44 Erwin L 56
45 Bayu Hendriko L 76
46 Natanael L 87
47 Mayang P 68
48 Nadia Shavira P 46
Jakarta, 10 Juni 2017
Suzanto Sumaryono