tugas akhir ikm
DESCRIPTION
errrTRANSCRIPT
Tugas Akhir
WALK THROUGH SURVEY
PT. KARYA JAYA MANDIRI PERKASA
Oleh :
Mariam Bt. Abdul Rashid, S. Ked
Joande Necisa, S. Ked
Dimas Agung Saputra, S. Ked
Apriliza Ralasati, S.Ked
Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Tan Malaka, MOH, MPH, Sp.OK
Ir. Akil Madjid, MT
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Walk Through Survey
yang berjudul :
WALK THROUGH SURVEY
PT. KARYA JAYA MANDIRI PERKASA
Oleh :
Mariam Bt. Abdul Rashid, S. Ked 04114708106
Joande Necisa, S. Ked 04114708094
Dimas Agung Saputra, S. Ked 04114708089
Apriliza Ralasati, S.Ked 04114708066
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 26
Februari – 6 Mei 2013
Palembang, April 2013
Pembimbing
Prof. Dr. dr. Tan Malaka, MOH,MPH, Sp.OK
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan 2
Tujuan 2
Tempat 2
Waktu Pelaksanaan 2
Profil Perusahaan 2
II. Health Hazards (Ancaman bahaya pada Kesehatan) 7
1. Physical Health Hazard
a. Kebisingan 7
b. Stres Suhu Tinggi 7
c.
d.
Infrastruktur bangunan
Getaran
7
8
2. Biology Health Hazard 8
3. Chemical Health Hazard
a. Dust
b. Mono Propylene Glycol
c. Asbestos
8
8
9
9
4. Psychological Health Hazard 11
5. Ergonomic Health Hazard 11
Upaya Pengendalian Hazard 12
1. Enginering Control 12
2. Alat Pelindung Diri 13
3. Health Risk Assessment 13
4. Health Surveilans 14
5.
6.
Tim Pengawas K3
MERP
14
15
7. Health Promotion 15
III.
IV.
Kesimpulan dan Saran
Lampiran
17
21
Jl. Sriwijaya Raya KM 13, Kel. Karya Jaya, Kertapati, Palembang.
BAB I
PENDAHULUAN
I. Pendahuluan
Walk through survey merupakan salah satu agenda kegiatan dalam
rangka pelatihan Hiperkes XXXVI yang dilaksanakan pada 22 April-27
April 2013.
II. Tujuan
Untuk mendapatkan data dan informasi tentang Health Hazards.
III. Tempat
PT. Karya Jaya Mandiri Perkasa yang beralamat Jl. Sriwijaya Raya
KM 13, Kel. Karya Jaya, Kertapati, Palembang.
IV. Waktu Pelaksanaan
Hari, Tanggal : Jumat, 26 April 2013
Waktu : 08.00 – 11.00 WIB
V. Profil Perusahaan
Perusahaan perseroan PT. Karya Jaya Mandiri Perkasa adalah salah
satu perusahaan swasta bergerak di bidang produksi dan perdagangan dan
berdiri sejak tahun 2010. Lokasi pabrik terletak di Karya Jaya Palembang,
Provinsi Sumatera Selatan. Perusahaan ini terdiri dari dua pabrik utama
dengan hasil berupa pengepakan beras dan produk olahan dari beras yaitu
bihun. Pabrik yang mengelola produksi bihun merupakan anak perusahaan
dari PT. Karya Jaya Mandiri Perkasa dan masih berupa CV, namun masih
berada dalam satu lokasi pabrik dengan pabrik pengepakan beras.
Jumlah pegawai pada perusahaan ini untuk PT. Karya Jaya Mandiri
Perkasa yang mengelola beras berjumlah 110 orang dan untuk CV yang
mengelola bihun berjumlah 90 orang merupakan pegawai tetap, perusahaan
ini juga mempekerjakan para buruh yang bukan merupakan pegawai tetap.
Bahan baku untuk beras ataupun bihun berasal dari beras yang
diperoleh dari petani lokal khusus daerah Sumatera Selatan, antara lain
berasal dari Banyuasin dan Blitang.
1. Proses Sortasi Beras
Beras yang dikemas berasal dari petani Sumatera Selatan antara lain
dari daerah Jalur, Kab. Banyuasin dan dari daerah blitang. Beras dari
daerah tersebut masuk ke pabrik ini sudah dalam bentu beras yang telah
dibersihkan dari gabah dan tangkainya, diangkut sampai ke pabrik melalui
dua jalur, yaitu jalur sungai untuk beras yang berasal dari Banyuasin, dan
jalur darat untuk beras yang berasal dari Blitang.
Setelah beras datang, kemudian diangkut dari kapal ataupun truk,
untuk kemudian dilakukan proses sortasi atau pemilihan dan penyeleksian
beras. Beras yang dating ini ditimbang dan diseleksi ke dalam 5 kategori.
Kategori-kategori ini nantinya yang akan menentukan merk dari beras-
beras tersebut.
Setelah melalui proses sortasi, beras diangkut ke dalam gedung pabrik
untuk dilakukan tahap selanjutnya. Beras-beras tersebut dimasukkan ke
dalam mesin penyortir I, yang disebut grader untuk diayak oleh mesin
tersebut dan disortir atau dipilih yang bagus. Beras yang bagus akan
masuk ke mesin penyortir selanjutnya dan gabah atau kulit padi akan
terpisah dan keluar dari mesin.
Setelah melewati mesin penyortir I, beras kemudian masuk ke mesin
penyortir II. Di mesin penyortir II ini berfungsi untuk memisahkan antara
beras dan batu-batu kecil. Beras-beras yang lolos pada mesin ini akan
masuk ke mesin penyortir yang selanjutnya, sedangkan batu-batu akan
keluar dari mesin.
Setelah melewati mesin penyortir II, beras masuk ke mesin penyortir
III. Mesin ini merupakan mesin pengayak yang terakhir dan untuk
memisahkan beras yang masih utuh dengan beras yang sudah hancur
(beras broken). Beras yang maih utuh dan bagus kemudian masuk ke
dalam proses pemolesan dan pengepakan, sedangkan beras broken
kemudian dimanfaatkan untuk diolah menjadi bihun.
2. Proses Pembuatan Bihun
Bahan baku untuk pembuatan bihun menggunakan beras broken jenis
IR 42 yang diperoleh dari penyortiran beras di pabrik pengemasan beras.
Pertama-tama dilakukan proses pencucian beras menggunakan mesin.
Proses pencucian ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk menghilangkan
kotoran yang melekat pada beras. Kemudian beras yang telah direndam
ditiriskan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pembuatan tepung
beras.
Setelah bersih, beras digiling dengan cara basah menggunakan mesin
giling untuk menghasilkan tepung. Pada saat penggilingan, ditambahkan
air sedikit demi sedikit melalui sebuah pipa atau kran. Hasil penggilingan
berupa cairan kental yang langsung disaring dan dialirkan ke dalam bak
penampungan. Tepung yang tidak lolos saringan dikembalikan ke mesin
giling. Semakin halus tepung yang digunakan, mutu bihun yang dihasilkan
semakin baik.
Proses selanjutnya yaitu pengepresan. Pengepresan dilakukan dengan
hidrolik press. Hasil pengepresan berupa cake yang masih basah dan
mengandung air sekitar 40%. Setelah itu kemudian dimixer. Setelah
dimixer, cake digiling dan dicetak untuk menjadi bihun menggunakan alat
screw extruder. Hasil cetakan ini kemudian dipisahkan secara manual,
yang bagus kemudian dimasukkan untuk dikukus, dan yang kurang bagus
dicetak kembali.
Setelah melewati proses penggilingan, bihun basah dipotong,
kemudian disusun diatas rak-rak dalam keadaan tergantung. Selanjutnya
rak dimasukkan ke ruang pengukusan. Pengukusan berlangsung pada suhu
diatas 100C. Setelah pengukusan, bihun basah dijemur sampai kering atau
dikeringkan dengan alat pengering.. Setelah itu bihun dipisah-pisahkan
secara manual ke dalam mesin-mesin pencetak untuk kemasan bungkusan
lalu dibungkus menggunakan mesin.
Untuk menjaga mutu dari bihun yang dijual, PT. Karya Jaya Mandiri
Perkasa menerapkan uji mutu setiap harinya dengan cara perebusan dan
melihat hasilnya. Tapi untuk standarisasi mutu belum dibuat. Jadi standar
mutu ditetapkan oleh para penguji.
Flow SheetPT. Karya Jaya Mandiri Perkasa
Beras diangkut sampai ke pabrik
pemilihan dan penyeleksian beras manual
ditimbang dan diseleksi ke dalam 5 kategori
masuk ke mesin penyortir I /grader
masuk ke mesin penyortir II
masuk ke mesin penyortir III
Beras yang masih utuh dan bagus masuk ke dalam proses pemolesan dan
pengemasan
beras broken bahan pembuatan bihun
jenis IR 42
proses pencucian beras
direndam dan ditiriskan
penggilingan beras(mesin)
tepung + air
cairan kental yang langsung disaring dan dialirkan ke dalam bak penampungan.
Proses pengepresan
Cake basah
Dimixer
digiling dan dicetak (screw extruder)
Hasil cetakan dipisahkan secara manual
yang bagus kemudian dimasukkan untuk dikukus
yang kurang bagus dicetak kembali
bihun basah dipotong
disusun diatas rak-rak dalam keadaan tergantung
pengukusan (suhu diatas 100C)
dijemur sampai kering dilanjutkan dengan pengeringan dengan alat pengering
dipisah-pisahkan secara manual ke dalam mesin-mesin pencetak untuk kemasan
bungkusan
Produk bihun
BAB II
Health Hazards (Ancaman bahaya pada Kesehatan)
1. Health Hazards Fisik
Berdasarkan pengamatan terdapat beberapa bahaya fisik yang
berdampak pada kesehatan di perusahaan, seperti :
a. Kebisingan
Dari hasil pengamatan, beberapa mesin yang terdapat pada pabrik
menimbulkan suara yang cukup keras, terutama mesin untuk penggilingan.
Selain itu juga kebisingan diperoleh dari suara gergaji yang digunakan untuk
memotong kayu yang akan digunakan sebagai bahan baker. Namun pada saat
kunjungan didapatkan pekerja yang sedang bekerja di sekitar mesin tidak
memakai ear plug ataupun ear muff. Disana juga tidak terdapat rambu-rambu
atau spanduk yang menyatakan untuk menggunakan alat pelindung telinga.
Menurut hasil pemeriksaaan yang telah dilakukan sebelumnya intensitas
bising bahkan mencapai 100dB. Dan pekerja di sana rata-rata menghabiskan
waktunya dalam satu kali shift selama 8 jam kerja.
b. Stres suhu tinggi
Pada saat melakukan walkthrough survey,surveyor merasakan panas
yang berasal dari mesin yang digunakan untuk pengukusan. Mesin ini terletak
di dalam ruangan, dan ruangan di pabrik ini tidak memiliki mesin pertukaran
udara yang cukup. Hal ini pula dirasakan pada para pekerja pabrik yang
bekerja di lapangan terbuka pabrik. Para pekerja khususnya shift yang bekerja
antara pukul 06.00 WIB sampai 18.00 WIB telah terpapar panas ini setiap
hari. Namun saat kunjungan tidak dilakukan pengukuran suhu secara objektif
menggunakan Wet Bulb Globe Temperature.
c. Infrastruktur bangunan
Dari hal pengamatan didapatkan beberapa infrastruktur bangunan di
yang kurang memperhatikan safety atau keamanan. Hal ini tampak pada
tangga yang menuju tempat pencucian beras tidak memiliki penyangga atau
pemegang di pinggirnya (tidak ada tepian) sehingga dapat meningkatkan
resiko kecelakaan.
d. Getaran
Bahaya getaran ditemukan pada pekerja yang bekerja disekitar mesin
penggilingan dan mesin gergaji kayu. Dalam hal ini getaran yang diterima
oleh para pekerja bersifat whole body vibration dengan frekuensi rendah.
Dimana dalam hal ini getaran dihantarkan secara vertikal dari kaki ke seluruh
tubuh. Hal ini dapat menyebabkan nyeri yang dirasakan di tulang belakang.
Namun pada saat survei tidak dilakukan pengukuran secara objektif dengan
menggunakan vibration meter.
2. Biology Health Hazard
a. Air Minum
Dari hal pengamatan didapati adanya air minum isi ulang dalam gallon
yang dibiarkan dalam keadaan terbuka yang dapat menyebabkan debu yang
berterbangan dapat terjatuh ke dalam gallon (tampilin gambar).
b. Kondisi Pekerja
Selain itu juga didapati kondisi pekerjanya yang tidak memakai
handschoen ataupun masker sehingga apabila bersin atau batuk dapat langsung
mencemari bahan yang ada. Ditambah juga apabila pekerja berkeringat, mereka
mengelap keringat dan langsung melanjutkan lagi pekerjaannya. Beberapa
pekerja perempuan yang bertugas dalam pengepakan bihun juga membiarkan
rambut tergerai, yang berisiko rambut masuk ke dalam bahan makanan.
c. Kantin
Pada waktu istirahat, ada sebagian kecil para pekerja yang makan siang
di kantin yang berada di pabrik tersebut. Walaupun kantin ini bukan kantin
perusahan tapi hygienitas makanan dan kesehatan pengelola makanan harus
dijaga namun di kantin ini ,pengelola makanan tidak di lakukan pemeriksaan
kesehatan.
3. Chemical Health Hazards
a. Dust
Saat melakukan walk through survey didapatkan pekerja yang sedang
menggergaji kayu tanpa menggunakan menggunakan respirator dan sarung
tangan. Dimana dalam proses penggergajian kayu, maka akan muncul debu-
debu atau serbuk kayu (dust) yang bersifat karsinogenik.
Selain itu pekerja-pekerja yang bekerja di dalam pabrik juga tidak ada yang
menggunakan masker ataupun sarung tangan sehingga debu-debu yang
berasal dari pabrik, baik pabrik pengolahan bihun maupun pengemasan beras
dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan bagi pekerja.
b. Mono Propylene Glycol
Mono Propylene Glycol merupakan sejenis solvent. Bahan ini
didapatkan dijumpai dalam produk essence pandan yang didapatkan pada
pabrik pengemasan beras. Untuk beras-beras tertentu, ditambahkan produk
essence agar muncul wangi seperti pandan dimana kandungan produk tersebut
terdiri dari pandan rice base, coconut milk flavour, dan mono-propylene
glycol. Mono propylene glycol disini berfungsi sebagai solvent.
Dalam tubuh manusia, monopropylene glycol diubah menjadi asam
piruvat, yang merupkan komponen metabolic yang normal diperlukan untuk
menghasilkan energi, selain itu juga menghasilkan asalm asetic, asam laktat
dan propionaldehida. Mono-propylene glycol bila dikonsumsi terus menerus
dan dalam jumlah yang besar dapat berbahaya bagi tubuh. Beberapa sumber
juga menyebutkan bahwa zat ini dapat menyebabkan meningkatnya alergi dan
kelainan imunitas pada anak-anak.
c. Asbestos
Asbestos adalah bentuk serat mineral silikatermasuk dalam kelompok
serpentine dan amphibole dari mineral-mineral pembentuk batuan, termasuk:
actinolite, amosite (asbes coklat, cummingtonite, grunnerite), anthophyllite,
chrysotile (asbes putih), crocidolite (asbes biru), tremolite, atau campuran
yang sekurang-kurangnya mengandung salah satu dari mineral-mineral
tersebut. Asbes dapat diperoleh dengan berbagai metode penambangan bawah
tanah, namun yang paling umum adalahmelalui penambangan terbuka (open-
pit mining).
Setiap jenis asbes yang jelas berbeda dalam dan kimia sifat fisik
tergantung pada komponen lain dari batu, seperti kalsium, magnesium atau
besi.
Chrysotile (putih) Serat asbes cenderung menjadi warna putih dan
dengan halus, tekstur yang halus.
Crocidolite (biru) Serat asbes yang cerah biru, biasanya lebih pendek,
tegak dan kurang halus dari chrysotile.
Amosite (coklat) serat cenderung berwarna coklat dengan serat lebih
rapuh dari baik crocidolite atau chrysotile.
Sifat Fisik asbestos:
a. Tahan api
b. Tahan panas hingga 1200°C
c. Tahan zat asam
d. Lentur
e. Tidak bisa menguap
f. Tidak mudah terurai di alam bebas
g. Tidak mampu dikeluarkan secara alami oleh tubuh manusia
Asbestos sangat berbahaya bagi manusia, karena tubuh manusia tidak
bisa mendetoksifikasikan debu asbestos yang masuk ke dalam tubuh. Oleh
karena itu, debu asbes yang masuk ke dalam tubuh terakumulasi pada satu
organ saja yaitu paru-paru dan menimbulkan berbagai penyakit.
Ukuran sebuah serat asbes sangat kecil dan halus. Karena itulah
mudah beterbangan di udara. Asbestos jika sampai terhirup oleh manusia
tidak berefek secara langsung namun berefek setelah jangka waktu yang lama
sekitar 20 hingga 30 tahun yang kemudian akan membuat luka bahkan
mematikan sel paru-paru. Keberadaan asbestos di paru-paru tidak bisa di
deteksi dengan Rontgen, hanya melalui CT scan asbestos bisa dideteksi.
Penyakit yang ditimbulkan:
Asbestosis: penyakit saluran pernafasan yang terjadi akibat menghirup
serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang
luas.
Kanker Paru-Paru : kanker dinding saluran napas.
Plak Pleura : penebalan pleura dan timbulnya lapisan plak pleura dapat
mengarah pada pengapuran.
Kanker usus.
Kanker tenggorokan
Kanker pankreas
4. Psychological Health Hazard
Salah satu hazard dari psikososial adalah regulasi shift bagi para pekerja.
Para pekerja yang mendapatkan shift malam yang lebih sering biasanya
mendapatkan stres kerja yang lebih berat karena melawan jam tidur biologis yang
dimiliki tubuhnya dan penyakit DBD.
5. Ergonomic Health Hazard
Dalam hal ergonomik ditemukan beberapa pegawai pada pabrik
pengemasan beras yang mengangkut beras tanpa memperhatikan aspek
ergonomik. Mereka mengangkut beras melebihi beban yang dapat ditanggung oleh
tubuh. Satu orang dapat mengangkut empat bahkan lima karung (1 karung @20kg)
secara sekaligus.Hal ini dapat memicu low back pain pada pekerja tersebut yang
dampaknya akan terjadi penurunan produktifitas kerja.
Pada pekerja yang mengangkut kayu untuk bahan baker juga tidak
memperhatikan aspek ergonomic. Mereka mengangkat kayu tanpa menggunakan
teknik pengangkutan yang benar.
Pekerja yang bekerja di bagian pencucian beras juga demikian. Mereka
mengangkut air dan melakukan pengadukan dengan memutar badan tidak dengan
seharusnya.
Pekerja yang bekerja mengoperasikan mesin pembungkus bihun juga
kurang memperhatikan aspek ergonomic. Pada pekerjaan, siku seharusnya tidak
boleh dari 450 sedangkan pekerja tersebut sikunya bahakna membentuk sudut 900
yang dapat menyebabkan keletihan pada bahu dan tulang belakang apabila
dikerjakan terus menerus dan dalam waktu yang lama sehingga dapat menurunka
produktivitas kerja.
Pada ibu-ibu yang bertugas dalam pengepakan barang ,duduk di lantai
tanpa penyangga atau sandaran pada punggungnya. Dan seirngakali juga duduk
sambil membungkuk. Hal ini dapat menyebabkan keletihan dan nyeri pada tulang
belakang yang juga dapat menurunkan produktivitas kerja.
Salah satu tangga dari pabrik ini tidak memenuhi syarat selain tidak
memiliki pegangan juga termasuk sangat curam dan sangat berisiko menyebabkan
jatuh.
Upaya Pengendalian Hazard
a. Engineering Control
Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan kerja, kebisingan
yang dihasilkan oleh kerja mesin-mesin berat hendaknya dievaluasi dan
dikurangi kebisingannya dengan menggunakan alat peredam suara disekitar alat
tersebut. Para pekerja seharusnya menggunakan ear plug atau ear muff untuk
mengurangi kebisingan dari mesin-mesin pabrik.
Stres termal yang didapat para pekerja, baik dari mesin-mesin
perusahaan ataupun radiasi matahari dapat dikendalikan dengan memakai
pakaian pelindung (heat reflective). Selain itu, untuk mengurangi metabolic heat
dapat dikendalikan dengan mengurangi beban kerja fisik dan mengurangi waktu
paparan dengan panas. Namun pada PT. Karya Jaya Mandiri Perkasa belum
diadakan jadwal aklimatisasi sebagai penyesuaian tubuh terhadap stres suhu.
b. APD (Alat Pelindung Diri)
Beradasarkan Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan yamg berintikan harus menerapkan sistem manajemen
keselamatn dan kesehatan kerja, pada PT. Karya Jaya Mandiri Perkasa belum
terdapat tanda-tanda mengenai alat pelindung diri. Dan dari hasil pengamatan
yang dilakukan, para pekerja terlihat tidak menggunakan alat pelindung diri yang
memadai. Seperti pada proses pemotongan kayu dan perebusan tepung, para
pekerja tidak terlihat memakai sarung tangan (safety gloves). Sarung tangan
spesial pemotongan kayu sangat diperlukan karena dapat meminimalisir resiko
trauma tajam dan pada pekerja di mesin perebusan, hantaran panas ke tangan dan
risiko trauma pada tangan. Para pekerja juga tidak menggunakan alat pelindung
pernapasan seperti masker untuk melindungi diri dari adanya debu. Deu kayu dan
debu dari karung-larung beras yang terinhalasi sangat berbahaya bagi kesehatan,
khususnya sistem respiratorius. Penggunaan kaca mata (safety glasses) dan helm
(hard hat) tidak diperhatikan oleh para pekerja. Perlindungan ke mata dan kepala
merupakan aspek penting dalam pengerjaan ini karena percikan dari beras dan
debu kayu dapat memasuki mata serta pelindung kepala guna melindungi dari
karung beras dan bahan lain yang disusun bertumpuk-tumpuk.
Alat pelindung diri yang penting lainnya adalah alat pelindung
pendengaran ear plug ataupun ear muff mengingat kebisingan di dalam pabrik
dan paparan bising yang diterima oleh para pekerja cukup besar terutama yang
berhubungan dengan mesin.
Juga pada pekerja yang terpapar dengan bahaya panas dapat juga
diberikan baju khusus anti panas. Dan juga pada tangga pekerja harus lebih
dibuat aman.
c. Health Risk Assesstment
Pada Health Risk Assesstment (HRA) dibutuhkan satu hal yang lebih
spesifik yaitu kemampuan menilai ‘proses interaksi antara manusia dengan alat,
material, dan lingkungannya’. Pada HRA prosesnya dimulai dengan ‘field study’
terhadap proses kerja yang ada di tempat kerja. Pada tahap ini assessor
melakukan identifikasi yang bersifat ‘forecast’ terhadap pekerjaan yang ada di
tempat kerja. Assessor melakukan document review termasuk blueprint facility,
prosedur kerja, dan Material Safety Data Sheet (MSDS) atas bahan – bahan yang
dipakai. Fase ini dikenal juga sebagai tahap ‘anticipation’. Tahap berikutnya
adalah melakukan ‘recognition’ di tempat kerja untuk melakukan identifikasi dan
konfirmasi atas hazard yang diidentifikasi pada fase sebelumnya. Hal ini
dilakukan dengan melakukan ‘walk through survey’ di tempat kerja dengan
melakukan penelusuran secara sistematik di tempat kerja.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, para pekerja terlihat tidak
menggunakan alat pelindung diri seperti tidak memakai respirator dan ear muff.
Respirator merupakan alat pelindung diri yang penting digunakan oleh semua
pekerja untuk melindungi para pekerja dari inhalasi debu. Ear muff sangat
diperlukan untuk melindungi pekerja dari paparan bising. Dari hasil pengamatan
hampir sebagian besar pekerja tidak memakai alat pelindung diri. Sebagian besar
dimungkinkan karena para pekerja adalah pekerja harian yang mendapat gaji jadi
walaupun telah mendapat teguran tapi mereka tidak punya kontrak tetap dengan
perusahaan ini. Jadi para pekerja merasa lebih nyaman bekerja tanpa alat
pelindung diri karena penghasilan mereka berasal dari banyaknya produk yang
dikerjakan dan alat pelindung diri dirasa memperlambat kerja mereka.
d. Health Surveilans
Surveilans kesehatan ialah pengumpul data secara sistematis, yang
kemudian dianalisis, diinterpretasi, dan dilakukan diseminasi hasil dari data yang
diperoleh terkait dengan peristiwa/kejadian yang menyangkut kesehatan untuk
kemudian digunakan dalam tindakan mengurangi morbiditas dan mortalitas serta
untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. Pelaksanaan sistem surveilans
secara aktif dilakukan oleh unit-unit yang bergerak dalam kesehatan dengan
mencari kasus di lapangan, sedangkan secara pasif dilakukan oleh tempat
pelayanan kesehatan dan dari kasus yang dirujuk ke unit-unit kesehatan lain.
e. Tim Pengawas K3
Sesuai dengan Undang-undang No.1 Tahun 1970 yang bertujuan agar
tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja dalam keadaan selamat
dan sehat, perusahaan perkebunan ini harus memiliki tim pengawas K3 yang
beranggotakan supervisi lapangan. Mereka akan bertanggung jawab dalam
mengontrol para pekerja untuk memakai alat pelindung diri selama bekerja dan
memberi sanksi kepada mereka yang tidak menggunakannya. Hal ini belum
diketahui pasti apakah terdapat tim pengawas K3 di PT Karya Jaya Mandiri
Perkasa, namun jika sudah ada tim pengawas K3 belum melaksanakan fungsinya
secara maksimal. Bukan hanya itu pengawas K3 dapat membantu memberi
sanksi pada para pekerja yang merokok mengingat pabrik berisi dengan bahan-
bahan yang mudah terbakar.
Tapi hal ini sulit diterapkan pada PT. Karya Jaya Mandiri Perkasa.
Peraturan APD dan dilarang merokok sudah sering kali diberitahukan dari pihak
managemen PT tetapi para pekerja tidak tetap yang tidak punya kontrak khusus,
dapat berhenti dan bekerja lagi di hari-hari berikutnya.
6. MERP (Medical Emergency Response Plan)
Tujuan dari rencana respons darurat adalah untuk membentuk sebuah rencana
kerja yang perlu dilakukan oleh perusahaan untuk menanggapi keadaan darurat
medis.
Contohnya menampung kebocoran HAZMAT, tumpahan atau memadamkan api.
Dengan adanya MERP ini sekaligus dapat mencegah dan mengurangi cedera pada
personil dan meminimalkan kerusakan harta benda dan kerugian.
Tindakan :
a. Komunikasi yang efektif di seluruh perusahaan
b. Mengkoordinasikan dan mempraktekkan rencana tanggap darurat
c. Mengevaluasi resiko
d. First Aid dan pelatihan CPR
7. Health Promotion
Promosi kesehatan adalah tentang meningkatkan status kesehatan dari
individu dan komunitas.
Defenisi promosi kesehatan menurut WHO adalahPromosi kesehatan adalah
proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap dan memperbaiki
kesehatan mereka.
Tujuan promosi kesehatan antara lain :
1. Meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran akan kesehatan
2. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
3. Pembercayaan pribadi/diri sendiri, meningkatkan kewaspadaan diri, harga diri
dan pengambilan keputusan
4. Mengubah sikap dan perilaku
5. Mempengaruhi perubahan sosietal/environment
Kompetensi-kompetensi dalam promosi kesehatan antara lain :
1) Mengelola, merencanakan dan mengevaluasi
2) Komunikasi
3) Menyuluh
4) Pemasaran dan
5) Fasilitas dan jaringan
6) Mempengaruhi kebijakan dan praktek
Media massa merupakan saluran komunikasi bagi sejumlah orang terdiri dari
televisi, radio, majalah dan koran, buku displasy dan pameran. Leaflet dan poster juga
media massa bila diguanakn mandiri, dibanding penggunaanya sebagai alat bantu
belajar dalam komunikasi tatap muka dengan individu atau kelompok.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Perusahaan Perseroan (Persero) Karya Jaya Mandiri Perkasa yang
beralamat Jl. Sriwijaya Raya KM 13, Kel. Karya Jaya, Kertapati, Palembang
terdiri dari dua pabrik utama dengan hasil berupa pengepakan beras dan
produk olahan dari beras yaitu bihun. Pabrik yang mengelola produksi bihun
merupakan anak perusahaan dari PT. Karya Jaya Mandiri Perkasa dan masih
berupa CV, namun masih berada dalam satu lokasi pabrik dengan pabrik
pengepakan beras.
Jumlah pegawai pada perusahaan ini untuk PT. Karya Jaya Mandiri
Perkasa yang mengelola beras berjumlah 110 orang dan untuk CV yang
mengelola bihun berjumlah 90 orang merupakan pegawai tetap, perusahaan
ini juga mempekerjakan para buruh yang bukan merupakan pegawai tetap.
Beras yang masuk ke pabrik ini sudah dalam bentuk beras yang
telah dibersihkan dari gabah dan tangkainya, diangkut sampai ke pabrik
melalui dua jalur, yaitu jalur sungai untuk beras yang berasal dari Banyuasin,
dan jalur darat untuk beras yang berasal dari Blitang kemudian dilakukan
proses sortasi atau pemilihan dan penyeleksian beras, ditimbang dan
diseleksi ke dalam 5 kategori. Beras-beras tersebut dimasukkan ke dalam
mesin penyortir Beras yang masih utuh dan bagus kemudian masuk ke dalam
proses pemolesan dan pengepakan, sedangkan beras yang rusak kemudian
dimanfaatkan untuk diolah menjadi bihun.
Bahan baku untuk pembuatan bihun menggunakan beras broken
jenis IR 42 yang diperoleh dari penyortiran beras di pabrik pengemasan
beras. Pertama-tama dilakukan proses pencucian beras lalu beras digiling
untuk menghasilkan tepung, saat penggilingan, ditambahkan air sedikit demi
sedikit menghasilkan cairan kental yang langsung disaring dan dialirkan ke
dalam bak penampungan. selanjutnya yaitu pengepresan, dilakukan dengan
hidrolik press. Setelah itu kemudian dimixer lalu digiling dan dicetak untuk
menjadi bihun menggunakan alat screw extruder. Hasil cetakan ini
kemudian dipisahkan secara manual. Lalu bihun dipotong, kemudian disusun
diatas rak-rak selanjutnya dimasukkan ke ruang pengukusan. Pengukusan
berlangsung pada suhu diatas 100oC dan dijemur sampai kering. Setelah itu
bihun dipisah-pisahkan secara manual ke dalam mesin-mesin bungkusan.
Pada saat penulis melakukan ‘walk through survey’ pada hari Jumat
tanggal 26 April 2013, pukul 08.30 s.d 11.00, didapatkan data dan informasi
mengenai Health Hazards yang terdapat di perusahaan ini, antara lain berupa
bising, suhu panas, infrastruktur kurang memenuhi syarat, zat kimia berupa
senyawa Mono Propylene Glycol, debu, biologi (bakteri, virus), ergonomik
(sikap dan cara kerja). Hazard ini apabila tidak segera ditangani akan
membahayakan khususnya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk mencegah dan menangani hazard yang ada, disarankan kepada
perusahaan untuk :
1. Membentuk Tim K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan dari interview
didapatkan 5 orang staf telah mengikuti Kursus Hiperkes dasar.
2. Perusahaan berkewajiban untuk :
a. Memeriksakan kesehatan fisik, kondisi mental dan kemampuan fisik baik
secara awal bagi tenaga kerja yang baru diterima atau pun dipindahkan ke lain
bidang atau pekerjaan.
b. Memeriksa kesehatan secara berkala pada semua tenaga kerjanya. Disamping
untuk mengetahui kemampuan fisik dan kondisi mental tenaga kerja, juga
mendeteksi secara dini timbulnya penyakit akibat kerja
c. Menunjukkan dan menjelaskan kepada tenaga kerja baru mengenai kondisi
dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja dan semua pengaman dan alat-
alat pelindung diri yang harus dikenakan di tempat kerja misalnya memasang
spanduk-spanduk promosi.
d. Memberitahukan cara dan sikap kerja yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya
e. Hanya menerima tenaga kerja yang diyakini telah memahami syarat-syarat di
atas dan lebih tegas pada pekerja tidak tetap.
f. Melakukan pembinaan bagi tenaga kerja secara berkala tentang :
- Pencegahan kecelakaan
- Penghindaraan terhadap kebakaran
- Pertolongan pertama pada kecelakaan kerja
- Cara menggunakan APD yang benar
- Mengingatkan pekerja lain untuk hal-hal diatas.
3. Untuk hazard bising seharusnya dilakukan pengukuran tingkat bising di tempat
menggunakan dosimeteer, dan menggunakan audiometer di tempat terdekat
dimana para pekerja biasa bekerja.
4. Untuk hazard suhu panas seharusnya dilakukan pengukuran tingkat panas di
tempat boiler menggunakan Wet Bulb Globe Temperature (WBGT). Selain itu
juga perlu dilakukan aklimatisasi pada pegawai yang baru bekerja di tempat
tersebut atau pegawai lama yang libur atau izin bekerja selama satu bulan dari
tempat tersebut.
5. Menyediakan alat pelindung diri untuk pegawai di masing-masing tempat kerja
yang memerlukan seperti ear plug atau ear muff pada tempat kerja yang bising,
masker atau respirator pada tempat kerja yang berdebu, baju pelindung pada
tempat kerja dengan suhu panas, dan sarung tangan bagi pegawai yang bekerja
pada bidang pemotongan bahan.
6. Lebih memperhatikan infrastruktur bangunan dimana masih ada tangga yang
tidak memiliki pegangan.
7. Memiliki fasilitas kantin yang menyediakan makanan yang bervariasi, bergizi,
dan bersih (higien) untuk para pegawai dan diawasi mutu makanan dan juga
kesehatan pembuatan makanan kantin.
8. Menyediakan fasilitas transportasi bagi seluruh pekerja di dalam area PT. Karya
Jaya Mandiri Perkasa, Kertapati., hal ini dikarenakan area yang ditempuh cukup
jauh walaupun pekerja kebanyakan berasal dari daerah sekitar.
9. Memiliki tim pengawas terhadap kepatuhan pegawai dalam menggunakan alat
pelindung diri, maupun terhadap kebersihan makanan di kantin.
10. Menjaga mutu produk yang dihasilkan.
11. Bila tidak diperlukan diharapkan seminimal mungkin untuk menghindari
pemakaian bahan essence pandan pada pemolesan beras.
12. Memperhatikan faktor psikososial dari para pekerja.
13. Melakukan Health Promotion
14. Menerapkan kebijakan dan peraturan perundangan mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja.
Akhirnya, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr.
dr. Tan Malaka, MOH, DRPH, SpOK dan Ir. Akil Madjid, MT atas bimbingan
kepada kami dalam menyelesaikan laporan walk through survey ke Perusahaan
Perseroan (Persero) PT. Karya Jaya Mandiri Perkasa, Kertapati.
BAB IV
LAMPIRAN