tuba eustachius

18
REFERAT TUBA EUSTACHIUS disusun oleh: Vickrie Yosafat Tiladuru 1115011 Ariel Jesse Justus Jonathan 1115152 Sylvania Purnamawati 1115222 Paulina Kristi Hartanto 1115238 Preceptor: dr. Dominggus Mangape, Sp. THT – KL

Upload: paulina-olin

Post on 13-Apr-2016

81 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tuba Eustachius

TRANSCRIPT

Page 1: Tuba Eustachius

REFERAT

TUBA EUSTACHIUS

disusun oleh:

Vickrie Yosafat Tiladuru 1115011

Ariel Jesse Justus Jonathan 1115152

Sylvania Purnamawati 1115222

Paulina Kristi Hartanto 1115238

Preceptor:dr. Dominggus Mangape, Sp. THT – KL

SMF/BAGIAN ILMU KESEHATAN THTRUMAH SAKIT IMMANUELFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHABANDUNG

2014

Page 2: Tuba Eustachius

DAFTAR ISI

JUDUL........................................................................................................ 1

DAFTAR ISI .............................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan........................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Tuba Eustachius ..................................................................... 4

2.2 Fisiologi Tuba Eustachius ..................................................................... 5

2.3 Gangguan Fungsi Tuba Eustachius ....................................................... 7

2.3.1 Tuba Terbuka Abnormal ............................................................... 7

2.3.2 Mioklonus Palatum ....................................................................... 7

2.3.3 Obstruksi Tuba Eustachius............................................................. 8

2.3.4 Palatoskisis..................................................................................... 8

BAB III SIMPULAN

3.1 Simpulan ............................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 10

Page 3: Tuba Eustachius

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Tuba Eustachius adalah saluran yag menghubungkan rongga telinga tengah

dengan nasofaring. Fungsi tuba ini adalah untuk ventilasi, drenase sekret dan

menghapus masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah. Ventilasi berguna

untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama dengan

tekanan udara luar (Soepardi, 2012).

Tuba Eustachius terdiri atas tulang rawan pada dua pertiga ke arah nasofaring

dan sepertiganya terdiri atas tulang. Pada anak, tuba lebih pendek, lebih lebar dan

kedudukannya lebih horizontal dari tuba orang dewasa. Panjang tuba orang

dewasa 37,5 mm dan pada anak di bawah 9 bulan adalah 17,5 mm (Soepardi,

2012).

Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen

diperlukan masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan, dan

menguap. Pembukaan tuba dibantu oleh otot tensor veli palatini apabila perbedaan

tekanan berbeda antara 20-40 mmHg (Soepardi, 2012).

Gangguan fungsi tuba dapat terjadi oleh beberapa hal, seperti tuba terbuka

abnormal, mioklonus palatal, palatoskisis, dan obstruksi tuba (Soepardi, 2012).

Page 4: Tuba Eustachius

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.

2.

2.1. Anatomi Tuba Eustachius

Tuba Eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.

Saluran tuba eustachius dimulai dari pembukaan di dinding anterior dari telinga

tengah sampai memasuki bagian posterior dari meatus nasi inferior membentuk

ostium tuba eustachius. Bagian sepertiga lateral tuba eustachius merupakan pars

osseus dan dua pertiga medial merupakan pars cartilaginea. Di bagian atas dari

tuba eustachius terdapat origo dari otot tensor timpani, sedangkan di bagian

bawahnya terdapat canalis caroticus.

Arteri yang memperdarahi tuba eustachius yakni faringeal ascenden (cabang

dari arteri karotis eksterna), cabang dari arteri maksilaris, arteri meningea media,

dan arteri dari canalis pterygoideus. Sedangkan aliran baliknya melalui plexus

venosus pterygoideus. Aliran limfe berjalan menuju nodus limfatikus cervicis

profunda. Tuba eustachius dipersarafi oleh plexus timpanicus yang merupakan

cabang dari nervus glossopharyngeus (N. IX).

Page 5: Tuba Eustachius

Gambar 2.1. Tuba Eustachius

2.2. Fisiologi Tuba Eustachius

Terdapat tiga fungsi tuba Eustachius, yaitu fungsi ventilasi, fungsi drainase,

dan fungsi proteksi.

Fungsi ventilasi

Tuba Eustachius berfungsi mempertahankan udara sebesar 1 atmosfer

dalam kavum timpani sama dengan tekanan udara luar. Secara fisiologis tuba

Eustachius bekerja pada tekanan 0-500 mmH2O. Pada keadaan normal lumen

tuba Eustachius hampir selalu tertutup dan baru terbuka ketika menelan atau

menguap, sehingga kavum timpani merupakan ruang tertutup berisi udara.

Tekanan udara di kavum timpani berangsur-angsur turun karena absorbs

oksigen oleh mukosa kavum timpani, yang mengakibatkan tekanan di kavum

timpani lebih rendah dari pada tekanan udara di dalam nasofaring.

Page 6: Tuba Eustachius

Pembukaan lumen tuba Eustachius dapat terjadi secara aktif dan pasif. Secara

aktif terjadi akibat kontraksi muskulus tensor veli palatini saat menelan,

menguap, atau mengunyah sehingga udara dari nasofaring dapat masuk ke

kavum timpani. Adanya fungsi ventilasi maka perubahan tekanan udara di

dalam kavum timpani dapat diseimbangkan kembali dengan terbukanya tuba

Eustachius secara periodik. Pada orang dewasa gerakan menelan terjadi sekali

dalam satu menit dan dalam keadaan tidur terjadi sekali dalam 5 menit,

sedangkan pada bayi frekuensinya lebih sering.

Pembukaan secara pasif terjadi bila tekanan udara di dalam telinga tengah

lebih tinggi. Dalam keadaan normal tuba Eustachius tidak dapat

menyesuaikan tekanan negatif dalam telinga tengah tanpa pembukaan secara

aktif oleh aktifitas otot.

Ventilasi tuba Eustachius dapat dinilai dengan melihat pergeseran ke

lateral dari membran timpani memakai otoskop, atau bila ada perforasi

dengan melakukan auskultasi tuba sementara pasien memijit hidungnya dan

menelan (manuver Toynbee), atau pasien memijit hidung dan menghembus

kuat lewat lubang hidung yang tertutup dengan mulut tertutup hingga

telinganya “meletup” (manuver Valsava).

Fungsi drainase

Mukosa kavum timpani dan tuba Eustachius memiliki sel-sel yang

menghasilkan sekret. Dengan fungsi drainase tuba Eustachius mengalirkan

sekret akibat aktivitas sel epitel kolumnar bersilia pada mukosa tuba

Eustachius dari kavum timpani ke arah nasofaring.

Fungsi proteksi

Pada keadaan normal tuba Eustachius hampir selalu dalam keadaan

tertutup, sehingga akan menghalangi sekret dan kuman dari nasofaring masuk

ke dalam kavum timpani.

Page 7: Tuba Eustachius

2.3. Gangguan Fungsi Tuba Eustachius

2.3.1.Tuba Terbuka Abnormal

Tuba terbuka abnormal ialah tuba terus menerus terbuka, sehingga udara

masuk ke telinga tengah waktu respirasi. Keadaan ini dapat disebabkan oleh

hilangnya jaringan lemak di sekitar mulut tuba sebagai akibat turunnya berat

badan yang hebat, penyakit kronis tertentu seperti rhinitis atrofi dan faringitis,

gangguan fungsi otot seperti myasthenia gravis, penggunaan obat anti hamil pada

wanita dan penggunaan estrogen pada laki-laki.

Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga atau autofoni (gema

suara sendiri terdengar lebih keras). Keluhan ini kadang-kadang sangat

mengganggu, sehingga pasien mengalami stres berat.

Pada pemeriksaan otoskopi, pasien diminta bernafas keras melalui hidung

sementara mulut ditutup. Membran timpani pasien ini tampak atrofi, tipis, dan

bergerak-gerak keluar masuk bersama respirasi (a telltale diagnostic sign).

Pengobatan pada keadaan ini kadang cukup dengan memberikan obat

penenang saja. Bila tidak berhasil dapat dipertimbangkan untuk memasang pipa

ventilasi (Grommet) melalui membran timpani untuk mengurangi efek-efek yang

mengganggu.

2.3.2.Mioklonus Palatum

Mioklonus palatum merupakan suatu kondisi yang jarang dijumpai, di mana

otot-otot palatum mengalami kontraksi ritmik secara berkala. Akibatnya berupa

bunyi klik pada telinga pasien dan mungkin dapat pula didengar pemeriksa.

Penyebab pasti mioklunus palatum tidak diketahui, kelainan ini dapat dikaitkan

dengan lesi vaskular, sklerosis multipel, aneurisma arteri vertebralis, tumor, dan

berbagai lesi lain di batang otak atau cerebelum. Pengobatan biasanya tidak

Page 8: Tuba Eustachius

diperlukan; namun kadangkala dapat dipertimbangkan insisi otot tensor timpani

telinga tengah.

2.3.3.Obstruksi Tuba Eustachius

Obstruksi tuba dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan di

nasofaring, peradangan adenoid atau tumor nasofaring. Gejala klinik awal yang

timbul pada penyumbatan tuba oleh tumor adalah terbentuknya cairan pada

telinga tengah (otitis media serosa). Oleh karena itu setiap pasien dewasa dengan

otitis media serosa kronik unilateral harus dipikirkan kemungkinan adanya

karsinoma nasofaring.

Obstruksi dapat pula disebabkan oleh benda asing, misalnya tampon posterior

(Bellocq tampon) untuk pengobatan epistaksis, atau trauma mekanis akibat

adenoidektomi yang terlalu agresif sehingga terbentuk sikatriks. Prosedur operasi

yang mengganggu otot tensor veli palatini juga dapat berakibat disfungsi tuba

secara permanen, sekalipun tidak sungguh-sungguh menyebabkan obstruksi.

Prosedur tersebut antara lain berupa pembedahan agresif untuk mengangkat tumor

di sekitar lempeng pterigoideum.

2.3.4.Palatoskisis

Palatoskisis dapat menyebabkan disfungsi tuba eustachius akibat hilangnya

penambat otot tensor veli palatini. Pada palatoskisis yang tidak dikoreksi, otot

menjadi terhambat dalam kontraksinya untuk membuka tuba eustachius pada saat

menelan. Ketidakmampuan untuk membuka tuba ini menyebabkan ventilasi

telinga tengah tidak memadai, dan selanjutnya terjadi peradangan. Dengan

demikian, insidensi penyakit telinga tengah pada anak dengan palatoskisis

menjadi sangat tinggi, mulai dari otitis media serosa berulang, timpanosklerosis

hingga otitis media supuratif kronik.

Insidensi kelainan telinga tengah hampir 100% pada tiga bulan pertama

kehidupan. Pada pertengahan usia belasan, insidensi otitis media serosa menjadi

Page 9: Tuba Eustachius

berkurang, namun banyak remaja mengalami gangguan pendengaran konduktif

dan membrane timpani yang tampak abnormal.

Penanganan otologik memerlukan pengobatan penyakit telinga secara dini.

Koreksi bedah dari palatoskisis dilakukan sesegera mungkin untuk tujuan

fungsional. Banyak anak memerlukan pemasangan tuba ventilasi secara berulang,

dan seringkali perlu dipasang tuba yang tahan lama. Adenoidektomi pada

palatoskisis atau pasien dengan suatu celah submukosa sebaiknya dihindari karena

dapat menimbulkan disfungsi palatum, suara sengau, dan regurgitasi cairan ke

dalam nasofaring.

Gambar 2.2. Palatoskisis

Page 10: Tuba Eustachius

BAB III

SIMPULAN

1.

2.

1.

2.

3.

3.1. Simpulan

Tuba Eustachius menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.

Saluran tuba eustachius dimulai dari pembukaan di dinding anterior dari telinga

tengah sampai memasuki bagian posterior dari meatus nasi inferior membentuk

ostium tuba eustachius. Bagian sepertiga lateral tuba eustachius merupakan pars

osseus dan dua pertiga medial merupakan pars cartilaginea.

Terdapat tiga fungsi tuba Eustachius, yaitu fungsi ventilasi, fungsi drainase,

dan fungsi proteksi.

Gangguan fungsi tuba dapat terjadi oleh beberapa hal, seperti tuba terbuka

abnormal, mioklonus palatal, palatoskisis, dan obstruksi tuba.

Page 11: Tuba Eustachius

DAFTAR PUSTAKA

Drake, Richard L., Vogi, Wayne, Mitchell, Adam W. 2007. Elsevier Inc: Grays Anatomy for Students.

Adams, George L., Boies, Jr, Lawrence R., & Highler, Peter A. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. 6. Jakarta : EGC, 1997. pp. 90-91.Moore, Keith L., Dalley, Arthur F. 2006. Lippincot Williams & Wilkins:

Clinically Oriented Anatomy.Soepardi, Efiaty Arsyad, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala & Leher. 7. Jakarta : Badan Penerbit FKUI, 2012. pp. 57-58.

Page 12: Tuba Eustachius
Page 13: Tuba Eustachius
Page 14: Tuba Eustachius