tri pusat pendidikan
TRANSCRIPT
LIA OKTAFIANI
1515140133 ( kls. C )
PEND. LUAR SEKOLAH
(Tugas Landasan Pendidikan)
Keluarga? Sekolah?
Masyarakat? Apa ada
hubungannya satu sama lain?
Dewasa ini anak-anak sering menjadi korban dari keegoisan orangtua, dari yang kita
lihat di hampir seluruh belahan bumi, anak-anak sudah tidak seperti dulu, tidak lagi bersikap
seperti anak-anak yang seharusnya. Kini mereka sudah mengenal lagu-lagu dewasa,
kecenderungan terhadap gadget dan melupakan lingkungan sosial, lalu ada pula yang sudah
mengenal pergaulan bebas, dan masih banyak lagi contoh nyata lainnya. Seperti halnya yang
kita lihat dalam film “I Not Stupid Too” yang berisi tentang kehidupan Jerry, Tom, dan
Chengcay yang kurang kasih sayang serta perhatian dari orangtua mereka. Didikan yang
salah seperti main hakim sendiri, tidak mau mendengar apa yang dikeluhkan anak, bertengkar
didepan anak membuat ketiga anak itu menjadi pribadi yang kurang terkontrol. Tak selesai
disitu, ketiga anak ini juga tidak mendapat pendidikan yang seharusnya, guru yang
seharusnya menjadi orangtua kedua disekolah malah menjadi beban dan sesuatu yang
menakutkan bagi mereka. Hal ini menjadikan beban mental bagi si ketiga anak itu, lalu
peranan masyarakat di film ini juga bukannya mendukung dan ikut serta membimbing
generasi muda, masyarakat malah terlibat dalam pembentukan karakter yang salah, seperti
main hakim sendiri, dan hal-hal yang menjatuhkan mental anak.
Lalu, bagaimana idealnya hubungan antara keluarga, sekolah dan masyarakat dalam
mendidik anak? Hubungan yang bagaimana yang bisa dikatakan baik dalam membentuk
karakter dan pribadi seorang anak?
Dari penjelasan di atas, sebenarnya ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan yang biasa disebut dengan Tri Pusat Pendidikan. Tri Pusat
Pendidikan merupakan tiga pusat yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan
terhadap anak yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Yang mana ketiga tempat pergaulan
itu mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk kepribadian serta tingkah laku
anak. Berikut merupakan sekilas bagian dari Tri Pusat Pendidikan :
1. Pendidikan pertama dimulai di keluarga yaitu lingkup pendidikan yang paling kecil
tetapi berperan sangat besar terhadap kepribadian dan karakter sang anak. Pendidikan
yang terjadi di keluarga terjadi secara alamiah dan biasa disebut sebagai pendidikan
informal yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak yang
mana kegiatan pendidikannya dilaksanakan tanpa suatu organisasi yang ketat dan
tanpa adanya program waktu.
2. Lalu, Pendidikan yang selanjutnya adalah Sekolah. Sekolah sebagai pusat pendidikan
formal merupakan perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban pemberian
pendidikan dengan organisasi yang tersusun rapi, mulai dari tujuan, penjenjangan,
kurikulum, administrasi dan pengelolaannya. Ditinjau dari sudut tingkatannya
Pendidikan Pra-Sekolah (PAUD, TK, TPA), lalu pendidikan dasar (SD/MI,
SMP/MTs), kemudian Pendidikan Menengah (SMU, SMK, MA), dan Pendidikan
Tinggi ( Akademi, Institut, Sekolah Tinggi, dan Universitas).
3. Kemudian yang terakhir adalah Pendidikan Masyarakat. Di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia diartikan bahwa masyarakat adalah pergaulan hidup manusia atau
perkumpulan orang yang hidup bersama disuatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan
tertentu yang membuat warga masyarakat itu menyadari diri mereka sebagai suatu
kelompok serta saling membutuhkan. Seperti lembaga-lembaga sosial budaya,
yayasan, organisasi dan perkumpulan yang semuanya itu merupakan unsur pelaksana
asas pendidikan masyarakat. Masing-masing kelompok melakukan aktivitas
ketrampilan, penerangan dan pendalaman dengan sadar dibawah koordinator masing-
masing kelompok. Dengan sengaja dan sadar kesemua kelompok sosial itu membawa
masyarakat kepada kedewasaan, baik jasmani maupun rohani yang realisasinya
terlihat pada perbuatan dan sikap kepribadian warga masyarakat. Maka pendidikan
masyarakat adalah pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara
sengaja, terencana dan terarah kepada seluruh anggotanya yang pluralistic (majemuk)
tetapi tidak dipersyaratkan berjenjang serta dengan aturan-aturan yang lebih longgar
untuk mengarahkan menjadi anggota masyarakat yang baik demi tercapainya
kesejahteraan sosial bagi para anggotanya.
Dalam pelaksanaan lingkungan yang ramah terhadap pembelajaran membutuhkan
peran dan tanggungjawab dari berbagai pihak yang terlibat baik secara langsung maupun
tidak. Pihak-pihak tersebut antara lain masyarakat, guru, dan orangtua. Masyarakat yang
dimaksud adalah orangtua atau wali peserta didik, anggota keluarga yang lain atau semua
orang yang tinggal disekitar lingkungan sekolah. Dalam konteks menyeluruh masyarakat
merupakan tempat anak hidup dan belajar dari keluarga maupun sekolah kemudian
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Sehingga ketiga aspek ini
harus berjalan secara berkesinambungan.
Keluarga mendapat peran pertama kali dalam mendidik anak untuk membentuk
kepribadian dan watak yang kuat serta mendasar. Dalam pendidikan keluarga, yang
seharusnya dilakukan orang tua adalah menjadi teladan yang baik, sebab anak itu meniru
segala sesuatu yang ia lihat, dengar dan rasakan, kemudian orangtua seharusnya terlibat
dalam kehidupan anak, maksudnya adalah bimbing anak dan siapkan waktu khusus untuk
mendampingi anak dalam kesehariannya, yang ketiga adalah menyesuaikan sikap orantua
dengan karakter anak, setiap perbuatan pasti ada alasannya, begitu pun kesalahan anak pasti
ada hal yang mendasari oleh karena itu jangan main hakim sendiri memarahi anak jika
berbuat salah tetapi tanyalah dulu apa alasan dia melakukannya lalu diskusian dan beri
nasihat agar tidak mengulanginya lagi, keempat adalah menetapkan dan menerapkan aturan
kepada anak tetapi jangan sampai aturan tersebut mengekang kebebasan anak, lalu yang
kelima adalah membantu mengembangkan kemandiriannya, lalu bersikap konsisten baik
terhadap peraturan yang ada maupun sesuatu yang dilakukan, ketujuh orangtua sebaiknya
menghindari disiplin kasar yang menggunakan kekerasan dalam menerapkan kedisiplinan,
lalu perlakukan anak dengan hormat bukan memperlalakukan anak sebagai makhluk kecil
yang harus takut terhadap orangtuanya. Jika semuanya dijalani dengan baik, harapan anak
tumbuh menjadi pribadi yang baik bisa terwujud. Lalu muncullah sekolah, salah satu institusi
yang mewariskan kepribadian dan watak kepada masyarakat serta sekolah muncul karena
adanya ketidakmampuan orangtua dalan sepenuhnya memberikan pendidikan yang layak dan
muncul kebutuhan-kebutuhan baru yang diperlukan bagi sang buah hati yang tidak bisa
dipenuhi oleh orangtua seperti kebutuhan menuntut ilmu yang bisa diperluas lagi
tingkatannya. Di sekolah anak diberikan pembelajaran dan pendidikan yang lebih terarah,
tersusun satuan pendidikannya serta adanya evaluasi atau hasil belajar yang diberikan kepada
orangtua, hal ini dimaksudkan agar orangtua melihat peningkatan yang diharapkan dari si
anak berkat adanya sekolah. Orangtua dituntut untuk percaya dan memdukung kegiatan
belajar mengajar disekolah karena tanpa adanya dukungan orangtua sekolah tidak aakn
mampu berdiri sendiri. Selain itu sekolah juga tidak akan terus berdiri jika tidak didukung
oleh masyarakat dalam artian , jika di sekolah dapat terbentuk perubahan sosial yang baik
berdasarkan nilai atau kaidah yang berlaku, maka masyarakat pun akan mengalami perubahan
sosial yang baik yang akan menciptakan hubungan timbal balik yang menguntungkan satu
sama. Masyarakat dipandang sebagai laboratorium dimana anak belajar, menyelidiki dan
turut serta dalam usaha-usaha masyarakat yang mengandung unsur pendidikan.
Jadi, idealnya hubungan antara keluarga, sekolah dan masyarakat dalam mendidik
anak adalah harus adanya timbal balik dan hubungan yang tidak terputus atau
berkesinambungan sehingga satu sama lain saling terkait dan membutuhkan satu sama lain
tanpa adanya berat sebelah.
Hubungan efektif sekolah, orangtua dan masyarakat dapat dilakukan melalui:
Mengadakan pertemuan dengan keluarga dan kelompok masyarakat untuk
memperkenalkan apa itu sekolah.
Menjadwalkan diskusi informal, satu atau dua kali dalam setahun dengan orangtua
dan komite sekolah untuk menggali potensi belajar anak.
Sekolah mengirim hasil karya anak kerumahnya agar orangtua mengetahui
perkembangan potensi anak.
Biasakan orangtua membahas kembali apa yang sudah dipelajari disekolah.
Sekolah minimal sebulan sekali melakukan kunjungan sumber belajar di
masyarakat agar anak terbiasa dengan lingkungan sekitarnya.