treponema pallidum.doc

16
Treponema sp Beberapa spesies bersifat anaerobik, sementara yang lain, (termasuk T. carateum dan T. pallidum) sekarang dipandang mikroaerofil. Selnya berbentuk heliks, 0.1 – 0.4 x 5 – 20 mikron, dan motil; mereka sulit diwarnai oleh pewarna Gram namun mudah lewat metode pengendapan perak. T. pallidum, T. carateum dan T. paraluiscuniculi belum tumbuh dalam media bebas sel, dan terpropagasi misalnya secara intratestikular pada kelinci. Spesies anaerobik lainnya tumbuh dalam media kompleks dan memiliki metabolisme fermentasi; prosedur isolasinya berbasis misalnya pada insensitivitas pada rifampicin, atau pada kemampuan sel bermigrasi lewat sebuah saringan selaput (ukuran pori 0.2 mikron) kedalam, dan menembus medium agar-agar yang sesuai. GC%: 25–54. Species tipe: T. pallidum. T. bryantii. Muncul pada perut bovine; sel berukuran diameter sekitar 0.3 mikron. Subur dalam media yang mengandung isobutirat, pyridoksal, asam folat, biotin, tiamin dan niasinamida. GC%:ca. 36. T. carateum. Agen penyebab Pinta. Selnya sama dengan T. pallidum (q.v.). T. denticola. Muncul di mulut (khususnya di margin gusi gigi) manusia dan primata; diameter sel < 0.2 mikron. Subur di medium pepton – ekstrak ragi – serum. GC%: 37–38. T. hyodysenteriae. Patogen babi. Diameter sel hingga sekitar 0.4 mikron; ada 8 atau 9 flagela periplasmik muncul di tiap ujung sel. Subur dalam tripticase – broth kedelai yang mengandung 10% serum fetal calf dan di inkubasi dalam 10% karbon dioksida; menghasilkan haemolisis nyata

Upload: larantika-hidayati

Post on 06-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Treponema sp

Beberapa spesies bersifat anaerobik, sementara yang lain, (termasuk T. carateum dan T. pallidum) sekarang dipandang mikroaerofil. Selnya berbentuk heliks, 0.1 – 0.4 x 5 – 20 mikron, dan motil; mereka sulit diwarnai oleh pewarna Gram namun mudah lewat metode pengendapan perak.

T. pallidum, T. carateum dan T. paraluiscuniculi belum tumbuh dalam media bebas sel, dan terpropagasi misalnya secara intratestikular pada kelinci.

Spesies anaerobik lainnya tumbuh dalam media kompleks dan memiliki metabolisme fermentasi; prosedur isolasinya berbasis misalnya pada insensitivitas pada rifampicin, atau pada kemampuan sel bermigrasi lewat sebuah saringan selaput (ukuran pori 0.2 mikron) kedalam, dan menembus medium agar-agar yang sesuai. GC%: 25–54. Species tipe: T. pallidum.

T. bryantii.

Muncul pada perut bovine; sel berukuran diameter sekitar 0.3 mikron. Subur dalam media yang mengandung isobutirat, pyridoksal, asam folat, biotin, tiamin dan niasinamida. GC%:ca. 36.

T. carateum.

Agen penyebab Pinta. Selnya sama dengan T. pallidum (q.v.).

T. denticola.

Muncul di mulut (khususnya di margin gusi gigi) manusia dan primata; diameter sel < 0.2 mikron. Subur di medium pepton – ekstrak ragi – serum. GC%: 37–38.

T. hyodysenteriae.

Patogen babi. Diameter sel hingga sekitar 0.4 mikron; ada 8 atau 9 flagela periplasmik muncul di tiap ujung sel. Subur dalam tripticase – broth kedelai yang mengandung 10% serum fetal calf dan di inkubasi dalam 10% karbon dioksida; menghasilkan haemolisis nyata

T. innocens.

Muncul pada pencernaan anjing dan babi namun tampaknya tidak patogen. Sel sama ukuran dan strukturnya dengan T. hyodysenteriae. Dapat disuburkan; haemolitik lemah.

T. minutum.

Spesies non patogen yang hadir di kelamin. Selnya berdiameter 0.2 mikron atau kurang; ada 2 atau 3 flagella periplasmik muncul di tiap ujung sel. Subur pada agar-agar serum – ekstrak ragi – pepton. GC%: 37.

T. pallidum.

Sel berbentuk heliks, diameter < 0.2 mikron (umumnya 0.13-0.15 mikron), dengan ujung lancip; 3 atau 4 flagela periplasmik di tiap ujung sel. Motil. Tampaknya mikroaerofilik. GC%: 52–54. Ada tiga subspecies:T. pallidum subspesies pallidum, subspesies pertenue (sebelumnya T. pertenue), dan subspesiesendemicum.

T. pallidum subspesies pallidum adalah penyebab penyakit menular seksual sifilis yang terjadi di penjuru dunia

T. pallidum subspesies pertenue adalah penyebab penyakit yaws.

T. pallidum subspesies endemicum adalah agen penyebab sifilis endemik non venereal manusia – yang terjadi di Afrika, Timur Tengah, Asia Tenggara dan bekas Yugoslavia, dan yang dapat ditransmisikan misalnya lewat fomites.

Ketiga subspesies ini bereaksi serupa pada uji serologi sifilis.

Treponema

T. paraluiscuniculi.

Agen penyebab penyakit mirip sifilis pada kelincil. Selnya sama dengan T. pallidum.

T. phagedenis

Spesies non patogen. Sel berbentuk heliks, diameter 0.2 – 0.25 mikron dengan ujung tumpul; 3 hingga 8 flagela periplasmik muncul di tiap ujung sel. Dapat tumbuh dalam media serum – ekstrak ragi – pepton. Dua biovar (reiter dan kazan) dapat dibedakan secara antigenik dan juga lewat perbedaan biokimia kecil. GC%: 38–39.

T. refringens.

Spesies non patogen, muncul pada mikroflora normal di kelamin manusia; di isolasi dari  condyloma acuminatum dan lesi sifilitik. Sel berdiameter 0.2 – 0.25 mikron, dengan 2-4 flagela periplasmik di tiap ujung. Subur dalam media serum – ekstrak ragi – pepton. GC%:39–43.

T. scoliodontum.

Muncul di perut manusia. Diameter Sel kurang dari 0.2 mikron. Subur dalam media kaya serum.

T. socranskii.

Spesies oral, tiga subspesies telah di isolasi dari periodontia manusia.

T. succinifaciens.

Muncul pada pencernaan babi. Sel berdiameter hingga 0.3 mikron. GC%: 36.

T. vincenti

Sebelumnya Borrelia vincentii. Muncul dalam mulut manusia dan berasosiasi dengan angina vincent. Sel berdiameter 0.2 – 0.25 mikron, dengan 4-6 flagela periplasmik di tiap ujung. Subur dalam media serum – ekstrak ragi – pepton.

Mikrograf elektron Treponema pallidum, agen penyebab sifilis

Referensi

1.       Jacques Izard, Christian Renken, Chyong-Ere Hsieh, Daniel C. Desrosiers, Star Dunham-Ems, Carson La Vake, Linda L. Gebhardt, Ronald J. Limberger, David L. Cox, Michael Marko, and Justin D. Radolf. Cryo-Electron Tomography Elucidates the Molecular Architecture of Treponema pallidum, the Syphilis Spirochete. Journal of Bacteriology, 2009; 191 (24): 7566

2.       Harper KN, Ocampo PS, Steiner BM, George RW, Silverman MS, et al. (2008) On the Origin of the Treponematoses: A Phylogenetic Approach. PLoS Negl Trop Dis 2(1): e148.

3.       University of Central Florida (2009, June 6). Newly Discovered Reactions From An Old Drug May Lead To New Antibiotics. ScienceDaily.

4.  Herbert M. Matthews and Joann M. Kinyon. Cellular Lipid Comparisons Between Strains of Treponema hyodysenteriae and Treponema innocens. Int J Syst Bacteriol 1984 34: 160-165

5. Robert M. Smibert, John L. Johnson, and Richard R. Ranney. Treponema socranskii sp. nov., Treponema socranskii subsp. socranskii subsp. nov.,

Treponema socranskii subsp. buccale subsp. nov., and Treponema socranskii subsp. paredis subsp. nov. Isolated from the Human Periodontia. Int J Syst Bacteriol 1984 34: 457-462.

6.       Singleton, P., Sainsbury, D. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology. 3rd Edition. 2006, Wiley.

Treponema pallidum/Raja Singa

1. IdentifikasiSifilis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi treponema yang bersifat akut dan kronis ditandai dengan lesi primer diikuti dengan erupsi sekunder pada kulit dan selaput lendir kemudian masuk kedalam periode laten diikuti dengan lesi pada kulit, lesi pada tulang, saluran pencernaan, sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskuler.

Lesi primer (Chancre = ulcus durum) (biasanya muncul 10- 90hari setelah terpajan. Lesi)biasanya keras (indurasi), tidak sakit, berbentuk ulcus dengan mengeluarkan eksudat serosa ditempat masuknya mikroorganisme. Masuknyaa mikroorganisme kedalam darah terjadi sebelum lesi primer muncul, biasanya ditandai dengan terjadinya pembesaran kelenjar limfe (bubo) regional, tidak sakit, keras nonfluktuan. Infeksi juga dapat terjadi tanpa ditemukannya chancer (ulcus durum) yang jelas, misalnya kalau infeksi terjadi di rectum atau cervix. Walaupun tidak diberi pengobatan, ulcus akan menghilang sendiri setelah 4 – 6 minggu. Sepertiga dari kasus yang tidak diobati mengalami stadium

generalisata,

stadium dua, ( setelah 6 minggu-6 bulan terinfeksi)

dimana muncul erupsi dikulit yang kadangkala disertai dengangejala konstitusional tubuh. Timbul ruam makulo papuler bisanya pada telapak tangan dan telapak kaki diikuti dengan limfadenopati. Erupsi sekunder ini merupakan gejala klasik dari sifilis yang akan menghilang secara spontan dalam beberapa minggu atau sampai dua belas bulan kemudian. Penderita stadium erupsi sekunder ini, sepertiga dari mereka yang tidak diobati akan masuk kedalam fase laten

fase laten selama berminggu minggu bahkan selamabertahun tahun. ( setelah 10-30 tahun)

Pada awal fase laten sering muncul lesi infeksius yang berulang pada kulit dan selaput lendir. Terserangnya Susunan Syaraf Pusat (SSP) ditandai dengan gejala meningitis sifilitik akut dan berlanjut menjadi sifilis meningovaskuler dan akhirnya timbul paresis dan tabes dorsalis. Periode laten ini kadang kala berlangsung seumur hidup. Pada kejadian lain yang tidak dapat diramalkan, 5 – 20 tahun setelah infeksi terjadi lesi pada aorta yang sangat berbahaya (sifilis kardiovaskuler) atau gumma dapat muncul dikulit, saluran pencernaan tulang tau pada permukaan selaput lendir.

Stadium awal sifilis jarang sekali menimbulkan kematian atau disabilitas yang serius, sedangkan stadium lanjut sifilis memperpendek umur, menurunkan kesehatan dan menurunkan produktivitas dan efisiensi kerja. Mereka yang terinfeksi sifilis dan pada saat yang sama juga terkena infeksi HIV cenderung akan menderita sifilis SSP; oleh karena itu setiap saat ada penderita HIV dengan gejala SSP harus dipikirkan kemungkinan

yangbersangkutan menderita neurosifilis (neurolues).

Sifilis konginental

Infeksi pada janin terjadi pada ibu yang menderita sifilis stadium awal pada saatmengandung bayinya dan ini sering sekali terjadi sedangkan frekuensinya makin jarangpada ibu yang menderita stadium lanjut sifilis pada saat mengandung bayinya. Infeksi pada janin dapat berakibat terjadi aborsi, stillbirth, atau kematian bayi karena lahirn prematur atau lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) atau mati karena menderita penyakit sistemik.Infeksi kongenital dapat berakibat munculnya manifestasi klinis yang muncul kemudian berupa gejala neurologis terserangnya SSP. Dan kadangkala infeksi kongenital dapat mengakibatkan berbagai kelainan fisik yang dapat menimbulkan stigmatisasi di masyarakat seperti gigi Hutchinson, saddlenose (hidung berbentuk pelana kuda), saber shins (tulang kering berbentuk pedang), keratitis interstitialis dan tuli. Sifilis kongenital kadang kala asimtomatik, terutama pada minggu-minggu pertama setelah lahir.

Diagnosa sifilis

Dark field

dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan serologisterhadap darah dan liquor cerebrospinalis.

Reaksi yang positif terhadap antigen nontreponemal (misalnya terhadap RPR (rapid plasma reagine) atau terhadap tes VDRL(Venereal Disease Research Laboratory)

Prinsip reaksi

Pada penderita sifilis akan terjadi reaksi terhadap bahan bahan yang dilepaskan karena kerusakan sel-sel,antibodi tersebut disebut Reagin dalam serum penderita akan berflokulasi biladitambahkankardiolipin yaitu antigen yang berasal dari ekstraksi hati

sapi.

perlu dikonfirmasi lagi dengan pemeriksaanmenggunakan antigen treponema (seperti FTA – Abs (Fluorescent treponemal antibodyabsorbed). Jika FTA Abs ini tersedia, bermanfaat untuk menyingkirkan hasil pemeriksaanyang “false-positive”. Untuk melakukan skrining pada bayi baru lahir penggunaan serum 502 lebih baik daripada darah tali pusat, karena darah tali pusat lebih sering memberi hasil “false-positive”.Diagnosa sifilis primer dan sekunder dapat ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopisdengan teknik lapangan gelap (dark field/dunkelfeld) atau dengan pemeriksaan fasekontras atau dengan teknik pengecatan antibodi FA dari eksudat yang diambil dari sampel atau aspirat kelenjar getah bening dengan catatan penderita belum diberi pengobatan antibiotika. Pemeriksaan serologis biasanya memberi hasil negatif pada awal stadiumpertama walaupun pada saat itu Chancre (ulcus durum) masih ada. Pada saat masih ditemukan ada ulcus maka pemeriksaan mikroskopis menggunakan teknik lapangan gelapadalah yang paling baik lebih-lebih pada stadium awal sifilis primer yang biasanya memberikan hasil negatif pada pemeriksaan serologis.Catatan : Pada kepustakaan lama perkembangan sifilis (lues)

dibagi kedalam 4 stadium :– Stadium I : adanya ulcus durum– Stadium II : disebut stadium generalisata– Stadium III : stadium gumma– Stadium IV : disebut juga stadium NeuroluesA. Upaya pencegahanSecara umum tindakan-tindakan pencegahan berikut ini dapat diterapkan pada semuajenis PMS (penyakit menular seksual); seperti sifilis, infeksi HIV, chancroid,lymphogranuloma venereum, granuloma inguinale, gonorrhea, infeksi virus herpes

simplex, infeksi papillomavirus pada genitalia manusia (genital warts),trichomoniasis, bakteriae vaginosis, hepatitis B yang ditularkan lewat hubungan seksl,infeksi-infeksi chlamydial dan genital mycoplasma.Upaya deteksi dini dan pengobatan dini pada penderita sifilis menular dan kontakmereka sebaiknya tidak mengabaikan pencarian penderita sifilis laten tanpa gejalauntuk mencegah kambuhnya penyakit dan mencegah kecacatan yang disebabkanmanifestasi klinis yang muncul terlambat.5041) Didik masyarakat tentang cara-cara umum menjaga kesehatan, berikan petunjuktentang kesehatan dan hubungan seks yang sehat. Jelaskan manfaat tentangmenunda aktivitas seksual sampai pada usia matang secara seksual demikian jugajelaskan pentingnya perkawinan monogami dan mengurangi jumlah pasanganseksual. Pemeriksaan serologi sifilis sebaiknya dilakukan untuk semua kasus PMSdan sebagai prosedur rutin pada perawatan antenatal. Sifilis kongenital dicegahdengan melakukan pemeriksaan serologis pada kehamilan dini dan diulang lagipada kehamilan tua dan pada saat partus pada populasi dengan prevalensi tinggi;berikan pengobatan kepada mereka yang hasil pemeriksaan serologisnya positif.2) Lindungi masyarakat dari infeksi sifilis dengan cara mencegah dan mengendalikanPMS pada para pekerja seks komersial (PSK) dan pelanggan mereka melaluipenyuluhan tentang bahayanya memiliki banyak pasangan seksual dan hindarihubungan seksual dengan orang yang tidak dikenal. Dari penyuluhan tentangtindakan profilaksis untuk mencegah infeksi sebelum, pada waktu dan sesudahpemajanan. Terutama sekali ajarkan tentang cara-cara menggunakan kondom yangtepat dan konsisten.3) Sediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk diagnosa dini dan pengobatan diniPMS. Jelaskan tentang manfaat fasilitas ini melalui penyuluhan kesehatanmasyarakat dan jelaskan juga tentang gejala-gejala PMS dan cara-carapenyebarannya; bentuk fasilitas pelayanan kesehatan ini hendaknya sesuai denganbudaya setempat dan mudah diakses dan dapat diterima oleh masyarakat, tanpamempertimbangkan status sosial ekonomi seseorang. Buatlah program penemuankasus secara intensif termasuk kegiatan melakukan anamnesis penderita,motifikasi pasangan seksual mereka. Lakukan pemeriksaan serologis ulang untksifilis diwilayah dimana prevalensi PMS nya tinggi. Lakukan pemeriksaanserologis lain untuk mengesampingkan kemungkinan infeksi PMS lainnya atauinfeksi HIV.B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya1) Laporan ke Dinas Kesehatan setempat: Kasus sifilis infeksius dini dan sifiliskongenital wajib dilaporkan hampir di semua wilayah negara bagian dan bervariasidi berbagai negera, Kelas 2A (lihat laporan penyakit menular), dihampir semuanegara bagian laboratorium-laboratorium diwajibkan melapor jika menemukanspesimen yang memberikan hasil serologis reaktif dan pemeriksaan mikroskopislapangan gelap positif. Kerahasiaan penderita harus dijaga.2) Isolasi: untuk pasien-pasien rawat inap, tindakan kewaspadaan universal untukdarah dan sekret harus dilakukan. Penderita harus menahan diri untuk tidakmelakukan hubungan seksual sampai pengobatan lengkap dan semua lesimenghilang; untuk menghindari reinfeksi, mereka harus menahan diri untuk tidakmelakukan hubungan seksual dengan pasangan-pasangan sebelumnya sampaipasangan tersebut selesai di periksa dan diobati.3) Disinfeksi serentak: Tidak ada jika penderita mendapat pengobatan yang cukupmamadai; hati-hati dan hindari kontak dengan discharge yang keluar dari lesiterbuka dan dengan benda-benda yang terkontaminasi.4) Karantina: Tidak ada5) Imunisasi pada kontak: Tidak ada5056) Investigasi kontak dan sumber infeksi: ciri dasar dari program pemberantasansifilis adalah anamnesis yang dilakukan terhadap penderita untuk mengetahuipasangan seks mereka darimana mereka tertulari dan untuk mencari orang yangtertulari oleh penderita itu sendiri. Pewawancara yang terlatih akan memberikanhasil yang lebih baik. Tingkat stadium penyakit yang diderita sangat menentukan

kriteria notifikasi dari pasangan seks mereka misalnya : a) untuk sifilis primer,seluruh pasangan seks mereka selama 3 bulan sebelum timbul gejala harus dicari;b) untuk sifilis sekunder yang dicari adalah seluruh kontak selama 6 bulan sebelumtimbul gejala klinis; c) sedangkan untuk sifilis laten fase awal kontak yangditelusuri adalah pasangan seks selama setahun dengan catatan jika saat stadiumprimer dan stadium sekunder tidak diketahui; d) untuk sifilis lanjut dan sifilis latenlanjut, seluruh pasangan sah dan anak-anak yang lahir dari ibu yang terinfeksiharus dicari; e) untuk sifilis kongenital, seluruh anggota terdekat penderita harusditelusuri. Sebagai tindak lanjut dari investigasi, seluruh pasangan seksual daripenderita sifilis stadium awal selama 90 hari sebelum diagnosa ditegakkan harusdiberikan pengobatan. Penderita sifilis dan pasangan seks mereka dianjurkan untukmendapatkan konseling dan pemeriksaan HIV. Bayi yang lahir dari ibu sero positifharus diberi pengobatan dengan penisilin jika ibunya tidak mendapatkanpengobatan yang adekuat pada bulan terakhir kehamilan.7) Pengobatan spesifik: Obat spesifik adalah Long acting penisilin G (benzathinpenicillin), sebesar 2,4 juta unit diberikan segera setelah penderita didiagnosasebagai penderita sifilis primer, sekunder atau sifilis laten awal; hal ini dilakukanuntuk meyakinkan bahwa telah dilakukan pengobatan yang efektif walaupunpenderita tidak kembali lagi. Obat alternatif yang dapat diberikan untuk penderitayang alergi terhadap penisilin adalah: doksisiklin PO, 100 mg dua kali sehariselama 14 hari atau tetrasiklin PO (per oral) empat kali sehari selama 14 hari.Pengobatan alternatif untuk pasien-pasien alergi pinisilin tanpa kehamilan:doxycycline PO, 100 mg dua kali sehari untuk 14 hari atau tetrasiklin PO, 500 mgempat kali sehari untuk 14 hariPemeriksaan serologis perlu dilakukan untuk menilai hasil pengobatan; pemeriksaanserologis dilakukan 3 bulan dan 6 bulan setelah pengobatan dan diulang lagi beberapasaat setelah itu jika diperlukan. Penderita sifilis yang juga menderita HIV,pemeriksaan serologis dilakukan berulang pada bulan 1, 2, 3 setelah pengobatan dansetelah itu dilakukan lagi dengan interval 3 bulan. Jika terjadi peningkatan titer sebesar4 kali atau lebih, berikan pengobatan ulang.Tiga bulan setelah pengobatan sifilis primer atau sifilis sekunder, tidak terjadipenurunan titer antibodi dibawah 4 kali kenaikan, menandakan bahwa pengobatanyang diberikan gagal. Dosis perlu ditingkatkan dan diberikan dalam jangka waktuyang lebih panjang pada sifilis stadium lanjut (yaitu benzathin penicilin G sebesar 7.2juta unit keseluruhan diberikan IM dengan interval satu minggu). Perludipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan liquor cerebrospinalis (LCS) bagipenderita yang diduga mempunyai risiko terkena neurolues; dan bagi mereka yanggagal pengobatan, bagi mereka yang terinfeksi HIV dan bagi mereka yangmenunjukkan gejala neurologis.506Untuk neurolues, diberikan penisilin G kristal dalam larutan aqua sebanyak 18 – 24juta unit sehari, diberikan 3 –4 juta unit setiap 4 jam intravena selama 10 – 14 hari.Sebagai terapi alternatif dapat diberikan procaine penicillin sebesar 2 – 4 juta unitsetiap hari IM ditambah dengan probenecid PO, 500mg, 4 kali sehari, dua duanyadiberikan selama 10 – 14 hari. Kebersihan pengobatan dievaluasi dengan pemeriksaanserologis dan pemeriksaan LCS setiap 6 bulan sampai hitung sel normal.Wanita hamil yang sensitif terhadap derivat penisilin baik yang major maupun minorperlu dilakukan tes kulit (skin test), jika antigennya ada. Untuk ibu hamil yang sensitifterhadap penisilin dapat diberikan eritromisin dengan risiko tingkat kegagalannyatinggi. Penderita yang alergi terhadap penisilin dapat dilakukan desensitisasi,kemudian dapat diberikan penisilin dengan dosis sesuai dengan stadium penyakitnya.Untuk sifilis kongenital awal, penisilin G kristal yang dilarutkan dalam aqua diberikansebanyak 50.000 unit/kgbb/dosis, diberikan IV atau IM setiap 12 jam sekali pada usiasatu minggu dilanjutkan setiap 8 jam selama 10-14 hari kemudian. Untuk sifiliskongenital lanjut dimana hasil pemeriksaan LCS normal dan tidak ada gejala-gejalaneurologis, bayi dapat diobati seperti pengobatan sifilis laten. Jika hasil pemeriksaanLCS tidak normal maka dilakukan pengobatan seperti pada neurolues yaitu : 200.000unit/kgbb/dosis penisilin G kristal yang dilarutkan dalam aqua setiap 6 jam diberikanselama 10 – 14 hari.

C. Upaya penanggulangan wabah: Pada waktu KLB, lakukan tindakan intensifikasiseperti yang diuraikan pada bagian 9A dan 9B diatas.D. Implikasi bencana: Tidak adaE. Tindakan Internasional :1) Lakukan pemeriksaan terhadap kelompok-kelompok remaja dan kelompok dewasamuda yang pindah dari wilayah dengan prevalensi infeksi treponema tinggi2) Mentaati perjanjian-perjanjian internasional (misalnya perjanjian Brussels) yangmenyatakan bahwa semua penderita harus dicatat, adakan fasilitas diagnosa danpengobatan, lakukan wawancara kontak terhadap awak kapal dipelabuhanpelabuhanlaut.3) Sediakan fasilitas pertukaran informsai cepat secara internasional tentang kontak4) Manfaatkan Pusat Kerja sama WHO