trauma okuli terbuka dekstra dengan ruptur kornea,.pptx
DESCRIPTION
KASUS MATA : TRAUMA OKULI TERBUKA DEKSTRA DENGAN RUPTUR KORNEATRANSCRIPT
TRAUMA OKULI TERBUKA DEKSTRA DENGAN RUPTUR KORNEA, PROLAPS
IRIS, DAN KATARAK TRAUMATIKA
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 1
Pembimbing :Dr. Retnaniadi Supriadi, Sp.M
Disusun Oleh :
Retti Nurlaili 0510710109Hawa Alia Bt Hasan 0510714004
PENDAHULUAN
Keadaan yang gawat untuk bola mata Terdapat sekitar 20.000-40.000 trauma mata
terjadi tiap tahun di USA, 40.000 orang menderita kehilangan penglihatan yang signitifikan setiap tahunnya.
Di Indonesia 6,98 per 1000 populasi mengalami trauma mata
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 2
Definisi Trauma Okuli
tindakan sengaja maupun tidak sengaja yang menimbulkan perlukaan mata
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 3
Rumah Sakit Mata Dr.Yap. 2008; Rhobson, Joe. 2008; McGwin G, Xie A, Owsley C. 2005.
Klasifikasi Trauma Okuli
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 4
Birmingham Eye Trauma Terminology System (BETTS)
Kuhn F, Mester V, Morris R, Witherspoon CD, 2002
Klasifikasi Trauma Okuli TertutupTipe
A: Contusio B: Lamellar Laseration C:Superficial foreign body D: MixedGrade Visual acuity ≥ 20/40 20/50 to 20/100 19/100 to 5/200 4/200 to light perception No light perceptionPupil Positive: relative afferent pupullary defect present in affected eye Negative: relative afferent papillary defect absent in effected eyeZone I: external (limited to bulbar conjunctiva, sclera, cornea) II: anterior segment (involving structures in anterior segment internal to
the cornea and including posterior lens capsule; also includes pars plicata but not pars plana)
III: posterior segment (all internal structures posrerior to the posterior lens capsule) LABORATORIUM KESEHATAN MATA 5
Banta, James T. 2007
Klasifikasi Trauma Okuli TerbukaTipe
A: Rupture B: Penetrating C: Intraocular D: Perforating E: Mixed Grade Visual acuity 1. ≥ 20/40 2. 20/50 to 20/100 3. 19/100 to 5/200 4. 4/200 to light perception 5. No light perceptionPupil Positive: relative afferent pupullary defect present in affected eye Negative: relative afferent papillary defect absent in effected eyeZone I: isolated to ccornea (including the corneoscleral limbus) II: corneoscleral limbus to a point 5 mm posterior into the sclera III: posterior to the anterior 5 mm of sclera
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 6
Banta, James T. 2007
Mekanisme Trauma
Coup langsung oleh trauma Countercoup gelombang getaran yang
diberikan oleh cuop, dan diteruskan melalui okuler dan struktur orbita
Equatorial Global reposititioning
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 7
Rapon JM, 2007
Definisi Trauma Okuli Terbuka
Ruda paksa yang menembus dinding orbita yang mengenai kornea atau sklera sehingga ada hubungan antara dunia luar dengan intraorbita
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 8
Kaur A and Ajrawal A. 2004.; Rhee DJ et Pyfer MF. 1999.
Tanda Trauma Okuli Terbuka
Perdarahan Subkonjungtiva
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 9
Ilyas, Sidarta. 2006; Pramanik, Sudep. 2005
Tanda Trauma Okuli Terbuka
Full-thickness Laseration pada Kornea atau Sklera
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 10
Kaur A and Ajrawal A. 2004; Rhee DJ et Pyfer MF. 1999.
Tanda Trauma Okuli Terbuka
Hifema
04/10/2023 LABORATORIUM KESEHATAN MATA 11
Rhee DJ et Pyfer MF. 1999; Pramanik, Sudep. 2005
Tanda Trauma Okuli Terbuka
Perubahan Bentuk Pupil
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 12
Pramanik, Sudep. 2005
Tanda Trauma Okuli TerbukaDislokasi Lensa
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 13
Subluksasi Lensa Luksasi Lensa
Ilyas, Sidarta. 2006; Rapon JM.2007; Kaur A and Ajrawal A. 2004; Pramanik, Sudep. 2005
Tanda Trauma Okuli Terbuka
Retinal detachment
04/10/2023 LABORATORIUM KESEHATAN MATA 14
Pramanik, Sudep. 2005
Penegakan Diagnosis Trauma Okuli Terbuka
Anamnesis
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan penunjang
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 15
Anamnesis
mekanisme dan onset terjadinya trauma bahan penyebab trauma dan ukurannya menggunakan pelindung pada mata atau tidak jenis pekerjaan perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan
segera sesudah cedera, serta harus di catat apakah gangguan penglihatan bersifat progresif lambat atau awitan mendadak
Riwayat kejadian terjadinya trauma Riwayat pengobatan riwayat trauma pada mata dan operasi pada
kedua mata sebelumnyaLABORATORIUM KESEHATAN MATA 16
Vaughan, Dale. 2000; Pramanik, Sudep. 2005; Loewenstein JI, Lee S. 2004
Pemeriksaan Fisis
Tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma
Visus turun secara mendadak Nyeri pada mata Diplopia
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 17
Rumah Sakit Mata Dr.Yap. 2008; Pramanik, Sudep. 2005
Pemeriksaan Fisis
Pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan
Orbita deformitas tulangnya dengan palpasi ada atau tidaknya benda asing dalam mata perubahan letak bola mata Konjungtiva perdarahan Kornea dan sklera perforasi atau ruptur Kedalaman dan kejernihan kamera okuli anterior
(COA) dicatat dan dilihat adanya hifema Ukuran, bentuk, dan reaksi terhadap cahaya dari
pupil Lensa menjadi dislokasi. 2,6,11
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 18
Rhobson, Joe. 2008; Colby, Kathryn. 2007; Rhee DJ et Pyfer MF. 1999
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan slit lamp kedalaman cedera di segmen anterior bola mata
Tes fluorescin mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan dengan jelas
Pemeriksaan tonometri perlu dilakukan untuk mengetahui tekanan bola mata
Pemeriksaan CT-scan dan USG B-Scan digunakan untuk mengetahui posisi benda asing
MRI kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda logam
Electroretinography (ERG) ada tidaknya degenerasi pada retina dan sering digunakan pada pasien yang tidak berkomunikasi dengan pemeriksa
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 19
Vaughan, Dale. 2000; Pramanik, Sudep. 2005; Medscape. 2008
Penatalaksanaan
Pada setiap tindakan bertujuan untuk Mempertahan bola mata Mempertahankan tajam penglihatan
04/10/2023 LABORATORIUM KESEHATAN MATA 20
Vaughan, Dale. 2000; Ilyas, Sidarta. 2006
PenatalaksanaanPenatalaksanaan sebelum tiba di rumah
sakit: Mata tidak bolah dibebat dan diberikan
perlindungan tanpa kontak Tidak boleh dilakukan memanipulasi yang
berlebihan dan penekanan bola mata Benda asing tidak boleh dikeluarkan
tanpa pemeriksaan lanjutan Sebaiknya pasien dipuasakan untuk
mengantisipasi tindakan operasi
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 21
Ilyas, Sidarta. 2006; Rapon JM. 2007; Pramanik, Sudep. 2005; Broocker G, Solley WA. 2005; Webb LA, Kanski JJ. 2004
PenatalaksanaanPenatalaksanaan di rumah sakit: Pemberian antibiotik spectrum luas Pemberian obat sedasi,antiemetik, dan
analgetik sesuai indikasi Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi Pengangkatan benda asing di kornea,
konjungtiva atau intraokuler (bila bila mata intak)
Tindakan pembedahan /penjahitan sesuai dengan penyebab dan jenis cedera.
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 22
McGwin G, Xie A, Owsley C. 2005; Colby, Kathryn. 2007; Broocker G, Solley WA. 2005; The United States Eye Injury Registry (USEIR). 2007
Komplikasi
Infeksi, yaitu endoftalmitis, panoftalmitis Katarak traumatika Glaukoma sekunder Oftalmika simpatika
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 23
Vaughan, Dale. 2000; Ilyas, Sidarta. 2006; Mullrooney BC. 2007; Hariyanto J. 2006
Prognosis Besarnya luka tembus, makin kecil makin
baik Tempat luka pada bola mata Bentuk trauma apakah dengan atau
tanpa benda asing Benda asing megnetik atau non megnetik Dalamnya luka tembus, apakah tumpul
atau luka ganda Sudah terdapat penyulit akibat luka
tembus
LABORATORIUM KESEHATAN MATA 24
Ilyas, Sidarta. 2006
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : An. M.A.Umur : 10 tahunJenis kelamin : Laki-lakiAgama : IslamPekerjaan : PelajarPendidikan : SD Kelas 4 Alamat : Karangploso, MalangNomor Register : 10725xxx/820xxxTanggal MRS : 20 Agustus 2000
Keluhan Utama :
Mata kanan nyeri setelah tertusuk ranting pohon
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh mata kanan nyeri sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, setelah terkena ranting pohon jambu sewaktu bermain bersama teman. Nrocoh (+), Silau (+), Mata merah (+), pandangan kabur (+). Riwayat terapi: Px 2 hari yang lalu sudah dibawa berobat ke RS Batu lalu dirujuk ke RSSA. Terapi diberi antibiotik sirup & paracetamol syrup. Di RSSA pasien di terapi Sefodroxol 2 x 250 mg dan Pondex pada tanggal 28 Agustus 2010. Pasien disarankan MRS untuk operasi tetapi pasien menolak.
Mekanisme terjadinya trauma pada mata kanan pasien:
Pasien bermain memanjat pohon jambu bersama temannya. Ranting pohon jambu, berukuran 20
cm, dengan ujungnya tajam. Saat pasien tarjatuh, secara tidak sengaja ranting pohon yang patah mengenai mata kanan pasien dari arah depan
mata yang saat itu tidak menggunakan pelindung pada mata.
Riwayat Pengobatan:
Pasien mendapatkan pengobatan di RS Saiful Anwar Malang berupa:
Sefodroxol 2 x 250 mg dan Pondex (po)
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat kedua mata kabur sebelumnya (-)Riwayat trauma pada kedua mata sebelumnya (-)Riwayat operasi pada kedua mata sebelumnya (-)
Pemeriksaan Fisis
Status Generalis
KU : CukupKesadaran : Compos MentisNadi : 94x/menit, kuat, regulerRR : 20x/menit, reguler, simetrisGizi : baik (BMI: 19,31 kg/m2)Higiene : cukupTax : 37,3°C
Status Internistik
Kepala: anemis -/-, icterus -/-, edema -/-, sianosis (-) Leher: Pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)Thorax: Pulmo: Inspeksi: D = S Palpasi: SF D = S Perkusi: sonor pada semua lapangan paru Auskultasi: vesikuler pada semua lapangan paru Rh - - Wh - -
- - - -
- - - - Cor: Inspeksi: iktus tidak tampak Palpasi: iktus teraba pada ICS V MCL (S) Perkusi: RHM: SL (D), LHM: ICS V MCL (S) Auskultasi: S1S2 single, murmur (-), HR 80 x/menit, regulerAbdomen: flat, supel, meteorismus (-), BU (+) normal, hepar/lien tidak teraba.Extremitas: Edema =/=, akral hangat.
Oculi Dextra Oculi SinistraOrthoporia Posisi Bola Mata Orthoporia
dbn Gerak Bola Mata dbn
1/300 Visus 5/5
Spasme (+), edema (+) Palpebra Spasme (-), edema (-)
CI (+), PCI (+), SCH (+) Konjunctiva CI (-), PCI (-)
Epithelium, rupture
cornea jam 11 – 3
ke arah nasal
diameter 8 mm
Kornea Intak, jernih
Membrana
(+),Dalam
COA Dalam
Prolaps pada bibir
luka
Iris Coklat, radier line (+)
Not round, RP (+),
3mm
Pupil Bulat, diameter 3 mm, reflek cahaya (+)
keruh, tidak rata Lensa jernih
n-1/p TIO n/p
STATUS OPTHALMOLOGIS
WORKING DIAGNOSIS :
OD trauma okuli terbuka disertai dengan ruptur kornea,
prolaps iris dan katarak traumatika
Usulan Pemeriksaan :
•USG mata•Slit lamp•Darah lengkap•Kimia darah•Faal Hemostatis•Foto thoraks
Usulan Terapi :
•Injeksi Tetagram 1 ampul•injeksi gentamisin 2 x 40 mg (i.v)•Jahit kornea mata kanan dan eksplorasi dengan general anesthesia
Prognosis :Dubia at bonam
KIE Orangtua pasien dijelaskan mengenai
penyakit yang terjadi pada mata anaknya akibat trauma terbuka karena benda tajam
Orangtua pasien dijelaskan mengenai komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul setelah terjadi trauma; misalnya tajam penglihatan yang turun mendadak, dan bila semakin menurun atau kabur setelah trauma, mata terasa kemeng, atau silau maka pasien harus segera memeriksakan lagi matanya setelah keluar dari rumah sakit.
Orangtua pasien dijelaskan bahwa kemungkinan tajam penglihatan pada mata kanan anaknya setelah trauma mungkin dapat membaik mungkin juga memburuk .
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 9 Agustus 2008 :Darah Lengkap : Leukosit : 13500/mm3 (N : 3.500 – 10.000)Hemoglobin : 12,6 g/dl (N : 11,0-16,5)Hematokrit : 39,1% (N : 35,0- 50,0)Trombosit : 378.000/mm3 (N : 150.000 – 390.000)Kimia Darah :Gula darah acak : 107 mg/dl (N : <200)Ureum : 21 mg/dl (N: 10-50)Kreatinin : 13 mg/dl (N: 0,7-1,5)SGOT : 21 mg/dl (N: 10-50)SGPT : 13 mg/dl (N: 10-50)Faal Hemostatis : PTT : 10 detik (N : 11,2 detik)APTT : 29,2 detik (N : 30,4 detik)
Foto Post Operasi
PEMBAHASAN
DIAGNOSIS TRAUMA OKULI TERBUKA
ANAMNESISPEMERIKSAAN FISIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
ANAMNESIS1. Onset terjadinya trauma2. Mekanisme terjadinya
trauma3. Bahan penyebab trauma
(tajam/tumpul), bentuk & ukurannya
4. Penggunaan pelindung pada mata +/-
5. Jenis pekerjaan6. Riwayat pengobatan7. Riwayat trauma pada
mata dan operasi pada kedua mata sebelumnya.
8. Visus pre trauma
(Colby, 2007; Rapon, 2008; Robson, 2008)
Mata kanan nyeri secara mendadak setelah tertusuk ranting pohon jambu Pasen terjatuh dan tertusuk ranting. Ranting pohon jambu berukuran 20cm dengan ujungnya tajam. Saat itu pasien tidak menggunakan pelindung pada mata.Berobat ke RS Saiful Anwar Malang mendapat pengobatan berupa:Sefodroxol 2 x 250 mg dan Pondex (po)Tidak didapatkan riwayat kedua mata kabur sebelumnya, riwayat trauma pada kedua mata sebelumnya, dan riwayat operasi pada kedua mata sebelumnya.
• Gx utama adalah nyeri, mata merah,
nyeri, fotofobia, blepharospasme, tajam penglihatan
yang menurun, tekanan bola mata rendah, bilik mata
dangkal, terlihatnya ruptur pada kornea atau sclera, adanya hifema pada bilik
mata
(Robson, 2008; RSM Dr.Yap, 2008)
• adalah nyeri mata kanan , mata merah, Nrocoh (+), Silau (+), pandangan kabur (+)Setelah tertusuk
ranting pohon jambu bambu.
PEMERIKSAAN FISIS Pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan. Orbita: diperiksa deformitas tulangnya dengan palpasi mencari defek pada bagian tepi tulang orbita, ada /tidak benda asing dalam mata, dan perubahan letak bola mata.Konjungtivabisa didapatkan perdarahan konjungtiva yang hebat. Kornea dan sklera bisa perforasi atau ruptur Kedalaman dan COA dicatat dan dilihat adanya hifema.PupilUkuran, bentuk, dan reaksi terhadap cahaya dari pupil harus dibandingkan dengan mata yang lain untuk memastikan apakah terdapat defek pupil di mata yang cedera. Pada ruptur bola mata, pupil dapat berbentuk peaked, teardrop
shaped, atau ireguler. Iris bisa prolaps, inkarserasiLensa bisa dislokasi
(Colby, 2007; Kaur A and Ajrawal A.,2004; Robson, 2008 )
Status Ophtalmologis mata kanan:
• posisi bola mata ortophoria• gerakan bola mata kanan sulit orthoforia•, penurunan visus: LP(+)•, palpebra spasme dan edema,• konjungtiva : CI (+), PCI (+),• didapatkan ruptur kornea sentral pada jam 11 - jam 3, dengan iris inkarserasi pada bibir luka, •COA : membrana (+), dalam, •pupil : round, RP (+), 3mm, •lensa : keruh, tidak rata, •TIO dengan pemeriksaan digital: pe↓ tekanan intraokuler pada mata kanan• Sedangkan pada mata kiri pasien tidak didapatkan adanya kelainan.
Adanya conjunctival injection disebabkan karena melebarnya arteri konjungtiva posterior, sedangkan pericorneal injection timbul oleh karena pelebaran arteri siliaris anterior bisa disebabkan krn trauma
pada mata
(Ilyas, 2006)
Ruptur pada kornea disebabkan karena trauma tembus akibat benda tajam yang mengenai kornea atau sklera bisa menimbulkan Gx berupa nyeri, penurunan visus dengan adanya riwayat trauma.
(Pramanik, Sudep, 2005 ; Rhee DJ et Pyfer MF,1999)
• Katarak pada pasien ini terjadi akibat adanya trauma pada lensa yang memungkinkan cairan mata terakumulasi pada
lensa sehingga lensa menjadi keruh
• Sedangkan TIO pada mata kanan rendah karena keluarnya cairan bola mata.
(Rhee DJ et Pyfer MF,1999)
Usulan Pemeriksaan…
•USG mata menentukan daerah ruptur dan adanya benda asing dalam bola mata (intraorbita), atau intraokuli.
•darah lengkap (Leukosit, Hb, hematokrit, trombosit), kimia darah (Gula darah acak, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT), FH, dan foto thoraks persiapan operasi
Terapi…
•Injeksi anti tetanus toksoid (Tetagam) 1 ampulmencegah kemungkinan infeksi tetanus pada mata akibat benda tajam pada trauma tembus.
•Injeksi gentamisin 2 x 40 mg (i.v)mencegah terjadinya infeksi pada bola mata akibat trauma tembus pada mata
• Jahit kornea mata kanan dan eksplorasi bola mata dengan general anesthesia ruptur kornea dan prolaps iris
PROGNOSIS…
Prognosis pada pasien ini adalah Dubia at bonam oleh karena adanya trauma terbuka yang menimbulkan ruptur pada kornea tapi tidak pada bagian sentral, bentuk pupil reguler, dan lensa yang masih cukup baik sehingga kemungkinan prognosis tajam penglihatan pada pasien ini cukup bagus.
TERIMA
KASIH……