trauma mata
DESCRIPTION
Trauma MataTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
Dewasa ini, kasus yang berkaitan dengan trauma banyak sekali terjadi. Hampir tiap
hari ditemukan pasien dengan trauma baik itu akibat benda tumpul,tajam maupun akibat
kecelakaan lalu lintas. Pada pasien trauma, kegawatdaruratan yang terjadi pada pasien harus
segera di tatalaksana untuk mencegah semakin memburuknya keadaan pasien. ATLS
(Advance Trauma Live Support), perlu dimiliki oleh seorang dokter umum, sebagai
pengambil tindakan pertama pada pasien dengan kasus traumatologi. Sehingga, dengan basic
ATLS yang baik, diharapkan semakin banyak pasien pasien dengan kasus trauma diperbaiki
kondisinya sebelum dilakukan rujukan lebih lanjut ke bagiannya masing masing.
1
BAB 2
DATA PELAKSANAAN TUTORIAL
I. Judul Blok
Traumatologi Dan Emergency
II. Nama Tutor
dr. Kiky Anggrita
III. Data Pelaksanaan Tutorial
Tutorial I
Tanggal : 17 November 2014
Waktu : 14.30 – 15.00 WIB
Tempat : Ruang Tutorial
Tutorial II
Tanggal : 20 November 2014
Waktu : 11.30 – 12.30 WIB
Tempat : Ruang Totorial
2
BAB 3
SKENARIO
Laki-laki berusia 30 tahun memiliki keluhan utama bola mata kanan berdarah. Riwayat 2 Jam
yang lalu terkena ledakan air aki mobil. Pemeriksaaan : Visus 1/300, palpebra inferior ruptur
1 cm sebelah lateral kantus medius, konjungtiva bulbi chemosis, kornea edema dan pucat di
2/3 luar limbus, hifema 1/3 bawah COA, lensa subluksasi ke COA, fundus gelap, TIO
N-,pasien tidak dapat melirik ke atas.
Apa yang terjadi pada pasien ini?
A. Klarifikasi Istilah
A.1. Lateral kantus medius
Sisi tepi bagian luar mata
A.2. Subluksasi
Dislokasi
A.3. COA
Camera Oculi Anterior
A.4. Hifema
Perdarahan dlam kamera oculi anterior yang berasal dari pembuluh darah iris atau
korpus siliaris
A.5. TIO
Tekanan Intra Okuler
A.6. Chemosis
Suatu laserasi yang menyebabkan edema pada selaput bola mata
B. Menetapkan Masalah
B.1. OS dengan keluhan mata kanan berdarah karena ledakan air aki 2 jam yang lalu
B.2. Pemeriksaaan : Visus 1/300, palpebra inferior ruptur 1 cm sebelah lateral kantus
medius, konjungtiva bulbi chemosis, kornea edema dan pucat di 2/3 luar limbus,
hifema 1/3 bawah COA, lensa subluksasi ke COA, fundus gelap, TIO N-,pasien
tidak dapat melirik ke atas.
3
C. Menganalisis Masalah
C.1. Adanya trauma mata akibat terpapar zat kimia
C.2.Hanya dapat melihat lambaian tangan, akibat air aki yang bersifat asam sehingga
menyebabkan melepuh, tertutup darah, dicurigai adanya fraktur tulang orbita yang
mengakibatkan terjepitnya saraf mata.
D. Kesimpulan Sementara
Laki-laki 30 tahun dicurigai mengalami trauma mata
E. Learning Objective
E.1. Jenis Dan Etiologi Trauma Mata
E.2. Tanda Dan Gejala Trauma Mata
E.3. Patofisiologi Trauma Mata
E.4. Diagnosa Trauma Mata
E.5. Penatalaksanaan Trauma Mata
E.6. Komplikasi Dan Prognosis Trauma Mata
4
BAB 4
TINJAUAN TEORI
4.1 JENIS – JENIS TRAUMA PADA MATA
A. Trauma Kimia
1. Trauma asam
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik (asetat,
forniat), dan organik anhidrat (asetat). Bila bahan asam mengenai mata maka akan
segera terjadi pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan sehingga bila
konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali.
Biasanya akan terjadi kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Bahan asam
dengan kerusakan yang diakibatkannya akan lebih dalam.
Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secepatnya dan
selama mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang megakibatkan
trauma. Biasa trauma akibat asam akan normal kembali, sehingga tajam penglihatan
tidak banyak terganggu.
2. Trauma basa
Trauma akibat bahan basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata.
Alkali akan menembus dengan cepat kornea, bilik mata depan, dan sampai pada
jaringan retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea.
Bahan kimia alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai
dengan dehidrasi. Bahan akustik soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan
dalam waktu 7 detik.
Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenese yang akan menambah kerusakan
kolagen kornea. Alkali yang menembus ke dalam bola mata akan merusak retina
sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita.
5
Menurut klasifikasi Thoft, trauma basa dapat dibedakan menjadi:
Derajat 1 : terjadi hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata
Derajat 2 : terjadi hiperemi konjungtiva disertai hilangnya epitel kornea
Derajat 3 : terjadi hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya
epitel kornea
Derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%
Tindakan bila terjadi trauma basa adalah secepatnya melakukan irigasi dengan
garam fisiologik selama mungkin. Bila mungkin irigasi dilakukan paling sedikit 60 menit
setelah trauma. Penderita diberi sikloplegia, antibiotika, EDTA untuk mengikat basa.
EDTA diberikan setelah 1 minggu trauma basa, diperlukan untuk menetralisir
kolagenase yang terbentuk pada hari ketujuh. Penyulit yang dapat terjadi adalah
simblefaron, kekeruhan kornea, edema, dan neovaskularisasi kornea, katarak, disertai
dengan ptisis bola mata.
B. Trauma Mekanik
1. Trauma tembus
Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva saja. Bila robekan
konjungtiva ini atau tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila
konjungtiva lebih 1 cm diperlukan tindakan penjahitan untuk mencegah terjadinya
granuloma. Pada setiap robekan konjungtiva perlu diperhatikan terdapatnya robekan
sklera bersama-sama dengan robekan konjungtiva tersebut.
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata
maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti:
a. Tajam penglihatan yang menurun
b. Tekanan bola mata rendah
c. Bilik mata dangkal
d. Bentuk dan letak pupil yang berubah
e. Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sklera
f. Terdapat jaringan yang di proplaps seperti cairan mata, ris, lensa, badan kaca,
atau retina
g. Konjungtiva kemotis
6
2. Trauma tumpul
Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda yang
tidak keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang)
ataupun lambat.
a. Hematoma kelopak
b. Edema knjungtiva
c. Hematoma Subkonjungtiva
d. Edema Kornea
e. Erosi Kornea
f. Erosi Kornea rekuren
g. Hifema
h. Dislokasi Lensa
i. Subluksasi Lensa
j. Edema Retina dan Koroid
k. Ablasi Retina
l. Ruptur Koroid
m. Avulsi Papil Saraf Optik
n. Optik Neuropati Traumatik.
C. Trauma radiasi elektromagnetik
a. Trauma sinar inframerah
Akibat sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari dan
pada saat bekerja di pemanggangan. Kerusakan ini dapat terjadi akibat
terkonsentrasinya sinar infra merah terlihat. Kaca yang mencair seperti yang
ditemukan di tempat pemanggangan kaca akan mengeluarkan sinar infra merah.
Akibat sinar ini pada lensa maka katarak mudah terjadi pada pekerja industri gelas
dan pemanggangan logam. Sinar infra merah akan mengakibatkan keratitis superfisial,
katarak kortikal anterior-posterior dan koagulasi pada koroid.
b. Trauma sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat
mempunyai panjang gelombang antara 350-295 nM. Sinar ultraviolet banyak terdapat
pada saat bekerjalas, dan menatap sinar matahari atau pantulan sinar matahari di atas
salju. Sinar ultraviolet akan segera merusak epitel kornea.
7
Sinar ultraviolet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea sehingga
kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat. Kerusakan ini aka segera
baik kembali setelah beberapa waktu, dan tidak akan memberikan gangguan tajam
penglihatan yang menetap.
Sinar Ionisasi dan Sinar X
Sinar Ionisasi debadakan dalam bentuk:
- Sinar alfa yang dapat diabaikan
- Sinar beta yang menembus 1 cm jaringan
- Sinar gama
- Sinar X
Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan katarak dan rusaknya retina. Dosis
kataraktogenik bervariasi dengan energi dan tipe sinar, lensa yang lebih muda dan
lebih peka.
4.2 TANDA DAN GEJALA
1. Hifema : Perdarahan dalam kamera okuli anterior, yang berasal dari pembuluh darah
iris atau korpus siliaris, biasanya di sertai odema kornea dan endapan di bawah
kornea.
Klasifikasi hifema :
a. Hifema primer, timbul segera oleh karena adanya trauma.
b. Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.
c. Hifema ringan tidak mengganggu visus, tetapi apabila sangat hebat akan
mempengaruhi visus karena adanya peningkatan tekanan intra okuler.
2. Hematoma palpebra : hematoma pada satu mata merupakan keadaan yang ringan,
tetapi bila terjadi pada kedua mata, adanya fraktur basis krani.
3. Ruptura kornea : Kornea pecah, bila daerah yang pecah besar dapat terjadi prolapsus
iris.
8
4. Ruptura membran descement : garis kekeruhan yang berkelok-kelok pada kornea,
yang sebenarnya adalah lipatan membran descement, visus sangat menurun dan
kornea sulit menjadi jernih kembali.
5. Iridoparese-iridoplegia : kelumpuhan pada otot pupil sehingga terjadi midriasis.
6. Iridodialisis : iris yang pada suatu tempat lepas dari pangkalnya, pupil menjadi tidak
bulat.
7. Irideremia : keadaan di mana iris lepas secara keseluruhan.
8. Subluksasio lentis- luksasio lentis : Luksasio lentis yang terjadi bisa ke depan atau ke
belakang. Jika ke depan akan menimbulkan glaukoma dan jika ke belakang akan
menimbulkan afakiaI.
9. Glaukoma : di sebabkan oleh karena robekan trabekulum pada sudut kamera okuli
anterior yang menyebabkan gangguan aliran aquos humour.
10. Ruptura sclera : Menimbulkan penurunan teknan intra okuler.
11. Ruptura retina : Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan
kebutaan.
Tanda dan gejala pada klasifikasi trauma mata adalah sebagai berikut:
A. Trauma Tumpul
1. Rongga Orbita: fraktur orbita, kebutaan (jika mengenai saraf), perdarahan didalam
rongga orbita, gangguan gerakan bola mata.
2. Palpebra : hematom, edema palpebra yang dapat menyebabkan kelopak mata tidak
dapat membuka dengan sempurna (ptosis), kelumpuhan kelopak mata
(lagoftalmos/tidak dapat menutup secara sempurna).
3. Konjungtiva : edema, robekan pembuluh darah konjungtiva (perdarahan
subkonjungtiva).
9
4. Kornea : Edema kornea, penglihatan kabur, kornea keruh, erosi/abrasi, laserasi kornea
tanpa disertai tembusnya kornea dengan keluhan nyeri, mata berair, fotofobia.
5. Iris atau badan silier : hifema , iridodialisis.
6. Lensa : subluksasi lensa mata.
7. Korpus vitreus : perdarahan korpus vitreus.
8. Retina : edema makula retina, ablasio retina, fotopsia, lapang pandang terganggu dan
penurunan tekanan bola mata.
B. Trauma Tajam
1. Orbita : kebutaan, proptosis (akibat perdarahan intraorbital), perubahan posisi bola
mata.
2. Palpebra : ptosis yang permanen (jika mengenai levator apoeurosis)
3. Lakrimal : gangguan sistem eksresi air mata.
4. Konjungtiva : robekan konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva.
5. Sklera : pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea (iris, badan silier dan
koroid yang berwarna gelap).
6. Kornea, iris, badan silier, lensa, korpus vitreus : laserasi kornea yan g disertai
penetrasi kornea, prolaps jaringan iris, penurunan TIO, adanya luka pada kornea,
edema.
7. Koroid dan kornea : luka perforasi pada sklera, perdarahan korpus vitreus dan ablasi
retina.
C. Trauma Kimia
1. Asam : Kekeruhan pada kornea akibat terjadi koagulasi protein epitel kornea
2. Basa/Alkali.
a. Kebutaan
b. Penggumpalan sel kornea atau keratosis
c. Edema kornea
d. Ulkus kornea
e. Tekanan intra ocular akan meninggi
f. Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar
g. Membentuk jaringan parut pada kelopak
h. Mata menjadi kering karena terjadinya pembentukan jaringan parut pada
kelenjar air mata
10
i. Pergerakan mata menjadi terbatas akibat terjadi simblefaron pada konjungtiva
bulbi yang akan menarik bola mata
j. Lensa keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa
4.3 Patofisiologi Trauma Mata
A. Trauma Mekanik
1. Trauma tumpul
11
Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak
keras, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras ataupun lambat.
- Edema konjunctiva
Jaringan konjunctiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik pada setiap
kelainannya, demikian pula akibat trauma tumpul. Jika kelopak mata terpajan ke
dunia luar dan konjunctiva terkena angina secara terbuka maka keadaan ini saja sudah
dapat menyebabkan edema.
- Hematoma subkonjunctiva
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat di bawah konjunctiva, seperti
arteri konjunctiva dan arteri episklera.
2. Trauma Tembus
12
B. Trauma kimia
Bahan kimia yang biasanya mengakibatkan kelainan pada mata adalah Asam dan
Basa atau alkali. Pengaruh bahan kimia tergantung pada pH, kecepatan dan volume bahan
yang terkena pada mata.
Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase :
a. Fase kerusakan
Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-hal
sebagai berikut :
1. Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjunctiva disertai gangguan dan oklusi
pembuluh darah pada limbus.
2. Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan
konjungtivalisasi permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan persisten pada
epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea
13
3. Penetrasi zat kimia sampai ke COA dapat menyebabkan kerusakan iris dan lensa.
4. Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan
untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.
5. Hipotoni dan pthisis bulbi sangat mungkin terjadi.
b. Fase penyembuhan
Fase penyembuhan epitel kornea diikuti proses-proses berikut :
1. Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran dari sel-
sel epithelial yang berasal dari stem cell limbus.
2. Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratositterjadi sintesis
kolagen yang baru.
1. Trauma Asam
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organic (asetat,
forniat), dan baha organic ahidrat (asetat). Jika bahan asam terkena pada mata maka akan
terjadi pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan. Jika konsentrasi bahan
asam yang terpapar tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma akali.
Biasanya akan terjadi kerusakan pada bagian superficialnya saja.
Asam dipisahkan dalam 2 mekanisme :
- Ion hydrogen : merusak permukaan ocular dengan mengubah pH
- Anion : merusak dengan cara denaturasi (perubahan struktur), presipitasi dan
koagulasi.
Asam hidroflorida sama dengan alkali, asam ini secara cepat melewati membran sel.
Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari imobilisasi ion kalsium, yang
berujung pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion potassium.
Contoh bahan kimia asam : asam sulfat, asam sulfitm asam hidroklorida, asam asetat,
asam nitrat, asam kromat, asam hidrklorida, dsb.
14
2. Trauma Basa
Trauma basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata, alkali akan
menembus dengan cepat kornea, bilik mata depan bahkan sampai ke retina. Pada trauma
basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia alkali bersifat
koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai dengan dehidrasi. alkali yang
menembus bola mata akan merusak retina sehingga menjadi buta.
Contoh : bahan akustik soda dapat menembus kedalam bilik mata depan dalam waktu 7
detik.
Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa
memiliki 2 sifat yaitu hidrofilik dan lipofilik. Pada trauma basa akan terjadi
penghancuran kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dna terjadi proses
saponifikasi (penyabunan) disertai dengan dehidrasi. Akibat saponifikasi membran sel
akan mudah dipenetrasi oleh alkali lebih lanjut. Mukopolisakarida jaringan akan
menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosis, serat kolagen kornea
akan bengkak dan stroma kornea akan mati dan dapat terjadi perforasi kornea. Bila alkali
sudah memasuki bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar.
Contoh basa : NaOH, CaOH, amoniak, Freon, shampoo, kapur gamping, semen, tiner,
lem, cairan pembersih dalam rumah tangga, soda kuat.
Hifema : darah didalam bilik mata depan
Et : trauma tumpul yang merobek badan iris atau badan siliar.
Kel : sakit, penglihatan pasien sangat menurun.
Subluksasi : dislokasi lensa
Et : putusnya zonula Zinn
Kel : penglihatan berkurang, penglihatan double dengan 1 mata.
15
4.4 Diagnosa Trauma Mata
A. Anamnesis
Pada trauma okuli, hal yang dapat ditanyakan berupa:
a) Kapan dan proses terjadinya trauma
b) Benda yang mengenai mata tersebut dan bagaimana arah datangnya benda, ukuran
benda serta bahan dari benda tersebut apakah terbuat dari logam,besi,kayu,dll
c) Apakah terdapat pengurangan penglihatan dan pengurangan ini terjadi sebelum
atau sesudah trauma
d) Apakah trauma disertai dengan keluarnya darah atau adanya rasa nyeri pada mata
e) Apakah sudah mendapat pertolongan sebelumnya
f) Riwayat glaukoma atau pembedahan mata sebelumnya
B. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum terlebih dahulu diperiksa, karena 1/3 hingga ½ kejadian trauma mata
bersamaan dengan cedera lain selain mata. Untuk itu perlu pemeriksaan neurologis dan
sistemik mencakup tanda-tanda vital, status mental, fungsi, jantung dan paru serta
ekstremitas. Selanjutnya pemeriksaan mata dapat dimulai dengan:
a) Menilai ketajaman penglihatan dengan memakai snellen chart atau menghitung jari
dari jarak 3 kaki (0,9ml)
b) Kelopak mata dilihat apakah ada edema, ekimosis, tanda cedera kimia atau luka
bakar, adanya laserasi (medial, lateral, tepi kelopak, dan kanakuli), ptosis, benda
asing yang menempel di bola mata, serta dilihat adanya robekan tendon canthus
c) Margo orbitalis dipalpasi untuk melihat adanya deformitas atau krepitasi
d) Bola Mata diperiksa dengan membuka kelopak mata tanpa tekanan dan dilihat
apakah adanya penonjolan akibat hematom retrobulber serta penekanan bagian
posterior dan inferior akibat fraktur orbita dan nilai gerakan normal bola mata.
e) Pupil : bentuk, ukuran, reaksi terhadap rangsang cahaya
f) Kornea : luka, abrasi, benda asing dan dapat dilakukan dengan tes fluoresensi
g) Konjungtiva : ekimosis, efisema subkonjungtiva, perdarahan subkonjungtiva dan
benda asing
h) Camera Okuli Anterior : adanya hifema, kedalaman camera anterior
16
i) Iris : bentuk, reaktif terhadap cahaya atau tidak, apakah terdapat iridodialisis,
iridodonesis
j) Lensa : apakah ada pergeseran lensa ke anterior, dislokasi parsial dengan
pergeseran ke camera posterior dan dislokasi ke dalam vitreous
k) Vitreous : transparan atau tidak, benda asing dan perdarahan
l) Retina : Perdarahan. Adanya robekan atau ablasio retina
C. Pemeriksaan penunjang
1. Slit Lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata
2. Test Fluoresin: digunakan untuk mewarnai kornea sehingga cedera kelihatan jelas
3. Tonometri: untuk mengetahui tekanan bola mata
4. Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan oftalmoskop indirek untuk
mengetahui adanya benda asing intraokuler
5. Test Siedel dilakukan untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Dan
jika terdapat pengeluaran cairan air mata maka akn terlihat perubahan warna strip
akibat perubahan pH.
6. Pemeriksaan CT-Scan dan USG untuk mengetahui posisi benda asing
7. Electroretinography (ERG) untuk mengetahui ada tidaknya degenerasi pada retina.
8. Pemeriksaan radiologi dapat digunakan untuk melihat adanya benda asing.
9. Pemeriksaan Laboratorium, seperti :. SDP, leukosit, kultur, kemungkinan adanya
infeksi sekunder.
4.5 Penatalaksanaan Trauma Mata
1. Trauma Mekanik
a. Trauma tumpul
- Hematoma palpebra. Pada hematoma palpebra yang dini dapat diberikan kompres
dingin untuk menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit. Bila telah
lama, untuk memudahkan absorpsi darah dapat dilakukan kompres hangat pada
kelopak mata.
- Edema konjungtiva. Dapat diberikan dekongestan untuk mencegah
pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva.
17
- Hematoma subkonjungtiva. Pengobatan hematoma subkinjungtiva adalah dengan
kompres hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-
2 minggu tanpa diobati
- Edema kornea
Dapat diberikan :
1. Larutan hipertonik seperti NaCl 5%
2. Asetazolamida diberikan apabila TIO meningkat
- Erosi kornea
Tindakan yang dapat dilakukan :
1. Anestesi topikal untuk memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan
rasa sakit
2. Antibiotik spektrum luas
3. Sikloplegik aksi pendek karena terjadinya spasme siliar
4. Mata pasien dibebat tekan selama 24 jam
- Iridoplegia. Pasien yang mengalami iridoplegia sebaiknya diberi istirahat untuk
mencegah kelelahan sfingter dan pemberian robaransia.
- Iridodialisis. Pasien sebaiknya dirujuk untuk dilakukan pembedahan dengan
melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas.
- Hifema
Tindakan yang dapat dilakukan :
1. Bed rest dengan sudut 30° pada bagian kepala.
2. Diberi koagulasi
3. Mata ditutup
Bila tanda hifema tidak berkurang setelah 5 hari dengan tindakan diatas, maka
pasien dirujuk untuk dilakukan tindakan pembedahan (parasentesis).
Indikasi parasentesis :
1. Imbibisi kornea
2. Glaukoma sekunder
18
3. Hifema penuh dan berwarna hitam
4. Setelah 5 hari gejala hifema tidak berkurang
- Subluksasi lensa
Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
1. Kompres dingin dan istirahat
2. Koreksi visus
3. Diberikan steroid topikal dan sistemik
4. Bila dijumpai glaukoma atau katarak, maka dilakukan tindakan
pembedahan
- Subluksasi lensa. Pada luksasi lensa anterior sebaiknya pasien secepatnya dikirim
pada dokter mata untuk dikeluarkan lensanya dengan terlabih dahulu diberikan
asetazolamida untuk menurunkan tekanan bola mata. Pada lukasasi lensa
posterior dapat diberikan lensa +12 Dioptri agar pasien dapat melihat normal.
Apabila muncul penyulit seperti glaukoma fakolitik, maka secepatnya dilakukan
ekstraksi lensa.
- Katarak trauma. Pengobatan katarak traumatic tergantung pada saat terjadinya.
Bila terjadinya pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadi
ambliopia. Untuk mencegah terjadi ambliopia dapat dipasang lensa intra okular.
Harus diberikan antibiotik sistemik dan topikal serta kortikosteroid topikal dalam
beberapa hari untuk memperkecil kemungkinan infeksi dan uveitis. Atropin sulfat
1%, 1 tetes 3 kali sehari, dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan
untuk mencegah pembentukan sinekia posterior. Katarak dapat dikeluarkan
setelah peradangan mereda. Apabila terjadi glaukoma selama periode menuggu,
bedah katarak jangan ditunda walaupun masih terdapat peradangan.
- Ablasi retina. Pasien dengan ablasi retina sebaiknya segera dirawat untuk
dilakukan pembedahan.
- Avulsi papil saraf optik. Rujuk ke dokter spesialis untuk dilakukan penilaian
kelainan fungsi retina dan saraf optik.
19
- Optik neuropati traumatik. Pengobatannya adalah dengan merawat pasien pada
waktu akut dengan memberikan steroid. Bila penglihatan memburuk setelah
steroid maka perlu dipertimbangkan untuk pembedahan.
b. Trauma Tembus/Tajam
Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat dan harus segera
mendapatkan perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya :
1. Infeksi
2. Siderosis
3. Kalkosis
4. Oftalmia simpatika
Bila terdapat benda asing dalam bola mata, maka dilakukan tindakan untuk mengeluarkan
benda asing tersebut.
Pada penderita dapat diberikan :
1. Anastesi topikal seperti pantokain atau lidokain
2. Antibiotik spektrum luas, seperti Garamycin 1-6 mg/cc dalam NaCl untuk irigasi
luka
3. Analgesik dan sedatif kalau diperlukan
4. Tutup mata yang terkena trauma dengan perban
5. Dapat dilakukan pembedahan pada luka yang terbuka
2. Trauma Kimia
a. Trauma basa/alkali
Pengobatan :
1. Dilakukan irigasi dengan air selama 30 menit sebanyak 2000 ml
2. Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi dapat diperiksa dengan kertas lakmus
(pH normal air mata 7,3)
3. Bila penyebabnya adalah Ca(OH)2, dapat diberi EDTA
4. Diberi antibiotic dan dilakukan debridement untuk mencegah infeksi
5. Diberi sikloplegik karena terdapat iritis dan sineka posterior
6. Beta bloker dan diamox untuk mengatasi glaucoma yang terjadi
7. Steroid diberikan untuk menekan radang dan kerusakan jaringan kornea dan
konjungtiva. Steroid topikal diberikan 7 hari pertama pasca trauma
20
8. Kolagenase inhibitor seperti sistein diberikan untuk menghalangi efek
kolagenase. Diberikan 1 minggu setelah trauma.
9. Bebat/ verban mata
10. Diberikan air mata buatan
11. Keratoplasti dilakukan bila kekeruhan kornea sangat mengganggu penglihatan
b. Trauma asam
Pengobatan :
1. Irigasi segera menggunakan garam fisiologis atau air
2. Kontrol pH air mata untuk melihat apakah sudah normal
3. Pertimbangkan pengobatan sama dengan pengobatan yang diberikan pada trauma
alkali.
3. Trauma Radiasi
a. Trauma sinar infra merah. Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah
terjadi kecuali mencegah sinar inframerah terkena mata. Steroid sistemik dan local
diberikan untuk mencegah terbentuknya jaringan parut pada macula atau untuk
mengurangi gejala radang.
b. Trauma sinar ultraviolet. Dapat diberikan sikloplegia, antibiotik lokal, analgesik dan
mata ditutup selama 2-3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam.
c. Trauma Sinar X dan Sinar Terionisasi. Pada trauma ini dapat diberikan antibiotik
topikal dengan steroid 3 kali sehari dan sikloplegik satu kali sehari. Bila terjadi
simblefaron pada konjunctiva dilakukan tindakan pembedahan.
4.6 Komplikasi dan Prognosis
a. Komplikasi Glukoma
Glukoma adalah penyakit mata dimana tekanan cairan dalam bola mata menjadi
terlalu tnggi sehingga merusak saraf optic yang membawa sinyal penglihatan dari
mata ke otak
Kerusakan retina Endophthalmitis
Merupakan infeksi dalam mata yang disebabkan oleh organisme yang beredar
melalui aliran darah kedalam mata atau telah memasuki mata melalui luka.
Katarak
21
Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada sebagian atau seluruh bagian lensa
mata.
Oftalmia simpaticaMerupakan peradangan pada jaringan uvea yang terjadi akibat trauma tembus
sampai ke traktus uvea.
b. Prognosis Trauma minor mata akan sembuh dengan baik dan jarang terjadi sekuele.
Trauma tembus mata sering dikaitkan dengan kerusakan penglihatan berat dan mungkin membutuhkan pembedahan ekstensif. Retensi jangka panjang dari benda asing berupa besi dapat merusak fungsi retina dengan menghasilkan radikal bebas.
Trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat jangka panjang dan rasa tidak enak pada mata.
Trauma tumpul dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang tidak dapat diterapi jika terjadi lubang retina pada fovea. Penglihatan juga akan terganggu jika koroid pada makula rusak. Dalam jangka panjang timbul glaukoma sekunder pada mata beberpa tahun setelah cedera awal jika jalinan trabekula mengalami kerusakan.
22
BAB 5
KESIMPULAN AKHIR
OS Laki- laki 30 dengan keluhan mata kanan berdarah terkena ledakan aki mobil dan hasil
pemeriksaan yang didapat visus 1/300, palpebra inferior ruptur 1 cm sebelah lateral kantus
medius, konjungtiva bulbi chemosis, kornea edema dan pucat di 2/3 luar limbus, hifema 1/3
bawah COA, lensa subluksasi ke COA, fundus gelap, TIO N-, pasien tidak dapat melirik ke
atas. Os mengalami trauma tumpul dan trauma kimia asam pada mata.
Tindakan yang diberikan pada os yaitu :
a. Irigasi segera menggunakan garam fisiologis atau air, sembari melakukan anamnesis
jika memungkinkan. Lalu kontrol pH air mata untuk melihat apakah sudah normal
b. Lakukan pemeriksaan fisik pada keseluruhan bagian mata untuk mendapatkan
diagnosa awal
c. Untuk mendapatkan diagnosa pasti lakukan pemeriksaan penunjang berupa CT Scan
dan tonometri
d. Tatalaksana selanjutnya dapat dilakukan
- Hifema : Bed rest dengan sudut 30° pada bagian kepala, Diberi koagulasi, Mata
ditutup
- Rujuk ke spesialis mata untuk penanganan lebih lanjut
23
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas S, 2013. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. 264-280
Advance Trauma Life Support for Doctors Eighth Edition.2008
Ilyas H.S, Yulianti S.R. Ilmu Penyakit Mata Edisi 4. Jakarta: FKUI. 2013. Hal.263-80
Ilyas H.S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI. 2009. Hal.29-36
Ariesti A. Trauma Kimia Pada Mata Available from:
repository.unand.ac.id/18415/kuliah% 20trauma%20kimia.pptx.(Accesed 18
November 2014).p.1-19.
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/10/
trauma_tumpul_okuli_files_of_drsmed.pdf
http://www.academia.edu/4962733/TRAUMA_MATA_KEL_3_B16PAGI
24