trauma kepala ref

Upload: adhi-nugroho-latief

Post on 04-Apr-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    1/46

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Trauma kepala atau yang disebut dengan cedera kepala adalah ruda

    paksa tumpul/tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral

    sementara. Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama

    pada kelompok usia produktif dan sebagian besar karena kecelakaan lalu

    lintas. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia

    produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih

    rendah, disamping penanganan pertama yang belum benar, serta rujukan yang

    terlambat.1

    Seperti kita ketahui, Otak merupakan jaringan yang paling banyak

    memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses

    metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan

    oksigen dan glukosa melalui aliran darah adalah konstan metabolisme otak

    merupakan proses tetap dan kontinu tanpa ada masa istirahat.2

    Aktivitas otak yang tak pernah berhenti ini berkaitan dengan fungsinya

    yang kritis sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan

    system efektor perifer tubuh, dan fungsi sebagai pengatur informasi yang

    masuk, simpan pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku.2

    Otak terdiri dari batang otak, serebelum, diensefalon, sistim limbik dan

    serebrum.2

    1

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    2/46

    2

    Peningkatan volume salah satu diantara ketiga unsur utama ini

    mengakibatkan desakan pada ruangan yang ditempati oleh unsur lainnya dan

    menaikan tekanan intrakranial.2

    Ruang intrakranial ditempati oleh jaringan otak, darah dan cairan

    serebrospinal. Setiap bagian menempati suatu volume tertentu yang

    menghasilkan suatu tekanan intrakranial normal berkisar antara 5 dan 15

    mmHg (millimeter air raksa).2

    Peningkatan TIK adalah komplikasi serius yang mengakibatkan

    herniasi dengan gagal pernapasan dan gagal jantung serta kematian.2

    Otak adalah organ yang sangat unik dan menarik. Tidak seperti organ

    lain. Otak tidak memiliki margin yang sangat besar untuk bengkak, karena

    terbungkus dalam tengkorak sangat fleksibel. Sebagai aturan umum, tidak

    fleksibelnya tengkorak adalah hal yang baik, karena mencegah kerusakan otak

    dan menyimpannya dengan melindunginya dengan aman. Namun, ketika

    tekanan intrakranial naik, tengkorak berubah menjadi semacam pressure

    cooker, dengan jaringan otak dipaksa ke daerah-daerah yang tidak biasanya

    dalam upaya untuk mengatasi tekanan.3

    Jaringan otak tidak menghargai dipindahkan ke sekitar. Herniasi otak

    dapat menyebabkan kerusakan sel dan kematian sel yang dihancurkan, atau

    persediaan oksigen dan nutrisi terputus. Paling tidak, ini tidak hanya

    menyebabkan kerusakan otak, tetapi juga dapat mengakibatkan masalah

    kesehatan yang serius, jika sel-sel yang mengatur fungsi biologis (seperti

    respirasi) rusak.3

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    3/46

    3

    Edema serebri yang hebat menyebabkan terjadinya herniasi jaringan

    otak terutama pada tentorium serebellum dan foramen magnum. Otak terletak

    dalam rongga tengkorak yang dibatasi oleh tulang - tulang keras; dengan

    adanya edema serebri, mudah sekali terjadi kenaikan TIK dengan akibat-

    akibat seperti herniasi, torsi dan lain-lain yang akan mengganggu fungsi otak.4

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    4/46

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. DEFINISI TRAUMA KEPALA

    Trauma kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi

    baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat

    berakibat pada gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif,

    psikososial yang dapat bersifat temporer ataupun permament. Menurut

    Brain Injury Assosiation of America, trauma kepala adalah suatu

    kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun

    degenerative, tetapi disebabkan oleh serangan benturan fisik dari luar,

    yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran, sehingga

    menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.1

    2. ANATOMI KEPALA

    a. Kulit Kepala

    Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu:

    Skin atau Kulit

    Connective tissue atau Jaringan penyambung

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    5/46

    5

    Aponeurosis atau Galea aponeurotika yaitu jaringan ikat yang

    berhubungan langsung dengan tengkorak

    Loose connective tissue atau Jaringan ikat longgar

    Periosteum atau Periosteum

    4

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    6/46

    6

    Skin, Connecting tissue, Aponeurosis, Loose connecting tissue dan

    Periosteum

    Jaringan ikat longgar memisahkan galea aponeurotika dari

    perikranium dan merupakan tempat yang biasa terjadinya

    perdarahan subgaleal. Kulit kepala memiliki banyak pembuluh

    darah sehingga bila terjadi perdarahan akibat laserasi kulit kepala

    akan menyebabkan banyak kehilangan darah terutama pada anak-

    anak atau pasien dewasa yang cukup lama terperangkap sehingga

    membutuhkan waktu lama untuk mengeluarkannya.5

    b. Tulang Tengkorak

    Terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis cranii. Tulang tengkorak

    terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parieral, temporal dan

    oksipital. Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis, namun

    disini dilapisi oleh otot temporalis.

    Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian

    dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi.

    Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fossa yaitu fossa anterior

    tempat lobus frontalis, fossa media tempat temporalis dan fossa

    posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan cerebellum.5

    c. Meningens

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    7/46

    7

    Selaput meningens menutupi seluruh permukaan otak dan

    terdiri dari 3 lapisan yaitu:

    i. Duramater

    Duramater secara konvensional terdiri atas dua lapisan

    yaitu lapisan endosteal dan lapisan meningeal. Duramater

    merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat

    fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari

    cranium. Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di

    bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang

    subdural) yang terletak antara duramater dan arachnoid,

    dimana sering dijumpai perdarahan subdural.1

    Pada trauma cerebri, pembuluh-pembuluh vena yang

    berjalan pada permukaan oak menuju sinus sagitalis

    superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat

    mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural.

    Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus

    transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus

    ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat.1

    Arteri meningea terletak antara duramater dan

    permukaan dalam dari kranium (ruang epidural). Adanya

    fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    8/46

    8

    arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural.

    Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri

    meningea media yang terletak pada fosa temporalis (fosa

    media).

    ii. Selaput Arachnoid

    Selaput arachnoid merupakan lapisan yang tipis dan

    tembus pandang. Selaput arakhnoid terletak antara pia

    mater sebelah dalam dan dura mater sebelah luar yang

    meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh

    ruang potensial, disebut spatium subdural dan dari pia

    mater oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh liquor

    serebrospinalis. Perdarahan sub arakhnoid umumnya

    disebabkan akibat cedera kepala.5

    iii. Piameter

    Piamater melekat erat pada permukaan korteks serebri.

    Piamater adalah membrana vaskular yang dengan erat

    membungkus otak, meliputi gyri dan masuk kedalam sulci

    yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak

    dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang

    masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh pia mater.1

    iv. Cerebri

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    9/46

    9

    Otak merupakan suatu struktur gelatin dengan berat

    pada orang dewasa sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa

    bagian yaitu proensefalon (otak depan) terdiri dari serebrum

    dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan

    rhombensefalon (otak belakang) terdiri dari pons, medula

    oblongata dan serebellum.

    Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus

    frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan

    pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan dengan

    fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal

    mengatur fungsi memori tertentu.

    Lobus oksipital bertanggung jawab dalam proses

    penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi

    sistem aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran

    dan kewapadaan. Pada medulla oblongata terdapat pusat

    kardiorespiratorik. Serebellum bertanggung jawab dalam

    fungsi koordinasi dan keseimbangan.5

    v. Cairan cerebrospinalis

    Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus

    khoroideus dengan kecepatan produksi sebanyak 20

    ml/jam. CSS mengalir dari dari ventrikel lateral melalui

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    10/46

    10

    foramen monro menuju ventrikel III, dari akuaduktus

    sylvius menuju ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke

    dalam sirkulasi vena melalui granulasio arakhnoid yang

    terdapat pada sinus sagitalis superior.

    Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio

    arakhnoid sehingga mengganggu penyerapan CSS dan

    menyebabkan kenaikan takanan intracranial. Angka rata-

    rata pada kelompok populasi dewasa volume CSS sekitar

    150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari.6

    vi. Tentorium

    Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi

    ruang supratentorial (terdiri dari fosa kranii anterior dan

    fosa kranii media) dan ruang infratentorial (berisi fosa

    kranii posterior).1

    vii. Vascularisasi otak

    Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua

    arteri vertebralis. Keempat arteri ini beranastomosis pada

    permukaan inferior otak dan membentuk sirkulus Willisi.

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    11/46

    11

    Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot didalam

    dindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup.

    Vena tersebut keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus

    venosus cranialis.1

    3. ASPEK FISIOLOGIS TRAUMA KEPALA

    a. Tekanan intracranial.

    Berbagai proses pataologi pada otak dapat meningkatkan

    tekanan intracranial yang selanjutnya dapat mengganggu fungsi

    otak yang akhirnya berdampak buruk terhadap penderita. Tekanan

    intracranial yang tinggi dapat menimbulkaan konsekwensi yang

    mengganggu fungsi otak. TIK Normal kira-kira sebesar 10 mmHg,

    TIK lebih tinggi dari 20mmHg dianggap tidak normal. Semakin

    tinggi TIK seteelah cedera kepala, semakin buruk prognosisnya.5

    b. Hukum Monroe-Kellie

    Konsep utama Volume intrakranial adalah selalu konstan

    karena sifat dasar dari tulang tengkorang yang tidak elastik.

    Volume intrakranial (Vic) adalah sama dengan jumlah total volume

    komponen-komponennya yaitu volume jaringan otak (V br),

    volume cairan serebrospinal (V csf) dan volume darah (Vbl).

    Vic = V br+ V csf + V bl.5

    c. Tekanan Perfusi Otak

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    12/46

    12

    Tekanan perfusi otak merupakan selisih antara tekanan arteri

    rata-rata (mean arterial presure) dengan tekanan inttrakranial.

    Apabila nilai TPO kurang dari 70mmHg akan memberikan

    prognosa yang buruk bagi pasien.5

    d. Aliran darah otak

    Aliran darah otak normal kira-kira 50 ml/100 gr jaringan otak

    permenit. Bila Aliran darah otak menurun sampai 20-25ml/100

    gr/menit maka aktivitas EEG akan menghilang. Apabila Aliran

    darah otak sebesar 5ml/100 gr/menit maka sel-sel otak akan

    mengalami kematian dan kerusakan yang menetap.5

    4. DEFINISI HERNIASI OTAK

    Herniasi otak adalah kondisi medis yang sangat berbahaya di

    mana jaringan otak menjadi berpindah dalam beberapa cara karena

    peningkatan tekanan intrakranial (tekanan di dalam tengkorak).

    Kenaikan tekanan menyebabkan otak diperluas, tetapi karena memiliki

    tempat untuk masuk ke dalam tengkorak, maka otak menjadi rusak

    parah. Dalam beberapa kasus, herniasi otak dapat diobati, tetapi dalam

    kasus lain itu akan menyebabkan koma dan kematian pada akhirnya.3

    Herniasi Otak merupakan pergeseran dari otak normal melalui

    atau antar wilayah ke tempat lain karena efek massa. Biasanya ini

    komplikasi dari efek massa baik dari tumor, trauma, atau infeksi.7

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    13/46

    13

    a. Etiologi

    Herniasi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang

    menyebabkan efek massa dan meningkatkan tekanan intrakranial

    (TIK): ini termasuk cedera otak traumatis , stroke , atau tumor

    otak.9

    Karena herniasi memberikan tekanan yang ekstrim pada

    bagian-bagian otak dan dengan demikian memotong pasokan darah

    ke berbagai bagian otak, sering kali fatal. karena itu, langkah-

    langkah ekstrim yang diambil dalam pengaturan rumah sakit untuk

    mencegah kondisi ini dengan mengurangi tekanan intrakranial.

    Herniasi juga dapat terjadi karena tidak adanya TIK tinggi ketika

    lesi massa seperti hematoma terjadi di perbatasan kompartemen

    otak.9

    Hal ini paling sering akibat pembengkakan otak dari cedera

    kepala. Herniasi otak adalah efek samping yang paling umum dari

    tumor di otak, termasuk: tumor otak primer dan tumor otak

    metastasis.10

    Herniasi otak juga dapat disebabkan oleh: 10

    Abses

    Pendarahan

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    14/46

    14

    Hidrocephalus

    Stroke yang menyebabkan pembengkakan otak

    Sebuah herniasi otak dapat terjadi: 10

    Antara daerah-daerah di dalam tengkorak, seperti yang

    dipisahkan oleh sebuah membran kaku yang disebut tentorium

    Melalui pembukaan alami di dasar tengkorak yang disebut

    foramen magnum

    Melalui bukan dibuat selama operasi otak

    b. Jenis Herniasi Otak

    Otak dapat ditekan ke struktur seperti falx serebri, tentorium

    serebelli, dan bahkan melalui lubang yang disebut foramen

    magnum di dasar tengkorak (melalui sumsum tulang belakang

    berhubungan dengan otak ).11

    Ada dua kelompok utama herniasi: supratentorial dan

    infratentorial. Herniasi Supratentorial adalah struktur biasanya

    terdapat di atas pakik tentorial sedangkan infratentorial adalah

    struktur di bawahnya.11

    Supratentorial herniasi :

    1. Uncal

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    15/46

    15

    2. Central (transtentorial)

    3. Cingulate (subfalcine)

    4. Transcalvarial

    Infratentorial herniation/Infratentorial herniasi :

    1. Upward (upward cerebellar or upward transtentorial)

    2. Tonsillar (downward cerebellar)

    HERNIASI OTAK

    i. Herniasi uncal

    Pada herniasi uncal, sebuah subtipe umum

    herniasi transtentorial, bagian terdalam dari lobus

    temporal , yang uncus , dapat ditekan begitu banyak

    sehingga terjadi oleh tentorium dan memberikan

    tekanan pada batang otak , terutama otak tengah.12

    https://lh4.googleusercontent.com/-Tpp6Dbnfw80/TW-K8q_6FOI/AAAAAAAAAE0/kD06inQhZ_k/s1600/New+Picture.png
  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    16/46

    16

    Tentorium jaringan dapat dilucuti dari korteks otak

    dalam proses yang disebut decortication .13

    Uncus dapat menekan saraf kranial ketiga , yang

    dapat mempengaruhi parasimpatis kepada mata di sisi

    dari saraf yang terkena, menyebabkan pupil mata

    terpengaruh untuk melebar dan mengerut gagal dalam

    merespon terhadap cahaya sebagaimana mestinya.

    Pelebaran pupil sering mendahului terkena kompresi

    saraf kranial III (serat parasimpatis adalah radial

    terletak di serat eferen somatik umum di CNIII), yang

    merupakan penyimpangan dari mata ke "bawah dan

    keluar" posisi karena hilangnya persarafan untuk semua

    pergerakan otot mata kecuali untuk rektus lateral

    (diinnervasi oleh VI saraf kranial) dan oblik superior

    (diinnervasi oleh saraf kranial IV). Gejala terjadi dalam

    urutan ini karena serat parasimpatis eksentrik

    mengelilingi serat motor dari CNIII dan, karenanya,

    yang pertama yang dikompresi.13

    Dengan meningkatnya tekanan dan

    perkembangan hernia akan ada distorsi dari batang otak

    menyebabkan perdarahan Duret (merobek kapal kecil di

    parenkim ) di median dan paramedian zona dari

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    17/46

    17

    mesencephalon dan pons. Pecahnya pembuluh ini

    menyebabkan perdarahan berbentuk linier atau

    dinyalakan. Batang otak terganggu dapat menyebabkan

    mengulit postur , depresi pusat pernapasan dan

    kematian. Kemungkinan lain yang dihasilkan dari

    distorsi batang otak meliputi kelesuan , denyut jantung

    lambat, dan pelebaran pupil.14 Uncal herniasi dapat

    maju ke herniasi pusat.11

    ii. Herniasi sentral/Transtentorial

    Pada herniasi sentral, (juga disebut "herniasi

    transtentorial") diencephalon dan bagian lobus temporal

    dari kedua belahan otak ditekan melalui lekukan di

    cerebelli tentorium.12

    Herniasi Transtentorial dapat terjadi saat otak

    bergerak baik atas atau bawah di seluruh tentorium,

    yang disebut naik dan turun herniasi transtentorial

    masing, namun turun herniasi jauh lebih umum.8

    iii. Herniasi cingulata (Subfalcine)

    Dalam herniasi cingulata atau subfalcine, yang

    jenis yang paling umum, bagian terdalam dari lobus

    frontalis adalah turun di bawah bagian dari falx serebri ,

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    18/46

    18

    yang dura mater di bagian atas kepala antara dua

    belahan otak.10,15 Cingulate herniasi dapat disebabkan

    ketika salah satu belahan membengkak dan mendorong

    cingulate gyrus oleh falx serebri.11

    Ini tidak menaruh banyak tekanan pada batang

    otak karena herniasi jenis lain, tetapi dapat mengganggu

    pembuluh darah di lobus frontal yang dekat dengan

    tempat cedera (arteri serebral anterior), atau mungkin

    kemajuan untuk herniasi pusat.12

    Biasanya terjadi selain herniasi uncal, cingulate

    herniasi dapat muncul dengan sikap abnormal dan

    koma.8 Cingulate herniasi sering diyakini sebagai awal

    jenis lain herniasi.16

    iv. Herniasi transcalvarial

    Pada herniasi transcalvarial, otak meremas

    melalui fraktur atau situs bedah dalam tengkorak.11

    Juga disebut "herniasi eksternal", ini jenis

    herniasi mungkin terjadi selama kraniotomi , operasi di

    mana suatu penutup dari tengkorak dibuka, mencegah

    lembaran tengkorak dari digantikan.8

    v. Upward herniation (Herniasi ke atas)

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    19/46

    19

    Tekanan pada fossa posterior dapat

    menyebabkan otak kecil untuk naik melalui pembukaan

    tentorial di atas, atau herniasi cerebellar. Otak tengah

    didorong melalui takik tentorial. Hal ini juga

    mendorong otak tengah ke bawah.12

    vi. Herniasi tonsilar

    Pada herniasi tonsillar, juga disebut herniasi

    cerebellar ke bawah,8 atau "coning", amandel cerebellar

    bergerak ke bawah melalui foramen magnum mungkin

    menyebabkan kompresi batang otak yang lebih rendah

    dan saraf tulang belakang leher atas, ketika mereka

    melalui foramen magnum. Peningkatan tekanan pada

    batang otak bisa mengakibatkan disfungsi pusat di otak

    yang bertanggung jawab untuk mengendalikan fungsi

    pernafasan dan jantung.12

    c. Manifestasi klinis

    Karakteristik fisik dapat menunjukkan kerusakan otak

    parah. Misalnya seperti penurunan kesadaran , dengan

    Glasgow Coma Skor dari tiga sampai lima, salah satu atau

    kedua pupil dapat membesar dan mengecil tetapi gagal

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    20/46

    20

    dalam merespon terhadap cahaya. Muntah juga dapat terjadi

    karena kompresi dari muntah pusat di medula oblongata.9

    Dapat juga dijumpai :7

    Henti jantung (tanpa denyut nadi)

    Pernafasan Irregular

    Nadi Irregular

    Hilangnya semua refleks batang otak (berkedip-kedip,

    tersedak, respon pupil terhadap cahaya tidak ada)

    Respiratory arrest (no breathing)

    d. Tatalaksana

    Pilihan pengobatan bervariasi untuk herniasi otak.

    Sebagai aturan umum, langkah pertama adalah untuk

    mengurangi tekanan intrakranial untuk mencegah

    kerusakan lebih lanjut ke otak. Tergantung pada apa yang

    menyebabkan tekanan, ini mungkin berusaha dengan obat,

    masuknya paralel untuk menguras kelebihan cairan, atau

    tindakan bedah lainnya. Jika tekanan intrakranial bisa

    distabilkan, langkah berikutnya adalah untuk menilai

    tingkat kerusakan, dan berbicara tentang kemungkinan

    pilihan pengobatan. Dalam kasus di mana tekanan cepat

    diturunkan, itu mungkin untuk menghindari kerusakan

    permanen.3

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    21/46

    21

    Herniasi otak adalah darurat medis. Tujuan pengobatan

    adalah untuk menyelamatkan nyawa pasien. Untuk

    membantu membalikkan atau mencegah herniasi otak, tim

    medis akan memperlakukan meningkat pembengkakan dan

    tekanan di dalam otak.

    Pengobatan mungkin diperlukan:10

    Menempatkan drain ke otak untuk membantu mengeluarkan

    cairan

    Kortikosteroid, seperti deksametason, terutama jika ada tumor

    otak

    Pengobatan yang menghapus cairan dari tubuh seperti diuretik

    manitol atau lainnya, yang mengurangi tekanan di dalam

    tengkorak

    Menempatkan tabung di saluran napas (intubasi endotrakeal)

    dan meningkatkan tingkat pernapasan untuk mengurangi

    tingkat karbon dioksida (CO2) dalam darah

    Menghilangkan darah jika pendarahan menyebabkan herniasi

    e. Prognosis

    Herniasi otak dapat menyebabkan kecacatan atau

    kematian. Bahkan, ketika herniasi terlihat pada CT scan,

    prognosis bermakna untuk pemulihan fungsi saraf adalah

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    22/46

    22

    buruk. Pasien mungkin menjadi lumpuh pada sisi yang

    sama dengan lesi menyebabkan tekanan, atau kerusakan

    pada bagian otak disebabkan oleh herniasi dapat

    menyebabkan kelumpuhan pada sisi yang berlawanan lesi.

    Kerusakan pada otak tengah , yang berfungsi mengaktifkan

    jaringan reticular yang mengatur kesadaran akan

    menyebabkan koma. Kerusakan pada pusat-pernafasan

    kardio di medula oblongata akan menyebabkan pernapasan

    dan serangan jantung .Penyelidikan kini sedang

    berlangsung tentang penggunaan agen neuroprotektif

    selama periode pasca-trauma berkepanjangan

    hipersensitivitas otak.17

    5. PATOFISIOLOGI TRAUMA KEPALA

    Pada trauma kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua

    tahap yaitu trauma primer dan trauma sekunder. Trauma primer

    merupakan trauma pada kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda

    paksa, dapat disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu benda

    keras maupun oleh proses akselarasi deselarasi gerakan kepala.

    Dalam mekanisme trauma kepala dapat terjadi peristiwa coup

    dan contrecoup. Trauma primer yang diakibatkan oleh adanya benturan

    pada tulang tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi coup.

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    23/46

    23

    Pada daerah yang berlawanan dengan tempat benturan akan

    terjadi lesi yang disebut contrecoup. Akselarasi-deselarasi terjadi

    karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar saat

    terjadi trauma.

    Perbedaan densitas antara tulang tengkorak (substansi solid)

    dan otak (substansi semisolid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih

    cepat dari muatan intrakranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak

    memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat

    yang berlawanan dari benturan (contrecoup).1

    Trauma sekunder merupakan trauma yang terjadi akibat

    berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari

    kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak, kerusakan

    neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan intrakranial dan

    perubahan neurokimiawi.1

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    24/46

    24

    6. KLASIFIKASI TRAUMA KEPALA

    Trauma kepala diklasifikasikan dalam berbagai aspek. Secara

    praktis dikenal 3 deskripsi klasifikasi yaitu berdasarkan mekanisme,

    beratnya trauma kepala, dan morfologinya.

    a. Mekanisme trauma kepala

    Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dibagi atas cedera

    kepala tumpul dan cedera kepala tembus. Cedera kepala tumpul

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    25/46

    25

    biasanya berkaitan dengan kecelakaan mobil atau motor, jatuh atau

    terkena pukulan benda tumpul. Sedang cedera kepala tembus

    disebabkan oleh peluru atau tusukan.18

    b. Beratnya trauma

    Trauma kepala diklasifikasikan berdasarkan nilai Glasgow

    Coma Scale adalah sebagai berikut :

    i. Nilai GCS sama atau kurang dari 8 didefinisikan sebagai

    trauma kepala berat.

    ii. Trauma kepala sedang memiliki nilai GCS 9-13

    iii. Trauma kepala ringan dengan nilai GCS 14-15

    Glasgow Coma Scale: EVM

    Respon membuka mata (E)

    (4). Buka mata spontan

    (3). Buka mata bila dipanggil/rangsangan suara

    (2). Buka mata bila dirangsang nyeri

    (1). Tidak ada reaksi dengan rangsangan apapun

    Respon verbal (V)

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    26/46

    26

    (5). Komunikasi verbal baik, jawaban tepat

    (4). Bingung, disorientasi waktu, tempat dan orang

    (3). Kata-kata tidak teratur

    (2). Suara tidak jelas

    (1). Tidak ada reaksi dengan rangsangan apapun

    Respon motorik (M)

    (6). Mengikuti perintah

    (5). Dengan rangsangan nyeri, dapat mengetahui tempat

    rangsangan

    (4). Dengan rangsangan nyeri, menarik anggota badan

    (3). Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi fleksi abnormal

    (2). Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi ekstensi abnormal

    (1). Dengan rangsangan nyeri, tidak ada reaksi.19

    c. Morfologi trauma

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    27/46

    27

    Secara morfologis cedera kepala dapat dibagi atas fraktur

    cranium dan lesiintrakranial.

    i. Fracture cranium

    Fraktur cranim dapat terjadi pada atap atau dasar

    tengkorak, dan dapat berbentuk garis atau lintang dan dapat

    pula terbuka atau tertutup. Fracture dasar tengkorak

    biasanya memerlukan pemeriksaan CT Scan dengan dengan

    teknik bone window untuk memperjelas garis frakturnya.

    Adanya tanda-tanda klinis fraktur dasar tengkorak

    menjadikan petunjuk kecurigaan untuk melakukan

    pemeriksaan lebih rinci tanda-tanda tersebut antara lain

    ekimosis periorbital (raccoon eye sign), ekimosis

    retroauikular (battle sign), kebocoran CSS(Rhinorrhea,

    otorrhea) dan paresis nervus fasialis.18

    Fraktur cranium terbuka atau komplikata

    mengakibatkan adanya hubungan antara laserasi kulit

    kepala dan permukaan otak karena robeknya selaput

    duramater. Keadaanini membutuhkan tindakan dengan

    segera.

    Adanya fraktur tengkorak merupakan petunjuk bahwa

    benturan yang terjadi cukup berat sehingga mengakibatkan

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    28/46

    28

    retaknya tulang tengkorak. Frekuensi fraktura tengkorak

    bervariasi, lebih banyak fraktura ditemukan bila penelitian

    dilakukan pada populasi yang lebih banyak mempunyai

    cedera berat.

    Fraktura kalvaria linear mempertinggi risiko hematoma

    intrakranial sebesar 400 kali pada pasien yang sadar dan 20

    kali pada pasien yang tidak sadar. Fraktura kalvaria linear

    mempertinggi resiko hematoma intrakranial sebesar 400

    kali pada pasien yang sadar dan 20 kali pada pasien yang

    tidak sadar.

    Untuk alasan ini, adanya fraktura tengkorak

    mengharuskan pasien untuk dirawat dirumah sakit untuk

    pengamatan.18

    ii. Lesi Intracranial

    Lesi intrakranial dapat diklasifikasikan sebagai fokal

    atau difusa, walau kedua bentuk cedera ini sering terjadi

    bersamaan. Lesi fokal termasuk hematoma epidural,

    hematoma subdural, dan kontusi (atau hematoma

    intraserebral).

    Pasien pada kelompok cedera otak difusa, secara umum,

    menunjukkan CT scan normal namun menunjukkan

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    29/46

    29

    perubahan sensorium atau bahkan koma dalam keadaan

    klinis.18

    i. Hematoma Epidural

    Epidural hematom (EDH) adalah perdarahan

    yang terbentuk di ruang potensial antara tabula

    interna dan duramater dengan cirri berbentuk

    bikonvek atau menyerupai lensa cembung. Paling

    sering terletak diregio temporal atau temporoparietal

    dan sering akibat robeknya pembuluh meningeal

    media.

    EPIDURAL HEMATOM

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    30/46

    30

    Perdarahan biasanya dianggap berasal arterial,

    namun mungkin sekunder dari perdarahan vena

    pada sepertiga kasus. Kadang-kadang, hematoma

    epidural akibat robeknya sinus vena, terutama

    diregio parietal-oksipital atau fossa posterior.

    Walau hematoma epidural relatif tidak terlalu

    sering (0.5% dari keseluruhan atau 9% dari pasien

    koma cedera kepala), harus selalu diingat saat

    menegakkan diagnosis dan ditindak segera. Bila

    ditindak segera, prognosis biasanya baik karena

    penekan gumpalan darah yang terjadi tidak

    berlangsungg lama.

    Keberhasilan pada penderita pendarahan

    epidural berkaitan langsung denggan status

    neurologis penderita sebelum pembedahan.

    Penderita dengan pendarahan epidural dapat

    menunjukan adanya lucid interval yang klasik

    dimana penderita yang semula mampu bicara lalu

    tiba-tiba meningggal (talk and die), keputusan

    perlunya tindakan bedah memnang tidak mudah dan

    memerlukan pendapat dari seorang ahli bedah

    saraf.19

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    31/46

    31

    Dengan pemeriksaan CT Scan akan tampak area

    hiperdens yang tidak selalu homogeny, bentuknya

    biconvex sampai planoconvex, melekat pada tabula

    interna dan mendesak ventrikel ke sisi kontralateral

    (tanda space occupying lesion).

    Batas dengan corteks licin, densitas duramater

    biasanya jelas, bila meragukan dapat diberikan

    injeksi media kontras secara intravena sehingga

    tampak lebih jelas.20

    ii. Hematom Subdural

    Hematoma subdural (SDH) adalah perdarahan

    yang terjadi di antara duramater dan arakhnoid.

    SDH lebih sering terjadi dibandingkan EDH,

    ditemukan sekitar 30% penderita dengan cedera

    kepala berat. Terjadi paling sering akibat robeknya

    vena bridging antara korteks serebral dan sinus

    draining.

    Namun ia juga dapat berkaitan dengan laserasi

    permukaan atau substansi otak. Fraktura tengkorak

    mungkin ada atau tidak.5

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    32/46

    32

    Selain itu, kerusakan otak yang mendasari

    hematoma subdural akuta biasanya sangat lebih

    berat dan prognosisnya lebih buruk dari hematoma

    epidural. Mortalitas umumnya 60%, namun

    mungkin diperkecil oleh tindakan operasi yang

    sangat segera dan pengelolaan medis agresif.

    Subdural hematom terbagi menjadi akut dan kronis.

    SUBDURAL HEMATOM

    d. Kontusio dan Hematom intraserebral.

    Kontusi serebral murni bisanya jarang terjadi. Selanjutnya,

    kontusi otak hampir selalu berkaitan dengan hematoma subdural

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    33/46

    33

    akut. Majoritas terbesar kontusi terjadi dilobus frontal dan

    temporal, walau dapat terjadi pada setiap tempat termasuk

    serebelum dan batang otak.

    Perbedaan antara kontusi dan hematoma intraserebral

    traumatika tidak jelas batasannya. Bagaimanapun, terdapat zona

    peralihan, dan kontusi dapat secara lambat laun menjadi hematoma

    intraserebral dalam beberapa hari.

    Hematoma intraserebri adalah perdarahan yang terjadi dalam

    jaringan (parenkim) otak. Perdarahan terjadi akibat adanya laserasi

    atau kontusio jaringan otak yang menyebabkan pecahnya pula

    pembuluh darah yang ada di dalam jaringan otak tersebut.

    Lokasi yang paling sering adalah lobus frontalis dan

    temporalis. Lesi perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan (coup)

    atau pada ssi lainnya (countrecoup). Defisit neurologi yang

    didapatkan sangat bervariasi dan tergantung pada lokasi dan luas

    perdarahan.6

    e. Trauma difus

    Trauma otak difus merupakan kelanjutan kerusakan otak akibat

    cedera akselerasi dan deselerasi, dan ini merupakan bentuk yang

    sering terjadi pada trauma kepala. Komosio cerebri ringan adalah

    keadaan trauma dimana kesadaran tetap tidak terganggu namun

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    34/46

    34

    terjadi disfungsi neurologis yang bersifat sementara dalam berbagai

    derajat.

    Cedera ini sering terjadi, namun karena ringan kerap kali tidak

    diperhatikan. Bentuk yang paling ringan dari komosio ini adalah

    keadaan bingguung dan disorientasi tanpa amnesia. Sindroma ini

    pulih kembali tanpa gejala sisa sama sekali. Cedera komosio yang

    lebih berat menyebabkan keadaan binggung disertai amnesia

    retrograde dan amnesia antegrad.5

    Komosio cerebri klasik adalah cedera yang mengakibatkan

    menurunnya atau hilanggnya kesadaran. Keadaan ini selalu disertai

    dengan amnesia pasca trauma dan lamanya amnesia ini merupakan

    ukuran beratnya cidera.

    Dalam bebberapa penderita dapat timbul defisist neurologis

    untuk beberapa waktu. defisit neurologis itu misalnya kesulitan

    mengingat, pusing, mual, anosmia, dan depresi serta gejala lain.

    Gejala-gajala ini dikenal sebagai sindroma pasca komosio yang

    dapat cukup berat.

    Cedera aksonal difus (Diffuse Axonal Injury, DAI) adalah

    keadaan dimana penderita mengalami koma pasca cedera yang

    berlangsung lama dan tidak diakibatkan oleh suatu lesi masa atau

    serangan iskemik.

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    35/46

    35

    Biasanya penderita dalam keadaan koma yang dalam dan tetap

    koma selama beberapa waktu. Penderita sering menunjukkan gejala

    dekortikasi atau deserebrasi dan bila pulih sering tetap dalam

    keadaan cacat berat, itupun bila bertahan hidup.

    Penderita sering menunjukan gejala disfungsi otonom seperti

    hipotensi, hiperhidrosis dan hiperpireksia dan dulu diduga akibat

    cedeera aksonal difus dan cedeera otak karena hipoksia secara

    klinis tidak mudah, dan memang dua keadaan tersebut sering

    terjadi bersamaan.5

    Dalam beberapa referensi, trauma maxillofacial juga termasuk

    dalam bahasan cedera kepala. Meski bukan penyebab kematian

    namun kecacatan yang akan menetap seumur hidup perlu menjadi

    pertimbangan.

    7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    a. Foto polos kepala

    Indikasi foto polos kepala Tidak semua penderita dengan cidera

    kepala diindikasikan untuk pemeriksaan kepala karena masalah

    biaya dan kegunaan yang sekarang makin dittinggalkan. Jadi

    indikasi meliputi jejas lebih dari 5 cm, Luka tembus

    (tembak/tajam), Adanya corpus alineum, Deformitas kepala (dari

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    36/46

    36

    inspeksi dan palpasi), Nyeri kepala yang menetap, Gejala fokal

    neurologis, Gangguan kesadaran.

    Sebagai indikasi foto polos kepala meliputi jangan

    mendiagnose foto kepala normal jika foto tersebut tidak memenuhi

    syarat, Pada kecurigaan adanya fraktur depresi maka dillakukan

    foto polos posisi AP/lateral dan oblique.

    b. CT-Scan

    Indikasi CT-Scan adalah :

    i. Nyeri kepala menetap atau muntah-muntah yang tidak

    menghilang setelah pemberian obat-obatan anti emetic.

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    37/46

    37

    ii. Adanya kejang-kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna

    terdapat lesi intracranial dibandingkan dengan kejang

    general.

    iii. Penurunan GCS lebih 1 point dimana factor-faktor

    ekstracranial telah disingkirkan (karena penurunan GCS

    dapat terjadi karena missal terjadi syok septic, dll)

    iv. Adanya lateralisasi.

    v. Adanya fracture impresi dengan lateralisasi yang tidak

    sesuai, missal fracture depresi temporal kanan tapi terdapat

    hemiparese plegi kanan.

    vi. Luka tembus akibat benda tajam dan peluru.

    vii. Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang

    membaik dari GCS

    viii. Bradikardia (Denyut nadi kurang 60x/menit).

    Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler

    dan perubahan jaringan otak.

    Catatan : Untuk mengetahui adanya infark/iskemia jangan

    dilakukan pada 24-72 jam setelah injury.

    c. MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    38/46

    38

    d. Cerebral Angiography : Menunjukkan anomaly sirkulasi cerebral

    seperti perubahan jaringan otak sekunder menjadi oedem,

    perdarahan dan trauma.

    e. Serial EEG : Dapat melihat perkembangan gelombang yang

    patologis7.

    8. PENATALAKSANAAN

    Penatalaksanaan awal penderita cedara kepala pada dasarnya

    memikili tujuan untuk memantau sedini mungkin dan mencegah cedera

    kepala sekunder serta memperbaiki keadaan umum seoptimal mungkin

    sehingga dapat membantu penyembuhan sel-sel otak yang sakit.

    Penatalaksanaan cedera kepala tergantung pada tingkat

    keparahannya, berupa cedera kepala ringan, sedang, atau berat6.

    Prinsip penanganan awal meliputi survei primer dan survei

    sekunder. Dalam penatalaksanaan survei primer hal-hal yang

    diprioritaskan antara lain airway, breathing, circulation, disability, dan

    exposure, yang kemudian dilanjutkan dengan resusitasi.

    Pada penderita cedera kepala khususnya dengan cedera kepala

    berat survei primer sangatlah penting untuk mencegah cedera otak

    sekunder dan mencegah homeostasis otak6.

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    39/46

    39

    Tidak semua pasien cedera kepala perlu di rawat inap di rumah

    sakit. Indikasi rawat antara lain:

    a. Amnesia post traumatika jelas (lebih dari 1 jam)

    b. Riwayat kehilangan kesadaran (lebih dari 15 menit)

    c. Penurunan tingkat kesadaran

    d. Nyeri kepala sedang hingga berat

    e. Intoksikasi alcohol atau obat

    f. Fracture tengkorak

    g. Fracture bassis cranii

    h. Cedera penyerta yang jelas

    i. Tidak ada orang serumah yang dapat memonitor keadaan pasien

    j. CT-Scan abnormal.20

    Terapi medikamentosa pada penderita cedera kepala dilakukan

    untuk memberikan suasana yang optimal untuk kesembuhan. Hal-hal

    yang dilakukan dalam terapi ini dapat berupa pemberian cairan

    intravena, hiperventilasi, pemberian manitol, steroid, furosemid,

    barbitirat dan antikonvulsan.

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    40/46

    40

    Pada penanganan beberapa kasus cedera kepala memerlukan

    tindakan operatif. Indikasi untuk tindakan operatif ditentukan oleh

    kondisi klinis pasien, temuan neuroradiologi dan patofisiologi dari lesi.

    Secara umum digunakan panduan sebagai berikut:

    a. Volume masa hematom mencapai lebih dari 40 ml di daerah

    supratentorial atau lebih

    b. Dari 20 cc di daerah infratentorial

    c. Kondisi pasien yang semula sadar semakin memburuk secara klinis

    d. Tanda fokal neurologis semakin berat

    e. Terjadi gejala sakit kepala, mual dan muntah yang semakin hebat

    f. Pendorongan garis tengah sampai lebih dari 3 mm

    g. Terjadi kenaikan tekanan intracranial lebih dari 25 mmHg

    h. Terjadi penambahan ukuran hematom pada pemeriksaan ulang CT-

    Scan

    i. Terjadi gejala akan terjadi herniasi otak

    j. Terjadi kompresi/obliterasi sisterna basalis.18

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    41/46

    41

    9. PROGNOSA

    Apabila penanganan pasien yang mengalami cedera kepala

    sudah mendapat terapi yang agresif, terutama pada anak-anak biasanya

    memiliki daya pemulihan yang baik. Penderita yang berusia lanjut

    biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih rendah untuk pemulihan

    dari cedera kepala.5

    Selain itu lokasi terjadinya lesi pada bagian kepala pada saat

    trauma juga sangat mempengaruhi kondisi kedepannya bagi penderita.

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    42/46

    42

    BAB III

    KESIMPULAN

    Trauma kepala bisa menyebabkan kematian tetapi juga penderita bisa

    mengalami penyembuhan total. Jenis dan beratnya kelainan tergantung kepada

    lokasi dan beratnya kerusakan otak yang terjadi.

    Terjadinya Trauma kepala, kerusakan dapat terjadi dalam dua tahap,

    yaitu cedera primer yang merupakan akibat yang langsung dari suatu ruda

    paksa. Dan cedera sekunder yang terjadi akibat berbagai prosese patologis

    yang timbul sebagai tahapm/lanjutan dari kerusakan otak primer.

    Aspek-aspek terjadinya cedera kepala dikelompokan menjadi beberapa

    klasifikasi yaitu berdasarkan mekanisme cedera kepala, beratnya cedera

    kepala, dan morfologinya. Tetapi dari beberapa referensi, trauma maxillofacial

    juga termasuk dalam bahasan cedeera kepala, yang walaupun bukan

    merupakan penyebab kematian namun merupakan penyebab kecacatan yang

    akan menetap seumur hidup yang perlu dipertimbangkan.

    Kerusakan otak sering kali menyebabkan kelainan fungsi yang

    menetap, yang bervariasi tergantung kepada kerusakan yang terjadi, apakah

    terbatas (terlokalisir) atau lebih menyebar (difus). Kelainan fungsi yang terjadi

    juga tergantung kepada bagian otak mana yang terkena.

    40

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    43/46

    43

    Gejala yang terlokalisir bisa berupa perubahan dalam gerakan, sensasi,

    berbicara, penglihatan dan pendengaran. Kelainan fungsi otak yang difus bisa

    mempengaruhi ingatan dan pola tidur penderita, dan bisa menyebabkan

    kebingungan dan koma.

    Berbagai fungsi otak dapat dijalankan oleh beberapa area, sehinnga

    area yang tidak mengalami kerusakan bisa menggantikan fungsi dari area

    lainnya yang mengalami kerusakan. Tetapi semakin tua umur penderita, maka

    kemampuan otak untuk menggantikan fungsi satu sama lainnya, semakin

    berkurang.

    Herniasi otak adalah kondisi medis yang sangat berbahaya di mana

    jaringan otak menjadi berpindah dalam beberapa cara karena peningkatan

    tekanan intrakranial (tekanan di dalam tengkorak). Herniasi otak adalah

    darurat medis

    Herniasi Otak merupakan pergeseran dari otak normal melalui atau

    antar wilayah ke tempat lain karena efek massa. Biasanya ini komplikasi dari

    efek massa baik dari tumor, trauma, atau infeksi

    Herniasi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang menyebabkan

    efek massa dan meningkatkan tekanan intrakranial (TIK): ini termasuk cedera

    otak traumatis , pendarahan, abses, stroke , hidrocephalus atau tumor otak

    Ada dua kelompok utama herniasi: supratentorial dan infratentorial.

    Herniasi Supratentorial adalah struktur biasanya terdapat di atas pakik

    tentorial sedangkan infratentorial adalah struktur di bawahnya

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    44/46

    44

    Karakteristik fisik dapat menunjukkan kerusakan otak parah. Misalnya

    seperti penurunan kesadaran , pupil tidak merespon terhadap cahaya. Muntah

    juga dapat terjadi karena kompresi dari muntah pusat di medula oblongata.

    Dapat juga dijumpai : Henti jantung (tanpa denyut nadi), Pernafasan

    Irregular, Nadi Irregular, Hilangnya refleks batang Respiratory arrest.

    Tujuan pengobatan adalah untuk menyelamatkan nyawa pasien. Untuk

    membantu membalikkan atau mencegah herniasi otak, tim medis akan

    memperlakukan meningkat pembengkakan dan tekanan di dalam otak

    Prognosisnya jelek. Herniasi otak dapat menyebabkan kecacatan atau

    kematian

  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    45/46

    45

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Japardi iskandar. 2004. Penatalaksanaan Cedera Kepala secara

    Operatif, Sumatra Utara: USU Press.

    2. Prince, Wilson . 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

    Penyakit. EGC. Jakarta

    3. Anonim. Apa Herniasi Otak? Available from

    :http.translate.google.co.id.translatehl=id&langpair=enid&u=http.www.wiswgeek.com.what-is-brain-herniation.html

    4. Lambona R, Nara. Edema Serebri. Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak

    Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSU Ujung Pandang

    5. American College of Surgeons, 1997, Advance Trauma Life Supor,

    United States of America: Firs Impression.

    6. Hafid A, 2007, Buku Ajar Ilmu Bedah: edisi kedua, Jong W.D, Jakarta:

    penerbit buku kedokteran EGC.

    7. Jabbari,B,dkk. Herniasi Otak. 1999. Department of NeurologyUniformed Services University MD Bethesda.

    8. Barr, RM, Le,Gean. 2007. "trauma kraniofasial" . in Brant WE, Helms

    CA. Fundamentals of Diagnostic Radiology. di WE, Helms CA Brant.

    Dasar-dasar Radiologi Diagnostik., Williams & Wilkins.

    9. Gruen P. 2002. "Surgical management of head trauma". Neuroimaging

    clinics of North America (2): 33943

    10. Nkwuo N, N Schamban, Borenstein M. Dipilih oncologic darurat.

    Dalam Darurat Kedokteran Rosen: Konsep dan Praktik Klinis. 6th.

    Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier; 2006:chap 121

    11. Orlando Kesehatan Daerah, Pendidikan dan Pengembangan. 2004.

    "Sekilas Cedera Otak Dewasa Trauma.

    12.Gembala S. 2004. Trauma Kepala. www.Emedicines.com

    13. McCaffrey P.2001. The Neuroscience Pada Seri Neuropathologies

    Bahasa Dan Kognisi. California State University,Chico

    14. Smith, Julian; Joe J. Tjandra; Gordon JA Clunie; Kaye, Andrew H.

    (2006). Textbook Bedah . Wiley-Blackwell.

    http://www.emedicines.com/http://www.emedicines.com/
  • 7/30/2019 Trauma Kepala Ref

    46/46

    46

    15.Dawodu ST.2007. Traumatic Brain Injury : Definition, Epidemiology,

    Pathophysiology. www.Emedicine.com

    16. Kristi Hudson. 2006. Brain Herniation Syndromes-2 Nursing CEs.

    Dynamic Nursing Education

    17. Gruen P .Mei 2002. Bedah Pengelolaan Trauma Kepala. Klinik

    Neuroimaging Amerika Utara.

    18.Bernath David, 2009, Head Injury, www.e-medicine.com.

    19. Kluwer wolters, 2009, Trauma and acute care surgery, Philadelphia:

    Lippicott Williams and Wilkins.

    20. Ghazali Malueka, 2007, Radiologi Diagnostik, Yogyakarta: Pustaka

    Cendekia.

    http://www.emedicine.com/http://www.e-medicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.e-medicine.com/