trauma kepala ref
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
1/46
1
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma kepala atau yang disebut dengan cedera kepala adalah ruda
paksa tumpul/tajam pada kepala atau wajah yang berakibat disfungsi cerebral
sementara. Merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar karena kecelakaan lalu
lintas. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia
produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih
rendah, disamping penanganan pertama yang belum benar, serta rujukan yang
terlambat.1
Seperti kita ketahui, Otak merupakan jaringan yang paling banyak
memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses
metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan
oksigen dan glukosa melalui aliran darah adalah konstan metabolisme otak
merupakan proses tetap dan kontinu tanpa ada masa istirahat.2
Aktivitas otak yang tak pernah berhenti ini berkaitan dengan fungsinya
yang kritis sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan
system efektor perifer tubuh, dan fungsi sebagai pengatur informasi yang
masuk, simpan pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku.2
Otak terdiri dari batang otak, serebelum, diensefalon, sistim limbik dan
serebrum.2
1
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
2/46
2
Peningkatan volume salah satu diantara ketiga unsur utama ini
mengakibatkan desakan pada ruangan yang ditempati oleh unsur lainnya dan
menaikan tekanan intrakranial.2
Ruang intrakranial ditempati oleh jaringan otak, darah dan cairan
serebrospinal. Setiap bagian menempati suatu volume tertentu yang
menghasilkan suatu tekanan intrakranial normal berkisar antara 5 dan 15
mmHg (millimeter air raksa).2
Peningkatan TIK adalah komplikasi serius yang mengakibatkan
herniasi dengan gagal pernapasan dan gagal jantung serta kematian.2
Otak adalah organ yang sangat unik dan menarik. Tidak seperti organ
lain. Otak tidak memiliki margin yang sangat besar untuk bengkak, karena
terbungkus dalam tengkorak sangat fleksibel. Sebagai aturan umum, tidak
fleksibelnya tengkorak adalah hal yang baik, karena mencegah kerusakan otak
dan menyimpannya dengan melindunginya dengan aman. Namun, ketika
tekanan intrakranial naik, tengkorak berubah menjadi semacam pressure
cooker, dengan jaringan otak dipaksa ke daerah-daerah yang tidak biasanya
dalam upaya untuk mengatasi tekanan.3
Jaringan otak tidak menghargai dipindahkan ke sekitar. Herniasi otak
dapat menyebabkan kerusakan sel dan kematian sel yang dihancurkan, atau
persediaan oksigen dan nutrisi terputus. Paling tidak, ini tidak hanya
menyebabkan kerusakan otak, tetapi juga dapat mengakibatkan masalah
kesehatan yang serius, jika sel-sel yang mengatur fungsi biologis (seperti
respirasi) rusak.3
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
3/46
3
Edema serebri yang hebat menyebabkan terjadinya herniasi jaringan
otak terutama pada tentorium serebellum dan foramen magnum. Otak terletak
dalam rongga tengkorak yang dibatasi oleh tulang - tulang keras; dengan
adanya edema serebri, mudah sekali terjadi kenaikan TIK dengan akibat-
akibat seperti herniasi, torsi dan lain-lain yang akan mengganggu fungsi otak.4
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
4/46
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI TRAUMA KEPALA
Trauma kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi
baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat
berakibat pada gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif,
psikososial yang dapat bersifat temporer ataupun permament. Menurut
Brain Injury Assosiation of America, trauma kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun
degenerative, tetapi disebabkan oleh serangan benturan fisik dari luar,
yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran, sehingga
menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.1
2. ANATOMI KEPALA
a. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu:
Skin atau Kulit
Connective tissue atau Jaringan penyambung
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
5/46
5
Aponeurosis atau Galea aponeurotika yaitu jaringan ikat yang
berhubungan langsung dengan tengkorak
Loose connective tissue atau Jaringan ikat longgar
Periosteum atau Periosteum
4
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
6/46
6
Skin, Connecting tissue, Aponeurosis, Loose connecting tissue dan
Periosteum
Jaringan ikat longgar memisahkan galea aponeurotika dari
perikranium dan merupakan tempat yang biasa terjadinya
perdarahan subgaleal. Kulit kepala memiliki banyak pembuluh
darah sehingga bila terjadi perdarahan akibat laserasi kulit kepala
akan menyebabkan banyak kehilangan darah terutama pada anak-
anak atau pasien dewasa yang cukup lama terperangkap sehingga
membutuhkan waktu lama untuk mengeluarkannya.5
b. Tulang Tengkorak
Terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis cranii. Tulang tengkorak
terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parieral, temporal dan
oksipital. Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis, namun
disini dilapisi oleh otot temporalis.
Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian
dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi.
Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fossa yaitu fossa anterior
tempat lobus frontalis, fossa media tempat temporalis dan fossa
posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan cerebellum.5
c. Meningens
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
7/46
7
Selaput meningens menutupi seluruh permukaan otak dan
terdiri dari 3 lapisan yaitu:
i. Duramater
Duramater secara konvensional terdiri atas dua lapisan
yaitu lapisan endosteal dan lapisan meningeal. Duramater
merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat
fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari
cranium. Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di
bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang
subdural) yang terletak antara duramater dan arachnoid,
dimana sering dijumpai perdarahan subdural.1
Pada trauma cerebri, pembuluh-pembuluh vena yang
berjalan pada permukaan oak menuju sinus sagitalis
superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat
mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural.
Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus
transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus
ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat.1
Arteri meningea terletak antara duramater dan
permukaan dalam dari kranium (ruang epidural). Adanya
fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
8/46
8
arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural.
Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri
meningea media yang terletak pada fosa temporalis (fosa
media).
ii. Selaput Arachnoid
Selaput arachnoid merupakan lapisan yang tipis dan
tembus pandang. Selaput arakhnoid terletak antara pia
mater sebelah dalam dan dura mater sebelah luar yang
meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh
ruang potensial, disebut spatium subdural dan dari pia
mater oleh spatium subarakhnoid yang terisi oleh liquor
serebrospinalis. Perdarahan sub arakhnoid umumnya
disebabkan akibat cedera kepala.5
iii. Piameter
Piamater melekat erat pada permukaan korteks serebri.
Piamater adalah membrana vaskular yang dengan erat
membungkus otak, meliputi gyri dan masuk kedalam sulci
yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak
dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang
masuk kedalam substansi otak juga diliputi oleh pia mater.1
iv. Cerebri
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
9/46
9
Otak merupakan suatu struktur gelatin dengan berat
pada orang dewasa sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa
bagian yaitu proensefalon (otak depan) terdiri dari serebrum
dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan
rhombensefalon (otak belakang) terdiri dari pons, medula
oblongata dan serebellum.
Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus
frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan
pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan dengan
fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal
mengatur fungsi memori tertentu.
Lobus oksipital bertanggung jawab dalam proses
penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi
sistem aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran
dan kewapadaan. Pada medulla oblongata terdapat pusat
kardiorespiratorik. Serebellum bertanggung jawab dalam
fungsi koordinasi dan keseimbangan.5
v. Cairan cerebrospinalis
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus
khoroideus dengan kecepatan produksi sebanyak 20
ml/jam. CSS mengalir dari dari ventrikel lateral melalui
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
10/46
10
foramen monro menuju ventrikel III, dari akuaduktus
sylvius menuju ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke
dalam sirkulasi vena melalui granulasio arakhnoid yang
terdapat pada sinus sagitalis superior.
Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio
arakhnoid sehingga mengganggu penyerapan CSS dan
menyebabkan kenaikan takanan intracranial. Angka rata-
rata pada kelompok populasi dewasa volume CSS sekitar
150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari.6
vi. Tentorium
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi
ruang supratentorial (terdiri dari fosa kranii anterior dan
fosa kranii media) dan ruang infratentorial (berisi fosa
kranii posterior).1
vii. Vascularisasi otak
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua
arteri vertebralis. Keempat arteri ini beranastomosis pada
permukaan inferior otak dan membentuk sirkulus Willisi.
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
11/46
11
Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot didalam
dindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup.
Vena tersebut keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus
venosus cranialis.1
3. ASPEK FISIOLOGIS TRAUMA KEPALA
a. Tekanan intracranial.
Berbagai proses pataologi pada otak dapat meningkatkan
tekanan intracranial yang selanjutnya dapat mengganggu fungsi
otak yang akhirnya berdampak buruk terhadap penderita. Tekanan
intracranial yang tinggi dapat menimbulkaan konsekwensi yang
mengganggu fungsi otak. TIK Normal kira-kira sebesar 10 mmHg,
TIK lebih tinggi dari 20mmHg dianggap tidak normal. Semakin
tinggi TIK seteelah cedera kepala, semakin buruk prognosisnya.5
b. Hukum Monroe-Kellie
Konsep utama Volume intrakranial adalah selalu konstan
karena sifat dasar dari tulang tengkorang yang tidak elastik.
Volume intrakranial (Vic) adalah sama dengan jumlah total volume
komponen-komponennya yaitu volume jaringan otak (V br),
volume cairan serebrospinal (V csf) dan volume darah (Vbl).
Vic = V br+ V csf + V bl.5
c. Tekanan Perfusi Otak
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
12/46
12
Tekanan perfusi otak merupakan selisih antara tekanan arteri
rata-rata (mean arterial presure) dengan tekanan inttrakranial.
Apabila nilai TPO kurang dari 70mmHg akan memberikan
prognosa yang buruk bagi pasien.5
d. Aliran darah otak
Aliran darah otak normal kira-kira 50 ml/100 gr jaringan otak
permenit. Bila Aliran darah otak menurun sampai 20-25ml/100
gr/menit maka aktivitas EEG akan menghilang. Apabila Aliran
darah otak sebesar 5ml/100 gr/menit maka sel-sel otak akan
mengalami kematian dan kerusakan yang menetap.5
4. DEFINISI HERNIASI OTAK
Herniasi otak adalah kondisi medis yang sangat berbahaya di
mana jaringan otak menjadi berpindah dalam beberapa cara karena
peningkatan tekanan intrakranial (tekanan di dalam tengkorak).
Kenaikan tekanan menyebabkan otak diperluas, tetapi karena memiliki
tempat untuk masuk ke dalam tengkorak, maka otak menjadi rusak
parah. Dalam beberapa kasus, herniasi otak dapat diobati, tetapi dalam
kasus lain itu akan menyebabkan koma dan kematian pada akhirnya.3
Herniasi Otak merupakan pergeseran dari otak normal melalui
atau antar wilayah ke tempat lain karena efek massa. Biasanya ini
komplikasi dari efek massa baik dari tumor, trauma, atau infeksi.7
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
13/46
13
a. Etiologi
Herniasi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang
menyebabkan efek massa dan meningkatkan tekanan intrakranial
(TIK): ini termasuk cedera otak traumatis , stroke , atau tumor
otak.9
Karena herniasi memberikan tekanan yang ekstrim pada
bagian-bagian otak dan dengan demikian memotong pasokan darah
ke berbagai bagian otak, sering kali fatal. karena itu, langkah-
langkah ekstrim yang diambil dalam pengaturan rumah sakit untuk
mencegah kondisi ini dengan mengurangi tekanan intrakranial.
Herniasi juga dapat terjadi karena tidak adanya TIK tinggi ketika
lesi massa seperti hematoma terjadi di perbatasan kompartemen
otak.9
Hal ini paling sering akibat pembengkakan otak dari cedera
kepala. Herniasi otak adalah efek samping yang paling umum dari
tumor di otak, termasuk: tumor otak primer dan tumor otak
metastasis.10
Herniasi otak juga dapat disebabkan oleh: 10
Abses
Pendarahan
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
14/46
14
Hidrocephalus
Stroke yang menyebabkan pembengkakan otak
Sebuah herniasi otak dapat terjadi: 10
Antara daerah-daerah di dalam tengkorak, seperti yang
dipisahkan oleh sebuah membran kaku yang disebut tentorium
Melalui pembukaan alami di dasar tengkorak yang disebut
foramen magnum
Melalui bukan dibuat selama operasi otak
b. Jenis Herniasi Otak
Otak dapat ditekan ke struktur seperti falx serebri, tentorium
serebelli, dan bahkan melalui lubang yang disebut foramen
magnum di dasar tengkorak (melalui sumsum tulang belakang
berhubungan dengan otak ).11
Ada dua kelompok utama herniasi: supratentorial dan
infratentorial. Herniasi Supratentorial adalah struktur biasanya
terdapat di atas pakik tentorial sedangkan infratentorial adalah
struktur di bawahnya.11
Supratentorial herniasi :
1. Uncal
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
15/46
15
2. Central (transtentorial)
3. Cingulate (subfalcine)
4. Transcalvarial
Infratentorial herniation/Infratentorial herniasi :
1. Upward (upward cerebellar or upward transtentorial)
2. Tonsillar (downward cerebellar)
HERNIASI OTAK
i. Herniasi uncal
Pada herniasi uncal, sebuah subtipe umum
herniasi transtentorial, bagian terdalam dari lobus
temporal , yang uncus , dapat ditekan begitu banyak
sehingga terjadi oleh tentorium dan memberikan
tekanan pada batang otak , terutama otak tengah.12
https://lh4.googleusercontent.com/-Tpp6Dbnfw80/TW-K8q_6FOI/AAAAAAAAAE0/kD06inQhZ_k/s1600/New+Picture.png -
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
16/46
16
Tentorium jaringan dapat dilucuti dari korteks otak
dalam proses yang disebut decortication .13
Uncus dapat menekan saraf kranial ketiga , yang
dapat mempengaruhi parasimpatis kepada mata di sisi
dari saraf yang terkena, menyebabkan pupil mata
terpengaruh untuk melebar dan mengerut gagal dalam
merespon terhadap cahaya sebagaimana mestinya.
Pelebaran pupil sering mendahului terkena kompresi
saraf kranial III (serat parasimpatis adalah radial
terletak di serat eferen somatik umum di CNIII), yang
merupakan penyimpangan dari mata ke "bawah dan
keluar" posisi karena hilangnya persarafan untuk semua
pergerakan otot mata kecuali untuk rektus lateral
(diinnervasi oleh VI saraf kranial) dan oblik superior
(diinnervasi oleh saraf kranial IV). Gejala terjadi dalam
urutan ini karena serat parasimpatis eksentrik
mengelilingi serat motor dari CNIII dan, karenanya,
yang pertama yang dikompresi.13
Dengan meningkatnya tekanan dan
perkembangan hernia akan ada distorsi dari batang otak
menyebabkan perdarahan Duret (merobek kapal kecil di
parenkim ) di median dan paramedian zona dari
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
17/46
17
mesencephalon dan pons. Pecahnya pembuluh ini
menyebabkan perdarahan berbentuk linier atau
dinyalakan. Batang otak terganggu dapat menyebabkan
mengulit postur , depresi pusat pernapasan dan
kematian. Kemungkinan lain yang dihasilkan dari
distorsi batang otak meliputi kelesuan , denyut jantung
lambat, dan pelebaran pupil.14 Uncal herniasi dapat
maju ke herniasi pusat.11
ii. Herniasi sentral/Transtentorial
Pada herniasi sentral, (juga disebut "herniasi
transtentorial") diencephalon dan bagian lobus temporal
dari kedua belahan otak ditekan melalui lekukan di
cerebelli tentorium.12
Herniasi Transtentorial dapat terjadi saat otak
bergerak baik atas atau bawah di seluruh tentorium,
yang disebut naik dan turun herniasi transtentorial
masing, namun turun herniasi jauh lebih umum.8
iii. Herniasi cingulata (Subfalcine)
Dalam herniasi cingulata atau subfalcine, yang
jenis yang paling umum, bagian terdalam dari lobus
frontalis adalah turun di bawah bagian dari falx serebri ,
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
18/46
18
yang dura mater di bagian atas kepala antara dua
belahan otak.10,15 Cingulate herniasi dapat disebabkan
ketika salah satu belahan membengkak dan mendorong
cingulate gyrus oleh falx serebri.11
Ini tidak menaruh banyak tekanan pada batang
otak karena herniasi jenis lain, tetapi dapat mengganggu
pembuluh darah di lobus frontal yang dekat dengan
tempat cedera (arteri serebral anterior), atau mungkin
kemajuan untuk herniasi pusat.12
Biasanya terjadi selain herniasi uncal, cingulate
herniasi dapat muncul dengan sikap abnormal dan
koma.8 Cingulate herniasi sering diyakini sebagai awal
jenis lain herniasi.16
iv. Herniasi transcalvarial
Pada herniasi transcalvarial, otak meremas
melalui fraktur atau situs bedah dalam tengkorak.11
Juga disebut "herniasi eksternal", ini jenis
herniasi mungkin terjadi selama kraniotomi , operasi di
mana suatu penutup dari tengkorak dibuka, mencegah
lembaran tengkorak dari digantikan.8
v. Upward herniation (Herniasi ke atas)
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
19/46
19
Tekanan pada fossa posterior dapat
menyebabkan otak kecil untuk naik melalui pembukaan
tentorial di atas, atau herniasi cerebellar. Otak tengah
didorong melalui takik tentorial. Hal ini juga
mendorong otak tengah ke bawah.12
vi. Herniasi tonsilar
Pada herniasi tonsillar, juga disebut herniasi
cerebellar ke bawah,8 atau "coning", amandel cerebellar
bergerak ke bawah melalui foramen magnum mungkin
menyebabkan kompresi batang otak yang lebih rendah
dan saraf tulang belakang leher atas, ketika mereka
melalui foramen magnum. Peningkatan tekanan pada
batang otak bisa mengakibatkan disfungsi pusat di otak
yang bertanggung jawab untuk mengendalikan fungsi
pernafasan dan jantung.12
c. Manifestasi klinis
Karakteristik fisik dapat menunjukkan kerusakan otak
parah. Misalnya seperti penurunan kesadaran , dengan
Glasgow Coma Skor dari tiga sampai lima, salah satu atau
kedua pupil dapat membesar dan mengecil tetapi gagal
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
20/46
20
dalam merespon terhadap cahaya. Muntah juga dapat terjadi
karena kompresi dari muntah pusat di medula oblongata.9
Dapat juga dijumpai :7
Henti jantung (tanpa denyut nadi)
Pernafasan Irregular
Nadi Irregular
Hilangnya semua refleks batang otak (berkedip-kedip,
tersedak, respon pupil terhadap cahaya tidak ada)
Respiratory arrest (no breathing)
d. Tatalaksana
Pilihan pengobatan bervariasi untuk herniasi otak.
Sebagai aturan umum, langkah pertama adalah untuk
mengurangi tekanan intrakranial untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut ke otak. Tergantung pada apa yang
menyebabkan tekanan, ini mungkin berusaha dengan obat,
masuknya paralel untuk menguras kelebihan cairan, atau
tindakan bedah lainnya. Jika tekanan intrakranial bisa
distabilkan, langkah berikutnya adalah untuk menilai
tingkat kerusakan, dan berbicara tentang kemungkinan
pilihan pengobatan. Dalam kasus di mana tekanan cepat
diturunkan, itu mungkin untuk menghindari kerusakan
permanen.3
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
21/46
21
Herniasi otak adalah darurat medis. Tujuan pengobatan
adalah untuk menyelamatkan nyawa pasien. Untuk
membantu membalikkan atau mencegah herniasi otak, tim
medis akan memperlakukan meningkat pembengkakan dan
tekanan di dalam otak.
Pengobatan mungkin diperlukan:10
Menempatkan drain ke otak untuk membantu mengeluarkan
cairan
Kortikosteroid, seperti deksametason, terutama jika ada tumor
otak
Pengobatan yang menghapus cairan dari tubuh seperti diuretik
manitol atau lainnya, yang mengurangi tekanan di dalam
tengkorak
Menempatkan tabung di saluran napas (intubasi endotrakeal)
dan meningkatkan tingkat pernapasan untuk mengurangi
tingkat karbon dioksida (CO2) dalam darah
Menghilangkan darah jika pendarahan menyebabkan herniasi
e. Prognosis
Herniasi otak dapat menyebabkan kecacatan atau
kematian. Bahkan, ketika herniasi terlihat pada CT scan,
prognosis bermakna untuk pemulihan fungsi saraf adalah
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
22/46
22
buruk. Pasien mungkin menjadi lumpuh pada sisi yang
sama dengan lesi menyebabkan tekanan, atau kerusakan
pada bagian otak disebabkan oleh herniasi dapat
menyebabkan kelumpuhan pada sisi yang berlawanan lesi.
Kerusakan pada otak tengah , yang berfungsi mengaktifkan
jaringan reticular yang mengatur kesadaran akan
menyebabkan koma. Kerusakan pada pusat-pernafasan
kardio di medula oblongata akan menyebabkan pernapasan
dan serangan jantung .Penyelidikan kini sedang
berlangsung tentang penggunaan agen neuroprotektif
selama periode pasca-trauma berkepanjangan
hipersensitivitas otak.17
5. PATOFISIOLOGI TRAUMA KEPALA
Pada trauma kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua
tahap yaitu trauma primer dan trauma sekunder. Trauma primer
merupakan trauma pada kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda
paksa, dapat disebabkan benturan langsung kepala dengan suatu benda
keras maupun oleh proses akselarasi deselarasi gerakan kepala.
Dalam mekanisme trauma kepala dapat terjadi peristiwa coup
dan contrecoup. Trauma primer yang diakibatkan oleh adanya benturan
pada tulang tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi coup.
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
23/46
23
Pada daerah yang berlawanan dengan tempat benturan akan
terjadi lesi yang disebut contrecoup. Akselarasi-deselarasi terjadi
karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar saat
terjadi trauma.
Perbedaan densitas antara tulang tengkorak (substansi solid)
dan otak (substansi semisolid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih
cepat dari muatan intrakranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak
memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat
yang berlawanan dari benturan (contrecoup).1
Trauma sekunder merupakan trauma yang terjadi akibat
berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari
kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak, kerusakan
neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan tekanan intrakranial dan
perubahan neurokimiawi.1
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
24/46
24
6. KLASIFIKASI TRAUMA KEPALA
Trauma kepala diklasifikasikan dalam berbagai aspek. Secara
praktis dikenal 3 deskripsi klasifikasi yaitu berdasarkan mekanisme,
beratnya trauma kepala, dan morfologinya.
a. Mekanisme trauma kepala
Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dibagi atas cedera
kepala tumpul dan cedera kepala tembus. Cedera kepala tumpul
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
25/46
25
biasanya berkaitan dengan kecelakaan mobil atau motor, jatuh atau
terkena pukulan benda tumpul. Sedang cedera kepala tembus
disebabkan oleh peluru atau tusukan.18
b. Beratnya trauma
Trauma kepala diklasifikasikan berdasarkan nilai Glasgow
Coma Scale adalah sebagai berikut :
i. Nilai GCS sama atau kurang dari 8 didefinisikan sebagai
trauma kepala berat.
ii. Trauma kepala sedang memiliki nilai GCS 9-13
iii. Trauma kepala ringan dengan nilai GCS 14-15
Glasgow Coma Scale: EVM
Respon membuka mata (E)
(4). Buka mata spontan
(3). Buka mata bila dipanggil/rangsangan suara
(2). Buka mata bila dirangsang nyeri
(1). Tidak ada reaksi dengan rangsangan apapun
Respon verbal (V)
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
26/46
26
(5). Komunikasi verbal baik, jawaban tepat
(4). Bingung, disorientasi waktu, tempat dan orang
(3). Kata-kata tidak teratur
(2). Suara tidak jelas
(1). Tidak ada reaksi dengan rangsangan apapun
Respon motorik (M)
(6). Mengikuti perintah
(5). Dengan rangsangan nyeri, dapat mengetahui tempat
rangsangan
(4). Dengan rangsangan nyeri, menarik anggota badan
(3). Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi fleksi abnormal
(2). Dengan rangsangan nyeri, timbul reaksi ekstensi abnormal
(1). Dengan rangsangan nyeri, tidak ada reaksi.19
c. Morfologi trauma
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
27/46
27
Secara morfologis cedera kepala dapat dibagi atas fraktur
cranium dan lesiintrakranial.
i. Fracture cranium
Fraktur cranim dapat terjadi pada atap atau dasar
tengkorak, dan dapat berbentuk garis atau lintang dan dapat
pula terbuka atau tertutup. Fracture dasar tengkorak
biasanya memerlukan pemeriksaan CT Scan dengan dengan
teknik bone window untuk memperjelas garis frakturnya.
Adanya tanda-tanda klinis fraktur dasar tengkorak
menjadikan petunjuk kecurigaan untuk melakukan
pemeriksaan lebih rinci tanda-tanda tersebut antara lain
ekimosis periorbital (raccoon eye sign), ekimosis
retroauikular (battle sign), kebocoran CSS(Rhinorrhea,
otorrhea) dan paresis nervus fasialis.18
Fraktur cranium terbuka atau komplikata
mengakibatkan adanya hubungan antara laserasi kulit
kepala dan permukaan otak karena robeknya selaput
duramater. Keadaanini membutuhkan tindakan dengan
segera.
Adanya fraktur tengkorak merupakan petunjuk bahwa
benturan yang terjadi cukup berat sehingga mengakibatkan
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
28/46
28
retaknya tulang tengkorak. Frekuensi fraktura tengkorak
bervariasi, lebih banyak fraktura ditemukan bila penelitian
dilakukan pada populasi yang lebih banyak mempunyai
cedera berat.
Fraktura kalvaria linear mempertinggi risiko hematoma
intrakranial sebesar 400 kali pada pasien yang sadar dan 20
kali pada pasien yang tidak sadar. Fraktura kalvaria linear
mempertinggi resiko hematoma intrakranial sebesar 400
kali pada pasien yang sadar dan 20 kali pada pasien yang
tidak sadar.
Untuk alasan ini, adanya fraktura tengkorak
mengharuskan pasien untuk dirawat dirumah sakit untuk
pengamatan.18
ii. Lesi Intracranial
Lesi intrakranial dapat diklasifikasikan sebagai fokal
atau difusa, walau kedua bentuk cedera ini sering terjadi
bersamaan. Lesi fokal termasuk hematoma epidural,
hematoma subdural, dan kontusi (atau hematoma
intraserebral).
Pasien pada kelompok cedera otak difusa, secara umum,
menunjukkan CT scan normal namun menunjukkan
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
29/46
29
perubahan sensorium atau bahkan koma dalam keadaan
klinis.18
i. Hematoma Epidural
Epidural hematom (EDH) adalah perdarahan
yang terbentuk di ruang potensial antara tabula
interna dan duramater dengan cirri berbentuk
bikonvek atau menyerupai lensa cembung. Paling
sering terletak diregio temporal atau temporoparietal
dan sering akibat robeknya pembuluh meningeal
media.
EPIDURAL HEMATOM
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
30/46
30
Perdarahan biasanya dianggap berasal arterial,
namun mungkin sekunder dari perdarahan vena
pada sepertiga kasus. Kadang-kadang, hematoma
epidural akibat robeknya sinus vena, terutama
diregio parietal-oksipital atau fossa posterior.
Walau hematoma epidural relatif tidak terlalu
sering (0.5% dari keseluruhan atau 9% dari pasien
koma cedera kepala), harus selalu diingat saat
menegakkan diagnosis dan ditindak segera. Bila
ditindak segera, prognosis biasanya baik karena
penekan gumpalan darah yang terjadi tidak
berlangsungg lama.
Keberhasilan pada penderita pendarahan
epidural berkaitan langsung denggan status
neurologis penderita sebelum pembedahan.
Penderita dengan pendarahan epidural dapat
menunjukan adanya lucid interval yang klasik
dimana penderita yang semula mampu bicara lalu
tiba-tiba meningggal (talk and die), keputusan
perlunya tindakan bedah memnang tidak mudah dan
memerlukan pendapat dari seorang ahli bedah
saraf.19
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
31/46
31
Dengan pemeriksaan CT Scan akan tampak area
hiperdens yang tidak selalu homogeny, bentuknya
biconvex sampai planoconvex, melekat pada tabula
interna dan mendesak ventrikel ke sisi kontralateral
(tanda space occupying lesion).
Batas dengan corteks licin, densitas duramater
biasanya jelas, bila meragukan dapat diberikan
injeksi media kontras secara intravena sehingga
tampak lebih jelas.20
ii. Hematom Subdural
Hematoma subdural (SDH) adalah perdarahan
yang terjadi di antara duramater dan arakhnoid.
SDH lebih sering terjadi dibandingkan EDH,
ditemukan sekitar 30% penderita dengan cedera
kepala berat. Terjadi paling sering akibat robeknya
vena bridging antara korteks serebral dan sinus
draining.
Namun ia juga dapat berkaitan dengan laserasi
permukaan atau substansi otak. Fraktura tengkorak
mungkin ada atau tidak.5
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
32/46
32
Selain itu, kerusakan otak yang mendasari
hematoma subdural akuta biasanya sangat lebih
berat dan prognosisnya lebih buruk dari hematoma
epidural. Mortalitas umumnya 60%, namun
mungkin diperkecil oleh tindakan operasi yang
sangat segera dan pengelolaan medis agresif.
Subdural hematom terbagi menjadi akut dan kronis.
SUBDURAL HEMATOM
d. Kontusio dan Hematom intraserebral.
Kontusi serebral murni bisanya jarang terjadi. Selanjutnya,
kontusi otak hampir selalu berkaitan dengan hematoma subdural
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
33/46
33
akut. Majoritas terbesar kontusi terjadi dilobus frontal dan
temporal, walau dapat terjadi pada setiap tempat termasuk
serebelum dan batang otak.
Perbedaan antara kontusi dan hematoma intraserebral
traumatika tidak jelas batasannya. Bagaimanapun, terdapat zona
peralihan, dan kontusi dapat secara lambat laun menjadi hematoma
intraserebral dalam beberapa hari.
Hematoma intraserebri adalah perdarahan yang terjadi dalam
jaringan (parenkim) otak. Perdarahan terjadi akibat adanya laserasi
atau kontusio jaringan otak yang menyebabkan pecahnya pula
pembuluh darah yang ada di dalam jaringan otak tersebut.
Lokasi yang paling sering adalah lobus frontalis dan
temporalis. Lesi perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan (coup)
atau pada ssi lainnya (countrecoup). Defisit neurologi yang
didapatkan sangat bervariasi dan tergantung pada lokasi dan luas
perdarahan.6
e. Trauma difus
Trauma otak difus merupakan kelanjutan kerusakan otak akibat
cedera akselerasi dan deselerasi, dan ini merupakan bentuk yang
sering terjadi pada trauma kepala. Komosio cerebri ringan adalah
keadaan trauma dimana kesadaran tetap tidak terganggu namun
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
34/46
34
terjadi disfungsi neurologis yang bersifat sementara dalam berbagai
derajat.
Cedera ini sering terjadi, namun karena ringan kerap kali tidak
diperhatikan. Bentuk yang paling ringan dari komosio ini adalah
keadaan bingguung dan disorientasi tanpa amnesia. Sindroma ini
pulih kembali tanpa gejala sisa sama sekali. Cedera komosio yang
lebih berat menyebabkan keadaan binggung disertai amnesia
retrograde dan amnesia antegrad.5
Komosio cerebri klasik adalah cedera yang mengakibatkan
menurunnya atau hilanggnya kesadaran. Keadaan ini selalu disertai
dengan amnesia pasca trauma dan lamanya amnesia ini merupakan
ukuran beratnya cidera.
Dalam bebberapa penderita dapat timbul defisist neurologis
untuk beberapa waktu. defisit neurologis itu misalnya kesulitan
mengingat, pusing, mual, anosmia, dan depresi serta gejala lain.
Gejala-gajala ini dikenal sebagai sindroma pasca komosio yang
dapat cukup berat.
Cedera aksonal difus (Diffuse Axonal Injury, DAI) adalah
keadaan dimana penderita mengalami koma pasca cedera yang
berlangsung lama dan tidak diakibatkan oleh suatu lesi masa atau
serangan iskemik.
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
35/46
35
Biasanya penderita dalam keadaan koma yang dalam dan tetap
koma selama beberapa waktu. Penderita sering menunjukkan gejala
dekortikasi atau deserebrasi dan bila pulih sering tetap dalam
keadaan cacat berat, itupun bila bertahan hidup.
Penderita sering menunjukan gejala disfungsi otonom seperti
hipotensi, hiperhidrosis dan hiperpireksia dan dulu diduga akibat
cedeera aksonal difus dan cedeera otak karena hipoksia secara
klinis tidak mudah, dan memang dua keadaan tersebut sering
terjadi bersamaan.5
Dalam beberapa referensi, trauma maxillofacial juga termasuk
dalam bahasan cedera kepala. Meski bukan penyebab kematian
namun kecacatan yang akan menetap seumur hidup perlu menjadi
pertimbangan.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto polos kepala
Indikasi foto polos kepala Tidak semua penderita dengan cidera
kepala diindikasikan untuk pemeriksaan kepala karena masalah
biaya dan kegunaan yang sekarang makin dittinggalkan. Jadi
indikasi meliputi jejas lebih dari 5 cm, Luka tembus
(tembak/tajam), Adanya corpus alineum, Deformitas kepala (dari
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
36/46
36
inspeksi dan palpasi), Nyeri kepala yang menetap, Gejala fokal
neurologis, Gangguan kesadaran.
Sebagai indikasi foto polos kepala meliputi jangan
mendiagnose foto kepala normal jika foto tersebut tidak memenuhi
syarat, Pada kecurigaan adanya fraktur depresi maka dillakukan
foto polos posisi AP/lateral dan oblique.
b. CT-Scan
Indikasi CT-Scan adalah :
i. Nyeri kepala menetap atau muntah-muntah yang tidak
menghilang setelah pemberian obat-obatan anti emetic.
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
37/46
37
ii. Adanya kejang-kejang, jenis kejang fokal lebih bermakna
terdapat lesi intracranial dibandingkan dengan kejang
general.
iii. Penurunan GCS lebih 1 point dimana factor-faktor
ekstracranial telah disingkirkan (karena penurunan GCS
dapat terjadi karena missal terjadi syok septic, dll)
iv. Adanya lateralisasi.
v. Adanya fracture impresi dengan lateralisasi yang tidak
sesuai, missal fracture depresi temporal kanan tapi terdapat
hemiparese plegi kanan.
vi. Luka tembus akibat benda tajam dan peluru.
vii. Perawatan selama 3 hari tidak ada perubahan yang
membaik dari GCS
viii. Bradikardia (Denyut nadi kurang 60x/menit).
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler
dan perubahan jaringan otak.
Catatan : Untuk mengetahui adanya infark/iskemia jangan
dilakukan pada 24-72 jam setelah injury.
c. MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
38/46
38
d. Cerebral Angiography : Menunjukkan anomaly sirkulasi cerebral
seperti perubahan jaringan otak sekunder menjadi oedem,
perdarahan dan trauma.
e. Serial EEG : Dapat melihat perkembangan gelombang yang
patologis7.
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan awal penderita cedara kepala pada dasarnya
memikili tujuan untuk memantau sedini mungkin dan mencegah cedera
kepala sekunder serta memperbaiki keadaan umum seoptimal mungkin
sehingga dapat membantu penyembuhan sel-sel otak yang sakit.
Penatalaksanaan cedera kepala tergantung pada tingkat
keparahannya, berupa cedera kepala ringan, sedang, atau berat6.
Prinsip penanganan awal meliputi survei primer dan survei
sekunder. Dalam penatalaksanaan survei primer hal-hal yang
diprioritaskan antara lain airway, breathing, circulation, disability, dan
exposure, yang kemudian dilanjutkan dengan resusitasi.
Pada penderita cedera kepala khususnya dengan cedera kepala
berat survei primer sangatlah penting untuk mencegah cedera otak
sekunder dan mencegah homeostasis otak6.
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
39/46
39
Tidak semua pasien cedera kepala perlu di rawat inap di rumah
sakit. Indikasi rawat antara lain:
a. Amnesia post traumatika jelas (lebih dari 1 jam)
b. Riwayat kehilangan kesadaran (lebih dari 15 menit)
c. Penurunan tingkat kesadaran
d. Nyeri kepala sedang hingga berat
e. Intoksikasi alcohol atau obat
f. Fracture tengkorak
g. Fracture bassis cranii
h. Cedera penyerta yang jelas
i. Tidak ada orang serumah yang dapat memonitor keadaan pasien
j. CT-Scan abnormal.20
Terapi medikamentosa pada penderita cedera kepala dilakukan
untuk memberikan suasana yang optimal untuk kesembuhan. Hal-hal
yang dilakukan dalam terapi ini dapat berupa pemberian cairan
intravena, hiperventilasi, pemberian manitol, steroid, furosemid,
barbitirat dan antikonvulsan.
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
40/46
40
Pada penanganan beberapa kasus cedera kepala memerlukan
tindakan operatif. Indikasi untuk tindakan operatif ditentukan oleh
kondisi klinis pasien, temuan neuroradiologi dan patofisiologi dari lesi.
Secara umum digunakan panduan sebagai berikut:
a. Volume masa hematom mencapai lebih dari 40 ml di daerah
supratentorial atau lebih
b. Dari 20 cc di daerah infratentorial
c. Kondisi pasien yang semula sadar semakin memburuk secara klinis
d. Tanda fokal neurologis semakin berat
e. Terjadi gejala sakit kepala, mual dan muntah yang semakin hebat
f. Pendorongan garis tengah sampai lebih dari 3 mm
g. Terjadi kenaikan tekanan intracranial lebih dari 25 mmHg
h. Terjadi penambahan ukuran hematom pada pemeriksaan ulang CT-
Scan
i. Terjadi gejala akan terjadi herniasi otak
j. Terjadi kompresi/obliterasi sisterna basalis.18
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
41/46
41
9. PROGNOSA
Apabila penanganan pasien yang mengalami cedera kepala
sudah mendapat terapi yang agresif, terutama pada anak-anak biasanya
memiliki daya pemulihan yang baik. Penderita yang berusia lanjut
biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih rendah untuk pemulihan
dari cedera kepala.5
Selain itu lokasi terjadinya lesi pada bagian kepala pada saat
trauma juga sangat mempengaruhi kondisi kedepannya bagi penderita.
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
42/46
42
BAB III
KESIMPULAN
Trauma kepala bisa menyebabkan kematian tetapi juga penderita bisa
mengalami penyembuhan total. Jenis dan beratnya kelainan tergantung kepada
lokasi dan beratnya kerusakan otak yang terjadi.
Terjadinya Trauma kepala, kerusakan dapat terjadi dalam dua tahap,
yaitu cedera primer yang merupakan akibat yang langsung dari suatu ruda
paksa. Dan cedera sekunder yang terjadi akibat berbagai prosese patologis
yang timbul sebagai tahapm/lanjutan dari kerusakan otak primer.
Aspek-aspek terjadinya cedera kepala dikelompokan menjadi beberapa
klasifikasi yaitu berdasarkan mekanisme cedera kepala, beratnya cedera
kepala, dan morfologinya. Tetapi dari beberapa referensi, trauma maxillofacial
juga termasuk dalam bahasan cedeera kepala, yang walaupun bukan
merupakan penyebab kematian namun merupakan penyebab kecacatan yang
akan menetap seumur hidup yang perlu dipertimbangkan.
Kerusakan otak sering kali menyebabkan kelainan fungsi yang
menetap, yang bervariasi tergantung kepada kerusakan yang terjadi, apakah
terbatas (terlokalisir) atau lebih menyebar (difus). Kelainan fungsi yang terjadi
juga tergantung kepada bagian otak mana yang terkena.
40
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
43/46
43
Gejala yang terlokalisir bisa berupa perubahan dalam gerakan, sensasi,
berbicara, penglihatan dan pendengaran. Kelainan fungsi otak yang difus bisa
mempengaruhi ingatan dan pola tidur penderita, dan bisa menyebabkan
kebingungan dan koma.
Berbagai fungsi otak dapat dijalankan oleh beberapa area, sehinnga
area yang tidak mengalami kerusakan bisa menggantikan fungsi dari area
lainnya yang mengalami kerusakan. Tetapi semakin tua umur penderita, maka
kemampuan otak untuk menggantikan fungsi satu sama lainnya, semakin
berkurang.
Herniasi otak adalah kondisi medis yang sangat berbahaya di mana
jaringan otak menjadi berpindah dalam beberapa cara karena peningkatan
tekanan intrakranial (tekanan di dalam tengkorak). Herniasi otak adalah
darurat medis
Herniasi Otak merupakan pergeseran dari otak normal melalui atau
antar wilayah ke tempat lain karena efek massa. Biasanya ini komplikasi dari
efek massa baik dari tumor, trauma, atau infeksi
Herniasi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang menyebabkan
efek massa dan meningkatkan tekanan intrakranial (TIK): ini termasuk cedera
otak traumatis , pendarahan, abses, stroke , hidrocephalus atau tumor otak
Ada dua kelompok utama herniasi: supratentorial dan infratentorial.
Herniasi Supratentorial adalah struktur biasanya terdapat di atas pakik
tentorial sedangkan infratentorial adalah struktur di bawahnya
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
44/46
44
Karakteristik fisik dapat menunjukkan kerusakan otak parah. Misalnya
seperti penurunan kesadaran , pupil tidak merespon terhadap cahaya. Muntah
juga dapat terjadi karena kompresi dari muntah pusat di medula oblongata.
Dapat juga dijumpai : Henti jantung (tanpa denyut nadi), Pernafasan
Irregular, Nadi Irregular, Hilangnya refleks batang Respiratory arrest.
Tujuan pengobatan adalah untuk menyelamatkan nyawa pasien. Untuk
membantu membalikkan atau mencegah herniasi otak, tim medis akan
memperlakukan meningkat pembengkakan dan tekanan di dalam otak
Prognosisnya jelek. Herniasi otak dapat menyebabkan kecacatan atau
kematian
-
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
45/46
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Japardi iskandar. 2004. Penatalaksanaan Cedera Kepala secara
Operatif, Sumatra Utara: USU Press.
2. Prince, Wilson . 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. EGC. Jakarta
3. Anonim. Apa Herniasi Otak? Available from
:http.translate.google.co.id.translatehl=id&langpair=enid&u=http.www.wiswgeek.com.what-is-brain-herniation.html
4. Lambona R, Nara. Edema Serebri. Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSU Ujung Pandang
5. American College of Surgeons, 1997, Advance Trauma Life Supor,
United States of America: Firs Impression.
6. Hafid A, 2007, Buku Ajar Ilmu Bedah: edisi kedua, Jong W.D, Jakarta:
penerbit buku kedokteran EGC.
7. Jabbari,B,dkk. Herniasi Otak. 1999. Department of NeurologyUniformed Services University MD Bethesda.
8. Barr, RM, Le,Gean. 2007. "trauma kraniofasial" . in Brant WE, Helms
CA. Fundamentals of Diagnostic Radiology. di WE, Helms CA Brant.
Dasar-dasar Radiologi Diagnostik., Williams & Wilkins.
9. Gruen P. 2002. "Surgical management of head trauma". Neuroimaging
clinics of North America (2): 33943
10. Nkwuo N, N Schamban, Borenstein M. Dipilih oncologic darurat.
Dalam Darurat Kedokteran Rosen: Konsep dan Praktik Klinis. 6th.
Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier; 2006:chap 121
11. Orlando Kesehatan Daerah, Pendidikan dan Pengembangan. 2004.
"Sekilas Cedera Otak Dewasa Trauma.
12.Gembala S. 2004. Trauma Kepala. www.Emedicines.com
13. McCaffrey P.2001. The Neuroscience Pada Seri Neuropathologies
Bahasa Dan Kognisi. California State University,Chico
14. Smith, Julian; Joe J. Tjandra; Gordon JA Clunie; Kaye, Andrew H.
(2006). Textbook Bedah . Wiley-Blackwell.
http://www.emedicines.com/http://www.emedicines.com/ -
7/30/2019 Trauma Kepala Ref
46/46
46
15.Dawodu ST.2007. Traumatic Brain Injury : Definition, Epidemiology,
Pathophysiology. www.Emedicine.com
16. Kristi Hudson. 2006. Brain Herniation Syndromes-2 Nursing CEs.
Dynamic Nursing Education
17. Gruen P .Mei 2002. Bedah Pengelolaan Trauma Kepala. Klinik
Neuroimaging Amerika Utara.
18.Bernath David, 2009, Head Injury, www.e-medicine.com.
19. Kluwer wolters, 2009, Trauma and acute care surgery, Philadelphia:
Lippicott Williams and Wilkins.
20. Ghazali Malueka, 2007, Radiologi Diagnostik, Yogyakarta: Pustaka
Cendekia.
http://www.emedicine.com/http://www.e-medicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.e-medicine.com/