tradisi saweran pengantin perkawinan di...

139

Click here to load reader

Upload: dodiep

Post on 20-Jun-2019

302 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI KECAMATAN

CIKUPA KABUPATEN TANGERANG MENURUT HUKUM ISLAM

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

MUHAMAD ARIS MUNANDAR

NIM : 11140440000058

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439 H

Page 2: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 3: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 4: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 5: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

iv

ABSTRAK

Muhamad Aris Munandar. NIM 11140440000058. Tradisi Saweran

Pengantin Perkawinan Di Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang Menurut

Hukum Islam. Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018 M/1439 H. (viii

halaman, 83 halaman dan 46 halaman lampiran).

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktik saweran

pengantin yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Cikupa, memahami makna

filosofi syair dalam saweran pengantin dan kaitannya dengan kehidupan

masyarakat Kecamatan Cikupa, menjelaskan dan mengetahui pandangan Islam

terhadap saweran pengantin serta bagaimana tokoh agama Kecamatan Cikupa

memandang tradisi saweran pengantin.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian lapangan (field research)

yang sumber datanya terutama diambil dari objek penelitian (masyarakat atau

komunitas sosial) secara langsung di daerah penelitian. Metodologi penelitian

yang penulis gunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan antropologi

hukum yaitu melihat dan mengamati secara langsung sawer pengantin yang

berada di Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang. Sedangkan untuk teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara secara langsung dan

mendalam, observaasi lapangan, studi dokumentasi, dan studi pustaka.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa tradisi saweran pengantin adalah

prosesi pemberian nasihat untuk kedua pengantin yang dilantunkan dengan cara di

syaikan, teks syair saweran merupakan hasil turun temurun dari keluarganya,

tradisi saweran pengantin yang dilaksanakan oleh masyarakat Kecamatan Cikupa

Kabupaten Tangerang tidaklah bertentangan dengan ajaran agama Islam karena

memenuhi persyaratan ‘urf dan maslahah mursalah.

Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam.

Pembimbing : Arip Purkon, S.HI., M.A

Daftar Pustaka : Tahun 1981-Tahun 2017

Page 6: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan semesta alam, yang telah

memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada umat manusia di muka

bumi ini, khususnya kepada penulis. Shalawat beriringan salam disampaikan

kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, serta para sahabatnya, yang merupakan

suri tauladan bagi seluruh umat manusia.

Dalam proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan, sehingga dapat terselesaikan atas izin-Nya. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil, khususnya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Dr. H. Abdul Halim, M.A. Ketua Program Studi Hukum Keluarga

beserta Indra Rahmatullah, S.HI., M.A., Sekretaris Program Studi

Hukum Keluarga, yang terus mendukung dan memotivasi penulis untuk

segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

3. Arip Purkon, S.HI., M.A selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah

membagi ilmu, memberikan nasihat, dan terus memberikan arahannya

untuk membimbing penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Hj. Rosdiana, M.A. selaku dosen penasehat akademik penulis, yang

telah sabar mendampingi, memberikan bimbingan dan motivasi kepada

penulis.

5. Dr. H. A. Juaini Syukri, Lc., M.A dan H. Qosim Arsadani, S.Ag., M.A

selaku dosen penguji dalam sidang munaqasah yang telah memberikan

arahan, masukan, dan bimbingannya kepada penulis.

6. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf pengajar di Fakultas Syariah

dan Hukum terkhusus pada prodi Hukum Keluarga yang telah

memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama kuliah.

Page 7: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

vi

7. Paling istimewa untuk kedua orang tua penulis, ayahanda Muhamad

Husen dan ibunda Amsinah, yang tak pernah jenuh dan tak menyerah

untuk memberikan dukungan serta tak henti-hentinya mendoakan

penulis dalam menempuh pendidikan. Adikku tersayang Ahmad Kamil

Mahdum, dan seluruh Keluarga Besar yang berada di Tangerang.

8. Para narasumber yang telah meluangkan waktu dan turut mendukung

suksesnya penelitian ini: Hj. Siti Hamamah, Hj. Sunipah, Ust.

Samsyudin, Aja Sarja, Saepul Hupad, S.sy, S.H, Siti Maswah, S.Sos,

M.Si, H. Abdul Halip, H. Ahyani, Ust. Endang Nasrudin, Ust.

Kholiluddin, Haetami, Lia Rosnawati, dan Amah.

9. Seluruh teman-teman mahasiswa/i Hukum Keluarga angkatan 2014,

yang telah menemani penulis selama menempuh pendidikan di Program

Studi Hukum Keluarga UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10. Lembaga, perhimpunan, dan organisasi yang telah memberikan banyak

ilmu dan pengalaman kepada penulis, FOSKAL Jakarta, KMSGD

JABODETABEK, IRMAFA, HMI KOMFAKSY, DEMA Fakultas

Syariah dan Hukum, HMPS Hukum Keluarga, dan KKN Hibria.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih perlu mendapatkan perbaikan.

Oleh karena itu, saran dan kritik akan penulis perhatikan dengan baik. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, pembaca pada umumnya

serta dicatat sebagai amal baik di sisi Allah Swt. Aamiin.

Ciputat, 20 Agustus 2018

Muhamad Aris Munandar

Page 8: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

vii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN ..............................................................................iii

ABSTRAK .........................................................................................................iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................v

DAFTAR ISI ......................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah .......................................... 4

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ........................................ 6

F. Kerangka Teori dan Konseptual ............................................... 7

G. Metode Penelitian ..................................................................... 10

H. Rancangan Sistematika Penulisan ............................................ 12

BAB II TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI

KECAMATAN CIKUPA

A. Deskripsi Kecamatan Cikupa ................................................... 14

B. Makna Saweran Pengantin ....................................................... 24

C. Praktik Saweran Pengantin di Kecamatan Cikupa ................... 27

BAB III MAKNA FILOSOFIS SAWERAN PENGANTIN

A. Teks Syair Saweran Pengantin ................................................. 32

B. Makna Filosofis Dalam Saweran Pengantin ............................. 58

C. Pendapat Masyarakat Tentang Saweran Pengantin .................. 66

Page 9: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

viii

BAB IV SAWERAN PENGANTIN MENURUT HUKUM ISLAM

A. Tradisi Saweran Pengantin Menurut Hukum Islam ................. 70

B. Pendapat Tokoh Agama Tentang Saweran Pengantin .............. 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 79

B. Saran-saran ............................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 81

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut hukum adat, perkawinan bisa merupakan urusan kerabat,

keluarga, persekutuan, martabat, bisa merupakan urusan pribadi,

tergantung tata susunan masyarakat yang bersangkutan, bagi kelompok-

kelompok wangsa yang menyatakan diri sebagai kesatuan-kesatuan,

sebagai persekutuan-persekutuan hukum, perkawinan para warganya

adalah sarana untuk melangsungkan hidup kelompoknya secara tertib dan

teratur, sarana yang dapat melahirkan generasi baru yang melanjutkan

garis hidup kelompoknya, namun di dalam lingkungan persekutuan

kerabat perkawinan juga selalu merupakan cara meneruskan (yang diharap

dapat meneruskan) garis keluarga tertentu yang termasuk persekutuan

tersebut, jadi merupakan urusan keluarga, urusan bapak-ibunya selaku inti

keluarga yang bersangkutan.1

Berbagai fungsi perkawinan itu bermanifestasi di dalam campur

tangan kepala-kepala kerabat, orang tua, kepala desa (adat). Perkawinan

sebagai peristiwa hukum harus mendapat tempatnya di dalam tata hukum.

Perbuatannya haus terang, para kepala persekutuan yang bersangkutan

dalam hal ini juga menerima imbalan jasa atas legalitasnya.2

Upacara perkawinan merupakan salah satu bentuk kekayaan budaya

di Indonesia. Proses perkawinan pada masyarakat di Indonesia pada

umumnya disesuaikan dengan asal adat istiadat, misalnya proses

perkawinan adat Sunda khususnya ada serangkaian acara adat yang selalu

dilakukan misalnya tradisi sawer. Sawer merupakan prosesi pemberian

nasihat kepada kedua pengantin. proses ini melambangkan kedua

pengantin beserta keluarga berbagi rizki dan kebahagiaan. Kata sawer

1 Iman Sudiyat, Hukum Adat Sketsa Asas, (Yogyakarta: Liberty, 1981, Cet.

Kedua), h., 107. 2 Iman Sudiyat, Hukum Adat Sketsa Asas, h., 108.

Page 11: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

2

pengantin sendiri memiliki makna luas. Sawer berasal dari kata

penyaweran, yang dalam bahasa Sunda berarti tempat jatuhnya air dari

atap rumah atau ujung genting bagian bawah. Sedangkan pengantin adalah

meresmikan sepasang pengantin (pria dan wanita) menjadi suami istri

dalam sebuah acara perkawinan. Kata sawer diambil dari tempat

berlangsungnya upacara adat tersebut, yaitu panyaweran (teras atau

halaman). Disamping itu, kata sawer juga diambil dalam prosesi saweran,

benda-benda sebagai simbol tertentu dilemparkan ke atas payung yang

menaungi pengantin. Sehingga, barang yang dilemparkan akan jatuh

terlebih dahulu ke payung tersebut sebelum jatuh ke tanah untuk

diperebutkan oleh para pengunjung (penonton atau tamu undangan).

Sawer yang merupakan adat kebisaaan itu merupakan upacara ritual

yang erat hubungannya dengan proses inisiasi, yakni upacara pelantikan.

Sawer pada umumnya mempergunakan bentuk syair sawer, yakni

semacam syair yang disampaikan dengan cara ditembangkan atau

dilagukan. Syair sawer mempunyai nilai kerohanian, juga merupakan

khasanah sastra Sunda dan dapat difungsikan sebagai alat pendidikan.3

Syair Sawer yang merupakan tembang dalam upacara perkawinan

adat sunda dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu syair untuk upacara

sawer dan syair untuk upacara buka pintu. Biasanya syair-syair itu

ditembangkan atau dilagukan oleh dua pengantin, tetapi pada saat

sekarang sudah jarang yang dapat melagukannya. Oleh karena itu dalam

pelaksanaan diwakilkan oleh orang yang ahli.4 Sawer pangantin

merupakan karya sastra khazanah budaya Sunda. Karya sastra ini

dipandang memiliki struktur fisik yang sesuai dengan konvensi sastra

Indonesia. Di samping itu cakupan isinya sangat sarat dengan fatwa-fatwa

yang berkaitan dengan bidang keagamaan, moral, etika, kedisiplinan, dan

3 Susi Susanti, Elmustian Rahman, dan Hadi Rumadi, ” Syair Nasihat Dalam

Sawer Pengantin, (Riau), h., 3. 4 Thomas Wiyasa Bratawidjaja, Upacara Perkawinan Adat Sunda, (Jakarta: Sinar

Harapan, 1990), h., 65.

Page 12: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

3

ekonomi, sehingga resepsi atau tanggapan masyarakat terhadap sawer ini

sangat baik.5

Upacara sawer pangantin mempergunakan bahasa sebagai alatnya.

Dalam Kamus Umum Bahasa Sunda (1954) seperti dikutip oleh Aam

Masduki istilah sawer itu mempunyai dua arti yaitu:

1. Sawer artinya air hujan yang masuk ke rumah karena terhembus

angin (tempias); kasaweran, kena tempias; panyaweran, tempat jatuhnya

air dari bubungan (taweuran).

2. Sawer (nyawer), menabur (pengantin) dengan beras dicampur

uang tektek (lipatan sirih), dan irisan kunir. Menurut Kamus Umum

Bahasa Sunda yang dikeluarkan oleh Lembaga Basa dan Sastra Sunda,

sawer berarti petuah untuk pengantin dalam bentuk syair, diiringi dengan

tembang berisi nasihat orang tua.6

Sebagaimana pengertian dari saweran pengantin yaitu prosesi

pemberian nasihat kepada kedua pengantin bagaimana membangun rumah

tangga yang bahagia, tentram, dan memberikan tahu akan kewajiban

suami dan istri, nasihat itu disampaikan ketika pada proses setelah akad

maupun ketika walimatul ursy (pesta perkawinan) seperti penggalan teks

saweran berikut:

Ujang boga pamajikan Akang punya istri

Serta boga kawajiban Serta punya kewajiban

Anu kudu di tohonan Yang harus dilaksanakan

Ujang kudu ikhlas niat Abang harus berniat ikhlas

Pan kawin teh seja to’at Akad nikah itu untuk beribadah.

Rejeung seja nyiar rohmat Dan kita mengharapkan rahmat

Lain rek ngalajor syahwat Bukan untuk melampiaskan syahwat

Ujang ulah laepat angkeh Akang jangan buruk sangka

5 Susi Susanti, Elmustian Rahman, dan Hadi Rumadi, h., 3. 6 Aam Masduki, “Sawer Panganten Tuntunan Hidup Berumah Tangga di

Kabupaten Bandung”, Patanjala, VII, 3 (3 September, 2015), h., 433.

Page 13: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

4

Nyai kudu age-age Istri harus benar-benar

Ngaladenan ka caroge Melayani suami

Hadi parangi sing hade Dengan perilaku yang baik

Sing tiasa ngelep hate Harus bisa menyimpan hati.

Menurut beberapa uraian singkat di atas dapat kita tarik benang

merah tentang apa itu saweran dalam tradisi perkawinan suku sunda,

kemudian di dalam upacara sawer pengantin menggunakan syair-syair

yang di lantunkan ketika proses berlangsung. Ketika prosesnya pun

menggunakan koin, beras, kunyit sebagai penambahan benda dalam proses

saweran. Dari permasalahan ini penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang akan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah, untuk itu

permasalahan ini akan di angkat sebagai kajian dalam bentuk skripsi yang

berjudul “TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI

KECAMATAN CIKUPA KABUPATEN TANGERANG MENURUT

HUKUM ISLAM”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, penulis

membatasi masalah yang akan dibahas untuk menghindari kemungkinan

tumpang-tindih dengan permasalahan diluar tema penelitian. Disini

penulis hanya akan membahas mengenai tradisi saweran pengantin

perkawinan di Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.

Adapaun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik saweran pengantin perkawinan di Kecamatan

Cikupa Kabupaten Tangerang?

2. Apa makna filosofi syair dalam saweran pengantin perkawinan di

Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang?

3. Bagaimana saweran pengantin menurut hukum Islam?

Page 14: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

5

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari sebuah penelitian ialah mengungkapkan secara jelas

sesuatu yang hendak dicapai pada penelitian yang akan dilakukan. Dari

pemahaman tersebut, maka tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui praktik saweran pengantin perkawinan di

Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.

2. Untuk mengetahui makna filosofi syair dalam saweran pengantin

perkawinan di Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.

3. Untuk mengetahui bagaimana saweran pengantin menurut hukum

Islam.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, demikian pula

dengan penelitian yang penulis adakan ini diharapkan dapat bermanfaat

sebagai berikut;

1. Penulisan skripsi ini diharapkan mampu mengembangkan

pengetahuan, memperkaya khazanah keilmuan bagi peneliti mengenai

kajian tradisi saweran pengantin perkawinan untuk dapat

dikembangkan kemudian.

2. Penelitian ini diharapkan akan menjadi pelengkap penelitian-

penelitian sebelumnya.

3. Memberikan sumbangan kepada mahasiswa atau siapa saja yang

konsen dengan permasalahan ini.

4. Diharapkan dapat memberikan sebuah khazanah keilmuan tentang

tradisi saweran pengantin perkawinan bagi masyarakat, dan bagi

semua pihak yang mempunyai kepentingan dengan tradisi saweran

pengantin perkawinan dan hasil penelitian ini akan menjadi dokumen,

terkhusus bagi masyarakat suku Sunda.

Page 15: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

6

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Untuk menemukan pembahasan dan penulisan skripsi ini penulis

menelaah literatur yang sudah membahas tentang judul yang akan penulis

sampaikan dalam penulisan skripsi, diantaranya yaitu:

1. Skripsi Sulaeman, Tradisi Perkawinan Keraton Kacirebonan di Kota

Cirebon, Jawa Barat. Program Studi Hukum Keluarga Tahun 2008.

Skripsi ini memaparkan tentang tradisi pernikahan adat jawa yang

berada di Cirebon yang meliputi pembahasan persiapan pernikahan

sebelum terjadinya akad perkawinan. Sedangkan skripsi ini membahas

tentang tradisi sawer pengantin perkawinan di Kecamatan Cikupa

Kabupaten Tangerang.

2. Skripsi Aep Saepudin, Makna Filosofis Tembang Sawer Dalam

Upacara Perkawinan Adat Sunda. Program Studi Aqidah Filsafat

2010. Skripsi ini memaparkan tentang makna filosofis secara

mendalam mengenai tembang sawer . Sedangkan skripsi ini

membahas mengenai tradisi sawer pengantin perkawinan di

Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.

3. Skripsi Muhamad Ilman, Tradisi Uang Pelangkah Dalam Perkawinan

(Studi Kasus di Desa Legok, Kecamatan Legok Kabupaten

Tangerang) 2015. Skripsi ini memaparkan tentang perkawinan yang

melangkahi kaka kandungnya yang harus dibayar sesuai kesepakatan.

Sedangkan skripsi ini memaparkan mengenai tradisi sawer pengantin

perkawinan di Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.

4. Jurnal Pien Supinah, Sawer: Komunikasi Simbolik pada Adat Tradisi

Suku Sunda dalam Upacara Setelah Perkawinan, Mediator, Vol. 7,

No 1, Tahun 2006. Artikel ini membahas tentang makna syair

saweran sebagai simbol komunikasi atau berdoa untuk meminta

keberkahan dengan pencipta dan nasihat yang dimaksudkan kepada

para pasangan pengantin. Sedangkan penelitian penulis mengkaji

mengenai praktik saweran pengantin perkawinan di Kecamatan

Cikupa Kabupaten Tangerang.

Page 16: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

7

5. Jurnal Aam Masduki, Sawer Penganten Tuntunan Hiidup Berumah

Tangga di Kabupaten Bandung, Patanjala, Vol. 7, No 3, September

Tahun 2015. Membahas tentang konteks puisi saweran pengantin

kemudian nasihat yang diberikan kepada pasangan pengantin sebagai

tuntunan hidup mereka dalam berumah tangga. Sedangkan penelitian

penulis mengkaji mengenai praktik saweran pengantin perkawinan di

Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.

F. Kerangka Teori dan Konseptual

Ada beberapa teori yang digunakan yaitu:

1. Al-‘Urf

‘Urf ialah sesuatu yang telah sering dikenal oleh manusia dan telah

menjadi tradisinya, baik berupa ucapan atau perbuatannya dan atau hal

meninggalkan sesuatu juga disebut adat,7 ‘Urf dan adat termasuk dua

kata yang sering dibicarakan dalam literatur Ushul Fiqh. Keduanya

berasal dari bahasa arab. Kata adat sudah diserap kedalam bahasa

Indonesia yang baku.8

‘Urf disebut pula dengan al-a’dah, artinya kebiasaan, hanya saja,

di dalam ‘urf ada yang berpendapat tidak ada kebiasaan yang

menyimpang dari nash-nash Al-Quran dan Hadis yang shahih,

sedangkan dalam adat kebiasaan yang sahih dan ada pula yang fasid,

yakni yang bertentangan dengan syariat Islam yang telat ditetapkan

kedudukan hukumnya oleh Al-quran dan As-Sunnah.

Menurut “Rachmat Syafi’i seperti dikutip Amir Syarifuddin

menjelaskan adat disebut juga dengan istilah ‘urf yang secara harfiyah

adalah suatu keadaan, ucapan, perbuatan atau ketentuan yang telah

dikenal manusia dan telah menjadi tradisi untuk melaksanakannya atau

7 Abdul Wahhab Khalaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. Ketujuh) h., 130. 8 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009, Cet.

Kelima), h., 386.

Page 17: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

8

meninggalkannya”. Setiap adat atau ‘urf akan mengalami perubahan

sesuai dengan perkembangan zamannya.9

Kata ‘Urf pengertiannya tidak melihat dari segi berulang kalinya

suatu perbuatan dilakukan, tetapi dari segi bahwa perbuatan tersebut

sudah sama-sama dikenal dan diakui oleh orang banyak. Adanya dua

sudut pandang berbeda ini (dari sudut berulang kali, dan dari sudut

dikenal) yang menyebabkan timbulnya dua nama tersebut. Dalam hal

ini sebenarnya tidak ada perbedaan yang prinsip karena dua kata itu

pengertiannya sama, yaitu suatu perbuatan yang telah berulang-ulang

dilakukan menjadi dikenal dan diakui orang banyak, sebaliknya karena

perbuatan itu sudah dikenal dan diakui orang banyak, maka perbuatan

itu dilakukan orang secara berulang kali. Dengan demikian meskipun

dua kata tersebut dapat dibedakan tetapi perbedaannya tidak berarti.10

Para ulama mazhab Fiqh, pada dasarnya bersepakat untuk menjadikan

‘Urf secara global sebagai dalil hukum Islam (Hujjah syar’iyyah).11

2. Al-Maslahah al-Mursalah

Al-Maslahah al-Mursalah perpaduan dua kata menjadi “Maslahah

Mursalah” yang berarti prinsip kemaslahatan (kebaikan) yang

dipergunakan menetapkan suatu hukum Islam, juga dapat berarti suatu

perbuatan yang mengandung nilai baik (manfaat).

Dalam “kamus besar bahasa Indonesia seperti dikutip Ahmad

Mukri Aji disebutkan bahwa maslahat artinya sesuatu yang

mendatangkan kebaikan, faedah dan kegunaan. Sedangkan kata

“kemaslahatan” berarti kegunaan, kebaikan, manfaat, kepentingan.

Sementara kata “manfaat”, dalam buku tersebut diartikan dengan:

9 Beni Ahmad Saebani, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), h.,

190. 10 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009, Cet.

Kelima), h., 387-388. 11 Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2011), h., 162.

Page 18: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

9

kegunaan dan faedah. kata "manfaat" juga diartikan sebagai kebalikan

atau lawan kata “kemudharatan” yang berarti rugi atau buruk”.12

Pengertian maslahah dalam bahasa Arab berarti “perbuatan-

perbuatan yang mendorong kepada kebaikan manusia”. Dalam artinya

yang umum adalah setiap segala sesuatu yang bermanfaat bagi

manusia, baik dalam arti menarik atau menghasilkan seperti

menghasilkan keuntungan atau kesenangan atau dalam arti menolak

atau menghindarkan seperti menolak kemudaratan atau kerusakan. Jadi

setiap yang mengandung manfaat patut disebut maslahah. Dengan

begitu maslahah itu mengandung dua sisi, yaitu menarik atau

mendatangkan kemaslahatan dan menolak atau menghindarkan

kemudaratan.13

Metode Maslahah al-Mursalah ini merupakan salah satu cara

dalam menetapkan hukum yang berkaitan dengan masalah-masalah

yang ketetapannya sama sekali tidak disebutkan dalam nash dengan

pertimbangan untuk mengatur kemaslahatan hidup manusia.

Prinsipnya adalah menarik manfaat dan menghindarkan kerusakan

dalam upaya memelihara tujuan hukum yang lepas dari ketetapan dalil

syara’.

Maslahah al-Mursalah dapat dijadikan dasar dalam menetapkan

hukum bila: 1) masalah itu bersifat esensial atas dasar penelitian,

observasi dan melalui analisis dan pembahasan yang mendalam,

sehingga penetapan hukum terhadap masalah benar-benar memberi

manfaat dan menghindarkan mudarat; 2) masalah itu bersifat umum,

bukan kepentingan perseorangan, tetapi bermanfaat untuk orang

banyak; 3) masalah itu tidak bertentangan dengan nash dan

12 Ahmad Mukri Aji, Urgensi Maslahat Mursalah dalam Dialektika Pemikiran

Hukum Islam, Bogor: Pustaka Pena Ilahi, 2012, Cet. Kedua), h., 43-44. 13 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009, Cet.

Kelima), h., 345.

Page 19: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

10

terpenuhinya kepentingan hidup manusia serta terhindar dari

kesulitan.14

G. Metode Penelitian

Metodologi penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta seni.15 Untuk itu

maka penulis dalam hal ini menggunakan metodologi penelitian sebagai

berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bersifat ilmiah dan dituangkan dalam bentuk skripsi,

maka untuk menunjang penelitian ini penulis berusaha mendapatkan

data yang akurat dan bukti-bukti yang benar. Penulis dalam penelitian

ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan

secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.16 Penelitian

ini menggunakan pendekatan antropologi hukum. Antropologi hukum

adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia dengan

kebudayaan yang khusus dibidang hukum.17 Penelitian ini dengan cara

melihat dan mengamati secara langsung sawer pengantin yang berada

di Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.

2. Jenis Penelitian

14 Beni Ahmad Saebani, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), h.,

188. 15 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011, Cet.

ketiga), h., 17. 16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung,

Alfabeta, 2006), h. 9. 17 Tommy Simatupang, “Pengertian Antropologi Hukum” Artikel diakses pada 28

Agustus 2018 dari https://www.berandahukum.com/2017/03/pengertian-antropologi-

hukum.html

Page 20: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

11

Jenis penelitian yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini adalah

penelitian Kualitatif lebih khususnya dengan menggunakan penelitian

lapangan (field research). Penelitian lapangan ini adalah penelitian

yang sumber datanya terutama diambil dari objek penelitian

(masyarakat atau komunitas sosial) secara langsung di daerah

penelitian.18

3. Sumber Data

Pada umunya sumber data dalam sebuah penelitian terbagi menjadi

beberapa sumber. Pembagian ini dapat dibedakan antara data yang di

peroleh dari lapangan dan dari bahan perpustakaan, adapun sumber

data yang penulis gunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai

berikut:

a. Data Primer, yaitu data-data yang diperoleh secara langsung

dari wawancara dengan para tokoh yang ahli dalam

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dan kesaksian

dari masyarakat secara langsung tradisi sawer pengantin.

b. Data Sekunder, yaitu data yang berupa dokumen-dokumen

yang terdapat pada buku, jurnal, artikel, majalah, surat kabar,

internet, dan sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan

yang diangkat dalam penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data

yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

Umumnya cara mengumpulkan data dapat menggunkan teknik:

wawancara (interview), angket (questioner), pengamatan (observation),

studi dokumentasi, dan Focus Group Discussion (FGD).19 Penulis

menggunakan teknik sebegai berikut:

18 Yayan Sopyan, Buku Ajar Pengantar Metode Penelitian, (Ciputat, Buku Ajar,

2010), h., 32. 19 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007), h. 37.

Page 21: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

12

a. Wawancara, dalam hal ini adalah percakapan yang diarahkan

kepada empat orang tukang sawer pengantin, empat orang

tokoh agama, dan lima orang masyarakat untuk mendapatkan

informasi tentang tradisi sawer pengantin.

b. Observasi, dilakukan untuk mendapatkan data langsung

dengan melihat proses saweran pengantin yang dilakukan oleh

kalangan masyarakat.

c. Dokumentasi, penelitian dalam hal ini mengumpulkan data

melalui berkas-berkas, buku, jurnal, artikel, majalah surat

kabar, internet, dan dokumen penting lainnya yang

berhubungan dengan skripsi ini.

5. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu teknik analisis data di

mana penulis menjabarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara

dilapangan. Kemudian menganalisanya dengan pedoman pada sumber

tertulis yang didapatkan dari perpustakaan. Setelah itu disusun secara

sistematis, untuk kemudian dianalisis secara kualitatif dalam bentuk

uraian, agar bisa ditarik kesimpulan supaya dapat dicapai kejelasan

mengenai permasalahan yang sedang diteliti.

6. Teknik Penulisan Skripsi

Secara teknis penulisan ini berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2017”.

H. Rancangan Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan skripsi ini, maka

penulis menyusun penulisan skripsi ini dengan sistematika sebagai berikut;

a. Bab kesatu, merupakan bab pendahuluan yang diuraikan tentang latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

Page 22: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

13

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, kerangka

teori dan konseptual, serta metode penelitian.

b. Bab Kedua, membahas mengenai potret Kecamatan Cikupa yaitu

sejarah Kecamatan Cikupa, pendidikan, suku, agama, dan pendidikan

di Kecamatan Cikupa, pengertian dari saweran pengantin dan praktik

saweran pengantin yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan

Cikupa.

c. Bab Ketiga, membahas mengenai teks saweran pengantin yang di

gunakan oleh tukang sawer, makna filsofis saweran pengantin beserta

makna dari masing-masing benda saweran pengantin, dan pendapat

masyarakat Kecamatan Cikupa tentang saweran pengantin.

d. Bab Keempat, membahas mengenai tradisi saweran pengantin

menurut hukum Islam dengan menggunakan teori ‘urf dan maslahah

mursalah dan bagaimana respon dan pendapat tokoh agama di

Kecamatan Cikupa tentang saweran pengantin.

e. Bab Kelima, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan

saran terkait kajian yang dimaksud dari awal sampai akhir

pembahasan beserta lampiran-lampiran terkait.

Page 23: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

14

BAB II

TRADISI SAWERAN PENGANTIN DI KECAMATAN CIKUPA

A. Deskripsi Kecamatan Cikupa

Kecamatan Cikupa telah menjadi pusat perdagangan komoditas

pertanian, perkebunan dan kerajinan anyaman bambu berupa kipas, topi

bambu, dan suvenir dari anyaman sejak tahun 1926.

1. Sejarah Kecamatan Cikupa

Pada mulanya kecamatan Cikupa memiliki luas wilayah 78,34 km2

terdiri dari 20 desa karena wilayah yang cukup luas dan penduduk

yang semakin bertambah kemudian pada tahun 1999 berdasarkan PP

No. 48 Tahun 1999 kecamatan Cikupa di mekarkan yaitu kecamatan

Cikupa dengan luas 43.407 km2 terdiri dari 14 desa dan kecamatan

Panongan di sebelah selatan dengan luas wilayah 34.93 km2 terdiri

dari 8 desa dengan pusat di desa Panongan.

Sejak tahun 1926 daerah Cikupa telah menjadi pusat perdagangan

hasil perkebunan dan pertanian warga sekitar bahkan dari daerah lain,

ditandai dengan dibangunnya pasar Cikupa oleh tokoh masyarakat

pada masa itu diantaranya H. Sapri, H. Pengki, Ki Galeong dan kepala

desa bapak Muderi. Pasar Cikupa merupakan salah satu pasar tertua di

Kabupaten Tangerang. Seiring berjalannya waktu, Cikupa mengalami

perkembangan yang sangat pesat.1

2. Letak Geografis

Letak Kecamatan Cikupa berada diantara kecamatan lain yang

memiliki potensi ekonomi antara lain sektor industri, real estate,

perdagangan, jasa, dan penyedia makanan/kuliner. Infrastruktur jalan

yang memadai membuat akses penduduk menjadi mudah dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. Kemudahan akses tersebut menjadi

1 Selayang Pandang Kecamatan Cikupa 2017, (Tangerang: Pemerintah

Kabupaten Tangerang Kecamatan Cikupa, 2017), h., 7.

Page 24: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

15

salah satu magnet bagi pengusaha untuk menjalankan aktivitas

bisnisnya di Cikupa. Terdapat lebih dari 4 kawasan industri dan

pergudangan di Kecamatan Cikupa, hal tersebut didukung dengan

keberadaan tol Cikupa, gerbang tol Balaraja timur di Desa Cibadak

yang menjadi jalur transportasi dan pengangkutan barang yang di

hasilkan dari kawasan industri di Kecamatan Cikupa.

Letak Kecamatan Cikupa di apit oleh Kecamatan Panongan

disebelah selatan sebagai Kecamatan dengan fokus pembangunan di

bidang perumahan dan perdagangan, Kecamatan Curug dan Kota

Tangerang di sebelah timur sebagai sentra industri, Kecamatan Pasar

Kemis dan Sindang Jaya di sebelah utara dengan fokus pengembangan

industri, perumahan dan kawasan bisnis modern, Tigaraksa di sebelah

barat sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang dan Balaraja

di sebelah barat dengan fokus pembangunan bidang industri dan

perumahan. Wilayah Kecamatan Cikupa memiliki luas 43.407 km2

dikelilingi oleh Kecamatan berpotensi yang sangat mendukung

berkembangnya aktivitas ekonomi. Potensi geografis yang strategis

menjadi salah satu faktor pendukung kemajuan ekonomi di

Kecamatan Cikupa.2

Tabel 3.1

Batas Wilayah Desa

No Letak Batas Kecamatan

1 Sebelah Utara Kecamatan Pasar Kemis dan Kecamatan Sindang Jaya

2 Sebelah Selatan Kecamatan Panongan

3 Sebelah Barat Kecamatan Balaraja dan Kecamatan Tigaraksa

4 Sebelah Timur Kota Tangerang dan Kecamatan Curug

Sumber Data: Monografi Kecamatan Cikupa

2 Selayang Pandang Kecamatan Cikupa 2017, h., 8.

Page 25: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

16

Panjang jalan negara di Kecamatan Cikupa adalah 12,6 km

membentang dari Kampung Kadu Kelurahan Bunder sampai kampung

Kawidaran Desa Cibadak membelah Cikupa menjadi dua sisi yaitu

sebelah utara dan selatan. Sementara jalan tol ruas Jakarta-Merak yang

melintas di wilayah Kecamatan Cikupa adalah sepanjang 9,4 km.

Pintu gerbang kawasan pemda Kabupaten Tangerang terletak di

Kecamatan Cikupa tepatnya di perbatasan antara Desa Bojong dengan

Kelurahan sukamulya. Wilayah Kecamatan Cikupa yang membentang

sepanjang jalan raya Serang KM 10 sampai KM 22 menjadi potensi

tersendiri.

Kecamatan Cikupa menempati wilayah sekitar 4,45 persen dari

luas total wilayah Kabupaten Tangerang atau urutan terluas ke-7 dari

29 Kecamatan di Kabupaten Tangerang. Kelurahan Bunder

merupakan keluarahan terluas yang menempati 11,98 persen dati total

luas Kecamatan Cikupa yaitu 520 Ha. Terluas kedua adalah desa

Sukadamai kemudian desa Pasir Jaya, sementara persentase terkecil

adalah desa Bitung Jaya yaitu hanya 4,31 persen dari luas total

Kecamatan Cikupa.3

3. Kondisi Demografis

Penduduk di wilayah Kecamatan Cikupa terus mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Faktor utama yang mempengaruhi

pertumbuhan penduduk di Cikupa adalah adanya migrasi masuk dari

daerah lain ke Kecamatan Cikupa kemudian tinggal dan menetap.

Keberagaman suku bangsa ini disebabkan oleh urbanisasi yang

menjadi faktor meningkatnya jumlah penduduk di Kecamatan Cikupa

setiap tahun.

Jumlah penduduk Kecamatan Cikupa pada pertengahan tahun 2016

mencapai 279.785 jiwa meningkat 3,38% dibandingkan tahun 2015.

Jumlah penduduk dibeberapa desa/kelurahan mengalami peningkatan

3 Selayang Pandang Kecamatan Cikupa 2017, h., 8-11.

Page 26: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

17

seperti Bojong, Dukuh, Talaga, dan Sukamulya. Kondisi tersebut

didorong oleh menggeliatnya sektor ekonomi diwilayah tersebut

sehingga memancing migrasi masuk dari luar daerah.4

Tabel 3.2

Suku Bangsa di Kecamatan Cikupa

No Suku Jumlah

1 Sunda 53,70%

2 Jawa 28,74%

3 Banten 7%

4 Lampung 3,84%

5 Betawi 2,90%

6 Bima 1,12%

7 Suku Lain 2,70%

Sumber Data: Monografi Kecamatan Cikupa

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Kecamatan Cikupa Tahun 2013 Sampai Dengan 2016

No Desa/Kelurahan 2013 (Jiwa) 2014 (Jiwa) 2015 (Jiwa) 2016 (Jiwa)

1 Budimulya 4.877 4.910 4.916 4.892

2 Bojong 17.272 17.570 17.827 18.048

3 Sukamulya 25.694 27.278 28.777 30.386

4 Cikupa 21.322 22.810 24.359 25.978

5 Dukuh 16.082 16.607 17.108 17.589

6 Bitung Jaya 15.370 15.314 15.208 15.060

7 Bunder 16.989 16.833 16.624 16.373

8 Suka Damai 22.177 22.481 22.735 22.944

9 Pasir Jaya 26.324 28.733 31.314 34.088

10 Pasir Gadung 20.788 22.050 23.346 24.681

11 Talagasari 22.285 23.274 24.258 25.244

12 Talaga 19.304 19.773 20.206 20.607

13 Sukanagara 11.624 11.686 11.708 11.692

14 Cibadak 12.210 12.249 12.244 12.203

15 Kecamatan Cikupa 252.318 261.568 270.630 279.785

Sumber Data: Monografi Kecamatan Cikupa

4 Selayang Pandang Kecamatan Cikupa 2017, h., 20.

Page 27: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

18

Pertumbuhan di sektor-sektor ekonomi di Kecamatan Cikupa

menjadi magnet tersendiri bagi para pencari kerja. Tak hanya dari

wilayah Kabupaten Tangerang namun dari berbagai wilayah

Indonesia. Tidak sedikit pula pekerja asing yang bekerja di Cikupa

khususnya sektor industri pengolahan. Sektor perdagangan dan jasa

juga cukup menarik bagi para pencari kerja untuk datang ke

Kecamatan Cikupa kemudian bekerja di sektor tersebut.

Desa Pasir Jaya dengan jumlah penduduk mencapai 34.088 jiwa

pada tahun 2016 merupakan desa dengan jumlah penduduk terbanyak,

desa ini berbatasan dengan kawasan industri Jatake-Bunder dan Pasar

Kemis, seperti diketahui bahwa Pasar Kemis juga merupakan

Kecamatan dengan jumlah penduduk yang cukup besar. Di posisi

kedua desa/kelurahan dengan jumlah penduduk terbesar adalah

Sukamulya, keberadaan komplek perumahan dan rumah sewa di

kelurahan ini menjadi salah satu penyebab tingginya jumlah penduduk

di Sukamulya. Selain itu Sukamulya berbatasan langsung dengan

kawasan komersil Citraraya di desa Cikupa yang merupakan sentra

ekonomi sektor jasa dan perdagangan.5

Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara jumlah penduduk

pria dan jumlah penduduk wanita pada suatu daerah dan pada waktu

tertentu, yang biasa dinyatakan dalam banyaknya penduduk pria per

100 wanita.

Tabel 3.4

Jumlah Penduduk Dan Rasio Jenis Kelamin Di Kecamatan Cikupa

No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis

Kelamin

1 Budimulya 2.559 2.333 4.892 109,69

2 Bojong 9.135 8.913 18.048 102,49

3 Sukamulya 15.551 14.835 30.386 104,83

4 Cikupa 12.957 13.021 25.978 99,51

5 Selayang Pandang Kecamatan Cikupa 2017, h., 21.

Page 28: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

19

5 Dukuh 8.978 8.611 17.589 104,26

6 Bitung Jaya 8.019 7.041 15.060 113,89

7 Bunder 8.994 7.379 16.373 121,89

8 Suka Damai 11.870 11.074 22.944 107,19

9 Pasir Jaya 17.481 16.607 34.088 105,26

10 Pasir Gadung 12.736 11.945 24.681 106,62

11 Talagasari 12.989 12.255 25.244 105,99

12 Talaga 10.762 9.845 20.607 109,31

13 Sukanagara 6.074 5.618 11.692 108,12

14 Cibadak 6.360 5.843 12.203 108,85

15 Kecamatan Cikupa 144.465 135.320 279.785 106,76

Sumber Data: Monografi Kecamatan Cikupa

Rasio jenis kelamin Kecamatan Cikupa adalah 106,76 artinya

setiap 100 penduduk laki-laki. Jumlah penduduk laki-laki lebih

banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, hanya desa

Cikupa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-

laki. 6

Tabel 3.5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

No Kelompok Umur Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 0-4 15.155 14.892 30.047

2 5-9 12.370 12.031 24.401

3 10-14 9.510 9.047 18.557

4 15-19 10.573 11.208 21.781

5 20-24 16.712 16.784 33.496

6 25-29 18.559 17.674 36.233

7 30-34 17.804 17.198 35.002

8 35-39 14.916 13.038 27.954

9 40-44 10.920 8.143 19.063

10 45-49 6.584 5.048 11.632

11 50-54 4.433 3.488 7.921

12 55-59 2.833 2.542 5.375

6 Selayang Pandang Kecamatan Cikupa 2017, h., 21-24.

Page 29: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

20

13 60-64 1.770 1.669 3.439

14 65-69 1.086 1.048 2.134

15 70-74 1.240 1.510 2.750

16 Jumlah 144.465 135.320 279.785

Sumber Data: Monografi Kecamatan Cikupa

4. Kondisi Sosial Kecamatan Cikupa

Kondisi Sosial masyarakat Kecamatan Cikupa masih memegang

adat istiadat daerah dengan ciri-ciri budaya sunda yang masih terlihat

dengan kegotong-royongan. Kondisi sosial inilah yang selalu di

jadikan dasar dan modal dalam melakukan setiap proses pembangunan

yang senantiasa dijaga, dipelihara dan dikembangkan oleh masyarakat

Kecamatan Cikupa.

a. Keadaan Ekonomi

Ekonomi dan bisnis di Cikupa sebagai wilayah dengan posisi

geografis yang sangat strategis, mendukung berkembangnya kegiatan

ekonomi diberbagai subsektor industri, perdagangan, jasa, hiburan,

restoran, dan real estate merupakan sektor-sektor pembanguan.7

Sensus ekonomi 2016 mencatat terdapat lebih dari 21 ribu

perusahaan kegiatan sektor ekonomi yang tersebar di seluruh

desa/kelurahan di Kecamatan Cikupa. Jika diklasifikasi menurut

jumlah tenaga kerja, perusahaan dengan jumlah tenaga kerja >20

orang mencapai 1.096 perusahaan. 69% merupakan perusahaan

dengan kegiatan produksi yaitu industri pengolahan, konstruksi,

pengolahan limbah, penyedia air, listrik dan gas. Kemudian 27%

merupakan sektor non keuangan yaitu perdagangan, perhubungan,

penyedia akomodasi/rumah makan, restorant, kos, jasa, pendidikan,

kesehatan, hiburan, perawatan kendaraan, dan real estate. Serta sektor

keuangan sebesar 4% yang meliputi asuransi, perbankan dan aktivitas

keuangan lainnya. Dari segi penyerapan tenaga kerja, 70,18% diserap

7 Selayang Pandang Kecamatan Cikupa 2017, h., 30.

Page 30: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

21

pada industri pengolahan, 13,76% bekerja disektor perdagangan besar

dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, 16,06%

pada sektor lainnya yaitu real estate, perhubungan, konstruksi,

keuangan, rumah makan, kesehatan, hiburan, pendidikan,

telekomunikasi.8

Populasi usaha sektor perdagangan dan jasa terus meningkat seiring

bertumbuhnya kawasan komersil di Kecamatan Cikupa, terdapat

sekitar 13 kawasan industri, perdagangan, dan jasa dalam bentuk

kawasan terpadu yang terdapat di Cikupa. Sensus ekonomi 2016 yang

dilaksanakan bulan Mei 2016 mencatat sektor perdagangan di

Kecamatan Cikupa mencapai 9.199 usaha dengan penyerapan tenaga

kerja sekitar 23.534 orang. Sementara sektor jasa, perhubungann

rekreasi, kesehatan, pendidikan, infokom, dan keuangan mencapai

2.740 usaha dengan penyerapan tenaga kerja sekitarr 14.036.

pertumbuhan sektor niaga dan jasa diikuti oleh pertumbuhan sektor

niaga dan jasa diikuti oleh pertumbuha populasi usaha sektor

perumahan penyedia akomodasi seperti rumah makan, kedai, dan

warung makan lainnya.

b. Sarana Kesehatan

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Kecamatan Cikupa di

wujudkan dengan berbagai program, salah satunya adalah relokasi

fasilitas kesehatan yang baru yaitu puskesmas Cikupa semula berada

di Jalan Raya Serang kini kini menempati gedung baru yang lebih

representatif yaitu di jalan Raya Otonom Cikupa-Pasar Kemis desa

Talagasari. Cikupa memiliki dua puskemas yaitu puskesmas Pasir

Jaya yang terletak di perumahan Bukit Tiara desa di Pasir Jaya dan

puskesmas Cikupa di desa Talagasari.

Kesehatan sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan

manusia menjadi fokus yang tak kalah penting untuk diselenggarakan

8 Selayang Pandang Kecamatan Cikupa 2017, h., 31.

Page 31: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

22

baik dari segi sarana dan prasarana maupun SDMnya. Terdapat 141

posyandu (pusat pelayanan terpadu) untuk memenuhi kebutuhan

layanan kesehatan bagi wanita, anak-anak dan ibu hamil. Akses

terhadap pelayanan kesehatan di upayakan untuk menjadi sedekat

mungkin dengan masyarakat.9

Tabel 3.6

Fasilitas Kesehatan Menurut Desa/Kelurahan

No Desa/Kelurahan Rumah

Sakit

Rumah

Sakit

Bersalin

Puskesmas Poliklinik Posyandu

1 Budimulya 0 0 0 2 5

2 Bojong 1 0 0 4 9

3 Sukamulya 1 0 0 7 14

4 Cikupa 0 0 0 7 5

5 Dukuh 0 0 0 3 11

6 Bitung Jaya 0 0 0 3 9

7 Bunder 0 0 0 5 8

8 Suka Damai 0 1 0 4 14

9 Pasir Jaya 0 0 1 1 9

10 Pasir Gadung 1 0 0 3 10

11 Talagasari 0 0 1 9 12

12 Talaga 0 0 0 4 10

13 Sukanagara 0 0 0 5 12

14 Cibadak 0 0 0 5 13

15 Jumlah 3 1 2 62 141

Sumber Data: Monografi Kecamatan Cikupa

Tabel 3.7

Fasilitas Kesehatan Lainnya Menurut Desa/Kelurahan

No Desa/Kelurahan Praktek

Dokter

Praktek

Bidan Poskesdes Apotek

Toko

Obat

1 Budimulya 0 2 0 0 0

2 Bojong 0 4 0 0 0

3 Sukamulya 2 8 0 2 3

9 Selayang Pandang Kecamatan Cikupa 2017, h., 32.

Page 32: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

23

4 Cikupa 4 4 0 6 4

5 Dukuh 0 2 0 0 1

6 Bitung Jaya 2 2 1 1 3

7 Bunder 5 9 0 0 2

8 Suka Damai 5 14 0 0 0

9 Pasir Jaya 3 9 0 1 2

10 Pasir Gadung 4 10 0 1 1

11 Talagasari 4 7 0 1 0

12 Talaga 2 3 0 0 1

13 Sukanagara 0 3 0 1 0

14 Cibadak 1 7 0 0 1

15 Jumlah 32 84 1 13 18

Sumber Data: Badan Pusat Statistik

c. Sarana Ibadah

Sarana ibadah di Kecamatan Cikupa ini meliputi Masjid dan

Mushola saja, karena mayoritas agama yang di anut oleh masyarakat

Kecamatan Cikupa adalah Agama Islam.

Tabel 3.8

Fasilitas Peribadatan Di Kecamatan Cikupa

No Desa/Kelurahan Masjid Mushola Gereja Kelenteng Vihara

1 Budimulya 3 28 0 0 0

2 Bojong 4 26 0 0 0

3 Sukamulya 6 32 0 0 0

4 Cikupa 3 12 0 0 0

5 Dukuh 3 22 0 0 0

6 Bitung Jaya 3 9 0 0 0

7 Bunder 5 15 0 0 0

8 Suka Damai 6 32 0 0 0

9 Pasir Jaya 7 37 0 0 0

10 Pasir Gadung 5 30 0 0 0

11 Talagasari 4 20 0 0 0

12 Talaga 3 24 0 0 0

13 Sukanagara 3 17 0 0 0

14 Cibadak 4 15 0 0 0

15 Jumlah 59 319 0 0 0

Sumber Data: Monografi Kecamatan Cikupa

Page 33: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

24

d. Sarana Pendidikan

Pera pemerintah Kecamatan Cikupa dalam meningkatkan

pelayanan dibidang pendidikan terwujud dalam bentuk pembangunan

gedung-gedung sekolah serta peningkatan sarana dan prasarana

pendukung pendidikan. Keberadaan sekolah negeri dan swasta di

Kecamatan Cikupa tersebar di 12 desan dan 2 kelurahan.10

Tabel 3.9

Sarana Pendidikan di Kecamatan Cikupa

No Sarana Pendidikan Negeri Swasta Jumlah

1 TK 0 29 29

2 SD 41 18 59

3 SMP 4 17 21

4 SMA 1 5 6

5 SMK 0 10 10

6 Perguruan Tinggi 0 3 3

Sumber Data: Monografi Kecamatan Cikupa

B. Makna Saweran Pengantin

Salah satu bagian dari rangkaian prosesi perkawinan adat Sunda

adalah sawer.11 Dalam budaya Sunda, sawer itu sendiri sesungguhnya

tidak hanya terdapat pada upacara perkawinan, tetapi juga pada syukuran

khitanan. Namun sawer dalam prosesi perkawinan memiliki karakter yang

khas yakni diiringi dengan tembang atau lagu berbahasa Sunda yang

biasanya berisi nasihat-nasihat yang ditujukan khususnya kepada kedua

mempelai dan umumnya kepada semua hadirin yang turut serta dalam

prosesi perkawinan tersebut.

10 Selayang Pandang Kecamatan Cikupa 2017, h. 30-33. 11 Artati Agoes, Kiat Sukses Menyelenggarakan Pesta Perkawinan Sunda,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h., 70.

Page 34: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

25

Hal ini disebabkan oleh pandangan dunia orang Sunda yang

menganggap bahwa sebuah pernikahan merupakan suatu ikatan suci dan

harus dipelihara dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itulah, kedua

mempelai harus melalui proses sawer sebagai sarana pendidikan nilai

sebelum menjalankan kehidupan sebagai pasangan suami istri.12

Dalam hal ini, tembang sawer dapat dikatakan sebagai sarana dalam

mempertahankan nilai-nilai adat Sunda sebab salah satu karakter budaya

adalah berupaya mempertahankan eksistensi nilai-nilai dan norma-

normanya dengan cara mewariskannya dari generasi ke generasi. Dari segi

pelaksanaannya saja, sawer biasanya dilakukan di halaman rumah, sebab

bagian halaman rumah ini sering disebut dengan istilah “panyaweran”,

artinya tempat yang biasa terkena air hujan yang terbawa hembusan angin.

Karakter halaman rumah yang semacam inilah yang memunculkan istilah

sawer yang berasal dari kata awer, yang mempunyai arti “air jatuh

menciprat.” Oleh karena itu, praktik sawer dilakukan dengan menabur-

naburkan sejumlah benda yang dianalogikan seolah menciprat-cipratkan

air kepada kedua mempelai wanita dan pria.

Sawer itu sendiri mempunyai beberapa arti, “menurut R. Satjadibrata

seperti dikutip Aep Saepudin menjelaskan istilah sawer itu mempunyai

arti mendasar, yakni: Pertama, air hujan yang masuk kerumah karena

terhembus angin (tempias); kasaweran= kena tempias; panyaweran=

tempat jatuhnya air dari bubungan (taweuran). Kedua, nyawer; menabur

(pengantin) dengan beras dicampur uang, tek-tek (lipatan sirih), dan irisan

kunyit”.13 Pengertian lain sawer itu adalah taweuran, yang artinya

perkerjaan itu dilaksanakan di dalam panyaweran atau cucuran atap.

Berhubung pengertiannya seperti itu yakni air jatuh menciprat atau

cucuran atap, maka pelaksanaannya pun yang dilakukan oleh tukang sawer

12 Aep Saepudin, Makna Filosofis Tembang Sawer Dalam Upacara Perkawinan

Adat Sunda. (Skripsi S-1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2010), h., 2. 13 Aep Saepudin, Makna Filosofis Tembang Sawer Dalam Upacara Perkawinan

Adat Sunda, h., 3.

Page 35: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

26

seperti itu. Misalnya kalau pengertiannya sebagai air jatuh menjiprat,

sesuai dengan pelaku tukang sawer menjiprat-jipratkan atau menabur-

naburkan perlengkapan benda-benda sawer ke arah pengantin yang

dipayungi dengan payung besar kerajaan yang penuh hiasan yang

menawan. Tukang sawer selain menjiprat-jipratkan atau menabur-

naburkan benda-benda perlengkapan sawer ke arah mempelai atau

pengantin, dan tukang sawer pun tak lupa pula menjiprat-jipratkan atau

menabur-naburkan benda-benda perlengkapan sawer itu kepada hadirin

yang ikut hadir memeriahkan di dalam pelaksanaan saweran. Yang

akhirnya semua mendapat bagian dari benda-benda perlengkapan sawer,

dengan cara berebutan untuk mendapatkannya serta dibarengi dengan

sorak-sorai kegembiraan penuh ceria.

Selanjutnya, kalau pengertiannya sebagai panyaweran atau cucuran

atap, maka sesuai dengan pengertiannya, tukang sawer pun melaksanakan

saweran tersebut selalu di panyaweran atau di cucuran atap. Oleh karena

pengertiannya sebagai air jatuh menjiprat dari panyaweran atau cucuran

atap, maka pelaksanaan yang dilakukan oleh tukang sawer pun seperti itu,

menjiprat-jipratkan atau menabur-naburkan benda-benda perlengkapan

sawer ke arah pengantin dan hadirin, juga tempatnya selalu di atas

panyaweran atau cucuran atap.14 Di balik kata nyawer memiliki makna

yang lebih dalam, yaitu menyampaikan nasihat, karena kedua pengantin

sebentar lagi akan mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga.15 Proses

sawer ini juga melambangkan kedua pengantin beserta keluarga berbagi

rezeki dan kebahagian.16

Upacara sawer pengantin dipimpin oleh tukang sawer, yang

melakukannya adalah seniman atau orang yang mahir menyanyi kawih

14 Pien Supinah, Sawer: Komunikasi Simbolik pada Adat Tradisi Suku Sunda

dalam Upacara Setelah Perkawinan, Mediator, Vol. 7, No 1, (Tahun 2006), h., 86-87. 15 Artati Agoes, Kiat Sukses Menyelenggarakan Pesta Perkawinan Sunda,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h., 71. 16 Aep S Hamidin, Buku Pintar Adat Perkawinan Nusantara, (Joogjakarta: Diva

Press, 2012), h., 89.

Page 36: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

27

dan tembang Sunda. Tentu saja syarat lainnya harus paham dan hapal betul

seluk beluk makna dari setiap kata dan kalimat puisi sawer serta benda-

benda yang disawerkan berupa uang logam, kunyit, beras, dan permen .

Adapun barang-barang yang akan disawerkan yaitu beras, kunir,

uang logam dan sebagainya disatukan dan ditempatkan dalam bokor.

Dilihat dari isi bokor tersebut semuanya mengandung siloka, maknanya

diutarakan melalui kidung sawer yang dibawakan oleh tukang sawer.

Maksud dan tujuan isi sawer, intinya memberikan nasihat kepada kedua

pengantin. Ritual sawer pengantin merupakan bagian dari rangkaian

upacara perkawinan di tatar sunda. Secara garis besar rangkaian upacara

perkawinan di tatar sunda yang saat ini kerap dilaksanakan terbagi menjadi

dua, yaitu pra dan pasca pernikahan. Upacara nyawer biasanya

dilaksanakan setelah selesai akad nikah.17

Ketika akan melakukan proses saweran tukang sawer menyiapkan

bahan-bahan dan alat-alat saweran. Kemudian mempersilahkan pengantin

untuk duduk di kursi yang sudah disiapkan dan disaksikan oleh kedua

belah pihak orang tuanya. Kemudian tukang sawer menerangkan makna

dan tujuan dari pelaksanaan upacara saweran. Sebelum acara dimulai

terlebih dahulu tukang sawer memanjatkan doa agar mendapat ridho dari

Tuhan Yang Maha esa.18

C. Praktik Saweran Pengantin di Kecamatan Cikupa

Dalam prosesi perkawinan adat sunda, ada beberapa rangkain yang

harus dilakukan oleh calon pengantin. Rangkaian-rangkaian tersebut

merupakan prosesi ritual yang memberikan makna tersendiri, dimana

ritual-ritual yang ada di dalamnya dapat di artikan sebagai penyembahan

17 Aam Masduki, Upacara Perkawinan Adat Sunda Di Kecamatan Cicalengka

Kabupaten Bandung, Patanjala, Vol. 2, No. 3, (Tahun 2010), h., 389. 18 Aam Masduki, Upacara Perkawinan Adat Sunda Di Kecamatan Cicalengka

Kabupaten Bandung, h. 391.

Page 37: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

28

kepada Tuhan sang maha pencipta serta penghormatan kepada orang-

orang tua dari kedua mempelai, sehingga menjadikannya amat sakral.19

Sebagaimana layaknya budaya yang saling berpengaruh antara

budaya satu dengan yang lain, rangkaian upacara maupun pakaian adat

perkawinan sunda ini juga tidak lepas dari pengaruh budaya-budaya lain.

sebelumnya baju pengantin pria sunda (baju kampret) itu tidak

mengenakan kancing baju sehingga bagian depannya agak terbuka. Akibat

pengaruh agama Islam yang masuk di abad ke-14 di daerah Jawa Barat,

maka baju pengantin pun berubah. Rasanya tidak pantas bagi orang Islam

yang bertakwa untuk mengenakan baju yang terbuka seperti itu. Sejak

itulah pengantin sunda mengenakan jas takwa.

Seperti tata upacara perkawinan adat lain umunya, proses upacara

perkawinan adat sunda melalui beberapa tahap. Sebagai wisuda

kehidupan, wajar kalau pada akhirnya untuk merayakannya dilalui

tahapan-tahapan prosesi yang sangat panjang dan penuh simbol. Di mulai

dengan tahap penjajakan yang antara lain berupa neundeun omong, acara

umumnya dilanjutkan dengan tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap

puncak acara, dan tahap akhir.20 Upacara setelah nikah dikemas

sedemikian rupa sehingga menarik untuk ditonton dan nyaman untuk

didengar. Upacara nyawer misalnya, adalah rangkaian nasihat bagi kedua

mempelai yang akan memasuki bahtera rumah tangga. Sebagai nasihat,

materi pantun dan gendingnya dikemas sedemikian rupa sehingga enak di

tonton dan nyaman didengar.21

Pada saat akan dilaksanakannya upacara pekawinan masyarakat

Kabupaten Tangerang khususnya Kecamatan Cikupa hampir sama dengan

adat sunda yang berada di daerah lainnya. Jadi pelaksanaan perkawinan

dalam masyarakat Kecamatan Cikupa tidak bisa dilakukan dengan

19 Aep Hamidin, Buku Pintar Adat Perkawinan Nusantara, (Joogjakarta: Diva

Press, 2012), h., 67. 20 Artati Agoes, Kiat Sukses Menyelenggarakan Pesta Perkawinan Sunda,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h., 4-5. 21 Artati Agoes, Kiat Sukses Menyelenggarakan Pesta Perkawinan Sunda, h., 70.

Page 38: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

29

sembarangan dan tanpa persiapan yang matang. Salah satunya adalah tata

cara pelaksanaan saweran pengantin perkawinan yang berlaku di

masyarakat Kecamatan Cikupa.

Sawer pengantin perkawinan merupakan salah satu ritual dalam

rangkaian acara pernikahan adat suku sunda. Praktik ritual saweran berupa

peralatan yang akan digunakan dalam ritual sawer serta penyelenggara

atau orang-orang yang terlibat dalam ritual sawer. Saweran dilakukan

setelah proses akad nikah sehingga persiapannya pun merupakan bagian

dari rangkaian acara pernikahan itu sendiri.22

Proses saweran pengantin perkawinan yang dilaksanakan oleh

masyarakat Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang penulis bagi ke

dalam beberapa bagian, yaitu persiapan waktu, tempat pelaksanaan, benda-

benda saweran, dan orang yang menyawer. Pembagian ini digunakan agar

pembaca lebih memahami mengenai detail dari saweran pengantin yang

dilaksanakan.

1. Persiapan Waktu

Pada tahap ini merupakan tahapan kelanjutan yaitu nendeun

omongan, mengenai waktu berlangsungnya saweran biasanya terlebih

dahulu dibicarakan ketika penentuan hari acara pernikahan yaitu

bersama kedua orang tua dari masing-masing pengantin yang pada

proses lamaran. Seminggu sebelum hari pernikahan, salah satu pihak

orang tua dari mempelai wanita mengundang tukang sawer untuk

mengundang pada acara pernikahan anaknya untuk jadi tukang sawer.

2. Tempat Pelaksanaan

Tempat dilaksanakannya proses saweran biasanya tergantung

dimana pesta pernikahan itu dilakukan. Apabila pernikahan dilakukan

di rumah mempelai permpuan, maka ritual sawer akan dilaksanakan

disana. Demikian juga bila acara pernikahan dilakukan di gedung atau

22 Lia Rosnawati, Ibu Rumah Tangga, Interview Pribadi, Tangerang, 23 Maret

2018.

Page 39: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

30

tempat tertentu maka ritual sawer pun diadakan di gedung atau tempat

tersebut. Namun sekarang ini tempat saweran selalu di kediaman

mempelai perempuan, karena pesta pernikahan berada di tempat

kediaman pengantin perempuan dan tempat sawer biasanya di halaman

rumah dimana tempat diadakan pesta pernikahan.

3. Benda-benda Saweran

Sebelum proses saweran, pihak keluarga pasangan menyiapkan

terlebih dahulu benda-benda yang akan digunakan pada proses

saweran, Dulu benda-benda yang dipergunakan unyuk nyawer adalah

hasil pertanian yang berupa biji-bijian (kacang tanah, jagung, kedelai,

kapri, kecipir, dan sebagainya), dedaunan (daun sirih, daun

miyana/jawer kotok dan sebagainya), umbi-umbian (kunyit, banglai,

jahe dan sebagainya), dan uang receh. Semua ini mengandung maksud

agar pengantin itu rajin bercocok tanam dan bekerja keras agar bisa

hidup mandiri.23

Namun keadaan sekarang tentu sudah mempunyai perbedaan, di

Kecamatan Cikupa. Persiapan benda-benda yang akan digunakan pada

proses saweran nantinya adalah payung untuk menaungi pasangan

pengantin yang akan di sawer agar tidak terkena benda-benda saweran

ketika proses berlangsung, dua pasang kursi untuk tempat duduk

pasangan pengantin yang akan di sawer dan bokor atau sejenisnya

untuk wadah yang digunakan menyimpan benda-benda yang akan di

sawerkan kepada pasangan mempelai. Benda-benda yang akan

disawerkan berupa uang logam, kunyit yang di iris-iris kemudian

dicampuri dengan beras, dan permen.24

4. Pelaksanaan Saweran

Pada pelaksanaannya kedua pengantin baru ini didudukkan dikursi

yang telah dipersiapkan dihalaman rumah dimana tempat diadakan

23 Artati Agoes, Kiat Sukses Menyelenggarakan Pesta Perkawinan Sunda,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h 73. 24 Siti Hamamah, Tukang Sawer, Interview Pribadi, Tangerang, 23 Maret 2018.

Page 40: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

31

pesta pernikahan. Posisi wanita disebelah kiri dan pria disebelah kanan,

dibelakang kursi tersebut sudah ada sebuah payung besar yang sudah

dihias indah dengan pegangan kayu panjang yang di pegangi oleh sanak

saudara untuk menaungi kedua mempelai. Sementara kedua orang tua

dan mertua berdiri didepan pengantin menghadap ke arah pengantin.

Dahulu, saweran biasanya dilakukan oleh orang tua kandung

pengantin, tetapi saat ini lebih sering dilakukan oleh tukang sawer

karena tidak semua orang dapat menyanyikan kidung sawer. Apabila

persiapan saweran sudah siap, maka tukang sawer akan segera

memulai. Tukang sawer biasanya adalah orang dituakan yang bisa

memberikan contoh yang baik kepada masyarakat dan juga dari turun-

temurun dari keluarganya.

Maka tukang sawer memulai dengan terlebih dahulu mengucapkan

sambutan kepada masyarakat yang hadir dan hadiah puji kepada sang

Maha Pencipta. Masyarakat yang hadir adalah para tetangga dan

keluarga dari kerabat kedua mempelai pengantin. Tukang sawerpun

melantunkan syair saweran. syair yang dilantunkan tersebut berisi

nasihat-nasihat kehidupan berumah tangga untuk pasangan pengantin.

Karena sepasang pengantin akan membangun kehidupan yang baru,

orang tua bertanggung jawab untuk memberikan bekal kepada kedua

mempelai untuk membangun rumah tangga yang baik.

Sawer diberikan secara puitis dan dilantunkan dengan tembang-

tembang syair yang indah. Setelah bait perbait selesai, maka pihak

keluarga dari salah satu pasangan pengantin akan menyawerkan ke atas

payung pengantin. Para tamu yang hadir lalu akan berebut

mendapatkannya. Konon yang berhasil mendapatkannya barang-barang

saweran akan mendapatkan kemudahan mencari rezeki dan bagi yang

masih lajang akan mendapatkan kemudahan mendapatkan jodoh.

Filosofi upacara ini adalah agar kedua mempelai kalau dilimpahi rezeki

yang cukup tidak segan-segan berbagi dengan sanak keluarga, handai

taulan dan fakir miskin.

Page 41: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

32

BAB III

MAKNA FILOSOFIS SAWERAN PENGANTIN

A. Teks Syair Saweran Pengantin

Teks syair sawer pengantin perkawinan di Kecamatan Cikupa,

Kabupaten Tangerang yang dilantunkan oleh tukang sawer umunya

merupakan warisan turun temurun dari keluraganya, isi dari teks saweran

pada umumnya terdiri atas tiga bagian: pembuka, isi, dan penutup. Apabila

kita kaji, di setiap bagian naskah sawer panganten, kita dapat menemukan

berbagai macam nilai yang bisa kita aplikasikan dalam hidup.

Peneliti akan melampirkan teks saweran pengantin yang akan

dinyanyikan oleh tukang sawer dalam bahasa Sunda beserta dengan

bahasa Indonesia.

Teks Saweran Pengantin Ust. Syamsuddin.1

1. Pembuka

Hamdan lillah ‘aladdawam Segala puji bagi Allah

Summashalatu wassalam Juga shalawat serta salam

Alan nabi khoirul anam Atas Nabi sebaik-sebaik makhluk

Wal ali washohbil kirom Dan keluarga serta sahabat yang

dimuliakan

Salam ta’dzim ka sadaya Salam penghormatan pada semua

Para wargi jeng baraya Kepada saudara dan saudari

Para kanca nu marulya Para warga yang berbahagia

Nu sami didieu aya Yang sama-sama ada disini

Sim kuring neda paralun Saya mohon maaf

Reh ayeuna kumawantun Sekarang belajar berani

Ngadeg ka sadaya mayun Berdiri di depan semuanya

1 Syamsudin, Tukang Sawer, Interview Pribadi, Tangerang, 28 April 2018.

Page 42: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

33

Bari ngadangding keun pantun Sambil mensyairkan pantun

Pantun nu mangrupi sawer Pantun yang merupakan saweran

Minangka di ajar wanter Supaya berani jangan jadi pemalu

Ulah ngeplek teing jawer Namun jangan kaget

Mung pamugi ulah geger Tapi mudah-mudahan tidak kaget

2. Isi

Nyawer kanu nembe nikah saweran untuk yang baru menikah

Eusina wungkul papatah Isinya hanya pepatah

Pibekelen imah-imah Untuk bekal dalam rumah tangga

Sangkan runtut tuma’ninah Supaya sakinah mawaddah

warohmah

Lulus banglus laki rabi Supaya sejahtera rumah tangga

Cara rumah tangga Nabi Seperti rumah tangga kanjeng Nabi

Jauh tibala cocobi Jauh dari bahaya dan cobaan

Deket kana rahmat Rabbi Dekat dengan rahmat Allah SWT.

Nasihat saweran untuk pengantin laki-laki

Ayeuna urang ngawitan Sekarang kita mulai

Mangga geura saraksian Silahkan disaksikan

Bilih aya kalelepatan Takutnya ada kesalahan

Lereusken ku para ikhwan Benarkan oleh para saudara

Panganten lalaki heula Pengantin laki-laki dahulu

Heungregepken masing rela Silahkan dengarkan dengan seksama

Ulah bari ngarasula Jangan sambil kesal

Da wayahna moal lila Dan waktunya tidak akan lama

Ujang ulah gegelendeung Kamu jangan menggerutu

Page 43: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

34

Da nyawer teuh tara mindeng Dan saweran juga tidak sering

Beut moal sapeting jempling Dan tidak semalam penuh

Moal datang ka leleundeung Tidak sampai selamanya

Anaking cikeneh pisan Kamu barusan banget

Ku panaib di repafalan Sama panaib dikasih tau

Ijab qabul pernikahan Ijab qabul pernikahan

Jeung ikdalkeun patalekan Dan perjanjian pernikahan

Ku ayana ijab qabul Dengan adanya ijab qabul

Ujang halal campur gaul Kamu halal campur gaul

Jeung istri anu ngajentul Sama istri yang ada

Digigireun ujang tungkul Disamping ujang

Tah istri teh bojo ujang Itu istri punyamu

Pibaturen dina ranjang Buat temanmu dikasur

Jeung batur hirup sakandang Dan teman hidup satu tempat

Sakawirang sakasenang Baik susah maupun senang

Ti waktu ayeuna pisan Dari waktu mulai sekarang

Hidep boga pamajikan Kamu punya istri

Serta boga kawajiban Dan punya kewajiban

Anu kudu di tohonan Yang harus dilakukan

Ujang kudu ikhlas niat Kamu harus ikhlas niat

Pang kawin teuh seja to’at Kawin itu harus taat

Kejeng seja nyiar rahmat Serta mencari rahmat

Lain rek ngalajur syahwat Bukan untuk mengumbar syahwat

Lamun ujang lepat angkeh Kalau kamu lupa janji

Sok gampang laas kadedeh Suka gampang ilang kemesraan

Page 44: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

35

Batan senang kalah riweh Dari senang malah susah

Akibatna tijalikeh Akibatnya keseleo

Pan bojoh hidep singarti Kan istri harus mengerti

Rengkek polah kudu rintih Pekerjaan harus rapih

Ulah sok resep cirigih Jangan suka aneh-aneh

Somawona mun bibintih Misalnya untuk bibintih

Anaking hidep sing ngarti Anakku kamu harus mengerti

Bojo teuh amanat gusti Istri itu amanat Allah

Heg ku hidep pusti-pusti Silahkan dijaga oleh kamu

Anggap jimat anu sakti Anggap jimat yang sakti

Lamun sang eta amanat Apabila amanat itu

Ku ujang henteu di rawat Tidak dipelihara olehmu

Pinasti hidep kawalat Nanti kamu kualat

Cilaka dunia akhirat Celaka dunia akhirat

Ari peta ngarawatna Cara merawatnya

Lain ngeun ngurus pakena Tidak hanya mengurusi pakaiannya

Teu cukup gede imahna Tidak cukup besar rumahnya

Nu penting mah agamana Yang penting agamanya

Bojo teh ku ujang tuntung Istri dituntun oleh suami

Papatahan shalat rukun Mengajarinya rukun shalat

Ibadahna sina tekun Juga ibadah yang rajin

Ulah jadi istri buhun Jangan jadi istri yang durhaka

Kabojo ulah sok ngantep Jangan menelantarkan istri

Bisina sakarep-karep Jangan seenaknya

Sapedah bogoh jeung resep Dengan alasan cinta dan suka

Page 45: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

36

Bising nyilakaken hidep Takutnya itu akan mencelakai kamu

Sabab dauhan Allah geh Karena Allah juga berfirman

Bojo teh musuh caroge Istri itu menjadi musuh suami

Mun ngurusna kurang hade Jika tidak dipelihara dengan baik

Najan loba mere pake Meskipun ia diberi banyak hal

Lamun bojo sok cerentang Jika istri suka marah

Sok nyarekan ngagantawang Suka ngasih peringatan

Eta teh tamaha urang Itu tergantung suami

Lantaran asuhan kurang Karna kurang memberi bimbingan

Bongan urang sok taledor Akibat suami suka teledor

Atawa sok colowedor Atau suka gegabah

Salingkuh jeng toloheor Selingkuh dengan kejelakan

Pantes ku bojo di tegor Pantas ditegur istri

Coba lamun urang bener Kalo suami benar

Nyekel papanggan Memegang teguh

Nu pangker tineng bojo geuh bager Perhatikan saja, istri juga pasti

baik

Nurut kalawan jalingher Menjadi penurut dan tanggap

Nu mantak mun bojo wera Makanya kalau istri cerita

Ujang ulah rek nyawara Suami jangan bicara

Mun nembal sok uru ara Kalau menimpali jangan marah-

marah

Antukna ujang nu era Ujungnya kamu yang malu

Lamun rumah tangga ujang Kalau rumah tangga kamu

Beres raes herang mencrang Rapih bersih dan indah

Page 46: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

37

Tangtu ujang anu senang Tentu kamu yang senang

Mun kusut ujang nu nguwirang Kalau jelek kamu yang malu

Hirup jeng bojo sing layeut Hidup sama istri harus rukun

Kudu silih pi kadedeuh harus saling tergoda

Ibarat gula jeung peet Seperti gula dan biang gula

Amisna mening ka reet Sehingga manis banget

Imah imah sing merenah Buatlah rumah yang nyaman

Supaya karasa ngenah Agar terasa enak

Dina sakur laku lampah Dalam semua perilaku

Ulah tinggal musyawarah Jangan meninggalkan musyawarah

Bojo ajakan badami Istri diajak berbicara

Peta kitu teh utami Kelakuan begitulah yang utama

Teu cara lampah sambuni Tidak kaya kelakuan tersebunyi

Peta kitu mah teu uni kelakuan begitu tidak bagus

Lamun ujang menang milik Jika suami mendapat rizki

Koma Ulah Arek Licik Jangan kamu mau curang

Angguran ka imah balik Lebih baik pulang kerumah

Ameh duaan mutrik-trik Biar berdua tidak makan

Rejeng Kade Pisan Ujang Dan juga hati-hati kepada suami

Rek boga mata karanjang Jangan mata keranjang

Teu kaop nenjo nu leunjang Lihat yang cantik sedikit

Sok poho dilarang wirang Lupa menjaga kemaluan

Ujang ulah hayang nyandung Kamu jangan mau berpoligami

Akhirna matak kaduhung Akhirnya menimbulkan penyesalan

Sanajan nyandung teh menang Meskipun poligami itu boleh

Page 47: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

38

Tapi syaratna teu hampang Tapi syaratnya tidak ringan

Teu cukup ku pedah hayang Tidak cukup hanya karna keinginan

Ulah pedah loba uang Jangan karna banyak uang

Syaratna nyandung teh adil Syarat poligami itu adil

Mun teu adil tangtu jail Jika tidak adil maka jadi aniaya

Nu jail sok tigurawil Yang aniaya suka terpeleset

Jadi baturna idajil Menjadi temannya syetan

Sing bisa ngujur ka kujur Harus bisa mengukur diri

Sing ngaragap hate batur Harus bisa merasakan perasaan orang

lain

Nafsu ulah sok di abur Jangan suka mengumbar nafsu

Kaduhung mah sok ti ungkur Penyesalan itu datangnya belakangan

Ujang sing bisa ngalesu Suami harus bisa menahan

Ngejed pangajakna nafsu Meredam hawa nafsu

Bisi cara sato asup Takutnya seperti cara hewan

Gorengna turun ka incu Kejelekannya menurun pada cucu

Nu kudu di pahing pisan Yang harus dijaga sekali

Ngadeukeutan palacuran Mendekati perzinahan

Lacur hiji kalakuan Zina itu suatu perbuatan

Pang gedena kajahatan Yang paling besar kejahatannya

Lacur pang gede dosa Zina itu paling besar dosanya

Sabab tanda sama nusa Sebab tanda manusia

Kahormatan di perkosa Kehormatan diperkosa

Mantak ngarusak kabangsa Yang merusak bangsa

Satuluyna ka anaking Selanjutnya wahai anakku

Page 48: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

39

Salawasna kudu eling Selamanya harus sadar

Ulah gampang lang ling Jangan mudah bingung

Teu kaop manggih ka pusing Tidak dapat menemukan masalah

Teu kaop manggih teu genah Tidak dapat menemukan hal yang

tidak enak

Gancang nimbaken pamasah Mudah meminta berpisah

Ragrag tolak terus pisah Turun talak kemudian bercerai

Peta kitu laku salah Perilaku demikian itu tidak benar

Ulah sok kejat borosot Jangan mudah kaget

Ulah sok babari sewot Jangan mudah tersulut emosi

Ngke nu susahmah kolot Nanti yang kesulitan orang tua

Mertuana geuh melu repot Juga mertua ikut repot

Rampaan heula sing pangker Diraba dulu dengan baik-baik

Kalawan hate nu teger Dengan hati yang kuat

Sarta pikiran nu seger Juga dengan pikiran yang jernih

Ulah gampang kabalingher Jangan mudah goyah

Iwal mun ges beak dengkak Kecuali kalau sudah kehabisan cara

Jalan damai ges di incak Juga jalan perdamaiannya sudah

dilalui

Awet geuh kalah karusak Dipertahankan malah merusak

Ja paksa ragrag tolak Terpaksa menjatuhkan talak

Tolak teh sanajan halal Talak meskipun halal

Tapi mun teu aya pasal Tapi jika tidak ada perkara

Anu kaharti ku akal Yang tidak dimengerti akal

Akibatna teu halal Akibatnya menjadi tidak halal

Page 49: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

40

Nganyeyeri popotongan Menyakiti istri

Ku mertua di rehengan Sama mertua dimarahi

Ku panaib di seksekan Sama penghulu di nasihati

Ku allah geh di benduan Sama Allah juga di benci

Ujang ulah celup celek kawin Suami jangan suka bermain kawin

Sabab kawin lain ulin Karna pernikahan itu bukan main-

main

Celup celek teuh ngarusak batin Celup celak merusak batin

Ima mantak beki rudin Dapat membuat sempit

Sakitu cukup pi wejang Cukup sekian nasihat yang diberikan

Di tunjuken ka si ujang Di utarakan untuk suami

Tinggal si nyai nu lenjang Tinggal si istri yang cantiik

Urang sodoran pi wejang Kita sajikan nasihat-nasihat

Nasihat saweran untuk pengantin perempuan

Nasihat buat istri Nasihat untuk istri

Ti mimiti iye waktu Di mulai dari sekarang

Nyai tehh jadi minantu Kamu sudah jadi menantu

Gaduh panutan nu estu Punya panutan yang benar

Putra mertua nu tantu Putra mertua yang jelas

Caroge nyai santri Suami kamu adalah imam

Bager pinter suci arti Baik, pintar juga suci

Ker kasep teuh jeng resep Sudah tampan, disukai pula

Ka nyai tangtu nu pasti Yang pasti oleh istri

Nyai kudu age-age Istri harus benar-benar

Ngaladenan ka caroge Melayani suami

Hadi parangi sing hade Dengan perilaku yang baik

Page 50: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

41

Sing tiasa ngelep hate Harus bisa menyimpan hati

Si nyai teuh ku umum mah Istri itu sama masyarakat

Disebut patih gawah Di sebut ratu

Tukang ngatur tukang olah Yang mengatur dan mengelola

Olahkeun di jero imah Mengelola rumah

Ari cek zaman kiwari Kalau zaman sekarang

Caroge perdana menteri Suami itu perdana menteri

Nyai menteri dalam negeri Istri menteri dalam negerinya

Nu ngaheyeuk di jero puri Yang mengisi di dalam hati

Rumah tangga bakal subur Rumah tangga akan subur

Mun papatih bisa ngatur Kalau memerintah bisa ngatur

Laki rabi mantak unjur Suami istri bakal hancur

Umpama nyai teu jujur Kalau istri tidak jujur

Nyai sing boga duduga Istri harus punya dugaan

Jeung budi anu prayoga Juga akhlak yang mulia

Pikeun ngatur rumah tangga Untuk mengatur rumah tangga

Teu cukup ungkul kulaga Tidak cukup hanya dengan bergaya

Mun caroge nyaba jauh Kalau suami bepergian jauh

Nyai poma rek salingkuh Jangan sampai istri selingkuh

Karunya caroge ripuh Kasian suami kelelahan

Ngahasilken pangabutuh Menghasilkan untuk menafkahi

Umpama si akang sumping Jika kalau suami datang

Angka ribug jang jang jing jing Membawa barang bawaan

Gewat papagkeun sing ginding Cepat sambut dengan senyum

Page 51: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

42

Jeung sengit minyak meleding Dengan wangi parfum yang

menyengat

Mun ninggal sing nyai endah Jika istri indah dipandang

Caroge tangtuna bungah Suami tentu akan senang

Poho ka cape jeung susah Melupakan lelah dan kesulitannya

Di imah geh beki betah Di rumah juga semakin nyaman

Coba mun tos dag dag dig dig Coba kalau sudah berpergian

Nenjo bojo ruwag ruwig Melihat istri berantakan

Susu rayud bari rawig Tidak bakal sambil sembrawut

Moal teu ngabirigidig Tidak akan merinding

Nyai ngaluwis jeung dandan Istri berdandan

Ulah keur medang ka jalan Jangan untuk keluar rumah

Tapi keur caroge pisan Tapi hanya untuk suami saja

Ngarah hatena katawan Supaya hati suami tertawan

Mun si akang nuju pusing Jika suami sedang kesulitan

Anaking wayahna jempling Istri harus menjadi tenang

Lamun si nyai nu rungsing Jika istri yang kepusingan

Jejebris kudu di pahing Itu pasti harus di tenangkan

Ngan sakumaha ambek Sebagaimanapun marahnya

Wayahna ku nyai penggep Waktunya sama istri tahan

Koma nyai jujak jejek Jangan istri marah-marah

Atawana hubak habek Atau kesal tidak mau diam

Nyai ulah sok serentak Jangan suka main sentak

Ulah menta nu teu layak Jangan meminta yang tidak

semestinya

Page 52: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

43

Pangpangna ulah sok galak Utamanya jangan galak

Galak kana menta tolak Apalagi dalam meminta talak

Dosa lain enteng-enteng Dosanya tidak ringan

Mun nyai wani ngareheng Kalau istri berani meminta

Kasalaki sasangereng Ke suami sambil sinis

Ka tatanggga jadi gandeng kedengaran sampai ke tetangga

Di nalika tiiseun Ketika sedang luang

Nyai ulah sok cicingen Istri jangan diam saja

Angguran sing daek lekeun Lebih baik menekuni sesuatu

Kupat kaput juan jien Menjait sesuatu atau membuat

sesuatu

Nyien baju ngaput rok Membuat baju membuat rok

Ngaputan keur baju orok Menjahit baju bayi

Ulah sok resep ngahekop Jangan suka berdiam

Da moal nambahan montok Tidak akan menambah cantik

Ngajaga bilih jeung bisi Barangkali nanti

Nyai mah ngabogaan bayi Istri punya bayi

Mun ges sadiya mah nyai Kalo istri sudah mempersiapkan

Tangtu moal hese dai Nanti tidak akan kesulitan

Jeung hak sadiya bebengkung Sama suka menabung

Bisi ka parengan untung Barangkali disertai keberuntungan

Di percantem kunu agung Dipercaya oleh Allah

Nyai teh ngajadiin indung Istri menjadi seorang ibu

Si nyai kudu ujatna Si istri harus serius

Mun ngapareng jadi ema Di iringi menjadi Ibu

Page 53: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

44

Najan kacida bungahna Meskipun bahagia tak terkira

Tapi gede resikona Tapi resikonya besar

Anak teuh hiji titipan Pertama, anak itu titipan

Ti allah nu maha heman Dari Allah yang maha pengasih

Bisa jadi ka buhangan Bisa menjadi sumber bahagia

Bisa jadi ka susahan Bisa menjadi sumber kesulitan

Mun bener ngasuh jeng ngurus Jika dididik dan dipelihara dengan

baik

Tangtu mantak jadi mulus Tentu akan menjadi sempurna

Mun asuhan kurang urus Jika kurang dididik dan dipelihara

Anak sok mawa ti gubrus Anak akan membuat jatuh

Ka anak teh kudu nya’ah Harus sayang kepada anak

Ngan kade nya’ahna salah Tapi hati-hati menyayanginya jangan

salah

Kade anak eta warah Anak dididik

Nyai nu nandangan susah Istri yang menahan kesusahan

Bager anak gumantung Baiknya anak tergantung

Kanalika ti indung Baik waktu di orang tua

Lamun anak kurang palung Kalau anak kurang perhatian

Indungna bakal kaduhung Ibunya akan menyesal

Gening aya hadis resmi Karena Ada hadis resmi

Kasawuran kanjeng nabi Cerita kanjeng Nabi

Yen syurga anu utami Bahwa surga yang utama

Handapen dampalna umi Ada dibawah telapak kaki ibu

3. Penutup

Page 54: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

45

Saterasna loba keneh Selanjutnya masih banyak

Nu perlu di ulangken teh Yang perlu diulangken

Papatah anu araneh Nasihat-nasihat yang aneh

Ngan bisi sawan koleseh Cuma takut tidak pakai

Nyawer urang tutup bae Nyawer ini kita akhiri saja

Moga akibatna sae Mudah-mudahan berakibat baik

Panganten lalaki awewe Untuk pengantin laki-laki juga

perempuan

Boga rarapih harade Mudah-mudahan sholeh dan sholeha

Runtut rawuh salamina Selanjutnya datang selamanya

Henteu aya kuciwana Tidak ada kejelakannya

Tebih bala cilakana Dijauhkan dari celaka dan bahaya

Dunia rawuh akhiratna. Dunia juga akhiratnya.

Teks Saweran Pengantin Hj. Siti Hamamah dan Hj. Sunipah.2

1. Pembukaan

Hamdan lillah ‘aladdawam Segala puji bagi Allah

Summashalatu wassalam Juga shalawat serta salam

Alan nabi khoirul anam Atas Nabi sebaik-sebaik makhluk

Wal ali washohbil kirom Dan keluarga serta sahabat yang

dimuliakan

Salam ta’dzim ka sadaya Salam penghormatan pada semua

Para wargi jeng baraya Kepada saudara dan saudari

Para kanca nu marulya Para warga yang berbahagia

Nu sami didieu aya Yang sama-sama ada disini

2 Siti Hamamah, Tukang Sawer, Interview Pribadi, Tangerang, 23 Maret 2018.

Page 55: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

46

Sim kuring neda paralun Saya mohon maaf

Reh ayeuna kumawantun Sekarang belajar berani

Ngadeg ka sadaya mayun Berdiri di depan semuanya

Bari ngadangding keun pantun Sambil mensyairkan pantun

Pantun nu mangrupi sawer Pantun yang merupakan saweran

Minangka di ajar wanter Supaya berani jangan jadi pemalu

Ulah ngeplek teing jawer Namun jangan kaget

Mung pamugi ulah geger Tapi mudah-mudahan tidak kaget

2. Isi

Nyawer kanu nembe nikah Saweran untuk yang baru menikah

Eusina wungkul papatah Isinya hanya pepatah

Pibekelen imah-imah Untuk bekal dalam rumah tangga

Sangkan runtut tuma’ninah Supaya sakinah mawaddah

warohmah

Lulus banglus laki rabi Supaya sejahtera rumah tangga

Cara rumah tangga nabi Seperti rumah tangga kanjeng Nabi

Jauh tibala cocobi Jauh dari bahaya dan cobaan

Deket kana rohmat rabbi Dekat dengan rahmat Allah swt.

Ayeuna urang kawitan Sekarang kita mulai

Mangga geura saraksian Ayo silahkan disaksikan

Panganten lalaki heula Pengantin laki-laki dulu

Heug regeupkeun masing rela Silahkan dengarkan dengan rela

Ayeuna urang ngawitan Sekarang kita mulai

Mangga geura saraksian Silahkan disaksikan

Bilih aya kalelepatan Takut ada kesalahan

Lereusken ku para ikhwan Benarkan oleh para saudara

Page 56: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

47

Nasihat saweran untuk pengantin laki-laki

Panganten lalaki heula Pengantin laki-laki dahulu

Heungregepken masing rela Silahkan dengarkan dengan seksama

Ulah bari ngarasula Jangan sambil kesal

Da wayahna moal lila Dan waktunya tidak akan lama

Ujang ulah gegelendeung Kamu jangan menggerutu

Da nyawer teuh tara mindeng Dan saweran juga tidak sering

Beut moal sapeting jempling Dan tidak semalam penuh

Moal datang ka leleundeung Tidak sampai malam

Anaking cikeneh pisan Kamu barusan banget

Ku panaib di repafalan Sama panaib di kasih tau

Ijab qabul pernikahan Ijab qabul pernikahan

Jeung ikdalkeun patalekan Dan perjanjian pernikahan

Ku ayana ijab qabul Dengan adanya ijab qabul

Ujang halal campur gaul Kamu halal campur gaul

Jeung istri anu ngajentul Sama istri yang ada

Digigireun ujang tungkul Disamping suami duduk

Tah istri teh bojo ujang Itu istri punyamu

Pibaturen dina ranjang Buat temanmu di kasur

Jeung batur hirup sakandang Dan teman hidup satu tempat

Sakawirang sakasenang Baik susah maupun senang

Ti waktu ayeuna pisan Dari mulai waktu sekarang

Hidep boga pamajikan Kamu punya istri

Serta boga kawajiban Dan punya kewajiban

Anu kudu di tohonan Yang harus di lakukan

Page 57: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

48

Ujang kudu ikhlas niat Kamu harus ikhlas niat

Pang kawin teuh seja to’at Kawin itu harus taat

Kejeng seja nyiar rahmat Serta mencari rahmat

Lain rek ngalajur syahwat Bukan untuk mengumbar syahwat

Lamun ujang lepat angkeh Kalau kamu lupa janji

Sok gampang laas kadedeh Suka gampang ilang kemesraan

Batan senang kalah riweh Dari senang malah susah

Akibatna tijalikeh Akibatnya keseleo

Pan bojoh hidep singarti Kan istri harus mengerti

Rengkek polah kudu rintih Pekerjaan harus rapih

Ulah sok resep cirigih Jangan suka aneh-aneh

Somawona mun bibintih Misalnya untuk bibintih

Ulah bari ngarasula Jangan sambil terpaksa

Wayahna da moal lilla Waktunya tidak akan lama

Ujang ulah gegelendeung Abang jangan menggerutu

Da nyaweer teuh tara mindeng Saweran juga jarang

Beut moal sapoe jempleng Tidak akan sampai seharian

Moal datang kalaleneng Tidak sampai pusing

Anaking cikeneh pisan Anakku barusan

Ku panaib di rapalan Di akad nikahkan

Ijab qobul pertikahan Ijab qabul pernikahan mengikrarkan

Jeung ngaikdalkeun patalekan Mengikararkan talak nikah

Ku ayana ijab qobul Dengan adanya ijab qabul

Ujang boga pamajikan Abang halal campur gaul

Page 58: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

49

Jeung istri anu ngajeuntul Dengan istri yang berdiri

Di gigireun ujang tungkul Disamping abang yang menunduk

Ti waktu ayeuna pisan Mulai sekarang

Ujang boga pamajikan Akang punya istri

Serta boga kawajiban Serta punya kewajiban

Anu kudu di tohonan Yang harus dilaksanakan

Ujang kudu ikhlas niat Abang harus berniat ikhlas

Pan kawin teh seja to’at Akad nikah itu untuk beribadah.

Rejeung seja nyiar rohmat Dan kita mengharapkan rahmat

Lain rek ngalajor syahwat Bukan untuk melampiaskan syahwat

Ujang ulah laepat angkeh Abang jangan buruk sangka

Sok gampang laas kadedeuh Suka mudah tergoda

Batan senang kalah riweuh Bukan bahagia malah hancur

Akibatna tijalikeuh Akibatnya jadi celaka

Kabojo hidep sing layet Ke istri itu harus kita sayang

Kudu silih pikagegeut Harus saling sayang menyayang

Saibarat gula jeung peiut Seperti gula dan biang gula

Amisna meni kareut Sehingga manis banget

Imah-imah sing merenah Buatlah rumah yang nyaman

Supaya karasa ngenah Agar terasa enak

Dina sakur laku lampah Dalam semua perilaku

Ulah tinggal musyawarah Jangan meninggalkan musyawarah

Kabojo hidep sing harti Kamu harus mengerti istri

Bojo teh amanat gusti Istri itu titipan Allah

Heung ku hidep pusti-pusti Silahkan dijaga oleh kalian

Page 59: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

50

Kudu di anggap jumat anu sakti Harus kita anggap barang berharga

Mun seng eta amanat Kalau kita menghianati amanat

Ku ujang henteu di rawat Berarti abang mengingkari

Pinasti hidep kawalat Pasti kamu celaka

Cilaka dunia akherat Celaka dunia akhirat

Kumaha peta ngarawatna Bagaimana cara merawatnya

Lain ngan ngurus pakena Bukan hanya mengurus pakaiannya

Teu cukup gedong imahna Tidak mesti rumahnya besar

Tapi nu penting agamana Yang penting agamanya

Bojo teh ku ujang tungtun Abang membimbing istri

Papatahan syarat rukun Di ajari syarat rukun

Nasihat saweran untuk pengantin perempuan

Ibadahna sina teukun Ibadahnya harus rajin

Ulah jadi istri buhun Jangan jadi istri tak ada manfaatnya

Hartiken eulis ayeuna Silahkan dengarkan istri

Lebetkeun kana manahna Dimasukkan kedalam hatinya

Manawi aya gunana Barangkali ada manfaatnya

Nu di teda manfaatna Dan ada faidahnya

Manfaatna lahir batin Manfaat lahir batin

Eulis masing prihatin Istri harus prihatin

Ayeuna aya nu mingpin Sekarang ada yang membimbing

Kacaroge masing tigin Ke suami harus nurut

Eulis kudu pireupen Istri harus menyenangkan suami

Caroge ngarah betahen Supaya suami nyaman

Ka eulis tambah nya’aheun Semakin sayang kepada istri

Ulah nyien pika ijideun Jangan kita buat suami kesal

Page 60: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

51

Eulis tong loba kahayang Istri jangan menuntut banyak

keinginan

Dimana si akang ker bimbang Saat suami sedang bimbang

Engke na teh osok sumbang Nantinya pikiran tidak tenang

Jeung caroge tara aman Juga suami tidak menjadi aman

Lamun menta ka salaki Jika meminta sesuatu pada suami

Kudu bari amis budi Harus dengan akhlak yang baik

Nemtongkeun budi parangi Memperlihatkan raut wajah yang

baik

Supaya ngeunah salaki Agar bisa menyenangkan suami

Ulah sok nganggo anggoan Jangan menggunakan pakaian

Nu bubututan Yang jelek

Eta kitu kalakuan Perbuatan seperti itu

Kacarage ente sonoeun Kelakuan tidak sopan

Ulah ngan saukur dangdan Jangan sekedar berhias

Ka pasar ejeung kondangan Ketika pergi ke pasar dan ke pesta

undangan

Komo mun mejeng di jalan Apalagi sambil nongkrong di jalan

Lola batur rejeung bujang Banyak orang dan laki-laki muda

Eta kitu kalakuan Perbuatan seperti itu

Bakal loba timburuan Akan menimbulkan kecemburuan

Jeung salaki pacekcokan Juga pertengkaran dengan suami

Bakal loba henteu aman Akan menjadi berbahaya

Hartikeun masing karaos Artikan supaya masuk hati

Ulah luwas lewis leos Jangan sampai mundar mandir

Page 61: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

52

Sumawona poporongor Apalagi kita gemes

Pilari jalan nu raos Carilah jalan yang mudah

Ujang ulah hayang nyandung Suami jangan ingin berpoligami

Sebab lain matak untung Karena itu tidak membuat beruntung

Malahan sok tambah bingung Justru biasanya menambah

kebingungan

Akhirna matak kaduhung Yang akhirnya menjadi penyesalan

Lalaki mun hayang nyandung Jika seorang laki-laki ingin

berpoligami

Omat ulah waka pundung Hati-hati jangan dulu marah

Komo lamun bari bingung Apalagi sambil kebingungan

Keun antep sina ngabereung Biarkan saja berjalan

Ngaberung tong di halangan Jalan jangan dihalang-halangi

Asal cukup sandang pangan Asalkan cukup sandang dan

pangannya

Suna lilir ku sorangan Biar sadar dengan sendirinya

Sangkan panggih kasenangan Supaya menemukan kesenangan

Ujang ulah sok pasea jeung pamajikan jangan suka bertengkar

dengan istri

Tetep dina karugian Tetap dalam kerugian

Teu ngajadi kauntungan Tidak akan menguntungkan

Nafsu syetan babarengan Nafsu syetan bersamaan

Rugi lamun ngumbar nafsu Rugi jika mengumbar nafsu

Nafsu pangajak na palsu Nafsu mengajak kepada yang palsu

Ngaranjing ngajadi asu Bakal jadi berantakan

Page 62: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

53

Nu tangtu badan kalangsu Yang tentunya rumah tangga

berantakan

Kalangsu bongan sorangan Suka kumpul yang tidak benar

Osok daek ririungan Suka berkumpul yang benar

Mimitina hehereuyan Awalnya bercanda

Dina tempat pamaenan Di tempat bermain

Maen dadu maen kartu Main dadu dan kartu

Eleh menang tacan tangtu Yang menang kalahnya belum pasti

Mun menang udud surutu Kalau menang menghabiskan roko

Mun kalah ngobral sapatu Kalau kalah mengobral sepatu

Haarta benda di jualan Harta benda dijualan

Ngobral barang kawalahan Kewalahan mengobral barang-barang

Di imah aut-autan Rumah berantakan

Lir hancur bebeakan Seperti hancur habis-habisan

Beak duit dipikiran Memikirkan kondisi ekonomi

Eleh maen kawalahan Sebab kewalahan saat kalah bermain

Tapi kekeuh panasaran Tapi tetap saja penasaran

Nafsu teu beunang di tahan Tidak bisa menahan nafsu

Tah kitu ujang regeupken Maka dengarkan oleh tuan

Papatah iyeu kudu di tengeutken Nasihat ini haruslah diingat

Serta kudu di amalkeun Juga harus diamalkan

Papatah iye pi bekeleun Nasihat ini adalah bekal

Ujang sareng eulis Suami dan istri

Eta dina soal rumah tangga Dalam berumah tangga

Masing kenging bahagia Semoga mendapat kebahagiaan

Page 63: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

54

Bahagia tinu kawasa Kebahagiaan dari yang maha

berkuasa

3. Penutup

Duh gusti nu langkung heman Wahai Allah yang maha pengasih

Mugi sadaya sing iman Semoga semua selalu beriman

Nganetepan ka islaman Tetap dalam keislaman

Mugi maot mawa iman Semoga meninggal dengan keimanan

Rupina nyawer parantos Sepertinya nyawer sudah selesai

Mung kantun bari mawartos Kalau mau pergi jangan lupa pamit

Kaundangan nu ngarantos Pada para tamu undangan yang

menunggu

Sami-sami pada ngartos Sama-sama saling mengerti

Teks Saweran Pengantin Aja Sarja.3

1. Pembuka

Bismillah damar wiwitan Bismillah dimulai dari awal

Nyabut asma ning pangeran Menyebut nama asma Allah

Eling-eling dulur kabeh Ingat-ingat saudara semua

Ka ibadah ulah campoleh Ke ibadah jangan lalai

2. Isi

Berang peting ulah weleh Siang malam jangan lupa

Bising kaburu ruku paeh Takut cepat keburu mati

Sebab urang bakal paeh Soalnya kita bakal mati

Nyawa di pungut ku gusti Nyawa diambil sama yang maha suci

Manan kudu ati-ati Makanya harus hati-hati

3 Aja Sarja, Tukang Sawer, Interview Pribadi, Tangerang, 13 Maret 2018.

Page 64: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

55

Ka ibadah singgumantri Sama ibadah harus mengerti

Ngarasana keur sakarat Merasakan yang sekarat

Anjakal kaliwat-liwat Menyesal kalau terlewat

Kaduhung kaliwat langkung Menyesal tiada terkira

Nyembah kahayang agung Tidak menyembah kepada yang

maha suci

Sakarat nyeri kalangkung Di ambil nyawa sakit sekali

Urang teh teu menang embung kita semua mau engga mau

Badan anu sari ajur Seluruh badan terasa ancur lebur

Ku labbi Rabbi gofur Di cabut nyawa oleh Allah yang

agung

Samaneh nu nyencerikan Sebelumnya ada yang menangisi

Aya ogeh anu jajartitan Ada juga yang menjerit

Dek hudang gera ka cai Cepat bangun ambil air

Ulah rek cadengkul heula Jangan suka diam diri

Dunaeh radi tiris keneh Karena tadi masih dingin

Di harudang jeng kuliat Di barengi sama bergerak

Kanulan jeung mumulan Kotoran sama kemalasan

Peta nu sarupa kitu Kamu harus bisa mengsirnya

Kumanehna kudu singkahan Sama kamu harus istighfar

Di imah kuring indit Di rumah kita pergi

Manggul pacul mawa arit Mikul pacul bawa arit

Di huma napi kaburit Di ladang sampai sore

Sugan pareng Kapan bisa

Buncit leit Penuh gudang

Page 65: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

56

Mun urang loba pikiran Kalau kita banyak pikiran

Ulah jongjon lalamunan Jangan suka ngelamun

Anggur hag nyien karangan Mending kita bikin karangan

Sugan aya nu molangan Siapa tau ada yeng menolong

Dipasar kemis tempatna Di pasar kemis tempatnya

Sakola tani ngarana Sekolah tani namanya

Mampirang-pirang muridna Banyak-banyak muridnya

Sarua bada suhudna Sama-sama nurutnya

Lampah benter ku urang ulah ditiru Kelakuan jelek jangan kita

tiru

Odoh barang hakan Jangan sembarangan makan

Cacing ngarengkol disantok Cacingnya menipu

Teu nyahoen jeng jeruana aya usupan Cacingan kita menyangkut di

mulut

Saksana aris kang ibu Pergi menghadap ibu

Arum datang ingkang siwi Datang dan bertemu

Adih anak isun atma jiwa Anak saya titip sama allah

Mura sira gusti range Maka mohon doanya

Si biang Si ibu

Gaganti laning ati Tercantum dari hati ibunya

Ya gusti anak isun Ya Allah anak saya

Isun titip akan ingwiji Saya titip sama yang punya

wewenang

Pacuan linyok sira Jangan berbohong

Kasepinting Sifat tahu

Sukmajati Allah yang sejati

Dadi mengko angan isun Jadi saya menghadap Allah

Page 66: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

57

Anu gal tersandung wiji Sendirian saja menghadap Allah

Ten ana te katinggalan Semuanya tidak ada ketinggalan

Omong pangeran sejati Berbicara sama dengan yang bagus

Sakata hing kang maujudat Lagi berupa yang nyata

Kabeh hus kada kawinting Semua juga sudah pada mengerti

Tanah air Indonesia Tanah air Indonesia

Pusaka ibu pertiwi dari warisan ibu pertiwi

Jawa, Borneo, Sunda, Sumatera Jawa, Borneo, Sunda, Sumatera

Sulawesi, Irian, Lombok Sulawesi, Irian, Lombok,

Bali, Madura, Maluku Madura, Maluku

Ka utara tanah kaya Ke Utara tanah kaya.

Mantak betah hari resa Mantak betah di tempat

Paribasa endahna mutiara Seperti yang di tinggal seperti

mutiara

3. Penutup

Heh begal weruhan wira Heh begal pertanyaan kamu

Duking wasma isun Saya dapat amanah

Due perjanji Dua perjanjian

Satuhune ibun isun Sebenar-benarnya ibu saya

Asru-asru wewekas Pesan-pesan sudah lama

Akon cenagah linyok Jangan banyak bohong

Lan isun ora khianat Dan saya tidak berhianat

Mari ubahyaning bibi Pesan sama ibu.

Dalam teks puisi sawer pengantin, secara jelas disebutkan bahwa

tembang tersebut ditujukan bagi kedua pengantin. Akan tetapi, secara

implisit, tujuan pencipta menciptakan teks tersebut yaitu untuk semua orang

yang mendengarkan. Yang hadir dalam acara tersebut tentu saja beragam,

Page 67: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

58

para ibu (istri), bapak (suami), dan remaja putra/putri. Jadi, secara tidak

langsung tembang tersebut ditujukan untuk masyarakat luas.

Selain fungsi pendidikan, dalam sawer panganten terdapat juga fungsi

hiburan. Dalam teks puisi sawer panganten, terdapat nada-nada dan irama

yang tercipta dari tembang tersebut. Dengan mendengar alunan

tembang tersebut, pendengar sudah merasa terhibur. Akan tetapi fungsi

hiburan yang diperoleh dari teks puisi sawer panganten ini pun tidak

berbeda dengan fungsi pendidikan. Namun demikian, secara umum, selain

prosesi adat, saweran juga merupakan suatu hiburan.4

Setelah menerima nasihat saweran, pengantin wanita dan laki harus

dapat menjalankan roda rumah tangga, wanita diibaratkan sebagai kemudinya

yang akan mengemudikan rumah tangga, dan suami berikhtiar mencari

rezeki untuk menafkahi sang istri. Perlu diingat, kekuatan dalam

pembinaan rumah tangga itu, laki-laki harus menjadi patoknya, dan wanita

harus kuat talinya. Kalau kedua hal itu benar-benar dapat dipegang oleh

suami dan istri, insya Allah rumah tangganya akan menghasilkan rumah

tangga mereka akan membentuk rumah tangga yang sakinah, mawadah,

dan warohmah selamanya.5

B. Makna Filosofis dalam Saweran Pengantin

Budaya nyawer atau saweran dalam adat pernikahan sunda menjadi

acara yang menambah semarak dan kemeriahan prosesi pernikahan. Selain

itu, nyawer juga mampu menciptakan suasana hangat dan akrab diantara

keluarga kedua mempelai. Ya, karena tidak hanya anak-anak, orang

dewasa juga ada yang masih sangat bersemangat untuk mengambil benda-

benda saweran. Sebagian percaya, benda-benda saweran tersebut dapat

membuat orang yang mendapatkannya enteng jodoh dan murah rezeki.

4 Aam Masduki, Upacara Perkawinan Adat Sunda Di Kecamatan Cicalengka

Kabupaten Bandung, Patanjala, Vol. 2, No. 3, (Tahun 2010), h., 443. 5 Pien Supinah, Sawer: Komunikasi Simbolik pada Adat Tradisi Suku Sunda dalam

Upacara Setelah Perkawinan, Mediator, Vol. 7, No 1, (Tahun 2006), h., 91.

Page 68: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

59

Nyawer atau saweran merupakan budaya menaburkan berberapa

benda-benda kecil yang dilakukan oleh orang tua kedua mempelai. Konon

dengan menaburkan benda-benda tersebut dapat memberikan petunjuk

kepada kedua calon mempelai agar dapat menjalankan kehidupan rumah

tangga yang bahagia dan tidak lupa untuk senantia bersedekah kepada

orang yang membutuhkan. Dalam prosesi pernikahan adat Sunda, nyawer

atau saweran dilakukan setelah upacara akad nikah. Jika biasanya acara

nyawer dilakukan di luar ruangan.6

Benda-benda atau perlengkapan yang digunakan untuk saweran

itu, benar-benar memiliki makna yang dalam sebagai nasihat dari orang tua

kepada kedua mempelai yang akan mengarungi hidup berumah tangga

untuk hidup mandiri,7 Barang-barang yang disiapkan dalam tempat, yang

sering disebut Bokor. Isinya terdiri dari uang recehan, beras, irisan kunyit,

permen dan lipatan daun sirih. Masing-masing mempunyai makna

tersendiri,8 adapaun makna dari masing-masing benda tersebut sebagai

berikut:

1. Beras

Makna dari beras merupakan bahan makanan pokok dari Indonesia

melambangkan kebahagiaan masalah pangan. Pengantin yang akan

mengarungi samudra luas, membentuk rumah tangga baru, yang sudah

lepas dari tanggung jawab orang tua harus hidup sejahtera sebagaimana

kita harapkan bersama, dengan istilah petatah- petitih orang Sunda harus

bro di panto bru di juru ngalayah di tengah imah. Yang artinya lubak-

libuk (banyak dengan kekayaan) yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha

Esa.

6 Di Akses Pada Tanggal 13 Februari 2018 di http://mahligai-

indonesia.com/pernikahan-nusantara/prosesi-adat/prosesi-nyawer-atau-saweran-dalam-

pernikahan-adat-sunda-4346 7 Pien Supinah, Sawer: Komunikasi Simbolik pada Adat Tradisi Suku Sunda dalam

Upacara Setelah Perkawinan, h., 88. 8 Di Akses Pada Tanggal 07 April 2018 di

https://www.kompasiana.com/topherwanto/5a1246e43c2c7504ca629542/saweran-

budaya-atau-gengsi

Page 69: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

60

2. Kunyit

Makna dari kunyit melambangkan emas adalah perlambang

kemuliaan. Orang yang reunceum (banyak memakai emas perhiasan

bagaikan toko mas berjalan) itu pertanda orang tersebut sudah kaya raya

alias mulia. Sandang, pangan, dan papan sudah tertutupi sebagai

kebutuhan sehari-hari, ada uang berlebih dibelikan kepada emas

perhiasan. Itu yang diharapkan oleh orang tuanya yang disimbolkan di

dalam upacara sawer.

3. Uang recehan atau uang logam

Uang logam melambangkan rizki atau harta. Setiap manusia hidup

pasti memerlukan uang untuk keperluan hidupnya, karena tidak cukup

dengan apa adanya di rumah, tentu ada keinginan lain, yang

didapatkannya dengan cara membelinya dengan uang. Jadi, selain apa

yang ada pada seseorang karena hasil kerjannya, membutuhkan pula

uang hasil kerja yang dibuat pemerintah. Uang adalah alat beli atau jual

yang sah yang dibuat pemerintah, untuk digunakan oleh rakyatnya

sebagai alat tukar menukar barang yang diganti dengan uang , dengan

nilai yang sama.9

4. Permen

Makna dari permen adalah umumnya rasa permen adalah manis.

seperti permen, supaya rumah tangga itu manis bagi rumah tangganya

dan bagi orang yang melihat menjadi suka,10

Benda-benda atau perlengkapan yang digunakan untuk saweran itu,

memiliki makna yang dalam sebagai nasihat dari orang tua kepada kedua

mempelai yang akan mengarungi hidup berumah tangga untuk hidup

mandiri, jangan lupa harus senang tanam-tanaman mengingat negara kita

adalah negara agraris, seperti contoh-contoh pada benda yang disawerkan

yang berupa benih-benihan baik yang berupa biji-bijian (padi), daun-

9 Pien Supinah, Sawer: Komunikasi Simbolik pada Adat Tradisi Suku Sunda dalam

Upacara Setelah Perkawinan, h., 87-88. 10 Siti Hamamah, Tukang Sawer, Interview Pribadi, Tangerang, 23 Maret 2018.

Page 70: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

61

daunan (sirih), umbi-umbian (kunyit), bunga-bungaan (melati). Itu semua

kalau ditanamkan akan menghasilkan uang sebagai bekal hidup berpisah

dengan orang tua.

Begitu pula makna dari menjiprat-jipratkan, menabur-naburkan, atau

melemparkan-lemparkan benda-benda perlengkapan saweran tersebut, itu

melambangkan bahwa kelak pengantin kalau sudah memiliki harta

kekayaan bukan hanya sekadar menabur-naburkan secara percuma, tetapi

memberi petunjuk kepada mempelai, agar nanti kalau mereka sudah kaya

mulia dan bahagia, jangan sekali-kali menjadi orang yang tamak. Tetapi

harus tolong-menolong dan memberikan sedekah kepada siapa saja yang

memerlukan, lebih-lebih kepada sanak keluarga sendiri baik dari pihak

istri maupun suami.11

Pernikahan memang salah satu upacara sakral yang diharapkan

sekali seumur hidup. Bentuk pernikahan banyak sekali macamnya dari

yang paling sederhana sampai yang paling lengkap karena memakai

upacara adat suatu daerah tertentu.

Orang Indonesia jika menikah niscaya tidak pernah meninggalkan

adatnya. Kalau tidak mengikuti adat dari pengantin pria biasanya

mengikuti adat pengantin wanita. Inti dari pernikahan sejatinya sama yaitu

ingin mendapat restu dari orangtua dan masyarakat luas. Banyaknya adat

dan budaya di Indonesia, tentunya menjadikan banyak pula macam prosesi

pernikahan adat yang berbeda-beda. Seperti prosesi pernikahan adat sunda

ini, kekayaan budaya tatar sunda dapat kita lihat lewat prosesi pernikahan

adatnya yang diwarnai dengan humor namun tidak menghilangkan nuansa

sakral dan khidmat.

Dalam pernikahan adat sunda hampir sama dengan adat pernikahan

Jawa dan daerah lainnya.12 Ada beberapa rangkaian yang harus dilakukan

oleh calon pengantin. Rangkaian-rangkaian tersebut merupakan prosesi

11 Pien Supinah, Sawer: Komunikasi Simbolik pada Adat Tradisi Suku Sunda

dalam Upacara Setelah Perkawinan, h., 88. 12 Di Akses Pada Tanggal 07 April 2018 di https://cara.pro/pernikahan-adat-sunda/

Page 71: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

62

ritual yang memberikan makna tersendiri, dimana ritual-ritual yang ada di

dalamnya dapat diartikan sebagai penyembahan kepada Tuhan sang

pencipta serta penghormatan kepada orang tua dari kedua mempelai,

sehingga menjadikannya amat sakral.

a. Jauh Hari Sebelum Perkawinan

1. Neundeun Omong (Menyimpan Ucapan)

Neundeun Omong adalah kedatangan orang tua pihak pria

kepada pihak wanita untuk pertama kalinya, dengan maksud ingin

mempersunting seorang gadis. Kedatangan orang tua pihak pria ini

disambut oleh orang tua pihak gadis dengan tangan terbuka.13

2. Narosan (Lamaran)

Narosan biasanya dilaksanakan oleh orang tua calon pengantin

pria beserta keluarga dekatnya yang datang ke rumah pengantin

wanita. Sedangkan di rumah pengantin wanita, orang tua calon

pengantin wanita beserta keluarga dekatnya juga sudah di siapkan

untuk menyambut kedatangan keluarga calon pengantin pria.

3. Tunangan

Adapaun tempat pelaksanaan prosesi tunangan yang

dilaksanakan pada acara tertentu, terpisah dengan prosesi lamaran.

Adapun tempat pelaksanaan prosesi tunangan ini berlangsung di

rumah orang tua calon pengantin wanita.

b. Sehari Menuju Hari Perkawinan

Rangkain-rangkaian acara tersebut sarat dengan makna, baik bagi

calon pengantin maupun orang tua calon pengantin. Sebab

bagaimanapun orang tua sebentar lagi akan melepaskan anak mereka

untuk hidup berumah tangga.

1. Ngencagkeun Aisan (Melepaskan Gendongan)

13 Aep S. Hamidin, Buku Pintar Perkawinan Adat Nusantara, (Joogjakarta: Diva

Press, 2012), h., 67.

Page 72: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

63

Ngencagkeun aisan memiliki makna melepaskan tanggung

jawab orang tua kepada si anak gadis yang selama ini berada dalam

tanggung jawab (gendongan) mereka. Sehingga mulai saat itu,

secara simbolis (disimbolkan dengan gendongan terakhir sang ibu)

merupakan tanggung jawab terakhir kalinya orang tua terhadap

anak gadis mereka.

2. Ngaras

Ngaras merupakan acara sungkeman dan mencuci kaki orang

tua oleh calon pengantin yang akan menikah, sebagai ungkapan

rasa hormat anak kepada ayah dan ibunya.14

3. Ngibakan

Ngibakan atau siraman merupakan salah satu rangkaian

upacara dalam perkawinan adat sunda yang dilaksanakan sehari

sebelum hari perkawinan. Kedua calon pengantin mengadakan

acara siraman di rumah orang tua mereka masing-masing.

Biasanya, upacara siraman dilangsungkan pada pagi atau siang

hari.15

4. Suapan Terakhir

Setelah calon pengantin selesai di rias, calon pengantin keluar

dari kamarnya dengan didampingi oleh kedua orang tuanya menuju

tempat dimana tumpeng yang disiapkan sebelumnya berada.16

c. Pelaksanaan Upacara Perkawinan

Setelah seluruh prosesi menjelang hari perkawinan dilaksanakan,

tibalah hari yang di tunggu-tunggu. Kini kedua calon pengantin akan

melangsungkan acara puncak yang paling sakral, yaitu akad nikah

1. Seserahan (Prosesi serah terima)

Seserahan adalah menyerahkan calon pengantin pria oleh

keluarga calon pengantin pria kepada keluarga calon pengantin

14 Aep S. Hamidin, Buku Pintar Perkawinan Adat Nusantara, h,. 70-75. 15 Aep S. Hamidin, Buku Pintar Perkawinan Adat Nusantara, h., 75-76. 16 Aep S. Hamidin, Buku Pintar Perkawinan Adat Nusantara , h., 79.

Page 73: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

64

wanita untuk dinikahkan. Upacara seserahan merupakan awal

rangkaian prosesi perkawinan, dimana jauh-jauh hari pada saat

lamaran berlangsung, kedua keluarga telah menyepakati bahwa

hari ini adalah hari perkawinan anak-anak mereka.

2. Ngeuyeuk Seureuh

Ngeuyeuk Seureuh merupakan salah satu rangkaian upacara

perkawinan, dimana kedua calon pengantin meminta doa restu

kepada orang tua masing-masing dengan disaksikan sang

keluarga.17

3. Akad Nikah

Akad nikah merupakan acara yang paling sakral dan di tunggu-

tunggu oleh kedua calon pengantin dan orang tuanya. Sebab,

dengan akad nikah tersebut, pasangan pengantin resmi menjadi

suami istri serta mulai saat itu dan seterusnya akan hidup bersama.

4. Sabda Nikah

Akad nikah merupakan penanda telah sahnya kedua pengantin

menjadi suami istri. Dan mulai saat itu mereka resmi untuk hidup

bersama. Hal tersebut dibuktikan dengan terucapnya akad nikah

serta rukun dan syarat nikah yang menyertainya.

d. Pelaksanaan Setelah Akad Nikah

1. Sembah Sungkem

Prosesi sembah sungkem dilakukan persis setelah upacara akad

nikah selesai dilaksanakan. Sembah sungkem sebenarnya mirip

dengan prosesi ngaras. Perbedaannya ngaras dilakukan oleh

kedua pengantin kepada kedua orang tua dirumahnya masing-

masing sehari sebelum acara perkawinan, dengan cara mencuci

kaki orang tuanya dan meminta maaf. Sedangkan pada acara

sembah sungkem, karena kedua pengantin sudah resmi menjadi

17 Aep S. Hamidin, Buku Pintar Perkawinan Adat Nusantara, h., 81.

Page 74: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

65

suami istri, maka sungkeman dilakukan bersama-sama di hadapan

kedua orang tua mereka.18

2. Sawer Pengantin

Setelah upacara akad nikah dan sembah sungkem maka para

anggota kerabat keluarga yang berada di halaman melakukan

penyambutan terhadap kedua pengantin untuk di sawer pengantin

yang dilakukan oleh tukang sawer, ditengah-tengah keramaian itu

tukang sawer menaburkan beras kuning sesajian yang bercampur

uang logam sehingga menjadi rebutan kerabat keluarga.19

3. Nincak Endog (Menginjak Telur) dan Mencuci Kaki Suami

Pada prosesi ini, pengantin pria menginjak telur dibalik papan

dan elekan (batang bambu muda). Kemudian, pengantin wanita

mencuci kaki pengantin pria dengan air kendi, lalu mengelapnya

sampai kering.

4. Meuleum Harupat (Membakar Harupat)

Meuleum Harupat memiliki makna sebagai nasihat kepada

kedua pengantin untuk senantiasa bersama-sama dalam

memecahkan persoalan dalam rumah tangga.

5. Buka Pintu

Upacara buka pintu memiliki makna yang mendalam,

khususnya dalam bertetangga. Sebab, sebelum bergaul dengan

tetangga, tentunya harus membuka pintu terlebih dahulu untuk

dapat diterima sebagai bagian dari lingkungan di sekitar kita.

6. Huap Lingkung dan Huap Deudeuh

Huap Lingkung dan Huap Deudeuh adalah prosesi dimana

kedua pengantin disuapi oleh kedua orang tua mereka masing-

masing, dilanjutkan dengan masing-masing pengantin saling

menyuapi.

18 Aep S. Hamidin, Buku Pintar Perkawinan Adat Nusantara, h., 82-88. 19 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

1990, Cet. IV), h., 133.

Page 75: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

66

7. Pabetot Bakakak (Menarik Ayam Bakar)

Pada prosesi ini, kedua pengantin duduk berhadapan sambil

tangan kanan mereka memegang kedua paha ayam bakakak di atas

mea. Kemudian, pemandu acara memberi aba-aba untuk saling

menarik paha ayam itu.20

C. Pendapat Masyarakat Tentang Saweran Pengantin

1. Pendapat Masyarakat Tentang Saweran Pengantin

Menurut Syamsuddin’ sawer itu artinya air hujan yang masuk ke

dalam rumah karena terhembus sama angin. Karena saweran diambil

dari kata sawer atau awer yah artinya seperti itu.21 Sedangkan menurut

Haetami’ saweran pengantin yaitu tradisi suku sunda tentang adat

pernikahan, saweran itu mempunyai arti memberikan nasihat kepada

para pengantin laki-laki dan perempuan, nasihatnya itu tentang

berkeluarga nanti biar menjadi keluarga sakinah, mawaddah dan

rohmah.22

Tradisi perkawinan yang berada di Kecamatan Cikupa merupakan

bentuk komunikasi, dengan tradisi tersebut tanpa disadari informasi

tersebut disampaikan secara turun temurun salah satunya dengan

saweran pengantin. Sebab saweran pengantin merupakan bagian

bentuk komunikasi yang disampaikan dengan menggunakan syair

yang mempunyai makna untuk membina rumah tangga. Saweran

pengantin inipun bisa dijadikan sebagai rasa bentuk syukur kita dan

warga karena ada tradisi seperti ini.23 Kemudian diketahui juga

20 Aep S. Hamidin, Buku Pintar Perkawinan Adat Nusantara, (Joogjakarta: Diva

Press, 2012), h. 89-93. 21 Syamsuddin, Wiraswasta, Interview Pribadi, Tangerang, 28 April 2018. 22 Haetami, Wiraswasta, Interview Pribadi, Tangerang, 8 April 2018. 23 Siti Maswah, Kasubag Umum dan Kepegawaian Kecamatan Cikupa, Interview

Pribadi, Tangerang, 12 April 2018.

Page 76: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

67

bilamana ibu atau bapak mempunyai nadzhar, maka anaknya akan di

sawer, jadi di sawer merupakan bentuk nadzhar.24

Tradisi adat saweran pengantin ini dilakukan sejak zaman dari

nenek moyang sampai dengan zaman sekarang, namun di waktu

sekarang sudah mulai jarang dipraktikan dan dilakukan.25

Makna benda-benda saweran jelas mengandung makna, seperti

permen, karena permen itu manis harapannya atau tandanya yaitu

supaya keluarga itu dalam menjalani kehidupan rumah tangganya

selalu manis dan bagi orang yang melihatnya pun ikut senang, beras itu

mempunyai tanda sebagai bahan makanan pokok orang Indonesia,

maksudnya yaitu supaya kebutuhan makanannya supaya terpenuhi dan

tidak kekurangan, kunyit menyerupai warna seperti emas maksudnya

agar makmur, uang koin atau receh mempunyai makna agar hartanya

selalu tercukupi.26 Bahan-bahan untuk menyawer adalah uang logam,

beras, irisan kunyit tipis dan permen, tentu saja bahan-bahan tersebut

tidak lepas dari simbol yang memiliki tujuan. Beras memiliki simbol

kemakmuran, artinya merupakan doa orang tua kepada anaknya agar

dalam mengarungi kehidupan berumah tangga dapat hidup makmur

dan kebutuhan pangannya terpenuhi, uang receh atau logam simbol

dalam perjalanan berumah tangga kelak mendapatkan kemakmuran

dan rizki yang berlimpah dan keluarga tersebut harus ikhlas berbagi

dengan fakir miskin dan anak yatim, permen memiliki makna agar

dalam membangun rumah tangga dapat merasakan manisnya hidup

berumah tangga, kunyit merupakan simbol kejayaan, maksdunya agar

dalam hidup berumah tangga pasangan bisa meraih kejayaan.27

2. Praktik Saweran

24 Aja Sarja, Tokoh Adat/Tukang sawer, Interview Pribadi, Tangerang, 13 Maret

2018. 25 Siti Maswah, Kasubag Umum dan Kepegawaian Kecamatan Cikupa, Interview

Pribadi, Tangerang, 12 April 2018. 26 Siti Hamamah, Tukang Sawer, Interview Pribadi, Tangerang, 23 Maret 2018. 27 Aep S. Hamidin, Buku Pintar Perkawinan Adat Nusantara, (Joogjakarta: Diva

Press, 2012), h. 90.

Page 77: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

68

Praktiknya ketika setelah akad nikah, ketika acara resepsi

pernikahan yang dihadiri oleh para tamu undangan serta besan dari

pihak mempelai laki-laki, pihak keluarga perempuan menyiapkan uang

receh, permen, beras, dan kunyit, kalau kunyit dicampur dengan beras

agar berasnya berubah warna supaya jadi warna kuning yang tandanya

emas. Kemudian tukang sawer yang menaburkan atau mengawerkan

atau dari dari pihak keluarga yang mengawerkan ke arah pengantin.

Pada saat mengawerkannya menunggu tanda dari tukang sawer dengan

tanda sapun atau sawer, kalau uang recehnya sudah habis, maka

prosesi saweran telah selesai.28 Kemudian besaran uang saweran sama

sekali tidak ada batas minimal dan maksimal, semampunya kedua

keluarga tersebut, kalau orang tersebut mampu mungkin lebih besar.29

Tujuan dari saweran itu sendiri ya untuk memberikan nasihat atau

petuah-petuah untuk pengantin laki-laki dan perempuan bagaimana

cara membangun rumah tangga yang baik, sakinah, mawaddah dan

rohmah seperti kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW,

disamping untuk nasihat juga memberikan kebahagiaan untuk

pengantin dan masyarakat yang hadir, keluarga bisa memberikan

manfaat untuk masyarakat dan sekaligus melestarikan adat sunda.30

3. Sikap Masyarakat Terhadap Saweran Pengantin

Tradisi saweran pengantin ini memang harus tetap dilaksanakan

dan dilestarikan, lagipula tradisi macam hal ini tidak memberatkan

pihak keluarga karena pastinya mereka sudah meniatkan untuk

melakukan saweran ini, saya setuju bila ada kerabat yang

melaksanakan saweran karena saya pribadi dulu melaksanakan hal itu.

Apalagi kita kan suku sunda jadi harus melaksanakan. Karena dengan

adanya saweran ini kan kita kembali ke zaman dulu sehingga untuk

28 Haetami, Wiraswasta, Interview Pribadi, Tangerang, 8 April 2018. 29 Lia Rosnawati, Ibu Rumah Tangga, Interview Pribadi, Tangerang, 10 Maret

2018. 30 Sunipah, Tukang Sawer, Interview Pribadi, Tangerang, 12 Maret 2018.

Page 78: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

69

melestarikan lagipula kan banyak pesan moral yang di sampaikan

dalam proses saweran pengantin ini.31

Menurut Haetami’ ketika saweran pengantin tetap dilaksanakan

merupakan kebanggaan, karena masih dipraktikan dari dulu sampai

sekarang, harapannya adalah pernikahan di Cikupa ini selalu

mempraktikan saweran pengantin di dalam acara pernikahannya agar

tidak punah nantinya dan agar generasi mudanya agar mengetahui

saweran adalah adat sunda. Kalau dilihat dari isinya saweran banyak

mengandung nilai-nilai positif apalagi nasihat dari syair tersebut.32

31 Saepul Hupad, Penghulu KUA Kecamatan CIkupa, Interview Pribadi,

Tangerang, 11 April 2018. 32 Haetami, Wiraswasta, Interview Pribadi, Tangerang, 8 April 2018.

Page 79: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

70

BAB IV

SAWERAN PENGANTIN MENURUT HUKUM ISLAM

A. Tradisi Saweran Pengantin Menurut Hukum Islam

Islam merupakan agama yang fleksibel dan dinamis, cocok untuk

semua kalangan, untuk semua waktu dan kondisi. Islam juga sebenarnya

mengatur tentang kehidupan bermasyarakat. Mengenai masyarakat, dalam

fiqih tidak detail membahas tentang cara bermasyarakat. Namun itulah

fungsi manusia diberikan akal supaya dapat berfikir penyelesaian

bermasyarakat dengan cara yang Islami.1

Begitupun hukum adat di Indonesia. Seperti halnya dengan semua

sistem hukum dibagian lain dunia ini, maka hukum adat itu senantiasa

tumbuh dari sesuatu kebutuhan hidup yang nyata, cara hidup dan

pandangan hidup, yang keseluruhannya merupakan kebudayaan

masyarakat tempat hukum adat itu berlaku. Tidak mungkin suatu hukum

adat tertentu yang asing bagi masyarakat itu dipaksakan atau dibuat,

apabila hukum tertentu yang asing itu bertentangan dengan kemauan orang

terbanyak dalam masyarakat yang bersangkutan atau tidak mencukupi rasa

keadilan rakyat yang bersangkutan, pendeknya: bertentangan dengan

kebudayaan rakyat yang bersangkutan.2

Fiqih memang tidak menjelaskan mengenai tradisi saweran

pengantin perkawinan, karena memang itu merupakan hukum adat sunda.

Pada dasarnya adat yang sudah memenuhi syarat dapat diterima secara

prinsip. Bahkan di dalam fiqih menyebutkan,

العا د ة حمكمة “Sebuah adat kebiasaan itu bisa dijadikan sandaran hukum”

1 Muhamad Ilman, “Tradisi Pembayaran Uang Pelangkah Dalam Perkawinan”

(Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2016), h., 57. 2 Bushar Muhammad, Asas-Asas Hukum Adat, (Jakarta: PT Balai Pustaka, 2013,

Cet. Keempat belas), h., 3-4.

Page 80: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

71

Ulama sepakat dalam menerima adat yang dalam perbuatan itu

terdapat unsur manfaat dan tidak ada unsur mudharatnya atau unsur

manfaatnya lebih banyak dibanding mudharatnya serta adat yang pada

prinsipnya secara subtansial mengandung unsur maslahat, namun di dalam

pelaksanaanya tidak dianggap baik oleh Islam. Adat dalam bentuk itu

dikelompokan kepada adat atau ‘urf yang shahih.3

‘Urf itu sendiri adalah sesuatu yang sudah dikenal oleh manusia

karena telah menjadi kebiasaan atau tradisi baik bersifat perkataan,

perbuatan atau dalam kaitannya dengan meninggalkan perbuatan tertentu,

sekaligus disebut sebagai adat.

Masalah hubungan hukum adat dengan hukum Islam ini mungkin

pula dapat dikategorikan ke jaiz (mubah) agaknya adat dan bagian-bagian

hukum adat itu dapat dimasukkan baik yang telah ada sebelum Islam

datang ke tanah air kita maupun yang tumbuh kemudian, asal saja tidak

bertentangan dengan akidah Islam. Melihat hubungan hukum adat dengan

hukum Islam. Menurut “T.M Hasbi Ash-Shiddieqy seperti dikutip

Mohammad Daud Ali, hukum yang dibina atas dasar ‘urf atau adat sebagai

salah satu alat atau metode pembentukan hukum Islam”.4

Adapun dasar hukum yang menjadi rujukan untuk ‘urf sebagai

berikut:

)١٩٩ :األعراف ) ن اجلاهلني #لعرف وأعرض ع خذ العفو وأمر

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang

makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-

‘Araf: 199).5

3 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2009), h., 395. 4 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum

Islam di Indonesia , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h., 229. 5 Muliadi Kurdi, Ushul Fiqh: Sebuah Pengelanan Awal, (Aceh: 2015), h., 229.

Page 81: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

72

ثـنا عاصم، عن زر بن حبـيش، ثـنا أبو بكر، حد عن عبد هللا بن حد :مسعود، قال إن ا= نظر يف قـلوب العباد، فـوجد قـلب حممد صلى ا=

عليه وسلم خري قـلوب العباد، فاصطفاه لنـفسه، فابـتـعثه برسالته، مث نظر باد بـعد قـلب حممد، فـوجد قـلوب أصحابه خري قـلوب يف قـلوب الع

العباد، فجعلهم وزراء نبيه، يـقاتلون على دينه، فما رأى المسلمون (رواه يئ.حسنا،فـهو عند هللا حسن، وما رأوا سيئا فـهو عند هللا س

6)امحد

“Abu Bakar telah menceritakan kami, Asim telah menceritakan

kami, dari Djir bin khubais, dari Abdullah bin Masud, beliau berkata:

sesungguhnya Allah melihat kehati para manusia, lalu Allah mendapati

bahwa hatinya Nabi Muhammad adalah sepaling bagusnya hati para

hamba, lalu Allah mensucikan hatinya untuk-Nya, lalu Allah mengutusnya

dengan risalah-Nya, kemudian Allah melihat ke hati para hamba setelah

hati Nabi Muhammad, lalu Alah mendapati hati para sahabat itu sepaling

bagus hati para hamba, lalu Allah menjadikan mereka para penjaga Nabi,

mereka berperang membela agamanya, maka apa yang dipandang baik

oleh orang-orang Islam maka baik pula di sisi Allah, dan apa saja yang

dipandang buruk oleh orang Islam maka menurut Allah pun digolongkan

sebagai perkara yang buruk”.(HR. Ahmad).

Hadist lain menerangkan;

6 Musnad Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Beirut: ‘Alim

al-Kutub (1998 M) Jld. 1, H. 379.

Page 82: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

73

ثـنا أبو كريب، قال ثـنا إمساعيل، عن :وحد ثـنا أبو معاوية ، قال: حد حدعن سعد، عن النيب صلى ا= عليه وسلم قال: ال تـزال طائفة من قـيس،

7البازر) رواه (أميت على احلق ظاهرين إىل يـوم القيامة.

“Abu Kuraib telah menceritakan kami, beliau berkata, Abu

Muawiyah telah menceritakan kami, beliau berkata: Ismail telah

menceritakan kami dari Qais, dari As’ad, dari Nabi Muhammad

Shollallahu alaihi wassalam berkata: akan tetap ada sekelompok umatku

dalam kebenaran mereka jelas sampai datang ketentuan Allah (kiamat)”.

(HR. Al-Bazar).

Kadiah menerangkan:

ا تـعترب العا دة اذا اضطردت او غلبت 8 امن“Adat yang dianggap (sebagai pertimbangan hukum) itu hanyalah

adat yang terus-menerus berlaku atau berlaku umum”

التـعيني #لعرف كالتـعيني #لنص 9“Ketentuan berdasarkan ‘urf seperti ketentuan berdasarkan Nash”10

Berdasarkan pemahaman dari kaidah ini bahwa kedudukan ‘urf jika

telah memenuhi syarat-syarat untuk menjadi sebuah dasar hukum. Maka

posisinya sama ada dengan hukum berdasarkan Nash.11

Agar dapat dijadikan hukum Islam, beberapa syarat harus dipenuhi.

“Menurut Sobhi Mahmassani seperti dikutip Mohammad Daud Ali, syarat-

syarat tersebut adalah:

1. Adat itu dapat diterima oleh perasaan dan akal sehat serta diakui

oleh pendapat umum.

7 Musnad al- Bazzar, Ahmad bin Amr al-Bazzar, Madinah: Maktabah al-Ulum wa

al- Hukm, (2009 M) Jld. 4, h. 54 8 Abul Kalam Syafiq Al-Qosimi Al-Mazohiri, Al- Qoidah Fiqhiyyah Al-

Mahmudah, Mesir: Maktabah Zakariya, h. 69. 9 Abul Kalam Syafiq Al-Qosimi Al-Mazohiri, h. 72. 10 Muliadi Kurdi, Ushul Fiqh: Sebuah Pengelanan Awal. h, 230. 11 Muliadi Kurdi, Ushul Fiqh: Sebuah Pengelanan Awal. h, 231.

Page 83: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

74

2. Sudah berulangkali terjadi dan telah pula berlaku umum dalam

masyarakat yang bersangkutan.

3. Telah ada pada waktu transaksi dilangsungkan.

4. Tidak ada persetujuan atau pilihan lain antara kedua belah pihak.

5. Tidak bertentangan dengan nash.12

Di dalam pembahasan lain ada beberapa persaratan lain.

1. Adat itu bernilai maslahat.

2. Adat itu berlaku umum dan merata dikalangan orang-orang yang

berada dalam lingkungan tertentu.

3. Adat itu berlaku sebelum kasus yang di tetapkan hukumnya.

4. Adat itu tidak bertentangan dengan nash.13

Dari beberapa syarat di atas menunjukkan bahwa tradisi saweran

pengantin perkawinan suku Sunda masih dapat diterima menjadi suatu

hukum adat dan tidak bertentangan dengan hukum Islam karena

memenuhi persayaratan ‘urf.

Penulis menganalisis mengenai pengertian saweran pengantin

perkawinan tersebut bahwa dalam praktik saweran tersebut banyak nilai,

pesan, dan moral yang sangat baik yang terkandung di dalam isi teks

saweran pengantin, karena tujuan dari saweran pengantin perkawinan

tersebut memberikan nasihat kepada para pasangan pengantin bagaimana

membangun rumah tangga yang bahagia, tentram, dan penuh dengan kasih

sayang.

Selain metode ‘urf dalam menentukan tradisi saweran pengantin

perkawinan ini, penulis menggunakan metode lainnya yaitu maslahah al-

mursalah. Al-Maslahah al-Mursalah perpaduan dua kata menjadi

“Maslahah Mursalah” yang berarti prinsip kemaslahatan (kebaikan) yang

dipergunakan menetapkan suatu hukum Islam, juga dapat berarti suatu

12 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum

Islam di Indonesia, h., 230. 13 Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1 (Jakarta: Logos, 1996), h.,144.

Page 84: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

75

perbuatan yang mengandung nilai baik (manfaat).14

Secara bahasa maslahah ialah manfaat, faedah, bagus, baik.15

Kemudian secara istilah maslahah adalah sebuah gambaran perbuatan

yang bermanfaat yang dimaksudkan oleh syara’ (Allah) untuk setiap

hambanya dalam memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta

benda secara teratur.16 Sementara “Imam Abu Zahrah seperti dikutip

Ahmad Mukri Aji, bahwa yang dimaksud dengan maslahat ialah

pandangan mujtahid tentang perbuatan yang mengandung kebaikan yang

jelas dan bukan perbuatan yang berlawanan dengan hukum syara”.17

Persyaratan untuk menggunakan maslahah mursalah sebagai hukum

terdapat beberapa syarat tertentu yang harus dipenuhi, syarat itu ialah

sebagai berikut:

1. Bahwa maslahah tersebut dapat diterima oleh akal, bahwa semua

kriterianya sesuai dan dapat diterima oleh akal yang normal. Karena

pembentukan hukum itu harus didasarkan pada maslahah yang dapat

mendatangkan kemanfaatan dan menolak mudharat.

2. Bahwa maslahah harus bersifat umum dan menyeluruh kepada semua

orang. Artinya tidak khusus untuk orang tertentu dan tidak khusus

untuk sekelompok orang saja.

3. Bahwa maslahah itu harus dengan tujuan syara’. Artinya tidak

bertentangan dengan nash atau dalil-dalil yang sudah qath’i.18

Penulis akan menganalisis dengan menggunakan metode maslahah

mursalah, dari beberapa syarat maslahah mursalah dalam menetapkan

hukum. Pertama, saweran pengantin masih dapat diterima oleh ajaran

agama Islam. Sebab di dalam praktik saweran pengantin perkawinan tidak

ada dalil yang menolak maupun mengakuinya, karena saweran merupakan

14 Romli SA, Muqaranah Mazahib Fil Ushul, (Jakarta: Gaya Media Pratama,

1999), h. 165. 15 Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah 2011), h. 128. 16 Muliadi Kurdi, Ushul Fiqh: Sebuah Pengelanan Awal. h. 210. 17 Romli SA, Muqaranah Mazahib Fil Ushul, h. 165. 18 Muliadi Kurdi, Ushul Fiqh: Sebuah Pengelanan Awal. h. 216.

Page 85: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

76

hukum adat perkawinan suku Sunda. Kedua, saweran bukan perbuatan

yang samar-samar maupun rekayasa belaka, melainkan jelas praktinya dan

dapat disaksikan oleh masyarakat umum. Ketiga kemaslahatan saweran

bersifat umum artinya kemanfaatan yang terkait dengan kepentingan orang

banyak, karena pada praktiknya melibatkan masyarakat dan para keluarga

dari pasangan pengantin untuk memeriahkan proses saweran pengantin,

bagi masyarakat bisa bersilaturahim dengan keluarga dari pasangan

pengantin dan bahan-bahan saweran pengantin yang berupa uang logam

yang telah di pungut oleh masyarakat dan keluarga pada proses saweran

bisa di dimanfaatkan oleh mereka untuk keperluan yang lain.

B. Pendapat Tokoh Agama Tentang Saweran Pengantin

1. Pendapat Tokoh Agama Tentang Tradisi Saweran Pengantin

Saweran pengantin mempunyai beberapa pengertian, seperti

pendapat dari Ahyani salah seorang tokoh agama, “saweran

merupakan hukum adat sunda, prosesnya dengan cara diawerkan ada

pula yang diberikan dengan menggunakan amplop kepada tukang

sawer dan keluarganya.”19

Menurut Abdul Halip tokoh agama “saweran merupakan adat

sunda yang sudah ada sejak zaman dulu. Bahan yang digunakan dalam

prosesi saweran menggunakan koin, beras, kunyit dan permen yang

nantinya di awerkan ke pengantin. Pada umumnya praktik saweran

sama dengan di daerah Tangerang lainnya, yaitu ditempat kediaman

pengantin perempuan.”20

2. Pendapat Tokoh Agama Tentang Hukum Saweran Pengantin

Salah satu tokoh agama Endang Nasrudin mengungkapkan bahwa

“Hukum adat dalam ajaran agama Islam memang diakakui asalkan

tidak keluar dari ajaran agama Islam dan tidak melanggar syariat.

19 Ahyani, Tokoh Agama, Interview Pribadi, Tangerang, 12 Maret 2018. 20 Abdul Halip, Tokoh Agama, Interview Pribadi, Tangerang, 11 April 2018.

Page 86: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

77

Saweran pengantin boleh dan sah saja selama tidak bertentangan dan

melanggar ajaran agama Islam, lagipula saweran mendatangkan

kebahagian bagi pengantin, keluarga dan masyarakat yang hadir.”21

Sedangkan menurut pendapat Abdul Halip “adat istiadat selalu ada

dalam lingkungan msyarakat, contohnya setiap panen padi masyarakat

selalu melaksanakan acara syukuran, hal itu merupakan suatu adat

istiadat asalkan tidak bertentangan dengan hukum Islam”.22

Menurut Ahyani “Saweran pengantin menggunakan benda-benda

diperbolehkan. Masalah tersebut di dalam Islam itu disebut tafa’ul.

Tafa’ul itu sendiri yaitu mengharapkan sesuatu dari yang sama atau

dari yang lain agar mempunyai sifat yang sama dari apa yang

ditafaulinya. Contohnya seorang anak diberi nama dengan menyerupai

nama seorang ulama, harapannya anak tersebut sifat dan perilakunya

sama seperti ulama yang di tafaulinya, Saweran juga seperti itu, tafa’ul

dengan menggunakan beras, agar kehidupan rumah tangganya

tercukupi semua kebutuhan pangannya.”23

3. Sikap Tokoh Agama Terhadap Saweran Pengantin

Menurut Kholiluddin tokoh agama “bahwa saweran pengantin

apabila terus dilaksanakan maka sah-sah saja karena saweran

pengantin tidak bertentangan dengan hukum Islam, maka tidak

masalah bila ada keluarga yang melakukan praktik saweran

pengantin.”24 Sedangkan respon dari Ahyani “Tidak masalah, karena

saweran berdasarkan hukum tafa’ul yaitu menyerupai atau meniru,

walaupun tetap dilaksanakan maka boleh, karena berdasarkan hukum

menyerupai dan tidak bertentangan dengan hukum Islam. Saweran

21 Endang Nasrudin, Tokoh Agama, Interview Pribadi, Tangerang, 11 April 2018. 22 Abdul Halip, Tokoh Agama, Interview Pribadi, Tangerang, 11 April 2018. 23 Ahyani, Tokoh Agama, Interview Pribadi, Tangerang, 12 Maret 2018. 24 Abdul Halip, Tokoh Agama, Interview Pribadi, Tangerang, 11 April 2018.

Page 87: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

78

juga merupakan salah satu bentuk kesenangan dan kebahagiaan dan

rasa syukur.”25

25 Ahyani, Tokoh Agama, Interview Pribadi, Tangerang, 12 Maret 2018.

Page 88: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang terdapat pada beberapa bab

sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut,

diantaranya:

1. Tradisi saweran pengantin merupakan pemberian nasihat kepada

pasangan pengantin yang baru menikah melalui sebuah rangkaian

acara adat yang dipimpin oleh tukang sawer dengan cara

ditembangkan atau dilagukan, dimana pada saat prosesi upacara

saweran menggunakan benda-benda sebagai simbol tertentu untuk

dilemparkan ke arah pasangan pengantin. Adapun benda-benda untuk

saweran yaitu uang logam atau koin, permen, beras, dan irisan kunyit.

Bahan-bahan tersebut nantinya dicampurkan dan dimasukkan ke

dalam baskom.

2. Pelaksanaan saweran pengantin dalam perkawinan masyarakat

kecamatan Cikupa adalah keinginan pribadi dari setiap masyarakatnya

dan tanpa ada paksaan dari siapapun. Tradisi saweran pengantin

merupakan karya sastra dan sebagai media komunikasi antar generasi.

Dan syair saweran pengantin yang dilantunkan oleh tukang sawer di

Kecamatan Cikupa merupakan hasil turun temurun dari keluarganya.

3. Tradisi saweran pengantin ini tidak bertentangan dengan syariat Islam

karena di anggap membawa kemaslahatan bagi masyarakat banyak

yang sesuai dengan syarat maslahah mursalah dan sesuai juga dengan

‘urf yang shahih sebab keberadannya tidak membatalkan yang wajib

dan tidak meninggalkan yang haram.

4. Dalam hal ini, tembang sawer dapat dikatakan sebagai sarana dalam

mempertahankan nilai-nilai adat Sunda sebab salah satu karakter

budaya adalah berupaya mempertahankan eksistensi nilai-nilai dan

norma-normanya dengan cara mewariskannya dari generasi ke

Page 89: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

80

generasi. Dari segi pelaksanaannya, sawer biasanya dilakukan

dihalaman rumah, sebab bagian halaman rumah ini sering disebut

dengan istilah panyaweran.

B. Saran-saran

Setelah melihat dan mempelajari pembahasan-pembahasan diatas,

maka penulis memberikan saran kepada masyarakat, pemerintah

Kabupaten Tangerang, dan teman-teman yang tertarik untuk meneliti lebih

jauh tentang tradisi saweran pengantin. Saran penulis antara lain:

1. Kepada masyarakat Kecamatan Cikupa bagi yang mampu

melaksanakan saweran agar tetap melestarikan karena dengan tradisi

tersebut maka komunikasi antar generasi tidak terputus, kekayaan

budaya lokal akan tetap terjaga dan bisa diwariskan kepada generasi

selanjutnya.

2. Untuk pemerintah Kabupaten Tangerang khususnya Kecamatan

Cikupa, agar lebih mengoptimalkan dalam hal pendokumentasian

budaya dan tradisi masyarakatnya khususnya tradisi saweran

pengantin, dan ikut mendukung secara aktif dalam hal mengangkat dan

memperkenalkan tradisi lokal kepada masyarakat nasional.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan tema tradisi saweran

pengantin yang ada dalam perkawinan masyarakat Kecamatan Cikupa

penulis menyarankan agar memperluas wilayah penelitian dan

membuat analisis perbandingan dari setiap daerah yang melaksanakan

tradisi saweran pengantin.

Page 90: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

81

DAFTAR PUSTAKA

Al-quran dan Terjemahannya, Departemen Agama RI.

Agoes, Artati, Kiat Sukses Menyelenggarakan Pesta Perkawinan Sunda, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Aji, Ahmad Mukr, Urgensi Maslahat Mursalah dalam Dialektika Pemikiran

Hukum Islam, Cet. Kedua, Bogor: Pustaka Pena Ilahi, 2012.

Ali, Mohammad Daud, Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum

Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.

Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Cet. Ketiga, Jakarta: Sinar Grafika,

2011.

Asmawi, Perbandingan Ushul Fiqh, Jakarta: Amzah 2011.

Bratawidjaja, Thomas Wiyasa, Upacara Perkawinan Adat Sunda, Jakarta: Sinar

Harapan, 1990.

Hadikusuma, Hilman, Hukum Perkawinan Adat, Cet. Sembilan, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 1990.

Hamidin, Aep S, Buku Pintar Adat Perkawinan Nusantara, Joogjakarta: Diva

Press, 2012.

Haroen, Nasrun, Ushul Fiqh 1, Jakarta: Logos, 1996.

Khalaf, Abdul Wahhab, Kaidah-kaidah Hukum Islam Ilmu Ushul Fiqih, Cet.

Ketujuh, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000.

Kurdi, Muliadi, Ushul Fiqh: Sebuah Pengelanan Awal, Aceh: 2015.

Muhammad, Bushar, Asas-Asas Hukum Adat, Cet. Keempat belas, Jakarta: PT

Balai Pustaka, 2013.

Musnad Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Jilid 1, Beirut:

‘Alim al-Kutub,1998 M.

Mazohiri, Abul Kalam Syafiq Al-Qosimi, Al- Qoidah Fiqhiyyah Al-Mahmudah,

Mesir: Maktabah Zakariya.

Musnad al- Bazzar, Ahmad bin Amr al-Bazzar, Jilid 4, Madinah: Maktabah al-

Ulum wa al- Hukm, 2009 M.

Page 91: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

82

Romli SA, Muqaranah Mazahib Fil Ushul, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999.

Saebani, Beni Ahmad, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009.

Soekanto, Soerjono dan Soleman B. Taneko, Hukum Adat indonesia, Cet. Ketiga,

Jakarta: 1986.

Sopyan, Yayan, Buku Ajar Pengantar Metode Penelitian, Ciputat, Buku Ajar,

2010.

Sudiyat, Iman, Hukum Adat Sketsa Asas, Cet. Kedua,Yogyakarta: Liberty, 1981.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung,

Alfabeta, 2006.

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007.

Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh, Cet. Kelima, Jakarta: Prenada Media Group,

2009.

Skripsi

Ilman, Muhamad, Tradisi Pembayaran Uang Pelangkah Dalam Perkawinan,

Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2016.

Saepudin, Aep, Makna Filosofis Tembang Sawer Dalam Upacara Perkawinan

Adat Sunda. Skripsi S-1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

Artikel dan Wawancara

Masduki, Aam, Upacara Perkawinan Adat Sunda Di Kecamatan Cicalengka

Kabupaten Bandung, Patanjala, Vol. 2, No. 3 2010.

Selayang Pandang Kecamatan Cikupa 2017, Tangerang: Pemerintah Kabupaten

Tangerang Kecamatan Cikupa, 2017.

Supinah, Pien, Sawer: Komunikasi Simbolik pada Adat Tradisi Suku Sunda dalam

Upacara Setelah Perkawinan, Mediator, Vol. 7, No 1, 2006.

Susanti, Susi, dkk, Syair Nasihat Dalam Sawer Pengantin, Riau.

Page 92: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

83

Tommy Simatupang, “Pengertian Antropologi Hukum” Artikel diakses pada 28

Agustus 2018 dari https://www.berandahukum.com/2017/03/pengertian-

antropologi-hukum.html

Di Akses Pada Tanggal 13 Februari 2018 di http://mahligai-

indonesia.com/pernikahan-nusantara/prosesi-adat/prosesi-nyawer-atau-

saweran-dalam-pernikahan-adat-sunda-4346

Di Akses Pada Tanggal 07 April 2018 di

https://www.kompasiana.com/topherwanto/5a1246e43c2c7504ca629542/sa

weran-budaya-atau-gengsi

Interview Pribadi dengan Lia Rosnawati, Ibu Rumah Tangga, Tangerang, 10

Maret 2018.

Interview Pribadi dengan Endang Nasrudin, Tokoh Agama, Tangerang, 11 Maret

2018.

Interview Pribadi dengan Sunipah, Ustadzah/Tukang Sawer, Tangerang, 12 Maret

2018.

Interview Pribadi dengan Ahyani, Tokoh Agama, Tangerang, 12 Maret 2018.

Interview Pribadi dengan Aja Sarja, Tokoh Adat/Tukang sawer, Tangerang, 13

Maret 2018.

Interview Pribadi dengan Siti Hamamah, Ustadzah/Tukang Sawer, Tangerang, 23

Maret 2018.

Interview Pribadi dengan Amah, Ibu Rumah Tangga, Tangerang, 23 Maret 2018.

Interview Pribadi dengan Kholiludddin, Tokoh Agama, Tangerang, 24 Maret

2018.

Interview Pribadi dengan Haetami, Wiraswasta, Tangerang, 8 April 2018.

Interview Pribadi dengan Abdul Halip, Tokoh Agama, Tangerang, 11 April 2018.

Interview Pribadi dengan Saepul Hupad, Penghulu KUA Kecamatan CIkupa,

Tangerang, 11 April 2018.

Interview Pribadi dengan Siti Maswah, Kasubag Umum dan Kepegawaian

Kecamatan Cikupa, Tangerang, 12 April 2018.

Interview Pribadi dengan Syamsuddin, Wiraswasta/Tukang Sawer, Tangerang, 28

April 2018.

Page 93: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

LAMPIRAN

Page 94: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

WAWANCARA DENGAN TUKANG SAWER KECAMATAN CIKUPA

KABUPATEN TANGERANG

Nama : Hj. Sunipah

Alamat : Waru RT. 13/09 Desa Pasir Jaya Kecamatan Cikupa

Waktu : 12 Maret 2018 15.15-15.40 WIB

Pekerjaan : Ustadzah/Tukang Sawer

PENGETAHUAN

Pertanyaan : Dalam proses pernikahan adat sunda terdapat banyak tahapan yang

dilakukan, salah satunya yaitu tradisi sawer pengantin. Apa yang ibu

ketahui mengenai tradisi ini?

Jawaban : Itu mah jadi yang punya hajat ada kaul hayang di saweran,

panganten bahagia, mengadakan kebahagian pengantin.

Pertanyaan : Bagaimana bentuk tradisi saweran pengantin yang terdapat pada

masyarakat di kecamatan Cikupa?

Jawaban : Adat kebiasan orang sunda bila ada pengantin suka ada saweran

Pertanyaan : Hingga saat ini, saweran masih dipraktikan. Sebetulnya sejak

kapan tradisi saweran di Kecamatan Cikupa ini berlangsung?

Jawaban : Sudah lama

Pertanyaan : Saweran dilakukan dengan menggunakan syai-syair tertantu, lantas

dari mana asal teks syair saweran yang bapak/ibu lantunkan

tersebut?

Jawaban : Dari turun temurun,

Pertanyaan : Apa yang mendasari atau makna filosofis saweran pengantin

menggunakan koin?

Jawaban : Jadi supaya rame, dan juga senang yang mungut.

Pertanyaan : Apakah besaran uang saweran pengantin dipengaruhi oleh

tingkatan ekonomi yang ada di tengah-tengah masyarakat?

Jawaban : Tergantung kemauan masyarakat, tidak ada batasan.

Pertanyaan : Apakah ada perbedaan antara saweran yang dilakukan pada zaman

dulu dengan zaman sekarang?

Jawaban : tidak ada, sama saja

Pertanyaan : Di dalam praktik saweran, terdapat benda-benda tertentu yang ikut

serta digunakan. Apakah benda tersebut memiliki makna atau

maksud tersendiri? Mohon penjelasannya.

Jawaban : Uang receh untuk kebutuhan keluarga, beras ya buat pangan,

permen supaya hidupnya manis, kunyit di campuri beras yah supaya

menjadi kuning, artinya emas, kehidupan materinya terpenuhi

Pertanyaan : Bagaimanakah proses persiapan saweran pengantin? mohon

dijelaskan secara rinci.

Jawaban : uang, permen, beras, dan kunyit.

Pertanyaan : Di dalam pernikahan adat sunda terdapat saweran pengantin,

apabila tidak melakukan tradisi tersebut, apakah ada dampak ke

perkawinan tersebut?

Jawaban : Tidak ada, itu mah hanya carek.

Page 95: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

Pertanyaan : Menurut ibu, apa tujuan saweran pengantin dalam proses

pernikahan?

Jawaban : Tujuan saweran ya untuk memberikan nasihat atau petuah-petuah

untuk pengantin laki-laki dan perempuan agar kehidupan rumah

tangganya baik, sakinah, mawaddah dan rohmah seperti kehidupan

rumah tangga Nabi Muhammad SAW, disamping untuk nasihat inni

juga memberika kebahagiaan untuk pengantin dan masyarakat yang

hadir, keluarga bisa memberikan manfaat untuk masyarakat dan

sekaligus melestarikan adat sunda

Pertanyaan : Apakah ada ritual lain setelah saweran berlangsung, mohon

paparkan sepengetahuan ibu?

Jawaban : Tidak ada.

Pertanyaan : Selama ini, apakah ibu/bapak pernah menemukan pasangan yang

berbeda pendapat tentang tradisi saweran pengantin?

Jawaban : Tidak ada.

Pertanyaan : Apakah suatu waktu pernah datang kepada ibu seseorang yang

paham agama untuk mengomentari tradisi saweran, mengingat

tradisi ini mempunyai kepercayaan terhadap benda-benda saweran?

Jawaban : Tidak ada

Pertanyaan : Bagaimana dengan tokoh agama yang ada di Kecamatan Cikupa?

Apakah ada yang mempermasalahkan tradisi saweran ini?

Jawaban : Tidak ada.

Page 96: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

WAWANCARA DENGAN TUKANG SAWER KECAMATAN CIKUPA

KABUPATEN TANGERANG

Nama : Aja Sarja

Alamat : Bunut RT. 01/02 Desa Pasir Gadung Kecamatan Cikupa

Waktu : 13 Maret 2018 10.37-11.04 WIB

Pekerjaan : Tokoh Adat/Tukang Sawer

PENGETAHUAN

Pertanyaan : Dalam proses pernikahan adat sunda terdapat banyak tahapan yang

dilakukan, salah satunya yaitu tradisi sawer pengantin. Apa yang

bapak ketahui mengenai tradisi ini?

Jawaban : Di ketahui bilamana ibu bapak punya nadzhar anak punya jodoh

mau di sawer, jadi orang tuanya punya nadzhar anaknya di sawer

kalau dapat jodoh

Pertanyaan : Bagaimana bentuk tradisi saweran pengantin yang terdapat pada

masyarakat di kecamatan Cikupa?

Jawaban : Bentuk saweran pertama-tama pengantin laki-laki dan perempuan

duduk di kursi lalu di sawer, kemudian yang di siapkan yaitu uang

dan beras, tapi beras kuning suapaya rizkinya makmur itu tradisinya.

Pertanyaan : Hingga saat ini, saweran masih dipraktikan. Sebetulnya sejak

kapan tradisi saweran di Kecamatan Cikupa ini berlangsung?

Jawaban : Ya mungkin tradisinya dari nenek moyang kita dan memang sudah

lama.

Pertanyaan : Saweran dilakukan dengan menggunakan syai-syair tertantu, lantas

dari mana asal teks syair saweran yang bapak/ibu lantunkan

tersebut?

Jawaban : Dari Ayah, turun temurun.

Pertanyaan : Apa yang mendasari atau makna filosofis saweran pengantin

menggunakan koin?

Jawaban : Dari leluhur, jawa, zaman purbakala sudah ada. Dari nenek moyang

kita.

Pertanyaan : Apakah besaran uang saweran pengantin dipengaruhi oleh

tingkatan ekonomi yang ada di tengah-tengah masyarakat?

Jawaban : Tidak, itu semunya tergantung kemampuan masyarakat aja.

Pertanyaan : Apakah ada perbedaan antara saweran yang dilakukan pada zaman

dulu dengan zaman sekarang?

Jawaban : Ada bedanya, kalau dulu bahasa sansakerta, kalau bahasa sekarang

bahasanya nyata, bahasa jawa dan bahasa sunda.

Pertanyaan : Di dalam praktik saweran, terdapat benda-benda tertentu yang ikut

serta digunakan. Apakah benda tersebut memiliki makna atau

maksud tersendiri? Mohon penjelasannya.

Jawaban : Makna dan syarat hakikat, maha kuasa. Beras arti supaya kedua

mempelai masa depannya makmur rizkinya karena beras makanan

Indonesia, permen karena ada manis biar keluarganya manis dalam

membina rumah tangga.

Page 97: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

Pertanyaan : Bagaimanakah proses persiapan saweran pengantin? mohon

dijelaskan secara rinci.

Jawaban : Yah persiapnnya hanya itu saja. Permen, beras, kunyit, dan uang

logam

Pertanyaan : Di dalam pernikahan adat sunda terdapat saweran pengantin,

apabila tidak melakukan tradisi tersebut, apakah ada dampak ke

perkawinan tersebut?

Jawaban : Tidak ada.

Pertanyaan : Menurut bapak/ibu, apa tujuan saweran pengantin dalam proses

pernikahan?

Jawaban : Supaya berkah selamat sakinah mawaddah warahmah

Pertanyaan : Apakah ada ritual lain setelah saweran berlangsung, mohon

paparkan sepengetahuan bapak/ibu?

Jawaban : Tidak ada sih

Pertanyaan : Selama ini, apakah ibu/bapak pernah menemukan pasangan yang

berbeda pendapat tentang tradisi saweran pengantin?

Jawaban : Tidak ada, akur-akur saja.

Pertanyaan : Apakah suatu waktu pernah datang kepada bapak/ibu seseorang

yang paham agama untuk mengomentari tradisi saweran, mengingat

tradisi ini mempunyai kepercayaan terhadap benda-benda saweran?

Jawaban : Tidak ada.

Pertanyaan : Bagaimana dengan tokoh agama yang ada di Kecamatan Cikupa?

Apakah ada yang mempermasalahkan tradisi saweran ini?

Jawaban : Tidak ada.

Page 98: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

WAWANCARA DENGAN TUKANG SAWER KECAMATAN CIKUPA

KABUPATEN TANGERANG

Nama : Hj. Siti Hamamah

Alamat : Gebang RT. 01/05 Desa Sukadamai Kecamatan Cikupa

Waktu : 23 Maret 2018 13.10-13.40 WIB

Pekerjaan : Ustadzah/Tukang Sawer

PENGETAHUAN

Pertanyaan : Dalam proses pernikahan adat sunda terdapat banyak tahapan yang

dilakukan, salah satunya yaitu tradisi sawer pengantin. Apa yang

ibu ketahui mengenai tradisi ini?

Jawaban : Yang punya rencana tentang pernikahan, yang kedua susah

jodohnya maka di sawer. Di sawer biar masyarakat tau dan sekaligus

shadaqoh.

Pertanyaan : Hingga saat ini, saweran masih dipraktikan. Sebetulnya sejak

kapan tradisi saweran di Kecamatan Cikupa ini berlangsung?

Jawaban : Sudah lama adanya.

Pertanyaan : Saweran dilakukan dengan menggunakan syai-syair tertantu, lantas

dari mana asal teks syair saweran yang ibu lantunkan tersebut?

Jawaban : Dari hikmah kitab Uqudulujain dan karena syair ini dari turun

temurun.

Pertanyaan : Apakah ada perbedaan antara saweran yang dilakukan pada zaman

dulu dengan zaman sekarang?

Jawaban : Tidak ada,sama sama mengunakan permen, uang logam, kunyit

yang di iris-iris kemudian di campuri dengan beras

Pertanyaan : Di dalam praktik saweran, terdapat benda-benda tertentu yang ikut

serta digunakan. Apakah benda tersebut memiliki makna atau

maksud tersendiri? Mohon penjelasannya.

Jawaban : Jelas mengandung makna, seperti permen, karena permen itu manis

harapannya atau tandanya yaitu supaya keluarga itu dalam menjalani

kehidupan rumah tangganya selalu manis dan bagi orang yang

melihatnya pun ikut senang, beras itu mempunyai tanda sebagai

bahan makanan pokok orang indonesia, maksudnya yaitu supaya

kebutuhan makanannya terlebih beras supaya terpenuhi agar tidak

kekurangan, kunyit itu kan warnanya kuning seperti emas

maksudnya agar makmur, uang koin atau receh yah itu punya

makna agar hartanya selalu tercukupi.

Pertanyaan : Bagaimanakah proses persiapan saweran pengantin? mohon

dijelaskan secara rinci.

Jawaban : Sesudah akad atau ketika proses resepsi. Pengantin dipayungi

ketika proses berlangsung. Menggunakan bantal juga agar khusus

mendengarkan saweran yang dijadikan pedoman hidup.

Pertanyaan : Menurut ibu, apa tujuan saweran pengantin dalam proses

pernikahan?

Page 99: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

Jawaban : Supaya disamping meriah dan supaya diambil hikmahnya dari kata

kata saweran.

Pertanyaan : Apakah ada ritual lain setelah saweran berlangsung, mohon

paparkan sepengetahuan ibu?

Jawaban : Ada, misalkan boga carek susah jodoh, setelah itu nincak dodol dan

dipayungi sama bakakak ayam, karena tujuannya sudah terkabul.

Atau tidak mau menikah akhirnya menikah, supaya kesana rumah

tangganya mulus.

Pertanyaan : Selama ini, apakah ibu pernah menemukan pasangan yang berbeda

pendapat tentang tradisi saweran pengantin?

Jawaban : Tidak ada. Karena ketika mengundang tukang sawer sudah tau

kedua mempelainya

Pertanyaan : Apakah suatu waktu pernah datang kepada ibu seseorang yang

paham agama untuk mengomentari tradisi saweran, mengingat

tradisi ini mempunyai kepercayaan terhadap benda-benda saweran?

Jawaban : Sementara ini tidak ada yang mengomentari. Karena masalah ini

adalah nadzar.

Pertanyaan : Bagaimana dengan tokoh agama yang ada di Kecamatan Cikupa?

Apakah ada yang mempermasalahkan tradisi saweran ini?

Jawaban : Sementara ini tidak ada yang mempermasalahkan.

Page 100: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

WAWANCARA DENGAN TUKANG SAWER KECAMATAN CIKUPA

KABUPATEN TANGERANG

Nama : Ust. Samsyudin

Alamat : Talaga RT. 003/03 Desa Talaga Kecamatan Cikupa

Waktu : 28 April 2018 15.10-15.26 WIB

Pekerjaan : Wiraswasta/Tukang Sawer

PENGETAHUAN

Pertanyaan : Dalam proses pernikahan adat sunda terdapat banyak tahapan yang

dilakukan, salah satunya yaitu tradisi sawer pengantin. Apa yang

bapak ketahui mengenai tradisi ini?

Jawaban : Sawer itu artinya air hujan yang masuk ke dalam rumah karena

terhembus sama angin. Karena saweran di ambil dari kata sawer

atau awer yah artinya seperti itu

Pertanyaan : Bagaimana bentuk tradisi saweran pengantin yang terdapat pada

masyarakat di kecamatan Cikupa?

Jawaban : Yah bentuknya pihak pengantin di sawer oleh tukang sawer, ya

yang menyiapkan yaitu pihak perempuan karena acaranya ada di

tempat perempuan.

Pertanyaan : Hingga saat ini, saweran masih dipraktikan. Sebetulnya sejak

kapan tradisi saweran di Kecamatan Cikupa ini berlangsung?

Jawaban : Ya sudah lama ya, dari nenek moyang juga sebenarnya sudah ada,

tapi saat ini sudah jarang dilaksanakan.

Pertanyaan : Saweran dilakukan dengan menggunakan syai-syair tertantu, lantas

dari mana asal teks syair saweran yang bapak/ibu lantunkan

tersebut?

Jawaban : Teks saweran yang saya lantunkan ya dapat dari Ayah saya, saya

hanya meneurkan saja.

Pertanyaan : Apa yang mendasari atau makna filosofis saweran pengantin

menggunakan koin?

Jawaban : Karena materi itu identik dengan uang, semoga pengantin itu selalu

di berkahi dengan rizki yang berlimpah.

Pertanyaan : Apakah besaran uang saweran pengantin dipengaruhi oleh

tingkatan ekonomi yang ada di tengah-tengah masyarakat?

Jawaban : Tergantung yang punya hajat saja dan semampunya saja

Pertanyaan : Apakah ada perbedaan antara saweran yang dilakukan pada zaman

dulu dengan zaman sekarang?

Jawaban : Tidak ada, sama saja.

Pertanyaan : Di dalam praktik saweran, terdapat benda-benda tertentu yang ikut

serta digunakan. Apakah benda tersebut memiliki makna atau

maksud tersendiri? Mohon penjelasannya.

Jawaban : Untuk makna permen ya mudah-mudahan rumah tangganya selalu

manis, kalau beras kebutuhan pokoknya selalu terpebuhi, kalau koin

supaya selalu diberikan rizki yang berlimpah

Page 101: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

Pertanyaan : Bagaimanakah proses persiapan saweran pengantin? mohon

dijelaskan secara rinci.

Jawaban : Yang perlu di persiapkan yaitu koin, beras, permen, payung, kursi,

hanya itu saja.

Pertanyaan : Di dalam pernikahan adat sunda terdapat saweran pengantin,

apabila tidak melakukan tradisi tersebut, apakah ada dampak ke

perkawinan tersebut?

Jawaban : Tidak ada,

Pertanyaan : Menurut bapak, apa tujuan saweran pengantin dalam proses

pernikahan?

Jawaban : Yah memberi nasihat kepada pengantin dan memberikan

kebahagian terhadap keluarga dan masyarakat yang hadir

Pertanyaan : Apakah ada ritual lain setelah saweran berlangsung, mohon

paparkan sepengetahuan bapak?

Jawaban : Tidak ada.

Pertanyaan : Selama ini, apakah ibu/bapak pernah menemukan pasangan yang

berbeda pendapat tentang tradisi saweran pengantin?

Jawaban : Tidak ada.

Pertanyaan : Apakah suatu waktu pernah datang kepada bapak/ibu seseorang

yang paham agama untuk mengomentari tradisi saweran, mengingat

tradisi ini mempunyai kepercayaan terhadap benda-benda saweran?

Jawaban : Tidak ada.

Pertanyaan : Bagaimana dengan tokoh agama yang ada di Kecamatan Cikupa?

Apakah ada yang mempermasalahkan tradisi saweran ini?

Jawaban : Tidak ada.

Page 102: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT KECAMATAN CIKUPA

KABUPATEN TANGERANG

Nama : Lia Rosnawati

Alamat : Bukit Tiara 14/03 Desa Pasir Jaya Kecamatan CIkupa

Waktu : 10 Maret 2018 14.15-14.35 WIB

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

A. PENGETAHUAN

Pertanyaan : Dalam proses pernikahan adat sunda terdapat banyak tahapan yang

dilakukan, salah satunya yaitu tradisi sawer pengantin. Apa yang ibu

ketahui mengenai tradisi ini?

Jawaban : Saweran yaitu ciri khas orang sunda di dalam pernikahannya.

Pertanyaan : Bagaimanakah proses persiapan saweran pengantin tersebut?

Mohon dijelaskan secara rinci

Jawaban : Persiapan saweran yaitu berupa persiapan waktu, tempat,

persiapan peralatan yang akan digunakan serta penyelenggara atau

orang-orang yang terlibat dalam ritual sawer. Saweran dilakukan

setelah proses akad nikah dan saweran pun merupakan bagian dari

rangkaian acara pernikahan itu sendiri.

Pertanyaan : Apakah besaran uang saweran pengantin dipengaruhi oleh

stratifikasi sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat? Jika iya,

apa komentar ibu akan hal itu?

Jawaban : Besaran uang saweran sama sekali tidak ada batas minimal dan

maksimal, semampunya kedua keluarga tersebut, yah kalau orang

tersebut mampu mungkin lebih besar.

Pertanyaan : Menurut ibu, apa tujuan saweran pengantin dalam proses

pernikahan?

Jawaban : Kalau ada jodoh anak mau di sawer jadi sudah di niatkan.

B. PRAKTIK Pertanyaan : Bagaimana pernikahan ibu dulu? Apakah menyertakan tradisi

saweran dalam prosesnya?

Jawaban : Iya, saya menyertakan tradisi saweran pengantin

Pertanyaan : Siapakah diantara suami/istri yang harus menyiapkan proses

saweran pengantin?

Jawwaban : Mempelai wanita, karena acara pernikahannya berada di tempat

wanita, maka wanita yang menyiapkannya

Pertanyaan : Berapakah jumlah uang saweran pengantin yang ibu siapkan saat

menikah?

Jawaban : Saya menyiapkan tiga ratus lima puluh ribu rupiah.

Pertanyaan : Apakah ada ritual lain setelah saweran berlangsung, mohon

paparkan sepengetahuan ibu?

Jawaban : Tidak ada, hanya menyambut tamu yang datang.

C. SIKAP

Page 103: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

Pertanyaan : Apakah saweran pengantin tersebut memberatkan mempelai laki-

laki/perempuan? Mohon tanggapannya.

Jawaban : Tidak, soalnya sudah di niatkan ada proses saweran dan biar orang

lain juga tau

Pertanyaan : Bagaimana respon ibu jika ada keluarga atau kerabat yang

melaksanakan saweran?

Jawaban : Bagus, karena tradisi sunda tetap di lakukan dan di lestarikan

Pertanyaan : Dari zaman dulu sampai saat ini, saweran masih tetap dilakukan,

bagaimana respon ibu mengenai hal ini, setuju atau tidak?

Jawaban : Harus di lestarikan, karena kan sejak zaman dulu dan itu ciri khas

orang sunda, ketika ada nikahan maka ada berlangsung saweran

pengantin.

Page 104: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT KECAMATAN CIKUPA

KABUPATEN TANGERANG

Nama : Amah

Alamat : Pasir Awi RT. 16.07 Desa Pasir Jaya Kecamatan Cikupa

Waktu : 23 Maret 2018 10.13-10.35 WIB

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

A. PENGETAHUAN

Pertanyaan : Dalam proses pernikahan adat sunda terdapat banyak tahapan yang

dilakukan, salah satunya yaitu tradisi sawer pengantin. Apa yang ibu

ketahui mengenai tradisi ini?

Jawaban : Yaitu tradisi perkawinan adat sunda.

Pertanyaan : Bagaimanakah proses persiapan saweran pengantin tersebut?

Mohon dijelaskan secara rinci

Jawaban : Bahan yang di persipkan adalah uang, permen, dan beras yang di

kasih kunyit.

Pertanyaan : Apakah besaran uang saweran pengantin dipengaruhi oleh

stratifikasi sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat? Jika iya,

apa komentar ibu akan hal itu?

Jawaban : Tidak, semampunya orang hajat. Misalkan ada uang dua ratus ribu,

maka yang di sawer adalah dua ratus ribu.

Pertanyaan : Menurut ibu, apa tujuan saweran pengantin dalam proses

pernikahan?

Jawaban : Perniatan anak untuk acara pernikahan. Karena punya nadzar yah

di sawer, sekaligus untuk memberikan kesenangan untuk orang lain.

B. PRAKTIK Pertanyaan : Bagaimana pernikahan ibu dulu? Apakah menyertakan tradisi

saweran dalam prosesnya?

Jawaban : Tidak, namun anak di sawer

Pertanyaan : Siapakah diantara suami/istri yang harus menyiapkan proses

saweran pengantin?

Jawwaban : Yang menyiapkan adalah pihak istri. Namun terkadang pihak dari

mempelai pria membantu dari segi uangnya.

Pertanyaan : Berapakah jumlah uang saweran pengantin yang ibu siapkan saat

menikah?

Jawaban : Anak saya seratus lima puluh ribu rupiah

Pertanyaan : Apakah ada ritual lain setelah saweran berlangsung, mohon

paparkan sepengetahuan ibu?

Jawaban : Setelah proses saweran maka sang pengantin dibawa ke dalam

untuk di bawa ke tengah pintu, anak cwo di gandeng sama pihak

perempuan, pihak laki-laki di gandeng bersama pihak perempuan,

maka setelah itu ninjak dodol dan uang. Uangnya adalah lembaran.

Page 105: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

Setelah itu huap lingkung, yaitu saling menyuapkan makanan,

makanannya nasi dan ayam bakar.

C. SIKAP

Pertanyaan : Apakah saweran pengantin tersebut memberatkan mempelai laki-

laki/perempuan? Mohon tanggapannya.

Jawaban : Tidak memberatkan, karena menyuruh kepada tukang sawer.

Dalam menyaipakan proses saweran juga gak memberatkan.

Pertanyaan : Bagaimana respon ibu jika ada keluarga atau kerabat yang

melaksanakan saweran?

Jawaban : Senang, karena ikut memeriahkan proses saweran sekaligus

sebagai hiburan

Pertanyaan : Dari zaman dulu sampai saat ini, saweran masih tetap dilakukan,

bagaimana respon bapak/ibu mengenai hal ini, setuju atau tidak?

Jawaban : Sejak zaman dulu emang sudah ada, sejak zaman uyut ibu sudah

ada saweran berlangsung. Kalau misalkan di suruh untuk saweran

maka ibu senang saja. Senang misalkan anak dan cucu masih

melakukan saweran ketika menikah.

Page 106: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT KECAMATAN CIKUPA

KABUPATEN TANGERANG

Nama : Haetami

Alamat : Pasir Awi RT. 16/ 07 Desa Pasir Jaya Kecamatan Cikupa

Waktu : 8 April 2018 16.40-15.15 WIB

Pekerjaan : Wiraswasta

A. PENGETAHUAN

Pertanyaan : Dalam proses pernikahan adat sunda terdapat banyak tahapan yang

dilakukan, salah satunya yaitu tradisi sawer pengantin. Apa yang

bapak ketahui mengenai tradisi ini?

Jawaban : Saweran pengantin yaitu tradisi suku sunda tentang adat

pernikahan, saweran itu mempunyai arti memberikan nasihat

kepada para pengantin laki-laki dan perempuan, nasihatnya itu

tentang berkeluarga nanti biar menjadi keluarga sakinah, mawaddah

dan rohmah.

Pertanyaan : Bagaimanakah proses persiapan saweran pengantin tersebut?

Mohon dijelaskan secara rinci

Jawaban : Praktiknya ya ketika setelah akad nikah, biasanya ketika acara

resepsi pernikahan yang dihadiri oleh para tamu undangan serta

besan dari pihak mempelai laki-laki, pihak keluarga perempuan

menyiapkan uang receh, permen, beras, dan kunyit, kalau kunyit di

campur dengan beras agar berasnya berubah warna supaya jadi

warna kuning yang tandanya emas. Lalu tukang sawer yang

menaburkan atau mengawerkan bisa juga dari pihak keluarga

mempelai pengantin ke arah pengantin yang sudah duduk dikursi

yang telah di sediakan, tukang sawer menyanyikan kidung sambil

mengawerkan uang logamnya. Pada saat mengawerkannya

menunggu tanda dari tukang sawer dengan tanda sapun atau sawer,

kalau uang recehnya sudah habis, maka prosesi saweran telah

selesai.

Pertanyaan : Apakah besaran uang saweran pengantin dipengaruhi oleh

tingkatan ekonomi yang ada di tengah-tengah masyarakat?

Jawaban : Tidak, semampunya dari pihak mempelai wanita, biasanya pihak

laki-laki juga menambahkan buat saweran.

Pertanyaan : Menurut bapak, apa tujuan saweran pengantin dalam proses

pernikahan?

Jawaban : Ya tujuannya melestarikan adat sunda, kemudian memberikan

nasihat buat para pengantin dalam berumah tangga, serta untuk

memeriahkan acara pernikahan sama kadang ada juga yang

bernadzar untuk saweran kalau anaknya berjodoh nanti.

Pertanyaan : Di dalam pernikahan adat sunda terdapat saweran pengantin,

apabila tidak melakukan tradisi tersebut, apakah ada dampak ke

perkawinan tersebut?

Page 107: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

Jawaban : Tidak ada, itu hanya adat yang gak harus di laksanakan, mau

melaksanakan ya silahkan, gak melaksanakan juga tidak ada-apa,

tapi kalau yang nadzar ya harus melaksanakannya.

B. PRAKTIK Pertanyaan : Bagaimana pernikahan bapak dulu? Apakah menyertakan tradisi

saweran dalam prosesnya?

Jawaban : Ya melaksanakan

Pertanyaan : Siapakah diantara suami/istri yang harus menyiapkan proses

saweran pengantin?

Jawwaban : Ya pihak istri, karena acaranya di kediaman istri

Pertanyaan : Berapakah jumlah uang saweran pengantin yang bapak siapkan

saat menikah?

Jawaban : Dua ratus ribu

Pertanyaan : Apakah ada ritual lain setelah saweran berlangsung, mohon

paparkan sepengetahuan bapak/ibu?

Jawaban : Yah ada, waktu itu nincak dodol

C. SIKAP

Pertanyaan : Apakah saweran pengantin tersebut memberatkan mempelai laki-

laki/perempuan? Mohon tanggapannya.

Jawaban : Tidak memberatkan, karena itu juga kan buat memeriahkan pesta

pernikahan dan melestarikan adat sunda.

Pertanyaan : Bagaimana respon bapak jika ada keluarga atau kerabat yang

melaksanakan saweran?

Jawaban : Yah senang, karena masih di praktikan tradisi sunda dulu sampai

sekarang, saya sih berharap supaya pernikahan di Cikupa ini selalu

mempraktikan saweran di acara pernikahannya agar tidak punah

nantinya dan agar generasi mudanya juga tau akan saweran itu adat

sunda.

Pertanyaan : Dari zaman dulu sampai saat ini, saweran masih tetap dilakukan,

bagaimana respon bapak mengenai hal ini, setuju atau tidak?

Jawaban : Yah setuju sekali, memang harus tetap di lakukan agar generasi

muda tau tentang tradisi ini.

Page 108: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT KECAMATAN CIKUPA

KABUPATEN TANGERANG

Nama : Saepul Hupad, S.sy, S.H

Alamat : KUA Cikupa

Waktu : 11 April 2018 14.30-15.10 WIB

Pekerjaan : Penghulu Kec. Cikupa

A. PENGETAHUAN

Pertanyaan : Dalam proses pernikahan adat sunda terdapat banyak tahapan yang

dilakukan, salah satunya yaitu tradisi sawer pengantin. Apa yang

bapak ketahui mengenai tradisi ini?

Jawaban : Ya itu kan sudah tradisi, memang bagus karena sangat meriah dan

kerumunin sama anak-anak, asal tidak bertentangan dengan ajaran

agama kita, yah sah-sah saja.

Pertanyaan : Bagaimanakah proses persiapan saweran pengantin tersebut?

Mohon dijelaskan secara rinci

Jawaban : Di awali dengan lagu kidung sunda, setelah kidung dilantunkan

maka benda sawer dilemparkan, biasanya beras kuning, di campur

dengan permen dan uang logam.

Pertanyaan : Apakah besaran uang saweran pengantin dipengaruhi oleh

tingkatan ekonomi yang ada di tengah-tengah masyarakat?

Jawaban : Yah jelas, karena apabila ekonominya tinggi pasti

mengeluarkannya lebih tinggi lagi, kalau masyarakat biasa-biasa

saja. Contohnya kalau masyarakat menengah mungkin seratus ribu,

tapi kalau masyarakat ke atas mungkin lebih tinggi lagi

Pertanyaan : Menurut bapak, apa tujuan saweran pengantin dalam proses

pernikahan?

Jawaban : Tujuannya yah biar meriah, sebagai pesan moral, dan menjaga

tradisi juga agar tidak hilang.

Pertanyaan : Di dalam pernikahan adat sunda terdapat saweran pengantin,

apabila tidak melakukan tradisi tersebut, apakah ada dampak ke

perkawinan tersebut?

Jawaban : Tidak ada, itu kan hanya ssebagai tradisi saja. Mau melaksanakan

dan tidak melaksanakan juga tidak apa-apa.

B. PRAKTIK Pertanyaan : Bagaimana pernikahan bapak dulu? Apakah menyertakan tradisi

saweran dalam prosesnya?

Jawaban : Iya ada, waktu itu saya dibawa ke suatu tempat di halaman rumah

duduk berdua sama istri lalu di payungin.

Pertanyaan : Siapakah diantara suami/istri yang harus menyiapkan proses

saweran pengantin?

Jawwaban : Biasanya pihak istri karena acaranya di tempat istri

Pertanyaan : Berapakah jumlah uang saweran pengantin yang bapak siapkan

saat menikah?

Page 109: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

Jawaban : Waktu itu kurang lebih seratus ribu rupiah, karena pada zaman itu

ukuran segitu cukup besar.

Pertanyaan : Apakah ada ritual lain setelah saweran berlangsung, mohon

paparkan sepengetahuan bapak?

Jawaban : Tidak ada, waktu itu setelah saweran selesai langsung duduk lagi

di tempat pelaminan untuk menyambut para tamu undangan.

C. SIKAP

Pertanyaan : Apakah saweran pengantin tersebut memberatkan mempelai laki-

laki/perempuan? Mohon tanggapannya.

Jawaban : Saya rasa tidak, Tradisi saweran pengantin ini memang harus tetap

di laksanakan dan di lestarikan, lagipula acara macam hal ini tidak

memberatkan pihak keluarga karena pastinya mereka sudah

meniatkan untuk melakukan saweran ini

Pertanyaan : Bagaimana respon bapak jika ada keluarga atau kerabat yang

melaksanakan saweran?

Jawaban : Saya setuju karena saya pribadi dulu melaksanakan hal itu. Apalagi

kita kan suku sunda jadi harus melaksanakan. Dengan adanya

saweran ini kan kita kembali ke zaman dulu sehingga melestarikan.

Lagipula kan banyak pesan moral yang di sampaikan.

Pertanyaan : Dari zaman dulu sampai saat ini, saweran masih tetap dilakukan,

bagaimana respon bapak/ibu mengenai hal ini, setuju atau tidak?

Jawaban : Respon saya sangat setuju, karena itu tadi kembali lagi jangan-

jangan masyarakat tidak tau tradisi ini, ketika dia melihat kan jadi

tahu, jadikan kalau punya anak mau juga ada tradisi ini. Jadi kan

pada tau sama tradisi ini. Penting juga kan tradisi ini kan nantinya

akan terkenang.

Page 110: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT KECAMATAN CIKUPA

KABUPATEN TANGERANG

Nama : Siti Maswah, S.Sos, M.Si

Alamat : Kecamatan Cikupa

Waktu : 12 April 2018 09.20-09.40 WIB

Pekerjaan : Kasubag Umum dan Kepegawaian Kec. Cikupa

A. PENGETAHUAN

Pertanyaan : Dalam proses pernikahan adat sunda terdapat banyak tahapan yang

dilakukan, salah satunya yaitu tradisi sawer pengantin. Apa yang ibu

ketahui mengenai tradisi ini?

Jawaban : Kalau menurut saya saweran pengantin ini bisa dijadikan rasa

bentuk syukur yang berupa rasa syukur kita dan warga sekitar juga

merasakan kebahagiaan sama tradisi ini.

Pertanyaan : Bagaimanakah proses persiapan saweran pengantin tersebut?

Mohon dijelaskan secara rinci

Jawaban : Kalau di Sunda yang saya tahu itu beras, permen, uang, dan kunyit.

Pertanyaan : Apakah besaran uang saweran pengantin dipengaruhi oleh

tingkatan ekonomi yang ada di tengah-tengah masyarakat?

Jawaban : Tergantung kesanggupan masyarakat itu sendiri. Kalau menurut

saya tidak ada batasan yang di pengaruhi oleh seorang tokoh atau

kekayaan seseorang.

Pertanyaan : Menurut ibu, apa tujuan saweran pengantin dalam proses

pernikahan?

Jawaban : Kalau secara umumnya yah pesta pernikahan, disamping itu kan

benda-benda saweran kan ada makna tertentu seperti yang saya

sampaikan tadi, beras melambangkan apa, permen melambangkan

apa.

Pertanyaan : Di dalam pernikahan adat sunda terdapat saweran pengantin,

apabila tidak melakukan tradisi tersebut, apakah ada dampak ke

perkawinan tersebut?

Jawaban : Tidak ada, karena kalau secara sahnya nikah itu kan hanya ijab

qaabul, kalau itu kan hanya sebagai pesta pernikahan saja.

B. PRAKTIK Pertanyaan : Bagaimana pernikahan ibu dulu? Apakah menyertakan tradisi

saweran dalam prosesnya?

Jawaban : Iya saya menyiapkan saweran, karena saya anak pertama jadi anak

Pertanyaan : Siapakah diantara suami/istri yang harus menyiapkan proses

saweran pengantin?

Jawwaban : Pihak istri

Pertanyaan : Berapakah jumlah uang saweran pengantin yang ibu siapkan saat

menikah?

Jawaban : Saya mempersiapkannya sebesar 500 ribu, karena habis di sawer

keluarga membagikan kepada sanak saudara.

Page 111: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

Pertanyaan : Apakah ada ritual lain setelah saweran berlangsung, mohon

paparkan sepengetahuan ibu?

Jawaban : Tidak ada

C. SIKAP

Pertanyaan : Apakah saweran pengantin tersebut memberatkan mempelai laki-

laki/perempuan? Mohon tanggapannya.

Jawaban : Tidak, itu kan semampunya dan sebagai kebahagian juga.

Pertanyaan : Bagaimana respon ibu jika ada keluarga atau kerabat yang

melaksanakan saweran?

Jawaban : Saya senang, karena memerihakan dan melestarikan sunda.

Pertanyaan : Dari zaman dulu sampai saat ini, saweran masih tetap dilakukan,

bagaimana respon ibu mengenai hal ini, setuju atau tidak?

Jawaban : Setuju, karena melestarikan adat sunda.

Page 112: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

WAWANCARA DENGAN TOKOH AGAMA KECAMATAN CIKUPA

KABUPATEN TANGERANG

Nama : Ust. Kholiluddin

Alamat : Kp. Batu Nunggul Rt. 03/Rw. 10 Desa Sukatani.

Waktu : 24 Maret 2018 14.25-14.50 WIB

Pekerjaan : Tokoh Agama

A. PENGETAHUAN

Pertanyaan : Secara umum, bagaimanakah kehidupan keagamaan di Kecamatan

Cikupa menurut bapak?

Jawaban : Menurut ke agamaan di Kecamatan Cikupa biasa saja, lancar-

lancar saja, jadi memang dari segi ke agamaan tidak ada yang di

khawatirkan

Pertanyaan : Menurut bapak, bagaimana sebenarnya posisi adat istiadat dalam

Agama Islam?

Jawaban : Adat istiadat di dalam agama Islam mungkin rukun-rukun saja,

perselisihan mungkin ada, perbedaan, namun di dalam perbedaan itu

tidak menimbulkan perpecahan.

Pertanyaan : Apa yang bapak ketahui mengenai bentuk tradisi saweran

pengantin yang terdapat pada masyarakat di kecamatan Cikupa saat

ini?

Jawaban : Tradisi saweran memang sudah menjadi tradisi dikalangan

masyarakat secara umum, memang saweran ini sudah umum dan

tidak bisa dihilangkan, jadi saweran sudah tradisi dari nenek

moyang

Pertanyaan : Menurut bapak, bagaimana Agama Islam memandang tradisi

saweran pengantin? Sementara dalam tradisi saweran terdapat

benda-benda yang digunakan sebagai kepercayaan tertentu,

misalnya permen untuk agar kehidupan rumah tangganya manis dan

tentram?

Jawaban : Jadi pandangan di dalam agama tentang tradisi saweran kurang

baik, karena pada orang saweran masyarakat dengan sendirinya

akan memungut dengan desak-desakkan nah itu lah yang tidak di

bolehkan oleh Nabi, asal pokok dari pada mencegah adalah haram.

Pertanyaan : Jika tradisi sawer tidak bertentangan dengan syariat islam, lantas

metode hukum Islam yang manakah yang telah

memperbolehkannya?

Jawaban : Intinya mah tidak jadi masalah asalkan dengan norma-norma

agama Islam, mungkin para ulama mengqiyaskan membolehkan

saweran untuk kedua mempelai agar memperoleh kesenangan dan

katanya dari pihak keluarga carek (suatu janji) kalau ini anak ada

jodoh, mau di sawer. Karena memang sudah menjadi tradisi, tapi

sekarang mah sudah mulai berkurang. Tapi kalau menurut hukum

Islam tidak mendatangkan kemafsadatan itu tidak apa-apa.

B. PRAKTIK

Page 113: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

Pertanyaan : Bagaimana pernikahan bapak dulu? Apakah menyertakan tradisi

saweran dalam prosesnya?

Jawaban : Waktu pernikahan bapak mah tidak ada saweran-saweran seperti

sekarang-sekarang ini. Mungkin masyarakat disana tidak memakai

atau tidak tahu, karena waktu bapak menikah mah tidak disini, tapi

di pandeglang.

Pertanyaan : Apakah ada ritual lain setelah saweran berlangsung, mohon

paparkan sepengetahuan bapak/ibu?

Jawaban : Tidak ada ritual-ritual setelah saweran.

C. SIKAP

Pertanyaan : Bagaimana respon bapak jika ada keluarga atau kerabat yang

melaksanakan saweran?

Jawaban : Biasa-biasa saja. Saweran yah setuju-setuju saja, asal tidak

merusak norma-norma agama.

Pertanyaan : Dari zaman dulu sampai saat ini, saweran masih tetap dilakukan,

bagaimana respon bapak mengenai hal ini, setuju atau tidak?

Jawaban : Setuju dan tidak. Setujunya karena memang sudah menjadi adat

kebiasaan. Adapun tidak setuju karena nabi mengatakan bahwa

saweran itu tidak boleh, karena dengan saweran mengeluarkan koin

dan sebagainya. kalau masalah itu kan kalau ingin sodaqohmah ada

tempatnya seperti ada zakat, infaq, dan shadaqah kemudian di kita

juga banyak masyarakat miskin yang perlu kita perhatikan untuk

shadaqoh tersebut. Tapi untuk saweran tidak apa-apa.

Page 114: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

WAWANCARA DENGAN TOKOH AGAMA KECAMATAN CIKUPA

KABUPATEN TANGERANG

Nama : H. Ahyani

Alamat : Kp. Gebang Desa Pasir Jaya Kecamatan Cikupa

Waktu : 12 Maret 2018 19.35-20.45

Pekerjaan : Pimpinan Pondok Pesantren Ibnul Marzuq Al Gibani

A. PENGETAHUAN

Pertanyaan : Secara umum, bagaimanakah kehidupan keagamaan di Kecamatan

Cikupa menurut bapak?

Jawaban : Kehidupan agama di Kecamatan Cikupa sangat harmonis,

walaupun terdapat perbedaan aliran, namanya juga daerah

urbanisasi banyak pendatang, namun saat ini masih harmonis.

Pertanyaan : Menurut bapak, bagaimana sebenarnya posisi adat istiadat dalam

Agama Islam?

Jawaban : Adat istiadat boleh saja, selama tidak bertentangan dengan syariat

agama Islam, kalau memang bertentangan dengan syariat Islam,

maka hukum adat harus dihilangkan yang diambil hukum Islamnya.

Pertanyaan : Dalam proses pernikahan adat sunda terdapat banyak tahapan yang

dilakukan, salah satunya yaitu tradisi sawer pengantin. Apa yang

bapak ketahui mengenai tradisi ini?

Jawaban : Jadi saweran itu merupakan hukum adat sunda, prosesnya ada yang

di awerkan ada juga yang di kasih pake amplop biasanya ini kepada

keluarganya, biasanya sama tukang sawer prosesinya.

Pertanyaan : Bagaimana bentuk tradisi saweran pengantin yang terdapat pada

masyarakat di kecamatan Cikupa?

Jawaban : Kebanyakan seperti itu, disawerkan di awurkan, bentuk tradisinya

menggunakan permen, beras, koin. dan kunyit.

Pertanyaan : Menurut bapak, bagaimana Agama Islam memandang tradisi

saweran pengantin? Sementara dalam tradisi saweran terdapat

benda-benda yang digunakan sebagai kepercayaan tertentu,

misalnya permen untuk agar kehidupan rumah tangganya manis dan

tentram?

Jawaban : Boleh-boleh saja dalam agama Islam, hukumnya dibolehkan tidak

dilarang. Masalah itu kan kalau dalam Islam itu disebut tafa’ul,

seperti anak kecil di kasih madu supaya kata-kata yang keluar dari

mulutnya itu kata-kata manis dan indah. Saweran itu juga seperti itu

jadi pake beras supaya subur kebutuhan pangan dan biar barokah

juga, jadi tafa’ul itu diperbolehkan. Contoh lagi nama anak

menggunakan nama ulama, harapannya supaya anak itu besarnya

seperti ulama tersebut. Jadi permen itu kan manis, yah supaya

keluarganya manis, uang logam ya supaya keluarganya banyak rezki

yang berlimpah.

Pertanyaan : Jika tradisi sawer tidak bertentangan dengan syariat islam, lantas

metode hukum Islam manakah yang telah memperbolehkannya,

Page 115: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

misal dengan menggunakan kaidah ushul fiqh atau mungkin dengan

yang lainnya?

Jawaban : Ya tidak keluar dari kaidah ushul fiqih, salah satunya ada maslahah

mursalah, yaitu kemnafaatan bagi masyarakat, nah di saweran kan

mendatangkan kemanfaatan bagi orang yang memungut yangnya

dan mendatangkan kebahagiaan sebagai hiburan.

B. PRAKTIK Pertanyaan : Bagaimana pernikahan bapak dulu? Apakah menyertakan tradisi

saweran dalam prosesnya?

Jawaban : Ya ada, karena orang tua bernadzar kalau ada jodohnya maka di

sawer.

Pertanyaan : Apakah ada ritual lain setelah saweran berlangsung, mohon

paparkan sepengetahuan bapak?

Jawaban : Ada, makan bakakak ayam sambil tarik-tarikan, siapa yang paling

mendapatkan paling besar maka besar miliknya, kemudian ada juga

nincak dodol.

C. SIKAP

Pertanyaan : Bagaimana respon bapak jika ada keluarga atau kerabat yang

melaksanakan saweran?

Jawaban : Ya tidak apa-apa, biasa-biasa saja karena berdasarkan hukum

bolehnya tadi, bahkan ya kita mendukung juga salah karena itu salah

satu bentuk kesenangan dan kebahagiaan dan rasa syukur juga

karena uang koinnya itu kita niatkan untuk shadaqah.

Pertanyaan : Dari zaman dulu sampai saat ini, saweran masih tetap dilakukan,

bagaimana respon bapak mengenai hal ini, setuju atau tidak?

Jawaban : Setuju saja, selama tidak keluar dari syariat agama islam, kalau

saweran dangdut yah tidak boleh, jaipongan yah tidak boleh, kalau

saweran pengantin itu boleh karena tidak bertentangan dengan

ajaran agama Islam.

Page 116: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

WAWANCARA DENGAN TOKOH AGAMA KECAMATAN CIKUPA

KABUPATEN TANGERANG

Nama : H. Abdul Halip

Alamat : Kp. Gintung Desa Pasir Jaya Kecamatan Cikupa

Waktu : 11 April 2018 19.00-19.48 WIB

Pekerjaan : Tokoh Agama

A. PENGETAHUAN

Pertanyaan : Secara umum, bagaimanakah kehidupan keagamaan di Kecamatan

Cikupa menurut bapak?

Jawaban : Ke agamaan di kita sudah berkembang, karena dari masyarakat

sudah banyak yang hadir pada acara pengajian-pengajian entah itu

dari laki-laki maupun perempuan.

Pertanyaan : Menurut bapak, bagaimana sebenarnya posisi adat istiadat dalam

Agama Islam?

Jawaban : Memang adat istiadat dalam agama islam sebagaimana kebiasaan

kita, Kebiasaan yang sudah jadi kebiasaan harus di pertahankan.

Contohnya kalau dulu seperti setiap panen padi maka hajatan atau

resepsi syukuran, karena itu sudah jadi adat terus hari hajatnya hari

Sabtu sama Minggu, kemudian asalakan adat itu tidak bertentangan

dengan hukum Islam maka sah-sah saja

Pertanyaan : Dalam proses pernikahan adat sunda terdapat banyak tahapan yang

dilakukan, salah satunya yaitu tradisi sawer pengantin. Apa yang

bapak ketahui mengenai tradisi ini?

Jawaban : Saweran merupakan adat sunda dan sudah ada sejak zaman dulu.

Bahan-bahan saweran menggunakan bahan-bahan seperti koin,

beras, kunyit dan perme yang nanti di awerkan ke pengantin.

Pertanyaan : Bagaimana bentuk tradisi saweran pengantin yang terdapat pada

masyarakat di kecamatan Cikupa?

Jawaban : Yah praktiknya sama saja seperti di daerah lain, tempatnya di

kediaman mempelai wanita dan yang harus disiapkan yaitu beras,

permen, kunyit, dan uang logam. Buat yang menyawernya yaitu ada

orang khusus yang biasa di sebut tukang sawer.

Pertanyaan : Menurut bapak, bagaimana Agama Islam memandang tradisi

saweran pengantin? Sementara dalam tradisi saweran terdapat

benda-benda yang digunakan sebagai kepercayaan tertentu,

misalnya permen untuk agar kehidupan rumah tangganya manis dan

tentram?

Jawaban : Islam memandang adat yah selama itu tidak bertentangan dengan

hukum Islam maka sah-sah saja, diperbolehkan dan tidak

melanggar. Menggunakan benda itu kan hanya perantara saja, hanya

simbol dan simbol itu kan mempunyai makna. Contohnya beras

mempunyai simbol bahan makanan pokok indonesia jadi supaya

kebutuhan pokoknya itu selalu terpenuhi dan tidak kekurangan.

Harapan buat keluarga yang di sawer begitu.

Page 117: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

Pertanyaan : Jika tradisi sawer tidak bertentangan dengan syariat islam, lantas

metode hukum Islam manakah yang telah memperbolehkannya,

misal dengan menggunakan kaidah ushul fiqh atau mungkin dengan

yang lainnya?

Jawaban : Yah pastinya ada cara dalam menentukannya, yah hadis juga dan

ushul fiqih juga bisa, salah satunya dengan ‘urf itu, kalau ‘urf itu kan

disebutnya hukum adat. Kalau tidak bertentangan maka boleh saja.

B. PRAKTIK Pertanyaan : Bagaimana pernikahan bapak dulu? Apakah menyertakan tradisi

saweran dalam prosesnya?

Jawaban : Tidak di sawer

Pertanyaan : Apakah ada ritual lain setelah saweran berlangsung, mohon

paparkan sepengetahuan bapak?

Jawaban : Tidak ada.

C. SIKAP

Pertanyaan : Bagaimana respon bapak jika ada keluarga atau kerabat yang

melaksanakan saweran?

Jawaban : Yah karena saweran pengantin tidak bertentangan dengan hukum

Islam, maka tidak masalah dan senang-senang saja kalau ada

keluarga yang di sawer.

Pertanyaan : Dari zaman dulu sampai saat ini, saweran masih tetap dilakukan,

bagaimana respon bapak mengenai hal ini, setuju atau tidak?

Jawaban : Yah setuju, karena dari zaman dulu di sudah praktikan dan bagus

juga kalau tetap dilakukan karena supaya lestari saweran pengantin

ini.

Page 118: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

WAWANCARA DENGAN TOKOH AGAMA KECAMATAN CIKUPA

KABUPATEN TANGERANG

Nama : Ust. Endang Nasrudin

Alamat : Pasir Awi Desa Pasir Jaya

Waktu : 11 April 2018 14. 10-14.40 WIB

Pekerjaan : Tokoh Agama

A. PENGETAHUAN

Pertanyaan : Secara umum, bagaimanakah kehidupan keagamaan di Kecamatan

Cikupa menurut bapak?

Jawaban : Kehidupaan agama Islam di Cikupa ya tentram-tentram saja tidak

ada konflik dan bagus ya karena banyak pengajian-pengajian entah

itu bapak-bapak maupun ibu-ibu.

Pertanyaan : Menurut bapak, bagaimana sebenarnya posisi adat istiadat dalam

Agama Islam?

Jawaban : Hukum adat di ajaran agama Islam ya ada, asalkan tidak keluar dari

ajaran agama Islam dan tidak melanggar syariat.

Pertanyaan : Dalam proses pernikahan adat sunda terdapat banyak tahapan yang

dilakukan, salah satunya yaitu tradisi sawer pengantin. Apa yang

bapak ketahui mengenai tradisi ini?

Jawaban : Saweran pengantin ya ketika orang menikah maka di sawer,

saweran pengantin kan memang sudah lama diterapkan dan

memang adat Sunda.

Pertanyaan : Bagaimana bentuk tradisi saweran pengantin yang terdapat pada

masyarakat di kecamatan Cikupa?

Jawaban : Prosesinya ya mengggunakan koin, beras, kunyit, dan permen.

Pelaksanaannya pas hari pernikahannya.

Pertanyaan : Menurut bapak, bagaimana Agama Islam memandang tradisi

saweran pengantin? Sementara dalam tradisi saweran terdapat

benda-benda yang digunakan sebagai kepercayaan tertentu,

misalnya permen untuk agar kehidupan rumah tangganya manis dan

tentram?

Jawaban : Yah boleh saja, karena itu kan cuma simbol saja ya. Bukan ke

percayaan.

Pertanyaan : Jika tradisi sawer tidak bertentangan dengan syariat islam, lantas

metode hukum Islam manakah yang telah memperbolehkannya,

misal dengan menggunakan kaidah ushul fiqh atau mungkin dengan

yang lainnya?

Jawaban : Yah selama tidak bertentangan dan melanggar ajaran agama Islam

itu boleh dan sah-sah saja, lagipula saweran kan mendatangkan

kebahagian bagi pengantin, keluarga dan masyarakat yang hadir.

B. PRAKTIK Pertanyaan : Bagaimana pernikahan bapak dulu? Apakah menyertakan tradisi

saweran dalam prosesnya?

Jawaban : Tidak di sawer.

Page 119: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

Pertanyaan : Apakah ada ritual lain setelah saweran berlangsung, mohon

paparkan sepengetahuan bapak?

Jawaban : Mungkin ada ya, tapi saya kurang tau hal itu.

C. SIKAP

Pertanyaan : Bagaimana respon bapak jika ada keluarga atau kerabat yang

melaksanakan saweran?

Jawaban : Yah senang-senang saja, karena keluarga pastinya senangkan.

Pertanyaan : Dari zaman dulu sampai saat ini, saweran masih tetap dilakukan,

bagaimana respon bapak mengenai hal ini, setuju atau tidak?

Jawaban : Yah setuju saja, kan itu tidak melanggar syariat Islam.

Page 120: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 121: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 122: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 123: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 124: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 125: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 126: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 127: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 128: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 129: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 130: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 131: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 132: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 133: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 134: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 135: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 136: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 137: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing
Page 138: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing

PROSESI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN

Page 139: TRADISI SAWERAN PENGANTIN PERKAWINAN DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44457/1/MUHAMAD ARIS... · Kata Kunci : Adat Sunda, Saweran Pengantin, Hukum Islam. Pembimbing