tradisi rebo pungkasan di wonokromo pleret bantul

42
TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL ( Perspektif Hierarki Nilai Max Scheler) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Filsafat Islam ( S.Fil.I) Oleh: Romlah 12510058 PROGRAM STUDI FILSAFAT AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016

Upload: others

Post on 06-Dec-2021

5 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

( Perspektif Hierarki Nilai Max Scheler)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Filsafat Islam ( S.Fil.I)

Oleh:

Romlah

12510058

PROGRAM STUDI FILSAFAT AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2016

Page 2: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL
Page 3: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL
Page 4: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL
Page 5: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL
Page 6: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Almamater tercinta Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

UIN Sunan Kalijaga semoga semakin maju dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya ilmu-ilmu Filsafat.

Page 7: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

vii

MOTTO

“Selama ada keyakinan, semua akan menjadi mungkin”

“Kegagalan terjadi karena terlalu banyak berencana tapi sedikit berfikir”

“Pengalaman dan kegagalan akan membuat orang menjadi lebih bijak”

Page 8: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

viii

ABSTRAK

Tradisi upacara Rebo Pungkasan memiliki nilai-nilai filosofis yang erat

dengan masyarakat. Tujuan dari pelaksanan tradisi Rebo Pungkasan merupakan

sebuah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, serta untuk

mengenang jasa seorang kyai pertama di Wonokromo yaitu Kyai Muhammad

Faqih, yang merupakan salah satu ulama pelopor berdirinya desa Wonokromo.

Peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai nilai-nilai filosofis yang

terdapat dalam upacara Rebo Pungkasan, dengan mengunakan hierarki nilai Max

Scheler. Adapun masalah dalam penelitian ini, yaitu: mengulas latar belakang sejarah

tradisi dan prosesi Rebo Pungkasan di Wonokromo, nilai filosofis yang terdapat

dalam upacara Rebo Pungkasan dan kemudian upaya yang dilakukan masyarakat

wonokromo untuk mempertahankan tradisi tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Metode yang dipakai dalam

penelitian ini adalah kualitatif dengan lebih mendekatkan kepada observasi dan

wawancara sedangkan analisis penelitian ini dengan langkah Deskriptif

Kualitatif.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini berupa: Nilai Kesenangan dan

ketidaknikmatan yaitu nilai-nilai di dalamnya terdapat nilai hiburan yang membuat

masyarakat terhibur dengan upacara Rebo Pungkasan ini. Nilai kehidupan juga

terdapat pada makna lemper dan gunungan itu sendiri yaitu untuk mencapai sebuah

kenikmatan, kita harus melewati beberapa tahap dan perjalanan kehidupan mulai

kelahiran sampai kematian. Nilai vitalitas terdapat dalam nilai moral, sosial, ekonomi

dan hiburan. Nilai spiritual ditunjukkan pada keindahan yang terdapat pada saat kirab

lemper dan gunungan sekaligus yang terdapat pada para prajurit dan bergodo serta

peralatan yang menyertainya. Nilai Religius terdapat pada saat upacara yang diawali

dengan berdo’a di masjid al-Huda sebelum pemberangkatan dan pemotongan lemper

selain itu saat gemelan yang di bunyikan dengan gending atau lagu Islam yang

memiliki makna Syahadat Rasul dan Syahadat Tauhid. Selain itu upaya yang

dilakukan masyarakat wonokromo untuk mempertahankan tradisi ini dengan cara

menjadikan sebagai agenda tahunan di Wonorkomo.

Page 9: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya, shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada

junjungan nabi Muhammad SAW beserta segenap keluarga, sahabatnya dan

seluruh umat-nya.

Merupakan suatu kebahagiaan tersendiri jika suatu tugas dapat

terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi merupakan

suatu tugas yang tidak ringan. Secara sadar banyak hambatan yang penulis

jumpai dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan

kemampuan penulis sendiri. Kalaupun akhirnya skripsi ini terselesaikan juga

adalah karena banyaknya pihak yang telah memberikan jasanya berupa dukungan,

masukan, serta kritikan dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih

yang tidak terhingga pada pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya

kepada :

1. Bapak Dr. Alim Roswantoro M, Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin,

dan Pemikiran Islam.

2. Bapak Dr. H.Robby Habiba Abror, S.Ag., M.Hum selaku ketua Prodi

Filsafat Agama.

Page 10: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

x

3. Bapak Muh. Fatkhan, S.Ag, M.Hum., selaku Sekertaris Prodi Filsafat

Agama dan dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan

kebijaksanaan beliau, sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

4. Pimpinan perpustakaan Ushuluddin maupun institut yang telah

memberikan ijin dan layanan kepustakaan yang diperlukan dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Segenap Dosen Program Studi Filsafat Agama, dan seluruh civitas

akademik UIN Sunan Kalijaga yang memberi sumbangsih dalam proses

penulisan skripsi ini serta seluruh karyawan-karyawati di fakultas

Ushuluddin dan Pemikiran Islam.

6. Kepada Ibu saya Rosidah dan Almarhum Bapak Irun, khususnya Ayah

angkat saya A. Husain sekeluarga, dan keluarga besar Kyai Ubaidullah

Shodaqoh sekeluarga, yang senantiasa memberi kasih sayang, do’a dan

bantuan moril dan materi yang tanpa lelah kepada saya demi kelancaran

skripsi ini dan kesuksesan di masa mendatang.

7. Pengasuh dan pengurus pondok pesantren Darul Ulum Wal Hikam

(Dawam) serta santriwan dan santriwati yang telah memberikan motivasi,

do’a dan mengajarkan arti kesabaran dan kebersamaan.

8. Terimakasih juga untuk seseorang yang masih setia memberikan warna

dalam hidupku hingga saat ini, semoga dengan terselesaikanya skripsi ini

adalah hikmah yang terkandung di dalamnya untuk penulis sendiri dan

untuk dia semoga kebersamaan menjadi akhir hubungan kita kelak

amin...(Aiz fauzan).

Page 11: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

xi

9. Teman-teman seperjuangan kelas filsafat agama angkatan 2012 yang tanpa

mereka sadari telah memberikan dorongan untuk segera menyelesaikan

skripsi ini

10. Teman-teman kkn 91, terimakasih atas kerja sama dan kebersamaannya,

semoga menjadi pribadi yang lebih baik kedepanya.

11. Teman-teman alumni ponpes Ma’had Itqon, yang senantiasa menasehati,

memotivasi, dan menghibur serta telah memberikan gairah dalam

penyusunan hingga selesainya skripsi ini.

Penulis penyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat senang dan terhormat

apabila ada koreksi, kritik dan saran untuk meningkatkan kualitas

dalampenulisan skripsi ini. akhirnya, semoga Allah SWT selalu meridhai

segala amal dan usaha kita semua. Amin.

Yogyakarta, 24 Maret 2016

Penulis,

ROMLAH

NIM.12510058

Page 12: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

xii

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN NOTA DINAS ...................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN BERJILBAB ........................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi

HALAMAN MOTTO ............................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................... viii

ABSTRAK ................................................................................................. xi

DAFTAR ISI .............................................................................................. xii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................... 5

D. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 8

E. Metode Penelitian............................................................................ 11

F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 12

BAB II: LANDASAN TEORI

A. Definisi Nilai .................................................................................. 16

B. Konsep nilai dalam pandangan Max Scheler .................................. 20

C. Definisi Tradisi................................................................................ 21

Page 13: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

xiii

BAB III: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET

BANTUL

A. Gambaran umum ............................................................................. 28

B. Deskripsi Tradisi rebo Pungkasan ................................................. 49

1. Latar Belakang tradisi rebo Pungkasan .............................. 49

2. Prosesi upacara Rebo Pungkasan ....................................... 65

BAB IV: ANALISIS HIERARKI NILAI DALAM TRADISI REBO

PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

A. Makna Simbol dalam Tradisi Rebo Pungkasan ............................. 74

B. Hierarki Nilai Max Scheler dalam Rebo Pungkasan ...................... 82

C. Upaya Melestarikan Tradisi Rebo Pungkasan ............................... 90

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 94

B. Saran ................................................................................................ 96

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 100

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

DAFTAR TABEL

Page 14: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I Jumlah Penduduk dirinci menurut Jenis Kelamin ........ 24

Tabel II Jumlah sarana pendidikan Formal ................................ 28

Tabel III Jumlah sarana Pendidikan Non Formal ....................... 28

Tabel VI Jumlah Penganut Agama .............................................. 34

Tabel VII Sarana Fasilitas Peribadatan .......................................... 35

Page 15: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya

multikutural. Multikulturalisme sudah menjadi bagian dari masyarakat

Indonesia. Negara Republik Indonesia yang terdiri dari beribu pulau dan

lautan yang memisahkan antar pulaunya, menyebabkan beranekaragam

budaya dan suku bangsa yang dimiliki bangsa Indonesia. Hal ini terbukti

dengan banyaknya adat tradisi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, dimana

di setiap daerah atau wilayah masyarakatnya mempunyai tradisi khusus yang

berbeda antara satu dengan yang lainnya tak terkecuali masyarakat Jawa.

Setiap daerah mempunyai tradisi dan budaya masing-masing

mempunyai ciri khas yang berbeda dan unik. Bentuk-bentuk simbolis yang

berupa kata, benda, laku, mite, sastra, lukisan, nyanyian tradisional, musik,

dan kepercayaan mempunyai kaitan erat dengan konsep epistemologis dari

sistem pengetahuan masyarakat. Setiap masyarakat sangat senang untuk

melaksanakan atau menyaksikan tradisi masing-masing. Tradisi atau budaya

itu seperti upacara daerah misalnya Rebo Pungkasan. Rebo Pungkasan

merupakan salah satu tradisi dan budaya masyarakat Jawa.

Menurut Koentjaraningrat kebudayaan yang dimiliki manusia itu

mempunyai tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal, yaitu bahasa,

Page 16: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

2

sistem mata pencarian, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan

teknologi, sistem pengetahuan, religi, serta unsur-unsur kesenian.1 wujud

kebudayaan ada tiga yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek dari ide-

ide, gagasan, norma-norma, nilai-nilai. Sehingga dalam sebuah kebudayaan

yang berhubungan dengan suatu tradisi pasti ada nilai–nilai yang terkandung

di dalam kebudayaan.

Upacara tradisional merupakan bagian integral dari kehidupan

masyarakat dan pada hakikatnya upacara ini dilakukan untuk menghormati,

memuja, mensyukuri dan meminta keselamatan pada leluhur dan rasa syukur

terhadap Tuhannya. Pemujaan dan penghormatan kepada leluhur bermula

dari perasaan takut, segan dan hormat terhadap leluhur. Perasaan ini muncul

karena masyarakat mempercayai adanya kekuasaan diluar kemampuan-

kemampuan manusia atau kekuatan Supranatural, yaitu kekuasan Tuhan yang

beranggapan mampu memberi perlindungan kepada masyarakat.

Penyelengaraan upacara adat beserta aktifitas yang menyertainya ini

mempunyai arti (nilai) bagi warga masyarakat yang bersangkutan. Nilai

kepercayaan itu sangat melekat pada masyarakat yang masih kental dengan

hal mistis. Selain itu bisa dianggap sebagai sarana sosialisasi dan

pengukuhan nilai-nilai budaya yang sudah berlaku dalam kehidupan

masyarakat sehari-hari2

1 Koentjaraningrat, Metode Antropologi dalam Penyelidikan Masyarakat danKebudayaan

Indonesia.( Jakarta: Ui Press,1990 ), hlm.217. 2 Kartono Kamanjaya, Kebudayaan, Jawa, Perpaduan Dengan Islam, (Yogyakarta:

IKAPI, 1995), hlm. 257.

Page 17: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

3

Latar belakang yang mendasari masyarakat Desa Wonokromo

melaksanakan tradisi Rebo Pungkasan adalah sebagai penghormatan kepada

leluhur, juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha esa

yang telah memberikan nikmatnya. Tradisi Rebo Pungkasan tersebut

mempunyai riwayat tersendiri untuk mengenang jasa Kyai Welit yang telah

berjasa mengembalikan kejayaan Desa Wonokromo dari masa-masa sulit

atau saat dilanda musibah (Pagebluk) pada masa dahulu.

Tradisi Rebo Pungkasan yang dilakukan di Desa Wonokromo, Pleret,

Bantul adalah tergolong perayaan yang unik, artinya upacara ini berbeda

dengan tradisi Rebo Pungkasan di desa lain. Perayaan Rebo Pungkasan di

tempat lain pada umumnya dirayakan atau dimeriahkan dengan mengadakan

pengajian, sholat dan tahlilan ( do‟a bersama). Perayaan Rebo Pungkasan di

Wonokromo tidak hanya dengan mengadakan pengajian, tetapi dengan

mengadakan Kirab lemper raksasa pada puncak acaranya. Lemper

merupakan salah satu Icon utamanya, karena menurut mereka lemper

memiliki makna yang yang berarti dalam kehidupan manusia dan

masyarakat. Panitia dan Karangtaruna yang melakukan pembuatan lemper

raksasa, Gunungan. Sedangkan lemper kecil-kecil merupakan sumbangan

dari masyarakat Wonokromo, yang disediakan untuk dibagikan kepada

masyarakat yang setelah pemotongan lemper raksasa.

Penulis mengkaji tradisi Rebo Pungkasan di Desa Wonokromo karena

memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan tradisi Rebo Pungkasan

di desa lain. Dalam upacara Rebo Pungkasan tersebut, di dalamnya tersirat

Page 18: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

4

nasehat-nasehat yang sangat berharga yang ingin disampaikan kepada

masyarakat dan bangsa tentang kehidupan dan bermasyarakat, hanya saja

nasihat tersebut dibungkus dalam bentuk simbol-simbol atau lambang-

lambang yang berbentuk arak-arakan, berbagai bentuk jenis aktifitas dan

makanan yang di sajikan. Sehingga perlu diungkapkan agar lebih mudah

dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Dari pemaparan diatas, penulis menganggap perlu untuk melakukan

telaah untuk menggali kajian nilai pada upacara Rebo Pungkasan. Alasan,

penulis memilih tradisi ini sebagai sebuah penelitian karena ketertarikan dan

penulis menaruh perhatian besar terhadap budaya Jawa, khususnya yang ada

di Wonokromo. Penulis merasa bahwa perubahan zaman membentuk pola

pemikiran baru terhadap hal-hal yang tradisional, terutama tradisi Rebo

Pungkasan yang hanya diartikan sebagai sarana hiburan belaka. Tidak semua

masyarakat mengetauhi apa makna dibalik tradisi Rebo Pungkasan apa lagi

makna yang menjadi Icon utamanya yaitu Lemper. Karna pada hakikatnya

makna asli dari tradisi Rebo Pungkasan mulai mengalami pergeseran karena

perkembangan zaman. Upacara rebo Pungkasan ini memang terdapat nilai

filosofisnya, akan tetapi penulis ingin mengkaji lebih dalam dengan

mengunkan hirarki nilai Max Scheler. Sebagian masyarakat dan pengunjung

beanggapan bahwa tradisi Rebo Pungkasan merupakan salah satu tradsi lama

yang hanya di jadikan sarana hiburan belaka, tanpa ingin mencari apa makna

dan nilai yang terkandung di dalamnya.

Page 19: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang munculnya tradisi upacara tradisi

Rebo Pungkasan di Wonokromo pleret Bantul ?

2. Apa nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam upacara Rebo

Pungkasan menurut filsafat nilai Max Scheler?

3. Bagaimana upaya yang dilakukan masyarakat wonokromo untuk

mempertahankan tradisi Rebo Pungkasan ?

C. Tujuan dan manfaat penelitian

Tujuan dari penelitian tersebut adalah:

1. Menjelasakan latar belakang munculnya tradisi Rebo Pungkasan di

Wonokromo.

2. Mengungkapkan makna dan nilai-nilai filosofis yang terdapat dalam

upacara Rebo Pungkasan.

3. Apa saja yang dilakukan untuk mempertahankan dan melestarikan

tradisi Rebo Pungkasan yang ada di Wonokromo

Sedangkan manfaat penelitian tersebut adalah:

1. Sebagai bahan referensi dan apresiasi untuk menambah wawasan

pengetahuan khususnya dibidang kebudayaan yang ada di Jawa.

Page 20: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

6

2. Melengkapi hasil penelitian yang diperoleh peneliti terdahulu dan

bisa dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian lebih

lanjut .

3. Diharapkan penulisan tersebut dapat diambil manfaat khususnya

oleh pihak yang bersangkutan, dan masyarakat pada umumnya.

D. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelusuran penulis, penelitian tentang nilai-nilai

filosofis tradisi Rebo Pungkasan sudah ditemukan di beberapa skripsi,

diantaranya adalah:

Tradisi Rebo Wekasan di Desa Suci Kecamatan Mayar Kabupaten

Gresik: studi simbol” Merupakan skripsi dari Dzul faroh mahasiswa

Fakultas Adab, UIN Sunan Kalijaga tahun 2006. Skripsi ini Dzul Faroh

menguraikan secara detail simbol-simbol penting yang ada di dalam tradisi

tersebut.

Makna dan Nilai-nilai Filosofis dalam tradisi Nyadram di Dusun

Tritis Kulon kelurahan Girikerto Kecamatan turi Kabupaten Sleman

yogyakarta. Merupakan skripsi dari Muhammad Luqmanul Hakim

Mahasiswa dari Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan

Kalijaga tahun 2015. Dalam Skripsi ini, Lukman mengkaji tentang makna

dan nilai-nilai filosofis dari segi makanan dan ritual yang diadakan di

Dusun Tritis.

Upacara tradisi Nyadran di Desa Bulusan Kecamatan

Karangdowo Kabupaten Klaten (kajian Makna Simbol dan Nilai Religius.

Page 21: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

7

Merupakan skripsi dari Yustina dian parmadi mahasiswa dari Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

tahun 2003.3 Dalam skripsi ini Yustina menguraikan secara detail aspek

penting dalam upacara Nyadran yang dilaksanakan di desa penelitian

tersebut. Tradisi Nyadran di desa Bulusan tidak hanya dilaksanakan di

makam saja, tetapi di tempat lain yang di rasa memiliki unsur sakral dan

kramat.

Tradisi Saparan di Desa Ambarketawang Kecamatan Gamping

kabupaten Sleman. Merupakan skripsi dari Siti Hajar mahasiwa dari

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga tahun

2003. Dalam skripsi ini ia menulis mengenai deskripsi upacara Saparan

dan makna yang terkandung dalam saparan tersebut serta pengaruh tradisi

tersebut terhadap masyarakat.4

Buku pertama adalah “ Pemberdayaan masyarakat dalam tradisi

Rebo Pungkasan sebagai kearifan lokal” buku ini membahas tentang

upacara Rebo Pungkasan yang ada di Wonokromo Pleret Bantul.5

Buku selanjutnya adalah “ upacara tradisional sebagai kegiatan

Soaialisasi Daerah Istimewa Yogyakarta” karya Mulyadi Dkk. Buku ini

diterbitkan oleh Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan

Daerah 1982-1983. Dalam buku ini juga membahas tentang upacara

3 Yustina Dian Parmadi, Upacara Tradisi Nyadran di Desa Bulusan Kecamatan

Karangdowo Kabupaten Klaten, ( Kajian Makna dan Simbol dan Nilai Religius), Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret , Surakarta 2013. 4 Siti Hajar, Tradisi Saparan di Desa Ambarketawang kecamatan Gamping Kabupaten

Sleman, 2003 . 5Irwana. Pemberdayaan Masyarakat dalam Tradisi Rebo Pungkasan sebagai Kearifan Lokal,

(Yogyakarta: Citra Media, 2015).

Page 22: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

8

tradisional dan kaitanya dengan simbolisme dalam upacara adat, buku ini

juga dapat penulis jadikan sebagai literatur tambahan.

Dari keempat hasil penelitian yang dilakukan secara khusus

berkenaan dengan tradisi yang terkait dapat dilihat belum ada yang

membahas secara keseluruhan dan spesifik tentang nilai-nilai filosofis

yang terkandung dalam upacara Rebo Pungkasan khususnya yang terdapat

di wonokromo, pleret, bantul. Selain itu, penulis juga ingin mengetauhi

seperti apakah upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk melestarikan

tradisi upacara Rebo Pungkasan yang terdapat di Wonokromo, Pleret,

Bantul.

E. Metode Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan oleh peneliti pada skripsi

ini adalah penelitian lapangan fild research. Akan tetapi maksud dari

penelitian ini sebenarnya ingin mengetauhi nilai-nilai filosofis dari tradisi

upacara rebo pungkasan pada malam sapar di Wonokromo dan bagaimana

respon masyarakat disekitarnya, agar mendapatkan penelitian yang sesuai

dengan tema yang akan diambil, maka metode penelitian sangat dibutuhkan.

1. Metode Pengupulan Data

Pengumpulan data merupakan sebuah teknik untuk mencari

sumber informasi apa yang akan diteliti, yang disesuaikan dengan apa

yang diinginkan dengan judulnya. dengan mencari sebuah data dengan

cara observasi, interviw, dan dari sebuah data yang tetulis, sehingga akan

Page 23: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

9

diperoleh data yang yang valid dan juga akan dapat dipertanggungjawab

oleh peneliti nantinya.

Adapun sebuah metode yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Interveiw (wawancara)

Interveiw merupakan sebuah media tanya jawab dengan

bertatap muka untuk memperoleh informasi yang akan diteliti6.

dengan wawancara langsung dengan pihak yang mengetauhi

mengenai tradisi Rebo Pungkasan, pleret, bantul. Tujuan dari

interveiw adalah ingin lebih mengetauhi nilai-nilai filosofis apa

saja yang terdapat dalam upacara Rebo Pungkasan tersebut dalam

hal ini yang menjadi informan adalah masyarakat Wonokromo

beserta tokoh masyarakat sekitar.

b. Observasi

Observasi merupakan sebuah media pengamatan dengan

sebuah obyek yang akan diteliti. observasi langsung atau

pengamatan langsung dilakukan untuk memberikan informasi atau

suatu kejadian yang tidak dapat diungkapkan dan telah menjadi

kebiasaaan masyarakat setempat. Selain itu juga dapat

dipergunakkan untuk memperoleh fakta nyata tentang tradisi Rebo

Pungkasan di wonokromo, pleret, bantul

6 Bugis burhan, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm.108.

Page 24: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

10

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang

diperoleh melalui dokumen-dokumen7. Dokumentasi yaitu cara

penganalisaan terhadap fakta-fakta yang tersusun secara logis dari

dokumentasi tertulis maupun tidak tertulis yang mengadung

petunjuk-petunjuk tertentu. Dalam tahapan ini penulis

mengumpulkan dokumentasi yang berkaitan dengan lemper,

gunungan dalam upacara Rebo Pungkasan di Wonokromo, Pleret,

Bantul, Yogyakarta.

2. Metode Analisi Data

a) Analisis data.

Pada tahapan ini, data yang telah terkumpul dimanfaatkan

sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-

kebenaran yang dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang

diajukan dalam penelitian8.

Dalam analisi ini, penulis mengunakan metode deskriptif

kualitatif dimana dalam melakukan penelitian, peneliti akan

mendeskripsikan fakta dari semua hasil penelitian dilapangan,

menganalisa dan menginterprestasikanya sehingga penelitian ini

dapat menjelaskan maksud dan tujuan dari peneliti

b) Penulisan laporan

7 Koentjaraniangrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia,1989),

hlm.129. 8 Koentjaraningrat, Metode penelitian Masyarakat, ( Jakarta: PT Gramedia,1991), hlm.

269.

Page 25: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

11

Penulisan laporan merupakan cara penulisan, pemaparan atau

pelaporan hasil penelitian budaya yang telah dilakukan. penulis berusaha

menyajikan secara sistematis agar mudah dimengerti dan dipahami oleh

pembaca.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dan memahami dalam pembahasan skripsi ini,

maka penulis membuat skripsi ini dengan beberapa bab, agar memperoleh

gambaran yang lebih jelas dan sistematis. maka skripsi ini disusun dalam

sistematika sebagai berikut

Bab pertama, merupakan bab pendahuluan, yang berisi tentang:

latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Dalam bab ini

diungkapan gambaran secara garis besar dan seluruh rangkaian skripsi.

Bab kedua, membahas tentang landasan teori, dalam bahasan ini

terdapat pembahasan mengenai Definisi nilai, konsep nilai menurut Max

Scheler, dan yang terakhir pembahasan tentang tradisi, hubungan

masyarakat dan kebudayaan.

Bab ketiga, membahas tentang tradisi Rebo Pungkasan di

Wonokromo, Pleret, Bantul. Bab ini meliputi tiga sub pokok bahasan.

Pertama tentang gambaran umum Desa Wonokromo, Kedua, tentang

latar belakang tradisi Rebo Pungkasan, dan yang ketiga, tentang prosesi

upacara tradisi Rebo Pungkasan. Bab ini memaparkan pandangan umum

terkait dengan tradisi Rebo Pungkasan, sehingga didapatkan gambaran

Page 26: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

12

yang lebih utuh dan lengkap tentang tradisi Rebo Pungkasan dan

rangkaian prosesi pelaksaan upacara Rebo Pungkasan tersebut.

Bab keempat, yaitu pembahasan tentang nilai–nilai filosofis tradisi

Rebo Pungkasan. Dalam hal ini penulis membahas tentang nilai-nilai

filosofis dan relevansinya tradisi upacara Rebo Pungkasan tersebut dengan

teori teori Max Scheler, kemudian upaya yang dilakukan masyarakat

untuk mempertahankan tradisi upacara Rebo Pungkasan agar tetap eksis.

hal tersebut dipaparkan secara detail berdasarkan kondisi riel yang terjadi

dalam masyarakat pendukung tradisi tersebut.

Bab kelima, adalah penutup yang berisikan kesimpulan dan saran

singkat berdasarkan pada hasil pembahasan yang selama proses awal

hingga akhir penyusunan skripsi. Selain itu juga terdapat lampiran-

lampiran ang mendukung terselesainya penelitian ini

Page 27: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

89

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian tentang hierarki nilai Max Scheler dalam upacara Rebo

Pungkasan, dapat diambil kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan

penelitian sebagai berikut :

1. Upacara Rebo pungkasan merupakan upacara tradisi yang telah

berkembang di Jawa, salah satunya Wonokromo. Upacara Rebo

Pungkasan merupakan upacara tolak bala yang dilakukan di hari rabu

terakhir di bulan sapar. Upacara Rebo Pungkasan sebagai ungkapan rasa

syukur kepada Allah. Selain itu, sebagai media untuk mengenang jasa

kyai Welit yang telah dipercayai oleh masyarakat sebagai sosok yang

memiliki keahlian dalam bidang keagamaan dan ketabiban, sehingga dulu

dipercayai mampu membebaskan masyarakat dari bencana dan terhindar

dari berbagai macam penyakit.

2. Tradisi Rebo Pungkasan sebagai pranata sosial dengan makna dan nilai-

nilai filosofis yang berperan sebagai alat komunikasi baik antara Tuhan

dengan masyarakat atau masyarakat dengan masyarakat. Komunikasi

tersebut berupa pesan-pesan yang dibungkus yang di dalam simbol yang

tersebut mengandung makna dan nilai filosofis, baik simbol berupa benda

ataupun tindakan. Simbol tindakan tercermin keberbagai ritual yang

Page 28: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

90

harus dilakukan masyarakat ketika tradisi dilaksanakan dan dalam benda

seperti makanan lemper dan gunungan yang menyertainya.

3. Ragam nilai dalam filsafat nilai menurut Max Scheler ini bahwa nilai

merupakan suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya

merupakan kualitas apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa

melalui pengalaman indrawi terlebih dahului). Hierarki nilai ada empat,

yaitu nilai kenikmatan dan nilai ketidaknikmatan, yang sesuai dengan

afektif nikmat dan rasa sakit yang bersifat indrawi. Tingkatan kedua, nilai

vital, tidak tergantung bagi kehidupan manusia. Tingkatan ketiga, nilai

spiritual dan tingkatan yang terakhir yaitu nilai religius, yang tidak dapat

direduksi menjadi nilai spiritual. Ragam nilai dalam upacara Grebeg

Maulud yaitu nilai religius, nilai moral, nilai sosial, nilai hiburan, dan nilai

ekonomi.

4. Nilai-nilai yang terkandung dalam upacara Rebo Pungkasan di

Wonokromo menurut hierarki Max Scheler, yaitu :

a. Nilai Kesenangan atau Nilai Kenikmatan dan Ketidaknikmatan :

Upacara Rebo Pungkasan yang sangat semarak dalam perayaannya

memiliki kesenangan tersendiri bagi pihak wonokoromo dan

masyarakat. Nilai kesenangan pada Lemper raksasa, gunungan dan

hiburan yang menyertainya. ini terbukti ketika arak-arak lemper

dimulai masyarakat berbondong-bondong merapatkan diri untuk

bisa melihat, meskipun harus berdesak-desakan, selain itu mereka

rela berebutan lemper saat lemper dibagikan karena menurut

Page 29: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

91

mereka lemper tersebut memiliki nilai magic. Nilai kenikmatan di

dalamnya terdapat nilai hiburan yang membuat masyarakat

terhibur dengan upacara Rebo Pungkasan ini.

b. Nilai Vitalitas atau Nilai Kehidupan : Upacara Rebo Pungkasan

memiliki tujuan tidak hanya hanya sebagai tolak bala‟, tetapi untuk

meminta kesehatan, umur yang panjang, dan suatu permohonan

kepada Gusti Allah. Nilai kehidupan juga terdapat pada makna

lemper itu sendiri, ketika mengharapakan kebahagian baik didunia

kita harus bisa melepaskan diri dari perbuatan tercela, selain itu

untuk mencapai kebagian tersebut kita harus melewati beberapa

tahap dan gunungan itu sendiri yaitu perjalanan kehidupan mulai

kelahiran dan kematian pada manusia. Nilai vitalitas di dalamnya

terdapat nilai moral, sosial, ekonomi dan hiburan.

c. Nilai Spiritual : Nilai spiritual yang kekudukannya lebih tinggi

dengan nilai kehidupan dapat ditunjukkan pada upacara Rebo

Pungkasan seperti yang terdapat pada keindahan Lemper dan

gunungan dan para pengiring lemper yang memiliki makna

tersendiri bagi sebagian masyarakat.

d. Nilai Religius : Nilai religius terdapat saat upacara yang diawali

dengan berdoa di di masjid Al-Huda sebelum pemberangkatan

arak-arakaan lemper dimulai dan ketika pemotongan lemper di

pendopo. Para pejabat, pamong desa dan masyarakat Wonokromo,

berdoa dengan menggunakan agama Islam.

Page 30: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

92

5. Upaya yang dilakukan desa Wonokromo untuk mempertahankan tradisi

Rebo Pungkasan agar tetap eksis dan lestari adalah dengan menjadikan

tradisi Rebo Pungkasan sebagai agenda tahunan desa Wonokromo.

Kemudian terdapat empat alasan tradisi ini pantas untuk menjadi salah

satu budaya yang perlu tetap di lestariakan diantaranya; Pertama, dalam

tradisi Rebo Pungkasan banyak mengandung makna dan nilai-nilai yang

penting dan bersifat adi luhur. Kedua, upacara ini merupakan salah satu

usaha desa Wonokromo dalam rangka untuk menjaga dan melestarikan

budaya peninggalan nenek moyang serta dapat mewarisakanya dari

generasi kegenerasi. Ketiga, selain itu juga Rebo Pungkasan merupakan

budaya asli dari Wonokromo sehingga menjadi salah satu aset yang perlu

dibanggakan dan dijaga keberadaanya, agar budaya ini tetap menajadi

budaya di wonorkomo. yang ke empat yaitu, dengan adanya tradisi Rebo

Pungkasan diharapkan dapat mempersatukan masyarakat dari berbagai

daerah sehingga dapat menumbuhkan persaudaraan diantara mereka.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan diatas,

makan penulis mengajukan saran sebagai berikut:

1) Desa Wonokromo

Masyarakat desa Wonokromo hendaknya berani untuk berenovasi

dalam mengemas tradisi Rebo Pungkasan agar lebih menarik, isi maupun

tujuan dari tradisi Rebo Pungkasan tetap dipertahankan tetapi bentuk

kemasanya perlu di modifikasai. inovasi atau ide baru tersebut kemudian

Page 31: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

93

di modifikasi dengan kemasan baru. modifikasi yang dilakukan harus

sesuai dengan konteks masyarakat masa kini tanpa harus merubah isi dan

tujuan dari tradisi Rebo Pungkasan. Hal ini bertujuan agar masyarakat

lebih tertarik dan terpusat pikiran dan padangannya sehingga akan

menambah kepedulian dan rasa memiliki akan tradisi Rebo Pungkasan

yang sedang berlangsung dan harapanya adalah masyarakat dengan

sendirinya akan memahami serta meresapi segala sesuatu yang terkandung

dalam tradisi rebopungkasan secara benar.

2) Masyarakat

Hendaknya masyarakat lebih memfokuskan lagi dengan tertib

dalam mengikuti proses berjalanya Rebo Pungkasan, berusaha bagaimana

caranya agar dalam upacara Rebo Pungkasan ini menjadi moment yang

sangat berharga. masyarakat sebagai penonton diharapkan tidak hanya

melihat prosesi acara sebagai ajang hiburan semata tetapi berusaha untuk

menangkap dan memahami segala sesuatu yang terkandung dalam tradisi

Rebo Pungkasan.salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mencari

informasi tentang bagaimana sejarah dan lainya melalui buku atau pun

sesepuh desa yang di rasa mengetauhi sejarahnya. tindakan-tindakan

masyarakat tersebut menunjukkan bahwa masyarakat peduli dan cinta

akan budaya yang mereka miliki.

3) Pemerintah

Pemerintah khususnya pemerintah keraton Yogyakarta hendaknya

selalu memberikan dukungan untuk berbagai acara yang memang

Page 32: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

94

mempunyai tujuan dan manfaat yang baik dan jelas, bentuk dukungan

yang dilakukan antara lain;

a. Membantu mempromosikan acara tradisi Rebo Pungkasan kepada

masyarakat khususnya masyarakat luar kota, seperti memasang

pamflet di jalan-jalan saat tradisi Rebo Pungkasan akan berlangsung

dan mengiklankan perayaan tradisi grebeg suro melalui media massa

seperti televisi atau koran.menjadikan tradisi Rebo Pungkasan tidak

hanya agenda tahunan desa wonokromo tetapi juga agenda tahunan

pemkot yogyakarta.

b. Memberikan sokongan dana khusus untuk perayaan tradisi Rebo

Pungkasan. Tradisi Rebo Pungkasan merupakan event besar sehingga

membutuhkan dana yang besar pula, tentunya bantuan dana dari

pemerintah akan sangat membantu.

c. Menurunkan petugas keamanan untuk menjaga ketertiban saat tradisi

Rebo Pungkasan berlangsung.

Page 33: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

95

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufiq dan Shiddique Sharon. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia

tenggara. Jakarta: LP3ES, 1989.

Darori, Amin. Islam Dan Kebudayaan Jawa. Yogyakartata: Gama Media, 2000.

Dian Parmadi, Yustina. Upacara Tradisi Nyadran di Desa Bulusan Kecamatan

Karangdowo Kabupaten Klaten, ( Kajian Makna dan Simbol dan Nilai

Religius.) Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret, Surakarta. 2013.

Endraswara, Suwardi. Budi Pekertiawa; Tuntutan Luhur dari Budaya Adiluhung.

Yogyakarta: Gelombang Pasang Press, 2006.

Faroh, Dzul. Tradisi Rebo Wekasan Di Desa Suci, Kecamatan Mayar

Kabupaten Gresik : Studi Simbol , Mahasiswa Fakultas Adab UIN Sunan

Kalijaga. 2006.

Frondizi, Risieri. Pengantar Filsafat Nilai, Terj. Cuk Ananta Wijaya. Yogyakarta

: Pustaka Pelajar, 2001.

Heaven, Van, Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: Ihtiar baru, 1984.

Hidayah, Nurul. Budaya Jawa, Yogyakarta: Idea Press, 2009.

Ifrosin. Fiqh Adat Tradisi Masyarakat dalam Pandangan Fiqh. Jawa Barat :

Mu‟jizat, Cet 1, 2007.

Page 34: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

96

Ihromi, T.O. pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor

Indonesia, 2006.

Irmawan. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Tradisi Rebo Pungkasan Sebagai

Kearifan Lokal, Yogyakarta: Citra Media. Cet I. 2015.

K.Bertens, Filsafat Barat Kontemporer Inggris-Jerman. Jakarta:PT Gramedia

Pustaka Utama, 2002, Cet 4

Kartini. Horizon Estetika. Yogyakarta; badan Penerbitan Fakultas

Filsafat UGM.

Kattsoff, Louis O. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara wacana, Cet IX ,

2004.

Khoiri, Madhan. Makna Simbol dan Pergeseran Nilai Tradisi Upacara Adat

Rebo Pungkasan di Desa Wonokromo Pleret Bantul, Skripsi, fakultas

Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga. 2015

Khomaria, Nur. Tradisi Rebo Pungkasan di Desa Wonokromo, Kecamatan

Pleret, Kabupaten Bantul.2009

Koentjaranianagrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia,

1989.

............................ Kebudayaan, montalitet dan pembangunan. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1993

Luqmanul Hakim, Muhammad. Makna dan Nilai-nilai Filosofis Tradisi Nyadran

Page 35: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

97

di Dusun Tritis Kulon, Kelurahan Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten

Sleman, Yogyakarta. Yogyakarta: Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN

Sunan Kalijaga. 2015

Merdiatmaja. Hubungan Nilai dengan Kebaikan. Jakarta: Sinar Harapan,1986

Moertjipto Dkk, Upacara Tradional Memohon Hujan di Desa Kepuharjo,

Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Yogyakarta:

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998.

P.M.laksono, Tradisi dalam Struktur Masyarakat Jawa kerajaan dan Pedesaan;

Alih-Ubah Model Berfikir Jawa, Yogyakarta: Gajah Mada Universitas

Press, 1985.

Poerwardaminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, PPKPP dan K,

Jakarta, 1954

Purwadi M. Hum. Upacara Tradional Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet I,

2005.

Puspita Karti, Galih. Sesar. Yogyakarta: Skripsi , Fakultas Seni Pertunjukan

Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, 2014

Setiawan, Leo. Unsur Budaya Jawa Dalam Tradisi Slametan di Gereja Hati

Kudus Tuhan Yessus Ganjaran (Studi Inkulturasi Gereja Terhadap

Budaya Lokal. Skripsi Ushuluddin dan pemikiran UIN Sunan Kalijaga,

2011

Sholikhin, Muhammad. Ritual dan Tradisi Islam Jawa. Yogyakarta : Narasi,

Cet I, 2010.

Page 36: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

98

Subekti, Apin. Budaya Rebo Pungkasan di Wonokromo Bantul. Dalam

http://doyoucandoit.blogspot.co.id.

Sudaryanto (ed.), Badan Pekerja kongres bahasa jawa propinsi daerah.

Yogyakarta : kamus pepak bahasa jawa pranomo, Yogyakarta: kepatihan

panurejo, 2001

Wahana, Paulus. Nilai Etika Aksiologi Etika Max Sceheler. Yogyakarta: Kanisius,

2004.

Wahyudi Pantja, Sunjata (dkk). Kupatan Jalasutra: Tradisi, Makna dan

Simboliknya. Yogyakarta: CV Fisca Sari, 1997.

Yahya, Ismail Dkk. Adat-adat Jawa dalam Bulan-bulan Islam.Adakah

Pertentangan?, Jakarta Timur : Inti Media, Cet 1, 2009.

Wawancara dengan kyai Islmail, wargaWonokromo I, tanggal 29 Januari 2016.

Wawancara kyai Mustain, Ketua Karangtaruna Sultan Agung I,9 Februari 2016.

Wawancara Kyai Wahid, Takmir Masjid Wonokromo, tanggal 8 Desember 2016

Wawancara Ahmad Asyhuri, Dukuh Wonokromo I, Tanggal 30 Januari 2016

Wawancara dengan Muhshofan, Dukuh Karanganom, Tanggal 17 Januari 2016

Wawancara dengan Yasin, Alumni Uin Sunan Kalijaga, Tanggal 19 Januari 2016

Wawancara dengan Syaerodi, Mahasiswa , pada tanggal 8 Desember 2016

Wawancara dengan Yunus, masyarakat Brejan, pada tanggal 8 Desember 2016

Wawancara denagan Puji, Pedangang, pada tanggal 8 Desember 2016

Page 37: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar: Prosesi Kirab lemper Raksasa, kemudian gunungan dan Johdang ( Doc. Penulis)

Gambar: Dokar yang akan di pakai Para Pembesar/ pengageng( Doc. Penulis)

Page 38: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

Gambar: Pembacaan do’a sebelum pemotongan lemper (Foto: Dokumentasi Penulis)

Gambar: Penulis saat usai mengikuti Upacara ReboPungkasan

( Doc. Penulis)

Page 39: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama : Romlah

Tempat/tgl. Lahir : Wonosobo, 10 Juni 1991

Alamat di Yogyakarta : Perum Giwangan Asri, Malangan UH

7/512 A RT 039/ RW 013. Giwangan

Umbulharjo, Yogyakarta

Alamat Asal : KP Citiis, Desa Bojongasih, Rt 002/ Rw

003. Kec. Parakan salak. Kabupaten

Sukabumi. Jawa Barat.

Nama ayah : Alm. Irun.

Nama Ibu : Rosidah

E-mail : [email protected]

No Hp : 082328977247/ 085708262977

B. Riwayat Pendidikan

1. SD N 181/1 UPT Mersam IV : lulus Tahun 2006

2. MTS Al-Wathoniyyah semarang : Lulus Tahun 2009

3. MA Al-Wathoniyyah Semarang : Lulus Tahun2012

4. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta : 2012 s/d sekarang

5. PP. Darul Ulum Wal Hikam Yogyakarta: 2012 s/d Sekarang.

Page 40: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

DAFTAR PERTANYAAN

1. Bagaimana asal usul upacara Tradisi Rebo Pungkasan?

2. Apa yang melatar Belakangi dilaksanakan Tradisi Rebo Pungkasan?

3. Bagaimana sejarah berdirinya Desa Wonokromo ?

4. Menurut bpk apa sih makna dari Rebo pungkasan tersebut dan Tujuan

dari upacara Rebo Pungkasan?

5. Bagaimana prosesi Upacara Rebo Pungkasan dilaksanakan di Desa

Wonokromo ?

6. Mengenai tradisi Ngalap Berkah, dimana masyarakat Berebutan lemper

yang dibagikan, bagaimana tanggapan bapak mengenai hal tersebut?

7. Apakah Desa Wonokromo sendiri yang menyuruh masyarakat untuk

melakukan Ngalap Berkah tersebut?

8. Apa makna dan Nilai nilai filosofis yang terkandung dalam semua acara

rebo pungkasan?

9. Pada saat acara terdapat Kirab Lemper Raksasa dan Gunungan, apa

makna dari lemper dan Gunungan itu sendiri?

10. Adakah nilai-nilai yang bisa diambil dari setiap rangkaian Upacara Rebo

Pungkasan?

11. Apakah ada perubahan dari setiap rangkaian acara tradisi Upacara rebo

Pungkasan seiring perkembangan zaman sekarang?

12. Apa yang menjadi ciri khas dari tradisi Rebo Pungkasan dengan di daerah

lain?

13. Mengapa sampai saat ini tradisi Upacara Rebo Pungkasan masih

dipertahankan?

14. apa yang menjadi motivasi atau alasannya?

15. Bagaimana upaya dari desa Wonokromo dalam rangka melestarikan atau

mempertahankan tradisi Upacara agar tetap eksis?

16. Apakah tradisi Upacara Rebo Pungkasan merupakan agenda tahunan

pemda atau agenda tahunan dari Desa Wonokromo sendiri ?

17. Apakah pemerintah mendukung penyelenggaraan tradisi Upacara Rebo

Pungkasan

18. Bagaimana bentuk dukungan pemerintah untuk acara Upacara Rebo

Pungkasan?

19. Di wonokromo tradisi/ budaya yang masih dilestarikan hingga saat

iniselain rebo pungkasan apa saja pak?

DAFTRA INFORMAN

Page 41: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

No Nama Alamat Usia Pekerjaan

1 Ahmad

Ashuri Wonokromo I 36

Kepala Dusun

Wonokromo 1

2 Ida Wonokromo II 32 Ibu Rumah

Tangga

3 Wahid Wonokromo II 58

Takmir

Masjid

Wonokromo

4 Ismail Wonokromo I 59 Masyarakat

5 Mustain Jejeran 40

Karang taruna

sulatan Agung

I

6 Syaerodi Solo 23 Mahasiswa

7 Yasin WonokromoII 26 Mahasiswa

8 Puji Brejan 40 Pedagang

9 Yunus Brajan 28 Ketua Karang

Taruna

10 Muhsyofan Karanganom 45 Kepala Dusun

Karanganom

Page 42: TRADISI REBO PUNGKASAN DI WONOKROMO PLERET BANTUL

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama : Romlah

Tempat/tgl. Lahir : Wonosobo, 10 Juni 1991

Alamat di Yogyakarta : Perum Giwangan Asri, Malangan UH

7/512 A RT 039/ RW 013. Giwangan

Umbulharjo, Yogyakarta

Alamat Asal : KP Citiis, Desa Bojongasih, Rt 002/ Rw

003. Kec. Parakan salak. Kabupaten

Sukabumi. Jawa Barat.

Nama ayah : Alm. Irun.

Nama Ibu : Rosidah

E-mail : [email protected]

No Hp : 082328977247/ 085708262977

B. Riwayat Pendidikan

1. SD N 181/1 UPT Mersam IV : lulus Tahun 2006

2. MTS Al-Wathoniyyah semarang : Lulus Tahun 2009

3. MA Al-Wathoniyyah Semarang : Lulus Tahun2012

4. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta : 2012 s/d sekarang

5. PP. Darul Ulum Wal Hikam Yogyakarta: 2012 s/d Sekarang.