tpii fix

8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Garut merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang sedang mengembangkan diri dalam industri kecil dan menengah. Salah satu industri yang berkembang adalah industri penyamakan kulit Sukaregang yang merupakan salah satu pusat industri penyamakan kulit terbesar di Indonesia. Selain memberikan dampak positif pada peningkatan taraf hidup serta ekonomi masyarakat, sentra industri penyamakan kulit memberikan dampak negatif pada lingkungan. Hal ini dikarenakan industri penyamakan kulit menghasilkan sejumlah limbah, baik berupa padatan maupun cairan seperti logam berat, Krom dan Na 2 SO 4 yang keduanya menimbulkan dampak pencemaran bagi lingkungan. Menurut Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kabupaten Garut (2012), terdapat sedikitnya 6.000 meter kubik limbah cair yang dihasilkan oleh industri pengolahan kulit Sukaregang per hari, atau sekitar 1,97 juta meter kubik per tahun. Limbah tersebut atas perlu mendapatkan perhatian khusus, karena apabila dibiarkan dapat menimbulkan bahaya yang besar. Berbagai dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari pembuangan limbah secara langsung diantaranya adalah terganggunya kesehatan manusia, mengganggu estetika akibat bau yang

Upload: yantifajarwati

Post on 15-Jan-2016

235 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Karya Tulis Ilmiah

TRANSCRIPT

Page 1: TPii FIX

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Garut merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang sedang

mengembangkan diri dalam industri kecil dan menengah. Salah satu industri yang

berkembang adalah industri penyamakan kulit Sukaregang yang merupakan salah

satu pusat industri penyamakan kulit terbesar di Indonesia. Selain memberikan

dampak positif pada peningkatan taraf hidup serta ekonomi masyarakat, sentra

industri penyamakan kulit memberikan dampak negatif pada lingkungan. Hal ini

dikarenakan industri penyamakan kulit menghasilkan sejumlah limbah, baik

berupa padatan maupun cairan seperti logam berat, Krom dan Na2SO4 yang

keduanya menimbulkan dampak pencemaran bagi lingkungan.

Menurut Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kabupaten Garut

(2012), terdapat sedikitnya 6.000 meter kubik limbah cair yang dihasilkan oleh

industri pengolahan kulit Sukaregang per hari, atau sekitar 1,97 juta meter kubik

per tahun. Limbah tersebut atas perlu mendapatkan perhatian khusus, karena

apabila dibiarkan dapat menimbulkan bahaya yang besar. Berbagai dampak

negatif yang timbul sebagai akibat dari pembuangan limbah secara langsung

diantaranya adalah terganggunya kesehatan manusia, mengganggu estetika akibat

bau yang muncul, berkurangnya hasil pertanian, menurunnya hasil tambak dan

berkurangnya pemanfaatan air sungai oleh penduduk.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah cair adalah

dengan memanfaatkan tumbuhan air sebagai agen fitoremidiator. Beberapa

penelitian menyebutkan tananaman air seperti eceng gondok, kayu apu dan

kayambang dapat berperan sebagai agen fitoremidiator hal ini dikarenakan

tumbuhan tersebut memiliki toleransi tinggi terhadap logam berat dan memiliki

kemampuan membentuk fitokeratin dalam jumlah besar.

Page 2: TPii FIX

1.2 Rumusan Masalah

Pencemaran lingkungan akibat limbah cair industri penyamakan kulit

Sukaregang Garut telah telah dalam maksimum. Upaya yang telah dilakukan

sebelumnya antara lain pembuatan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan

teknik M-Bio oleh Universitas Siliwangi, akan tetapi belum menunjukan hasil

yang maksimal karena diperlukan harga yang sangat mahal dan bakteri yang

diperlukan memerlukan preparasi isolat bakteri yang cukup rumit, oleh karena itu

perlu dilakukan cara alterantif yang lebih efisien, efektif serta ekonomis. Tanaman

kayambang (Salvinia molesta) merupakan salah satu tanaman air yang

mempunyai sifat fitokelatin atau mengikat ion logam, akan tetapi belum ada

sumber yang menerangkan aplikasinya pada pengolahan limbah cair industri

penyamakan kulit khususnya industri penyamakan kulit Sukaregang Garut, maka

perlu dilakukan pengujian efektivitas kayambang (Salvinia molesta) terhadap

penurunan konsentrasi logam kromium (Cr) pada sampel limbah cair industri

penyamakan kulit Sukaregang Garut.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan karya tulis ini adalah menganalisis tingkat pencemaran air

yang disebabkan oleh limbah cair industri penyamakan kulit Sukaregang Garut

baik dari segi fisik dan kimia serta pengaruhnya terhadap lingkungan dan

masyarakat. Merumuskan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut melalui

konsep biosobern berbasis tanaman kayambang sebagai alternatif pengolahan

limbah cair industri penyamakan kulit Sukaregang Garut yang berwawasan

lingkungan .

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah munculnya sebuah gagasan

tertulis untuk memberikan alternatif pengolahan limbah industri, sehingga dapat

mengurangi kadar kromium yang terkandung dalam limbah industri penyamakan

kulit.

Page 3: TPii FIX

BAB II

GAGASAN

2.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut

Secara astronomis Kabupaten Garut terletak diantara 6057’34” s.d 7044’57”

lintang selatan dan 107024’3” s.d 1080 24’34” bujur timur dengan luas wilayah

3.066,88 km2 . Sedangkan secara geografis kabupaten Garut berbatasan dengan

beberapa daerah seperti bagian utara berbatasan dengan kabupaten Bandung dan

kabupaten Sumedang. Bagian selatan berbatasan langsung dengan Samudera

Indonesia. Bagain barat berbatasan dengan kabupaten Bandung dan kabupaten

Cianjur. Serta Bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya.

Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan

sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk

tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Berdasarkan studi data

sekunder, iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi oleh tiga faktor

utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattern),

topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat; dan

elevasi topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut

berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan,

sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi

temperatur bulanan berkisar antara 24ºC - 27ºC.

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Garut

Page 4: TPii FIX

2.2 Industri Kulit Sukaregang

Hasil kajian beberapa mahasiswa S-1 UNSIL bahwa kadar pencemar yang

dihasilkan oleh limbah penyamakan kulit di Sukaregang adalah sebagai berikut:

hasil pengujian awal yang dilakukan Laboratorium Kesehatan Daerah

(LABKESDA “HARAPAN KITA”) Tasikmalaya pada tanggal 14 Agustus 2007

didapatkan kandungan Krom total pada air limbah industri penyamakan kulit

Sukaregang Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut adalah 4, 57 mg/L. Padahal

kadar maksimum Krom untuk industri penyamakan kulit menurut Keputusan

Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu

Limbah cair bagi kegiatan industri adalah 0,60 mg/L dan dapat disimpulkan

bahwa kadar Krom tersebut sudah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan

sehingga perlu dilakukan pengolahan, apabila kadar Krom sudah melebihi

ambang batas akan sangat berbahaya bagi manusia, logam Krom tidak

menimbulkan resiko medis tetapi senyawa Krom dapat menimbulkan pengisapan

kabut asam dan kontak langsung dengan kulit serta mata yang menyebabkan

iritasi bisul bernanah pada hidung dan tenggorokan yang kemudian terjadinya

kanker paru-paru (Joko, 2002 : 127).

Page 5: TPii FIX

BAB III

METODE

Bahan dan Metode Penelitian

Penelitian dilakukan secara studi pustaka dengan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan yaitu: pengolahan limbah cair industri

penyamakan kulit tanpa diberi tumbuhan kayambang sebagai kontrol (P1) ,

pengolahan limbah cair industri penyamakan kulit yang diberi kayambang 25

gram (P2), pengolahan limbah cair industri penyamakan kulit yang diberi

kayambang 50 gram (P3), dan pengolahan limbah cair industri penyamakan kulit

yang diberi kayambang 100 gram (P4).

Variabel dan Parameter

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kualitas air (baik fisik

maupun kimia) limbah cair industri penyamakan kulit

Parameter yang diamati terbagi menjadi dua macam, yaitu parameter

utama dan parameter pendukung. Parameter utama mengukur konsentrasi

kromium dalam limbah, dengan mencari nilai absorbansinya setelah diberi

perlakuan. Parameter pendukung yang diamati adalah nilai keasaman (pH)

limbah, kadar BOD dan kadar COD, serta pengaruh limbah cair terhadap

pertumbuhan tanaman kecambah dan larva udang.

Pengukuran Kadar Kromium mengacu pada SNI 6989. 17 : 2009

Kadar kromium dihitung dengan menggunakan rumus :

Kadar Logam Berat Cr-Total = c x fp

Keterangan :

c = kadar yang didapat hasil pengukuran (mg/L)

fp = Faktor pengenceran

Page 6: TPii FIX

PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran