tpii fix
DESCRIPTION
Karya Tulis IlmiahTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Garut merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang sedang
mengembangkan diri dalam industri kecil dan menengah. Salah satu industri yang
berkembang adalah industri penyamakan kulit Sukaregang yang merupakan salah
satu pusat industri penyamakan kulit terbesar di Indonesia. Selain memberikan
dampak positif pada peningkatan taraf hidup serta ekonomi masyarakat, sentra
industri penyamakan kulit memberikan dampak negatif pada lingkungan. Hal ini
dikarenakan industri penyamakan kulit menghasilkan sejumlah limbah, baik
berupa padatan maupun cairan seperti logam berat, Krom dan Na2SO4 yang
keduanya menimbulkan dampak pencemaran bagi lingkungan.
Menurut Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kabupaten Garut
(2012), terdapat sedikitnya 6.000 meter kubik limbah cair yang dihasilkan oleh
industri pengolahan kulit Sukaregang per hari, atau sekitar 1,97 juta meter kubik
per tahun. Limbah tersebut atas perlu mendapatkan perhatian khusus, karena
apabila dibiarkan dapat menimbulkan bahaya yang besar. Berbagai dampak
negatif yang timbul sebagai akibat dari pembuangan limbah secara langsung
diantaranya adalah terganggunya kesehatan manusia, mengganggu estetika akibat
bau yang muncul, berkurangnya hasil pertanian, menurunnya hasil tambak dan
berkurangnya pemanfaatan air sungai oleh penduduk.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah cair adalah
dengan memanfaatkan tumbuhan air sebagai agen fitoremidiator. Beberapa
penelitian menyebutkan tananaman air seperti eceng gondok, kayu apu dan
kayambang dapat berperan sebagai agen fitoremidiator hal ini dikarenakan
tumbuhan tersebut memiliki toleransi tinggi terhadap logam berat dan memiliki
kemampuan membentuk fitokeratin dalam jumlah besar.
1.2 Rumusan Masalah
Pencemaran lingkungan akibat limbah cair industri penyamakan kulit
Sukaregang Garut telah telah dalam maksimum. Upaya yang telah dilakukan
sebelumnya antara lain pembuatan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan
teknik M-Bio oleh Universitas Siliwangi, akan tetapi belum menunjukan hasil
yang maksimal karena diperlukan harga yang sangat mahal dan bakteri yang
diperlukan memerlukan preparasi isolat bakteri yang cukup rumit, oleh karena itu
perlu dilakukan cara alterantif yang lebih efisien, efektif serta ekonomis. Tanaman
kayambang (Salvinia molesta) merupakan salah satu tanaman air yang
mempunyai sifat fitokelatin atau mengikat ion logam, akan tetapi belum ada
sumber yang menerangkan aplikasinya pada pengolahan limbah cair industri
penyamakan kulit khususnya industri penyamakan kulit Sukaregang Garut, maka
perlu dilakukan pengujian efektivitas kayambang (Salvinia molesta) terhadap
penurunan konsentrasi logam kromium (Cr) pada sampel limbah cair industri
penyamakan kulit Sukaregang Garut.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan karya tulis ini adalah menganalisis tingkat pencemaran air
yang disebabkan oleh limbah cair industri penyamakan kulit Sukaregang Garut
baik dari segi fisik dan kimia serta pengaruhnya terhadap lingkungan dan
masyarakat. Merumuskan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut melalui
konsep biosobern berbasis tanaman kayambang sebagai alternatif pengolahan
limbah cair industri penyamakan kulit Sukaregang Garut yang berwawasan
lingkungan .
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah munculnya sebuah gagasan
tertulis untuk memberikan alternatif pengolahan limbah industri, sehingga dapat
mengurangi kadar kromium yang terkandung dalam limbah industri penyamakan
kulit.
BAB II
GAGASAN
2.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut
Secara astronomis Kabupaten Garut terletak diantara 6057’34” s.d 7044’57”
lintang selatan dan 107024’3” s.d 1080 24’34” bujur timur dengan luas wilayah
3.066,88 km2 . Sedangkan secara geografis kabupaten Garut berbatasan dengan
beberapa daerah seperti bagian utara berbatasan dengan kabupaten Bandung dan
kabupaten Sumedang. Bagian selatan berbatasan langsung dengan Samudera
Indonesia. Bagain barat berbatasan dengan kabupaten Bandung dan kabupaten
Cianjur. Serta Bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya.
Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan
sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk
tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Berdasarkan studi data
sekunder, iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi oleh tiga faktor
utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattern),
topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat; dan
elevasi topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut
berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan,
sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi
temperatur bulanan berkisar antara 24ºC - 27ºC.
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Garut
2.2 Industri Kulit Sukaregang
Hasil kajian beberapa mahasiswa S-1 UNSIL bahwa kadar pencemar yang
dihasilkan oleh limbah penyamakan kulit di Sukaregang adalah sebagai berikut:
hasil pengujian awal yang dilakukan Laboratorium Kesehatan Daerah
(LABKESDA “HARAPAN KITA”) Tasikmalaya pada tanggal 14 Agustus 2007
didapatkan kandungan Krom total pada air limbah industri penyamakan kulit
Sukaregang Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut adalah 4, 57 mg/L. Padahal
kadar maksimum Krom untuk industri penyamakan kulit menurut Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu
Limbah cair bagi kegiatan industri adalah 0,60 mg/L dan dapat disimpulkan
bahwa kadar Krom tersebut sudah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan
sehingga perlu dilakukan pengolahan, apabila kadar Krom sudah melebihi
ambang batas akan sangat berbahaya bagi manusia, logam Krom tidak
menimbulkan resiko medis tetapi senyawa Krom dapat menimbulkan pengisapan
kabut asam dan kontak langsung dengan kulit serta mata yang menyebabkan
iritasi bisul bernanah pada hidung dan tenggorokan yang kemudian terjadinya
kanker paru-paru (Joko, 2002 : 127).
BAB III
METODE
Bahan dan Metode Penelitian
Penelitian dilakukan secara studi pustaka dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan yaitu: pengolahan limbah cair industri
penyamakan kulit tanpa diberi tumbuhan kayambang sebagai kontrol (P1) ,
pengolahan limbah cair industri penyamakan kulit yang diberi kayambang 25
gram (P2), pengolahan limbah cair industri penyamakan kulit yang diberi
kayambang 50 gram (P3), dan pengolahan limbah cair industri penyamakan kulit
yang diberi kayambang 100 gram (P4).
Variabel dan Parameter
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah kualitas air (baik fisik
maupun kimia) limbah cair industri penyamakan kulit
Parameter yang diamati terbagi menjadi dua macam, yaitu parameter
utama dan parameter pendukung. Parameter utama mengukur konsentrasi
kromium dalam limbah, dengan mencari nilai absorbansinya setelah diberi
perlakuan. Parameter pendukung yang diamati adalah nilai keasaman (pH)
limbah, kadar BOD dan kadar COD, serta pengaruh limbah cair terhadap
pertumbuhan tanaman kecambah dan larva udang.
Pengukuran Kadar Kromium mengacu pada SNI 6989. 17 : 2009
Kadar kromium dihitung dengan menggunakan rumus :
Kadar Logam Berat Cr-Total = c x fp
Keterangan :
c = kadar yang didapat hasil pengukuran (mg/L)
fp = Faktor pengenceran
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran