toxoplasma gondii pada kucing di empat kecamatan kotamadya padang

43
, ,ii: TOXOPr.ASnilA C0$mil IsticDic IN BTTAT TENC{MATAT* K(ITAMADYA PAI}ANIG fiffi{t .orsltga| iatrni adril rttrry|t rrn* mencreuli ,ifitti {d* St:F|r ![. tolfrfrri {SJ(.dI p*dr Fr|sffi l(aclo*tcran' lhhrcrrita* Affi, P.drngt ol3h DE"'FI'DIANTNY t3 lmotr FAKULTAS KEDOKTERAN Uf{IVERSITAS AHDAI3S P.qDA$IG 1998 :i

Upload: arhazhu-uzhaiiya-ii

Post on 29-Nov-2015

98 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

, ,ii:

TOXOPr.ASnilA C0$mil IsticDic

IN BTTAT TENC{MATAT* K(ITAMADYA PAI}ANIG

fiffi{t.orsltga| iatrni adril rttrry|t rrn* mencreuli ,ifitti

{d* St:F|r ![. tolfrfrri {SJ(.dI p*dr Fr|sffi l(aclo*tcran'

lhhrcrrita* Affi, P.drngt

ol3h

DE"'FI'DIANTNY

t3 lmotr

FAKULTAS KEDOKTERAN

Uf{IVERSITAS AHDAI3S

P.qDA$IG

1998

:i

':

':

.:: t:

;:':;:;;fi@,:;,,,,;,,:,.;.':,:;,';:;;,.'r.1:..t,,1,-i-:,,.,.1..1,i'_..,_,.',t;, , ._-,.....j,

t:i.l

6/l lblt tidak manbebs*i snrnrs.rg

Wt{tirr.*M? sauali $,q6w7r" ea+ *:tj'

f$.*.J8dJ ,j:

6/l llh a.n d.ulillah,inabil'al+*nr'itt

Dtng nn rnltmn-L{ytr "...hupwsewtbnh*an, horyn ini hebrrri&s$tu )FtnB mulin

:

Pnpa.I{. Slnhrirnilr, d+tn -fuIwns IIj. Rwtna.niarsebtrywi is,nd.n batcti dwn hwmstku ntaspmgffiranw4 wta,i+ttr. hfrsiib dan do* t*tr*r yangs m*ntiasw wcnyiringi s rt'inp lffiW*s h ful.

: : T**6ttrsryry-.,.. S&{-ry##H*ry,ds Wikws # ni Lfu, ni Darv d*w adi**r+ Eka,

fu* fuang*n sa,rts hfrih sfiys.ngnrvadstflh smw6*t &hm mx*ih *rn dsm citshi

' , : ' , &i6a.*tay1E,;, &,* * -*ih*w

--." nh **,Rr**rq' tetsttt#ttfuw, tr:wlrurn rrv sdata wwbvi frzr$uL*an tlihnr'ih*

Sp*sisl "b*hpado fo?' wnwfiE ...... suttr'risn hasihmuselilI.te ffit wrr*M&i beri-h*ri paqi*ng *$wn

i .l' '.i #e-c#****

;$ *raga Alteh bnkt;n nn melimp n tt fum rshm atI ,' "**i fu;aoyo*-NJ*

'*nicn....... ..

ffi

$Nii:it:l; iliii;-,:lii:

i,l,Y ii,

il.::i.l\i

.1ri\r-

'......:,,. :a::t: :. :. :.:.::.: a:. :.

..- :. :..4:.-

:t,&t, .j: L:,. i.::91. "... :- : :...:::.,.:a:,

'.'a:.'.: :::.ra:t-,

'&;

.a

:

Dra.M Am*rn #S

::

...::

.:.:..-:::.

::. :

KATA PENGAT{TAR

Bismillahhinahmaninahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swr yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Penulisan skripsi ini, berdasarkan

hasil penelitian dalam mata aiaran parasitologi, dengan judul " Toxoplasma

gondti Pada Kucing di Empat Kecamatan Kotamadya padang ,,.

slcripsi ini dibuat sebagai salah safu syarat unfuk mencapai gelar

sarjana Kedokteran (s.Ked) pada Fakultas KedoKeran Universitas

Andalas Padang. Berkat bantuan dan dorongan bari berbagai pihak,

Alhamdulillah skipsi ini dapat diselesaikan pada waKunya. untuk itu dengan

penuh rasa hormat, penulis menghafurkan terima kasih dan penghargaan

yang sebesarSesamya kepada :

- lbu Dra. Nuzulia lrawati, Ms dan lbu Dra Eti yerizel, Ms sebagai

pembimbing I dan ll yang telah banyak memberikan petunjuk, bimbingan,

masukan serta saran dalam penyelesaian penelitian dan penulisan skipsi

ini.

- Kepala Bagian dan staf pegawai Bagian Parasitologi Fakultas KedoKeran

Universitas Andalas Padang.

- Pimpinan Fakultas Kedokteran beserta staf pengajar dan karyawan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas pa dan g.

- Papa, Mama, dan Kakak-kakak atas segala pengorbanan, perhatian dan

doa tulusrrya yang tak temilai yang selalu mengiringi perjuangan penulis

dalam mencapai cita-cita.

- Rekan+ekan Mahasiswa Fakuftas Kedokteran yang telah memberikan

semangat dan banfuan dalam penyelesaian skipsi ini.

Semoga bimbingan, banfuan dan amal kebaikan yang telah diberikan

ini mendapat imbalan dan rahmat dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahrwa skripsi ini masih jauh dari kesempumaan,

dikarenakan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Akhir kata

penulis berharap agar skripsi ini, dapat memberikan tambahan, dan

berguna bagi perkembangan ilmu Kedokteran.

Padang, Agusfus 1998

Penulis

vl

ABSTRAK

lnfeksi Toxoplasma gondiitersebar luas di seluruh dunia termasuk

lndonesia- semua infeksi bersumber pada kucing dan difularkan kepada

hewan lainnya. Parasit ini merupakan parasit intraselluler banyak mengenai

manusia dan hewan peliharaan.

Telah dilakukan penelitian deskriptif tentang infeksi Taxoplasma

gondii pada kucing dari bulan Mei sampai Juti 1999 di Laboratorium

Parasitologi KedoKeran Universitas Andalas. Penelitian ini menggunakan

48 sampel dari tinja kucing yang diperoleh dari 4 kecamatan yaitu padang

Timur, Padang Barat, Padang Utara, dan kecamatan Lubuk Kilangan, yang

bertujuan untuk mengetahui trekuensi roxoplasma gandii pada kucing-

kucing tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan batrwa infeksi tertinggi dijumpai pada

kucing yang tertangkap di'kecamatan Padang Timur yaitu 25 96, kemudian

Padang Utara dan Padang tsarat masing-masing 16,6% dan kecamatan

Lubuk Kilangan 12o/o.

vl1

ABSTRACT

lnfection of Toxoplasma gondii has distributed worldruide, also in

lndonesia. Source of infection is a cat and tansmitted to the other animals.

Taxoplasma gondii is intracellular parasites and most infecting human and

domestic animals.

Descriptive study about roxoplasma gondii infecfion in the cafs

feces has been canied aut from May to July lggg in parasltology

Laboratories, Medical Faculty, Andalas University. This Research was using

48 sample cafs feces that distributed at four locations namely East padang,

west Padang, North Padang, and Lubuk Kilangan. Aim of this teatment is

for to know the frequency of roxoplasma gondii in each region.

The resut'ts showed that highest frequency infection countered at the

cats that distributed in disfrict East paclang 2so/o, North and west padang

respectfully 16,50lo and Lubuk Kilangan 17o/o.

vru

DAFTAR,ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

ABTRACT

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

vil

viii

ix

xi

xii

I- PENDAHULUAN

1 .1. Latar Belakang

1.2. Batasan Masalah .

1.3. Tujuan Penelitian

1 .4. Manfaat Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Toxoplasma gondii 5

2.2. Morfologi dan Siklus Hidup

2.2.1 . Morfologi Toxoplasma gondii

2.2.2. Siklus Hidup Toxoplasma gondii

2.3. Distribusi Geografis ........... ........_... 10

2.4. Epidemiologi ............... 11

2.5. Cara Penularan Toxoplasma gondii

2.5.1. Transmisi Toxoplasma gondii pada kucing ............. 12

2.5.2. Transmisi Toxoplasma gondii pada manusia ........"........... 13

2.6. Patologi dan Manifestasi Klinik

1

3

1

4

b

I

rx

2.6.1 . Patologi 15

2.6.2. Manifestasi Klinik ................ 10

2.7.Diagnosis......... ................ 18

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat penelitian ......._.....

3.2. Disain Penelitian

3.3. Populasi Sampel ..............

3.4. Teknik Pengumpulan Data ........

3.5. Alat dan Bahan

3.6. Cara Kerja

3.7. Pengolahan Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran.....

DAFTAR PUSTAKA

19

19

1g

19

2A

20

21

22

26

26

DAFTAR GAMtsAR

l"lalaman

Gambar 1. Ookista Toxoplasma gondii pada tinja kucing ...................... 7

Gambar 2. Siklus hidup Toxaplasma gondii g

xl

Halaman

Tabel 1. ldentifikasiookista Toxoplasma gondiipada kucing yang beradadi Kecamatan padang Timur .... 22

Tabel2. ldentifikasi ookista Toxoplasma gondiipada kucing yang beradadi Kecamatan padang Barat ................. -................... 23

Tabel 3. ldentifilrasioolcista Toxaplasma gandiipada kucing yang beradadi Kecamatan padang Utara .... 23

Tabel 4. ldentifikasi.ookista Toxoplasma gondiipada kucing yang beradadi Kecamatan Lubulc Kilangan ................ 21

DAFTAR, TAtsEL

xll

I. PENDAHULUAN

1.1. Lafrir Belakang

Toxaprasma gondii merupakan sarah satu parasit yang dapat

ditemukan pada kucing dan hewan sejenisnya (Felidae). parasit ini dapat

menimbulkan penyakit yang ditularkan pada manusia yang disebut

toksoplasmosis- Fenyakit ini merupakan topik yang banyak dibicarakan saat

ini, karena toksoprasmosis dapat memberikan efek yang merugikan bagi

penderitanya. Pada ibu-ibu, toksoplasmosis dapat menyebabkan gangguan

kehamilan seperti abortus, lahir mati, cacat janin, dan gangguan kesuburan

pada pasangan usia subur. pada bayi penyakit ini dapat menyebabkan

kebutaan apabila mengenai mata, hidrocephalus, dan lain-lain. Fenyakrt ini

dapat merryebabkan kelainan sistemik dan neurologik yang berat

(Gandahusada, 1990).

Dari beberapa laporan, penyakit toksoplasmosis tersebar diseluruh

dunia - termasuk rndonesia. Toxaprasma gandii sebagai penyebab dari

toksoplasmosis merupakan parasit intraseltuler yang banyak mengenai

manusia dan hewan peliharaan ( Sasmita, 1993). Berdasarkan penelitian,

parasit ini tersebar luas dengan seroprevatensi 2 sampai 63 o/o pada manusia,

35 - 73 Yopada kucing, 7io/o pada anjing, 11 - 36 o/o pada babi, l1 _ 61 o/o

pada kambing, dan kurang dari ro o/o pada sapi dan kerbau (Gandahusada,

1eso).

Di lndonesia belum ada angka morbiditas dan mortalitas

toksoplasmosis, tetapi penelitian tentang prevalensi zat anti Toxoplasma gondii

pada manusia dan hewan sudah banyak dilakukan (Gandahusada, 1gg0).

Penelitian tentang toksoplasmosis di lndonesia mulai dilakukan sejak tahun

1972 yatfr,t dengan mengisolasi kista Toxoplasma gondii pacla domba dan

kambing yang dipotong di rumah hewan surabaya (sasmita, 1993). Dan

pemeriksaan yang sama juga dilakukan Gandahusada (1972]lpada krcing di

beberapa daerah di Jakarta. Taxoplasma gondiitersebar secara kosmopolit

dan diperkirakan 2A - 10 o/o penduduk dari berbagai golongan telah mengalami

infeksi parasit ini (Frenkel, 1gs6). Ditemukan terutama di daerah dengan

kelembaban finggi dan dimana banyak ditemukan hewan peliharaan (Nasar,

1987). Meski infeksi sering terjadi, perryakit toksoplasmosis ini jarang

ditemukan. Berdasarkan hasil pemeriksaan di bagian Parasitologi FKUI, dapat

dipastikan 18 bayr menderita toksoplasmosis dari gg o/s tersangka

toksoplasmosis kongenital. (Gandahusada, 1 gg3).

Toksoplasmosis ditularkan dari kucing atau anjing, dengan demikian

manusia pemelihara kedua hewan tersebut diduga kemungkinan terkena

toksoplasmosis lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak memelihara

hewan tadi sama sekali. Penderita toksoplasmosis sering tanpa,gejala klinis

apapun ataupun hanya dengan gejala infeksi pada umumrrya yaifu demam,

malaise, mual, dan pembesaran kelenjar getah bening. Hal ini menyebabkan

diagnosis perryakit ini sering terlupakan dalam praktek doKer sehari-hari

(Priyana, 1988).

Pentingnya kucing sebagai salah safu sumber penularan

toksoplasmosis ditunjang oleh penelitian yang menyatakan dari 30 kucing

rumah sakitterdapat 14 (46,7 %) positif toksoplasmosis dan 18 (60%) kucing

positif toksoplasmosis dari 30 kucing asal pasar . Berdasarkan pemeriksaan

serologi kucing dapat tertular tolcsoplasmosis karena camivorisme pada tikus

yang mengandung hsta Toxoplasma gondii, makan makanan yang tercemar

ookista, makan daging mentah yang mengandung kista jaringan maupun

melalui plasenta pada saat kandungan induknya. lnfeksi dengan Toxoplasma

gondii di alam bebas tidak dapat bertahan didaerah dimana kucing tidak

ditemukan (Sasmita, 1 993).

1.2. Perumusan Masalah

Angka kejadian toksoplasmosis yang cukup tinggi di berbagai wilayah

menyebabkan penyakit ini menjadi topik yang banyak dibicarakan. Tetapi data

tentang keberadaan ookista pada tinja kucing di lndonesia khususnya di

kotamadya Padang belum tersedia.

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan pada tinja kucing, karena kucing merupakan

salah safu hewan peliharaan yang sangat banyak didapati di rumah-rumah,

sehingga kemungkinan hewan ini berkontak dengan manusia cukup sering

dan merryebabkan infeksi yang cukupfinggi.

1.3. TuJuan Penellfian

Adapun yang menjadifujuan penelitian ini adalah:

- Melihat ftekuensi roxoprasma gondii pada kucing yang berkeriaran di

kotamadya Padang.

1.4. Manfaat Penellflan

Dari peneritian ini diharapkan manfaat sebagai berikut :

- Dapat dijadikan pedoman dalam usaha pencegahan dan pemberantasan

tolcsoplasmosis yang dihrlarkan melalui finja kucing.

- Dapat dijadikan acuan bagi penelitian sejenis di kemudian hari.

- Diharapkan agar furisan ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

bagi pembaca dan menambah pengalaman belajar bagipenulis sendiri.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. SeJarah Taxoptasma Gondtt

Toxoplasma gondiipertama kali ditemukan oleh Nicolai dan Manceaux

1908 pada lympha dan hati binatang pengerat Ctenodactylus gondii di Affika

Utara (Tunisia) (Sasmita, 1993). Protozoa ini termasuk kelas sporozoa, ordo

coccidea, dan genus isospora. Farasit ini dikatakan intraselluler karena

terdapat di dalam sel endotel dan sel leukosit mononuklear, dan kadang-

kadang juga ditemukan di daram cairan jaringan (Ames, 1995 ; Frenkel, 19g6).

Tahun 1928 Toxoplasma gandii ditemukan pada manusia pertama kali

oleh Castellani, Yanku, kemudian oleh Tones, dan mengklasifikasikan parasit

ini sebagai suafu encefalon. Hospess definitif adalah kucing rtan felidae, dan

hospess peranhrarrya adalah manusia dan mamalia lainnya serta beberapa

jenis burung (Priyana, 1988).

Toxoplasma gondii adalah parasit kucing. Parasit ini berkembang baik

pada usus halus kucing. Hasil perkembangbiakan ini adalah ookista yang

dikeluarkan bercama dengan tinja dan dapat menular pada hewan lain dan

manusia yang menyebabkan toksoplasmosis. seekor kucing dapat

mengeluarkan sampai 10 juta butir ookista perhari selama 'dua minggu.

Ookista ini dapat hidup lebih dari setahun didalam tanah yang lembab dan

menjadi sumber infeksi (Gandahusada, 1gg0).

2.2. Morfologl dan Stklus Hldup

2-2.1.Morfologl Toxoplasma gorfii

Parasit obligat dan intraselluler ini mempunyaitiga benfuk, yaifu :

- Ookista

Dibenfuk dalam mukosa usus kucing melalui gametogami (reproduksi

seksual) terutama di ujung filli ileum. Benfuk ini berukuran 10 - 12 pm,

ookista ini dikeluarkan melalui tinja kucing (Beck and Davies, iggl). ookista

menjadi matang dalam 3 sampai 4 hari dan kemudian menjadi sporozoid

infektif. Seekor kucing dapat mengeluarkan 10 juta ookista perhari dalam 2

minggu. ookista mati dalam suhu 4s - 50"c, atau dikeringkan, dicampur

formalin, amoniak, atau larutan jodium (Tobing, f gg2).

Ketahanan ookista terhadap lingkungan sangat kuat. Kebiasaan

mengubur kotoranrrya secara dangkal di dalam pasir atau debu yang ada di

sekitar tempat kotorannya dilepaskan mempengaruhi kemampuan hldup

ookista di lapangan, tergantung dimana kotoran tersebut dibuang oleh

kucing.

Dari pengamatan dapat dibuktikan balrwa ookista Toxoplasma gondii

masih tetap hidup dan infektif di dalam finja yang diletakkan di daerah yang

terkena sinar matahari langsung sampai 1g3 hari, sedangkan yang diletakkan

di daerah yang terlindung sinar matahari mampu bertahan sampai dengan

331 han (Sasmita, 1 993).

ra'

Gambar 1. Ookista Toxoplasma gondiipada tinja kucingsumber: Yamaguchi r. Aflas Berwama parasitologi Klinik.

-. Trofozoid

Trofozoid berbenfuk oval dengan ukuran 3 - T Fm dan dapat

menginvasi semua sel berinti dari mamalia. Benfuk ini ditemukan dalam

jaringan selama infeksi akut Bila terjadi infeksi konis, trofozoid yang berada

dalam jaringan akan membelah dengan lambat yang kemudian disebut

bradizoid (Priyana, 1 gSd).

-. Kista

Kista dibenfuk dalam jaringan fubuh hostpess perarrtara, berisi

bradizoid. Bentuk ini yang terdapat dalam jaringan dalam jumlah ribuan yang

berukuran 10 - 100pm. Kista ini sangat penting untuk transmisi dan pating

banyak terdapat dalam otot rangka, otot janfung, dan susunan syaraf pusat,

serta dapat menetap seumur hidup (Aditiawardana, 1996). Kista ini dibenfuk

dalam sel hospess apabila tofozoid yang membelah telah membentuk

dinding. ukuran kista berbeda-beda, yang kecil mengandung beberapa

organisme, yang besar mengandung lebih kurang 3000 organisme (Tobing,

1ss2l.

2-2-2. Siklus hldup Toxoptaxma gondii

car - FrnAL HOST

ACUTE .INFECTIoN' I

II

CHROHICINFECTION

':@,/ooct6Ts

Gambar 2, Siklus hidup Toxoplasma gondiisumber : Frenkel J. K. Toxoplasmosis in Huntefs Tr.opical

Medicine.

Dalam siHus hiduprrya, Toxoplasma gondii dapat hidup pada hewan

berdarah panas, tetapi sebagai induk semang definitif aclalah kucing dan

,*o""oro,ra,

U'CE.5TC.-IXTEFMEDIATE XOST

sejenisnya. Siklus hidup Toxaplasma gondii dibagi atas dua bagian besar,

yaitu siklus enteroepitelial yang harrya terjadi pada kucing dan sebangsanya

serta siklus ekstraepitelial yang dapat terjadi pada seluruh hewan bentarah

panas, pada manusia, termasuk kucing. Pada kucing siklus enteroepitelial dan

ekstraepitelial dapatberlangsung secara bersamaan (Nurhayati, 197S). Siklus

enteroepitelial yang terjadi pada kucing terdiri dari pembelahan aseksual dan

reproduksi seksual di dalam sel epitel usus halus (Garcia, 1gg5).

Kucing sebagai fuan rumah deftnitif Toxoplasma gondii menelan kista

melalui makanan atau memakan claging tikus atau burung yang mengandung

kista. Bentuk infektif yaifu sporozoid, cystozoid, dan endozoid yang bila ditelan

akan memasukisel epitel usus kucing dan akan tumbuh di dalam sel. Di dalam

sel akan terjadi pembiakan aseksual pertama kali dan akan terbenfulr

merozoid. Merozoid ini kemudian akan masuk kembali ke dalam sel epitel dan

akan melakukan pembelahan asetcsual sampai kira-kira S siklus (Frenkel,

1s85).

Beberapa merozoid berubah menjadi benfuk seksual dan mulai

membenfuk gametogami sehingga terbentuk makrogametosit dan

mikrogametosit. Pertemuan kedua sel kelamin ini akan membenfuk zigot yang

menjadi ookista. ookista muda ditemukan dalam tinja kucing, berisi safu

sporoblast yang akan segera menjadi dua sporoblast, masing-masing

sporoblast membentuk 4 sporozoid disebut sporokista- ookista yang

mengandung 2 sporokista adalah ookista matang dan merupakan benfuk

infektif- Siklus ini disebut sporogoni, terjadi di dalam tinja hrcing dalam 3 - 4

hari (Zanaria, 1984).

Bila kucing meneran ookista matang maka diperlukan 2a - 21 han

sampai kucing tersebut mengeluarkan ookista dalam tinjanya. tvtaia dari mulai

terinfeksi sampai keluamya ookista dalam tinja disebut masa prepaten. Bila

kucing memangsa tikus dengan infeksi akut yang didalam tubuhnya terdapat

bentuk topozoid, maka masa prepaten yang diperlukan adalah 5 - 10 hari.

Kucing yang memangsa tikus dengan infeksi menahun hanya memerlukan

masa prepaten 3 - 5 hari ( Zanaria, 1gS,+).

Perkembangan Toxoprasma gondii pada manusia adarah karena

infeksi akibat tertelan ookista kucing atau memakan daging yang mengandung

kista atau pseudokista yang dimasak tidak sampai matang. Daging yang

mengandung stadia infektif tersebut dapat berupa daging sapl, babi, kambing

atau ayam. Pada manusia hanya terdapat benfuk aseksual, sedangkan ookista

tidak terbenfuk dalam sel.epitel usus manusia ( Frenkel, lgSO). Merozoid dari

hasil biakan aseksual masuk kedalam aliran limfe dan peredaran darah

membenfuk pseudokista dan kista dalam berbagai organ dalam fubuh manusia

(Garcia, 1996).

2.3 Dlstrlbusl Geografis

Toxaplasma gondii ditemukan kosmopolit pada manusia dan binatang.

organisme ini tersebar di alam dan merryebabkan salah safu infeksi yang

t0

tersering pada manusia. Terjadirrya tolcsoplasmosis dalam masyarakat,

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kebiasaan makan daging yang

kurang matang, kucing sebagai binatang peliharaan, adarrya burung dan tikus

sebagai hospes perantara yang merupakan binatang buruan kucing (Frenkel,

1e86).

Toxaplasma gondii umumnya dijumpai didaerah panas, basah dan

tersebar luas di dunia. Telah dilaporkan batrwa parasit ini menginfeksi

manusia, babi, domba, lembu, anjing, kucing dan binatang domestik lainrrya.

Respon terhadap infeksi parasit ini sangat bervariasi tapi yang paling barryak

adalah asimptomatik (Garcia, 1 99G).

2.4- Epldemlologl

Toxoplasma gondii tersebar luas di alam pada manusia maupun

hewan, dan merupakan salah safu penyakit infeksi yang paling sering terjadi

pada manusia di seluruh dunia. Angka kejadian unfuk penyakit totcsoplasmosis

yang kronis di berbagai daerah sangat bervariasi antara 50 - g0 o/o dimana

sebagian besar tanpa gejala dan tidak menimbulkan keluhan selama terinfeksi

(Frenkel, 1986).

Prevalensi toksoplasmosis meningkat tajam di beberapd daerah di

dunia. Prevalensi penyalrit ini sangat rendah di daerah yang sangat panas

ataupun yang sangat dingin (Kaye, 1gs3). pada daerah berkembang seperti

Amerika Utara, angka sero konversirrya lebih rendah karena taraf

ll

kesehatannya sudah baik. Pada daerah ini penularan adalah dengan tertelan

kista pada daging yang tidak sempuffn di masak (Noah, 1gg7)-

Jumlah kucing mempengaruhi tinggi rendahrrya prevalensi zat anti

Toxoplasma gondii di daerah tersebut. Pada daerah yang tidak ditemukan

kucing, tidak ditemukan infeksi raksoplasma gondii pada manusia atau

binatang lainnya. Di lrian Jaya kelihatan ada korelasi tersebut , di daerah yang

tidak ditemukan kucing prevalensinya zo/o, sedangkan yang ada kucing 14 -

31o/o {Tobing, 1993}.

Di lndonesia, prevalensi zat anti Toksoplasma gondii adalah 35 - 7Jo

pada kucing, 11 - 3ao/o pada babi, 11 - 61g6 pada kambing, TSo/o pada anjing

dan kurang dari 1Qo/opada kerbau dan sapi(Gandahusada, 1990).

2.5. Cara Penularan Toxoplasma Gondll

2.5.1. Transmlsl Toxoplaema gandfl pada kuclng

Transmisi Toxoplasma gondiipada kucing terjadi melatuitiga cara yaifu

- Ookista

wallace (1973) melakukan infeksi per oral pada 30 ekor kucing yang

berumur 4 - 6 bulan, dengan dosis ookista berbeda. Dua puluh persen

suspensi tinja yang mengandung ookista atau suspensi ookista dalam air

yang telah dibebaskan dari tinja, dimasukkan kedalam lambung melalui

mulut selang dari mulut. Kemudian tinja kucing dikumpulkan dan diperiksa,

temyata ookista hanya dapat ditemukan pada 4 kucing yaifu seekor kucing

l2

yang diberi 1 - 100 ookista dengan masa prepaten 49 hari, seekor kucing

yang diberi 15000 - 50000 ookista dengan masa prepaten 39 hari, dan 2

ekor kucing yang diberi 108000 ookista dengan masa prepaten 21 dan 29

hari.

- Kista

Transmisi Toxoplasma gondii pada kucing terutama terjadi melalui

bentuk kista yang terdapat pada mamalia dan burung. Percobaan pada 21

ekor kucing yang diberi makan daging mamalia dan burung dengan infeksi

menahun yang mengandung lrista Toxaplasma gondii menghasilkan harrya

1 kucing yang gagal mengeluarkan ookista.

- Melalui bentuk Trofozoid

Percobaan oleh wallace (1973) pada 8 ekor kucing yang diberi makan

tikus kecil (Mice) yang menderita infeksi atut teksophsmosb menghasilkan S

ekor kucing yang mengeluarkan ookista. Masa prepaten berlangsung 5 - ls

hari. Diduga kucing tersebut terinfelcsi dengan bentuk tofozoid, karena

bentuk kista mungkin sekali belum terbenfuk pada tikus yang menderita

infeksi akut (Zanaria, 1984).

2.5-2- Transmisl Toxoptasma gondll pada manusla

Perryebaran Taxoplasma gondii

beberapa cara antara lain:

pada manusia terjadi

13

- Perryebaran secara oral

lnfeksi roxoprasma gondii pada manusia umumnya terjadi karena

memakan daglng kamblng, sapi ataupun ayam yang tidak dlmasak

sempuma mengandung kista Toxoplarsma gondii ( Budiyatrnoko, 1gg6).

Perryebaran pada anak terjadi pada tahun pertama dan diperkirakan 50 - Z0

o/o ?n"k mengandung antibodi pada saat adolescens. Anak yang sering

terkena adarah anak yang sering main di tanah atau pantai ctan sering

terkontaminasi oleh finja kucing yang tersebar disekitar rumah sehingga

kemungkinan tertelan ookista lebih besar (Zaman, lgSg)

- Perryebaran secara Transplasental

lbu hamil dan orang yang mengdami gangguan kekebalan fubuh

sangat rentan terhadap infeksi toksoplasma gondii, Jika ibu hamil mengalami

infeksi primer toksoplasma, akan menimbulkan kelainan kongenital pada bayi

yang dikandungrrya (STEP, 1997).

Menurut penelitian di Amerika Serikat, 7A - BAo/o wanita dalam masa

reproduksi mengalami gangguan imunitas karena berbagai sebab dan

golongan ini cukup rentan terhadap infeksi Toxoplasma gandii, dan

diperkirakan 3000 bayi lahir terinfeksi toksoplasma tiap tahunrrya. Walaupun

secara umum bayitersebut tidak memperlihatkan gejala pada saat d1ahirkan

(STEP. 1se7).

l4

- TranplantasiOrgan

Organ yang difansplantasikan bila mengandung kista atau fofozoid,

dapat menyebabkan orang yang menerima transplantasi organ tersebut

mengalami infeksi toksoplasmosis (Loed, Remington, 1 9g7).

- Melalui Alat Laboratorium

lnfeksi dapat juga terjadi pada orang-orang yang bekerja di

laboratorium dengan binatang percobaan yang terinfeksi parasit Ioxoplasma

gondii melalui jarum suntik dan alat laboratorium lainnya. Dan juga dapat

terjadi pada orang yang melakukan otopsi binatang yang terinfeksi oleh kista

atau trafozoid melalui tangan yang terluka (Leod, Remington, 1gg7).

2.6. Patologl dan llanlftstasl Kllnls

2.8.1. Patologl

Toksoplasma dapat menimbulkan infeksi akut ataupun menahun,

tergantung kepada virulensi dari parasittersebut. Setelah irwasiyang biasanya

terjadi di usus, maka parasit memasuki sel atau difagositosis. parasit

berkembang biak dalam sel hospes dan menyerang sel-sel lain. Dengan

adanya parasit di dalam makrofag dan limfosit, maka penyebaran secara

hematogen dan limfogen keseluruh tubuh mudah terjadi.

Toxoplasma gondii dapat menyerang semua organ dan jaringan fubuh

hospes kecuali sel darah merah yang tidak berinti. Kista terbentuk bila sudah

ada kekebalan fubuh, dapat ditemukan di berbagai alat dan jaringan fubuh.

l5

Kerusakan yang terjadi dijaringan tubuh, terganfung pada :

- Umur, pada bayi kerusakan akan lebih hebat dibandingkan dengan orang

dewasa.

- Virulensi strain toksoplasma.

- Jumlah parasit.

- Organ yang diserang.

Lesi pada susunan syaraf pusat dan mata biasanya lebih berat dan

permanen, oleh karena jaringan ini fidak mempunyai kemampuan unfuk

beregenerasi. Kelainan pada susunan syaraf pusat berupa nekosis dan

kalsifikasi. Penyumbatan aquaduktus sitvii oleh karena ependimitis

menyebabkan hidrosefalus pada bayi.

2.6.2. Manlfestasl kllnl k

Penyakit ini jarang menimbulkan gejala klinis, namun akibatrya dapat

sangat merugikan dan bahkan membahayakan jiwa. Tenrtama pada orang-

orang yang mengalami gangguan tungsi kekebalan tubuh (GMCH, 1gg5).

Manifestasi klinik penyakit ini sangat bervariasiyang pada umumnya fidak khas

sehingga sulit diduga. Secara klinik perryakit ini dapat ctibagi atas dua bentuk :

- Bentuk Kongenital

Terjadi karena transmisi toksoplasma dari ibu hamil ke janin yang

dikandungnya. Lesi yang dominan biasanya di otak dan di mata, lesi yang di

otak biasanya mengenai daerah yang luas sebagai nekrosis perivenfiikularis.

16

Lesi pada mata biasarrya bilateral berupa refinakhoroidifis dan sering di areamakularis.

Bira infeksi terjadi pada awar kehamiran maka akan dapatmenyebabkan abortus, rahir mati, premafur ataupun rahir aterm tetapi terahterinfe ksi toksoplasma.

- Bentuk Akuisita (Didapat)

Terjadi karena infeksi langsung- Manifestasi awal adalah limfadenopati

dengan hiperprasia ser retikurum dengan pembenfukan purau-purau ser

eosinofir, parasit biasanya terdapat daram sitoprasma ser makrofag(Zubaidi. 1990).

pada hewan, infeksi torrsoprasma juga biasarrya tidak menimburkan

tanda-tanda yang khas- pada kucing dapat terjadi diare, hepatitis,

miokarditis, miositis, pneumoni, dan ensefalitis' jika terinfelcsi berat tetapibiasanya asimptomatik ( Bell, 1g9S).

pada individu dengan keadaan imunorogis normar jarang dijumpaimanifestasi klinik dari penyakt tersebut seperti pneumonitis, miokarditis,perikarditis, poriomiositis, ensefaritis ataupun meningoensefaritis dankorioretinitis, dapat dijumpai kira-kira 10/o dari penderita toksoprasmosis

akuisita.

lndividu yang mengarami defisiensi imun akan ditemukan kerainan

$rsunan syaraf pusat akibat toksoprasma sebesar ilao/o, denganmanifestasinya berupa ensefalifis, meningoensefalitis ataupun manifestasi

t7

dari lesi yang berupa masa serebral, juga berupa defisit neurologi, kejang

dan sakit kepala serta perubahan status mental (soebiyanto, suharto, 1gs,4).

2.7. Dlagnosls

Diagnosis dan Toxoplasma gondii dapat ditegakkan dengan :

a. Menemukan paraslt dan eksudat dari jaringan pada :

- sediaan langsung daritinja kucing atau binatang sejenisnya

- lnokulasi pada mencit, embrio ayam

- Biakan jaringan (Tissue culture)

b. Reaksi lmmunologi

- Dye Test Sabin dan Feldman

- Reaksi ikat komplemen

- Reaksihemaggutinasi

- Reaksi kulit hanya untuk penyelidikan epidemiologi

Diagnosis dini perlu dibuat pada kelompok medis yang penting, yattu ibu

hamil, neonafus dan penderlta immunokompromais agar pengobatan dapat

segera dipertimbangkan ( Gandahusada, 1gg3).

l8

III. METODOLOGI PEI{ELITIAN

3.1- Waktu dan Tempat penell$an

Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli 1g9g. Sampel tinja

diambil dari kucing yang berhasir ditangkap di empat kecamatan kotamadya

Padang- Pemeriksaan mikroskopik dilaksanakan pada .laboratorium

Parasitologi Fakultas Kedokteran universitas Andalas padang.

3.2. Dlsaln Penelifian

Penelitian dilakukan dengan survei deskiptif. Data diambil dari hasil

pengamatan terhadap ookista Toxoplasma gondii yang terdapat pada tinja

kucing.

3.3. Populasl dan Sampel

Popurasi daram peneritian ini adarah kucing yang berkeriaran di

kotamadya Padang. sampel berjumlah 4g ekor kucing yang dipilih secara

random . sampel diambll pada 4 lokasi yaifu padang Timur, padang garat,

Padang Utara, dan kecamatan Lubuk Kilangan.

3.4. Teknlk Pengumpulan Data

Penelitian ini hanya menggunakan safu variabel yaifu ookista

Toxoplasma gondiiyang terdapat pada tinja kucing. sampel dikelompokkan

l9

atas 4 kelompok (kelompok I - lV) menurutwilayah kucing tersebut berdomisili

yaitu Padang Barat, Timur, utara dan kecamatan Lubuk Kilangan.

3.5. Alatdan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

- tsotolfial(wadah untuk merryimpan tinja).

- Larutan formalin 57o.

- Object glass.

- Deck glass.

- pipet.

- Larutan eosin 2%.

- Mikroskop.

- Lidipengaduk.

3.6. Cara KerJa

- Survei dilakukan pada beberapa kecamatan di kotamadya padang dimana

populasi kucing biasa ditemukan.

- Sampel kucing ditangkap dan dipelihara dalam kandang khusus. Kemudian

dikoleksi kotoran yang dikeluarkannya

- Tinja dimasukkan ke dalam botol yang berisi lanrtan formalin 5% (dengan

perbandingan 1 : 3)

- Botol diaduk supaya tinja bercampur dengan larutan formalin.

20

- Larutan tersebut lcemudian disedot dengan pipet dan diteteskan ke atas

objek glass yang sebelumrrya telah ditetesi dengan lanrtan eosin 206.

- objek glass dihrfup, dan diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran

10 x 10.

- Pencatatan dilafukan terhadap keberadaan ookista.

3.7. Pengolahan Data

Data yang didapat dianalisis secara sederhana dan hasil analisa

ditampilkan dalam benfu k tabel

2l

IV. HASIL DAT{ PEilBAHASAT{

Peneritian dirarcukan terhadap tinja 4g ekor kucing yang dibagi atas 4

kelompok menurut lokasi dimana kucing tersebut ditemukan. Hasil

pengamatan terhadap ookista Toxoplasma gondiiyang terdapat pada tinja

kucing adalah seperti yang terdapat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. ldentifikasi ookista Taxoplasma gondiipada kucing yang berada dikecamatan padang Timur

Dari tabel 1. terlihat g (zso/ol dan 12 tinja kucing positif mengandung

ookista Toxoplasma gondii, sedangkan yang tidak mengandung ookista

sebanyak 9 kucing (7so/ol. Hasil ini tidak berbeda jauh dari hasil yang

didapatkan Gandahusada (1972) pada lrucing yang berada di Jakarta yang

mendapatkan 19 (z3,7so/o) dari g0 tinja kucing positif mengandung ookista

Toxapiasma gondii- Keadaan ini menunjukkan cukup tingginya frekuensi

Toxoplasma gondii di Padang Timur. Hal ini mungkin karena. daerah ini

merupakan daerah yang cukup padat. selain itu di daerah ini terdapat rumah

sakit dan pasar dengan lingkungan yang kotor, sehingga di daerah ini banyak

Ookista Toxopl asma gondii

46

terdapat tiKts-tikus yang mungkin telah terinfelcsi loxoplasma gondii, yang

nantirrya akan menularkan kepada kucing yang memangsarrya.

Tabel 2. ldentifikasi ookista Taxoplasma gandiipada kucing yang berada dikecamatan Padang tsarat

[salkucing Ookista Toxoplasma gondii

n + % %

Padang Barat 12 2 16,6 10 83,4

Tabel 2, menunjukkan batrwa frekuensi Toxoplasma gondiipada kucing

yang didapatkan di Padang Barat cukup tinggi. Kecamatan tersebut juga

merupakan daerah yang cukup padat dan beberapa wilayahnya merupakan

daerah pinggiran pantai. Dan 12 tinja kucing yang didapatkan pada masing-

masing daerah tersebut berhasil diidentifikasi 2 sampel (i6,6%) positif

mengandung ookista Toxoplasma gondii.

Tabel 3. ldentifikasi ookista Toxoplasma gondii pada kucing yang berada dikecamatan Padang Utara

Asalhrcing Ookista Taxoplasma gondii

n + % %

Padarq tltara 12 2 16.6 t0 83,4

Pengamatan terhadap tinja kucing yang berasal dari daerah padang

utara, menunjukkan hasilyang sama dengan kecamatan padang tsarat. Dua

sampel (16.6 %) positif mengandung ookista Toxoplasma gondii. Hasil inijuga

23

sama dengan penelitian Nurhayati (1975) di yogyakarta dimana ia

mendapatkanT (17,54h1dari 40 tinja kucing men[Fndung ookista Toxoplasma

gondii.

Tabel 4. ldentifikasi ookista Toxoplasma gondii pada kucing yang berada diKecamatan Lubuk Kilangan

Asal kucing Ookista Toxoplasma gondii

n + % %

lubuk Kilangan 12 1 12 11 88

Dari tabel 4 diperoleh hasil bahwa pada daerah ini frekuensi ookista

Toxoplasma gondii yang cukup rendah yaitu 1 (12o/ol dari kucing yang

ditangkap di daerah tersebut. Hal ini mungkin disebabkan karena kecamatan

Lubuk Kilangan letakrrya lebih tinggi dari daerah lainnya, dimana menurut

Gandahusada (1990) angka kejadian toksoplasmosis lebih rendah pada

daerah dengan ketinggi^an yang lebih tinggi.

Secara deskiptif, terlihat adanya perbedaan frekuensi infeksi antara

masing-masing kecamatan. Pengujian lebih lanjut secara statistikal dengan

menggunakan uji Chi Kuadrat, menunjukkan bahwa walaupun berbeda secara

deskiptif, namun secara statistikaltrekrensi infeksi pada keempat kecamatan

tersebut tidak berbeda nyata.

Secara umum dari hasil pemeriksaan pada tinja kucing dibeberapa

kecamatan di Padang didapatkan angka infeksi yang cukup tinggi. Jika semua

24

hasil digabung alcan didapat sebesar 6 (16,670/0l dari 4E kucing yang

mengeruarkan ookista Toxoptasma gondii. Har ini berarti hrcing-fucing

tersebut telah terinfeksi torcsoplasma dan merupakan sumber penuraran

toksoplasmosis yang cukup potensial. Bila dibandingkan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nurhayati (i97s) dan Gandahusada (1g7zl , total

frekuensi roxoplasma gondii yang ditemukan di kota padang, jauh lebih

sedikft. Hal ini berarti resiko penularan toksoplasmosis dikota padang lebih

rendah dibandingkan kedua tempat pada penelitian tersebut

25

V. KESIIIIPULAfl DAIII SARAT{

5.1. Keslmpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan,

antara lain :

1' Frelruensi infeksi roxoplasma gondii pada lrucing ctengan pemerilcsaan

mikroskopis sebesar g (16,670/o) dari 4g kucing yang berada di kotamadya

Padang.

2- Berdasarkan persentase yang diperoteh, maka didapatkan frekuensi

infeksiroxop/asma gandii tertinggi di claerah padang Timur. Namun

secara statisfik, ftekuensi infeksi tersebut tidak berbeda rryata.

5.2. Saran

1' Kebersihan linghrngan dan kebersihan diri sendiri sebelum makan ataupun

minum perlu diperhatikan agar tidak tertular oleh ookista Toxoplasma

gondii.

2. Daging ataupun sayuran harus dibersihkan dan dimasak dengan sempuma

sebelum dimakan.

3- Kucing periharaan harus diberi makan secukupnya agar tidak mencari

mangsa yang mungkin mengandung Toxoptasma gondii.

4- sediakanrah tempat membuang kotoran kucing periharaan dan ganflah fiap

hari serta buang di tempat yang aman.

26

5. Meningkatkan pengetatruan dan pemahaman tentang caria penularan lnfehsi

Toxoplasma goMii.

6- Perlu penelltan leblh lanJut tentang tbktor-fiaktor yang mernpengaruhi lnfelcsi

toksoplasmosis.

27

DAFTAR PUSTAKA

Aditiawardana, Soeharto. Toxoplasmosis Pada Kehamilan.Surabaya Joumalof lntemal Medicine.Surabaya. 1996. 101 - 109.

Ames Azis. Protozoologi. Diktat Kuliah Parasitologi 3. Fakultas kedokteranUNAND Padang. 1995. 83 - 93.

Beck Jw and Davies J.E. Medical Parasitology. Missouri : The c.v. MosbyComparry. London. 1981.

Budyatmoko, B. dkk. Toxoplasmosis (Aspek Diagnostik Pencitraan) MajalahKedokteran lndonesia. 46(3). 1996. 151 - 157 .

Frenkel, J.K. Toxoplasma in Huntefs Tropical Medicine. Strickland GT (ecl)WB Saunders. Philladelphia. 1996.593 -605.

Gandahusada, S, Toxoplasma Gondii Pada Tinja Kucing Di Beberapa Daerahdi Jakarta. Majalah KedoKeran lndonesia.l9TZ.123 - 1ZT.

Gandahusada, s. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi rimbulnyaTolcsoplasmosis di Dalam Masyarakat. Medika. Jakarta. 1990. ,t65- 489.

Gandahusada, S. Toksoplasmosis, Epidemiologi, Patogenesis dan Diagnostik.Kumpulan Makalah Simposium. Jakarta. 1990. 1 - g.

Gandahusada, s. Diagnosis Toksoplasmosis Dipandang dari sudutParasitologi. Diskusi Panel Diagnosis dan Terapi Toksoplasmosis.Jakarta. 1993. 17-28.

Garcia, L.s., Bruckner D.A., Diagnostik parasitologik Kedokteran. R. Makimian( Alih Bahasa ). EGC. Jakarta. 1996. 6g - 75.

Gay Men's Heafth Crisis. Toxoplasmosis. Ask Noah about AIDS. lntemet File.New York. 1996. 1 - 4.

John c. Bell, stephen R. Palmer. Jack M payne. Zoonosis, lnfeksi yangDifularkan dari Hewan ke Manusia. Karel Saragih, Peter I Anugrah,Huriawati Hartamto (Alih Bahasa), EGC. Jakarta. 1995. 2gg - 29E.

2A

Kaye, D-, Louis F. Rose. Fundamental of lntemal Medicine. The c.v. MosbyComparry. London. 1993. ZTg _29O.

Mc- Leod, Remington JS. Toxoplasmosis. Braunwald E. et all. Eds. Hanisonn,sPrincipre of rntemar Medicine. 11 th ed. Mc. Graw Hiil. 19g7. zrg -28A

Nasar, l.Made., Akhmad candra. Limfadenitis Toksoplasma. NaskahPedoman dan Abstrak Kanal lkatan Ahli Patologi lndonesia.Jakarta. 1982.

Nasar, I Made., Emil raufik. "peran pemeriksaan Histopatologi padaToksoplasmosis. Kumpulan makalah simposium. Jakarta. r!go.

Noah ream. Toxoplasmosis ( Toxo ). New york. lntemet File. 1gg1. page1-6.

Nurhayati- ldentifikasi roxoplasma tq. pada Kucing di yogyakarta. MajalahKedokteran lndonesi a. 192 S. I 53 _ 1 56.

Pfiana, A. Farida oesman, siti Boedina Kresno. Toksoplasmosis.Medika.tg8e.t 164 - 1161.

Sasmita, R- lsolasi Ksta Toxoplasma gondiidari Otak Kucing. Medika. 1g93.18-21

SeatUe Treatment Education Project. Toxoplasmosis. lntemet File. Seatge.1997.1 7.

soebiyanto N., suharto. Toksoplasmosis. Tinjauan pustaka: Medika. 1gg4.510 _ 516.

Tobing, M. lrene. Toksoplasmosis dan lnfertilitas. Cermin Dunia Kedokteran.1992. 141 -116.

Zaman, V.Keong LA. Toksoplasmasis, Buku penunfunKedokteran. Bintari Rukmana, Sri Oemiyati, WiraBahasa). yayasan Banfuan pendidikan Kedokteran.

ParasitologiPribacli (Alih

H.C. Hansen.Nederland. 19e8. S0 - 55.

Zanaria, T. M.. Transmisi Toksoplasma Gondii padaFKUI. Jakarta. 1994.

29

Kucing. Seminar p3S.

Zubaidi, J. sukarban s. penjabaran Tolcsoplasmasis Ditinjau dari segiFarmakotogi. Kumputan ftlakalah simpasium Jakafo. 1990. 31 _35.

Yamaguc{ri romio. (19s1). A colour of clinical parasitology. LeshmanaPadmasufa, R. Makimian, Monika Jukiani. ntiis e"*r"Parasitotogi Ktinik. EcC. Jakarta. 1gg2.1SO - i53.

30